PENELITIAN BIOGEOGRAFI

download PENELITIAN BIOGEOGRAFI

of 14

Transcript of PENELITIAN BIOGEOGRAFI

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG

Batasan Wilayah Pesisir dan Laut Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti Sasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan ke arah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar serta daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Hal di atas menunjukkan bahwa tidak ada garis batas yang nyata, sehingga batas wilayah pesisir hanyalah garis khayal yang letaknya ditentukan oleh situasi dan kondisi setempat. Misalnya di delta Sungai Mahakam (Kalimantan Timur) dan Sungai Musi (Sumatera Selatan), garis batas pesisir dapat berada jauh dari garis pantai. Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam, wilayah pesisirnya akan sempit. Komponen fisik ekosistem pesisir dan laut. Ekosistem pesisir baik mangrove, lamun maupun terumbu karang sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen fisik yang ada di sekitarnya. Komponen tersebut meliputi kimia air (termasuk susunan zat-zat kimia dan kecenderungannya di laut), aliran dan pergerakan arus, interaksi antara atmosfer dan samudra, serta proses-proses alam yang terjadi di laut. Komponen ini berperan sebagai media transport materi dan energi segaligus mendukung komponen biotik yang ada. Komponen fisik lainnya antara lain: 1. Strukktur air 2. Komposisi kimia air laut 3. Gas-gas terlarut 4. Berat jenis (densitas) 5. Suhu dan salinitas air laut 6. Cahaya 7. Gelombang 8. Arus Laut1

Komponen biotik ekosistem pesisir dan laut Biota yang hidup di wilayah pesisir dan laut pada umumnya dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu plankton, nekton, dan bentos. 1. Plankton Plankton adalah tumbuhan (fitoplankton) atau hewan (zooplankton) yang mengapung atau berenang secara berlahan di laut dan pergerakannya sangat tergantung pada arus. Pada umumnya tergolong mikroskopik, seperti hewan-hewan bersel satu yang melayang bebas di laut, tetapi banyak juga organisme seperti uburubur (jellyfish) yang termasuk dalam kategori ini. 2. Nekton Biota yang termasuk kategori ini adalah ikan yang dapat bergerak bebas tidak tergantung pada arus. Distribusi dari plakton dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, suplai oksigen dan sumber makanan. 3. Bentos Organisme yang hidup di dasar perairan atau pada substrat, baik tumbuhan maupun hewan. Komposisi sedimen dasar perairan akan mempengaruhi jenis dan tipe organisme yang ada. Ekosistem spesifik di wilayah pesisir dan laut Wilayah pesisir dan laut secara ekologi merupakan tempat hidup beberapa ekosistem yang unik dan saling berhubungan, dinamis dan produktif. Ekosistem utama yang umumnya terdapat di wilayah pesisir meliputi: 1. Ekosistem mangrove 2. Ekosistem lamun 3. Ekosistem terumbu karang Ekosistem ini saling berinteraksi membentuk suatu konektivitas dengan menjalankan fungsinya masing-masing. Penjelasan mengenai ketiga ekosistem ini akan menjadi2

pembahasan lebih lanjut, dimana ekosistem mangrove telah dijelaskan sebagian dalam tulisan sebelumnya (Mengenal Ekosistem Mangrove). Ekosistem lamun dan terumbu karang akan menjadi pembahasan di waktu yang akan datang. Wilayah Pesisir dan Ekosistem Mangrove Peranan Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir 1. Wilayah Pesisir

Apabila ditinjau dari garis pantai maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas yakni sejajar dengan garis pantai dan tegak lurus garis pantai. Namun demikian batasan tersebut tergantung pula dengan karakteristik lingkungan, sumberdaya yang ada dan sistem negara bersangkutan. Adapun definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah wilayah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin, sedangkan kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Definisi, Jenis dan Penyebaran Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove sangat penting artinya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir terutama pulau-pulau kecil. Mangrove berperan sebagai filter untuk mengurangi efek yang merugikan dan perubahan lingkungan3

utama dan sebagai sumber makanan bagi biota laut (pantai) dan biota baru. Selain itu, ekosistem ini juga berfungsi dalam mengolah limbah melalui penyerapan kelebihan nitrat dan phospat sehingga dapat mencegah pencemaran dan kontaminasi di perairan sekitarnya. Mangrove atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin 2. Mangrove

Mangrove adalah salah satu di antara sedikitnya tumbuh-tumbuhan tanah timbul yang tahan terhadap salinitas laut terbuka. Walaupun tidak sama dengan istilah mangrove banyak orang atau penduduk awam menyebut mangrove sebagai mangrove atau secara singkat disebut mangrove. Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon (seperti Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Exoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa) yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.

4

Karakteristik habitat mangrove yakni; (1) umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, atau berpasir, (2) daerah yang tergenang air laut secara berkala baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi mangrove, (3) menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat, (4) terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Cakupan sumberdaya mangrove secara keseluruhan menurut Kusmana (2005) terdiri atas: (1) satu atau lebih spesies tumbuhan yang hidupnya terbatas di habitat mangrove, (2) spesiesspesies tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun juga dapat hidup di habitat nonmangrove, (3) biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut kerak, cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain) baik yang hidupnya menetap, sementara, sekalikali, biasa ditemukan kebetulan maupun khusus hidup di habitat mangrove, (4) proses-proses alamiah yang berperan dalam mempertahankan ekosistem ini baik yang berada di daerah bervegetasi maupun diluarnya, dan (5) daratan terbuka/hamparan lumpur yang berada antara batas hutan sebenarnya dangan laut. Mangrove dapat berkembang sendiri yakni tempat di mana tidak terdapat gelombang, kondisi fisik pertama yang harus terdapat pada daerah mangrove ialah gerakan air yang minimal. Kurangnya gerakan air ini mempunyai pengaruh yang nyata. Gerakan air yang lambat dapat menyebabkan partikel sedimen yang halus cenderung mengendap dan berkumpul di dasar. Kawasan mangrove diklasifikasikan sebagai berikut: a). Kawasan air payau hingga air laut dengan salinitas pada waktu terendam air pasang berkisar antara 10 30 ppt; terdiri 1). Kawasan yang terendam sekali atau dua kali sehari selama 20 hari dalam sebulan, hanya Rhizophora mucronata yang masih dapat tumbuh, 2). Kawasan yang terendam l0-19 kali per bulan; ditemukan Avicennia (A. alba, A. lauta), Sonneratia griffithii dan dominan Rhizophora sp., 3). Kawasan yang terendam kurang dari sembilan kali setiap bulan, ditemukan Rhizophora sp/ Bruguiera sp. dan 4). Kawasan yang terendam hanya beberapa hari dalam setahun, Bruguiera gymnorhiza dominan, dan Rhizophora apiculata masih dapat hidup. b). Kawasan Air tawar hingga air payau, dimana salinitas berkisar antara 0-9 ppt, meliputi ; 1) Kawasan yang kurang lebih masih di bawah pengaruh pasang-surut, tumbuh Nypa, 2). Kawasan yang terendam secara bermusim, dominan Hibiscus. Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas yaitu komunitas atau kelompok tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam atau salinitas (pasang surut air laut), dan kedua sebagai5

individu spesies. Mangrove sering diterjemahkan sebagai komunitas hutan bakau, sedangkan tumbuhan bakau merupakan salah satu jenis dari tumbuhan yang hidup di hutan pasang surut tersebut. Jenis-jenis pohon Mangrovenya seperti Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp dan Ceriops sp.

Fungsi dan Potensi Mangrove Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropika yang mempunyai manfaat ganda baik aspek ekologi maupun sosial ekonomi. Besarnya peranan ekosistem mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan, baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk-tajuk pohon mangrove serta ketergantungan manusia terhadap ekosistem mangrove tersebut. Ekosistem mangrove memiliki fungsi antara lain : (1) sebagai pelindung pantai dari gempuran ombak, arus dan angin, (2) sebagai tempat berlindung, berpijah atau berkembang biak dan daerah asuhan berbagai jenis biota (3) sebagai penghasil bahan organik yang sangat produktif (detritus), (4) sebagai sumber bahan baku industri bahan bakar, (5) pemasok larva ikan, udang dan biota laut lainnya, serta (6) tempat pariwisata. Secara fisik ekosistem mangrove dapat berfungsi sebagai hutan lindung yang mempengaruhi pengaliran massa air di dalam tanah. Sistem perakaran yang khas pada tumbuhan mangrove dapat menghambat arus air dan ombak, sehingga menjaga garis pantai tetap stabil dan terhindar dari pengikisan (abrasi). Keadaan ekosistem rnangrove yang relatif lebih tenang dan terlindung dan sangat subur juga aman bagi biota laut pada umumnya. Fungsi lain yang penting adalah sebagai penghasil bahan organik yang merupakan mata rantai utama dalam jaringan makanan ekosistem mangrove. Daun mangrove yang gugur melalui proses penguraian oleh mikro organisme diuraikan menjadi partikel-partikel detritus. Detritus kemudian menjadi bahan makanan bagi hewan pemakan detritus seperti: cacing, mysidaceae (udang-udang kecil/ rebon). Selanjutnya hewan pemakan detritus menjadi makanan larva ikan, udang dan hewan lainnya. Pada tingkat berikutnya hewan-hewan tersebut menjadi makanan bagi hewan-hewan lainnya yang lebih besar dan begitu seterusnya untuk menghasilkan ikan, udang dan berbagai jenis bahan makanan lainnya yang berguna bagi kepentingan manusia.6

Salah satu kerusakan hutan mangrove disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan urbanisasi karena mereka membuang limbah di sekitar perairan ekosistem hutan mangrove yang tidak jauh dari kota, oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan dalam membuang limbah yang tidak merusak ekosistem mangrove. Pemanfaatan sumberdaya ekosistem mangrove secara ideal seharusnya mempertimbangkan kebutuhan masyarakat narnun tidak menganggu keberadaan dari sumberdaya tersebut. Dalam upaya ini Departemen Kehutanan telah memperkenalkan suatu pola pemanfaatan yang disebut silvofishery dengan bentuk tumpangsari. Pola ini adalah kombinasi antara tambak/empang dengan tanaman mangrove. Pola ini dianggap paling cocok untuk pemanfaatan ekosistem mangrove saat ini. Dengan pola ini diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan sedangkan ekosistem mangrove masih tetap terjamin kelestariannya (Departemen Kehutanan, 1993) B. MASALAH Pada penelitian kali ini, hal yang disoroti adalah wilayah pesisir dengan kondisi lingkungan disekitar wilayah tersebut.

C. TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang hidup di daerah pantai Sri Mersing.

D. MAMFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat di ambil dari kegiatan penelitian ini adalah :7

Sebagai kerangka acuan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang biogeografi bagi semuanya Sebagai bahan pertimbangan bagi semua untuk mengetahui bagaimana kondisi di lapangan dan apa saja yang dapat dilakukan untuk melestarikan tempat observasi dengan melihat faktor geografis dalam kaitannya mengenai persebaran makhluk hidup yang ada. Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca khususnya tentang kondisi yang ada di daerah observasi. E. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai adalah metode survey lapangan atau peneliti melihat langsusng keadaan pantai Sri Mersing.

F. POPULASI DAN SAMPEL

a. Populasi Populasi adalah Keseluruhan dari karakteristik atau unit pengukuran yang menjadi objek penelitian. Yang menjadi populasi dari observasi ini adalah daerah/ wilayah pesisir. b. Sampel Sampel adalah Bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri/karakteristik tertentu yang akan diteliti. Dan yang merupakan sampelnya adalah daerah pesisir di daerah Pantai Sri Mersing.

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Wilayah Pesisir Berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 KEP, 10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi dimana ke arah 12 mil dari garis pantai untuk provisnsi dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk Kabupaten/Kota dan ke arah darat batas administrasi Kabupaten/Kota. Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat merupakan bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiharto, 1976, Dahuri,zool). Definisi kawasan pesisir dari pendekatan ekologis adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat laut seperti angin laut, pasang surut dan intrusi air laut; sedangkan batas ke arah laut mencakup bagian perairan pantai sampai batas terluar dari paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses alamiah yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air(Martosubroto.1985). Di kawasan pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas dapat berada jauh dari garis pantai, sedangkan di pantai yang curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam, kawasan pesisirnya sempit (Supriharyono, 2002).9

B. Penyebaran Vegetasi Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi.

C. Hutan Mangrove Hutan mangrove adalah vegetasi yang tumbuh di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang digenangi air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut (Purnnobasuki : 2005). Kusmana (2005) mengatakan bahwa hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh sepanjang garis pantai tropis samapai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang menggandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dan reaksi tanah anaerob. Noor (1999) memberikan batasan hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh di tanah alluvial didaerah pantai dan sekitar muara sungai yang diepengaruhi pasangsurut air laut serta cirri-ciri hutan dengan tegakan pohon. Menurut Bengen (1999), salah satu zonasi hutan mangrove, yaitu : a) Daerah yang paling dekat dengan laut dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Di zona ini biasa berasosiasi jenis Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik. b) Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp. c) Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp. d) Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa ditumbuhi oleh Nypa fruticans dan beberapa spesies palem lainnya.

10

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Daerah Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian akan di lakukan di wilayah Pantai Sri Mersing, Kabupaten Serdang Bedagai yang terletak pada posisi 2 57 - 3 16 Lintang Utara, 98 33 Bujur Timur, 99 27 Bujur Barat pada daerah pesisir pantai timur Sumatera, beriklim tropis dengan kelembaban udara 84%. Curah hujan berkisar 30 sampai dengan 340 mm perbulan, dengan priodik tertinggi pada bulan September dan Oktober, ketinggian dari permukaan laut 0-3 m, rata-rata kecepatan udara berkisar 1,10 m/s dengan tingkat penguapan 3,47 mm/hari, temperatur udara perbulan minimum 24C dan maksimal 34C dan menghadap ke Selat Malaka, dengan luasan 5 Ha. Daerah lokasi penelitian yang kami teliti adalah daerah pantai Sri Mersing, kabupaten Serdang Bedagai, dengan batas-batas wilayah : - Sebelah utara dengan Selat Malaka - Sebelah selatan dengan Kabupaten Simalungun Sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun, - Sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang.

11

BAB IV HASIL PENELITIAN

Tumbuhan yang terdapat di daerah pesisir wilayah Pantai Sri Mersing, adalah:1. Tumbuhan bakau ( Manggrove)

Hutan adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambar suatu varietas komunitas pantai topic yang di dominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asing.Bakau adalah tumbuhan daratan berbunga yang mengisi kembali pinggiran laut.Sebutan bakau ditujukan untuk semua individu tumbuhan.Walsh(1974)melaporkan bahwa 60-75 % garis pantai darah tropik di bumi telah di tumbuhi oleh bakau. Tumbuh pada pantai datar, muara sungai besar, banyak delta.Biasanya di tempat yang tidak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak sedikit/tipis, namun pada tempat yang mempunyai banyak muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh meluas.Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat karena hal ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dan pasir, substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan. 2. Nipah12

Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Batang nipah terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanahDari rimpangnya muncul daun-daun majemuk menyirip khas palma, tegak atau hampir tegak, menjulang hingga 9 m di atas tanah. Panjang tangkainya 1-1,5 m; dengan kulit yang mengkilap dan keras, berwarna hijau pada yang muda dan berangsur menjadi cokelat sampai cokelat tua sesuai perkembangan umurnya; bagian dalamnya lunak seperti gabus. Anak daun berbentuk pita memanjang dan meruncing di bagian ujung, memiliki tulang daun yang di sebut lidi (seperti pada daun kelapa). Panjang anak daun dapat mencapai 100 cm dan lebar daun 4-7 cm. Daun nipah yang sudah tua berwarna hijau, sedangkan daunnya yang masih muda berwarna kuning, menyerupai janur kelapa. Banyaknya anak daun dalam tiap ental mencapai 25-100 helai.

13

BAB V DOKUMENTASI

14