PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya...

131
1 PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN DONGGALA SULAWESI TENGAH Tesis Untuk memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Ilmu Hukum Minat Utama : Pidana Ekonomi Diajukan oleh : Nouvi Lihu S330908009 PROGAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya...

Page 1: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

1

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN DONGGALA

SULAWESI TENGAH

Tesis

Untuk memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai

Derajat Megister Program Studi Ilmu Hukum

Minat Utama : Pidana Ekonomi

Diajukan oleh :

Nouvi Lihu S330908009

PROGAM MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia dengan segala motivasi atau kepentingannya sejak lama telah

memanfaatkan potensi sumberdaya alam, tumbuhan maupun satwa liar (flora-fauna) baik untuk menunjang ekonomi, sosial budaya dan ilmu pengetahuan dimana pada banyak jenis tumbuhan dan satwa liar, pemanfaatan yang telah dilakukan oleh manusia diyakini telah menyebabkan jenis-jenis tersebut menjadi terancam kepunahan. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting dari sumber daya alam yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara masing-masing maupun bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup, yang kehadirannya tidak dapat diganti.

Meskipun luas daratan Indonesia hanya sekitar 1,32 persen dari luas daratan

dunia, ternyata bila dibandingkan dengan jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang

ada di dunia Indonesia memiliki sekitar 12 persen (515 jenis) dari total jenis

binatang menyusui (mamalia), 7,3 persen (511 jenis) dari total reptil dan 17

persen (1531 jenis) dari total jenis burung di dunia, 270 jenis ampibi, 2827 jenis

ikan tidak bertulang belakang, serta 47 jenis ekosistem. Selain itu sebagai bagian

terbesar di kawasan Indo Malaya, Indonesia merupakan salah satu dari 12 pusat

distribusi keanekaragaman genetik tanaman atau yang lebih dikenal sebagai

Vavilov CentreI. 1

Tiga lokasi utama yang merupakan pusat kekayaan spesies di Indonesia:

1. Papua (memiliki tingkat kekayaan spesies dan endemisitas tinggi).

2. Kalimantan (memiliki tingkat kekayaan spesies tinggi, dengan endemisisitas

yang sedang).

3. Sulawesi (memiliki tingkat kekayaan spesies sedang, dengan endemisitas

tinggi).

1 Kementerian Lingkungan Hidup, Keanekaragam Hayati, http://www.menlh.go.id/i/art/ DFBAB%20VII%20KEANEKARAGAMAN%20HAYATI%2011062003.

Page 3: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

3

Menurut Hartiwiningsih lingkungan hidup yang merupakan harta warisan

yang harus dijaga keutuhannya dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab,

tampaknya tidak dapat dipertahankan lagi keutuhaanya, sebagai akibat kerakusan

manusia dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Pemenuhan kebutuhan

ekonomi tampaknya adalah segalanya meskipun harus mengorbankan kepentingan

lingkungan yang nota bene adalah kepentingan seluruh bangsa didunia pada

umumnya dan bangsa Indonesia khususnya. Pemuasan dan pemenuhan kebutuhan

ekonomi pada masyarakat modern yang konsumtif, kerakusan manusia, korupsi

dan persekongkolan yang dilakukan elit penguasa, kerjasama antara elit penguasa

dengan pebisnis kelas dunia, tampaknya yang menjadi penyebab munculnya

berbagai penyimpangan dalam pengelolaan lingkungan baik yang dilakukan oleh

elit penguasa, pebisnis maupun masyarakat”.2

Dalam siaran pers Nomor: S.632/PIK-1/2008 16 Desember 2008 Kepala

Pusat Informasi Kehutanan menyatakan :

“Pohon Ki Tenjo yang dalam bahasa latinnya disebut Anisoptera costata (Korth) tumbuh alami di Cagar Alam Leuwi Sancang dan Taman Nasional Ujung Kulon. Menurut hasil penelitian Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, di habitat alam aslinya pohon Ki Tenjo tinggal satu batang, dan tidak ditemukan anakannya. Eksplorasi yang dilakukan oleh Titi Kalima pada tahun 2008 di Kawasan TN Ujung Kulon hanya menemukan satu batang Anisoptera Costata Korth yang berdiameter 121 cm. Pohon tersebut masih berdiri tegak pada ketinggian 80 m di atas permukaan laut. Keberadan spesies pohon tersebut sangat rawan punah. Dari pohon yang tersisa tersebut tidak ditemukan anakan. Hal ini menunjukkan bahwa A. costata Korth di tempat tersebut tidak dapat melanjutkan keturunan. Ancaman yang paling mengkhawatirkan adalah penebangan yang dilakukan oleh perambah hutan. Aktivitas perambahan yang makin mendekati lokasi pohon ini sangat mengancam percepatan kepunahannya.3

Kegiatan manusia sangat mempengaruhi keberadaan keanekaragaman hayati yang ada di muka bumi ini, disamping bencana alam yang terjadi secara alami, lebih dari 99 % spesies yang punah saat ini disebabkan oleh akibat yang dilakukan oleh manusia. Dewasa ini, walaupun bukan merupakan satu-satunya

2 Hartiwiningsih. Hukum Lingkungan Dalam Prespektif Kebijakan Hukum Pidana, Surakarta, UNS Press, 2008, Hal 25

3 Masyhud, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Siaran Pers, Jakarta, 2008, www.dephut.go.id

Page 4: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

4

faktor, namun pertumbuhan penduduk dunia yang cenderung pesat merupakan pemicu kepunahan keanekaragaman hayati, dimana pertambahan penduduk dunia manusia meningkatkan penggunaan sumber daya alam. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut, maka kegiatan manusia menimbulkan berbagai tindakan yang mengancam berbagai keberadaan keanekaragaman hayati.4

Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia, maka upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah menjadi kewajiban mutlak dari tiap generasidimana pada akhir-akhir ini usaha-usaha konservasi isu yang paling banyak dibicarakan. Arie Trouwborst mengemukakan :

On the current agenda of the international community of states, the so-called biodiversity crisis Prominent occupies a position. According to mainstream scientific opinion, species of animals and plants are disappearing at a rate presently Which is 100 to 1.000 times higher than the average rate of Extinction since life on Earth originated. The main Causes of recent extinctions are Well-Known, and all of human origin. In order of significance, they want are: (i) the removal, Degradation and / or fragmentation of species' habitats, (ii) the introduction of alien species, (iii) overexploitation and (iv) pollution. Frequently, extinctions have been the result of a combination of factors These.Broad agreement exists That Which at the current rate of biodiversity is being reduced amounts to a major concern, for Reasons varying behavior from ethics to economics5. (Permasalahan kelangkaan keanekaragaman hayati, pada saat ini menjadi salah satu agenda utama masyarakat internasional. Menurut pendapat pakar ilmiah, spesies hewan dan tumbuhan saat ini menghilang dengan kecepatan 100 sampai 1.000 kali lebih tinggi dibandingkan tingkat rata-rata kepunahan sejak kehidupan di bumi diciptakan. Penyebab utama kepunahan tersebut hampir semua akibat perbuatan manusia, yaitu: (i) penghapusan, degradasi dan / atau fragmentasi 'habitat spesies; (ii) pemasukan spesies asing, (iii) eksploitasi yang berlebihandan (iv) polusi.) Seringkali, kepunahan merupakan hasil kombinasi dari faktor-faktor ini. ada kesepakatan luas bahwa tingkat keanekaragaman hayati saat ini sedang berkurang sangat besar sehingga menjadi perhatian utama, karena alasan-alasan yang bervariasi dari etika ekonomi.

Fakta di atas dapat memberikan gambaran bahwa pemanfaatan yang dilakukan selama ini cenderung tidak memperhatikan prinsip kelestarian. Keberadaan potensi keanekaragaman hayati tidak jauh berbeda dengan habitat

4 Widada dkk. Sekilas Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Ditjen PHKA-JICA, Jakarta, 2006, Hal 29.

5 Arie Trouwborst, Article Conservation Nature International Law International To The Adaptation OF Biodiversity Climate Change: A mismatch. Copyright © 2009 by Oxford University Press. Journal of Environmental Law 2009

Page 5: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

5

(tempat tumbuh atau hidup) yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berbagai tekanan dan gangguan terhadap kawasan konservasi yang dapat berupa perusakan terhadap keutuhan kawasan, perburuan satwa, pengambilan tumbuhan dalam kawasan turut memperparah keberadaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Tindakan yang tidak bertanggung jawab yang dapat menimbulkan kerusakan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam ataupun tindakan yang melanggar ketentuan tentang perlindungan tumbuhan dan dan satwa yang dilindungi, harus diancam dengan sanksi yang berat dan tegas. Sanksi yang berat dan tegas tersebut dipandang perlu karena kerusakan atau kepunahan salah satu unsur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya akan mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi, sedangkan pemulihannya kepada keadaan semula tidak mungkin lagi.

Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam waktu singkat, diperlukan sutu kebijakan dalam pemanfaatan sumber daya alam secara menyeluruh dengan rasa tanggung jawab dan bijaksana. Dalam prespektif hukum kebijakan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya telah diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Selanjutnya dalam penjelasan umum dinyatakan berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berkaitan erat dengan tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu:

a. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan);

b. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);

Page 6: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

6

c. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin kelestariannya (pemanfaatan secara lestari)

Namun ketika kita mencermati tentang pemanfataan sumber daya alam pada akhir-akhir ini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa pemanfaatan yang cenderung tidak memperhatikan dan menjaga keseimbangan populasi dengan habitatnya dan kemerosotan penegakan hukumnya. Sebagai contoh : Dalam Portal Keanekaragaman Hayati Sulawesi Celebes Biodiversity dengan tulisan yang berjudul “Minahasa” Pasar Satwa Liar mengambarkan kebiasaan mengkonsumsi daging satwa liar sebagian orang Minahasa mengakibatkan sebagian besar satwa liar di Sulawesi Utara sudah sangat sulit didapat akibat tingginya penangkapan, sehingga ini memicu perburuan dilakukan lebih jauh sampai ke wilayah propinsi lain yaitu Propinsi Sulawesi Tengah, Barat, Selatan dan Tenggara. Aktifitas pola perburuan yang tinggi dikawatirkan akan berdampak negatif bagi keberlanjutan hidup satwa liar di Sulawesi Utara bahkan seluruh dataran Sulawesi. Ketakutan akan kepunahan satwa liar yang unik di Sulawesi akan menjadi kenyataan jika perburuan intensif ini tidak segera dihentikan. Yaki, Babi Rusa, Burung Rangkong, dan Penyu yang terdapat di Sulawesi merupakan jenis satwa liar yang dilindungi Undang-undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, tetapi sebaliknya satwa liar ini sangat mudah kita jumpai di bebrapa pasar di Minihasa tanpa ada kontrol dari para petugas maupun aparat yang berwenang.6

Menurunya kualitas lingkungan hidup dalam lima tahun terakhir semakin

memprihatinkan, sebetulnya sebelum revormasi bergulir sistem pengelolaan

lingkungan itu sudah mulai efektif, namun perubahan tatanan ekonomi, sosial dan

politik yang disertai dengan perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik

menjadi otonomi melemahkan kepemerintahan termasuk upaya pelestarian fungsi

lingkungan hidup7. Kondisi kebijakan dan penegakan hukum pidana dibidang

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya saat ini masih sangat

menghawatirkan, masih menjadi wacana birokrat/pemerintah, dan belum menuju

pada tindakan konkrit yang prioritas.

6 Celebes Biodiversity, Portal Keanekaragaman Hayati Sulawesi, HPPTwww.celebio.org

diakses pada tanggal 8 September 2009 10.30 WIB. 7 I Gusti Ayu Ketut Rachmi. Penegakan Hukum Lingkungan. Jurnal Ekosains Volume 1

Nomo 2 Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan. Juni 2009. Hal 1

Page 7: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

7

Menurut Catatan Walhi Sulawesi Tengah Masalah yang berkaitan

dengan illegal logging dan legal logging yang paling mengkhawatirkan adalah

yang terjadi di Kabupaten Donggala. Walau di daerah itu tidak ada hak

pengusahaan hutan (HPH), tetapi dengan adanya izin pengelolaan kayu (IPK) dan

izin pengolahan kayu tanah milik (IPKTM) terjadi penebanganan kayu secara

masif. Bahkan disinyalir, kayu yang ditebang tidak hanya berada di aeral IPK dan

IPKTM, tetapi juga menyebar di luar areal tersebut. seperti yang disebut-sebut

terjadi di Desa Tonggolobibi Kecamatan Sojol. Dugaan kasus tersebut sempat

memicu protes masyarakat. Bahkan DPRD Donggala juga ikut turun tangan.

Namun, masalah tersebut hilang bagai ditelan bumi8.

Kondisi yang mengkawatirkan terhadap penegakan hukum konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut menunjukkan adanya sesuatu

yang harus dipahami dan dibenahi secara menyeluruh pada penegakan hukum

secara luas. Penegakan hukum secara luas mencakup tugas dari pembentuk

Undang-Undang yang disebut tahap formulasi, kemudian tahap aplikasi yang

melibatkan aparat penyidik/kepolisian, aparat penuntut umum/kejaksaan, aparat

pengadilan, dan aparat pelaksana pidana.9

Di Indonesia penggunaan sarana hukum pidana tampaknya merupakan

suatu kebijakan yang sudah dapat diterima oleh semua pihak, terbukti selalu

hadirnya sanksi pidana dalam setiap kebijakan pembuatan suatu peraturan

perundangan. Penggunaan hukum pidana dianggap sebagai hal yang wajar dan

normal, dan memang seyogyanya harus ada dalam setiap peraturan perundangan

sebagai upaya ditaatinya suatu peraturan. Namun permasalahan yang muncul,

kebijakan yang bagaimana yang harus ditempuh, agar kebijakan penggunaan

sanksi pidana dalam setiap perundangan benar-benar dapat efektif, kehadirannya

dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, dapat berhasil dan berdaya guna.

Mengingat akhir-akhir ini sarana sanksi pidana dirasakan kurang bermanfaat

karena jarang bahkan hampir tidak pernah diterapkan oleh badan yang berwenang.

8 Pembeberantasan Ilegal Logging Belum jadi prioritas, Radar Sulteng, 23 Agustus 2008 9 Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981. Hal. 112.

Page 8: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

8

Sehubungan dengan hal tersebut Herbert L. Packer dengan bukunya “The limits of

the criminal sanction” dalam Hariwiningsih, mengemukakan :

a. The criminal sanction is indispensable; we could not, now or in the foreseeable future get along, without it

b. The criminal sanction is the best available device we have for dealing with gross and immediate harms and threats of harm

c. The criminal sanction is at once prime guarantor and prime threatener of human freedom. Used providently and humanely, it is guarantor; used indiscriminately and coercively, it is threatener.10

Dari rumusan tersebut dapat dilihat betapa pentingnya kehadiran sanksi

pidana dalam menghadapi berbagai ancaman kejahatan dan pelanggaran baik

masa kini maupun masa yang akan datang. Sanksi pidana merupakan sarana yang

terbaik yang tersedia untuk menghadapi kejahatan dan bahaya besar, ia

merupakan penjamin utama dan suatu ketika bisa merupakan pengancam utama

dari kebebasan manusia. Merupakan penjamin apabila digunakan secara hemat

cermat, dan sebagai pengancam apabila digunakan secara sembarangan dan secara

paksa. Dalam hal dimana hukum lain selain hukum pidana gagal, maka hukum

pidana harus maju kedepan. Hal ini dikemukakan oleh Moderman11 Negara

seyogyanya memidana hal-hal yang bertentangan dengan hukum, yang tidak dapat

dihambat oleh upaya-upaya lain dengan baik, maka hukum pidana harus menjadi

ujung tombak. Tetapi tidak pula bisa diharapkan bahwa hukum pidana akan

mengisi semua kekosongan.

Permasalahan lain yang berkaitan dengan penegakan hukum yaitu

pengetahuan perundang-undangan khususnya yang terkait dengan perlindungan,

pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya masih

belum tersosialisasi dengan baik pada aparat penegak hukum serta instansi terkait

lainnya. Terbatasnya informasi perlindungan, pemanfaatan dan pelestarian sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya, jenis-jenis tubuhan dan satwa yang dilindungi

pengetahuan tentang seluk-beluk perdaganan ilegal tumbuhan dan satwa satwa liar

yang dilindungi, baik di tingkat nasional dan regional masih belum banyak

dipahami oleh aparat penegak hukum dan instansi terkait lainnya.

10 Op. Cit, Hartiwiningsih, Hal 167 11 Op.Cit, Riduan Syahrani, Hal.75

Page 9: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

9

Demikian pula halnya dengan pengetahuan tentang perlindungan,

pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, jenis-

jenis tumbuhan satwa yang dilindungi, serta fungsi ekologinya di dalam

ekosistemnya yang dapat digunakan untuk mendukung upaya penegakan

hukumnya juga belum banyak dipahami oleh aparat penegak hukum dan instansi

terkait lainnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitan dengan judul PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK

PIDANA DI BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN

EKOSISTEMNYA DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN DONGGALA

SULAWESI TENGAH

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, maka permasalahan dalam penulisan

makalah ini dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya tahap aplikasi di wilayah hukum

Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses penegakan hukum pidana di

bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di wilayah

hukum Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang penulis kemukakan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kebijakan penegakan hukum terhadap tindak pidana

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tahap aplikasi di

wilayah hukum Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses penegakan

hukum pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya di wilayah hukum Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.

Page 10: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

10

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan sumbangan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hukum bidang hukum

pidana ekonomi dalam hal penegakan hukum terhadap tindak pidana

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tahap aplikasi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi

pemerintah pada umumnya dan secara khusus bagi Kementerian

Kehutanan c.q. Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan Konservasi Alam

dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hukum khususnya dalam proses

penegakan hukum terhadap tindak pidana konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum Dan Kebijakan hukum

Pidana

1. Penegakan Hukum

Menurut kajian normatif penegakan hukum adalah suatu tindakan

yang pasti yaitu menerapkan hukum terhadap suatu kejadian, yang dapat

diibaratkan menarik garis lurus antara dua titik. Dalam ilmu hukum cara

seperti itu disebut sebagai model mesin otomat dan pekerjaan menegakan

hukum menjadi aktivitas subsumsi otomat. Disini hukum dilihat sebagai

variabel yang jelas dan pasti dan terlihat sangat sederhana12 Dalam

kenyataannya tidak sesederhana itu melainkan yang terjadi penegakan

hukum itu mengandung pilihan dan kemungkinan, oleh karena dihadapkan

12 Satjipto Raharjo, Sosoilogi Hukum Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah, Muhamadiyah University Press, Surakarta, Tahun 2002 Hal 173

Page 11: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

11

kepada kenyataan yang kompleks. Dalam ilmu hukum normatif

kompleksitas tersebut diabaikan, sedangkan sosiologi hukum sebagai ilmu

empirik sama sekali tidak dapat mengabaikannya.13 Menurut Soerjono

Soekanto14 menyebutkan bahwa secara konseptual , inti dan arti

penegakan hukum terletak pada kegiatan meyerasikan hubungan niali-nilai

yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah

dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk

menciptakan , memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan

hidup. Selanjutnya menurut Soerjono Soekanto, agar suatu penegakan

hukum dapat berjalan paling sedikit empat faktor harus dipenuhi :

1. Kaedah hukum atau peraturan itu sendiri 2. Petugas yang menerapkan atau menegakan 3. Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaedah

hukum 4. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut.15

Keempat faktor tersebut harus mempunyai hubungan yang serasi,

kepincangan salah satu unsur akan mengakibatkan bahwa seluruh sistem

akan terkena dampak negatifnya. Selanjutnya Satjipto Raharjo

berpendapat bahwa unsur-unsur yang terlibat dalam proses penegakan

hukum dibagi dalam dua golongan besar, yaitu unsur-unsur yang

mempunyai tingkat keterlibatan yang agak jauh dan yang dekat. Sebagai

contoh unsur yang mempunyai keterlibatan yang dekat dengan proses

penegakan hukum adalah legislatif atau pembuat Undang-Undang dan

polisi, sedang unsur pribadi dan sosial mempunyai keterlibatan yang

jauh.16 Hal ini dapat dipahami karena legislatif adalah badan yang

memproduksi peraturan, sedang polisi adalah badan yang melaksanakan

peraturan sehingga mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan

13 Loc.cit 14 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

RajaGrafindo Perkasa, Jakarta, Tahun 2008, Hal 5. 15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Penerbit CV Rajawali, Jakarta,

Tahun 1980, Hal. 16 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Badan

Pembinaan Hukum Nasional, Bandung Hal. 24

Page 12: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

12

proses penegakan hukum, sedang masyarakat adalah obyek yang terkena

peraturan sehingga wajar apabila keterlibatannya dengan proses penegakan

hukum terlihat lebih jauh. Oleh karena itu menurut Satjipto Raharjo,

penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-

keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-

keinginan hukum disini adalah pikiran-pikiran badan pembuat Undang-

Undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu.

Keberhasilan dari proses penegakan hukum itu sangat tergantung oleh para

pejabat penegak hukum itu sendiri.17 Penegakan hukum dilihat dari

kacamata normatif memang merupakan permasalahan yang sangat

sederhana, tetapi bila dilihat dari kacamata sosiologis maka penegakan

hukum merupakan proses yang panjang dan merupakan suatu perjuangan,

sebagaimana dikemukakan oleh Barda Nawawi Arief, bahwa penegakan

hukum dan keadilan merupakan serangkaian proses yang cukup panjang

dan dapat melibatkan berbagai kewenangan instansi aparat penegak

hukum lainnya (di bidang penegakan hukum pidana melibatkan aparat

penyidik/kepolisian, aparat penuntut umum kejaksaan, aparat pengadilan,

dan aparat pelaksana pidana) 18

Selanjutnya Leden Marpaung mengatakan19

Penegakan hukum tidak berlangsung dalam suasana vakum atau kekosongan sosial. Yang dimaksud dengan kekosongan sosial adalah tiadanya proses-proses di luar hukum yang secara bersamaan berlangsung dalam masyarakat. Proses-proses tersebut adalah seperti ekonomi dan politik. Penegakan hukum berlangsung ditengah-tengah berjalannya proses-proses tersebut. Dengan dikeluarkanya Undang-Undang misalnya maka tidak sim salabim lalu segalanya menjadi persis seperti dikehendaki oleh Undang-Undang itu. Hubungan kompetitif, tarik menarik dan dorong mendorong antara hukum dan bidang serta proses lain di luarnya tetap saja terjadi

17 Loc.cit 18 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan HukumDan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, Penerbit PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, Tahun 2001 Hal.2 19 Leden Marpaung. Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Masalah Prevensinya, Penerbit

Sinar Grafika, Jakarta, Tahun 1997 Hal.22

Page 13: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

13

Menurut Marc Galanter Dalam Satjipto Rahardjo,20

bahwa penegakan hukum tidak sesederhana yang kita duga, melainkan bahwa penegakan hukum itu mengandung pilihan dan kemungkinan, oleh karena dihadapkan kepada kenyataan kompleks. Dalam ilmu hukum normatif kompleksitas itu diabaikan, sedangkan sebagai ilmu yang empirik tidak dapat mengabaikannya. Sosiologi hukum berangkat dari kenyataan di lapangan, yaitu melihat berbagai kenyataan, kompleksitas, yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kenyataan itu membentuk maksud dengan melihat hukum dari (from the other end of the telescope) “Ujung yang lain dari teleskop”. Oleh karena memasukan kompleksitas tersebut ke dalam pemahaman dan analisisnya, maka dalam sosiologi hukum, penegakan hukum itu tidak bersifat logis universal, melainkan variabel.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa penegakan

hukum mengandung pilihan dan kemungkinan, oleh karenanya dihadapkan

pada masalah yang kompleks, baik pada tahap aplikasinya maupun pada

tahap formulasi. Karena kondisinya tidak steril maka dalam proses

penegakannya juga dapat dihinggapi berbagai permasalahan baik yang

positip maupun negatip, dipengaruhi oleh berbagai kepentingan baik

kepentingan pembuat Undang-Undang, kepentingan pelaksana Undang-

Undang, dan kepentingan masyarakat yang terkena Undang-Undang.

Faktor kepentingan dari unsur-unsur yang terdapat didalam proses

penegakan hukum tampaknya memegang peran dominan, sebagaimana

penelitian Stewart Macaulay tentang penegakan hukum kontrak yang telah

dibuat sendiri oleh para pelaku justru banyak yang dikesampingkan,

hubungan bisnis antara para pelaku tidak selalu didasarkan pada kontrak

yang telah dibuat sendiri. Hubungan-hubungan yang seharusnya bersifat

kontraktual tetapi ternyata telah menjadi non kontraktual, karena ternyata

yang bersifat non kontraktual lebih menguntungkan bagi kedua belah

pihak dalam melakukan hubungan bisnis.21

Selanjutnya menutur Muladi penegakan hukum sebagai suatu usaha

untuk menegakkan norma-norma dan sekaligus nilai-nilai yang ada di

belakang norma tersebut. Untuk itu, para penegak hukum harus memahami

20 Satjipto Raharjo. Op.Cit Hal.1 21 Ibid, Hal. 179

Page 14: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

14

betul semangat hukum yang mendasari dibuatnya peraturan hukum yang

hendak ditegakan itu.22 Aparat penegak hukum harus menyadari bahwa

penegakan hukum sebagai sub sistem dari sistem yang lebih luas, rentan

terhadap pengaruh lingkungan, seperti pengaruh perkembangan politik,

ekonomi, pendidikan, globalisasi. Karena itu, pemahaman atas perlunya

kebersamaan dan kerjasama antar komponen yang digambarkan sebagai

pendekatan sistem dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system)

sudah seharusnya terimplementasi dalam tiap komponen atau aparat

penegak hukum.

Sistem peradilan pidana adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk

menanggulangi masalah kejahatan. Komponen-komponen dalam sistem

peradilan pidana itu diharapkan bekerjasama untuk membentuk apa yang

dikenal dengan nama integrated criminal justice administration23.

Menurut Romli Asmasasmita sistem peradilan pidana, yang berarti

interkoneksi antara keputusan dari setiap instansi terkait dalam proses

peradilan pidana. Dengan kata lain, sistem peradilan pidana, di dalamnya

terkandung gerak sistemik dari subsistem-subsistem pendukungnya

(sebagaimana telah dikemukakan di atas), yang secara keseluruhan

berusaha mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output)

yang menjadi tujuan sistem peradilan pidana, yaitu tujuan jangka pendek

berupa resosialisasi pelaku, jangka menengah adalah pencegahan, dan

jangka panjang adalah kesejahteraan sosial.24

Menurut Muladi untuk mencapai tujuan tersebut, sistem peradilan

pidana sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan bidang-bidang

kehidupan manusia. Karena itu, sistem peradilan pidana dalam geraknya

akan selalu mengalami interaksi, interkoneksi, dan interdependensi dengan

22 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, BP. UNDIP, Semarang, Tahun 1995.

Hal 69 23 Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidan, Pusat

Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI, Jakarta, Tahun 1994. Hal 85 24 Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung, Tahun 1996. Hal

14.

Page 15: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

15

lingkungannya dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, teknologi, dan

subsistem-subsistem dari sistem peradilan pidana.25

Apa yang telah dikemukakan tersebut secara singkat, sebagai upaya

menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan,

perlu ada keterpaduan antar subsistem, dan jika tidak terjadi dikhawatirkan

subsistem-subsistem itu akan berjalan sendiri-sendiri, yang pada akhirnya

bukan hasil seperti yang diharapkan, akan tetapi malah sebaliknya.

Demikian juga halnya dengan penegakan hukum terhadap tindak pdana

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dengan

menggunakan sarana penal (hukum pidana) sebagai sarana utamanya,

maka apabila terjadi ketimpangan, tentu akan menumpulkan bekerjanya

sistem peradilan pidana.

Penegakan hukum sebagai upaya untuk menanggulangi tindak pidana

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya melalui sarana

hukum pidana sebagaimana yang sudah dirumuskan dalam Undang-

Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya dan berbagai berbagai perundang-undangan terkait

selanjutnya perlu dioperasionalkan, dilaksanakan atau ditegakan. Undang-

Undang yang berhasil dibuat, tidak akan bergerak jika tidak digerakan.

Dalam arti, proses geraknya itu secara sistemik dari subsistem-subsistem

pendukungnya antara lain, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan.

a. Polisi

Di antara pekerjaan-pekerjaan penegakan hukum pekerjaan

kepolisian adalah yang paling menarik, karena di dalamnya banyak

dijumpai keterlibatan manusia sebagai pengambil keputusan. Polisi

pada hakekatnya dapat dilihat sebagai hukum yang hidup, karena di

25 Opcit, Hal 2-3

Page 16: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

16

tangan polisi tersebut hukum mengalami perwujudannya, setidak-

tidaknya dalam hukum pidana.26

Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan

negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat. 27

Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri

yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,

tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya

ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia

(Pasal 4).

Fungsi dan tujuan kepolisian semacam itu kemudian dijabarkan

lebih lanjut dalam tugas pokok kepolisian yang meliputi:

1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

2) menegakkan hukum

3) memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat (Pasal 13).

Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Pasal 14

menyatakan, kepolisian bertugas untuk:

1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan

2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan

3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat

terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional

5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum

26 Satjipto Raharjdo, Opcit, Hal. 111 27 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Repobik Indonesia

Page 17: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

17

6) Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan

perundang-undangan lainnya

8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan

tugas kepolisian

9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana

termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia

10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang

11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian

12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Selanjutnya Pasal 15 menjelaskan bahwa dalam menjalankan

tugasnya tersebut kepolisian berwenang untuk:

1) Menerima laporan dan/atau pengaduan

2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang

dapat mengganggu ketertiban umum

3) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat

4) mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa

5) Mengeluarkan peraturan kepolisiandalm lingkup kewenangan

administratif kepolisian

6) Melaksakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari

tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan

Page 18: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

18

7) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian

8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret

seseorang

9) Mencari keterangan dan barang bukti

10) Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional

11) Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan

dalam rangka pelayanan masyarakat

12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan

putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan

masyarakat

13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Semua wewenang di atas masih ditambahkan beberapa wewenang

lainnya, antara lain:

1) Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan

kegiatan masyarakat lainnya

2) Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

3) memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor

4) Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik

5) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan

peledak dan senjata tajam

6) Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap

badan usaha di bidang jasa pengamanan

7) Memberikan petunjuk,mendidik dan melatih aparat kepolisian

khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang

teknis kepolisian

8) Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam

menyidik dan memberantas kejahatan internasional

9) Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing

yang berada di wilayah indonesia dengan koordinasi instansi

terkait

10) Mewakili pemerintah ri dalam organisasi kepolisian internasional

Page 19: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

19

11) Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup

tugaskepolisian.

Dalam rangka menjalankan tugasnya, kepolisian masih diberikan

wewenang lain, yaitu:

1) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledehan dan

penyitaan;

2) Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat

kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

3) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam

rangka penyidikan;

4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri;

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

7) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

8) Mengadakan penghentian penyidikan;

9) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

10) Mengajukan permintaan secara langsung kepada imigrasi yang

berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan

mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang

yang disangka melakukan tindak pidana;

11) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik

pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;

12) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab.

Ketentuan terkait “tindakan lain” tersebut menyatakan:

1) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum

Page 20: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

20

2) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan

tersebut dilakukan harus patut, masuk akal dan termasuk dalam

lingkungan jabatannya

3) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;

4) Menghormati hak asasi manusia.

Terkait dengan pejabat kepolisian, Pasal 18 menyatakan, untuk

kepentingan umum pejabat kepolisian negara RI dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya

sendiri (Ayat 1). Pelaksanaan ayat ini hanya dapat dilakukan dalam

keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan

perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian negara RI

(Ayat 2). Selanjutnya dikatakan dalam Pasal 19, dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya, pejabat kepolisian senantiasa bertindak

berdasarkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung

tinggi hak asasi manusia (Ayat 1).

Selanjutnya Pasal 6 Ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa

penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan pejabat

pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

Undang-Undang28. Selanjutnya, berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat

(1) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun

1983 Nomor 36)29 bahwa syarat kepangkatan bagi pejabat polisi

Negara Republik Indonesia sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua

Polisi, sedangkan bagi pejabat pegawai negeri sipil tertentu itu

sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (Golongan

II/b atau yang disamakan dengan itu).

Di samping itu, KUHAP mengatur penyidik pembantu. Menurut

ketentuan Pasal 10 KUHAP, Penyidik pembantu adalah pejabat

28 Andi Hamzah, KUHAP dan KUHP, Cetakan Kedua, PT Rineka Cipta, Jakarta, Hal 237 29 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36)

Page 21: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

21

kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983,

yaitu syarat kepangkatan untuk pejabat polisi Negara Republik

Indonesia sekurang-kurangnya Sersan Dua, sedangkan untuk pejabat

pegawai negeri sipil tertentu dalam lingkungan kepolisian Negara

Republik Indonesia sekurang-kurangnya berpangkat pengatur muda

(Golongan II/a) atau yang disamakan dengan itu.

Penyidik dan penyidik pembantu karena kewajibannya mempunyai

wewenang :

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya

tindak pidana

2) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian

3) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka

4) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan

penyitaan

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat

6) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

7) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi

8) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara

9) Mengadakan penghentian penyidikan

10) Pengadaan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Wewenang-wewenang tersebut di atas, untuk penyidik pembantu

dikecualikan apabila menyangkut penahanan, karena untuk melakukan

hal itu harus ada pelimpahan wewenang dari penyidik. Selanjutnya,

apabila telah mulai melakukan penyidikan, penyidik memberitahu

penuntut umum. Demikian juga, jika telah selesai melakukan

penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara itu

Page 22: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

22

kepada penuntut umum. Lain halnya yang menyangkut penghentian

penyidikan karena tidak terdapat bukti atau peristiwa tersebut bukan

merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum,

penyidik memberitahukan hal itu kepada penuntut umum, tersangka,

atau keluarganya.

b. Kejaksaan

Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 200430 disebut kejaksaan adalah lembaga

pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang

penuntutan serta kewenanangan lain berdasarkan Undang-Undang.

Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, Kejaksaan

harus mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum,

keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-

norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan, serta wajib menggali

nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam

masyarakat.

Sebagai salah satu lembaga penegak hukum, Kejaksaan dituntut

untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum,

perlindungan kepentingan umum, dan penegakan Hak Asasi Manusia.

Selain itu, Kejaksaan juga harus mampu terlibat sepenuhnya dalam

proses pembangunan antara lain turut menciptakan kondisi yang

mendukung dan mengamankan pelaksanaan pembangunan untuk

mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasakan Pancasila, serta

berkewajiban untuk turut menjaga dan menegakkan kewibawaan

pemerintah dan negara serta melindungi kepentingan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 merupakan peraturan

perundang-undangan mengenai Kejaksaan Republik Indonesia. Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 dijelaskan mengenai susunan

organisasi kejaksaan, yang terdiri dari Kejaksaan agung berkedudukan

30 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Repoblik Indonesia

Page 23: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

23

di ibukota negara Republik Indonesia, Kejaksaan Tinggi berkedudukan

di ibukota propinsi, dan Kejaksaan Negeri berkedudukan di ibukota

Kabupaten/ Kotamadya.

Kejaksaan agung dipimpin oleh seorang Jaksa agung yang

mengendalikan tugas dan wewenang Kejaksaan. Dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya, Jaksa Agung dibantu oleh seorang wakil

Jaksa Agung yang merupakan satu kesatuan unsur pimpinan dan

beberapa orang Jaksa Agung Muda sebagai unsur pembantu pimpinan.

Untuk ditingkat propinsi, dipimpin oleh seorang Jaksa Tinggi yang

dibantu oleh seorang wakil Kepala Kejaksaan Tinggi sebagai kesatuan

unsur pimpinan, beberapa orang unsur pimpinan, dan unsur pelaksana.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2004 dimaksud dengan Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi

wewenang oleh Undang-Undang untuk bertindak sebagai Jaksa

Penuntut Umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan

Undang-Undang. Sedangkan berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2004 Penuntut Umum adalah jaksa yang

diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan penuntutan

dan melaksanakan penetapan hakim, dan menunjuk juga pada Pasal 6 a

dan Pasal 6 b KUHAP.

Dalam proses perkara pidana tugas dan wewenang Jaksa Penuntut

Umum di dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun

2004 disebutkan bahwa kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :

1) Melakukan penuntutan

2) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

3) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana

bersyarat, putusan pidana pengawasan,dan keputusan lepas

bersyarat

Page 24: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

24

4) melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

Undang-Undang

5) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang

dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

Selanjutnya dalam Pasal 14 KUHAP disebutkan bahwa Penuntut

Umum mempunyai wewenang :

1) Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik

atau penyidik pembantu

2) Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada

penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3)

dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka

penyempurnaan penyidikan dari penyidik

3) Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau

penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah

perkaranya dilimpahkan oleh penyidik

4) Membuat surat dakwaan

5) Melimpahkan perkara ke pengadilan

6) Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan

hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan,

baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk dating pada

sidang yang telah ditentukan

7) Melakukan penuntutan

8) Menutup perkara demi kepentingan hukum

9) Mengadakan tindakan lain dalamlingkup tugas dan tanggung jawab

sebagai penuntut umum menurut ketentuan Undang-Undang ini

10) Melaksanakan penetapan hakim

Disamping tugas dan wewenang kejaksaan di bidang pidana yang

tersebut dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2004 diatas, pada Pasal 32 juga disebutkan bahwa kejaksaan dapat

diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang.

Page 25: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

25

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, kejaksaan membina

hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta

badan negara / instansi lainnya. Selain itu kejaksaan dapat memberikan

pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah laiinya,

sesuai dengan bunyi Pasal 33 dan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

c. Hakim

Pengaturan mengenai badan pengadilan dalam sistem hukum

dimasukan kedalam kategori kekuasaan kehakiman. Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

mengatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara

yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya

Negara Hukum Republik Indonesia. Lebih lanjut dalam Pasal 2

dikatakan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan

Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer,

lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi.

Menurut Satjipto Rahardjo tugas penyelengaraan peradilan yang

diperinci kedalam kegiatan-kegiatan menerima, memeriksa dan

mengadili perkara, pengadilan melakukan penegakan hukum. Cara

mengadili seperti yang dikehendaki sistem hukum tersebut termasuk

dalam kategori ajudikatif, yaitu menentukan menentukan apa yang

sesungguhnya merupakan isi suatu peraturan, kemudian menentukan

apakah suatu peraturan itu telah dilanggar.31

Pengadilan negeri sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang

tugasnya menerima, memeriksa, dan mengadili dan menyelesaikan

31 Satjipto Rahardjo, Opcit, Hal 77

Page 26: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

26

perkara yang ditunjuk kepadanya wajib menerima, memeriksa, dan

mengadili dan menyelesaikan perkara tersebut.

Stelah pengadilan negeri menerima surat pelimpahan perkara dari

penuntut umum, ketua mempelajari apakah perkara itu termasuk

wewenang pengadilan yang dilimpahinya (Pasal 147 KUHAP). Setelah

mempelajari, langkah yang dilakukan adalah (Pasal 148 KUHAP dan

penjelasannya) sebgai berikut.

1) Dalam hal ketua pengadilan negeri berpendapat, bahwa perkara

pidana itu tidak termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinnya,

tetapi termasuk wewenang pengadilan negeri lain, ia menyerahkan

surat pelimpahan perkara tersebut kepada pengadilan negeri lain

yang dianggap berwenang mengadilinya dengan surat penetapan

yang memuat alasannya.

2) Surat pelimpahan perkara tersebut diserahkan kembali kepada

penuntut umum selanjutnya kejaksaan negeri yang bersangkutan

menyampaikannya kepada kejaksaan negeri di tempat pengadilan

negeri yang tercantum dalam surat penetapan. Dengan demikian,

kejaksaan negeri yang menerima surat pelimpahan perkara tersebut

dari kejaksaan negeri semula, maka ia membuat surat pelimpahan

baru untuk disampaikan ke pengadilan negeri yang tercantum

dalam surat penetapan.

3) Turunan surat penetapan sebagaimana dimaksud dalam angka (1)

di atas disampaikan kepada terdakwa atau penasihat hukum dan

penyidik.

Meskipun, pengadilan negeri telah mengeluarkan surat penetapan,

akan tetapi tidak selalu harus dilaksanakan oleh penuntut umum.

Apabila penuntut umum berkeberatan terhadap surat penetapan

pengadilan negeri tersebut, ia dapat mengajukan perlawanan kepada

pengadilan tinggi yang bersangkutan dalam waktu tujuh hari setelah

penetapan itu diterima, lebih dari itu mengakibatkan batalnya

perlawanan. Perlawanan itu disampaikan kepada ketua pengadilan

Page 27: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

27

negeri yang mengeluarkan penetapan tadi, dan dalam waktu tujuh hari

pengadilan negeri wajib meneruskan perlawanan itu kepada pengadilan

tinggi yang bersangkutan. Untuk itu, pengadilan tinggi dalam waktu

paling lama empat belas hari dapat menguatkan atau menolak

perlawanan itu. Jika pengadilan tinggi menguatkan perlawanan

penuntut umum maka dengan surat penetapan memerintahkan

pengadilan negeri yang bersangkutan untuk menyidangkan perkara

tersebut. Sebaliknya, jika pengadilan tinggi menguatkan pendapat

pengadilan negeri, pengadilan tinggi mengirimkan berkas perkara

pidana itu kepada pengadilan negeri yang bersangkutan (Pasal 149

KUHAP).

Apabila dalam perkara itu tidak terjadi permasalahan yang

berkaitan dengan wewenang mengadili, pengadilan negeri setelah

menerima surat pelimpahan perkara dan berpendapat bahwa perkara

itu termasuk wewenangnya, ketua pengadilan menunjuk hakim yang

akan menyidangkan perkara tersebut dan yang ditunjuk itu menetapkan

hari sidang dan selanjutnya memerintahkan kepada penuntut umum

supaya memanggil terdakwa dan saksi untuk datang di sidang

pengadilan (Pasal 152 KUHAP).

2. Kebijakan Hukum Pidana

Mengkaji politik hukum pidana akan terkait dengan politik hukum.

Politik hukum terdiri atas rangkaian kata politik dan hukum. Menurut

Sudarto,32 Istilah politik dipakai dalam berbagai arti, yaitu :

a. perkataan politik dalam bahasa Belanda berarti sesuatu yang

berhubungan dengan negara.

b. berarti membicarakan masalah kenegaraan atau yang berhubungan

dengan negara

Lebih lanjut Sudarto mengatakan, makna lain dari politik adalah

kebijakan yang merupakan sinonim dari policy. Dengan dasar itu,

32 Sudarto, Hukum Pidana Dan Perkembangan Masyarakat: Kajian Terhadap

Pembaharuan Hukum Pidana, Penerbit Sinar Baru, Bandung, Tahun 1983, Hal.16.

Page 28: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

28

Sudarto mengatakan,33 Politik hukum merupakan kebijakan negara

melalui badan-badan yang berwenang untuk menerapkan peraturan-

peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan dapat digunakan untuk

mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk

mencapai apa yang dicita-citakan. Sedang menurut Solly Lubis,34

politik hukum adalah kebijakan politik yang menentukan peraturan

hukum apa yang seharusnya berlaku mengatur berbagai hal kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.

Atas dasar pendapat para pakar tersebut dapat dilihat dengan jelas

bahwa politik dan hukum mempunyai hubungan yang erat karena

politik berhubungan dengan negara sedangkan hukum berhubungan

dengan suatu aturan, norma, peraturan perundangan-undangan, yang

diproduk oleh negara. Kedekatan hubungan antara politik dan hukum

ini tidak saja pada tataran formulasi tetapi juga dapat dilihat pada

tataran aplikasi dan eksekusi. Hubungan yang erat antara politik dan

hukum ini juga mendapat perhatian dari Mahfud 35 yang menjelaskan

bahwa hukum merupakan produk politik. Hukum dipandang sebagai

dependent variable (variabel terpengaruh) dan politik sebagai

independent variabel (variabel berpengaruh). Dengan asumsi yang

demikian itu, Mahfud36 merumuskan politik hukum sebagai:

Kebijakan hukum yang akan atau telah dilaksanakan secara

nasional oleh pemerintah; mencakup pula pengertian tentang

bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat

konfigurasi kekuatan yang ada di belakang pembuatan dan penegakan

hukum itu. Disini hukum tidak dapat hanya dipandang sebagai Pasal-

Pasal yang bersifat imperative atau keharusan-keharusan, melainkan

33 Loc.cit 34 Solly Lubis, Serba-Serbi Politik Dan Hukum, Mandar Maju, Bandung, Tahun 1989,

Hal.49. 35 Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, LP3ES, Jakarta, Tahun 1998, Hal.1-2 36 Loc.cit

Page 29: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

29

harus dipandang sebagai subsistem yang dalam kenyataan bukan tidak

mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam perumusan materi

dan Pasal-Pasalnya maupun dalam implementasi dan penegakannya.

Berdasar pendapat tersebut terlihat jelas bahwa secara umum

politik/kebijakan hukum selalu ada dan melingkupi bekerjanya hukum

dalam masyarakat baik pada tahap formulasi dimana ide-ide dasar,

kepentingan, keinginan baik yang disukai maupun yang tidak yang

merupakan ekspresi dan keinginan masyarakat diangkat dan

dituangkan dalam bentuk rumusan aturan perundangan-undangan yang

kemudian disahkan oleh lembaga yang berwenang, selanjutnya politik

hukum juga akan mempengaruhi proses aplikasi dimana aturan yang

sudah disahkan oleh lembaga yang berwenang diterapkan dalam proses

pengakan hukum dan yang terakhir akan mempengaruhi pula tahap

eksekusi.

Sedangkan secara khusus politik hukum juga mempengaruhi

berbagai sistem tata hukum yang ada seperti hukum perdata, hukum

pidana, hukum tata pemerintahan, hukum administrasi dan lain-lain,

dimana sistem tata hukum yang terdiri dari unsur-unsur hukum seperti

perdata, pidana, tata negara, administrasi dan lain-lain tersebut diatas

saling bertautan, saling pengaruh mempengaruhi serta saling mengisi.

Oleh karena itu membicarakan satu bidang atau unsur atau subsistem

hukum yang berlaku di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari yang lain

sehingga mirip dengan tubuh manusia, unsur hukum bagaikan organ

yang keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari organ yang lain.37

Hukum pidana yang merupakan bagian dari sistem hukum atau

sistem norma-norma, termasuk bidang hukum publik. Dimana menurut

Utrecht, hukum pidana mempunyai kedudukan istimewa, yang harus

diberi tempat tersendiri di luar kelompok hukum publik dan hukum

privat. Utrecht melihat hukum pidana sebagai suatu hukum sanksi

37 Ilham Bisri, Sistem Hukum Indonesia; Prinsip-prinsip dan Implementasi Hukum Di

Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 39

Page 30: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

30

istimewa, baik atas pelanggaran hukum privat maupun atas

pelanggaran hukum publik. Hukum pidana melindungi kepentingan

yang diselenggarakan oleh peraturan-peraturan hukum privat maupun

peraturan-peraturan hukum publik. Hukum pidana melindungi kedua

macam kepentingan itu dengan membuat sanksi istimewa. Sanksi

istimewa itu perlu, oleh karena kadang-kadang perlu diadakan tindakan

pemerintah yang lebih keras.38

Pidana dan pemidanaan merupakan masalah yang selalu mendapat

perhatian banyak pakar, karena langsung berhubungan dengan

kepentingan mendasar manusia, untuk menentukan apakah suatu

pebuatan dikatagorikan sebagai tindak pidana, pantaskah suatu

perbuatan dikatagorikan sebagai tindak pidana, berapa lama jumlah

sanksi yang tepat bagi suatu perbuatan yang dikatagorikan sebagai

tindak pidana, diperlukan bantuan ilmu yaitu kebijakan hukum pidana.

Menurut Sudarto politik/ kebijakan hukum pidana adalah 39

1. Kebijakan dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan

2. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu.

Selanjutnya Sudarto mengemukakan politik criminal itu dapat

diberi arti sempit, lebih luas dan paling luas.40

- Dalam arti sempit, politik criminal digambarkan sebagai keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum berupa pidana.

- Dalam arti yang lebih luas, ia merupakan keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum, termasuk didalamnya cara kerja pengadilan dan polisi

38 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Edisi Revisi, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2004, Hal.75 39 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni Bandung 1981 Hal.151 40 Ibid, Hal 113-114.

Page 31: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

31

- Dalam arti yang paling luas, ia merupakan keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang betrujuan untuk menegakan norma-norma sentral masyarakat.

Pada bagian lain Sudarto mengemukakan bahwa sebagai bagian

dari politik hukum maka politik hukum pidana mengandung arti

bagaimana mengusahakan atau membuat dan merumuskan suatu

perundang-undangan pidana yang baik. Maka melaksanakan politik

hukum pidana berarti mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil

perundangan-undangan pidana yang paling baik, dalam arti memenuhi

syarat keadilan dan dayaguna.41 Dalam kesempatan lain dikemukakan

pula, bahwa melaksanakan politik hukum pidana mempunyai arti

sebagai usaha mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana

yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk

masa-masa yang akan datang.42

Pada hakekatnya kebijakan hukum pidana dapat

difungsionalisasikan dan dioperasionalkan melalui beberapa tahap,

yaitu tahap formulasi atau tahap kebijakan legislatif, tahap aplikasi

atau kebijakan yudikatif dan tahap eksekutif atau kebijakan

administratif43 Tahap formulasi atau kebijakan legislatif dapat

dikatakan sebagai tahap perencanaan dan perumusan peraturan

perundang-undangan pidana. Tahap aplikasi atau kebijakan yudikatif

merupakan tahap penerapan dari ketentuan peraturan perundang-

undangan pidana yang telah dilanggar. Tahap eksekusi atau kebijakan

administratif adalah tahap pelaksanaan dari putusan pengadilan atas

perbuatan pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Tahap formulasi atau kebijakan legislatif merupakan tahap awal

yang paling strategis dari keseluruhan perencanaan proses

41 Ibid, Hal.152. 42 Ibid, Hal. 20. 43 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, Tahun 2001 Hal 75.

Page 32: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

32

fungsionalisasi atau operasionalisasi hukum pidana. Tahap formulasi

atau kebijakan legislatif tersebut menjadi dasar, landasan dan pedoman

bagi tahap-taha fungsionalisasi atau operasionalisasi hukum pidana

berikutnya, yaitu tahap aplikasi dan eksekusi.44 Kesalahan atau

kelemahan tahap formulasi atau kebijakan legislatif merupakan

kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat bagi tahap-tahap

berikutnya dalam kebijakan hukum pidana (penal policy), yaitu tahap

apilkasi dan eksekusi 45

Lebih lanjut Marc Ancel dalam Barda Nawawi Arief, menjelaskan

bahwa Modern Criminal Science terdiri dari tiga komponen 46

1. Criminology

2. Criminal Law

3. Penal Policy

Penal Policy (politik hukum pidana) menurut Marc Ancel 47 adalah

ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai tujuan praktis

untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara

lebih baik dan untuk memberi pedoman, tidak hanya kepada pembuat

Undang-Undang, tetapi juga kepada pengadilan yang menerapkan

Undang-Undang dan juga kepada para penyelenggara atau pelaksanan

putusan pengadilan.

Selanjutnya menurut A. Mulder dalam Barda Nawawi Arief Politik

Hukum Pidana (Strafrechtspolitiek) ialah garis kebijakan untuk

menentukan 48

1. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah atau diperbaharui.

44 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung,

1992 Hal 157-158. 45 Ibid, Hal 75. 46 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy) Tanpa Tahun. Hal.1. 47 Ibid. Hal. 7. 48 Loc.cit.

Page 33: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

33

2. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana.

3. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan.

Oleh karena itu jika hukum pidana ditetapkan sebagai sarana untuk

menanggulangi kejahatan maka harus benar-benar memperhitungkan

semua faktor yang dapat mendukung berfungsinya atau bekerjanya

hukum pidana dalam kenyataannya.49 Faktor-faktor yang dapat

mendukung berfungsinya atau bekerjanya hukum pidana tersebut

antara lain dikemukakan oleh Sudarto :50

1. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur merata materiil spiritual berdasarkan Pancasila; sehubungan dengan ini maka (penggunaan) hukum pidana bertujuan untuk menanggulangi kejahatan dan mengadakan pengugeran terhadap tindakan penanggulangan itu sendiri, demi kesejahteraan dan pengayoman masyarakat.

2. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan hukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu perbuatan yang mendatangkan kerugian (material dan atau spiritual) atas warga masyarakat.

3. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan prinsip biaya dan hasil (cost benefit principle)

4. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau kemampuan daya kerja dari badan-badan penegak hukum, yaitu jangan sampai ada kelampauan beban tugas (overbelasting)

Dan yang lebih penting agar sanksi pidana dapat lebih didaya

gunakan, maka perlu dilakukan suatu pendekatan. Menurut Barda

Nawawi Arief, pendekatan tersebut meliputi :

1. Pendekatan rasional

2. Pendekatan fungsional

3. Pendekatan pragmatis

4. Pendekatan nilai

Pendekatan yang rasional memang merupakan pendekatan yang seharusnya melekat pada setiap langkah kebijakan. Hal ini berarti

49 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Penerbit Citra Aditya

Bakti, Bandung, Tahun 1996, Hal. 29-30. 50 Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1983 Hal.44-48.

Page 34: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

34

bahwa suatu politik kriminal dengan menggunakan kebijakan hukum pidana harus merupakan suatu usaha atau langkah-langkah yang dibuat dengan sengaja dan sadar. Sedangkan pendekatan yang fungsional merupakan suatu pendekatan yang melekat (inherent) pada setiap kebijakan yang rasioanl. Artinya dalam memilih dan menetapkan (hukum) pidana sebagai sarana untuk menanggulangi kejahatan harus benar-benar telah memperhitungkan semua faktor yang dapat mendukung berfungsinya atau bekerjanya (hukum) pidana itu dalam kenyataannya.51

Selanjutnya dalam melakukan kebijakan hukum pidana diperlukan

pendekatan yang berorientasi pada kebijakan (policy-oriented

approach) yang lebih bersifat pragmatis dan juga pendekatan yang

berorientasi pada nilai (value-judgment approach).52

Menurut Barda Nawawi Arief, kebijakan kriminal tidak dapat

dilepaskan sama sekali dari masalah nilai, terlebih lagi Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan garis kebijakan pembangunan nasionalnya

bertujuan membentuk “manusia Indonesia seutuhnya” 53 karenanya

seperti dikatakan oleh Christiansen dalam Arief,54 “the conception of

problem crime and punishment is an essential part of the culture of

any society.

Apabila pidana akan digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendekatan humanistis harus pula diperhatikan. Hal ini penting tidak hanya karena kejahatan itu pada hakekatnya merupakan masalah kemanusiaan (human problem), tetapi juga karena pada hakekatnya pidana itu sendiri mengandung unsur penderitaan yang dapat menyerang kepentingan atau nilai yang paling berharga bagi kehidupan manusia.55

Selanjutnya Barda Nawawi Arief mengatakan bahwa pendekatan

humanistis dalam penggunaan sanksi pidana tidak hanya berarti bahwa

pidana yang dikenakan kepada si pelanggar harus sesuai dengan nilai-

nilai kemanusiaan yang beradab, tapi juga harus dapat membangkitkan

51 Op.Cit, Barda Nawawi Arief, Hal.164 52 Loc.cit. 53 Loc.cit. 54 Loc.cit. 55 Loc.cit.

Page 35: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

35

kesadaran si pelanggar akan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai

pergaulan hidup bermasyarakat.56

3. Teori Bekerjanya Hukum

Hukum adalah karya manusia yang berupa norma-norma berisikan

petunjuk-petunjuk tingkah laku. Hukum merupakan pencerminan dari

kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu

dibina dan kemana harus diarahkan. Oleh karena itu pertama-tama

hukum itu mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih oleh

masyarakat tempat hukum itu diciptakan. Ide-ide ini adalah ide

menegenai keadilan. Tentang apakah peraturan itu harus adil dan

mempunyai kegunaan bagi masyarakat, adalah diluar pengutamaan

nilai kepastian hukum. Dengan adanya nilai-nilai yang berbeda

tersebut maka penilaian mengenai keabsahan hukum pun bisa

bermacam-macam. Masalah ini biasanya dibicarakan dalam hubungan

dengan berlakunya hukum.57

Sebagai pedoman atau pengarahan pada warga masyarakat untuk

berperilaku, fungsi hukum menyiratkan perilaku yang diharapkan

diwujudkan oleh masyarakat apabila warga masyarakat melakukan

kegiatan yang diatur oleh hukum. Sebagai sarana pengendalian sosial,

hukum bermakna secara esensial bahwa suatu sistem mengandung

peraturan-peraturan-peraturan perilaku yang benar dan semua

masyarakat akan mengambil langkah untuk mendorong perilaku yang

baik dan memberikan sanksi negatif bagi pelaku yang buruk. Sebagai

sarana penyelesaian sengketa, fungsi hukum adalah menjadi sumber

bagi peneyelesaian sengketa serta pemecahan perselisihan yang timbul

dimasyarakat. Sebagai sarana rekayasa sosial hukum tidak saja

digunakan untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku

yang terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengarahkan

56 Loc.cit. 57 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan Keenam, Bandung,

Tahun 2006, Hal 18-19.

Page 36: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

36

pada tujuan-tujuan yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan-

kebiasaan yang dipandang tidak sesuai lagi, menciptakan pola-pola

kelakuan baru dan sebagainya.58

Melakukan kegiatan dibidang hukum adalah melakukan tindakan-

tindakan yang bermacam-macam, seperti pembuatan dan penerapan

hukum. Apapun juga tindakan dan perbuatan itu, semua merupakan

ekspesi akal pikiran manusia. Oleh karena keadaan yang demikian itu

maka semua usaha dan kegiatan itupun peka dan terbuka terhadap

pengukuran dari sudut prinsip-prinsip berfikir. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pembuatan dan penerapan hukum dapat berasal dari

pembentuk hukum, penegak hukum, para pencari keadilan

(justiabelen) maupun golongan-golongan lain didalam masyarakat.

Faktor-faktor itulah yang harus diidentifikasi, oleh karena itu suatu

kelemahan yang terjadi kalau hanya tujuan-tujuan yang dirumuskan

tanpa mempertimbangkan saran-saran untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut.59

Tentang berlakunya hukum dibedakan atas tiga hal yaitu

berlakunya secara filosofis, yuridis dan sosiologis, yang intinya adalah

effektifitas hukum. Studi efektifitas hukum merupakan suatu kegiatan

yang memperlihatkan suatu strategi perumusan masalah yang bersifat

umum, yaitu suatu perbandingan antara realitas hukum dan ideal

hukum, secara khusus terlihat jenjang antara hukum dalam tindakan

(law ini action) dengan hukum dalam teori (law in theory) atau dengan

kata lain, kegiatan ini akan memperlihatkan kaitan antara law in book

dan law in action.60

Realitas hukum menyakut perilaku dan apabila hukum itu

dinyatakan berlaku, berarti menemukan perilaku hukum yaitu perilaku

58 Soleman B Taneko, Pokok-Pokok Studi Hukum Dalam Masyarakat. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Tahun 1993, Hal.39-41

59 Soerjono Soekanto, Efektifitas Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Karya, Bandung, 1985, Hal. 119.

60 Soleman B Taneko,op.cit, Hal.47-48

Page 37: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

37

yang sesuai dengan ideal hukum. Dengan demikian apabila ditemukan

perilaku yang tidak sesuai dengan ideal hukum, yaitu tidak sesuai

dengan rumusan yang ada pada Undang-Undang atau keputusan hakim

(case law) dapat berarti bahwa diketemukan keadaan dimana ideal

hukum tidak berlaku, dan mengingat perilaku hukum itu terbentuk

karena faktor motif dan gagasan, maka tentu saja bila diketemukan

perilaku yang tidak sesuai dengan hukum berarti ada faktor penghalang

atau kendala bagi terwujudnya perilaku sesuai dengan hukum.

Ada tiga nilai dasar yang perlu mendapat perhataian dari

pelaksanaan hukum yakni, keadilan, kepastian hukum dan

kemanfaatan, yang mengarahkan hukum pada pertimbangan kebutuhan

masyarakat pada suatu saat tertentu. Hukum benar-benar mempunyai

peranana nyata bagi masyarakat dimana kekuatan sosial bekerja dalam

tahapan pembuatan Undang-Undang. Kekuatan sosial itu akan terus

berusaha masuk dan mempengaruhi setiap proses legislasi secara

efektif dan efesien. Peraturan yang dikeluarkan itu memang akan

menimbulkan hasil yang diinginkan, tapi efeknya sangat tergantung

pada kekuatan-kekuatan sosial yang melingkupinya.

Masyarakat dan ketertibannya merupakan dua hal yang

berhubungan secara erat, bahkan bisa juga dikatakan sebagai dua sisi

mata uang. Susah untuk mengatakan adanya masyarakat tanpa ada

suatu ketertiban, bagaimanapun kualitasnya. Ketertiban dalam

masyarakat diciptakan secara bersama-sama oleh berbagai lembaga

secar bersama-sama seperti hukum dan tradisi. Oleh karena itu dalam

masyarakat juga dijumpai berbagai macam norma yang masing-masing

memberikan sahamnya dalama menciptakan ketertiban itu. Kehidupan

dalam masyarakat yang sedikit banyak berjalan dengan tertib dan

teratur ini didukung oleh adanya suatu tatanan, karena adanya tatanan

inilah kehidupan menjadi tertib.61

61 Satjipto Rahardjo, op.cit, Hal 13

Page 38: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

38

Suatu tatanan yang ada dalam masyarakat kita sesungguhnya

terdiri dari suatu kompleks tatanan yaitu terdiri dari sub-sub tatanan

yang berupa kebiasaan, hukum dan kesusilaan. Dengan demikian

ketertiban yang terdapat dalam masyarakat ini senantiasa terdiri dari

ketiga tananan tersebut diatas,62 keadaan yang demikian ini memberi

pengaruhnya tersendiri terhadap masalah effektifitas tatanan dalam

masyarakat. Efektifitas ini bisa dilihat dari segi peraturan hukum

sehingga ukuran-ukuran untuk menilai tingkah laku dan hubungan-

hubungan antara orang-orang pun didasarkan pada hukum atau tatanan

hukum.

Menurut Soerjono Soekanto bahwa masalah pokok penegakan

hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin

mempengaruhinya, faktor-faktor itu mempunyai arti yang netral,

sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor-faktor

tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a) Kaedah Hukum atau peraturan itu sendiri;

b) Petugas yang menegakannya;

c) Fasilitas yang diharapkan mendukung pelaksanaan hukum;

d) Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan

tersebut;

e) Budaya Hukum63

Selanjutnya menurut Robert B Saidman, bekerjanya hukum sangat

dipengaruhi oleh kekuatan atau faktor-faktor sosial dan personal.

Faktor-faktor sosial dan personal tidak hanya berpengaruh terhadap

masyarakat (rakyat) sebagai sasaran yang diatur oleh hukum,

melainkan terhadap lembaga-lembaga hukum. Dari arah panah

sebagaimana yang terlihat pada bagan dibawah dapat diketahui bahwa

hasil akhir dari pekerjaan tatanan dalam masyarakat tidak bisa hanya

62 Satjipto Rahardjo, op.cit. Hal. 14

63 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. RajaGrafindo. Jakarta. 2008, Hal. 8

Page 39: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

39

Pemegang peranan

dimonopoli oleh hukum melainkan juga oleh kekuatan sosial dan

personal lainya.

Teori bekerjanya hukum dari Robert B. Saidman tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Teori bekerjanya hukum dari Robert B. Saidman Faktor – faktor Sosial dan personal lainya

Umpan Balik

Norma

Umpan balik Norma

Aktifitas Penerapan

Lembaga Pembuat Peraturan

Lembaga penerap

peraturan

Page 40: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

40

Faktor – faktor Sosial Faktor – faktor Sosial dan personal lainya dan personal lainya

Bagan tersebut diatas diuraikan dalam dalil-dalil berikut ini : 64

1. Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang peranan (rule occupsnt) itu diharapkan bertindak.

2. Bagaimana seorang pemegang peranan itu akan bertindak sebagai suatu respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksi, aktifitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan komplek kekuatan sosial, politik dan lainya-lainya mengenai dirinya.

3. Bagamana lembaga – lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan-kekuatan sosial, politik dan lain-lainya yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari para pemegang peranan.

4. Bagaimana para pembuatan Undang-Undang itu akan bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan-kekuatan sosial, politik, idiologis dan lain-lainya yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari para pemegang peranan serta birokrasi.

Bekerjanya hukum sebagai suatu pranata didalam masyarakat,

terdapat suatu faktor yang menjadi perantara yang memungkinkan

terjadinya penerapan dari norma-norma hukum itu. Regenerasi atau

penerapa hukum dalam kehidupan masyarakat itu hanya dapat terjadi

melalui manusia sebagai perantaranya. Masuknya faktor manusia

kedalam hukum, khususnya didalam hubungan dengan bekerjanya

hukum itu, mempaba kepada penglihatan mengenai hukum sebagai

karya manusia didalam masyarakat, maka tidak dapat membatasi

masuknya pembicaraan mengenai faktor-faktor yang memberikan

beban pengaruhnya (impact) terhadap hukum, yang meliputi :

a) Pembuatan Hukum

64 Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat dan Pembangunan, Alumni, Bandung, 1980, Hal

27

Page 41: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

41

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengatur kehidupan

bersama manusia, hukum harus menjalanai suatu proses yang

panjang dan melibatkan berbagai aktifitas dengan kualitas yang

berbeda-beda. Jika masalah pembuatan hukum itu hendak dilihat

dengan bekerjanya hukum sebagai suatu lembaga sosial, maka

pembuatan hukum itu dilihat sebagai fungsi masyarakat.

Apabila hukum itu dilihat sebagai karya manusia maka

pembicaraannya juga sudah harus dimulai sejak dari pembuatan

hukum. Jika masalah pembuatan hukum itu hendak dilihat dalam

hubungan dengan bekerjanya hukum sebagai suatu lembaga sosial,

maka pembuatan hukum itu dilihat sebagi fungsi masyarakatnya.

Didalam hubungan\nya dengan masyarakat, pembuatan hukum

merupakan cerminan dalam model masyarakat. Menurut

Chambliss dan Saidman, terdapat 2 model masyarakat yaitu : 65

1. Model masyarakat yang berdasarkan pada basis kesepakatan akan nilai-nilai (value consensus), masyarakat yang demikian ini akan sedikit sekali menegenal adanya konflik atau ketegangan didalamnya sebagai akibat adanya kesepakatan nilai-nilai yang menjadi landasan kehidupanya, dengan demikian masalah yang dihadapai oleh pembuatan hukum hanyalah menetapkan nilai-nilai apakah yang berlaku didalam masyarakat itu.

2. Masyarakat dengan model konflik. Di dalam hal ini masyarakat dilihat sebagai suatu penghubungan yang sebagian warganya mengalami tekanan-tekanan oleh sementara pihak warga lainya, perubahan dan konflik-konflik merupakan kejadian yang umum. Nilai-nilai yang berlaku didalam masyarakat berada dalam situasi konflik satu sama lainnya sehingga ini juga akan tercermin dalam pembuatan hukumnya.

b) Bekerjanya Hukum di Bidang pengadilan

Pembicaraan mengenai bekerjanya hukum dalam hubungan

dengan proses peradilan secara konvensional melibatkan

pembicaraan tentang kekuasaan kehakiman, prosedur perkara dan

65 Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat….., op.cit, Hal 49

Page 42: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

42

sebagainya. Masalahnya bagaimana mengatur penyelesaian

sengketa secara tertip berdasarkan prosedur-prosedur formal yang

ditentukan. Keadaan menjadi agak lain, apabila penyelesaian

sengketa itu dilihat sebagai fungsi kehidupan sosial. Dalam hal ini

yang menjadi masalah adalah bagaimana bekerjanya pengadilan

sebagai suatu pranata yang melayani kehidupan sosial. Didalam

kerangka penglihatan ini maka lembaga pengadilan tidak dilihat

sebagai suatu badan yang merupakan bagian-bagian dari

keseluruhan nilai-nilai dan proses-proses yang bekerja didalam

masyarakat tersebut.66

c) Pelaksanaan Hukum (hukum sebagai suatu proses)

Hukum tidak dapat bekerja atas kekuatannya sendiri,

melainkan hukum hanya akan dapat berjalan melalui manusia.

Manusialah yang menciptakan hukum, tetapi juga untuk

pelaksanaan hukum yang telah dibuat itu masih diperlukan campur

tangan manusia pula. Oleh karena itu masih diperlukan langkah

yang memungkinkan ketentuan hukum dapat dijalankan.

Pertama, harus ada pengangkatan pejabat sebagaimana

ditentukan dalam peraturan hukum. Kedua, harus ada orang-orang

yang melakukan perbuatan hukum. Ketiga, orang-orang tersebut

mengetahui adanya peraturan tentang keharusan bagi mereka untuk

menghadapai pegawai yang telah ditentukan untuk mencatatkan

peristiwa hukum tersebut.67

d) Hukum dan Nilai-Nilai di Dalam Masyarakat

Hukum menetapkan pola hubungan antar manusia dan

merumuskan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat kedalam

bagan-bagan. Di dalam masyarakat ada norma-norma yang disebut

sebagai norma yang tertinggi atau norma dasar. Norma ini adalah

66 Satjipto Raharjdo, Ilmu……, op.cit, Hal 53 67 Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat….op.cit, Hal 71.

Page 43: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

43

norma yang paling menonjol, yang paling kuat kerjanya atas diri

anggota-anggota masyarakat, seperti halnya dengan norma maka

nilai itu diartikan sebagai suatu pernyataan tentang hal yang

diinginkan oleh seseorang. Norma dan nilai itu merujuk pada hal

yang sama tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Norma itu

mewakili suatu perspektif sosial, sedangkan nilai melihatnya dari

sudut perspektif individual.68

Menurut Radburch, nilai-nilai dasar dari hukum meliputi

keadialan, kegunaan (zweckmasziqkeif) dan kepastian hukum.

Sekalipun ketiga-tiganya itu merupakan nilai dasar dari hukum namun

diantara mereka terdapat suatu Spannunghsverhaltnis, yaitu suatu

ketegangan antara satu sama lain. Keadaan yang demikian itu dapat

dimengerti, kerena ketiga-tiganya berisikan tuntutan yang berlain-

lainan dan yang satu sama lainnya mengandung potensi untuk

bertentangan. Apa yang sudah dinilai sah atas dasar persyaratan yang

harus dipenuhi oleh suatu peraturan, bisa dinilai tidak sah dari segi

kegunaannya bagi masyarakat.69

Hukum agar bisa berfungsi dapat dipakai bila pendekatan dengan

mengambil teori Robert Saidman yang menyatakan bahwa bekerjanya

hukum dalam masyarakat itu melibatkan tiga kemampuan dasar, yaitu

pembuat hukum (Undang-Undang, birokrat pelaksana dan masyarakat

objek hukum). Pelaksana hukum, perilakunya ditentukan pula

peranannya yang diharapkan daripadanya, namun bekerjanya harapan

itu tidak hanya ditentukan oleh peraturan-peraturan saja, melainkan

juga ditentukan oleh faktor-faktor lainya, tetapi juga oleh : 70

a. Sanksi-sanksi yang terdapat didalamnya

68 Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat…..op.cit., 1980, Hal 78. 69 Radburch dalam Satjipto Rahardjo, Ilmu…..op.cit, Hal 19. 70 Esmi Warasih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologi,PT. Suryandaru,Semarang,

2005, Hal 107.

Page 44: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

44

b. Aktifitas dari lembaga-lembaga atau badan-badan pelaksana

hukum

c. Seluruh kekuatan sosial, politik dan lainnya yang bekerja atas

diri pemegang peran itu.

B. Sistem Pemidanaan dan Pengaturan Pidana dalam Undang-Undang No 5

Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya dan Bebrapa Undang-Undang Terkait

1. Sistem Pemidanaan

Secara konseptual, Barda Nawawi Arief, mengutip pernyatan L.H.C.

Hulsman, mengemukakan bahwa sistem pemidanaan (the sentencing

system) adalah aturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

sanksi pidana dan pemidanaan. Apabila pengertian pemidanaan diartikan

secara luas sebagai suatu proses pemberian atau penjatuhan pidana oleh

hakim, maka dapatlah dikatakan bahwa sistem pemidanaan mencakup

pengertian:

a. Keseluruhan sistem (aturan perundang-undangan) untuk pemidanaan

b. Keseluruhan sistem (aturan perundang-undangan) untuk pemberian/

penjatuhan dan pelaksanaan pidana

c. Keseluruhan sistem (aturan perundang-undangan) untuk

fungsionalisasi/ operasionalisasi/konkretisasi pidana

d. Keseluruhan sistem (perundang-undangan) yang mengatur bagaimana

hukum pidana itu ditegakkan atau dioperasionalkan secara konkret

sehingga seseorang dijatuhi sanksi (hukum pidana).

Dengan mengacu pada pengertian ini, maka semua perundang-

undangan adalah berhubungan dengan hukum pidana material/substantif.

Hukum pidana formal dan hukum pelaksanaanpidana dapat dilihat sebagai

satu kesatuan sistem pemidanaan. Dengan kata lain, sistem pemidanaan

terdiri dari subsistem hukum pidana substantif, subsistem hukum pidana

formal, dan subsistem hukum pelaksanaan/eksekusi pidana.

Beberapa konsep mendasar yang berhubungan dengan sistem

pemidanaan:

Page 45: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

45

a. Kejahatan dan Pelanggaran

Penggolongan ini diatur di dalam buku tersendiri. Buku II memuat

tentang jenis-jenis tindak pidana yang termasuk dalam golongan

kejahatan. Sedangkan tindak pidana yang termasuk di dalam golongan

pelanggaran diatur di dalam Buku III. Kata kejahatan dan pelanggaran

merupakan terjemahan dari istilah misdrijf dan overtreding dalam

Bahasa Belanda.

Sebenarnya tidak mudah membedakan kejahatan dengan pelanggaran,

karena keduanya merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Tetapi

ada dua cara untuk menemukan perbedaan itu, yaitu: pertama, meneliti

maksud dari pembentuk Undang-Undang; kedua, meneliti sifat-sifat

yang berbeda antara tindak-tindak pidana yang termuat di dalam Bab II

KUHP dan tindak-tindak pidana yang termuat di dalam Buku III

KUHP71.

b. Tindak Pidana Material dan Formil

Penggolongan tindak pidana ini adalah berdasarkan cara perumusan

ketentuan hukum pidana oleh pembentuk Undang-Undang. Apabila

perumusan tindak pidana dirumuskan tanpa menyebutkan secara rinci

kegiatan atau tindak pidananya, tetapi hanya menyebutkan perbuatan

yang menyebabkan suatu akibat tertentu, maka tindak pidana ini

disebut sebagai tindak pidana material. Sedangkan apabila tindak

pidana itu dirumuskan dengan menggambarkan wujud perbuatannya

tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan oleh perbuatan itu, maka

tindak pidana semacam itu disebut sebagai tindak pidana formil.72

c. Unsur Kesengajaan dan Kelalaian dalam Tindak Pidana

Kesengajaan (dolus) menurut teori kehendak (wilstheorie) dan teori

pengetahuan (voorstellingstheorie) adalah adalah perbuatan atau

71 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama,

Bandung, 2003, Hal.32-33. 72 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Ketujuh, Rineka Cipta, Jakarta, 2002,

Hal. 88-90.

Page 46: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

46

tindakan yang dikehendaki dan diketahui akan mewujudkan perbuatan

yang oleh peraturan perundang-undangan dikategorikan sebagai tindak

pidana. Sebuah teori lain yang disebut dengan inkauf nehmen atau oleh

Moeljatno disebut dengan teori “apa boleh buat”, menyatakan bahwa

kesengajaan merupakan perbuatan atau tindakan yang kemungkinan

akibatnya diketahui oleh terdakwa dan sikapnya atas kemungkinan

tersebut, andaikata terjadi, adalah berani mengambil risikonya.73

Sementara, kelalaian (tidak sengaja atau culpa) adalah tindak pidana

yang dilakukan dalam situasi di mana terdakwa tidak mengetahui sifat

melawan hukumnya perbuatan tersebut.74

d. Subjek Tindak Pidana

Subjek tindak pidana adalah orang yang bisa dikenakan tanggung

jawab pidana. Dalam konsep hukum perdata yang kemudian diadopsi

dalam hukum-hukum publik, orang adalah istilah yang mencakup dua

subjek hukum yakni manusia dan subjek lain yang oleh hukum

ditetapkan sebagai subjek hukum. Dalam konteks yang terakhir ini,

hukum perdata telah mengkategorikan badan hukum sebagai subjek

hukum.75 Namun dalam perkembangan selanjutnya, subjek hukum

pidana tidak hanya manusia dan badan hukum tetapi juga

mencantumkan nama korporasi. Menurut Sutan Sjahdeini, dalam

hukum pidana, pengertian korporasi tidak hanya badan hukum. Di

sana, korporasi meliputi baik badan hukum maupun bukan badan

hukum. Cakupannya, bukan saja badan-badan hukum seperti perseroan

terbatas, yayasan, koperasi, atau perkumpulan yang telah disahkan

sebagai badan hukum yang digolongkan sebagai korporasi menurut

hukum pidana, tetapi juga firma, perseroan komanditer atau CV, dan

73 Moeljatno, ibid., Hal. 171-177. 74 Moeljatno, ibid., Hal. 185-192. 75 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003,

Hal. 73-74.

Page 47: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

47

persekutuan atau maatschap, yaitu badan-badan usaha yang menurut

hukum perdata bukan suatu hukum. Sekumpulan orang yang

terorganisasi dan memiliki pimpinan dan melakukan perbuatan-

perbuatan hukum, juga termasuk ke dalam apa yang dimaksud dengan

korporasi.76

e. Stelsel Pidana

Stelsel pidana mencakup pengaturan tentang jenis-jenis pidana

(strafsoord), berat ringannya pidana (straafmaat) dan cara bagaimana

pidana itu dilaksanakan (strafmodus).77 Di dalam Pasal 10 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana diatur mengenai jenis pidana

(hukuman), yang terdiri dari:

(1) Pidana pokok:

(a) pidana mati,

(b) pidana penjara,

(c) pidana kurungan,

(d) pidana denda,

(e) pidana tutupan.

(2) Pidana tambahan:

(a) pencabutan hak-hak tertentu,

(b) perampasan barang-barang tertentu,

(c) pengumuman putusan hakim.

Berkaitan dengan berat ringannya pidana, KUHP menyebut pidana

dengan jumlah/maksimum pidana, minimum pidana dan pidana yang

sudah ditentukan jenis dan jumlah atau bentuknya (pidana mati,

penjara seumur hidup dan penjara 20 tahun). Sedangkan cara-cara

pelaksanaan pidana berbeda-beda berdasarkan jenis pidananya.

f. Pidana Administrasi

76 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Graffiti Pers, Jakarta,

2006, Hal. 39-47. 77 Muladi, “Pembaruan Hukum Pidana Yang Berkualitas Indonesia”, Jurnal Masalah-

Masalah Hukum, No. 2 Tahun 1988, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang, Hal. 28.

Page 48: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

48

Pidana administrasi tersebar di berbagai Undang-Undang sektoral di

Indonesia. Pidana ini merupakan bagian dari sanksi administrasi

karena dikenakan kepada pelanggaran-pelanggaran atas hukum

administrasi. Menurut Barda Nawawi Arief, hukum administrasi pada

dasarnya adalah hukum mengatur atau hukum pengaturan (regulatory

rules), yaitu hukum yang dibuat dalam melaksanakan kekuasaan

mengatur/pengaturan maka hukum pidana administrasi sering disebut

sebagai hukum pidana pengaturan atau hukum pidana dari aturan-

aturan (ordnungstrafrecht/ ordeningstrafrecht). Selain itu, kata Barda,

istilah hukum administrasi juga terkait dengan tata pemerintahan,

sehingga istilah hukum pidana administrasi juga ada yang

menyebutnya sebagai hukum pidana pemerintahan

(verwaltungsstrafrehct/bestuursstrafrechct). Dengan demikian, hukum

pidana administrasi merupakan perwujudan dari kebijakan

menggunakan hukum pidana sebagai sarana untuk melaksanakan atau

menegakan hukum administrasi. Jadi, pidana administrasi merupakan

bentuk fungsionalisasi/operasionalisasi hukum pidana di bidang

hukum adiministrasi.78

Adapun sanksi pidana yang dapat dijatuhkan pada pelaku kejahatan atau

pelanggaran di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

secara umum dapat dikenai ketentuan yang termuat dalam Undang-Undang

No.23 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

terdapat dalam Pasal 98 sampai dengan 115 berupa pidana penjara dan denda,

Undang-Undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sanksi pidana berupa

penjara dan denda terdapat dalam Pasal 78, dan Undang-Undang No. 5 Tahun

1999 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

sanksi pidana berupa pidana penjara dan denda. Oleh karena berfungsi sebagai

78 Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,

Hal. 14-15.

Page 49: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

49

umbrella provision maka ketentuan pidana yang termuat dalam Undang-

Undang No.23 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang-Undang No.

32 Tahun 2009 dan Undang-Undang 41 Tahun 1999 terhadap sanksi pidana

yang terdapat dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 berlaku adagium lex

specialis derogat legi generalis atau lex posterior derogat legi periori79.

Pemberlakuan sanksi pidana tersebut secara yuridis formal tergambar dalam

ragaan di bawah ini :

Gambar 2. Ruang Lingkup Pemberlakuan Sanksi Pidana Konservasi

Keanekaragaman Hayati

Sanksi pidana dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009 bersifat umum untuk semua kasus lingkungan hidup dapat dijerat. Sanksi pidana dalam Undang-Undang No 41 Tahun 1999 bersifat khusus untuk kejahatan di luar dan dalam kawasan hutan lindung dan produksi. Sanksi pidana dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1999 bersifat khusus untuk kejahatan konservasi keanekaragaman hayati.

2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

79 Saifullah, Hukum Lingkungan Paradigma Kebijakan Kriminal di Bidang Konservasi

Keanekaragaman Hayati, UIN Malang Press Cetakan I, Malang, 2007, Hal 138-139.

Page 50: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

50

Undang-Undang ini mengenal tindak pidana kejahatan dan

pelanggaran. Keduanya masuk dalam bab tentang ketentuan pidana80.

Lihat Tabel 1.

Tabel 1. Tindak Pidana Kejahatan Dan Pelanggaran Undang-

Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

Pasal Tindak Pidana Kejahatan Pasal Tindak Pidana

Pelanggaran Pasal 40 (1) Melakukan kegiatan yang dapat

mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam

Pasal 40 (3)

Kegiatan di samping dilakukan secara lalai

Pasal 40 (1) melakukan kegiatan yang dapatmengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional

Pasal 40 (3)

Kegiatan di samping dilakukan dengan secara lalai

Pasal 40 (2) Mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

Pasal 40 (2) Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

Pasal 40 (2) Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan,memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup

Pasal 40 (2) Menyimpan,memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati

Pasal 40 (2) Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia

Pasal 40 (2) Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian

80 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya.

Page 51: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

51

tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia

Pasal 40 (2) Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi

Pasal 40 (2) Melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam

Undang-Undang ini mengenal penggolongan tindak pidana materil dan

formil. Rumusan Pasal tindak pidana formil dapat dijumpai di Pasal 40

ayat 2 yang merujuk pada ketentuan Pasal 21 ayat 1 dan 2 serta Pasal 33

ayat 3. Berikut bunyi lengkap Pasal 21 ayat (1) dan (2) serta Pasal 33 ayat

(3). Sedangkan rumusan tindak pidana materil dapat dijumpai dalam Pasal

40 ayat 1, yang merujuk pada ketentuan Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33

ayat (1)81. Lihat Tabel 2.

Tabel 2. Penggolongan Tindak Pidana Materil Dan Formil Undang-

Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya.

Pasal Tindak Pidana Formil Pasal Tindak Pidana Materil Pasal 21 ayat (1) dan (2)

(1) Setiap orang dilarang untuk: a. Mengambil, b. Menebang, memiliki,

merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian- bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

c. Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu

Pasal 19 ayat (1)

Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam.

81 Ibid

Page 52: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

52

tempat di indonesia ke tempat lain di alam atau di luar indonesia.

(2) Setiap orang dilarang untuk: a. Menangkap, melukai,

membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

c. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

d. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

e. Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.

Pasal 33 ayat (3)

Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Pasal 33 ayat (1)

Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional.

Oleh karena terdapat peraturan perundang-undangan yang bersifat

khusus tersebut di atas maka kejahatan atau pelanggaran yang terjadi di

dalam kawasan konservasi dan kejahatan atau pelanggaran terhadap

tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi diberlakukan Undang-Undang

Page 53: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

53

Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya.

3. Undang-Undang Nonor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Jenis-jenis tindak pidana yang termuat di dalam Undang-Undang ini

dibagi menjadi tindak pidana kejahatan dan pelanggaran (lihat tabel 3).

Kedua kategori ini masuk dalam bab tentang ketentuan pidana, yang

secara tegas dipisahkan dari jenis sanksi ganti rugi dan administratif82.

Tabel 3. Jenis-Jenis Tindak Pidana Dalam Undang-Undang Nonor 41

Tahun 1999 tentang Kehutanan

Pasal Tindak Pidana Kejahatan Pasal Tindak Pidana

Pelanggaran Pasal 78 (1)

Kejahatan merusak prasarana dan sarana perlindungan kehutanan

Pasal 78 (8)

Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang

Pasal 78 (1)

Melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan

Pasal 78 (12)

Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi Undang-Undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang

Pasal 78 (2)

Mengerjakan, menggunakan, menduduki kawasan hutan secara tidak sah

Pasal 78 (2)

Merambah hutan

Pasal 78 (2)

Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan jarak dan radius tertentu

Pasal 78 (3) & (4)

Membakar hutan

Pasal 78 (5)

Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di

82 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

Page 54: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

54

dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin (mencuri)

Pasal 78 (5)

Menerima, membeli, atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang dipungut secara tidak sah.

Pasal 78 (6)

Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin menteri.

Pasal 78 (7)

Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan.

Pasal 78 (9)

Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang.

Pasal 78 (10)

Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.

Pasal 78 (11)

Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan.

Undang-Undang ini mengenal penggolongan tindak pidana formil dan

materil83. Tindak pidana formil dapat dijumpai di Pasal 78 ayat (1) dan (2),

yang merujuk ketentuan di Pasal 50 ayat (1) dan ayat (3). Pasal 50 ayat (1)

menyatakan: Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana

perlindungan hutan.

Pasal 50 ayat (3) berbunyi: Setiap orang dilarang84:

83 Loc.cit. 84 Loc.cit.

Page 55: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

55

(a). mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah;

(b). merambah kawasan hutan; (c). melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius

atau jarak sampai dengan: 1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; 2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di

daerah rawa; 3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; 4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; 5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang; 6. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang

terendah dari tepi pantai. (d). membakar hutan; (e). menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam

hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang; (f). menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan,

menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah;

(g). melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri;

(h). mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan;

(i). menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang;

(j). membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang;

(k). membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;

(l). membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi Undang-Undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang.85

Inti dari Pasal-pasal di atas adalah adanya larangan terhadap orang dan

atau badan hukum untuk melakukan suatu kegiatan di kawasan hutan.

85 Loc.cit

Page 56: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

56

Sedangkan untuk rumusan tindak pidana materil, dapat dijumpai dalam

Pasal 78 ayat (1), yang merujuk Pasal 50 ayat (2). Isi Pasal 50 ayat (2)

adalah: “Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan,

izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil

hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan

bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan

hutan.” Pasal ini merumuskan larangan melakukan kegiatan yang

menimbulkan kerusakan hutan. Yang menjadi intinya adalah bukan uraian

perbuatan tetapi perbuatan yang menimbulkan kerusakan hutan.

Selanjutnya Undang-Undang ini sebenarnya mengenal badan hukum

sebagai pelaku tindak pidana. Ketentuan ini diatur di dalam ketentuan

Pasal 78 ayat (14). Pasal ini berbunyi: Tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan

oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan

sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana

masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yang

dijatuhkan. Pasal tersebut mengatur pertanggungjawaban pidana dari

pengurus badan usaha yang melakukan kejahatan di bidang kehutanan.

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang ini hanya mengenal penggolongan tindak pidana

kejahatan. Jenis-jenis tindak pidana di dalam Undang-Undang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut :

(lihat tabel 4)

Tabel 4. Tindak Pidana Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pasal Tindak Pidana Kejahatan

Pasal 98 (1) Melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu

udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku

kerusakan lingkungan hidup

Page 57: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

57

Pasal 100 (1) Melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu

gangguan

Pasal 101 Melepaskan dan/atau mengedarkan produk rekayasa genetik ke media

lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan atau izin lingkungan

Pasal 102 Melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin

Pasal 103 Menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan

Pasal 104 Melakukan dumping limbahdan/atau bahan ke media lingkungan hidup

tanpa izin

Pasal 105 Memasukkan limbah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia

Pasal 106 Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia

Pasal 108 Melakukan pembakaran lahan

Pasal 109 Melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan

Pasal 110 Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun

amdal

Pasal 111 (1) Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan

tanpa dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL

Pasal 111 (2) Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang menerbitkan izin

usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan

Pasal 112 Pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan

terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap

peraturan perundangundangan dan izin lingkungan

Pasal 113 Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,

merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar

yang diperlukan dalam kaitannya dengan pengawasan dan penegakan

hukum yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup

Pasal 114 Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan

paksaan pemerintah

Pasal 115 Dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan

pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup dan/atau

pejabat penyidik pegawai negeri sipil

Pasal-pasal yang memuat ketentuan tindak pidana materil dalam

Undang-Undang ini adalah Pasal 98 ayat (1) yang berbunyi Setiap orang

Page 58: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

58

yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan

dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut,

atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)

danpaling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)86.

Undang-undang menganut asas ultimum remedium. Asas ini

menempatkan penegakan hukum pidana sebagai pilihan hukum yang

terakhir. Penegakan hukum lain berupa mekanisme hukum perdata dan

hukum administrasi harus didahulukan. Jadi jika kedua penegakan hukum

tersebut ternyata tidak mampu juga menyelesaikan dan menghentikan

tindak pidana lingkungan hidup menurut undang-undang ini, maka hukum

pidana dapat ditegakkan87.

C. Kerangka Pikir

Dalam prespektif hukum kebijakan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya telah diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Kebijakan hukum pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya telah dirumuskan dalam UU No. 5 Tahun 1990 yaitu sebagaiman yang terdapat dalam Bab XII tentang Ketentuan Pidana Pasal 40 selanjutnya perlu dioperasionalkan, dilaksanakan dan ditegakan oleh sub-sub sistem penegak hukum pidana.

86 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup 87 Penjelasan Undang-Undang 32 Tahun 2009 ketentuan umum angka 6. Penegakan hukum

pidana dalam Undang-Undang ini memperkenalkan ancaman hukuman minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hukum pidana, dan pengaturan tindak pidana korporasi. Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan asas ultimum remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan.

Page 59: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

59

Namun pada kenyataannya kondisi penegakan hukum pidana dibidang

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sebagai suatu usaha

untuk menegakkan norma-norma tersebut saat ini masih sangat

menghawatirkan, masih menjadi wacana birokrat/pemerintah, dan belum

menuju pada tindakan konkrit yang prioritas.

Kondisi yang mengkawatirkan terhadap penegakan hukum konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dengan sarana hukum pidana

tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor personal dan sosial lainnya.

Adapun skema dari kerangka pikir penulis adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Skema Kerangka Pikir

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya

Penegakan Hukum Pidana Sangat Ditentukan Oleh : 1. Peraturan itu sendiri 2. Petugas yang menerapkan 3. Fasilisats yang mendukung 4. Warga Masyarakat yang

terkena peraturan tersebut

Penegakan Hukum Pidana Oleh Polisi/PPNS Jaksa

Hakim

Proses Penegakan Hukum Pidana Oleh Polisi/PPNS

Jaksa Hakim

Faktor yang mempengaruhi proses penegakan hukum : 1. Adanya kelebihan beban

pekerjaan 2. Belum adanya keberanian

PPNS. 3. Adanya interfensi pejabat

penegak hukum 4. Faktor Ekonomi

Page 60: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

60

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Setiono Metode adalah alat untuk mencari jawaban dari suatu

pemecahan masalah, oleh karena itu suatu metode atau alat harus jelas dahulu

yang akan dicari. Penetuan metode yang digunakan harus cermat, tepat dan

jelas sehingga mendapat kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan 88 Di

dalam penelitian hukum, metode yang digunakan tergantung pada konsep apa

yang akan digunankan.

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

konstruksi secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Motodologi suatu

sistem dan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan

kerangka tertentu89.

Berdasarkan pandangan Soetandyo Wigyosoebroto90, mengemungkakan

ada 5 (lima) konsep hukum, yaitu :

1. Hukum sebagai asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan

berlaku universal.

2. Hukum adalah norma-norma posistif didalam sistem perundang-undangan

nasional.

3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concreto dan

tersistematis sebagai Judge Made Law

4. Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembaga eksis sebagai

variabel sosial yang empirik.

88 Setiono, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum. Program Studi Ilmu

Hukum Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Tahun 2008 Hal.19. 89 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, 2006, Hal 42 90 Setiono, Op.Cit Hal 20-21

Page 61: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

61

5. Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosila

sebagai tanpak dalam interaksi mereka.

Dalam penelitian yang menggunakan konsep hukum ke lima, yaitu hukum

adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak

dalam interaksi antar mereka (hukum yang ada pada benak manusia),91 hukum

disini bukan dikonsepkan sebagai rules tetapi sebagai regularities yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari. Disini hukum adalah tingkah laku atau aksi-aksi

dan interaksi manusia yang secara aktual dan potensial akan terpola. Karena

setiap perilaku atau aksi itu merupakan suatu realita sosial yang terjadi dalam

alam pengalaman indrawi dan empiris, maka setiap penelitian yang

mendasarkan atau mengkonsepkan hukum sebagai tingkah laku atau perilaku

dan aksi ini dapat disebut sebagai penelitian sosial (hukum), penelitian empiris

atau penelitian non doktrinal. Tipe kajian ini adalah kajian keilmuan dengan

maksud hanya hendak mempelajari saja bukan hendak mengajarkan suatu

doktrin. Maka metodenya disebut sebagai metode non doktrinal.92

Dikonsepkan sebagai gejala empiris yang teramati di dalam pengalaman,

hukum jelas tidak lagi dimaknakan norma-norma yang eksis secara eklusif di

dalam suatu sistem legitimasi yang formal, dari segi substansinya, kini hukum

terlihat sebagai suatu kekuatan sosial yang nyata di dalam masyarakat dan

empiris wujudnya, yang bekerja dengan hasil yang mungkin saja efektif akan

tetapi mungkin pula tidak untuk memola perilaku-perilaku aktual warga

masyarakat. Karena dikonsepkan sebagai gejala yang berada, bergerak atau

beroperasi di dunia empiris, hukum baik sebagai kekuatan substansi sosial

maupun sebagai struktur institusi pembuat keputusan in cconcreto yang

berkekuasaan.

Dari perspektif ini kini hukum akan menampakan diri sebagai realitas

sosial yang kasat mata, yang tentunya akan bisa dikategorikan berdasarkan

keajegan-keajegan (regulaties nomos) atau keseragaman-keseragaman

(uniformilities) peristiwanya. Dengan demikian menurut konsepnya hukum

91 Ibid, Hal 21 92 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm 33-34

Page 62: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

62

akan dapat diamati, maka hukum yang dikonsepkan secara sosiologis akan

dapat dijadikan objek penelitian yang dikerjakan secara positifis, non

doktrinal, dan tidak akan lagi dijadikan sekedar objek penggarapan-

penggarapan untuk menyusun sistem normatif yang koheren belaka (atas dasar

prosedur logika deduktif semata-mata).93

Menurut Jane Donoghue dalam International Journal of Law :94 Hence, the existence of empirical socio-legal research on legal procedure and judicial discretion highlighted above elucidates several rudimentary (but non-exhaustive) areas ofinterest to this discussion of the social character of law. Socio-legal research demonstrates thatlaw is inextricably linked to socially constructed notions of justice, fairness and truth which are all underpinned by the exertion of (forms of) power in society. In this regard, law can and should be utilised as a means to better understand the social world, and in particular, the regulation of specific ‘social fields’. As Van Krieken (2006: p. 587) observes: ‘law might be best understood as a kind of meta-knowledge given its role in resolving/managing social and interpersonal conflict but.it will be increasingly important. to see law as part of a ‘‘knowledge production/governance complex’’ rather than simply as gloriously distinct and autonomous’. (Oleh karena itu, adanya penelitian sosial-hukum empiris pada prosedur hukum dan peradilan kebijaksanaan ditandai elucidates beberapa daerah (belum sempurna) dari bunga diskusi ini karakter sosial hukum. Penelitian sosial hukum menunjukkan bahwa hukum adalah terkait erat dengan gagasan keadilan sosial dibangun, keadilan dan kebenaran yang semua didukung oleh tenaga dari (bentuk) kekuasaan dalam masyarakat. Dalam hal ini, hukum bisa dan harus digunakan sebagai sarana untuk lebih memahami dunia sosial, dan khususnya, regulasi spesifik '' bidang sosial. Sebagai Van Krieken (2006: p. 587)95 diamati: 'hukum mungkin terbaik dipahami sebagai semacam meta-pengetahuan yang diberikan perannya dalam menyelesaikan / mengelola sosial dan but.it konflik interpersonal akan semakin penting, untuk melihat hukum sebagai bagian dari “pengetahuan produksi/tata kompleks'' bukan sekadar sebagai luhur berbeda dan otonom').

93 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Metode dan Dinamika Masalahnya, Elsam dan Huma cetakan pertama, 2002, hlm.193-194

94 Jane Donoghue, Reflection on the Sociology of Law : A Rejection of Law as “ Socially Marginal”International Journal of Law, Crime and Justice, Volume 37, Issues 1-2, March-June 2009, Pages 60

95 Van Krieken, R., 2006. Law’s autonomy in action: anthropology and history in court. Social & Legal Studies, dikutip dalam Jane Donoghue, Reflection on the Sociology of Law : A Rejection of Law as “ Socially Marginal”International Journal of Law, Crime and Justice, Volume 37, Issues 1-2, March-June 2009, Pages 60

Page 63: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

63

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum sosiologis atau empiris

(sosiolegal research). Dalam penelitian sosiologis atau empiris maka yang

diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilakukan

penelitian pada data primer lapangan, atau terhadap masyarakat.96

Berdasarkan sifatnya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,

dimaksudkan untuk memberikan data yang teliti seteliti mungkin tentang

manusia dan gejala-gejalanya,97 dengan metode penelitian kualitatif yang

merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis

yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga

perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang

utuh.98

Berdasarkan pengertian di atas, penelitian ini menggunakan jenis

penelitian non doktrinal, dimana penulis menggunakan konsep hukum yang

kelima, yaitu hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku

sosila sebagai tanpak dalam interaksi mereka, tipe kajiannya sosiologi dan

/atau sosial antropologi hukum mengkaji “law as it is in (human ) action” ,

tipe kajiannya sosial/non-doktrinal dengan pendekatan interaksional/mikro

dengan analisis-analisis yang kualitatif ini metode penelitiannya kemudian

penelitiannya menggunakan sosioantropologi, pengkajian humaniora dan

orientasinya kepada simbolik interaksional.99

Konsep hukum yang kelima bukan merupakan konsep normatif

melainkan sesuatu yang normologi. Hukum disini bukan dikonsepkan sebagai

rule tetapi sebagai reguralities yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau

dalam alam pengalaman. Disini hukum adalah tingkah laku atau aksi-aksi dan

interaksi manusia yang secara aktual atau potensial akan terpola. Karena setiap

96 Soerjono, Op.Cit Hal 52 97 Setiono, Op.cit Hal 5 98 Soerjono, Op.Cit Hal 250 99 Burhan Ashshofa., Metode Penelitian Hukum, Cetakan ketiga. Rineka Cipta. Jakarta,

Tahun 2001, Hal .11.

Page 64: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

64

perilaku atau aksi itu merupakan suatu realita sosial yang terjadi dalam alam

pengalaman inderawi dan empiris, maka setiap penelitian yang mendasarkan

atau mengkonsepkan hukum sebagai tingka laku atau perilaku dan aksi ini

dapat disebut sebagai penelitian sosial (hukum), penelitian empiris atau

penelitian yang non doktrinal. Tipe kajian ini adalah kajian keilmuan dengan

maksud hanya mempelajari saja dan bukan hendak mengajarkan sesuatu

doktrin, maka metodenya disebut metode non doktrinal100.

Berdasarkan konsep hukum kelima dengan tipe kajiannya sosial/non-

doktrinal dengan pendekatan interaksional/mikro, tipe kajian ini berupaya

menemukan hukum sebagai fenomena simbolik sebagaimana terwujud dalam

aksi-aksi atau interkasi antara manusia dalam masyarakat.

Dilihat dari bentuknya tersebut diatas, penelitian ini termasuk bentuk

penelitian diagnostik, yang mana penulis ingin mengetahui dan mencari apa

sebab-sebab, ingin menggali pendapat-pendapat, ide-ide, pikiran-pikiran dari

pelaku peristiwa secara langsung dan mendalam mengenai penegakan hukum

terhadap tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam dan

ekosistemnya di wilayah hukum kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilakukan di :

1. Balai KSDA Sulawesi Tengah

2. Pengadilan Negeri Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah

3. Kejaksaan Negeri Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah

4. Kepolisian Resort Donggala Propinsi Sulawesi Tengah

5. Perpustakaan Pascasarjana UNS

6. Perpustakaan Fakultas Hukum UNS

7. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret

C. Jenis dan Sumber Data

100 Ibid, Hal 34.

Page 65: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

65

Karena penelitian ini termasuk penelitian hukum sosiologis atau non-

doktrinal, maka jenis data yang diperlukan adalah data primer dan data

sekunder.

1. Data primer

Merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui

penelitian lapangan atau dari lokasi penelitian. Data primer diperoleh dari

hasil wawancara dengan responden Polisi Resort Donggala, PPNS

BKSDA Sulteng, Jaksa Pengadilan Negeri Donggala, Hakim Pengadilan

Negeri Donggala, Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan.

2. Data sekunder

Adalah jenis data yang mendukung dan menunjang kelengkapan data

primer melalui bahan kepustakaan, buku-buku dan lain sebagainya.

Data sekunder terdiri atas :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan

erat dengan permasalahan yang akan diteliti. Bahan hukum primer

terdiri dari :

1) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam dan Ekosistemnya.

2) Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

3) Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4) Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa Liar.

5) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 Pemanfaatan Tumbuhan

dan Satwa Liar.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan hukum yang

memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang telah dikaji

bahan-bahan hukum primer. bahan hukum sekunder terdiri dari buku-

Page 66: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

66

buku tentang hukum, buku-buku yang berkaitan dengan konservasi

sumber daya alam dan ekosistemnya.

c. Bahan Hukum Tersier

Sebagai bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang meberikan

informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Bahan hukum tersier dalam penelitian ini adalah kamus Besar Bahasa

Indonesia dan Kamus Hukum

Sumber data yang digunakan :

a. Sumber Data Primer

Merupakan data yang diperoleh berdasarkan keterangan dari Polisi

Resort Donggala, PPNS BKSDA Sulteng, Jaksa Pengadilan Negeri

Donggala, Hakim Pengadilan Negeri Donggala, Masyarakat Sekitar

Kawasan Hutan

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah peraturan

perundang-undangan, buku-buku, dokumen-dokumen yang berkaitan

langsung dengan masalah yang diteliti.

D. Teknik Pengumpulan data

Data primer diperoleh dari metode utama pengumpulan data yaitu

wawancara mendalam (indepth interview) melalui penelitian dilapangan.

Penelitian dilapangan sangat penting untuk mengetahui bagaimana penegakan

hukum pidana dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi proses

penegakan hukum tindak pidana konservasi sumber daya alam dan

ekosistemnya di wilayah hukum kabupaten Donggala Sulawesi Tengah tahap

aplikasi.

Dalam hal penentuan teknik sampling, teknik yang dipakai adalah

porposive sampling ( Non Probability Sampling), yakni suatu teknik sampling

dimana sampel yang diambil sudah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini

lokasi yang dijadikan sampel adalah Balai Konservasi Sumber Daya Alam

Page 67: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

67

Sulawesi Tengah Kepolisian Resort Donggala, Kejaksaan Negeri Donggala,

Pengadilan Negeri Donggala.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis model interaktif. Menurut HB.Soetopo teknik analisis kualitatif

dengan metode interaktif terdiri dari tiga komponen yaitu :101

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penyelesaian, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari data yang kasar

yang dmuat dicatatan tertulis.

2. Penyajian Data

Penyajian data berupa rangkaian informasi yang tersusun dalam kesatuan

bentuk narasi yang memungkinkan untuk dapat ditarik suatu kesimpulan

dari penelitian yang dilakukan. Selain dalam bentuk narassi kalimat, sajian

data dapat pula ditampilkan dengan berbagai jenis matrik, gambar,

jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.

3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasinya

Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti

yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap

pengumpulan data yang terdahulu dan dilakukan secara lebih teliti setelah

data tersaji. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi merupakan tahap akhir

dari suatu penelitiabn yang dlakukan dengan didasarkan pada semua hal

yang ada dalam reduksi maupun penyajian data. Teknik analisis kualitatif

interaktif dapat diganbarkan dalam bentuk rangkaian yang utuh antara

ketiga komponen diatas (reduksi data, penyajian data serta penarikan

kesimpulan dan verifikasinya) yaitu sebagi berikut :

101 H.B. Soetopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, UNS Pres, Surakarta, 2006, Hal. 120

Page 68: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

68

Gambar 4: Analisis Data (Interactive Model of Analysis)

Keterangan :

Data yang etrkumpul direduksi berupa seleksi dan penyederhanaan data

dan kemudian diambil kesimpulan. Tahapa-tahap ini tidak harus urut,

yang memungkinkan adanya penilaian data kembali setelah adanya

gambaran kesimpulan.

Data-data yang diperoleh dari wawancara terhadap responden di Balai

KSDA Sulawesi Tengah dan Instansi terkai lainnya mengenai faktor-

faktor apakah yang mempengaruhi penegakan hukum Undang-Undang

Nomor 5 tahun 1990 di Sulawesi Tengah.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pengumpulan Data

Sajian Data Reduksi Data

Penarikan

Page 69: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

69

1. Keadaan dan Gambaran Lokasi Penelitian

Kabupaten Donggala adalah salah satu kabupaten yang berada

diwilayah Propinsi Sulawesi Tengah yang memiliki luas wilayah sebesar

10.471,71 kilometer persegi dan secara geografis terletak pada 0,30o LU

sampai dengan 2,20o LS dan 119,45o sampai dengan 121,45o BT dengan

batas wilayah administrasi Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Toli–Toli, Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan,

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong, dan Sebelah

Barat berbatasan dengan Selat Makassar, dengan jumlah penduduk 471492

jiwa.102

Kabupaten Donggala terdiri atas 21 Kecamatan yaitu Kecamatan

Labuan, Tanantovea, Sindue, Sirenja, Balaesang, Damsol, Sojol, Biromaru,

Tanabulawa , Gumbasa, Palolo, Dolo, Dolo Selatan, Marawola, Pinembani,

Kulawi, Kulawi Selatan, Pipikoro, Banawa Utara, Banawa Selatan dan Rio

Pakava dengan 287 Desa, 9 Kelurahan. Untuk kegiatan ekspor, nilai total

ekspor non migas daerah ini sebesar 17.276.000,49 ribu US$, dengan

konstribusi terbesar datang dari komoditi Biji Kakao (16.267.302,99 ribu

US$), Bahan Bangunan dari Kayu (866.891,72 ribu US$), Ebony Sawn

Timber (105.712,36 ribu US$). Di sektor pertambangan Kabupaten

Donggala ini mempunyai potensi bahan tambang berupa emas, sirtu, kerikil

alam, batu pecah, pasir alam, batu pondasi, dengan sirtu sendiri boleh

dibilang terdapat hapir disemua kecamatan terutama di wilayah Pantai

Barat103.

Luas kawasan hutan Forest Area kabupaten Donggala 708.078 Ha yang

terdiri dari Hutan Lindung Protection Forest seluas 232.995, Hutan

Produksi Biasa Tetap Definitive Production Forest seluas 11.624 Ha,

Hutan Produksi Terbatas Limited Production Forest seluas 294.427 Ha,

Hutan yang Dapat dikonversi Conversion Forest seluas 33.296 Ha, Hutan

102 Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Donggala Dalam Angka

Tahun 2008. 103 Loc.Cit

Page 70: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

70

Suaka Alam dan Huta Wisata Natural Park and Reserve Forest 135.736

Ha dan Luas Kawasan Hutan. Kawasan konservasi yang terdapat di

wilayah Kabupaten Donggala terdiri dari Cagar Alam Gunung Sojol

dengan luas 50.000 Ha, Suaka Margasatwa Pulau Pasoso seluas 5.000 Ha,

dan Taman Wisata Laut Tosale Towale seluas 5.000 Ha. dimana

pengelolaan kawasan konservasi dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber

Daya Alam.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam adalah unit pelaksana teknis di

bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perlindungan

Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) dengan tugas pokok

penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

dan pengelolaan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan

taman buru, koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan

lindung serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan

konservasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku104.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Balai Konservasi Sumber

Daya Alam Sulawesi Tengah menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan kawasan

Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata Alam dan Taman

Buru, konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar

kawasan.

b. Pengelolaan kawasan Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata

Alam dan Taman Buru, konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam

dan di luar kawasan.

c. Perlindungan, pengamanan dan karantina sumberdaya alam hayati di

dalam dan di luar kawasan.

d. Pengamanan, perlindungan dan penanggulangan kebakaran kawasan.

104 Laporan Tahunan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah Tahun

2009

Page 71: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

71

e. Promosi dan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistem kawasan Suaka Margasatwa, Cagar Alam, Taman Wisata

Alam dan Taman Buru,.

f. Pelaksanaan bina wisata alam dan cinta alam serta penyuluhan

konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

g. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya.

h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga105.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.02/Menhut-

II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi Sumber Daya

Alam, struktur organisasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi

Tengah memiliki 2 (dua) Seksi Konservasi Wilayah dan struktur organisasi

Balai KSDA Sulawesi Tengah saat ini adalah sebagai berikut (lihat gambar

4) :

Gambar 5. Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Konservasi

Sumber Daya Alam Berdasarkan Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P.02/Menhut-II/2007

105 Lok.Cit

Balai KSDA

Page 72: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

72

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Balai

Konservasi Sumber Daya Alam, maka kawasan konservasi yang dikelola

oleh Balai KSDA Sulawesi Tengah tersebar di kabupaten-kabupaten yang

berada di Propinsi Sulawesi Tengah. Kawasan konservasi yang saat ini

dikelola Balai KSDA Sulawesi Tengah terdiri atas 7 kawasan Cagar Alam,

8 kawasan Suaka Margasatwa, 7 kawasan Hutan Wisata, dan1 kawasan

Taman Buru, secara keseluruhan berjumlah 23 kawasan dengan jumlah

total luas kawasan 639,802.82 Ha, 8 kawasan memiliki status penetapan

dan sisanya 15 kawasan statusnya masih penunjukan. Sebaran kawasan

konservasi di Kabupaten Donggal dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5

Data Kawasan Konservasi Di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

No Nama

Kawasan

Luas

Kawasan

(Ha)

Status Pengukuhan Jumlah

Petugas Penunjukan Penetapan

Sub Bagian Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Konservasi Wilayah I

Seksi Konservasi Wilayah II

Page 73: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

73

(orang)

1 2 3 4 5 6 1 Cagar Alam

Gunung Sojol

64,448.71 SK.

Menhutbun

No. 354/Kpts-

II/1999

Tgl. 24 - 05 -

1999

1

2 Taman Wisata

Alam Wera

250.00 SK. Mentan.

No.

843/Kpts/UM/1

1/1980 Tgl. 25

- 11 - 1980

2

3 Suaka

Margasatwa

Pulau Pasoso

5,000.00 SK Menhutbun

No. 757/Kpts-

II/1999 Tgl 23

September

1999

1

(Merangk

ap petugas

di TWL

Tosale)

4 Taman Wisata

Laut Tosale

5,000.00 SK Menhutbun

No. 757/Kpts-

II/1999 Tgl 23

September

1999

Dirangkap

petugas

SM Pulau

Pasoso

Wilayah Hukum Kopolisian Resot Donggala, Kejaksaan Negeri

Donggala dan Pengadilan Negeri Donggala adalah mencakup keseluruhan

wilayah pemerintahan Kabupaten Donggala yang luas wilayahnya

10.471.71 KM dengan jumlah penduduk kurang lebih 46 juta jiwa

perkilometer. Kepolisian Resort Donggala terdiri dari 21 Sektor

Page 74: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

74

Kepolisian yang tersebar di 21 Kecamatan sedangkan Kejaksaan Negeri

Donggala terdapat 2 cabang Kejaksaan Negeri yaitu Cabang Kejaksaan

Negeri Tompe dan Cabang Kejaksaan Negeri Sabang.

2. Hasil Penelitian Dokumen

Dari hasil penelitian penulis terhadap penanganan perkara tindak

pidana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di wilayah

hukum Kabupaten Donggala dalam kurun waktu 2006 sampai dengan

2009 tergambar dalam beberapa tabel berikut ini :

a. Kepolisian

Tabel 6

Data Penanganan Kasus Pidana Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya Tahun 2006 samai dengan 2009

POLRES Donggala Sulawesi Tengah

No Undang-Undang

Yang Dilanggar

Kasus Yang Ditangani

JumlahTahun

2006 2007 2008 2009

1 Undang-Undang No. 5

/1990 - - - - -

2 Undang-Undang No

41/1999 7 25 17 42 91

3 Undang-Undang No. 32/

2009 - - - - -

Berdasarkan studi dokumen yang ditemukan penulis, penegakan

hukum tidak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya kebijakan hukum pidana yang diterapkan adalah

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah kasus yang pernah ditangani Polres Donggala

dalam rentan waktu empat tahun terakhir dengan prosentase 0%.

b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Page 75: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

75

Tabel 7

Data Penanganan Kasus Pidana Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya Tahun 2006 samai dengan 2009 Oleh

Penyidik Pegawai Negeri Sipil BKSDA Sulteng di Kabupaten

Donggala

No Undang-Undang

Yang Dilanggar

Kasus Yang Ditangani

Jumlah Tahun

2006 2007 2008 2009

1 Undang-Undang No. 5

1990 1 - - - 1

2 Undang-Undang No

41/1999 - - - - -

3 Undang-Undang No. 32

2009 - - - - -

Berdasarkan studi dokumen yang ditemukan penulis, penegakan

hukum tidak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya kebijakan hukum pidana yang diterapkan adalah

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah kasus yang pernah ditangani Polres Donggala

dalam rentan waktu empat tahun terakhir dengan prosentase 0%.

c. Kejaksaan

Tabel 8

Data Penanganan Perkara Pidana Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya Tahun 2006 samai dengan 2009 Di

Kejaksaan Negeri Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

Page 76: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

76

Perkara Tahun SPDP Penyerahan Surat

Dakwaan Jumlah

Tahap I Tahap II

UU No. 5

Tahun

1990

2006 4 1 3 4

2007 Nihil Nihil Nihil Nihil

2008 Nihil Nihil Nihil Nihil

2009 Nihil Nihil Nihil Nihil

UU No.

41 Tahun

1999

2006 9 2 7 9

2007 29 4 25 29

2008 21 1 20 22

2009 42 12 10 26 42

UU No.

32 Tahun

2009

2006 Nihil Nihil Nihil Nihil

2007 1 1 1

2008 Nihil Nihil Nihil Nihil

2009 Nihil Nihil Nihil Nihil

Data diatas tergambar bahwa kebijkan penegakan hukum terhadap

penegakan hukum tindak pidana konservasi sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya dengan sarana hukum pidana terdapat penurunan

yang sangat drastis dari tahun ke tahun.

d. Pengadilan

Tabel 9

Data Penanganan Perkara Pidana Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya Tahun 2006 samai dengan 2009 Di

Pengadilan Negeri Kabupaten Donggala

Page 77: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

77

No Undang-Undang

Yang Dilanggar

Jumlah Kasus Upaya Hukum

Tahun Banding Kasasi

2006 2007 2008 2009

1 UU No 5 Tahun

1990 Tentang

KSDAE

3 - - - - -

2 UU No. 41 Tahun

1999 Tentang

Kehutanan

7 25 20 26 - -

3 UU No. 32 Tahun

2009 Tentang

Perlindungan Dan

Lingkungan

Hidup

- 1 - - - -

3. Hasil Wawancara

a. Kepolisian

Wawancara dengan AIPDA Taufik Usman pada tanggal 3 Pebruari 2010 diperoleh penjelasan sebagai berikut : 1) Polisi disebut sebagai aparat penegak hukum dan peyebutan itu

yang menonjol dan yang melekat pada pemikiran masyarakat dimana sebenarnya belum mengambarkan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh polisi. Polisi tidak hanya menjalankan hukum melainkan melaksanakan ketertiban yang mana antara keduanya terdapat perbedaan yang sangat jelas dan ini merupakan warna dari pekerjaan polisi. Dalam menjalankan hukum/penegakan hukum sangat berkaitan erat dengan kekuasaan. Oleh hukum polisi diberi sejumlah kewenangan seperti menangkap, menggeledah, menahan, menyuruh berhenti, melarang meninggalkan tempat dan sebagainya dimana polisi ada pada kedudukan yang memaksa sedangkan masyarakat wajib mematuhinya. Kalau kita gambarkan hubungan ini bersifat atas bawah. Sedangkan yang berkaitan dengan tugas sebagai mengayomi melindungi, membimbing dan melayani rakyat polisi berada pada keadaan yang sama atau horisontal atau juga yang biasa disebut kemitraan

Page 78: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

78

2) Polisi dalam mejalankan hukum adalah pekerjaan yang terkait dengan prosedur hukum yang jelas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian halnya dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana di bidang konservasi sumber adaya alam hayati dan ekosistemnya.

Wawancara dengan Brigadir Sutisno penyidik Polres Donggala

pada tanggal 4 Pebruari 2010 diperoleh penjelasan sebagai berikut :

1) Dalam melakukan penyidikan terhadap kasus tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang mengunakan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dalam rentan waktu 2006 sampai dengan 2009 di Polres Donggala belum pernah melakuakan, demikian halnya dengan berbagai undang-undang terkait lainnya. Yang pernah dan sering kami lakukan penyidikan terhadap kasus-kasus illegal logging yang dijerat dengan Undang-undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Ini dilakuakan karena tempat kejadiannya berada di luar kawasan hutan yaitu pada saat hasil hutan ilegal tersebut diangkut. Memang ada beberapa kasus tempat kejadiannya didalam kawasan hutan tetapi bukan dalam kawasan konservasi.

2) Di wilayah hukum Polres Donggala terdapat beberapa kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Gunung Sojol, TWL. Tosale Towale dan SM. Pulau Pasoso namun karen keterbatasan personil untuk melakukan penegakan hukum di daerah tersebut belum maksimal.

3) Animo masyarakat atau kepedulian masyarakat untuk melaporkan tindak pidana pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya atau tindak pidana yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan hidup sangat rendah bahkan tidak ada sama sekali, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya laporan masyarakat atau lembaga suadaya masyarakt yang berkaitan dengan konservasi.

4) Dalam penangan kasus ilegal loging kebanyakan diketahui atau ditemukan oleh polisi walau memang ada beberapa kasus informasi awal berasal dari masyarakat.

5) Dalam proses penyidikan penerapan UU No 41 Tahun 1999 sangat mudah diterapkan karena unsur-unsur pidana yang terumasus dalam Undang-undang tersebut tersebut pada prakteknya sangat mudah untuk ditemukan oleh polisi hal ini sangat berbeda dengan penerapan unsur-unsur pidana dalam Undang-undang nomor 5 Tahun 1990, apalagi ketika barang bukti dan pelaku ditemukan atau ditangkap di luar kawasan hutan.

Selanjutnya Pasal 6 Ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa

penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan pejabat

pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

Page 79: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

79

undang-undang. Selanjutnya, berdasarkan ketentuan Pasal 2 Ayat (1)

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983

Nomor 36) bahwa syarat kepangkatan bagi pejabat polisi Negara

Republik Indonesia sekurang-kurangnya Pembantu Letnan Dua Polisi,

sedangkan bagi pejabat pegawai negeri sipil tertentu itu sekurang-

kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (Golongan II/b atau

yang disamakan dengan itu).

b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Balai Konservasi Sumber Daya Alama

Sulawesi Tengah.

Hasil Wawancara dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Johni

Hutabarat pada tanggal 13 Januari 2010 diperoleh pejelasan sebagai

berikut :

1) Jumlah petugas di CA. Gunung Sojol TWA Tosale Towale dengan luas kawasan sekitar 70.000 Ha hanaya diawasi dua orang petugas. Jadi di sini tugas saya disamping sebagai penyidik juga sebagai Polhut.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagai polhut dalam kasus-kasus tertentu terpaksa melakukan penyimpangan dalam arti ketika menemukan pelanggaran terhadap tindak pidana di dalam kawasan konservasi dalam skala kecil dan berdampak tidak tidak besar dan melihat pelaku yang dalam melakukan perbuatan tersebut hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup hanya dilakukan pembinaan berupa membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan perbuatannya lagi. Tetapi ketika pelakunya dan perbuatannya bisa berdampak besar harus diproses sesuai peraturan yang berlaku.

3) Adanya interfensi dari pelaku pada saat penyidikan, dimana pelaku yang bermodal besar melakukan interfensi dalam proses penyidikan melalui pejabat penegak hukum lainnya.

4) Faktor ekonomi dari petugas bisa mempengaruhi proses penegakan hukum dimana petugas karena keadaan ekonomi yang tidak memadai menerima pemberian dari pelaku sehingga proses tidak berlanjut.

5) Pada saat penyerahan berkas perkara tahap II oleh penyidik ke penunu umum biasanya penuntu umum memperhatikan latar belakang pelaku dimana jika pelakunya masyarakat ekonomi lemah dan dampak pemidanaan akan berpengaruh terhadap keluarga tersangka Jaksa akan menhentikan proses penuntutan.

Page 80: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

80

Hasil Wawancara dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Fachrudin

Desi, SH pada tanggal 14 Januari 2010 diperoleh pejelasan sebagai

berikut :

1) Dalam proses penegakan hukum terutama dalam melakukan melakukan penyidikan, penyidik pegawai negeri sipil pada balai KSDA Sulteng belum memiliki keberanian untuk melakukan penyidikan, hal ini berkaitan dengan belum adanya pengalaman melakukan penyidikan.

2) Sumber daya manusia yang belum memadai baik latar belakang pendidikan penydik maupun pelatihan-pelatihan dan pembinaan dari korwas PPNS dalam rangka peningkatan keteramilan tenik penyidikan masih kurang.

3) Pekerjaan penyidikan hanya merupakan tugas tambahan disamping tugas pokok sebagai PNS atau pejabat fungsional, sehingga dalam pelaksanaanya bersifat insidesil yang tidak diimbangi dengan pemberian dana intensif kepada penyidik, dimana sebaiknya PPNS dijadikan sebagai tugas pokok disamping tugas-tugas lainnya.

4) Dana penyidikan yang tidak memadai.

Hasil Wawancara dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Iskandar, SP

pada tanggal 14 Januari 2010 diperoleh pejelasan sebagai berikut :

1) Dalam proses pemberkasan perkara ketika P.19 dikeluarkan jaksa, penyidik sulit memenuhi sesuai petunjuk yang diberikan jaksa, sebagai contoh sesuai petujuk yang diberikan jaksa pada surat P19 menyerahkan tersangka dimana hal ini tisak dapat dilaksanakan karena tersangkanya telah melarikan diri.

2) Anggaran penyidikan terlalu minim sehingga untuk menjangkau TKP yang berada dalam kawasan konservasi yang masuk wewenang BKSDA Sulteng sulit dijangkau mengingat sebaran kawasan yang berjauhan.

3) Sarana parasarana yang belum mendukung

Hasil Wawancara dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Marwansyah, SH pada tanggal 20 Januari 2010 diperoleh pejelasan

sebagai berikut :

1) Proses penyidikan tidak dapat dilakukan karena laporan kejadian dari petugas Polhut tidak pernah ada dimana tahapannya untuk dapat dilakukan peyidikan harus didahului adanya laporan kejadian. Penegakan hukum yang diterapkan oleh Polisi Kehutanan dengan pendekatan kekeluargaan dimana anggota masyarakat yang tertangkap tangan dilepaskan dengan catatan tidak mengulang

Page 81: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

81

perbuatannya dengan syarat-syarat tertentu yang dubuat dalam surat pernyataan.

2) Tugas penyidikan bersifat temporer sehingga penyidik tidak terlatih dalam melakukan peyidikan.

3) Dana penyidikan yang tidak memadai.

c. Kejaksaan

Wawancara dengan Kepala Seksi Pidana Umum Agustinus Heri

Mulyanto, SH pada tanggal 5 Pebruari 2010 diperoleh penjelasan

sebagai berikut :

1) Dalam sistem peradilan pidana kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan sangat ditentukan oleh subsistem yang lain dalam hal ini polisi maupun penyidik pegawai negeri silpil, karen disini peran polisi sebagai penyidik/PPNS merupakan pintu masuknya seseorang kedalam sistem peradilan pidana, karena tanpa melaui proses yang dilakuakn polisi/PPNS seseorang tidak dapat dilakukan penuntutan (diluar tindak pidana korupsi). Dalam menangani tindak pidana jaksa penuntut umum berpedoman pada KUHAP, yaitu sebelum melakukan penuntutan perkara penuntut umum mempelajari berkas perkara dari penyidik yang menyangkut kelengkapan formil dan materil. Setelah mendapat gamabaran yang jelas tentang tindak pidana yang dilakukan terdakwa penuntut umum membuat surat dakwaan dan melimpahkan perkara ke pengadilan untuk disidangkan.

2) Ketika kita membicarakan tindak pidana yang harus diperhatikan yaitu perbuatan dan sanksi, perbuatan apa yang dilarang dan apa sanksinya. Membicarakan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 yaitu berbicara masalah kawasan hutan yang merupakan suatu kesatuan ekosistem. Didalam merumuskan perbuatan pidana harus dibuktikan unsur-unsur delik dari perbuatan tersebut dan apa sanksinya. Apabila unsur-unsur pidana telah terpenuhi maka terhadap tersangka dapat dilakukan penuntutan.

3) Berdasarkan data yang ada di kejaksaan Negeri Donggala kebijakan hukum pidana yang diterapkan terhadap tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menerapkan pidana diatur Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990. Pada kebanyakan kasus yang terkait dengan hutan dan hasil hutan penerapanya menggunakan Undang-undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

4) Kebijakan pengunaan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sulit untuk diterapkan ada beberapa dalam undang-undang tersebut sulit

Page 82: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

82

dibuktikan telah terjadi perbuatan pidana apalagi tempat kejadian perkara berada di luar kawasan konservasi sementara barang bukti berasal dari kawasan. Kebijakan penggunaan Undang-undang 41 Tahun 1999 diambil mengingat pembuktiannya mudah dan jaksa dalam manangani perkara selalu memperhaikan prinsip biaya murah dan cepat dimana yang diharapkan tujuan dari penggunaan sarana pidana tercapai.

5) Kendala yang dihadapi dalam pemeriksaan berkas oleh jaksa yaitu penyidik belum memahami betul tentang peraturan perundang-undangan yang mejadi dasar hukumnya. Disini terjadi bolak-balik berkas perkara antara penyidik dan penuntut umum sehingga prinsip cepat dalam penganan perkara tidak tercapai. Untuk mengantisipasi hal tersebut diupaya penyidik adalah sarjana hukum sehingga dapat mempermudah dalam proses penyidikan.

6) Belum semua Jaksa memahai tentang konservasi sumber daya alam untuk itu perlu adanya pendidikan dan lepatihan khusus bagi jaksa tentang konservasi sumber daya alam termasuk penggunaan teknologinya.

d. Kehakiman

Wawancara dengan Pranoto, SH Hakim Ketua Pengadilan Negeri

Donggala pada tanggal 2 Pebruari 2010 diperoleh penjelasan sevagai

berikut :

1) Dalam penerapan hukum terhadap tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya itu tergantung dari penilaian dan keyakian hakim apakah akan menerapkan sanksi atau membebaskan terdakawa dari dakwaan jaksa penuntut umum, kebebasan hakim memiliki kebebasan dalam memutus perkara tetapi kebebasan hakim tidak membuta-tuli.

2) Dalam memutus perkara tidak harus sama, harus dilihat secara menyeluruh yaitu aspek yuridis, aspek sosiologisdan aspek filsofis Disparitas bisa saja terjadi walaupun dalam kasus yang sama. Misalnya dalam kasus illegal logging yang pelakunya para cukong dan pemodal besar harus dibedakan dengan pelaku yang masyarakat biasa yang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Harus dibedakan pula illegal logging yang skala besar dan skala kecil. Jadi hakim bukan hanya sekedar corong undang-undang yang melaksanakan hukum sebagai mana tertulis. Hakim dalam memutus perkara harus bebas dalam arti disamping harus memperhatikan aspek prosedural tetapi juga memperhatikan aspek substansial yang berkenaan dangan rasa keadilan dan kemungkinan menimbulkan rasa tidak puas dan yang paling utama adalah menemukan titik keseimbangan antara hak-hak terdakwa dengan kepentingan korban agar tercipta ketertiban dalam masyarakat yang bisa dipertanggung jawabkan.

Page 83: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

83

Wawancara dengan Hakim Wisnu Widodo, SH pada tanggal 22

Pebruari 2010 diperoleh penjelasan sebagai berikut :

1) Hakim dalam menangani perkara mempunyai karakteristik tersendiri tergantung perkara apa yang ditangani dan kepentingan masyarakat mana yang akan dilindungi. Hakim tidak boleh terpaku pada rumusan ancaman pidana seperti rumusan dalam undang-undang tersebut sepanjang dilandasi dengan argumen-argumen hukum.

2) Penegakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan adalah untuk mendapatkan keadilan yang walaupun keadilan dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh pihak-pikah yang berperkara tergantung dari mana mereka melihat. Tetapi pada prinsipnya ada tiga nilai yang harus termuat dalam pengambilan keputusan yaitu keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan, ketiga nilai ini oleh pelaksana hukum harus diupayakan secara maksimal mungkin secara bersama-sama oleh karena itu latar belakang, pendidikan, organisasi, pengalaman, keadaan lingkungan, kursus-kursus, sangat mempengerauhi hakim dalam menjatuhkan putusan yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Adapun fakto-faktor yang dihadapi hakim dalam menjatuhkan pususan perkara kehutanan adalah semua produk hukum yang berkaitan dengan kehutanan itu sendiri, sosiologi, psikologi, faktor kepentingan korban dan faktor sosial lainnya supaya putusan itu menjadi adil.

3) Jika saya mengkaji beberapa putusan di bidang kehutanan yang dalam putusan pidananya mengacu pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 sangat sedikit, ini terjadi karena kehakiman sesuai tugas dan fungsinya hanya menerima, memerika dan memutus perkara, dalam hal perkara pidan itu semua tergantung dari penegak hukum yang lain dalam hal ini kejaksaan. Hakim dalam menerima, mengadila dan memutus perkara pidana berdasarkan surat dakwaan yang dibuat oleh Penuntut umum.

4) Dalam mengambil keputusan harus mempertimbangan filosofi dari suatu peraturan yang terkandung di dalamnya, semua produk putusan ada aspek-aspek lain yang dipertimbangkan, produk putusan tidak selalu sama makanya terbuka upaya hukum bagi pihak-pihak yang belum menerima suatu keputusan dan ini merupakan penghargaan terhadap suatu putusan.

5) Salah satu kekurangan hakim di Pengadilan negeri Donggala yaitu belum ada hakim yang memiliki keahlian di bidang lingkungan. Untuk memiliki keahlian dalam bidang lingkungan seharusnya para hakim diberikan pelatihan khusus atau pendidikan di bidang lingkungan termasuk bidang konservasi. Makanya setiap melakukan persidangan di bidang lingkungan hakim untuk memperoleh kejelasan tentang peristiwa pidana di bidang lingkungan hanya mengandalkan pada keterangan ahli.

Page 84: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

84

B. Pembahasan

1. Kebijakan Aplikatif Hukum Pidana Dalam Penegakan Hukum

Tindak Pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya.

Merebaknya perusakan yang diakibatkan oleh ekploitasi yang

berlebihan dan tidak terencana serta melanggar ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya sangat berkaitan erat dengan adanya

kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan otonomi daerah. Dimana

kebijakan tersebut dimanfaatkan oleh para investor baik dibidang

pertambangan, industri, kehutanan dan lain-lain untuk mengeruk

keuntungan tanpa memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup,

baik air, tanah, udara maupun hutan.

Menurunya kualitas lingkungan hidup dalam lima tahun terakhir

semakin memprihatinkan, sebetulnya sebelum revormasi bergulir sistem

pengelolaan lingkungan itu sudah mulai efektif, namun perubahan tatanan

ekonomi, sosial dan politik yang disertai dengan perubahan sistem

pemerintahan dari sentralistik menjadi otonomi melemahkan

kepemerintahan termasuk upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup106

Prinsip kemanfaatan secara ekonomi dalam jangka pendek menjadi

alasan pembenar untuk tidak melakukan tindakan pencegahan,

pengawasan dan penegakan hukum. Cara pandang ekonomi dalam

memandang dan memahami sistem investasi ternyata sangat berpengaruh

terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup dan proses penegakannya.

Faktor ini ternyata juga merupakan salah satu pemicu maraknya perusakan

dan penjarahan kawasan konservasi, selain kewenangan yang terbatas dari

institusi kehutanan untuk menegakan hukum lingkungan dimana

keterbatasan kewenangan itu tidak diikuti dengan koordinasi dan

106 I Gusti Ayu Ketut Rachmi, Penegakan Hukum Lingkungan. Jurnal Ekosains Volume 1

Nomo 2 Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan. Juni 2009. Hal 1

Page 85: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

85

kerjasama yang baik antar instansi penegak hukum sesuai dengan mandat

undang-undang107.

Contoh kasus pembangunan transmigrasi Ogobayas Kabupaten Parigi

Moutong yang berada dalam kawasan Cagar Alam Gunung Tinombala

pihak pengelola Balai KSDA Sulawesi Tengah hanya sanggup melakukan

upaya penegakan hukum melalu jalur pengadilan dengan berakhir

bebasnya pihak-pihak yang seharusnya bertangung jawab. Indikasi

kekuatan modal untuk memfasilitasi pembuat kebijakan guna melegitimasi

perubahan kebijakan merupakan faktor yang memberi sumbangan terbesar

dalam penyalahgunaan pengelolaan kawasan konservasi.

Menurut Satjipto Raharjo, penegakan hukum adalah suatu proses

untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang

disebut sebagai keinginan-keinginan hukum disini adalah pikiran-pikiran

badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-

peraturan hukum itu. Keberhasilan dari proses penegakan hukum itu

sangat tergantung oleh para pejabat penegak hukum itu sendiri.108

Penegakan hukum dilihat dari kacamata normatif memang merupakan

permasalahan yang sangat sederhana, tetapi bila dilihat dari kacamata

sosiologis maka penegakan hukum merupakan proses yang panjang dan

merupakan suatu perjuangan, sebagaimana dikemukakan oleh Barda

Nawawi Arief, bahwa penegakan hukum dan keadilan merupakan

serangkaian proses yang cukup panjang dan dapat melibatkan berbagai

kewenangan instansi aparat penegak hukum lainnya (di bidang penegakan

hukum pidana melibatkan aparat penyidik/kepolisian, aparat penuntut

umum kejaksaan, aparat pengadilan, dan aparat pelaksana pidana).109

107 Hartiwiningsih. Hukum Lingkungan Dalam Perspektif Kebijakan Hukum Pidana

Cetakan 1, UNS Press, Surakarta, 2008, Hal 57 108 Satjipto Rahardjo, Sosoilogi Hukum Perkembangan Metode Dan Pilihan

Masalah, Surakarta, Muhamadiyah University Press Tahun 2002 Hal 173 109 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan HukumDan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, Bandung Penerbit PT.Citra Aditya Bakti. Tahun 2001 Hal.2

Page 86: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

86

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, penegakan hukum terhadap

tindak pidana konservasi sumber daya alam yaitu suatu tindakan/upaya

yang dilakukan aparat penegak hukum dimulai dari penyelidikan,

penyidikan, penuntutan dan penjatuhan sanksi pidana oleh hakim

sebagiman yang diatur dalam Bab. XII Pasal 40 UU No. 5 Tahun 1990

tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya.

Konsep penegakan hukum yang diatur dalam Undang-Undang No.

5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan

Ekosistemnnya adalah konsep penegakan hukum pidana yang berupa :

a. Tindak pidana materiil

b. Tindak pidana formil

c. Tindak pidana konservasi sumber daya alam adalah kejahatan dan

pelanggaran110

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada

lembaga-lembaga penegak hukum Kepolisian/PPNS, Kejaksaan dan

Pengadilan di wilayah hukum Kabupaten Donggala diperoleh hasil bahwa

prosentase penangan tindak pidana selang waktu empat tahun terakhir

yaitu 2006 sampai dengan 2009 sangat kurang bahkan pada tahun 2007

sampai dengan 2009 tidak ada perkara.

Penegakan hukum dengan sarana hukum pidana (penal) terhadap

tindak pidana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

sangat jarang digunakan oleh aparat penegak hukum polisi/PPNS, Jaksa

dan Hakim di wilayah hukum Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, hal

ini disebabkan karena keterpaduan dan koordinasi penegakan hukum yang

masih lemah, dimana keyakinan bahwa konservasi sumber daya alam

adalah satu sektor terbatas bukan proses yang perlu diperhatikan oleh

semua sektor terkait.

Menurut Soerjono Soekanto secara konseptual, maka inti dan arti dari

penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-

110 Undang-Undang No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya

Page 87: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

87

nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan

mengejahwanta dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

akhir, untuk menciptakan, memlihara, dan mempertahankan kedamaian

pergaulan hidup111. Lebih lanjut menurut beliau bahwa masalah pokok

penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin

mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga

dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Agar

suatu kaedah atau peraturan tertulis senantiasa dapat dikembalikan pada

paling sedikit emapt faktor yaitu112 :

1. Faktor hukumya sendiri 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 4. Faktor Masyarakat, yaitu linkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan.

Untuk mengkaji lebih dalam bagaimana penegakan hukum terhadap

tindak pidana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tahap

aplikasi di wilayah hukum Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah maka

pembahasan ini akan merujuk pada teori Soerjono Soekanto tersebut.

a. Kaedah hukum atau peraturan itu sendiri

Peraturan /norma merupakan dasar bagi proses penerapan hukum,

berhasil tidaknya suatu proses penegakan hukum sangat tergantung

pada apakah peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan

tertentu secara hirarkis maupun horizontal tidak ada pertentangan,

apakah secara kuantitatif dan secara kualitatif sudah cukup, apakah

peraturan yang ada menimbulkan penafsiran ganda, sistematis dan

penerbitannya sudah sesuai dengan persyaratan yuridis yang ada113.

Bila dikaitkan dengan penggunaan hukum pidana yang sangat jarang

111 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Edisi I,

PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, Tahun 2008, Hal 5 112 Ibid, Hal 8 113 Op.cit Hartiwiningsih, Hal 63

Page 88: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

88

digunakan dalam penegakan hukum pidana KSDAE saat ini sangat

berkaitan dengan kualitas dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Latar belakang diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya adalah keinginan untuk mewujudkan tiga sasaran

konservasi yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan sumber plasma nutfah dan pemanfaatan secara lestari.

Ketiga sasaran konservasi tersebut diwujudkan dalam strategi

pengaturan hukum konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya dengan peraturan pelaksananya.

Terlepas dari pembentukan Undang-undang No. 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya alam Hayati dan Ekosistemnya yang

merupakan produk Orde Baru, dimana corak kebijakan pembangunan

lingkungan yang sentralistik, sektoral, tidak memberikan ruang secara

proposional bagi transparansi dan partisipasi masyarakat, serta

manggaibaikan hak-hak masyarakat dengan didampingi kebijakan

hukum yang represif undang-undang ini memmiliki beberapa

kelemahan yang substansial.

Kelemahan yang substansial sebagai berikut 114:

1) Peran Pemerintah masih mendominasi penguasaan dan

pengelolaan sumber daya alam (state-base-recourcemanagament).

2) Keterpaduan dan koordinasi antar sektor dalam pengelolaan

sumber daya alam (integrated recource managament) yang masih

lemah.

3) Hak-hak masyarakat atas penguasaan dan pengelolaan sumber

daya alam (indigeneous property rigths) yang belum dikusai

secara utuh.

114 Saifullah, Hukum Lingkungan Paradigma Kebijakan Kriminal di Bidang Konservasi

Keanekarahaman Hayati, Cetakan Pertama ,UIN Malang Press, Malang, Tahun 2007, Hal 219

Page 89: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

89

4) Partisipasi masyarakat (publik participation) dalam pengelolaan

sumber daya alam yang masih terbatas.

5) Transparansi dan demokratisasi dalam proses pengambilan

keputusan (transparancy and democratization in the process of

decesion making) yang belum diatur secara utuh.

6) Akuntabilitas pemerintah kepada publik dalam pengelolaan sumber

daya alam (public accountability) yang belum diatur secara tegas.

Kesalahan atau kelemahan tahap formulasi atau kebijakan legislatif

merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat bagi

tahap-tahap berikutnya dalam kebijakan hukum pidana (penal policy),

yaitu tahap apilkasi dan eksekusi 115

Selanjutnya secara kualitas masih terdapat ketidak sempurnaan

dalam hal perumusan tindak pidana, pertanggungjawaban pidana,

sanksi pidana Berdasarkan hasil penelitian penulis memperoleh

beberapa kelemahan lain dalam tahap pembentukan (formulasi) yang

dapat penghambat dalam proses penegakan hukum penegakan

hukum. Berdasarkan hasil wawancara dengan Jaksa Agustinus H. M

terdapat bebrapa perumusan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya yang pembuktiannya sangat sulit. Dalam Pasal 40, yang

merujuk pada ketentuan Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1). Yang

secara lengkap berbunyi :

Pasal 19 ayat (1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam. Pasal 33 ayat (1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional116.

115 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001 Hal.75 116 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati Dan Ekosistemnya

Page 90: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

90

Mengenai perumusan delik materil dalam Pasal 33 ayat (1) yang

mana pasal ini merumuskan larangan melakukan kegiatan yang dapat

mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam.

Yang menjadi intinya adalah bukan uraian perbuatan tetapi perbuatan

yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan

suaka alam. Untuk membuktikan adanya perubahan terhadap keutuhan

kawasan suaka alam sangat sulit. Untuk membuktikan bahwa

perubahan sudah terjadi merupakan tugas yang sangat sulit bagi

penegak hukum. Unsur-unsur yang harus dipenuhi /dibuktikan oleh

jaksa penuntut umum antara lain adanya perbuatan yang dilakukan

dengan sengaja, bersifat melawan hukum, adanya perubahan keutuhan

kawasan serta adanya hubungan sebab akibat. Hal ini sangat sulit

untuk dibuktikan, meskipun memang bisa tapi prosentase

keberhasilannya sangat kecil.

Penggolongan tindak pidana ini adalah berdasarkan cara

perumusan ketentuan hukum pidana oleh pembentuk undang-undang.

Apabila perumusan tindak pidana dirumuskan tanpa menyebutkan

secara rinci kegiatan atau tindak pidananya, tetapi hanya menyebutkan

perbuatan yang menyebabkan suatu akibat tertentu, maka tindak

pidana ini disebut sebagai tindak pidana material. Sedangkan apabila

tindak pidana itu dirumuskan dengan menggambarkan wujud

perbuatannya tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan oleh

perbuatan itu, maka tindak pidana semacam itu disebut sebagai tindak

pidana formil.

Terhadap perumusan tindak pidana formil pada Pasal 33 ayat (3)

telah jelas yaitu Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak

sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman

nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Namun kenyataan

dalam proses penegakan hukum itu sulit diterapkan oleh lembaga-

lembaga penegak hukum. Hal ini dapat kita lihat dari data pada tabel 1

tabel kawasan dan pembagian zonasi. Berdasarkan data tersebut

Page 91: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

91

hampir semua kawasan pelestarian alam belum memiliki pembagian

zonasi sehingga untuk memenuhi unsur-unsur delik dalam pasal

tersebut tidak bisa terpenuhi.Demikian juga Pasal 40, yang merujuk

pada ketentuan Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1), terdapat

ketidak jelasan dalam perumusan subyek tindak pidana, dan konsep

yang menentukan siapa yang harus bertanggungjawab apabila terjadi

tindak pidana yang pelakunya adalah korporasi.

Secara vertikal terdapat pertentangan substansi dalam Undang-

Undang No 5 Tahun 1990 dengan peraturan pemerintah yang berada

dibawahnya. Pertentangan substansi dapat dilihat dari adanya

peraturan pemerintah yang mencantumkan sanksi pidana dan sanksi

admistratif yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar dimana dalam bab X

mengatur tentang sanksi (perumusan sanksi pidana lihat tabel 11).

Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan tentang

jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan dalam Pasal 7 ayat

(1) , yang dirumuskan sebagai berikut:

Pasal 7 (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai

berikut: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang; c. Peraturan Pemerintah; d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 secara hierarki berda

di bawa Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 dan merupakan aturan

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 Pasal 36 yang

berbunyi :

Pasal 36 (1) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dilaksanakan

dalam bentuk:

Page 92: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

92

a. pengkajian, penelitian dan pengembangan; b. penangkaran; c. perburuan; d. perdagangan; e. peragaan; f. pertukaran;

g. budidaya tanaman obat-obatan; h. pemeliharaan untuk kesenangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Jika kita mengkaji rumusan ketentuan pidana dalam Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1990 tidak merumuskan sanksi pidana dan

sanksi admistratif, berupa pencabutan dan pembekuan ijin

sebagaimana yang dirumuskan dalam peraturan pemerintah tersebut

maka seharusnya di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999

tidak boleh mencantumkan sanksi pidana dan sanksi pemaksa. Hal ini

sangat bertentangan dan bisa mengakibatkan adanya ketidak pastian

hukum dalam penegakan hukum.

Dalam hubungannya dengan ketentuan mengenai sanksi pidana dan

sanksi administratif dalam Peraturan Pemerintah pada dasarnya suatu

Peraturan Pemerintah hanya boleh mencantumkan sanksi pidana

ataupun sanksi administrasi apabila ditentukan dalam Undang-Undang

yang dilaksanakannya. Apabila Undang-Undangnya tidak

mencantumkan sanksi pidana atau sanksi administrasi dalam ketentuan

pasal-pasalnya, maka ketentuan-ketentuan Pertaturan Pemerintahnya

tidak boleh mencantumkan sanksi pidana maupun sanksi pemaksa.

Peraturan Pemerintah tidak boleh mencantumkan sanksi pidana atau

denda apabila Undang-Undang yang khusus dijalankan olehnya tidak

mencantumkan sanksi pidana atau denda. Juga tidak apabila

didasarkan pada suatu Undang-undang yang bersifat umum yang

memberi kewenangan kepada suatu atau berbagai Peraturan

Pemerintah untuk mencantumkan sansi atau denda, yakni kewenangan

Page 93: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

93

yang bersifat blanko117. A. Hamid S. Attamimi, menentukan beberapa

karakteristik Peraturan Pemerintah adalah sebagai berikut :

a. Peraturan Pemerintah tidak dapat dibentuk terlebih dahulu sebelum Undang-Undang yang menjadi induknya.

b. Peraturan Pemerintah tidak dapat mencantukan sanksi pidana apabila Undang-Undang yang menjadi induknya tidak menentukan demikian

c. Ketentuan Peraturan Pemerintah tidak boleh menambah atau engurangi ketentuan Undang-Undang yang bersangkutan

d. Untuk “menjalankan”, menjabarkan atau merinci ketentuan Undang-Undang Peraturan Pemerintah dapat dibentuk meski ketentuan Undang-Undang tersebut tidak memintanya secara tegas-tegas.

a. Ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah berisis peraturan atau gabungan peraturan dan penetapan: Peraturan Pemerintah tidak berisi penetapan semata-mata118.hal ini sangat bertentangan bertentangan ini bisa mengakibatkan adanya ketidak pastian hukum dalam penegakan hukum.

Dalam BAB XII tentang Ketentuan Pidana Pasal 40 tidak

mencantumkan sanksi pidana dan sanski administrasi terhadap

pelanggaran Pasal 36, rumusan ketentuan pidana dalam Undang-

Undang Nomor 5 tahun 1990 adalah sebagai berikut :

BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 40 (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat

117 Loc.cit. 118 A. Hamid S. Attamimi, Pembentukan Undang-Undang Indonesia. Beberapa Catatan

Yang Memerlukan Perhatian, Makalah, 1998, terdapat dalam Maria Farida Indrati S. Ilmu Perundang-Undangan I (Jenis, Fungsi dan Marteri Muatannya), Kanisius (Anggota IKPAPI), Yogyakarta, 2007, Hal 195-196.

Page 94: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

94

(1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) adalah pelanggaran.

Tabel 10. Perumusan Sanksi Pidana Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar

No Substansi Yang Diatur Ketentuan Dalam PP

No. 8 Tahun 1999

Sanksi

1 Menggunakan tumbuhan

dan atau satwa liar yang

dilindungi untuk

kepentingan kepentingan

pengkajian, penelitian

dan pengembangan tanpa

ijin

Pasal 50

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyak-banyaknya Rp.

50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) dan atau

dihukum tidak

diperbolehkan melakukan

kegiatan pengkajian,

penelitian dan

pengembangan

terhadaptumbuhan liar dan

satwa liar untuk waktu

paling lama 5 tahun

2 Mengambil tumbuhan

liar dan satwa liar dari

habitat alam tanpa izin

atau dengan tidak

Pasal 50

ayat (3)

Denda administrasi

sebanyakbanyaknya Rp.

40.000.000,00 (empat

puluh juta rupiah) dan atau

Page 95: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

95

memenuhi ketentuan dihukum tidak

diperbolehkan melakukan

kegiatan pemanfaatan

tumbuhan dan satwa li

3 Hasil pengkajian,

penelitian dan

pengembangan jenis

tumbuhan dan satwa liar

yang dilindungi wajib

diberitahukan kepada

pemerintah

Pasal 51

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyak-banyaknya Rp.

20.000.000,00 (dua puluh

juta rupiah) dan atau

dihukum tidak

diperbolehkan melakukan

kegiatan pengkajian,

penelitian dan

pengembangan terhadap

tumbuhan dan satwa liar

untuk waktu paling lama 4

tahun

4 Melakukan penangkaran

tumbuhan liar dan atau

satwa liar yang

dilindungi tanpa izin

Pasal 52

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyak-banyaknya Rp.

25.000.000,00 (dua puluh

lima juta rupiah) dan atau

pencabutan izin

penangkaran

5 Penangkar yang

melakukan perdagangan

tumbuhan dan atau satwa

liar tanpa memenuhi

standar kualifikasi

Pasal 53

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyak-banyaknya Rp.

100.000.000,00 (seratus

juta rupiah) dan atau

pencabutan izin usaha

penangkaran

6 Melakukan perdagangan

tumbuhan atau satwa

Pasal 54

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyak-banyaknya Rp.

Page 96: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

96

dilindungi hasil

pengankaran sesuai

ketentuan

100.000.000,00 (seratus

juta rupiah) dan atau

pencabutan izin usaha

yang bersangkutan

7 Penangkar yang tidak

memenuhi kewajiban

penandaan dan sertifikasi

Pasal 55

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyak-banyaknya Rp.

10.000.000,00 (sepuluh

juta rupiah) dan atau

pencabutan izin usaha

penangkaran.

8 Melakukan perdagangan

satwa liar yang

dilindungi

Pasal 56

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyak-banyaknya Rp.

200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) dan

atau pencabutan izin

usaha yang bersangkutan

9 Melakukan perdagangan

tumbuhan liar dan atau

satwa liar selain Badan

Usaha dan masyarakat

Pasal 57

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyak-banyaknya Rp.

100.000.000,00 (seratus

juta rupiah) dan atau

pencabutan izin usaha

penangkaran

10 Badan Usaha

perdagangan yang tidak

memenuhi kewajiban

pasal 20 ayat (1) huruf a

dan c

Pasal 58

ayat (1)

Denda administrasi

sebanyakbanyaknya

Rp. 10.000.000,00

(sepuluh juta rupiah) dan

atau pembekuan kegiatan

usaha paling lama 2 (dua)

tahun

11 Badan Usaha Pasal 58 Pembekuan kegiatan usaha paling

Page 97: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

97

perdagangan yang tidak

memenuhi kewajiban

pasal 20 ayat (1) huruf b

ayat (1) Lama 1 (satu) tahun

12 Ekspor, re-ekspor, atau

impor tumbuhan liar dan

atau satwa liar tanpa izin

Pasal 59

ayat (1)

Denda administrasi sebanyak-banyaknya Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan atau pencabutan izin usaha perdagangan yang bersangkutan

13 Melakukan peragaan

satwa liar tanpa izin

Pasal 60

ayat (1)

Dihukum karena melakukan percobaan perbuatan perusakan lingkungan hidup.

14 Melakukan pertukaran

tumbuhan dan satwa

yang menyimpang dari

ketentuan

Pasal 61

ayat (1)

Denda administrasi sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan atau pencabutan izin usaha yang bersangkutan

15 Pemeliharaan tumbuhan

liar dan atau satwa liar

untuk kesenangan yang

tidak memenuhi

kewajiban dalam Pasal

40 dan Pasal 41 ayat (2)

Pasal 62 Denda administrasi sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan atau perampasan atas satwa yang dipelihara

16 Melakukan pengiriman

atau pengangkutan

tumbuhan dan atau satwa

liar tanpa dokumen

pengiriman atau

pengangkutan, atau

menyimpang dari syarat-

syarat atau tidak

Pasal 63

ayat (1)

Denda administrasi sebanyak-banyaknya rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan atau pencabutan izin usaha yang bersangkutan

Page 98: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

98

memenuhi kewajiban,

atau memalsukan

dokumen

17 Pelanggaran

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 50, 51, 52,

53, 54, 55, 56, 57, 58, 59,

60, 61, 62, dan 63,

sepanjang menyangkut

tumbuhan dan satwa liar

yang dilindungi

Pasal 64

ayat (1)

Tumbuhan dan satwa liar tersebut dirampas untuk negara

18 Pelanggaran

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 50, 51, 52,

53, 54, 55, 56, 57, 58, 59,

60, 61, 62, dan 63,

sepanjang menyangkut

tumbuhan dan satwa liar

yang tidak dilindungi

Pasal 64

ayat (1)

Tumbuhan dan satwa liar tersebut dirampas untuk negara

Selain itu secara kuantitas sejak dikeluarkan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya masih ada peraturan pelaksanaan yang

diperintahkan dalam undang-undang ini belum dibuat. Pasal 5 ayat (2)

Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan Peraturan Pemerintah

adalah Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh presiden

untuk melaksanakan Undang-Undang, untuk menjalankan Undang-

Undang. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menentukan

sebagai berikut :

Pasal 5 ayat (2)

Page 99: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

99

“Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan

Undang-Undang sebagiman mestinya”119.

Peraturan Pemerintah ini berisi peraturan-peraturan untuk

menjalankan Undang-Undang, atau dengan perkataan lain Peraturan

Pemerintah merupakan peraturan-peraturan yang memuat ketentuan-

ketentuan dalam suatu Undang-Undang bisa berjalan/diperlukan.

Suatu Peraturan Pemerintah baru dapat dibentuk apabila sudah ada

Undang-Undangnya, tetapi walaupun demikian suatu Peraturan

Pemerintah dapat dibentuk meskipun dalam Undang-Undangnya tidak

ditentukan secara tegas supaya diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah.120 Pembentukan ini hanyalah bersifat teknis yakni sebuah

peraturan yang membuat Undang-Undang berjalan sebagaimana

mestinya.

Peraturan Pemerintah di bidang konservasi sumber daya alam

mempunyai fungsi yang sangat penting utamanya bagi penegak

hukum. Tidak adanya peraturan pemerintah tersebut akan mengganggu

keserasian antara ketertiban dan ketenteraman di bidang konservasi

suber daya alam hayati dan ekosistemnya. Khusus bagi pengelola

kawasan konservasi peraturan pemerintah merupakan petunjuk

operasional di lapangan. Semakin jelas peraturan pelaksana maka

semakin mudah aparat untuk melaksanakan peraturan perundang-

undangan terkait.

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 peraturan

pemerintah yang disyaratkan adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Daftar Peraturan Pelaksana Dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1990

No Substansi Yang Diatur Ketentuan Dalam UU

No. 5 Tahun

Peraturan Pemerintah

119 Undang-Undang Dasar 1945 120 Maria Farida Indrati S. Ilmu Perundang-Undangan I (Jenis, Fungsi dan Marteri

Muatannya), Kanisius (Anggota IKPAPI), Yogyakarta, Tahun 2007, Hal 194.

Page 100: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

100

1990

1 Perlindungan sistem penyangga

kehidupan

Pasal 8 ayat

(2)

Belum ada

2 Penetapan dan pemanfaatan suatu

wilayah sebagai kawasan suaka

alam dan penetapan wilayah yang

berbatasan dengannya sebagai

daerah penyangga

Pasal 16 ayat

(2)

PP. No 68

Tahun 1998

3 Kegiatan yang dapat dilakukan di

dalam cagar alam dan suaka

margasatwa

Pasal 17 ayat

(3)

PP. No 68

Tahun 1998

4 Penetapan suatu kawasan suaka

alam dan kawasan tertentu

lainnya sebagai cagar biosfer

Pasal 18 ayat

(2)

Belum ada

5 Jenis tumbuhan dan satwa yang

dilindungi

Pasal 20 ayat

(3)

PP. No 7

Tahun 1999

6 Pengecualian larangan pasal 21 Pasal 22 ayat

(4)

Belum ada

7 Pemasukan tumbuhan dan satwa

liar dari luar negeri ke dalam

wilayah Negara RI

Pasal 23 ayat

(2)

Belum ada

8 Pengawetan jenis tumbuhan dan

satwa yang dilindungi hanya

dapat dilakukan dalam bentuk

pemeliharaan atau

pengembangbiakan oleh

lembaga-lembaga yang dibentuk

Pasal 25 ayat

(2)

Belum ada

Page 101: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

101

untuk itu.

9 Penetapan suatu wilayah sebagai

kawasan pelestarian alam dan

penetapan wilayah yang

berbatasan dengannya sebagai

daerah penyangga

Pasal 29 ayat

(2)

PP. No 68

Tahun 1998

10 Kegiatan pariwisata di zona

pemanfaatan taman nasional,

taman hutan raya, dan taman

wisata alam dengan mengikut

sertakan rakyat.

Pasal 34 ayat

(4)

PP. No 18

Tahun 1994

11 Pemanfaatan jenis tumbuhan dan

satwa liar

Pasal 36 ayat

(2)

PP No.13

Tahun 1994

PP. No 8

Tahun 1999

12 Peran serta rakyat dalam

konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya

Pasal 37 ayat

(3)

Belum ada

13 Penyerahan sebagian urusan

pelaksanaan konservasi sumber

daya alam hayati dan

ekosistemnya kepada pemerintah

daerah

Pasal 38 ayat

(2)

PP. No 6

Tahun 1998

Tabel di atas menujukan bahwa dari 13 peraturan pemerintah yang

disyaratkan oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 terdapat 6

peraturan pemerintah yang belum terealisasi yaitu :

Page 102: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

102

1. Peraturan Pemerintah tentang perlindungan sistem penyangga

kehidupan

2. Peraturan Pemerintah tentang penetapan suatu kawasan suaka

alam dan kawasan tertentu lainnya sebagai cagar biosfer

3. Peraturan Pemerintah tentang penelitian ilmu pengetahuan bagi

penyelamatan jenis tumbuhan dan atau satwa pemberian atau

pertukaran jenis tumbuhan dan satwa kepada pihak lain di luar

negeri dengan izin pemerintah (pengecualian larangan pasal 21)

4. Peraturan Pemerintah tentang pemasukan tumbuhan dan satwa liar

dari luar negeri ke dalam wilayah Negara RI

5. Peraturan Pemerintah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan

satwa yang dilindungi hanya dapat dilakukan dalam bentuk

pemeliharaan atau pengembangbiakan oleh lembaga-lembaga yang

dibentuk.

6. Peraturan Pemerintah tentang peran serta rakyat dalam konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

Dari uraian diatas terlihat bahwa kondisi peraturan perundang-

undangan di bidang lingkungan baik yang terdapat di dalam maupun di

luar UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

belum menunjang upaya penegakan hukum secara baik, sebab secara

kuantitas masih banyak peraturan pelaksanaan yang belum tercipta,

secara kualitas masih terdapat kekurang sempurnaan dalam perumusan

tindak pidana, pertanggung jawaban pidana, dan sanksi pidana.

Selanjutnya secara vertikal dan horizontal masih terdapat pertentangan

antara paraturan yang lebih tinggi dengan peraturan yang lebih rendah.

b. Petugas yang menegakan atau yang menerapkan

Petugas yang menegakan atau aparat penegak hukum yang

menerapkan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu

Page 103: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

103

faktor pendukung utama keberhasilan penegakkan hukum.

Bagaimanapun baiknya suatu peraturan perundangan, bila tidak

didukung dengan aparat penegak hukum yang baik dan handal maka

jangan diharapkan bahwa suatu penegakan akan berhasil, atau dengan

kata lain bagaimanapun jeleknya suatu peraturan perundangan, apabila

didukung dengan aparat penegak hukum yang baik, mempunyai

moral, maka penegakan hukum akan berhasil. Keduanya memang

saling mendukung, pengaruh mempengaruhi, tetapi persoalan

sebenarnya sangat tergantung pada sumber daya manusia.

Menurut Satjipto Rahardjo, 121

Membicarakan masalah penegakan hukum tanpa menyinggung segi manusia yang menjalankan penegakan itu, merupakan pembicaraan yang steril sifatnya. Apabila kita membicarakan masalah penegakan hukum hanya berpegangan pada keharusan-keharusan sebagaimana tercantum dalam ketentuan-ketentuan hukum, maka kita hanya akan memperoleh gambaran stereotipis yang kosong. Ia baru menjadi berisi manakala dikaitkan pada pelaksanaannya yang konkret oleh manusia.

Oleh karena itu manusia yang dalam hal ini adalah aparat penegak

hukum memegang peranan sangat penting bagi berhasilnya suatu

tugas penegakan hukum, khususnya penegakan hukum pidana

lingkungan. Berhasil tidaknya penegakan hukum khusus di bidang

KSDAE sangat ditentukan oleh kondisi aparat penegak hukum dan

kondisi lembaga tempat bernaung aparat penegak hukum.Berdasarkan

hasil penelitian pada lembaga penegak hukum Balai KSDA,

Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman di wilayah hukum Kabupaten

Donggala penegakan hukum dengan sarana hukum pidana sangat

jarang, ini disebabkan karena belum tersedianya sumber daya manusia

yang belum memadai. Di Balai Konservasi Sumber Daya Alam

personil petugas yang mengawasi kawasan konservasi di wilayah

Kabupaten Donggala dengan luas ± 74.698 (tujuh puluh empat ribu

enam ratus sembilan puluh delapan ribu hektar) hanya sebanyak empat

121 Satjipto Rahardjo, Masalah pengakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Penerbit Genta Publishing, Cetakan I, Yogyakarta, Hal. 26

Page 104: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

104

personil yang lokasinya saling berjauhan, Polres Donggala, pada

bagian reserse kriminal hanya memiliki 3 orang penyidik dan 4 orang

penyidik pembantu.122 Adalah wajar apabila penegakan dibidang

hukum KSDAE tersendat bahkan tidak jalan sama sekali,

bagaimanapun kecukupan dan kualitas sumber daya manusia

memegang peranan penting bagai berhasilnya suatu penegakan hukum.

Tanpa didukung kualitas dan kuantitas, komitmen akan tegaknya

keadilan, kesiapan aparat penegak hukum dalam mengani masalah

lingkungan, mustahil apa yang diamanatkan UU No. 5 Tahun 1990

dapat terwujud.

Selanjutnya apabila dilihat dari sisi kualitas maka aparat penegak

hukum belum sesuai apa yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari

belum berfungsinya penegakan hukum pidana KSDAE saat ini terbukti

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada

lembaga-lembaga penegak hukum Kepolisian/PPNS, Kejaksaan dan

Pengadilan di wilayah hukum Kabupaten Donggala diperoleh hasil

bahwa jumlah penangan tindak pidana KSDAE selang waktu empat

tahun terakhir yaitu 2006 sampai dengan 2009 sangat kurang bahkan

pada tahun 2007 sampai dengan 2009 tidak ada perkara.

Minimnya jumlah kasus pidana KSDAE yang berhasil

diselesaikan, sebagaimana dikemukakan diatas berhubungan erat

dengan kondisi kualitas aparat penegak hukum yang buruk.

Menurut Andi Hamzah,123 dari sisi kualitas aparat penegak hukum dapat dikatakan belum menguasai seluk beluk hukum lingkungan bahkan mungkin pengenalan terhadap hukum lingkungan sangat kurang. Hal ini hanya dapat diatasi dengan pendidikan dan latihan di samping orangnya harus belajar sendiri dengan membaca buku, mengikuti pertemuan ilmiah. Pengetahuan yang luas biasanya membawa kepada meningkatnya kepercayaan diri sendiri dan selanjutnya akan menjurus kepada kejujuran. Di samping itu, belum ada spesialisasi di bidang ini. Belum ada jaksa khusus lingkungan,

122 Wawancara Brigadir Sutisno, pada tanggal 4 Pebruari 2010 Pukul 10.30 Wita 123 Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta, Sinar Grafika, Tahun 2005, Hal

55

Page 105: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

105

belum ada polisi khusus lingkungan, apalagi patroli khusus yang terus-menerus memantau masalah lingkungan, sebagaimana halnya di Belanda.

Pendapat tersebut benar adanya bahwa kondisi kualitas aparat

penegak hukum KSDAE masih jauh dari harapan. Aparat penegak

hukum di Kepolisan Resort Donggala, Kejaksaan dan Kehakiman

Donggala belum pernah mengikuti pelatihan sebagaimana yang

dijelaskan oleh Hakim Wisnu Widodo, SH124 : Salah satu kekurangan

hakim di Pengadilan negeri Donggala yaitu belum ada hakim yang

memiliki keahlian di bidang lingkungan. Untuk memiliki keahlian

dalam bidang lingkungan seharusnya para hakim diberikan pelatihan

khusus atau pendidikan di bidang lingkungan termasuk bidang

konservasi, memang ada beberapa hakim yang telah memiliki

sertifikat keahlian tetapi kebanyakan hakim-hakim yang berada di

kota-kota besar. Makanya setiap melakukan persidangan di bidang

lingkungan hakim untuk memperoleh kejelasan tentang peristiwa

pidana di bidang lingkungan hanya mengandalkan pada keterangan

ahli. Hal ini juga terjadi di Kejaksaan Negeri Donggala

Bila dibandingkan dengan luas wilayah kabupaten Donggala, dan

semakin maraknya tindak pidana di bidang KSDAE, maka pelatihan-

pelatihan yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan

lingkungan itu sangat perul untuk diadakan.

c. Fasilitas yang diharapkan akan mendukung pelaksanaan kaedah

hukum

Secara sederhana fasilitas dapat dirumuskan sebagai sarana untuk

mencapai tujuan. Ruang lingkupnya adalah terutama sarana fisik yang

124 Hasil wawancara dengan Hakim Wisnu Widodo, SH, Tanggal 22 Pebruari 2010 Pukul

11.00 Wita

Page 106: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

106

berfungsi sebagai faktor pendukung. Sarana fisik tersebut bisa berupa

materi atau uang, sarana prasarana berupa laboratorium, gedung,

mobil, lembaga peradilan, dan sarana fisik lainnya. Penanggulangan

masalah lingkungan memerlukan biaya yang besar disamping

penguasaan teknologi dan manajemen.

Data Sara Prasaran Balai KSDA Sulteng Di Kabuaten Donggala

Nama Kawasan Luas (Ha)

Kendaraan Pondok Roda Empat

Roda Dua

Kerja Jaga

Cagar Alam Gunung Sojol 64,448.71 - 1 - 1

Taman Wisata Alam Wera 250 - - 1 -

Suaka Marga Satwa PulauvPasoso

5000 - - - -

Taman Wisata Laut Tosale 5000 - - - -

Berdasarkan data diatas pada Balai KSDA Sulawesi Tengah

khususnya di wilayah kabupaten Donggala untuk menunjang porses

penegakan hukum masih sangat minim. Keadaan ini juga terjadi pada

lembaga penegak hukum Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman di

wilayah Donggala. Keadaan seperti ini akan membawa damapak buruk

bagi kinerja aparat, sehingga harapan terwujudnya proses penegakan

hukum KSDAE yang cepat, tegas, dan konsisten belum dapat

terwujud.

d. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut

Berbicara mengenai warga masyarakat maka hal ini sedikit

banyaknya menyangkut masalah derajad kepatuhan. Secara sempit

dapat dikatakan bahwa derajad kepatuhan masyarakat terhadap hukum

Page 107: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

107

merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang

bersangkutan.

Tampaknya gaya hidup masyarakat khususnya para pengusaha

yang mengutamakan provit, materi dan konsumtif telah mengubah

cara pandang dan perlakuannya terhadap lingkungan. Untuk

memenuhi kebutuhannya para pengusaha tidak segan-segan untuk

mengekploitasi sumber daya alam secara berlebihan untuk mengejar

keuntungan komersial. Mereka mengetahui akibat-akibat yang akan

ditimbulkan, namun demikian karena untuk mempertahankan tingkat

keuntungan tersebut mereka lebih mengutamakan jalan pintas yang

dipandang murah. Masyarakat yang berada di sekitar kawasan

diperdaya dengan alasan ekonomi dan untuk keuntungan sesaat dengan

berbagai macam modus operandi dan kedok.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat diambil satu kesimpulan

bahwa kondisi kesadaran hukum warga masyarakat terhadap

peraturan perundang-undangan di bidang KSDAE sangat rendah.

Masyarakat disini meliputi pengusaha, pejabat pemerintah, aparat

penegak hukum, dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu perlu

terus diupayakan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat akan

pentingnya pelestarian lingkungan, dan ketaatanya terhadap peraturan

di bidang konservasi sumber daya alam, dengan cara memberi

penyuluhan kepada masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan di

bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,

memberi sanksi yang tegas, menjerakan dan tanpa pandang bulu

kepada perusak lingkungan, baik itu pengusaha, pejabat, aparat

penegak hukum maupun masyarakat.

Setelah mengkaji pendapat Soerjono Soekanto dikaitkan dengan

kondisi penegakan hukum terhadap tindak pidana KSDAE saat ini

maka dapat dilihat dengan jelas bahwa penegakan hukum KSDAE

faktual /saat ini belum sesuai harapan.

Page 108: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

108

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penegakan Hukum

Pidana Di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya

Hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tigkah laku

orang sebagai masyarakat, tujuan hidup itu adalah mengadakan

keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban di dalam masyarakat, karena

masing-masing masyarakat memiliki kepentingan sehingga untuk

mengatur berbagai kepentingan masyarakat agagar tercapai keseimbangan

dalam kehidupan maka dalam hukum memiliki sanksi untuk dikenakan

kepada anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum.

Dari penelitian atas data berupa dokumen yang diperoleh dan

wawancara yang dilakukan terhadap para penegak hukum, maka

selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor apa yang yang mempengaruhi

proses penegakan hukum pidana di bidang konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya di wilayah hukum Kabupaten Donggala Sulawesi

Tengah penulis akan mengkaji dengan teori yang dikembangkan oleh

William J. Cambliss dan Robert B. Seidmen mengenai teori bekerjanya

hukum dalam masyarakat bahwa bekerjanya hukum dipengaruhi oleh tiga

faktor yang saling kait mengkait yaitu lembaga pembuat peraturan,

lembaga penerap peraturan, dan pemegang peran.

Sehubungan dengan pokok permasalahan penelitian ini yang

dititikberatkan pada penegakan hukum pidana tahap aplikasi, maka dalam

pembahasan ini penulis akan membatasi pokok kajian pada lembaga

penerap peraturan dan pemegang peran.

a. Lembag Penerap Peraturan

Apabila kita melihat penegakan hukum sebagai suatu proses untuk

mewujudkan tujuan-tujuan hukum menjadi kenyataan maka proses itu

selalu melibatkan para pembuat dan pelaksana hukum, serta juga

masyarakat. Masing-masing komponen ingin mengembangkan nilai-

Page 109: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

109

nilai yang ada di lingkungannya yang sarat dengan pengaruh faktor-

faktor non hukum lainnya125.

Selanjutnya untuk mewujudkan hukum sebagai ide-ide ternyata

dibutuhkan organisasi yang cukup kompleks. Lembaga-lembaga

seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan dan sebagainya, akan

mengembangkan perlengkapannya sendiri yang dikembangkan untuk

menunjang pekerjaannya sebagai suatu lembaga hukum dengan tugas

tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap badan-badan penegak hukum

terlihat jelas bahwa badan-badan penegak hukum memiliki tujuan-

tujuan dari masing-masing fungsi badan tersebut dan ketika

dihadapkan pada tantangan cenderung untuk menganti tujuan-tujuan

tersebut.

1) Tahap Penyidikan Oleh Polisi

Penyidik merupakan lembaga penegak hukum yang organisasi

yang memiliki tujuan masing-mising. Polisi dengan segala tugas

dan bebanya sebaga pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui

upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat. Dalam melaksana fungsinya polisi memiliki pilihan-

pilihan untuk bertindak karena di tangan polisi hukum yang

bersifat abstrak akan berubah kenyataan.

Penegakan hukum terhadap tindak pidana di bidang konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan

pelanggaran/kejahatan terhadap kawasan hutan dengan fungsi

konservasi, tumbuhan dan satwa yang dilindungi dimana

berdasarkan adagium lex spesialis derogat legi generali maka

kebijakan hukum pidana yang diterapkan adalah Undang-undang

125 Esmi Warasih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Cetakan 1, PT. Suryandaru

Utama, Semarang, Tahun 20051, Hal 84

Page 110: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

110

Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam. Namun

pada kenyataan ketentuan ini tidak pernah dilaksanakan126 hal ini

disebabkan karena tidak adanya laporan dari masyarakat.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Brigadir Sutisno

penyidik Polres Donggala bahwa animo masyarakat untuk

melaporkan tindak pidana sangat kurang bahkan dalam rentan

waktu tiga tahun terakhir tidak pernah ada laporan yang masuk ke

Kepolisian Resort Donggala. Yang pernah dan sering kami lakukan

penyidikan terhadap kasus-kasus illegal logging yang dijerat

dengan Undang-undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Ini

dilakuakan karena tempat kejadiannya berada di luar kawasan

hutan yaitu pada saat hasil hutan ilegal tersebut diangkut. Memang

ada beberapa kasus tempat kejadiannya didalam kawasan hutan

tetapi bukan dalam kawasan konservasi.127

Hal lain yang yang berkaitan dengan tugas Polisi sebagai

penyidik dimana dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian Negara Repobik Indonesia Pasal 14

menyebutkan bahwa Polisi mempunyai tugas melakukan

penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya, dalam kaitannya dengan Tindak pidana KSDAE yang

mana merupakan tindak pidana kejahatan/ pelanggaran yang tidak

termasuk dalam golongan delik aduan, seharusnya Polisi sebagai

penyelidik/penyidik dalam penegakan hukum terhadap tindak

pidana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

harus lebih proaktif dalam mencari dan menemukan tindak pidana

dimaksud. Namum pada kenyataannya hal ini sulit untuk dilakukan

126 Berdasarkan studi dokumen prosentase penaganan tindak pidana konservasi seumber

daya alam hayati dan ekosistemnya tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 0%, lihat tabel 6.

127 Wawancara Brigadir Sutisno, pada tanggal 4 Pebruari 2010 Pukul 10.30 Wita

Page 111: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

111

mengingat tindak pidana KSDAE adalah tindak pidana yang

berkaitan dengan kawasan hutan dengan fungsi konservasi, tempat

kejadian perkara berada dalam kawasan hutan yang sebaranya

sangat luas. Disini Polisi dihadapkan pada pilihan untuk

melakukan tindakan yang sifatnya lebih menguntungkan

organisasinya.

Dalam kasus ini Polisi lebih memilih untuk membiarkan

perbuatan tersebut untuk selanjutnya malakukan penindakan ketika

pelaku dan barang bukti telah diangkut dan berpindah tempat

keluar dari kawasan konservasi. Pilihan tindakan ini dilakukan

mengingat adanya keterbatasan jumlah petugas dan biaya

operasional yang sangat minim.

Dari apa yang ditemukan penulis pilihan kebijakan

pengunaan hukum pidana terhadap kasus yang berkaitan dengan

konservasi sumber daya alam penyidik lebih memilih

menerapkan Undang-undang lebih mudah untuk dilakukan

proses penyidikan dan hal ini sesuai apa yang telah dikemukakan

oleh Chambliis dan Seidmen bahwa setiap organisasi tersebut

diarahkan kepada pencapaian tujuan tertentu. Tujuan-tujuan yang

resmi inilah yang dicantumkan pada deskripsi dari jabatan-

jabatan yang dipangku oleh masing-masing badan penegak

hukum. Bersamaan dengan itu setiap organisasi tersebut tunduk

pada proses pengantian tujuan. Setiap organisasi bekerja dalam

konteks sosial tertentu oleh karena itu akan terjalin suatu

hubungan yang erat antar keduanya.

Dilihat dari organisasi bersama personelnya mereka

dihadapakan pada kenyataan bahwa berbagai tindakan dan

kebijakan menimbulkan keuntungan, sedang lainnya

menimbulkan kerugian dan hambatan. Dihadapkan kepada

tantangan, maka organisasi serta personelnya cenderung untuk

menganti tujuan-tujuan dengan kebijakan-kebijakan dan

Page 112: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

112

tindakan-tindakan yang akan menghasilkan keuntungan

maksimal dan hambatan minimal bagi organisasi.128 Berdasarkan

hasil penelitian penulis di Polres Donggala, pada bagian reserse

kriminal hanya memiliki 3 orang penyidik dan 4 orang penyidik

pembantu.129 Berdasarkan jumlah personil tersebut menjadikan

suatu hal yang mustahil untuk pihak penyidik dapat

melaksanakan tugas secara maksimal dimana pada bagian ini

tidak hanya menangani maslah konservasi tetapi juga menangani

kasus-kasus tindak pidana diluar KUHP lainnya.

2) Tahap Peyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Jika dalam proses penegakan hukum terhadap tindak pidana

KSDAE ditempu dengan menggunakan sarana hukum pidana maka

harus benar-benar memperhitungkan semua faktor yang dapat

mendukung berfungsinya atau bekerjanya hukum pidana dalam

kenyataannya. Faktor-faktor yang dapat mendukung berfungsinya

atau bekerjanya hukum pidana tersebut antara lain dikemukakan

oleh Sudarto :130

1. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur merata materiil spiritual berdasarkan Pancasila; sehubungan dengan ini maka (penggunaan) hukum pidana bertujuan untuk menanggulangi kejahatan dan mengadakan pengugeran terhadap tindakan penanggulangan itu sendiri, demi kesejahteraan dan pengayoman masyarakat.

2. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan hukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu perbuatan yang mendatangkan kerugian (material dan atau spiritual) atas warga masyarakat.

3. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhitungkan prinsip biaya dan hasil (cost benefit principle)

4. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau kemampuan daya kerja dari badan-badan

128 Op. Cit Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis....., Hal 51-52. 129 Loc.Cit 130 Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni Bandung, 1983 Hal.44-48

Page 113: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

113

penegak hukum, yaitu jangan sampai ada kelampauan beban tugas (overbelasting).

Dalam proses penegakan hukum, penggunaan sarana hukum

pidana oleh penyidik pegawai negeri sipil sangat jarang dilakuan

disebabkan adanya kelampauan beban tugas dimana beban tugas

yang diberikan terlampau berat. Berdasarkan hasil wawancara

dengan PPNS Johni Hutabarat131 diperoleh penjelasan bahwa untuk

mengawasi kawasan konservasi dengan luas ± 70.000 (tujuh puluh

ribu hektar) hanya diawasi oleh dua orang petugas Polhut yang

sekaligus merangkap sebagai PPNS, selanjutnya berdasarkan hasil

wawancara dengan PPNS Facrudin Desi, SH132 diperoleh

penjelasan bahwa pekerjaan penyidikan hanya merupakan tugas

tambahan disamping tugas pokok sebagai PNS atau pejabat

fungsional (Polisi Kehutanan), sehingga dalam pelaksanaanya

bersifat insidesil yang tidak diimbangi dengan pemberian dana

intensif kepada penyidik, dimana sebaiknya PPNS dijadikan

sebagai tugas pokok yang tidak dibebani dengan tugas-tugas

lainnya. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan PPNS

Iskandar, SP133 diperoleh pejelasan bahwa Anggaran penyidikan

terlalu minim sehingga untuk menjangkau TKP yang berada dalam

kawasan konservasi yang masuk wewenang BKSDA Sulteng sulit

dijangkau mengingat sebaran kawasan yang berjauhan, Sarana

parasarana yang belum mendukung. Disini terlihat jelas beban

tugas yang diberikan oleh lembaga penegak hukum terlampau berat

yang tidak didukung dengan biaya yang memadai sebagai

131 Hasil Wawancara Dengan PPNS Johni Hutabarat Tanggal 13 Januari 2010 Pukul 13.00

Wita 132 Hasil Wawancara Dengan PPNS Fachrudi Desi, SH tanggal 14 Januari 2010, Pukul

10.00 Wita 133 Hasil Wawancara Dengan PPNS Iskandar, SP tanggal 14 Januari 2010, Pukul 12.00

Wita

Page 114: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

114

akibatnya proses penegakan hukum tidak dapat dilaksankan secara

maksimal.

Faktor lain yang berkaitan dengan personal (petugas penegak

hukum) yaitu belum adanya keberanian dari petugas untuk

melakukan proses penegakan hukum. Dimana berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan PPNS Facrudin

Desi, SH diperoleh penjelasan bahwa dalam proses penegakan

hukum terutama dalam melakukan melakukan penyidikan,

penyidik pegawai negeri sipil pada balai KSDA Sulteng belum

memiliki keberanian untuk melakukan penyidikan, hal ini

berkaitan dengan belum adanya pengalaman melakukan

penyidikan. Interfensi pejabad penegak hukum juga turut

mempengarihu proses penegakan hukum, dimana pelaku yang

bermodal besar melakukan interfensi dalam proses penyidikan

melalui pejabat penegak hukum lainnya.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi proses penegakan

hukum yaitu faktor ekonomi petugas yang minim. Berdasarkan

hasil penelitian faktor ini bisa mempengaruhi proses penegakan

hukum dimana petugas karena keadaan ekonomi yang tidak

memadai menerima pemberian dari pelaku sehingga proses tidak

berlanjut dan diselesaikan dengan pendekatan kekeluargaan

dimana anggota masyarakat yang tertangkap tangan dilepaskan

dengan catatan tidak mengulang perbuatannya dengan syarat-syarat

tertentu yang dubuat dalam surat pernyataan.

Dalam melaksanakan tugas sebagai polhut dalam kasus-kasus

tertentu terpaksa melakukan penyimpangan dalam arti ketika

menemukan pelanggaran terhadap tindak pidana di dalam kawasan

konservasi dalam skala kecil dan berdampak tidak tidak besar dan

melihat pelaku yang dalam melakukan perbuatan tersebut hanya

sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup hanya dilakukan

pembinaan berupa membuat surat pernyataan untuk tidak

Page 115: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

115

melakukan perbuatannya lagi. Tetapi ketika pelakunya dan

perbuatannya bisa berdampak besar harus diproses sesuai peraturan

yang berlaku.

3) Tahap Penuntutan

Kejaksaan merupakan sub sistem dari sistem ketatanegaraan

Indonesia sebagaimana diatur dalam UUD 1945. Sebagai salah

satu sub sistem dari suatu sistem hukum, Kejaksaan memiliki

kedudukan yang sentral dalam penegakan hukum, di Indonesia.

Sebagai salah satu sub sistem hukum, Kejaksaan berada dalam

satu kesatuan yang teratur dan terintegrasi, saling mempengaruhi

dan saling mengisi dengan sub sistem lainnya untuk mencapai

tujuan dari sistem hukum tersebut.

Dalam UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2

ayat (1) menegaskan bahwa “Kejaksaan RI adalah lembaga

pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang

penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang”.

Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (dominus litis),

mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena

hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu

kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat

bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping

sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan juga merupakan

satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive

ambtenaar).

Oleh karena itu, adalah sebuah hal yang wajar jika

masyarakat sangat mendambakan institusi Kejaksaan dapat

berfungsi secara optimal dalam menegakan supremasi hukum

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta dapat berfungsi

menjadi tulang punggung reformasi, sehingga dapat

memperkokoh ketahanan dan konstitusi sebagai prasyarat bagi

tegaknya demokrasi dan civil society yang dicita-citakan.

Page 116: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

116

Kedudukan sentral Kejaksaan berkait erat dengan kedudukan

dan fungsi Kejaksaan dalam penegakan hukum di Indonesia.

Sudah tentu penekanan pada eksistensi dan eksisnya institusi ini

baik dalam tataran teoritis yang mengacu pada konsepsi negara

hukum maupun dalam asas normative praktis yang berpedoman

pada peraturan perundang-undangan. Artinya, Kejaksaan dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya dalam kedudukannya

sebagai badan yang terkait dengan kekuasaan kehakiman dalam

penegakan hukum, harus menjunjung tinggi supremasi hukum

sebagai prasyarat mutlak bagi penyelenggaraan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara . Supremasi hukum

berarti adanya jaminan konstitusional dalam proses politik yang

dijalankan oleh kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudikatif.

Supremasi hukum akan selalu bertumpu pada kewenangan yang

ditentukan oleh hukum .

Dalam penegakan hukum tindak pidana konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya Jaksa Penuntut Umum

mempunyai tugas melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk

itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum

dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya

dikoordinasikan dengan penyidik (Pasal 30 ayat 1 angka (5)

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004). Berdasarkan studi

dokumen jumlah perkara tindak pidana di bidang konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang pernah

ditangani Kejaksaan Negeri Donggala selama empat tahun

terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai dengang 2009 sebanyak 4

perkara.

Dasar kebijakan penerapan tindak pidana konservasi

terhadap 4 perkara tersebut yaitu keempat perkara dimaksud

locus deliktinya berada dalam kawasan konservasi (2 kasus di

Page 117: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

117

Taman Nasional Lore Lindu 1 kasus di CA. Gunung Sojol dan1

kasus di SM. Pasoso).

Dilihat dari prosentasi kasus tersebut dapat diketahui

penegakan hukum terhadap tindak pidana konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya sangat kecil, hal ini

disebabkan penangana perkara pada lembaga kepolisian dan

instansi kehutanan tidak berlanjut sampai pada tahap penuntutan.

Jaksa sebagai lembaga penuntutan sifatnya hanya melanjutkan

proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik untuk kemudian

dilakukan penuntutan.

4) Tahap Pemeriksaan Dipersidangan

Pengadilan negeri sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman

yang tugasnya menerima, memeriksa, mengadili dan

memutuskan perkara yang diajukan kepadanya wajib menerima,

memeriksa, dan mengadili perkara tersebut.

Dalam melaksanakan fungsinya oleh hakim sebagai salah

satu penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

(role) sekaligus. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan

suatu wadah yang isinya adalah hak-hak dan kewajiban-

kewajiban tertentu yang merupakan role, oleh karena itu hakim

yang mempunyai kedudukan tertentu yang lazim dinamakan

pemegang peran.

Putusan pengadilan negeri dalam perkara pidana merupakan

hasil musyawarah atau hasil kerja dari hakim/majelis hakim yang

bertitik tolak dari surat dakwaan dengan segala sesuatu yang

terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, dimana apabila

menurut hakim apa yang didakwakan dalam surat dakwaan

terbukti dan terdakwa dipandang mampu mempertanggung

jawabkan sebagaiman diatur dalam undang-undang maka kepada

terdakwa dinyatakan bersalah yang diikuti dengan pemidanaan,

sedangkan apabila dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa

Page 118: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

118

menurut penilaian mereka tidak tidak terbukti maka mereka akan

dibebaskan, adapun jika perbuatan yang didakwakan kepada

terdakwa terbukti tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan

tindak pidana atau ruang lingkup perkara perdata maka kepada

terdakwa akan dibebaskan dari tuntutan hukum.

Meskipun setiap hakim berusaha bersikap obyektif, namun

secara ekstern terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

dalam memberikan pertimbangan untuk menjatuhkan putusan.

Menurut Satjipto Rahardjo134 secara sosiologis putusan

pengadilan (court decision) atau putusan hakim disatu pihak

merupakan variabel dependen (dependent variabel), sedangkan

di pihak lain struktur hukum formal maupun informal

menempatkan posisi variabel independen (independent variabel)

seperti konstitusi, peraturan perundang-undangan, doktrin,

termasuk konsep-konsep. Hal ini berarti putusan pengadilan,

potensial bervariasi bergantung pada faktor-faktor independen

yang melingkupi proses pembentukan putusan pengadilan (caurt

decision making). Faktor independen yang melingkupi hakim

ketika ia memeriksa, mengadili dan memutus perkara berbeda-

beda antara hakim yang satu dengan hakim yang lain.

Dalam kondisi normal idealnya setip hukum termasuk

putusan pengadilan/hakim haruslah dijiwai/memuat ketiga nilai

dasar yaitu kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan. Namun

dalam prakteknya sangatlah sulit untuk mengharmonisasikannya

dalam satu putusan. Hakim mempunyai kebebasan dalam

memutus perkara pidana yang ditanganinya, namun kebebasan

bukanlah kebebasan mutlak melainkan kebebasan yang

terikat/terbatas.

Dengan menyadari bahwa hakim sebagai aktor yang memiliki

kebebasan dalam menentukan apa saja tindakan yang

134 Ibid, Hal 17

Page 119: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

119

dilakukannya maka Antonius Sudirman menyatakan bahwa

sesungguhnya hakim dapat memainkan peran politik tertentu

yang ingin dicapainya melalui putusan akan tetapi peran politik

yang dimainkan oleh hakim bukanlah politik judicial restrain,

yang hanya menjalankan politik patuh kepada undang-undang,

melainkan politik judicial activism yang mengandung makna

bahwa dalam menjalankan putusannya sang hakim dapat

mengadakan pilihan dari berbagai alternatif tindakan yang tepat

untuk tercapainya rasa keadilan dalam masyarakat.135

Dengan demikian dalam melakukan tindakan tersebut dapat

berpengaruh pada munculnya perilaku penyimpangan, yang

maksudnya seorang hakim dapat bertindak tidak sesuai dengan

kebiasaan umum atau norma atau aturan yang dijadikan

pegangan bersama oleh para hakim atau organisasi lainya.

Dari hasil penelitian terhadap perkara dan wawancara yang

dilakuan oleh penulis dengan Hakim Wisnu Subroto, SH

kebijakan pidana yang diterapkan terhadap ketiga perkara tentang

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistenya telah sesuai

dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi

sumber daya alam dimana tempat kejadian perkara berada di

dalam kawasan konservasi dan obyek perbuatan pidana adalah

jenis yang dilindung. Pertimbangan hakim memutus perkara

tersebut yaitu berdasarkan barang bukti, keterangan saksi,

keterangan terdakwa dan keterangan saksi ahli telah memenuhi

unsur-unsur dalam rumusan pasal Pasal 21 ayat (1) huruf a dan

Pasal 21 ayat (2) angka a.

b. Pemegang Peran

Sebagai pedoman atau pengarahan pada warga masyarakat untuk

berperilaku, fungsi hukum menyiratkan perilaku yang diharapkan

135 Antonius Sudirman, Hati Nurani Hakim dan Putusannya Suatu Pendekatan dari Ilmu Hukum Perilaku (Behaivioral Jurisprudence) Kasus Hakim Bismar Siregar, PT. Citra Adtya Bakti, Bandung, 2007, Hal 43

Page 120: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

120

diwujudkan oleh masyarakat apabila warga masyarakat melakukan

kegiatan yang diatur oleh hukum. Sebagai sarana pengendalian sosial,

hukum bermakna secara esensial bahwa suatu sistem mengandung

peraturan-peraturan-peraturan perilaku yang benar dan semua masyarakat

akan mengambil langkah untuk mendorong perilaku yang baik dan

memberikan sanksi negatif bagi pelaku yang buruk. Sebagai sarana

penyelesaian sengketa, fungsi hukum adalah menjadi sumber bagi

peneyelesaian sengketa serta pemecahan perselisihan yang timbul

dimasyarakat. Sebagai sarana rekayasa sosial hukum tidak saja digunakan

untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang terdapat

dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengarahkan pada tujuan-tujuan

yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan-kebiasaan yang dipandang

tidak sesuai lagi, menciptakan pola-pola kelakuan baru dan sebagainya.136

Hukum tidak dapat bekerja atas kekuatannya sendiri, melainkan

hukum hanya akan dapat berjalan melalui manusia. Manusialah yang

menciptakan hukum, tetapi juga untuk pelaksanaan hukum yang telah

dibuat itu masih diperlukan campur tangan manusia pula. Oleh karena itu

masih diperlukan langkah yang memungkinkan ketentuan hukum dapat

dijalankan.

Yang dimaksud dengan peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang

berisikan patokan perikelakuan pada kedudukan tertentu dalam masyarakt,

kedudukan mana dapat dipunyai oleh pribadi atau kelompok. Pribadi yang

mempunyai peranan yang tadi dinamakan pemegang peran (role

occupant). Dalam kalangan hukum apabila diterjemahkan dalam bahasa

hukum pemegang peran adalah suyek hukum, sedangkan peran merupakan

hak-hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kepentingan hukum.

Berperanya pemegang peran merupakan peristiwa hukum yang dapat

sesuai atau berlawanan dengannya. Dengan demikian yang menjadi

136 Soleman B Taneko, Pokok-Pokok Studi Hukum Dalam Masyarakat. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta, 1993, Hal.39-41

Page 121: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

121

masalah utamaya adalah bagaimana kaidah-kaidah hukum akan dapat

mengatur berperannya pemegang peran.137

Menurut Rebert B. Seidman dalam Satjipto Rahardjo138 setiap

peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang

peran (role occupant) itu diharapkan bertindak. Supaya dapat memasukan

nilai-nilai baru ke dalam masyarakat maka diperlukan adanya pemahaman

dan perubahan sikap dari anggota-anggota masyarakat untuk menerim

perubahan-perubahan. Oleh karenanya hukum sebagai sarana untuk

merubah tingkah laku tentunya mengandung nilai-nilai yang sudah

dipahami benar oleh masyarakat.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 menghendaki agar anggota

masyarakat sebagai adressat berlaku sesuai dengan filosofi undang-

undang tersebut. Rebert B. Seidman telah menyatakan bahwa adressat

hukum sebagai pemegang peran diminta untuk mejalankan peran

sebagaimana yang diharapkan oleh undang-undang tersebut, kendati dalam

menjalankan peran tersebut tidak terdapat kesesuai dengan peran yang

diharapkan. Dan oleh karena salah satu fungsi hukum adalah untuk

mengubah tingkah laku masyarakat maka dalam hal ini dilibatkan sikap-

sikap anggota masyarakat terhadap pemahaman akan perannya dimaksud,

dengan demikian berhasil tidaknya suatu kebijakan yang dituangkan dalam

bentuk aturan hukum tersebut dapat dilihat dari pemahaman-pemahaman

yang mendasarinya.

Dari hasil penelitian tampak bahwa pengetahuan dari individu-individu

anggota masyarakat terhadap penegakan hukum tindak pidana konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat dikatakan masih minim

hal ini disebabkan kurangnya komunikasi dari lembaga-lembaga kepada

masyarakat tentang adanaya kaidah-kaidah yang mengatur pemanfaatan

hutan khususnya hutan dengan fungsi konservasi. Ditengah minimnya

pemahaman tentang penegakan hukum tindak pidana konservasi sumber

137 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum CV. Rajawali, Jakarta, 1980 Hal 130 138 Satjipto Raharjdo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1982 Hal 27-28

Page 122: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

122

daya alam hayati dan ekosistemnya masyarakat sebenarnya masyarakat

telah memahami bahwa ada aturan atau norma-norma yang harus

dijalankan dalam rangka pemanfaatan kawasan konservasi, masyarakat di

sekitar kawasan hutan telah mengetahui apa saja yang boleh dilakukan dan

yang tidak boleh dilakuakantetapi karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi

maka perilaku dari masyarakat menyimpang dari apa yang dikehendaki

oleh undang-undang.

Dalam penegakan hukum lembaga penegak hukum bertindak dan

menetukan pilihan-pilihan yang menguntungakan organisasinya,

pemegang pemeran melakukan pilihan-pilihan untuk bertindak seolah-

olah tidak sesuai dengan apa yang diharpkan oleh Undang-undang. Dalam

penegakan hukum terhadap tindak pidana konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya polisi, jaksa dan hakim sebagai pemegang peran

memilih untuk melakukan tindakan-tindakan yang lebih

menguntungkannya. Pilihan ini dijalankan oleh petugas penegak hukum

karena mereka memahami peraturan yang telah dibuat tidak dibarengi

dengan usaha-usaha perbaikan terhadap sarana prasaran pendukung

penegakan hukum dan usaha perbaikan ekonomi, sosial para penegak

hukum dan masyarakat.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat

mengambil suatu kesimpulan bahwa :

1. Penegakan hukum tahap aplikasi terhadap tindak pidana konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya oleh penegak hukum

Page 123: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

123

Polisi/PPNS, Jaksa dan Hakim di wilayah hukum Kabupaten Donggala

Sulawesi Tengah sangat jarang digunakan, hal ini disebabkan karena

keterpaduan dan koordinasi penegakan hukum yang masih lemah, dimana

keyakinan bahwa konservasi sumber daya alam adalah satu sektor terbatas

bukan proses yang perlu diperhatikan oleh semua sektor.

Hal ini dipengaruhi oleh :

a. Kaedah hukum atau peraturan itu sendiri

(1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 merupakan produk Orde

Baru dimana corak kebijakan pembangunan lingkungan yang

sentralistik, sektoral, tidak memberikan ruang secara proposional

bagi transparansi dan partisipasi masyarakat, serta manggaibaikan

hak-hak masyarakat dengan didampingi kebijakan hukum yang

represif

(2) Secara kualitas masih terdapat ketidak sempurnaan dalam hal

perumusan tindak pidana, pertanggungjawaban pidana, sanksi

pidana.

(3) Secara vertikal terdapat pertentangan substansi dalam Undang-

Undang No 5 Tahun 1990 dengan peraturan pemerintah Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis

Tumbuhan dan Satwa Liar dimana dalam bab X mengatur tentang

sanksi pidana dan sanksi admistratif sementara undang-undang

tersebut tidak mengatur.

(4) Masih ada peraturan pelaksanaan yang diperintahkan dalam

undang-undang ini belum dibuat.

b. Petugas yang menegakan atau yang menerapkan

1) Dari segi kuantitas jumlah aparat penegak hukum masih sangat

kurang.

2) Dari segi kualitas belum sesuai dengan apa yang diharapkan

disebabkan masih minimnya pengetahuan tentang konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Page 124: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

124

c. Fasilitas yang diharapkan akan mendukung pelaksanaan kaedah

hukum baik sarana dan prasarana serta pendanaan masih sangat kurang

d. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut

kondisi kesadaran hukum terhadap peraturan perundang-undangan di

bidang KSDAE sangat rendah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penegakan hukum tindak pidana

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah :

a. Belum terlaksananya penegekan hukum tindak pidana konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya oleh Polisi/PPNS, Jaksa,

Hakim dipengaruhi oleh belum ada dukungan yang sepenuhnya dari

lembaga-lembaga penegak hukum sebagai suatu sistem dalam

peradilan pidana. Dalam hal hakim mengambil keputusan hakim

selalu mempertimbangkan aspek kepastian hukum, keadilan dan

kemanfaatan sehigga setiap putusan hakim akan berbeda tergantung

kondisi dan keadaan perkara tersebut. Disamping aspek norma hukum

positf, keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum hakim dalam

memutus perkara konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya dipengaruhi oleh pengetahuan hakim tentang ilmu

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

b. Pemegang Peran

Pengetahuan dari individu-individu anggota masyarakat dan

aparat terhadap penegakan hukum tindak pidana konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya dapat dikatakan masih minim hal

ini disebabkan kurangnya komunikasi dari lembaga-lembaga kepada

masyarakat tentang adanaya kaidah-kaidah yang mengatur

pemanfaatan hutan khususnya hutan dengan fungsi konservasi.

Ditengah minimnya pemahaman tentang penegakan hukum tindak

pidana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

masyarakat sebenarnya telah memahami bahwa ada aturan atau norma-

norma yang harus dijalankan dalam rangka pemanfaatan kawasan

konservasi, masyarakat di sekitar kawasan hutan telah mengetahui apa

Page 125: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

125

saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakuakan tetapi

karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi maka perilaku dari

masyarakat menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh undang-

undang.

B. Implikasi

Konsekwensi logis dari fakta-fakta dalam kesimpulan di atas adalah :

1. Keterpaduan dan koordinasi penegakan hukum yang masih lemah, dimana

keyakinan bahwa konservasi sumber daya alam adalah satu sektor terbatas

bukan proses yang perlu diperhatikan oleh semua sektor dan akan saling

mempengaruhi mengakibatkan penegakan hukum tidak dapat

dilaksanakan sesuai jiwa dari undang-undang.

a. Kaedah hukum atau peraturan itu sendiri

1) Corak kebijakan pembangunan lingkungan yang sentralistik,

sektoral, tidak memberikan ruang secara proposional bagi

transparansi dan partisipasi masyarakat, serta manggaibaikan hak-

hak masyarakat dengan didampingi kebijakan hukum yang represif

akan berpengaruh pada rendahnya kepatuhan masyarakat

2) Ketidak sempurnaan dalam hal perumusan tindak pidana,

pertanggungjawaban pidana, sanksi pidana akan menghambat

proses penegakan hukum pidana.

3) Pertentangan substansi dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1990

dengan peraturan pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar

dimana dalam bab X mengatur tentang sanksi pidana dan sanksi

admistratif sementara undang-undang tersebut tidak mengatur

dapat menyebakan adanya ketidak pastian hukum.

4) Masih ada peraturan pelaksanaan yang diperintahkan dalam

undang-undang ini belum dibuat akan berdampak pada kegiatan

operasional.

b. Petugas yang menegakan atau yang menerapkan

Page 126: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

126

Minimnya kualitas dan kuantitas aparat penegak hukum

mempengaruhi keberhasilan penegakan hukum.

c. Fasilitas baik sarana dan prasarana serta pendanaan masih sangat

kurang mempengaruhi tercapainya penegakan hukum yang cepat,

tegas, dan konsisten belum dapat terwujud

d. Kondisi kesadaran hukum terhadap peraturan perundang-undangan di

bidang KSDAE sangat rendah akan mempengaruhi tingkat kepatuhan

2. a. Pemilihan keputusan yang lebih menguntungkan oleh lembaga

penegak hukum sebagai organisasi akan mempengaruhi eketifitas

penegakan hukum dalam sistem peradilan pidana (criminal justis

system).

b. Kurangnya komunikasi para penegak hukum mengakibatkan

singkornisasi penegakan hukum tidak terwujud

C. Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh berdasarkan kerangka pemikiran

Soerjono Soekanto yang dipadukan dengan pemikiran Chambliis dan Seidmen

untuk penegakan hukum tindak pidana konservasi sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya, oleh penulis menyarankan :

1. Dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana konsevasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya dengan menggunakan sarana hukum pidana

harus ada penyamaan persepsi dari semua sektor.

Agar penegakan hukum pidana lebih efekti :

a. Terhadap kaedah hukum atau peraturan itu sendiri

1) Mengingat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 merupakan

produk Orde Baru dimana corak kebijakan pembangunan

lingkungan yang sentralistik, sektoral, tidak memberikan ruang

secara proposional bagi transparansi dan partisipasi masyarakat,

serta manggaibaikan hak-hak masyarakat dengan didampingi

kebijakan hukum yang represif maka hendakanya undang-undang

ini segerah di formulasi kembali

Page 127: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

127

2) Perlu dirumukannya tentang subyek hukum korporasi dan bentuk

pertangung jawabannya baik pidana maupun administrasi.

3) Harus dirumuskan sanksi pidana dan sanksi adminstrasi terhadap

pelanggaran/kejahatan yang berkaitan dengan pemanfaatan jenis

tumbuhan dan satwa liar yang dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1990 belum diatur

4) Segerah membuat aturan pelaksana yang belum dikeluarkan

sebagaiman yang diperintah oleh undang-undang.

b. Petugas yang menegakan atau yang menerapkan

Peningkatan Kualitas dan Kuantitas aparat penegak hukum.

Peningkatan ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan dan

membiayai pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan

pengetahuan. Disamping itu juga perlu dilakukan pemanbahan aparat

penegak hukum dengan pola penerimaan yang selektif.

c. Fasilitas yang diharapkan akan mendukung pelaksanaan kaedah

hukum baik sarana dan prasarana serta pendanaan harus diadakan

sesuai kebutuhan

d. Pelibatan masyarakat dalam penegakan hukum dan pengelolaan harus

lebih ditingkatkan.

2. a. Lembaga Penerap Peraturan

1) Penguatan organisasi lembaga penegak hukum dengan melakukan

restrukturisasi lembaga penegak hukum sehingga koordinasi lintas

sektoral dengan penegak hukum lainnya dapat berjalan lancar

2) Perlu dibentuk suatu sistem penegakan hukum satu atap sehingga

proses penegakan hukum yang cepat, keterpaduan, biaya murah

dapat terwujud

3) Perlu dibentuknya badan pengawas yang bertugas untuk mengawsi

proses penegakan hukum yang berkaitan konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya.

b. Pemegang Peran

Page 128: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

128

Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak langsung

termasuk para penegak hukum dan penyuluhan kesadaran hukum

harus dilakukan secara menyeluruh baik di tingkat masyarakat maupun

aparat penegak hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah. 1983. KUHAP dan KUHP, Cetakan Kedua, PT. Rineka Cipta,

Jakarta. Barda Nawawi Arief, 2001 Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung. ---------------------------, 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Penerbit

PT Citra Aditia Bakti, Bandung. ---------------------------, 2003. Kapita Selekta Hukum Pidana, Penerbit PT Citra

Aditia Bakti, Bandung. ---------------------------, 2008 Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum

Pidana Dalam Penggulangan Kejahatan, Penerbit Kencana Perdana Media Group, Jakarta.

---------------------------, Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy). Burhan Ashshofa, 1998, Metode Penelitian Hukum, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Esmi Warassih Pujirahayu. 2005. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT Suryandaru Utama, Semarang.

Hartiwiningsih, 1996, Penegakan Hukum Lingkungan Untuk Mengantisipasi Tindak Pidana Lingkungan Yang Dilakukan Korporasi, Tesis.

H. B. Soetopo, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, UNS Pres, Surakarta. Ilham Bisri, Sistem Hukum Indonesia; Prinsip-prinsip dan Implementasi Hukum

Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Leden Marpaung, 1997, Tindak Pidana Lingkungan Hidup Dan Masalah

Prevensinya, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta. Mahfud M.D, 1998, Politik Hukum Di Indonesia, LP3ES, Jakarta.

Marjono Reksodiputra. 1994. Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana, Pusat Pelayanan Keadilan Dan Pengabdian Hukum UI, Jakarta

Moeljatno, 2002. Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan Ketujuh, Rineka Cipta, Jakarta

Page 129: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

129

Muladi, 1997. Kapita Selekta Hukum Pidana, Penerbit BP. Undip, Semarang.

Muladi Barda Nawawi Arief, 1992, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

Riduan Syahrani, 2004, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Edisi Revisi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Romli Atmasasmita. 1996. Sistem Peradilan Pidana,Binacipta, Bandung

Saifullah. 2007. Hukum Lingkungan, Paradigma Kebijakan Kriminal di Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati, Cetakan Pertama, UIN Malang Press, Malang.

Satjipto Rahardjo, 1980, Hukum, Masyarakat Dan Pembangunan, Penerbit Alumni, Bandung.

----------------------, 2001, Ilmu Hukum Bandung, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

----------------------, 2002, Sosiologi Hukum Perkembangan Metode Dan Pilihan Masalah, Muhamadyah University Press, Surakarta.

----------------------. Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Bandung.

----------------------. 2007. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Cetakan I, Genta Publishing, Yogyakarta.

Setiono, 2005, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana UNS, Surakarta.

Soerjono Soekanto, Purnadi Purbacaraka, 1979, Perihal Kaedah Hukum, Penerbit Alumni, Bandung.

----------------------, 1980, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Penerbit CV Rajawali, Jakarta.

----------------------, 1985, Efektifitas Hukum Dan Peranan Sanksi, Remaja Karya, Bandung.

----------------------, 2005, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.

Soleman B.Taneko, 1993, Pokok-Pokok Studi Hukum Dalam Masyarakat. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Solly Lubis, 1989, Serba-Serbi Politik Dan Hukum, Mandar Maju, Bandung. Sudarto,1981. Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

---------, 1983. Hukum Pidana Dan Perkembangan Masyarakat, Bandung Sinar Baru.

---------, 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung.

Page 130: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

130

Sudikno Mertokusumo. 2003. Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta.

Sutan Remy Sjahdeni. 2006. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Graffiti Pers, Jakarta.

Wirjono Prodjodikoro. 2003. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama, Bandung

Jurnal dan Makalah A, Hamzah, 1991, Penegakan Hukum Lingkungan, Makalah Dalam Hukum Pidana Dan Kriminologi Kerjasama Indonesia Belanda, Ambarawa.

Arie Trouwborst, 2009 Article Conservation Nature International Law International To The Adaptation OF Biodiversity Climate Change: A mismatch. Journal of Environmental Law, Copyright © by Oxford University Press.

I Gusti Ayu Ketut Rachmi, 2009, Penegakan Hukum Lingkungan Jurnal Ekosains Volume 1 Nomo 2 Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan.

Muladi, 1998. ”Pembaharuan Hukum Pidana Yang Berkualitas”, Jurnal Masalah-Masalah Hukum, No. 2 Tahun 1998, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang

Van Krieken, R., 2006. Law’s autonomy in action: anthropology and history in court. Social & Legal Studies, dikutip dalam Jane Donoghue, Reflection on the Sociology of Law : A Rejection of Law as “ Socially Marginal”International Journal of Law, Crime and Justice, Volume 37, Issues 1-2, March-June 2009, Pages 60

Undang-Undang : Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Repoblik Indonesia. Undang-undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-undang Nomor 14 tahun 2004 tentang Kejaksaan Negeri Repoblik Indonesia

Page 131: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA DI BIDANG ...... · Untuk menjamin agar kekayaan sumber daya alam tidak habis dalam ... ilmu pengetahuan ... 8 Pembeberantasan Ilegal Logging

131

Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Surat Kabar Radar Sulteng, 23 Agustus 2008 Media Elektronik : Celebes Biodiversity, Portal Keanekaragaman Hayati Sulawesi,

HPPTwww.celebio.org diakses pada tanggal 8 September 2009 Kementrian Lingkungan Hidup Keanekaragam Hayati, http://www.menlh.go.id/i/

art/DFBAB%20VII%20KEANEKARAGAMAN%20HAYATI%2011062003

Masyhud, Siaran Pers, dalam www.dephut.go.id