PENDUGAAN NILAI SELEKSI DIFERENSIAL DAN RESPON SELEKSI ITIK ALABIO GENERASI KETIGA DI KECAMATAN...

download PENDUGAAN NILAI SELEKSI DIFERENSIAL DAN RESPON SELEKSI ITIK ALABIO GENERASI KETIGA DI KECAMATAN AMUNTAI UTARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

If you can't read please download the document

description

Itik merupakan salah satu jenis unggas yang banyak dipelihara oleh masyarakat pedesaan. Keberadaan itik tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai nama sesuai dengan lokasi tempat berkembangnya. Jenis itik yang dibudidayakan di Kalimantan Selatan yaitu itik lokal. Salah satu itik lokal yang cukup dikenal dan berpotensi adalah itik Alabio (Anas platyrhincos Borneo) yang banyak dipelihara dan dibudidayakan masyarakat di daerah Kalimantan Selatan dan terutama di daerah sentra yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Itik Alabio yang diusahakan utamanya berperan sebagai penghasil telur baik telur tetas maupun telur konsumsi. Apabila masa produksinya telah selesai atau pasca produksi, itik-itik betina tersebut akan segera diafkir dan dijual sebagai itik potong. Beternak itik alabio merupakan usaha turun-temurun penduduk setempat. Unggas yang punya ciri khas paruh dan kaki kuning ini merupakan salah satu itik spesies unggul di Indonesia. Produksi telurnya sebesar 220 – 250 butir per ekor per tahun, dengan puncak produksi sebesar 92,7%. Konsumsi pakannya 155-190 g/ekor/hari, dengan daya tunas 90,38%, daya tetas 79,49-80%, dan mortalitas setelah menetas 0,75 - 1%. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) menunjukkan bahwa rata-rata umur pertama bertelur itik Alabio dicapai pada umur 142,12 hari. Rataan bobot badan pertama bertelur itik Alabio 1621,75 g, sedangkan bobot telur pertamanya 50,54 g. Bobot dewasa 1,6 – 1,8 kg untuk betina dan 1,8-2,0 kg untuk yang jantan.Usaha tani itik alabio telah dilakukan sejak lama di Kalimantan Selatan dan mampu memberikan kontribusi yang memadai terhadap pendapatan keluarga. Usaha itik alabio menjadi mata pencaharian utama bagi 46,81% peternak di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan Hulu Sungai Utara, dengan rata-rata pengalaman beternak 9,69 tahun, dengan skala kepemilikan bervariasi antara 200 - 7.000 ekor/peternak.Pada umumnya seleksi itik pejantan sebagai bibit dilakukan berdasarkan pengalaman peternak (Setioko dan Istiana 1999). Akibatnya, kualitas pejantan umumnya kurang baik dan dikhawatirkan terjadi in breeding yang dapat menurunkan produktivitas itik alabio. Untuk mengatasi kemunduran bibit akibat penggunaan itik pejantan yang berkualitas rendah, perlu dilakukan seleksi dan pemuliaan secara teratur, terarah, dan terencana sehingga diperoleh bibit yang sesuai standar.

Transcript of PENDUGAAN NILAI SELEKSI DIFERENSIAL DAN RESPON SELEKSI ITIK ALABIO GENERASI KETIGA DI KECAMATAN...

PENDUGAAN NILAI SELEKSI DIFERENSIAL DAN RESPON SELEKSI ITIK ALABIO GENERASI KETIGA DI KECAMATAN AMUNTAI UTARA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARAOleh: : Dwi Kurniawan : P2DA11004 : Jl. Manggis no.26 RT 3/15 Jenang Majenang No Telp./HP : 085291271087 Email : [email protected] Nama NIM AlamatUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PASCASARJANA ILMU PETERNAKANMAGISTER ILMU PETERNAKAN PURWOKERTO 2011 ABSTRACT Selection of alabio duck with egg production as parameter is performed in the District of Hulu Sungai Utara. The purpose of this reseacrh are to estimate diferential and response selection from the selection of alabio duck. This selection use 100 females and 10 male ducks as a base population. The heritability values for egg production of alabio duck is 0,3. The values of differential selection and response selection consecutive decline from first to third generation is 3,47: 3,16: 1,94 and 1,04: 0,95: 0,58. This selection produces 100 alabio ducks that cano produce eggs with the average egg production 243 egg every year from the average of beginning population 233 egg every year. The conclusion from this research is the selection can increase the average egg production of alabio duck and response selection.Key words: selection, alabio duck, egg production, differential selection and selection responseABSTRAK Seleksi itik alabio dengan jumlah produksi telur per tahun sebagai parameter dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga nilai seleksi diferensial dan respon seleksi dari itik alabio. Seleksi yang dilakukan menggunakan 100 ekor itik betina dan 10 ekor itik jantan sebagai populasi awal. Nilai heritabilitas untuk bobot telur itik alabio 0,3. Seleksi ini menghasilkan nilai seleksi diferensial dan respon seleksi yang semakin menurun. Nilai seleksi diferensial yang diperoleh dalam penelitian ini semakin menurun berturut-turut dari generasi pertama sampai ketiga yaitu 3,47: 3,16: 1,94 dan dan respon seleksi sebesar 1,04: 0,95: 0,58. Seleksi yang dilakukan menghasilkan 100 itik alabio yang mampu menghasilkan telur dengan rataan produksi telur per tahun 243 butir dari rataan produksi telur awal sebelum seleksi 233 butir per tahun. Kesimpulan dari peneltian ini yaitu seleksi dapat meningkatkan rataan produksi telur itik alabio.Kata kunci : seleksi, tik alabio,jumlah produksi telur, seleksi diferensial, respon seleksiI. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Itik merupakan salah satu jenis unggas yang banyak dipelihara oleh masyarakat pedesaan. Keberadaan itik tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai nama sesuai dengan lokasi tempat berkembangnya. Jenis itik yang dibudidayakan di Kalimantan Selatan yaitu itik lokal. Salah satu itik lokal yang cukup dikenal dan berpotensi adalah itik Alabio (Anas platyrhincos Borneo) yang banyak dipelihara dan dibudidayakan masyarakat di daerah KalimantanSelatan dan terutama di daerah sentra yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Itik Alabio yang diusahakan utamanya berperan sebagai penghasil telur baik telur tetas maupun telur konsumsi. Apabila masa produksinya telah selesai atau pasca produksi, itik-itik betina tersebut akan segera diafkir dan dijual sebagai itik potong. Beternak itik alabio merupakan usaha turun-temurun penduduk setempat. Unggas yang punya ciri khas paruh dan kaki kuning ini merupakan salah satu itik spesies unggul di Indonesia. Produksi telurnya sebesar 220 250 butir per ekor per tahun, dengan puncak produksi sebesar 92,7%. Konsumsi pakannya 155-190 g/ekor/hari, dengan daya tunas 90,38%, daya tetas 79,49-80%, dan mortalitas setelah menetas 0,75 - 1%. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) menunjukkan bahwa rata-rata umur pertama bertelur itik Alabio dicapai pada umur 142,12 hari. Rataan bobot badan pertama bertelur itik Alabio 1621,75 g, sedangkan bobot telur pertamanya 50,54 g. Bobot dewasa 1,6 1,8 kg untuk betina dan 1,8-2,0 kg untuk yang jantan. Usaha tani itik alabio telah dilakukan sejak lama di Kalimantan Selatan dan mampu memberikan kontribusi yang memadai terhadap pendapatan keluarga. Usaha itik alabio menjadi mata pencaharian utama bagi 46,81% peternak di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan Hulu Sungai Utara, dengan rata-rata pengalaman beternak 9,69 tahun, dengan skalakepemilikan bervariasi antara 200 - 7.000 ekor/peternak. Pada umumnya seleksi itik pejantan sebagai bibit dilakukan berdasarkan pengalaman peternak (Setioko dan Istiana 1999). Akibatnya, kualitas pejantan umumnya kurang baik dan dikhawatirkan terjadi in breeding yang dapat menurunkan produktivitas itik alabio. Untuk mengatasi kemunduran bibit akibat penggunaan itik pejantan yang berkualitas rendah, perlu dilakukan seleksi dan pemuliaan secara teratur, terarah, dan terencana sehingga diperoleh bibit yang sesuai standar. 1.2. Perumusan Masalah Permasalahan dalam usaha tani itik alabio dijumpai baik dalam usaha penetasan, pembesaran maupun produksi telur konsumsi dan telur tetas. Pada usaha penetasan, masalah yang dijumpai antara lain adalah belum adanya standardisasi bibit itik yang baik, mutu bervariasi dan adanya bibit itik dari luar yang dikhawatirkan dapat mengkontaminasi kemurnian itik alabio. Pada usaha pembesaran, umumnya peternak belum melakukan pencatatan yang baik, terutama sejarah penyakit dan asal usul itik yang dipelihara, sehingga kejelasan informasi belum sepenuhnya terjamin. Dalam usaha itik sebagai penghasil telur konsumsi, peternak kesulitan menyediakan bahan pakan basal berupa sagu, karena ketersediaan pohon sagu makin terbatas, bahkan peternak harus mendatangkannya dariKalimantan Tengah. Selain itu, masa bertelur itik hanya 1012 bulan, dan pada umur tersebut bulu itik sudah mulai rontok sehingga banyak peternak yang menjualnya karena kurang efisien dari segi pakan. Pada umumnya seleksi itik pejantan sebagai bibit dilakukan berdasarkan pengalaman peternak (Setioko dan Istiana 1999). Akibatnya, kualitas pejantan umumnya kurang baik dan dikhawatirkan terjadi in breeding yang dapat menurunkan produktivitas itik alabio. Untuk mengatasi kemunduran bibit yang dapat menurunkan produkstivitas itik alabio maka perlu dilakukan seleksi dan pemuliaan secara teratur, terarah, dan terencana sehingga diperoleh bibit yang sesuai standar.II. TUJUAN DAN MANFAAT II.1. Tujuan Tujuan penelitian adalah untuk menduga nilai pemuliaan yang sangat berguna sebagai tolak ukur dalam seleksi agar seleksi dapat efisien. 1.2. Manfaat Manfaat dari penerapan teknologi seleksi maka akan diperoleh induk yang mempunyai produksi tinggi, sehingga akan diperoleh peningkatan produksi dan peningkatan mutu genetik.III. TINJAUAN PUSTAKA Itik alabio merupakan salah satu plasma nutfah unggas lokal yang mempunyai keunggulan sebagai penghasil telur. Itik ini telah lama dipelihara dan berkembang di Kalimantan Selatan, terutama di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), dan Hulu Sungai Utara (HSU). Populasi itik alabio di Kalimantan Selatan tahun 2006 tercatat 3.487.002 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan 2006). Pemeliharaan itik alabio mempunyai prospek yang cerah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi protein hewani asalternak, ditunjang dengan kemampuan sumber daya manusia yang memadai (Fathurrahim 2000). Namun demikian, pengembangan itik alabio berorientasi agribisnis spesifik lokasi menghadapai berbagai masalah, antara lain penanganan bibit dan pascapanen yang belum optimal sehingga bibit yang dihasilkan berkualitas rendah serta hasil pascapanen belum banyak diminati oleh konsumen. Penanganan praproduksi dan pascaproduksi yang belum memenuhi standar mengakibatkan bibit itik yang dihasilkan belum seragam, dan kerusakan pascaproduksi masih tinggi (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan 1995). Keragaan itik alabio meliputi produksi telur 220250 butir/ekor/tahun, puncak produksi 92,70%, bobot telur 59 65 g/butir, konsumsi pakan 155190 g/ ekor/hari, dewasa kelamin 179 hari, daya tunas 90,38%, daya tetas 79,4980%, mortalitas setelah menetas 0,751%, bobot badan betina umur 6 bulan 1,60 kg dan jantan 1,75 kg (Rohaeni dan Tarmudji 1994; BPTP Kalimantan Selatan 2005; Suryana dan Tiro 2007). Menurut Biyatmoko (2005b), itik alabio mempunyai nilai ekonomis yang tinggi seperti halnya unggas lain. Usaha itik alabio menjadi mata pencaharian utama bagi 46,81% peternak di Kabupaten HSS, HST, dan HSU, dengan rata-rata pengalaman beternak 9,69 tahun. Kontribusi itik alabio terhadap produksi telur di Kalimantan Selatan tahun 20022004 berkisar antara53,7354,14%, lebih tinggi dibanding unggas lain, sementara produksi dagingnya sekitar 3,35% atau setara dengan 812.001 kg (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan 2004). Tujuan pemeliharaan itik alabio di Kalimantan Selatan umumnya bergantung pada kondisi masing-masing daerah. Di Kabupaten HSU, pemeliharaan itik alabio telah mengarah ke spesialisasi model pengembangan usaha, yaitu penetasan (hatchery), penghasil telur tetas (breeding) dan telur konsumsi (laying) serta usaha pembesaran itik dara (rearing) (Nawhan 1991; Biyatmoko 2005a; Suryana dan Tiro 2007). Di Kabupaten HST, pemeliharaan itik alabio hanya ditujukan sebagai penghasil telur konsumsi dan telur tetas. Menurut Setioko (1997), itik Alabio mempunyai kapasitas produksi telur yang tinggi. Hal ini mungkin karena tersedianya sumber pakan di rawa-rawa berupa ikan-ikan kecil, ganggang dan hijauan lain serta binatang lainnya. Produksi telur itik yang dipelihara dengan sistem lanting mencapai 6090% selama periode bertelur, atau rata-rata 70% (Setioko 1990; 1997), sementara yang dipelihara secara tradisional produksinya hanya 130 butir/ekor/tahun (Rohaeni dan Tarmudji 1994).IV. MATERI DAN METODE IV.1.Ternak Percobaan dan Ransum Itik alabio yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari peternak di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan sebagai base population. Perkembangbiakan itik alabio memakai perkawinan sistem line breeding yaitu itik alabio yang digunakan sebanyak 100 ekor betina dan 10 ekor pejantan sebagai base population (rasio jantan:betina 1:10) untuk menghasilkan generasi pertama yang diseleksi berdasarkan produksi telur. Perkawinan sedarah (in breeding) tidak boleh terjadi sebelum tercapai tiga generasi. Dari perkawinan tersebut diperoleh 100 ekor anak dengan proporsi 50 jantan dan 50 betina yang seterusnya akan dilakukan seleksi. Aspek penelitian adalah bidang genetika, sehingga ransum bukan merupakan perlakuan dan itik alabio diberi ransum komersial (Charoen Phokphand), dari awal sampai akhir, dengan kandungan protein rata-rata 20% (18%-22%) dan energi metabolis 2800 kkal/kg. Lokasi penelitian ini berada di Unit Laboratorium Itik Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai seleksi diferensial dan respon seleksipada itik alabio dengan menggunakan karaketristik berupa jumlah produksi telur itik alabio per tahun. Data diperoleh dari populasi 100 ekor betina dan 10 ekor jantan yang dipertahankan jumlahnya. Data dianalisis menggunakan SPSS. Nilai heritabilitas untuk produksi telur itik alabio adalah 0,30. IV.2.Peubah dan Analisis Statistik Apabila seleksi telah dilaksanakan, maka pendugaan respon seleksi menggunakan diferensial seleksi aktual. Penghitungannya dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Seleksi diferensial dihitung menurut rumus :Respon seleksi dihitung menurut rumus :V. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan seleksi yang dilakukan sampai generasi ketiga, nilai seleksi diferensial yang diperoleh dalam penelitian ini semakin menurun berturut-turut dari generasi pertama sampai ketiga yaitu 3,47: 3,16: 1,94 dan dan respon seleksi sebesar 1,04: 0,95: 0,58. Seleksi yang dilakukan mampu menghasilkan 100 itik alabio yang menghasilkan telur dengan rataan produksi telur per tahun 243 butir dari rataan produksi telur awal sebelum seleksi 233 butir per tahun. Tabel. Rataan Seleksi Itik Alabio Rataan Seleksi Produksi Telur Diferens Per Tahun ial Respo n SeleksiPopulasi Awal Generasi kedua Generasi ketiga233 239 2433.47 3.16 1.941.04 0.95 0.58Seleksi yang dilakukan menghasilkan 100 itik alabio betina yang mampu menghasilkan telur dengan jumlah produksi telur yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai seleksi diferensial yang menunjukkan bahwa selisih rataan produksi telur tetua terpilih pada generasi ketiga mempunyai nilai produksi yang hampir sama dengan individu populasi awal yang memiliki jumlah produksi telur tertinggi. Peningkatan rataan jumlah produksi telur itik alabio sebagai akibat seleksi menunjukkan bahwa seleksi ini berhasil mengingat pengertian seleksi sendiri yaitu suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangbiakan lebih lanjut serta memilih ternak yang dianggap kurang baik untuk disingkirkan dan tidak dikembangbiakan lebih lanjut. Peningkatan produksi ternak dapat dilakukan melalui perkawinan mutu genetik ternak. Seleksi dapat dibagi menjadi 2 yatu seleksi alam dan buatan. Pada penelitian ini dilakukan seleksi buatan yaitu seleksi yang dilakukan manusia dan diarahkan sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan harapan manusia. Seleksi dapat dilakukan berdasarkan atas dasar satu sifat (seleksi individu, atas dasar performans, seleksi family dan uji zuriat) dan seleksi berdasarkan beberapa macam sifat. Pada penelitian ini dilakukanseleksi berdasarkan satu sifat yaitu catatan produksi individu tersebut. Standar bibit induk (parent stock) itik Alabio muda merupakan salah satu aspek penting dalam proses produksi itik Alabio, karena dalam pengembangan usaha peternakan rakyat itik Alabio pada saat ini tidak hanya dituntut pada peningkatan kuantitas produksi saja, tetapi juga pada peningkatan kualitasnya. Untuk menghasilkan itik niaga yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka dibutuhkan itik induk yang telah memenuhi persyaratan teknis minimal atau standar.VI.KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan Seleksi yang dilakukan pada 100 ekor itik alabio betina dengan nilai heritabilitas 0.3 menghasilkan nilai seleksi diferensial dan respon seleksi yang semakin menurun. Nilai seleksi diferensial yang diperoleh dalam penelitian ini semakin menurun berturut-turut dari generasi pertama sampai ketiga yaitu 3,47: 3,16: 1,94 dan respon seleksi sebesar 1,04: 0,95: 0,58. Seleksi yang dilakukan menghasilkan 100 itik alabio yang mampu menghasilkan telur dengan rataan produksi telur per tahun 243 butir dari rataan produksi telur awal sebelum seleksi 233 butir per tahun. 5.2. Saran Permasalahan produksi itik alabio yang merupakan ternak lokal unggul sebaiknya diselesaikan dengan efektif dan efisien melalui seleksi sehingga keunggulan yang dimiliki dapat dipertahankan dan dikembangkan.DAFTAR PUSTAKA Biyatmoko, D. 2005a. Petunjuk Teknis dan Saran Pengembangan Itik Alabio. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 9 hlm. Biyatmoko, D. 2005b. Disain pengembangan itik di Kalimantan Selatan tahun 2006-2010. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 23 hlm. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. 19932006. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 57 hlm. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. 2006. Evaluasi kinerja pembangunan peternakan 2006 dan rencana kegiatan 2007. Makalah disampaikan pada Rapat Evaluasi Pembangunan Peternakan Kalimantan Selatan, Banjarbaru, 16 Januari 2007. 18 hlm. Dinas Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara. 1999. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Amuntai. 59 hlm. Fathurrahim, A.H. 2000. Prospek dan kebutuhan teknologi sistem usaha tani itik Alabio di lahanlebak Kalimantan Selatan. Makalah disampaikan pada Temu Informasi Teknologi Pertanian, Banjarbaru, 1920 Juli 2000. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Banjarbaru. 7 hlm. Nawhan, A. 1991. Usaha peternakan itik Alabio (Anas platyrinchos Borneo) di Kalimantan Selatan. Pidato Ilmiah pada Lustrum II dan Wisuda VI Sarjana Negara Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjary. Banjarmasin, 26 Oktober 1991. 18 hlm. Rohaeni, E.S. dan Tarmudji. 1994. Potensi dan kendala dalam pengembangan peternakan itik Alabio di Kalimantan Selatan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian XVI(l): 46. Setioko, A.R. 1990. Pemeliharaan Itik di Indonesia. Balai Penetilian Ternak, Bogor. 36 hlm. Setioko, A.R. 1997. Potensi itik sebagai penghasil telur atau daging dan sistem seleksi yang baik pada sentra baru pembibitan pedesaan. Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian, Subsektor Peternakan. Banjarbaru, 1516 Oktober 1997. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Banjarbaru. 31 hlm. Setioko, A.R. dan Istiana. 1999. Pembibitan itik Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. JilidI. Bogor, 12 Desember 1999. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm. 382387. Suryana dan B.W. Tiro. 2007. Keragaan penetasan telur itik Alabio dengan sistem gabah di Kalimantan Selatan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua. 17 hlm.Lampiran 1. Proyeksi Hasil Penerapan Teknologi 1st / Base Generation Population TA P RP HR TNP PT TNP G T T T TT TT 24 23 52 0.3 4.80 4.8 249 9 3 24 23 26 0.3 4.54 4.5 249 9 3 24 23 46 0.3 4.38 4.4 248 8 3 24 23 16 0.3 4.31 4.3 248 8 3 24 23 91 0.3 4.28 4.3 248 8 3RPT TT 237 237 237 237 237DS 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7RS 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 458 87 83 37 96 10 0 77 42 49 76 64 30 22 82 71 19 1524 8 24 7 24 6 24 6 24 6 24 5 24 4 24 3 24 3 24 3 24 3 24 2 24 2 24 2 24 2 24 2 24 123 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 30.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.34.25 4.08 3.90 3.76 3.63 3.55 3.19 2.92 2.85 2.81 2.73 2.60 2.55 2.49 2.49 2.48 2.404.2 4.1 3.9 3.8 3.6 3.5 3.2 2.9 2.9 2.8 2.7 2.6 2.6 2.5 2.5 2.5 2.4248 247 246 246 246 245 244 243 243 243 243 242 242 242 242 242 241237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 2373.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 71.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 478 40 6 86 36 35 TA G 75 45 94 95 63 13 62 3 25 1724 1 24 1 24 1 24 1 24 1 24 0 P T 24 0 24 0 23 9 23 9 23 9 23 9 23 9 23 8 23 8 23 723 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 RP T 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 30.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 HR T 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.32.28 2.28 2.25 2.22 2.19 2.04 TNP 1.98 1.92 1.76 1.75 1.73 1.55 1.55 1.47 1.45 1.162.3 2.3 2.3 2.2 2.2 2.0 TNP TT 2.0 1.9 1.8 1.8 1.7 1.6 1.5 1.5 1.4 1.2241 241 241 241 241 240 PT TT 240 240 239 239 239 239 239 238 238 237237 237 237 237 237 237 RPT TT 237 237 237 237 237 237 237 237 237 2373.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 DS 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 71.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 RS 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 499 51 54 44 48 92 89 55 39 69 67 8 2 59 98 80 6823 7 23 7 23 6 23 6 23 6 23 6 23 5 23 5 23 5 23 5 23 3 23 3 23 3 23 2 23 2 23 2 23 123 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 30.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.31.06 0.99 0.78 0.70 0.66 0.61 0.53 0.53 0.43 0.33 0.03 0.03 0.16 0.37 0.38 0.49 0.721.1 1.0 0.8 0.7 0.7 0.6 0.5 0.5 0.4 0.3 0.0 0.0 -0.2 -0.4 -0.4 -0.5 -0.7237 237 236 236 236 236 235 235 235 235 233 233 233 232 232 232 231237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 2373.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 71.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 438 57 7 28 TA G 61 53 47 4 74 56 85 93 18 27 81 2323 1 23 0 23 0 23 0 P T 23 0 23 0 22 9 22 9 22 9 22 8 22 8 22 8 22 8 22 7 22 7 22 723 3 23 3 23 3 23 3 RP T 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 30.3 0.3 0.3 0.3 HR T 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3-0.9 0.88 -0.9 0.92 -0.9 0.92 -1.0 0.99 TN TNP P TT -1.0 1.04 -1.1 1.11 -1.2 1.20 -1.4 1.42 -1.4 1.45 -1.5 1.50 -1.5 1.52 -1.6 1.60 -1.7 1.68 -1.9 1.91 -2.0 1.98 -2.0 2.01231 230 230 230 PT TT 230 230 229 229 229 228 228 228 228 227 227 227237 237 237 237 RPT TT 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 237 2373.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 DS 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 71.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 RS 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 424 41 65 33 84 73 5 14 66 11 1 50 88 31 90 10 2122 7 22 6 22 6 22 6 22 5 22 5 22 5 22 5 22 4 22 4 22 4 22 4 22 4 22 4 22 4 22 3 22 323 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 30.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.32.05 2.19 2.20 2.35 2.40 2.47 2.64 2.66 2.75 2.77 2.78 2.90 2.94 2.96 2.99 3.11 3.14-2.0 -2.2 -2.2 -2.3227 226 226 226237 237 237 2373.4 7 3.4 7 3.4 7 3.4 71.0 4 1.0 4 1.0 4 1.0 434 70 TA G 60 43 97 32 29 9 79 12 72 2022 3 22 3 P T 22 3 22 2 22 2 22 2 22 2 22 2 22 1 22 1 22 1 22 123 3 23 3 RP T 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 3 23 30.3 0.3 HR T 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.33.14 3.15 TN TNP P TT 3.18 3.44 3.45 3.51 3.57 3.57 3.61 3.65 3.71 3.71PT TTRPT TTDSRS2nd Generation TA PT RP G 2 T2 10 25 239 4 0 24 52 239 9 12 24 239 0 9 14 24 239 2 9 24 26 239 9 13 24 239 4 8 11 24 239 1 8 24 46 239 8 10 24 239 9 8Population HR TN TNPT T P2 T2 3.3 0.3 3.36 6 3.2 0.3 3.28 8 3.2 0.3 3.22 2 3.2 0.3 3.22 2 3.0 0.3 3.02 2 2.9 0.3 2.97 7 2.9 0.3 2.96 6 2.8 0.3 2.86 6 2.8 0.3 2.81 1PTT T2 250 249 249 249 249 248 248 248 248RPTT T2 242 242 242 242 242 242 242 242 242DS 2 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6RS 2 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 516 91 58 87 14 8 83 11 3 37 96 10 0 11 0 12 7 77 14 7 42 49 7624 8 24 8 24 8 24 7 24 7 24 6 24 6 24 6 24 6 24 5 24 5 24 4 24 4 24 3 24 3 24 3 24 3239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 2390.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.32.7 9 2.7 6 2.7 3 2.5 6 2.4 2 2.3 8 2.2 9 2.2 4 2.1 1 2.0 3 1.9 6 1.7 5 1.6 7 1.4 7 1.4 0 1.3 3 1.2 92.79 2.76 2.73 2.56 2.42 2.38 2.29 2.24 2.11 2.03 1.96 1.75 1.67 1.47 1.40 1.33 1.29248 248 248 247 247 246 246 246 246 245 245 244 244 243 243 243 243242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 2423.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 60.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 513 0 64 13 3 12 2 TA G 30 22 82 71 19 15 13 6 11 4 78 40 14 4 624 3 24 3 24 2 24 2 PT 2 24 2 24 2 24 2 24 2 24 2 24 1 24 1 24 1 24 1 24 1 24 1 24 1239 239 239 239 RP T2 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 2390.3 0.3 0.3 0.3 HR T 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.31.2 4 1.2 1 1.1 7 1.1 2 TN P2 1.0 8 1.0 3 0.9 7 0.9 7 0.9 6 0.8 7 0.8 6 0.8 0 0.7 6 0.7 6 0.7 4 0.7 31.24 1.21 1.17 1.12 TNPT T2 1.08 1.03 0.97 0.97 0.96 0.87 0.86 0.80 0.76 0.76 0.74 0.73243 243 242 242 PTT T2 242 242 242 242 242 241 241 241 241 241 241 241242 242 242 242 RPTT T2 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 2423.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 DS 2 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 60.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 RS 2 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 586 36 14 3 35 10 7 75 10 6 45 12 1 12 5 94 95 63 13 62 3 2524 1 24 1 24 0 24 0 24 0 24 0 24 0 24 0 24 0 24 0 23 9 23 9 23 9 23 9 23 9 23 8 23239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 239 2390.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.30.7 0 0.6 7 0.5 5 0.5 2 0.4 6 0.4 6 0.4 3 0.3 9 0.3 8 0.3 4 0.2 4 0.2 3 0.2 1 0.0 3 0.0 2 0.0 5 -0.70 0.67 0.55 0.52 0.46 0.46 0.43 0.39 0.38 0.34 0.24 0.23 0.21 0.03 0.02 -0.05 -0.07241 241 240 240 240 240 240 240 240 240 239 239 239 239 239 238 238242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 2423.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.10.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.98 12 9 10 8 TA G 11 9 17 23 8 23 8 PT 2 23 7 23 7 23 7 23 7 23 6 23 6 23 6 23 6 239 0.3239 RP T2 2390.3 HR T 0.32390.3992390.3512390.3542390.3442390.3482390.3922390.30.0 7 0.1 4 0.1 5 TN P2 0.3 3 0.3 6 0.4 6 0.5 3 0.7 4 0.8 2 0.8 6 0.9 16 -0.14 238 242 3.1 6 3.1 6 DS 2 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 65 0.9 5 0.9 5 RS 2 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5-0.15 TNPT T2 -0.33238 PTT T2 237242 RPTT T2 242-0.36237242-0.46237242-0.53237242-0.74236242-0.82236242-0.86236242-0.912362428923 5 23 5 23 5 23 5 23 3 23 3 23 3 23 2 23 2 23 2 23 1 232390.3552390.3392390.3692390.3672390.382390.322390.3592390.3982390.3802390.368 38239 2390.3 0.30.9 9 0.9 9 1.0 9 1.1 9 1.5 5 1.5 5 1.6 8 1.8 9 1.9 0 2.0 1 2.2 4 --0.992352423.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 6 3.1 60.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5 0.9 5-0.99235242-1.09235242-1.19235242-1.55233242-1.552332421 57 23 0 23 0 23 0 23 0 23 0 22 9 22 9 22 9 22 8 22 8 22 8 239 0.372390.3282390.3612390.3532390.3472390.342390.3742390.3562390.385 93239 2390.3 0.32.4 0 2.4 4 2.4 5 2.5 2 2.5 6 2.6 3 2.7 2 2.9 5 2.9 7 3.0 2 3.0 4 3.1TA G 18PT 2 22 8 22 7 22 7 22 7 22 7 22 6 22 6 22 6RP T2 239HR T 0.3272390.3812390.3232390.3242390.3412390.3652390.3332390.32 TN P2 3.2 1 3.4 3 3.5 0 3.5 3 3.5 7 3.7 1 3.7 2 3.8 7TNPT T2PTT T2RPTT T2DS 2RS 23rd Generation TA PT RP G 3 T3 24 25 243 8 0 10 25 243 4 0 23 25 243 4 0 22 25 243 7 0 24 52 243 9 24 24 243 0 9 12 24 243Population HR TN T P3 2.1 0.3 4 2.0 0.3 7 2.0 0.3 2 2.0 0.3 1 1.9 0.3 9 1.9 0.3 5 0.3 1.9TNPT T3 2.14 2.07 2.02 2.01 1.99 1.95 1.93PTT T3 250 250 250 250 249 249 249RPTT T3 245 245 245 245 245 245 245DS 3 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9RS 3 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.50 14 2 21 9 20 6 20 2 26 13 4 11 1 21 5 46 10 9 16 91 58 23 5 22 6 22 5 239 24 9 24 9 24 9 24 9 24 9 24 8 24 8 24 8 24 8 24 8 24 8 24 8 24 8 24 7 24 7 24 7 24243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 2430.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.33 1.9 3 1.8 2 1.7 7 1.7 6 1.7 3 1.6 8 1.6 7 1.6 5 1.5 7 1.5 2 1.5 0 1.4 7 1.4 3 1.3 7 1.3 3 1.3 2 1.31.93 1.82 1.77 1.76 1.73 1.68 1.67 1.65 1.57 1.52 1.50 1.47 1.43 1.37 1.33 1.32 1.30249 249 249 249 249 248 248 248 248 248 248 248 248 247 247 247 247245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 2454 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.98 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.52 22 3 87 14 8 83 11 3 37 TA G 22 8 96 24 6 10 0 23 6 22 2 11 0 25 0 21 0 127 24 7 24 7 24 7 24 6 24 6 24 6 PT 3 24 6 24 6 24 5 24 5 24 5 24 5 24 5 24 5 24 5 24243 243 243 243 243 243 RP T3 243 243 243 243 243 243 243 243 243 2430.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 HR T 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.30 1.2 7 1.2 7 1.1 3 1.0 9 1.0 0 0.9 5 TN P3 0.8 8 0.8 2 0.7 5 0.7 3 0.7 0 0.6 8 0.6 7 0.6 5 0.6 5 0.41.27 1.27 1.13 1.09 1.00 0.95 TNPT T3 0.88 0.82 0.75 0.73 0.70 0.68 0.67 0.65 0.65 0.46247 247 247 246 246 246 PTT T3 246 246 245 245 245 245 245 245 245 244245 245 245 245 245 245 RPTT T3 245 245 245 245 245 245 245 245 245 2454 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 DS 3 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.98 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 RS 3 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.57 77 23 1 21 8 14 7 22 4 42 49 76 13 0 64 13 3 12 2 21 1 304 24 4 24 4 24 4 24 3 24 3 24 3 24 3 24 3 24 3 24 3 24 2 24 2 24 2 24 2243 243 243 243 243 243 243 243 2430.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.32430.32430.32430.3243 2430.3 0.36 0.3 7 0.2 3 0.2 1 0.1 8 0.1 8 0.1 1 0.0 4 0.0 0 0.0 5 0.0 9 0.1 2 0.1 7 0.2 1 0.20.37 0.23 0.21 0.18 0.18 0.11 0.04 0.00 -0.05244 244 244 243 243 243 243 243 243245 245 245 245 245 245 245 245 2454 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 48 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8-0.09243245-0.12242245-0.17242245-0.21 -0.21242 242245 24520 9 2224 2 24 2 24 2 24 2 24 2 24 2 24 1 PT 3 24 1 24 1 24 1 242430.32430.3822430.371 21 3 192430.32430.32430.315 TA G 13 6 11 4 78 40243 RP T3 2430.3 HR T 0.32430.3243 2430.3 0.31 0.2 4 0.2 6 0.3 2 0.3 2 0.3 3 0.3 3 0.4 2 TN P3 0.4 3 0.4 9 0.5 3 --0.242422451.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 DS 3 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.90.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 RS 3 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5-0.26242245-0.32242245-0.32242245-0.33242245-0.33242245-0.42 TNPT T3 -0.43241 PTT T3 241245 RPTT T3 245-0.49241245-0.53 -0.54241 241245 2451 14 4 6 24 1 24 1 24 1 24 1 24 0 24 0 24 0 24 0 24 0 24 0 24 0 243 0.32430.3862430.336 14 3 35 10 7 75 10 6 45 12 12430.32430.32430.32430.32430.32430.3243 2430.3 0.30.5 4 0.5 5 0.5 6 0.6 0 0.6 2 0.7 5 0.7 7 0.8 3 0.8 4 0.8 6 0.9 0 0.94 -0.55 241 245 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 4 1.9 48 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8 0.5 8-0.56241245-0.60241245-0.62241245-0.75240245-0.77240245-0.83240245-0.84240245-0.86240245-0.9024024512 5 9424 0 23 9 23 9 23 9 23 9 23 9 23 8 23 8 23 8 23 8 23 7243 2430.3 0.32430.3952430.3632430.3132430.3622430.332430.325 12 9 10 8 11 92430.32430.32430.31 0.9 5 1.0 5 1.0 6 1.0 8 1.2 6 1.2 7 1.3 5 1.3 6 1.4 3 1.4 4 1.6 21723 7 23 7 23 7 23 6 23 6 PT 3 23 6 23 6 23 5 23 5 23 5 23 52430.3992430.3512430.3542430.344 TA G 48243 RP T3 2430.3 HR T 0.3922430.3892430.3552430.339 69243 2430.3 0.31.6 5 1.7 5 1.8 2 2.0 4 2.1 1 TN P3 2.1 5 2.2 0 2.2 9 2.2 9 2.3 9 2.4TNPT T3PTT T3RPTT T3DS 3RS 36723 3 23 32430.382430.39 2.8 4 2.8 4Keterangan : TAG : No Individu Induk PT : Produksi Telur RPT : Rataan Produksi Telur HRT : Heritabilitas TNP : Taksiran Nilai Pemuliaan TNPTT : TNP Tetua Terpilih PTTT : PT Tetua Terpilih DS : Diferensial Seleksi RS : Respon SeleksiLampiran 2. Rincian Kegiatan Dan Lokasi Penerapan TeknologiNo 12 3Rincian Kegiatan Menyeleksi Calon Base Populasi (Jantan Dan Betina) Pada Program Seleksi Yang Akan Dilakukan Melakukan Pemeliharaan Terhadap Itik Yang Telah Dipilih Seleksi Dilakukan Sampai Generasi Ketiga A. Perkawinan B. Pengukuran Jumlah Produksi Telur Yang Dihasilkan C. Analisis Data D. Pemilihan Calon Populasi Ulang E. Penetasan Telur Pemeliharaan Ternak Yang Telah Terseleksi Selama 3 GenerasiLokasi kegiatan Peternak Di Kabupaten Hulu Sungai Utara Research FarmResearch Farm Research Farm and Laboratory Research Office Research Farm Hatchery Room on Farm4Lampiran 3. Prakiraan Biaya Yang Dibutuhkan Dan Rinciannya N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 Nama Itik Alabio Kandang Peralatan Kandang Pakan Alat Tulis Kantor Rekening Listrik Rekening Air Obat , Vaksindan Vitamin Timbangan Telur Mesin Tetas Komputer Keterangan Base population Kandang itik untuk populasi 1000 ekor Meliputi tempat pakan, minum, lampu dll Pakan ternak selama seleksi Buku, bolpoin, kertas dll Untuk kebutuhan kandang Untuk kebutuhan kandang Rutin sesuai jadwal pemeliharaan Untuk pengukuran telur Untuk kapasitas 100 butir telur Analisis data biaya (Rp.) 5,000,000 30,000,000 15,000,00050,000,000 3,000,000 5,000,000 3,000,000 15,000,0006,000,000 1,300,000 5,000,000 100,000,00 0 238,300,00 0Upah Tenaga Semua pekerja Kerja yang terlibat Total Biaya