KOMPOSISI KARKAS DAN NON KARKAS SERTA EFISIENSI … · ternak ini karena entok jantan produksi...
Transcript of KOMPOSISI KARKAS DAN NON KARKAS SERTA EFISIENSI … · ternak ini karena entok jantan produksi...
KOMPOSISI KARKAS DAN NON KARKAS SERTA
EFISIENSI EKONOMI ITIK MANDALUNG
PADA UMUR BERBEDA
ANITA RAHMAN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Karkas dan
Non Karkas serta Efisiensi Ekonomi Itik Mandalung pada Umur Berbeda adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Anita Rahman
NIM D14100080
ABSTRAK
ANITA RAHMAN. Komposisi Karkas dan Non Karkas serta Efisiensi Ekonomi
Itik Mandalung pada Umur Berbeda. Dibimbing oleh RUKMIASIH dan
SUMIATI.
Suatu penelitian telah dilakukan untuk memperoleh informasi itik
mandalung (EA) hasil persilangan entok (Cairina moschata) jantan (E) dengan
itik alabio (Anas plathyrinchos borneo) betina (A). Penelitian ini menggunakan
80 ekor itik mandalung EA yang dikelompokkan berdasarkan periode penetasan
dan terdiri dari 3 perlakuan umur potong (8, 10, dan 12 minggu). Rancangan yang
digunakan yaitu rancangan acak kelompok (RAK) dan dianalisis dengan sidik
ragam dan uji Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bobot potong, bobot
karkas, dan bobot dada pada umur 8 minggu sangat nyata (P<0.01) lebih kecil
daripada umur 10 dan 12 minggu, sedangkan umur tidak berpengaruh terhadap
bobot paha. Umur potong juga mempengaruhi rasio daging dan tulang dada,
namun tidak berpengaruh terhadap rasio daging dan tulang paha. Umur
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) pada persentase jeroan, tetapi umur tidak
memberikan pengaruh terhadap bobot dan persentase bagian non karkas lainnya
(darah, bulu, dan lemak abdomen). Umur 8 minggu sudah bisa dijadikan umur
potong yang tepat untuk itik mandalung EA karena telah memenuhi bobot dan
penampilan karkas sesuai keinginan konsumen serta mampu memberikan
keuntungan bagi peternak.
Kata kunci: itik mandalung entok-alabio (EA), persentase karkas, persentase non
karkas, umur pemotongan.
ABSTRACT
ANITA RAHMAN. Carcass and Non Carcass Composition and Economic Aspect
of Mule Duck at Different Age. Supervised by RUKMIASIH and SUMIATI.
Research has been done to find out the information of mule duck, the
crossbred of male muscovy (Cairina moschata) with female alabio duck (Anas
plathyrinchos borneo). Research used 80 heads of EA mandalung duck which
were grouped based on hatchery period and consisted of 3 treatments (8, 10, and
12 weeks) of slaughtering age. Statistical analysis used completely block design
and further analysis used analysis of varians and Duncan multiple range test. The
results showed that slaughtering weight, carcass weight, and breast weight on the
8 week were highly significantly (P<0.01) lower than those of the 10 and 12
weeks, whereas the age did not influence the thight weight. Slaughtering age also
influenced the ratio of meat and bone of breast, but it did not influence the ratio of
meat and bone of thigh. Slaughtering age highly significantly (P<0.01) influenced
the offal weight percentage, whereas it did not influence the weight and
percentage of non carcass (blood, feather, and abdominal fat). Based on the
carcass appearance and economic aspect, the 8 week of slaughtering age yielded
the best weight and carcass appearance appropiate to consumer preference and it
had better profit for farmer.
Key words: EA mandalung duck, carcass percentage, non carcass percentage,
slaughtering age
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
KOMPOSISI KARKAS DAN NON KARKAS SERTA
EFISIENSI EKONOMI ITIK MANDALUNG
PADA UMUR BERBEDA
ANITA RAHMAN
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi: Komposisi Karkas dan Non Karkas serta Efisiensi Ekonomi Itik
Mandalung pada Umur Berbeda
Nama : Anita Rahman
NIM : D14100080
Disetujui oleh
Dr Ir Rukmiasih, MS
Pembimbing I
Dr Ir Sumiati, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah Itik
Mandalung, dengan judul Komposisi Karkas dan Non Karkas serta Efisiensi
Ekonomi Itik Mandalung pada Umur Berbeda.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Rukmiasih, MS dan Dr Ir
Sumiati MSc selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu, pengalaman,
bimbingan, serta saran yang sangat membangun. Ucapan terima kasih pula
penulis sampaikan kepada Dr Tuti Suryati SPt MSi selaku dosen penguji sidang
skripsi yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi ini. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada teman satu tim penelitian
(Isnaini P Astuti, Dwi Andaruwati, Leonardus KDB, Danang Priyambodo, Fitriani
EPL) yang telah banyak membantu selama penelitian ini berlangsung. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Abdul Rahman, ibunda Sana,
adinda M Fadlika dan Reggy Ar Rassyiid, seluruh keluarga beastudi Etos Bogor,
sahabat (Ria Putri, Laras Shafa, Ishfi A, Annisa K, Fredy F, M Jafar) serta teman-
teman IPTP angkatan 47 atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi
ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Anita Rahman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Materi 2
Prosedur 3
Rancangan 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Persentase Bagian-Bagian Karkas Itik Mandalung 5
Meat Bone Ratio Bagian Dada dan Paha Itik Mandalung 6
Persentase Bagian-Bagian Non Karkas Itik Mandalung 8
Penampilan Karkas 9
Efisiensi Ekonomi Pemeliharaan Itik Mandalung 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nutrisi pakan ayam pedaging 511-Bravo 2
2 Takaran pemberian pakan itik alabio jantan 2
3 Bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan persentase bagian
karkas itik mandalung EA 5
4 Meat bone ratio pada bagian dada dan paha itik mandalung EA 7
5 Bobot dan persentase bagian non karkas itik mandalung EA 8
6 Efisiensi ekonomi pemeliharaan itik mandalung EA 10 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis ragam bobot potong 13
2 Hasil uji Duncan bobot potong 13
3 Hasil analisis ragam bobot karkas 13
4 Hasil analisis ragam persentase bobot karkas 13
5 Hasil analisis ragam bobot dada 13
6 Hasil uji Duncan bobot dada 13
7 Hasil analisis ragam bobot paha 14
8 Hasil uji Duncan bobot paha 14
9 Hasil analisis ragam bobot punggung 14
10 Hasil analisis ragam bobot sayap 14
11 Hasil analisis ragam bobot darah 14
12 Hasil uji Duncan bobot darah 14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya lokal Indonesia beranekaragam jenisnya salah satunya adalah
ternak itik. Permintaan produk itik berupa daging semakin meningkat tiap
tahunnya, namun tidak diikuti dengan penyediaan itik potong yang berkualitas
dan kontinyu sehingga seringkali mengalami kekurangan stok. Berdasarkan data
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) populasi itik tahun
2010 sebanyak 44 302 juta ekor dengan tingkat penyebaran tertinggi berada di
provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Aceh
Darusalam. Populasi itik yang cukup besar ini, belum mampu berperan sebagai
sumber daging andalan karena itik yang tersebar di Indonesia didominasi oleh tipe
petelur, sehingga produksi daging itik secara nasional masih rendah.
Ternak itik yang dapat dikembangkan sebagai sumber daging yaitu itik
mandalung. Itik mandalung merupakan persilangan antara entok (Cairina
moschata) dengan itik (Anas platyrynchos) baik dengan cara alami maupun
inseminasi buatan. Itik mandalung yang diteliti pada penelitian ini berasal dari
persilangan entok jantan dengan itik alabio betina. Alasan menyilangkan kedua
ternak ini karena entok jantan produksi dagingnya tinggi, sedangkan itik alabio
merupakan itik petelur lokal Indonesia yang memiliki produksi telur tinggi serta
bobot badan yang cukup besar, sehingga dari hasil persilangan ini diharapkan
dalam setiap periode penetasan akan diperoleh day old duck dalam jumlah banyak
dan memiliki pertumbuhan daging yang cepat. Itik mandalung diteliti pada umur
potong 8, 10, dan 12 minggu untuk mencari bobot dan penampilan karkas yang
sesuai dengan permintaan konsumen. Selain itu keberhasilan usaha ternak itik
mandalung harus dinilai dari efisiensi ekonomi berdasarkan besar biaya pakan
yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diperoleh.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan umur pemotongan yang tepat dilihat
dari bobot dan penampilan karkas serta efisiensi ekonomi pada umur pemotongan
8, 10 dan 12 minggu.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mengkaji performa bagian-bagian karkas dan
non karkas, penampilan karkas serta efisiensi ekonomi. Penelitian ini dibatasi
pada subjek itik mandalung (EA) hasil persilangan entok (E) jantan dengan itik
alabio (A) betina.
2
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, yaitu pada bulan November 2013
hingga Februari 2014. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapangan Ternak
Unggas Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Dramaga.
Materi
Ternak dan Pakan
Materi yang digunakan adalah day old duck (DOD) hasil inseminasi buatan
dari 5 ekor entok jantan (E) dan 30 itik alabio betina (A). Itik mandalung yang
diteliti sebanyak 80 ekor itik mandalung (EA). DOD dipelihara sejak menetas
hingga umur 8, 10, dan 12 minggu sesuai perlakuan.
Itik diberi pakan ayam pedaging komersil 511-Bravo dengan komposisi
pakan berdasarkan label seperti pada Tabel 1 dan takaran pemberian pakan
berdasarkan penelitian Mirfat (2011) yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 Kandungan nutrisi pakan ayam pedaging 511-Bravo Zat Makanan Jumlah
Air Maks 13 % Protein 21 - 23% Lemak Min 5% Serat Maks 5% Abu Maks 7% Kalsium Min 0.9% Phospor tersedia Min 0.6% Energi (kkal/kg) 2 900 - 3 000
Sumber : PT. Charoen Phokphand Indonesia
Tabel 2 Takaran pemberian pakan itik alabio jantan
Umur (minggu) Takaran pemberian pakan harian (g ekor-1
hari-1
)
0 – 1 40
1 – 2 60
2 – 3 80
3 – 4 115
4 – 5 125
5 – 6 150
6 – 7 170
7 – 8 185
8 – 9 200
9 – 10 215
11 – 12 245
Sumber : Mirfat (2011)
3
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan berbentuk kotak dengan ukuran panjang 1 m,
lebar 1 m dan tinggi pagar penyekat 0.6 m sebanyak 10 buah. Peralatan kandang
lain yang digunakan yaitu tempat pakan berdiameter 38 cm dan tempat air minum
dengan kapasitas 5 L.
Lampu penerangan untuk kandang DOD yang digunakan yakni lampu
dengan daya 40 watt. Peralatan pendukung lain yang digunakan adalah
timbangan digital kapasitas 5 kg untuk menimbang pakan dan bobot itik, pisau,
gunting tulang, nampan, dan plastik.
Prosedur
Pemeliharaan Itik Mandalung
Itik mandalung dipelihara secara intensif mulai minggu pertama hingga
berumur 8, 10 dan 12 minggu. Pakan diberikan dengan cara meletakan pakan dan
tempat air minum di dalam kandang.
Itik diberi makan dengan takaran pakan mengikuti hasil penelitian Mirfat
(2011) dan air minum ad libitum. Itik mandalung ditimbang dan difoto setiap
pemotongan.
Pemotongan Itik Mandalung
Itik mandalung yang telah berumur 8, 10, dan 12 minggu dipotong setelah
dipuasakan terlebih dahulu selama 6-12 jam, tetapi air minum diberikan ad
libitum. Sesaat sebelum dipotong, itik ditimbang untuk diukur bobot potongnya,
lalu itik dipotong menggunakan tempat pemotongan yang menggantung dengan
posisi kepala di bawah dengan tujuan agar darah keluar dengan sempurna.
Proses selanjutnya itik dicelupkan ke dalam air panas pada suhu kurang
lebih 80 oC agar bulu mudah dicabut. Pencabutan bulu dilakukan secara manual.
Setelah itu dipotong kaki, leher+kepala dan dikeluarkan jeroannya kemudian
ditimbang bobot karkas. Bagian non karkas meliputi jeroan (usus+pankreas,
giblet, lemak abdomen), leher+kepala, dan kaki, masing-masing ditimbang
bobotnya secara terpisah. Khusus bagian rempela dan usus, penimbangan
dilakukan setelah dikeluarkan isi kotorannya.
Rancangan
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok (RAK) terdiri
atas 3 taraf perlakuan dan 10 kelompok. Perlakuan yang diberikan yaitu umur
potong (8, 10, dan 12 minggu) dan kelompok berdasarkan periode penetasan.
Model rancangan percobaan adalah sebagai berikut :
Yi j k = μ + Pi + Kj + εi j
Keterangan:
Yi j k = Persentase karkas dan non karkas itik mandalung pada umur potong taraf ke- i (8,
10, 12 minggu) dan kelompok ke- j (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10)
μ = Rataan persentase karkas dan nonkarkas itik mandalung
4
Pi = Pengaruh umur potong pada taraf ke- i (8, 10 dan 12 minggu)
Kj = Pengaruh kelompok ke- j (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10)
εi j k = Pengaruh galat percobaan pada taraf umur potong ke- i (8, 10 dan 12 minggu) dan
kelompok ke- j (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10)
Analisis Data
Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis sidik ragam
(analysis of variance) dan uji perbandingan berganda (Duncan multiple range
test) (Steel dan Torrie 1995).
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bobot potong (g/ekor)
2. Bobot karkas (g/ekor)
3. Persentase karkas diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot
potong dikali 100%.
4. Persentase bagian-bagian karkas (paha, dada, punggung dan sayap)
terhadap bobot karkas (%)
5. Meat bone ratio dada merupakan perbandingan banyaknya daging dada
yang dihasilkan pada setiap satu satuan tulang dada.
6. Meat bone ratio paha merupakan perbandingan banyaknya daging paha
yang dihasilkan pada setiap satu satuan tulang paha.
7. Persentase bagian-bagian non karkas meliputi darah, bulu, leher+kepala,
kaki, jeroan (usus+pankreas, giblet, lemak abdomen) terhadap bobot
potong (%)
8. Penampilan karkas dilihat dari banyaknya bulu jarum
9. Efisiensi ekonomi pemeliharaan itik mandalung EA
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Bagian-Bagian Karkas Itik Mandalung
Pengaruh umur pemotongan itik mandalung yang berbeda terhadap peubah
yang diamati disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Bobot potong, bobot karkas, persentase karkas, dan persentase bagian
karkas itik mandalung EA
Peubah Umur potong (minggu)
8 10 12
Bobot potong (g) 1 659.50 ± 133.18A 1 891.48 ± 172.53B 2 047.77 ± 266.71C
Bobot karkas (g) 1 046.31 ± 120.73A 1 192.84 ± 111.79B 1 263.33 ± 105.75C
(%)1)
63.09 ± 5.62 63.07 ± 1.99 62.16 ± 4.99
Dada (g) 202.23 ± 25.40A 285.16 ± 48.72B 365.97 ± 45.74C
(%)2)
19.41 ± 2.10A 23.80 ± 2.47B 28.93 ± 2.20C
Paha (g) 311.88 ± 42.77 307.20 ± 28.84 305.13 ± 26.58
(%)2)
30.02 ± 4.25A 25.88 ± 2.55B 24.20 ± 1.72C
Punggung (g) 324.96 ± 32.38B 362.96 ± 43.09A 366.50 ± 40.18A
(%)2)
31.25 ± 3.12A 30.41 ± 1.97A 28.98 ± 1.50B
Sayap (g) 178.04 ± 17.69B 224.32 ± 34.88A 218.27 ± 20.35A
(%)2)
17.09 ± 1.33 18.28 ± 2.19 17.31 ± 1.38 Keterangan : angka yang disertai huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang
sangat nyata (P<0.01). 1)
Nilai persentase dihitung berdasarkan bobot potong.
2)
Nilai persentase dihitung berdasarkan bobot karkas.
Itik mandalung dipelihara dengan tujuan mendapatkan produksi daging
yang tinggi dibandingkan dengan itik lokal. Hasil penelitian menunjukkan umur
sangat nyata (P<0.01) berpengaruh terhadap bobot potong, artinya bobot potong
umur 12 minggu lebih besar daripada umur 8 dan 10 minggu. Hal ini sesuai
dengan penelitian Sunari (2001) yang menyatakan bahwa umur berpengaruh
sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot potong. Penelitian sebelumnya oleh
Matitaputty (2011) menyebutkan bobot potong itik alabio umur 8 minggu sebesar
1 328.83 g/ekor sedangkan pada umur yang sama bobot potong bobot itik
mandalung EA lebih besar yakni 1 659.5 g (Tabel 3). Peternak itik lokal biasa
menjual itiknya kepada konsumen dengan bobot potong sebesar 1.3-1.5 kg,
sehingga jika dilihat dari bobot potong, itik mandalung EA umur 8 minggu sudah
bisa memenuhi permintaan konsumen.
Tabel 3 menunjukkan umur potong sangat nyata (P<0.01) berpengaruh pada
bobot karkas. Bobot karkas umur 12 minggu lebih besar dibandingkan dengan
bobot karkas umur 8 dan 10 minggu. Hal ini terlihat bobot karkas meningkat
seiring dengan bobot potong yang juga meningkat. Kondisi ini sesuai dengan
hasil penelitian Daud et al. (2007) yang menyatakan karkas meningkat seiring
meningkatnya umur dan bobot potong. Penelitian sebelumnya menyebutkan
bobot karkas itik alabio pada umur 8 minggu sebesar 836.47 g (Matitaputy (2011)
sedangkan bobot karkas entok umur 8 minggu sebesar 1 124.14 g (Roesdiyanto
dan Mulyowati 2004). Bobot karkas itik mandalung EA yang diperoleh pada
umur 8 minggu yaitu sebesar 1 046.31, artinya bobot karkas itik mandalung EA
6
berada di antara bobot karkas kedua tetuanya. Umur yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap persentase karkas (Tabel 3). Hal ini karena peningkatan
bobot karkas tidak sebesar peningkatan bobot potong sehingga persentasenya
tetap. Hal ini menunjukkan bahwa persentase karkas itik mandalung EA sudah
optimal pada umur 8 minggu. Berdasarkan permintaan pasar, bobot karkas yang
diinginkan konsumen atau resto yang menyajikan olahan daging itik yaitu berkisar
0.9-1 kg, sehingga bobot karkas itik mandalung EA umur 8 minggu sudah bisa
dijual ke pasaran.
Umur sangat nyata (P<0.01) berpengaruh terhadap bobot dan persentase
dada. Bobot dan persentase dada itik umur 12 minggu lebih besar dari pada umur
8 dan 10 minggu. Bobot dan persentase dada terus meningkat karena dada
merupakan tempat deposit otot terbanyak pada karkas. Otot memiliki
pertumbuhan yang masak lambat sehingga jumlahnya terus bertambah seiring
dengan bertambahnya umur ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiwinarto
(2005) bahwa pada pola pertumbuhan komponen karkas diawali oleh
pertumbuhan tulang yang cepat kemudian pertumbuhan otot.
Umur pemotongan 8, 10, dan 12 minggu tidak berpengaruh nyata terhadap
bobot paha artinya walaupun umur pemotongannya berbeda tetapi bobot pahanya
tetap sama. Hal ini karena paha merupakan alat gerak dan berfungsi sebagai
penopang tubuh sehingga pertumbuhannya optimal pada awal pertumbuhan.
Persentase bobot paha itik mandalung pada umur 8 minggu sangat nyata (P<0.01)
lebih besar dari umur 10 dan 12 minggu. Erisir et al. (2009) menyatakan bahwa
semakin tua umur itik akan menurunkan persentase bagian paha terhadap bobot
karkas.
Bobot punggung pada umur 8 minggu nyata (P<0.01) lebih kecil daripada
bobot punggung umur 10 dan 12 minggu. Bobot punggung mulai konstan pada
umur 10 minggu sehingga bobotnya setelah mencapai umur 12 minggu tetap sama.
Persentase bobot punggung pada umur 8 dan 10 minggu lebih besar dari umur 12
minggu. Hal ini karena bobot punggung yang mulai konstan pada umur 10
minggu, tetapi bobot kakas terus meningkat. Sesuai dengan hasil penelitian
Randa et al. (2002) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan punggung relatif
lebih stabil terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan.
Bobot sayap pada umur 8 minggu nyata (P<0.01) lebih kecil dari umur 10
dan 12 minggu. Bobot sayap mulai konstan pada umur 10 minggu sehingga
bobotnya setelah mencapai umur 12 minggu tetap sama. Persentase bobot sayap
umur 8, 10, dan 12 minggu tidak berbeda nyata, artinya umur tidak memberikan
pengaruh terhadap persentase bobot sayap. Hal ini karena sayap bukan
merupakan bagian atau tempat deposisi otot daging yang utama sehingga umur
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat sayap. Bagian dada dan bagian
paha berkembang lebih dominan selama pertumbuhan apabila dibandingkan pada
bagian sayap (Abubakar dan Nataamijaya 1999).
Meat Bone Ratio Bagian Dada dan Paha Itik Mandalung
Karkas yang telah dipisah bagian-bagiannya kemudian dihitung rasio antara
daging dan tulang pada bagian komersial dada dan paha. Hasil tersebut disajikan
pada Tabel 4.
7
Tabel 4 Meat bone ratio pada bagian dada dan paha itik mandalung EA
Peubah Umur potong (minggu)
8 10 12
Dada (g) 202.23 ± 25.40A 285.16 ± 48.72B 365.97 ± 45.78C
Daging (g) 158.00 ± 19.41A 231.36 ± 41.42B 308.00 ± 45.98C
(%) 78.18 ± 2.50A 81.06 ± 2.72B 83.99 ± 4.31C
Tulang (g) 44.27 ± 8.62b 54.00 ± 10.89a 59.63 ± 14.09a
(%) 21.82 ± 2.62a 19.02 ± 2.65b 16.48 ± 4.20c
Rasio daging : tulang 3.57 : 1 4.28 : 1 5.16 : 1
Paha (g) 311.88 ± 42.77 307.20 ± 28.84 305.13 ± 26.58
Daging (g) 263.50 ± 41.55 259.80 ± 26.57 255.50 ± 24.18
(%) 84.33 ± 1.68 84.52 ± 1.64 83.69 ± 1.51
Tulang (g) 48.31 ± 4.38AB 47.36 ± 5.42B 49.77 ± 5.30A
(%) 15.63 ± 1.58 15.48 ± 1.75 16.35 ± 1.50
Rasio daging : tulang 5.45 : 1 5.48 : 1 5.13 : 1 Keterangan : angka yang disertai huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang
nyata (P<0.05) untuk huruf kecil dan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) untuk
huruf besar.
Meat bone ratio atau rasio antara daging dan tulang itik mandalung dihitung
pada bagian dada dan paha, karena kedua bagian ini merupakan potongan
komersial dari itik yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bobot dada meningkat
seiring bertambahnya umur. Dada termasuk organ yang masak lambat artinya
pertumbuhan dan bobotnya terus meningkat seiring bertambahnya umur
(Muryanto 2002). Bobot daging dada mempengaruhi bobot dada secara
keseluruhan sehingga selain bobot, nilai persentase daging dada juga ikut
meningkat (Tabel 4). Berbeda dengan daging, tulang dada termasuk organ yang
masak dini dan pertumbuhannya lambat. Hasil penelitian menunjukkan bobot
tulang dada pada umur 8 minggu nyata (P<0.05) lebih kecil dari umur 10 dan 12
minggu. Bobot tulang dada meningkat pada umur 10 minggu dan mulai konstan
pada umur 12 minggu. Persentase tulang dada pada umur 8 minggu justru nyata
(P<0.05) lebih besar daripada umur 10 dan 12 minggu. Hal ini karena
peningkatan bobot tulang dada tidak sebesar peningkatan bobot dada. Selain itu
selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara terus-menerus dengan kadar laju
pertumbuhan relatif lambat dan cenderung menurun (Soeparno 2005). Rasio
daging dan tulang dada terkecil pada umur 8 minggu dan rasio terbesar pada umur
12 minggu, artinya umur mempengaruhi rasio daging dan tulang dada itik
mandalung EA (Tabel 4).
Bobot paha pada umur 8, 10, dan 12 minggu tidak berbeda nyata. Demikian
pula pada bobot dan persentase daging paha yang tidak dipengaruhi oleh
pertambahan umur (Tabel 4). Paha termasuk organ yang masak dini artinya
pertumbuhan dan bobotnya optimal pada awal pertumbuhan (Sari 2003).
Sementara itu bobot tulang paha umur 8 minggu sama dengan umur 10 dan 12
minggu. Umur tidak memberikan pengaruh terhadap persentase tulang paha
(Tabel 4). Hal ini karena paha merupakan alat gerak itik yang bagian pentingnya
yaitu tulang paha berfungsi sebagai penopang tubuh serta tempat melekatnya otot
sehingga pertumbuhannya akan dioptimalkan setelah postnatal. Sesuai dengan
pendapat Swatland (1984) bagian paha merupakan bagian yang pertumbuhannya
lebih awal daripada bagian lainnya. Rasio daging dan tulang paha pada umur 8,
8
10, dan 12 minggu relatif sama artinya umur tidak mempengaruhi rasio daging
dan tulang paha itik mandalung EA (Tabel 4).
Persentase Bagian-Bagian Non Karkas Itik Mandalung
Hasil dari pemotongan dihitung bobot dan persentase bagian non karkas
pada umur potong 8, 10 dan 12 minggu disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Bobot dan persentase bagian non karkas itik mandalung EA terhadap
bobot potong
Peubah Umur potong (minggu)
8 10 12
Darah (g) 122.19 ± 33.77 144.68 ± 29.49 186.70 ± 116.25
(%) 7.30 ± 1.88 7.63 ± 1.25 6.94 ± 1.63
Bulu (g) 59.62 ± 40.76 81.68 ± 39.82 97.57 ± 41.15
(%) 10.19 ± 3.88 10.91 ± 3.06 11.65 ± 4.45
Leher+kepala (g) 229.27 ± 26.06b 234.00 ± 25.99b 254.30 ± 35.23a
(%) 13.81 ± 1.15a 12.38 ± 0.91b 12.48 ± 1.47b
Kaki (g) 48.19 ± 3.87b 49.60 ± 5.67ab 51.43 ± 4.99a
(%) 2.91 ± 0.22a 2.63 ± 1.28b 2.54 ± 0.29b
Jeroan
Usus + pankreas (g) 40.86 ± 4.64A 37.61 ± 5.06B 34.65 ± 5.54C
(%) 2.49 ± 0.32A 2.03 ± 0.30B 1.70 ± 0.32C
Giblet (g) 103.05 ± 8.02B 110.42 ± 9.08A 112.20 ± 10.85A
(%) 6.22 ± 0.47A 5.86 ± 0.53B 5.58 ± 1.41C
Lemak abdomen(g) 10.00 ± 4.32 12.00 ± 6.90 9.43 ± 5.05
(%) 0.61 ± 0.24 0.64 ± 0.36 0.47 ± 0.26 Keterangan : angka yang disertai huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang
nyata (P<0.05) untuk huruf kecil dan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) untuk
huruf besar.
Umur 8, 10 dan 12 minggu memberikan pengaruh berbeda-beda pada setiap
bagian non karkas itik mandalung. Tabel 5 menunjukkan umur tidak berpengaruh
terhadap bobot dan persentase darah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pitrie
(2002) yang menyebutkan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap hilangnya
darah. Demikian pula pada bobot dan persentase bulu juga menunjukkan hasil
tidak berbeda nyata dari setiap umur pemotongan. Pitrie (2002) menyatakan
bahwa persentase bulu itik mandalung terhadap bobot potong tidak berbeda nyata.
Bulu itik mandalung EA berkisar antara 10.19% – 11.65% (Tabel 5).
Bobot kepala dan leher pada umur 8 dan 10 minggu nyata (P<0.05) lebih
kecil dari umur 12 minggu. Persentase kepala dan leher umur 8 minggu lebih
besar dari umur 10 dan 12 minggu. Hal ini karena kepala dan leher tergolong
sebagai bagian tubuh yang masak dini dan sangat diperlukan sejak awal
pertumbuhan. Perkembangan kepala pada awal pertumbuhan sangat pesat tetapi
dengan bertambahnya umur, kecepatan pertumbuhannya akan menurun (Pitrie
2002). Bobot kaki umur 10 minggu sama dengan umur 8 dan 12 minggu (Tabel
5) sedangkan persentase bobot kaki menunjukkan umur 8 minggu lebih besar
daripada umur 10 dan 12 minggu. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Pitrie
9
(2002) yang menyatakan kaki termasuk komponen yang masak dini dan
persentasenya turun seiring dengan bertambahnya bobot tubuh dan umur ternak.
Umur memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot maupun
persentase usus+pankreas dan giblet. Bobot dan persentase usus+pankreas umur
8 minggu nyata (P<0.01) lebih besar dari umur 10 dan 12 minggu. Hal ini karena
organ pencernaan itik merupakan organ penting yang berkembang sejak fase
embrional, sehingga perkembangannya optimal sejak awal pertumbuhan. Bobot
giblet pada umur 10 dan 12 minggu lebih besar dari umur 8 minggu, sedangkan
persentase giblet umur 8 minggu sangat nyata (P<0.01) lebih besar dari umur 10
dan 12 minggu. Hal ini disebabkan pertambahan bobot giblet tidak sebanding
dengan pertambahan bobot tubuh yang cepat sehingga persentase gibet menurun.
Giblet merupakan organ masak dini yang pertumbuhannya pada saat mencapai
dewasa adalah konstan (Soeparno 2005). Bobot dan persentase lemak abdomen
dihitung dengan tidak membedakan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan
umur potong yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap bobot dan
persentase lemak abdomen. Menurut Anggorodi (1995) pertumbuhan jaringan
lemak ditentukan oleh ada atau tidaknya energi hasil metabolisme yang berlebih
di dalam tubuh.
Penampilan Karkas
Penampilan karkas sangat mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen saat
membeli daging itik. Karkas itik relatif kurang disukai karena terlihat kotor akibat
sisa-sisa proses scalding atau masih banyaknya bulu-bulu jarum yang tertinggal,
sedangkan konsumen menginginkan karkas itik yang memiliki penampilan seperti
karkas ayam broiler yang bersih tidak ada bulu-bulu jarum yang tersisa. Sesuai
dengan USDA (1998) dalam Poultry-Grading Manual, karkas atau bagian-bagian
karkas harus memiliki penampilan yang bersih, terlebih pada bagian dada dan
paha, dan bebas dari bulu-bulu yang menonjol atau tertinggal pada karkas.
Penampilan karkas hasil penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Penampilan karkas itik mandalung EA (a) 8 minggu (b) 10 minggu
(c) 12 minggu
Gambar 1 memperlihatkan banyaknya bulu jarum pada karkas umur 8 (a),
10 (b) dan 12 minggu (c) yang tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan
pertumbuhan bulu itik mandalung EA mengikuti pola pertumbuhan bulu itik
alabio. Pada umur 8 minggu jumlah bulu jarum sedikit karena pertumbuhan bulu
10
tetap sudah optimal. Sesuai dengan hasil penelitian Marlinah (2013) yang
menyatakan bahwa itik alabio sudah banyak mengalami pergantian dari bulu
jarum menjadi bulu tetap di semua bagian tubuh pada umur 6 minggu. Semakin
tua umur itik, maka bulu jarum semakin berkurang karena sudah tumbuh menjadi
bulu tetap.
Efisiensi Ekonomi Pemeliharaan Itik Mandalung
Pengembangan itik mandalung dilihat dari aspek ekonominya harus
memberikan keuntungan bagi peternak. Efisiensi ekonomi meliputi biaya pakan
yang dikeluarkan dan pendapatan yang dihasilkan selama pemeliharaan sampai
umur 8, 10, dan 12 minggu. Hasil perhitungan efisiensi ekonomi disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6 Efisiensi ekonomi pemeliharaan itik mandalung EA
Peubah Umur potong (minggu)
8 10 12
Konsumsi pakan (kg ekor-1
) 6.00 9.01 12.34
Biaya pakan (Rp ekor-1
)a 42 000 63 100 86 400
Bobot potong (kg ekor-1
) 1.66 1.89 2.05
Harga jual hidup (Rp ekor-1
)b 58 100 66 200 71 800
Income Over Feed Cost
(Rp ekor hidup -1
)b
16 100 3 100 -14 600
Keterangan : a)
Berdasarkan harga pakan komersil 511-Bravo Rp 7 000 kg-1
. b)
Berdasarkan harga
pasar Rp 35 000 kg-1
bobot hidup.
Konsumsi pakan itik mandalung meningkat seiring dengan bertambahnya
umur. Pakan yang digunakan sejak awal pemeliharaan hingga itik dipotong sama
yaitu pakan komersil 511-Bravo dengan harapan bisa menghasilkan karkas yang
lebih optimal. Tingginya konsumsi pakan tentu akan meningkatkan biaya pakan
yang dikeluarkan. Mengingat hal tersebut sebaiknya pemberian pakan pada itik
mandalung betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan. Pakan starter mempunyai
kandungan protein lebih tinggi dari pada pakan finisher dan pakan starter
mempunyai harga lebih mahal dari pada pakan finisher, karena itu penggantian
pakan starter ke finisher yang tepat waktu diperlukan agar dapat menekan biaya
pakan dan tetap memberikan hasil produksi sesuai dengan yang diharapkan.
Penggantian pakan itik mandalung disesuaikan menurut umur dan kebutuhan,
yaitu saat periode starter protein yang diberikan 18.7 % dengan energi
metabolisnya 2 900 kkal kg-1
dan saat periode finisher proteinnya 15.4 % dan
energi metabolisnya 2 900 kkal kg -1
(Chen 1996).
Hasil perhitungan efisiensi ekonomi menunjukkan keuntungan diperoleh
dari penjualan itik mandalung hidup pada umur 8 dan 10 minggu, sedangkan
mengalami kerugian jika terus dipelihara hingga umur 12 minggu. Oleh karena
itu peternak akan mendapatkan keuntungan terbesar saat menjual itik mandalung
pada umur 8 minggu (Tabel 6).
11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Umur potong itik mandaung EA yang tepat dipilih berdasarkan nilai
persentase karkas, penampilan karkas dan efisiensi ekonomi adalah umur 8
minggu. Pada umur 8 minggu bobot karkas dan penampilan karkas sudah
memenuhi permintaan dan selera konsumen. Dilihat dari aspek ekonomi, biaya
pakan juga lebih rendah dan keuntungan dari penjualan itik mandalung lebih besar
dibandingkan dengan umur potong 10 dan 12 minggu.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu ransum yang diberikan dalam
pemeliharaan itik mandalung EA harus disubstitusi dengan bahan pakan yang
memiliki harga lebih murah namun tetap memiliki kandungan nutrisi sesuai
kebutuhan tiap umur itik mandalung agar bisa menghasilkan produksi daging
yang optimal dan keuntungan yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Nataamijaya AG. 1999. Persentase karkas dan bagian-bagiannya dua
galur ayam broiler dengan penambahan tepung kunyit (Curcuma domestica
Val) dalam ransum. Bul Peter. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Adiwinarto G. 2005. Penampilan dan laju pertumbuhan relatif karkas dan
komponen karkas dua strain ayam broiler fase finisher (21-42 hari) dalam
berbagai suhu pemeliharaan. [tesis]. Semarang (ID): Universitas
Dipenogoro.
Anggorodi HR. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Chen TF. 1996. Nutrition and feedstuffs of ducks. Di dalam: The Training
Course for Duck Production and Management. Taiwan Livestock Research
Institute, Monograph No. 46, Taiwan. Taipei (TW): Committee of
International Technical Cooperation.
Daud M, Piliang WG, Kompiang IP. 2007. Persentase dan kualitas karkas ayam
pedaging yang diberi probiotik dan prebiotik dalam ransum. JITV 12(3):
167-174.
[Ditjen PKH] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Buku
Statistik Peternakan. Jakarta (ID): Departemen Pertanian RI.
Erisir Z, Poyraz O, Onbasilar EE, Erdem E, Oksuztepe GA. 2009. Effects of
housing system, swimming pool and slaughter age on duck performance,
carcass and meat characteristics. J Anim Vet Adv 8(9): 1864-1869.
Marlinah C. 2013. Pendugaan umur itik alabio dan cihateup berdasarkan tempat
tumbuh bulu tetap pada bagian – bagian tubuh. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
12
Matitaputty PR, Noor RR, Hardjosworo PS, Wijaya CH. 2011. Performa,
persentase karkas dan nilai heterosis itik alabio, cihateup dan hasil
persilangannya pada umur delapan minggu. JITV 16(2): 90-98.
Mirfat F. 2011. Performa itik alabio jantan umur 1-10 minggu yang diberi daun
beluntas vitamin C dan E dalam pakan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Muryanto. 2002. Pertumbuhan alometri dan tinjauan histologi otot dada pada
ayam kampung dan hasil persilangannya dengan ayam ras petelur betina.
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pitrie DWL. 2002. Persentase bagian – bagian tubuh mandalung pada umur yang
berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Randa SY, Wahtuni I, Joseph G, Uhi TH, Rukmiasih, Hafid H, Parakkasi A.
2002. Efek pemberian serat tinggi dan vitamin E terhadap produksi karkas
dan nonkarkas itik mandalung. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Roesdiyanto, Mulyowati S. 2004. Pengaruh potong paruh dan serat kasar.
Animal Production 6(1): 9-16.
Sari ML. 2003. Pertumbuhan alometri mandalung serta tinjauan histologis
serabut otot paha. JITV 8(4): 227-232.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Universitas
Gadjah mada Pr.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Edisi ke-2. Jakarta
(ID) : Gramedia Pustaka Utama.
Sunari. 2001. Persentase bagian pangan dan non pangan itik mandalung pada
berbagai umur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Swatland JH. 1984. Structure and Development of Meat Animals. New Jersey
(US) : Prentice Hall, Inc.
[USDA] United State Department of Agricuture. 1998. Poultry-Grading
Manual. Washington DC (US): United States Department of Agriculture.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis ragam bobot potong pada umur berbeda
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah Kuadrat Kuadrat
Tengah
F hitung F tabel
Perlakuan 2 2 160 626.11 1 080 313.06 <.0001 2.76
Kelompok 9 593 887.34 65 987.48 0.0978
Galat 69 2 626 786.76 38 069.37
Total 80 5 330 359.21
Lampiran 2 Hasil uji Duncan bobot potong
Duncan Perlakuan (minggu) N Rataan
A 12 30 2 047.77
B 10 25 1 891.48
C 8 26 1 659.50
Lampiran 3 Hasil analisis ragam bobot karkas pada umur berbeda
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F hitung F tabel
Perlakuan 2 674 816.45 337 408.22 <.0001 2.76
Kelompok 9 29 756.99 3 306.33 0.9876
Galat 69 958 876.58 13 896.76
Total 80 1 660 506.40
Lampiran 4 Hasil analisis ragam persentase karkas pada umur berbeda
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah Kuadrat Kuadrat
Tengah
F hitung F tabel
Perlakuan 2 22.79 11.39 0.4783 2.76
Kelompok 9 551.33 61.26 0.0004
Galat 69 1 054.58 15.28
Total 80 1 621.79
Lampiran 5 Hasil analisis ragam bobot dada pada umur berbeda
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah Kuadrat Kuadrat
Tengah
F hitung F tabel
Perlakuan 2 371 343.91 185 671.96 <.0001 2.76
Kelompok 9 15 780.02 1 753.34 0.4289
Galat 69 117 970.92 1 709.72
Total 80 507 564.17
Lampiran 6 Hasil uji Duncan bobot dada
Duncan Perlakuan (minggu) N Rataan
A 12 30 365.97
B 10 25 285.16
C 8 26 202.23
14
Lampiran 7 Hasil analisis ragam bobot paha pada umur berbeda
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F hitung F tabel
Perlakuan 2 378.42 189.21 0.8325 2.76
Kelompok 9 15 171.72 1 685.75 0.1217
Galat 69 71 020.40 1 029.28
Total 80 86 846.69
Lampiran 8 Hasil uji Duncan bobot paha
Duncan Perlakuan (minggu) N Rataan
A 8 26 311.89
A 10 25 307.20
A 12 30 305.13
Lampiran 9 Hasil analisis ragam bobot punggung pada umur berbeda
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F hitung F tabel
Perlakuan 2 28 488.31 14 244.15 0.0004 2.76
Kelompok 9 5 758.27 639.81 0.9336
Galat 69 111 839.15 1 620.86
Total 80 145 915.55
Lampiran 10 Hasil analisis ragam sayap pada umur berbeda
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F hitung F tabel
Perlakuan 2 35 497.01 17 748.50 <.0001 2.76
Kelompok 9 10 522.28 1 169.14 0.0416
Galat 69 38 505.99 558.05
Total 80 82 140.00
Lampiran 11 Hasil analisis ragam bobot darah pada umur berbeda
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F hitung F tabel
Perlakuan 2 13 526.63 6 763.32 0.2814 2.76
Kelompok 9 79 917.60 8 879.73 0.1067
Galat 69 361 354.85 5 237.03
Total 80 455 387.65
Lampiran 12 Hasil uji Duncan bobot darah
Duncan Perlakuan (minggu) N Rataan
A 12 30 153.37
A 10 25 144.68
A 8 26 122.19
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Anita Rahman dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Januari
1993 dari pasangan sah Bapak Abdul Rahman dan Ibu Sana. Penulis merupakan
anak pertama dari 3 bersaudara dengan adik M Fadlika dan Reggy Ar Rassyiid.
Penulis menyelesaikan pendidikan di MA Negeri 1 Bogor pada tahun 2010 dan
pada tahun yang sama diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa penulis memperoleh beasiswa Etos Dompet
Dhuafa selama 6 semester dan beasiswa Karya Salemba Empat selama 2 semester.
Kegiatan penulis selain akademik yaitu aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Peternakan (BEM D) dan menjadi bendahara umum pada tahun 2012-
2013. Selain itu penulis pernah mengikuti program mahasiswa wirausaha (PMW
2013) dan didanai dalam usaha Catering serta lolos Program Kreativitas
Mahasiswa Kewirausahaan yang didanai DIKTI dengan judul Kandang Getuk
sebagai Alternatif Sarapan Sehat, Enak dan Bergizi.