PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya....

52
PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN SUB ALPIN AREA REKLAMASI GRASBERG PT FREEPORT INDONESIA, PAPUA IDRIS HUMAEDI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya....

Page 1: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN

DAN SUB ALPIN AREA REKLAMASI GRASBERG

PT FREEPORT INDONESIA, PAPUA

IDRIS HUMAEDI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun
Page 3: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Cadangan

Karbon di Vegetasi Alpin dan Sub Alpin Area Reklamasi Grasberg PT Freeport

Indonesia, Papua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Idris Humaedi

NIM E34120023

Page 4: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

ABSTRAK

IDRIS HUMAEDI. Pendugaan Cadangan Karbon di Vegetasi Alpin dan Sub Alpin

Area Reklamasi Grasberg PT Freeport Indonesia, Papua. Dibimbing oleh LILIK

BUDI PRASETYO dan RACHMAD HERMAWAN.

Reklamasi lahan pasca tambang merupakan kewajiban setiap perusahaan

dibidang tambang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai

keanekaragaman (H’), indeks kesamaan (IS) dan cadangan karbon di area alami dan

area reklamasi Grasberg PT Freeport Indonesia, Papua. Jumlah total spesies yang

ditemukan di seluruh area alami dan area reklamasi yaitu 83 spesies. Nilai indeks

keanekaragaman serta jumlah cadangan karbon terbesar ada di area alami. Manado

2000 (Alpin) dan Cartenz Lower 2003 (Sub Alpin) merupakan area reklamasi yang

memiliki nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks kesamaan (IS), dan cadangan

karbon paling tinggi. Pada studi kasus ini, jumlah cadangan karbon dan nilai indeks

H’ serta jumlah cadangan karbon dengan nilai NDVI memiliki korelasi positif.

Apabila jumlah cadangan karbon meningkat, maka nilai indeks H’ dan nilai NDVI

meningkat, begitu juga sebaliknya.

Kata kunci : Grasberg, karbon, NDVI, reklamasi

ABSTRACT

IDRIS HUMAEDI. Estimation of Carbon Stock in Alpin and Sub Alpin Vegetation

of Grasberg Reclamation Area of PT Freeport Indonesia, Papua . Supervised by

LILIK BUDI PRASETYO and RACHMAD HERMAWAN.

Post-mining land reclamation is an obligation that must be carried out by a

company which is engaged in mining. The purpose of this research is determining

the values of diversity of plant species, similarity index of plant species, determine

the potential for carbon storage, analyze the relationship between the number of

carbon stocks with the value of diversity (H ') and the amount of carbon stocks with

NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) in the natural area and Grasberg

reclamation area PT Freeport Indonesia, Papua. The number of species found

throughout research plots are 83 species. The highest value index of H' and amount

of C-stock was found in a natural area. While Manado 2000 (Alpin) and Cartenz

Lower 2003 (Sub Alpin) is a reclaimed area that has the highest index value H 'and

IS and amount of carbon stocks. In a case study of the reclamation area Grasberg,

the start period of reclamation can not be used to indicate a successful reclamation

area. In this case, c-stock with H’ index and c-stock with NDVI has a positive

correlation, if the values of biomass increased values of H’ index and NDVI also

increased, vice versa.

Keyword : carbon, Grasberg, NDVI, reclamation

Page 5: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN

DAN SUB ALPIN AREA REKLAMASI GRASBERG

PT FREEPORT INDONESIA, PAPUA

IDRIS HUMAEDI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 6: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun
Page 7: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun
Page 8: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2016 ini ialah cadangan

karbon, dengan judul Pendugaan Cadangan Karbon di Vegetasi Alpin dan Sub

Alpin Area Reklamasi Grasberg PT Freeport Indonesia, Papua.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,

MSc dan Bapak Dr Ir Rachmad Hermawan, MScF selaku pembimbing, Ibu Dr Ir

Siti Badriyah Rushayati, MSi selaku moderator saat seminar skripsi, Bapak Prof Dr

Ir Yanto Santosa, DEA selaku ketua sidang dan Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc

selaku dosen penguji saat ujian komprehensif yang telah banyak memberi saran.

Penghargaan dan ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Departemen

Lingkungan PT Freeport Indonesia atas izin penelitian di area kerja (jobsite)

Grasberg, Pak Arni Syawal, Pak Pratita Puradiyatmika, Pak Victor Sukatma, Pak

Richardo Maturbongs, Bang Adi Nugraha, Bang Irham Fauzi, serta seluruh rekan

magang dan crew Environmental Grasberg atas bantuan dan arahan selama di

jobsite. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh

keluarga, atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Tidak lupa ucapan

terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Cantigi Gunung 49, Lab.

Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial KSHE dan seluruh pihak yang tidak

bisa saya sebutkan namanya satu persatu atas dukungan dan semangat serta bantuan

yang telah diberikan selama kegiatan pengambilan data penelitian

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2016

Idris Humaedi

Page 9: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat dan Objek Penelitian 3

Jenis Data 3

Metode Pengumpulan Data 4

Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

Komposisi Spesies Tumbuhan 9

Indeks Keanekaragaman Spesies Tumbuhan (H') 13

Indeks Kesamaan Spesies Tumbuhan (IS) 14

Cadangan Karbon 17

NDVI (Normalized Diffference Vegetation Indeks) 21

Pendugaan hubungan antara jumlah cadangan karbon dengan nilai

keanekaragaman (H’) dan nilai NDVI 25

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 32

Page 10: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

DAFTAR TABEL

1 Jenis data penelitian 4 2 Jumlah karbon 18 3 Perbandingan umlah cadangan karbon Bio Region Papua 21 4 Perbandingan nilai NDVI 22 5 Klasifikasi nilai NDVI 23

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Lokasi Penelitian 3 2 Ketinggian area reklamasi Grabserg PTFI 8 3 Komposisi jumlah spesies di lokasi penelitian 9 4 Jumlah INP Deschampsia klosii 11 5 Nilai indeks keanakaragaman spesies (H') 13 6 Nilai indeks kesamaan spesies (IS) 15 7 Dendrogram menggunakan Jaccard's Coefficient 16 8 Peta cadangan karbon total di area Grasberg 20 9 Peta sebaran nilai NDVI di area reklamasi Grasberg 24

10 Grafik uji normalitas data karbon terhadap indeks H' 26 11 Grafik hubungan data karbon dengan indeks H’ 26 12 Grafik uji normalitas data karbon terhadap NDVI 27

13 Grafik hubungan data karbon dengan NDVI 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran 1 Komposisi spesies tumbuhan di area alami

Dugundugu (Alpin) 33

2 Lampiran 2 Komposisi spesies tumbuhan di area

Manado 2000 (Alpin) 33

3 Lampiran 3 Komposisi spesies tumbuhan di area North

Bunaken 2002 (Alpin) 34

4 Lampiran 4 Komposisi spesies tumbuhan di area Midle

Wanagon 2009 (Alpin) 34

5 Lampiran 5 Komposisi spesies tumbuhan di area reklamasi

Kaimana 2010 (Alpin) 34

6 Lampiran 6 Komposisi spesies tumbuhan di area Batu Bersih

2011 (Alpin) 35

7 Lampiran 7 Komposisi spesies tumbuhan di area reklamasi Koteka

2011 (Alpin) 35

8 Lampiran 8 Komposisi spesies tumbuhan di area South Bunaken

Page 11: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

2009 (Alpin) 35

9 Lampiran 9 Komposisi spesies tumbuhan di area alami DOM

(Sub Alpin) 35

10 Lampiran 10 Komposisi spesies tumbuhan di area Cartenz Lower

2003 (Sub Alpin) 37

11 Lampiran 11 Komposisi spesies tumbuhan di area Blitar 2010

(Sub Alpin) 37

12 Lampiran 12 Komposisi spesies tumbuhan di area Cartenz Upper

2008 (Sub Alpin) 38

13 Lampiran 13 Komposisi spesies tumbuhan di area Surabaya 1999

(Sub Alpin) 38

14 Lampiran 14 Komposisi spesies tumbuhan di area Top HEAT

Road 2011 (Sub Alpin) 38

15 Lampiran 15 Komposisi spesies tumbuhan di area reklamasi Bali

2011 (Sub Alpin) 39

16 Lampiran 16 Komposisi spesies tumbuhan di area reklamasi

Lower Wanagon (Sub Alpin) 39

Page 12: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun
Page 13: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Reklamasi merupakan satu operasi yang mempersiapkan lahan bekas

tambang atau lahan terbuka untuk penggunaan selanjutnya setelah pasca tambang,

meliputi langkah-langkah menstabilkan lahan bekas tambang dalam pengertian

lingkungan (Yani 2005). Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 07 Tahun 2014

bahwa reklamasi merupakan kegiatan yang dilalukan sepanjang tahapan usaha

pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan

dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Tercantum juga

dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2008 bahwa reklamasi lahan

pasca tambang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan

yang bergerak dalam bidang pertambangan. Kegiatan pertambangan merupakan salah satu kegiatan pemanfaatan lahan

yang dapat mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap karbon, dimana salah satu

cara untuk mengembalikan fungsi lahan bekas kegiatannya adalah dengan melakukan

kegiatan reklamasi (Tunggadewi 2014). Berdasarkan itu maka kegiatan reklamasi di

kawasan pertambangan dapat dikatakan sebagai salah satu upaya mitigasi perubahan

iklim, melalui peningkatan kemampuan lahan menyerap karbon dengan revegetasi

(Rahayu et al. 2008).

Biomasa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam

siklus karbon (Sutaryo 2009). Besarnya kandungan karbon dan biomasa pohon

bervariasi berdasarkan bagian tumbuhan yang diukur, growth stage, tingkatan

tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan

bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun (Asril 2008). Siklus

karbon adalah siklus biogeokimia yang mencakup pertukaran/perpindahan karbon

diantara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi (Sutaryo 2009).

Aliran karbon yang berasal dari atmosfer menuju vegetasi merupakan aliran yang

bersifat dua arah, yaitu pengikatan CO2 ke dalam biomassa melalui fotosintesis dan

pelepasan CO2 ke atmosfer melalui proses dekomposisi dan pembakaran (Rahayu

et al. 2005). Melalui fotosintesis, CO2 diserap dan diubah oleh tumbuhan menjadi

karbon organik dalam bentuk biomassa. Kandungan karbon absolut dalam

biomassa pada waktu tertentu dikenal dengan istilah cadangan karbon (carbon

stock) (Ulumuddin et al. 2005).

PTFI melakukan kegiatan reklamasi, untuk memperbaiki atau memulihkan

kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal

sesuai peruntukannya. Program reklamasi PTFI di area tambang terbuka Grasberg

dan sekitarnya difokuskan pada pemulihan lahan yang terganggu akibat aktivitas

pertambangan yang disesuaikan dengan perkembangan ekosistem yang ada di

sekitar area tersebut. Program-program pengelolaan reklamasi di lahan pasca

tambang pada saat ini, yaitu pengelolaan dan pemanfaatan kompos, produksi bibit

(anakan) tanaman, pemantauan, penelitian dan penerapan rencana reklamasi di

lapangan (PTFI 2016). Dalam rangka upaya untuk mengendalikan konsentrasi

karbon di atmosfer, maka jumlah CO2 di udara harus dikendalikan dengan jalan

meningkatkan jumlah serapan CO2 oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan

pelepasan (emisi) CO2 ke udara dengan konsentrasi serendah mungkin. Oleh karena

Page 14: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

2

itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar jumlah karbon

yang tersimpan dalam vegetasi di area reklamasi.

Penelitian tentang jumlah cadangan karbon di area Grasberg dan vegetasi

alpin serta sub alpin di Indonesia belum pernah dilakukan, sedangkan aktivitas

suksesi yang terjadi di area reklamasi Grasberg yang berada di vegetasi alpin dan

sub alpin berpotensi sebagai sumber cadangan karbon. Oleh karena itu, penelitian

untuk menduga jumlah cadangan karbon di area tersebut menjadi penting untuk

dilakukan dan menjadi dasar pertimbangan bagi perusahaan dalam mengelola area

reklamasi.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menentukan nilai keanekaragaman spesies tumbuhan, indeks kesamaan spesies

tumbuhan yang ada di area alami dan area reklamasi Grasberg PTFI, Papua.

2. Menentukan potensi cadangan karbon di atas permukaan tanah di area alami

dan area reklamasi Grasberg PTFI, Papua.

3. Menganalisis hubungan antara jumlah cadangan karbon dengan nilai

keanekaragaman (H’) dan jumlah cadangan karbon dengan NDVI (Normalized

Difference Vegetation Indeks) di area alami dan area reklamasi Grasberg PTFI,

Papua.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan data terbaru mengenai keanekaragaman spesies tumbuhan di area

alami dan area reklamasi Grasberg PTFI, Papua.

2. Memberikan infromasi mengenai data cadangan karbon yang ada di area alami

dan area reklamasi Grasberg PTFI, Papua.

3. Memberikan alternatif penghitungan cadangan karbon pada area reklamasi

Grasberg PTFI, Papua.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2016. Lokasi

penelitian untuk pengambilan data dilakukan di 14 area reklamasi Grasberg PTFI,

yang terdiri dari 7 area reklamasi di vegetasi alpin yaitu Manado (2000), North

Bunaken (2002), Batu Bersih (2011), Midle Wanagon (2009), Koteka (2011),

South Bunaken (2009), Kaimana (2010), dan 7 area reklamasi di vegetasi

pegunungan sub alpin yaitu Bali (2011), Blitar (2010), Cartenz Lower (2003),

Cartenz Upper (2008), Lower Wanagon (2011), Surabaya (1999), Top HEAT Road

(2011) serta dua area alami (refference area) yaitu Dugundugu (alpin) dan DOM

(sub alpin). Pengolahan biomassa dilakukan di Labolatorium Departemen

Page 15: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

3

Lingkungan PTFI dan pengolahan data dilakukan di Labolatorium Analisis

Lingkungan dan Pemodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan

dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Peta lokasi penelitian disajikan pada

Gambar 1.

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam pengambilan dan pengukuran data di lapang,

yaitu alat tulis, global positioning system (GPS) Garmin 76CSx, kompas, kamera

DSLR, meteran, patok, tali rafia, parang, kantong plastik, label, kalkulator, pita

ukur, tally sheet, dan oven untuk pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan

serasah. Selain itu alat yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data, yaitu

seperangkat komputer, software ArcGis 10.3, software ERDAS imagine 9.1,

software MINITAB 14, software DNR GPS, software Microsoft word, software

Microsoft excel. Bahan yang digunakan adalah semak, herba, rumput-rumputan,

serasah di area reklamasi dan area alami, peta citra landsat 8 akuisisi 22 Agustus

2016 dan peta reklamasi Grasberg PT Freeport Indonesia.

Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terbagi menjadi dua jenis,

yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

melalui pengumpulan data secara langsung dilapangan dan data sekunder

merupakan data yang terkait dengan penelitian. Adapun data yang digunakan dalam

penelitian ini tersaji pada tabel 1.

Page 16: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

4

Tabel 1 Jenis data penelitian

No. Jenis Data Metode Sumber

1 Citra Satelit Landsat

8 tahun 2016

(akuisisi 22 Agustus

2016)

Mengunduh dari:

earthexplorer.usgs.gov

Eartheaxplorer.ugs.gov

2 Keanekaragaman

vegetasi

Analisis Vegetasi Obervasi lapang

3 Biomassa karbon Pemanenan

(Destructive sampling)

Observasi lapang

4 Nama botani pohon Studi litelatur Observasi lapang dan

PTFI

5 Kondisi umum

lokasi

Studi litelatur RPL – RKL PTFI

Metode Pengumpulan Data

Observasi lapang

Data yang dikumpulkan dari observasi lapang berupa titik koordinat plot,

data spesies, pengambilan sampel biomassa, dan peng-oven-an biomassa tumbuhan

bawah dan serasah. Pembuatan plot menggunakan standar SNI (7724:2011) yaitu

ukuran 2 m x 2 m untuk inventarisasi semai, tumbuhan bawah, lumut, paku dan

pengambilan data biomassa. Pengambilan contoh tumbuhan bawah (pohon

berdiameter < 5 cm, semak, herba dan rumput-rumputan) dilakukan dengan metode

destructive (merusak bagian tumbuhan). Pengambilan tumbuhan bawah dan serasah

sebanyak 300 gram di setiap plot penelitian. Sub-contoh yang telah diambil lalu

dikeringkan dalam oven pada suhu 800 C selama 48 jam hingga kering. Setelah

kering lalu ditimbang berat keringnya dan dicatat di dalam tallysheet.

Interpretasi pada peta

Data yang dikumpulkan melalui metode ini, yaitu berupa data ketinggian

area reklamasi (alpin dan sub alpin), data biomassa karbon dan nilai NDVI di setiap

area reklamasi dan area alami yang sudah diolah dan dianalisis secara digital.

Pengolahan dan Analisis Data

NDVI (Normalized Difference Vegetation Indeks)

Transformasi NDVI memanfaatkan beberapa saluran dari citra satelit

Landsat antara saluran merah dan saluran inframerah dekat. Kelebihan kedua

saluran ini untuk identifikasi vegetasi adalah obyek akan memberikan tanggapan

spektral yang tinggi (Swain dan Davis 1978). Untuk mendapatkan nilai NDVI

dihitung berdasarkan perbandingan dari intensitas yang terukur pada saluran

spektral merah dan inframerah dekat dengan menggunakan rumus NDVI sebagai

berikut:

NDVI (Band 5−Band 4)

(Band 5+Band 4)=

Page 17: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

5

Komposisi spesies tumbuhan

Komposisi spesies tumbuhan di area alami dan di area pasca tambang dapat

diketahui dengan menggunakan parameter Indeks Nilai Penting (INP). Formula

matematika yang dapat digunakan dalam perhitungan analisis vegetasi

(Soerianegara dan Indrawan 2012) adalah sebagai berikut:

Kerapatan (K) = Jumlah individu setiap spesies

luas seluruh petak (ind/ha)

Kerapatan Relatif (KR) = Kerapatan suatu spesies

Kerapatan seluruh spesies x 100%

Frekuensi (F) = Jumlah petak dijumpai spesies

Jumlah seluruh petak

Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi suatu spesies

Frekuensi seluruh spesies x 100%

INP untuk semai dan pancang = KR + FR.

Tingkat keanekaragaman spesies tumbuhan

Perhitungan Keanekaragaman spesies tumbuhan dapat dilakukan dengan

menggunakan indeks keanekaragaman Shannon (H’). Menurut Magurran (2004)

penghitungan indeks tersebut dengan rumus:

H'= ∑(pi ln pi)

s

𝑖=1

= ∑ [(ni

N) ln (

ni

N)]

s

𝑖=1

Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

ni = Jumlah individu setiap jenis

N = Jumlah individu seluruh jenis

pi = Kelimpahan setiap jenis

Indeks kesamaan spesies tumbuhan

Tingkat kesamaan antar komunitas yang diteliti diketahui dengan cara

menghitung Indeks kesamaan atau index of similarity. Indeks kesamaan ini

berdasarkan Soerianegara dan Indrawan (1998) dapat ditentukan dengan rumus:

𝐼𝑆 =2𝑤

𝑎+𝑏𝑋 100%

Keterangan: IS = Indeks Kesamaan

W = Jumlah nilai yang sama dan nilai yang terendah dari jenis-

jenis yang terdapat dalam dua tegakan yang dibandingkan.

a = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat

pada tegakan pertama atau komunitas A.

b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat

pada tegakan kedua atau komunitas B.

Indeks kesamaan komunitas Indeks kesamaan komunitas dihitung untuk mengetahui kesamaan antar

habitat berdasarkan jumlah jenis yang dijumpai. Penghitungan koefisien kesamaan

Page 18: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

6

jenis didasarkan pada keberadaan suatu jenis yang dinotasikan dengan angka 1 dan

apabila tidak terdapat suatu jenis maka dinotasikan dengan angka 0 dalam habitat

yang dibandingkan. Metode yang digunakan dalam perhitungan indeks kesamaan

jenis kelelawar adalah indeks Jaccard (JI). Menurut Goodall (1973) diacu dalam

Ludwig dan Reynolds (1988), Indeks Jaccard umumnya tidak menghasilkan bias

bahkan pada ukuran sampel yang kecil. Indeks Jaccard menggunakan persamaan

berikut:

JI = a

a + b + c

Dimana, a= jumlah jenis yang sama yang ditemukan di habitat A dan B, b=

jumlah jenis yang ditemukan hanya di habitat A, dan c= jumlah jenis yang

ditemukan hanya di habitat B. Untuk mengetahui nilai indeks kesamaan

menggunakan Jaccard’s Coefficient, data di olah menggunakan software MVSP

3.22.

Penghitungan berat kering tumbuhan bawah dan serasah

Total berat kering tumbuhan bawah dan serasah dihitung dengan

menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Total BK (g) = BK subcontoh (g)

BB subcontoh (g) x total BB (g)

Keterangan :

BK : berat kering (gram)

BB : berat basah (gram)

Karbon tersimpan

Penghitungan karbon dari biomassa dihitung dengan menggunakan nilai

konversi karbon yang digunakan oleh SNI (2011) :

Cb = B x % C Organik

Keterangan :

Cb = kandungan karbon dari biomassa (kg)

B = total biomassa (kg)

%C = nilai persentase kandngan karbon, sebesar 0.47

[Stok karbon tegakan diestimasi berdasarkan setengah dari jumlah

biomassanya atau sekitar 47 persen (SNI 7724:2011)]

Penghitungan cadangan karbon per hektar untuk biomassa diatas

permukaan tanah menggunakan persamaan berikut berdasarkan, SNI (2001) :

Cn = Cx

1000 x

10000

Lplot

Keterangan :

Cn = kandungan karbon per hektar pada masing-masing carbon pool

pada tiap plot (Mg/ha)

Cx = kandungan karbon pada masing-masing carbon pool pada tiap

plot (kg)

Lplot = luas plot pada masing-masing pool (m2)

Page 19: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

7

Pendugaan hubungan antara Biomassa karbon dengan nilai keanekaragaman

(H’) dan Biomassa karbon dengan NDVI

Uji normalitas data

Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui data residual yang

diperoleh menyebar normal atau tidak, sehingga hasil tersebut dapat dipakai dalam

statistik parametrik. Data diuji dengan metode Kolomogorov-Smirnov yang diolah

dengan software minitab 14.

Pencilan data (outliers)

Pencilan data merupakan data yang tidak mengikuti pola data pada

umumnya, sehingga menyebabkan adanya nilai rata-rata dan nilai simpangan baku

yang tidak konsisten terhadap mayoritas data, estimasi koefisien garis regresi yang

diperoleh tidak tepat dan kesalahan dalam pengambilan keputusan dan kesimpulan

(Wulandari et al. 2013). Pencilan data dihilangkan dengan bantuan software

minitab 14.

Model persamaan regresi linear

Model regresi yang digunakan dalam penelitian adalah model regresi

sederhana (Duan 1991):

ŷ = ɑ + ƅx

Model yang digunakan untuk menduga nilai Biomassa karbon dalah model

yang berasal dari variabel penduga yaitu nilai keanekaragamn (H’) dan NDVI

dengan nilai R2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Peneltian

PT Freeport Indonesia (PTFI) secara administratif termasuk dalam wilayah

Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Secara astronomis, area penelitian berada pada

13705’20” BT – 13708’40” BT dan 401’50” LS – 405’0” LS. Secara geografis

kabupaten memiliki batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Pegunungan Jayawijaya, Kabupaten Puncak Jaya

Timur : Taman Nasional Lorentz

Selatan : Laut Arafuru

Barat : Pegunungan Jayawijaya, Kabupaten Paniai

Kawasan kerja PTFI terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Zona dataran rendah (low land)

Kawasan dataran rendah terbentang dari muara sungai yang ditumbuhi

tanaman mangrove pada ketinggian 0 m dpl, hutan rawa yang luas, hutan hujan

tropis dataran rendah dan hutan kerangas pada ketinggian 600 m dpl. Cuaca pada

umumnya panas, basah, dan lembab. Curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun.

Temperatur merata sepanjang tahun antara 29° C - 32° C. Pada kawasan dataran

Page 20: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

8

rendah ini terdapat lokasi kerja (perkantoran) dan perumahan Kuala Kencana, Base

Camp MP 38, MP 50, Pelabuhan Amamapare (Portsite) dan Pelabuhan bongkar

muat (Cargo Dock).

b. Zona dataran tinggi (high land)

Kawasan dataran tinggi meliputi ekosistem pegunungan dan ekosistem sub-

alpin. Cuaca pada umumnya basah dan dingin dengan curah hujan di lokasi

tambang berkisar antara 3000 – 4000 mm per tahun. Temperaturnya berkisar antara

22°C (di Tembagapura dengan ketinggian sekitar 1 850 m dpl) sampai 8°C (di

tambang Grasberg dengan ketinggian 4 200 m dpl). Peta klasifikasi alpin dan sub

alpin pada setiap area reklamasi tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2 Ketinggian area reklamasi Grasberg PTFI

Area reklamasi Grasberg merupakan timbunan batuan yang dihasilkan dari

sisa produksi tambang. Batuan yang menutupi batuan bijih dan tidak mengandung

cukup mineral berharga akan disingkirkan terlelih dahulu dari batuan bijih, batuan

tersebut dinamakan batuan penutup atau Overburden Stockpile (OBS). Jumlah

perbandingan batuan penutup yang harus disingkirkan dari bijih yaitu 3:1, jadi

semakin banyak produksi bijih maka akan semakin banyak pula batuan penutup

yang dihasilkan. Batuan penutup diangkut dari open pit Grasberg dan kemudian

ditimbun didaerah sekitarnya. Setelah mencapai ketinggian akhir, maka timbunan

tersebut direklamasi dengan menggunakan spesies lokal (PTFI 2014).

Jumlah area reklamasi yang terdapat di zona dataran tinggi ini adalah 15

area, yaitu Bali, Batu Bersih, Blitar, Cartenz Lower, Cartenz Upper, Kaimana,

Koteka, Lower Wanagon, Manado, Mega Shop, Midle Wanagon, North Bunaken,

South Bunaken, Surabaya dan Top HEAT Road. Seluruh area tersebut memiliki

waktu tanam yang berbeda-beda mulai dari tahun 1998 sampai saat ini masih

Page 21: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

9

dilakukan penamanan karena area yang selalu mengalami petambahan luas oleh

bertambahnya batuan penutup yang dihasilkan dari bagian produksi.

Area reklamasi Grasberg berada di ketinggian 3 300 – 4 300 mdpl, termasuk

dalam komunitas vegetasi pegunungan sub alpin (2 400 – 4 000 mdpl) dan

komunitas vegetasi pegunungan alpin (> 4 000 mdpl). Vegetasi alpin adalah semua

komunitas yang terdapat di atas batas elevasi pertumbuhan perdu tinggi, tetapi tidak

dapat didefinisikan sebagai semua vegetasi diatas elevasi tertentu. Jenis

Deschampsia klosii membentuk padang rumput yang lebat dan padat pada area

alpin dengan elevasi 4 000 – 4 500 mdpl di Gunung Jaya (Hope 1976 dalam

Kartawinata 2013). Pada ketinggian ini dicirikan oleh pertumbuhan yang pendek

(40 cm) dan ketidakhadiran perdu-perdu tinggi, yang juga merupakan karakter

untuk membedakan tipe ini dengan komunitas sub alpin. Perdu-perdu ini seperti

Styphelia suaveolens bersama dengan jenis tema. Styphelia suaveolens dan

Vaccinium coelorum tumbuh sebagai perdu merayap.

Kegiatan penanaman yang dilakukan berupa penanaman anakan spesies alami

Grasberg, yaitu Deschampsia klosii. Perbanyakan jumlah tanaman untuk ditanam

dilakukan dengan cabutan anakan yang berasal dari area alami ataupun dari area

reklamasi yang sudah memungkinkan untuk dilakukan pencabutan tanaman baik

dari segi kondisi area juga kondisi tanamannya. Bibit tanaman yang berasal dari

daerah di sekitar tambang dan area pendukung dikumpulkan, ditanam dan

dipelihara di dalam polybag atau wadah tanaman terbuat dari sabut kelapa (coco-

pot) di tempat pembibitan di Grasberg untuk tanaman ekosistem alpin. Bibit-bibit

tanaman tersebut dipakai untuk program reklamasi batuan penutup di Grasberg dan

program remediasi di Tembagapura dan sekitarnya.

Komposisi Spesies Tumbuhan

Jumlah spesies

Jumlah plot yang dibuat dari keseluruhan area reklamasi dan area alami

yaitu 69 plot, dengan minimal 3 plot dan maksimal 8 plot per lokasinya. Jumlah

plot per area reklamasi didasarkan pada luas area reklamasi dan keadaan area

reklamasi tersebut. Jenis yang ditemukan dari keseluruhan area berjumlah 83 jenis

meliputi herba, semak, perdu merambat dan lumut. Pengambilan data dilakukan

dengan menggunakan analisis vegetasi, karena dengan metode ini akan diperoleh

informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan

(Greig-Smith 1983). Dari 83 jenis spesies tumbuhan yang ditemukan termasuk ke

dalam 20 famili. Famili yang memiliki jenis temuan paling banyak yaitu Asteraceae.

Terdapat 15 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam famili ini.

Famili Asteraceae memiliki sekitar 1 620 marga dan lebih dari 23 600 spesies,

merupakan keluarga terbesar tanaman berbunga (Stevens 2001). Mayoritas spesies

dari famili Asteraceae adalah herba, namun kebanyakan dari famili ini didasari oleh

semak. Anggota dari famili tumbuhan ini biasanya dimanfaatkan sebagai tumbuhan

penghasil minyak, bahan pemanis dan bisa dibuat teh. Beberapa anggota dari famili

ini terkenal sebagai hortikultura di seluruh dunia termasuk jenis zinnias, marigold,

Page 22: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

10

dahlia, dan krisan (Rieseberg et al. 2003). Komposisi jumlah spesies di lokasi

penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Komposisi jumlah spesies di lokasi penelitian

DOM (sub alpin) sebagai refference area merupakan area dengan jumlah

jenis paling banyak dibandingkan area alami Dugundugu (alpin) dan seluruh area

reklamasi baik itu di kategori alpin maupun sub alpin, yaitu 55 jenis dengan

komposisi 46 jenis untuk tumbuhan bawah dan 9 jenis lumut. Total 83 jenis yang

ditemukan di seluruh area, sebenarnya ada semua di area DOM. Namun 55 jenis itu

merupakan jenis yang ada di 7 plot penelitian, dan sisanya ditemukan diluar plot

dan dijadikan sebagai referensi list jenis yang ada di area alami. Dugundugu sebagai

area alami untuk vegetasi alpin memiliki jumlah spesies paling banyak diantara area

reklamasi di kategori alpin lainnya, yaitu dengan jumlah spesies yang ditemukan

sebanyak 22 jenis, dengan komposisi 18 jenis untuk kategori tumbuhan bawah dan

4 jenis untuk kategori lumut. Luasan area di DOM dan Dugundugu yang dijadikan

sebagai lokasi pengambilan plot seluas 17.7 ha dan 10 ha. Lebih kecil jika

dibandingkan dengan beberapa area reklamasi seperti Blitar seluas 54.8 ha, hal ini

karena mempertimbangkan lokasi yang tidak memungkinkan jika dibuat area

penelitian yang lebih luas. Dengan jumlah jenis yang paling banyak ditemukan,

membuktikan bahwa Dugundugu (alpin) dan DOM (sub alpin) sebagai area alami

merupakan habitat yang baik untuk berbagai spesies tumbuhan (Prakoso 2015).

Area reklamasi yang memiliki jenis paling banyak yaitu Cartenz Lower

2003 (sub alpin) dengan jumlah jenis sebanyak 31, dengan komposisi 25 jenis

tumbuhan bawah dan 6 jenis lumut, juga sebagai area reklamasi yang memiliki

jumlah jenis paling banyak dibandingkan area reklamasi lainnya, baik kategori

alpin maupun sub alpin. Area reklamasi di kategori alpin yang memiliki jumlah

jenis paling banyak yaitu area Manado 2000 dengan jumlah jenis sebanyak 18,

dengan komposisi 14 jenis tumbuhan bawah dan 4 jenis lumut.

Jika dilihat pada gambar diatas (Gambar 3), Cartenz Lower merupakan area

reklamasi dengan tahun tanam 2003 sedangkan Surabaya merupakan area reklamasi

4

4

4

4

6

3

6

9

2

3

3

4

3

4

4

4

4

5

7

8

7

11

25

46

4

4

5

5

7

12

14

18

0 20 40 60

Bali 2011 (Sub Alpin)

Top HEAT Road 2011 (Sub Alpin)

Cartenz Upper 2008 (Sub Alpin)

Surabaya 1999 (Sub Alpin)

Blitar 2010 (Sub Alpin)

Lower Wanagon 2011 (Sub Alpin)

Cartenz Lower 2003 (Sub Alpin)

DOM (Sub Alpin)

Koteka 2011 (Alpin)

South Bunaken 2009 (Alpin)

Kaimana 2010 (Alpin)

Batu Bersih 2011 (Alpin)

Midle Wanagon 2009 (Alpin)

North Bunaken 2002 (Alpin)

Manado 2000 (Alpin)

Dugundugu (Alpin)

Jumlah Spesies

Lumut Tumbuhan Bawah

Page 23: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

11

dengan tahun tanam 1999. Namun Cartenz Lower 2003 memiliki jumlah jenis lebih

banyak dibandingkan area Surabaya 1999 yang lebih dahulu dilakukan reklamasi.

Hal yang membedakan adalah pada area Cartenz Lower 2003 pernah dilakukan

penelitian dengan perlakuan pemberian lapisan tanah (top soil) di atas permukaan

area reklamasi tersebut. Hal itu bisa menjadi sebab kesuburan tanah di area Cartenz

Lower 2003 lebih baik daripada area reklamasi yang memiliki tahun tanam lebih

dahulu dan area-area reklamasi lainnya. Mansur (2011) menyatakan bahwa kondisi

tanah juga dapat mempengaruhi keberadaan spesies lokal pada area reklamasi.

Suatu tumbuhan akan bertahan hidup jika tanahnya memiliki kondisi yang baik

secara fisik, kimia, dan biologi. Pada dasarnya tanah pada reklamasi memiliki

kondisi yang buruk dan perlu adanya analisis terhadap sifat-sifat fisik, kimia, dan

bologi tanah sebelum dilakukan kegiatan penanaman untuk memastikan kesesuaian

dengan kebutuhan tanaman.

Dominansi spesies tumbuhan

Nilai dominansi spesies didapatkan dengan menghitung frekuensi kehadiran

serta kerapatan masing-masing jenis. Jika suatu spesies memiliki indeks nilai

penting (INP) tertinggi dalam suatu komunitas, hal tersebut didukung dengan

pernyataan Romadhon (2008) yang menyebutkan bahwa INP merefleksikan

keberadaan peran (dominansi) dan struktur vegetasi di suatu lokasi. Susantyo

(2011) juga menyatakan bahwa INP merupakan besaran yang menunjukan

kedudukan (dominansi) suatu spesies terhadap spesies lain dalam suatu komunitas.

Jumlah INP untuk jenis Deschampsia klosii disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Jumlah INP Deschampsia klosii

Analisis terhadap dominansi spesies dilakukan pada tumbuhan bawah di

seluruh lokasi penelitian untuk mengetahui spesies yang berperan dalam suatu

komunitas. Menurut Indrawan (2000) nilai indeks dominansi digunakan untuk

95.0890.75

83.3478.31

70.4054.77

52.7643.47

88.9488.75

82.4581.16

74.6168.85

63.5339.38

00 50 100

Surabaya 1999 (Sub Alpin)Lower Wanagon 2011 (Sub Alpin)Top HEAT Road 2011 (Sub Alpin)

Bali 2011 (Sub Alpin)Blitar 2010 (Sub Alpin)

Cartenz Lower 2003 (Sub Alpin)Cartenz Upper 2008 (Sub Alpin)

DOM (Sub Alpin)Koteka 2011 (Alpin)

South Bunaken 2009 (Alpin)Kaimana 2010 (Alpin)

North Bunaken 2002 (Alpin)Batu Bersih 2011 (Alpin)

Midle Wanagon 2009 (Alpin)Manado 2000 (Alpin)

Dugundugu (Alpin)

INP (%)

Page 24: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

12

mengetahui dominansi jenis dalam suatu komunitas, nilai indeks dominansi yang

rendah menunjukan pola dominansi jenisnya dipusatkan pada banyak jenis

(beberapa jenis), sedangkan nilai indeks dominansi yang tinggi menunjukan pola

dominansi jenisnya dipusatkan pada sedikit jenis. Nilai INP tertinggi adalah 200%

yang menunjukan bahwa komunitas dikuasai oleh satu jenis saja.

Jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP paling tinggi yaitu Descampsia

klosii, baik di area reklamasi maupun di area alami. Rumput ini merupakan spesies

alami yang tumbuh di Pegunungan Jayawijaya atau area Grasberg sehingga

dijadikan sebagai spesies pioneer yang sengaja ditanaman di seluruh area reklamasi.

Nilai INP Deschampsia klosii berkisar antara 39.38% - 95.08%. Menurut Afrianti

(2007) suatu spesies dapat dikatakan berperan terhadap ekosistem jika INP tingkat

pancang dan anakan lebih dari 10% dan untuk tingkat pohon dan tiang sebesar 15%.

Dengan nilai INP yang > 10%, berarti Deschampsia klosii merupakan jenis yang

mempunyai peran di ekosistemnya, terbukti dengan bisa dijadikannya sebagai

spesies pioneer. Tiga jenis tumbuhan lokal yang ditemukan di seluruh area

reklamasi yaitu Deschampsia klosii, Epilobium detzenarium., dan Sagina papuana.

Nilai INP seluruh area reaklamasi disajikan pada Lampiran 1 – Lampiran 16.

Hal ini membuktikan bahwa spesies-spesies lokal tersebut memiliki

kemampuan adaptasi yang baik pada lahan bekas tambang dan dapat bersaing

dengan spesies lain dalam satu komunitas, serta dapat dijadikan sebagai peluang

untuk menjadi spesies andalan dalam kegiatan revegetasi di PTFI. Mansur (2011)

menyatakan spesies lokal seharusnya menjadi spesies andalan untuk rehabilitasi

lahan bekas tambang. Jenis-jenis yang mempunyai INP yang tinggi menunjukan

bahwa jenis tersebut lebih adaptif atau lebih mampu menyesuaikan diri terhadap

kondisi lingkungan tempat hidupnya dibandingkan dengan jenis lain. Jenis yang

memiliki INP tertinggi berarti jenis tersebut mampu meanfaatkan sumberdaya yang

tersedia lebih baik daripada jenis lainya. Hal ini dijelaskan oleh Soerianegara dan

Indrawan (1998) bahwa tumbuhan mempunyai korelasi yang sangat nyata dengan

tempat tumbuh (habitat) dalam hal penyebaran jenis, kerapatan dan dominansinya.

Selain inventarisasi tumbuhan bawah, juga dilakukan inventarisasi lumut.

Lumut yang diinvetarisasi dan diidentifikasi merupakan jenis lumut terestrial, yaitu

jenis lumut yang ada diatas permukaan tanah dan epilitik atau lumut yang tumbuh

diatas batuan. Salah satu jenis lumut yang ditemukan diatas batuan yaitu jenis

Racomitirum sp. yang ditemukan di area North Bunaken. Lumut umumnya

dijumpai di lingkungan yang lembap karena lumut tidak memiliki jaringan

pembuluh (Uno et al. 2001). Oleh karena itu,lumut bersifat poikilohidrik, artinya

tekanan turgor lumut bergantung pada kelembapan lingkungan (Gradstein et al.

2001 dalam Suharti 2013) Lumut juga sangat sensitif terhadap perubahan

lingkungan mikro, sehingga lumut cenderung akan merespon secara spesifik

adanya perubahan tersebut (Frego dan Carleton 1995). Kondisi lingkungan mikro

antara lain adalah substrat, kelembapan, intensitas cahaya, dan suhu (Mishler 2001).

Jenis lumut yang ditemukan di setiap area yaitu jenis Bryum sp, Marchantia

sp., dan Racomitrium sp. Jenis Bryum sp. termasuk kedalam famili Bryaceae, famili

ini merupakan jenis lumut berdaun (Bryopsida). Damayanti (2006) menyatakan

Bryopsida memiliki anggota lebih banyak dari kelas lainnya (Hepaticopsida dan

Anthocerotopsida), karena Bryopsida merupakan tumbuhan yang kosmopolit

(dapat tumbuh di berbagai tempat) dan lebih tahan terhadap kekeringan

Page 25: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

13

dibandingkan dengan anggota hepaticopsida. Kondisi vegetasi di masing-masing

area reklamasi juga mempengaruhi jumlah temuan jenis dari setiap spesiesnya.

Lumut terestrial banyak ditemukan di hutan tropik pegunungan dengan tanah yang

kaya humus, terutama di tempat yang terdapat cahaya, seperti di tepi hutan, tepi

jalan, sepanjang parit, dan sungai (Suharti 2013).

Indeks Keanekaragaman Spesies Tumbuhan (H’)

Analisis keanekaragaman jenis merupakan suatu karakteristik tingkat

komunitas yang bisa digunakan untuk menyatakan struktur komunitas berdasarkan

organisasi biologi. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis

yang tinggi apabila didalam komunitas tersebut terdapat banyak spesies dengan

kelimpahan yang sama/hampir sama. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan

memiliki keanekaragaman yang rendah apabila didalam komunitas tersebut

memiliki sedikit spesies dengan sedikit spesies yang dominan (Indriyanto 2010).

Nilai indeks keanakaragaman (H’) disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Nilai indeks keanekaragaman spesies (H’)

Area alami memiliki indeks keanekaragaman paling tinggi, dengan nilai

indeks keanekaragaman sebesar 2.85 (DOM) dan 2.21 (Dugundugu). Nilai tersebut

mengindikasikan bahwa keanekaragaman tumbuhan bawah di area DOM dan

Dugundugu sangat tinggi. Nilai indeks keanekaragaman yang tinggi mengartikan

pula bahwa selain banyak jenis yang dijumpai di suatu lokasi, juga tidak ada jenis

yang mendominasi di lokasi tersebut (Magurran 1988). Nilai keanekaragaman di

area DOM (sub alpin) dan Dugundugu (alpin) dijadikan sebagai pembanding untuk

menilai keanekaragamn yang ada di 14 area reklamasi lainnya. Menurut Magurran

0.741

0.743

0.866

1.010

1.104

1.197

1.873

2.85

0.96

1.037

1.093

1.163

1.266

1.473

1.727

2.21

0 1 2 3

Bali 2011 (Sub Alpin)

Top HEAT Road 2011 (Sub Alpin)

Surabaya 1999 (Sub Alpin)

Lower Wanagon 2011 (Sub Alpin)

Cartenz Upper 2008 (Sub Alpin)

Blitar 2010 (Sub Alpin)

Cartenz Lower 2003 (Sub Alpin)

DOM (Sub Alpin)

South Bunaken 2009 (Alpin)

Koteka 2011 (Alpin)

Batu Bersih 2011 (Alpin)

Kaimana 2010 (Alpin)

Midle Wanagon 2009 (Alpin)

North Bunaken 2002 (Alpin)

Manado 2000 (Alpin)

Dugundugu (Alpin)

H'

Page 26: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

14

(1988) bahwa nilai H’ umumnya berada pada kisaran 1.0-3.5. Nilai H’ mendekati

nilai 3.5 menggambarkan tingkat keanekaragaman yang tinggi. Berdasarkan

kriteria Magurran (1988), diketahui bahwa semai, tumbuhan bawah, herba dan

semak yang ada di area alami memiliki keanekaragaman sedang (H’<3).

Area reklamasi di kategori alpin yang memiliki nilai keanekaragaman

tertinggi yaitu Manado 2000 dengan nilai indeks H’ sebesar 1.727 dan area

reklamasi di kategori sub alpin yang memiliki nilai keanekaragaman tertinggi yaitu

Cartenz Lower 2003 dengan nilai indeks H’ sebesar 1.84. Namun nilai tersebut

menunjukan bawah Cartenz Lower memiliki keanekaragaman yang rendah jika

diklasifikasikan berdasarkan Magurran (1988) dengan H’<2 dan memang lebih

kecil jika dibandingkan dengan area alami untuk masing-masing alpin dan sub alpin.

Kemudian area reklamasi yang memiliki nilai H paling kecil yaitu South Bunaken

2009 (alpin) dan Bali 2011 (sub alpin) sebesar 0.96 dan 0.74 kurang dari setengah

jika dibandingkan nilai indeks H’ di area alami.

Kent dan Paddy (1992) menyatakan bahwa suatu komunitas yang memiliki

nilai H’<1 dikatakan komunitas kurang stabil, jika nilai H’ antara 1-2 dikatakan

komunitas stabil, dan jika nilai H’>2 dikatakan komunitas sangat stabil. Dari

kriteria tersebut menunjukan bahwa keseluruhan reklamasi secara umum jika

dilihat dari nilai keanekaragaman setiap tingkat pertumbuhan tergolong dalam

komunitas yang stabil dengan nilai keanekaragaman berkisar antara 1.08 sampai

1.90, akan tetapi terdapat juga empat area reklamasi yang berada pada komunitas

yang kurang stabil.

Indeks Kesamaan Spesies Tumbuhan (IS)

Nilai dari indeks kesamaan suatu spesies digunakan untuk mengetahui

tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara beberapa unit sampling, atau

antara beberapa komunitas yang dibandingkan komposisi dan struktur

komunitasnya (Soerianegara dan Indrawan 2012). Dugundugu sebagai area alami

dijadikan sebagai nilai pembanding bagi area reklamasi di alpin dan DOM sebagai

nilai pembanding untuk area reklamasi disub alpin, keduanya digunakan untuk

mengetahui komunitas tumbuhan yang ada di masing-masing area reklamasi.

Hasil analisis data menyatakan bahwa area yang memiliki indeks kesamaan

paling tinggi yaitu area Manado 2000 untuk kategori Alpin dengan nilai IS sebesar

75%, yaitu dengan 15 jenis spesies yang sama dari 18 spesies yang ditemukan di

lokasi tersebut dan dibandingkan dengan spesies yang ada di area Dugundugu

sebanyak 22 spesies. Cartenz Lower 2003 memiliki nilai indeks kesamaan 69.77%

dengan jumlah spesies yang sama sebanyak 30 spesies dari 31 spesies yang

ditemukan dilokasi tersebut dan dibandingkan dengan area DOM sebanyak 55

spesies. Besarnya nilai IS pada area reklamasi di kategori alpin, disebabkan oleh

jumlah spesies yang ditemukan diarea alami juga sedikit yaitu hanya 22 spesies,

tidak seperti area alami DOM sebanyak 55 jenis. Karena jumlah temuan jenis di

lokasi pembanding mempengaruhi jumlah IS pada suatu lokasi yang dibandingkan.

Page 27: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

15

Nilai yang didapatkan berupa persentase kesamaan spesies area reklamasi dengan

refference area dan disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Nilai indeks kesamaan spesies (IS)

Penentuan niai tinggi rendahnya indeks kesamaan spesies dipengaruhi oleh

banyaknya jumlah spesies yang sama diantara dua komunitas yang dibandingkan.

Indeks kesamaan spesies yang rendah pada lokasi penelitian dapat terjadi karena

adanya dominansi pertumbuhan spesies-spesies pionir, sehingga memungkinkan

adanya persaingan tempat tumbuh dan persaingan nutrisi bagi spesies-spesies lokal

(Prakoso 2015). Akan tetapi, seiring berjalannya waktu spesies-spesies lokal juga

dapat tumbuh dengan baik pada reklamasi. Dari nilai tersebut mengindikasikan

bahwa masih terdapatnya peluang bagi spesies-spesies lokal untuk tumbuh dengan

baik pada reklamasi, namun juga memerlukan adanya pengelolaan terhadap

spesies-spesies yang ditanam.

Pada umumnya penanaman pada lahan bekas tambang di fase awal ditanami

oleh spesies-spesies pionir, bersifat intoleran, dan tanaman cepat tumbuh. Kriteria

tersebut biasanya hanya dimiliki oleh spesies-spesies non lokal sehingga dapat

dipastikan spesies-spesies yang terdapat di reklamasi akan sangat berbeda dengan

spesies-spesies yang terdapat di hutan alam, akan tetapi tidak menutup

kemungkinan spesies-spesies lokal dapat tumbuh pada reklamasi melalui tahapan

suksesi sekunder ataupun persebaran biji melalui bantuan satwaliar dan angin.

Nilai indeks kesamaan berkisar 0-100%, dimana semakin tinggi nilai indeks

kesamaan spesies menunjukan semakin tinggi pula tingkat kemiripan spesies antara

dua komunitas yang dibandingkan (Odum 1996). Pernyataan tersebut dapat

25.00

25.40

26.47

28.99

35.82

36.36

69.77

38.71

42.86

46.67

48.28

56.25

68.42

75.00

0 20 40 60 80

Top HEAT Road 2011 (Sub Alpin)

Bali 2011 (Sub Alpin)

Blitar 2010 (Sub Alpin)

Lower Wanagon 2011 (Sub Alpin)

Surabaya 1999 (Sub Alpin)

Cartenz Upper 2008 (Sub Alpin)

Cartenz Lower 2003 (Sub Alpin)

Batu Bersih 2011 (Alpin)

Koteka 2011 (Alpin)

Kaimana 2010 (Alpin)

South Bunaken 2009 (Alpin)

Midle Wanagon 2009 (Alpin)

North Bunaken 2002 (Alpin)

Manado 2000 (Alpin)

IS (%)

Page 28: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

16

diartikan juga bahwa semakin tinggi nilai indeks kesamaan spesies, maka

komposisi spesies yang berlainan semakin sedikit dan sebaliknya semakin rendah

indeks kesamaan spesies, maka komposisi spesies yang berlainan semakin banyak

(Mawazin dan Subiakto 2013). Dari kedua pernyataan tersebut dapat menjelaskan

bahwa keseluruhan lokasi reklamasi memiliki kemiripan spesies yang rendah

dengan spesies yang terdapat di area alami karena pada keseluruhan reklamasi tidak

ada yang memiliki nilai indeks kesamaan spesies ≥75% dengan kata lain komposisi

spesies yang berlainan dari dua komunitas yang dibandingkan semakin banyak.

Keseluruhan area reklamasi memiliki keberhasilan reklamasi yang rendah jika

dianalisis melalui indeks kesamaan spesies tumbuhan karena tidak terdapat satupun

area reklamasi yang kondisinya mendekati dengan area alami.

Indeks lain yang digunakan untuk melihat kesamaan spesies antar area yaitu

Indeks Jaccard. Indeks ini sering juga digunakan untuk kajian konservasi spesies,

oleh karena dapat digunakan untuk power function dalam menentukan keterkaitan

antara spesies dan area, dan untuk menentukan ukuran optimal suatu kawasan

(Higgs dan Usher 1980). Indeks kesamaan Jaccard (JI) akan memiliki nilai sama

dengan 1 apabila terdapat kesamaan komposisi jenis secara penuh pada tipe tutupan

lahan yang dibandingkan, sebaliknya jika indeks mendekati nol maka komposisi

jenis pada tipe tutupan lahan yang dibandingkan semakin berbeda (Goodall (1973)

dalam Ludwig dan Reynolds (1988)). Nilai koefisien Jaccard adalah suatu indeks

dimana nilai d (0-0 sepadan) tidak dimasukan kedalam perhitungan. Ukuran inipun

memberikan bobot yang sama baik pada objek sepadan maupun tidak sepadan. Pada

gambar dibawah dibandingkan kehadiran setiap spesies pada setiap area, bukan

seperti indeks kesamaan yang dibandingkan antara area reklamasi dengan DOM

saja. Dendogram menggunakan Jaccard’s Coefficient disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Dendrogram menggunakan Jaccard’s Coefficient

Dendogram dibuat dengan metode UPGM menggunakan analisis Indeks

Jaccard (JI) dan membedakan kesamaan jenis setiap area dengan sistem kluster.

Tujuan dari Analisis kluster adalah mengelompokkan variabel ke dalam kelompok

berdasarkan kesamaan tertentu. Menurut Kindt dan Coe (2005), penggunaan

Page 29: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

17

analisis kluster dalam kajian ekologi dilakukan untuk menyatukan tegakan-tegakan

ke dalam kelompok. Tegakan-tegakan yang berkumpul dalam satu kelompok

memiliki kesamaan dalam komposisi spesies, dan hal ini ditentukan berdasarkan

jarak ekologi yang dipilih. Analisis kluster dalam kajian ekologi banyak

dimanfaatkan untuk kegiatan klasifikasi (Krebs 1989). Analisis kluster merupakan

salah satu dari metode klasifikasi numerik dalam ekologi, dan tujuan utama

penggunaan metode ini adalah untuk mereduksi data (Kent dan Paddy 1997).

Dapat dilihat bahwa area Cartenz lower memiliki kekerabatan yang lebih

dekat dengan area alami. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah jenis yang ditemukan di

area Cartenz Lower dan area DOM, sedangkan area yang memiliki kekerabatan

paling dekat yang sebenarnya adalah area Surabaya dengan area South Bunaken,

dikarenakan memiliki jumlah temuan yang paling sedikit dan jenis temuan yang

hampir sama diantara keduanya. Semakin kecil nilai indeks similaritas untuk setiap

area reklamasi maka semakin rendah tingkat similaritasnya.

Dendrogram diatas menunjukan bahwa dari kesamaan jenis yang ada di

seluruh area reklamasi dan dua area alami terbagi kedalam dua kluster, yaitu kluster

pertama untuk DOM dengan Cartenz Lower 2003 sedangakn kluster dua adalah

selain dua area tersebut. DOM dan Cartenz Lower 2003 memiliki nilai indeks

Jaccard’s paling kecil, dikarenakan jumlah temuan jenis paling banyak diantara

semua area reklamasi lainnya baik alpin maupun sub alpin. Namun dari nilai indeks

Jaccard yang kecil tersebut dapat didefinisika juga bahwa kedua area tersebut

memiliki kemiripian yang paling tinggi dibandingkan dengan area lainnya.

Kemudian kluster kedua terbagi lagi menjadi dua kelompok besar. Yaitu

Dugundugu dengan North Bunaken 2002 memiliki kemipiran jenis temuan yang

hampir sama. Serta kedua area tersebut juga memiliki kemiripan yang juga dekat

dengan area Manado 2000 dan Surabaya 1999. Jika dilihat dari data temuan jenis,

dapat dilihat bahwa ketiga area tersebut merupakan area reklamasi yang jumlah

temuan jenisnya paling mendekati area alami untuk kategori alpin (Dugundugu).

Dendogram menurut Mayr et al. (1953) dalam Clifford dan Stevenson (1975)

adalah ilustrasi diagramatik dari suatu relasi berdasarkan tingkat kesamaan. Santoso

(2002) mengatakan bahwa melalui konsep ini, dua data pada awalnya digabungkan,

dan penggabungan didasarkan pada kesamaan yang ada pada data. Penggabungan

terus berlanjut terhadap data lainnya yang memiliki kemiripan.

Cadangan Karbon

Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam ekosistem.

Di dalam atmosfer, karbon terikat dan membentuk senyawa karbon dioksida (CO2).

Karbon dioksida juga dapat membentuk persediaan karbon organik dalam proses

fotosintesis. Karbon organik ini akan tetap berada di dalam tubuh produsen

(tumbuhan) atau pun konsumen (manusia dan hewan) sampai mati. Setelah

produsen/konsumen mati, karbon organik akan terurai melalui proses dekomposisi

dan CO2 akan terlepas kembali ke atmosfer. Penguraian bahan organik ini ada yang

berlangsung cepat adapula yang berlangsung sangat lama. Proses penguraian yang

berlangsung sangat lama akan membentuk bahan bakar fosil (Killham 1996;

Vickery 1984; Gopal dan Bhardwaj 1979 dalam Indriyanto 2010).

Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan

pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas

Page 30: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

18

(Brown 1997). Biomassa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia

terutama dalam siklus karbon (Sutaryo 2009). Tanaman atau pohon di hutan

dianggap berfungsi sebagai tempat penimbunan atau pengendapan karbon (rosot

karbon atau carbon sink). Besarnya kandungan karbon dan biomasa pohon

bervariasi berdasarkan bagian tumbuhan yang diukur, growth stage, tingkatan

tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan

bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun (Asril 2008). Sediaan

karbon hutan pada dasarnya sulit untuk dihitung dengan pasti, terlebih lagi pada

lokasi penelitian yang luas. Hal ini disebabkan karena karbon tersimpan bersifat

sangat dinamis dalam menyerap, menyimpan dan mengeluarkan karbon (Nooran

2015).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi biomassa, stok karbon CO2-

ekuivalen dan net O2 release (pelepasan oksigen) tanaman, yaitu jenis tanaman

(kualitas klorofil dan luas daun), umur tanaman, suhu, sinar matahari dan kualitas

lahan (ketersediaan air dan nutrisi) (Oktavianto 2015). Jenis penyusun biomassa

karbon yang ada di area reklamasi dan area alami hanya berupa tumbuhan bawah

dan serasah. Tumbuhan bawah yaitu tumbuhan bukan pohon yang tumbuh di lantai

hutan. Dapat berupa herba, semak atau liana. Serasah merupakan Kumpulan bahan

organic di lantai hutan yang belum atau sedikit terdekomposisi. Bentuk asalnya

masih bias dikenali atau masih bias mempertahankan bentuk aslinya (belum

hancur) (Sutaryo 2009). Tumbuhan pohon hanya berupa perdu yang merayap dan

memiliki diameter > 5 cm dan dikelompokan kedalam tumbuhan bawah untuk

diambil contoh dengan cara pemanenan. Rekapitulasi cadangan karbon setiap area

reklamasi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah karbon

Nama Lokasi C-stock (ton/ha) ∑ C-stock

(ton/ha)

Luas

(ha)

C-total

(ton) S TB

Bali 2011 (Sub Alpin) 0.452 0.431 0.883 4.9 4.327

Top HEAT Road 2011 (Sub Alpin) 0.422 0.561 0.983 54.8 53.861

Lower Wanagon 2011 (Sub Alpin) 0.222 0.768 0.990 4.0 3.961

Cartenz Upper 2008 (Sub Alpin) 0.128 0.983 1.111 41.9 46.541

Blitar 2010 (Sub Alpin) 0.597 0.797 1.395 2.6 3.626

Surabaya 1999 (Sub Alpin) 0.746 1.031 1.777 1.8 3.198

Cartenz Lower 2003 (Sub Alpin) 0.711 3.006 3.717 27.2 101.096

DOM (Sub Alpin) 1.295 3.513 4.808 17.7 85.098

Koteka 2011 (Alpin) 0.395 0.480 0.875 2.7 2.363

Batu Bersih 2011 (Alpin) 0.432 0.481 0.913 13.3 12.145

Kaimana 2010 (Alpin) 0.583 0.466 1.049 5.3 5.562

South Bunaken 2009 (Alpin) 0.582 0.563 1.145 5.2 5.952

Midle Wanagon 2009 (Alpin) 0.677 0.526 1.204 14.5 17.454

North Bunaken 2002 (Alpin) 0.587 1.470 2.058 21.9 45.065

Manado 2000 (Alpin) 0.959 1.496 2.455 41.9 102.879

Dugundugu (Alpin) 0.759 2.260 3.019 11.0 33.204 Keterangan: TB= Tumbuhan bawah; S= Serasah

DOM sebagai area alami memiliki cadangan karbon paling tinggi yaitu

sebesar 85.098 ton walaupun area yang dijadikan sebagai sampel penelitian hanya

seluas 17.7 ha atau hanya 32% dari area reklamasi paling luas yaitu area Blitar (54.8

Page 31: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

19

ha). Hal ini bisa dilihat dari cadangan karbon rata-rata tiap plot yaitu sebesar 4.808

ton/ha dan merupakan nilai paling besar dibandingkan semua area reklamasi. Hal

ini sangat dipengaruhi oleh komposisi tumbuhan bawah dan serasah penyusun

kominutas yang ada didalam plot contoh. Tumbuhan bawah yang diambil sebagai

sampel yaitu seluruh tumuhan bawah (herba, rumput, semak) dan pohon yang

berdiamater < 5cm diambil dengan cara pemanenan atau destruktif. Jenis-jenis

perdu yang ada di area DOM cukup banyak, seperti jenis Rhododendron sp.,

Coprosma sp., dan Olearia sp., hampir ditemui pada setiap plot contoh. Sehingga

dengan banyaknya jenis tersebut akan menyebabkan berat tumbuhan bawah yang

dipanen juga semakin tinggi.

Semakin banyak tumbuhan bawah dan pohon d < 5 cm maka akan semakin

banyak pula cadangan karbon yang dihasilkan dari tiap plot dan masing-masing

area. Area reklamasi yang memiliki cadangan karbon paling tinggi yaitu area

Manado. Hal ini dikarenakan area Manado memiliki luas yang lebih besar dari pada

area Cartenz Lower walaupun Cartenz Lower memiliki cadangan karbon pool lebih

besar yaitu 3.317 ton/ha sedangkan area Manado hanya 2.455 ton/ha.

Adanya perbedaan simpanan karbon yang cukup besar disebabkan oleh

perbedaan kualitas tapak, iklim, serta perlakuan silvikultur yang diberikan. Lahan

reklamasi pasca tambang memiliki kualitas tapak yang lebih rendah seperti pH

rendah dan miskin unsur hara. Biomassa yang telah dihitung menjadi cadangan

karbon, kemudian dikonverasi ke area sebenarnya. Karena perbedaan jumlah plot

dari masing-masing area reklamasi, setiap plot dari masing-masing area reklamasi

diambil nilai rata-ratanya dan kemudian dikonverasi ke area alami dalam satuan ton

per hektar. Setalah itu dikalikan lagi dengan luasan area yang sebenarnya, sehingga

didapatkan nilai cadangan karbon dari tiap lokasi berdasarkan luasannya masing-

masing.

Area reklamasi yang memiliki total cadangan karbon kurang dari 5 ton/ha

yaitu area Bali, Lower Wanagon, Blitar, Surabaya dan Koteka. Plot sampling pada

area tersebut, diambil pada area yang masih baru jika dilihat dari tahun tanamnya,

selain itu faktor lain yang menyebabkan sedikitnya jumlah karbon juga dilihat dari

sedikitnya jenis tumbuhan dan terutama untuk jenis tumbuhan berkayu (perdu).

Warna merah muda pada peta dibawah menunjukan jumlah cadangan karbi berkisar

antara 5-15 ton. Area yang termasuk kedalam kategori ini yaitu, Kaimana, South

Bunaken dan area Batu Bersih. Warna hijau terang memiliki rentang nilai antara

15-35 ton, area alami Dugundugu dan area reklamasi Midle Wanagon termasuk

kedalam kategori ini. Area dengan warna hijau pekat (> 55 ton) merupakan area

yang memiliki jumlah cadangan karbon paling tinggi, yaitu area Cartenz Lower,

Manado dan area alami DOM. Peta cadangan karbon di berbagai area reklamasi

dan area alami disajikan pada Gambar 8.

Page 32: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

20

Gambar 8 Peta cadangan karbon total di area Grasberg

Page 33: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

21

Stok karbon yang tersimpan pada serasah dan tumbuhan bawah diestimasi

melalui potensi biomassanya sehingga semakin tinggi jumlah biomassa maka

semakin tinggi pula jumlah karbon yang tersimpan (Tunggadewi 2014). Perbedaan

biomassa dan stok karbon yang terkandung di setiap area reklamasi dapat terjadi

karena komposisi dan struktur tegakan pada tiap area juga berbeda. Hairiah dan

Rahayu (2007) menyatakan, jumlah C tersimpan antar lahan berbeda-beda

tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya, serta

cara pengelolaannya. Perbandingan jumlah cadangan karbon pada beberapa tipe

vegetasi hutan di Bio Region Papua disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan jumlah cadangan karbon Bio Region Papua

Tipe tutupan lahan Nilai Minimum

(ton/ha)

Nilai maksimum

(ton/ha)

Rerata

(ton/ha)

Hutan lahan kering primer 73.17 290.73 179.62

Hutan lahan kering sekunder 60.19 129.59 92.38

Hutan gambut primer 195.88 200.23 198.06

Hutan gambut sekunder 92.32 142.07 117.2

Hutan mangrove primer - - 116.79

Hutan mangrove sekunder - - 37.03

Hutan tanaman 86.70 269.67 172.50

Hutan reklamasi PTFI (lowland) 14.75 30.49 20.31

Area reklamasi PTFI (highland) 0.88 3.78 1.78 Sumber : Rochmanyanto et al. (2014) dan data hasil penelitian

Jika dibandingkan jumlah karbon yang ada di kategori alpin sub alpin

dengan pegunungan bawah, jauh sekali perbandingannya. Dari data penelitian yang

dilakukan oleh Windusari et al. (2012) di area reklamasi PTFI wilayah kerja

lowland yaitu berkisar antara 38 ton/ha – 98 ton/ha, sedangkan cadangan karbon di

area reklamsi Grasberg hanya bekisar antara 0.88 ton/ha – 3.78 ton/ha.

Rochmayanto et al. (2014) menyatakan bahwa jumlah adangan karbon di area

reklamasi di Papua untuk tumbuhan bawah berkisar antara 11.94-27.35 ton/ha,

dengan rerata 17.50 ton/ha. Seresah berkisar antara 2.45-3.14 ton/ha, dengan rerata

2.82 ton/ha. Total tumbuhan bawah dan seresah berkisar antara 14.75-30.49 ton/ha,

dengan rerata 20.31 ton/ha. Namun dari penenlitian tersebut hanya diambil contoh

di area reklamasi hutan dataran rendah, bukan hutan pegunungan alpin dan sub

alpin.

Jumlah cadangan karbon yang ada di setiap lokasi dibandingkan dengan

jumlah cadangan karbon yang ada di area alami, namun perbedaan yang ada

dinatara masing-masing area rekamasi dan area alami tidak terpaut jauh (untuk area

reklamasi yang memiliki umur reklamasi lebih tua. Nilai cadangan karbon yang ada

pada setiap area reklamasi dapat mendefinisikan aktifiitas reklamasi yang dilakukan

pada masing-masing area.

NDVI (Normalized Difference Vegetation Indeks)

Indeks vegetasi merupakan salah satu parameter fisik yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi tingkat kehijauan suatu lahan. Menurut Hidayat dan Mukhlis

(1995) menyatakan bahwa indeks vegetasi adalah suatu nilai yang mencerminkan

Page 34: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

22

kondisi tingkat kehijauan tanaman yang diturunkan dari data satelit melalui

perekaman pada panjang gelombang tampak (merah) dan infra merah. Arnanto

(2013) juga menyatakan bahwa indeks vegetasi merupakan suatu algoritma yang

diterapkan terhadap citra digital, dimaksudkan untuk menonjolkan aspek-aspek

vegetasi. Seperti aspek kerapatan, jenis, umur, ataupun aspek-aspek lain yang

berkaitan dengan vegetasi.

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan indeks

‘kehijauan’ vegetasi atau aktivitas fotosintesis vegetasi, dan salah satu indeks

vegetasi yang paling sering digunakan. Indeks vegetasi NDVI didasarkan pada

pengamatan bahwa permukaan yang berbeda-beda merefleksikan berbagai jenis

gelombang cahaya yang berbeda-beda. Vegetasi yang akfif melakukan fotosintesis

akan menyerap sebagian besar gelombang merah sinar matahari dan mencerminkan

gelombang inframerah dekat lebih tinggi. Vegetasi yang sudah mati atau stres

(kurang sehat) lebih banyak mencerminkan gelombang merah dan lebih sedikit

pada gelombang inframerah dekat (Fuller 1998). NDVI merupakan kombinasi

antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra. Transformasi NDVI ini

merupakan salah satu produk standar NOAA (National Oceanic and Atmospheric

Administration), satelit cuaca yang berorbit polar namun memberi perhatian khusus

pada fenomena global vegetasi. Berbagai penelitian mengenai perubahan liputan

vegetasi di benua Afrika banyak menggunakan transformasi ini (Tucker 1986

dalam Danoedoro 1996). Nilai NDVI pada berbagai area reklamasi dan area alami

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan nilai NDVI

Nama Lokasi Nilai NDVI

Selang Nilai Nilai Rata-Rata

Bali 2011 (Sub Alpin) -0.002 - 0.064 0.038

Blitar 2010 (Sub Alpin) 0.021 - 0.069 0.047

Cartenz Upper 2008 (Sub Alpin) 0.050 - 0.073 0.058

Top HEAT Road 2011 (Sub Alpin) 0.043 - 0.099 0.068

Lower Wanagon 2011 (Sub Alpin) 0.050 - 0.103 0.068

Surabaya 1999 (Sub Alpin) 0.083 - 0.122 0.116

Cartenz Lower 2003 (Sub Alpin) 0.087 - 0.144 0.117

DOM (Sub Alpin) 0.118 - 0.264 0.197

Kaimana 2010 (Alpin) 0.033 - 0.049 0.041

South Bunaken 2009 (Alpin) 0.049 - 0.068 0.057

Koteka 2011 (Alpin) 0.027 - 0.132 0.071

Midle Wanagon 2009 (Alpin) 0.086 - 0.110 0.096

Batu Bersih 2011 (Alpin) 0.068 - 0.163 0.109

North Bunaken 2002 (Alpin) 0.105 - 0.167 0.130

Manado 2000 (Alpin) 0.080 - 0.184 0.139

Dugundugu (Alpin) 0.191 - 0.235 0.214

Nilai NDVI diperoleh dengan cara permodelan melalui software ArcGIS

terhadap citra landsat yang digunakan. Hasil yang diperoleh dapat berupa nilai

NDVI yang positif dan negatif. Nilai NDVI positif (+) terjadi apabila vegetasi lebih

banyak memantulkan radiasi pada gelombang panjang inframerah dekat dibanding

Page 35: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

23

pada cahaya tampak. Nilai NDVI nol (NDVI=0) terjadi apabila pemantulan energi

yang direkam oleh panjang gelombang cahaya tampak sama dengan gelombang

inframerah dekat. Hal ini sering terjadi pada daerah pemukiman, tanah, darat non

vegetasi, awan dan permukaan air, sedangkan nilai NDVI negatif (-) terjadi apabila

permukaan awan, air, lebih banyak memantulkan energi pada panjang gelombang

cahaya tampak dibandingkan pada inframerah dekat (Affan 2002).

Nilai NDVI yang tercantum pada table 4 menjelaskan bahwa area DOM

sebagai refference area memiliki nilai NDVI paling tinggi dengan rata-rata 0.197

dan selang yang cukup jauh yaitu antara 0.118 – 0.264, sedangkan area reklamasi

yang nilainya paling mendekati yaitu area Manado yang memiliki NDVI paling

tinggi dengan nilai rata-rata 0.139. Area ini juga selang nilai paling jauh yaitu antara

0.080 – 0.184. Baik area alami maupun area reklamasi yang memiliki nilai NDVi

paling tinggi, keduanya termasuk kedalam kriteria rendah dan sangat rendah.

Namun pada area alami terdapat nilai NDVI yang bernilai 0.264 dan merupakan

nilai NDVi tertinggi. Klasifikasi tingkat kehijauan vegetasi berdasarkan nilai NDVI

tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi nilai NDVI

Nilai NDVI Tingkat Kehijauan

0.06 – 0.15 Sangat Rendah

0.16 – 0.25 Rendah

0.26 – 0.35 Sedang

0.36 – 0.45 Agak Tinggi

0.46 – 0.55 Tinggi

>0.55 Sangat Tinggi Sumber : Hidayat dan Mukhlis (1988)

Hidayat dan Mukhlis (1988) menjabarkan klasifikasi tingkat kehijauan

vegetasi berdasarkan indeks vegetasi. Jika nilai NDVI 0.06-0.15 termasuk dalam

kriteria sangat rendah, antara 0.16-0.25 termasuk dalam kriteria rendah, pada selang

0.26-0.35 termasuk dalam kriteria sedang, antara 0.36-0.45 termasuk dalam kriteria

agak tinggi, pada selang 0.46-0.55 maka termasuk dalam kriteria tinggi, dan nilai

NDVI >0.55 maka termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Semua area reklamasi

termasuk kedalam kriteria nilai NDVI sangat rendah karena berada pada selang

0.006 – 0.15. Area reklamasi yang memiliki nilai NDVI rata-rata paling rendah

yaitu area Bali dengan nilai 0.038 dan selang nilai -0.002 -0.064. Di daerah ini

terdapat nilai minus (-) yang menadakan bahwa pantulan vegetasi tidak terlihat di

area ini. Sesuai dengan pernyataan Affan (2002) bahwa nilai NDVI negatif (-)

terjadi apabila permukaan awan, air, lebih banyak memantulkan energi pada

panjang gelombang cahaya tampak dibandingkan pada inframerah dekat. Karena

pada saat pengambilan data dan pembuatan plot, terdapat genangan air ang cukup

besar didekat plot. Oleh karena itu nilai NDVI pada plot tersebut bernilai minus (-).

Nilai NDVI pada dasarnya didapatkan dari pemantulan energi radiasi dari

permukaan daun, sehingga jika dikaitkan dengan kegiatan reklamasi maka nilai

NDVI dapat mendeskripsikan keberadaan vegetasi pada suatu lahan bekas tambang.

Vegetasi yang teridentifikasi tidak hanya berupa pepohonan namun juga dapat

berupa semak dan rumput. Peta sebaran NDVI di lokasi penelitian disajikan pada

Gambar 9.

Page 36: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

24

Gambar 9 Peta sebaran NDVI di area reklamasi Grasberg

Page 37: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

25

Tinggi rendahnya nilai NDVI sangat dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi,

tutupan tajuk, dan jenis vegetasi karena semakin rapat vegetasi dan tutupan tajuk

maka permukaan daun akan memantulkan energi radiasi yang semakin besar, serta

jika vegetasi yang teridentifikasi merupakan pepohonan maka akan memiliki nilai

NDVI yang tinggi dibandingkan jika yang teridentifikasi berupa semak atau rumput.

Faktor iklim dan gangguan terhadap lingkungan juga dapat mempengaruhi nilai

NDVI, karena jika citra landsat yang digunakan bertepatan pada musim kemarau

maka pepohonan cenderung menggugurkan daunnya untuk mengurangi proses

penguapan sehingga tutupan tajuk semakin berkurang dan pemantulan energi

radiasi dari permukaan daun akan semakin kecil yang akan berdampak pada

rendahnya nilai NDVI. Meskipun interpretasi biofisik NDVI adalah fraksi/pecahan

dari radiasi aktif yang berfotosintesis diserap oleh permukaan, ada banyak faktor

yang mempengaruhi kekuatan hubungan antara NDVI dan veegtasi sebenarnya.

Faktor-faktor tersebut dapat meliputi: kondisi atmosfer, skala citra, kelembaban

vegetasi, kelembaban tanah, tutupan vegetasi secara keseluruhan, perbedaan jenis

tanah, manajemen, dll (Tappan et al. 1992).

Peta sebaran nilai NDVI menunjukan bawah degradasi warna dari kuninng

menuju warna merah mudah dan biru memiliki arti nilai dari tinggi ke rendah. Area-

area reklamasi memiliki dan didominasi oleh warna kuning bahkan kuning cerah,

sedangkan area alami seperti DOM dan area alami lainnya memiliki warna yang

semakin merah mudah dan juga biru. Untuk area reklamasi yang memiliki warna

merah muda terlihat hanya Manado, North Bunaken dan area Cartenz Lower.

Pendugaan hubungan antara jumlah cadangan karbon dengan nilai

keanekaragaman (H’) dan nilai NDVI

Nilai keanekaragaman (H’)

Keanekaragaman jenis merupakan suatu karakteristik tingkat komunitas

yang bisa digunakan untuk menyakatakn struktur komunitas berdasarkan organisasi

biologi. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-

jenis tumbuhan penyusun (Asril 2008). Namun hal tersebut tergantung dari jenis

tumbuhan penyusun di komunitas tersebut. Oleh karena itu, dari studi kasus area

reklamasi Grasberg dilihat korelasi antara nilai indeks keanekaragaman dengan

jumlah cadangan karbon. Total 15 sampel dari semua area alami dan area reklamasi,

nilai keanekaragaman dan karbon pada permukaan tanah diregresikan kemudian

diperoleh nilai residual.

Berdasarkan hasil analisis data tidak diperoleh outliers, sehingga data yang

digunakan adalah seluruhnya, yaitu sebanyak 16 sampel. Pengujian normalitas pada

residual biomassa dengan H’ menghasilkan nilai K-S sebesar 0.145 dan P-Value

>0.150 yang menunjukkan data berdistribusi normal. Regresi antara nilai karbon

dengan nilai H’, yaitu H’ pada Karbon = - 0.7488 + 1.8940 H, dengan koefisien

determinasi R2= 0.866, artinya data H’ mempengaruhi data karbon pohon sebesar

Page 38: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

26

86.6% dan terdapat 13.4% faktor lain berpengaruh terhadap data karbon. Grafik uji

normalitas disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Grafik uji normalitas data karbon terhadap indeks H’

Nilai korelasi (r) antara data H dengan data karbon berdasarkan Pearson

correlastion yaitu sebesar 0.931. Nilai positif mengindikasikan bahwa terdapat

hubungan antara nilai H dengan nilai karbon. Koefisien positif atau negatif

menunjukkan hubungan searah (bila x naik maka y naik) dan terbalik (bila x naik

maka y turun) antara dua peubah (Walpole 1982). Grafik hubungan antar karbon

dengan nilai H’ ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11 Grafik hubungan data karbon dengan indeks H’

Page 39: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

27

NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)

Menurut Sembiring et al. (2000) NDVI juga dipakai untuk mendapatkan

informasi tentang pertanaman seperti pola kurva pertumbuhan tanaman, penutupan

lahan, mengamati kerusakan tanaman akibat penyakit dan memperkirakan hasil

pertanaman lebih awal. Perkiraan hasil panen pertanaman dilakukan dengan

mengubungkan indeks NDVI dengan indeks panen, kemudian dikonfirmasikan

dengan hasil panen aktual untuk mendapatkan faktor koreksi yang tepat. Hasil

panen yang diasumsikan adalah pemanenan tumbuhan yang ada di permukaan yang

diambil sebagai contoh biomassa. Maka dilihat korelasi antara nilai NDVI per titik

plot dengan jumlah biomassa karbon yang ada di lokasi yang sama. Berdasarkan

hasil analisis data diperoleh pencilan sebanyak 7 data, sehingga data yang

digunakan hanya sebanyak 62 data. Pengujian normalitas pada residual biomassa

dengan NDVI menghasilkan nilai K-S sebesar 0.085 dan P-Value >0.150 yang

menunjukkan data berdistribusi normal. Grafik uji normalitas data karbon dengan

NDVI disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Grafik uji normalitas data karbon terhadap NDVI

Regresi antara nilai C-stock dengan NDVI, yaitu Karbon = 0.5693 + 10.9800

NDVI, dengan koefisien determinasi R2= 0.408 %, artinya data NDVI mempengaruhi

data Karbon sebesar 40.8% dan terdapat 59.6% faktor lain berpengaruh terhadap data

karbon. Grafik hubungan antara NDVI dengan karbon ditunjukkan pada Gambar 13.

Page 40: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

28

Gambar 13 Grafik hubungan data karbon dengan NDVI

Nilai korelasi (r) antara data NDVI dengan data karbon berdasarkan Pearson

correlation yaitu sebesar 0.639. Nilai positif mengindikasikan bahwa terdapat

hubungan antara nilai NDVI dengan nilai karbon. Koefisien positif atau negatif

menunjukkan hubungan searah (bila x naik maka y naik) dan terbalik (bila x naik

maka y turun) antara dua peubah (Walpole 1982). Menurut Arhatin (2007), nilai

indeks vegetasi yang tinggi dapat diindikasikan bahwa pada area yang diamati

terdapat vegetasi dengan tingkat kehijauan yang tinggi seperti area hutan yang lebat.

Sebaliknya, nilai indeks vegetasi yang rendah merupakan indikator bahwa lahan

yang dipantau mempunyai tingkat kehijauan yang rendah, lahan dengan vegetasi

jarang atau bukan objek vegetasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nilai indeks H’ paling tinggi terdapat di area alami, yaitu Dugundugu (alpin)

sebesar 2.21 dan DOM (sub alpin) sebesar 2.85, jumlah cadangan karbon sebesar

3.019 ton/ha dan 4.808 ton/ha, sedangkan Manado 2000 (alpin) dan Cartenz Lower

2003 (sub alpin) merupakan area reklamasi yang memiliki nilai indeks H’ dan IS

paling tinggi, yaitu H’ sebesar 1.727 dan 1.837, nilai IS sebesar 75% dan 69.77%,

dan jumlah cadangan karbon sebanyak sebanyak 2.455 ton/ha dan 3.717 ton/ha.

Pada studi kasus area reklamasi Grasberg, tahun reklamasi tidak bisa dipakai untuk

menunjukan suatu kesuksesan area reklamasi. Namun lebih ditentukan oleh

aktivitas yang dilakukan di area reklamasi tersebut, seperti pemberian top soil dan

juga konsistensi penanaman di area reklamasi tersebut. Nilai regresi H’ dengan

karbon memiliki persamaan Karbon = - 0.7488 + 1.8940 H dan NDVI dengan karbon

Page 41: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

29

memiliki persamaan Karbon = 0.5693 + 10.9800 NDVI. Dengan nilai korelasi positif

untuk Biomassa dengan H’ dan NDVI, dimana apabila nilai karbon meningkat mana

nilai H’ dan NDVI juga meningkat, begitu juga sebaliknya.

Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai tanah yang ada di area alami dan

area reklamasi Grasberg, untuk mengetahui kandungan unsur hara yang ada

didalamnya, perlu adanya pemilihan metode yang lebih cepat dan efisien dalam

upaya perbanyakan tanaman serta perlakuan tambahan untuk masing-masing area

reklamasi untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetasi yang ada di seluruh

area reklamasi.

DAFTAR PUSTAKA

Affan MJ. 2002. Penilaian Tingkat Bahaya Kebakaran Hutan Berdasarkan Indeks

Vegetasi dan KBDI [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Afrianti UR. 2007. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi Sengkubak

(Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.) di Kabupaten Sintang Kalimantan

Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arnanto Ardi. 2013. Pemanfaatan transformasi Normalized Difference Vegetation

Index (NDVI) Citra Landsat TM untuk Zonasi Vegetasi di Lereng Merapi

Bagian Selatan. Geomedia, Volume 11 Nomor 2, November 2013.

Arhatin RE. 2007. Pengkajian algoritma indeks vegetasi dan metode klasifikasi

mangrove dari data satelite Landsat---555 dan Landsat-7 ETM+ (studi kasus

di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur) [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Asril. 2009. Pendugaan Cadangan Karbon Di Atas Permukaan Tanah Rawa

Gambut Di Stasiun Penelitian Suaq balimbing Kabupaten Aceh Selatan

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam [tesis]. Medan (ID) : Universitas

Sumatera Utara.

Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest.

Forestry Paper No. 134. (Online version), (http://www.fao.org, diakses 11

Agustus 2016).

Clifford HT, Stepenson W. 1975. An Introduction to Numerical Classification.

New York (US): Academic Press.

Damayanti L. 2006. Koleksi Bryophyta Taman Lumut Kebun Raya Cibodas. Bogor

(ID): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Danoedoro P. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam Bidang

Penginderaan Jauh. Yogyakarta (ID): Fakultas Geografi Universitas

Gadjah Mada.

Dipa Pradipta. 2012. Analisis data time teries NDVI-Spot vegetation untuk tanaman

padi (Studi Kasus: Kabupaten Karawang). [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Duan N Li KC. 1991. A bias bound for least squares linear regression. Statistica

Sinica. 1 :127-136.

Page 42: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

30

[ESDM] Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2008. Peraturan Menteri

Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Jakarta (ID): Kementrian

ESDM.

[ESDM] Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2014. Peraturan Menteri

Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2014

tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta (ID): Kementrian ESDM.

Frego KA, Carleton TJ. 1995. Microsite Condition and Spatial Pattern in a Boreal

Bryophyte Community. Canadian Journal of Botany 73:544-551.

Fuller DO. 1998. Trends in NDVI time series and their relation to rangeland and

crop production in Senegal, 1987-1993. International Journal of Remote

Sensing 19(10):2013-2018.

Greig-Smith P. 1983. Quantitative Plant Ecology. Studies in Ecology. Volume 9.

Oxford: Blackwell Scientific Publications.

Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon:

dari tingkat lahan ke bentang lahan. Ed ke-2. Bogor (ID): World

Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office, University of Brawijaya.

Higgs AJ, Usher MB. 1980. Should reserves be large or small. Nature 285:568-

569.

Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.

Iskandar. 2008. Teknik Keberhasilan Reklamasi dan Penutupan Tambang:

Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Tujuan Revegetasi.

Jakarta (ID): Pertemuan Teknis Lingkungan dan Penyerahaan Penghargaan

Lingkungan Pertambangan Ditjen Minerba Pabum, Dept. ESDM.

Kartawinata K. 2013. Diversitas Ekosistem Alami Indonesia: Ungkapan singkat

dengan sajian foto dan gambar. Jakarta (ID) : LIPI Press.

Kent M, Paddy C. 1992. Vegetation Description and Analysis: A Practical

Approach. London (UK): Belhaven Press.

Kent M, Paddy C. 1997. Vegetation Description and Analysis: A Practical

Approach. London (UK): CRC Press & Belhaven Press.

Kindt R, Coe R. 2005. Tree diversity analysis. A manual and software for common

statistical methods for ecological and biodiversity studies. Nairobi: World

Agroforestry Centre (ICRAF).

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York (US): Harper and Row

Publishers.

Ludwig JA, Reynnolds JF. 1988. Statistical Ecology: A primer on methods and

computing. NewYork : Wiley.

Mansur I. 2011. Teknik Silvikultur untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor

(ID): SEAMEO BIOTROP.

Magurran AE. 1998. Ecological Diversity and Meansurement. London: CromHelm

Limited.

Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Malden(US): Blackwell.

Mawazin, Subiakto A. 2013. Keanekaragaman dan Komposisi Jenis Permudaan

Alam Hutan Rawa Gambut Bekas Tebangan di Riau. Indonesia Forest

Rehabilitation Journal Vol. 1 No. 1, September 2013: 59-73.

Mishler BD. 2001. The Biology of Bryophytes. American Journal of Botany 88

(11): 2129-2131.

Page 43: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

31

Nooran R Fatmi. 2015. Model Penduga Sediaan Karbon menggunakan Citra

Landsat 8 di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. [Tesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Odum EP. 1996. Dasar-dasar Ekologi T. Samingan, Terjemahan. Yogyakarta (ID):

Gadjah Mada University Press.

Oktavianto Berry. 2015. Pendugaan Biomassa Dan Karbon Atas Tanah Pada

Tegakan Pinus Di Lahan Paska Tambang Silika Holcim Educational Forest.

[Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana.

Prakoso P. 2015. Analisis Keberhasilan Reklamasi Lahan Pasca Tambang

Menggunakan Remote Sensing Di PT Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera

Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

PTFI. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan 2014.

Papua (ID): PTFI.

PTFI. 2016. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Triwulan 1 2016. Papua (ID): PTFI.

Rahayu S, Lusiana B, Noordwijk M van. 2005. Cadangan Karbon Di Kabupaten

Nunukan, Kalimantan Timur: Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan.

(Online version), (www.worldagroforestrycentre.org, diakses 29 November

2009).

Rieseberg LH, Raymond O, Rosenthal DM, Lai Z, Livingstone K, Nakazato T,

Durphy JL, Schwarzbach AE, Donovan LA, Lexer C. 2003. Major Ecological

Transitions in Wild Sunflowers Facilitated by Hybridization. Science 301:

1211-1216. Rochmayanto Y, Wibowo A, Lugina M, Butarbutar T, Mulyadin RM, Wicaksono

D. 2014. Cadangan Karbon pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman

di Indonesia (Seri 2). Jakarta (ID): PT Kanisius.

Romadhon A. 2008. Kajian nilai ekologi melalui inventarisasi dan nilai indeks

penting (INP) Mangroe terhadap perlindungan lingkungan kepulauan

kangean. Embryo, Vol. 5 No. 1. Juni 2008: 82-97. Ruiz-Jane MC, Aide TM. 2005b. Vegetation structure, species diversity, and

ecosystem processes as measures of restoration success. Forest Ecology and

Management 218:159–173.

Santoso S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta (ID): PT Elex

Media Komputindo.

Sari N. 2004. Status Kesuburan Tanah Di Daerah Reklamasi Tailing Dan Pengaruh

Keberadaan PT Freeport Indonesia Terhadap Pengembangan Wilayah Di

Sekitarnya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sembiring H, Lees HL, Raun WR, Johnson GV, Solie JB, Stone ML, DeLeon MJ,

Lukina EV, Cossey DA, LaRuffa JM, Woolfolk CW, Philips SB, Thomason

WE. 2000. Effect of growth stage and variety on spectral radiance in winter

wheat. J Plant Nutrition 23(1): 141-149.

Soerianegara I, Indrawan A. 2012. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2011. Pengukuran dan Perhitungan Cadangan

Karbon-Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan.

Jakarta(ID): Badan Standarisasi Nasional.

Stevens PF. (2001 onwards). Angiosperm Phylogeny Website. Version 8, June

2007 [and more or less continuously updated since].

Page 44: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

32

http://www.mobot.org/MOBOT/research/APweb/. (Diakses pada 17

September 2016).

Suharti R. 2013. Keanekaragaman Lumut Sejati di Taman Nasional Gunung Merapi

Sleman, Yogyakarta. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Susantyo JM. 2011. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan

Taman Nasional Gunung Merapi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon

dan Perdagangan Karbon. Bogor (ID) : Wetlands International Indonesia

Programme.

Swain PH, Davis SM. 1978 . Remote Sensing the Quantitative Approach. New York

(USA): British Library Cataloguing in Publication Data, Mcgraw- Hill.

Tappan GG, Tyler DJ, Wehde ME, and Moore DG. 1992. Monitoring rangeland

dynamics in Senegal with Advanced Very High Resolution Radiometer data.

Geocarto International 7(1):87-98.

Tunggadewi AT. 2014. Pemanfaatn Penginderaan Jauh untuk Estimasi Stok Karbon

di Area Reklamasi PT Antam UBPE Pongkor, Kabutapen Bogor. [Tesis].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ulumuddin YI, Sulistyawati E, Hakim DM, Harto AB. 2005. Korelasi Stok Karbon

dengan Karakteristik Spektral Citra Landsat: Studi Kasus Gunung

Papandayan. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV “Pemanfaatan Efektif

Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa”. Surabaya

14 – 15 September 2005.

Uno B Hamzah, Herminanto Sofyan, Candiasa I Made. 2001. Pengembangan

Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta (ID): Delima Press.

Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta (ID) : Gramedia

Pustaka Utama.

Wardle DA, Bardgett RD, Callaway RM, Van der Putten WH. 2011. Terrestrial

ecosystem responses to spesies gains and losses. Science 332: 1273-1277.

Windusari Y, Sari Nur AP, Yustian I, Zulkifli H. 2012. Estimation of carbon

biomass from the understorey and litter vegetation at tailings deposition area

of PT Freeport Indonesia. Biospecies, Volume 5 No. 1, Februari 2012, hlm

22-28.

Wulandari S, Sutarman, Darnius O. 2013. Perbandingan metode least trimmed

squares dan penaksir m dalam mengatasi permasalahan data pencilan. Saintia

Matematika. 1(1): 73-85.

Yani M. 2005. Reklamasi lahan bekas pertambangan dengan penanaman Jarak

Pagar (Jatropa curcas Linn). Di dalam : Seminar Reklamasi Lahan Bekas

Pertambangan; Bogor, 22 Desember 2005. Pusat Penelitian Surfaktan dan

Bioenergi LPPM – IPB.

Page 45: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

33

Lampiran 1 Komposisi spesies tumbuhan di area alami Dugundugu (Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Anaphalis hellwegii 4 8000 1.5 0.6 7.0 8.5

2 Coprosma brasii 2 4000 0.8 0.6 7.0 7.7

3 Deschampsia caespitosa 2 4000 0.8 0.4 4.7 5.4

4 Deschampsia klosii 73 146000 27.8 1.0 11.6 39.4

5 Epilobium detzerianum 13 26000 4.9 0.6 7.0 11.9

6 Epilobium sp. 5 10000 1.9 0.6 7.0 8.9

7 Geranium monticola 12 24000 4.6 0.2 2.3 6.9

8 Myosotis australis 3 6000 1.1 0.4 4.7 5.8

9 Olearia lepidota 1 2000 0.4 0.2 2.3 2.7

10 Plantago sp. 20 40000 7.6 0.4 4.7 12.3

11 Potentila sp. 46 92000 17.5 1.0 11.6 29.1

12 Rhanunculus perindutus 1 2000 0.4 0.2 2.3 2.7

13 Sagina papuana 34 68000 12.9 0.4 4.7 17.6

14 Cyathea sp. 1 2000 0.4 0.2 2.3 2.7

15 Ischnea spathulata 1 2000 0.4 0.2 2.3 2.7

16 Styphelia suaveolens 18 36000 6.8 0.6 7.0 13.8

17 Tetramolipium sp. 4 8000 1.5 0.4 4.7 6.2

18 Vaccinium culminicolum 23 46000 8.7 0.6 7.0 15.7

Total 263 526000 100 8.6 100 200

Lampiran 2 Komposisi spesies tumbuhan di area Manado 2000 (Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Deschampsia caespitosa 43 13438 8.2 0.6 11.9 20.1

2 Deschampsia klosii 233 72813 44.5 1.0 19.0 63.5

3 Epilobium detzerianum 5 1563 1.0 0.3 4.8 5.7

4 Epilobium sp. 114 35625 21.8 1.0 19.0 40.8

5 Geranium monticola 62 19375 11.8 0.5 9.5 21.4

6 Olearia velutina 3 150 0.1 0.4 7.1 7.2

7 Poa Papuana 1 313 0.2 0.1 2.4 2.6

8 Podocarpus sp. 3 150 0.1 0.4 7.1 7.2

9 Potentila sp. 14 4375 2.7 0.1 2.4 5.1

10 Rhanunculus perindutus 10 3125 1.9 0.1 2.4 4.3

11 Sagina papuana 17 5313 3.2 0.3 4.8 8.0

12 Plantago potila 1 313 0.2 0.1 2.4 2.6

13 Ischnea spathulata 22 6875 4.2 0.1 2.4 6.6

14 Styphelia suaveolens 5 250 0.2 0.3 4.8 4.9

Total 533 163675 100 5.25 100 200

Page 46: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

34

Lampiran 3 Komposisi spesies tumbuhan di area North Bunaken 2002 (Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Anaphalis hellwegii 4 1667 0.8 0.0 0.0 0.8

2 Coprosma brasii 8 3333 1.7 0.5 10.0 11.7

3 Deschampsia klosii 296 123333 61.2 1.0 20.0 81.2

4 Epilobium detzerianum 32 13333 6.6 0.3 6.7 13.3

5 Epilobium sp. 52 21667 10.7 0.7 13.3 24.1

6 Geranium monticola 28 11667 5.8 0.5 10.0 15.8

7 Myosotis australis 14 5833 2.9 0.3 6.7 9.6

8 Olearia velutina 5 2083 1.0 0.5 10.0 11.0

9 Plantago sp. 3 1250 0.6 0.3 6.7 7.3

10 Potentila sp. 13 5417 2.7 0.2 3.3 6.0

11 Sagina papuana 22 9167 4.5 0.3 6.7 11.2

12 Vaccinium culminicolum 7 2917 1.4 0.3 6.7 8.1

Total 484 201667 100 5 100 200

Lampiran 4 Komposisi spesies tumbuhan di area Midle Wanagon 2009 (Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Deschampsia caespitosa 8 6667 1.5 0.7 13.3 14.9

2 Deschampsia klosii 256 213333 48.9 1.0 20.0 68.9

3 Epilobium detzerianum 124 103333 23.7 1.0 20.0 43.7

4 Epilobium sp. 20 16667 3.8 0.7 13.3 17.2

5 Keysseria pinguiculiformis 3 2500 0.6 0.3 6.7 7.2

6 Plantago sp. 3 2500 0.6 0.3 6.7 7.2

7 Sagina papuana 110 91667 21.0 1.0 20.0 41.0

Total 524 436667 100 5 100 200

Lampiran 5 Komposisi spesies tumbuhan di area Kaimana 2010 (Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Deschampsia caespitosa 44 36667 13.7 0.7 16.7 30.3

2 Deschampsia klosii 185 154167 57.5 1.0 25.0 82.5

3 Epilobium detzerianum 50 41667 15.5 1.0 25.0 40.5

4 Sagina papuana 42 35000 13.0 1.0 25.0 38.0

5 Trachymene sp. 1 833 0.3 0.3 8.3 8.6

Total 322 268333 100 4 100 200

Page 47: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

35

Lampiran 6 Komposisi spesies tumbuhan di area Batu Bersih 2011 (Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Deschampsia klosii 128 80000 49.6 1.0 25.0 74.6

2 Epilobium detzerianum 24 15000 9.3 0.8 18.8 28.1

3 Plantago sp. 7 4375 2.7 0.8 18.8 21.5

4 Poa Papuana 3 1875 1.2 0.5 12.5 13.7

5 Sagina papuana 96 60000 37.2 1.0 25.0 62.2

Total 258 161250 100 4 100 200

Lampiran 7 Komposisi spesies tumbuhan di area Koteka 2011 (Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Deschampsia klosii 148 123333 61.7 1.0 27.3 88.9

2 Epilobium detzerianum 53 44167 22.1 0.7 18.2 40.3

3 Epilobium sp. 16 13333 6.7 1.0 27.3 33.9

4 Sagina papuana 23 19167 9.6 1.0 27.3 36.9

Total 240 200000 100 3.7 100 200

Lampiran 8 Komposisi spesies tumbuhan di area South Bunaken 2009 (Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Anaphalis hellwegii 3 2500 0.9 0.3 10.0 10.9

2 Deschampsia klosii 198 165000 58.8 1.0 30.0 88.8

3 Epilobium detzerianum 96 80000 28.5 1.0 30.0 58.5

4 Sagina papuana 40 33333 11.9 1.0 30.0 41.9

Total 337 280833 100 3.3 100 200

Lampiran 9 Komposisi spesies tumbuhan di area alami DOM (Sub Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Anaphalis hellwegii 5 1786 0.7 0.3 1.9 2.5

2 Coprosma brasii 9 514 0.2 0.4 2.8 3.0

3 Deschampsia caespitosa 10 3571 1.3 0.4 2.8 4.1

4 Deschampsia klosii 312 111429 40.7 0.4 2.8 43.5

5 Podocarpus pilgeri 35 12500 4.6 0.4 2.8 7.4

6 Potentilla foersteriana 8 2857 1.0 0.3 1.9 2.9

7 Ranunculus minimifolius 10 3571 1.3 0.3 1.9 3.2

8 Ranunculus pseudolowii 10 3571 1.3 0.3 1.9 3.2

9 Potentilla audensis 8 2857 1.0 0.3 1.9 2.9

10 Plantago hooglandii 3 1071 0.4 0.3 1.9 2.3

11 Plantago aundensis 1 357 0.1 0.1 0.9 1.1

12 Dacrycarpus compactus 8 2857 1.0 0.1 0.9 2.0

Page 48: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

36

Lampiran 9 Komposisi spesies tumbuhan di area alami DOM (Sub Alpin) (lanjutan)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

13 Elaeocarpus densiflorus 4 1429 0.5 0.1 0.9 1.5

14 Ischnea sp. 6 2143 0.8 0.1 0.9 1.7

15 Astelia alpina 19 6786 2.5 0.4 2.8 5.3

16 Dacrycarpus cinctus 2 714 0.3 0.4 2.8 3.1

17 Papuacalia cartenszensis 16 5714 2.1 0.4 2.8 4.9

18 Pilea sp. 15 5357 2.0 0.3 1.9 3.8

19 Astelia papuana 83 29643 10.8 0.6 3.7 14.6

20 Unidentified sp3 3 1071 0.4 0.1 0.9 1.3

21 Unidentified sp4 5 1786 0.7 0.1 0.9 1.6

22 Unidentified sp5 3 1071 0.4 0.1 0.9 1.3

23 Unidentified sp6 3 1071 0.4 0.1 0.9 1.3

24 Unidentified sp7 3 1071 0.4 0.1 0.9 1.3

25 Unidentified sp9 9 3214 1.2 0.1 0.9 2.1

26 Rhododendron rubiniflorum 6 2143 0.8 0.3 1.9 2.7

27 Vaccinium coelorum 4 1429 0.5 0.3 1.9 2.4

28 Tetramolopium macrum 20 7143 2.6 0.3 1.9 4.5

29 Tetramolopium klosii 6 2143 0.8 0.3 1.9 2.7

30 Epilobium detzerianum 27 9643 3.5 0.3 1.9 5.4

31 Epilobium sp. 21 7500 2.7 0.4 2.8 5.5

32 Myosotis australis 24 8571 3.1 0.4 2.8 5.9

33 Olearia lepidota 7 400 0.1 0.6 3.7 3.9

34 Olearia velutina 8 457 0.2 0.1 0.9 1.1

35 Podocarpus sp. 24 1371 0.5 1.0 6.5 7.0

36 Rhanunculus perindutus 16 5714 2.1 0.3 1.9 4.0

37 Rhanunpulus tridois 7 2500 0.9 0.3 1.9 2.8

38 Rhododendron culminicolum 5 286 0.1 0.3 1.9 2.0

39 Rhododendron versteegii 15 857 0.3 0.3 1.9 2.2

40 Rubus sp. 10 3571 1.3 0.4 2.8 4.1

41 Sagina papuana 2 714 0.3 0.1 0.9 1.2

42 Ischnea spathulata 11 3929 1.4 0.3 1.9 3.3

43 Ischnea elachoglossa 10 3571 1.3 0.3 1.9 3.2

44 Styphelia suaveolens 26 1486 0.5 0.9 5.6 6.1

45 Tasmania sp. 5 286 0.1 0.4 2.8 2.9

46 Vaccinium culminicolum 40 2286 0.8 0.7 4.7 5.5

Total 884 274014 100 15.2857 100 200

Page 49: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

37

Lampiran 10 Komposisi spesies tumbuhan di area Cartenz Lower 2003 (Sub Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Anaphalis hellwegii 64 20000 3.0 1.0 9.5 12.5

2 Cardamine altigena 4 1250 0.2 0.1 1.2 1.4

3 Deschampsia klosii 971 303438 45.2 1.0 9.5 54.8

4 Unidentified sp8 48 15000 2.2 0.4 3.6 5.8

5 Epilobium detzerianum 34 10625 1.6 0.4 3.6 5.2

6 Epilobium sp. 346 108125 16.1 1.0 9.5 25.6

7 Geranium monticola 36 11250 1.7 0.6 6.0 7.6

8 Keysseria pinguiculiformis 8 2500 0.4 0.3 2.4 2.8

9 Myosotis australis 218 68125 10.2 0.9 8.3 18.5

10 Olearia lepidota 3 938 0.1 0.1 1.2 1.3

11 Olearia velutina 9 2813 0.4 0.4 3.6 4.0

12 Poa Papuana 103 32188 4.8 0.6 6.0 10.8

13 Polystichum cheilantoides 41 12813 1.9 0.4 3.6 5.5

14 Rhanunculus perindutus 13 4063 0.6 0.1 1.2 1.8

15 Rhanunpulus tridois 2 625 0.1 0.1 1.2 1.3

16 Rhododendron culminicolum 2 625 0.1 0.3 2.4 2.5

17 Rhododendron versteegii 2 625 0.1 0.1 1.2 1.3

18 Unidentified sp2 3 938 0.1 0.1 1.2 1.3

19 Sagina papuana 200 62500 9.3 0.9 8.3 17.7

20 Styphelia suaveolens 5 1563 0.2 0.4 3.6 3.8

21 Tasmania sp. 2 625 0.1 0.3 2.4 2.5

22 Tetramolipium sp. 5 1563 0.2 0.3 2.4 2.6

23 Trigonotis papuana 2 625 0.1 0.1 1.2 1.3

24 Vaccinium culminicolum 22 6875 1.0 0.6 6.0 7.0

25 Viola sp. 3 938 0.1 0.1 1.2 1.3

Total 2146 670625 100 10.5 100 200

Lampiran 11 Komposisi spesies tumbuhan di area Blitar 2010 (Sub Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Deschampsia caespitosa 11 6875 1.1 0.3 5.9 7.0

2 Deschampsia klosii 450 281250 46.9 1.0 23.5 70.4

3 Epilobium detzerianum 331 206875 34.5 1.0 23.5 58.0

4 Epilobium sp. 31 19375 3.2 0.8 17.6 20.9

5 Sagina papuana 129 80625 13.4 0.8 17.6 31.1

6 Oreobolus ambiguus 7 4375 0.7 0.3 5.9 6.6

7 Sclerantuhs singuliflorus 1 625 0.1 0.3 5.9 6.0

Total 960 600000 100 4.3 100 200

Page 50: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

38

Lampiran 12 Komposisi spesies tumbuhan di area Cartenz Upper 2008 (Sub Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Anaphalis hellwegii 2 1667 0.5 0.3 5.9 6.4

2 Deschampsia caespitosa 16 13333 4.1 0.3 5.9 10.0

3 Deschampsia klosii 137 114167 35.1 1.0 17.6 52.8

4 Epilobium detzerianum 143 119167 36.7 1.0 17.6 54.3

5 Epilobium sp. 9 7500 2.3 0.3 5.9 8.2

6 Olearia velutina 1 133 0.0 0.3 5.9 5.9

7 Plantago sp. 2 1667 0.5 0.3 5.9 6.4

8 Poa Papuana 1 833 0.3 0.3 5.9 6.1

9 Sagina papuana 44 36667 11.3 1.0 17.6 28.9

10 Senecio brasii 35 29167 9.0 0.3 5.9 14.9

11 Vaccinium culminicolum 6 800 0.2 0.3 5.9 6.1

Total 396 325100 100 5.7 100 200

Lampiran 13 Komposisi spesies tumbuhan di area Surabaya 1999 (Sub Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Anaphalis hellwegii 2 1667 0.4 0.3 6.2 6.7

2 Deschampsia klosii 353 294167 76.3 1.0 18.7 95.1

3 Epilobium detzerianum 61 50833 13.2 1.0 18.7 31.9

4 Epilobium sp. 27 22500 5.8 1.0 18.7 24.6

5 Geranium monticola 3 2500 0.6 0.7 12.5 13.1

6 Myosotis australis 10 8333 2.2 0.3 6.2 8.4

7 Sagina papuana 5 4167 1.1 0.0 0.0 1.1

8 Styphelia suaveolens 7 933 0.2 0.7 12.5 12.7

9 Vaccinium culminicolum 2 267 0.1 0.3 6.2 6.3

Total 470 385367 100 5.3 100 200

Lampiran 14 Komposisi spesies tumbuhan di area Top HEAT Road 2011 (Sub

Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Deschampsia klosii 354 295000 58.3 1.0 25.0 83.3

2 Epilobium detzerianum 123 102500 20.3 1.0 25.0 45.3

3 Sagina papuana 125 104167 20.6 1.0 25.0 45.6

4 Unidentified sp1 3 2500 0.5 0.7 16.7 17.2

5 Vaccinium culminicolum 11 1467 0.3 0.3 8.3 8.6

Total 616 505633 100 4 100 200

Page 51: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

39

Lampiran 15 Komposisi spesies tumbuhan di area Bali 2011 (Sub Alpin)

No Nama Spesies Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Deschampsia caespitosa 8 6666 1.3 0.3 11.1 12.4

2 Deschampsia klosii 282 235000 45 1.0 33.3 78.3

3 Epilobium sp. 207 172500 33 1.0 33.3 66.3

4 Sagina papuana 130 108333 21 0.7 22.2 43

Total 627 522500 100 3 100 200

Lampiran 16 Komposisi spesies tumbuhan di area Lower Wanagon (Sub Alpin)

No Nama Jenis Jumlah K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%)

1 Anaphalis hellwegii 8 6667 1.0 1.0 16.7 17.7

2 Deschampsia caespitosa 16 13333 2.0 0.3 5.6 7.6

3 Deschampsia klosii 583 485833 74.1 1.0 16.7 90.7

4 Epilobium detzerianum 24 20000 3.0 0.7 11.1 14.2

5 Epilobium sp. 62 51667 7.9 0.3 5.6 13.4

6 Sagina papuana 71 59167 9.0 1.0 16.7 25.7

7 Keysseria wallastonii 9 7500 1.1 0.3 5.6 6.7

8 Dayeuxia brasii 9 7500 1.1 0.3 5.6 6.7

9 Rhanunculus tridens 2 1667 0.3 0.3 5.6 5.8

10 Potentila hooglandii 2 1667 0.3 0.3 5.6 5.8

11 Styphelia suaveolens 1 833 0.1 0.3 5.6 5.7

Total 787 655833 100 6 100 200

Page 52: PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI VEGETASI ALPIN DAN … · tumbuhan dan kondisi lingkungannya. Kandungan karbon dan biomasa tumbuhan bawah dipengaruhi oleh jenis-jenis tumbuhan penyusun

40

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tangal 26 Februari 1994.

Penulis merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Endang

Hasan dan Ibu Enjah Sadiah. Pada tahun 2012 penulis menamatkan pendidikan

sekolah menengah atas di MAN Model Cipasung Tasikmalaya. Penulis lulus

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) melalui jalur

undangan pada tahun yang sama dan diterima di Institut Pertanian Bogor di

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAOVA) sebagai

wakil ketua pada periode 2013/2014 dan menjadi Ketua Umum pada periode

2014/2015, dan sebagai anggota Kelompok Pemerhati Gua (KPG Hira). Penulis

juga aktif di berbagai Lembaga Kemahasiswaan antara lain sebagai anggota Forum

For Scientific Students (Forces) pada tahun 2012/2013, Staff PSDM di Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) TPB IPB pada tahun 2012/2013, Anggota di IPB

Political School 2012/2013.

Penulis telah mengikuti kegiatan Ekspedisi RAFFLESIA HIMAKOVA di

CA Gunung Tilu Bandung pada tahun 2014, Ekspedisi RAFFLESIA HIMAKOVA

di SM Cikepuh Sukabumi pada tahun 2015, Ekspedisi SURILI HIMAKOVA di TN

Tambora NTB pada tahun 2015, Ekspedisi Kawasan Karst di TN Puerto Princessa

Underground River di Filipina pada tahun 2015, Praktik Pengenalan Ekosistem

Hutan (PPEH) di Sancang Barat dan Kamojang pada tahun 2014, Praktik

Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi

pada tahun 2015, Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di TN Way Kambas pada

tahun 2016 dan menjadi tim Observasi Gua Wisata di Wabompi Yapen Timur

bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Yapen Timur – Papua pada tahun 2015.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis

melaksanakan penelitian di Kab. Mimika Papua dengan judul “Potensi Cadangan

Karbon di Vegetasi Alpin dan Sub Alpin Area Reklamasi Grasberg PT Freeport

Indonesia, Papua” dibawah bimbingan Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc dan Dr

Ir Rachmad Hermawan, MScF.