Pendudukan jepang

23
3.1. Menganalisis perubahan, dan keberlanjutan dalam peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia. 3.7. Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia. 4.7. Menalar peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah. a. Menganalisis Perang Dunia II dan penguasaan kepulauan Indonesia. b. Mendeskripsikan awal pemerintahan Jepang di Indonesia. c. Mendeskripsikan perkembangan organisasi pergerakan masa pendudukan Jepang. d. Mendeskripsikan bentuk-bentuk penindasan pemerintah pendudukan Jepang. e. Mengidentifikasi perlawanan rakyat terhadap pemerintah pendudukan Jepang. f. Mengidentifikasi dampak pendudukan Jepang bagi bangsa Indonesia. A. Perang Dunia II dan Penguasaan Kepulauan Indonesia 2. Tujuan Pembelajaran 3. Uraian Materi Pembelajaran BAB MASA PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA 1. Kompetensi Dasar

Transcript of Pendudukan jepang

Page 1: Pendudukan jepang

3.1. Menganalisis perubahan, dan keberlanjutan dalam peristiwa sejarah pada masa

penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.

3.7. Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia.

4.7. Menalar peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia dan

menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.

a. Menganalisis Perang Dunia II dan penguasaan kepulauan Indonesia.

b. Mendeskripsikan awal pemerintahan Jepang di Indonesia.

c. Mendeskripsikan perkembangan organisasi pergerakan masa pendudukan

Jepang.

d. Mendeskripsikan bentuk-bentuk penindasan pemerintah pendudukan Jepang.

e. Mengidentifikasi perlawanan rakyat terhadap pemerintah pendudukan Jepang.

f. Mengidentifikasi dampak pendudukan Jepang bagi bangsa Indonesia.

A. Perang Dunia II dan Penguasaan Kepulauan Indonesia

2. Tujuan Pembelajaran

3. Uraian Materi

Pembelajaran

BAB

MASA PENDUDUKAN JEPANG DI

INDONESIA

1. Kompetensi Dasar

Page 2: Pendudukan jepang

Sebagai negara fasis-militerisme di Asia, Jepang sangat kuat, sehingga

meresahkan kaum pergerakan nasional di Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia

II, Jepang terjun dalam kancah

peperangan itu. Di samping itu,

terdapat dugaan bahwa suatu saat

akan terjadi peperangan di Lautan

Pasifik. Hal ini didasarkan pada suatu

analisis politik. Adapun sikap

pergerakan politik bangsa Indonesia

dengan tegas menentang dan

menolak bahwa fasisme sedang

mengancam dari arah utara. Sikap ini dinyatakan dengan jelas oleh Gabungan Politik

Indonesia (GAPI).

Sementara itu di Jawa muncul Ramalan Joyoboyo yang mengatakan bahwa pada

suatu saat pulau Jawa akan dijajah oleh bangsa kulit kuning, tetapi umur penjajahannya

hanya "seumur jagung". Setelah penjajahan bangsa kulit

kuning itu lenyap akhirnya Indonesia merdeka. Ramalan

yang sudah dipercaya oleh rakyat ini tidak disia-siakan

oleh Jepang, bahkan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sehingga kedatangan

Jepang ke Indonesia dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar saja.

Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan Pasifik yang melibatkan

Jepang. Melihat keadaan yang semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus

dapat menentukan sikap dalam menghadapi bahaya kuning dari Jepang. Sikap

tersebut dipertegas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van

Starkenborgh Stachouwer dengan mengumumkan perang melawan Jepang. Hindia

Belanda termasuk ke dalam Front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/Inggris, Cina,

Dutch/Belanda) dengan Jenderal Wavel (dari Inggris) sebagai Panglima Tertinggi yang

berkedudukan di Bandung. Angkatan perang Jepang begitu kuat, sehingga Hindia

Belanda yang merupakan benteng kebanggaan Inggris di daerah Asia Tenggara

akhirnya jatuh ke tangan pasukan Jepang. Peperangan yang dilakukan oleh Jepang di

Asia Tenggara dan di Lautan Pasifik ini diberi nama Perang Asia Timur Raya atau

Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat singkat, Jepang telah dapat menguasai

daerah Asia Tenggara seperti Indochina, Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia,

Filipina, dan In¬donesia. Jatuhnya Singapura ke tangan Jepang pada tanggal 15

Pebruari 1941, yaitu dengan ditenggelamkannya kapal induk Inggris yang bernama

Prince of Wales dan HMS Repulse, sangat mengguncangkan pertahanan Sekutu di

Asia. Begitu pula satu persatu komandan Sekutu meninggalkan Indone¬sia, sampai

Gambar 1. Serangan Jepang ke Pearl Harbour Sumber :

http://tni-au.mil.id/pustaka/

Page 3: Pendudukan jepang

terdesaknya Belanda dan jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan Jepang. Namun sisa-

sisa pasukan sekutu di bawah pimpinan Karel Door¬man (Belanda) dapat mengadakan

perlawanan dengan pertempuran di Laut Jawa, walaupun pada akhirnya dapat

ditundukkan oleh Jepang.

Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah

sebagai berikut: diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemu-

dian.Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, dan Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942

pasukan Jepang menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.

Pendudukan terhadap Palembang lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang

sangat penting dan strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi

pusat kedudukan Belanda di Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan

Inggris. Kemudian pasukan Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di

daerah Banten, Indramayu, Kragan (antara Rembang dan Tuban). Selanjutnya

menyerang pusat kekuasaan Belanda di Batavia (5 Maret 1942), Bandung (8 Maret 1942)

dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada Panglima Bala Tentara

Jepang Imamura di Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh wilayah

Indonesia telah menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang

Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai dijajah oleh Jepang.

Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua

hal, yaitu:

1) Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia.

2) Memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur

Raya.

Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber

daya alam dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan.

Dengan kekerasan berbagai cara, Jepang menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat

Indonesia.

B. Awal Pemerintahan “Saudara Tua” di Indonesia

Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa

pemerintahan Jepang. Menurut UUD No. 1 (7 Maret 1942), Pembesar Bala Tentara

Nippon memegang kekuasaan militer dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang oleh

Gubernur Jenderal (pada masa kekuasaan Belanda). Dalam pelaksanaan sistem

pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh dua angkatan

perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun). Masing-masing

Page 4: Pendudukan jepang

angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia dibagi menjadi tiga

wilayah kekuasaan yaitu:

a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan

Rikugun.

b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya Singapura

berada di bawah kekuasaan Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943,

tapi masih berada di bawah kekuasaan Rikugun.

c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, Irian berada di bawah

kekuasaan Kaigun.

Sadar bahwa posisinya dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, pemerintah

Bala Tentara Jepang berusaha untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan

berbagai cara :

1) Mengklaim dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang untuk

melepaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda

2) Memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan intensitas yang sering pada siaran

radio Tokyo

3) Membebaskan para tokoh pemimpin bangsa Indonesia yang diasingkan oleh

Belanda, seperti ; Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta

4) Melakukan propaganda Gerakan Tiga A, yang meliputi :

o Jepang/Nipon Cahaya Asia

o Jepang/Nipon Pelindung Asia

o Jepang/Nipon Pemimpin Asia

5) Melarang penggunaan bahasa Belanda dan mengizinkan penggunaan bahasa

Indonesia dalam percakapan resmi.

Berbagai bentuk cara pemerintah bala tentara Jepang untuk menarik simpati

bangsa Indonesia pada masa awal kedatangannya di Indonesia, cukup mendapat

sambutan yang baik dari bangsa Indonesia, apalagi bangsa Indonesia, khususnya

masyarakat Jawa sangat percaya pada “Jongko Joyoboyo” (Ramalan Joyoboyo) yang

menyebutkan akan datangnya “Jago wiring kuning cebol kepalang soko wetan” yang

akan berkuasa di Jawa seumur jagung.

Namun kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya tersebut

merupakan mimpi buruk bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari

belenggu penjajahan. Berbagai tindakan pemerintahan bala tentara Jepang sangat

menyengsarakan bangsa Indonesia.

Upaya Jepang untuk mempertahankan Indonesia sebagai wilayah kekuasaannya

serta menarik simpati rakyat Indonesia meliputi bidang :

1. Bidang Politik

Page 5: Pendudukan jepang

Dalam usaha menarik simpati bangsa Indonesia dengan tujuan agar rakyat mau

membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang mengumandangkan

semboyan 3A yakni : “Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin

Asia”. Hal ini menyatakan bahwa kehadiran Jepang di Asia, termasuk Indonesia adalah

untuk membebaskan Asia dari penjajahan bangsa Barat, Jepang menyebut dirinya

sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang akan membebaskan bangsa Indonesia dari

penjajahan Belanda.Namun kenyataannya yang dikatakan Jepang tidak sesuai dengan

kenyataannya. Jepang memperlakukan bangsa Indonesia dengan tidak adil, sangat

kejam , mereka memeras dan menindas rakyat diluar batas peri kemanusiaan.

2. Bidang Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya , maka Jepang

melakukan eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Hal ini berupa

eksploitasi dibidang hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan Tambang, dan lain-lain.

Kekayaan alam yang diambil Jepang dari hasil menguras kekayaan alam Indonesia ini

hanya untuk kepentingan perang Jepang tanpa memperhatikan kesejahteraan

rakyat.Sebagai dampak dari eksploitasi besar-besaran sumber kekayaan alam

Indonesia adalah kesengsaraan rakyat Indonesia berupa kekurangan sandang, pangan

serta menderita kemiskinan.Rakyat hidup serba kekurangan , kelaparan karena sumber

makanan diangkut Jepang untuk konsumsi tentaranya. Untuk pakaianpun rakyat

menggunakan bahan yang tidak layak pakai seperti goni yang keras dan kasar. Hal in

terjadi karena kapas yang seharusnya dijadikan kain atau pakaian ternyata dibawa ke

Jepang untuk diolah demi kepentingan Jepang itu sendiri.

3. Bidang Sosial Budaya

Di bidang sosial, kehadiran Jepang selain membuat rakyat menderita kemiskinan

karena kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi yang berupa pemanfaatan

sumber daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa

(Romusha) serta dilibatkannya para pemuda untuk masuk dalam organisasi militer

maupun semi militer.

Page 6: Pendudukan jepang

Di bidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang di samping

bahasa Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukan badan kearah timur sebagai

tanda hormat kepada kaisar di Jepang pada setiap

pagi hari (Seikerei). Hal ini tentu saja sangat

menyinggung rakyat Indonesia yang mayoritas

muslim, karena dianggap menyembah kepada kaisar

Jepang yang dianggap sebagai keturunan dewa

matahari, padahal orang muslim hanya melakukan

penghormatan kepada Allah SWT.

C. Perkembangan Organisasi Pergerakan Masa

Pendudukan Jepang

1) Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan

Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat

memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan

dengan tujuan agar bangsa Indonesia memberi

bantuan kepada pasukan Jepang. Untuk menarik

simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah orgunisasi resmi seperti Gerakan Tiga A,

Putera, dan Jawa Hokokai.

1. Gerakan 3 A

Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon

Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin SH. Tujuan berdirinya Gerakan

Tiga A adalah agar rakyat dengan sukarela menyumbangkan tenaga bagi perang

Jepang. Untuk menunjang gerakan ini, dibentuk Barisan Pemuda Asia Raya yang

dipimpin Sukarjo Wiryopranoto. Adapun untuk menyebarluaskan propaganda,

diterbitkan surat kabar Asia Raya.

Setelah kedok organisasi ini diketahui, rakyat kehilangan simpati dan

meninggalkan organisasi tersebut. Pada tanggal 20 November 1942, organisasi ini

dibubarkan.

2. Putera

Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah

pimpinan "Empat Serangkai", yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan

Kiyai Haji Mas Mansyur.

Tujuan Putera menurut versi Ir. Soekarno adalah untuk membangun dan

menghidupkan segala sesuatu yang telah dirobohkan oleh imperialisme Belanda.

Gambar 2. Gerakan 3A Sumber :

http://novatyas.blogspot.com/

Page 7: Pendudukan jepang

Adapun tujuan bagi Jepang adalah untuk memusatkan segala potensi masyarakat

Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Oleh karena itu, telah digariskan

sebelas macam kegiatan yang harus dilakukan sebagaimana tercantum dalam

peraturan dasarnya. Di antaranya yang terpenting adalah mempengaruhi rakyat

supaya kuat rasa tanggung jawabnya untuk menghapuskan pengaruh Amerika, Inggris,

dan Belanda, mengambil bagian dalam mempertahankan Asia Raya, memperkuat rasa

persaudaraan antara Indonesia dan Jepang, serta mengintensifkan pelajaran-pelajaran

bahasa Jepang. Di samping itu, Putera juga mempunyai tugas di bidang sosial-

ekonomi. Jadi, Putera dibentuk untuk membujuk para kaum nasionalis sekuler dan

golongan intelektual agar mengerahkan tenaga dan pikirannya guna membantu

Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Organisasi Putera

tersusun dari pemimpin pusat dan pemimpin daerah. Pemimpin pusat terdiri dari

pejabat bagian usaha budaya dan pejabat bagian propaganda. Akan tetapi, organisasi

Putera di daerah semakin hari semakin mundur. Hal ini disebabkan, antara lain :

a. keadaan sosial masyarakat di daerah ternyata masih terbelakang, termasuk dalam

bidang pendidikan, sehingga kurang maju dan dinamis;

b. keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak dapat

membiayai gerakan tersebut.

Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan

dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera

dan mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai.

3. Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai)

Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada tanggal 1 Januari 1944. Organisasi ini

diperintah langsung oleh kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan). Latar

belakang dibentuknya Jawa Hokokai adalah Jepang menyadari bahwa Putera lebih

bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada bagi pihak Jepang. Oleh karena itu, Jepang

merancang pembentukan organisasi baru yang mencakup semua golongan

masyarakat, termasuk golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa Hokokai diumumkan

oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada. Sebelum mendirikan

Jawa Hokokai, pemerintah pendudukan Jepang lebih dahulu meminta pendapat empat

serangkai. Alasan yang diajukan adalah semakin hebatnya Perang Asia Timur Raya

sehingga Jepang perlu membentuk organisasi baru untuk lebih menggiatkan dan

mempersatukan segala kekuatan rakyat. Dasar organisasi ini adalah pengorbanan

dalam hokoseiskin (semangat kebaktian) yang meliputi pengorbanan diri, mempertebal

rasa persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti.

Secara tegas, Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Jika

pucuk pimpinan Putera diserahkan kepada golongan nasionalis Indonesia,

kepemimpinan Jawa Hokokai pada tingkat pusat dipegang langsung oleh Gunseikan.

Page 8: Pendudukan jepang

Adapun pimpinan daerah diserahkan kepada pejabat setempat mulai dari Shucokan

sampai Kuco. Kegiatan- kegiatan Jawa Hokokai sebagaimana digariskan dalam

anggaran dasarnya sebagai berikut :

a. Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan

segenap tenaga kepada pemerintah Jepang.

b. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat

persaudaraan antara segenap bangsa.

c. Memperkukuh pembelaan tanah air.

Anggota Jawa Hokokai adalah bangsa Indonesia yang berusia minimal 14 tahun,

bangsa Jepang yang menjadi pegawai negeri, dan orang-orang dari berbagai

kelompok profesi. Jawa Hokokai merupakan pelaksana utama usaha pengerahan

barang-barang dan padi. Pada tahun 1945, semua kegiatan pemerintah dalam bidang

pergerakan dilaksanakan oleh Jawa Hokokai sehingga organisasi ini harus

melaksanakan tugas dengan nyata dan menjadi alat bagi kepentingan Jepang.

Jawa Hokokai merupakan organisasi sentral yang anggota-anggotanya terdiri

atas bermacam-macam hokokai sesuai dengan bidang profesinya. Guru-guru

bergabung dalam wadah Kyoiku Hokokai (Kebaktian para Pendidik) dan para dokter

bergabung dalam wadah Izi Hokokai (Kebaktian para Dokter). Selain itu, Jawa Hokokai

juga mempunyai anggota-anggota istimewa yang terdiri dari Fujinkai (Organisasi

Wanita), Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan), Boei Engokai (Tata Usaha

Pembantu Prajurit Peta dan Heiko), serta hokokai perusahaan.

4. Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)

Ketika pemerintahan Jepang berada di tangan Perdana Menteri Toyo, Jepang

pernah memberi janji merdeka kepada Filipina dan Burma, namun tidak melakukan hal

yang sama kepada Indonesia. Oleh karena itu, kaum nasionalis Indonesia protes.

Menanggapi protes tersebut, PM Toyo lalu membuat kebijakan berikut :

a. Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In).

b. Pembentukan Dewan Pertimbangan Karesidenan (Shu Sangi Kai) atau daerah.

c. Tokoh-tokoh Indonesia diangkat menjadi penasihat berbagai departemen.

d. Pengangkatan orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi

lainnya.

Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, pada tanggal 5 September 1943,

Kumakichi Harada mengeluarkan Osamu Serei No. 36 dan 37 Tahun 1943 tentang

pembentukan Cuo Sangi In dan Shu Sangi Kai. Cuo Sangi In yang berada di bawah

pengawasan Saiko Shikikan (Pemerintahan Tentara Keenambelas) bertugas menjawab

pertanyaan Saiko Shikikan dalam hal politik dan pemerintah. Cuo Sangi In juga berhak

Page 9: Pendudukan jepang

mengajukan usul kepada Saiko Shikikan. Rapat-rapat Cuo Sangi In mem- bahas

pengembangan pemerintah militer, mempertinggi derajat rakyat, penanganan

pendidikan dan penerangan, masalah ekonomi dan industri, kemakmuran dan bantuan

sosial, serta kesehatan. Keanggotaan Cuo Sangi In terdiri atas 43 orang, yaitu 23 orang

diangkat oleh Saiko Shikikan, 18 orang dipilih oleh anggota Shu Sangi Kai, dan dua

orang anggota yang diusulkan dari daerah Surakarta dan Yogyakarta. Anggota Cuo

Sangi In dilantik pada tanggal 17 Oktober 1943 dengan ketua Ir. Soerkarno, serta

wakilnya dua orang, yaitu M.A.A. Kusumo Utoyo dan Dr. Boentaran Martoatmodjo. Cuo

Sangi In dibentuk dengan tujuan agar ada perwakilan, baik bagi pihak Jepang maupun

pihak Indonesia. Namun, agar tidak dimanfaatkan untuk perjuangan bangsa Indonesia,

Cuo Sangi In mendapat pengawasan ketat dari pemerintah Jepang.

Dilihat dari segi perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan,

keberadaan Cuo Sangi In memang tidak berarti banyak. Akan tetapi, keberadaan

lembaga ini berguna bagi pertambahan wawasan pengalaman kaum nasionalis

Indonesia.

5. Majelis Islam A'laa Indonesia (MIAI)

MIAI merupakan organisasi yang berdiri pada masa penjajahan Belanda, tepatnya

pada tahun 1937 di Surabaya. Pendirinya adalah K. H. Mas Mansyur dan kawan-kawan.

Organisasi ini tetap diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang sebab merupakan

gerakan anti-Barat dan hanya bergerak dalam bidang amal (sebagai baitulmal) serta

penyelenggaraan hari-hari besar Islam saja. Meskipun demikian, pengaruhnya yang

besar menyebabkan Jepang merasa perlu untuk membatasi ruang gerak MIAI.

Setelah penyikapan selama beberapa waktu terhadap perkembangan MIAI,

Jepang berkesimpulan bahwa para kiai tidak membahayakan bagi pendudukan Jepang

di Indonesia. Oleh karena itu, Jepang mengizinkan berdirinya dua organisasi besar

Islam yang lain, yaitu Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini

berdiri pada bulan September 1943 dengan kegiatan berpusat pada kerohanian dan

sosial.

Pada awal pendudukan, Jepang membentuk Bagian Pengajaran dan Agama

yang dipimpin oleh Kolonel Horie. Ia mengadakan pertemuan dengan sejumlah

pemuka agama di Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, Horie meminta agar

umat Islam tidak melakukan kegiatan- kegiatan yang bersifat politik. Permintaan ini

disetujui oleh peserta pertemuan tersebut yang kemudian membuat pernyataan sikap

di akhir pertemuan. Pada akhir Desember 1942, hasil pertemuan di Surabaya itu

ditingkatkan dengan mengundang 32 orang kiai di seluruh Jawa Timur untuk

menghadap Letnan Jenderal Imamura dan Gunseikan, Mayor Jenderal Okasaki. Dalam

pertemuan tersebut, Gunseikan menyatakan bahwa Jepang akan tetap menghargai

Islam dan akan mengikutsertakan golongan Islam dalam pemerintahan.

Page 10: Pendudukan jepang

Pemerintah militer Jepang memilih MIAI sebagai satu-satunya wadah bagi organisasi

gabungan golongan Islam. Akan tetapi, organisasi ini baru diakui oleh Jepang setelah

mengubah anggaran dasarnya, khususnya mengenai asas dan tujuannya. Pada asas

dan tujuan MIAI ditambahkan kalimat: "... turut bekerja dengan sekuat tenaga dalam

pekerjaan membangun masyarakat baru untuk mencapai kemakmuran bersama di

lingkungan Asia Raya di bawah pimpinan Dai Nippon." Sebagai organisasi tunggal

golongan Islam, MIAI mendapat simpati yang luar biasa dari kalangan umat Islam

sehingga organisasi ini berkembang semakin maju. Melihat perkembangan ini, Jepang

mulai merasa curiga. Tokoh-tokoh MIAI di berbagai daerah mulai diawasi. Untuk

mengantisipasi agar gerakan para pemuka agama Islam tidak menjurus pada kegiatan

yang berbahaya bagi Jepang, diadakan pelatihan para kiai. Para kiai yang menjadi

peserta pelatihan tersebut dipilih berdasarkan syarat-syarat memiliki pengaruh yang

luas di lingkungannya dan mempunyai watak yang baik. Pelatihan tersebut

berlangsung di Balai Urusan Agama di Jakarta selama satu bulan. Namun, keterbatasan

kegiatan MIAI justru dirasakan kurang memuaskan bagi Jepang sendiri. Pada bulan

Oktober 1943, MIAI secara resmi dibubarkan dan diganti dengan organisasi baru, yaitu

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Organisasi ini disahkan oleh Gunseikan

pada tanggal 22 November 1943. Susunan kepengurusan Masyumi adalah ketua

pengurus besar dipegang oleh K.H. Hasyim Asy'ari, wakil dari Muhammadiyah adalah

K.H. Mas Mansur, K.H. Farid Ma'ruf, K.H. Mukti, K.H. Hasyim, dan Kartosudarmo.

Adapun wakil dari NU adalah K.H. Nachrowi, Zainul Arifin, dan K.H. Mochtar.

Propaganda anti-Sekutu yang selalu didengung-dengungkan oleh pasukan

Jepang kepada bangsa Indonesia ternyata tidak membawa hasil seperti yang

diinginkan. Propaganda anti Sekutu itu sama halnya dengan anti imperialisme. Padahal

Jepang termasuk negara imperialisme, maka secara tidak langsung juga anti terhadap

kehadiran Jepang di bumi Indonesia. Di pihak lain, ada segi positif selama masa

pendudukan Jepang di Indonesia, seperti berlangsungnya proses Indonesianisasi

dalam banyak hal, di antaranya bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi, nama-nama

di- indonesiakan, kedudukan seperti pegawai tinggi sudah dapat dijabat oleh orang-

orang Indonesia dan sebagainya.

2) Organisasi Militer dan Semimiliter

a. Organisasi Militer

1. PETA (Pembela Tanah Air)

Page 11: Pendudukan jepang

Pembela Tanah Air (PETA) PETA merupakan organisasi bentukan Jepang dengan

keanggotaannya terdiri atas pemuda-pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini

para pemuda bangsa Indonesia dididik atau dilatih kemiliteran oleh pasukan Jepang.

Pemuda-pemuda inilah yang menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan bangsa

dan Negara Indonesia.

Tujuan awalnya pembentukan

organisasi PETA ini adalah untuk

memenuhi kepentingan peperangan

Jepang di Lautan Pasifik. Dalam

perkembangan berikutnya, ternyata

PETA justru sangat besar manfaatnya

bagi bangsa Indone¬sia untuk meraih

kemerdekaan melalui perjuangan fisik.

Misalnya, Jenderal Sudirman dan

Jenderal A.H. Nasution adalah dua

orang tokoh militer Indonesia yang

pernah menjadi pemimpin pasukan

PETA pada zaman Jepang. Namun karena

PETA terlalu bersifat nasional dan dianggap

sangat membahayakan kedudukan Jepang

atas wilayah In¬donesia, maka pada tahun

1944 PETA dibubarkan. Berikut-nya Jepang

mendirikan organisasi lainnya yang bernama

Perhimpunan Kebaktian Rakyat yang lebih

terkenal dengan nama Jawa Hokokai (1944).

Kepemimpinan organisasi ini berada di bawah

Komando Militer Jepang.

2. Heiho

Heiho merupakan pasukan bentukan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.

Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum

Kemaharajaan Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggotanya

pada tanggal 22 April 1943.

Awal pembentukan Heiho dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer

seperti membangun kubu dan parit pertahanan, serta penjagaan.

Gambar 4. Tentara Heiho

Sumber : http://www.google.com/

Gambar 3. Tentara PETA

Sumber : http://2.bp.blogspot.com/

Page 12: Pendudukan jepang

Dalam perkembangannya, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di

medan perang. Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan

Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang dan setengahnya berada di Pulau Jawa.

Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) setelah Jepang

menyerah kepada Sekutu.

b. Organisasi Semimiliter

1. Hizbullah

Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang

dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo

Seinen Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :

1) Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain :

melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya.

membantu tentara Dai Nippon.

menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh.

menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.

2) Sebagai pemuda Islam dengan tugas

dan program, antara lain : menyiarkan

agama Islam, memimpin umat Islam

agar taat menjalankan agama Islam,

dan membela agama dan umat Islam

Indonesia.

2. Seinendan

Seinendan merupakan organisasi

pemuda yang dibentuk pada tanggal 29

April 1943, tepat pada hari ulang tahun

Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang bersifat semimiliter.

Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan.

Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih

pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan

sendiri. Namun, sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut

adalah untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan

bagi kemenangan perang Jepang.

Gambar 5. Seinendan

Sumber : http://novatyas.blogspot.com/

Page 13: Pendudukan jepang

Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia

antara 15-25 tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun.

Pada awalnya anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh

Jawa. Jumlah tersebut berkembang menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa

pendudukan Jepang.

3. Keibodan

Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan

dengan pembentukan Seinendan. Berbeda dengan Seinendan, dalam pembentukan

Keibodan tersebut tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar

tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis. Bahkan kaum nasionalis pada tingkat

bawah pun tidak mempunyai hubungan dengan Keibodan, karena badan ini langsung

ditempatkan di bawah pengawasan polisi.

Selain Jawa, kedua badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-daerah

yang berada di bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan

nama Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo Konan

Hokokudan.

Selain golongan

pemuda, juga

dilakukan

pengorganisasian

kaum wanita. Pada

bulan Agustus 1943

dibentuk Fujinkai

(himpunan wanita).

Usia minimum dari

anggota Fujinkai

adalah 15 tahun.

Wanita-wanita tersebut

juga diberikan latihan-

latihan militer.

4. Barisan Pelopor

Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter

ini dibentuk sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan

Pertimbangan Pusat. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya

yaitu R.P. Suroso, Otto Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo.

Gambar 6. Keibodan

Sumber : http://novatyas.blogspot.com/

Page 14: Pendudukan jepang

Tokoh nasionalis yang duduk dalam Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan

kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat nasionalisme di

kalangan para pemuda. Para pemuda dikerahkan untuk mendengarkan pidato para

tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-

kata untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para pemuda.

5. Fujinkai

Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Organisasi ini bertugas untuk

mengerahkan tenaga perempuan

turut serta dalam memperkuat

pertahanan dengan cara

mengumpulkan dana wajib. Dana

wajib dapat berupa perhiasan, bahan

makanan, hewan ternak ataupun

keperluan-keperluan lainnya yang

digunakan untuk perang.

D. Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan

Berikut ini usaha-usaha Jepang dalam mencapai Kemakmuran Bersama Asia Raya,

khususnya menyuplai kebutuhan industrialisasi Jepang.

1. Eksploitasi Alam

Pemerasan sumber alam yang dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia bisa dipakai

untuk mencapai cita-cita dan ambisi politiknya. Cara-cara tersebut antara lain:

a) Pemerintahan Jepang mengeluarkan peraturan untuk melakukan pengawasan

terhadap penggunaan dan peredaran sisa persediaan barang diperketat.

b) Semua harta benda dan perusahaan perkebunan milik orang Belanda disita dan

beberapa perusahaan vital seperti pertambangan, listrik, telekomunikasi dan

perusahaan transport langsung dikuasai pemerintah.

c) Jepang memonopoli penjualan hasil perkebunan teh, kopi, karet, dan kina.

Gambar 7. Fujinkai

Sumber : http://novatyas.blogspot.com/

Page 15: Pendudukan jepang

d) Jepang melancarkan kampanye penyerahan barang-barang dan menambah

bahan pangan secara besar-besaran. Kampanye ini menjadi tugas Jawa Hokokai

dan instansiinstansi lain.

e) Jenis perkebunan yang tidak berguna dibatasi, dimusnahkan, dan diganti dengan

tanaman bahan makanan seperti teh, kopi, tembakau yang diganti oleh tebu untuk

pembuatan gula.

f) Adanya peraturan pembatasan dan penguasaan alat produksi oleh pemerintah.

g) Bekas perkebunan tembakau, kopi dan teh dipakai untuk ditanami bahan

makanan.

h) Rakyat hanya diperbolehkan mempunyai 40% dari hasil pertaniannya, sedangkan

60% lainnya harus disetorkan kepada pemerintah Jepang dan lumbung desa.

i) Rakyat dibebani dengan pekerjaan tambahan yang besifat wajib seperti menanam

pohon jarak yang bisa digunakan untuk pelumas pesawat terbang dan senjata.

2. Eksploitasi Manusia (Romusha)

Pembentukan romusha ini dilatarbelakangi

oleh besarnya kebutuhan Jepang akan tenaga

kerja untuk membangun pertahanannya, seperti

gua, gudang bawah tanah, lapangan udara

darurat. Tenaga romusha ini diperoleh dari desa

di pulau Jawa yang padat penduduk.

Pada awalnya pengerahan tenaga kerja ini

bersifat sukarela, namun dalam pelaksanaannya,

pengerahan tenaga kerja ini dilaksanakan secara

paksa. Kehidupan para romusha sangat sulit,

mereka kelaparan, kesehatan mereka tidak dijamin, sehingga banyak romusha yang

meninggal.

Hal-hal di ataslah yang kemudian membuat rakyat takut dijadikan romusha.

Namun, untuk menghilangkan rasa takut tersebut, tahun 1943 Jepang menggelar

propaganda baru yaitu dikatakan sebagai prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja.

Propaganda baru Jepang ini menarik kembali rakyat untuk menjadi Romusha. Akan

tetapi kenyataannya tetap saja seperti keadaan yang sebelumnya. Para romusha ini

mendapatkan siksaan yang pedih.

Mereka bukan saja dikirim ke luar Jawa, tetapi juga ke luar negeri seperti Burma,

Thailand, Filipina, Malaya, dan Serawah. Masalah lain yang ada adalah menyangkut

kehidupan rakyat yaitu masalah sandang pada masa sebelum pecahnya perang.

Gambar 8. Romusha Sumber :

http://kumpulanbiografiindonesia.blogspot.com/

Page 16: Pendudukan jepang

Masalah ini tergantung pada impor Belanda. Dan pada masa Jepang, sandang untuk

masyarakat sangat kurang.

Untuk itu Jepang memerintahkan menanam kapas di berbagai daerah di Jawa,

Sumatera, Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan. Usaha pemintalan rakyat secara massal

didirikan dan rakyat dilatih untuk memintal. Percobaan untuk mencari ganti dengan

kapas diintensifkan. Masalah sandang yang parah pada waktu itu memaksa rakyat desa

untuk memakai pakaian dari karung goni atau bagor.

Selain romusha, bentuk penindasan dan penghisapan sumber daya manusia

Indonesia oleh Jepang adalah perekrutan pemuda-pemuda ke dalam organisasi militer

dan semi-militer buatan Jepang. Berbagai macam organisasi kemiliteran dibentuk agat

tersedianya tenaga-tenaga muda untuk membantu pasukan Jepang dalam Perang

Pasifik.

E. Perang Melawan Tirani

Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat di

beberapa tempat seperti:

1. Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Jepang yang Dipimpin Oleh Tengku Abdul

Djalil

Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari

Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk

membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940.

Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942

kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan

mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya

Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh. Awalnya

Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan

menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun

tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan

Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh

khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat

Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah

matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan

akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh

daerah Aceh.

Page 17: Pendudukan jepang

Perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintah pendudukan militer Jepang di

pimpin oleh Tengku Abdul Djalil. Ia seorang guru mengaji di Cot Pileng, yang tidak

mau tunduk dan patuh pada Jepang. Pihak Jepang berusaha membujuknya agar

berdamai tetapi usaha Jepang ditolak. Akhirnya, pada 10 November 1942, tentara

Jepang menyerbu Cot Pileng. Saat serbuan Jepang ketika itu, rakyat sedang

melaksanakan ibadah shalat subuh. Dengan berbebakal persenjataan: Pedang,

Kelewang, dan Rencong. Rakyat dapat memukul mundur pasukan Jepang

Lhokseumawe. Serangan kedua Jepang juga berhasil dipukul mundur. Barulah pada

serangan ketiga Jepang berhasil menguasai Cot Pileng.

Tengku Abdul Djalil dapat meloloskan diri, namun

akhirnya gugur tertembak saat melakukan shalat.

2. Perlawanan Rakyat Singaparna terhadap

Pemerintahan Jepang

Dengan adanya kependudukan militer Jepang di

Indonesia ternyata telah menimbulkan perlawanan dari

rakyat Indonesia. Perlawanan kepada militer Jepang

telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Adanya

perlawanan rakyat terhadap pihak Jepang disebabkan

pemerintahan Jepang telah belaku sewenang-

wenang.

Adapun salah satu perlawanan rakyat Indonesia

kepada pihak Jepang yaitu berasal dari Jawa Barat. Perlawanan rakyat Jawa Barat

khususnya rakyat Singaparna telah dipimpin oleh K. H. Zainal Mustafa. K. H. Zainal

Mustafa merupakan seorang pemimpin pesantren Sukamnah di Singaparna,

Tasikmalaya (Jawa Barat). Perihal yang melatarbelakangi perlawanan rakyat di daerah

Singaparna adalah karena pihak militer Jepang telah memaksa masyarakat Singaparna

untuk melakukan Seikeirei. Apakah Anda tahu apa itu Seikeirei ? Yah, Seikeirei

merupakan suatu upacara penghormatan kepada kaisar Jepang yang telah dianggap

dewa yaitu dengan cara membungkukan badan ke arah timur laut atau Tokyo.

Pemaksaan Jepang kepada rakyat Singaparna untuk melakukan upacara Seikeirei

telah membuat masyarakat geram, hal tersebut ditambah lagi dengan adanya larangan

dari K. H. Zainal Mustafa (pemimpin pondok pensantren) untuk masyarakat agar tidak

melakukan Seikeirei karena perbuatan tersebut sama saja perbuatan yang

mempersekutukan Tuhan. Oleh karena tersebut, K. H. Zainal Mustafa telah melakukan

upaya agar hal- hal yang tidak diinginkan tersebut dapat dihindari.

Adapun upaya yang dilakukan oleh K. H. Zainal Mustafa untuk menghindari

Gambar 9. KH. Zaenal Mustofa Sumber

: generasisalaf.wordpress.com

Page 18: Pendudukan jepang

masyarakatnya dari tindakan menyekutukan Tuhan tersebut yaitu dengan cara

menyuruh santri- santrinya untuk mempertebal keyakinannya atau keimannanya dan

bahkan ia pun mengajarkan bela diri silat.

Dengan melihat upaya masyarakat untuk tetap menolak kebijakan Jepang

tesebut, militer Jepang pun mengambil tindakan tegas. Tindakan tegas yang dimakud

adalah militer Jepang telah mengirimkan pasukannya pada tanggal 25 Februari 1944

untuk menyerang daerah Sukamnah dan untuk menangkap K. H. Zainal Mustafa.

Karena serangan yang mendadak yang telah dilakukan oleh militer Jepang , maka

perang antara dua pihak tersebut tidak dapat dihindarkan lagi. Namun, peperangan

tersebut dimenangkan oleh pihak Jepang. Hingga pada akhirnya, pihak Jepang berhasil

menangkap rakyat Singaparna dan mereka pun dimasukkan ke dalam tahanan di

daerah Tasikmalaya dan dipindahkan lagi ke Jakarta. Kemudian untuk, pemimpin

pesantren, K. H. Zainal Mustafa telah dijatuhi hukan mati dan ia pun dimakamkan di

Ancol , tetapi sekarang makamnya telah dipindahkan ke daerah Singaparna.

Kegagalan yang diperoleh oleh rakyat Indonesia yang berada dibawah pimpinan

K. H. Zaina Mustafa tersebut dikarenakan minimnya senjata yang mereka gunakan,

sedaangkan untuk pihak Jepang, mereka telah menggunakan senjata- senjata yang

lengkap dan modern. Dengan hal tersebutlah, kekalahan pun tidak dapat dielakkan lagi

oleh rakyat Singaparna.

3. Peristiwa Indramayu, April 1944

Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan

kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja

paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa

Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.

Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah

(Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi

kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.

4. Pemberontakan Teuku Hamid

Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton

pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan

November 1944.

Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan

membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut

Page 19: Pendudukan jepang

memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat

ditumpas.

Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten

Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun

(perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni

berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.

5. Perlawanan Pembela Tanah Air (PETA)

a. Perlawanan PETA di Blitar (Jawa Timur)

Pada tanggal 14 februari 1945, prajurit-prajurit PETA di Blitar di bawah pimpinan

Shodanco Supriyadi, melaksanakan perlawanan terhadap Jepang. Upaya yang

dilakukan Jepang untuk menghadapi perlawanan PETA di Blitar yakni dengan

menempatkan pasukan tentaranya yang dilengkapi

dengan tank-tank dan pesawat terbang.

Pada pertempuran itu, Shodanco Supriyadi

dibantu oleh Shodanco Muradi mulai terdesak oleh

pasukan Jepang, namun akhirnya Muradi menyerah

kepada serdadu Jepang.

b. Perlawanan PETA di Aceh (Nanggroe Aceh

Darussalam)

Pada bulan November 1944, meletus perlawanan

Aceh terhadap Jepang yang dipimpin oleh Teuku

Hamid. Meskipun masih berusia sekitar 20 tahun, tetapi

ia memiliki keberanian memimpin dua peleton pasukan Giyugun untuk melawan

Jepang dengan cara keluar dari asrama Giyugun di Jangka Buaya (Aceh), kemudian

membentuk markas pertahanan di lereng-lereng gunung. Melihat perlawanan ini,

pasukan Jepang bertindak cepat dengan cara menyandera dan mengancam akan

membunuh semua anggota keluarga Teuku Hamid jika ia tidak menyerah, akhirnya

Teuku Hamid pun terpaksa menyerah.

c. Perlawanan PETA di Gumilir (Cilacap, Jawa Tengah)

Perlawanan ini dipimpin oleh Khusaeri, seorang Budaneo (Komandan Regu).

Perlawanan ini cukup hebat, tetapi Kushaeri dan kawan-kawannya menyerah.

Pada bulan Juli 1944, kedudukan Jepang semakin terdesak oleh Sekutu. Karena

itu, Jepang memberikan kemerdekaan kepada beberapa negara di Asia yang

didudukinya seperti Birma dan Filipina. Indonesia pun juga dijanjikan akan diberi

kemerdekaan oleh Jepang melalui Jendral Koiso, rencananya pada tanggal 7

Gambar 10. Syudanco Supriyadi pemimpin PETA

Blitar Sumber : www.name-list.net

Page 20: Pendudukan jepang

September 1945. Pada tnaggal 15 Agustus 1945, bangsa Indonesia menerima kabar

tentang kekalahan Jepang dari Sekutu melalui Sultan Syahrir.

6. Perlawanan Rakyat di Irian Jaya

Perlawanan terjadi di beberapa daerah di Irian Jaya, antara lain sebagai berikut :

a. Perlawanan rakyat di Biak (1944)

Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan “Koreri” yang

berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang

diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut

rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang

meninggalkan Pulau Biak.

b. Perlawanan rakyat di Pulau Yapen Selatan

Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu

sudah mendekat maka memberi bantuan senjata kepada

pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod

dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti

rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah seorang

pemimpin gerilya yakni Silas Papare.

c. Perlawanan rakyat di Tanah Besar, daratan

Irian (Papua)

Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Irian Jaya,

terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu

sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.

F. Dampak Pendudukan Jepang Bagi Bangsa Indonesia

1. Bidang Politik

Gambar 11. Silas Papare

Sumber : wikipedia.org

Page 21: Pendudukan jepang

Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi politik tidak

dapat berkembang lagi. Bahkan pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan

segala bentuk kegiatan organisasi-organisasi, baik yang bersifat politik maupun yang

bersifat sosial, ekonomi, dan agama. Organisasi-organisasi itu dihapuskan dan diganti

dengan organisasi buatan )epang, sehingga kehidupan politik pada masa itu diatur

oleh pemerintah Jepang, walaupun masih terdapat beberapa organisasi politik yang

terus berjuang menentang pendudukan Jepang di Indonesia, yaitu MIAI dengan K.H.

Hasyim Asj’ari sebagai pimpinannya. Jepang juga melakukan pengawasan yang ketat

terhadap gerak-gerik para tokoh pergerakan terutama yang bersikap nonkooperatif

terhadap Jepang melalui polisi rahasia meraka yang disebut dengan Kempetai. Polisi

rahasia ini juga disebarkan ke tengah-tengah rakyat sehingga menimbulkan ketakutan.

Jepang menginterogasi, menangkap dan bahkan menghukum mati siapa saja yang

dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti Jepang tanpa proses pengadilan.

2. Bidang ekonomi

Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara imperialis,

tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan bangsa

Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerah-daerah

sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan

industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. Sehingga

aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang

oleh pemerintah Jepang.

3. Bidang pendidikan

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan berkembang

pesat dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah pendudukan

Jepang memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti

pendidikan pada sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Di samping itu,

bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara pada sekolah-sekolah serta

penggunaan nama-nama yang diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang

mengembangkan pendidikan yang luas pada bangsa Indonesia adalah untuk menarik

simpati dan mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia dalam menghadapi lawan-

lawannya pada Perang Pasifik.

Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa Indonesia berkebangsaan

Belanda) menya-takan bahwa tahun 1942 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa

Indonesia. Pada waktu itu, bahasa Belanda dilarang penggunaannya dan digantikan

Page 22: Pendudukan jepang

dengan penggunaan bahasa Indonesia. Bahkan sejak awal tahun 1943 seluruh tulisan

yang berbahasa Belanda dihapuskan dan harus diganti dengan tulisan berbahasa

Indonesia.Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, tetapi

telah diangkat menjadi bahasa resmi pada instansi-instansi pemerintah-an atau pada

lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Bahasa

Indonesia juga dijadikan sebagai bahasa penulisan yang tertuang pada hasil-hasil karya

sastra bangsa Indonesia. Sastrawan-sastrawan terkenal pada masa itu seperti Armijn

Pane dengan karyanya yang terkenal berjudul Kami Perempuan (1943), Djiiiak-djinak

Merpati, Hantu Perempuan (1944), Saran^ Tidak Berharga (1945) dan sebagainya.

Pengarang-pengarang lainnya seperti Abu llanifah yang memakai nama samaran El

Hakim dengan karya dramanya berjudul Taufan di atas Asia, Dewi Reni, dan Insan

Kamil. Pada masa pendudukan Jepang, banyak karya seniman Indonesia yang hanya

diterbitkan melalui surat kabar atau majalah dan setelah perang selesai baru diterbitkan

sebagai buku.

Sementara itu juga terdapat penyair terkenal pada zaman pendudukan Jepang

seperti Chairil Anwar yang kemudian mendapat gelar tokoh Angkatan 45. Karya-karya

Chairil Anwar menjadi lebih terkenal karena karyanya itu muncul pada awal revolusi

Indonesia, di antaranya yang berjudul Aku, Karawang-Bekasi dan sebagainya.

Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah memberikan

kebebasan kepada bangsa Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa pengantar, bahasa komunikasi, bahasa penulisan dan sebagainya.

4. Bidang kebudayaan

Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan

kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat ke arah

matahari terbit. Cara menghormat seperti itu merupakan salah satu tradisi Jepang

untuk menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari. Pengaruh

Jepang di bidang kebudayaan lebih banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang

seringkali dipakai untuk propa¬ganda. Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu

Jepang yang populer pada jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri dari buku "Sang

Pejuang dalam Gejolak Sejarah" menulis "kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-

kepercayaan yang sangat merintangi kemajuan kita, mulai berkurang. Bangsa kita yang

telah bertahun-tahun digembleng oleh penjajah Belanda untuk selalu 'nun inggih' kini

telah berbalik menjadi pribadi yang berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri dan

kekuatannya. Juga cara-cara menangkap ikan, bertani, dan lain-lain telah mengalami

pembaharuan-pembaharuan berkat didikan yang diberikan Jepang kepada bangsa

Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada waktu itu tidak secara sadar

Page 23: Pendudukan jepang

menginsafinya. Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan olahraga yang

dinamai Taiso, sangat baik untuk kesehatan mereka itu. Saya kira untuk kebiasaan

sehari-hari yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-anak sekolah maupun untuk para

pegawai atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah putih) serta pula

menyanyi-kan lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional merupakan kebiasaaan yang

diwariskan Jepang kepada bangsa Indonesia.

Bidang sosial Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat

sangat memprihatinkan. Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena sega-la

kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam

menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi rakyat dijadikan romusha (kerja paksa).

Sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan penyakit.

5. Bidang birokrasi

Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh kalangan militer, yaitu

dari angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Sistem pemerintahan atas

wilayah diatur berdasarkan aturan militer. Dengan hilangnya orang Belanda di

pemerintahan, maka orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki

jabatan yang lebih penting yang sebelumnya hanya bisa dipegang oleh orang Belanda.

Termasuk jabatan gubernur dan walikota di beberapa tempat, tapi pelaksanaannya

masih di bawah pengawasan Militer Jepang. Pengalaman penerapan birokrasi di Jawa

dan Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat lain. Namun, penerapan

birokrasi di daerah penguasaan Angkatan Laut Jepang agak buruk.

6. Bidang militer

Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki arti penting, khususnya dalam

bidang militer. Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan militer melalui

organisasi PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam PETA inilah yang nantinya

menjadi inti kekuatan dan penggerak perjuangan rakyat Indonesia mencapai

kemerdekaannya.