Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

28
Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi D - 1 DISTRIBUSI PENDUDUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA DAN STRUKTUR RUANG KOTA CIMAHI Hendra H., Fran S., Ati D.A., Fani D. I. PENDAHULUAN Penduduk merupakan individu atau sekelompok orang atau masyarakat yang tinggal disuatu daerah atau wilayah baik bersifat legal maupun ilegal.Legal atau illegal disini mengarah kepada dipenuhi syarat administrasi suatu daerah atau negara sehingga keberadaannya diakui secara sah.Jumlah penduduk disuatu daerah dipengaruhi oleh tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi. Tingkat fertilitas menunjukan jumlah invidu yang lahir pada kurun periode tertentu yang dipengaruhi oleh jumlah usia subur, pendidikan dan kesehatan. Mortalitas atau kematian menunjukan jumlah individu yang meninggal pada kurun periode tertentu, sama halnya dengan fertilitas tingkat kematian dipengaruhi oleh jumlah usia lanjut usia dan kesehatan. Migrasi suatu daerah menunjukan jumlah individu yang keluar atau masuk ke suatu daerah, banyak hal yang mempengaruhi tingkat migrasi diantaranya ketersediaan sumber daya alam, sosial, ekonomi, politik dan pembangunan infrastruktur (Yasin, 1981). Faktor-faktor pembentuk pola dan struktur keruangan suatu kota bervariasi dari waktu ke waktu, terutama kota-kota di Indonesia terkait dengan perkembangan sejarahnya, mulai dari masa pra kolonial, kolonial dan pasca-kemerdekaan. Bentuk kota Indonesia yang ada telah dipengaruhi oleh berbagai kekuatan antara lain: politik, ekonomi, sosial dan budaya yang diwariskan oleh masyarakat selama beberapa kurun waktu. Lingkungan alam, perilaku masyarakat, kontribusi ideologi dan budaya asing telah ikut membentuk struktur kota di Indonesia dari masa ke masa (Heryanto, 2011). Kota Cimahi mengalami berbagai perkembangan pola dan struktur keruangan kota, dimana pada masa kolonial bentuk kota sangat dipengaruhi oleh keadaan pada masa itu. Kota Cimahi direncanakan sebagai pusat konsentrasi kekuatan militer kolonial, oleh karena itu dibangunlah pusat pendidikan militer, pusat pelatihan militer, peradilan militer (Krijgsraad) dan fasilitas penunjang lainnya seperti rumah sakit militer, rumah tahanan militer dan lapangan-lapangan hijau sebagai tempat prajurit dilatih fisik dan mental. Setelah masa kemerdekaan, perkembangan sosial dan ekonomi sangat mempengaruhi perkembangan pola dan struktur ruang Kota Cimahi. Pertambahan dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi menjadi faktor dominan terhadap perkembangan pola dan struktur keruangan Kota Cimahi. Semakin banyak dan padatnya penduduk menyebabkan tekanan terhadap lahan meningkat sehingga menyebabkan tumbuhnya permukiman di beberapa tempat.Sebagian besar permukiman mengikuti jaringan jalan yang ada, dan sebagian lagi membuka lahan-lahan baru untuk permukiman diarea lahan pertanian atau disepanjang sempadan sungai. Pusat-pusat kegiatan juga mulai berkembang di beberapa titik seiring dengan perkembangan jaringan jalan dan pertumbuhan penduduk. Dengan adanya pembangunan infrastruktur baru terutama pembangunan jalan tol dan jaringan jalan baru, memicu tumbuhnya kawasan permukiman dan pusat-pusat kegiatan baru. Pertumbuhan penduduk suatu daerah sering menjadi persoalan yang serius.Banyak dampak yang diakibatkan dari pertumbuhan penduduk diantaranya ketersediaan pangan, air bersih, pemukiman, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.Pertumbuhan penduduk yang tidak diantisipasi secara serius dapat berakibat kepada ketidaknyamanan, kesemrawutan, kriminalitas dan turunnya kualitas lingkungan tempat individu itu tinggal.Untuk mengatasi hal tersebut perlu peran pemerintah agar dampak-dampak tersebut diatas tidak menjadi masalah yang rumit dikemudian hari. Tulisan ini ditulis untuk memberikan gambaran umum tentang pertumbuhan penduduk di kota Cimahi, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, pengaruh terhadap pola dan struktur ruang, permasalahan dan solusi untuk mengatasi dampak akibat pertumbuhan penduduk. Secara garis besar tulisan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I, merupakan pendahuluan, bab II mengenai profil kota Cimahi yang memberikan gambaran secara geografis dan ekonomi kota Cimahi, bab III memberikan gambaran tentang sejarah pembentukan kota Cimahi, bab IV menjelaskan tentang pertumbuhan penduduk di kota Cimahi dan distribusinya serta faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kota Cimahi dan pengaruhnya terhadap struktur dan pola ruang kota. Bab V menguraikan tentang dampak pertumbuhan penduduk dan permasalahan yang timbul akibat pembangunan di kota Cimahi sertasolusi dan alternatif intervensi pemerintah terhadap masalah akibat pertumbuhan penduduk, dan terakhir bab VI merupakan kesimpulan dari tulisan ini. Berdasarkan uraian diatas secara garis besar perkembangan struktur dan pola ruang kota Cimahi sangat dipengaruhi oleh profil dan sejarah pembentukan kota. Profil kota mempengaruhi pemilihan lokasi untuk industri, permukiman dan pertanian. Sedangkan sejarah kota Cimahi mempengaruhi struktur dan pola ruang meliputi jaringan jalan, sistem infrastruktur, pusat-pusat kegiatan (pusat kegiatan militer dan pusat perdagangan barang dan jasa) dan perkembangankawasan diantaranya kawasan militer, kawasan industridan kawasan lindung. Pada perkembangannya banyak masalah-masalah yang timbul akibat dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota. Untuk itu perlu

Transcript of Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Page 1: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 1

DISTRIBUSI PENDUDUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA DAN STRUKTUR RUANG KOTA CIMAHI

Hendra H., Fran S., Ati D.A., Fani D.

I. PENDAHULUAN

Penduduk merupakan individu atau sekelompok orang atau masyarakat yang tinggal disuatu daerah atau wilayah baik bersifat legal maupun ilegal.Legal atau illegal disini mengarah kepada dipenuhi syarat administrasi suatu daerah atau negara sehingga keberadaannya diakui secara sah.Jumlah penduduk disuatu daerah dipengaruhi oleh tingkat fertilitas,

mortalitas dan migrasi. Tingkat fertilitas menunjukan jumlah invidu yang lahir pada kurun periode tertentu yang dipengaruhi oleh jumlah usia subur, pendidikan dan kesehatan. Mortalitas atau kematian menunjukan jumlah individu yang meninggal pada kurun periode tertentu, sama halnya dengan fertilitas tingkat kematian dipengaruhi oleh jumlah

usia lanjut usia dan kesehatan. Migrasi suatu daerah menunjukan jumlah individu yang keluar atau masuk ke suatu daerah, banyak hal yang mempengaruhi tingkat migrasi diantaranya ketersediaan sumber daya alam, sosial, ekonomi, politik dan pembangunan infrastruktur (Yasin, 1981).

Faktor-faktor pembentuk pola dan struktur keruangan suatu kota bervariasi dari waktu ke waktu, terutama kota-kota di Indonesia terkait dengan perkembangan sejarahnya, mulai dari masa pra kolonial, kolonial dan pasca-kemerdekaan. Bentuk kota Indonesia yang ada telah dipengaruhi oleh berbagai kekuatan antara lain: politik, ekonomi, sosial dan

budaya yang diwariskan oleh masyarakat selama beberapa kurun waktu. Lingkungan alam, perilaku masyarakat, kontribusi ideologi dan budaya asing telah ikut membentuk struktur kota di Indonesia dari masa ke masa (Heryanto, 2011).

Kota Cimahi mengalami berbagai perkembangan pola dan struktur keruangan kota, dimana pada masa kolonial bentuk kota sangat dipengaruhi oleh keadaan pada masa itu. Kota Cimahi direncanakan sebagai pusat konsentrasi kekuatan

militer kolonial, oleh karena itu dibangunlah pusat pendidikan militer, pusat pelatihan militer, peradilan militer (Krijgsraad) dan fasilitas penunjang lainnya seperti rumah sakit militer, rumah tahanan militer dan lapangan-lapangan hijau sebagai tempat prajurit dilatih fisik dan mental. Setelah masa kemerdekaan, perkembangan sosial dan ekonomi

sangat mempengaruhi perkembangan pola dan struktur ruang Kota Cimahi. Pertambahan dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi menjadi faktor dominan terhadap perkembangan

pola dan struktur keruangan Kota Cimahi. Semakin banyak dan padatnya penduduk menyebabkan tekanan terhadap lahan meningkat sehingga menyebabkan tumbuhnya permukiman di beberapa tempat.Sebagian besar permukiman mengikuti jaringan jalan yang ada, dan sebagian lagi membuka lahan-lahan baru untuk permukiman diarea lahan

pertanian atau disepanjang sempadan sungai. Pusat-pusat kegiatan juga mulai berkembang di beberapa titik seiring dengan perkembangan jaringan jalan dan pertumbuhan penduduk. Dengan adanya pembangunan infrastruktur baru terutama pembangunan jalan tol dan jaringan jalan baru, memicu tumbuhnya kawasan permukiman dan pusat-pusat kegiatan baru.

Pertumbuhan penduduk suatu daerah sering menjadi persoalan yang serius.Banyak dampak yang diakibatkan dari pertumbuhan penduduk diantaranya ketersediaan pangan, air bersih, pemukiman, ketenagakerjaan, pendidikan,

kesehatan dan infrastruktur.Pertumbuhan penduduk yang tidak diantisipasi secara serius dapat berakibat kepada ketidaknyamanan, kesemrawutan, kriminalitas dan turunnya kualitas lingkungan tempat individu itu tinggal.Untuk mengatasi hal tersebut perlu peran pemerintah agar dampak-dampak tersebut diatas tidak menjadi masalah yang rumit

dikemudian hari. Tulisan ini ditulis untuk memberikan gambaran umum tentang pertumbuhan penduduk di kota Cimahi, faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan penduduk, pengaruh terhadap pola dan struktur ruang, permasalahan dan solusi untuk mengatasi dampak akibat pertumbuhan penduduk. Secara garis besar tulisan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I, merupakan pendahuluan, bab II mengenai profil kota Cimahi yang memberikan gambaran secara

geografis dan ekonomi kota Cimahi, bab III memberikan gambaran tentang sejarah pembentukan kota Cimahi, bab IV menjelaskan tentang pertumbuhan penduduk di kota Cimahi dan distribusinya serta faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kota Cimahi dan pengaruhnya terhadap struktur dan pola ruang kota. Bab V menguraikan tentang

dampak pertumbuhan penduduk dan permasalahan yang timbul akibat pembangunan di kota Cimahi sertasolusi dan alternatif intervensi pemerintah terhadap masalah akibat pertumbuhan penduduk, dan terakhir bab VI merupakan kesimpulan dari tulisan ini.

Berdasarkan uraian diatas secara garis besar perkembangan struktur dan pola ruang kota Cimahi sangat dipengaruhi oleh profil dan sejarah pembentukan kota. Profil kota mempengaruhi pemilihan lokasi untuk industri, permukiman dan pertanian. Sedangkan sejarah kota Cimahi mempengaruhi struktur dan pola ruang meliputi jaringan jalan, sistem

infrastruktur, pusat-pusat kegiatan (pusat kegiatan militer dan pusat perdagangan barang dan jasa) dan perkembangankawasan diantaranya kawasan militer, kawasan industridan kawasan lindung. Pada perkembangannya banyak masalah-masalah yang timbul akibat dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota. Untuk itu perlu

Page 2: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 2

dilakukan intervensi oleh Pemerintah kota Cimahi untuk membuat perencanaan dan langkah-langkah yang tepat guna mengantisipasi dampak-dampak tersebut.

II. PROFIL KOTA CIMAHI

Profil kota Cimahi memiliki pengaruh yang besar terhadap distribusi penduduk dan permasalahan yang terjadi sekarang. Profil kota Cimahi secara garis besar dapat dilihat berdasarkan kondisi geografis dan fisik dasarnya. Kondisi geografis dan fisik dasar, memberikan gambaran bahwa wilayah kota Cimahi memiliki potensi rawan bencana yang cukup besar.

Adapun bencana yang rawan yang sering terjadi di Kota Cimahi diantaranya adalah erosi tanah dengan tingkat kepekaan agak peka terutama di Kelurahan Cipageran, dan tingkat kepekaan tidak peka yang terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Cimahi. Sedangkan kawasan bencana lainnya yaitu kawasan rawan gerakan tanah di bagian utara Kota Cimahi dan

kawasan rawan aliran lahar di bagian timur laut Kota Cimahi. Potensi bencana lain yang sering terjadi yaitu banjir di wilayah Kecamatan Cimahi Selatan sebagai bagian kawasan cekungan bandung.

2.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi

Kota Cimahi merupakan kota otonom, berdiri pada tanggal 21 Juni 2011, secara geografis, kota Cimahi terletak diantara

1070 30’30’’ BT – 107034’ 30’’ dan 6050’ 00’’ – 60 56’ 00’’ Lintang Selatan. Berdasarkan ketinggiannya, secara rata-rata kota Cimahi berada pada ketinggian 700 sampai dengan 1.075 meter dari permukaan laut.Luas Kota Cimahi secara keseluruhan mencapai 4.025,73 Ha meliputi, Kecamatan Cimahi Utara yang terdiri atas 4 kelurahan (83 RW dan 418 RT); Cimahi Tengah, 6 kelurahan (107 RW dan 413 RT); dan Cimahi Selatan terdiri dari 5 kelurahan(111 RW dan 628

RT). Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air rata-rata 3.830 l/dt, dengan anak sungainya

yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masingmasing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata air yang terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt).

Dilihat dari batas-batas adminitrastif berdasarkan UU no. 9 tahun 2001 maka kota Cimahi terletak diantara Kab, Bandung, Kab, Bandung Barat dan Kota Bandung,dengan rincian batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat

- Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo, dan Kecamatan

Andir Kota Bandung - Sebelah Selatan : Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung dan Kecamatan Margaasih Kabupaten

Bandung

- Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang dan Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat

Gambar 1. Peta Batas Administrasi Kota Cimahi

Sumber : Laporan Akhir Materi Teknis Rencana Tata Ruang dan Wilayah kota Cimahi, 2010

Pembatas secara fisik bagian-bagian wilayah kota, yaitu antara lain : - Jalur jalan tol Padaleunyi dan Baros-Pasteur,

Page 3: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 3

Jalan tol Padaleunyi membelah wilayah Kecamatan Cimahi Selatan, berupa over-pass yang terletak di Cibeber, Leuwigajah/Utama, dan Cibodas; serta under-passyang terletak di kawasan militer (depan kompleks Brigif 15).

Jalan tol ruas Baros-Pasteur membelah wilayah Kecamatan Cimahi Tengah dan sebagian Kecamatan Cimahi Selatan berupa over-pass diJalan Akses Tol Baros, serta under-pass di Kelurahan Cigugur Tengah dan di tepi rel kereta api.

- Jalur jalan rel kereta api, Jalan rel kereta api membelah wilayah Kecamatan Cimahi Tengah, dengan pintu perlintasan masing-masing di Jl Sriwijaya-Jl.RS Dustira, Jl.Gatot Subroto-Jl.Raya Baros, dan Jl.Bp.Ampi (depan Pusdikpom).

- Sungai Cimahi di bagian utara. Sungai Cimahi di bagian utara memisahkan wilayah Kecamatan Cimahi Utara, yaitu Kelurahan Citeureup di satu sisi dan Kelurahan Cibabat di sisi lainnya. Kedua kelurahan ini dihubungkan melalui jalan raya.

Keberadaan pembatas fisik tersebut menyebabkan adanya segmentasi ruang wilayah sehingga pada bagian-bagian tertentu antara kawasan yang satu dengan yang lainnya tidak ada akses atau sangat lemah aksesnya.

2.2 Kondisi Fisik Dasar Kota Cimahi

Kondisi fisik dasar kota Cimahi secara garis besar dipegaruhi oleh kemiringan lereng, curah hujan, tingkat erodibilitas, dan kondisi geologi.

Gambar 2. Profil Fisik Dasar kota Cimahi

Sumber : Laporan Akhir Materi Teknis Rencana Tata Ruang dan Wilayah kota Cimahi, 2010

Kemiringan lereng di kota Cimahi cukup bervariasi, dengan variasi sebagai berikut: - Kemiringan Lereng 0–8 %, menunjukan daerah yang relatif datar. Total luas daerah yang memiliki kemiringan

lereng 0 – 8 % di wilayah Kota Cimahi adalah 3.601,75 ha, terletak di sebagian wilayah Kecamatan Cimahi

Tengah dan Cimahi Selatan. - Kemiringan Lereng 8–15 %, menunjukan daerah perbukitan landai. Total luas daerah yang memiliki kemiringan

lereng 8 – 15 % ini di wilayah Kota Cimahi adalah 216,07 ha, terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Cimahi

Tengah dan Utara. - Kemiringan Lereng 15–25 %, menunjukan daerah perbukitan sedang. Total luas daerah yang memiliki kemiringan

lereng 15 – 25 % ini di wilayah Kota Cimahi adalah 144,15 ha.

- Kemiringan Lereng 25 – 40 %,menunjukan daerah perbukitan sedang. Total luas daerah yang memiliki kemiringan lereng ini di wilayah Kota Cimahi adalah 89,07 ha.

- Kemiringan Lereng > 40 %,menunjukan daerah perbukitan terjal. Total luas daerah yang memiliki kemiringan

lereng ini di wilayah Kota Cimahi adalah 22.68 ha.

Page 4: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 4

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng

Sumber Laporan Akhir Materi Teknis Rencana Tata Ruang dan Wilayah kota Cimahi, 2010

Kondisi curah hujan di kota Cimahi sangat tinggi berkisar antara 2000-5000 mm/thn. Curah hujan merupakan potensi

besar untuk kota Cimahi dalam hal penyediaan sumber daya air. Secara hidrogeologi, karakteristik wilayah Kota Cimahi sebagai berikut : - Daerah aliran langka, potensi mata air langka dengan daerah penyebaran di Kecamatan Cimahi Selatan seluas

553,02 ha dan di sebagian kecil wilayah Kecamatan Cimahi Tengah seluas 3,73 ha. - Akuifer produktif di wilayah Kecamatan Kecamatan Cimahi Selatan seluas 855,12 ha, Kec. Cimahi Tengah seluas

1.303,15 ha, dan Kecamatan Cimahi Utara seluas 713,51 ha.

Tingkat erodibilitas merupakan tingkat kemungkinan terjadinya erosi atau longsor pada tanah. Secara geografis tingkat erodibilitas Kota Cimahi terbagi atas tingkat erodibilitas ringan dan sedang dengan rincian sebagai berikut :

- Tingkat Erodibiltas Ringan Lahan dengan tingkat erodibiltas ringan menunjukkan bahwa daerah ini secara umum relatif aman dari bahaya longsor atau pergerakan tanah. Secara umum tersebar merata di seluruh wilayah kecamatan dengan luas total

3.545,35 ha. - Tingkat Erodibiltas Sedang

Tingkat erodibilitas sedang relatif kurang aman dan cenderung dapat terjadi pergerakan tanah atau longsor. Kondisi tanah di wilayah Kota Cimahi dengan tingkat erodibilitas sedang terdapat di wilayah Kecamatan Cimahi

Selatan, Kecamatan Cimahi Utara dan di sebagian kecil wilayah Kecamatan Cimahi Tengah. III. SEJARAH PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI : MASA KOLONIALISME

Kawasan Kota Cimahidan sekitarnya sudah mulai tumbuh sebagai wilayah yang hidup setidaknya sejak abad 17. Kemungkinan besar pada masa itu wilayah Cimahi dan sekitarnya menjadi kawasan perkebunan yang subur dan ramai

oleh transaksi perdagangan hasil bumi. Salah satu bukti yang menunjukkan keberadaan perkebunan berikut transaksi ekonomi yang mengikutinya adalah mata uang kuno yang tersimpan di Museum Bank Indonesia.Mata uang tersebut terbuat dari bahan bambu dan kemungkinan mata uang tersebut hanya berlaku di cimahi dan wilayah perkebunan di

sekitarnya. Pada masa kolonialisme, pembangunan dikota Cimahi dimulai pada tahun 1811, dimana pada saat itu Gubernur Jendral

Herman Willem Daendels memerintahkan pembangunan jalan dari jalan Anyer sampai Panarukan. Jalan yang melintasi kota Cimahi tersebut sekarang dinamakan jalan Jenderal Amir Machmud yang sebelumnya bernama jalan Raya Cibabat Cimahi. Awal pembangunan kota Cimahi dimulai dari pembangunan loji atau pos tempat pengawasan para pekerja dan

tempat peristirahatan pejabat-pejabat disana.Loji tersebut pada perkembangannya sampai saat ini menjadi pusat kegiatan (alun-alun kota Cimahi) dimana pada lokasi tersebut berdiri masjid agung, gedung DPR, taman dan pusat-pusat perbelanjaan.

Page 5: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 5

Selain pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, faktor pendorong awal pembentukan kota Cimahi yaitu pembangunan rel kereta api Bandung-Cianjur pada tahun 1874. Rel kereta api dibangun untuk mengangkut logistik dan

persediaan keperluan militer belanda pada saat itu. Berdasarkan lokasinya yang strategis diantara jalan Anyer-Panarukan dan rel kereta api Bandung-Cianjur, sekarang Cimahi Tengah, dilokasi ini dimulai pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan militer diantaranya stasiun (Stasiun Cimahi, 1884), fasilitas militer (Pusat Pendidikan Militer tahun

1886, Pengadilan militer, “Krijssard”, pabrik senjata dan instalasi militer lainnyatahun 1887) dan rumah sakit (Rumah Sakit Dustira (1887).

Gambar 4. Stasiun Cimahi (Kiri) dan Markas Militer (Kanan) Pada Masa Kolonialisme

Sumber : http://.../anjangsana.ke.stasiun.militer.cimahi.html dan http://.../cimahi « Infakop.htm

Pembangunan instalasi-instalasi militer di Kota Cimahi pada masa itu lebih kepada fungsi pertahanan untuk mengantisipasi ancaman dari dalam daripada serbuan dari luar.Selain di Kota Cimahi.Pemerintah kolonial belanda juga mendirikan instalasi-instalasi militer di Magelang dan Malang (kota-kota militer pada masa itu disebut sebagai Kota

Garnisun).Ketika pemerintah kolonial Belanda merencanakan pemindahan pusat pemerintahan dari Batavia ke Bandung, Kota Cimahi menjadi bagian integral dari rencana persiapan pembangunan ibukota pemerintahan yang baru.Cimahi direncanakan sebagai pusat konsentrasi kekuatan militer kolonial.Untuk mendukung rencana ini, pemerintah kolonial

Belanja memindahkan pabrik senjata, Artillerie Constructie Winke, dari Surabaya ke Cimahi pada akhir abad-19.

Gambar 5. Peta Cimahi Tahun 1934

(Sumber :http ://Cimahi.Cimahikota.go.id)

Perkembangan kota Cimahi pada masa perang dunia mengalami beberapa kali pemindahan kekuasaan. Menjelang Perang Dunia ke-II, pemerintah kolonial menetapkan Kota Cimahi sebagai pusat pelatihan militer bagi pribumi yang

rencananya akan dikirim untuk menghadapi ancaman perang di pasifik. Setelah kekalahan Belanda oleh Jepang, Pemerintah Jepang meneruskan pola pemerintahan Belanda yaitumenjadikan kota Cimahi sebagai pusat pendidikan bagi para instruktur militer (Seimen Dojo) yang akan dididik untuk melatih para pemuda Indonesia. Ketika Belanda kembali

ke Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, Kota Cimahi kembali digunakan sebagai basis persiapan bagi militer NICA. Ditempat ini didirikan School tot Opleiding voor Parachusten atau Sekolah untuk Pasukan Parasait (Baret Merah) yang siswa-siswanya kelak menjadi pasukan garda depan dalam Agresi Militer ke-II di Jogjakarta.

Jl. Anyer Penarukan

Pusat Pendidikan militer

Jalur

Kereta Api

Loji/Pos Penjagaan

Page 6: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 6

Pemilihan wilayah Cimahi Tengah sebagai pusat konsentrasi militer disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : - Dilalui oleh akses rel kereta api dan jalan raya

- Memiliki sumber daya air yang cukup karena dilalui oleh sungaidengan debit yang cukup tinggi. - Dekat dengan lapangan terbang (sekarang Bandara Husein Sastranegara) dimana logistik dan persenjataan serta

bahan bakar didistribusikan.

IV. PENDUDUK DAN PERKEMBANGAN KOTA CIMAHI

4.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Cimahi pada tahun ke tahun terus menerus mengalami peningkatan.Selain dari faktor kelahiran, jumlah penduduk kota Cimahi dipengaruhi oleh migrasi penduduk. Banyak faktor yang mempengaruhi migrasi penduduk diantaranya yaitu pembangunan infrastruktur jalan (1811), rel dan stasiun kereta api (1887), pembangunan kawasan

militer dan industri sertaperubahan politik yang berkembang pada saat itu. Faktor lain yang mendorong cepatnya perkembangan penduduk di kota Cimahi yaitu akibat pengaruh perubahan status kota Cimahi dari sebuah kelurahan menjadi kecamatan (1935), kewedaan (1962), kota Administratif (Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1975), dan

terakhir menjadi kotamadya pada tahun 2001 (UU no. 129 tahun 2001). Perubahan status tersebut secara langsung mendorong pembangunan fasilitas-fasilitas baru sehingga menambah daya tarik penduduk untuk melakukan migrasi ke kota Cimahi.

Tabel 1. Tabel Jumlah Penduduk

Tahun Jumlah Penduduk Luas Kepadatan Penduduk

Pertumbuhan Penduduk

1970 143.113 3.937 36,35

1971 148.566 3.937 37,74 3,81%

1972 150.732 3.937 38,29 1,46%

1973 151.620 3.937 38,51 0,59%

1974 157.357 3.937 39,97 3,78%

1975 172.071 3.937 43,71 9,35%

1976 189.453 3.937 48,12 10,10%

1977 191.569 3.937 48,66 1,12%

1981 243.137 3.937 61,76 -

1996 350.781 3.937 89,10 -

1998 351.437 3.937 89,27 -

1999 370.211 3.937 94,03 5,34%

2002 452.390 4.023 112,45 -

2003 483.242 4.023 120,12 6,82%

2004 496.060 4.023 123,31 2,65%

2005 509.189 4.023 126,57 2,64%

2006 524.751 4.023 130,44 3,06%

2007 536.743 4.023 133,42 2,28%

2008 551.216 4.023 137,02 2,69%

2009 566.220 4.023 140,75 2,72%

2010 581.686 4.023 144,59 2,73%

Sumber :Badan Pusat Statistik kota Cimahi, 1970-2010

Jumlah penduduk kota Cimahi seperti terlihat pada tabel 1 diatas, daritahun 1970 sampai dengan tahun 2010 tampak mengalami peningkatan. Penduduk kota Cimahi pada tahun 1970 sebesar 143.113 jiwa dan mencapai angka 581.686 jiwa pada tahun 2010 atau meningkat empat kali lipat, dengan kepadatan penduduk pada tahun iniyaitu sebesar 144,59

jiwa/ha. Laju pertumbuhan penduduk kota rata-rata kota Cimahi dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 yaitu sebesar 2,06%.Laju pertumbuhan penduduk kota Cimahi tertinggi pada tahun 1976 (10,1%), dengan jumlah migrasi sebesar 7.651 jiwa dan kelahiran 7.063 jiwa. Besar kemungkinan pertumbuhan penduduk yang tinggi ini akibat dari

perubahan status Cimahi menjadi kota administratif. Ketersediaan lahan di kota Cimahi yang terbatas mengakibatkan banyaknya hunian-hunian baru dengan tingkat

kepadatan tinggi sehingga memberikan dampak kepada penurunan kualitas hunian. Tingkat hunian yang padat di kota Cimahi mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan sehingga memudahkan penyebaran penyakit-penyakit menular,seperti penyakit TBC yang akhir-akhir ini menjadi masalah kesehatan utama di kota Cimahi.

Page 7: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 7

Gambar 6. Cimahi dalam kontek Rencana Tata Ruang Provinsi 2005-2025

Sumber :Laporan Akhir Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi, 2005

Cimahi dalam konteks tata ruang provinsi Jawa Barat termasuk dalam wilayah pengembangan Cekungan Bandung (Wilayah Pembangunan III). Arahan wilayah pengembangan Cekungan Bandung adalah sebagai pusat industri,

perdagangan dan jasa, serta pendidikan tinggi berskala nasional maupun internasional. Cimahi dalam konteks wilayah Bandung Metropolitan Area berfungsi untuk pengembangan permukiman dan industri, yang sekaligus diidentifikasikan sebagai kawasan yang tumbuh pesat. Dengan demikian penetapan status kota Cimahi tersebut dapat mendorong

pertumbuhan penduduk yang pesat. 4.2 Pola Pergerakandan Distribusi Penduduk

Distribusi penduduk di kota Cimahi mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2, dimana menggambarkan perubahan distribusi penduduk di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Tengah, Kecamatan

Cimahi Selatan dan Kecamatan Cimahi Utara. Jumlah penduduk di Cimahi selatan pada tahun 1976, mendudukiperingkat terakhir dengan jumlah penduduk 46.681 jiwa, untuk kemudian menjadi peringkat pertama pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk sebanyak 247.414 jiwa. Sedangkan Cimahi Tengah begeser dari peringkat pertama(93.953 jiwa)

menjadi peringkat kedua (179.714 jiwa), Cimahi Utara dari peringkat kedua (48.419 jiwa) menjadi peringkat ketiga (154.558 jiwa). Faktor yang mempengarui distribusi penduduk ini, diantaranya perkembangan perekonomian, sosial dan politik yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.

Tabel 2. Distribusi Penduduk kota Cimahi

No. Tahun Cimahi Selatan Cimahi Tengah Cimahi Utara

Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan

1 1976 46.681 27,56 93.953 55,46 48.819 28,82

2 1977 47.610 28,11 94.687 55,90 49.272 29,09

3 1981 81.241 48,01 106.931 63,20 54.965 32,49

4 1996 134.437 79,45 121.848 72,01 94.496 55,85

5 1998 136.043 80,40 121.564 71,85 93.830 55,46

6 1999 155.908 92,14 120.894 71,45 93.409 55,21

7 2002 195.167 115,35 145.551 86,02 111.672 66,00

8 2003 211.460 124,98 151.545 89,57 120.237 71,06

Page 8: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 8

No. Tahun Cimahi Selatan Cimahi Tengah Cimahi Utara

Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan

9 2004 213.608 126,25 159.419 94,22 123.033 72,71

10 2005 218.567 129,18 163.084 96,39 127.538 75,38

11 2006 224.028 132,40 168.239 99,43 132.484 78,30

12 2007 229.637 135,72 169.484 100,17 137.622 81,34

13 2008 235.409 139,13 172.790 102,12 143.017 84,53

14 2009 241.335 142,63 176.225 104,15 148.660 87,86

15 2010 247.414 146,23 179.714 106,21 154.558 91,35

Sumber : BPS Kab. Bandung dan Kota Cimahi, 1976-2010

Perkembangan perekonomian, sosial dan perubahan politik di kota Cimahi sangat mempengaruhi pergerakan penduduk. Pada masa kolonialisme pergerakan penduduk cenderung memusat yaitu di wilayah Cimahi Tengah, hal ini disebabkan pada saat itu, karakteristik kota Cimahi yang kuat sebagai pusat pendidikan militer. Migrasi penduduk dari luar umumnya

terdiri dari anggota militer yang akan melaksanakan pendidikan di kota Cimahi. Interaksi sosialdan pernikahan dengan warga setempatmenyebabkan pertumbuhan penduduk di wilayah Cimahi Tengah semakin tinggi..

Selain dipusat militer, pergerakan penduduk sebelum tahun 1981, masih berada di sekitar wilayah Cimahi Tengah yaitu disepanjang jalan utama (jalan Nasional) dan stasiun rel kereta api. Pada area disepanjang jalan dan stasiun rel kereta api ini mulai berdiri kios-kios dan perumahan warga. Faktor pemilihan lokasi ini lebih disebabkan untuk memperoleh

akses yang mudah terhadap sarana transportasi yaitu untuk mendukung mobilitas barang dan jasa. Pada perkembangannya setelah tahun 1981, sebagai dampak dari berdirinya kawasan industri,pergerakan penduduk

mulai bergerak kearah Cimahi Selatan. Pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena adanya migrasi penduduk untuk bekerja di kawasan Industri dan pembangunan permukiman-permukiman baru untuk tempat tinggal para pekerja. Pertumbuhan penduduk ini meningkat drastis setalah tahun 1996, dimana pada saat itu jumlah industri mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Ketersediaan lahan yang terbatas di wilayah Cimahi Tengah sebagai kawasan militer, dan semakin berkurangnya lahan di Cimahi Selatan akibat pembangunan industri dan permukiman, serta sering terjadinya bencana banjir, mendorong

perubahan pergerakan penduduk menuju wilayah Cimahi Utara. Pembangunan pusat pemerintahan di Cimahi Utara pada tahun 2004, merupakan salah satu daya tarik yang

mempercepat terjadinya perubah pola pergerakan penduduk menuju Cimahi Utara. Akibat pertumbuhan penduduk ini banyak dampak yang ditimbulkan yaitu masalah ketersediaan air, dimana Cimahi Utara merupakan wilayah konservasi air, dan masalah longsor akibat kondisi geografis Cimahi Utara yang landai dan perubahan peruntukan lahanuntuk

permukiman di area sempadan sungai dan perbukitan. Pada gambar 7 dibawah ini menjelaskan perubahan pola pergerakan berdasarkan periode tertentu. Pada era

kolonialisme pergerakan penduduk berada di sekitar kawasan militer dan disepanjang jalur kerata api dan jalan raya. Tahun 1981, ketika kota Cimahi ditetapkan sebagai kawasan industri, pergerakan berubah menuju wilayah Selatan. Dan pada tahun 2004, sebagai dampak dari semakin mahalnya lahan, potensi banjir, dan kualitas lingkungan yang buruk

akibat limbah industri di Cimahi Selatan, pergerakan penduduk berubah menuju wilayah Cimahi Utara. Pada 2010 sampai sekarang, pergerakan penduduk masih tinggi di wilayah Cimahi Utara dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,39%. Sedangkan di wilayah Cimahi Tengah pergerakan penduduk mengalami penurunan yaitu sebesar

1,35%, hal ini disebabkan oleh keterbatasan lahan di wilayah Cimahi Tengahakibat permukiman dan kawasan militer.

Page 9: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 9

Gambar 7. Peta Pergerakan Penduduk pada Periode Tertentu

4.3 PengaruhPerkembangan Ekonom terhadap Distribusi Penduduk

Pada awal pembentukan kota Cimahi yaitu pada abad ke-17 sampai dengan 1980, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Cimahi masih didominasi oleh sektor pertanian. Sejak dibangunnya kawasan industri pada tahun 1981 di

Cimahi Selatan dan berdirinya industri-industri kreatif di Cimahi Tengah dan Cimahi Utara,terjadi perubahan kontribusi PDRB dari semula pertanian menjadi industri.Perubahan ini tampak signifikanpada akhir tahun 1996, dimana jumlah industri mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu dari 32 perusahaan (1981) menjadi sebanyak 132 perusahaan (1996) dengan kontribusi sektor industri terhadap PDRB sebesar 50,81%.

Pembangunan kawasan industri di Cimahi Selatan tidak terlepas dari beberapa pertimbangan, hal ini sesuaidengan teori lokasi yang berkembang (Djojodipuro, 1992). Pertimbangan penetapan wilayah Cimahi Selatan sebagai kawasan Industri

antara lain : - Ketersediaan sumber daya air, dimana wilayah Cimahi Selatan tepat berada di wilayah cekungan Bandung. - Akses kawasan industri terhadap jaringan jalan, dimana jarak antara jalan akses menuju kawasan Industri

dengan jalan Nasioanal sejauh ±500 m’. - Kawasan industri kota Cimahi dilalui oleh jalur jalan yang menghubungkan kawasan agropolitan di Cimahi Utara

dengan kawasan industri di Kota Soreang.

- Jarak kawasan industri dengan kota Bandung (ibukota Provinsi Jawa Barat) yang relatif pendek sejauh ±10 km. - Pada saat itu lahan yang tersedia di Cimahi Selatan sangat luas, jumlah penduduk di Cimahi Selatan cukup sedikit

dan harga lahan masih murah.

Page 10: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 10

Gambar 8. Jarak Relatif Cimahi dan Kota Lain

Sumber :Laporan Akhir Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi, 2005

Pembangunan kawasan Industri di Cimahi Selatan merubah pola distribusi penduduk yang semula berpusat di wilayah

Cimahi Tengah bergeser ke wilayah Cimahi Selatan. Pembangunan kawasan Industri di wilayah Cimahi Selatan memicu arus migrasi dari luar ke dalam kota. Kebutuhan tenaga kerja dan pemilihan lokasi yang dekat dengan kawasan industri mendorong terjadinya pembangunan permukiman-permukiman baru. Dampak lain dari bertambahnya jumlah penduduk

dan permukimanmendorong perhatian pemerintah untuk menyediakan fasilitas-fasilitas baru diantaranya pendidikan, kesehatan (rumah sakit) dan pusat perdagangan.

Dari tabel 2, distribusi penduduk kota Cimahi, tanpak adanya pergeseran jumlah penduduk pada tahun 1996, hal ini dapat dimengerti karena pada tahun tersebut terjadi pertumbuhan industri yang cukup pesat. Perubahan pola

penggunaan lahan pertanian dan perubahan jumlah penduduk dari tahun 1981 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

1.a) Jumlah Industri (unit perusahaan) 1.b) Jumlah Penduduk (jiwa)

Page 11: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 11

1.c) Luas Area Sawah (Hektar)

Grafik 1. Perkembangan Jumlah Industri, penduduk dan luas area sawah di kota Cimahi Dari grafik tanpak ada pergeseran jumlah penduduk di masing-masing wilayah kota Cimahi dari yang semula rendah

menjadi tinggi. Di kecamatan Cimahi Selatan dimana terjadi penambahan jumlah industri, laju pertumbuhan penduduk semakin tinggi, hal ini dapat dilihat pada perubahan jumlah penduduk pada tabel 1.b. Pada tahun 1997, jumlah penduduk di Cimahi Selatan melebihi jumlah penduduk di Cimahi tengah.Pembangunan kawasan industri mempercepat

pertumbuhan jumlah pendudukbaik karena adanya migrasi pekerja dari luarmaupunangka kelahiran. Pertambahan jumlah industri di ketiga kecamatan tersebut mengakibatkan penurunan luas area lahan untuk pertanian, terutama di wilayah Cimahi Selatan, luas area pertanian turun secara drastis akibat adanya konvensi lahan untuk permukiman dan

industri. Perubahan luas area untuk persawahan akibat pembangunan kawasan industri dapat dilihat pada grafik 1.c.

Industri utama yang berkembang di kota Cimahi terdiri dari industri tekstil, kimia, alat transportasi, logam dan makanan. Industri tekstil lebih banyak dibandingkan industri lainnya. Beberapa faktor yang menyebabkan kenapa industri tekstil lebih berkembang diantaranya:

- Tekstil merupakan kebutuhan dasar sehingga memiliki area pasar yang cukup luas - Produk yang dihasilkan tahan lama, mudah diangkut, ringan dan tidak berbahaya - Sumber daya air di Cimahi Selatan menunjang untuk proses produksi - Tidak memerlukan keahlian khusus, sehingga ketersediaan tenaga kerja cukup banyak dan dapat dibayar dengan

upah yang rendah. - Teknologi tekstil pada tahun 1996 sedang berkembang dan mudah diperoleh. Berikut adalah distribusi sektor industri di kota Cimahi pada tahun 2010 (sumber BPS kota Cimahi) :

- Industri Tekstil 79,68% - Pupuk, kimia dan barang dari karet 17,03% - Alat angkutan, mesin dan peralatan 1,68%

- Logam Dasar dan Baja 1,18% - Makanan Minuman dan Tembahau 0,20% - Lainnya 0,22%

Tabel 3 Distribusi PDRB Kota Cimahi Atas Dasar Harga Berlaku

No Lapangan Usaha

Distribusi PDRB Kota Cimahi (%)

2007 2008 2009

1 Pertanian 0,15 0,15 0,15

2 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00

3 Industri 60,54 59,78 59,5

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,55 3,33 3,27

5 Bangunan 7,19 7,13 7,33

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,50 19,11 19,28

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,74 1,77 1,75

8 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan

2,14 2,21 2,27

9 Jasa-Jasa 5,6 5,23 6,45

Sumber BPS kota Cimahi, 2007-2009

Page 12: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 12

Berdasarkan tabel 3 diatas, distribusi PDRB tertinggi kota cimahi yaitu pada sektor industri kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran. Penurunan yang terjadi pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 akibat adanya

beberapa perusahaan industri tekstil yang beralih kesektor non industri yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Perubahan dari sektor industri ke sektor perdagangan disebabkan karena ketidakmampuan bersaing dengan produk impor yang berasal dari China dan adanya rencana perubahan arah pembangunan kota Cimahi dari pusat industri

menjadi pusat perdagangan barang dan jasa.Perkembangan sektor ekonomi dikota Cimahi telah mengalami perubahan yang cepat dari sektor pertanian ke sektor industri. Tabel berikut menunjukan periode dimana terjadi perubahan sektor basis di kota Cimahi dari pertanian menjadi industri pengolahan. Dari tabel dapat dilihat pada periode antara tahun

1975-1996, distribusi PDRB kota Cimahi lebih didominasi oleh sektor Industri. Pada periode itu juga, jumlah industri mengalami kenaikan pesat sebanyak 116 perusahaan di Cimahi Selatan, 40 perusahaan di Cimahi Tengah dan 11 Perusahaan di Cimahi Utara.

Tabel 4 Perubahan Sektor Utama Kota Cimahi per Periode

TAHUN PDRB % SEKTOR

1974 36,09 Pertanian

1975 36,20 Pertanian

1996 50,81 Industri Pengolahan

1998 56,93 Industri Pengolahan

1999 56,21 Industri Pengolahan

2002 65,80 Industri Pengolahan

2003 65,80 Industri Pengolahan

2004 64,00 Industri Pengolahan

2005 61,90 Industri Pengolahan

2006 62,13 Industri Pengolahan

2007 60,50 Industri Pengolahan

2008 59,80 Industri Pengolahan

2009 59,50 Industri Pengolahan

Sumber : BPS kota Cimah, 1974-2009

Pada tahun 2009, Laju Perturnbuhan Ekonomi (LPE) sebesar 4,61 % turun dari tahun sebelumnya yang semula 4,77% (2008) dan 5,03% (2007). LPE kota Cimahi dipengaruhi oleh kinerja sektor Industri. Pada tahun 2008 dan 2009, kinerja sektor industri mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan beberapa industri tekstil mengalami penurunan produktivitas

akibat maraknya inpor dan pesaingan yang ketat. Di sepanjang tahun 2009 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau total Nilai Tambah Bruto yang dihitung Atas Dasar Harga Berlaku di Cimahi mencapai Rp. 11.680,51 milyar, atau mengalami peningkatan 9,00 persen dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp. 10.716,29 milyar. Untuk PDRB

atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mengalami peningkatan 4,61 persen , yaitu dari Rp. 5.908,71 milyar di tahun 2008 menjadi Rp. 6.180,40 milyar pada tahun 2009.

Tabel 5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Cimahi

No URAIAN 2007 2008 2009

I PRIMER 1,02 4,17 4,29

1 Pertanian 1,02 4,17 4,29

2 Pertambangan dan Penggalian - - -

II SEKUNDER 4,36 3,85 3,93

3 Industri 4,19 3,88 3,67

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,48 1,86 5,38

5 Bangunan 5,46 4,75 5,67

III TERSIER 6,78 7,09 6,25

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,06 7,49 6,82

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,13 5,18 4,77

8 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan 9,84 10,21 7,22

9 Jasa-Jasa 5,6 5,23 4,4

IV PDRB 5,03 5,23 4,61

Sumber : BPS kota Cimahi, 2007-2009

Page 13: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 13

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pola pergerakan penduduk di kota Cimahi sangat

dipengaruhi oleh perubahan dan pertumbuhan sektor ekonomi dari sektor pertanian ke sektor Industri. Selain faktor pemilihan lokasi yaitu berdasarkan pemilihan sumber daya alam dan potensi manusia sebagaimana dijelaskan diatas, juga dipengaruhi oleh kebijakan Kepala Daerah Kabupaten Bandung yang menetapkan Cimahi sebagai kawasan industri

ketika kota Cimahi masih berstatus kota adminitratif dan penetapan kota Cimahi sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional dengan pusat pengembangan sektor industri, jasa dan pendidikan pada Rencana Jangka Panjang Provinsi Jawa Barat setelah kota Cimahi berubah setatus menjadi kotamadya.

4.4 Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Distribusi Penduduk

Masyarakat kota Cimahi merupakan masyarakat yang heterogen baik ras, agama, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Penetapan kota Cimahi sebagai pusat pendidikan militer dan markas militer mempengaruhi perkembangan sosial di kota Cimahi. Anggota militer yang ikut program pendidikan di kota Cimahi berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Sebagian

dari mereka menikah dan berumah tangga dengan masyarakat setempat. Selain karena faktor pendidikan, pembangunan fasilitas militer berupa rumah-rumah dinas ikut mendorong perkembangan sosial di kota Cimahi.

Sebelum pembangunan kawasan Industri sebagaimana dijelaskan sebelumnya, laju pertumbuhan penduduk di wilayah Cimahi Tengah lebih tinggi dibandingkan di wilayah Cimahi Selatan dan Utara. Selain dari penetapan Cimahi Tengah sebagai kawasan militer, juga di karenakan fasilitas-fasilitas dan sarana prasarana di Cimahi Tengah telah lengkap di bandingkan wilayah lainnya, diantaranya rumah sakit (RS Cibabat [1943], RS Mitra Kasih [1988]), universitas (Unjani

[1990]), jalan tol (Tol Padaleuny [1992]), pasar [Ps. Atas [1994]. Ps. Antri [2003]), supermarket (Samudera Mall[2002], Yogya[2008],Cimahi Mall[2008] ), dan gedung Cimahi Cyber City. Fasilitas yang ada di Cimahi Selatan sangat minimum selain dari gedung pemerintah dan industri hanya terdapat pasar (Ps. Rancabentang dan Ps. Cimindi) dan rumah sakit

(RS. MAL), selebihnya adalah perumahan. Cimahi Utara fasilitas yang ada hanya terdiri dari gedung pemerintahan, tempat rekreasi, perusahaan air minum dan permukiman.

Setelah pembangunan kawasan Industri, laju pertumbuhan penduduk di wilayah Cimahi Selatan semakin cepat. Untuk mengantisipasi ini pemerintah kemudian memfokuskan pembangunan infrastuktur di Cimahi Selatan. Pada perkembangannya jumlah fasilitas yang ada di Cimahi Selatan khususnya di infrastruktur publik lebih banyak di

bandingkan di wilayah lain. Fasilitas-fasilitas yang dibangun diantaranya tempat peribadatan, sekolah, dan unit layanan kesehatan. Infrastruktur lain yang dibangun untuk menunjang kegiatan masyarakat diantaranya pembangunan pasar Cimindi dan jembatan layang Cimindi guna mengurangi kemacetan di persimpangan jalan Cimindi dengan jalan Nasional

(jalan Amir Machmud). Grafik 2. Dibawah menunjukan perkembangan fasilitas pendidikan di kota Cimahi dan jumlah perubahan jumlah anak

putus sekolah. Pada tahun 2004-2009 seperi tampak pada grafik 2.a, jumlah Sekolah Dasar mengalami penurunan. Bebarapa sekolah dibubarkan karena tidak layak dari sisi infrastruktur dan jumlah muridnya yang terlalu sedikit. Sekolah-sekolah SD yang dibubarkan lebih didominasi oleh sekolah swasta. Beberapa sekolah SD negeri pada rentang tahun ini juga dilebur. Pemerintah mengurangi jumlah SD untuk mengurangi beban biaya pemeliharaan sekolah yang terlalu

tinggi, dan lebih fokus pada upaya untuk meningkatkan kualitas infrastruktur sekolah, fasilitas tambahan dan jumlah ruang kelas. Untuk taman kanak-kanak dan SMA jumlahnya terus bertambah. Perubahan jumlah TK dan SMA menunjukan perubahan komposisi penduduk berdasarkan umur.

2.a) Jumlah Fasilitas Pendidikan 2.b) Jumlah Anak Putus Sekolah

Grafik 2. Perkembangan Fasilitas Pendidikan dan Anak Putus Sekolah

Page 14: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 14

Grafik 2.b menunjukan jumlah anak perkembangan anak putus sekolah dari tahun ketahun. Ada kecenderungan jumlah anak putus sekolah mengalami pertumbuhan. Ada tiga faktor kemungkinan yang menjadi penyebab utama semakin

bertambahnya jumlah anak putus sekolah selain pertambahan jumlah penduduk diantaranya faktor ekonomi, fasilitas sekolah yang kuang memadai, dan sistem pendidikan.

Selain dibangunnya fasilitas pendidikan, untuk melayani kebutuhan penduduk yang heterogen, pemerintah menambah jumlah fasilitas keagamaan. Tabel berikut menunjukan perkembangan fasilitas keagamaan di kota Cimahi berdasarkan wilayahnya. Dari tabel diketahui bahwa mayoritas penduduk kota Cimahi adalah beragama islam. Agama islam

sebagaimana diketahui merupakan agama mayoritas di negera Indonesia, hal inilah yang menyebabkan kenapa jumlah fasilitasnya lebih banyak dibandingkan agama lain. Bila dilihat perkecamatan. Kecamatan Cimahi Selatan dengan jumlah penduduk paling tinggi, jumlah fasilitasnya lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya.

Tabel 6 Jumlah Fasilitas Peribadatan di kota Cimahi per Kecamatan

Sumber : BPS kota Cimahi, 2010

Aspek sosial yang paling penting selain dari pendidikan dan keagamaan yaitu masalah kesehatan dan ketenagakerjaan.

Dilihat dari aspek kesehatan, kota Cimahi dengan kepadatan penduduk yang tinggi rentan terhadap penyakit menular diantaranya TBC.Cimahi Selatan walaupun jumlah penduduknya banyak, tingkat kepadatan huniannya tidak terlalu tinggi dibandingkan di Wilayah Cimahi Tengah dan Utara. Tingkat kepadatan hunian yang tinggi ditambah dengan kualitas

lingkungan yang buruk rentan terhadap penularan penyakit. Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan kota Cimahi, jumlah pengidap TBC di kota Cimahi bertambah menjadi490 pasien dari jumlah sebelumnya sebanyak 235 pasien. Untuk mengantisipasi tingginya angka penyakit TBD pemerintah berusaha membangun komunikasi dengan masyarakat

mengenai masalah TBC diantaranya mengenali gejala, dampak dan pencegahannya. Indikator harapan hidup kota Cimahi mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Pada periode ini

terjadi peningkatan yang sigifikan jumlah rumah tangga yang berobat ke Puskesmas. Hal ini menunjukan telah terjadi perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan infrastruktur unit layanan kesehatan.

Grafik 3. Angka Harapan Hidup kota Cimahi 2007-2009

Sumber : BPS kota Cimahi, 2007-2009

Page 15: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 15

Dilihat dari aspek ketenagakerjaan, berdasarkan pertumbuhan sektor ekonomi di kota Cimahi, sektor industri merupakan

sektor dimana penyerapan jumlah tenaga kerjanya cukup tinggi, yaitu sebesar 36,16%. Hal ini sesuai dengan struktur ekonomi kota Cimahi dimana sektor industri merupakan penyumbang tertinggi pembentukan PDRB sebesar 59,5%. Jumlah pencari kerja di kota Cimahi mengalami kenaikan sebesar 10.174 orang atau naik sebesar 5,34% dari tahun

sebelumnya yang berjumlah 9.658 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan jumlah pencari kerja terbanyak adalah tingkat pendidikan SMA sebesar 51,14% diikuti tingkat pendidikan S1 dan D3. Tingginya jumlah pencari kerja dengan tingkat pendidikan SMA sesuai dengan jumlah penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi

seperti tergambar dalam grafik 2.b diatas.

4.a) Pencari kerja Berdasarkan Pendidikan 4.b) Penyerapan Tenaga Kerja per Sektor

Grafik 4. Persentase Pencari Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Sumber : BPS kota Cimahi, 2010

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi penduduk kota Cimahi sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan interaksi sosial. Penduduk dengan jenjang pendidikan tinggi cenderung memilih bertempat tinggal di Cimahi Selatan, dimana di wilayah ini lebih banyak menyediakan lapangan kerja dibandingkan di wilayah lainnya, sedangkan penduduk dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, berasal dari suku-suku diluar pulau jawa, lebih banyak

tinggal di Cimahi Tengah, dimana di wilayah ini lebih banyak ditempati oleh pendatang yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan baik di perguruan tinggi maupun di pusat pendidikan militer. Adapun penduduk di wilayah Cimahi Utara lebih didominasi oleh masyarakat pendatang yang bekerja di luar kota Cimahi seperti Kota Jakarta, Kota Bandung dan Kab.

Bandung Barat, hal ini sebagai dampak dari perkembangan Kota Bandung dan Kab Bandung Barat serta pembangunan infrastuktur transportasi khususnya jalan tol.

4.5 Pengaruh Perkembangan Politik terhadap Distribusi Penduduk Selain perkembangan perekonomian dan sosial penduduk, pola pergerakan penduduk dan distribusi penduduk sangat

dipengaruhi oleh perkembangan politik yang terjadi di kota Cimahi pada saat itu. Secara garis besar perkembangan politik di kota Cimahi dapat diuraikan sebagai berikut : - Tahun 1811-1888 ataumasa kolonialisme. Perkembangan politik pada saat itu lebih berfokus kepada upaya untuk

meningkatkan pertahanan militer dari serangan dalam. Pada masa inilah awal pembentukan kota Cimahi. Pergerakan Penduduk terkonsentrasi disekitar pusat-pusat kegiatan militer dan disepanjang jalan Anyer Panarukan dan jalur rel kerata api.

- Tahun 1935, Cimahi ditetapkan sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung. Perubahan statusCimahi menjadi kecamatan mendorong pemerintah untuk membangun fasilitas baru seperti gedung Kecamatan, gedung kelurahan dan fasilitas layanan publik lainnya. Pergerakan penduduk mulai berkembang kearah luar, namun masih berada disekita wilayah Cimahi Tengah, terutama alun-alun Cimahi dimana kantor kecamatan berdiri.

- Tahun 1962. Cimahi ditetapkan menjadi sebuah kewedaan dengan 4 kecamatan : Cimahi, Padalarang, Batujajar dan Cipatat. Perubahan status ini mengakibtkan perubahan struktur ruang kota Cimahi. Pada tahun ini fasilitas-fasilitas baru mulai dibangun dan sistem jaringan jalan mulai berkembang yang menghubungkan keempat

kecamatan tersebut. - Tahun 1975, Cimahi ditingkatkan menjadi kota Administratif, dengan tiga Kecamatan, Cimahi Selatan, Cimahi

Utara dan Cimahi Tengah. Kebijakan politik yang berkembang pada saat itu menetapkan arah pembangunan

masing-masing kecamatan dimana Cimahi Selatan ditetapkan sebagai sentral industri, Cimahi Tengah ditetapkan sebagai sentral militer dan Cimahi Utara ditetapkan sebagai sentral pertanian. Penetapan Cimahi Selatan sebagai sentral industri berakibat kepada perubahan distribusi penduduk. Perubahan status ini mendorong pembangunan

fasilitas-fasilitas baru oleh pemerintah untuk mendukung kegiatan pelayanan publik. - Tahun 2001 (desentralisasi). Cimahi ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya. Perubahan status ini merubah

wajah kota Cimahi secara total dari kota kumuh menjadi kota yang bersih, hal ini dibuktikan dengan diperolehnya

Page 16: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 16

penghargaan adipura periode 2008-2009. Fokus kota Cimahi pada saat ini yaitu merubah sektor ekonomi dari sektor industri ke sektor perdagangan khususnya dibidang informasi dan teknologi. Sejak berdirinya kantor

pemerintah dan taman rakyat pada tahun 2004. Pergerakan penduduk mulai bergerak kearah Cimahi Utara dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Infrastuktur kota Cimahi mengalami perkembangan pesat setelah menjadi kota otonom.

4.6 Perkembangan Pola dan Struktur Ruang kota Cimahi

Secara umum perkembangan Pola dan Struktur Ruang Kota Cimahi dapat digolongkan dalam tiga masa, yaitu Kota Cimahi adalah sebagai kota Militer (pada masa kolonial 1811-1887), Kota Cimahi sebagai Kota Industri (pada masa kemerdekaan 1981-1996), dan kota Cimahi sebagai Kota jasa dan industri kreatif pada era reformasi tahun 2001-

sekarang. Perkembangan Kota Cimahi dari masa ke masa sangat mempengaruhi perubahan pola dan struktur ruang Kota Cimahi.

- Kota Cimahi Sebagai Pusat Pendidikan Militer, era kolonialisme (1811-1887) Perkembangan awal Kota Cimahi tidak Terlepas dari pembentukan Kota Bandung oleh pemerintahan kolonial Hindia

Belanda pada tahun 1810 sebagai kawasan permukiman. Untuk menghubungkan Kota Bandung dengan Kota lain seperti Kota Bogor dan Jakarta dibangunlah infrastruktur jalan yang mengubungkan kedua daerah ini. Infrastruktur jalan yang menhubungkan Bandung dengan Kota Bogor yang melewati Kota Cimahi menjadi awal terbentuknya Kota Cimahi. Setelah pembangunan Jalan Anyer Penarukan pemerintahan kolonial Hindia Belanda membangun sebuah loji atau pos

penjagaan ditengah-tengah pusat Kota Cimahi sekarang. Selain infrastruktur jalan pemerintahan Hindia Belanda juga membangun jaringan kareta api yang menhubungkan antara

Kota Bandung dengan Jakarta. Jaringan kereta api ini melintasi wilayah Cimahi Tengah, melihat posisi strategis Kota Cimahi yang dilintasi oleh dua jalur perhubungan ini maka pada tahun 1886 dibangun pusat pendidikan militer. Pada masa ini perkembangan pola dan struktur Kota Cimahi sangat dipengaruhi oleh keberadaan pusat militer. Untuk

menunjang kegiatan pusat pendidikan militer dibangun Rumah Sakit Dustria, pengadilan militer, pabrik senjata dan instalasi militer lainnya. Selain itu area permukiman juga terbentuk mengikuti keberadaan Jalan Anyer Penarukan dan di sekitar pusat pendidikan militer.

Gambar 9 dibawah, menunjukan pusat pedagangan barang dan jasa (CBD) tepat berada disebelah utara kawasan militer.Pada area ini, semula ditujukan untuk pusat peristirahatan dan loji.Pada perkembangannya, tempat dijadikan

pusat perdagangan oleh masyarakat setempat. Selain sebagai pusat perdagangan pada area ini juga dibangun tempat hiburan (Bioskop Rio) .Bangunan heritage ini, telah berubah fungsi menjadi kios.

Gambar 9. Struktur dan Pola Ruang kota Cimahi (1811-1187)

Page 17: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 17

- Kota Cimahi Sebagai Kawasan Industri, era Kemerdekaan(1981- 1996) Pada tahun 1981 berdiri kawasan industri yang awalnya hanya berjumlah 32 perusahaan. Pertumbuhan industri mengalami perkembangan pesat sekitar tahun 1996 dimana jumlah industri meningkat sebanyak 132 perusahaan.

Perkembangan Kota Cimahi sebagai kawasan industri baru ini membuat perubahan yang cukup signifikan terhadap jumlah dan distribusi penduduk, kondisi sosial ekonomi, dan pola dan struktur ruang Kota Cimahi.Perkembangan kawasan industri di Kota Cimahi sangat mempengaruhi struktur perekonomian Kota Cimahi.

Menurut Athur O’Sullivan dalam bukunya Urban Economics, 2009, pertimbangan pemilihan lokasi industri atau manufaktur adalah berdasarkan kedekatan dengan infrastruktur jalan raya atau jalan lingkar kota. Selain itu ada tiga

prinsip lokasi industri menurut Rawstron dalam Smith (1970) bahwa terdapat tiga prinsip pembatas pemilihan lokasi industri: pembatas fisik, pembatas ekonomi, dan pembatas teknik.

Lokasi pembangunan kawasan industri di Kota Cimahi sangat dipengaruhi oleh sarana perhubungan dan kondisi goegrafis serta pertimbangan ekonomi. Pertimbangan pemilihan lokasi industri berada di selatan Kota Cimahi karena pada lokasi ini dekat dengan jalan arteri (Jalan Amir mahmud dan jalan Tol serta jalur kereta api selain itu lokasi ini

secara geografis lebih landai dibandingkan dengan lokasi lain di Kota Cimahi dan biaya tenaga kerja di Kota cimahi pada waktu itu lebih murah dibandingkan dengan kota lainnya seperti Bandung. Pekembangan Kota Cimahi sebagai kota industri membuat kota ini mengalami urbanisasi dari pekerja sektor industri.

Jumlah penduduk penduduk meningkat cukup signifikan dari tahun1981 sampai tahun 1996. Peningakatan tertinggi terjadi pada tahun 1996, dimana jumlah penduduk Kota Cimahi yang sebelumnya berjumlah 234.137 jiwa menjadi 350.781 jiwa. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan jumlah industri di Kota ini. Peningkatan penduduk yang cukup

tinggi mengakibatkan perkembangan kawasan-kawasan permukiman baru dan fasilitas lainnya disekitar kawasan industri untuk para pekerja sektor ini.

Gambar 10. Struktur dan Pola Ruang kota Cimahi (1981-1996)

- Kota Cimahi Sebagai Kawasan Jasa, era Reformasi (2001-2011)

Perkembangan industri pada tahun 1997 mengalami penurunan cukup tajam, dimana banyak industri mengalami kebangkrutan karena dipengaruhi oleh dampak krisis ekonomi. Hal ini mengakibatkan sektor industri tidak lagi dapat menjadi sektor utama ekonomi kota. Rencana Struktur ekonomi berbasis pada industri teknologi informasi

mengakibatkan pembangunan beberapa fasilitas untuk mendukung program tersebut yang berpengaruh pada pola penggunaan lahan Kota Cimahi. Pembangunan gedung Cimahi Cyber City berlokasi pada kawasan rencana CBD baru yang berlokasi dekat dengan akses jalan Tol.

Page 18: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 18

Sebelumnya Perkembangan pola dan struktur Kota Cimahi juga dipengaruhi oleh pembangunan fasilitas perkantoran untuk pemerintahan daerah otonom baru kota Cimahi. Pusat pemerintahan Kota Cimahi dibangun di sebelah utara dari

pusat kota sekarang. Pembangunan pusat pemerintahan baru ini mengakibatkan pembangunan permukiman baru di sekitar pusat pemerintahan.

Pola dan struktur ruang yang terbentuk pada saat sekarang ini dipengaruhi keberadaan kegiatan pusat militer, industri, pemukiman, dan kawasan konservasi. Bagaimana proses pembentukan dan perubahan pola dan struktur ruang dari masa-masa telah dijelaskan diatas. Pusat militer berlokasi ditengah-tengah kota yang berdekatan dengan CBD Kota

Cimahi, Kawasan industri berlokasi di Selatan Kota Cimahi yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan akses transportasi, untuk pemukiman penyebarannya merata hampir disemua Kota Cimahi mengikuti pusat-pusat kegiatan yang ada di kota ini, sedangkan untuk kawasan konservasi/lindung berada di bagian utara dan selatan Kota Cimahi karena kondisi

kemiringan lokasi ini cukup tinggi.

Gambar 11. Struktur dan Pola Ruang kota Cimahi (2001-2011)

Berdasarkan kondisi eksisting kota Cimahi pada tahun 2009, dapat diketahui bahwa struktur ruang eksisting di Kota Cimahi, pusat pelayanan utama memiliki kecendrungan berorientasi pada suatu ruas jalan utama yaitu Jalan Amir Machmud dengan konsentrasi kegiatan sebagai kawasan pusat pemerintahan, jasa, komersial dan pendidikan. Perkembangan pusat pelayanan diruas jalan Amir Machmud terutama kegiatan komersial dan jasa terdapat disepanjang

ruas jalan Amir Machmud tersebut. Di Kecamatan Cimahi Tengah tepatnya di Kelurahan Baros, pada tahun 2010-2030, arah perkembangan wilayah Cimahi

Tengah ditujukan untuk menjadi pusat perdagangan barang dan jasa baru dimana di wilayah ini dibangun pusat komersial, permukiman, pendidikan, dan industri baru yang bergerak di bidang informasi teknologi. Program pemerintah yang telah dilaksankan dan sedang dalam pengembangan yaitu melakukan kerjasama dengan investor yang bergerak

dibidang pengembangan software dan permukiman vertikal. Letaknya yang berdekatan dengan pintu tol Baros, diharapkan dapat membantu akses dan mobilitas arus barang dan jasa, sehingga kedepannya arus perdagangan barang dan jasa ini cukup ramai sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah kota Cimahi dibidang perdagangan dan

industri. Dari gambar 11 dibawah ini dapat dilihat arah rencana pengembangan kota Cimahi. Sesuai dengan motto kota Cimahi

yaitu ”Cimahi Cyber City”. Kota Cimahi khususnya wilayah Cimahi Tengah direncanakan sebagai pusat kegiatan perdagangan software di provinsi Jawa Barat. Adapun Cimahi Selatan tetap menjadi pusat kawasan industri.

Page 19: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 19

Gambar 12. Rencana Pengembangan kota Cimahi (2010-2030)

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum kota Cimahi, 2010

Tabel 7. Arahan Penggunaan Lahan untuk CBD Baru

(Sumber : Lap. Akhir Materi Teknis RTRW Cimahi)

Hirarki Kota Lokasi Konsentrasi

Kegiatan

Pusat Pemerintahan

Cihanjuang Pusat Pemerintahan Kota Cimahi

Pusat Kegiatan

Primer

Cimahi Tengah (sepanjang koridor

jalan Amir Machmud dan kawasan ruas

Jalan Gandawijaya)

Komersial, Perkantoran,

Pendidikan

Pusat Kegiatan Sekunder 1

Cimahi Tengah (Baros)

Industri, Komersial, Permukiman, Pendidikan

Pusat Kegiatan Sekunder 2

Cimahi Tengah (Pasar Atas)

Komersial Skala Kecil dan Permukiman

Page 20: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 20

Gambar 13. Sistem Jaringan Jalan Kota Cimahi Sumber Dinas Pekerjaan Umum kota Cimahi, 2010

Page 21: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 21

Struktur jaringan jalan Kota Cimahi terdiri dari beberapa tingkatan jalan yang berfungsi untuk menghubungkan pusat

kegiatan yang ada di Kota Cimahi itu sendiri maupun menghubungkan kegiatan yang ada diluar Kota Cimahi. Struktur jaringan jalan yang ada di Kota Cimahi: Jalan Nasional (Jalan Amir mahmud) yang menghubungkan Kota Cimahi dengan Kota Bandung dan Cianjur, Jalan Provinsi yang menghubungkan pusat kegiatan yang ada di lembang (kab. Bandung

Barat), soreang (Kab.Bandung) dan Kota Cimahi. Jalan Kota, jalan kota menghubungkan seluruh wilayah yang ada di kota Cimahi.Gambar 13 dan tabel 8 dibawah ini menunjukan sistem jaringan jalan yang ada dikota Cimahi.

Tabel 8.

Sumber :Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimah, 2010

V. PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN Perkembangan kota Cimahi akibat urbanisasi dan pembangunan fasilitas-fasilitas baru baik untuk permukiman,

perdagangan dan industri berdampak kepada terganggunya keseimbangan lingkungan, diantaranya bencana alam (banjir dan longsor), penyakit dan polusi (polusi tanah, air dan udara). Berdasarnya kecenderungan yang terjadi di kota Cimahi, maka permasalahan utama yang dihadapi oleh pemerintah pada saat ini yaitu :

1. Kepadatan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk kota Cimahi cukup pesat, sebagaimana dijelaskan sebelumnya.Pertambahan penduduk dikota Cimahi disebabkan oleh dua faktor utama yaitu urbanisasi dan tingginya tingkat kelahiran. Kota Cimahi sebagai kota penyangga bagi Kota Bandung dan Kab. Bandung telah ditetapkan sebagai kawasan industri, pusat perdagangan

dan militer.Hal inilah yang menjadi penyebab utama kenapa munculnya permukiman-permukiman dan fasilitas-fasilitas perdagangan baru.Urbanisasi dan tingginya angka kelahiran bukanlah masalah yang baru dan hanya terjadi di kota Cimahi. Masalah ini juga dihadapi oleh semua kota atau kabupaten di Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk dan

keterbatasan lahan mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi.Perlu upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi dampak akibat tingginya kepadatan penduduk.

Kepadatan penduduk yang semakin tinggi, menyebabkan tekanan terhadap lahan semakin tinggi.Hal ini mendorong terjadinya konversi lahan dan meningkatnya harga lahan.Konversi lahan yang tidak terkontrol berakibat kepada semakin menurunnya daya dukung lingkungan.Kemampuan tanah untuk menyerap air semakin berkurang.Hal ini menyebabkan

Page 22: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 22

semakin tingginya air permukaan (run off) dan penurunan muka air tanah.Dampakanya adalah kekeringan di Cimahi

Selatan dimana wilayah Cimahi Selatan sangat bergantung kepada wilayah Cimahi Utara sebagai kawasan konservasi air. Dampak lain dari konversi lahan yaitu semakin berkurangnya ruang terbuka hijau. Beban hidup yang tinggi di perkotaan mengakibatkan ruang terbuka semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Selain untuk mengurai stress akibat tekanan kerja,

pendidikan juga untuk mendapatkan udara yang segar dimana setiap harinya kota dipenuhi oleh polusi kendaraan.

Gambar 14.Peta Sebaran Pembangunan Sumur Artesis di Cimahi Selatan Sumber Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi, 2010

Selain masalah konversi lahan dampak lain dari urbanisasi adalah semakin tingginya harga lahan di perkotaan, penggangguran dan kriminalitas. Bagi masyarakat dengan kemampuan ekonomi yang rendah, umumnya mereka tinggal di permukiman yang kumuh (slums) atau mendirikan bangunan tanpa ijin (squatter areas). Masyarakat yang tinggal di tempat ini, tingkat pendidikan masyarakatnya rendah. Hal ini selain disebabkankarena faktor ekonomi, juga kesadaran

akan pentingnya pendidikan sangat kurang.Hal ini berdampak kepada samakin tingginya angka pengangguran dan kejahatan.

Untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh semakin padatnya penduduk, maka dapat dilakukan intervensi-intervensi oleh pemerintah. Langkah pemecahan masalah yang pertama yaitu : - Penggalakan Program Keluarga Berencana (KB) untuk menekan tingkat kelahiran yang tinggi.

- Kontrol dan pengetatan ijin tempat tinggal untuk mengurangi kawasan squatters dan ijin mendirikan bangunan (IMB)

- Pembangunan permukiman vertikal untuk mengurangi kebutuhan lahan yang luas seperti pembangunan

Rusunawa di Kecamatan Cimahi Selatan (Kelurahan Melong) dan Kecamatan Cimahi tengah (Kelurahan Cigugur) dilakukan untuk mengatasi arus urbanisasi kota dan permasalahan tekanan terhadap lahan.

- Meningkatnya kerjasama dengan swasta untuk membangun apartemen-apartemen baru guna mengatasi masalah

kebutuhan permukiman.

Konversi lahan di wilayah Cimahi Utara dan

Tengah serta banyaknya pembangunan industri-industri baru di Cimahi Selatan telah mengakibatkan penurunan muka air tanah di

Cimahi Selatan dari 18,5 m menjadi 98,25 m. Untuk mengatasi masalah kebutuhan air, pemerintah kota Cimahi melaksanakan program pembangunan sumur artesis.

Gambar disamping menunjukan peta sebaran Sumur Artesis di kota Cimahi. Tahun 2011

Pemerintah kota Cimahi telah merencanakan pembangunan sumur artesis baru mengingat ketersediaan fasilitas yang ada belum mencukupi.

Page 23: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 23

Foto1. Pembangunan Rusunawa dan Apartemen untuk mengatasi Keterbatasan Lahan

Sumber : www. Cimahikota.go.id, 2011

2. Bencana Alam dan Pencemaran

Selain masalah kependudukan, masalah lain yang terjadi di Kota Cimahi yaitu masalah banjir dan longsor sebagai akibat dari konversi lahan di Kecamatan Cimahi Utara. Perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi permukiman serta

pembangunan permukiman baru disepanjang daerah aliran sungai (DAS) mengakibatkan semakin rendahnya daya dukung lingkungan. Akibatnya sering terjadi banjir baik di ruas-ruas utama jalan maupun dipermukiman penduduk.

Cimahi utara sebagai wilayah Konservasi air selain untuk menjaga agar kebutuhaan air terpenuhi juga untuk mengatasi banjir akibat tingginya curah hujan di kota Cimahi. Cimahi Selatan dimana secara geografis berada di cekungan menjadi daerah yang mudah terkena banjir.Jalan-jalan utama dimana sistem drainasenya didesain untuk menampung air dari jalan sudah tidak mencukupi.Volume air yang masuk kedalam saluran drainase jalan tidak hanya berasal dari jalan tetapi

juga berasal dari permukiman.Sebagai akibat dari besarnya volume air dari permukiman, daya tampung saluran drainase jalan sudah tidak memadai.Pola perilaku masyarakat yang sering membuang sampah ke saluran juga menjadi faktor pendorong semakin tingginya masalah banjir.

Foto 2.Banjir di Cimahi Selatan dan di Ruas Jalan Utama Sumber Dinas Pekerjaan Umum kota Cimahi, 2010

Cimahi Utara secara geografis berada pada daerah yang cukup landai. Konversi lahan pada wilayah Cimahi Tengah

mengakibatkan banjir dan penurunan muka air tanah di wilayah Cimahi Selatan dan Cimahi Tengah. Selain banjir dan penurunan muka air tanah,konversi lahan juga berdampak kepada semakin labilnya lapisan tanah.Lapisan tanah yang labil dengan permukaaan tanah yang landai dapat berakibat longsor terutama disaat musim hujan. Kelurahan Cipageran,

Citeureup dan Cibabat merupakan wilayah yang sering terjadi kasus longsor.Bencana alam yang terjadi di kota Cimahi baik banjir dan longsor menimbulkan dampak sekunder yaitu munculnya masalah-masalah kesehatan diantaran demam berdarah, penyakit kulit dan penyakit TBC akibat sebagi akibat dariturunnya kualitas lingkungan.

Page 24: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 24

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut pemerintah melakukan intervensi yaitu dengan adanya kontrol

perizinan konversi lahan (IMB, Perda No. 01/2008 tentang pemanfaatan Kawasan Bandung Utara atau KBU). Menurut Peta Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara, wilayahCimahi Utara direncanakan untuk lahan pertanian, kawasan perdesaan dan sebagian kecil untuk hutan produksi. Selain itu, dalam naskah Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah

Pemkot Cimahi (2012-2025), tercantum di Kebijakan No. 6 yaitu “mengembangkan Kota Cimahi sebagai kota padat lahan (Compact City) yang didukung oleh pemanfaatan ruang kota yang efisien dan berkeadilan dengan tetap memperhatikan ketentuan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Kawasan Bandung Utara (KBU)” dan

Kebijakan No. 7 yaitu: “Mendorong pembangunan kota indah dan nyaman yang sekaligus mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan (Green City & Sustainable City)”. Dalam kebijakan no 7 tersebut terdapat strategi antara lain tentang pengembangan serta pengendalian RTH publik dengan pendekatan penerapan insentif-disintensif, seperti dalam

pengendalian ketentuan KDB dan RTH serta mendorong pengembangan kota hijau dengan penataan dan penyediaan taman-taman kota dan taman lingkungan, hutan kota, sabuk hijau dan bangunan hijau. Intervensi lain yang dilakukan oleh pemerintah yaitu pembangunan embung dan pembangunan sistem drainase untuk

mengatasi banjir yang terjadi di Kota Cimahi. Sedangkan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh banjir dan pencemaran udara yaitu diadakannya penyuluhan dan pengobatan secara gratis, serta pengawasan perizinan dan fasilitas kawasan industri.

3. Infrastruktur Jalan

Kota Cimahi sebagai jalur perlintasan antar kota dan kabupaten secara ekonomi dapat memberikan keuntungan bagi kota Cimahi terutama bagi perkembangan sektor perdagangan dan jasa. Namun disisi lain dapat mengakibatkan dampak negatif yaitu semakin tingginya angka kecelakaan lalu lintas, kemacetan, masalah kesehatan dan kerusakan infrastruktur

jalan. Kapasitas serta kualitas jalan yang ada di kota Cimahi tidak mampu mendukung volume kendaraan dan beban

kendaraan berat. Selain karena lebarnya yang relatif sempit juga dikarenakan munculnya hambatan-hambatan samping sepertiPedagang Kaki Lima (PKL) dan kendaraan yang parkir di badan jalan. Berdirinya mall-mall dan toko-toko disepanjang jalan, serta perilaku berkendara yang tidak tertib meningkatan kemacetan di kota Cimahi.

Gambar 15. Peta Sebaran Titik-titik Kemacetan di Kota Ciahi

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Cimahi, 2010

Page 25: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 25

Lokasi-lokasi yang menjadi titik- kemacetan menurut Dinas Perhubungan Pemkot Cimahi antara lain:

1. Simpang Jl. Amirmachmud – Jl. Gatot Subroto, Koridor Jl. Daeng M – Jl. Amirmachmud – Jl. Pesantren, Jl. Djulaeha Karmita, Pasar Antri dan Jl Dustira. Persimpangan tersebut berada dipusat kota dimana diarea tersebut berdiri fasilitas-fasilitas perdagangan, kesehatan, pendidikan dan pusat pmerintahan.

2. Pasar Baros dan Simpang Jl. Baros – Jl. Mahar Martanegara – Jl. Nanjung. Pada ruas ini terdapat fasilitas perdagangan dan merupakan jalur kendaraan berat yang menuju kawasan industri. Kemacetan terutama terjadi pada saat pagi dan sore dimana banyak penduduk yang pergi untuk bekerja menuju kawasan industri.

3. Simpang Cimindi, dimana titik tersebut berbatasan langsung dengan Kota Bandung. Pada persimpangan ini berdiri pasar Cimindi dan sebagai jalur menuju kawasan Industri.Untuk mengatasi

masalah kemacetan di persimpangan ini, Departemen Pekerjaan Umum Pusat telah membangun jembatan layang

Cimindi. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan mengenai infrastruktur jalan tersebut yaitu :

- Rekayasa lalu lintas. Beberapa ruas jalan telah direkayasa oleh Dinas Perhubungan kota Cimahi. Bebarapa titik telah direvitalisasi dan dijadikan searah untuk mengurai kemacetan yang terjadi di ruas jalan Nasional. Sebagai contoh jalan Gandawijaya.

Foto 2. Revitalisasi Titik-titik kemacetan Sebagai Upaya Mengatasi Kemacetan sumber Dinas Pekerjaan Umum kota Cimahi, 2010

- Membuat jalur baru (Lingkar Utara dan Lingkar Selatan). Program pembangunan jalan lingkar merupakan salah

satu intervensi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan masalah kemacetan terkait dengan infrastruktur jalan. Program tersebut yaitu membangun jalan lingkar dalam dan luar yang terdiri dari jalan Lingkar Selatan dan jalan Lingkar Utara. Adapun program-program nya meliputi pelebaran jalan dan pembangunan ruas

jalan baru melalui pembebasan lahan. Terkait masalah pembebasan lahan, pemerintah kota Cimahi dihadapkan pada masalah baru yaitu harga lahan dan konflik sosial.

- Perubahan desain dari perkerasan rigid ke perkerasan kaku, Pemecahan ini merupakan pemecahan sementara

namun cukup efektif. Buruknya sistem drainase dan beratnya volume kendaraan menyebabkan kondisi jalan di kota CImahi mudah rusak. Dengan perkerasan rigid dapat mengatasi masalah beban kendaraan yang tinggi dan masalah drainase.

Page 26: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 26

-

Gambar 16. Peta Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Lingkar Utara dan Selatan

Sumber Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi, 2011

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang disampaikan diatas tentang perkembangan kota Cimahi, kota Cimahi mengalami tiga fase perubahan. Perubahan tersebut diakibatkan perkembangan ekonomi, sosial dan politik yang berkembang pada saat itu.

Gambar 17. Perubahan Arah Pembangunan kota Cimahi

Dari perubahan arah pembangunan kota Cimahi seperti yang terdapat dalam gambar 17, maka dapat ditarik kesimpulan :

- Pembentukan kota Cimahi dipengaruhi oleh profil (geografis dan fisik dasar) dan sejarah kota Cimahi - Pembangunan sistem jaringan transportasi, kawasan militer, industri dan pusat pemerintahan mempengaruhi

pola pergerakan dan pertumbuhan penduduk.

Page 27: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 27

- Perkembangan sektor ekonomi, sosial dan politik dari masa ke masamempengaruhi distribusi penduduk, yang

berakibat pada perubahan struktur dan pola ruang kota.Perubahan ekonomi, sosial, struktur dan pola ruang kota digambarkan sebagai berikut:

Tabel 9.Perubahan Struktur dan Pola Ruang dari Masa kemasa.

- Untuk mengatasi permasalahan akibat eksternalitas negatif dari pertumbuhan penduduk, bencana alam, pembangunan kawasan industri dan infrastruktur perlu perhatian lebih dari pemerintah melalui intevensi regulatori maupun diskresi.

DAFTAR PUSTAKA

O’Sullivan, Arthur. 2009. Urban Economics. New York : The McGraw Hill Companies, 2009. Smith DM. 1970. Industrial Location an Economic Geographical Analysis. Jhon Wiley & Sons, Inc. USA Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Yasin, Moh. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Badan Pusat Statistik Kab.Bandung 1970-1976, 1997, 1981, 1997, 1999. Cimahi Dalam Angka, BPS, 2003, 2004,2005,2006,2007,2008,2009,2010

Dokumen Penyusunan Tataran Transportasi Lokal, Dinas Perhubungan 2008 Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Tata Wilayah kota Cimahi, Dinas Tata Kota, 2003 Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Tata Wilayah kota Cimahi, Dinas Pekerjaan Umum, 2010

Materi Teknis RWRWP Jawa Barat 2009-2029. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Dinas Pekerjaan Umum, 2002-2007, 2007-2012. Rencana Stategis Daerah Pemerintah Kota Cimahi

Inventarisasi Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi 2002-2007, 2007-2012 Profil Pemerintahan kota Cimahi, BPS, 2006,2008,2009,2010

Peaturan-peraturan Perda KBU no. 1 Tahun 2008

Website : http://.../ 1-dasawarsa-wajah-kota-cimahi-dalam.html

http://.../ jurnalrepublik.wordpress.com/2008/06/29/cimahi.html http://.../706-cimahi-dan-kawasan-wisata-pusaka.html http://.../ anjangsana.ke.stasiun.militer.cimahi.htm

http://.../ anjangsana.ke.stasiun.militer.cimahi.htm http://.../ cimahi « Infakop.htm http://.../ Cimahi_Kota.htm

Page 28: Penduduk Pola Dan Struktur Ruang Cimahi

Distribusi Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Pola dan Stuktur Ruang Kota Cimahi

D - 28

http://.../ Daftar_jalan_tol_di_Indonesia.htm

http://.../ displayprofil.php.htm http://.../ gandawijaya-lama-vs-gandawijaya-baru.html http://.../ Jalan_Tol_Padaleunyi.htm

http://.../ milter-di-cimahi-tni-ad.html