Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

20
Pendidikan Tauhid menurut pemikiran Buya Hamka (Dalam Q.S. Al-Fatihah melalui buku tafsir Al-Azhar) Oleh: Herlina Dedy Listiani 31801200459 UNIVERSITAS ISLAM SULTANG AGUNG

Transcript of Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

Page 1: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

Pendidikan Tauhid menurut

pemikiran Buya Hamka

(Dalam Q.S. Al-Fatihah

melalui buku tafsir Al-Azhar)

Oleh: Herlina Dedy Listiani 31801200459 UNIVERSITAS ISLAM SULTANG AGUNG

Page 2: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tauhid adalah induk atau pondasi seorang muslim, dimana kualitas ibadah merujuk kepada

kualitas Tauhid. Surat Al-Fatihah juga merupakah Ummul Kitab atau ummul Qur’an yaitu induk

dari Al-Qu’ran, selain itu surat Al-Fatihah juga merupakan rukun shalat itu menunjukan bahwa

intensitas penggunaan surat Al-Fatihah lebih banyak digunakan dibandingkan dengan surat-surat

lain dalam Al-Qur’an tetapi walaupun demikian masih banyak dari kita yang hanya sekedar

membaca tanpa memahami kandungannya, surat Al-fatihah memiliki kedudukan yang tinggi

serta kandungan yang dalam.

Oleh Karena itu penulis merasa perlu membuat sebuah tulisan mengenai kajian nilai-nilai

ketauhidaan dalam surat Al-Fatihah yang menggunakan rujukan buku Tafsir Al-Qur’an yang

berjdul Tafsir Al-Azhar. Buku Tafsir Al-Azhar ditulis oleh salah satu pahlawan Indonesia,

seorang sastrawan, ulama, filsuf serta aktivis politik bernama Haji Abdul Malik Karim Amrullah

atau biasa akbar disebut Buya Hamka. Melalui salah satu karya agungnya penulis mencoba

menjadian referensi atau rujukan utama dalam menggali nilai-nilai ketauhidan dalam surat Al-

Fatihah, sehingga penulis berharap dengan tulisan ini selain bisa menjadi referensi untuk

memahami kandungan suratul Fatihah juga mampu mengaplikasikannya sebagai peningkatan

tauhid kita sebagai seorang muslim yang terimplemtasikan dengan meningkatnya kualitas ibadah

kita kepadaNya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Tauhid?

2. Apa kedudukan serta isi tafsiran surat Al-Fatihah menurut buku Tafsir Al-Azhar Buya

Hamka?

3. Apa sajakah nilai-nilai ketauhidan yang terkandung dalam surat Al-Fatihah?

Page 3: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

2

4. Apa himkah yang didapat dari mengkaji nilai-nilai ketauhidan dalam surat Al-Fatihah?

1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian Tauhid dan urgensinya bagi seorang Muslim

2. Memahami kedudukan serta tafsiran surat Al-Fatihah

3. Mampu mengambil nila-nilai ketauhidan dalam surat Al-Fatihah

4. Mampu mengambil hikmah dari surat Al-Fatihah dan mampu pengaplikasikannya

dikehidupan sehari-hari.

1.4 Kajian Pustaka

1.4.1 Sekilas mengenai Buya Hamka

Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih

dikenal dengan julukan Hamka, yakni singkatan namanya,

(lahir di Maninjau, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera

Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981

pada umur 73 tahun) adalah sastrawan Indonesia, sekaligus

ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Ia baru dinyatakan

sebagai Pahlawan Nasional Indonesia setelah dikeluarkannya

Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November

2011.

Hamka merupakan salah satu orang Indonesia yang paling banyak menulis dan

menerbitkan buku. Oleh karenanya ia dijuluki sebagai Hamzah Fansuri di era modern.

Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal

dari kata abi atau abuya dalam bahasa Arab yang berarti ayahku atau seseorang yang dihormati.

Ayahnya adalah Haji Abdul Karim bin Amrullah, pendiri Sumatera Thawalib di Padang

Panjang. Sementara ibunya adalah Siti Shafiyah Tanjung. Dalam silsilah Minangkabau, ia

berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya.

Page 4: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

3

BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan Tauhid menurut pemikiran Buya Hamka

(Dalam Q.S. Al-Fatihah melalui buku tafsir Al-Azhar)

2.1 Pengertian Tauhid

Secara Etimologis Ibnu Al-Utsaimin rahimahullah memaparkan bahwa kata “tauhid”,

berasal dari bahasa Arab, kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada–

yuwahhidu, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan secara Terminologis “tauhid”

bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu

meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5).

Muhammad bin Abdullah Al-Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan

terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafi) dan

penetapan (itsbat). “La ilaha” adalah penafian/penolakan, maksudnya: kita menolak segala

sesembahan selain Allah. Sedangkan “illallah” adalah itsbat/penetapan, maksudnya: kita

menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah.

2.2 Macam-macam Tauhid

Sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Maryam ayat 65, “Robb (yang menguasai) langit

dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, maka sembahlah dia dan teguh hatilah

dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia

(Allah yang patut disembah)?”, Maka Tauhid dibagi menjadi tiga macam, diantaranya :

1. Tauhid Rububbiyah

Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal perbuatan-Nya, seperti: mencipta, memberi rezeki,

menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat, dan perbuatan lain

yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah subhanahu wa ta’ala. Seorang muslim

Page 5: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

4

haruslah meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak memiliki sekutu dalam rububiyah-

Nya.

Allah pencipta insan dan jagat raya, seluruh benda, zaman, dan waktu. Dia-lah yang

mengatur dan menjaga-Nya, kepada-Nyalah seluruh alam, benda dan yang bernyawa itu akan

kembali. Terciptanya alam ini dari kekuasaan Allah adalah langsung dan mutlak bukanlah

melalui media dan perantara, meng-Esakan Allah yang menciptakan langit dan segala isinya.

Karena siapa pun orangnya dan kepada siapa pun dia menyembah dan mengharapkan

pertolongan selain Allah swt., maka dia itu adalah musyrik.

2. Tauhid Uluhiyah

Mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam jenis-jenis peribadahan yang telah

disyariatkan, seperti: salat, puasa, zakat, haji, doa, nazar, menyembelih, rasa harap, cemas, takut,

dan jenis ibadah lainnya. Mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal-hal tersebut

dinamakan “tauhid uluhiyah”.

Tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah Subhanhu wa Ta’ala dari hamba-hamba-Nya,

karena terhadap tauhid jenis pertama, yaitu tauhid rububiyah, setiap orang (termasuk jin) pun

mengakuinya, sekalipun dia orang musyrik yang menjadi musuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala, yang artinya, “Dan

sungguh, jika kamu bertanya kepada mereka (tentang) siapakah yang menciptakan mereka,

niscaya mereka menjawab, ‘Allah.’ Maka, bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari

menyembah Allah)?” (QS. Az-Zukhruf:87)

Juga firman Allah, yang artinya, “Katakanlah, ‘Siapakah yang mempunyai tujuh langit dan

mempunyai ‘arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah,

‘Mengapa kamu tidak bertakwa?’” (QS. Al-Mukminun:86–87)

Masih banyak ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik meyakini tauhid

rububiyah. Akan tetapi, sebenarnya yang dituntut dari mereka adalah mengesakan Allah dalam

hal ibadah. Jika mereka mengikrarkan tauhid rububiyah maka seharusnya mereka juga mengakui

tauhid uluhiyah (ibadah).

Page 6: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

5

3. Tauhid asma’ wa shifat

Menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah subhanahu wa ta’ala, sesuai dengan yang

telah ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang

ditiadakan oleh Allah terhadap diri-Nya, dan segala yang ditiadakan oleh Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam (terhadap diri Allah).

2.3 Kedudukan Q.S.Al-Fatihah

2.3.1 Surat Al-Fatihah Sebagai Fatihatul Kitab

Al-Fatihah artinya ialah pembukaan. Surat ini pun dinamai Fatihatul-Kitab, yang berarti

pembukaan kitab, karena kitab al-Quran dimulai atau dibuka dengan surat ini, yang mulai ditulis

di dalam Mushhaf, dan yang mulai dibaca ketika tilawatil-Quran, meskipun bukan Surat yang

mula-mula diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Adapun tempat dia diturunkan, pendapat

yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa Surat ini diturunkan di Makkah. AI-Wahidi

menulis di dalam kitabnya Asbabun-Nuzul dan as-Tsa`labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali

bin AbuThalib, dia berkata bahwa Kitab ini diturunkan di Makkah, dari dalam suatu

perbendaharaan di bawah `Arsy.

Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syaibah di dalam al-Mushhn-naj dan Abu Nu'aim

dan al-Baihaqi di dalam Dala-ilun-Nubuwwah, dan as-Tsa'alabi dan al-Wahidfidari Hadis Amer

bin Syurahbil, bahwa setelah Rasulullah s.a.w. mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu

setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada

Waraqah, maka beliau ceriterakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri

didengarnya suara dari belakangnya: "Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad!

Mendengar suara itu akupun lari.' Maka berkatalah Waraqah: "Jangan engkau berbuat begitu,

tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenanglah engkau, sehingga dapat engkau dengar apa

lanjutan perkataannya itu". Selanjutnya Rasulullah s.a.w. berkata: "Maka datang lagi dia dan

terdengar lagi suara itu: "Ya Muhammad! Katakanlah: Bismillahir-Rahminir-Rahim, AI-

hamdulillahi Rabbil Alamin, hingga sampai kepada Waladh-Dhaalin". Demikian Hadis itu.

Page 7: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

6

2.3.2 Surat Al-Fatihah sebagai rukun Shalat

Al-Fatihah ialah surat yang menjadi Rukun atau syarat sahnya Shalat, baik Shalat fardhu

yang lima waktu, ataupun yang sunnat, maka dalam hal ini tidaklah cukup kalau kita hanya

sekedar menafsirkan arti al-Fatihah, melainkan kita perlengkap lagi dengan hukum atau

ketentuan Syariat berkenaan dengan al-Fatihah. Segala bentuk Shalat tidak sah, kalau tidak

membaca al-Fatihah. Diperkuat dalam Hadis-hadis:

Dan hendaklah dibaca pada tiap-tiap rakaat,

DariUbadah bin asShamit, bahwasanya Nabi s.a.w. berkata: "Tidaklah ada sembahyang (tidak sah sembahyang) bagi siapa yang tidak membaca Fatihatil-Kitab." (Dirawikan oleh al-Jamaah).

2.3.3 Surat Al-Fatihah mencakup tiga nilai ketauhidan

Surat Al Fatihah merupakan sebuah surat paling agung di dalam al-Qur’an. Hal itu

berdasarkan hadits Abu Sa’id bin Al Mu’alla yang dikeluarkan oleh Al Bukhari (hadits nomor

4474). Surat ini telah mencakup ketiga macam tauhid: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan

tauhid asma’ wa shifat.

2.4 Kandungan/ Tafisr Q.S. Al-Fatihah berdasarkan Buku tafisr Al-Azhar

Kandungan atau isi tafsiran surat Al-Fatihah berdasarkan Buku tafsir Al-Azhar karya

Buya Hamka ialah sebagai berikut :

2.4.1 Ayat ke-1

“Dengan nama Allah, Yang Maha Murah, Maha Penyayang.”

Artinya, aku memulai pekerjaanku, menyiarkan wahyu Ilahi kepada manusia, di atas nama

Allah itu sendiri, yang telah memerintahkanku untuk menyampaikannya. Inilah contoh teladan

Page 8: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

7

yang diberikan kepada kita untuk memulai suatu pekerjaan dengan nama Allah. Nabi

Muhammad s.a.w. diminta menyampaikan wahyu atas nama Allah. Dia, Rasul Allah itu, tidaklah

lebih dari manusia biasa, tetapi ucapan yang keluar dari mulutnya bukanlah semena-mena atas

kehendaknya sendiri, tetapi Allahlah yang memerintahkan. Dari yang mempunyai nama itu dia

mengambil kekuatan.

Dengan nama Allah, Tuhan Yang Maha Murah dan Maha penyayang kepada hambaNya

maka UtusanNya, Muhammad s.a.w. telah menyampaikan seruan ini kepada manusia. Yang

lebih dahulu mempengaruhi jiwa ialah bahwa Allah itu Pemurah dan Penyayang, bukan

Pembenci dan Pendendam, bukan haus kepada darah pengurbanan. Dan contoh yang diberikan

Nabi itu pulalah yang kita ikuti, yaitu memulai segala pekerjaan dengan nama Allah, yang

mempunyai beberapa sifat Yang Mulia, di antaranya ialah Rahman dan Rahim. Maka di dalam

bacaan itu tersimpullah suatu pengharapan atau doa apa saja yang kita kerjakan mendapat kurnia

Rahman dan Rahim dari Tuhan. DimudahkanNya kepada yang baik, dijauhkan dari yang buruk.

Maka tersebutlah di dalam sebuah Hadis Nabi s.a.w. yang dirawikan oleh Abu Daud dari Abu

Hurairah yang berbunyi:

"Setiap pekerjaan, kalau tidak dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah, maka pekerjaan itu

akan percuma jadinya."

2.4.2 Ayat ke-2

“Segala puji-pujian untuk Allah, Pemelihara semesta alam.”

Hamdan, artinya pujian, sanjungan. Di pangkalnya diletakkan AI atau AIif lam, sehingga

bacaannya menjadi Al-hamdu. AI mencakup segala jenis. Dengan sebutan Alhamdu, berarti

bahwa segala bentuk pujian, baik besar ataupun p kecil, atau ucapan terima kasih karena jasa

seseorang, kepada siapapun kita memberikan puji, namun pada hakikatnya, tidaklah seorang juga

yang berhak menerima pujian itu, melainkan Allah: LILLAHI, hanya semata-mata untuk Allah.

Page 9: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

8

Untuk semua pemeliharaan, penjagaan, pendidikan dan perlindungan itulah kita diajari

mengucapkan pujian kepadaNya: "Rabbul `Alamin", Tuhan sekalian alam. Kalau kita pertalikan

lagi dengan beberapa penafsiran tentang `alamin tadi, bahwa yang dimaksud ialah makhluk

manusia, dapatlah kita fahami betapa tingginya kedudukan insan, sebagai Khalifah Allah, di

tengah-tengah alam yang luas itu.

Maka di dalam ayat pembukaan ini, kita telah bertemu langsung dengan Tauhid, yang

mempunyai dua faham itu, yaitu Tauhid Uluhiyah pada ucapan Alhamdu Lillahi. Dan Tauhid

Rububiyah pada ucapan Rabbil `Alamin.

Dan sudahlah jelas sekarang bahwa dalam ayat "Segala puji-pujian adalah kepunyaan Allah,

Pemelihara dari sekalian alam" itu telah mengandung dasar Tauhid yang dalam sekali. Tidak ada

yang lain yang patut dipuji, melainkan DIA.

2.4.3 Ayat ke-3

Maha Murah, Maha Penyayang.

Atau bisa juga diartikan Yang Pengasih, lagi Penyayang. Ayat ini menyempurnakan maksud

dari ayat yang sebelumnya. Jika Allah sebagai Rabb, sebagai Pemelihara dan Pendidik bagi

seluruh alam tidak lain maksud dan isi pendidikan itu, melainkan karena Kasih-sayangNya

semata dan karena murahNya belaka, bukan dalam memberikan Pemeliharaan dan pendidikan itu

menuntut keuntungan bagi diriNya sendiri. Bukan sebagai suatu Pemerintahan mengadakan

suatu pendidikan "kader" dan latihan pewagai, tetapi karena mengharapkan apabila orang-orang

yang dididik itu telah lepas dari pendidikan, akan dapat dipergunakan menjadi pegawai yang

baik. Pemeliharaan yang Dia berikan adalah pertama karena Ar-Rahman maknanya ialah sifat

Allah Yang Rahman itu telah membekas dan berjalan ke atas hambaNya. Bertambah tinggi

kecerdasan hamba itu, bertambah terasa olehnya betapa ar-Rahman Allah terhadap dirinya, dan

sifat Ar-Rahim ialah sifat yang tetap pada Allah. Maka Ar Rahman ialah setelah sifat itu terpaksa

pada hamba, dan Ar-Rahim ialah pada keadaannya yang tetap dan tidak pernah padam--

Page 10: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

9

padamnya pada Tuhan. Dan keduanya itu adalah sama mengandung akan sumber kata yaitu

Rahmat.

Dengan melihat kasih-sayang suami isteri dan ayah terhadap anak, nenek terhadap cucu.

Dengan melihat kasih-sayang di antara binatang, burung-burung dengan berbagai jenisnya,

dapatlah kita mengetahui betapa besarnya Rahman dan Rahim Allah atas makhluk, dan akan

sirnalah rasa benci, dengki dan dendam dari hati kita. Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w.:

"Orang-orang yang memiliki rasa Rahim akan dirahmati oleh Tuhan yang Rahman, yang

memberikan berkat dan Maha Tinggi. Sayangilah orang-orang yang di bumi, agar kamu

disayangi pula oleh yang di langit."(Dirawikan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, Termidzi, dan al-

Hakim dari Hadis Abdullah bin Umar).

4.2.4 Ayat ke-4

Yang Mempunyai Hari Pernbalasan.

Apabila kita telah membaca sampai pada ayat ini, timbullah pertanyaan, jika tadi seluruh

jiwa kita telah diliputi oleh rasa Rahmat, pancaran Rahman dan Rahim Tuhan, maka itu harus

dibatasi dengan keinsafan, bahwa betapa pun Rahman dan RahimNya namun Allah juga maha

adil. Rahman dan Rahim tidaklah lengkap kalau tidak disempurnakan dengan adil. Beberapa

diantara manusia yang karena sangat mendalam rasa Rahmat dalam dirinya, dan meresap ke

dalam jiwanya kasih-sayang yang balas berbalas, memberi dan menerima dengan Tuhan, lalu dia

beribadat kepada Tuhan dengan baik. Tetapi ada juga manusia yang tidak menghargai dan tidak

memperdulikan Rahman dan Rahim Tuhan; jiwanya diselimuti oleh rasa benci, dengki dan

khianat. Tidak ada rasa syukur, tidak ada terima kasih. Lebih banyak berbuat keburukan daripada

kebaikan. Sampai dia mati keadaan tetap demikian. Tentu ini pasti rnendapat pembalasan.

Page 11: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

10

Maka apabila Ar-Rahman dan Ar-Rahim telah disambungkan dengan Maliki yaumiddin,

barulah seimbang pengabdian dan pemujaan kita kepada Allah. Hidup tidak berhenti di dunia

saja, akan ada hari kemudian yaitu hari pembalasan, hari agama yang sebenarnya. Kita memuji

Allah Pemelihara seluruh alam dan pendidiknya, kita memujiNya karena Rahman dan RahimNya

dan kitapun memujiNya karena buruk dan baik yang kita kerjakan di dunia ini tidak terbuang

percuma, akan tetapi akan diperhitungkan dan dibalas dengan adil di akhirat kelak.

4.2.5 Ayat ke-5

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau saja kami memohon

pertolongan.

Kalimat lyyaka, diartikan Engkaulah, atau boleh dilebih dekatkan lagi maknanya dengan

menyebut hanya Engkau sajalah yang kami sembah. Di sini terdapat lyyaka dua kali; hanya

Engkau sajalah yang kami sembah dan hanya Engkau saja tempat kami memohonkan

pertolongan. Kata Na'budu diarti-kan, kami sembah, dan nasta'inu kita artikan tempat kami

memohon pertolongan. Jika ada lagi kata lain dalam bahasa kita yang lebih mendekati maksud

yang terkandung di dalamnya, bolehlah diganti. Sebab dalam hati sendiri pun terasa bahwa arti

itu belum juga tepat danbenar, meskipun sudah mendekati. Kata na'budu berpangkal dari kalimat

ibadat dan nasta'inu berpangkal dari kalimat isti'anah. Begitulah disampaikan oleh Buya Hamka

bahwa tidak mudah dalam melakukan penafisiran atau alih bahasa, terlebih mengalih bahasakan

dari bahasa Arab, bahasa Al-Quranul karim kepada bahasa Indonesia.

Ayat ini menerangkan akan sebuah tujuan. Dengan ayat ini kita - menyatakan pengakuan

bahwa hanya kepadaNya saja kita memohonkan pertolongan; tiada kepada orang

lain. Sebagaimana telah kita tahu pada keterangan di atas, Allah adalah Tuhan Yang Mencipta

dan Memelihara. Dia adalah Rabbun, sebab itu Dia adalah Ilahi. Tidak ada Ilah yang lain,

melainkan Dia. Oleh karena Dia Yang Mencipta dan Memelihara, maka hanya Dia pula yang

patut disembah. Adalah satu hal yang tidak wajar, kalau Dia menjadikan dan memelihara, lalu

kita menyembah kepada yang lain.

Page 12: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

11

Oleh sebab itu, ayat ke-5 ini memperkuat lagi ayat yang kedua "Segala puji-pujian bagi

Allah, Pemelihara dari sekalian alam. "Hanya Dia yang patut dipuji, karena hanya Dia sendiri

yang menjadikan dan memelihara alam, tidak bersekutu dengan yang lain. Alhamdu di atas

didahulukan menyebutkan bahwa yang patut menerima pujian hanya Allah, sebab hanya Dia

yang mencipta dan memelihara alam. Sedang pada ayat lyyaka na'budu ini dilebihjelaskan lagi,

hanya kepadaNya dihadapkan sekalian persembahan dan ibadat, sebab hanya Dia sendiri saja,

tidak bersekutu dengan yang lain, yang memelihara alam ini.

Maka mengakui bahwa yang patut disembah sebagai Ilah hanya Allah, dinamai Tauhid

Uluhiyah. Dan mengakui yang patut untuk memohon pertolongan, sebagai Rabbun hanya Allah,

dinamai Tauhid Rububiyah.

Arti yang luas dari ibadat ialah memperhambakan diri dengan penuh keinsafan dan

kerendahan. Dan dipatrikan lagi oleh cinta. Kita mengakui bahwa kita hambaNya, budakNya.

Kita tidak akan pernah ada jika Dia yang menjadikan. Kita beribadat kepadaNya disertai oleh

raja', yaitu pengharapan akan kasih dan sayangNya, cinta yang hakiki, tidak terbagi pada yang

lain. Sehingga jikapun kita cinta kepada yang lain, itu hanyalah karena yang lain merupakan

nikmat dariNya. Misalnya kita mencintai anak dan isteri, harta dan benda. Atau kita mencintai

tanahair tempat kita dilahirkan, ataupun yang lain-lain. Semuanya itu adalah karena nikmat

dariNya. Tidak dapat kita mencintai yang lain langsung, di samping mencintaiNya. Karena jika

ada cinta lain di samping cinta kepadaNya, itulah cinta yang terbagi. Apabila-telah terbagi, itulah

pangkal dari syirik.

2.4.6 Ayat ke-6

Tunjukilah kami jalan yang lurus.

Memohon dan meminta diberikan jalan yang lurus, menurut keterangan beberapa ahli tafsir,

perlengkapan menuju jalan yang lurus, yang dimohonkan kepada Allah itu ialah, pertama al-

Irsyad, artinya agar dianugerahi kecerdakan dan kecerdasan, sehingga dapat membedakan yang

salah dengan yang benar. Kedua at-Taufiq, yaitu bersesuaian hendaknya dengan apa yang di-

Page 13: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

12

rencanakan Allah. Ketiga al-Ilham, diberi petunjuk supaya dapat mengatasi sesuatu yang sulit.

Keempat ad-Dilalah, artinya ditunjuk dalil-dalil dan tanda-tanda di mana tempat yang

berbahaya, di mana yang tidak boleh dilalui dan sebagainya.

Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, menurut beliau yang dimaksud dengan

meminta ditunjuki jalan yang lurus, tafsirnya ialah mohon ditunjuki agamaMu yang benar.

Sedangkan menurut beberapa riwayat dari ahli-ahli Hadis, darip Jabir bin Abdullah, yang

dimaksud dengan Shirathal Mustaqim ialah Agama Islam. Dan menurut beberapa riwayat lagi,

Ibnu Mas'ud mentafsirkan bahwa yang dimaksud dengan Shirathal Mustaqim ialah Kitab Allah

(al-Quran).

Maka semua penafsiran diatas dapat disimpulkan menjadi satu Shirathal Mustaqim memang

agama yang benar, dan itulah Agama Islam. Dan sumber petunjuk dalam Islam itu tidak lain

ialah al-Quran, dan semuanya dapat diambil contoh dari p Nabi Muhammad s.a.w. dan para

sahabat.

Dengan ayat ini semakin menunjukan begitu penting memohon kepadaNya, hanya

kepadaNya untuk diberikan jalan yang lurus. Menurut ilmu ukur ruang, garis lurus ialah jarak

yang paling dekat di antara dua titik. Maka di dalam Shirathal Mustaqim yang kita mohonkan

ini, dua titik itu ialah: yang pertama titik kita sebagai hamba, yang kedua titik Allah sebagai

Tuhan kita.

4.2.7 Ayat ke-7

Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka; bukan (jalan) orang-orang

yang engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.

Jalan orang-orang yanh telah engkau beri nikmat mengindikasikan permohonan untuk

diberikan petunjuk serta karunia seperti apa-apa yang telah Allah berikan kepada umat

terdahulu. Para Nabi, syuhada yang jasa-jasanya masih terasakanhinga kini. Lalu kalimat

kedua, Bukan(jalan) oranh-oranh yang engkau murkai. Siapakah yang dimurkai Allah? lalah

Page 14: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

13

orang yang telah diberikan petunjuk, telah diutus kepadanya Rasul-rasul telah diturunkan

kepadanya Kitab-kitab Wahyu, namun dia masih saja memperturutkan hawa nafsunya. Telah

ditegur berkali-kali, namun teguran itu, tidak juga diperdulikannya. Dia merasa lebih pintar

daripada Allah, Rasul-rasul dicemoohkannya, petunjuk Tuhan diingkarinya, perdayaan

syaitan diperturutkannya. Dan yang terakhir, bukan pula jalan orang-orang yang sesat.

Adapun orang yang sesat ialah orang yang berani membuat jalan sendiri di luar yang

digariskan Tuhan. Tidak mengenal kebenaran, atau tidak dikenalnya kebenaran yang

sebenamya.

4.3 Pendidikan Tauhid dalam Q.S. Al-Fatihah

Setalah pada bagian sebelumnya dijelaskan mengenai tafsir dan kandungan dari Surat A-

Fatihah menurut rujukan buku Al-Azhar karya Buya Hamka, maka pada bagian ini akan

lebih difokuskan untuk mengkaji nilai-nilai ketauhidan melalui tabel di bawah ini :

Surat Al-Fatihah

Ayat ke-

Nilai-nilai Ketauhidan

Tauhid Rububbiyah Tauhid Uluhiyah Tauhid Asma wa sifat

Ayat ke-1

- Dengan menyebut nama

Allah yang maha

pengasih dan penyayang

terkandung Nilai Tauhid

Uluhiyah karena

beradasarkan isi

kandungan yang telah

dijelaskan diatas bahwa

dalam melakukan apun

haruslah

dimulai/diniatkan hanya

untuk Allah

1.

Meyakini Allah dengan

nama Ar-Rahman sebagai

dzat yang maha Pengasih

2.

Meyakini Allah dengan

nama Ar-Rahim sebagai

dzat yang maha

Penyayang.

Ayat ke-2

Yang artinya,”

Pemelihara semesta

alam”. Dalam

penggalan ayat

sebelumnya yang

menerangkan bahwa

apapun yang kita

Yang artinya,”Segala

puji adalah

kepunyaan Allah ”.

Ayat ini

mengindikasian

bahwa apapun yang

kita kerjakan adalah

-

Page 15: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

14

kerjakan semata

adalah untuk

beribadah

kepadaNya, maka

ayat ini adalah

sebagai penjelas

mengenai alasan

beribadah hanya

untukNya. karena

Dialah semuanya

bersumber, Dialah

yang menciptakan

bumi dan segala

isinya. Maka tidak

ada yang berhak

disembak selain Allah

dan untukNya lah

segala apa yang kita

kerjakan.

semata karena

beribadah kepadaNya.

Ayat ke-3

3.

Meyakini Allah dengan

nama Ar-Rahman sebagai

dzat yang maha Pengasih

4.

Meyakini Allah dengan

nama Ar-Rahim sebgai

dzat yang maha

Penyayang.

Ayat ke-4

menunjukkan kepada

tauhid rububiyah.

Allah subhanahu wa

ta’ala adalah rabb

segala sesuatu dan

penguasanya. Seluruh

kerajaan langit dan

bumi serta apa pun

yang berada di antara

keduanya adalah

milik-Nya. Dia lah

Maliki yang berarti pula Al-Malik, yakni yang

maha merajai. Sebagaimana Allah yang merajaik segala apa-apa

yang ada di bumi dan dilangit berserta apa-apa

yang ada di antara keduanya.

Page 16: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

15

Raja yang menguasai

dunia dan akhirat.

Ayat ke-5

Penyebutan objek yang didahulukan sebelum dua buah

kata kerja tersebut menunjukkan

pembatasan. Ia menunjukkan bahwa ibadah tidak boleh

dipersembahkan kecuali kepada Allah.

Demikian pula meminta pertolongan dalam urusan yang

hanya dikuasai oleh Allah juga harus

diminta hanya kepada Allah. Kalimat yang pertama menunjukkan

bahwasanya seorang muslim harus

melaksanakan ibadahnya dengan ikhlas untuk

mengharap wajah Allah yang disertai

kesesuaian amal dengan sunnah Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam. Sedangkan kalimat

yang kedua menunjukkan bahwa hendaknya seorang

muslim tidak meminta pertolongan dalam

mengatasi segala urusan agama dan dunianya kecuali

kepada Allah ‘azza wa jalla.

Ayat ke-6

Ini menunjukkan

tauhid uluhiyah, sebab ia merupakan doa.

Page 17: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

16

Dan doa termasuk jenis ibadah. Petunjuk menuju jalan yang

lurus itu akan menuntun kepada

jalan orang-orang yang diberikan kenikmatan yaitu para

nabi, orang-orang shiddiq, para

syuhada’, dan orang-orang salih. Mereka itu adalah orang-orang

yang memadukan ilmu dengan amal.

Maka seorang hamba memohon kepada Rabbnya untuk

melimpahkan hidayah menuju jalan lurus ini

yang merupakan sebuah pemuliaan dari Allah kepada para

rasul-Nya dan wali-wali-Nya

Ayat ke-7

Menunjukan tauhid

Uluhiyah, karena dalam hal ini seorang mukmin memohon

kepada Allah petunjuk sebagaimana yang

diberikan kepada orang-orang sholeh terdahulu bukan

orang-orang yang dimurkai Allah.

Page 18: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

17

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Setelah memahami pengertian tauhid serta urgensinya bagi seorang Muslim yakni

sebagai pondasi utama mengenai implementasi kualitas ibadah baik ibadah secara vertikal

(hubungan dengan Tuhan) maupun ibadah secara horizontal (hubungan dengan sesama

makhluk). Kemudian macam-macam Tauhid yang terbagi menjadi Tauhid Rububbiyah yakni

meyakini Allah dalam hal perbuatanNya seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan

maupun mematian. Lalu tahuid Uluhiyyah, yakni mengesakan Allah dalam peribadahan seperti

Shalat, puasa, zakat dll. Ketiga, Tauhid asma wa’sifat yaitu meyakini Allah dengan segala nama-

nama yang dimilikiNya. Oleh karenanya, perlu adanya kajian khusus mengenai tauhid, dalam hal

ini kaitannya dengan Surat Al-Fatihah. Surat yang sudah tidak asing dan banyak dihafal oleh

seluruh muslim karena perannya sebagai sayarat sahnya shalat. Akan tetapi walaupun demikian

masih banyak diantaranya kita yang belum memahami makna dari surat agung tersebut hingga di

ucapkan biasa-biasa saja, tanpa makna, dan terasa hambar.

Buya Hamka dalam buku tafsirnya yang bertajuk Al-Azhar memaparkan kandungan isi

surat Al-Fatihah yang agung dan terkandung nilai-nilai ketauhidan, baik tauhid Rububbiyah,

Uluhiyah maupun Asma wa’sifat. Hamka menjelaskan secara detail dari ayat pertama hingga

ayat ketujuh dari surat Al-fatihah, hal ini seperti sebuah pembuktian mengenai kedudukan Al-

Fatihah sebagai ummul Qur’an karena memang hakikatnya Al-Fatihah sudah mencakup dari

segala keseluruhan nilai-nilai islam diantaranya adalah nilai Tauhid. Dalam ayat pertama

Bismillahirahmanirahiim, artinya dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha

penyayang. Dalam ayat ini Muslim diperintahkan agar melakukan segala bentuk kegiatan apapun

dengan nama/niat semata karena Allah dan untuk Allah yang telah memberikan penghidupan

beserta segala nikmatnya kepada kita sebagai makhlukNya. Maka alhamdulillahi Rabbil ‘alamin

adalah tauhid. Ar rahmanir rahim adalah tauhid. Maliki yaumid Din adalah tauhid. Iyyaka

na’budu wa iyyaka nasta’in adalah tauhid. Ihdinash shirathal mustaqim adalah tauhid yang

mengandung permohonan petunjuk untuk bisa meniti jalan ahli tauhid yang telah mendapatkan

anugerah kenikmatan dari Allah, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan juga bukan jalan

orang-orang yang sesat; yaitu orang-orang yang memisahkan diri dari tauhid.”

Page 19: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

18

Dikarenakan keagungan kedudukan surat Al Fatihah ini dan ketercakupannya terhadap

tauhidullah dalam hal rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, dan asma’ wa shifat-Nya, kandungan

permohonan petunjuk meniti jalan yang lurus, dan dikarenakan kebutuhan setiap muslim

terhadap petunjuk itu jauh berada di atas kebutuhannya terhadap apapun dan lebih mendesak,

maka surat ini pun disyari’atkan untuk dibaca di setiap raka’at shalat.

Oleh karena itu, semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pengkajian

pendidikan nilai Ketauhidan dalam Q.S Al-Fatihah, hingga menjadikan surat Al-Fatihah terasa

lebih bermakna dan mampu mengaplikasan nilai-nilai yang terkandung didalamnya untuk

peningkatan kualitas tauhid hingga berwujud kepada perbaikan kualitas dan kuatitas ibadah kita

dalam kehidupan sehari-hari.

Page 20: Pendidikan Tauhid Dalam Surat Al-Fatihah TafsirBuya Hamka

19

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 1992).

Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam

(Cet. II; Jakarta: Grafindo Persada, 1996).

www.wikipedia.com

http://almanhaj.or.id/content/546/slash/0

http://muslim.or.id/aqidah/hakekat-tauhid.html

http://muslim.or.id/aqidah/membekali-diri-dengan-tauhid.html

Ustadz Aris Munandar , http://sumber-mu.blogspot.com/2012/05/kedudukan-qs-al- fatihah-

dalam-alquran.html#ixzz2Ew1W1DPP