PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT...
Transcript of PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT...
i
PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB
MENURUT AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 16
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMMAD DA’I SHOLIH
NIM: 11110 159
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 1438 H/ 2017 M
ii
iii
PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB
MENURUT AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 16
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMMAD DA’I SHOLIH
NIM: 11110 159
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 1438 H/ 2017 M
iv
v
vi
vii
MOTTO
قال رسول اهلل صلى اهلل عليه : ضي اهلل عنه قال عن أبى هري رة ر
(متفق عليه) م ل ع ي م ل علم ما اهلل ه ث ر و م ل ا ع م ب ل م ع ن م :وسلم
Dari Abu Huroiroh r.a telah berkata, Rasulullah
Saw telah bersabda: “Barang siapa mengerjakan
dengan apa yang diketahuinya, niscaya
dipusakakan Allah Swt kepadanya ilmu
pengetahuan yang belum diketahuinya.”
(Muttafaqun alaih)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:
Ayahku Bp Syafii dan Ibuku Musyaro’ah yang memberikan
segalanya, tanpa jerih payah dan kasih sayang darinya tak akan
pernah mampu kuberada dalam keadaan yang sebaik ini,
kakak-kakakku yang selalu mensupport, terimakasih atas
nasehat dan omelannya, serta adikku yang selalu menghibur
dengan tingkah konyolnya.
Seluruh teman-teman angkatan 2010 yang telah melambaikan
tangannya jauh-jauh hari, terimakasih telah membuat warna-
warni kehidupan dan semoga kesuksesan bersama kalian.
Teman-teman Ponpes Sunan giri, bersama kalian ku tempuh
masa muda tuk belajar kedewasaan
Dan kepada pembaca yang menyempatkan mengutip ataupun
menjadikan tulisan ini menjadi berguna.
ix
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيمPuji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swtatas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam
wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam AllahSwt,
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Penyempurna akhlak manusia
dan yang selalu kuucap namamusebagai bentuk kerinduan yang tak ada
hentinya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. ketua jurusan pendidikan agama islam IAIN
Salatiga.
4. Bapak H. Agus Ahmad Su’aidi, MA. selaku pembimbing yang telah
membimbing dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak/ ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga
Allah Swt menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.
x
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat
yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat الحمد هلل رب العالمين. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.
Salatiga, 13 Maret 2017
Penulis
Muhammad Da’i Sholih
xi
ABSTRAK
Sholih, Da’i. 2017. Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab Menurut Al-Qur’an
Surah Luqman Ayat 16. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: H. Agus Ahmad Su’aidi, M.A,
Kata kunci: Pendidikan Karakter, Tanggung Jawab dan Al-Qur’an.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter bertanggung
jawab menurut QS. Luqman ayat 16. Pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti
adalah: 1. Bagaimanakah karakter bertanggung jawab menurut Al-Qur’an surah
luqman ayat 16. 2. Bagaimanakah Implementasi pendidikan karakter bertanggung
jawab yang terkandung dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan metode
library research (kajian pustaka), dengan menjadikan literatur kitab-kitab seperti
Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi Saw, ataupun buku-buku sebagai objek
penelitian, setelah itu mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan
tanggung jawab, setelah dikumpulkan maka ayat-ayat tersebut disusun dan
dikaitkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya, pada tahap selanjutnya
menganalisis isinya (content analysis).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. QS. Luqman ayat 16
mengandung pendidikan karakter bertanggung jawab. 2. QS. Luqman ayat 16
dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan, fokusnya menjadikan anak
didik menjadi manusia yang berkarakter bertanggung jawab
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ………………………………............................................. ..... i
LOGO IAIN ......................................................................................... ..... ii
JUDUL ................................................................................................ ..... iii
NOTA PEMBIMBING .............................................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................ ......... vi
MOTTO............................................................................................... ...... vii
PERSEMBAHAN ................................................................................ ..... viii
KATA PENGANTAR......................................................................... ...... ix
ABSTRAK ........................................................................................... ..... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................ ..... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 7
C. Tujuan Penelilitian ............................................................. 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................... .. 7
E. Kerangka Teoritik.............................................................. 8
F. Metode Penelitian .............................................................. 11
G. Sistematika Pembahasan.................................................... 14
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Hakekat Karakter Bertanggung Jawab ................................ 16
B. Macam-macam Bentuk Tanggung Jawab ............................ 18
C. Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab ............................ 22
xiii
D. Kompilasi Ayat-ayat Al-Qur’an yang Mengandung Nilai
Tanggung Jawab .................................................................. 26
BAB III. ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH DAN TAFSIR
A. Asbabun Nuzul Q.S Luqman Ayat 16 ................................. 37
B. Munasabah Nuzul Q.S Luqman Ayat 16 ............................ 39
C. Tafsir QS. Luqman Ayat 16 …………………………….... 42
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Implementasi Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab
yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surah Luqman
Ayat16 ................................................................................. 46
B. Hikmah Karakter Bertanggung Jawab .…………………... 56
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 59
B. Saran ……………………………………………………… 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna disisi Allah Swt.
Manusia diberikan anugerah berupa akal fikiran agar bisa membedakan
perkara yang baik dan perkara yang buruk, agar bisa melakukan segala
pekerjaannya dengan sebaik mungkin, dan dengan akal fikiran pula manusia
mampu mempertimbangkan apapun yang ingin dilakukan. Tentang
kesempurnaan manusia ini, Allah Swt berfirman
(4: التني)لقد خلقنا اإلنسان فى احسنى ت قوىي
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya .”(At-Tin: 4)
Berbicara tentang akal fikiran, tentunya tidak lepas dari yang namanya
pendidikan.Karena dengan pendidikan itulah akal fikiran bisa berkembang dan
berlanjut pada perkembangan kehidupan manusia.
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Tim
Penyusun KBBI, 2005: 263)
Poerbakawatja (1982:257) mendeskripsikan pendidikan dalam arti
yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk
2
mengalihkan pengetahuannya, pengalamnnya, kecakapannya serta
keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar
dapat memenuhi fungsi hidupnya baikjasmaniah maupun rohaniah.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yangdemokratis serta bertanggung jawab”.
Berdasarkan uraian undang-undang di atas dapat diketahui bahwa arah
pendidikan adalah sebagai wadah pembentuk generasi bangsa yang berpotensi,
berilmu, bermoral dan berakhlak mulia.Namun pada kenyataannya, masih
banyak kita jumpai tindak kriminal seperti perilaku korupsi yang dilakukan
para pejabat, tawuran yang dilakukan pelajar, penyelewengan kekuasaandan
lain-lain. Itu semua karena orang lebih mementingkan diri-sendiri dan
mengabaikan kepentingan orang lain.
Hal tersebut merupakan sedikit contoh belum tercapainya visi dan misi
pendidikan nasional.Perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
orang-orang yang sudah terdidik.Itu menunjukkan bahwa karakter moral dan
akhlak masih belum berhasil.
3
Persoalan karakter bangsa akhir-akhir ini menjadi sorotantajam
masyarakat, yang diungkapkan melalui berbagai tulisan di mediacetak,
wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain dimedia
massa, para pemuka agama dan masyarakat, para ahli, para
pengamatpendidikan, dan para pengamat sosial, mulai gencar angkat bicara
mengenaipersoalan budaya dan karakter bangsa diberbagai forum diskusi dan
seminar,baik di tingkat lokal maupun nasional. Berbagai kasus dan peristiwa
yangsering kita baca di media surat kabar dan amati di layar kaca, seperti
kasuskorupsi, kolusi, nepotisme, perampokan, pencurian dengan
kekerasan,kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, aksi terorisme,
dan kasuslainnya, menimbulkan pertanyaan dalam benak kita: “Dimanakah
gerangannilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan pilar kebangsaan kita kini
berada?”(Kementrian pendidikan dan kebudayaan, 2013:3)
Pendidikan adalah wadah untuk menciptakan manusia yang
berkualitas. Proses pengembangan kemampuan manusia dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik hendaknya berjalan dengan seimbang.
Namun, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata
seimbang. Karena gaya pendidikan dan pembelajaran yang cenderung
formalistik dan hanya mementingkan capaian akademik semata (Darmiyati
zuchdi, dkk., 2013:2).
Kurangnya kesadaran manusia akan timbal balik atas apa yang
dilakukan, jika menanam benih yang baik maka akan mengunduh buah yang
baik pula, begitu pula sebaliknya.Manusia masih begitu acuh terhadap
4
tanggung jawab atas apa yang telah mereka pelajari untuk diterapkan dalam
kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Menyikapi hal demikian, belakangan sering diwacanakan pendidikan
karakter di Indonesia. Pemerintah menggalakkan program penanaman karakter
sejak usia dini, membubuhkan pendidikan karakter dalam tiap mata pelajaran,
dan berusaha semaksimal mungkin menumbuhkan kesadaran individu
manusia.
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
diri-sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan.Nilai-nilai
tersebutdapat terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatanberdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat (Jamal, 2011: 35).
Agus Wibowo (2012: 36) menyatakan pendidikan karakter adalah
pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur
kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan
dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai
anggota masyarakat, dan warga negara pada suatu nilai tertentu yang dirujuk
oleh sekolah.
Dalam perspektif Islam pun, pendidikan karakter secara teoretik
sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan
diutusnya Nabi Muhammad Saw untuk memperbaiki atau menyempurnakan
5
akhlak (karakter) manusia.Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika
ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan
mu’amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran islam secara utuh (kaffah)
merupakan model karakter seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan
model karakter Nabi Muhammad Saw, yang memiliki sifat Shiddiq, Amanah,
Tabligh, Fathonah (Mulyasa, 2014: 5).Allah Swt telah berfirman dalam Q.S
Al-Qalam ayat 4:
(4: القلم)وإىنك لعلى خلق عظىيم
Artinya: “Sesungguhnya engkau (Muhammad ) berada di atas bdi pekerti
yang agung.” (Q.S Al-Qalam:4)
Dalam hadits pun telah disebutkan:
تم ثت عى ب إىنا (رواه البخارى و ابو داود) الخلقى مكارىم م لى
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia.”(H.R. Bukhori dan Abu Dawud)
Prinsip akhlakdalamIslam yang paling menonjol ialah bahwa manusia
bebas melakukan tindakan-tindakannya, ia punya kehendak untuk berbuat dan
tidak berbuat sesuatu. Namun ia harus bertanggung jawab terhadap semua
yang dilakukannya dan harus menjaga apa yang dihalalkan dan diharamkan
Allah Swt. Maka tanggung jawab pribadi ini merupakan prinsip akhlak yang
paling menonjol dalam Islam dan semua urusan keagamaan seseorang selalu
disandarkan pada tanggung jawab pribadi ini (Ali Abdul Halim Mahmud,
1996: 114).
6
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
dilakukan, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara,
maupun Tuhan YME (Darmiyati Zuchidi dkk, 2010:15).
Tanggung jawab pada taraf yang paling rendah adalah kemampuan
seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya
(Abdullah Munir, 2010: 90).
Sebagian orang lebih memilih menghindari tanggung jawab dari pada
menerima tanggung jawab atas apa yang dilakukan. Oleh karena itulah muncul
istilah peribahasa, “lempar batu sembunyi tangan.” Sebuah peribahasaan yang
mengartikan manusia tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya
sendiri, dan membiarkan orang lain yang menanggung akibat perbuatannya.
Besar kecilnya akibat yang timbul karena penyelewengan terhadap
amanah itu bergantung kepada keadaan atau fungsi seseorang.Jika hanya
dalam hubungan pribadi dengan pribadi maka kerusakannya paling tinggi
dialami oleh orang-orang yang bersangkutan dan keluarga-keluarganya. Tetapi
kalau yang berkhianat itu kebetulan seorang yang memikul amanah yang
mempunyai hubungan langsung dengan nasib orang banyak, seumpama
pemimpin, baik pemimpin umat lebih-lebih lagi pemimpin negara, maka
akibat yang ditimbulkannya akan menimpa masyarakat keseluruhannya yang
kadang-kadang sampai diderita oleh beberapa keturunan (Yunan Nasution,
1988: 84).
7
Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk mendalami ayat
Al-Qur’an yang berkenaan dengan tanggung jawab dan memutuskan untuk
meneliti dengan judul sebagai berikut:
PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT
AL-QUR’ANSURAH LUQMAN AYAT 16
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana karakter bertanggung jawab menurut Al-Qur’an surah luqman
ayat 16.
2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang
terkandung dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakter bertanggung jawab yang ditanamkan Allah
dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.
2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab
yang terkandung dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.
D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
8
1. Bagi IAIN Salatiga, untuk memperkaya daftar pustaka yang diberikan
kepada mahasiswa di perpustakaan IAIN Salatiga, selain itu, bisa dijadikan
bukti dalam memberikannya khazanah ilmu baru lewat generasi terdidik
yang bisa menunjukkan hasil penelitiannya.
2. Untuk khalayak umum, manfaat dari penelitian yang dibuat ini, bisa
mempermudah untuk memahami dari makna tanggung jawab menurutAl-
Qur’ansurah luqman ayat 16, dan maksud dari interpretasi dari ayat-ayat
tersebut menurut para ulama’ terkemuka.
3. Untuk peneliti sendiri, selain memberikan wawasan baru dalam dunia
pendidikan, peneliti juga akan lebih memahami sejauh mana interpretasi
dari Al-Qur’an surah luqman ayat 16 yang telah diteliti tersebut.
E. Kerangka Teoritik
1. Pendidikan
Pendidikan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(Tim Penyusun KBBI, 2005: 263).
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu
usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya
bagi keberlangsungan kehidupan masyarakatdan bangsa yang lebih baik di
masa depan (Kemendiknas, 2010: 4)
9
2. Karakter
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.(Masnur Muslich, 2011: 84)
Karakter ialah watak yang telah tertanam dalam hati yang mudah
keluar dalam bentuk perbuatan tanpa melalui proses berfikir dan
merenung. Apabila watak itu muncul dengan perbuatan yang baik secara
akal dan syara’ maka itu disebut karakter yang baik (khuluqon khasanan).
Dan apabila watak itu mucul dengan perbuatan jelek (‘afalu qobikhah)
maka disebut karakter yang jelek (khuluqon syyian) (Al Ghozali, -:52)
Furqon Hidayatullah (2010: 17) mendefinisikan karakter sebagai
kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu
yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan
penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.
Selanjutnya, Daryanto dan Suyatri (2013: 64) mengartikan karakter
sebagai pola perilaku yang bersifat individual dan keadaan moral
seseorang.
3. Tanggung Jawab
Kemendiknas (2010: 10) mendeskripsikan tanggung jawab sebagai
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
10
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Tanggung jawab pada taraf yang paling rendah adalah kemampuan
seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam
dirinya. (Abdullah Munir, 2010: 90)
Menurut Thomas Lickona (2012: 73) Tanggung jawab adalah
melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam keluarga, di
sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan
yang terbaik.
4. Al-Qur’an
Al-Qur’an secara etimologiadalah bentuk kata mashdar dari qa-ra-a,
sehingga kata Al-Qur’an dimengerti oleh setiap orang sebagai nama kitab
suci yang mulia itu. (Subhi As-Shalih, 1993: 10).
Quraish Shihab (1999: 3) menyatakan Al-Qur’an secara harfiyah
berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang
sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak mansia mengenal tulis
baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-
Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.
Sedangkan Al-Qur’an secara terminologi menurut Hasby Ash-
Shidieqy (1954:2) dalam bukunya Syarah dan Pengantar Ilmu Qur’an dan
Tafsir berpendapat Al-Qur’an adalah nama bagi kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang ditulis dengan mashhaf.
11
Kalam Allah yang dikomunikasikan kepada manusia melali Nabi
Muhammad Saw dalam bahasa arab. Al-Qur’an dijadikan Allah Swt dalam
bentuk mushaf-mushaf yang dikutip secara mutawatir sehingga dapat
diterima dan dipahami dengan benar serta terjaga kelestariannya
(Samsurrohman, 2014:22).
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalahlibrary research, di mana data-data yang
berhubungan dengan objek penelitian, baik yang primer maupun yang
skunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah,
artikel dan jurnal) (Adang kuswaya, 2009: 11). Hal ini sejalan dengan
penjelasan Mestika (2008:3) yang mengartikan library research sebagai
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mengolah bahan penelitian.
2. Pendekatan
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
tematik. Tafsir tematik yaitu sebuah penelitian pada tema tertentu untuk
dikaji. Namun, yang menjadi pokok bahasan utama adalah Al-Qur’an
surah luqman ayat 16. Adapun ayat-ayat lain sebagai dalil pendukung.
Langkah-langkah atau cara kerja metode tafsir tematik atau dalam
kata lainnyatafsir mawdhu’iyini dapat dirinci sebagai berikut:
12
a. Memilih atau menetapkan masalah alquran yang akan dikaji secara
mawdhu’iy (tematik).
b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah
telah ditetapkan, ayat Makiyyah dan Madaniyyah.
c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa
turunnya, disertai pengetahuan menegenai latar belakang turunnya ayat
atau asbab al-nuzul
d. Memahami korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing-
masing suratnya.
e. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis,
sempurna dan utuh (outline).
f. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadits, bila dipandang
perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin
jelas.
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan
cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa,
mengkompromikan antara pengertian ‘am dan khash, antara muthlaq
dan yang muqayyad, mengsinkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak
kontradiktif, menjelaskan ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua
ayat tersebut bertemu pada satu muara,
h. Tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap
sebagian ayat kepada makna-makna yang sebenarnya tidak tepat.
(Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, 1996: 45-46)
13
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode yang relevan
dengan library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan
untuk penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian:
a. Sumber data primer, yaitu Al-Qur’an dan hadits Nabi Saw yang
berkaitan dengan tanggung jawab.
b. Sumber data skunder, yaitu tafsir-tafsir Al-Qur’an yang berkaitan
dengan tanggung jawab dan karya-karya para ahli yang membahas
tentang segala hal yang berkaitan dengan pembahasan pokok.
4. Metode Analisis Data
Analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif atau data textular.
Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu
analisis macam ini juga disebut analisis isi (content analysis) (Sumadi
Suryabrata, 1995: 85).
Weber menambahkan, kajian isi merupakan metodologi penelitian
yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang
shohih dari sebuah buku atau dokumen (Lexy J. moleong 2010:220).
Di sini peneliti menggunakan metode content analysis dalam
menguraikan makna yang terkandung dalam redaksi Al-Qur’an, setelah itu
dari hasil interpretasi tersebut dilakukan analisa secara mendalam dan
seksama guna menjawab dari rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh
penulis.
14
G. Sitematika Pembahasan
Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini
disusun dalam lima bab yang meliputi:
BAB I Dalam bab ini merupakan pendahuluan, didalamnya memaparkan
tentang latar belakang penelitian, rumusan dan tujuan penelitian.
Selain itu didalamnya juga membahas tentang manfaat penelitian
yang diangkat dalam topik pembahasan, dan diteruskan dengan
teknik pengumpulan data serta sistematika pembahasan yang
digunakan dalam membuat penelitian ini agar lebih terstruktur dan
sistematis.
BAB II Sebagai kelanjutan dari bab awal yang lebih spesifik dalam
sistematika penulisan, bab yang kedua ini menguraikan kajian
umum tentang hakikat tanggung jawab, diteruskan penghimpunan
segala dalil yang berhubungan dengan sifat tanggung jawab.
BAB III Menguraikan tentang sebab-sebab turunnya Al-Qur’an yang
menerangkan tentang karakter bertanggung jawab, selain itu di
dalam bab ini juga menerangkan tentang munasabah dengan ayat-
ayat lain,dan juga memaparkan tafsirnya.
BAB IV Dalam bab ini peneliti lebih memfokuskan inti pembahasan tentang
karakter tanggung jawab dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16
dan mempelajari relevansinya dengan ayat lain. Dan cara
mengimplementasikan pendidikan karakter bertanggung jawab
15
dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16 dalam kehidupan sehari-
hari.
BAB V memaparkan kesimpulan atas pembahasan yang telah diuraikan
dalam penelitian, diteruskan dengan penutup.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Karakter Bertanggung Jawab
Tanggung jawab adalah beban yang dipikul oleh seseorang akibat
sesuatu yang ia lakukan, baik karena ucapan dan perbuatannya ataupun karena
diamnya. Apa yang dilakukan seseorang pertama-tama akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt., selanjutnya di hadapan dirinya
sendiri dan di hadapan masyarakat. Adapun akibat dari apa yang ia lakukan
tersebut:
1. Di hadapan Allah Swt, dapat berupa pahala ataupun siksa.
2. Di hadapan diri-sendiri bisa berupa kebahagiaan atau kesengsaraan.
3. Di hadapan masyarakat bisa berupa pujian atau hukuman. (Mahmud, 2004:
150)
Tanggung jawab sebagai pengontrol kebebasan manusia. Manusia
bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan, tapi itu semua harus ada
pertanggungjawabannya. Sebagaimana pendapat Damanhuri (2014: 201)
menyebutkan, hubungan timbal balik antara pengertian kebebasan dan
tanggung jawab dalam arti bahwa manusia itu bebas memilih dan bebas
melakukan, maka ada konsekuensinya manusia harus bertanggung jawab atas
perbuatannya. Tidak ada kebebasan tanpa adanya tanggung jawab, demikian
pula sebaliknya tidak ada tanggung jawab bila suatu perbuatan dilakukan
secara bebas.
17
Dari pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwa tanggung jawab
adalah suatu hal yang wajib untuk dikerjakan. Seperti contoh orang Islam
sebagai umat Allah Swt, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan shalat
fardlu lima waktu. Dan itu juga sebagai kewajiban orang islam tersebut
sebagai seorang hamba.
Abuddin Nata (2002: 132) berpendapat bahwa tanggung jawab dalam
kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya itu baik. Ini pun sesuai
dengan ungkapan Indonesia, yaitu kalau dikatakan bahwa orang yang
melakukan kekacauan sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, maka
yang dimaksud adalah bahwa perbuatan yang dilakukan orang tersebut secara
moral tidak dapat dipertanggungjawabkan, mengingat perbuatan tersebut tidak
dapat diterima oleh masyarakat.
عث رسول بىني حت ن ب ول تزىر وازىرة ومزر أخرى وما كنا معذم
Artinya: “Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,
dan Kami tidak akan menyiksan sebelum Kami mengutus seorang rasul …”
(Q.S Al-Isra’: 15)
ليكلمف اهلل ن فسا إىل وسعها
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya …” (Q.S Al-Baqarah: 286)
Dari gabungan dua ayat ini, kita dapat memetik paling tidak dua kaidah
yang berkaitan dengan tanggung jawab, yaitu:
1. Manusia tidak diminta untuk mempertanggungjawabkan apa yang tidak
diketahui atau tidak mampu dilakukannya.
18
2. Manusia tidak dituntut mempertanggungjawabkan apa yang tidak
dilakukannya, sekalipun hal tersebut diketahui. (Shihab, 1999: 257)
Seseorang bisa dinilai memiliki karakter bertanggung jawab jika orang
tersebut selalu lebih mementingkan mengerjakan kewajiban dari pada hak
pribadinya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Sebagaimana
yang diutarakan oleh Sri Narwanti (2011: 69) bahwa indikator dari tanggung
jawab ialah selalu melaksanakan tugas sesuai dengan aturan/ kesepakatan dan
bertanggung jawab dengan semua tindakan yang dilakukan.
B. Macam-macam Bentuk Tanggung Jawab
م ك ل ك و اع ر م ك ل ك ل و ق ي م ل س و هى ي ل ع ى اهلل ل ص اهللى ل و س ر ن ا أ م ه ن ع اهلل ي ضى ر ر م ع نى اب ن ع هى تى ي ع ر ن ع ل و ئ س م و ه و هى لى ه أ فى اع ر ل ج الر و هى تى ي ع ر ن ع ل و ئ س م و اع ر ر ي مى ال هى تى ي ع ر ن ع ل و ئ س م و
هى تى ي ع ر ن ع ل و ئ س م و هى دى يم س الى م فى اع ر م ادى ال و هى تى ي ع ر ن ع ة ل و ئ س م و اه جى و ز تى ي ب فى ة ي اعى ر ة أ ر ال (متفق عليه) هى تى ي ع ر ن ع ل و ئ س م و اع ر م ك ل ك و
Hadits di atas menerangkan bahwa sifat tanggung jawab sangat
dijunjung tinggi dalam ajaran Islam.Karena tanggung jawab berhubungan
dengan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Setiap manusia adalah
pemimpin yang akan mempertanggungjawabkan kepimpinannya, baik
memimpin diri-sendiri maupun memimpin orang lain. Dan manusia memiliki
tanggungan yang akan dipertanggungjawabkan tanggungannya tersebut.
Nilai-nilai akhlak mulia yang diajarkan oleh islam untuk umatnya sarat
dengan ketentuan tanggung jawab dari setiap muslim terhadap dirinya sendiri
karena ia sebagai individu, terhadap masyarakat karena ia sebagai anggota
19
masyarakat, dan terhadap umat islam mengingat ia adalah bagian dari umat
islam.Prinsip tanggung jawab ini merupakan salah satu prinsip yang
ditetapkan Al-Qur’an dalam sejumlah ayatnya.
نة ي ا كسبت رهى (83: الدثر)كل ن فس بى
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya,” (Al-Mudatstsir: 38)
(464: النعام) ىر خ أ ر ز وى ة ر ازى و ر زى ت ل ا و ه ي ل ع ل إى س ف ن ل ك ب سى ك ت ل و
Artinya: “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan
kemudharatannya kembalikepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain….” (Al-An’aam: 164)
(86: العسراء)إىن السمع والفؤاد كل أولئىك كان عنه مسئ ول ...
Artinya: “…Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Israa’: 36) (Mahmud, 2004: 15)
Dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut bisa dijabarkan, bahwasanya macam-
macam tanggung jawab meliputi:
1. Tanggung jawab sebagai seorang individu.
Setiap manusia mempunyai harga diri yang bersumber pada kata
hatinya, yaitu bagian dari manusia yang mampu membedakan antara
berbagai nilai hidup.Tanggung jawab terhadap diri-sendiri mencegah kita
terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat merendahkan martabat manusia,
yang dapat merendahkan harga dirinya. (Pribadi, 1987: 77)
Menunaikan kewajiban terhadap dirinya sendiri, yang dengan itu
kemuliaan dan hak-hak seorang dapat terpelihara merupakan sebuah
20
keutamaan.Demikian juga sebaliknya, meninggalkan kewajiban terhadap
diri-sendiri merupakan tindakan yang tidak terpuji. Mengenai kebenaran
akan hal ini merupakan kesepakatan bersama yang tidak bisa
diperdebatkan lagi.(Mahmud, 2004: 15)
Ali Abdul Halim Mahmud menambahkan, Tanggung jawab
seseorang terhadap dirinya sendiri meliputi semua yang ia lakukan
sepanjang hidupnya; apa yang ia katakan, apa yang ia perbuat, apa yang
ia makan, apa yang ia minum, apa yang ia pakai, harta yang ia peroleh dan
ia belanjakan, apa yang ia pelajari, apa yang ia ajarkan dan apakah ia
mengerjakan ilmu yang ia ketahui, kesemuanya akan diminta
pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt kelak pada hari kiamat.
(Mahmud, 2004: 151)
2. Tanggung jawab terhadap orang lain.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak boleh berbuat sewenang-
wenang yang dapat merugikan orang lain. Dengan merugikan orang lain
berarti manusia mengganggu kebebasan dan menyalahi hak mereka, dan
tidak bertanggung jawab terhadap orang lain.
Menunaikan kewajiban-kewajiban sosial yang jumlahnya cukup
banyak dan bervariasi, menurut semua orang merupakan satu
keutamaan.Demikian juga sebaliknya, meninggalkan kewajiban-kewajiban
tersebut merupakan tindakan yang tidak terpuji dan dicela oleh semua
ornag.
21
Cakupan kewajiban sosial sangat luas, mulai dari kewajiban
terhadap keluarga, meyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalan,
memberi makan orang kesusahan sampai kewajiban menyembelih
binatang dengan cara yang baik. Semua itu merupakan ketetapan-
ketetapan dalam syariat islam, ketetapan-ketetapan akal manusia serta
ketetapan-ketetapan sistem sosial masyarakat (Mahmud, 2004: 15-16).
Bentuk tanggung jawab kepada diri-sendiri dan keluarga pun telah
disebutkan dalam ayat lain, yaitu Q.S At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
ظ ل غى ة ك ئى ل ا م ه ي ل ع ة ار ج الى و اس الن ا ه د و ق ا و ار ن م ك ي لى ه أ و م ك س ف ن ا أ و وا ق ن م آن ي ا الذى ه ي أ آ ي
(6: التحري) ن و ر م ؤ ا ي م ن و ل ع ف ي و م ه ر م أ هى بى اهلل ر م ا أ م اهلل ن و ص ع ي ل اد د شى
Artinya: “Hai orang-orang yuang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim: 6)
Kepada kerabat pun, seseorang mendapat tanggung jawab untuk
saling mengajak dalam kebaikan dan mengingatkan untuk menjauhi segala
larangan Allah Swt yang tertera dalam Q.S Asy-Syu’araa’ ayat 214.
(444: الشعراء) ني بى ر ق ال ك ت ر ي شى ع ر زى ن أ و
Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat.” (Q.S Asy-Syu’araa’: 214)
3. Tanggung jawab terhadap Allah Swt.
Begitu agung nikmat Allah Swt yang dilimpahkan pada manusia di
alam semesta ini. Allah Swt menjadikan manusia khalifah di bumi agar
22
manusia bertanggung jawab dalam menggunakan dan melestarikan apa
yang sudah dikaruniakan padanya. Dan Allah Swt menciptakan manusia
tidak lain agar manusia selalu menyembah dan beribadah kepadaNya.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Adz-Dzaariyaat: 56 yang
berbunyi:
(66: الذارية) ن و د ب ع ي لى ل إى س ن اإلى و ن الى ت ق ل ا خ م و
Artinya: “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56)
Manusia sebagai makhluk Tuhan, harus dapat mentaati hukum
kehidupan yang diadakan oleh Tuhan, sebagai instansi yang tertinggi yang
membela keadilan.Tuhan adalah instansi yang bersifat Maha Adil.Segala
perbuatan kita tidak ada yang terlepas dari penilaian oleh Tuhan, karena
Tuhan bersifat Maha Mengetahui (omniscient) dan Maha Kuasa
(omnipotent). Bahkan rekaman terhadap segala perbuatan kita berlaku
sampai kehidupan ukhrawi yang juga mengenal sistem ganjaran (surga)
dan sistem hukuman (neraka). (Pribadi, 1987:77)
C. Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab
و اءى ش ح الف نى ى ع ه ن ي و ب ر ى الق ذى ائى ت ي إى و انى س ح اإلى و لى د ع ال بى ر م أ ي اهلل ن إى م ك ظ عى ي يى غ الب و رى ك ن ال
(09: النحل) ن و ر ك ذ ت م ك ل ع ل
Artinya: “Sesungguhnya Allah Menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
23
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S Al-Nahl: 90)
Kedudukan akhlak (karakter) dalam kehidupan manusia menempati
tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dan bangsa.Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera
rusaknya sesuatu bangsa dan masyarakat, tergantung kepada bagaimana
akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir-
batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah
lahirnya dan atau batinnya. (Djatnika, 1996: 11)
Dalam islam pun, akhlak menjadi pokok keimanan seseorang. Tanpa
akhlak seseorang tidak bisa dikatakan sebagai orang yang beriman, dan
semakin tinggi akhlak seseorang tersebut, maka nilai keimanan seseorang
semakin matang. Sebagai mana dalam suatu hadits bahwasanya Nabi
Muhammad Saw telah bersabda,
ل م ك أ ا ق ل خ م ه ن س ح ا أ ان ي إى ني نى مى ؤ ال
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang
paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim)
Tanggung jawab adalah salah satu akhlak terpuji yang harus
ditanamkan pada diri seseorang. Dengan menanamkan sikap tanggung jawab,
seseorang akan memetik hasil yang positif dan tidak akan merugikan diri-
sendiri maupun orang lain. Karena pada dasarnya akhlak baik itu adalah suatu
perbuatan yang bermanfaat dan tidak merugikan.
Sifat tanggung jawab itu pun tidak lepas dari sifat-sifat terpuji
(mahmudah) lainnya, karena seluruh sifat terpuji itu pun bisa berjalan dengan
24
adanya tanggung jawab. Seperti contoh orang yang berlaku adil dan menolong
sesama, maka semua itu harus didasari dengan perasaan tanggung jawab agar
apa yang dilakukan benar-benar ikhlas dan mendapat ridho Allah Swt. Jika
tanpa didasari sifat tanggung jawab, maka dalam menjalankan keadilan dan
menolong sesama akan dilakukan dengan semaunya sendiri, tidak dilakukan
dengan semaksimal mungkin.
Dalam berbuat, selayaknya seseorang merenungi hal tersebut.
Sehingga tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah
dalam berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang
memerintahkan manusia untuk senantiasa bersikap tanggung jawab, di
antaranya QS.Luqman ayat 16. Tujuan kenapa manusia diperintahkan untuk
senantiasa bertanggung jawab, di antaranya:
1. Mendidik manusia untuk selalu bertanggung jawab.
Tanggung jawab bukanlah hal yang mudah, maka dari itu sering
kali seseorang mengabaikan tanggung jawab yang seharusnya dipikulnya.
Padahal setiap hal yang dilakukan dengan tanggung jawab tersebut juga
akan kembali pada kebahagiaan hidupnya.
(09: النحل... )ة ب يم ط ة اي ح ه ن ي يى ح ن ل ف ن مى ؤ م و ه ى و ث ن أ و أ ر ك ذ ن ا مى الى ص ل مى ع ن م
Artinya: “barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik…” (Q.S An-Nahl: 97)
Dalam mengemban tanggung jawab pun, seseorang akan selalu
berusaha memberikan yang terbaik dari apa yang dikerjakan. Mereka tidak
25
akan merasa puas sebelum apa yang dicapainya benar-benar sesuai dengan
apa yang diharapkan.
2. Mendidik manusia untuk menjalani kehidupan yang sebaik-baiknya
dalam bermasyarakat
(464: النعام... )ى ر خ أ ر ز وم ة ر ازى و ر زى ت ل ا و ه ي ل ع ل إى س ف ن ل ك ب سى ك ت ل و ...
Artinya: “…dan tidaklah seseorang membuat dosa, melainkan
kemudharatannya kembali dirinya sendiri; dan seseorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain…” (Q.S Al-An’aam:
164)
Ruang lingkup tanggung jawab, pada dasarnya adalah
perbuatan individu seseorang dan kembali pada diri-sendiri saja. Akan
tetapi perbuatan individu tersebut dilakukan pada waktu, tempat dan
kondisi tertentu yang berhubungan dengan orang lain dan
meninggalkan bekas dan berpengaruh dalam kehidupan sosial.
Maka dengan menanamkan sikap tanggung jawab, seseorang
akan menjaga hubungan sebaik-baiknya dengan orang lain untuk
menjaga keharmonisan bermasyarakat. dan sebaliknya, ketika dalam
hubungan bermasyarakat seseorang acuh dan tidak menerapkan sikap
tanggungh jawab, maka akan mendapat sorotan negatif dari orang lain
juga.
Keahlian berhubungan dengan orang lain adalah serangkaian
pilihan yang dapat membuat seseorang bisa berkomunikasi secara
efektif dengan orang yang berhubungan dengannya atau yang ingin
dihubungi. (Jones, 1992: 49)
26
3. Mendidik manusia untuk selalu taat pada Allah Swt.
Tanggung jawab adalah sikap terpuji yang datang dari agama
islam yang diperintahkan Allah Swt. Dalam Al-Qur’an Allah Swt
menyebut tanggung jawab dengan kata mas’uliyah. Dengan
menerapkan karakter bertanggung jawab, maka senantiasa seseorang
akan mempergunakan segala apa yang telah dianugerahkan Allah Swt
dengan sebaik-baiknya. Seseorang akan selalu ingat bahwa setiap yang
dilakukan selalu mendapat pengawasan dari Allah Swt. Dengan
demikian akan menjadikan seseorang selalu patuh atas apa yang telah
diperintahkannya dan menjauhi apa yang telah dilarangnya dengan
penuh tanggung jawab dan ketakwaan.
D. Kompilasi Ayat-ayat Al-Qur’an yang Mengandung Nilai Tanggung
Jawab
Allah Swt menciptakan Al-Qur’an sebagai pedoman bagi manusia
dalam menjalankan kehidupan di dunia untuk mencari ridho Allah di akherat
kelak.Dalam mencari ridhonya terdapat kewajiban-kewajiban yang harus
dijalankan dan larangan-larangan yang harus ditinggalkan.Sebagaimana
firman Allah Swt dalam QS.Al-balad ayat 10.
(49: البلد)وهدي ناه النجدينى
Artinya: “Maka Kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua
jalan mendaki (baik dan buruk)” (QS. Al-Balad: 10)
27
Setiap hal yang manusia kerjakan tidak akan luput dari catatan Malaikat
Rakib dan Malaikat ‘Atid yang akan dipertanggungjawabkan manusia di hari
perhitungan amal kelak.
Ada banyak ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan anjuran
bertanggung jawab di dalamnya. Berikut kompilasi ayat-ayat yang berkenaan
dengan sikaptanggung jawab, yang mana ayat pertama disebutkan akan
menjadi pokok pembahasan peneliti:
1. QS. Luqman ayat 16
ن خردل ف تكن فى صخرة أو ث قال حبة مى فى السماواتى أو فى الرضى ياب ن إىن ها إىن تك مى
ر ا اهلل إىن اهلل لطىيف خبىي (46: لقمان)يأتى بى
Artinya: “(Luqman berkata): ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Haluslagi Maha
Mengetahui’.”
2. QS. Al-Baqarah ayat 119
يمى را ونذىي را ول تسئ لون عن أصحابى الحى ي (440: البقرة)إىنا أرسلناك بىالقم بشى
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan
kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,
dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-
penghuni neraka.”
28
3. QS. Al-Baqarah ayat 134
: البقرة)لا ما كسبت ولكم ما كسبتم ول تسئ لون عما كانوا ي عملون تىلك أمة قد خلت
484)
Artinya: “Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah
diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu
tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka
kerjakan.”
4. QS. Al-Baqarah ayat 141
: البقرة)تىلك أمة قد خلت لا ما كسبت ولكم ما كسبتم ول تسئ لون عما كانوا ي عملون
444)
Artinya: “Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah
diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu
tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka
kerjakan.”
5. QS. Al-Baqarah ayat 225
ذكم اهلل بىاللغوى فى أيانىكم ولكىن ا كسبت ل يؤاخى ذكم بى ي ؤاخى
Artinya: “Allah tidak akan meminta pertanggungjawabanmu atas
sumpah-sumpah yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia akan meminta
pertanggungjawabanmu terhadap apa yang disengaja oleh hatimu.”
6. QS. Al-Baqarah ayat 286
ت ب س ت ا اك ا م ه ي ل ع و ت ب س ا ك ا م ل
29
Artinya: “Untuk manusia ganjaran bagi perbatan baik yang
dilakukannya dan sanksi bagi perbuatan (buruk) yang dilakukannya.”
7. QS.Al-An’aam ayat 52
يم ن ول تطردى الذىين يدعون رب هم بىالغدواةى والعشى سابىىم مى يرىيدون وجهه ما عليك مىن حى
(64: النعام)شيء ف تطردهم ف تكون مىن الظالىمىني
Artinya: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki
keridhaanNya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap
perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab
sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak)
mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).”
8. QS.Al-An’aam ayat 159
ا أمرهم إىل اهللى ث ي نبم هم فى شيءى إىن ن ي عا لست مى ا إىن الذىين ف رقوا دىي ن هم وكان وا شى ئ هم بى
(460: النعام)كان وا ي فعلون
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya
dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung
jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah
kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa
yang telah mereka perbuat.”
9. QS. Al-A’raaf ayat 164
ب هم عذابا شدىيدا قالوا مع هم لى تعىظون ق وما اهلل مهلىكهم أو معذم ن ذىرة إل وإىذ قالت أمة مى
(464: العراف)ربىكم ولعلهم ي ت قون
30
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata:
‘Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka
atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?’ Mereka
menjawab: ‘Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab)
kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.’”
10. QS. An-Nahl ayat 93
(44: العسراء)ولتسئ لن عما كنتم ت عملون ...
Artinya: “… Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang
kamu kerjakan.”
11. QS. Al-Isra’ ayat 14-15
(44: العسراء) اب ي سى ح ك ي ل ع م و الي ك سى ف ن فى بى ك ك اب ت كى أ ر ق اى
Artinya: “Bacalah kitab amalm (catatan perbuatan);cukuplah engkau
sendiri yang melakukan perhitungan atas dirimu.”
عث بىني حت ن ب (46: العسراء) رسولول تزىر وازىرة ومزر أخرى وما كنا معذم
Artinya:“Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,
dan Kami tidak akan menyiksan sebelum Kami mengutus seorang rasul.”
12. QS. Al-Isra’ ayat 34
ه وأوف وا بىالعهدى إىن العه لغ أشد ى أحسن حت ي ب د كان ولت قرب وا مال اليتىيمى إىل بىالتى هى
(84: العسراء)مسئ ول
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan
penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya.”
31
13. QS. Al-Isra’ ayat 36
: العسراء)لت قف ما ليس لك بىهى عىلم إىن السمع والفؤاد كل أول ئىك كان عنه مسئ ول و 86 )
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.”
14. QS. Thaaha ayat 127
رةى أشد وأب قى (449: طه)وكذالىك نزىى من أسرف ول ي ؤمىن بىئاياتى ربمهى ولىعذابى الخى
Artinya: “Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas
dan tidak percaya kepada ayat-ayat tuhannya. Dan sesungguhnya azab di
akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.”
15. QS. Asy-Syu’ara’ ayat 216
(446: الشعراء)فإىن عصوك ف قل إىنم برىيء مىا ت عملون
Artinya: “Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: ‘Sesungguhnya
aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan’.”
16. QS. Al-‘Ankabuut ayat 13
(44: العسراء)ا ي فت رون وليحمىلن أث قالم وأث قال مع أث قالىىم وليسئ لن ي وم القىيامةى عما كان و
Artinya: “Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka.,
dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka
sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang
apa yang selalu mereka ada-adakan .”
17. QS. Ar-Ruum ayat 44
م يهدون هى ن فسى ا فلى (44: الروم)من كفر ف عليهى كفره ومن عمىل صالى
32
Artinya: “Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung
(akibat) kekafirannya itu, dan barang siapa yang beramal saleh maka
untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang
menyenangkan).”
18. QS. Al-Ahzab ayat 15
ن ق بل لي ول ون الدبار وكان عهد اهللى مسئ ول (46: الحزاب) ولقد كان وا عاهدوا اهلل مى
Artinya: “Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada
Allah: "Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur)." Dan adalah
perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya.”
19. QS. Saba’ ayat 25
(46: سباء)قل ل تسئ لون عما أجرمنا ول نسئل عما ت عملون
Artinya: “Katakanlah: ‘Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab)
tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula)
tentang apa yang kamu perbuat’.”
20. QS. Yaasiin ayat 12
بىنيى ناه فى إىمامى ال وتى ونكتب ما قدموا وأثارهم وكل شيئ أحصي
(44: يس) إىنا نن نيى ال
Artinya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati dan
Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab
induk yang nyata (Lauh Mahfudz).”
21. QS. Shaad ayat 39
ساب ك بىغيى حى (80: ص) هذا عطاؤنا فامنن أو امسى
Artinya: “Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain)
atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab.”
33
22. QS. Az-Zumar ayat 35
لوا ويزىي هم أجرهم بىأحسنى الذىى كانوا ي عملون هم أسوأ الذىى عمى : الزمر)لىيكفمر اهلل عن
86)
Artinya: “Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka
perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas
mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.”
23. QS. Az-Zumar ayat 41
ها وما إنا أن زلنا عليك الكىتاب لى ل علي ا يضى هى ومن ضل فإىن لناسى بىالقم فمنى اهتدى فلىن فسى
(44: رالزم) أنت عليهىم بىوكىيل
Artinya: “Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al-kitab (Al-
Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran, siapa yang
mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa
yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian)
dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung
jawab terhadap mereka.”
24. QS. Al-Mu’min ayat 28
ن ءالى فىرعون يكتم إىيانه أت قت لون رجل أن ي قول ربم اهلل وقد جاءكم وقال رجل مؤمىن مى
بكم ب عض الذىى يعىد كم بىالب ي مناتى مىن ربمكم وإىن يك كاذىبا ف عليهى كذىبه وإىن يك صادىقا يصى
اب (43: الؤمن)إىن اهلل ل ي هدىى من هو مسرىف كذ
Artinya: “Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut Fir’aun
yang menyembinyikan imannya berkata: “apakah kamu akan membunuh
seorang laki-laki karena dia menyatakan ‘tuhanku ialah Allah’ padahal
dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari
34
tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung
(dosa) dustanya itu, dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian
(bencana) yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu.”Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
melampaui batas lagi pendusta.”
25. QS. Az-Zukhruf ayat 19
لئىكة الذىين هم عىباد الرمحنى إىناثا أشهىدوا خلقهم ستكتب شهادت هم ويسئ لون وجعلوا ال
(40: الزخرف)
Artinya: “Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu
adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang
perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat
itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai
pertanggung-jawaban..”
26. QS. Az-Zukhruf ayat 26
بىيهى وق ومىهى إىننى ب راء مىا ت عبدون يم لى (46: الزخرف)وإىذ قال إىب راهى
Artinya: “Dan ingatlah ketika Ibrohim berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang
kamu sembah.”
27. QS. Az-Zukhruf ayat 44
(48: الزخرف)وإىنه لذىكر لك ولىقومىك وسوف تسئ لون
Artinya: “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar adalah suatu
kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta
pertanggungan jawab..”
35
28. QS. Al-Jaatsiyah ayat 14
ب و ا كان وا يكسى : الاثيه)ن قل لىلذىين أمن وا ي غفىروا لىلذىين ل ي رجون أيام اهلل لىيجرىي ق وما بى
44)
Artinya: “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah
mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena
Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang mereka kerjakan.”
29. QS. Al-Qalam ayat 40
(49: القلم)سلهم أي هم بىذالىك زعىيم
Artinya: “Tanyakanlah pada mereka: ‘Siapakah di antara mereka yang
bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil itu?.’”
30. QS. Al-Muddatstsir ayat 38
نة ي ا كسبت رهى (83: الدثر)كل ن فس بى
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya,”
31. QS. Al-Qiyaamah ayat 36
رك سدى نسان أن ي ت (83: الدثر) أيسب اإلى
Artinya: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja
(tanpa pertanggung jawaban)?,”
32. QS. Al-Ghaasyiyah ayat 1
(4: الغاشية) ةى ي اشى الغ ث ي دى ح اك ت أ ل ه
Artinya: “Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari
pembalasan?”
36
33. QS. At-Tiin ayat 7
(9: التني) نى ي الدم بى د ع ب ك ب ذم ك ا ي م ف
Artinya: “Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari)
pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?”
34. QS. Az-Zalzalah ayat 7-8
را ي ره ث قال ذرة خي ث قال ذرة شرا ي ره , فمن ي عمل مى (3-9: الزلزله)ومن ي عمل مى
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasannya) pula (7). Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasannya) pula.”
37
BAB III
ASBABUN NUZUL, MUNASABAH DAN TAFSIR
A. Asbabun Nuzul QS. Luqman Ayat 16
Menurut bahasa “sabab al-Nuzul” berarti sebab-sebab turunnya ayat-
ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan Allah Swt kepada Muhammad Saw
secara berangsur-angsur selama lebih kurang 23 tahun. Al-Qur’an diturunkan
untuk memperbaiki akidah, ibadah, akhlak dan pergaulan orang yang sudah
menyimpang dari kebenaran.Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya
penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan
sebab turunnya Al-Qur’an.Ini adalah sebab umum turunnya Al-Qur’an.Hal ini
tidak termasuk dalam pembahasan yang hendak dibicarakan.Sabab al-Nuzul
atau Asbab al-Nuzul (sebab turun ayat) di sini dimaksudkan sebab-sebab yang
secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu. (Syadili &Rofi‟i,
1997: 89).
Pada bab sebelumnya telah disebutkan, banyak sekali ayat Al-Qur’an
yang berkaitan dengan sikap tanggung jawab atau amal manusia akan
dipertanggungjawabkan. Akan tetapi cakupan peneliti hanya fokus dalam
QS.luqman ayat 16.
ث قال حبة مىن خردل ف تكن فى صخرة أو فى السماوا تى أو فى الرضى يأتى ياب ن إىن ها إىن تك مى
ر ا اهلل إىن اهلل لطىيف خبىي (46: لقمان)بى
38
Artinya: “(Luqman berkata): ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Haluslagi Maha Mengetahui.’”
Surah Luqman ini merupakan salah satu surah yang turun di Mekkah
dan disebut Surah Luqman karena adanya nama Luqman dalam surah tersebut.
Surah ini termasuk salah satu dari enam surah yang diawali dengan singkatan
huruf alif,lam, Mim (Imani dkk., 2008: 247-248).
Penyebab turunnya surah luqman ini ialah adanya pertanyaan dari
orang-orang Quraisy mengenai kisah Luqman dan anaknya, serta mengenai
sikap anaknya yang sangat berbakti kepada orang tuanya.
Para ulama berikhtilaf mengenai Luqman, mayoritas ulama
berpendapat bahwa dia adalah hamba Allah Swt yang saleh tanpa menerima
kenabian. Menurut Ibnu Abbas, Luqman adalah seorang hamba kebangsaan
Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Sementara Jabir bin Abdillah
mengidentifikasi Luqman sebagai orang bertubuh pendek dan berhidung
pesek. Sedangkan Said bin Musayyab mengatakan bahwa Luqman berasal dari
kota Sudan, memiliki kekuatan, dan mendapat hikmah dari Allah Swt, namun
dia tidak menerima kenabian.(Ar-Rifa’i, 2000: 787)
Sahabat Nabi Muhammad Saw, Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi
bersabda: “Aku berkata benar, sesungguhnya Luqman bukanlah seorang nabi,
tetapi dia adalah seorang hamba Allah yang banyak menampung kebajikan,
banyak merenung, dan keyakinan lurus. Dia mencintai Allah maka Allah
mencintainya, menganugerhkan kepadanya hikmah.” (Shihab, 2002: 297).
39
B. Munasabah QS. Luqman ayat 16
Munasabah secara bahasa artinya cocok, patut, sesuai atau mendekati
(Soenarjo, 1997: 654).Sedangkan secara istilah menurut Syadili dan Rofi’I,
Ilmu munasabah ialah yang menerangkan korelasi atau hubungan antara suatu
ayat dengan ayat lain, baik yang ada di belakangnya atau ayat yang ada di
mukanya (Syadili &Rofi‟i, 1997: 168). Sejalan dengan pendapat As- Suyuthi
dalam bukunya Al-Itqan fu Ulumul Qur’an yang berpendapat munasabah
adalah hubungan yang mencakup antar ayat ataupun antar surat.
Sebelum membahas munasabah QS. Luqman dengan ayat yang lain,
perlu diketahui keterkaitan antara Surah Luqman dengan surah yang turun
sebelumnya (Surah Ar-Ruum), yaitu:
1. Dalam surah yang lalu, Tuhan menjelaskan bahwa Dia yang membuat
berbagai perumpamaan dalam Al-Qur’an untuk manusia. Dalam
permulaan surat ini, Tuhan kembali mengisyaratkan hal itu.
2. Dalam surah yang lalu, Tuhan menyatakan bahwa, walaupun berbagai
macam keterangan disampaikan, orang-orang kafir tetap berkata: “Kamu
(Muhammad dan pengikutnya) mengemukakan sesuatu pendapat yang
keliru.” Dalam surah ini, Tuhan menerangkan bahwa apabila Nabi
membaca ayat-ayat Allah, maka orang-orang musyrik membelakanginya
dengan penuh keangkuhan.
3. Dalam surah yang lalu, Tuhan mengatakan bahwa Dialah yang
menciptakan makhluk pada permulaannya maka Dia juga
menghidupkannya kembali pada hari kiamat. Hal itu lebih mudah bagi-
40
Nya. Dalam surah ini, Tuhan menyatakan bahwa menjadikan makhluk dan
menghidupkannya kembali sama dengan menjadikan orang-seorang.
4. Dalam surah yang lalu, Tuhan menjelaskan bahwa orang-orang musyrik,
bila ditimpa suatu bencana, mereka kembali kepada Tuhan. Tetapi bila
mendapatkan rahmat, segolongan di antara mereka mempersekutukan
Tuhan. Dalam surah ini, Tuhan mengatakan bahwa apabila mereka ditelan
ombak, mereka berdoa kepada Allah dengan hati yang sejujur-jujurnya.
Tetapi apabila mereka telah sampai ke darat, di antara mereka ada yang
menepati apa yang telah diucapkan di tengah laut dan ada pula yang
mengingkarinya.
5. Dalam surah yang lalu, Tuhan menerangkan masalah peperangan yang
terjadi antara dua kerajaan besar karena tamak kepada dunia, yakni
Romawi Timur dan Persia. Dalam surah ini, Allah menerangkan kisah
seorang budak yang tidak menyukai dunia dan mewasiatkan kepada
anaknya supaya bersabar dan berlaku damai. (Ash-Shiddieqy, 2000: 3197-
3198)
Pada poin kelima itulah yang menyinggung QS.Luqman ayat 16,
tentang wasiat seorang budak (Luqman) kepada anaknya untuk selalu beramal
saleh, termasuk selalu bertanggung jawab dalam bertindak.
Sedangkan munasabah QS. Luqman ayat 16 dengan ayat sebelumnya,
ayat 14 dan 15 yang berbunyi,
41
ر ك اش نى أ نيى ام ع فى ه ال ص فى و ن ه ى و ل ا ع ن ه و ه م أ ه ت ل مح هى ي د الى و بى ان س ن اإلى ني ص و و ل إى ك ي د الى و لى و لى
ك رى ش ت ن أ لى ع اك د اه ج ن إى و , ر ي صى ال ا ي ن الد ا فى م ه ب احى ص ا و م ه ع طى ت ل ف م ل عى هى بى ك ل س ي ا ل م بى
(46-44: لقمان) ن و ل م ع ت م ت ن ا ك بى م ك ئ بم ن أ ف م ك ع جى ر م ل إى ث ل إى اب ن أ ن م ل ي بى س ع بى ات ا و ف و ر ع م
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah. Dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.Hanya kepada Aku
kembalimu.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka
janganlah negkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya du dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Maka akan
Aku beritahukan kepadamu apa yang telah engkau kerjakan. (QS. Luqman:
14-15)
Dalam ayat 14 tersebut, memerintahkan manusia senantiasa bersyukur
kepada Allah Swt. dan berterima kasih kepada kedua orang tua kita.Allah Swt
menjelaskan bagaimana perjuangan seorang ibu pada saat mengandung
anaknya dengan kondisi yang semakin lama semakin melemah, dan setelah itu
menyusuinya selama dua tahun.Akan tetapi pada ayat kelima belas Allah Swt
memberikan penegasan, ketika kedua orang tua menyuruh anaknya untuk
mempersekutukan Allah Swt, maka tidak diijinkan untuk mengikutinya.
Sampai di sini gugurlah kewajiban seorang anak untuk taat kepada kedua
orang tuanya.Ini disebabkan persoalan akidah lebih diutamankan Allah Swt
disbanding dengan persoalan yang lainnya.Namun perbedaan akidah tersebut,
tidak serta-merta menjadikan anak tidak berlaku baik terhadap orang
tuanya.Walaupun memiliki keyakinan yang berbeda-beda. Allah Swt tetap
42
memerintahkan anak untuk senantiasa memperlakukan dengan sebaik-
baiknya.
Dalam ayat tersebut Allah Swt juga memberikan pemahaman akidah
yang harus ditanamkan kepada anak adalah sifat senantiasa bersyukur kepada
Allah Swt atas nikmat dan karunia yang telah diberikanNya.Rasa syukur
kepada Allah Swt harus didahulukan dari rasa syukur kepada manusia,
termasuk kedua orang tua.Artinya, meskipun kedua orang tua sangat berjasa
dalam memelihara dan mengasuh anaknya sejak dalam kandungan, rasa
syukur kepada mereka tidak boleh mendahului rasa syukur kepada Allah Swt.
Sebab tempat kembali semua makhluk hanyalah kepada Allah Swt.
Kaitannya dengan ayat selanjutnya adalah pada akhir ayat kelima belas,
Allah Swt menjelasakan bahwa hanya kepadaNya semua akan kembali. Dan
Allah Swt kelak akan memberikan laporan tentang apa-apa yang telah
dikerjakan selama hidup di dunia. Hal ini juga sesuai dengan ayat keenam
belas yang pada intinya menegaskan bahwa perbuatan sekecil apapun, baik
itu kebaikan atau keburukan, maka Allah Swt akan menghadirkannya kepada
manusia pada hari kiamat kelak sebagai balasan pada mereka.
C. Tafsir QS. Luqman Ayat 16
Dalam ayat ini berisi pesan yang dikisahkan Allah melalui Luqmanul
Hakim agar diteladani dan diikuti oleh manusia. Luqman berkata, “Hai
anakku, sesungguhnya walaupun ia seberat biji sawi.” Maksudnya, jika
kezaliman atau kesalahan itu seberat biji sawi,” niscaya Allah akan
43
menampilkannya pada hari kiamat, lalu membalasnya. Jika yang seberat biji
sawi itu kebaikan maka dibalas dengan kebaikan dan bila berupa keburukan
maka dibalas dengan keburukan pula. Penggalan ini seperti firman Allah,
“Barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat zarah maka Dia akan
melihatnya. Dan barangsiapa melakukan keburukan seberat zarah maka dia
akan melihatnya.” (az-Zalzalah: 7-8)
Walaupun zarah itu samar dan tersembunyi di pelataran langit dan
bumi, niscaya akan ditampilkan oleh Zat yang tidak ada satu kesamaran pun
bagi-Nya. Karena itu Dia berfirman, “Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui.”Yakni, Maha Halus pengetahuan-Nya atas berbagai
perkara yang lembut dan halus, dan Maha Mengetahui terhadap segala
sesuatu, termasuk pada sayap nyamuk di malam gulita.Segala makhluk, naik
yang terlihat manusia maupun tidak, adalah diketahui Allah. (Ar-Rifa’i, 2000:
792)
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy (2000: 3209-3210)
menyatakan bahwa segala macam perbuatan, baik dan buruk, walaupun hanya
seberat biji sawi, terletak di suatu tempat yang tersembunyi, misalnya, atau di
tengah-tengah batu, di tempat yang paling tinggi, di langit atau di tempat yang
paling bawah seperti di dalam perut bumi, atau bertempat di sudut dunia mana
pun, Allah pasti menghadirkannya pada hari kiamat, yaitu ketika Allah
menegakkan timbangan amal yang dilakukan dengan adil. Pada hari itu, Allah
memberikan pembalasan sesuai dengan nilai perbuatan.
44
Sawi adalah suatu tanaman yang memiliki biji hitam yang sangat kecil,
saking kecilnya biji ini seringkali dijadikan perumpamaan. Maksud
perumpamaan itu merujuk pada kenyataan bahwa perbuatan manusia itu, baik
dan jahat, yang paling kecil atau paling remeh sekalipun, bahkan hingga yang
tersembunyi seperti biji sawi yang tersembunyi di balik batu atau kedalaman
bumi atau sudut langit sekalipun, akan dihisab dan diberi ganjaran oleh Allah
Swt yang maha lembut. Maha Mengetahui dan memahami segala sesuatu di
seluruh penjuru dunia, baik besar atau pun kecil dan tak satu pun yang
terluput (Imani dkk., 2008: 295).
Ketika menafsirkan kata ( لخرد )khardal pada QS. Al-Anbiya’ : 47,
penulis mengutip penjelasan tafsir Al-Muntakhob yang melukiskan biji
tersebut. Disana, dinyatakan bahwa satu kilogram biji khardal/ moster terdiri
atas 913.000 butir. Dengan demikian, berat satu biji monster hanya sekitar
satu per seribu gram, atau ±1 mg., dan merupakan biji-bijian yang teringan
yang diketahui umat manusia sampai sekarang. Oleh karena itu, biji ini sering
digunakan oleh Al-Qur’an untuk menunjuk sesuatu yang sangat kecil dan
halus (Shihab, 2002: 306).
Innallaha lathiifun khabiir yang berarti Sesungguhnya Allah itu maha
lembut lagi maha mengetahui. Maksudnya Allah itu Maha Lembut, ilmunya
tembus kepada semua hal yang tersembunyi. Allah mengetahui semua
permasalahan yang nyata (terlihat) dan yang tersembunyi.
Kata (لطيف) lathif terambil dari akar kata (لطف)lathafa yang huruf-
hurufnya terdiri dari (لـ)lam, (ط)tha’, (ف)fa’. Kata ini mengandung makna
45
lembut, halus dan kecil.Dari makna ini kemudian lahir makna keterembunyian
dan ketelitian (Shihab, 2002: 308).
Al-Ghazali menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini
adalah yang mengetahui perincian kemaslahatan dan seluk-beluk rahasianya,
yang kecil dan yang halus., kemudian menempuh jalan untuk
menyampaikannya kepada yang berhak secara lemah lembut bukan kekerasan.
Pada akhirnya tidak keliru jika dikatakan bahwa Allah Lathif, karena Dia
selalu menghendaki untuk makhluk-Nya kemaslahatan dan kemudahan lagi
menyiapkan sarana dan prasarana guna kemudahan meraihnya.
Dalam konteks ayat ini, agaknya perintah berbuat baik, apalagi kepada
orang tua yang berbeda agama yang tertera pada ayat sebelumnya, merupakan
salah satu bentuk Luthf Allah Swt. Karena betapapun perbedaan atau
perselisihan antara anak dan ibu bapak, pasti hubungan darah yang terjalin
antara mereka tetap berbekas di hati masing-masing. Dan dapat disimpulkan
bahwa ayat ini menggambarkan kuasa Allah Swt melakukan perhitungan atas
amal-amal perbuatan manusia di akherat nanti.Demikian, melalui keduanya
tergabung uraian tentang keesaan Allah Swt dan keniscayaan hari kiamat. Dua
prinsip dasar akidah islam yang sering kali mewakili semua akidahnya.
(Shihab, 2003: 133-136)
46
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Implementasi Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab yang
Terkandung dalam A-Qur’an Surah Luqman Ayat 16
Allah Swt tidak menjadikan sesuatu yang sia-sia dalam menciptakan
makhluk di dunia ini. Begitu pula dalam menurunkan wahyu, tiap huruf dan
kata yang tersusun dalam mushaf Al-Qur’an tersusun menjadi untaian kalimat
yang begitu indah dan bermakna hingga menjadi mukjizat terbesar Nabi
Muhammad Saw.
Jika dicermati secara detail, tiap kata yang terkandung dalam ayat-ayat
Al-Qur’an, menganduk rahasia yang bisa dijadikan khasanah ilmu dalam
kehidupan di dunia ini.Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok pembahasan
peneliti adalah implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang
terkandung dalam QS.Luqman ayat 16 dalam kehidupan sehari-hari.
Pesan-pesan yang tersirat untuk menjadi pegangan hidup dalam QS.
Luqman ayat 16, antara lain:
1. Kasih sayang terhadap anak
Lafadz pertama dalam QS.Luqman ayat 16 adalah yaabunayya
secara ilmu nahwu adalah susunan dari huruf nida’(kata panggilan), isim
tasghir dari lafadz ibnu (anak) dan disandarkan pada ya’ mutakallim
wahdah menjadi panggilan penuh kasih sayang orang tua kepada anaknya
(Wahai anak kecilku).
47
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mustofa Al-Ghulayaini (2008:
243) bahwa tasghir lafadz ibnun berubah menjadi Bunayyun memiliki
faedah tahbib ilaih (mencintai/ menyayanginya). Jadi lafadz bunayya
dalam awal ayat ke-16 dari surah luqman tersebut mengandung makna
panggilan dengan penuh rasa kasih sayang dan mencintai
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik
anaknya dengan penuh kasih sayang. Hal itu dimulai dengan panggilan-
panggilan sayang yang ditujukan dan akan menjadikan anak patuh dan
membalas rasa kasih sayang yang diterimanya.
Penerapan panggilan sayang pun tidak hanya berhenti di kalangan
keluarga, karena hubungan anak dan orang tua secara umum bisa
merambah di masyarakat dan sekolah. Seyogyanya dalam menjalani
kehidupan sehari-hari orang yang lebih tua memanggil dengan panggilan
yang baik dan kasih sayang kepada orang yang lebih muda. Sehingga hal
tersebut akan membuat mereka merasa dihargai dan menjadikan hubungan
yang baik antara keduanya, menumbuhkan rasa simpati dansaling
menghormati.
Di sekolah pun, esensi perasaan yang dirasakan murid akan berbeda
ketika guru memanggilnya antara dengan panggilan kasar dan panggilan
penuh kasih sayang. Panggilan-panggilan kasar yang diterima akan
menjadikan mereka malah membangkang dan malas untuk melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan gurunya. Sebaliknya, jika guru menerapkan
panggilan-panggilan penuh rasa kasih sayang kepada muridnya, akan
48
menjadikan mereka tunduk, patuh dan menumbuhkan semangat menuntut
ilmu kepada gurunya tersebut.
2. Selalu waspada dan hati-hati.
Sekecil apapun amal perbuatan manusia kelak akan
dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt di akherat kelak. Hal tersebut
dilukiskan Allah swt dalam lafadz “Innahaa intaku mitsqoola Habbatin
min khordalin” (sesungguhnya, jika ada sesuatu perbuatan seberat biji
sawi).
Sawi adalah suatu tanaman yang memiliki biji hitam yang sangat
kecil, saking kecilnya biji ini seringkali dijadikan perumpamaan. Maksud
perumpamaan itu merujuk pada kenyataan bahwa perbuatan manusia itu,
baik dan jahat, yang paling kecil atau paling remeh sekalipun, bahkan
hingga yang tersembunyi seperti biji sawi yang tersembunyi di balik batu
atau kedalaman bumi atau sudut langit sekalipun, akan dihisab dan diberi
ganjaran oleh Allah Swt yang maha lembut. Maha Mengetahui dan
memahami segala sesuatu di seluruh penjuru dunia, baik besar atau pun
kecil dan tak satu pun yang terluput (Imani dkk., 2008: 295).
Dari keterangan tersebut sudah jelas, manusia harus selalu berhati-
hati dalam melangkah dan beramal. Tiap hal yang dikerjakan akan selalu
mendapat pengawasan dari Allah Swt.
3. Bertakwa kepada Allah Swt.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah Swt.
Kemanapun manusia melangkah, yang dipijaknya tak akan pernah lepas
49
dari pengawasan Allah Swt. Dari ujung barat hingga ujung timur, dari
pucuk atas hingga bawah tanah pun, Allah Swt selalu mengetahui
perbuatan makhluknya.
Dalam hal tersebut, disebutkan dalam lafadz “fa takun fii
shokhrotin aw fissamaawaaati wal ardhi” (berada dalam batu atau di
langit atau di bumi).
Shokhrotin (batu) adalah sesuatu yang keras dan
padat.Fissamaawaati (di langit) adalah sesuatu yang sangat jauh dan
belum ada manusia yang mampu menembusnya kecuali Nabi Muhammad
Saw, wal Ardhi (Di bumi) adalah sedalam dan segelap mungkin
mengerjakan amal. Ini dimaksudkan sepadat dan seaman mungkin usaha
manusia dalam menutup-nutupi perbuatannya, sejauh mungkin dan
sedalam apapun hingga tak ada manusia lain yang bisa melihatnya. Tapi
bagi Allah Swt tak ada kesulitan tuk mengetahui perbuatan tersebut.
Maka dari itu, manusia harus selalu bertakwa dan beribadah kepada
Allah Swt sebagai bentuk penghambaan dan rasa syukur telah diberikan
hidup dan kenikmatan dalam menjalani kehidupan di mana pun mereka
berada.
4. Beribadah tekun kepada Allah swt
Manusia diciptakan di dunia ini, tidak lain hanyalah untuk
beribadah kepada-Nya. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, baik itu
amal akherat maupun amal duniawi, hendaknya selalu disertai niat
beribadah pada Allah Swt. Karena dengan hal tersebut, Allah akan
50
memberikan balasan berupa surga di akherat atau menambahkan nikmat di
dunia karena bentuk rasa syukur manusia dalam beribadah kepada-Nya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt “ya’tii biha Allah” (Allah akan
mendatangkannya/ membalasinya)
Contoh penerapan amal yang disertai niat ibadah, ketika siswa
belajar maka hendaknya mereka menanamkan dalam hatinya bahwa
menuntut ilmu adalah suatu kewajiban dan menjadi tanggung jawabnya
yang telah diwajibkan dalam hukum syar’i. Contoh lain adalah seorang
ayah yang mencari nafkah untuk keluarganya, dalam bekerja jika diserta
niat ibadah maka akan mencegah dari perkara-perkara haram, dan selalu
berusaha mencari rizki yang halal. Hingga dalam lingkungan
pemerintahan, ketika seorang pemimpin menyertai niat ibadah kepada
Allah Swt, dia akan mempergunakan amanah yang diterimanya sebaik
mungkin, tidak akan mendholimi rakyatnya serta tidak mengambil barang
haram yang bukan menjadi haknya.
5. Selalu bersyukur kepada Allah Swt.
Sungguh kenikmatan yang tiada bandingannya, manusia dalam
menjalani kehidupan.Semua yang ada di dunia ini diciptakan untuk
memenuhi segala kebutuhan manusia, setiap langkah yang dijalani selalu
mendapat pengawasan dan perlindungan.Innallaha lathifun khobiirun
(sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui).
Seandainya dalam beraktifitas manusia lepas dari pengawasan
Allah Swt, tentunya mereka akan kesusahan dalam menjalaninya. Karena
51
dimulai nafas, gerak tubuh, langkah kaki, mata mampu menatap hingga
detak jantung berdenyut semuanya adalah kehendak dari Allah Swt. Maka
dari itu, jika Allah sedetik saja melepas pengawasan-Nya, maka kehidupan
manusia akan tamat.
Dalam ayat tersebut Allah Swt menyanding kan lafadz Lathif dan
Khabiir ada maksud tertentu di dalamnya, Al-Ghazali menjelaskan bahwa
yang berhak menyandang sifat ini adalah yang mengetahui perincian
kemaslahatan dan seluk-beluk rahasianya, yang kecil dan yang halus.,
kemudian menempuh jalan untuk menyampaikannya kepada yang berhak
secara lemah lembut bukan kekerasan. Pada akhirnya tidak keliru jika
dikatakan bahwa Allah Lathif, karena Dia selalu menghendaki untuk
makhluk-Nya kemaslahatan dan kemudahan lagi menyiapkan sarana dan
prasarana guna kemudahan meraihnya.
Secara balaghah dalam lafadz Innallaha lathiifun khobiirun
mengandung badi’ tasaabuhul athrof (adanya keserasian antara awal dan
akhirnya kalam dalam makna).
(494: -, الخضري) تسابه الطراف وهو التناسب بني أول واخره ف العىن
Keserasian tersebut dilihat dari lafadz lathifun yang mensifati Allah
Swt dalam pengetahuan-Nya pada perkara makhluknya sekecil dan
selembut apapun (inntaku mitsqoola habbatin min khordalin), dan lafadz
khobiirun mensifati Maha Mengetahui-Nya Allah Swt di mana saja
perkara makhluk tersebut dikerjakan (fatakun fii shokhrootin aw
fissamaawaati wal ardli).
52
Setelah Allah Swt memberikan segala kenikmatan tersebut, maka
Dia mengawasi dan selalu mengetahui, dipergunakan untuk apakah segala
yang diberikan-Nya, apakah manusia membalas dengan rasa syukur, dan
apakah kenikmatan tersebut menjadi alat dalam meningkatkan ibadah
kepada-Nya.
Untuk menjadikan seseorang memiliki karakter tanggung jawab,
sebagaimana yang telah diperintahkan Allah Swt dalam QS. Luqman ayat 16
tersebut, maka perlu adanya pendidikan di mulai sejak dini serta memberikan
nasehat pentingnya melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab
dan menakut-nakuti dengan akibat-akibat yang akan terjadi jika hal tersebut
diabaikan.
Masnur Muslich (2011: 180-182) menyatakan bahwa untuk
mewujudkan agar anak memiliki karakter bertanggung jawab ada tujuh cara,
yaitu:
1. Memulai pada saat anak masih kecil
Memberi semangat pada anak melalui sesuatu yang kreatif
seperti membersihkan pampers dan memasukkan air ke dalam botol
yang mana hal tersebut biasa dikerjakan oleh anak kemudian
memberinya penghargaan guna meningkatkan harga dirinya.
Rosulullah Saw bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhori,
(رواه البخارى)أكرموا أولدكم و أحسنوا أدبم
53
Artinya: “Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan
budi pekerti yang baik.” (HR. Bukhori)
Akhlak adalah hal pokok yang menjadi takaran seseorang
berada pada jalan yang baik atau buruk, maka karena hal tersebut
adalah suatu pokok atau dasar, harus dilatih sejak usia dini. Pendidikan
usia dini ini menjadi tanggung jawab orang tua di lingkungan keluarga,
sehingga akan menjadi pembiasaan ketika sudah berumur dan terjun di
lingkungan yang lebih luas.
2. Jangan menolong dengan hadiah
Mengajarkan pada anak keinginan untuk berbagi dengan
sesama, membangun keinginan anak untuk membantu tanpa melalui
pemberian hadiah sehingga muncul rasa empati dalam diri anak.
Dalam hal ini, orang tua melatih anak pentingnya sifat ikhlas
dan tidak mengharapkan imbalan ketika membantu orang lain.
Hubungannya dengan sikap tanggung jawab adalah, ketika orang tua
membutuhkan bantuan, ketika sifat ikhlas tersebut telah tertanamkan
pada diri anak. Maka tanpa menunggu iming-iming hadiah yang akan
diberikan orang tua, anak akan menyadari tanggung jawabnya untuk
membantu orang tua dengan sifat ikhlas tersebut.
3. Biarkan konsekuensi alamiah menyelesaikan kesalahan anak
Tujuan orang tua adalah mengajarkan kepada anak menjadi
anak yang baik, anak yang bertanggung jawab.Ketika anak membuat
kesalahan, biarkan anak untuk belajar menjadi bertanggung jawab
terhadap perilaku dan kesalahannya.
54
Seumpama anak sedang dalam masalah, janganlah orang tua
ikut terjun langsung dalam membantu menyelesaikan masalah anaknya
tersebut.Karena hal itu memicu sifat manja anak, dan membuat mereka
selalu bergantung pada orang tuanya dalam berbagai hal.Sehingga
kemandirian dan sikap tanggung jawab sulit terbentuk.
4. Ketahui ketika anak berperilaku bertanggung jawab.
Setiap orang menyukai pengakuan.Ketika anak menggunakan
pakaian yang pantas, maka diberi semangat untuk memakainya di
kemudian hari.
Dengan mendukung tingkah anak ketika mereka bersifat baik,
melakukan perbuatan yang terpuji dan mampu menghindari suatu
kesalahan dan dosa. Maka akan membuat, anak memiliki semangat
dalam melakukan hal-hal positif tersebut.
Sebaliknya, ketika anak melakukan hal-hal yang baik tetapi
orang tua tidak memberikan sedikit pun respon, maka anak akan
merasa kurang dihargai dan akan mencari hal lain untuk dilakukan,
yang ditakutkan hal lain tersebut adalah hal yang buruk dan tercela.
5. Jadikan tanggung jawab sebagai sebuah nilai dalam keluarga.
Mendiskusikan tentang tanggung jawab dengan anak, biarkan
anak mengetahui sesuatu yang orang tua anggap bernilai, serta
memberikan contoh langsung dalam bertanggung jawab.
anak akan meniru setiap hal yang dilakukan oleh orang tuanya.
Sebagaimana sebuah ungkapan, “buah jatuh tak jauh dari
55
pohonnya.”Maka sebagai orang tua, hendaknya selalu melakukan
pekerjaannya dan memamerkan hasil yang bagus ketika pekerjaan
dengan penuh tanggung jawab. Sehingga anak akan berasumsi, nilai-
nilai positif yang terkandung dalam karakter bertanggung jawab.
6. Berikan anak ijin.
Memberikan anak mengambil keputusan dengan uang yang
dimilikinya pada saat anak masih kecil. Ini akan menjadi pelajaran
bagi anak tentang apa yang akan terjadi jika salah menggunakan uang
tersebut seperti menghambur-hamburkan dan menjadi pembelajaran di
saat anak nanti hidup di masyarakat.
Tanggung jawab lahir karena adanya kebebasan. Dengan
kebebasan yang diberikan pada anak, anak akan mengetahui dan
membandingkan hasil yang diperolehnya ketika dia mengabaikan dan
melaksanakan dengan sikap tanggung jawab.
7. Berikan kepercayaan pada anak.
Anak tidak subyektif, tetapi mereka memandang dirinya dari
lingkungan sekitar yang merespon kepadanya. Jika orang tua
memandang diri anak bertanggung jawab, maka dia akan tumbuh
sesuai harapan. Di sisi lain, jika orang tua menyuruh anak, biarkan
anak memahami instruksi tersebut, maka anak akan memenuhi harapan
orang tua. Dan jika orang tua yakin bahwa anak mampu menjaga
komitmen dan berperilaku bertanggung jawab, anak akan menjadi
pribadi yang bertanggung jawab.
56
B. Hikmah Karakter Bertanggung Jawab
Pada umumnya semua akhlak itu tujuannya sama, yaitu agar manusia
selalu berpijak pada jalan yang lurus (tidak menyeleweng) dari hukum yang
telah ditetapkan agama, negara maupun adat-istiadat yang berlaku. Buku
Abuddin Nata (2002: 15) menguraikan ilmu akhlak berguna secara efektif
dalam upaya membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat.
Hikmah yang dapat dipetik dari Q.S Luqman ayat 16 yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya yaitu:
1. Terjaga kesuciannya.
Seseorang yang selalu bertanggung jawab tentunya akan selalu
hati-hati dalam tiap langkah yang diambilnya, ia akan selalu merasa takut
untuk melakukan hal-hal mungkar yang menjadikan beratnya amal buruk
dalam timbangan amalnya kelak.
Ali Abdul Halim Mahmud (2004: 167) berpendapat tentang hikmah
akhlak akan terjaga kesucian diri, baik jiwa maupun raganya. Hatinya pun
akan menjadi terang dan bersih. Makanan, minuman, pakaian, tempat
tinggal, istri, mata dan hatinya akan terpelihara.
2. Berhati-hati dalam bertindak.
Menghadapi kehidupan di dunia ini, manusia diberi pilihan dalam
berbuat, yaitu baik dan buruk. Dengan begitu, dalam mengambil langkah
kehidupan, tentunya manusia harus selalu berhati-hati dalam mengambil
keputusan bagaimana jalan yang diambilnya, apakah itu benar, dan apakah
57
mereka sanggup melaksanakan dan mempertanggungjawabkannya serta
menerima konsekuensi atas apa yang telah diambilnya.
Maka dengan sikap tanggung jawab manusia akan selalu ingat
bahwa apa yang dikerjakan selalu diketahui oleh Allah Swt dan akan ada
balasannya. Dalam petikan surah luqman disebutkan, “innallaha lathifun
khobiirun”, juga firman-Nya dalam Q.S Qaf ayat 18:
ن ق ول إىل لديهى رقىيب عتىيد (43: ق)ما ي لفىظ مى
Artinya: Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada
didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Q.S Qaf: 18)
3. Tanggung jawab kunci kesuksesan
Orang yang mengabaikan tanggung jawab selalu acuh dan
meninggalkan apa yang menjadi kewajiban untuk dikerjakannya. Sikap
seperti ini mencerminkan tidak peduli dengan hal yang manjadi harapan
orang lain. Sikap seperti ini tidak bisa diandalkan untuk mencapai kualitas
hidup seseorang yang unggul. Sehingga akan berakibat pada hilangnya
kepercayaan dari orang lain.
Tanggung jawab pada seseorang akan menjadikannya mendapat
kepercayaan penuh dan kepuasan dari orang lain dalam melaksanakan
pekerjaan yang diterimanya, dan menjadikan selalu merasa betapa
pentingnya melaksanakan amanat yang diembannya itu.
Selain itu dengan menanamkan sifat tanggung jawab, akan
menjadikan orang lain menghargai dan menghormati serta selalu merasa
nyaman berada di sisi kita, karena mereka berasumsi bahwa orang yang
58
bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan akan selalu berhati-hati
dan menghindari perbutana salah sekecil apapun.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atas hasil penelitian tentang pendidikan karakter tanggung jawab
yang terkandung dalam QS. Luqman, peneliti menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakter bertanggung jawab yang terkandung dalam Al-Qur’an surah
luqman ayat 16.
Tanggung jawab menurut QS. luqman ayat 16 yaitu,
hendaknya manusia selalu berihtiyat (berhati-hati) dalam melakukan
segala aktifitasnya. Manusia harus selalu menunaikan apa yang
menjadi kewajibannya dan menjauhi apa yang haram baginya. Di
mana pun manusia berada, segala apa yang dilakukannya, dan seremeh
apa pun perkara tersebut, tidak akan luput dari pengawasan-Nya dan
akan dicatat untuk dipertanggungjawabkan di akherat kelak.
2. Implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang terkandung
dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.
Bentuk sikap tanggung jawab untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari yang terkandung dalam QS. Luqman ayat 16
meliputi:
a. Orang tua atau pendidik menunjukkan sikap sayang kepada anak
atau peserta didik.
60
b. Orang tua atau pendidik menanamkan perasaan diawasi oleh Allah
Swt dalam segala pikiran, ucapan dan tindakannya kepada anak
atau peserta didik.
c. Orang tua atau pendidik menanamkan kesadaran bahwa semua
yang dilakukan manusia ada akibatnya
d. Orang tua atau pendidik menanamkan semangat untuk melakukan
kebaikan dari hal-hal yang terkecil hingga yang terbesar, di mulai
dari diri-sendiri dan saat ini juga,
e. Orang tua atau pendidik menanamkan sikap dan kemampuan anak
atau peserta didiknya untuk menilai diri sendiri (حماسبة النفس) sebelum
menilai orang lain.
B. Saran
1. Bagi orang tua
Hendaknya orang tua melindungi dan mendidik anaknya dengan
penuh kasih sayang. Sehingga tidak akan ada lagi kekerasan dalam
rumah tangga dan lahirnya keluarga yang harmonis.
2. Tenaga pendidik
Bagi pelaksana pendidikan (guru, dosen, dll.) sekiranya harus
mampu memahami dan memerhatikan keadaan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar. Terkadang guru, dosen dll.lupa, bahkan
tidak dapat mengetahui apa yang terjadi pada siswanya. Hal yang
demikian ini, akan menghambat proses belajar mengajar, karena dalam
61
kegiatan belajar mengajar bukan hanya kegiatan transfer ilmu
pengetahuan saja, bahkan ranah yang terpenting ialah transfer nilai
(karakter).
Tidak sedikit tenaga pendidik yang hanya fokus pada ranah
kognitif siswa saja.Padahal yang perlu ditanamkan pada diri anak yang
paling utama adalah karakter, termasuk sikap tanggung jawab.
3. Masyarakat umum
Masyarakat adalah lingkungan yang sangat mudah
memperngaruhi pribadi anak. Maka setiap anggota masyarakat
hendaknya memperhatikan etika, norma, adat istiadat, dan saling
memenuhi kewajibannya terhadap sesama serta menghargai hak-hak
orang lain.
4. Peneliti selanjutnya
Hasil analisis terhadap QS. Luqman ayat 16 tentang karakter
bertanggung jawab ini, belum bisa dikatakan sempurna, masih banyak
kekurangan di dalamnya sebagai akibat dari keterbatasan pengetahuan
dan ketajaman analisis yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu,
penulis mengharap kritik, saran dan masukan dari pembaca. Serta
berharap ada peneliti yang mengembangkan topik lebih komprehensif.
62
DAFTAR PUSTAKA
Al-Akhdlori, Abdurrohman bin Muhammad. Al-Jauharul Maknun. Kediri: MHM
Lirboyo
Al-Ghulayaini, Musthofa. 2008. Jamii’u Ad-Duruus Al-‘Arobiyyah. Lebanon:
Beirut
Allamah Kamal Faqih Imani dkk.2008. Tafsir Nurul Qur’an jilid 14. Jakarta: Al-
Huda.
Ar-Rifa’i, Muhmmad Nasib. 2000. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema
Insani.
Ash-Shidieqy Hasbi. 1954.Syarah dan Pengantar Ilmu Qur’an dan Tafsir.
Jakarta: Bulan Bintang.
As-Shalih, Subhi.1993.Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: PustakaFirdaus.
Damanhuri. 2014. Akhlak Perspektif Tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili.
Daryanto dan Suyatri Darmiyatun. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Ghazali, Muhammad. Ihya’ Ulumudin. Indonesia: Al-Haromain.
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka
Imam Abi Qasim Jarullah bin Mahmud Az-Zamakhsyari. Al-Kasysyaf. Beirut:
Dar Al-Kutub al-ilmiah.
Jamal Ma’mur,Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Jones, Richard Nelson. Cara Membina Hubungan Baik Dengan Orang
Lain.Terjemahan oleh Bagio Prihatono.1992. Jakarta: Bumi Aksara.
63
Kementrian Pendidikandan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013: Kompetensi
Dasar Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan Nasional.2010. Pengembangan Pendidikan Budayadan
Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Kuswaya, Adang. 2011. Metode Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: CV. Orbittust
Corp.
Lickona, Thomas. 2012.Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mahmud, Ali Abdul Halim. Akhlak Mulia. Terjemahan oleh Abdul Hayyie al-
Kattani, dkk. 2004. Jakarta: Gema Insani.
Masnur, Muslich. 2011.Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multi
Dimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Sejak dari
Rumah. Yogyakarta: Pedagogia.
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.
Nasib Ar-Rifa’I, Muhammad. 2000. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3. Jakarta:
Gema Insani.
Nata, Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Poerbakawatja, Soegarda. 1982.Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta:Gunung Agung.
Pribadi, Sikun. 1987. Mutiara-mutiara Pendidikan. Jakarta: PT. Karya Unipress.
64
Samsurrohman. 2014.Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Amzah.
Shihab, Quraish. 1999. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan
. 2002. Tafsir Al-Misbah vol. 10:pesan, kesan dan keserasian Al-
Qur’an Jakarta: Lentera Hati
. 2003. Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
. 2012. Al-Lubab jilid 3 (Makna, Tujuan dan Pelajaran dari
surah-surah Al-Qur’an).Jakarta: Lentera Hati.
Suharsodan, Ana Retroningsih. 2011.Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,
Semarang: Widya Karya.
Suryabrata, Sumardi. 1995.Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Syadali &Rofi’i. 1997.Ulumul Qur’an 1. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. 2000.Tafsir Al-Qur’anul Majid An-
Nuur 4. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Wibowo, Agus. 2012.Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter
Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zuchdi, Darmiyati. 2010. Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali
Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: BumiAksara.
PERNYATAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Da’i Sholih
NIM : 111 10 159
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul Skripsi : PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG
JAWAB MENURUT AL-QURAN SURAH LUQMAN
AYAT 16
Menyatakan bahwa naskah skripsi yang saya tulis ini tidak keberatan jika
dipublikasikan.
Salatiga, 13 Maret 2017
Yang menyatakan
Muhammad Da’i Sholih
NIM. 111 10 159
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Da’i Sholih
Tempat/Tanggal Lahir : Salatiga, 1 Juli 1992
Alamat : Dusun Kauman Rt 02 Rw 05, Kelurahan Tingkir
Lor, Kec. Tingkir, Kota Salatiga
Pendidikan : SD Negeri Tingkir Lor 02, lulus tahun 2004
Mts Negeri Salatiga, lulus tahun 2007
SMA Islam Sunan Gunung Jati, lulus tahun 2010
IAIN Salatiga lulus tahun, 2017
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 13 Maret 2017
Penulis
Muhammad Da’i Sholih
NIM. 111 10 159