PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem...

22
PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler) I. Pendahuluan Ada berbagai sistem pendidikan besar di dunia saat ini, seperti sistem pendidikan yang beridiologi kapitalis-liberalis, sistem pendidikan yang beridiologi sosialis-komunis, sistem pendidikan yang beridiologi hindu-budha, dan lain-lain sistem kecil yang tidak begitu berpengaruh di dunia, atau bahkan sistem pendidikan sekuler yang banyak dianut oleh negara-negara yang tidak memiliki idiologi tertentu sebagai sistenm ketatanegaraannya. Ternyata tidak dapat menjawab tantangan kekinian dan masa depan yang terjadi. Hal ini telah terbukti dengan adanya kerusakan alam dan sumber dayanya, kerusakan moral dan akhlaq manusia yang hampir- hampir menyerupai perilaku binatang, keterpurukan ekonomi dan multi demensi pada hampir berbagai negara yang menganut sistem-sistem tersebut. Ilmu dan teknologi sebagai hasil-hasil sistem pendidikan di atas telah melahirkan ilmu yang bebas nilai, jauh dari kontrol agama, jauh dari kontrol moral dan etika. Ilmu melaju dan berkembang pesat tanpa dapat 1

description

Ilmu dan teknologi sebagai hasil-hasil sistem pendidikan di atas telah melahirkan ilmu yang bebas nilai, jauh dari kontrol agama, jauh dari kontrol moral dan etika. Ilmu melaju dan berkembang pesat tanpa dapat dihalangi sehingga pada akhirnya keterpurukan di atas yang terjadi.

Transcript of PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem...

Page 1: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN

( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

I. Pendahuluan

Ada berbagai sistem pendidikan besar di dunia saat ini, seperti sistem

pendidikan yang beridiologi kapitalis-liberalis, sistem pendidikan yang beridiologi

sosialis-komunis, sistem pendidikan yang beridiologi hindu-budha, dan lain-lain

sistem kecil yang tidak begitu berpengaruh di dunia, atau bahkan sistem pendidikan

sekuler yang banyak dianut oleh negara-negara yang tidak memiliki idiologi tertentu

sebagai sistenm ketatanegaraannya. Ternyata tidak dapat menjawab tantangan

kekinian dan masa depan yang terjadi. Hal ini telah terbukti dengan adanya kerusakan

alam dan sumber dayanya, kerusakan moral dan akhlaq manusia yang hampir-hampir

menyerupai perilaku binatang, keterpurukan ekonomi dan multi demensi pada hampir

berbagai negara yang menganut sistem-sistem tersebut.

Ilmu dan teknologi sebagai hasil-hasil sistem pendidikan di atas telah

melahirkan ilmu yang bebas nilai, jauh dari kontrol agama, jauh dari kontrol moral

dan etika. Ilmu melaju dan berkembang pesat tanpa dapat dihalangi sehingga pada

akhirnya keterpurukan di atas yang terjadi.

Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengajukan agar kita kembali pada

sistem pendidikan yang beridiologikan islam, yang lebih tegasnya sistem pendidikan

islam.

II. Permasalahan

Masalah yang dapat penulis angkat dalam makalah ini, untuk memberi arah

pembahasan yang lebih fokus adalah :

Mampukah sistem pendidikan islam menjawab tangtangan jaman ke depan ?

1

Page 2: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

III. Ruang Lingkup

Pembahasan masalah ini difokuskan pada masalah-masalah pendidikan

dalam konteks ke-Indonesiaan, dalam arti pendidikan manusia Indonesia secara utuh,

jasmani dan rohani, jiwa dan raga, serta dunia dan akhirat.

IV. Pembahasan

1. Sejarah Sistem Pendidikan di Indonesia

Mempelajari perkembangan pendidikan, terutama pendidikan agama di

Indonesia, jika dikaji dari pendekatan sejarah tidak dapat dilepas dari pendidikan

sejak zaman pemerintah kolonial, dalam hal ini pemerintah Belanda, yang sejak akhir

abad XVIII dikenal dengan pemerintah Hindia Belanda.

Perilaku dan sikap pemerintah Hindia Belanda menghadapi pendidikan agama

di sekolah-sekolah umum dinyatakan di dalam pasal 179 (2) I.S (Indische

Staatsregeling) dan di dalam beberapa ordonansi yang secara singkat sebagai berikut

(Sumardi,1977:5):

Pengajaran umum adalah netral, artinya bahwa pengajaran itu diberikan

dengan menghormati keyakinan agama masing-masing. Pengajaran agama

hanya boleh berlaku di luar jam sekolah.

Bertolak dari prilaku dan sikap tersebut, dapat dibaca bahwa pemerintah

Hindia Belanda punya maksud dan tujuan yang tersembunyi, sebagai ‘missi’ dan

‘zending’ agama mereka. Sehingga walaupun telah beberapa kali di dalam Volksraad

diusulkan agar pengajaran agama Islam dimasukkan sebagai mata pelajaran di

perguruan umum, tetapi usul-usul demikian selalu ditolak oleh Pemerintah Hindia

Belanda. Sampai akhir pemerintah Hindia Belanda pengajaran Agama tidak pernah

dimasukkan menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah umum. Pada

sekolah-sekolah partikelir ada juga pengajaran agama ditambahkan, tetapi murid

2

Page 3: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

bebas untuk tidak mengikuti pelajaran agama tersebut jikalau orang tuanya

menyatakan keberatan (Sumardi, 1977:5).

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

1945. Pada kabinet pertama, K.H. Dewantara duduk sebagai menteri Pendidikan

Pengajaran dan Kebudayaan (PPK). Dalam rapatnya tanggal 27 Desember 1945

Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BP-KNIP) mengusulkan kepada Kementerian

Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PPK) supaya mengusahakan pembaruan

pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Saran Badan Pekerja itu adalah sebagai

berikut (Purbakawaca dalam Sumardi, 1977: 6) :

Pengajaran agama hendaklah mendapat tempat yang teratur seksama, hingga cukup mendapat perhatian yang semestinya dengan tidak mengurangi kemerdekaan golongan-golongan yang berhendak mengikuti kepercayaan yang dianutnya. Tentang cara melakukan hal ini baiklah Kementerian mengadakan perundingan dengan Badan Pekerja. Madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan yang nyata dengan berupa tuntutan dan bantuan material dari pemerintah.

Sebagai negara yang baru merdeka dan kondisi politik yang belum stabil,

maka wajar jika pergantian kabinet sering terjadi, sehingga berakibat saran BP-KNIP

itu baru dapat dilaksanakan pada masa menteri PPK dipegang oleh Mr. Suwandi (2

Oktober 1946 – 27) Juni 1947), dengan membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran di

bawah pimpinan Ki Hajar Dewantara. Panitia itu antara lain menetapkan bahan

pengajaran agama. Hasil kerja Panitia Penyelidik Pengajaran itu yang menyangkut

pendidikan agama antara lain :

1. Hendaknya pelajaran agama diberikan pada semua sekolah dalam jam pelajaran dan di SR (Sekolah Rakyat) diajarkan mulai kelas IV.

2. Guru agama disediakan oleh Kementerian Agama dan dibayar oleh pemerintah (Sumardi, 1977: 6-7).

Sementara itu, dengan Penetapan Pemerintah nomor 1/SD tanggal 3 Januari

1946, didirikan Kementerian Agama dan Menteri Agama kemudian dengan

3

Page 4: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

keputusannya nomor 1185/K.J. tanggal 20 November 1946 menetapkan bahwa

Bagian C (pada Kementerian Agama) melaksanakan kewajiban-kewajiban antara

lain:

(a) urusan pelajaran dan pendidikan agama Islam dan Kristen,

(b) urusan pengangkatan guru-guru agama, dan

(c) urusan pengawasan pelajaran agama.

Setelah itu dikeluarkan Peraturan bersama Menteri PPK dan Menteri Agama : No.

1142/Bhg. A (Pengajaran) tanggal 1-12-1946 yang menentukan No. 1285/K.J.

(Agama) tanggal 12-12-1946, adanya pengajaran agama di sekolah-sekolah rendah

sejak kelas IV dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1947. dalam pengaturan ini

dinyatakan pula bahwa segala peraturan dan instruksi tentang masalah tersebut yang

telah ditetapkan sebelum tanggal 1 Januari 1947 akan diperbaharui (Sumardi, 1977:

7).

Peraturan bersama inilah yang dapat dianggap sebagai landasan hukum

pertama mengenai adanya penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah-sekolah

negeri oleh instansi negara. Dari situ kita mengetahui bahwa secara resmi pendidikan

agama di sekolah-sekolah negeri di Indonesia telah ada sejak tanggal 1 Januari 1947.

Pada waktu itu pendidikan agama baru diberikan ditingkat sekolah rendah, yang

sekarang disebut sekolah dasar dan belum berlaku bagi sekolah partikelir.

Untuk menyempurnakan Peraturan Bersama tahun 1946 itu Menteri PPKdan

Menteri Agama mengeluarkan Peraturan Bersama tahun 1951 yaitu No. 17678/Kab.

Tanggal 16 Juli 1951 (Pendidikan) yang mengatur antara lain No.K.J./9180 tanggal

16 Juli 1951 (Agama) mengenai penyelenggaraan pendidikan agama sejak agama di

sekolah lanjutan, mengenai diberikannya pendidikan agama sejak kelas 1 Sekolah

Rendah pada lingkungan-lingkungan istimewa, dan pendidikan agama perlu diberikan

juag di sekolah-sekolah partikelir dengan pembiayaan dari pemerintah bila syarat-

syaratnya telah dipenuhi (Sumardi, 1977:7-10).

Langkah penyempurnaan selanjutnya tertuang dalam Ketetapan Majelis

Permusyawarakatan Rakyat Sementara (MPRS) Nomor II tahun 1960 Bab II pasal 2

4

Page 5: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

ayat (3) yang menyatakan bahwa pendidikan agama menjadi pelajaran di sekolah-

sekolah mulai dari sekolah dasar sampai universitas negeri, dengan pengertian bahwa

murid-murid berhak tidak ikut serta apabila wali murid / murid dewasa menyatakan

keberatannya. Dengan ketetapan MPRS Nomor XVII tahun 1966 tanggal 5 Juli 1966

kata-kata dengan pengertian bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta apabila wali

murid / murid dewasa menyataka keberatannya dihapus. Ketetapan MPRS Nomor II

tahun 1960 tersebut kemudian dicabut oleh Ketetapan MPRS Nomor XXVII tahun

1968 (Sumardi, 1977: 10-13).

Perekembangan dasar hukum adanya pendidikan agama di sekolah-sekolah di

Indonesia terdapat di dalam Ketetapan MPR Nomor IV tahun 1973, yaitu tentang

Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bidang Agama dan Kepercayaannya

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berbunyi sebagai berikut :

Diusahakan bertambahnya sarana-sarana yang diperlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan dan kehidupan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha, termasuk pendidikan agama yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri (Sumardi, 1977: 16)

Karena dimasukkannya pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah-

sekolah mulai dari sekolah dasar sampai universitas-universitas negeri, maka dengan

sendirinya pengajaran agama di sekolah-sekolah partikelir (swasta) harus juga

mengikutinya. Pada dasarnya Ketetapan MPR Nomor IV tahun 1973 inilah yang

menjadi landasan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia sampai saat ini.

Jika bertolak dari perkembangan di atas, sebenarnya pendidikan agama telah

mendapatkan tempat yang layak di Indonesia. Tetapi nuansa sekulerisasinya masih

sangat kental. Hal ini terlihat dari jumlah jam yang ada di sekolah-sekolah adalah

hanya 2 jam perminggu, yang membuat pendidikan agama hanya sebatas

pengetahuan saja, pendidikan agama hanya sebagai ‘ilmu pengetahuan’ yang tidak

harus dipraktekkan. Apalagi ketika Dr. Daoed Joesoep, menjadi menteri Pendidikan

dan Kebudayaan, dengan mengambil kebijaksanaan untuk tidak meliburkan sekolah

5

Page 6: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

pada saat bulan puasa, dengan alasan bahwa agama adalah tanggung jawab keluarga.

Jelas sekali nuansa sekulerisasi sangat nampak.

Setelah 32 tahun Indonesia di bawah tekanan pemerintah ‘Orde Baru’, setelah

sadar bahwa sistem pendidikan yang selama ini dianut tidak banyak memberi

kontribusi terhadap pembangunan manusia Indonesia seutuhnya baik material dan

spiritual, maka barulah disadari bahwa nilai-nilai budaya, nilai-nilai budi pekerti,

nilai-nilai agama perlu diajarkan baik teori dan praktek sebagai satu kesatuan.

Sebenarnya, perkembangan terakhir ialah diberlakunya Undang-Undang No.2 tahun

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang itu ditegaskan

antara lain bahwa tujuan pendidikan nasional ialah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan ... (pasal 4). Pada pasal 39 ayat (2)

disebutkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib

memuat :

(a) pendidikan Pancasila;

(b) pendidikan Agama; dan

(c) pendidikan kewarganegaraan.

Namun campur tangan pemerintah sebagai pengambil kebijakan politik pendidikan

sangat mewarnai sehingga arah tujuan pendidikan ditafsirkan untuk melanggengkan

hegemoni kekuasaannya.

Hal ini baru sangat amat disadari ketika Indonesia terjebak pada keadaan

krisis ekonomi yang membawa dampak kepada krisis multidemensi, yang tidak tahu

harus kepada siapa minta tolong untuk segera keluar dari penderitaan yang

berkepanjangan. Disadari oleh sebagian peminpin dan para pemuka di negeri ini, hal

ini salah satu sebab dari sistem pendidikan kita yang salah, yang kurang tepat di

dalam menempatkan tujuan pendidikan. Dan hal ini harus dimulai peraturan

perundangannya, oleh karena itu diamandemennya pasal 31 UUD 1945 sebagai

berikut :

Pasal 31 ayat 1 :

6

Page 7: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

Setiap warga negara berhk mendapat pendidikan

Pasal 31 ayat 2 :

Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya

Pasal 31 ayat 3 :

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional

yang meningkatkan keimanana dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupann bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Pendidikann yang dicanangkan dalam perundang-undangan kita telah berbalik

arah dari ‘IQ dan EQ oriented’ , baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama telah

dianggap gagal dalam menjawab problema bangsa ke depan. Seiring dengan

meningkatnya pembangunan dengan mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi telah

menghasilkan tenaga lulusan “life skill” dan “employee” dalam arti kasar “buruh”

pada orang lain yang berorentasi pada “Profit Oriented” dan “Bisnis Investasi”

semata. Kesadaran ini jelas terlihat berbaliknya orientasi pendidikan seperti yang

ditegaskan pada pasal 31 ayat 3 UUD 19945 yang diamandemen tersebut, dengan

menekankan pada dasar keimanan yang berarti pada SQ oriented disamping IQ dan

EQ oriented.

2. Metode Penelitian dalam Menemukan Sistem Pendidikan Islam

Banyak orang sementara ini tidak acuh dan mencampuradukkan antara

metoda penelitian dan metodologi penelitian, sehingga sering dijumpai salah kaprah

dalam “pencantumannya”. Jika dilihat secara filosofis, metodologi penelitian

merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur

kerja mencari kebenaran (Muhadjir 2000, 5). Kualitas kebenaran yang diperoleh

dalam berilmu pengetahuan terkait langsung dengan kualitas prosedur kerjanya.

7

Page 8: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

Pendekatan metodologi penelitian yang dipilih adalah kualitatif, dimana

prosedur penelitian akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atas perilaku yang dapat diamati didukung dengan studi

liberatur atau studi kepustakaan berdasarkan pada pendalaman kajian, pustaka, berupa

data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami dengan baik (Moleong 1991, 6).

Dengan pendekatan ini akan memberikan keleluasan bagi penulis untuk

menggambarkan secara utuh Islam sebagai ideologi alternatif pendidikan baik dari

sisi teroritis, praktis, religi, maupun kebenarannya. Dengan demikian pengungkapan

secara kualitatif akan mempermudah bagi menulis untuk mencerminkan pengaruh

aspek-aspek pembangunan religi dalam pembahasan yang dilakukan.

Untuk itulah, peneliti perlu melakukan pengkajian konsep ideologi pendidikan

dari berbagai literatur, baik yang menyangkut nilai-nilai normatif maupun berbagai

teori dasar pendidikan moderen, sekaligus mengkonformasikan secara riil.

Dalam rangka untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

Studi Liberatur

Dalam hal itu penulis mencoba mendapat liberatur dengan memperkaya

bacaan pustaka baik dari buku-buku liberatur, jurnal-jurnal penelitian, makalah-

makalah, majalah referensi atau rujukan dari penelitian sebelumnya serta sumber

lainnya.

Intuitif – Subyektif

Menurut Bakar (1998, 97) pemahaman intutif merupakan pemahaman

terhadap data dengan dimulai penerimaan terhadap data wahyu teoritis atas dasar

iman atau dengan cara membayangkannya, kemudian ketika merenungkan data

ini, orang yang berpikir filosofis mungkin tiba pada suatu tahapan pemahaman

(inteleksi). Metode intuitif-subyektif adalah metode yang menggabungkan antara

rasionalitas dan metarasio, yang artinya pendapat atau pemaknaan yang dilakukan

penulis tidak hanya melibatkan rasio semata, akan tetapi juga melibatkan jiwa

sepiritual. Intuitif-subyektif juga merupakan pelibatan secara penuh pendapat

8

Page 9: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

penulis atas masalah-masalah yang sedang dibahas (lihat: Shimogaki 2000, 66-

71). Dalam penelitian ini pembahasan dan analisis yang dilakukan dalam usaha

untuk memecahkan masalah terbatas pada kemampuan penulis untuk memahami

masalah dan pemecahannya dengan berdasarkan atas wawasan dan dukungan

pustaka yang dapat dihimpun oleh penulis.

Metode Intuitif ini adalah metode yang menggabungkan antara

rasionalitas dan meta rasio. Artinya, pendapat atau pemaknaan yang dilakukan

penulis tidak hanya melibatkan rasio saja, tetapi juga meta rasio (jiwa/spiritual).

Sedangkan teknik analisis dan pengetahuan data setelah data-data

terkumpul nantinya akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan

cara membuat deskripsi atas permasalahan yang telah didentifikasi (Subiyanto

1998, 4), dan memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya (Arikunto 1993, 353). Sehingga teknik penulisannya

berkarakter kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan, dan merangkai variabel-

variabel yang diteliti menjadi sebuah untaian kata-kata dalam setiap bagian

pembahasannya. Adapun analisisnya berdasarkan pada prinsip :

Pemahaman wacana secara mendalam (versteher)

Menganalisis data secara interaktif dialektif atau bolak-balik, sesuai keperluan

(Miles & Haberman 1992).

Selanjutnya prosedur analisis pada data dalam penelitian ini dilakukan

baik selama proses pengumpulan data maupun setelah pengumpulan selesai

(Miles & Haberman 1992, 18). Prosedur analisis data dilakukan dengan beberapa

tahap sebagai berikut :

Reduksi data

Penyajian data

Pengambilan kesimpulan / verifikasi (conchising drawing verification).

Berdasarkan hal tersebut maka pelaksanaan analisis data dilakukan dengan

lima langkah, yaitu : 1) pembacaan secara cermat data-data yang terkumpul, 2)

9

Page 10: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

mereduksi data-data yang terkumpul sesuai dengan permasalahan yang ada, 3)

penyajian data berupa teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang ada dan

4) penafsiran kembali secara deskriftif verifikatif, 5) pengulasan kembali langkah

pertama sampai ke empat.

Komponen-komponen analisis data : model interaktif (Miles & Huberman 1992, 20).

Untuk itulah sistematika analisis yang dirancang untuk mejawab

permasalahan dilakukan secara induktif, dimana Hendriksin (1993, 9) menyatakan

proses induksi meliputi penarikan kesimpulan umum dari pengamatan dan

pengukuran yang terperinci. Sehingga pembahasan penelitian dimulai dari

pengumpulan data terlebih dahulu kemudian akan dilakukan pembahasan secara

berulang-ulang mengenai masalah yang dimaksud. Dan untuk lebih dapat analisis

yang dilakukan akan dibagi berdasarkan pada permasalahan yang akan disampaikan

dimuka, yang dimulai dengan mencari jawaban atas permasalahan pertama akan

dicoba deselesaikan dengan penggambaran nilai-nilai, tatanan sosial, ekonomi dan

politik (yaitu; ideologi) sebagai pembentukan pendidikan mainstream yang

memberikan akibat dan pengaruh dalam pembentukan konsep pendidikan Islam.

Sehingga akan dapat diperoleh gambaran secara utuh tentang keterbatasan pendidikan

sistem sekuler. Dari gambaran tersebut kemudian dianalisis value masing-masing

10

Pengumpulan dataData collection

Pengurangan dataData reducing

ConclusionDrawing verification

Penyajian data Data display

Page 11: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

ideologi yang akan di-compare dan dan dilakukan reduksi data yang ada sehingga

diperoleh nilai-nilai yang paling relevan sesuai tuntutan perkembangan jaman dan

sesuai dengan nilai-nilai islam.

Setelah kita peroleh gambaran yang baru mengenai nilai-nilai yang relevan

akan penulis ambil sebagai pelengkap dan dibandingkan dengan Islami value

sehingga diharapkan akan diperoleh konsep pendidikan Islam, yang nantinya dapat

mencerminkan kriteria kebenaran, kejujuran, dan keadilan yang sesuai dengan

tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan.

3. Pendidikan yang Diharapkan ke Depan

Setelah diperoleh sistem pendidkan islam dari meteode tersebut di atas, maka

penerapan memerlukan pemikiran lebih lanjut, agar cocok dengan situasi dan kodisi

yang mendukung.

Pendidikan dalam rangka memanusiakan manusia ke depan, menurut penulis

haruslah diorintasikan secara terpadu antara IQ, EQ dan SQ. Kegagalan masa lalu

tidaklah boleh diulang lagi untuk kedua kali. Pendidikan yang jelas-jelas memisahkan

secara sekuler antara ilmu pengetahuan dan agama, IQ dan EQ disatu pihak dan SQ

dipihak lain, telah melahirkan orang-orang yang berpengetahuan tinggi 'yang koru',

pemimpin yang tidak adil dan hanya meningkatkan golongan, bahkan juga korup,

sampai-sampai dunia internasional memberi predikat negara terkorup ke - 4 di dunia.

Pengembangan kedepan pendidikan yang berorientasi pada keterpaduan IQ,

EQ dan SQ akan mampu menciptakan manusia yang dapat :

1. Mengenal diri secara utuh, sebagai makhluk ciptaan Allah yang harus mengabdi

kepadaNya dan sebagai makhluk sosial yang selalu harus memperhatikan dan

peduli terhadap sesama, jasmani rohani, jiwa raga. Ini semua dalam orientasi

sebagai manusia yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta ilmu

dan teknologi yang tinggi untuk pembangunan yang bermanfaat dan berkelanjutan

demi masa depan yang sadar bahwa dunia milik bersama termasuk anak cucu kita.

11

Page 12: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

2. Berkomunikasi dengan baik, baik antar sesama, maupun terhadap alam dan

lingkungan baik nabati dan hayati lebih-lebih dalam hal pengelolaannya sehingga

lestari dan berkelanjutan.

3. Berakhlaq baik kepada sesama, lingkungan dan pencipta.

4. Memiliki kemampuan dan etos belajar dan bekerja yang baik dan berdisiplin

tinggi.

5. Membuat keputusan yang benar dan adil.

6. Kemampuan manajerial dan pengelolaan dengan arif dan bijak.

7. Kemampuan mengorganisasi.

Untuk dapat terciptanya ke 7 point di atas maka perlu diperhatikan bagan

berikut :

12

SEKOLAH MASA DEPAN

SQMelalui Pelajaran Agama Islam

( Orientasi pada Praktek Agama )Muatan materi 6 jam

pelajaran/minggu+

Praktek Ibadah Secara Nyata

IQMelalui Pelajaran IPA, IPS dan

Matematika(Orientasi Pada Teori dan Terapan)

Muatan materi 24 jam pelajaran/minggu

+Praktek Laboratorium

EQMelalui Pelajaran Bahasa, Olah

Raga, dan Ketrampilan (Orientasi Pada Teori dan Terapan) Utamanya 2 Bahasa Asing (Inggris

dan Arab), Olah Raga Prestasi, Ketrampilan Khusus Komputer

Muatan materi 20 jam pel/minggu

Nilai-nilai Ilmu dan Teknologi

Dalam Al-Qur’an dan al Hadits

Nilai –nilai Empiris dalam

MasyarakatYang Terseleksi

Page 13: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

Melihat komposisi jam pelajaran yang demikian padat maka sebuah

sekolah idealnya harus memiliki asrama yang terpisah antara laki-laki dan perempuan

atau setidak-tidaknya menyediakan kantin yang cukup untuk kebutuhan anak. Jika

memang hal ini dapat tercapai, maka menurut hemat penulis, akan terbangun

manusia-manusia yang memiliki kesalehan individu dan kesalehan sosial yang

kongkritnya adalah mampu membentuk manusia memiliki life skill, leadership, dan

jiwa intrepreneur yang tangguh.

V. Kesimpulan

Hal-hal yang dapat disimpulkan adalah :

Pertama, keterpurukan ekonomi yang menjurus kepada keterpurukan multi

dimensi yang melanda hampir seluruh dunia, terutama yang dialami oleh negara-

negara berkembang seperti yang di alami Indonesia saat ini, telah membuat orang

sadar bahwa orientasi pendidikan yang berorientasi sistem pendidikan sekuler, sistem

pendidikan liberalis kapitalis atau sistem pendidikan sosialis komunis yang sebagian

besar menganut prinsip pada IQ dan EQ semata dengan mengabaikan SQ dalam arti

penanaman nilai-nilai agama yang hak disisi Allah, ternyata tidak mampu mengatasi

tentangan zaman ke depan.

Kedua, manusia memiliki potensi dasar yang dibawa dalam dirinya sejak

lahir yang merupakan anugerah ilahi baik dan buruk, konstruktif dan distruktif,

positif atau negatif yang seimbang dan akan muncul jika salah satu menjadi dominan.

Ketiga, perlu diadakan penelitian intensif dan produktif terhadap pendidikan

islam yang bersumber pada ajaran-ajaran islam dari al-Quran dan al-Hadits yang

sebanarnya secara fitrah dalam diri manusia telah ada. Hadi hasil penelitian ini akan

diperoleh nilai-nilai pendidikan sebagaimana telah diisyaratkan oleh Al-Qur'an dan

al-Hadits sebagai suatu anugerah yang tiada terhingga dari Allah SWT.

Keempat, pendidikan islam pada hakekatnya adalah sistem pendidikan yang

berisi keterpaduan antara IQ, EQ dan SQ yang berorientasi pada agama yang benar

13

Page 14: PENDIDIKAN ISLAM : PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN  ( Studi Intensif Terhadap Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler)

dan hak, diridhoi Allah, untuk menjawab tantangan zaman kedepan dan untuk

menjawab masalah-masalah kemanusiaan serta masalah-masalah alam dan

lingkungannya.

VI. Daftar Pustaka

Ahmad Tafsir, 1999, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Sumardi,Muljanto, 1977, Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia 1945-

1975, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, jakarta.

MPR RI, Amandemen ke IV UUD 1945.

Shimogaki, Kazuo, 1988, Between Modernity and Postmodernity The Islamic Left

and Dr. Hassan Hanafi’s Thought : Critical Reading. (Terjemahan) LKIS,

Yogyakarta.

Arikunto,Suharsini,1993, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Miles, Matthew B dan A. Michael Haberman, 1992, Analisis Data Kualitatif,

(Terjemah) UI-Press, Jakarta.

Muhadjir,Noeng, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, yogyakarta.

Moleong, Lexy J, 1988, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda karya,

Bandung.

14