PENDIDIKAN INKLUSI 2003

90

Click here to load reader

description

inklusi

Transcript of PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Page 1: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

PENDIDIKAN INKLUSI

LEARNING RESOURCES CENTERFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA

2009

START EXIT

Page 2: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA BAB I BAB II BAB III BAB IV EXIT

BAB IPENDAHULUAN

A. TUJUAN

Melalui materi pokok di dalam modul ini diharapkan dapat membantu para dosen dan calon guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif di berbagai daerah di Indonesia.

A. TUJUAN...

B. MANFAAT...

C. STRATEGI...

Page 3: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

B. MANFAAT

Diharapkan dapat bermanfaat bagi para dosen dan calon guru dalam pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah masing-masing.

Diharapkan juga bermanfaat bagi peserta didik berkebutuhan khusus dalam bentuk kesanggupan mereka mengikuti pendidikan formal yang diikuti secara mandiri tanpa banyak memerlukan bantuan orang lain.

A. TUJUAN...

B. MANFAAT...

C. STRATEGI...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

Page 4: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

C. STRATEGI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari modul:

1.Tumbuhkan semangat yang kuat untuk sanggup membaca buku modul secara keseluruhan. 2.Bacalah isi buku modul secara keseluruhan kemudian buatlah catatan kecil sebagai inti (ringkasan) dari setiap sub pokok bahasan dalam buku modul. 3.Setelah merasa cukup memahami seluruh substansi isi, selanjutnya membaca buku lain yang relevan ataupun melakukan diskusi dengan teman.4.Ada baiknya kalau para mahasiswa juga melatih diri dengan membuat ”refleksi bayangan” atas apa yang telah dipelajari di dalam buku modul.

A. TUJUAN

B. MANFAAT

C. STRATEGI…

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

Page 5: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BAB IIANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DAN IDENTIFIKASINYA

A.LATAR BELAKANG

Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu adanya identifikasi bagi anak didik berkebutuhan khusus agar keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin.

Setelah dilakukan identifikasi, selanjutnya diberikan program pelayanan sesuai kebutuhan masing-masing yang kemudian sebagai acuan untuk pemberian layanan Pendidikan Khusus secara inklusif.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

Page 6: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

B.PENGERTIAN ABK Adalah anak yang dalam pendidikan

memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya.

Mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan sehingga mereka memerlukan

layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.

Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu :

(1)faktor lingkungan (2)faktor dalam diri anak sendiri, dan

(3)kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

Page 7: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

C. KLASIFIKASI ABK

1.Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra)a. Kurang awas (low vision)b. Buta (blind)

2.Anak dengan gangguan pendengaran dan/atau wicaraa. Kurang dengar (hard of hearing)b. Tuli (deaf)

3.Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata-rata (tunagrahita)a. Tunagrahita ringan (IQ antara 50- 70)b. Tunagrahita sedang (IQ antara 25 - 50)c. Tunagrahita berat (IQ di bawah 25)

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

Next>>>

Page 8: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

4.Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa (gifted and talented)

a.Cerdas istimewa (gifted dan genius) anak denganIQ di atas rata-rata

b.Bakat istimewa (talended) anak dengan bakat khusus (akademik atau non akademik)

5.Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa).

a.Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)b.Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak

(cerebral palcy)

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

<<<previous Next>>>

Page 9: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

6. Anak dengan gangguan prilaku dan emosi (Tunalaras)a. Anak dengan gangguan prilaku

• Anak dengan gangguan prilaku taraf ringan

• Anak dengan gangguan prilaku taraf sedang

• Anak dengan gangguan prilaku taraf beratb. Anak dengan gangguan emosi

• Anak dengan gangguan emosi taraf ringan

• Anak dengan gangguan emosi taraf sedang

• Anak dengan gangguan emosi taraf berat

7. Anak dengan kesulitan belajar spesifik (specific learning disability)

8. Anak lamban belajar (slow learner)9. Anak Aautis

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

<<<previous

Page 10: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

D.KARAKTERISTIK ABK

1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra)

a. PengertianAdalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

Next>>>

Page 11: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b.Ciri-ciri Tunanetra

Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m.

Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya. Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus. Sering meraba-raba dan tersandung waktu

berjalan, Bagian bola mata yang hitam berwarna

keruh/bersisik kering. Tidak mampu melihat. Peradangan hebat pada kedua bola mata, Mata bergoyang terus

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

<<<previous Next>>>

Page 12: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c.Anak Tunanetra dapat dikelompokkan, sebagai berikut:

Berdasarkan ukuran ketajaman penglihatan:

(1)Mampu melihat dengan ketajaman penglihatan (acuity) 20/70.

(2)(2) Mampu membaca huruf paling besar di Snellen Chart dari jarak 20 feet [ acuity 20/200 – legal blind ] dikategorikan Buta.

Anak dengan keterbatasan penglihatan (low vision) Karakteristik:(1) Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak.(2) Menghitung jari dari berbagai jarak.(3) Tidak mengenal tangan yang digerakan.<<<previous Next>>>

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

Page 13: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Kelompok yang mengalami keterbatasan pengelihatan berat [buta] :(1) Mempunyai persepsi cahaya [ligt perception)(2) Tidak memiliki persepsi cahaya [ no light perception ]

Dalam perspektif pendidikan, tunanetra dikelompokan menjadi :

(1)Mereka yang mampu membaca huruf cetak standar.

(2)Mampu membaca huruf cetak standar,tetapi dengan bantuan kaca pembesar.

(3)Mampu membaca huruf cetak dalam ukuran besar [ukuran huruf no. 18.].

(4)Mampu membaca huruf cetak secara kombinasi, cetakan reguler dan cetakan besar.

(5)Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 14: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

d. Keterbatasan Anak Tunanetra Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman

baru. Keterbatasan dalam berinteraksi dalam

lingkungan. Keterbatasan dalam mobilitas

e. Media Belajar Anak Tunanetra Kelompok buta dengan media penulisan

braille. Kelompok low vision dengan media tulisan

awas yang dimodifikasi [misalnya tipe hurup diperbesar dan penggunaan alat pembesar].

f. Kebutuhan Pembelajaran Anak TunanetraMengacu pada prinsip- prinsip sebagai beikut: - Kebutuhan akan pengalaman konkrit. - Kebutuhan akan pengalaman yang

terintegrasi. - Kebutuhan dalam berbuat dan bekerja

dalam belajar

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 15: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

2.Anak dengan gangguan pendengaran (Tunarungu)

a. Pengertian

adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 16: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b.Ciri-ciri anak Tunarungu

Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.

Banyak perhatian terhadap getaran. Terlambat dalam perkembangan bahasa Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau

suara, Terlambat perkembangan bahasa, Sering menggunakan isyarat dalam

berkomunikasi, Kurang atau tidak tanggap dalam diajak

bicara, Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara

aneh/monoton,

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 17: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c.Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunarungu

Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya Anak hendaknya didudukkan paling depan,

sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru.

Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan.

Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak.

Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 18: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

3. Anak dengan gangguan Intelektual (Tunagrahita)

a. Pengertian

Adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental- intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 19: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b.Ciri-ciri Tunagrahita

Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar,

Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia, Tidak ada/kurang sekali perhatiannya

terhadap lingkungan Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering

tidak terkendali)

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 20: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c.Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunagrahita

i. Perbedaan tunagrahita dengan anak normal dalam proses belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya.

ii. Perbedaan karakteristik belajar anak tunagrahita dengan anak sebayanya, anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal yaitu: Tingkat kemahirannya dalam

mamecahkan masalah Melakukan generalisasi dan mentranfer

sesuatu yang baru Minat dan perhatian terhadap

penyelesaian tugas

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 21: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

4. Anak dengan gangguan Anggota Tubuh (Tunadaksa)

a. Pengertian

Adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak [tulang, sendi,otot].

Mereka mengalami gangguan gerak karena kelayuhan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak (disebut Cerebral Palsy /CP].

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 22: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b. Ciri-ciri Tunadaksa

Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,

Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa, Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali, bergetar) Terdapat cacat pada anggota gerak, Anggota gerak layu, kaku,lemah/lumpuh,

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 23: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak TunadaksaGuru sebelum memberikan pelayanan dan pembelajaran bagi anak tunadaksa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

i. Segi kesehatan anakApakah ia memiliki kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah dioperasi, dan sebagainya ii. Kemampuan gerak dan mobilitas Apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak, dan sebagainya.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 24: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

iii. Kemampuan komunikasiApakah ada kelainan dalam berkomunikasi, dan alat komunikasi yang akan digunakan (lisan, tulisan, isyarat) dan sebagainya.

iv. Kemampuan dalam merawat diriApakah anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari atau tidak. Posisi

v. Bagaimana posisi anak tersebut pada wakyu menggunakan alat bantu, duduk pada saat menerima pelajaran, dan sebagainya. Sehingga physical therapis sangat diperlukan.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 25: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

5. Anak dengan gangguan Prilaku dan Emosi (Tunalaras)

a. Pengertian Tunalaras

Adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 26: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b.Ciri-ciri Tunalaras

Cenderung membangkang Mudah terangsang

emosinya/emosional/mudah marah Sering melakukan tindakan agresif, merusak,

mengganggu Sering bertindak melanggar norma

sosial/norma susila /hukum Cenderung prestasi belajar dan motivasi

rendah sering bolos, jarang masuk sekolah

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 27: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c.Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunalaras

Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi setiap anak

Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan

dan masalah yang dihadapi oleh setiap anak Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris

sesuai dengan bakat dan minat anak. Perlu adanya pengembangan ahlak atau

mental melalui kegiatan sehari-hari, dan contoh dari lingkungan.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 28: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

6. Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (gifted dan talented)

a. Pengertian

Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anak-anak seusianya (anak normal)

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 29: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b.Ciri-ciri Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa

Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata yang luas

Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi

Mempunyai inisiatif, kreatif dan original dalam menunjukkan gagasan

Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistimatis dan kritis

Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 30: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,

Senang mencoba hal-hal baru, Mempunyai daya abstraksi,

konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi, Mempunyai daya imajinasi dan ingatan yang kuat,

Senang terhadap kegiaan inelektual dan pemecahan- pemecahan masalah,

Cepat menangkap hubungan sebabakibat, Tidak cepat puas atas prestasi yang

dicapainya Lebih senang bergaul dengan anak yang

lebih tua usianya. Dapat menguasai dengan cepat materi

pelajaran

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 31: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c.Kebutuhan Pembelajaran Anak cerdas istimewa dan bakat istimewa

i. Program pengayaan horisontal, yaitu:1)mengembangkan kemampuan explorasi.2)mengembangkan pengayakan dalam arti

memperdalam dan memperluas hal-hal yang ada diluar kurikulum biasa

3)excekutif intensive dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 32: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

ii. Program pengayaan vertikal, yaitu:1)Acceleration, percepatan/maju

berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu,atau tingkatan kelas.

2)Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati.

3)Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan tallented dengan para ahli yang ada di masyarakat.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 33: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

7. Anak Lamban Belajar ( Slow Learner)

a. Pengertian

Adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85)

Dalam beberapa hal Anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi.

Anak Lamban Belajar lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 34: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b.Ciri-ciri anak lamban belajar:

Rata-rata prestasi belajarnya rendah (kurang dari 6),

Menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,

Daya tangkap terhadap pelajaran lambat, Pernah tidak naik kelas.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 35: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Lamban Belajar

Waktu yang lebih lama dibanding anak padaumumnya

Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat dalam memberikan penjelasan

Memperbanyak latihan dari pada hapalan dan pemahaman

Menuntut digunakannya media pembelajaran yang variatif oleh guru

Diperlukan adanya pengajaran remedial

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 36: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

8. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik

a. Pengertian

Adalah individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam: pemahaman, gangguan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 37: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Siswa berkesulitan belajar dapat dibagi dua:

Pertama, yang berkaitan dengan perkembangan (developmental learning disabilities), mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan komunikasi, memori, dan perilaku sosial.

Kedua, yang berkaitan dengan akademik (membaca, menulis, dan berhitung) sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.

(Kirk dan Gallagher, 1986: Mulyono Abduraahman, 1996: Hidayat,1996)

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 38: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b.Ciri-ciri Anak Berkesulitan Belajar Spesifik

Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)

1)Kesulitan membedakan bentuk,2)Kemampuan memahami isi bacaan rendah,3)Sering melakukan kesalahan dalam membaca

Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia)

1)Sangat lamban dalam menyalin tulisan2)Sering salah menulis hurup b dengan p, p

dengan q,v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,

3)Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,4)Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak

bergaris.5)Menulis huruf dengan posisi terbalik (p ditulis

q atau b)

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 39: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkulia)

1) Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =2) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,3) Sering salah membilang secara berurutan4) Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,5) Sulit membedakan bangun-bangun geometri

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 40: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c.Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkesulitan belajar khusus

i. Materi pembelajaran hendaknya disesuikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi anak

ii. Memerlukan uratan belajar yang sistimatis yaitu dari pemahaman yang konkrit ke yang abstrak

iii. Menggunakan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan hambatannya.

iv. Pembelajaran sesuai dengan urutan dan tingkatan pemahaman anak

v. Pembelajaran remedial

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 41: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

9. Anak Autis

a. Pengertian

Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dapat diartikan sebagai seorang anak yang hidup dalam dunianya.

Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi, perilaku sosial.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 42: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b.Ciri-ciri Anak Autis: Mengalami hambatan di dalam bahasa Kesulitan dalam mengenal dan merespon

emosi dengan isyarat sosial Kekakuan dan miskin dalam

mengekspresikan perasaan Kurang memiliki perasaan dan empati Sering berperilaku diluar kontrol dan

meledak-ledak Secara menyeluruh mengalami masalah

dalam perilaku Kurang memahami akan keberadaan dirinya

sendiri Keterbatasan dalam mengekspresikan diri Berprilaku monoton dan mengalami kesulitan

untuk beradaptasi dengan lingkungan

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 43: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Autis

Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam setting kelompok

Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip)

Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan berbagai bantuan

Guru terampil mengubah lingkungan belajar yangnyaman dan menyenangkan bagi anak, sehinggatingkah laku anak dapat dikendalikan pada hal yang diharapkan.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

D.Karakteristik...

BAB IV

<<<previous

Page 44: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

E. IDENTIFIKASI & ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. Tujuan Identifikasi

Secara umum, dilakukan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (pisik, intelektual, sosial, emosional).

Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan assesment, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan progam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

E.Identifikasi...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXITBAB IV

Next>>>

Page 45: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

2.Langkah-langkah identifikasi:

Penjaringan (screening), Pengalihtanganan (referal), Klasifikasi, Perencanaan pembelajaran, dan Pemantauan kemajuan belajar.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

E.Identifikasi...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 46: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

3. Sasaran Identifikasi

Secara umum sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar.

Secara khusus (operasional), sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah:- Anak yang sudah bersekolah di Sekolah reguler - Anak yang baru masuk di Sekolah reguler - Anak yang belum/tidak bersekolah

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

E.Identifikasi...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 47: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

4.Petugas Identifikasi

Guru kelas; Guru Mata pelajaran/Guru BK Guru Pendidikan Khusus Orang tua anak; dan/atau Tenaga profesional terkait

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

E.Identifikasi...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 48: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

5. Pelaksanaan Identifikasi

a. Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah atau drop out:

- Dilakukan pendataan oleh sekolah yang bersangkutan di masyarakat setempat

- Dilakukan pembicaraan dengan Kepala Desa / RW / RT setempat untuk tindak lanjutnya

b. Untuk anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa di sekolah:

- Menghimpun Data Anak - Menganalisis Data dan Mengklasifikasikan Anak - Menginformasikan Hasil Analisis dan Klasifikasi - Menyelenggarakan Pembahasan Kasus (case

conference)- Menyusun Laporan Hasil Pembahasan Kasus

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

E.Identifikasi...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 49: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

6. Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan indentifikasi, dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:

a.Pelaksanaan AsesmenMerupakan kegiatan penyaringan terhadap anak-anak yang telah teridentifikasi sebagai anak berkebutuhan khusus. Asesmen meliputi: (1)Asesmen Akademik, (2)Asesmen Sensorik dan Motorik, (3)Asesmen psikologis, emosi dan sosial.

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

E.Identifikasi...

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 50: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b. Perencanaan Pembelajaran Penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI)

c. Pelaksanaan Pembelajaran melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan di kelas regular sesuai dengan rancangan yang telah disusun

d. Pemantauan Kemajuan Belajar dan Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/atau kemunduran belajar anak

A.Latar Belakang B.Pengertian...

C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

E.Identifikasi...

BAB IV

<<<previous

Page 51: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

BAB IIIPENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

A.HAKEKAT PENDIDIKAN ABK DAN PERKEMBANGANNYA

Pendidikan ABK awalnya disebut ortopaedagogik Secara terminologi : pendidikan yang bersifat

meluruskan, memperbaiki, menyembuhkan, atau menormalkan kehidupan anak-anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.

Dengan kata lain istilah ortopaedgogik berarti ilmu pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa

(Mulyono, 1994)

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

F. Bentuk…

BAB IV

Next>>>

Page 52: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Perkembangan pendidikan luar biasa di dunia menunjukkan adanya perkembangan cara pandang baru terhadap pelayanan anak berkebutuhan khusus dan berkebutuhan pendidikan khusus lainnya.

Intinya, bahwa setiap anak berhak mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan tidak terdiskriminasi. Termasuk juga anak-anak berkebutuhan khusus.

BERANDA BAB I BAB II EXIT

B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III

A. Hakekat...

BAB IV

<<<previous

Page 53: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

B.PENDIDIKAN ABK UMUM DAN KHUSUS

Pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan cabang dari ilmu pendidikan umum atau pedagogik umum yang di Indonesia biasa disebut pendidikan bagi anak luar biasa atau menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut pendidikan khusus.

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III BAB IV

Next>>>

Page 54: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Pendidikan anak berkebutuhan khusus menurut Mulyono (1994) dibagi menjadi dua:

- Pendidikan anak berkebutuhan khusus umum:mengkaji tentang pendidikan bagi anak luar biasa pada umumnya.

- Pendidikan anak berkebutuhan khusus khusus: berkenan dengan pendidikan bagi tiap jenis anak luar biasa atau berkelainan.

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 55: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Ruang lingkup kajian pendidikan anak Berkebutuhan khusus umum meliputi:

- hakekat anak berkebutuhan khusus- anak berkebutuhan pendidikan khusus lainnya landasan pendidikannya secara umum

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III BAB IV

<<<previous

Page 56: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

C. BIDANG LAYANAN PENDIDIKAN ABK

Terdapat 4 (empat) bidang layanan, yaitu:1. Layanan Prevensi

layanan yang dilakukan untuk mencegah agar hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami seorang anak tidak berdampak lebih jauh kepada aspek-aspek perkembangan lainnya.

2. Layanan Intervensiuntuk menangani hambatan belajar dan hambatan perkembangan, agar mereka dapat berkembang secara optimal.

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III BAB IV

Next>>>

Page 57: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c. Layanan Kompensatorisuntuk memfasilitasi anak yang mengalami hambatan pada aspek tertentu (kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, hambatan perkembangan kognitif, motorik, serta emosi dan tingkah laku), dialihkan kepada fungsi lain yang memungkinkan dapat menggantikan fungsi yang hilang.

d. Layanan Pengembangan Potensiuntuk membantu peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan potensi dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak sehingga dapat menunjang kehidupannya di masyarakat.

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III

C. Bidang…

BAB IV

<<<previous

Page 58: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

D. PRINSIP LAYANAN PENDIDIKAN ABK

Prinsip dasar Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus menurut Musjafak Assjari (1995) adalah sebagai

berikut:

Keseluruhan anak (all the children) Kenyataan (reality) Program yang dinamis (a dynamic program) Kesempatan yang sama (equality of

opportunity) Kerjasama (cooperative)

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III BAB IV

Next>>>

Page 59: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Selain itu juga ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:

Prinsip kasih sayang Prinsip keperagaan Keterpaduan dan keserasian antar ranah Pengembangan minat dan bakat Kemampuan anak Model Pembiasaan Latihan Pengulangan Penguatan

(Suparno, dkk. t.t)

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III

D. Prinsip…

BAB IV

<<<previous

Page 60: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

E. PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Perkembangan pendidikan anak berkebutuhan khusus

sebagai disiplin ilmu melalui tiga fase, yaitu:

Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Aplikasi Teori-teori Ilmu yang lain

Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Bagian dari Pedagogik

Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Disiplin Ilmu yang Otonom

(Mulyono, 1994)

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III BAB IV

Page 61: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

F. BENTUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ABK

Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu:

1.- Reguler Class Only (Kelas biasa dengan guru biasa) - Reguler Class with Consultation (Kelas biasa dengan konsultan guru PLB) - Itinerant Teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung) - Resource Teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun dalam beberapa kesempatan anak berada di ruang sumber dengan guru sumber)

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

F. Bentuk…

BAB III BAB IV

Next>>>

Page 62: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

2. Pusat Diagnostik-Prescriptif

3. - Hospital or Homebound Instruction (Pendidikan di

rumah atau di rumah sakit, yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa). - Self-contained Class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama guru PLB) - Special Day School (Sekolah luar biasa tanpa asrama) - Residential School (Sekolah luar biasa berasrama)

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

BAB III

F. Bentuk…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 63: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan

menjadi 2 kelompok besar, yaitu:

1. Pendidikan Segregrasi

Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.

Ada empat bentuk, yaitu:a) Sekolah Luar Biasa (SLB) , b) Sekolah Luar Biasa Berasrama, c) Kelas jauh/Kelas Kunjung, dan d) Sekolah Dasar Luar Biasa.

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

BAB III

F. Bentuk…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 64: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

2. Pendidikan Terpadu/Integrasi/Inklusi

Sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum.

Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986), yaitu:1)Bentuk Kelas Biasa, 2)Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus, dan3)Bentuk Kelas Khusus

BERANDA BAB I BAB II EXIT

A. Hakekat...B. Pendidikan…

C. Bidang…

D. Prinsip…

E. Pendidikan…

BAB III

F. Bentuk…

BAB IV

<<<previous

Page 65: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

BAB IVPENDIDIKAN INKLUSIF

A.LATAR BELAKANG Pendidikan tidak diskriminatif Pendidikan hak semua anak Kurang meratanya tempat sekolah

khusus bagi Anak Berkelainan Khusus Perlu dilaksanakannya Pendidikan

Inklusif, yang dimana anak-anak berkelainan khusus ditempatkan dengan anak-anak yang normal di sekolah reguler.

Harapannya setiap anak berkelainan khusus dapat mengakses pelayanan pendidikan dimanapun mereka berada.

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BERANDA BAB I BAB II BAB III BAB IV EXIT

Page 66: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

B. KONSEP PENDIDIKAN INKLUSIF

1.Pengertian

Menurut Permendiknas No. 70 tahun 2009

Pendidikan inklusif didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

Next>>>

Page 67: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

2. Prinsip-Prinsip

Secara umum prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia, dapat dirumuskan sebagai berikut :

a.Prinsip pemerataa n, pencitraan publik, danpeningkatan mutu.b.Prinsip kebutuhan individualc.Prinsip Kebermaknaand.Prinsip keberlanjutane.Prinsip Keterlibatan

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

B. Konsep…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 68: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

3.Pendidikan Segregasi, Pendidikan Terpadu dan Pendidikan Inklusif

a. Sekolah segregasi

Sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler.

Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

B. Konsep…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 69: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

b. Sekolah terpadu

Sekolah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah reguler tanpa adanya perlakuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individual anak.

Kelemahan dari pendidikan melalui sekolah terpadu ini antara lain, anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan individual anak.

Keuntungannya adalah anak berkebutuhan khusus dapat bergaul di lingkungan sosial yang luas dan wajar.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

B. Konsep…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 70: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c. Sekolah inklusif

Mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik

Keuntungan : - ABK maupun anak biasa dapat saling

berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat,

- kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-masing.

Konsekuensi : pihak sekolah dituntut melakukaan berbagai perubahan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

B. Konsep…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 71: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

4. Implikasi manajerial pendidikan inklusif

a. Sekolah menerapkan system manajemen berbasis sekolah (MBS)

b. Sekolah menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-ragaman dan menghargai perbedaan.

c. Sekolah menyiapkan sistem pengelolaan kelas yang mampu mengakomodasi hiterogenitas kebutuhan khusus peserta didik.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

B. Konsep…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 72: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

d. Guru memiliki kompetensi pembelajaran bagi semua peserta didik serta kompetensi pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus

e. Guru berkemampuan dalam mengoptimalkan peran orangtua, tenaga professional, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat (LSM),dan komite sekolah dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di sekolah.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

B. Konsep…

BAB IV

<<<previous

Page 73: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

C. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN INKLUSIF Sejarah perkembangan pendidikan inklusif di

dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negara-negara Scandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia).

Di Amerika Serikat pada tahun1960-an oleh Presiden Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar Biasa ke Scandinavia untuk mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat

di Inggris dalam Ed.Act. 1991 mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai adanya pergeseran model pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dari segregatif ke integratif

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

Next>>>

Page 74: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Pada tahun 1989 diadakan konvensi dunia tentang hak anak dan konferensi dunia tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan deklarasi ’education for all’

Pada tahun 1994 diselenggarakan konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya pendidikan inklusif yang selanjutnya dikenal dengan ’the Salamanca statement on inclusive education”

Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif.

Pada tahun 2005 diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi

Pemerintah Indonesia sendiri sejak tahun 2000 telah mengembangkan program pendidikan inklusif.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

C. Sejarah…

BAB IV

<<<previous

Page 75: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

D. TUJUAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Tujuan penyelenggarakan pendidikan inklusif adalah:

a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.

b. Membantu mempercepat program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu

c. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah

d. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keberagaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

Page 76: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

E. PRO DAN KOTRA PENDIDIKAN INKLUSIF

1. Pro Pendidikan Inklusif

a. Belum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus.

b. Beaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal dibanding dengan dengan sekolah regular.

c. Banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah di SLB karena jauh dan/atau biaya yang tidak terjangkau.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

Next>>>

Page 77: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

d. SLB (terutama yang berasrama) merupakan sekolah yang memisahkan anak dari kehidupan sosial yang nyata. Sedangkan sekolah inklusif lebih ‘menyatukan’ anak dengan kehidupan nyata.

e. Banyak bukti di sekolah reguler terdapat anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan layanan yang sesuai.

f. Penyelenggaraan SLB berimplikasi adanya labelisasi anak ‘cacat’ yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat. Orangtua tidak mau ke SLB.

g. Melalui pendidikan inklusif akan terjadi proses edukasi kepada masyarakat agar menghargai adanya perbedaan.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

E. Pro & Kontra…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 78: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

2. Kontra Pendidikan Inklusif

a. Peraturan perundangan memberikan kesempatan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus.

b. Hasil penelitian masih menghendaki berbagai alternatif pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

c. Banyak orangtua yang anaknya tidak ingin bersekolah di sekolah reguler.

d. Banyak sekolah reguler yang belum siap menyelenggarakan pendidikan inklusif karena menyangkut sumberdaya yang terbatas.

e. Sekolah khusus/SLB dianggap lebih efektif karena diikuti anak yang sejenis.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

E. Pro & Kontra…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 79: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

3. Pendidikan Inklusif yang Moderat

Jalan keluar untuk mengatasi pro dan kontra tentang pendidikan inklusif, maka dapat diterapkan pendidikan inklusif yang moderat.

Pendidikan inklusif yang moderat dimaksud adalah :

a. Pendidikan inklusif yang memadukan antara terpadu dan Inklusi penuh.

b. Model moderat dikenal dengan model Meanstreaming

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

E. Pro & Kontra…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 80: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

c. Filosofinya tetap pendidikan inklusif, tetapi dalam prakteknya anak berkebutuhan khusus disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.

Anak berkebutuhan khusus fleksibel pindah dari satu bentuk layanan ke yang lain, seperti : bentuk kelas reguler penuh bentuk kelas reguler dengan cluster bentuk kelas reguler dengan ’pull out’ bentuk kelas reguler dengan ‘cluster dan

pull out’ bentuk kelas khusus dengan berbagai

pengintegrasian. bentuk kelas khusus penuh di sekolah

reguler

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

E. Pro & Kontra…

BAB IV

<<<previous

Page 81: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

F. LANDASAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Penerapan pendidikan inklusif di Indonesia mempunyai

landasan fiolosifis, yuridis, pedagogis dan empiris yang

kuat.

Landasan FilosofisBhineka Tunggal Ika, Pandangan Agama, Pandangan universal Hak azasi manusia,

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

Next>>>

Page 82: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Landasan YuridisNasional :

- UUD 1945 (amandemen) pasal 31- UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 5- UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak ,- UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang

Cacat,- Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang

Pendidikan Inklusif- Deklarasi Bandung: “ Indonesia Menuju

Pendidikan Inklusif ” tanggal 8-14 Agustus 2004Internasional :- Salamanca Statement and Framework for Action on - Special Needs Education (1994)- Deklarasi Bukittinggi: Tahun 2005

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

G. Penyelengga…

F. Landasan…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 83: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Landasan pedagogisPasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional

Landasan EmpirisPenelitian-penelitian tentang inklusi di negara-negara barat. Salah satu penelitian yang berskala besar dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika Serikat)

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

G. Penyelengga…

F. Landasan…

BAB IV

<<<previous

Page 84: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

G. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah:

Sasaran Pendidikan Inklusif (Anak-anak Berkelainan Khusus)Pelaksanaan Identifikasi dan AsesmenKurikulum Pendidikan (menggunakan KTSP yang dapat dikembangkan sedemikian serupa sehingga optimal bagi pelaksanaan pendidikan inklusif)

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

Next>>>

Page 85: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Kegiatan pembelajaran, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut dari evaluasi terhadap pembelajaran tersebut.

Sertifikasi, yaitu penghargaan terhadap siswa yang telah berhasil mencapai prestasi.

Sistem kenaikan kelas dan laporan hasil belajar Sarana dan prasarana pendidikan Manajemen Sekolah Pemberdayaan Masyarakat

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 86: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

1.Kriteria Sekolah Penyelenggara Pendidikan InklusifKriterianya: Kesiapan sekolah untuk menyelenggarakan program

pendidikan inklusif (kepala sekolah, komite sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua)

Terdapat anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah

Tersedia guru khusus/PLB (guru tetap sekolah atau guru yang diperbantukan dari lembaga lain) atau berkesanggupan menyediakan guru khusus/PLB (guru tetap sekolah atau guru yang diperbantukan dari lembaga lain

Komitmen terhadap penuntasan wajib belajar yang dibuktikan adanya surat penyataan

Memiliki jaringan kerjasama dengan lembaga lain yang relevan

Tersedia sarana penunjang yang dapat diakses oleh semua anak

Pihak sekolah telah memperoleh sosialisasi tentang pendidikan inklusi

Memenuhi ketentuan prosedur administrasi yang ditetapkan pada masing-masing wilayah

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 87: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

2.Mekanisme penyelenggaraan:a. Pengajuan proposal/laporan penyelenggaraan

pendidikan inklusif kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Pendidikan Kabupaten/Kota.

b.Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menindaklanjuti proposal/ laporan dari sekolah yang bersangkutan kepada Dinas Pendidikan Provinsi.

c. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi melakukan visitasi ke sekolah yang bersangkutan.

d.Dinas Pendidikan Provinsi menetapkan sekolah yang bersangkutan sebagai penyelenggara pendidikan inklusif dengan menerbitkan surat penetapannya, dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 88: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI

SEKOLAH(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK)

DINAS PENDIDIKANKABUPATEN/KOTA

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI

SEKOLAH(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK)

DINAS PENDIDIKANKABUPATEN/KOTA

SEKOLAH(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK)

DINAS PENDIDIKANKABUPATEN/KOTA

Mekanisme Penetapan Sekolah Inklusif

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

<<<previous Next>>>

Page 89: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

Learning Resource Center | FKIP UNS

Dalam proses penyelenggaraan pendidikan inklusif, dilakukan Pembinaan dan Monitoring oleh Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota atau Provinsi.

Setiap akhir tahun, dibuat laporan tertulis tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif oleh sekolah yanng bersangkutan yang memuat: 1) Peserta didik, 2) Kurikulum yang digunakan, 3) Sarana Prasarana, 4) Tenaga Pendidik dan Kependidikan, 5) Proses pembelajaran, 6) Hasil evaluasi beserta permasalahan yang dihadapi.

Setiap sekolah penyelenggara dapat mengembangkan format laporan sesuai ketentuan yang berlaku.

BERANDA BAB I BAB II BAB III EXIT

A. Latar…

B. Konsep…

C. Sejarah…

D. Tujuan…

E. Pro & Kontra…

F. Landasan…

G. Penyelengga…

BAB IV

<<<previous Finish>>>

Page 90: PENDIDIKAN INKLUSI 2003

TERIMA KASIH