pendidikan agama

download pendidikan agama

If you can't read please download the document

description

agama

Transcript of pendidikan agama

17

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin majunya perkembangan jaman saat ini mendorong manusia untuk terus mengembangkan kemampuannya menciptakan teknologi-teknologi baru dengan ilmu pengetahuan yang beragam. Bermacam-macam teknologi hasil kreasi manusia sudah mulai dimanfaatkan untuk mempermudah aktivitasnya. Pemanfaatan itu berbeda-beda bentuknya sesuai dengan manusia yang menggunakannya.

Islam tidak membatasi manusia dalam aktivitasnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Islam memberi kebebasan kepada manusia untuk berkreasi sesuai dengan bidang keahlian masing-masing selama manusia tetap memperhatikan huku-hukum Islam tentang hal tersebut. Peran Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan dan menjadikan syariat Islam sebagai standar bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Pada dasarnya kita hidup di dunia tidak lain untuk beribadah kepada Allah Swt. Ada banyak cara beribadah kepada Allah Swt. Temasuk dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pun manusia bisa beribadah kepada Allah Swt. Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi besar manfaatnya apabila digunakan dengan cara yang baik dan benar. Ia bahkan menjadi ibadah untuk kita terlebih lagi apabila hal itu dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Namun, sebaliknya apabila digunakan dengan cara dan tujuan yang tidak benar maka hal itu dapat menyengsarakan dan merugikan manusia sendiri. Oleh karena itu, kita perlu tahu bagaimana agama kita mengatur hal ini.

Tujuan Mengetahui pandangan Islam mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.Mengetahui manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia.Mengetahui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam.Mengetahui integrasi antara iman, IPTEK, dan amal. Mengetahui tanggung jawab ilmuwan terhadap alam dan lingkungannya.

Rumusan MasalahBagaimana konsep Islam tentang IPTEK?Apa fungsi IPTEK bagi kehidupan manusia?Bagaimana integrasi iman, IPTEK, adan amal?Apa tanggung jawab ilmuwan terhadap alam dan lingkungannya?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Islam tentang IPTEK

Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid, di mana hal ini menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.

Ahmad Y. Samantho dalam makalahnya di ICAS Jakarta (2004): mengatakan bahwa kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan IPTEK modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.

Peradaban Barat moderen dan postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju (kelompok G-8) saja dengan mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih lemah kekuatan IPTEKnya, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur & Selatan.

Kemajuan IPTEK di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (IPTEK) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/rohaniah pada banyak manusia baik di barat maupun di timur.

Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan IPTEK yang lepas dari kendali nilai-nilai moral ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam seperti tsunami, gempa, dan kacaunya iklim serta cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang dihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak, dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan penjajahan (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Negara-negara yang berpenduduk mayoritas muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terbelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (matre) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa muslim.

Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan IPTEK Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumber daya manusianya (pendidikan dan IPTEK nya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.

Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa di tengah keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemana harta kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah air dan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita menjadi negara penghutang terbesar dan terkorup di dunia?

Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi, dan moral bangsa serta umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah Swt. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).

Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt., sumber segala kebaikan, keindahan dan kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah Swt dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan IPTEKnya hanya untuk kepentingan duniawi yang matre dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan IPTEK untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian muslim kepada Allah Swt dan mengembang amanat khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat:

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali Imron [3] : 190-191)

Artinya: Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Mujadillah [58] : 11 )

Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda/sinyal) Ke-Maha-Kuasa-an dan Keagungan Allah Swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu+akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, wujud yang wajib, sumber segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan, dan saling memperkuat secara sinergis, holistik, dan integratif.

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.

Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan, dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah Saw. yang dipelajari melalui agama adalah sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah Swt, maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber yang sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh alam semesta.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok; (1) kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah islamisasi ilmu pengetahuan. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan jalan untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritualitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ke tingkat yang lebih rendah martabatnya.

Dari uraian di atas hakekat penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah Swt. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila:

mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannyadapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik)dapat memberikan pedoman bagi sesamadapat menyelesaikan persoalan umat.

Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.

Keutamaan Mukmin yang ber-ilmu

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam ayat-ayat berikut:

Artinya: Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar [39] : 9).

Allah berikan al-Hikmah (ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah. (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Mujaadilah [58] :11)

Rasulullah Saw. pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini. (Al-Hadits Nabi Saw.). Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu. (Al-Hadits Nabi Saw.).

Definisi IPTEK

Sains berarti ilmu pengetahuan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indra, intuisi, dan firasat. Ilmu merupakan pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistemisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji secara ilmiah.

Kata teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik objektif dan netral. Dan dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.

Islam merupakan agama yang antara wahyu dan akal sejalan, tetapi untuk agama lain antara wahyu dan akal bertentangan. Sebagai contoh: Allah Swt. telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta.

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

192. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (QS Ali Imron [3] : 190-192)

2.2 Fungsi IPTEK bagi Kehidupan Manusia

Fungsi iptek dalam kehidupan manusia banyak sekali antara lain dalam bidang:

a. Penyediaan Pangan

Perkembangan IPTEK dalam bidang pangan dimungkinkan karena adanya pendidikan, penelitian, dan pengembangan di bidang pertanian terutama dalam peningkatan produktivitas melalui penerapan varitas unggul, pemupukan, pemberantasan hama, dan penyakit, pola tanaman serta pengairan. Namun di sisi lain perkembangan tersebut berdampak fatal, misalkan saja penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama ternyata dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia.

b. Penyediaan Sandang

Pada awalnya bahan sandang dihasilkan dari serat alam seperti kapas, sutra, woll dan lain-lain. Perkembangan teknologi matrial polimer menghasilkan berbagai serat sintetis sebagai bahan sandang seperti rayon, polyester, nilon, dakron, tetoron dan sebagainya. Kulit sintetik juga dapat dibuat dari polimer termoplastik sebagai bahan sepatu, tas dan lain-lain. Teknologi pewarnaan juga berkembang seperti penggunaan zat azo dan sebagainya.

c. Penyediaan Papan

Teknologi papan bersangkut paut dengan penyediaan lahan dan bidang perencanaan seperti city planning, kota satelit, kawasan pemukiman dan sebagainya yang berkaitan dengan perkembangan penduduk. Awalnya bahan pokok untuk papan adalah kayu selanjutnya dikembangkan teknologi matrial untuk mengatasi kekurangan kayu. Untuk mengatasi kekurangan akan lahan dikembangkan teknologi gedung bertingkat, pembentukan pulau-pulau baru, bahkan tidak menutup kemungkinan pemukiman ruang angkasa.

d. Peningkatan Kesehatan

Perkembangan imu kedeokteran seperti ilmu badah dan lain-lain.Penemuan alat-alat kedokteran seperti stetoskup, USG, dan lain-lain.Penemuan obat-obatan seperti anti biotik, vaksin dan lain-lain.Penemuan radio aktif untuk mendeteksi penyakit secara tepat seperti tumor dan lain-lain.Penelitian tentang kuman-kuman penyakit dan lain-lain.

e. Penyediaan Energi

Kebutuhan akan energiSumber-sumber energiSumber energi konvensional tak dapat diperbaharuiSumber energi pengganti yang tak habis pakaiKonversi energi dari satu bentuk kebentuk yang lain.

2.3. Integrasi Iman, IPTEK, dan Amal

Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni terdapat hubungan dengan harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul islam. Di dalamnya ada 3 unsur pokok, iman, ilmu dan amal sholeh.

Islam adalah agama yang sempurna, dimana terdapat iman, islam, dan ikhsan, dalam QS. Ibrahim 24-25 dinyatakan

Artinya:

24. tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,

25. pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

[786] Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.

Ayat diatas menggambarkan keutuhan iman, ilmu dan amal. Hal ini digambarkan sebagai sebuah pohon yang akarnya menghujam kuat ke bumi, batang menjulang tinggi, dan mengeluarkan buah di tiap musimnya atas izin Allah. Di sini Allah mengumpamakan iman sebagai akar, ilmu bagai batang pohon yang akhirnya menghasilkan akhlak yang diumpamakan sebagai buah.

2.4. Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Alam dan Lingkungan

Ada fungsi utama manusia di dunia, yaitu 'abdun' dan khalifah Allah di bumi. Esensi dari 'abdun' adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

Dalam kontek 'abdun', manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh terhadap penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang Pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada selain Allah termasuk menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya.

Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada perbuatan fasik. Sebagaimana firman Allah, faalhamaha fujuroha watakwaha. Artinya "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia kefasikan dan ketakwaan". Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah berikan petunjuk berupa agama sebagai alat manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Untuk itu Allah berfirman "wahadainahu najdaini" ."Aku tunjukan kamu dua jalan". Akal memiliki kemampuan untuk memilih salah satu yang terbaik bagi dirinya. Fungsi yang kedua sebagai Khalifah Allah di bumi, ia punya tanggung jawab untuk menjaga alam. Manusia diberikan kebebasan untuk memanfaatkan sumber daya. Oleh karena itu perlu adanya ilmu dalam memanfaatkan sumberdaya agar tetap terdapat keseimbangan dalam alam.

Kerusakan alam lebih banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri. Sebagaimana firman Allah.

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar Ruum [30]:41)

Untuk melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan keistimewaan berupa kebebasan untuk berkreasi sekaligus menghadapkan dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung (fungsi sebagai abdun) maupun konteks ketaatan terhadap sunatullah (fungsi sebagai khalifah). Perpaduan antara tugas ibadah dan khalifah inilah yang akan mewujudkan manusia yang ideal yakni manusia yang selamat dunia akherat

Setelah kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah Swt. mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islam pun telah mengatur dan menggariskan kepada umatnya agar mereka menjadi umat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut : Al-Quran dan as-Sunnah: Allah Swt. telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan Allah Swt. melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya dan menjadikan Nabi Saw. sebagai pemimpin dalam segala hal.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah mengenai perkembangan IPTEK dalam Islam ini adalah dengan mempelajari IPTEK kita bukan hanya mengerti dan mendapat ilmu tetapi kita juga dapat meningkatkan iman, taqwa, dan amal kita terhadap Allah Swt. Selain itu kita juga bisa mengetahui kebesaran-kebesaran Allah sehingga kita sebagai manusia dapat menjaga dan merawat lingkungan yang menjadi salah satu kebesaran-Nya.

Apabila kita bisa melaksanakannya, insya Allah kita akan hidup bahagia di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menjaga kita dari perbuatan yang akan merusak bumi.

3.2. Saran

Apabila dalam penyusunan makalah ini banyak kekeliruan dalam pengetikan dan kesalahan-kesalahan lain, maupun kurangnya kelengkapan materi. Penyusun mohon kritik dan saran yang membangun dari para dosen dan para pembaca yang budiman.

DAFTAR PUSTAKA

Shafiyyah,tea.2009.http://shafiyyah.blog.uns.ac.id/2009/06/30/manusiasainsdanteknologi/ (16 Desember 2010/23:14).

http://www.al-ikhwan.net/al-quran-dan-iptek-2-sumber-sumber-ilmupengetahuan-dalam-islam-9/

http://muharso.wordpress.com/2010/04/11/iptek-dalam-islam/