PENDETA: Profesi Dan Pelayanan Suatu Tinjauan Etis...
Transcript of PENDETA: Profesi Dan Pelayanan Suatu Tinjauan Etis...
PENDETA: Profesi Dan Pelayanan
Suatu Tinjauan Etis Teologis Terhadap Pelayanan Kependetaan
Di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB)
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana
Universitas Kristen Indonesia Tomohon
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Magister Teologi
Pdt. Desry N. Linggamo, STh.
0 6 9 5 9 4
PROGRAM PASCASARJANA TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
Tahun 2008
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dosen Pembimbing telah menerima hasil penelitian dari Pdt. Desry N.Linggamo, S.Th. dengan
judul Pendeta: Profesi dan Pelayanan, Suatu Tinjauan Etis Teologis Terhadap Pelayanan Pendeta Di
Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) untuk diuji dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar MAGISTER TEOLOGI pada Program Pasca Sarjana Teologi di Universitas Kristen
Indonesia Tomohon.
Disetujui pada tanggal
11 Desember 2008
Dosen Pembimbing
Pdt.Prof. DR. W.A. Roeroe.
Mengetahui
Direktur Program Pasca Sarjana
Teologi UKI Tomohon
Pdt. Prof. DR. W.A. ROEROE
1
ABSTRACT
Judul PENDETA : Profesi Dan Pelayanan, Suatu Tinjauan Etis Teologis Terhadap
Pelayanan Kependetaan di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) sesungguhnya sudah merupakan
suatu pernyataan hipotesa yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini. Judul ini juga menunjukkan
penelitian ini bertolak dari anggapan dasar bahwa ada hubungan sebab akibat antara pemahaman
dan penerapan pelayanan pendeta sebagai hamba kepada TUHAN Allah sekaligus sebagai
pengujian pelayanan pendeta dalam memenuhi panggilannya kepada Tuhan, gereja dan
masyarakat. Pendeta adalah salah satu profesi dari sekian banyak profesi yang ada. Profesi
dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalk an
keahlian dan ketrampilan tinggi dan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam karena
menuntut tanggung jawab, keseriusan, disiplin dan integritas pribadi dari pelaku profesi tersebut.
Namun pendeta berbeda diantara profesi pada umumnya karena masuk dalam profesi khusus
yang disebut dengan profesi luhur. Profesi luhur menekankan pengabdian atau pelayanan kepada
masyarakat pada umumnya melebihi hal lainnya. Bukan karena dorongan untuk mempunyai
pekerjaan dan nafkah hidup tertentu. Hal ini terutama dijalaninya sebagai panggilan Tuhan.
Namun mencermati realita yang ada di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) saat ini,
pendeta dipandang sebagai suatu pekerjaan yang mudah mendatangkan nafkah hidup tanpa
harus kerja keras layaknya profesi lain, bekerja hanya di hari sabtu – minggu, dan mulai dipandang
sebagai pekerjaan biasa saja tanpa pengabdian dan pelayanan seutuhnya lagi sesuai dengan
panggilan kependetaannya dalam melayani Gereja Tuhan. Dan banyak pendeta GKLB yang mulai
menganggap biasa untuk melakukan pelanggaran–pelanggaran indisipliner atau moral dalam
kehidupan pelayanannya. Inilah yang membuat penulis melakukan penelitian tentang pendeta
sebagai profesi dan pelayanan dalam Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB).
Melihat permasalahan pendeta dan pelayanannya di gereja teramat luas. Maka penulis
membatasi objek penelitian pada pendeta dan pelayanannya dan lokasi penelitian adalah Gereja
Kristen Luwuk Banggai (GKLB). Gereja Kristen di Luwuk Banggai meliputi 14 wilayah yang terdiri
dari 96 jemaat dengan wilayah pelayanan seluas wilayah kabupaten Banggai. Wilayah pelayanan
tersebut adalah sebagai berikut: wilayah Luwuk, wilayah Luwuk Timur, wilayah Luwuk Barat,
wilayah Batui, wilayah Toili, wilayah Toili Barat, wilayah Tompotika (Masama), wilayah Lamala,
2
wilayah Balantak, wilayah Pagimana, wilayah Bunta, wilayah Nuhon, wilayah Bualemo, wilayah
Kintom.
Sejak sinode GKLB berdiri sendiri pada 27 Januari 1966, telah memiliki sejumlah besar
pelayan – pelayan Tuhan atau yang dikenal dengan pendeta. Pendeta GKLB yang tercatat saat ini
berjumlah 112 orang baik yang menjabat sebagai Majelis Pekerja Harian Sinode (MPHS), Ketua
Majelis Pekerja Harian Jemaat maupun pendeta pelayan. GKLB juga sementara membina 15 orang
calon vikaris pendeta yang ditempatkan di beberapa jemaat.
Masalahnya mengapa di gereja banyak pendeta melakukan berbagai pelanggaran, baik
secara organisasi maupun secara moral. Penulis menduga jangan – jangan ada pergeseran makna
dari hakekat pendeta itu. Ataukah mungkin Amanat Agung Yesus Kristus tentang panggilan untuk
melayani tidak dipahami lagi sebagaimana yang seharusnya. Para pendeta GKLB dalam tugas
pelayanan kependetaannya terkadang ada yang melakukan hal – hal yang tidak baik dan membuat
pelanggaran terhadap Tata Gereja GKLB, pelanggaran moral, penyalahgunaan wewenang dan
jabatan. Pelanggaran yang dilakukan oleh oknum pendeta tersebut telah melanggar aturan main
yakni janji dan kode etik sebagai pekerja tetap GKLB atau pendeta. Dan hal ini disebabkan banyak
pendeta GKLB yang kurang atau tidak memahami dengan sungguh – sungguh akan panggilan
sebagai pendeta dan pelayanan kependetaannya. Ini juga disebabkan karena GKLB masih kurang
dalam membentuk suatu pemahaman tentang makna pendeta sebagai suatu profesi dan
memahami tugas pelayanannya. Walaupun telah ada usaha – usaha pengkaderan dan pembinaan
pendeta muda namun belum mengena bagi pendeta – pendeta GKLB.
Bagi pendeta, intensi tersebut nyata dari komitmen yang tertuju kepada Allah, kepada
gereja dan kepada dunia lewat tanggung jawab profesional yang tertuang dalam kode etik dan
tugas pelayanannya. Jadi dapatlah dikatakan bahwa pelayanan pendeta yang ditahbiskan adalah
sebuah profesi, sekaligus juga adalah sebuah karunia, sebuah pekerjaan, sebuah panggilan.
Pelayanan pendeta meliputi tugas – tugas dan tujuan tertentu yang dilakukan dalam pribadi yang
sakramental. Pelayanan pendeta adalah memberitakan firman Allah, mengajarkan firman Allah,
memimpin ibadah, memelihara gereja, mendewasakan jemaat, mengutus jemaat untuk
pemberitaan injil, melayani penggembalaan, dan lainnya yang sepanjang melalui keyakinan i man
pendeta adalah melekat dalam tugas panggilannya.
3
Dengan berlandaskan panggilan dan pelayanan Kristus bagi gereja Tuhan maka dapat
dikatakan bahwa pendeta dan pelayanan kependetaan di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB)
harus menyadari akan hakekat panggilan dan pelayanan serta tanggung jawabnya yaitu
melakukan pelayanan yang menyangkut segala aspek kebutuhan manusia. Sehingga dapat
terhindar dari pelanggaran – pelanggaran Tata Gereja, pelanggaran moral, pelanggaran
kewenangan dan jabatan yang menjadikannya gagal sebagai pemimpin yang memberikan teladan
hidup seturut kehendak Tuhan. Gereja harus menjadi pelopor karena hakekatnya adalah sebagai
garam dan terang dunia (band. Mat.5:13-16).
Pendeta – pendeta GKLB harus membuka diri untuk membiarkan, mengandalkan Roh
Kudus untuk tinggal diam di dalam hati dan pikiran sebagai arah penuntun hidup. Hidup menurut
keinginan Roh adalah merupakan gambaran dari hidup dalam Kristus untuk mau menjadi pelayan
“doulos” guna menciptakan hadirnya kerajaan Allah di dalam dunia, dengan cara mendirikan
tanda – tanda kerajaan Allah yang diejahwantahkan dalam penegakan perdamaian, kebenaran
dan keadilan. Dan itu harus dinampakkan di tengah kehidupan masa kini, sebab telah dihadirkan
oleh Yesus Kristus.
vii
KATA PENGANTAR
Penulisan TESIS ini dapat diselesaikan, karena dengan jawaban iman dari
penulis bahwa Allah di dalam Yesus Kristuslah yang memberikan hikmat,
kebijaksaan, kesehatan dan kekuatan kepada penulis. Dengan demikian penulis boleh
menuangkan pemikiran-pemikiran yang diilhami oleh Roh Kudus sebagai suatu
nubuatan kepada semua manusia di muka bumi agar hiduplah dalam kasih terhadap
sesama manusia dan segala makhluk hidup di bumi dan segala benda yang diciptakan
oleh Allah, sebab semua itu baik adanya untuk kehidupan manusia.
Kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, sehingga tulisan ini
boleh terselesaikan, penulis menyampaikan terima kasih :
Pdt. Prof. DR. W.A. Roeroe, sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberi
waktu serta penuh kesabaran membimbing, mengarahkan penulis selama
menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga atas semangat, dorongan, dan
doanya.
Rektor UKIT dalam hal ini, Pdt. DR. R.A.D. Siwu, Ph.D dan juga dosen
Pascasarjana Teologi UKIT.
Kepada seluruh staf pengajar Program Pascasarjana Teologi UKIT yang telah
memperlengkapi penulis melalui kuliah - kuliah yang diadakan diucapkan
terima kasih.
Dalam memperoleh sumber-sumber penelitian perpustakaan dan penelitian
lapangan, penulis persembahkan terima kasih kepada: seluruh staf
Perpustakaan Fakultas Teologi UKIT, Staf Kantor Sinode dan pendeta GKLB
yang telah menerima dan membantu dalam memberikan data-data melalui
wawancara.
Ibu Sopie Pijoh, Drs. J. Raranta dan Nansi Sualang yang selalu memberikan
semangat, dorongan serta doa dan terima kasih atas nasihat - nasihatnya.
Kel. Toni Polii : Pak Toni, Ibu Anne, Ria, Villi dan Ando beserta si kecil nona
Glory, dan Ave, yang telah menerima saya untuk menempati rumah kostnya.
Kel. Riewpassa – Sahusilawane : Papi Hendrik, Mami Renny, Om Polli, Kak
Echi dan ade Donny, terima kasih buat kekeluargaan yang tulus.
Teman - teman Pascasarjana : Pdt. Ferdi Goeslau,S.Si, Frans Rumbi,STh., Zet
Alya, Meivin D Supari, M.Teol., Dian Nanlohy, Nday, Gerald, Chaken, k’
Alex, dll. terima kasih atas, semangat, dorongan serta Doa.
viii
Bapak Pdt. Soleman Marey yang telah diperkenalkan oleh Tuhan untuk
menjadi bapa yang baik dalam membimbing, mendorong, menasehati dan
membesarkan hati penulis demi mencapai masa depan yang telah diawali.
Kepada Almarhum Papa tercinta yang telah meninggalkan kami namun yang
telah meninggalkan ‘warisan’ pendidikan yang baik dan motivasi untuk
mencapai yang terbaik dalam hidup ini. I Love U, pah…
Kepada Mama yang tercinta dan tersayang di Luwuk, terima kasih ku
persembahkan, atas semangat, dorongan serta Doa, dan dari semua
kekurangan boleh mencukupi kebutuhan penulis dalam kesederhanaan.
Kakak-kakak serta adik - adikku : Kel. Sappe – Linggamo (Kak Saldy Sappe,
ST, Kak Trisdawaty Linggamo,ST bersama buah cintanya: Aurelia Desiana
Puteri Sappe), Harry Abriyanto Linggamo, S.STP., Kel. Moh. Arief –
Linggamo (Arief, Febby Linggamo, Amd.Kep., bersama buah cintanya:
Syakilla), dan si bungsu Benny Linggamo, terima kasih atas persaudaraan,
dorongan, semangat dan Doa yang tak terlewati dalam tahun – tahun
kebersamaan kita dari kecil hingga sekarang.
Kel. Sumarauw – Kotambunan : Mam Intan I.I.Kotambunan Spd., M.Kes.,
Jeane Sumarauw, Amd.Kep., Christin Sumarauw dan terkasih Franky Elvis
Sumarauw, SE., banyak perkara telah terlewati dengan penuh tawa dan
airmata namun terima kasih atas anugerahNya yang Dia boleh berikan hingga
dapat berjalan dengan baik adanya sampai kini.
Kepada teman-temanku di Pemondokan : Susanti ‘Cinta’ M, Iva dan Ecan,
Joli Mambu dan Rara, Cleymen, dan Kak Baby terima kasih atas perhatian dan
persahabatannya.
Untuk sahabat-sahabatku: dan semua yang belum disebutkan namanya,
disampaikan terima kasih atas persahabatannya yang membangun.
Semua rekan - rekan se-profesi dalam pelayanan di Sinode GKLB, terima
kasih atas persekutuan yang telah tercipta untuk bersama – sama maju dalam
iman percaya kepada Yesus Kristus sebagai Kepala Persekutuan yang
senantiasa memelihara kita dan menuntun pelayanan kita.
P e n u l i s
Pdt. Desry Narliany Linggamo, S.Th.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemikiran Dan Alasan Pemilihan Judul
Pendeta adalah salah satu profesi dari sekian banyak profesi . Pendeta masuk dalam kategori
profesi luhur. Disebut profesi luhur karena melayani dengan segala komitmen moral yang mendalam:
tanggung jawab, keseriusan, disiplin dan integritas pribadi kepada Tuhan serta menekankan pengabdian
atau pelayanan kepada masyarakat pada umumnya melebihi hal – hal lainnya. Bukan karena dorongan
untuk mempunyai pekerjaan dan nafkah hidup tetapi sebagai panggilan hidup, panggilan Tuhan.
Namun mencermati realita yang ada di Gereja Kristen di Luwuk Banggai saat ini, pendeta
mulai dipandang sebagai pekerjaan biasa saja tanpa pengabdian dan pelayanan seutuhnya lagi sesuai
dengan panggilan kependetaan dalam melayani Gereja Tuhan. Dan ada beberapa pendeta di kalangan
Gereja Kristen di Luwuk Banggai yang mulai menganggap hal yang biasa jika melakukan pelanggaran
dalam kehidupan pelayanannya. Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pendeta sebagai profesi dan pelayanan pendeta di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB).
B. Batasan Objek Penelitian Dan Fokus Penelitian
Melihat permasalahan pendeta dan pelayanannya di gereja tentulah teramat luas. Maka
penulis membatasi objek penelitian secara khusus yang diteliti yaitu pendeta dalam tugas
kepelayanannya. Dan mengingat luasnya wilayah pelayanan gereja – gereja Tuhan di dunia ini, maka
lokasi yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB). Tempat dimana
2
penulis adalah salah satu bagian di dalamnya dan melaksanakan kerja pelayanan sejak tahun 2004
sampai sekarang. Penelitian dilakukan pada pertengahan bulan Agustus 2007 sampai bulan Januari 2008
lewat wawancara dengan para pendeta GKLB, memeriksa apa kata Alkitab dan dari apa yang diucapkan
Gereja sepanjang yang penulis pahami dalam bahasa daerah setempat dan bahasa Indonesia.
C. Dugaan Permasalahan Teologis
Pada awalnya pendeta yang adalah salah satu profesi luhur karena panggilan untuk melayani
dengan segala komitmen moral yang mendalam: tanggung jawab, keseriusan, disiplin dan integritas
pribadi kepada Tuhan Allah dan jemaat Tuhan, ternyata dewasa ini mulai mengalami perubahan citra
profesi pendeta tersebut.
Masalahnya mengapa di gereja banyak pendeta melakukan berbagai pelanggaran, baik secara
organisasi maupun secara moral. Penulis menduga jangan – jangan ada pergeseran makna dari hakekat
pendeta itu. Ataukah mungkin Amanat Agung Yesus Kristus tentang panggilan untuk melayani tidak
dipahami lagi sebagaimana yang seharusnya.
D. Cara Kerja Penelitian Dan Penulisan
a. Cara Kerja Penelitian
Dalam upaya memperoleh data – data yang diperlukan selama penelitian ini, maka penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif yang hasilnya dideskripsikan.
3
b. Cara Penulisan
Dalam pengkajian penelitian ini, penulis menyusun urutan – urutan penulisan sebagai berikut :
Pendahuluan: Merupakan bagian untuk memahami isi dari karya ilmiah ini yang didalamnya tercakup
latar belakang pemikiran dan alasan pemilihan judul, batasan objek penelitian, dugaan
permasalahan teologis dan cara kerja penelitian dan penulisan.
Bab I : Bagian ini menggambarkan mengenai deskripsi lokasi penelitian yang mencakup sejarah
singkat Luwuk Banggai, sejarah berdirinya Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) dan
pemaparan realitas tentang pendeta GKLB.
Bab II : Pada bagian ini merupakan bagian yang memaparkan tentang dasar–dasar pemikiran
tentang profesi pendeta dan kepelayanannya serta kajian Alkitabiahnya.
1. Pengertian umum dari profesi, pendeta dan pelayanan kependetaan.
2. Apa ucapan – ucapan gereja tentang pendeta dan tugas pelayanannya menurut
Tata Gereja GKLB 2005.
3. Kajian Alkitabiah teologis terhadap profesi pendeta dan pelayanan
kependetaannya.
Bab III : Pembahasan masalah bagi pendeta di Gereja Kristen Luwuk Banggai yang dianalisa dari
data – data dan refleksi etis teologisnya.
Penutup : Bagian ini berisikan kesimpulan dari hasil tulisan karya ilmiah.
1
BAB I
ORIENTASI LOKASI PENELITIAN DAN PEMAHAMAN
TENTANG REALITAS PENDETA DAN PELAYANANNYA
DI GEREJA KRISTEN LUWUK BANGGAI
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
A.1 Sejarah Luwuk Banggai
Luwuk Banggai adalah suatu daerah yang terletak pada bagian paling ujung dari jasirah
Timur Laut Pulau Sulawesi. Sebelum nama Banggai dengan ibukota Luwuk yang kita kenal
sekarang ini, konon menurut kisah tradisional, nama Banggai dahulunya bernama kerajaan Tano
Bulukan yang artinya tempat pelantikan raja.1
Pada masa penjajahan Belanda, banyak orang Belanda yang datang ke daerah Luwuk
Banggai. Pimpinan pemerintah Hindia Belanda di Luwuk Banggai antara lain Kapten A.R.Cherissen
yang bertugas dari tahun 1908 – 1911 sebagai pimpinan pemerintahan pertama Hindia Belanda di
Luwuk Banggai, Kapten Van Beck, dan lainnya. Terdapat pula para pemuka agama Kristen
protestan seperti pendeta J.D.Baars yang bekerja di Luwuk sejak tahun 1942 diganti oleh Jepang,
pendeta J.D.Baars bersama – sama Kontroleur F.W.Wolrabe dari pemerintah Hindia Belanda
ditangkap pada bulan Februari 1942 oleh pasukan gerakan merah putih di Luwuk dan dibawa ke
Gorontalo, namun pendeta J.D.Baars dibebaskan dari interniran Jepang. Ada lagi pendeta
G.Koerselman yang bekerja di Luwuk dari tahun 1946 – 1951 dan diterakhir pendeta A.Rigters dari
bulan Agustus 1947 – 1957.
1 Depdikbud, Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Cerita – cerita Rakyat Daerah
Sulawesi Tengah, Palu, 1979.
2
Albert C.Kruyt dalam bukunya “De To Loinang van den Oostarm van Celebes” (suku
Loinang di sebelah timur Sulawesi), 1930, mengatakan bahwa kata ‘Luwuk’ berasal dari kata ‘Luok’
yang berasal dari bahasa Banggai yang berarti ‘teluk’.2
Pada tanggal 8 Juli 1960 Bupati Banggai yang pertama dilantik, sekaligus pada tanggal itu
pula penyerahan secara resmi daerah tingkat II Banggai. Sehingga tanggal 8 Juli dijadikan
momentum dan tonggak sejarah bagi terbukanya daerah tingkat II Banggai dan sejak itu roda
pemerintah otonomi daerah tingkat II Banggai mulai berjalan secara nyata. Bupati selaku kepala
pemerintahan dan Bupati kabupaten Banggai sekarang yaitu Bapak Drs. Ma’mun Amir. Sedangkan
kerajaan Banggai sendiri hingga kini telah dipimpin oleh 22 orang Tomundo (Raja). Dan Tomundo
sekarang yaitu Tomundo Hideo Amir.
A.2 Keadaan Geografis Dan Kondisi Alam3
Kabupaten Daerah Tingkat II Banggai dengan ibukota Luwuk terletak pada titik koordinat
antara 122°, 23’ – 124°, 20’ Bujur Timur dan 0, 30’ – 2, 20’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah
sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Tomini,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tolo,
- Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Tojo Una – Una dan Morowali,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku.
Kabupaten Banggai memiliki 13 kecamatan yaitu kecamatan Luwuk, kecamatan Luwuk
Timur, kecamatan Masama, kecamatan Lamala, kecamatan Balantak, kecamatan Bualemo,
2 H.S.Padeatu, Sepintas Kilas, Sejarah Banggai, Jakarta : Rajawali Press, 2005. hlm.11-13. 3 Dinas Pariwisata Kabupaten Banggai, Petunjuk Pariwisata Kabupaten Banggai, 2005.
3
kecamatan Pagimana, kecamatan Bunta, kecamatan Nuhon, kecamatan Kintom, kecamatan Batui,
kecamatan Toili, kecamatan Toili Barat.
Luas wilayah daerah kabupaten Banggai sekitar 9.677,20 Km² dan secara administratif
merupakan salah satu dari 9 kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang terbagi atas 13
kecamatan dengan 218 desa dan 22 kelurahan. Daratan kabupaten Banggai mampunyai 8 gunung
dan dialiri oleh 9 sungai. Sebagian besar wilayahnya adalah daerah pegunungan dan perbukitan.
Wilayah dataran rendah sangat sempit, hanya menyebar ke pesisir pantai.
Curah hujan bervariasi antara 0,884 mm - 3,386 mm/tahun. Sedangkan suhu udara
berkisar antara 19 - 33 Celcius dengan kelembaban rata-rata 75 – 87 Hg terletak pada permukaan
laut pada ketinggian 5 – 1.500 m (tinggi Gunung Tompotika).
A.3 Keadaan Demografi
Penduduk kabupaten Banggai menurut data statistik penduduk terakhir (Juni 2006)
berjumlah 363.909 jiwa.4 Dari jumlah ini terdiri dari: Warga Negara Indonesia (363.501 jiwa) dan
Warga Negara Asing (408 jiwa). Penduduk kabupaten Banggai terdiri dari:
I. Penduduk Asli
4 Katalog Badan Pusat Statistik, Kabupaten Banggai, 2006.
4
1. Suku Balantak
Suku Balantak mendiami bagian timur Kabupaten Banggai yang meliputi 3 kecamatan
yakni: kecamatan Balantak, kecamatan Lamala dan kecamatan Masama.
1. Suku Saluwan
Suku Saluwan mendiami dua wilayah kabupaten Banggai yaitu sebagian mendiami
bagian timur yang meliputi: sebagian kecamatan Batui, kecamatan Kintom, kecamatan
Luwuk Timur; dan sebagian lagi mendiami bagian barat yaitu: kecamatan Bunta,
kecamatan Nuhon dan kecamatan Pagimana.
2. Suku Banggai
Suku Banggai mendiami bagian – bagian kecil dari wilayah kecamatan Kintom,
kecamatan Batui dan kecamatan Luwuk.
II. Pendatang dari propinsi lain
1. Suku Bugis
2. Suku Jawa
3. Suku Ambon
4. Suku Toraja
5. Suku Batak
6. Suku Gorontalo
7. Suku Bali
8. Suku Minahasa
9. Suku Sanger
10. Suku Mori – Poso
5
III. Pendatang dari luar negeri
1. Suku Bangsa Cina
2. Suku Bangsa Arab
A.4 Keadaan Sosial – Ekonomi
Dalam pembangunan, perekonomian merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dan menunjang terhadap lajunya pembangunan serta dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Salah satu hal yang berkaitan dengan hal ini adalah mata pencaharian penduduk.
Kabupaten Banggai memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam, ada yang bergerak dalam
bidang pertanian, peternakan, perikanan, industri, perdagangan dan lain sebagainya dapat kita
lihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Banggai Menurut
Jenis Mata Pencaharian Tahun 2006
N
o.
Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Prosentase
1.
2
.
3
.
4
Pegawai Negeri sipil
(PNS)
Perdagangan
Pertanian
Perikanan
Industri
ABRI
27.269 jiwa
30.044 jiwa
9.928 jiwa
6.601 jiwa
17.760 jiwa
2.957 jiwa
8.663 jiwa
26 %
28 %
9,4 %
6,3 %
16,9 %
2,7 %
8,1 %
6
.
5
.
6
.
7
.
8
.
Pensiunan
Buruh
2.000 jiwa 2, 0 %
Jumlah 105.222
jiwa
100 %
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banggai Tahun 2006.
A.5 Keadaan agama
Kabupaten Banggai merupakan daerah yang majemuk dengan berbagai ragam
kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakatnya. Ada pun agama - agama yang telah
masuk menggantikan agama suku (primitif) dan telah dianut oleh masyarakat Luwuk adalah
Hindu, Budha, Islam, Katolik dan Kristen Protestan. Di antara pemeluk - pemeluk agama ini
terdapat perasaan hormat - menghormati antara satu dengan yang lainnya sehingga tercipta
adanya kerukunan hidup umat beragama dan itu dibuktikan dengan adanya Badan Kerukunan
Semua Umat Beragama (BKSUA). Mayoritas masyarakat Luwuk Banggai memeluk agama Islam.
Agama Kristen merupakan agama mayoritas kedua.
7
Untuk lebih memperjelas prosentase pemeluk umat beragama di kabupaten Banggai,
dapatlah dilihat dalam tabel5 berikut:
Tabel 2. Agama Masyarakat kabupaten Banggai
N
o.
Agama Jumlah (jiwa) Prosentase
1
.
2
.
3
.
4
.
5
.
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
276.437 jiwa
74.999 jiwa
8.519 jiwa
3.307 jiwa
647 jiwa
75,96 %
20,61 %
2,34 %
0,91 %
0,18 %
Jumlah 363.909 jiwa 100 %
A.6 Keadaan Sosial - Budaya6
Dalam masyarakat Kabupaten Banggai terdapat tiga suku asli yang masing-masing
adalah suku Banggai, Suku Balantak, Suku Saluwan. Ketiga suku ini mengenal 2 lapisan masyarakat
yakni golongan bangsawan, dan golongan rakyat biasa. Dalam kehidupan sosio-kultural, mereka
hidup dalam satu kekerabatan keluarga. Kekerabatan masyarakat yang lebih besar disebut
5 Sumber Data, Kantor Departemen Agama Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2005/2006,
Luwuk: 2006. 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Monografi Daerah Sulawesi Tengah 1999.
8
“kambung” (Suku Banggai) dan “kampung” (Suku Saluan dan Balantak). Kekerabatan ini dipimpin
oleh seorang ketua adat atau kepala kambung/kampung (Sangaji).
Sistem pemerintahan di Luwuk Banggai berbentuk kerajaan dan yang menjadi pemimpin
adalah Raja. Raja pemegang pemerintahan dan mempunyai kekuasaan tertinggi. Dalam bahasa
Banggai, raja disebut Tumundo atau Tuutu yang berarti seorang pembesar yang duduk di atas
kursi kebesaran yang memerintah dengan penuh kebebasan dan tidak pernah keliru atau salah.
Raja dipilih dan diangkat oleh empat atau “Basalo Sangkap”. Dan kedudukan sebagai raja dipilih
dan diangkat langsung melihat garis keturunan sekurang - kurangnya ada kaitan hubungan
keluarga dengan raja.
Dalam hubungan kekeluargaan di Luwuk Banggai bersifat patrilineal dan ini memberi
pengaruh besar dalam kehidupan keluarga terutama dalam pembagian kerja terhadap laki - laki
dan perempuan. Keadaan ini pun dipengaruhi oleh nilai – nilai budaya yang ada di kabupaten
Banggai.
B. Sejarah Gereja Kristen di Luwuk Banggai
B.1 Masuknya Injil di Luwuk Banggai
a. Sebelum Perang Dunia Ke II (1913 – 1942)
Masuknya injil di Luwuk Banggai tidak terlepas dengan masuknya pemerintahan Hindia
Belanda di wilayah ini. Pemerintah Hindia Belanda mulai menguasai kerajaan Banggai pada tahun
1906.7 Dari ketiga residen yang ada di Sulawesi (Cost Celebes) yakni residen Manado (Sulawesi
7 J. Kruyt, Kabar Keselamatan di Poso, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977. hlm. 194.
9
Utara), residen Makassar (Sulawesi Selatan) dan residen Bau – Bau (Sulawesi Timur), kerajaan
Banggai termasuk pada wilayah residen Bau – Bau.8
Pada tahun 1906 – 1913 belum ada kegiatan pemberitaan injil, sedangkan dari pihak
agama Islam propagandanya amat kuat. Pemerintah Hindia Belanda dan Indische Kerk melihat
bahaya ini sehingga dengan segera diadakan perundingan di Makassar antara Ds.W.R.F.Kijtenbelt
dengan Gubernur Sulawesi yang berakhir dengan keputusan bahwa Indische Kerk, dengan
bantuan moril dan keuangan secepatnya akan mengkristenkan daerah – daerah yang
bersangkutan. Pada tahun 1912 pendeta pembantu J.Kelling ditempatkan di Kolonodale, suatu
tempat yang strategis untuk pelayanan Sulawesi bagian timur. Sebagai realisasi dari persetujuan
tersebut maka penguasa militer berdiri di belakang J.Kelling, dan diberikan bantuan dana tahap
pertama pada tahun 1913. Usaha ini berhasil membendung propaganda dan usaha perluasan
agama Islam.9
Pada bulan Februari 1913 diadakan rapat di Luwuk yang dipimpin oleh asisten residen
Bau – Bau. Rapat ini bertujuan mengumpulkan semua kepala – kepala distrik se - kerajaan Banggai
untuk meminta sikap dan keputusan agama mana yang mereka terima. Dalam rapat ini ada
beberapa kepala distrik yang memberi harapan bahwa apabila masyarakat tetap diizinkan
memelihara babi dan anjing, mereka memilih agama Kristen. Dan kepala distrik Lamala yaitu
Lasompoh dengan berani dan terbuka menyatakan di hadapan asisten residen Bau – Bau bahwa
mereka bersedia masuk agama Kristen. Untuk memenuhi permintaan kepala distrik Lamala
tersebut maka Indische Kerk meminta J.Kelling yang sedang melayani di Luwuk Banggai untuk
mengadakan baptisan. Demikian diadakan baptisan secara massal sehingga selama tahun 1913 di
8 MPG SULUTTENG, SULUTTENG Menyongsong Sidang Raya IX DGI 19 – 31 Juli 1980. hlm. 93. 9 I.H.Enklaar, Baptisan Massal dan Pemisahan Sakramen – Sakramen, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1978. hlm. 88 – 89.
10
wilayah distrik Lamala dan Balantak terdaftar 2338 orang anggota baptisan, dan tahun 1914
bertambah 1734 orang anggota baptisan.
Untuk Banggai Kepulauan mulai diadakan baptisan massal pada tahun 1919 dipusatkan
pada tiga tempat yaitu: Paisu batu, Leme – Leme (Distrik Buko) dan Okumel (Distrik Liang
Bangkurung). Dari ketiga tempat ini kemudian menyebar ke berbagai desa. Baptisan dilakukan
terus – menerus dari tahun 1919 (tidak diketahui pasti jumlahnya); tahun 1920 (berjumlah 807
orang); tahun 1922 (berjumlah 1673 orang); tahun 1923 (berjumlah 2583 orang); tahun 1924
(berjumlah 2737 orang); tahun 1925 (1121 orang).
Demikianlah semakin lama orang Kristen semakin bertambah dalam jumlah yang besar.
Begitu cepatnya menembusi seluruh pelosok dan lapisan masyarakat, sehingga sampai tahun 1927
di Luwuk Banggai sudah terdapat 122 jemaat dengan anggota baptisan berjumlah 25.000 orang. 10
Untuk pembinaan ribuan orang yang sudah menerima baptisan ini maka Indische Kerk
mendatangkan guru – guru dari Ambon, Minahasa dan Sangihe Talaud yang ditugaskan sebagai
guru di sekolah – sekolah dan merangkap tugas pengantar jemaat di dalam jemaat tempat mereka
bertugas. Sementara itu Indische Kerk juga mempersiapkan pula tenaga – tenaga guru dari
penduduk asli Luwuk Banggai.
Pada tahun 1927 kantor Indische Kerk dipindahkan dari Makassar ke Manado.
Penanggung jawab pelayanan di Luwuk Banggai dengan sendirinya adalah Indische Kerk di
Minahasa. Setelah Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) berdiri sendiri pada tahun 1934,
pelayanan untuk Luwuk Banggai diserahkan kepada GMIM. Tetapi dalam praktek pelayanan hal ini
tidak berjalan baik karena wilayah pelayanan Luwuk Banggai terlalu besar untuk GMIM dan
hubungan antara Luwuk Banggai dengan Manado waktu itu masih sulit. Sehingga pada tahun
10 Enklaar, Op.Cit., hlm. 90.
11
1935, GMIM meminta kepada Nederlandche Zendings Genootscaap (NZG) di Poso untuk
mengambil alih daerah pelayanan di Luwuk Banggai. Permintaan ini diulang lagi pada sidang
utusan zending di Poso tanggal 7 – 11 Februari 1936, disetujui bahwa mereka mengambil alih
pekerjaan pelayanan di Luwuk Banggai jika NZG dapat memberi cukup tenaga dan dana untuk
pekerjaan itu. Dan sewaktu Ds.J.Kruyt kembali dari cuti di Nederland tahun 1936, ia singgah di
Batavia untuk membicarakan soal Luwuk Banggai dengan ketua Kerkbestuur Ds.N.A.C.Slotemaker
de Bruine dan sebagai tindakan konkritnya ketua Kerkbestuur mengusulkan kepada NZG dengan
surat tertanggal 6 Mei 1936 nomor 773/1099. Mereka sepakat bahwa Luwuk Banggai perlu
diambil alih oleh NZG. NZG menugaskan Ds.J.Kruyt untuk pelayanan di Luwuk Banggai pada tahun
1937.11 Ds.J.Kruyt pun meminta kepada NZG untuk mengutus tenaga guru injil. Dan untuk tahap
pertama zending memperbantukan dua orang tenaga: Ds. Feunikes (1938 – 1940) dan Ds.D.J.Baars
(1940 – 1952) kepada Indische Kerk untuk bekerja di Luwuk Banggai.12 Namun pengambil – alihan
pelayanan di Luwuk Banggai dari tangan Indische Kerk kepada NZG tidak berlangsung baik karena
terjadinya perang dunia ke II.
b. Sejak Perang Dunia Ke II
Ds. Feunikes dan Ds.D.J.Baars dengan semangat melayani di Luwuk Banggai. Akan tetapi
kesulitan baru yang sulit dielakkan terjadi. Mereka ditangkap dan ditahan oleh aksi
pemberontakan yang dipimpin oleh Sutardjo (Islam) yang berasal dari Gorontalo. Mereka
ditangkap tanggal 12 Februari 1942, 14 hari lagi sebelum tentara Jepang mendarat di Luwuk
Banggai. Ds.D.J.Baars dan Ds.Feunikes diserahkan kepada Jepang kemudian dibawa ke Gorontalo
yang selanjutnya dibawa dan ditahan di Manado. Pada masa ini jemaat – jemaat di Luwuk Banggai
mengalami hambatan luar biasa, Islam mempergunakan kesempatan sebaik – baiknya dengan
11 M. C. Jongeling., Sejarah Pekabaran Injil di Luwuk Banggai, Oegstgeest – Nederland (Naskah
Ketikan/Stensilan). hlm. 2 – 3. 12 Kruyt, Op.Cit., hlm. 198 – 199.
12
memperalat kekuatan Jepang. Beberapa jemaat yang tidak mampu menghadapi kenyataan ini
beralih ke agama Islam, tetapi juga tidak sedikit jemaat yang tetap berkeras untuk bertahan.13
Setelah perang dunia ke II berakhir, Ds.D.J.Baars kembali ke Luwuk (1945), kemudian
zending mengutus lagi Ds.G.Koerselman (1946).14
c. Proses Berdirinya GKLB (1947 – 1966)
Sesuai surat Indische Kerk tanggal 16 Mei 1936 nomor 773/1099 tentang permohonan
peralihan wilayah Luwuk Banggai kepada badan zending (NZG) di Poso maka setelah perang dunia
ke II usai, surat tersebut direalisasikan. Jemaat – jemaat yang ada di Luwuk Banggai diserahkan
sepenuhnya kepada zanding di Poso. Pada waktu yang sama juga Gereja Kristen Sulawesi Tengah
(GKST) di Poso berdiri sendiri sehingga dengan sendirinya Luwuk Banggai berada dalam pelayanan
GKST. Jemaat – jemaat di Luwuk Banggai berdiri menjadi sinode wilayah GKST berdasarkan SK
Nomor 2 Tanggal 18 Oktober 1947 dengan ketua sinode wilayah Ds.G.Koerselman.15 Kemudian
diangkat pula tenaga dari penduduk pribumi yakni bapak S.Djapalu, bapak S.Akumo dan bapak
L.Padeatu. Sementara itu bapak N.S.Tirie dari Minahasa serta bapak J.Wairisal dari Maluku turut
melayani gereja di Luwuk Banggai. Beberapa tahun kemudian GKST mengutus tenaga pelayanan di
Banggai untuk melayani yaitu Pendeta J.P.Lagarense, Pendeta U.Parinsi dan Pendeta H.G.Posundu.
Namun karena kesulitan hubungan transportasi serta telah meningkatnya kesadaran
kemandirian jemaat – jemaat di wilayah Banggai maka pada tahun 1955 jemaat – jemaat yang
berada di Banggai kepulauan meminta kepada GKST untuk berdiri sendiri. Permintaan ini diterima
sehingga berdirilah Gereja Banggai Kepulauan yang dinama GEREKBANG (Gereja Kristen Banggai),
dan berbadan hukum pada tahun 1959.
13 Jongeling, Op.Cit., hlm. 16. 14 MPWG SULUTTENG, Op.Cit., hlm. 80. 15 Jongeling, Loc.Cit.
13
Jemaat – jemaat yang ada di Banggai darat belum menggolongkan diri dengan
GEREKBANG, nanti pada tahin 1962 menyatakan diri lepas dari GKST dan bersedia bergabung
dengan GEREKBANG. GEREKBANG pun meleburkan diri dengan jemaat – jemaat Banggai darat dan
membentuk panitia untuk berdiri sendiri lepas dari GKST. Setelah panitia usaha berdirinya Gereja
Kristen di Luwuk Banggai, mereka meminta kepada GKST untuk berdiri sendiri dan disetujui maka
Gereja Kristen di Luwuk Banggai berdiri sendiri lepas dari GKST pada tanggal 27 Januari 1966
dengan nama Gereja Kristen di Luwuk Banggai (GKLB).16 Ketua sinode GKLB yang pertama yaitu
Pendeta U.Parinsi (tenaga utusan GKST) dan sekretarisnya bapak A.Lasompoh.
B.2. Keadaan Gereja Kristen di Luwuk Banggai
Gereja Kristen di Luwuk Banggai (GKLB) adalah bagian dari gereja protestan di Indonesia
yang berada dalam satu badan hukum GPI dengan nomor 28 Tahun 1971; dan Staat Blaad nomor
19 tanggal 15 Mei 1927. Gereja Kristen di Luwuk Banggai dalam menata organisasi pelayanan
menganut bentuk presbiterial – sinodal dengan menekankan hubungan langsung jemaat dan
sinode yang menempatkan wilayah sebagai lembaga non struktural.17 Pusat sinode GKLB
berkedudukan di Luwuk, ibukota kabupaten Banggai.
Saat ini Gereja Kristen di Luwuk Banggai meliputi 14 wilayah yang terdiri dari 96 jemaat
dengan wilayah pelayanan seluas wilayah kabupaten Banggai. Wilayah pelayanan tersebut adalah
16 MPWG SULUTTENG, Loc.Cit. 17 Majelis Pekerja Harian Sinode, Tata Gereja GKLB Tahun 2005, Tata Dasar Bab 1 pasal 3 – 4,
Luwuk: 2005. hlm. 2.
14
sebgai berikut: wilayah Luwuk, wilayah Luwuk Timur, wilayah Luwuk Barat, wilayah Batui, wilayah
Toili, wilayah Toili Barat, wilayah Tompotika (Masama), wilayah Lamala, wilayah Balantak, wilayah
Pagimana, wilayah Bunta, wilayah Nuhon, wilayah Bualemo, wilayah Kintom.
Sejak sinode GKLB berdiri sendiri pada 27 Januari 1966, telah memiliki sejumlah besar
pelayan – pelayan Tuhan atau yang dikenal dengan pendeta, baik yang berasal dari Luwuk Banggai
maupun dari daerah Banggai kepulauan, Poso, Ambon, Manado, Jawa dan Bali. Pendeta GKLB
yang tercatat saat ini berjumlah 112 orang baik yang menjabat sebagai Majelis Pekerja Harian
Sinode (MPHS), Ketua Majelis Pekerja Harian Jemaat maupun pendeta pelayan. GKLB juga
sementara membina 15 orang calon vikaris pendeta yang ditempatkan di beberapa jemaat.
Adapun yang pernah menjabat sebagai ketua sinode GKLB adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Nama – Nama Ketua Sinode GKLB Tahun 1966 – 2007
N
o.
Nama Jabata
n
Periode
1
.
2
.
3
.
4
.
5
.
6
Pdt. U.Parinsi
Pdt. J.M.Sangande
Pdt. A.Soolany
Sdr. H.Rompas
Pdt. L.Pabalik, SmTh.
Pdt. S.A.Soolany, STh.
Pdt. L.Pabalik,SmTh.
Sdr. A.Malale,BA.
Pdt. J.Labotano, STh.
Pdt. Ny.D.Haurissa – Kani,
STh.
Ketua
Sinode
Ketua
Sinode
Ketua
Sinode
PJS Ketua
Sinode
Ketua
Sinode
Ketua
1966 –
1970
1970 –
1971
1971 –
1974
1974 –
1974
1975 –
1983
1983 –
15
.
7
.
8
.
9
.
1
0.
1
1.
1
2.
Pdt. J.Diang, STh.
Pdt. Ny.D.Haurissa – Kani,
STh.
Sinode
Ketua
Sinode
PJS Ketua
Sinode
Ketua
Sinode
Ketua
Sinode
Ketua
Sinode
Ketua
Sinode
1985
1985 –
1991
1991 –
1992
1992 –
1999
1999 –
2004
2004 –
2006
2006 –
sekarang
Sumber : Kantor Sinode GKLB Tahun 2007
C. Realitas Pendeta GKLB
C.1 keadaan Pendeta
Berdasarkan hasil pendataan terakhir Gereja Kristen di Luwuk Banggai (GKLB) tahun
2007 tercatat ada 112 orang pendeta Gereja Kristen di Luwuk Banggai yang melayani di
sinode GKLB selaku ketua MPHJ maupun pendeta pelayan. Para pendeta GKLB ini telah
memilih dan memberi diri untuk bekerja di lingkungan gereja dengan melewati pendidikan
agama maupun teologia dengan jenjang diploma (D3), sarjana (S1 dan S2) dan ada juga
pendeta angkatan (non gelar teologi). Sebelumnya mereka pun harus menempuh masa
orientasi dan vikariat (calon pendeta) selama ± 6 bulan sampai dengan 1 tahun 6 bulan.
16
Tabel 5. Daftar Pendeta GKLB Tahun 2007
N
o.
Wilayah Pelayanan Tempat Kerja Jumla
h Pendeta
1
.
2
.
3
.
4
.
5
.
6
.
7
.
8
.
9
.
1
0.
1
1.
1
Wilayah Luwuk
Wilayah Luwuk Timur
Wilayah Luwuk Barat
Wilayah Kintom
Wilayah Batui
Wilayah Toili
Wilayah Toili Barat
Wilayah Tompotika
Masama
Wilayah Lamala
Wilayah Balantak
Wilayah Pagimana
Wilayah Bunta
Wilayah Nuhon
Wilayah Bualemo
Kantor
sinode
Gereja (6
jemaat)
Gereja (5
jemaat)
Gereja (3
jemaat)
Gereja (2
jemaat)
Gereja (6
jemaat)
Gereja (10
jemaat)
Gereja (3
jemaat)
Gereja (5
jemaat)
Gereja (10
jemaat)
Gereja (8
jemaat)
Gereja (10
jemaat)
12
orang
8
orang
5
orang
5
orang
2
orang
6
orang
10
orang
3
orang
5
orang
7
orang
8
orang
10
orang
17
2.
1
3.
1
4.
Gereja (18
jemaat)
Gereja (7
jemaat)
Gereja (2
jemaat)
18
orang
7
orang
2
orang
Jumlah (95
jemaat)
108
0rang
Sumber : Kantor Sinode GKLB Tahun 2007
Jumlah pendeta GKLB ini masih ditambah lagi dengan pendeta – pendeta GKLB yang
sementara studi lanjut pascasarjana yaitu ada 4 orang pendeta sehingga total jumlah pendeta
GKLB ada 112 orang dan akan bertambah dengan yang sementara masa orientasi atau
vikariat pendeta ada 15 orang. Pendeta yang menjabat ketua Majelis Pekerja Harian Jemaat
ada 92 orang dan pendeta pelayanan 4 orang.
C.2 Tingkat Pendidikan Pendeta GKLB
Tingkat pendidikan pendeta Gereja Kristen di Luwuk Banggai dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Pendeta GKLB
N
o.
Pendidikan Jumlah Prosentase
1
.
2
.
Sekolah Agama
Kristen
Perguruan Tinggi
a. Diploma Teologi
b. S-1 Teologi
20 orang
4 orang
79 orang
5 orang
17,86 %
3,57%
70,54%
4,46%
18
c. S-1 PAK
d. Pascasarjana (S-2)
4 orang 3,57%
Jumlah 112
orang
100%
Sumber : Kantor Sinode GKLB Tahun 2007
Dan pendidikan agama kristen maupun teologi yang mereka peroleh itu di dapat dari
Sekolah Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Luwuk Banggai; Sekolah Tinggi Teologi (STT) Marturia
di Palu; Sekolah Tinggi Teologi (STT) Tentena di Poso; Sekolah Tinggi Teol ogi (STT) INTIM
Makassar; Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta; Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia
Tomohon; dan Pascasarjana Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon.
C.3 Pemahaman Pendeta GKLB Tentang Makna Pendeta Dan Pelayanan
a. Makna Pendeta
“Pendeta” merupakan sebutan bagi seseorang yang bekerja sebagai hamba Tuhan atau
pelayan khusus di Gereja. Pendeta adalah seseorang yang memiliki cukup banyak akses dalam
gereja dan masyarakat. Namun melihat perkembangan saat ini di Gereja Kristen di Luwuk Banggai,
pendeta seakan mengalami suatu perubahan makna. Pendeta seakan menjadi suatu pekerjaan
yang biasa yang berlindung di balik “jubah” atau “toga” hitam. Begitu banyak orang atau jemaat
yang merasa dipanggil dan menjawab panggilan Tuhan dengan masuk sekolah teologi atau
pendidikan agama Kristen dan keluar sebagai seorang sarjana teologi atau sarjana PAK yang
ditahbiskan menjadi pendeta yang dilengkapi dengan sedikit latihan teologi dan penggembalaan
pada masa vikariat. Sehingga hasilnya melahirkan pendeta – pendeta yang memahami panggilan
19
dan pelayanannya sebagai pendeta dengan mencari dan belajar sendiri di lapangan pelayanan.
Bahkan mengalami masa perenungan diri untuk memasuki dan menerima jabatan pendeta.
Dari hasil wawancara dengan beberapa pendeta senior (yang telah lama sebagai
pendeta) GKLB, mereka mengatakan bahwa pendeta merupakan suatu panggilan hidup untuk
mengikuti kehendak Tuhan dalam melayani umat-Nya di dunia ini lewat pemberian diri seutuhnya.
Dapat dikatakan bahwa makna pendeta bagi pendeta – pendeta senior GKLB diwakili
pemikirannya seperti yang termuat pada Tata Gereja GKLB dalam Tata Laksana I pasal 17 bahwa
‘Pendeta adalah seorang pelayan khusus yang dipanggil oleh Allah melalui GerejaNya untuk
memberitakan Firman Allah, menyerahkan diri dan memilih pekerjaan pendeta sebagai
pengabdian dalam hidupnya.
Pendeta adalah suatu gelar atau jabatan yang dilekatkan pada seorang teolog atau
pelayan Tuhan yang akan ia pakai atau bawa sampai maut menjemputnya. Pendeta adalah
seseorang yang dalam hidup pelayanannya memberikan teladan hidup kudus dan menjadi cermin
bagi jemaat dan masyarakat. Karena ia yang memimpin jemaat atau sebagai kepala gereja, ketua
jemaat. Pendeta adalah gembala yang mengawal dan menjaga domba – dombanya (jemaat)
dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Namun untuk saat ini pendeta sebagai gembala
terkadang hilang kesabaran dan ketekunannya. Pendeta juga sebagai pengajar bagi jemaatnya,
mengajar Firman Tuhan dan menjadi teladan terhadap ajaran-Nya. Namun pada kenyataannya
banyak pendeta jauh dari hidup keteladanan dari apa yang diajarkannya.
Pendeta dalam kehidupannya sebagai pribadi atau sebagai pemimpin harus terus
memegang tanggung jawab baik kepada pribadinya, jemaat dan masyarakat. Akan tetapi untuk
saat ini di Gereja Kristen Luwuk Banggai, pendeta menjadi suatu tugas pelayanan tanpa panggilan
jiwa dalam pemberian diri yang seutuhnya. Hal ini dilihat dari berkurangnya mutu pendeta –
20
pendeta muda, banyaknya pelanggaran yang berimbas pada pemutasian pendeta – pendeta di
jemaat – jemaat tertentu.
Sedanglan bagi pendeta – pendeta muda, ada sebagian mereka yang memahami makna
pendeta sebagai suatu tugas pelayanan yang diemban berdasarkan panggilan Tuhan dalam
kehidupan pribadi – pribadi yang terpanggil dan mau merespon panggilan itu. Pendeta adalah
seorang yang hidup beriman, kudus yang telah mempelajari sekian ilmu teologi hingga beroleh
gelar sarjana teologi atau PAK (atau menjadi teolog – teolog) yang kemudian masuk dalam masa
vikariat selama 1 tahun hingga 1,5 tahun; dan jika dianggap layak maka diteguhkan menjadi
pendeta. Gelar pendeta diberikan oleh jemaat atau gereja (dalam arti persekutuan umat percaya)
sebagai tanda penghargaan tertinggi atas usaha pelayanan seorang vikaris. Pendeta adalah orang
yang memimpin institusi gereja, berperan sebagai tokoh agama dalam masyarakat dan senantiasa
menjadi panutan dalam kehidupan di sekitarnya. Bagi sebagian pendeta muda lainnya, mereka
memaknai kependetaannya sebagai sesuatu yang harus mereka terima setelah menjalani masa
vikariat selama 1 tahun – 1,5 tahun di bawah bimbingan seorang pendeta senior (dalam hal ini
koordinator wilayah). Orang yang telah banyak mengetahui secara teori ilmu teologi dan sedang
mempraktekkannya di lapangan pelayanannya masing – masing sebagai pendeta. Pendeta
merupakan suatu pekerjaan yang mudah untuk dijalankan dengan tidak monoton pada jadwal
kerja yang sama dari hari ke hari dan cenderung lebih santai; mudah mendatangkan berkat (uang);
menjadi tokoh agama yang selalu diundang dalam pertemuan – pertemuan kemasyarakatan dan
dihormati oleh jemaat dan masyarakat.
Namun kemudahan – kemudahan selaku pendeta yang dengan mudah didapat dapat
juga membawa imbas pada karakteristik pribadi seorang pendeta. Pendeta – pendeta muda
terkadang sulit untuk menerima masukan atau kritikan dari orang lain, apalagi dari tua – tua
21
jemaat yang ada; mudah terbawa emosi dan kurang bijaksana dalam pengambilan – pengambilan
keputusan pelayanan bagi jemaat baik terhadap masalah ringan maupun berat. Mudah jatuh
dalam perbuatan pelanggaran terhadap gereja dan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh beberapa
pendeta muda yang memiliki pola pikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah baik adanya
sehingga terkadang jemaat, tua – tua jemaat merasa segan untuk menegur kesalahan atau
pelanggaran yang dibuat pendeta. Bila ada yang menegur maka terkadang penerimaan pendeta
terhadap teguran itu dalam bentuk kemarahan bagi jemaat, pun demikian sebaliknya.
b. Pendeta Dan Pelayanan Kependetaannya
Pendeta adalah pelayan khusus yang memenuhi panggilan Allah melalui gerejaNya untuk
memberitakan Firman Allah dan menyerahkan diri dalam pengabdian hidupnya. Pendeta adalah
pelayan yang melayani Allah dan jemaat Allah; dan dalam melayani tersebut, pendeta memiliki
tugas pelayanannya.
Bagi pendeta – pendeta GKLB, mereka memahami dan mengetahui bahwa tugas
pelayanan pendeta sebagaimana yang mereka baca dalam Tata Gereja GKLB tentang tugas
pendeta dan tugas pelayanannya yakni: memberitakan firman Allah dan melayani sakramen;
bertanggung jawab atas pelaksanaan ibadah – ibadah; melaksanakan katekisasi dan peneguhan
sidi; melaksanakan peneguhan dan pemberkatan nikah; pelayanan pengembalaan; melantik
pejabat – pejabat gereja; memperlengkapi majelis jemaat (penatua dan syamas); dan
melaksanakan tugas – tugas khusus yang diatur dan ditentukan oleh MPH Sinode.
Adapun pelayanan sakramen yang dilakukan oleh pendeta GKLB yakni sakramen
baptisan kudus dan perjamuan kudus.Untuk pelayanan sakramen baptisan kudus seringkali
pendeta – pendeta GKLB melaksanakan pada tanggal 26 Desember, tanggal 21 Januari (masuknya
22
injil di Mantok, Luwuk) dan hari raya Paskah. Tapi tidak menutup kemungkinan bila ada keluarga –
keluarga Kristen yang meminta diadakan baptisan kudus. Untuk pelayanan sakramen perjamuan
kudus dilaksanakan empat (4) kali dalam setahun yaitu pada Jumat Agung, hari Trinitas (minggu
kedua bulan Juli), perjamuan kudus se-dunia dan perjamuan kudus akhir atau awal tahun.
Sedangkan pelaksanaan pelayanan ibadah yaitu: ibadah hari minggu, ibadah hari raya
gerejawi, ibadah HUT GKLB dan jemaat, ibadah hari pekabaran injil, ibadah peneguhan sidi, ibadah
pemberkatan nikah, ibadah baptisan kudus dan perjamuan kudus, ibadah pengucapan syukur
jemaat dan keluarga, ibadah pengurapan dan pelantikan pelayan gereja, ibadah pentahbisan
gedung gereja, ibadah pemakaman dan penghiburan, ibadah rumah tangga atau keluarga, ibadah
kompelsus BIPRA, ibadah hari raya nasional, ibadah oikumene, dan ibadah wisata.
Pendeta juga melaksanakan pelayanan diakonia bagi jemaat yang dilaksanakan bersama
– sama dengan syamas. Pelayanan diakonia yang dilakukan oleh pendeta GKLB antara lain:
melayani dan membantu jemaat yang sakit dan keluarganya, jemaat yang berduka, jemaat yang
hidup dalam kemiskinan (orang tua, janda dan anak yatim piatu), dan jemaat yang cacat (jasmani).
Untuk pelayanan sakramen baptisan kudus, seringkali pendeta – pendeta GKLB melaksanakan
pada tanggal 26 Desember setiap tahun berjalan, tanggal 21 Januari pada ibadah masuknya injil di
Luwuk, hari paskah atau pada minggu – minggu biasa tergantung pada permintaan keluarga.
Untuk pelayanan sakramen perjamuan kudus dilaksanakan 4 kali dalam setahun yaitu: pada
ibadah Jumat Agung, ibadah hari Trinitas (minggu kedua bulan Juli), perjamuan kudus se -Dunia,
dan perjamuan kudus akhir atau awal tahun.
Pendeta juga melaksanakan tugas pelayanan penggembalaan. Bagi pendeta GKLB,
mereka memahami penggembalaan itu seturut dengan apa yang tercantum pada Tata Gereja
GKLB Tahun 2005 dalam peraturan khusus nomor 4 pasal 1 point 1 dan pasal 2 point 1.
23
Penggembalaan merupakan salah satu tugas dan panggilan gereja untuk memelihara persekutuan
hidup beriman, membimbing dan menuntun warga gereja menjalani kehidupan yang benar,
mewujudkan kesetiaan dan ketaatan kepada Yesus Kristus Juruselamat. Bentuk pelaksanaan
penggembalaan (lihat pasal 4 peraturan khusus pada Tata Gereja GKLB tahun 2005) adalah pola
dialog atau percakapan kepada anggota GKLB baik perorangan, persekutuan maupun badan.
Pelayanan penggembalaan ini dilakukan dalam dua cara yaitu penggembalaan umum dan
penggembalaan khusus. Pelayanan penggembalaan khusus bersifat pribadi dan harus dirahasiakan
oleh pendeta. Pelayanan ini bisa dilakukan di rumah – rumah anggota jemaat, di pastori atau di
kantor Sinode. Waktu penggembalaan tergantung pada pendeta. Namun kenyataannya pendeta
seringkali terhambat oleh kepentingan pribadi, rumah tangga, dan berbagai alasan lainnya. Tidak
sedikit pendeta – pendeta GKLB yang malas melakukan penggembalaan ke rumah – rumah
anggota jemaat.
Pelayanan katekisasi atau juga disebut pelayanan pengajaran pokok – pokok iman
Kristen di Gereja Kristen Luwuk Banggai merupakan upaya gereja untuk memberikan pengajaran
pokok – pokok iman Kristen yang bertujuan memperlengkapi anggota jemaat menjadi anggota sidi
yang memahami dan melaksanakan tugas panggilan gereja dalam kehidupannya sehari – hari.
Pelaksanaan pengajaran katekisasi terhadap anggota jemaat berumur 16 tahun ke atas
dilaksanakan minimal seminggu sekali selama ± 3 – 6 bulan oleh pendeta, guru agama atau majelis
jemaat. Dan peneguhan sidi pada umumnya di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) dilaksanakan
pada Jumat agung dan tanggal 26 Desember setiap tahun. Dalam rangka pelayanan pengajaran
agama Kristen bagi jemaat, pendeta GKLB juga melaksanakan tugas pengajaran di sekolah –
sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas, baik sekolah negeri maupun sekolah
Kristen, sebagai guru agama Kristen. Namun hal ini hanya dapat dilakukan pada jemaat tertentu
24
yang memiliki fasilitas sekolah SD, SMP maupun SMU dan bila pendeta GKLB yang berada di lokasi
tersebut mau memberi diri dalam pelayanan pengajaran.
Pendeta – pendeta GKLB juga melibatkan diri dalam tugas – tugas pelayanan lainnya
selain di gereja, yakni dalam organisasi sosial kemasyarakatan. Bagi pendeta – pendeta wilayah di
kecamatan – kecamatan, mereka melibatkan diri dalam badan kerja sama antar umat beragama
(BKSUA); menjadi fasilitator desa dalam program – program kerja kecamatan atau desa; dan
sebagai tokoh agama di masyarakat.
c. Pendeta Dan Pelanggaran Terhadap Tata Gereja
Pada masa pelayanan tahun 2004 hingga tahun 2007 diketahui ada sejumlah pendeta
GKLB yang didapati dan dilaporkan oleh majelis jemaat ke Majelis Pekerja Harian Sinode karena
melakukan hal – hal yang tidak baik dan tidak sepantasnya dilakukan oleh pendeta. Pelanggaran
yang dilakukan oleh sejumlah pendeta GKLB tersebut merupakan pelanggaran terhadap Tata
Gereja GKLB, pelanggaran moral, pelanggaran kewenangan dan pelanggaran jabatan.
Pelanggaran Tata Gereja maksudnya pekerja gereja (adalam hal ini pendeta)
mengingkari janji, kode etik pelayan GKLB dan tidak melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendeta sebagaimana yang diatur oleh Tata Gereja. Pelanggaran moral yaitu seperti yang
dimaksudkan oleh peraturan khusus Tata Gereja GKLB tahun 2005 mengacu pada Keluaran 20:13
– 17 tentang: hal membunuh, berzinah, mencuri, saksi dusta, berjudi, mabuk – mabukkan dan
pencemaran nama baik. Pelanggaran atau penyalahgunaan kewenangan merupakan suatu
25
tindakan yang salah dalam bentuk menyimpan uang gereja pada bank atau kantor pos atas nama
pribadi, meminjamkan, membungakan, memindah – tangankan atau menjual aset gereja tanpa
melalui keputusan sidang sinode, sidang sinode khusus, rapat MPS atau rapat majelis jemaat;
dengan sengaja merekayasa pos pengeluaran untuk kepentingan pribadi atau kelompok; secara
sengaja tidak membukukan suatu penerimaan keuangan atau bantuan pihak lain atau donator
pada buku kas; tidak melakukan penyetoran 50% ke sinode secara konsekuen; dan tidak
melakukan pertanggungjawaban bulanan dan tahunan.
Sedangkan pelanggaran atau penyalahgunaan jabatan maksudnya pelanggaran dengan
melakukan kontrak politik; mitra kerja atas nama lembaga dengan mengabaikan kolektivitas
Badan dan keputusan sidang sinode, sidang sinode khusus, dan rapat MPS; melakukan permintaan
sumbangan atau dan dengan masyarakat lembaga; memanipulasi cap lembaga maupun tanda
tangan sesame pejabat gereja untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Untuk lebih
jelasnya pelanggaran yang dilakukan oleh oknum pendeta GKLB maka dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 6. Jumlah Pendeta Yang Melakukan Pelanggaran
Pada Tahun 2004 - 2007
N
o.
Tahun Jenis Pelanggaran Jumlah
1
.
2
.
3
2004
2005
2006
- Pelanggaran moral
- Pelanggaran Tata Gereja
- Pelanggaran moral
- Pelanggaran Tata Gereja
- Pelanggaran Jabatan
- Pelanggaran moral
- Penyalahgunaan
3 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
3 orang
1 orang
26
.
4
.
2007 kewenangan
- Pelanggaran moral
- Pelanggaran Tata Gereja
1 orang
1 orang
Jumlah 14 orang
Sumber: Kantor sinode GKLB Tahun 2007
Tabel 6 ini merupakan data jumlah pendeta yang melakukan pelanggaran yang terjadi
pada periode antara tahun 2004 – 2007 dan data memperlihatkan bahwa setiap tahun dari tahun
2004 hingg tahun 2007 ada saja pendeta yang melakukan pelanggaran. Dan pada tahun – tahun
sebelumnya juga ada pendeta yang melakukan pelanggaran demikian.
D. Pemahaman Pendeta Tentang Kode Etik Pendeta
Para calon pendeta (vikaris) dan pendeta di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB)
menyadari ada aturan main dalam tugas pelayanan mereka yang tertulis, sebagaimana yang
tercantum dalam Tata Gereja GKLB baik Tata Gereja Tahun 1999 maupun yang baru Tahun 2005.
Aturan main itu dikenal dengan ‘Janji dan Kode Etik’ pekerja tetap GKLB. Janji dan kode etik
tersebut dibacakan atau diikrarkan oleh setiap pekerja tetap gereja, dalam hal ini pendeta, yang
menerima jabatan fungsional dan struktural di hadapan pimpinan gereja dan jemaat dalam suatu
ibadah. Bagi calon pendeta (vikaris) yang menerima pengurapan sebagai pendeta (jabatan
fungsional) maka ia akan membacakan janji dan kode etik pendeta seperti rumusan berikut ini.18
Janji Dan Kode Etik
18 MPHS, Peraturan Khusus Tata Gereja Tahun 2005, Luwuk: 2005. Peraturan khusus nomor 3 pasal 3. hlm. 4.
27
1. Saya pejabat GKLB berjanji melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus, kepala gereja dalam
tugas pelayanan.
2. Saya pejabat GKLB berjanji menjunjung tinggi citra pejabat gereja, kekudusan gereja dan
mematuhi Tata Gereja GKLB.
3. Saya pejabat GKLB berjanji melaksanakan tugas Gereja dengan sebaik – baiknya kepada
jemaat dan masyarakat.
4. Saya pejabat gereja berusaha senantiasa menghindarkan diri dari sikap, tutur kata dan
perbuatan tercela.
5. Saya pejabat GKLB menjunjung tinggi kehormatan persekutuan pelayan dalam prinsip
persaudaraan yang harmonis.
6. Saya pejabat gereja bertekad melaksanakan visi dan misi pelayanan untuk menghadapi
perkembangan zaman dengan mencermati perubahan dan permasalahannya di bawah terang
kebenaran Firman Tuhan.
Dari hasil penelitian penulis, ternyata ada (30%) calon pendeta (vikaris) yang diurapi
mengatakan bahwa mereka baru mengetahui janji dan kode etik pekerja tetap (pendeta) GKLB di
saat mengikrarkan janji dan kode etik tersebut dalam ibadah pengurapan mereka. Dan ada (50%)
yang mengatakan telah mengetahuinya terlebih dahulu lewat membaca Tata Gereja GKLB (baik
tahun 1999 dan tahun 2005). Sedangkan ada juga (20%) yang mengetahuinya di saat
pengembalaan untuk persiapan pengurapan pendeta.
Dari data ini dapatlah dikatakan bahwa dalam mempersiapkan seorang calon pendeta
bahkan seorang pendeta, GKLB tidak memberikan pengenalan dan pemahaman yang baik dan
benar akan pengertian dan penghayatan dari janji dan kode etik pekerjaan tetap GKLB. Dan
akibatnya banyak pendeta GKLB yang kurang memahami janji dan kode etik tersebut dalam tugas
pelayanan kependetaannya. Bahkan ada beberapa pendeta yang jelas – jelas telah melanggar janji
dan kode etik pekerja gereja GKLB tersebut.
28
E. GKLB Dalam Upaya Membentuk Pemahaman Tentang Makna Pendeta
“Dan Ialah yang memberikan baik rasul – rasul maupun nabi – nabi, baik pemberita –
pemberita Injil maupun gembala – gembala dan pengajar – pengajar, untuk memperlengkapi
orang – orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembagunan tubuh Kristus, sampai kita
semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus
4:11 – 13), dari kesaksian ungkapan rasul Paulus ini tersirat bahwa Kristus dengan perantaraan
pejabat – pejabat gereja mau mengajar kita sebagai pengikut – pengikutNya. Dan nyata bahwa
pemilihan dan pemanggilan pejabat – pejabat gereja tersebut terutama dilihat sebagai pekerjaan
Allah di dalam dunia. Jabatan dianggap sebagai alat untuk menyampaikan keselamatan Allah oleh
Roh Kudus kepada manusia.
Gereja Kristen di Luwuk Banggai telah berupaya melaksanakan tugas panggilan gereja
yang bersumber dari amanat dan keteladanan Yesus Kristus kepala gereja berdasarkan Alkitab
untuk bersekutu, bersaksi dan melayani. Dan untuk memenuhi amanat tugas panggilan gereja
tersebut, GKLB dipanggil mengelola anugerah dan karunia Tuhan dalam segala bentuk sumber
daya manusia dan alam. Pengelolaan anugerah dan karunia Tuhan dalam bentuk sumber daya
manusia oleh GKLB dimulai dengan pembinaan warga gereja oleh Majelis Pekerja Harian Sinode
dalam program kerja di jemaat – jemaat; pembinaan anak – anak, remaja dan pemuda lewat
sekolah Kristen dan sekolah Negeri; lewat pengadaan materi – materi pelajaran sekolah minggu
dan katekisasi; dan pengkaderan tenaga pelayan dan kepemimpinan.
29
Untuk pengkaderan tenaga pelayan dan kepemimpinan, GKLB terbuka dalam
memberikan surat rekomendasi bagi warga gereja dalam hal ini pemuda gereja yang ingin
melanjutkan pendidikannya ke sekolah tinggi teologia. GKLB juga membuka kesempatan bagi
sarjana sekolah tinggi teologia dan sekolah tinggi pendidikan agama Kristen yang ingin
mengajukan diri untuk menjadi pendeta dengan menjalani masa vikariat ± 1 – 1,5 tahun. Dan
setelah itu bila dianggap layak maka ditahbiskan menjadi pendeta bila telah memenuhi
persyaratan, salah satunya ada surat rekomendasi dari mentor (pendeta pendamping) yang
ditunjuk oleh MPH Sinode GKLB serta telah mengikuti pengembalaan dalam rangka persiapan
untuk memahami makna pendeta dan tugas pelayanannya sesuai dengan yang tercantum dalam
Tata Gereja GKLB yang berlaku.
Selanjutnya bagi pendeta – pendeta muda, GKLB membuka kesempatan untuk
mengikuti pembinaan pendeta muda yang biasanya diadakan oleh Sinode Am se-Suluttengo yang
pelaksanaannya setahun sekali. Bagi pendeta yang ingin melanjutkan pendidikan dari program
diploma (D3) ke strata satu (S1) atau strata satu (S1) ke program pascasarjana (S2) juga diberikan
kesempatan seluas – luasnya. Wadah pembinaan dan pengembalaan pendeta juga dilaksanakan di
tingkat wilayah maupun sinode lewat konven atau pertemuan pendeta – pendeta per empat
bulan sekali. Untuk mengembangkan diri dan pengalaman kepemimpinan pendeta, GKLB
mengadakan rolling atau mutasi bagi pendeta – pendeta berprestasi dari jemaat kecil ke jemaat
sedang maupun jemaat besar dan sebaliknya bagi pendeta yang bermasalah dengan Tata Gereja
akan mengalami penurunan atau penarikkan dari jemaat besar ke jemaat sedang atau kecil
bahkan diskorsing dan di tarik menjadi staff di kantor sinode.
Penggembalaan bagi pendeta – pendeta yang bermasalah dilakukan sesuai dengan
prosedur yang berlaku dan dikenai sanksi sesuai dengan Tata Gereja GKLB. Namun pada
30
kenyataannya, sampai sekarang ini masih banyak pendeta yang belum memahami akan makna
pendeta dan pribadi seorang pendeta yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan Tata Gereja GKLB.
F. Kesimpulan Sementara
Luwuk Banggai adalah daerah paling ujung dari jasirah timur pulau Sulawesi. Luwuk
berasal dari bahasa Banggai ‘Luok’ yang berarti teluk. Raja atau Tomundo Banggai sekarang yaitu
Tomundo Hideo Amir.
Letak geografis Luwuk Banggai antara 122, 23’ – 124, 20’ Bujur Timur dan 0, 30’ – 2, 20’
Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut :
- sebelah utara berbatasan dengan Teluk Tomini
- sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku
- sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Banggai Kepulauan
- sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Tojo Una – Una dan Kabupaten Morowali.
Luwuk Banggai memiliki jumlah penduduk 363.909 jiwa yang terdiri atas penduduk asli (suku
saluan, balantak dan banggai) dan penduduk pendatang.
Luwuk Banggai memiliki beragam agama mulai islam, kristen, katolik, hindu dan budha.
Untuk kristen, masuknya Injil di Luwuk Banggai tidak terlepas dari masuknya pemerintahan Hindia
Belanda dengan Indische Kerk dan Nederlandche Zendings Genootschap (NZG) yang
memperkenalkan Injil atau agama kristen dan mengajarkan kepada penduduk yang mau memeluk
agama kristen. Dibantu dengan tenaga – tenaga guru Injil dari Minahasa, Ambon dan Sangihe
Talaud. Sehingga berdirilah jemaat – jemaat di Luwuk Banggai yang pembentukkan sinode Gereja
Kristen di Luwuk Banggai pada tanggal 27 Januari 1966. Sejak tahun 1966 hingga saat ini GKLB
31
telah memiliki sejumlah pelayan – pelayan Tuhan atau pendeta (baik pensiunan, pendeta tua dan
muda) yang berasal dari Luwuk Banggai maupun dari Banggai Kepulauan, Poso, Ambon, Manado,
Jawa dan Bali.
Para pendeta GKLB memahami pendeta sebagai seorang pelayan khusus yang dipanggil
oleh Allah untuk memberitakan Firman Allah, menyerahkan diri dan memilih pekerjaan pendeta
sebagai pengabdian dalam hidupnya. Pendeta adalah seorang kepala gereja atau ketua jemaat,
gembala bagi umatNya, dan seorang pengajar Firman Allah bagi jemaatnya. Sebagai pelayan
khusus, pendeta GKLB memiliki tugas pelayanan yaitu bertanggung jawab atas pelaksanaan ibadah
– ibadah; pemberitaan Firman Allah dan melayani sakramen; melaksanakan katekisasi dan
peneguhan sidi; melaksanakan peneguhan dan pemberkatan nikah; melaksanakan pelayanan
diakonia; melantik pejabat – pejabat gereja; memperlengkapi majelis jemaat dan melaksanakan
tugas – tugas khusus yang diatur dan ditentukan oleh MPH Sinode GKLB.
Namun para pendeta GKLB dalam tugas pelayanan kependetaannya terkadang ada yang
melakukan hal – hal yang tidak baik dan membuat pelanggaran terhadap Tata Gereja GKLB,
pelanggaran moral, penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Pelanggaran – pelanggaran yang
dilakukan oleh oknum pendeta tersebut telah melanggar aturan main yakni janji dan kode etik
sebagai pekerja tetap GKLB atau pendeta. Dan hal ini disebabkan banyak pendeta GKLB yang
kurang atau tidak memahami dengan sungguh – sungguh akan panggilan sebagai pendeta dan
pelayanan kependetaannya. Ini juga disebabkan karena GKLB masih kurang dalam membentuk
suatu pemahaman tentang makna pendeta sebagai suatu profesi dan memahami tugas
pelayanannya. Walaupun telah ada usaha – usaha pengkaderan dan pembinaan pendeta muda
namun belum mengena bagi pendeta – pendeta GKLB.
32
1
BAB II
PENGERTIAN UMUM, DASAR TATA GEREJA
DAN KAJIAN ALKITABIAH TENTANG
PENDETA SEBAGAI PROFESI DAN PELAYANAN KEPENDETAAN
Pendeta sebagai profesi dan pelayanan pendeta merupakan topik – topik pembicaraan
yang sarat dengan berbagai pemahaman dan perlu dipahami secara mendalam. Untuk itu perlu
terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian umum sebagai latar belakang pembicaraan
mengenai pengertian profesi, pendeta, profesi pendeta dan pelayanan pendeta. Sehingga dari
pengertian ini dapat dibentangkan beberapa dasar Tata Gereja menurut Gereja Kristen di Luwuk
Banggai Tahun 2005 dan kajian alkitabiah teologisnya.
A. Pendeta Sebagai Profesi
A.1 Pengertian Pendeta
Kata atau istilah ‘profesi’ dan juga profesional dan profesionalisme sangat sering kita
dengar dan temukan dewasa ini, bahkan sering tanpa memahami pengertian yang sebenarnya.
Karena seringkalinya dipakai dalam hampir semua segi kehidupan. Untuk kepentingan penelitian
ini ada baiknya kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan profesi .
2
Pada mulanya, pemakaian dan penulisan kata profesi menurut Encyclopaedia of The
Social Sciencies (ensiklopedi ilmu pengetahuan sosial) di Inggris pada akhir abad ke 17 – Addison
menyatakan bahwa hanya ada 3 profesi terbesar yaitu rohaniwan, ahli hukum dan dokter.1 Profesi
berasal dari kata Yunani ‘Prophaino’ yang berarti menyatakan secara publik. Secara harfiah
‘profesi’ berarti ‘berbicara di hadapan…’. Kata Yunani prophaino menjadi kata ‘professio’ dalam
bahasa Latin, suatu istilah yang diterapkan pada pernyataan publik yang dibuat orang yang
bermaksud menduduki jabatan kepercayaan publik.2 Sedangkan menurut kamus besar bahasa
Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejuruan, dll) tertentu.3
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan purna waktu sebagai nafkah hidup dengan
mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi
(moral) yang mendalam. Disiplin, ketekunan, integritas pribadi dan keseriusan adalah perwujudan
dari komitmennya atas pekerjaan itu. Komitmen pribadi inilah yang melahirkan tanggung jawab
yang besar atas pekerjaannya itu.4 Sebagaimana terungkap dalam pengertian profesi, orang yang
professional adalah orang yang mengerjakan pekerjaannya sebagai pekerjaan purna waktu yang
diandalkan dan dipercaya karena mereka ahli, terampil, punya komitmen moral,
bertanggungjawab, tekun, penuh disiplin dan serius dalam menjalankan tugas pekerjaannya dan
hidup dari pekerjaannya itu (dalam arti memperoleh imbalan (sebagai akibat) atas pekerjaan yang
dilakukannya).
1 Edwin R.A.Seligman,et.al., Encyclopaedia of The Social Sciencies, United States of America:
The Macmillan Company. hlm. 476. 2 Daryl Koehn, Landasan Etika Profesi, Yogyakarta: Kanisius, 2000. hlm. 78. 3 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka. Edisi II cetakan IV, 1997. hlm. 702. 4 DR.A.Sonny Keraf, Etika Bisnis: Tuntutan Dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998. hlm.
35 – 36.
3
Diantara profesi – profesi pada umumnya, dengan pengertian sebagaimana di atas,
masih dibedakan lagi profesi khusus yang disebut profesi luhur karena menekankan pengabdian
atau pelayanan kepada masyarakat pada umumnya melebihi hal – hal lainnya. Jadi, mula pertama
profesi luhur ini bukan karena dorongan untuk mempunyai pekerjaan atau nafkah hidup tertentu,
melainkan untuk mengabdi dan melayani kepentingan masyarakat atau orang lain. Hal ini
terutama dijalaninya sebagai suatu panggilan hidupnya. Contoh klasiknya adalah dokter, hakim,
rohaniwan, dan sebagainya. Nafkah hidup terutama dilihat sebagai sekedar imbalan (akibat) yang
masuk akal dari menjalankan profesi ini demi kepentingan masyarakat dan bukan sebagai tuj uan
utama dari kegiatan itu.5
A.2 Ciri – Ciri Profesi Dan Prinsip – Prinsip Etika Profesi
a. Ciri – Ciri Profesi (Sebagai Profesional):6
Berdasarkan uraian pengertian di atas, maka dapatlah dilihat beberapa ciri profesi, yang
sekaligus diandaikan dimiliki oleh para profesional secara umum.
1. Adanya keahlian dan ketrampilan khusus
Profesi tertentu selalu memiliki keahlian dan ketrampilan tertentu yang umumnya dimiliki
dengan kadar, lingkup dan tingkat yang melebihi orang kebanyakan lainnya.
5 Ibid., hlm. 38. 6 Ibid., hlm. 39 – 43.
4
2. Adanya komitmen moral yang tinggi
Hal ini biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi orang –
orang yang mempunyai profesi tersebut yang biasa disebut dengan kode etik. Kode etik
merupakan suatu tuntutan yang sangat keras sebagai syarat minimal yang harus dipenuhi bagi
orang – orang yang mempunyai profesi tersebut dan ikut menentukan identitas dan perilaku
moral dari para profesional tersebut.
3. Memperoleh nafkah hidup dari profesinya.
Pertama, ini berarti ia hidup sepenuhnya dari profesi ini. Ia dibayar dengan gaji yang memadai
sebagai konsekuensi dari profesionalitasnya. Kedua, ini berarti profesinya telah membentuk
identitas orang tersebut. Profesi menjadi sebuah bentuk sosialisasi peran dalam masyarakat.
4. Pengabdian kepada masyarakat.
Adanya komitmen moral yang tertuang dalam kode etik profesi maupun sumpah jabatan
menyiratkan bahwa orang – orang yang mengemban profesi tertentu, khususnya profesi luhur
lebih mendahulukan dan mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan
pribadi.
5. Ada izin khusus dari Negara untuk menjalankan profesi tersebut.
Izin merupakan tanda bahwa orang tersebut mempunyai keahlian, ketrampilan dan komitmen
moral yang diandalkan dan dapat dipercaya. Izin juga merupakan bentuk perlindungan awal
atas kepentingan masyarakat. Wujud dari izin ini bisa berbentuk surat izin, sumpah, kaul atau
pengukuhan resmi di depan umum.
5
6. Menjadi anggota organisasi profesi yang sama – sama mempunyai hak suara yang
menyebarluaskan standart dan/atau cita – cita perilaku dan yang mendisiplinkan siapa saja
yang melanggar kode etik profesi.
b. Prinsip – Prinsip Etika Profesi7
Prinsip – prinsip etika profesi ini dikemukakan karena pelaku profesi atau profesional
memiliki tuntutan atau tanggung jawab moral yang erat hubungannya dengan kode etik. Dan
prinsip – prinsip etika ini berlaku bagi semua orang.
1. Prinsip tanggung jawab
Kaum profesional bertanggung jawab, pertama, terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan
terhadap hasilnya. Kedua, ia juga bertanggung jawab atas dampak profesinya itu terhadap
kehidupan dan kepentingan orang lain, khususnya kepentingan orang – orang yang
dilayaninya.
2. Prinsip keadilan
Kaum professional tidak boleh membeda – bedakan pelayanannya dan juga kadar mutu
pelayanannya kepada siapa pun, termasuk orang yang mungkin tidak membayar jasa
profesionalnya.
3. Prinsip otonomi
Otonomi ini penting agar kaum profesional bisa secara bebas mengembangkan profesinya,
bisa melakukan inovasi dan kreasi tertentu yang kiranya berguna bagi perkembangan profesi
itu dan kepentingan masyarakat luas. Namun prinsip
7 Ibid., hlm. 44 – 45.
6
otonomi ini punya batasnya yaitu dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmen professional
untuk tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, termasuk kepentingan umum.
4. Prinsip integritas moral
Prinsip ini merupakan tuntutan kaum professional atas dirinya sendiri bahwa dalam
menjalankan tugas profesinya ia tidak akan sampai merusak nama baiknya serta citra dan
martabat profesinya.
A.3 Pengertian Pendeta
Secara terminologi, pendeta berasal dari bahasa sansekerta yakni ‘pandita’ (kata benda)
yang berarti guru, orang yang terpelajar atau seorang ahli. Sedangkan pandita (kata sifat) artinya
status terdidik atau sebagai guru, seorang ahli, terpelajar, orang yang bijaksana. 8 Pendeta adalah
orang yang terdidik dan memiliki pengetahuan teologi. Pengetahuan tersebut perlu dibagikan
kepada orang lain. Pendeta disebut juga guru. Istilah guru artinya orang tua dan tua – tua
sekaligus sebagai pengajar.9
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pendeta memiliki 3 pengertian yakni: 1. orang
pandai – pandai; 2. pertapa (dalam cerita – cerita lama); dan 3. pemuka agama atau pemimpin
jemaat (dalam Hindu atau Protestan); guru agama.10
Jadi, pendeta adalah orang yang terdidik dan memiliki pengetahuan teologi; yang
memberikan pengajaran selaku pengajar atau guru agama bagi orang lain dan sekaligus juga
sebagai pemuka agama atau pemimpin jemaat atau Gereja.
8 Sir Monier – Monier Williams, A Sanskrit English Dictionary, Delhi: Motilal Banarsidass
Publishers, 1997. hlm.580. 9 Ibid., hlm.359. 10 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit., hlm.663.
7
Menurut Dr. Peter Wongso, pendeta adalah orang yang menggembalakan anggota
gerejanya, ini merupakan karunia dan kewajibannya (Ef. 4:12).11 Dan menurut Pdt. D.M.Lintong,
S.Th. pendeta dan para pelayan khusus) adalah jabatan gerejawi yang menerima panggilan dn
dipercayakan tugas itu oleh Yesus Kristus untuk melaksanakan pelayanan gereja. Penerimaan
panggilan tugas dari Yesus Kristus itu secara kelihatan melalui proses pemilihan, penetapan,
peneguhan dan pemberian diri sepenuhnya untuk memperlengkapi anggota gereja bagi pekerjaan
membangun tubuh Kristus.12
Proses pemilihan, penetapan dan peneguhan seseorang menjadi pendeta, selalu melalui
proses panggilan batiniah oleh tuntunan Roh Kudus dalam perjalanan hidupnya sebagai orang
yang dipanggil Yesus Kristus, sekaligus nampak melalui proses seleksi mulai dari lembaga
pendidikan teologia sampai dengan penerimaan dan penetapan oleh lembaga gereja serta
peneguhan oleh para pejabat pelayan khusus pendeta. Dengan diteguhkannya seseorang
memangku jabatan pelayan khusus pendeta, maka seluruh hidupnya dengan sendirinya
mencerminkan hidup kependetaan yang tidak dipertahankan demi pamor, tetapi dengan memberi
diri sepenuhnya bagi hidup kependetaan itu sendiri sebagai panggilan Tuhan dengan segala
tanggung jawabnya. Jadi, hidup kependetaan haruslah dihayati sebagai jawaban terhadap
panggilan Tuhan, yaitu bagaimana seorang pendeta menjadi berkat bagi sebanyak-banyaknya
orang (Kej.12:1-3; 1 Pet.2:9).13
Dapat dikatakan pula bahwa semua orang Kristen yang dilahirkan dipanggil ke dalam
pelayanan Kristen yang tertentu dan masing – masing harus menerima panggilannya yang khusus.
Dalam Lukas 24:48; matius 28:19,20; Markus 16:15 dinyatakan bahwa Tuhan memerintahkan
11 Dr. Peter Wongso, Theologia Penggembalaan, Malang: Literatur SAAT, 2007. hlm. 19. 12 Pdt. D.M.Lintong, S.Th., Tugas Pelayanan Pendeta, Tomohon: Lembaga Telaah Agama dan
Kebudayaan (LETAK), 2005. hlm. 56. 13 Ibid., hlm. 58.
8
kepada para rasul-Nya supaya mereka mengajar semua murid mereka untuk melaksanakan segala
perkara yang telah diperintah-Nya kepada mereka, dan perintah-Nya kepada mereka itulah agar
mereka pergi bersaksi, mengajar dan memberitakan Injil. Demikian pula dengan panggilan sebagai
pendeta. Dari panggilannya sebagai pendeta dapat diketahui kedudukannya:14
1. Panggilan terhadap pendeta (I Kor.12 : 28; Ef.4 : 11).
Dari panggilannya dapat diketahui kedudukannya:
a. Rasul
Berarti orang yang diutus (Rm.10:15). Pendeta seharusnya adalah orang yang diutus
untuk menghasilkan buah; orang yang memelihara domba-domba (Yoh.15:6; Yeh.13:6;
34:1-6).
b. Nabi
Yaitu orang yang berkata-kata untuk Allah. Mereka berkata-kata bagi Allah, oleh karena
itu terlebih dahulu harus mempunyai Firman Allah, kemudian mewakili Allah dalam
berkata-kata, yaitu mengabarkan injil. Bila tidak, mereka adalah nabi -nabi palsu
(Yer.23:16-22).
c. Guru
Adalah orang yang mengajarkan firman Tuhan dan kebenaran Alkitab kepada orang
Kristen. Firman Tuhan merupakan pengajaran (2 Tim.3:16). Oleh sebab itu hamba Tuhan
harus mementingkan pengajaran, (2 Tim.2:24) – ‘cakap mengajar’.
14 Ibid., hlm. 17 – 18.
9
d. Imam
Juru-syafaat orang Kristen, mewakili jemaat mempersembahkan korban doa ke hadirat
Tuhan. Mereka adalah imamat yang rajani (1 Pet.2:9) menurut peraturan, Kristus
menjadi Imam, Kristus Imam Besar, dan kita menjadi imam bersama-Nya.
e. Tua-tua, Bishop dan Pendeta
Tua-tua adalah orang yang hidup kerohaniannya maju dan dewasa serta dapat menjadi
teladan. Bishop, kuasa dan jabatannya: memeriksa dan meneliti jemaat serta hal-hal di
dalam Gereja. Pendeta adalah pemelihara kerohanian, yang menggunakan karunia
kependetaannya yang diberikan kepadanya.
f. Diaken (Hamba-Hamba Kristus)
Yaitu yang melayani umum, mengurus hal-hal umum di dalam Gereja, misalnya:
kesejahteraan, harta benda Gereja dan sebagainya (Kis.6:2,3).
g. Orang Saleh, ‘Reverend’
Yaitu orang yang diasingkan atau dikuduskan untuk melayani Tuhan, yang memiliki
wibawa sebagai pendeta setelah ditahbiskan (juga disebut sebagai pendeta).
2. Arti panggilan pendeta (Yoh.10:1-11; Yeh.34:1-4)
a. Penunggu
Orang yang menjaga pintu (Yoh.10:3). Sambil melihat keluar apakah ada musuh; dan
melihat ke dalam apakah ada pengkhianat (Yeh.33:7; 3:17,18).
10
b. Mengetahui isi hati
Mengenal domba-dombanya, mengetahui kondisinya, mengenal nama domba-
dombanya dan memberi nama sesuai dengan sifat masing - masing (Yoh.10:3, 14).
c. Pemimpin (Yoh.10:3,4)
Memimpin domba-dombanya (Mzm.23:1) dan menjadi teladan bagi domba-dombanya
(1 Pet.5:2,3)
d. Penyembuh (Yeh.34:4)
Yang terpenting ialah menyembuhkan penyakit rohani dengan firman Tuhan. Jadi,
pendeta harus mengenal keadaan jemaatnya supaya dapat memberikan obat yang
tepat, yaitu menanggung ‘kelemahan dan penyakit’ manusia (Mat.8:17).
e. Pemelihara atau pemberi makan (Yoh.10:9; 21:15-17; Yeh.34:14)
Setelah seseorang diselamatkan dan mendapat hidup Kristus, hidup ini memerlukan
makanan supaya dapat bertumbuh. Makanan itu adalah firman kebenaran.
f. Menghakimi (Yeh.34:17-19)
Pendeta harus netral, tidak memihak sehingga penghakimannya menjadi adil dan
proaktif. Tujuan menghakimi adalah supaya kedua belah pihak berbaikkan kembali,
dengan sepenuh hati menasihati mereka supaya hidup rukun (Rm.12:18).
g. Orang yang berkorban (Yoh.10:11).
Seorang hamba Tuhan harus berkorban bagi Tuhan, Gereja dan jemaatnya. Orang yang
hendak menjadi pendeta harus bersedia berkorban bagi jemaatnya tanpa pamrih, maka
11
upahnya besar di sorga (Luk.6:35; Mat.19:27-30). Karena Tuhan sendiri telah
mengorbankan hidup-Nya bagi orang percaya (Yoh.10:11). Biarlah kita mempunyai
motivasi yang tertinggi, kita mau berkorban hanya oleh karena kasih Tuhan.
Dengan mengetahui arti panggilan menjadi pendeta dan kedudukan pendeta tersebut di
atas, kita dapat memandang bahwa panggilan kita sebagai pendeta berasal dari Allah dan itu
sebagai hak istimewa yang besar dan juga sebagai tugas mulia. Akan tetapi meskipun sungguh-
sungguh dipanggil oleh Allah, pendeta harus waspada jangan sampai hasratnya untuk bekerja bagi
Tuhan akan melampaui batas hingga menjadi semangat yang tidak terkendalikan dan menaruh
kepercayaan pada diri sendiri. Untuk itu diperlukan persiapan di ri. Persiapan diri sebagai pendeta
itu adalah persyaratan untuk menjadi pendeta yang baik. Menurut Ralph M. Riggs untuk menjadi
pendeta yang baik harus memiliki :15
1. Sifat yang tak tercela,
2. Kerajinan dan usaha,
3. Sikap yang bersungguh – sungguh,
4. Kesabaran,
5. Bijaksana,
6. Sopan santun,
7. Tepat waktu,
8. Sifat – sifat rohani yakni memiliki kasih Allah, Iman akan Allah, kehidupan yang suci, tidak
bercela dan murni, kelembutan dan rendah hati.
15 Ralph M. Riggs, Gembala Sidang Yang Berhasil, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2003. hlm. 23
– 26.
12
Tetapi seorang pendeta harus juga menyadari penuh bahwa dia tidak bisa melakukan
semuanya dan segala hal. Salah satu titik lemah yang dapat membawa seorang pendeta kepada
bahaya jatuh dalam dosa adalah, ketika dia tidak menyadari sepenuhnya keterbatasannya sebagai
manusia.16
A.4 Pendeta Sebagai Profesi
Menurut ensiklopedi ‘social sciences’, perkembangan asal kata profesi diawali di Inggris
pada akhir abad ke – 17 17 oleh Addison dinyatakan bahwa hanya ada 3 (tiga) profesi terbesar
yaitu Rohaniwan, ahli hukum, dan dokter; maka dapatlah dikatakan bahwa pendeta sebagai
rohaniwan juga merupakan suatu profesi.
Begitupun dengan Daryl Koehn yang menyatakan bahwa kegiatan yang disebut profesi
‘berpengetahuan tinggi’ atau ‘liberal’, yaitu profesi hukum, kedokteran dan pelayanan rohani. 18
Karena ketiga profesi liberal ini dianggap bahwa para anggotanya memahami diri mereka sendiri
menjadi profesional; dan tidak ada kesapakatan demikian di antara kelompok – kelompok lain
yang oleh pihak luar dianggap profesional atau ahli dalam kerja mereka. Dan konsekuensi keahlian
seperti itu bagi klien segera nampak jika kita memperlawankan perilaku para pelaku yang
mempertahankan arti asli tentang diri mereka sebagai orang – orang yang berjanji, berikrar
dimuka umum, atau menurut istilah William May, “berkaul” untuk meningkatkan kesejahteraan
badan atau jiwa – jiwa orang – orang sakit, tertuduh atau dirugikan. “Orang – orang yang sudah
berkaul” itu tak diragukan lagi mempunyai tanggung jawab khas profesi yang tidak menjadi
16 Pdt. D.M.Lintong, S.Th., Op.Cit., hlm. 58. 17 Encyclopaedia of The Social Sciences, Loc.Cit. 18 Daryl Koehn, Landasan Etika Profesi, Yogyakarta: Kanisius, 2000. hlm. 24.
13
tanggung jawab para warga negara biasa.19 Tanggung jawab adalah suatu legitimasi dari
keprofesionalan - yang seringkali berat – yang diakibatkan oleh janji atau sumpah yang menjadi
dasar etika profesi tersebut.20 Janji atau sumpah profesi itu lebih dikenal dengan kode etik.
Kode etik adalah persetujuan bersama, yang timbul dari diri para anggota itu sendiri
untuk lebih mengarahkan perkembangan mereka, sesuai dengan nilai – nilai ideal yang
diharapkan. Jadi, kode etik adalah hasil murni yang sesuai dengan aspirasi profesi suatu kelompok
tertentu, demi untuk kepentingan bersama dan kerukunan.21
Pengertian pendeta sendiri sebagai orang yang terdidik atau sebagai guru dan memiliki
pengetahuan teologi, seorang ahli, orang yang bijaksana dengan berbagai tanggung jawabnya
maka dapat dikatakan pendeta itu sebagai suatu profesi. Selaku seorang profesional maka
pendeta bukanlah sekedar seorang karyawan jemaat, yang selalu siap siaga terhadap jemaat. 22
Klien utama pendeta adalah jemaat, namun demikian, secara teologis maka tujuan dan jemaat
bukanlah pengluasan diri melainkan pelayanan kepada dunia. Keberhasilan institusional adalah
penting tetapi hanya sampai tingkatan bahwa ia melayani kebutuhan dunia untuk bertumbuh
dalam mengasihi Allah dan mengasihi sesama.23 Tanggung jawab profesional, pada saat seorang
pendeta ditetapkan dalam pelayanan sebuah jemaat, mencakup kepekaan atas pemeliharaan
jadwal kerja yang bertanggungjawab.
Ditinjau secara sosiologis, pelayanan kependetaan memang memenuhi kualifikasi
sebagai profesi.24 Karena profesional sejati ialah seseorang yang menghayati pekerjaannya atas
dasar intensi personal yang diakui (professed) dan kompeten, dipantau dan didisiplinkan oleh
19 Ibid., hlm. 35. 20 Ibid., hlm. 147. 21 Drs. O.P. Simorangkir, Etika Jabatan, Jakarta: Aksara Persada Indonesia, 1988. hlm.21–22. 22 Gaylord Noyce, Tanggung Jawab Etis Pelayan Jemaat, Etika Pastoral, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1997. hlm. 162. 23 Ibid., hlm. 163. 24 Ibid., hlm. 188.
14
“serikat sekerja (guild)”. Dalam hal pendeta, intensi tersebut nyata dari komitmen yang tertuju
kepada Allah, kepada Gereja dan kepada dunia.25 Dan lewat tanggung jawab profesional dari
pendeta yang tertuang dalam kode etik dan tugas pelayanannya. Kode etik atau etika
kependetaan merupakan patokan yang tinggi bagi tingkah laku manusia yang meliputi ketegangan
sopan santun terhadap orang lain. Amanat yang ilahi bagi kita ialah harus ‘berbelas kasihan, dan
mengasihi segala saudara, dan penyayang, dan rendah hati’ (1 Pet.3:8).26 Jadi dapatlah dikatakan
bahwa pelayanan pendeta yang ditahbiskan adalah sebuah profesi. Ini juga adalah sebuah karunia,
sebuah pekerjaan, sebuah panggilan.27
A.5 Hakekat Pendeta Menurut Tata Gereja GKLB Tahun 2005
Hakekat pendeta menurut Gereja Kristen di Luwuk Banggai telah diungkapkan dalam
Tata Gereja GKLB baik dari tahun sebelumnya maupun yang terakhir tahun 2005. Karena Tata
Gereja mewakili pemikiran – pemikiran teologi Gereja GKLB dalam pertumbuhan dan
perkembangan berteologi GKLB tersebut. Dalam Tata Gereja dari Gereja Kristen di Luwuk Banggai
(GKLB) Tahun 2005 tercantum pengertian pendeta yang terdapat dalam Tata Laksana I pasal 17
poin 1 – 2 yakni:
1. Pendeta adalah seorang pelayan dipanggil oleh Allah melalui Gereja-Nya untuk
memberitakan firman Allah, menyerahkan diri dan memilih pekerjaan pendeta sebagai
pengabdian dalam hidupnya.
25 Ibid., hlm. 192. 26 Ralph M.Riggs, Gembala Sidang Yang Berhasil, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2003. hlm.
120. 27 Ibid., hlm. 195.
15
2. Jabatan pelayan khusus pendeta diberikan oleh Gereja setelah menjalani masa vikariat
dan diteguhkan menjadi pendeta.28
Dari uraian di atas jelas bahwa GKLB memahami bahwa pendeta adalah pelayan khusus
yang dipanggil Allah melalui Gereja-Nya untuk memberitakan firman Allah. Dipanggil oleh Allah
berarti pemanggilan yang berasal dari Allah. Allah-lah yang – oleh RohNya yang kudus –
memperlengkapi manusia untuk pelayanan – pelayanan yang tertentu dalam Gereja atau jemaat.
Dan pemanggilan Allah itu melalui Gereja-Nya. Melalui Gereja diberikanlah jabatan pelayan
khusus pendeta setelah calon pendeta menjalani masa vikariat dan diteguhkan menjadi pendeta.
Peneguhan atau pengurapan pendeta GKLB diatur pula dalam Tata Laksana I pasal 19 yakni 29 :
1. Pengurapan vikaris menjadi pendeta dilaksanakan oleh MPH Sinode setelah ada
rekomendasi dari MPH jemaat atas persetujuan pendeta pembimbing yang ditunjuk oleh
MPH Sinode GKLB.
2. Pengurapan vikaris menjadi pendeta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) di atas
dilaksanakan dalam satu ibadah jemaat yang diatur oleh MPH Sinode GKLB.
3. Pengurapan pendeta merupakan prasyarat kehadiran dan kepelayanan seorang pelayan
khusus dalam jabatan pendeta setelah pengurapannya.
4. Pengangkatannya sebagai pendeta dilaksanakan melalui surat keputusan MPH Sinode
GKLB.
Namun dalam kewenangan penerimaan dan pengangkatan seorang pendeta belumlah
cukup jika hanya dengan keinginan untuk melayani Tuhan dan jemaat-Nya, serta dengan
pengetahuan dan keahlian seseorang. Yang menentukan ialah panggilan Allah, yang melalui
28 Tata Gereja GKLB Tahun 2005, hlm. 7. 29 Ibid., hlm.7.
16
pemilihan, peneguhan dan pengangkatan memimpin kita kepada jabatan yang diinginkan. 30 Dan
Tata Gereja GKLB mengatur persyaratan pengangkatan pekerja tetap pendeta dan calon pekerja
tetap Gereja (pendeta) dalam Tata Laksana IV31 pasal 3 poin 1 dan 3 tentang syarat – syarat
pengangkatan :
1. Pekerja tetap pendeta
a. Sehat jasmani sesuai keterangan dokter
b. Memiliki ijazah pendidikan serendah – rendahnya S1 teologia yang diakui GKLB
c. Berusia serendah – rendahnya 23 tahun dan setinggi – tingginya 35 tahun.
d. Telah selesai melaksanakan vikaris dan diurapi menjadi pendeta.
2. Pengangkatan pekerja Gereja didasarkan pada kebutuhan pelayanan dengan
memperhatikan kemampuan keuangan Gereja.
Tata Laksana IV pasal 4 poin 1 tentang calon pekerja tetap Gereja :
1. Calon pekerja tetap pendeta
a. Menjalani masa vikaris sekurang – kurangnya 1 tahun
b. Menjalani masa vikaris tidak dihitung sebagai masa kerja pekerja Gereja
c. Penempatan vikaris diatur oleh MPH Sinode bersama MPH Jemaat
d. Seorang vikaris di akhir masa vikariatnya diwajibkan menyusun karya tulis untuk
bahan penilaian dan mempertimbangkan pimpinan Gereja
e. Bagi calon pekerja yang menjalani masa vikaris, yang dianggap tidak memenuhi
syarat tidak dapat diangkat menjadi pekerja Gereja
f. Pengangkatan pekerja tetap pendeta disesuaikan dengan formasi.
Bilamana persyaratan ini telah dilalui dan dijalani dan GKLB membutuhkan pekerja tetap
pendeta sesuai dengan formasi kebutuhan pelayanan maka seseorang diangkat menjadi pekerja
30 Dr. J.L.Ch. Abineno, Penatua, jabatan Dan Pekerjaannya, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003.
hlm. 13. 31 Tata Gereja GKLB Tahun 2005, hlm. 21.
17
tetap Gereja sesuai dengan Tata Gereja yakni Tata Laksana IV pasal 7 poin 1 – 2 tentang
pengangkatan menjadi pekerja tetap Gereja32 :
1. Seorang calon pekerja tetap (pendeta) setelah menyelesaikan masa vikariatnya diurapi
menjadi pendeta GKLB.
2. Seorang pendeta yang diangkat menjadi pekerja tetap Gereja ditetapkan melalui SK
MPHS.
Dengan demikian melihat dari hakekat pendeta dari Tata Gereja GKLB tahun 2005, maka
dapatlah dikatakan bahwa pada hakekatnya pendeta adalah pelayan khusus yang dipanggil oleh
Allah melalui Gereja-Nya untuk memberikan Firman Allah, menyerahkan diri melalui pemilihan,
peneguhan dan pengangkatan pendeta setelah melewati sejumlah persyaratan pengangkatan
calon pekerja tetap pendeta GKLB.
A.6 Pendeta Menurut Kesaksian Alkitab
Pendeta adalah seseorang yang memiliki pengetahuan teologi, yang memberikan
pengajaran tentang firman Tuhan, dan sekaligus sebagai pimpinan umat atau Gereja. Jadi selaku
pengajar dan pimpinan Gereja yang memiliki dasar kebenaran pada firman Tuhan yang tertuang
dalam Alkitab, maka kita akan meneliti apa yang dikatakan Alkitab mengenai pendeta.
Dalam Alkitab memang tidak ditemui kata pendeta, akan tetapi kita dapat membaca
kata-kata yang menunjukkan padanan kata dan pengertian pendeta selaku pimpinan umat itu –
yang identik dengan peran dan tugas seseorang di dalam memberikan teladan, membimbing,
memimpin orang lain mengikuti Tuhan.
32 Ibid.,hlm. 21.
18
1. Kesaksian Perjanjian Lama
Sejarah kepemimpinan Kristen diawali oleh kepemimpinan Tuhan Allah terhadap
umatNya yang memperlihatkan bahwa Tuhan Allah mempercayakan manusia-manusia yang dipilih
untuk menjadi alat dalam tanganNya.
David L.Baker mengatakan pemimpin umat Allah adalah Tuhan Allah sendiri. Dialah yang
memanggil kedua pemimpin bangsa Israel : Abraham (Kej.12) dan Musa (Kel.3). Allah juga yang
terus memimpin sejarah umatNya (Kel.13:17 - 22; band.Yes.63:7-14). Namun demikian ada juga
beberapa jabatan dalam Perjanjian Lama untuk melaksanakan pimpinan Allah atas umatNya
terutama nyata dalam hakim, imam, raja, nabi dan orang bijaksana.33
Agar kita beroleh pemahaman yang baik tentang peran dan tugas dari pemimpin umat
yang dipilih Allah terutama yang berpadanan dengan kata pendeta maka di bawah ini penulis
hendak menguraikan tentang imam dan nabi.
a. Imam
Dalam Perjanjian Lama kata imam seringkali kita baca dan diidentikkan dengan peran
dan tugas pendeta selaku pimpinan umat Allah.
Para imam bertugas sebagai pemimpin ibadat. Tugas mereka mencakup antar lain
mempersembahkan korban (Im.9), mengajarkan Taurat (Ul.33:10; Yer.18:18),
mengucapkan berkat (Bil.6:22-27) dan menanyakan kehendak Allah (Ul.33:8; band.
1 Sem. 14:41). Singkatnya boleh dikatakan imam berfungsi sebagai perantara, yang
menyampaikan firman dan berkat Allah kepada umatNya dan memanjatkan doa
serta permohonan umat kepada Allah. Imam Israel yang pertama ialah Harun
dengan anak-anaknya, yang ditahbiskan pada suatu upacara khusus (Kel.29; Im.8).
Semua imam berasal dari suku Lewi, yang tidak memiliki tanah tetapi dikhususkan
33 David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama: Satu Pengantar Ringkas, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1992. hlm.46.
19
untuk pelayanan Allah. Maka mereka hidup dari persembahan yang dibawa oleh
orang Israel lainnya (Ul.18:1-8).34
Penahbisan Harun dan anak-anaknya menjadi imam dari suku Lewi di dalam upacara
khusus dengan mengenakan pakaian imam yang dibuat khusus, maka imam itu dikuduskan
dalam pekerjaannya, dalam memegang jabatan imam bagi Allah (Kel.28).
b. Nabi
Kata nabi berasal dari bahasa Ibrani (navi) yang berarti “yang dipanggil”. Dalam
Perjanjian Lama, seringkali ditekankan bahwa para nabi bertugas bukan berdasarkan
pengetahuan mereka sendiri melainkan panggilan Allah (Yer. 20:9; 23:21-22). Nabi dipanggil
Allah dan disuruh menyampaikan suatu pesan kepada umatNya. Hal ini juga jelas sekali saat
pemanggilan nabi Musa (Kel.3 – 4); Samuel (1 Sam.3); Yesaya (Yes.6); Yeremia (Yer.1);
Yehezkhiel (Yeh.1 – 3); dan Amos (Am.7:14-15).
Tugas kenabian ditetapkan dalam kitab ulangan (Ul.18:9-18), disertai peringatan kepada
orang yang tidak mendengarkan pesan Allah yang disampaikan oleh para nabi (ayat 19) dan
peringatan kepada nabi yang berarti nubuat tanpa disuruh Allah (ayat 20-22; band.13:1-5).
Bagi kitab Yunus sendiri berisi penolakan panggilan Allah dan ini menjadi kitab peringatan
bagi setiap orang yang dipanggil oleh Allah, tetapi menolak dan mengabaikan panggilanNya.
c. Orang Bijaksana
Dalam kitab Yesaya 29:14; Yer.8:8-9; 9:32 jelas ditulis bahwa orang-orang bijaksana
merupakan satu golongan pimpinan Israel yang cukup penting. Orang bijaksana yang paling
34 Ibid., hlm.47.
20
terkenal ialah Salomo (1 Raj.3:5), tetapi juga ada banyak orang bijaksana lainnya yang
menasehati dan membimbing umat Allah (2 Sam.14:2; 16:32; 20:16). Sebagian tulisan
mereka dibukukan dalam sastra hikmat. Juga mereka mengajarkan hikmat dan memberi
nasehat, yang dapat dibandingkan dengan tugas imam untuk mengajarkan hukum Taurat
dan tugas nabi untuk menyampaikan Firman Allah (Yer.18:18; band.Yeh.7:26).35
Dari uraian di atas, dapatlah penulis katakan bahwa imam, nabi dan orang bijaksana
sebagai pemimpin ibadat dan umat Allah diawali dari pemilihan, pemanggilan, penetapan dan
pentahbisannya yang semuanya ditentukan oleh Allah. Ini berarti mereka adalah utusan Allah
yang harus memimpin umatNya di dalam dunia ini. Dan karena mereka dipilih dan bekerja untuk
Allah maka dalam kehidupan kerja mereka haruslah sesuai kehendak Allah.
2. Kesaksian Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, kehidupan umat Allah dipimpin oleh orang-orang tertentu yang
memperoleh karuna-karunia tertentu pula, yang memangku jabatan dalam jemaat atau Gereja.
Dalam Perjanjian Baru, pemangku jabatan ialah ‘diakonos’. Dan jabatannya ialah ‘diakonia’. Pada
kedua istilah ini berarti ‘pelayan’ dan ‘pelayanan’. Sedangkan dalam jabatan Gereja dikenal: rasul,
guru/pengajar, penilik, penatua, dan syamas.36 Dan dalam kaitannya dengan pendeta maka
penulis menguraikan tentang kepemimpinan rasul, guru dan gembala di bawah ini
35 C. Barth., Theologia Perjanjian Baru 2, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1982. hlm.49. 36 PGI Wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan Tenggara, Berjalan Bersama, Manado, 1989.
hlm. 185.
21
a. Rasul
Rasul dalam bahasa Yunani disebut ‘apostolos’, artinya orang yang diutus, utusan (band.
I Kor. 12:28; Ef. 4:11). Kata ini mula – mula dipakai Tuhan Yesus yang mengawali
pemanggilan terhadap keduabelas rasulNya.37 Setelah masa hidup Tuhan Yesus dan
terbentuknya jemaat di Yerusalem yang berkembang dengan pesatnya di mana anggota-
anggotanya terdiri dari semua pangkat dan jabatan. Pemimpin berada dalam tangan rasul. 38
Rasul-rasul yang terpanggil itu memiliki tugas. Dalam Matius 10 ada beberapa tugas dari
rasul-rasul yang terpanggil itu: 39
a. Mengusir roh-roh jahat atau setan,
b. Menyembuhkan orang sakit atau melenyapkan segala penyakit atau mentahirkan
orang kusta,
c. Membuang segala kelemahan,
d. Memberitakan Injil,
e. Membangkitkan orang mati.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pemberitaan Injil tidak terlepas dari
penyembuhan penyakit dan pengusiran setan atau roh-roh jahat. Sehingga tugas seorang
rasul bukan hanya di bidang jasmani, keselamatan manusia seutuhnya menjadi tujuan dari
kedatangan Tuhan Yesus dan para rasul-Nya.
b. Guru
Dalam beberapa bagian Alkitab bahwa Tuhan yesus yang telah datang ke dunia ini juga
tampil sebagai guru dan sering dilengkapi dengan kata mengajar (Markus 1:21-22). Guru
37 Pdt. Marthinus Mamonto, STh., MSi., Melayani Di Tengah Masyarakat Urban, Dalam
EXODUS no.19 Tahun XIII, Tomohon: Fak.Teologi UKIT, Juni 2006. hlm. 63. 38 Snoek disadur: N. Titus, Hikayat Kudus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973. hlm. 32. 39 Pdt. A. Munthe, Tema – Tema Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007. hlm. 27.
22
adalah orang yang menerima karunia untuk pelayanan mengajar. Tugas guru di zaman
Perjanjian Baru adalah untuk menerangkan isi wahyu dengan bahasa yang dimengerti oleh
jemaat dan menguji apakah ilham (wahyu) yang diajarkan para nabi itu benar atau tidak.
Jadi para guru diberi tugas untuk menilai pekerjaan para nabi (I Kor.12:28; Rm.12:7).40Rasul
Paulus juga mengatakan karena injil dirinya ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan
sebagai guru (II Tim.1:11).
Dari uraian di atas nyata bahwa salah satu tugas penting dalam pelayanan misi Kristus
adalah mengajar, memberitakan injil kerajaan Allah.
c. Gembala
Dalam Efesus 4:11 dipakai istilah gembala. Kata gembala menggambarkan orang yang
memelihara domba – dombanya dengan baik, yang memberi makan, menuntun, melindungi
dan membantu kawanan dombanya. Dia mencintai kawanan dombanya dan berjalan di
depannya. Dengan tongkat dan gadanya dia memimpin dan membantu mereka. Alangkah
indahnya gambaran dari kelembutan seorang gembala umat Allah.
B. Pengertian Pelayanan Pendeta
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap –
tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10), kasih karunia Allah
dinyatakan dalam banyak cara. Begitupun kasih karunia Allah dinyatakan melalui hidup seorang
pendeta. Demikian pula dalam kehidupan seorang pendeta yang dapat menyatakan kasih karunia
40 Pdt. Marthinus Mamonto, STh., MSi., Loc.Cit.
23
dan kemuliaan Allah itu dalam pelayanannya. Untuk mengetahui apa dan bagaimana pelayanan
pendeta itu maka penulis menguraikan pada pokok di bawah ini.
B.1 Pengertian Pelayanan
Kata pelayanan berasal dari akar kata ‘pelayan’. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
‘pelayan’ memiliki dua makna yakni: 1. orang yang melayani; dan 2. pembantu, pesuruh.
Sedangkan pelayanan berarti: 1. perihal atau jasa melayani; 2. servis, jasa; dan 3. kemudahan yang
diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.41 Jadi, pelayanan berarti pemberian jasa
melayani dari seseorang kepada orang lain.
Pelaksanaan pelayanan adalah pengabdian atau kehambaan. Dan pengabdian selalu
bermotifkan “memberi”. Pendeta yang melayani bersama – sama dengan Allah banyak
memberikan kepada jemaatnya dan juga kepada pihak lain. Sehingga pendeta itu disebut abdi
atau hamba Tuhan, abdi gereja, abdi sabda dan abdi bagi manusia. Melayani adalah definisi
kepemimpinan yang dipakai oleh Yesus, apakah di bidang sekuler atau di bidang rohani.42 Kapan
saja dan di mana pun pendeta itu berada, ia tetap seorang pendeta atau gembala, tugas
pelayanan terus berlaku, walaupun dalam bentuk yang berbeda dengan sebelumnya.
B.2 Pelayanan Kependetaan
Pelayanan seorang pendeta meliputi tugas – tugas dan tujuan tertentu. Pendeta
melakukan banyak tugas yang diketahui sebagai fungsi – fungsi pastoral. Fungsi – fungsi ini sudah
termasuk memimpin kebaktian, berkhotbah, melayani sakramen, melayani kelompok dan individu
41 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit., hlm.504. 42 J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, Bandung: Penerbit Kalam Hidup, 1979. hlm. 125.
24
– individu serta mewakili jemaat untuk gereja dan dunia. Namun perlu diketahui bahwa kuasa
pelayanan kependetaan terletak dalam pribadi yang sakramental.43
Pelayanan pendeta yang paling utama adalah memberitakan firman.44 Firman itu
menyatakan hal – hal yang tersembunyi di dalam hati kita (Ibrani 4:12), dan melaksanakan maksud
yang Tuhan perintahkan padanya (Yesaya 55:11). Maka tidak mengherankan bahwa kita
diperintahkan untuk “memberitakan firman” (II Timotius 4:2).
Pelayanan kedua yang menyertai pemberitaan firman yakni mengajarkan firman Allah.45
Ketika Yesus ada di bumi ini, Dia lebih banyak disebut dengan gelar Guru dari pada dengan gelar
lainnya. Ketika Dia meninggalkan amanat-Nya yang besar kepada murid – muridNya, amanat itu
meliputi perintah untuk mengajar (Mat. 28:19,20), dan memberitakan injil (Mark.16:15). Kedua
hal ini menjelaskan bahwa Kristus menghendaki agar pelayanan gereja dalam hal mengajar
haruslah seimbang dengan pelayanan pemberitaan injil.
Tugas ketiga yang dibebankan kepada seorang pendeta adalah memelihara gereja
dalam perdamaian, kasih dan persatuan.46 Siasat yang digemari iblis ialah menghancurkan
persatuan Roh dan mendatangkan rasa iri hati dan perselisihan. Jika itu ada, maka kekacauan dan
segala perbuatan jahat terjadilah (Yak.3:16). Melalui hubungan yang erat dengan jemaatnya
pendeta bertanggung jawab untuk memadamkan perselisihan yang baru mulai sebelum menjadi
besar dan memecahkan persatuan dan kasih merupakan jalan yang utama untuk terciptanya
perdamaian dan kesatuan.
43 Gaylord Noyce, Op.Cit., hlm. 191. 44 Ralph M. Riggs., Op.Cit., hlm. 71. 45 Ibid., hlm. 72. 46 Ibid., hlm. 74.
25
Tugas atau pekerjaan pelayanan keempat seorang pendeta ialah membawa orang –
orang saleh kepada kedewasaan penuh (Ef. 4:13).47 Inilah tujuan Paulus seperti yang dikatakannya
dalam Kolose 1:23, yakni berusaha dengan segala tenaga untuk memimpin tiap – tiap orang
kepada kesempurnaan dalam Kristus Yesus. Untuk kesempurnaan orang – orang saleh, seorang
pendeta harus menuntun dan memberi makan, mendorong dan membangkitkan semangat dan
melakukan segala apa yang dapat dilakukannya.
Tugas pelayanan kelima, pendeta atau gembala harus menanamkan ke dalam
jemaatnya semangat dan penglihatan pemberitaan injil.48 Allah menghendaki agar kita berusaha
sekuat – kuatnya untuk menginjili dunia. Gereja yang berjiwa “pengutusan” adalah gereja yang
diberkati oleh Allah; dan sifat tidak mementingkan diri sendiri dari hidup yang dicurahkan demi
orang lain yang belum dikenalnya pribadi, adalah roh Kristus yang benar. Inilah sifat pembawaan
kekristenan.
Bagian terakhir dari pelayanan kependetaan yakni menyembuhkan segala penyakit dan
kelemahan di antara jemaat.49 Bagian kita yang pasti penebusan Kristus di atas kayu salib ialah
bahwa tubuh kita harus disembuhkan sebagaimana juga jiwa diselamatkan (Yes.53:5).
Unsur yang beraneka macam dalam pelayanan seorang pendeta telah diuraikan, dan
semuanya haruslah dijalankan dengan penuh tanggung jawab sebagai pendeta. Dalam buku
‘Bagaimana Mengelola Gereja Anda’, Edgar Walz memberikan deskripsi jabatan pendeta dengan
tanggung jawabnya yaitu:50
47 Ibid., hlm. 75. 48 Ibid., hlm.76. 49 Ibid., hlm. 77. 50 Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, Pedoman Bagi Pendeta Dan Pengurus Awam,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. hlm. 11 – 12.
26
1. Melayani sebagai pelayan utama dan pemimpin jemaat,
2. Memperlengkapi anggota untuk melayani satu sama lain dan melayani semua orang,
3. Merencanakan dan memimpin kebaktian, memberitakan firman Allah, melayani
sakramen, melayani jemaat, kelompok maupun individu,
4. Melayani sebagai penilik (dan konsultan) bagi organis dan pemimpin musik, pengurus
sekolah minggu, serta berbagai bagian dan organisasi dalam gereja,
5. Melayani sebagai anggota penasehat bagi semua kelompok resmi dalam jemaat,
6. Memegang data kegiatan resmi: perubahan keanggotaan, perkawinan, kematian,
pembaptisan, konfirmasi dan sebagainya,
7. Mengawasi pekerjaan sekretaris kantor gereja,
8. Membantu kostor.
Sedangkan menurut Pdt. D.M.Lintong, S.Th. ada tiga pokok tugas pelayanan pendeta
yang membutuhkan perhatian khusus yang mencakup dan terkait dengan bidang tugas pelayanan
kependetaan lainnya yaitu:
1. Pelayanan penggembalaan
Pelayanan penggembalaan melekat erat dalam diri seorang pendeta. Karena pendeta
adalah gembala yang melaksanakan amanat mulia dari Tugas Yesus sebagai gembala yang
baik, menggembalakan domba – dombaNya dari berbagai macam dan ragam keadaan,
kondisi, situasi, kebutuhan dan tantangan hidupnya.51
2. Pelayanan pengajaran pendidikan agama Kristen atau pendidikan iman Kristen.
Pelayanan ini sangat vital dalam rangka tugas pemberitaan atau pengajaran fi rman Tuhan
agar semua orang khususnya warga gereja atau jemaat semakin mengenal dan mengasihi
51 Pdt. D.M.Lintong, S.Th., Op.Cit., hlm. 4.
27
Tuhannya serta semakin dewasa dan teguh dalam imannya. Mengajar, memberitakan injil
kerajaan Allah adalah salah satu tugas penting dalam pelayanan misi Kristus.52
3. Pelayanan di bidang manajemen
Pelayanan di bidang ini secara khusus bertanggung jawab dalam bidang penatalayanan
gereja atau jemaat dalam arti luas. Penatalayanan gereja (jemaat) yang baik, tertib dan
teratur harus menyangkut aspek: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pelaporan dan pertanggung jawaban pelayanan.53
Selain tiga pokok tugas pelayanan pendeta di atas Pdt. D.M.Lintong, S.Th. juga
menyebutkan beberapa tugas – tugas pelayanan pendeta lainnya yakni:54
1. Pelayanan sakramen baptisan dan perayaan perjamuan kudus.
2. Pelayanan untuk pernikahan.
3. Pendeta menjadi ketua majelis jemaat.
4. Melibatkan diri dalam Badan kerja sama antar umat beragama.
5. Melibatkan diri dalam organisasi sosial kemasyarakatan.
6. Meningkatkan kemampuan sebagai pendeta untuk harus belajar yang tentunya diikuti
dengan motivasi iman yang kokoh teguh.
7. Pendeta dalam tugasnya tidak boleh melupakan waktu toleransi, istirahat dan olah raga.
8. Pendeta juga dapat diutus ke gereja lain menjadi tenaga utusan gerejani (TUG).
52 Ibid., hlm. 41. 53 Ibid., hlm. 63. 54 Ibid., hlm. 71 – 72.
28
B.3 Pelayanan Kependetaan Menurut Tata Gereja GKLB Tahun 2005
Pelayanan kependetaan yang ditahbiskan nyata dalam komitmen pelayanan yang
tertuju kepada Allah, kepada gereja dan kepada dunia. Dalam komitmen pelayanannya mencakup
tugas pelayanan pendeta. Tata Gereja GKLB tahun 2005 menulis tentang pokok tugas pendeta
GKLB sebagai berikut:55
Tata Gereja GKLB Tahun 2005
Tata Laksana I
Pasal 20
Tugas Pendeta
Tugas pendeta adalah melaksanakan imamat am orang percaya yaitu melengkapi
seluruh anggota GKLB supaya melaksanakan amanat Yesus Kristus, yaitu:
1. Memberitakan firman Allah dan melayani sakramen 2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan ibadah – ibadah dalam jemaat 3. Melaksanakan katekisasi dan peneguhan anggota sidi 4. Melaksanakan peneguhan dan pemberkatan nikah 5. Meneguhkan dan melantik pejabat – pejabat gereja 6. Memperlengkapi penatua dan syamas melaksanakan tugas pelayanan kepada anggota
jemaat 7. Bersama dengan penatua dan syamas melaksanakan pelayanan penggembalaan 8. Bersama syamas melaksanakan pelayanan diakonia bagi anggota jemaat 9. Melaksanakan tugas – tugas khusus yang diatur dan ditentukan oleh MPH Sinode GKLB 10. Menjaga dan memelihara kemurnian ajaran dan pengakuan iman gereja.
Pendeta bertanggung jawab atas pelaksanaan ibadah – ibadah dalam jemaat diatur
dalam Tata Gereja GKLB tahun 2005 pasal 29 tentang ibadah dan pelayanan:56
55 Tata Gereja GKLB Tahun 2005, hlm. 9. 56 Ibid., hlm. 9.
29
Pasal 29
Ibadah dan pelayanan
Jemaat selaku persekutuan orang – orang percaya terpanggil melaksanakan tugas
Imamat Am orang percaya dalam hal bersekutu, bersaksi dan melayani. Panggilan ibadah dan
pelayanan itu terdiri dari:
1. Ibadah hari minggu 2. Ibadah hari raya gerejawi yaitu tahun baru, jumat agung (kematian), Paskah (kebangkitan),
kenaikan Yesus Kristus, pentakosta, hari Alkitab (reformasi), natal dan perpisahan tahun. 3. Ibadah HUT GKLB / jemaat, hari pekabaran injil, kebaktian penyegaran iman (KPI), akhir
masa jabatan bagi majelis jemaat, kompelsus, penginjil, pendeta pension (emeritus), pengutusan penginjil, pendeta dalam tugas pelayanan khusus.
4. Ibadah peneguhan sidi 5. Ibadah peneguhan dan pemberkatan nikah 6. Ibadah sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus 7. Ibadah pengucapan syukur jemaat 8. Ibadah pengucapan syukur keluarga 9. Ibadah pengurapan dan peneguhan pelayan gereja 10. Ibadah pentahbisan gedung gereja 11. Ibadah pemakaman 12. Ibadah penghiburan 13. Ibadah rumah tangga / keluarga 14. Ibadah kompelsus 15. Ibadah hari raya nasional 16. Ibadah oikumene 17. Pelayanan diakonia 18. Pelayanan penggembalaan 19. Pelayanan katekisasi 20. Ibadah wisata / padang.
Bagi pendeta yang melaksanakan pelayanan ibadah sakramen Tata Gereja GKLB
mengatur dalam pasal 33, pasal 34 dan pasal 37 tentang sakramen baptisan kudus dan perjamuan
kudus yaitu:57
57 Ibid., hlm. 9 – 10.
30
Tata Gereja GKLB 2005
Tata Laksana I
Pasal 33
Sakramen
1. GKLB mengakui 2 (dua) sakramen yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus. 2. Pelayanan baptisan kudus dan perjamuan kudus dilaksanakan di gedung gereja dan dalam
hal luar biasa dapat dilaksanakan di rumah anggota jemaat atau di tempat lain yang ditentukan oleh majelis jemaat.
Pasal 34
Baptisan Kudus
1. Baptisan kudus adalah amanat Tuhan Yesus Kristus sesudah kebangkitanNya. Baptisan kudus telah dilaksanakan oleh gereja pada zaman para rasul, sekarang dan sampai pada akhir zaman.
2. Baptisan kudus bertujuan untuk memeteraikan dan mempersatukan orang percaya dengan kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
3. Pelayanan baptisan kudus dilayankan kepada anak – anak dan orang dewasa. 4. Baptisan kudus berlaku hanya satu kali untuk selama – lamanya.
Pasal 37
Perjamuan Kudus
1. Perjamuan kudus dilaksanakan berdasarkan amanat Tuhan Yesus Kristus sebagai tanda kehadiranNya dan sebagai peringatan kematian, kebangkitan dan kedatanganNya kembali.
2. Perjamuan kudus dirayakan dalam jemaat 4 (empat) kali dalam setahun, yaitu: a. Perjamuan kudus memperingati hari Jumat Agung b. Perjamuan kudus Trinitas (keesaan Allah) dilaksanakan pada minggu kedua bulan
Juli c. Perjamuan kudus se-dunia (hari Alkitab – Reformasi) d. Perjamuan kudus akhir tahun dan atau awal tahun
3. Perjamuan kudus dapat juga dilaksanakan pada setiap akhir Sidang Sinode, Sidang Sinode Khusus dan Rapat Majelis Pekerja Sinode (MPS).
4. Setiap penyelenggaraan perjamuan kudus majelis jemaat mengumumkan 2 (dua) kali kepada anggota jemaat dalam ibadah hari minggu.
5. Yang dapat ikut dalam perjamuan kudus adalah anggota jemaat GKLB yang telah di sidi dan kepada anggota sidi gereja anggota PGI dan gereja lain yang bersedia diri untuk mengikuti perjamuan kudus di suatu jemaat GKLB.
31
6. Pelayanan perjamuan kudus menggunakan simbol atau tanda Roti dan Air Anggur, dan apabila di suatu tempat sangat sulit mendapatkan Roti dan Air Anggur atau salah satu dari itu dapat menggunakan bahan – bahan setempat.
7. Bagi anggota sidi yang lanjut usia, sakit atau mengalami gangguan fisik (cacat) dan tidak dapat ke gereja dapat dilayani perjamuan kudus di tempat yang bersangkutan berada.
Salah satu tugas penting dalam pelayanan pendeta adalah mengajar, memberitakan injil
kerajaan Allah. Dalam Tata Gereja GKLB juga dikatakan bahwa pendeta melakukan pelayanan
pengajaran firman Tuhan yang pada umumnya kita kenal dengan katekisasi.
Tata Gereja GKLB 2005
Tata Laksana I
Pasal 38
Katekisasi
1. Katekisasi adalah upaya gereja untuk memberikan pengajaran pokok – pokok iman Kristen yang bertujuan memperlengkapi anggota jemaat menjadi anggota sidi yang memahami dan melaksanakan tugas panggilan gereja dalam kehidupannya sehari – hari.
2. Katekisasi diberikan kepada anggota jemaat yang telah dibaptis dan berumur 16 tahun ke atas.
3. Katekisasi dilaksanakan oleh salah seorang majelis jemaat atau pendeta yang ditetapkan untuk itu.
4. Katekisasi dilaksanakan minimal 3 bulan dengan pemberian pelajaran minimal 1 kali se-minggu.
5. Bahan pengajaran katekisasi menggunakan buku pedoman katekisasi yang disusun dan ditetapkan oleh Sidang Sinode; Rapat MPS; atau buku katekisasi dari anggota gereja PGI yang seas as dengan GKLB dan ditetapkan oleh MPH Sinode untuk digunakan sebagai penuntun pengajaran katekisasi jemaat – jemaat GKLB.
6. Sebelum pelaksanaan peneguhan sidi perlu dilakukan evaluasi dan pembekalan oleh MPH jemaat.58
58 Ibid., hlm. 10.
32
Seorang pendeta adalah gembala. Untuk itu pelayanan penggembalaan melekat erat
dalam diri seorang pendeta. Dalam Tata Gereja GKLB 2005 juga diatur tentang pelayanan
penggembalaan.59
Tata Gereja GKLB 2005
Tata Laksana VI
Pasal 1 ayat 1
Pengertian
1. Penggembalaan adalah pelayanan pemeliharaan rohani sesuai dengan perintah Yesus Kristus yang adalah Gembala yang baik.
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
1. Menjunjung kebenaran Alkitab 2. Menuntun warga gereja untuk mentaati Tata Gereja 3. Memelihara kemurnian ajaran gereja 4. Melindungi anggota – anggota gereja dari bahaya ajaran sesat 5. Memelihara dan mendewasakan iman anggota – anggota gereja 6. Menjaga kewibawaan GKLB sebagai bagian dari gereja yang kudus dan am.
Pasal 3 ayat 1
Dasar
1. Penggembalaan didasarkan kepada ketaatan pada firman Allah sebagai anggota tubuhnya yang saling mengasihi, melayani, menasehati dan membangun.
59 Ibid., hlm. 27 – 28.
33
Pasal 4
Sasaran
Sasaran pelayanan penggembalaan, penilikan dan disiplin adalah:
1. Semua pelayan dan pekerja tetap maupun tidak tetap GKLB 2. Semua pengurus organisasi pelayanan GKLB 3. Anggota jemaat.
Pasal 5 ayat 1
Mekanisme Pelaksanaan
1. Penggembalaan: a. Kepada anggota jemaat, perkunjungan langsung ke tempat masing – masing
anggota untuk suatu bimbingan, penyadaran, penguatan. b. Kepada pelayan khusus/pekerja tetap dan pekerja tidak tetap, perkunjungan
langsung ke tempat kediaman mereka untuk suatu percakapan, penguatan dan penyadaran.
c. Kepada pengurus pelayanan di semua tingkat dilakukan perkunjungan ke badan pengurus untuk suatu bimbingan nasihat dan penyadaran.
Pelayanan penggembalaan dalam gereja GKLB juga diatur dalam peraturan khusus GKLB
tahun 2005 nomor 4 pasal 1.60
Peraturan Khusus
Nomor 4
Pasal 1 ayat 1
Pengertian
1. Penggembalaan sesuai dengan kesaksian isi Alkitab adalah salah satu tugas dan panggilan gereja untuk memelihara persatuan hidup beriman, membimbing dan menuntun warga gereja menjalani kehidupan yang benar, mewujudkan kesetiaan dan ketaatan kepada Yesus Kristus Juruselamat.
60 Majelis Pekerja Harian Sinode GKLB, Peraturan Khusus Tahun 2005, hlm. 5.
34
Dalam Tata Gereja GKLB 2005 pada Tata Dasar bab III pasal 6 ayat 3 tentang panggilan
gereja (GKLB) disebutkan bahwa “untuk memenuhi amanat tugas panggilan gereja pada ayat 2
(Gereja Kristen di Luwuk Banggai (GKLB) terpanggil untuk melaksanakan persekutuan, kesaksian
dan pelayanan), GKLB dipanggil mengelola anugerah dan karunia Tuhan dalam segala bentuk
sumber daya manusia dan alam”. Pasal ini mengamanatkan tanggung jawab penatalayanan segala
berkat yang diberikan Tuhan kepada GKLB, dan dengan itu tanggung jawab di bidang manajemen
pelayanan gereja. Seorang pendeta juga menjalankan tugas penatalayanan gereja baik di lingkup
jemaat, wilayah dan sinode dengan menjalankan fungsi – fungsi manajemen (perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi) dalam penatalayanan gereja untuk
mencapai tujuan dalam rangka mewujudkan panggilan tugas atau visi dan misi gereja.
C. Kesimpulan Sementara
Pendeta adalah jabatan gerejawi yang menerima panggilan dan dipercayakan tugas itu
oleh Yesus Kristus untuk melaksanakan pelayanan gereja. Penerimaan panggilan tugas dari Yesus
Kristus itu secara kelihatan melalui proses pemilihan, penetapan, peneguhan dan pemberian diri
sepenuhnya untuk memperlengkapi anggota gereja bagi pekerjaan membangun tubuh Kristus.
Jadi, gereja menuntut kesungguhan diri dan tanggung jawab seorang pendeta pelayan.
Bagi Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) dalam Tata Gereja 2005 pada Tata Laksana 1
pasal 17 ayat 1 menyebutkan “pendeta adalah seorang pelayan khusus yang dipanggil oleh Allah
melalui gereja-Nya untuk memberitakan firman Allah, menyerahkan diri dan memilih pekerjaan
pendeta sebagai pengabdian dalam hidupnya”.
35
Dan ditinjau secara sosiologis, pendeta dengan pelayanan kependetaannya memenuhi
kualifikasi untuk disebut sebagai suatu profesi. Karena profesional sejati ialah seseorang yang
menghayati pekerjaannya atas dasar intensi personal yang diakui (professed) dan kompeten,
dipantau dan didisiplinkan oleh serikat pekerja (guild). Bagi pendeta, intensi tersebut nyata dari
komitmen yang tertuju kepada Allah, kepada gereja dan kepada dunia lewat tanggung jawab
profesional yang tertuang dalam kode etik dan tugas pelayanannya. Jadi dapatlah dikatakan
bahwa pelayanan pendeta yang ditahbiskan adalah sebuah profesi, sekaligus juga adalah sebuah
karunia, sebuah pekerjaan, sebuah panggilan.
Dalam kesaksian Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, diungkapkan
padanan kata dan hakekat jabatan pendeta dalam kata – kata: imam, nabi, orang bijaksana, rasul,
guru dan gembala.
Pelayanan pendeta meliputi tugas – tugas dan tujuan tertentu yang semuanya dilakukan
dalam pribadi yang sakramental. Pelayanan pendeta adalah memberitakan firman Allah,
mengajarkan firman Allah, memimpin ibadah, memelihara gereja, mendewasakan jemaat,
mengutus jemaat untuk pemberitaan injil, melayani penggembalaan, dan lainnya yang sepanjang
melalui keyakinan iman pendeta adalah melekat dalam tugas panggilannya.
1
BAB III
Refleksi Etis Teologis
Terhadap Pendeta Dan Pelayanan Kependetaan
Pada bab ini adalah merupakan suatu kajian akhir dari keseluruhan tulisan. Dalam
pembahasannya, dihubungkan dengan bagian Bab I dan Bab II. Dengan kata lain, kajian Bab III
akan merefleksikan permasalahan dalam Bab I dan Bab II kemudian mengupayakan suatu kerja
berteologi kontekstual guna menggumuli, menanggapi dan menjawab setiap latar belakang
permasalahan di dalam konteks, ruang dan waktu. Kerja berteologi adalah upaya yang dil akukan
seorang teolog untuk menanggapi kasih Allah bagi umat manusia dan menempatkan firman Allah
(logos) dalam konteks pergumulan yang tertentu. Begitupun dengan permasalahan pendeta
sebagai profesi dan kepelayanannya.
A. Realitas Konteks Pendeta Dan Pelayanan Kependetaan Di Gereja Kristen Luwuk Banggai
(GKLB)
Melihat sejarah masuknya Injil dan perkembangannya di Luwuk Banggai (lihat Bab I poin
B, B.1 Masuknya injil di Luwuk Banggai) yang bersamaan dengan masuknya pemerintahan Hindia
Belanda, jelas bahwa kekristenan di wilayah Luwuk Banggai lahir dan berkembang atas
kepentingan pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu yang ingin menghentikan penyebaran
agama islam. Dan jalan yang ditempuh adalah dengan mengkristenkan daerah – daerah yang ada
oleh Indische Kerk lewat pengaruh pemerintahan Hindia Belanda terhadap kepala – kepala distrik
2
yang ada di wilayah kekuasaannya. Pengkristenan ‘instant’ dengan baptisan massal secara besar –
besaran disusul dengan pembinaan anggota baptisan oleh penginjil dari Indische Kerk dan tenaga
– tenaga guru (yang kurang jumlahnya) dari Ambon, Minahasa dan Sangihe Talaud membawa
dampak terhadap pembinaan, pengajaran dan pelayanan warga Kristen di Luwuk Banggai.
Pembinaan, pengajaran dan pelayanan yang kurang menjangkau wilayah pelayanan ini terus
berpengaruh bagi pembentukan Gereja Kristen di Luwuk Banggai. Dengan sejarah berdirinya GKLB
yang demikian, memberi pengaruh dalam pengangkatan Pelayan Tuhan (pendeta) dan
kepelayanannya.
Pendeta merupakan suatu sebutan atau jabatan bagi seseorang yang bekerja sebagai
hamba Tuhan atau pelayan khusus di gereja melalui proses panggilan Tuhan Allah kepada pribadi
– pribadi tertentu yang mau merespons panggilan tersebut. Sekaligus nampak melalui proses
seleksi mulai dari lembaga pendidikan teologi sampai dengan penerimaan dan peneguhan oleh
gereja menjadi pelayan khusus pendeta setelah menjalani masa vikariat.
Akan tetapi perkembangan yang terjadi di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB),
pendeta mengalami suatu perubahan makna dari pemahaman awal sebagaimana tercantum
dalam Tata Gereja pasal 17 (bahwa pendeta adalah seorang pelayan khusus yang dipanggil oleh
Allah melalui gereja-Nya untuk memberitakan firman Allah, menyerahkan diri dan memilih
pekerjaan pendeta sebagai pengabdian dalam hidupnya); menjadi pendeta yang tidak lagi
mengenal panggilan Tuhan dengan terang kebenaran iman yang sungguh – sungguh, namun
menjawab panggilan itu dengan masuk sekolah teologi dan mengecap bangku pendidikan agama
Kristen atau teologi sampai keluar sebagai seorang sarjana teologi atau sarjana PAK yang
ditahbiskan setelah menjalani masa vikariat selama 6 bulan sampai 1, 5 tahun lamanya. Belajar
memahami sendiri apa panggilan sebagai pendeta dan pelayanan kependetaan di lapangan
3
pelayan. Sehingga terkadang ada pendeta yang tidak jelas motivasinya dalam melayani, hilang
kesabaran dan ketekunannya sebagai gembala, pengajar firman Tuhan dan gagal sebagai teladan
hidup bagi jemaat. Terkadang pendeta muda GKLB juga menyadari bahwa menjadi pendeta
dikarenakan ini merupakan suatu pekerjaan yang mudah untuk dijalankan dengan jadwal kerja
yang tidak padat; mendatangkan berkat (uang) bagi pendeta dan keluarganya; memperoleh
penghargaan dan penghormatan oleh jemaat dan masyarakat.
Kurangnya kesadaran akan hakekat pendeta ini berimbas pada pribadi pendeta –
pendeta GKLB yang melayani di jemaat – jemaat atau tidak lagi mencerminkan hidup kependetaan
dan tidak lagi memberikan diri sepenuhnya dalam kepelayanannya dengan segala tanggung
jawabnya. Ada pendeta yang sulit menerima masukan atau kritikan, mudah terbawa emosi,
kurang bijaksana dalam pengambilan keputusan pada permasalahan pelayanan di jemaat dan
bahkan ada yang jatuh dalam perbuatan pelanggaran Tata Gereja. Sejak masa pelayanan tahun
2004 – 2007 diketahui ada 14 orang yang dilaporkan ke Majelis Pekerja Harian Sinode berkaitan
dengan pelanggaran terhadap Tata Gereja GKLB, pelanggaran moral dan pelanggaran kewenangan
dan jabatan.
Dalam tugas pelayanan kependetaan, pendeta GKLB memahami dan mengetahuinya
dalam Tata Gereja GKLB. Namun dari sekian tugas pelayanan tersebut: pemberitaan firman Tuhan,
pelayanan sakramen, pelaksanaan ibadah – ibadah, pelaksanaan katekisasi dan peneguhan sidi,
peneguhan dan pemberkatan nikah, pelayanan penggembalaan, dan seterusnya (lihat Bab II poin
B.3), ada yang tidak dapat dilaksanakan dengan sungguh – sungguh sebagaimana seharusnya
dilakukan oleh pendeta secara profesional berdasarkan tuntutan pelayanannya karena hambatan
dari kepentingan pribadi, rumah tangga dan berbagai alasan lainnya. Ada juga sejumlah pendeta
GKLB yang melalaikan aturan main dalam tugas tanggung jawab etika profesi pelayanan mereka.
4
Aturan main tersebut dikenal dengan ‘janji dan kode etik’ pekerja tetap GKLB karena pelayanan
kependetaan yang ditahbiskan adalah sebuah profesi, juga sebuah karunia, sebuah pekerjaan,
sebuah panggilan. Janji dan kode etik selaku pendeta yang ditahbiskan dalam panggilan pelayanan
gereja berdasarkan amanat agung Yesus Kristus, kepala gereja dalam tugas pelayanan berdasarkan
kebenaran firman Tuhan.
Realitas yang demikian memperlihatkan bahwa masih kurangnya pemahaman yang
sungguh – sungguh akan panggilan Tuhan bagi pribadi – pribadi yang terpanggil dan menjawab
panggilan Tuhan sebagai hamba Tuhan atau pendeta dalam tugas pelayanan kependetaannya
yang menyebabkan ada sejumlah pendeta GKLB yang tidak menjalankan tugas pelayanannya
dengan baik dan cenderung terlibat dalam masalah – masalah pelanggaran kode etik dan Tata
Gereja GKLB. Ini juga memperlihatkan bahwa gereja (GKLB) kurang mengajarkan dan membentuk
pemahaman yang jelas akan makna pendeta sebagai suatu profesi luhur dalam tugas pelayanan
kependetaannya sebagaimana yang tertulis dalam firman Tuhan (Alkitab) dan perwujudannya
dalam Tata Gereja. Walaupun nyata ada usaha – usaha dari gereja (GKLB) namun belum mengena
bagi warga gereja yang terpanggil dan pendeta – pendeta GKLB.
B. Etika Kependetaan Sebagai Tanggung Jawab Etis Profesi Terhadap Pelayanan Kependetaan.
Etika adalah sebuah bidang studi yang meneliti dan menilai tabiat dan tingkah laku
manusia dari sudut pandang normatif.1 Etika menilai tabiat dan tingkah laku manusia dengan
memakai suatu atau beberapa norma tertentu. Dalam hal ini menggunakan norma-norma Kristen
yaitu firman Allah, Alkitab. Dalam penilaian etis pada pokok masalah pendeta sebagai profesi dan
1 Verne H.Fletcher, Lihatlah Sang Manusia !, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1990), hlm.18.
5
pelayanan kependetaan di Gereja Kristen Luwuk Banggai yang dikaji, penulis menggunakan
pendekatan etika kependetaan.
Etika kependetaan merefleksikan sisi lebih tenang dari sebuah panggilan yang memiliki
momen – momen riang dan menyenangkan. Peran etika bukanlah untuk terutama merayakan
kebebasan, melainkan berperan selaku disiplin untuk menyokong kita. Oleh karena itu, guna
membahas etika kependetaan dengan dilema – dilema etis bagi pendeta, pertama – tama kita
harus meneliti di dalam ‘janji – janji’ yang dibuat para pendeta yang membebankan mereka
dengan tanggung jawab khusus.
Menerima peran profesional mau tidak mau merupakan tindakan membuat perjanjian.
Pendeta, yang awal mulanya merupakan bagian dari 3 (tiga) profesi besar (pengacara, dokter dan
pendeta), dengan pemakluman sebagai tenaga profesional telah dibuatlah perjanjian terhadap
masyarakat umum. Perjanjian tersebut merupakan norma sentral etika profesional bagi pendeta
yang ditahbiskan dan itu sedikitnya ada 4 (empat) yaitu: pertama, penahbisan merupakan sebuah
janji seseorang atas partisipasinya di dalam – dan sampai batas tertentu, setidaknya –
mempresentasikan gereja universal. Begitu pendeta ditahbiskan, maka kita tidak bisa berbicara
dan bertindak sebagai individu. Kita terbeban secara profesional untuk merasa sadar atas tindakan
– tindakan kita. Hal itu berdampak pada kesaksian gereja dalam dunia. Loyalitas terhadap tata
nilai yang melekat pada profesi dan kepercayaan bahwa profesi sebagai entitas yang saling
mendukung.
Kedua, bila gereja serta pendetanya yang ditahbiskan mengklaim menjadi bagian dari
tubuh Kristus, maka pada hakikatnya gereja beserta pendetanya membuat perjanjian kepada
masyarakat luas mengenai ibadah. Ada perjanjian implisit bahwa pengunjung akan mendengar
6
pembacaan Alkitab dan juga akan diuraikan secara rinci. Dan manakala diadakan sakramen
perjamuan kudus maka pengunjung akan dilayani, tanpa pilih kasih.
Ketiga, penahbisan merepresentasikan sebuah perjanjian tentang adanya pengetahuan
dan kompetisi yang melandasi khotbah dan pengajaran. Dalam lingkungan sosial dan gerejawi
dewasa ini, orang yang menerima penahbisan secara implisit mengikat janji untuk memiliki
kompetensi yang terus – menerus serta studi yang diperlukan guna mempertahankan kompetensi
tersebut.
Keempat, pendeta yang ditahbiskan, sama halnya dengan setiap orang Kristen, punya
tanggung jawab memantulkan belas kasihan Yesus Kristus. Peranan pendeta mengandung pula
janji akan adanya ketersediaan sebagai bagian profesi pelayanannya. Barangsiapa memaklumkan
kepada dunia ‘saya seorang pendeta yang ditahbiskan’ dengan tindakannya itu ia telah membuat
perjanjian. Sang profesional ‘mengaku’, ‘menyatakan’ (professes); ia membuat komitmen –
komitmen.
Etika pelayanan kependetaan tidak bisa mulai dengan peraturan –peraturan yang
berupa kode – kode perilaku. Etika pelayanan kependetaan harus mulai dengan pertanyaan –
pertanyaan tentang apakah gerangan profesinya itu, atau tujuannya, dan karena itu intensi dan
kompetensi pribadi apakah yang memadai dengan itu. Dan perhatian etis pertama bagi pelayanan
kependetaan adalah etika kepemimpinan. Tujuan pelayanan kependetaan berasal dari tujuan
gereja. Gereja terpanggil untuk melayani tujuan itu, yakni misi Tuhan di dunia, diarahkan dan diuji
oleh kekuasaan dan kerajaan Allah. Pendeta bekerja untuk membantu menambah iman komunitas
Kristen, serta kemauan dan kemampuannya mengasihi Allah dan sesama. Dengan menyadari hal
ini, pendeta yang memiliki rasa tanggung jawab mengakui kewajibannya pertama – tama guna
berupaya menjadi pribadi yang punya integritas religius, iman dan hikmah spiritual. Etika
7
kepemimpinan religius melibatkan adanya upaya mempraktikkan teologi bukan sebagai ilmu
teknis, melainkan sebagai refleksi atas tradisi Kristen dalam dialog dengan kehidupan manusia
masa kini sehingga gereja dapat memenuhi tugasnya dengan lebih baik. Pelayanan kependetaan
karenanya mencakup doa dan studi, waktu yang secara bersengaja khusus tertuju kepada Allah,
yang Roh-Nya menghadirkan kebenaran firman Tuhan bagi kita. Ini merupakan titik tolak bagi
pelayanan kependetaan.
Perhatian kedua yaitu etika khotbah dan ajaran. Janji profesional tersirat dan tersurat
seorang pendeta ialah “…Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya” (2 Tim.
4:2). Khotbah merupakan penjelasan rinci dari kebenaran kristiani bagi kepentingan jemaat kini
dan di sini serta orang – orang lain yang mungkin mendengar lewat siaran udara atau
membacanya dalam bentuk cetakan. Firman Allah yang diberitakan (khotbah) terdapat kuasa yang
kreatif dan membangun. Pendeta juga harus menekankan tujuan pengajaran dalam khotbah.
Pendeta juga harus mempertimbangkan khotbah dengan kehidupannya selaku sang pengkhotbah.
Pendeta perlu mengetahui etika dan tanggung jawab profesional akan hal – hal berikut: masalah
kesetiaan pada tujuan sejati khotbah; soal pertanggung jawaban terhadap Alkitab; isu integritas
dalam memakai sumber – sumber acuan serta menghindarkan penjiplakkan; masalah respek
terhadap partisipan lain di dalam peristiwa khotbah – yakni jemaat; dan etika menganjurkan
beberapa afirmasi dan kewaspadaan dalam rangka khotbah tentang soal – soal kemasyarakatan.
Integritas dalam khotbah melibatkan dua tanggung jawab : pertama, kita membagikan
kata – kata Alkitab atau membuka Alkitab dan kita terpanggil mengatakan kebenaran. Dan
pendekatan terhadap tanggung jawab khotbah mengemban 3 (tiga) rangkap korelasi antara
firman Kristus yang dinyatakan, firman yang tertulis di Alkitab, serta firman yang diberitakan di
dalam bahasa kita sendiri masa kini.
8
Sebagaimana halnya dengan bidang etika kependetaan lainnya. Tanggung jawab
penggembalaan seorang pendeta menimbulkan banyak sekali persoalan etis pelayanan pastoral
dengan melihatnya dari sudut pelayanan kependetaan, pada apa yang hendak dicapai oleh
pendeta. Di dalam batas – batas keyakinan teologis, tradisi gereja, kewajiban kepemimpinan
jemaat, terbatasnya kompetensi, kekangan waktu, serta peluang – peluang menjadi seorang
“konselor moral”, sang pendeta adalah seorang gembala. Seperti halnya Yesus, pendeta kerap
merasa bahwa jemaatnya ‘lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala’ (Mat. 9:36).
Bebannya bukanlah semata dalam hal jumlah perhatian yang dibutuhkan. Tetapi juga muncul
dalam dilema – dilema yang disodorkan oleh penggembalaan.
Selanjutnya etika kependetaan merupakan patokan yang tinggi bagi tingkah laku
manusia yang meliputi ketegangan sopan santun terhadap orang lain. Untuk memahami tentang
hubungan terhadap orang lain maka perlu diketahui tentang hal – hal berikut :
1. Dalam hubungan dengan gembala atau pendeta yang mendahului kita; kita harus
menghormati gembala atau pendeta tersebut dengan tulus hati.
2. Dalam hubungan dengan gembala pengganti. Jika waktunya tiba saudara akan diganti oleh
gembala atau pendeta lain, maka giliran saudara untuk menghormati dia sebagai pengganti
saudara dan menyatakan sikap persahabatan dan kasih.
3. Hubungan antara gembala atau pendeta dengan evangelis juga memerlukan peraturan etika
yang tertentu. Apabila seorang evangelis datang untuk mengadakan kebaktian kebangunan
rohani dalam gereja saudara, berilah kebebasan kepadanya untuk memimpin dan
berkhotbah. Dan bekerjasamalah dengan baik.
9
4. Dalam hubungan gembala atau pendeta dengan pendeta – pendeta yang berkunjung ke
tempatnya yang mungkin juga hadir dalam kebaktian. Tentu harus disambut dengan
kesopanan yang lazim dan mengajak duduk di podium dan memimpin doa.
5. Dalam hubungan gembala atau pendeta dengan rekan – rekan gembala atau pendeta
lainnya se-kota atau dalam lingkungan yang sama, jangan berusaha untuk mendapatkan
anggota dari jemaat rekan – rekan gembala atau pendeta tersebut dan seterusnya.
Tanggung jawab dari seorang gembala atau pendeta untuk melayani dengan tujuan –
tujuan tertentu haruslah dikaitkan terhadap hubungannya dengan Allah Bapa. Pendeta itu seorang
hamba dalam hubungannya dengan Allah (Mat.24:45). Memang dia harus melayani jemaatnya
tetapi tanggung jawabnya yang terutama ialah melayani Bapanya yang di sorga. Tanggung
jawabnya yang pertama ialah kepada Allah.
Sehubungan dengan Tuhan Yesus sebagai Gembala yang Agung, maka kedudukan kita
adalah sebagai gembala bawahanNya (1 Pet. 5:2-4; Kis. 20:28). Kita adalah gembala – gembala
yang melayani di bawah pimpinan Dia yang menjadi pemilik domba – domba itu.
Hubungan kita dengan jemaat yang telah ditentukan Allah kepada kita adalah sebagai
gembala yang menjaga jiwa mereka (Ibrani 13:17), penguasa dan seorang pemimpin. Begitupun
hubungan kita (gembala atau pendeta) dengan majelis gerejanya seperti hubungan seorang
saudara yang tua dengan adik – adik rohaninya. Harus ada persahabatan, kasih, kepercayaan dan
menjadi pemimpin yang sungguh – sungguh bagi mereka.
C. Refleksi Teologis
10
Refleksi teologis adalah merupakan suatu jawaban iman atas karya Allah yang bertindak
menyelamatkan manusia. Upaya berefleksi secara teologis harus dinyatakan lewat kata dan
perbuatan. Dalam arti bahwa iman percaya merupakan ungkapan kata – kata tentang Allah yang
berkarya dan menghendaki manusia juga berkarya, maka iman harus ditindaklanjuti melalui
tindakan nyata. Tindakan nyata dalam perbuatan – perbuatan ini yang akan mendatangkan
pembaharuan untuk meninggalkan kehidupan lama dan menjadikan hidup baru sebagaimana kita
telah menjadi baru dalam Kristus, mendapat kepenuhan hidup melalui kerja – selamat. Prof.
DR.W.A.Roeroe mengatakan bahwa ‘Kerjakanlah Selamatmu’ sebagai suatu refleksi iman yang
penuh percaya kepada Kristus bahwa semua yang dikerjakan kita dengan sungggh – sungguh
dengan menaruh pengharapan teguh pada kasih dari Kristus Yesus pada saatnya akan menuai dan
beroleh berkat sesuai dengan apa yang dikerjakan manusia.
Dengan pengantar ini, penulis akan menggambarkan pelayanan dalam berbagai
perspektif teologi sebagai usaha berteologi guna memberi jawaban atas permasalahan yang ada
dalam rangka membangun kerangka pola pikir, sikap dan tindakan yang disebut dengan tata nilai
dari pendeta dan pelayanan kependetaan yang ada di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB).
Dapat dikatakan bahwa semua orang Kristen dipanggil ke dalam pelayanan Kristen.
Dalam Luk.24:48; Mat.28:19,20; Mark.16:15 Yesus memerintahkan kepada para rasul -Nya supaya
mereka mengajar semua murid mereka untuk melaksanakan segala perkara yang telah
diperintahkan-Nya kepada mereka, dan perintah-Nya kepada mereka yakni agar mereka pergi
bersaksi, mengajar dan memberitakan injil. Maka itu berarti bahwa semua orang Kristen
diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus melalui para rasul-Nya untuk pergi bersaksi, mengajar dan
memberitakan injil. Setiap anggota gereja diberi-Nya karunia, kemampuan untuk melayani, karena
Kristus berkehendak memakai gereja-Nya. Anugerah melayani sebenarnya telah mulai dengan
11
panggilan jemaat, yang tidak didasarkan pada kebaikan ataupun kesanggupan anggota –
anggotanya, tetapi semata – mata atas kemurahan Tuhan.2
Diberi-Nya karunia pelayanan supaya gereja dalam hal ini warganya mampu melakukan
pelayanan di dalam hidup dan pekerjaan sehari – hari, baik secara individu maupun secara kolektif
(persekutuan). Pelayanan ditugaskan kepada semua orang namun ada petugas khusus atau
pelayan khusus. Fungsi pelayan khusus adalah sebagai tugas memperlengkapi warga gereja
(anggota gereja) dalam rangka tugas panggilan yang dipercayakan Kristus kepada seluruh jemaat
sebagai tubuh Kristus (band. Ef.4:11 – 16).
Di dalam Perjanjian Baru disebutkan beberapa pelayan atau pelaku pelayanan seperti:
Rasul, Nabi, Guru, Penatua (penilik) dan Diaken (syamas). Kemudian dalam beberapa bagian lain
dari Perjanjian Baru juga disebutkan mengenai jabatan pelayanan seperti: pekabar injil, gembala
dan lain – lain. Dalam perkembangan sejarah gereja kemudian pada permulaan abad kedua
muncul jabatan pelayanan baru seperti Bishop (uskup, episkospos) dan lebih kemudian lagi
jabatan pendeta.
Perlu diingat bahwa segala pelayanan dan pelayan gereja, yang melayani, pada
hakekatnya yang melakukan pelayanan adalah Yesus Kristus. Ia adalah pelayan yang satu –
satunya, Pelayan Yang Agung (Diakonos). Pelayanan Kristus adalah pelayanan yang ti dak memakai
kebesaran dan kemuliaan-Nya untuk dirinya sendiri, tapi merendahkan diri dan taat sampai mati
di kayu salib. Melalui kematian-Nya, Ia telah masuk sampai ke dasar keberadaan (eksistensi)
manusia dengan segala dosa dan penderitaan-Nya.3
2 Sebagaimana Abraham dipanggil untuk menjadi berkat bagi seluruh umat manusia tidak
didasarkan pada kebaikan dan kesanggupannya tapi terletak pada kehendak dan kemauan Allah. 3 J.L.Ch. Abineno, Sekitar Theologia Praktika 1, Djakarta: BPK Gunung Mulia, 1968. hlm.35.
12
Dengan berlandaskan panggilan dan pelayanan Kristus bagi gereja Tuhan maka dapat
dikatakan bahwa pendeta dan pelayanan kependetaan di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB)
harus menyadari akan hakekat panggilan dan pelayanan serta tanggung jawabnya yaitu
melakukan pelayanan yang menyangkut segala aspek kebutuhan manusia. Sehingga pelayan
khusus pendeta dapat terhindar dari pelanggaran – pelanggaran Tata Gereja, pelanggaran moral,
pelanggaran kewenangan dan jabatan yang menjadikannya gagal sebagai pemimpin yang
memberikan teladan hidup bagi anggota jemaat seturut kehendak Tuhan. Gereja harus menjadi
pelopor karena hakekatnya adalah sebagai garam dan terang dunia (band. Mat.5:13-16).
Begitupun dengan pelayan khusus pendeta yang berfungsi sebagai garam dan terang dunia sebab
gereja bukan dari dunia tapi diutus ke dalam dunia untuk melayani.
Pendeta – pendeta GKLB harus membuka diri dengan tulus untuk tidak hanya
mengikrarkan janji sebagai pengikut Kristus, hamba Tuhan, namun membiarkan keinginan daging
menguasai semua kehidupan yang pada akhirnya nilai kekudusan yang telah diberikan kepada
manusia karena kasih Allah akan menjadi hilang. Kematian Kristus dan kebangkitan-Nya telah
mematikan segi – segi kehidupan duniawi sebagai kehidupan dosa dan kini manusia merupakan
ciptaan baru dalam Kristus. Dalam mengimani dan merespons makna ciptaan baru tersebut, maka
pendeta – pendeta GKLB harus membuka diri untuk membiarkan, mengandalkan Roh Kudus untuk
tinggal diam di dalam hati dan pikiran sebagi arah penuntun hidup. Hidup menurut keinginan Roh
adalah merupakan gambaran dari hidup dalam Kristus untuk mau menjadi pelayan “doulos” guna
menciptakan hadirnya kerajaan Allah di dalam dunia, dengan cara mendirikan tanda – tanda
kerajaan Allah yang diejahwantahkan dalam penegakan perdamaian, kebenaran dan keadilan.
Tanda kerajaan Allah yang eskhatologis itu harus dinampakkan di tengah kehidupan masa kini,
sebab telah dihadirkan oleh Yesus Kristus. Dalam kerangka itulah maka gereja, dimulai dari
13
pelayan – pelayan khususnya (pendeta), kini dan di sini dan yang akan datang, harus melayani
Tuhan dan sesamanya, demi terwujudnya syalom Allah di tengah masyarakat dan dunia ini.
1
PENUTUP
Kesimpulan
Menjadi kesimpulan dari tulisan ini dapatlah penulis sebutkan sebagai berikut: setelah
mengamati, meneliti dan menilai keadaan dan keberadaan pendeta dan pelayanan kependetaan
di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB), lalu memperhatikan pemahaman dari pengertian umum
dan dasar – dasar teologis alkitabiahnya mengenai profesi pendeta dan kepelayanannya,
kemudian mengadakan penilaian etis teologis dari etika kependetaan sebagai bentuk tanggung
jawab etis profesi pendeta terhadap pelayanan kependetaannya, maka ditariklah kesimpulan
sebagai berikut:
1. Setiap orang Kristen dan gerejanya dari masa ke masa, dari latar belakang sosial, budaya dan
ekonomi dipanggil dalam pelayanan kepada Allah. Begitupun di Gereja Kristen Luwuk Banggai
(GKLB), yang perkembangan kekristenannya tidak terlepas dari pengaruh masuknya
pemerintahan Hindia Belanda (dengan NZG – Nederlands Zending Genootschap), sejak tahun
1966 telah mengajarkan, membina dan memiliki sejumlah orang – orang Kristen yang
dipanggil Allah dan merespons panggilan tersebut untuk menjadi pelayan Tuhan atau
pendeta.
2. Setiap pribadi yang terpanggil menjadi hamba Tuhan khususnya pendeta memiliki pandangan
dan pemahaman sendiri akan panggilan dan tugasnya. Bagi para pendeta GKLB memahami
pendeta sebagai seorang pelayan khusus yang dipanggil oleh Allah melalui gerejaNya untuk
memberitakan firman Allah, menyerahkan diri dan memilih pekerjaan pendeta sebagai
pengabdian dalam hidupnya. Dan sebagai pelayan khusus, pendeta GKLB memiliki tugas
tanggung pelayanan sebagaimana yang tertuang dalam Tata Gereja GKLB 2005 yang harus
2
dijalani dengan penuh tanggung jawab kepelayanan. Namun dalam perkembangan pelayanan
kependetaan di GKLB periode tahun 2004 hingga tahun 2007 nyata mengalami perubahan
pemahaman akan pendeta dan memberi pengaruh tidak baik bagi pelayanan kependetaan di
GKLB.
3. Perubahan pemahaman akan pendeta yang terjadi di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB)
terindikasi dalam tugas pelayanan kependetaan yang memperlihatkan adanya pelanggaran –
pelanggaran terhadap Tata Gereja dalam tugas tanggung jawab pelayanan pendeta :
pelanggaran moral, penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Pelanggaran tersebut telah
melanggar janji dan kode etik selaku pekerja tetap GKLB atau pendeta sebagai profesi dan
pelayanan kependetaan.
4. Usaha – usaha dan proses pembentukan dan pembinaan warga gereja yang berkehendak
menjadi pelayan khusus pendeta oleh Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) dalam hal ini
Majelis Pekerja Harian Sinode (MPHS) GKLB berrdasarkan amanat tugas panggilan gereja
(bersekutu, bersaksi dan melayani) yang dilakukan ternyata belum mencapai hasil yang
maksimal. Hal ini karena usaha – usaha GKLB umumnya tidak berlangsung terus – menerus ke
semua jemaat – jemaat, vikaris pendeta dan pendeta – pendeta muda sehingga belum
membentuk pelayan – pelayan Tuhan yang benar – benar menjawab dan merespons
panggilan Tuhan Allah dengan kesungguhan imannya.
5. Sejarah masuknya injil dan perkembangannya di Luwuk Banggai diwarnai tujuan politis, yaitu
di bawah kekuasaan Hindia Belanda dan pengkristenan wilayah – wilayah Luwuk Banggai,
sehingga membawa pengaruh dalam pengajaran kekristenan dan pengangkatan pelayan
Tuhan (pendeta) dan guru agama serta pelayanannya. Ini juga memberi pengaruh terhadap
pemahaman orang Kristen pada umumnya dan pendeta, khususnya akan hakekat pendeta dan
3
pelayanannya, serta berimbas pada tugas pelayanan (tanggung jawab) pendeta bagi jemaat
yang terkadang membawa pada pelanggaran – pelanggaran kode etik dan Tata Gereja GKLB.
6. Untuk manjawab permasalahan pendeta dan pelayanan kependetaan di Gereja Kristen Luwuk
Banggai (GKLB) maka diperlukan adanya suatu penilaian etis terhadap permasalahan tersebut
dengan pendekatan etika kependetaan. Etika berperan selaku disiplin untuk menyokong
profesi kependetaan kita. Perhatian etis pelayanan kependetaan berorientasi pada etika
kepemimpinan, etika khotbah dan tanggung jawab penggembalaan atau pelayanan pastoral.
7. Etika kependetaan merupakan patokan yang tinggi bagi tingkah laku manusia yang meliputi
ketegangan sopan santun terhadap orang lain. Tanggung jawab seorang gembala atau
pendeta untuk melayani haruslah dikaitkan terhadap hubungannya dengan Allah Bapa.
Pendeta itu seorang hamba dalam hubungannya dengan Allah (Mat.24:45). Dalam hubungan
dengan Tuhan Yesus sebagai Gembala Yang Agung, kedudukan pendeta sebagai gembala
bawahannya (1 Pet.5:2-4; Kis.20:28). Sedangkam hubungan kita dengan jemaat adalah sebagai
gembala yang menjaga jiwa mereka (Ibrani 13:17), penguasa dan seorang pemimpin.
Begitupun hubungan dengan majelis jemaat serta teman sekerja, perlu ada persahabatan,
kasih, kepercayaan dan pemimpin yang sungguh – sungguh bagi mereka.
8. Setiap orang Kristen dipanggil kedalam pelayanan kekristenan oleh Tuhan Yesus Kristus untuk
pergi bersaksi, mengajar dan memberitakan injil. Namun perlu diingat bahwa segala
pelayanan dan pelayan gereja, yang melayani, pada hakekatnya yang melakukan pelayanan
adalah Yesus Kristus. Pelayanan Kristus adalah pelayanan yang tidak memakai kebesaran dan
kemuliaan-Nya untuk dirinya sendiri tapi merendahkan diri dan taat sampai mati di kayu salib.
9. Berlandaskan panggilan dan pelayanan Kristus bagi gereja Tuhan maka pendeta dan
pelayanan kependetaan di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) perlu menyadari akan
hakekat panggilan dan pelayanan serta tanggung jawabnya dalam melakukan pelayanan yang
4
menyangkut segala aspek kebutuhan manusia. Sehingga dapat terhindar dari pelanggaran –
pelanggaran Tata Gereja, pelanggaran moral dan penyalahgunaan kewenangan dan jabatan
yang menggagalkan diri sebagai pemimpin yang dikehendaki Tuhan.
10. Pendeta – pendeta di Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB) harus membuka diri dalam
mengimani dan merespons panggilan Tuhan dalam melayani dan mengandalkan Roh Kudus
sebagai penuntun hidup. Hidup menurut keinginan Roh adalah merupakan gambaran dari
hidup dalam Kristus untuk menjadi “doulos” guna menciptakan syalom Allah d tengah
masyarakat dan dunia.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J.L.Ch., Penatua, Jabatan Dan Pekerjaannya, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003.
______________., Sekitar Theologia Praktika 1, Djakarta : BPK Gunung Mulia,
1968.
Baker, David.L., Mari Mengenal Perjanjian Lama : Satu Pengantar Ringkas,
Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1992. Barth, C., Theologi Perjanjian Baru 2, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1982.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Cerita – Cerita Rakyat Daerah Sulawesi
Tengah, Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Palu, 1979.
_______________., Monografi Daerah SulawesiTengah, Palu, 1999.
Dinas Pariwisata Kabupaten Banggai, Petunjuk Pariwisata Kabupaten Banggai,
Luwuk, 2005. Enklaar. I. H., Baptisan Massal Dan Pemisahan Sakramen – Sakramen, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1978.
Jongeling. M. C., Sejarah Pekabaran Injil Di Luwuk Banggai , Oegstgeest – Nederland.
Kruyt. J., Kabar Keselamatan Di Poso, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977.
Koehn, Daryl., Landasan Etika Profesi, Yogyakarta: Kanisius, 2000. Keraf, Sonny., Etika Bisnis: Tuntutan Dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius,
1998.
Koentjaraninggrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1997.
Mamonto, Marthinus., Melayani Di Tengah Masyarakat Urban, Exodus Juni, Tomohon: Fakultas Teologi, UKIT, 2006.
Moleong L.J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandaung : Remaja Karya, 1989.
Munthe, A., Tema – Tema Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Noyce, Gaylord., Tanggung Jawab Etis Pelayan Jemaat, Etika Pastoral , Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Padeatu, H. S., Sepintas Kilas Sejarah Banggai, Jakarta: Rajawali Press, 2005.
93
PGI Wilayah Sulawesi Utara Dan Sulawesi Selatan Tenggara, Berjalan Bersama, Manado, 1989.
Lintong, D. M., Tugas Pelayan Pendeta, Tomohon: Lembaga Telaah Agama Dan
Kebudayaan (LETAK), 2005. Riggs, Ralph. M., Gembala Sidang Yang Berhasil, Malang: Penerbit Gandum Mas,
2003.
Roeroe, W.A, Waspadalah dan Kerjakan Selamatmu, Jilid II, Kumpulan Pokok-Pokok Pikiran, Tomohon, 2003.
Sanders, Oswald. J., Kepemimpinan Rohani, Bandung: Penerbit Kalam Hidup, 1979.
Simorangkir, O. P., Etika Jabatan, Jakarta: Aksara Persada Indonesia, 1988. Snoek (Disadur: N. Titus), Hikayat Kudus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973.
Usman Husaini dan Akbar P.S, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : Bumi Aksara,
1996 Walz, Edgar., Bagaimana Mengelola Gereja Anda, Pedoman Bagi Pendeta Dan
Pengurus Awam, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Wongso, Peter., Theologia Penggembalaan, Malang: Literatur SAAT, 2007.
DOKUMEN-DOKUMEN :
Katalog Badan Pusat Statistik, Katalog Kabupaten Banggai, 2006.
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, 1999.
MPH Sinode GKLB, Tata Gereja, Luwuk, 2005.
________________, Peraturan KhususTata Gereja, 2005. MPG SULUTTENG, SULUTTENG Menyongsong Sidang Raya IX DGI 19 – 31
Juli 1980. REFERENCE :
Seligman, Edwin. R. A., et.al., Encyclopaedia Of The Social Sciencies, United State
of America: The Macmillan Company, Volume Eleven, 1957. Kamus :
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi II Cetakan IV, 1997.
Williams, Monier – Sir Monier, A Sanskrit English Dictionary, Delhi: Montilal
Banarsidass Publishers, 1997
Lampiran
TATA GEREJA GEREJA KRISTEN DI LUWUK BANGGAI (GKLB)
TATA DASAR
BAB I NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
N A M A Persekutuan Jemaat Kristen di Kabupaten Banggai diberi nama Gereja Kristen di Luwuk Banggai, disingkat GKLB.
Pasal 2
KEDUDUKAN Pusat Sinode Gereja Kristen di Luwuk Banggai berkedudukan di Luwuk, ibu kota Kabupaten Banggai.
BAB II STATUS, BENTUK DAN STRUKTUR
Pasal 3
S T A T U S 1. Gereja Kristen di Luwuk Banggai adalah bagian dari Gereja Protestan di Indonesia, berada dalam satu
Badan Hukum GPI dengan nomor 28, Tahun 1974; dan Staatblaad nomor 19, Tanggal 15 Mei 1927. 2. Gereja Kristen di Luwuk Banggai dalam melaksanakan panggilan dan fungsinya adalah Gereja Bagian
Mandiri dari Gereja Protestan di Indonesia dan bagian yang integral dari Gereja Yang Esa.
Pasal 4 B E N T U K
Gereja Kristen di Luwuk Banggai dalam menata organisasi pelayanan menganut bentuk Presbiterial-Sinodal dengan menekankan hubungan langsung Jemaat dan Sinode yang menempatkan Wilayah sebagai lembaga non struktural
Pasal 5 STRUKTUR
Jenjang organisasi GKLB terdiri dari Jemaat dan Sinode.
BAB III PANGGILAN DAN PENGAKUAN
Pasal 6 PANGGILAN GEREJA
1. Gereja Kristen di Luwuk Banggai bersumber dari amanat dan keteladanan Yesus Kristus Kepala Gereja berdasarkan Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru)
2. Gereja Kristen di Luwuk Banggai terpanggil untuk melaksanakan Persekutuan, Kesaksian, dan Pelayanan. 3. Untuk memenuhi amanat tugas panggilan gereja pada ayat 2 di atas, Gereja Kristen di Luwuk Banggai
terpanggil untuk mengelola Anugerah dan Karunia Tuhan dalam segala bentuk sumber daya manusia dan alam.
Pasal 7
PENGAKUAN GEREJA 1. Gereja Kristen di Luwuk Banggai mengaku Allah itu Esa, yang menyatakan diriNya dalam nama Allah Bapa,
Allah Anak, dan Roh Kudus. 2. Gereja Kristen di Luwuk Banggai sesuai panggilannya mengakui Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja. 3. Gereja Kristen di Luwuk Banggai mengakui Pengakuan Iman Gereja pada segala abad dan tempat yang
terangkum dalam pengakuan Iman Rasuli, Nicea Konstantinopel dan Athanasius. 4. Gereja Kristen di Luwuk Banggai menerima Pemahaman Bersama Iman Kristen di Indonesia (PBIK – PGI). 5. Gereja Kristen di Luwuk Banggai mengakui 2 (dua) Sakramen yaitu, Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.
BAB IV
DASAR BERGEREJA DAN KEHIDUPAN BERNEGARA DI INDONESIA
Pasal 8
DASAR BERGEREJA Gereja Kristen di Luwuk Banggai dalam Panggilannya, mengaku bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya dasar Gereja sesuai kesaksian Alkitab
Pasal 9
DASAR BERNEGARA Gereja Kristen di Luwuk Banggai dalam kehidupan bernegara menerima Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB V KEANGGOTAAN
Pasal 10 STATUS KEANGGOTAAN
1. Keanggotaan Gereja Kristen di Luwuk Banggai terdiri dari: a. Anggota Sudah Baptis. b. Anggota Belum Baptis. c. Anggota Sudah Sidi. d. Anggota Belum Sidi.
2. Keanggotaan Gereja Kristen di Luwuk Banggai di nyatakan berakhir apabila : a. Meninggal Dunia. b. Mendapat Surat Atestasi untuk menjadi anggota gereja yang sealiran dengan Gereja Kristen di Luwuk
Banggai . c. Menyatakan pindah tempat domisili di luar Gereja Kristen di Luwuk Banggai d. Pindah ke Agama atau aliran lain
Pasal 11
HAK DAN KEWAJIBAN 1. Tiap anggota Jemaat Gereja Kristen di Luwuk Banggai berhak mendapatkan pelayanan. 2. Tiap anggota Jemaat Gereja Kristen di Luwuk Banggai berkewajiban memelihara, mengembangkan
pelayanan gereja dan mematuhi Tata Gereja 3. Tiap anggota Jemaat Gereja Kristen di Luwuk Banggai sesuai fungsinya memegang jabatan sebagai Imamat
Am orang percaya, dalam hal bersekutu, bersaksi dan melayani
BAB VI JABATAN DAN PEKERJA GEREJA
Pasal 12 JABATAN FUNGSIONAL
Gereja Kristen di Luwuk Banggai menerima dan mengakui adanya Jabatan Fungsional Gereja, Pendeta, Penatua, Syamas, Penginjil dan Guru Agama.
Pasal 13
JABATAN STURUKTURAL Gereja Kristen di Luwuk Banggai menerima dan mengakui adanya Jabatan Struktural Gereja: 1. Majelis Pekerja Harian Jemaat, yang disingkat dengan MPHJ. 2. Majelis Pekerja Harian Sinode, yang disingkat dengan MPHS.
Pasal 14 PEKERJA GEREJA
1. Pekerja Gereja Kristen di Luwuk Banggai ialah mereka yang oleh kebutuhan suatu tugas Gereja, di tingkat Sinode di angkat dan di tetapkan oleh Majelis Pekerja Harian Sinode atau di tingkat Jemaat oleh Majelis Pekerja Harian Jemaat.
2. Pekerja Gereja Kristen di Luwuk Banggai terdiri dari Pekerja Tetap dan Pekerja Tidak Tetap.
BAB VII WADAH PENATALAYANAN ORGANISASI
Pasal 15
WADAH PENATALAYANAN ORGANISASI JEMAAT 1. Rapat Majelis Jemaat. 2. Rapat Majelis Pekerja Harian Jemaat. 3. Rapat Koordinasi
Pasal 16
WADAH PENATALAYANAN ORGANISASI SINODE 1. Sidang Sinode. 2. Sidang Sinode Khusus. 3. Rapat Majelis Pekerja Sinode (MPS) 4. Rapat Majelis Pekerja Harian Sinode. 5. Rapat Koordinasi Tingkat Sinode.
Pasal 17
MUSYAWARAH PELAYANAN 1. Musyawara pelayanan Jemaat-Jemaat dalam Wilayah 2. Musyawara pelayanan Kompelsus di wilayah
Pasal 18
PIMPINAN GEREJA 1. Pimpinan Gereja di Tingkat Jemaat adalah Majelis Pekerja Harian Jemaat. 2. Pimpinan Gereja di Tingkat Sinode adalah Majelis Pekerja Harian Sinode.
BAB VIII WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB PIMPINAN GEREJA
Pasal 19
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB 1. Majelis Pekerja Harian Jemaat berwewenang dan bertanggungjawab kedalam dan keluar oleh dan atas
nama Jemaat 2. Majelis Pekerja Harian Sinode berwewenang dan bertanggungjawab kedalam dan keluar oleh dan atas nama
Gereja Kristen di Luwuk Banggai.
BAB IX PENGEMBALAAN, PENILIKAN DAN DISIPLIN
Pasal 20
PENGGEMBALAAN 1. Pengembalaan bertujuan untuk memelihara pengakuan dan kemurnian ajaran gereja 2. Bentuk-bentuk pelaksanaan pengembalaan di atur dalam Tata Laksana dan Peraturan Khusus Gereja
Kristen di Luwuk Banggai.
Pasal 21 PENILIKAN DAN DISIPLIN
1. Penilikan dan Disiplin dilaksanakan agar anggota jemaat dan pelayan Gereja Kristen di Luwuk Banggai setia pada pengakuan dan panggilan gereja.
2. Penilikan dan Disiplin dilaksanakan: a. Di tingkat Jemaat oleh Majelis Pekerja Harian Jemaat. b. Di tingkat Sinode oleh Majelis Pekerja Harian Sinode.
BAB X PERBENDAHARAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 22 PERBENDAHARAAN
1. Perbendaharaan Gereja Kristen di Luwuk Banggai, adalah semua Harta Benda Milik Gereja Kristen di Luwuk Banggai yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
2. Perbendaharaan Gereja Kristen di Luwuk Banggai yang ada di Jemaat dan Sinode adalah milik Gereja Kristen di Luwuk Banggai.
3. Sumber pendapatan Gereja Kristen di Luwuk Banggai : a. Semua jenis persembahan dalam setiap kegiatan Ibadah. b. Sampul Syukur. c. Sumbangan atau bantuan dari Mitra Gereja, Pemerintah maupun perorangan yang tidak mengikat. d. Usaha-usaha Gereja yang tidak bertentangan dengan peraturan Gereja maupun Peraturan Pemerintah.
4. Pengeluaran diarahkan sepenuhnya untuk kepentingan pelayanan Gereja Kristen di Luwuk Banggai
Pasal 23 PENGAWASAN
1. Majelis Pekerja Harian Sinode Gereja Kristen di Luwuk Banggai adalah penanggung jawab umum pengelolaan, pengaturan dan pengawasan Harta Milik Gereja Kristen di Luwuk Banggai.
2. Untuk penertiban dan pengendalian terhadap semua perbendaharaan Gereja Kristen di Luwuk Banggai dibentuk Badan Pengawas Perbendaharaan (BPP) yang dipilih dan ditetapkan oleh Rapat MPS I, atas usul Majelis Pekerja Harian Sinode
BAB XI
KELENGKAPAN GEREJA Pasal 24
PEMBENTUKAN KELENGKAPAN GEREJA 1. Pembentukan kelengkapan Gereja berdasarkan ketentuan dan disesuaikan dengan kebutuhan Gereja. 2. Pembentukan kelengkapan Gereja dilaksanakan di tingkat Jemaat dan Sinode. 3. Kelengkapan Gereja yang di maksudkan di atas, adalah :
a. Badan – badan, yaitu : 1) Badan Pertimbangan (BP) 2) Badan Pengawas Perbendaharaan (BPP)
b. Komisi Pelayanan Khusus (Kompelsus). c. Yayasan. d. Komisi. e. Kelompok Kerja. f. Panitia.
BAB XII
P E M I L I H A N
Pasal 25 P E M I L I H A N
1. Pemilihan adalah upaya Gereja Kristen di Luwuk Banggai melalui anggota-anggotanya dalam memenuhi kehendak dan panggilan Yesus Kristus
2. Orang-orang yang terpilih berkewajiban melaksanakan tugas tertentu dalam pelayanan Gereja.
Pasal 26 PELAKSANAAN PEMILIHAN
1. Pemilihan dilaksanakan secara langsung dan atau tidak langsung. 2. Pemilihan dimaksud pada ayat 1 (satu) di atas dilaksanakan untuk memilih :
a. Penatua dan Syamas. b. Majelis Pekerja Harian Jemaat. c. Pengurus Komisi Pelayanan Khusus . d. Perutusan Jemaat e. Majelis Pekerja Harian Sinode Gereja Kristen di Luwuk Banggai. f. Pemilihan Badan Pertimbangan (BP) dan Badan Pengawas Perbendaharaan (BPP).
BAB XIII HUBUNGAN KERJASAMA
Pasal 27 HUBUNGAN KERJA SAMA ANTAR GEREJA
1. Gereja Kristen di Luwuk Banggai, dapat mengadakan Hubungan Kerjasama antar Gereja baik di dalam maupun di luar negeri sepanjang tidak bertentangan dengan Tata Gereja.
2. Hubungan Kerjasama yang dimaksudkan pada ayat 1 (satu) di atas apabila dilaksanakan oleh Kompelsus, Komisi, Yayasan, Badan, Kelompok Kerja dan Panitia harus mendapat persetujuan Majelis Pekerja Harian Sinode Gereja Kristen di Luwuk Banggai
Pasal 28
HUBUNGAN KERJA SAMA DENGAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
Gereja Kristen di Luwuk Banggai, berkewajiban membina dan memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan Pemerintah dan Masyarakat
BAB XIV
ATRIBUT GEREJA Pasal 29
ATRIBUT GEREJA 1. Gereja Kristen di Luwuk Banggai, mempunyai dan menggunakan Atribut yang menandakan kehadiran Tuhan
yang menyertai pelayanan gerejaNya, sekaligus sebagai tanda kebersamaan Tuhan melalui Persekutuan, Kesaksian dan Pelayanan.
2. Jenis Atribut Gereja Kristen di Luwuk Banggai, berupa : a. Logo b. Perlengkapan Ibadah. c. Pakaian Jabatan Pelayan d. Stempel. e. Papan Nama
BAB XV
PERUBAHAN TATA DASAR Pasal 30
Perubahan Tata Dasar ini hanya dapat dilaksanakan: 1. Setiap 5 tahun melalui Sidang Sinode jika disetujui oleh 2/3 peserta sidang 2. Sewaktu-waktu jika diusulkan oleh lebih dari setengan jumlah Jemaat Gereja Kristen di Luwuk Banggai dan
diputuskan dalam Sidang Sinode
BAB XVI PERATURAN PELAKSANAAN
Pasal 31
PERATURAN PELAKSANAAN 1. Peraturan Pelaksanaan adalah peraturan yang menguraikan pelaksanaan Tata Dasar 2. Tata Dasar ini dijabarkan dalam Tata Laksana dan Peraturan Khusus
TATA LAKSANA I
TENTANG JEMAAT Pasal 1
PENGERTIAN
1. Jemaat adalah persekutuan orang percaya yang mengaku Yesus Kristus adalah Kepala Gereja. Mereka berada disuatu tempat dalam wilayah pelayanan GKLB.
2. Jemaat dalam pelaksanaan tugas panggilannya berpedoman pada Tata Gereja, Keputusan Sidang dan Rapat-Rapat di tingkat Jemaat dan Sinode.
3. Jemaat dipimpin oleh Majelis Pekerja Harian Jemaat.
Pasal 2
PEMBENTUKAN SATU JEMAAT Pembentukan satu Jemaat dilaksanakan secara berjenjang menurut keberadaan persekutuan orang percaya
disuatu tempat. Urutan penjenjangan pembentukan Jemaat dimulai dari Pos Pekabaran Injil/Jemaat Binaan, Jemaat Persiapan dan Jemaat.
Pasal 3
POS PEKABARAN INJIL
1. Pos Pekabaran Injil (PI) adalah suatu wilayah pelayanan GKLB kepada orang-orang yang baru menerima Injil yang membutuhkan pembinaan rohani
2. Pelaksanaan pembinaan masyarakat di Pos Pekabaran Injil dikoordinir oleh Komisi Pekabaran Injil GKLB. 3. Pada Pos Pekabaran Injil ditempatkan tenaga Pekabar Injil yang disebut Penginjil.
4. Penginjil membina masyarakat yang baru menerima Injil agar dapat hidup layak sebagai ciptaan Allah serta membangun persekutuan sebagai umat Allah.
5. Penginjil mengupayakan tempat pemukiman serta tempat ibadah yang tetap bagi masyarakat yang ada di
Pos Pekabaran Injil. 6. Pembukaan Pos Pekabaran Injil dilaksanakan melalui Ibadah.
Pasal 4
JEMAAT BINAAN 1. Jemaat Binaan merupakan persekutuan orang percaya disuatu tempat tertentu dalam wilayah pelayanan
GKLB yang belum memenuhi syarat-syarat satu Jemaat sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Tata Laksana ini.
2. Pelayanan pada Jemaat Binaan dilaksanakan oleh salah satu Jemaat yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan MPH Sinode. 3. Jemaat pelaksana pelayanan pada Jemaat Binaan disebut “Jemaat Pembina”.
4. Tugas Jemaat Pembina : a. Mengatur dan melaksanakan tugas panggilan gereja di Jemaat Binaan.
b. Mempersiapkan anggota Jemaat Binaan untuk dapat menata dan mengatur pelayanan secara bertanggung jawab.
c. Bersama dengan anggota Jemaat Binaan mempersiapkan lokasi dan pembangunan tempat Ibadah
yang tetap. 5. Jemaat Binaan ditetapkan dengan surat Keputusan MPH Sinode.
6. Peresmian Jemaat Binaan dilaksanakan dalam suatu ibadah oleh MPH Sinode.
Pasal 5 JEMAAT PERSIAPAN
1. Jemaat Persiapan merupakan peningkatan status dari Jemaat Binaan atau Pos PI.
2. Syarat ditetapkannya Jemaat Binaan menjadi Jemaat Persiapan sebagai berikut : a. Memiliki anggota Jemaat 10 Kepala Keluarga, dan atau telah memiliki anggota sidi sekurang-kurang 20
orang. b. Memiliki tempat ibadah yang tetap.
c. Majelis Jemaat Pembina menyampaikan permohonan kepada MPH Sinode atas peningkatan tersebut yang disertai lampiran :
1) Gambaran umum secara tertulis tentang Jemaat tersebut ke depan.
2) Daftar anggota Jemaat tetap pada Jemaat tersebut. 3) Daftar Calon Majelis Jemaat yang dipilih serta akan melayani Jemaat tersebut.
d. MPH Sinode sesuai tugas dan kewenangannya mengadakan penilitian dan penilaian serta menyatakan :
1) Bila usul diterima MPH Sinode melaksanakan penetapan Jemaat tersebut dengan surat keputusan. 2) Apabila usul ditolak karena belum memenuhi syarat, MPH Sinode memberikan penjelasan
penolakan tersebut dalam satu surat kepada Jemaat yang bersangkutan.
3) Peresmian Jemaat Persiapan dilaksanakan dalam suatu ibadah oleh MPH Sinode. 4) Sejak Jemaat Binaan ditetapkan menjadi Jemaat Persiapan seluruh tugas panggilan pelayanan
gereja merupakan tanggung jawab Majelis Jemaat bersama seluruh anggota Jemaat persiapan.
Pasal 6
J E M A A T 1. Jemaat dimaksud adalah suatu peningkatan status Jemaat Persiapan dalam rangka upaya mengatur dan
menata pelayanan secara bertanggung jawab sesuai ketentuan Tata Gereja GKLB. 2. Penetapan Jemaat Persiapan menjadi Jemaat, apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Memiliki anggota Jemaat, 10 Kepala Keluarga, dan atau telah memiliki anggota sidi sekurang-kurangnya 20 orang.
b. Memiliki tempat ibadah yang tetap.
3. Majelis Jemaat Persiapan mengajukan permohonan kepada MPH Sinode dengan melampirkan : a. Daftar anggota Jemaat tetap pada Jemaat tersebut.
b. Daftar Majelis Jemaat dan perangkat kelengkapan organisasi pelayanan yang sudah terbentuk. 4. MPH Sinode berdasarkan kewenangannya mengadakan penilitian dan penilaian sebagaimana itu diatur
dalam pasal 5 ayat 2. d. 5. Jemaat Persiapan diterima untuk menjadi Jemaat ditetapkan dengan surat Keputusan MPH Sinode.
6. Peresmian Jemaat Persiapan menjadi Jemaat dilaksanakan dalam suatu ibadah oleh MPH Sinode.
Pasal 7
PEMBENTUKAN KOLOM DI SUATU JEMAAT 1. Dalam rangka kelancaran pelayanan disuatu Jemaat diadakan pembentukan Kolom, yang ditetapkan melalui
Rapat Majelis Jemaat 2. Setiap Kolom terdiri dari minimal 10 Kepala Keluarga dan maksimal 40 Kepala Keluarga.
3. Pembentukan, pemetaan serta pemberian nama Kolom dibicarakan dalam Rapat Majelis Jemaat yang kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan MPH Jemaat yang bersangkutan.
4. Seluruh pelayanan di Kolom merupakan tanggung jawab dari Majelis Jemaat.
5. Setiap Kolom disuatu Jemaat terdapat minimal 3 (tiga) orang Majelis Jemaat terdiri dari, 2 (dua) orang Penatua dan 1 (satu) orang Syamas. Salah seorang dari Majelis Jemaat tersebut melalui Rapat Jemaat di
Kolom, ditetapkan sebagai Koordinator Kolom.
Pasal 8 PEMEKARAN JEMAAT
1. Pemekaran Jemaat merupakan upaya gereja untuk meningkatkan kelancaran pelayanan yang semakin
berkualitas, dengan mempertimbangkan luas jangkauan pelayanan dan kepadatan anggota Jemaat disuatu Jemaat.
2. Pemekaran Jemaat dilaksanakan atas usul Majelis Jemaat pada Rapat Majelis Jemaat, atau berdasarkan penilaian MPH Sinode bahwa Jemaat tersebut sudah layak untuk dimekarkan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku dalam pasal 6 tentang Jemaat. 3. Syarat-syarat Pemekaran suatu Jemaat :
a. Tersedianya tempat ibadah yang tetap dari Jemaat yang akan dimekarkan.
b. Majelis Jemaat mengajukan permohonan Pemekaran Jemaat kepada MPH Sinode dengan melampirkan :
1) Daftar anggota Jemaat masing-masing Jemaat yang akan dimekarkan. 2) Daftar Calon Majelis Jemaat berdasarkan pemilihan dari anggota sidi pada Jemaat yang akan
dimekarkan 3) Keterangan batas wilayah dari masing-masing Jemaat yang akan dimekarkan.
4. MPH Sinode berdasarkan kewenangannya mengadakan penilitian dan penilaian sebagaimana itu diatur
dalam pasal 5 ayat 2. d). 5. Pemekaran suatu Jemaat ditetapkan dengan surat Keputusan MPH Sinode
6. Peresmian Jemaat yang dimekarkan dilaksanakan dalam suatu ibadah oleh MPH Sinode.
Pasal 9 PENGGABUNGAN JEMAAT
1. Penggabungan Jemaat merupakan upaya gereja untuk menyatukan satu Jemaat ke Jemaat yang lain, atau beberapa Jemaat yang disatukan untuk menjadi satu Jemaat. Penggabungan ini dilakukan oleh karena keadaan tertentu dimana Jemaat-jemaat tersebut tidak dapat lagi melaksanakan tugas panggilannya sebagai Jemaat.
2. Majelis Jemaat atau anggota sidi mengajukan usul tertulis kepada MPH Sinode, atau berdasarkan penelitian MPH Sinode Jemaat-jemaat tersebut perlu diadakan penggabungan.
3. Syarat-syarat penggabungan Jemaat yang disampaikan kepada MPH Sinode :
a) Majelis Jemaat atau anggota Sidi Jemaat menyampaikan latar belakang tertulis atas penggabungan Jemaat tersebut.
b) Surat Pernyataan atas penggabungan Jemaat ditanda tangani oleh Majelis Jemaat atau anggota sidi dari masing-masing Jemaat yang akan digabungkan
c) Daftar anggota Jemaat yang akan bergabung, atau daftar anggota Jemaat dari beberapa Jemaat yang akan digabungkan menjadi satu Jemaat.
4. Harta milik gereja pada Jemaat-jemaat yang bergabung didaftarkan yang kemudian digunakan untuk kepentingan pelayanan oleh Jemaat yang baru karena penggabungan Jemaat tersebut.
5. MPH Sinode berdasarkan kewenangannya mengadakan penelitian dan penilaian sebagaimana itu diatur dalam pasal 5 ayat 2. d).
6. Penggabungan Jemaat ditetapkan dengan surat Keputusan MPH Sinode. 7. Peresmian Penggabungan Jemaat dilaksanakan dalam suatu ibadah oleh MPH Sinode.
Pasal 10 BERAKHIRNYA JEMAAT
1. Jemaat dinyatakan berakhir oleh karena keadaan tertentu digabung dengan suatu Jemaat, atau berpindah disuatu tempat tertentu dan membentuk Jemaat Baru.
2. Jemaat tersebut tidak dapat lagi melaksanakan tugas panggilannya sebagai suatu Jemaat sebagaimana ketentuan penjenjangan Jemaat yang tercantum dalam pasal 2.
3. Jemaat dinyatakan berakhir setelah diadakan penilitian dan penilaian oleh MPH Sinode yang kemudian ditetapkan dengan surat keputusan MPH Sinode.
4. Seluruh harta milik Jemaat tersebut menjadi milik GKLB.
Pasal 11 ANGGOTA JEMAAT
1. Yang dimaksud dengan anggota Jemaat adalah orang-orang percaya yang bertempat tinggal dan terdaftar disuatu Jemaat GKLB.
2. Anggota Jemaat yang dimaksud pada ayat 1, terdiri dari : a) Anggota baptis yaitu, anggota Jemaat yang telah menerima baptisan di Jemaat GKLB atau mereka
yang telah di baptis dari gereja anggota PGI dan atau dari gereja lain serta terdaftar disalah satu Jemaat GKLB.
b) Anggota belum baptis yaitu, anak kandung, anak angkat dan mereka yang berasal dari agama lain berdasarkan kehendaknya sendiri yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan Pindah untuk menjadi salah satu anggota Jemaat GKLB dan belum menerima pelayanan baptisan.
c) Anggota Sidi yaitu, anggota Jemaat yang telah mengikuti Katekisasi dan diteguhkan sebagai anggota sidi Jemaat atau anggota sidi yang berasal dari gereja anggota PGI serta terdaftar disalah satu Jemaat GKLB.
d) Anggota Belum Sidi yaitu, anggota Jemaat GKLB yang belum diteguhkan sebagi anggota sidi di Jemaat GKLB.
Pasal 12
BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN JEMAAT Keanggotaan Jemaat GKLB dinyatakan berakhir keanggotaannya, apabila : 1. Anggota Jemaat tersebut meninggal dunia. 2. Berdasarkan kehendak sendiri mengajukan permohonan kepada Majelis Jemaat untuk pindah menjadi
anggota gereja yang seasas dengan GKLB. Kepada yang bersangkutan diberikan Surat Keterangan (Atestasi) keluar dari keanggotaan Jemaat GKLB.
3. Oleh karena keadaan tertentu yang bersangkutan bersama dengan keluarganya pindah ketempat lain diluar pelayanan GKLB. Kepada mereka diberikan Surat Keterangan (Atestasi) Pindah ke gereja yang seasas dengan GKLB ditempat yang baru.
4. Yang bersangkutan pindah ke agama yang lain. 5. Yang bersangkutan dengan nyata telah melanggar asas pelayanan dan Tata Gereja GKLB serta tidak
pernah menunjukkan sikap pertobatan setelah dilaksanakan pengembalaan oleh Majelis Jemaat.
Pasal 13 BUKU INDUK ANGGOTA GKLB
1. Setiap Jemaat GKLB wajib memiliki dan mengunakan Buku Induk Anggota GKLB untuk mencatat data keanggotaan GKLB dimasing-masing Jemaat. Format Buku Induk anggota GKLB ditetapkan oleh MPH Sinode.
2. Setiap Awal Tahun berjalan Majelis Jemaat berkewajiban melaporkan kepada MPH Sinode tentang keadaan perkembangan masing-masing Jemaat. Format pelaporan keadaan setiap Jemaat ditetapkan oleh MPH Sinode.
Pasal 14
HAK ANGGOTA JEMAAT Setiap anggota Jemaat GKLB mempunyai hak sebagai berikut: 1. Mendapat pelayanan yang diadakan oleh Majelis Jemaat. 2. Memberikan pendapat dan pokok-pokok pikiran kepada Majelis Jemaat baik secara tertulis maupun lisan
untuk kemajuan pelayanan dalam Jemaat. 3. Berhak memilih dan dipilih untuk suatu tugas pelayanan gerejawi selama hal itu tidak bertentengan dengan
ketentuan Tata Gereja.
Pasal 15 KEWAJIBAN ANGGOTA JEMAAT
1. Setia mengikuti kegiatan pelayanan, kebaktian umum, sakramen dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh Jemaat dan Sinode.
2. Bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dan pembangunan serta memelihara kesatuan dan persekutuan berjemaat.
3. Menjadi saksi Yesus Kristus bagi diri sendiri, dalam keluarga, Jemaat dan masyarakat. 4. Mentaati Tata Gereja dan peraturan lainnya yang ditetapkan oleh GKLB.
Pasal 16
PEJABAT FUNGSIONAL GEREJA 1. Yang dimaksud dengan Pejabat Fungsional Gereja adalah mereka yang diteguhkan dan atau diangkat serta
ditugaskan oleh MPH Sinode dalam pelayanan tertentu dalam lingkungan GKLB. 2. Pejabat yang dimaksud pada ayat 1 (satu) diatas adalah sebagaimana disebut dalam Tata Dasar Bab VI pasal
12
Pasal 17 PENDETA
1. Pendeta adalah seorang pelayan khusus yang dipanggil oleh Allah melalui gereja-Nya untuk memberitakan firman Allah, menyerahkan diri dan memilih pekerjaan Pendeta sebagai pengabdian dalam hidupnya.
2. Jabatan pelayan khusus Pendeta diberikan oleh gereja setelah menjalani masa Vicariat dan diteguhkan menjadi Pendeta
Pasal 18
PENDETA EMERITUS 1. Pendeta yang diberhentikan dengan hormat karena pensiun menerima hak emeritus. 2. Dapat menjalankan tugas kependetaan atas permintaan MPHJ atau penugasan MPHS. 3. Dapat menjadi peserta rapat majelis jemaat, MPS dan Sidang Sinode atas undangan MPHJ atau MPHS.
Pasal 19
PENGURAPAN PENDETA 1. Pengurapan Pendeta dilaksanakan oleh MPH Sinode setelah ada rekomendasi dari pendeta pembimbing yang
ditunjuk oleh MPH Sinode GKLB. 2. Pengurapan Pendeta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) diatas dilaksanakan dalam satu ibadah
Jemaat yang diatur oleh MPH Sinode GKLB. 3. Pengurapan Pendeta merupakan prasyarat kehadiran dan kepelayanan seorang pelayan khusus dalam
jabatan Pendeta. Setelah pengurapannya, pengangkatannya sebagai Pendeta dilaksanakan melalui Surat Keputusan MPH Sinode GKLB.
Pasal 20
TUGAS PENDETA Tugas Pendeta adalah melaksanakan imamat Am orang percaya untuk melengkapi seluruh anggota GKLB supaya melaksanakan amanat Yesus Kristus, yaitu : 1. Memberitakan firman Allah dan melayani Sakramen. 2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan ibadah-ibadah dalam Jemaat. 3. Melaksanakan Ketekisasi dan Peneguhan anggota Sidi. 4. Melaksanakan Peneguhan dan Pemberkatan Nikah.
5. Meneguhkan dan melantik pejabat-pejabat gereja. 6. Memperlengkapi Penatua dan Syamas agar mampu melaksanakan tugas pelayanan kepada anggota Jemaat. 7. Bersama Syamas melaksanakan pelayanan Diakonia bagi anggota Jemaat. 8. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diatur dan ditentukan oleh MPH Sinode GKLB. 9. Menjaga dan memelihara kemurnian ajaran dan pengakuan iman gereja.
Pasal 21
PENATUA 1. Penatua adalah pelayan khusus yang menerima tugas atas keterpilihannya. 2. Syarat-syarat dan peraturan pemilihan Penatua diatur dalam peraturan khusus. 3. Peneguhan Penatua dilaksanakan dalam suatu ibadah Jemaat yang memilihnya. 4. Penatua ditetapkan dengan Surat Keputusan MPH Sinode GKLB.
Pasal 22
TUGAS PENATUA 1. Bertanggung jawab atas pelayanan firman Allah dan katekisasi. 2. Mengadakan perkunjungan dan penggembalaan kepada anggota Jemaat. 3. Mengatur dan melaksanakan pembinaan anggota Jemaat. 4. Mengatur dan memimpin ibadah-ibadah dalam Jemaat. 5. Menjaga dan memelihara kemurnian ajaran dan pengakuan iman gereja. 6. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang ditugaskan oleh MPH Sinode
Pasal 23 SYAMAS
1. Syamas ialah Pelayan Khusus yang menerima panggilan Yesus Kristus untuk secara khusus melaksanakan Pelayanan Diakonia Gereja.
2. Syarat-syarat dalam penerimaan dan pemilihan seorang Syamas diatur dalam Peraturan Khusus. 3. Penerimaan panggilan Syamas adalah melalui pemilihan dan Peneguhan dalam ibadah jemaat. 4. Petetapan menjadi Syamas dilaksanakan dengan surat Keputusan MPH Sinode GKLB.
Pasal 24 TUGAS SYAMAS
1. Melaksanakan imamat AM orang percaya, khususnya bertanggung jawab melaksankan pelayanan Diakonia. 2. Memberikan pertolongan kepada orang sakit, janda, duda, lanjut usia, anak yatim-piatu dan mereka yang
ditimpa bencana alam. 3. Mengumpulkan dan mengelola dana bagi pelayanan Diakonia. 4. Memberikan penguatan rohani bagi anggota Jemaat
Pasal 25 PENGINJIL
1. Penginjil ialah pelayan khusus dalam tugas pekabaran Injil di GKLB. 2. Syarat untuk diangkat menjadi Penginjil adalah mereka yang mempunyai pendidikan dan kemampuan di
bidang Pekabaran Injil. 3. Menerimaan menjadi Penginjil adalah melalui peneguhan, pengangkatan dan penetapan oleh MPH Sinode
GKLB.
Pasal 26 TUGAS PENGINJIL
1. Bertanggung jawab atas tugas Pekabaran Injil di wilayah pelayanan yang ditentukan oleh MPH Sinode GKLB.
2. Mempersiapkan mereka yang telah mengakui dan menerima Injil menjadi anggota gereja. 3. Penginjil bertanggung jawab kepada MPH Sinode GKLB.
Pasal 27
GURU AGAMA 1. Guru agama ialah seorang yang ditugaskan dan ditempatkan oleh Sinode dan atau YPSK dan atau Jemaat
untuk menangani pengajaran agama Kristen di Jemaat atau sekolah-sekolah Kristen/Umum 2. Guru agama yang telah diangkat oleh pemerintah sebagai guru agama Kristen di sekolah-sekolah Negeri /
Swasta, dapat diterima sebagai Pelayan Gereja
Pasal 28 TUGAS GURU AGAMA
1. Melaksanakan tugas membimbing, mengajar, melatih dan mendidik warga Jemaat dalam pengetahuan Alkitab, Iman dan Pengakuan Gereja
2. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus lainnya melaksanakan pengajaran dan pendidikan bahkan pembinaan untuk melengkapi semua anggota Jemaat
3. Sesuai hakekatnya, Guru Agama turut bertanggungjawab atas pelaksanaan pelayanan dalam Jemaat
Pasal 29 IBADAH DAN PELAYANAN
Jemaat selaku persekutuan orang-orang percaya dipanggil melaksanakan tugas Imamat Am orang percaya dalam hal bersekutu, bersaksi dan melayani. Panggilan ibadah dan pelayanan itu terdiri dari: 1. Ibadah Hari Minggu. 2. Ibadah Hari Raya Gerejawi yaitu, Tahun Baru, Jumat Agung (Kematian), Paskah (Kebangkitan), Kenaikan
Yesus Kristus, Pentakosta, Hari Alkitab (Reformasi), Natal dan Perpisahan Tahun. 3. Ibadah HUT GKLB / Jemaat, Hari Pekabaran Injil, Kebaktian Penyegaran Iman (KPI), Akhir masa jabatan
bagi Majelis Jemaat, Kompelsus, Penginjil, Pendeta Pensiun (Emiritus), pengutusan penginjil, Pendeta dalam tugas pelayanan khusus.
4. Ibadah Peneguhan Sidi. 5. Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah. 6. Ibadah Sakramen Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. 7. Ibadah Pengucapan Syukur Jemaat. 8. Ibadah Pengucapan Syukur Keluarga. 9. Ibadah Pengurapan dan Peneguhan / Pelantikan Pelayan Gereja. 10. Ibadah Pentahbisan Gedung Gereja. 11. Ibadah Pemakaman. 12. Ibadah Penghiburan. 13. Ibadah Rumah Tangga / Keluarga. 14. Ibadah Kompelsus. 15. Ibadah Hari Raya Nasional. 16. Ibadah Oikumene. 17. Pelayanan Diakonia. 18. Pelayanan Pengembalaan. 19. Pelayanan Katekisasi. 20. Ibadah Wisata/Padang
Pasal 30 TATA IBADAH
1. Tata Ibadah yang digunakan dalam Ibadah-ibadah Jemaat menggunakan Tata Ibadah yang disahkan oleh Sidang Sinode, dan atau Rapat Majelis Pekerja Sinode (MPS).
2. Apabila suatu Ibadah belum ada Tata Ibadah yang mengaturnya, Majelis Jemaat dapat menyusun Tata Ibadah untuk itu dengan ketentuan sepanjang tidak bertentangan dengan unsur-unsur pada ayat 1 (satu)
Pasal 31
NYANYIAN IBADAH JEMAAT 1. Setiap pelaksanaan Ibadah yang dilaksanakan di gedung gereja dan ibadah dalam rumah tangga
menggunakan Nyanyian yang tidak bertentangan dengan ajaran gereja. 2. Untuk memperkaya Nyanyian Ibadah Jemaat, MPH Sinode dapat menyusun, dan menerbitkan Nyanyian
Ibadah Jemaat yang disahkan dalam Sidang Sinode dan atau Rapat MPS.
Pasal 32 PEMIMPIN IBADAH
1. Semua jenis Ibadah di dalam dan di luar gedung gereja dapat dilayani oleh Pendeta, Penatua, Syamas, Pengurus Kompelsus atau anggota Sidi Jemaat yang tidak sedang menjalani disiplin gerejawi dan ditetapkan oleh Majelis Jemaat, kecuali Ibadah Baptisan Kudus, Perjamuan Kudus, Pernikahan, Peneguhan Sidi, Pentahbisan gedung gereja, Pengurapan dan Peneguhan / Pelantikan pelayan gereja hanya dapat dilayankan oleh Pendeta
2. Pengurus Kompelsus memimpin Ibadah bagi Kompelsus dan bila diminta oleh Majelis Jemaat dapat memimpin Ibadah di kolom maupun jemaat.
3. Pendeta yang melayani di gedung gereja wajib menggunakan Pakaian Jabatan (Toga) dan Stola yang ditetapkan untuk itu.
4. Pendeta dalam melayani ibadah rumah tangga, kompelsus, penghiburan, ucapan syukur keluarga, pemakaman dan pelepasan Jenazah untuk dimakamkan ditempat lain, wajib menggunakan stola yang ditetapkan untuk pelayan dalam status Pendeta.
5. Penatua dan Syamas yang melayani di gedung gereja dan ibadah sebagaimana ayat 2 wajib menggunakan stola yang ditetapkan untuk Majelis Jemaat.
6. Pelayan-Pelayan dari luar GKLB, dapat memimpin ibadah setelah mendapat persetujuan dari MPH Sinode
Pasal 33 SAKRAMEN
1. GKLB mengakui 2 (dua) Sakramen Yaitu, Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. 2. Pelayanan Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus dilaksanakan di gedung Gereja dan dalam hal luar biasa
dapat dilaksanakan di rumah anggota Jemaat atau di tempat lain yang ditentukan oleh Majelis Jemaat.
Pasal 34 BAPTISAN KUDUS
1. Baptisan Kudus adalah amanat Tuhan Yesus Kristus sesudah kebangkitanNya. Baptisan Kudus telah dilaksanakan oleh gereja pada zaman para Rasul, sekarang dan sampai pada akhir zaman.
2. Baptisan Kudus bertujuan untuk memeteraikan dan mempersatukan orang percaya dengan Kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
3. Pelayanan Baptisan Kudus dilayankan kepada anak-anak dan orang dewasa. 4. Baptisan Kudus berlaku hanya satu kali untuk selama-lamanya.
Pasal 35 BAPTISAN KUDUS ANAK
1. Baptisan Kudus Anak merupakan pemberian meterai perjanjinan anugerah Allah dalam Tuhan Yesus Kristus berdasarkan Pengakuan Iman orang tua kandung, orang tua angkat yang sah menurut ketentuan hukum dan wali anak yang ditunjuk untuk itu.
2. Baptisan Kudus Anak dilayankan kepada anak-anak yang berusia 15 (lima belas) tahun ke bawah. 3. Anak kandung, anak angkat anggota Jemaat GKLB yang hendak dibaptis disuatu Jemaat lain dalam
lingkungan pelayanan GKLB. Orang tua, orang tua angkat atau wali harus meminta Surat Keterangan dari Majelis Jemaat dimana yang bersangkutan terdaftar yang menerangkan bahwa anak yang akan dibaptis adalah benar anggota Jemaat GKLB dan belum pernah menerima pelayanan Baptisan Kudus.
4. Anak kandung, anak angkat yang berasal dari gereja anggota PGI atau dari gereja lain yang tidak seasas
dengan GKLB; orang tua kandung, orang tua angkat atau wali mengajukan Surat Pernyataan bahwa tidak berkeberatan anaknya dibaptis di salah satu Jemaat GKLB.
5. Anak anggota Jemaat GKLB, anggota gereja PGI atau dari gereja lain yang tidak seasas dengan GKLB yang lahir diluar perkawinan yang sah. Orang tua harus melakukan penunjukan wali terhadap anak tersebut melalui pernyataan tertulis pada formulir yang ditetapkan oleh MPH Sinode. Penunjukan wali anak berlaku kepada anggota Jemaat GKLB yang telah menikah.
6. Orang tua kandung, orang tua angkat dan wali anak menunjuk saksi baptisan anak yaitu, anggota Jemaat yang telah menikah atau anggota Jemaat yang telah sidi dan tidak menjalani disiplin gereja.
7. Orang tua kandung, orang tua angkat dan wali anak wajib mengisi formulir permintaan baptisan yang ditetapkan oleh MPH Sinode.
8. Majelis Jemaat setelah memeriksa secara seksama segala persyaratan dan kelengkapan sebagaimana diatur dalam ayat 1 – 7, mengumumkan pelaksanaan baptisan 1 (satu) kali dalam ibadah Jemaat.
9. Prosedur pelayanan baptisan : a) Orang tua kandung, orang tua angkat, wali anak dan saksi baptisan wajib mengikuti persiapan dan
percakapan pengembalaan baptisan yang waktunya ditentukan oleh Majelis Jemaat. b) Baptisan Kudus dilaksanakan dengan percikan air diatas kepala satu kali yang disertai ucapan “Sebagai
Pelayan Yesus Kristus saya membaptiskan engkau didalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus”, Amin. c) Sesudah pelaksanaan baptisan Majelis Jemaat menyerahkan Surat Baptisan yang ditetapkan oleh MPH
Sinode kepada orang tua atau wali anak dan mencatat nama baptisan pada buku induk baptisan Jemaat.
10. Hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan Baptisan Kudus Anak diatur dalam Tata Ibadah Baptisan yang ditetapkan oleh GKLB.
Pasal 36 BABTISAN KUDUS DEWASA
1. Baptisan Kudus Dewasa adalah pelayanan baptisan kepada anggota Jemaat yang telah berusia 16 (enam belas) tahun keatas, yang oleh karena keadaan tertentu yang bersangkutan belum dilayankan baptisan kudus.
2. Baptisan dewasa juga dapat diberikan kepada anggota gereja PGI, anggota gereja lain yang tidak seasas dengan GKLB dan kepada mereka yang berasal dari agama lain karena kehendak sendiri pindah agama serta bersedia menjadi anggota Jemaat GKLB.
3. Persyaratan Baptisan Kudus Dewasa : a. Mereka yang berasal dari angota gereja PGI, anggota gereja lain yang tidak seasas dengan GKLB atau
yang berasal dari agama lain harus mengajukan permohonan tertulis dengan formulir yang ditetapkan oleh MPH Sinode, disertai dengan Surat Pernyataan pindah gereja / pindah agama.
b. Orang dewasa dari anggota Jemaat GKLB yang akan dibaptis dijemaat lain dalam lingkungan pelayanan GKLB harus membawa Surat Keterangan dari Majelis Jemaat yang menyatakan benar yang bersangkutan belum pernah menerima pelayanan baptisan.
c. Setiap orang dewasa yang hendak menerima Baptisan Kudus harus mengikuti pengajaran tentang pokok-pokok iman Kristen sekurang-kurangnya 5 kali pertemuan yang dilaksanakan oleh Majelis Jemaat.
d. Apabila Majelis Jemaat memandang yang bersangkutan sudah layak untuk dilaksanakan Baptisan Kudus Dewasa, Majelis Jemaat mengumumkan dalam ibadah jemaat pada hari Minggu.
4. Prosedur Pelayanan Baptisan Kudus Dewasa sebagaimana itu diatur dalam pasal 22 ayat 8 - 10. 5. Mereka yang menerima Baptisan Kudus Dewasa oleh karena pengakuan percayanya diteguhkan sebagai
anggota Sidi Jemaat GKLB. 6. Sesudah pelaksanaan Baptisan Kudus Dewasa Majelis Jemaat menyerahkan Surat Baptisan dan Surat Sidi
kepada yang bersangkutan, dan mendaftarkan mereka kedalam buku induk Baptisan dan Sidi Jemaat. 7. Bagi anggota jemaat lain yang akan dibaptis di wilayah pelayanan GKLB harus membawa surat keterangan
untuk pelaksanaan baptisan dari jemaat asalnya dan sesudah pelaksanaan baptisan, MPH Jemaat menyampaikan surat pemberitahuan kepada jemaat yang memberikan surat keterangan atas pelaksanaan baptisan tersebut.
8. Baptisan Kudus dapat dilaksanakan kepada orang tua jompo (lanjut usia), cacat jasmani, yang sakit keras dan masih dapat menyampaikan pengakuan iman percayanya
Pasal 37
PERJAMUAN KUDUS 1. Perjamuan Kudus dilaksanakan berdasarkan amanat Tuhan Yesus Kristus sebagai tanda kehadiranNya dan
sebagai peringatan Kematian, Kebangkitan dan KedatanganNya kembali. 2. Perjamuan Kudus dirayakan dalam Jemaat 4 (empat) kali dalam setahun, yaitu :
a) Perjamuan Kudus memperingati Hari Jumat Agung. b) Perjamuan Kudus Trinitas (Keesaan Allah) dilaksanakan pada Minggu kedua bulan Juli. c) Perjamuan Kudus sedunia (Hari Alkitab – Reformasi) dilaksanakan pada Minggu kedua bulan Oktober. d) Perjamuan Kudus Akhir Tahun dan atau Awal Tahun.
3. Perjamuan Kudus dapat juga dilaksanakan pada setiap akhir Sidang Sinode, Sidang Sinode Khusus dan Rapat Majelis Pekerja Sinode (MPS).
4. Setiap penyelenggaraan Perjamuan Kudus Majelis Jemaat mengumumkan 2 (dua) kali kepada anggota Jemaat dalam ibadah hari Minggu.
5. Yang dapat ikut dalam Perjamuan Kudus adalah anggota Jemaat GKLB yang telah di sidi, dan kepada anggota sidi gereja anggota PGI dan gereja lain yang bersedia diri untuk mengikuti Perjamuan Kudus disuatu Jemaat GKLB.
6. Pelayanan Perjamuan Kudus menggunakan simbol / tanda Roti dan Air Anggur, dan apabila disuatu tempat sangat sulit mendapatkan Roti dan Air Anggur atau salah satu dari itu dapat menggunakan bahan bahan setempat.
7. Bagi anggota Sidi yang lanjut usia, sakit, atau mengalami gangguan fisik (cacat) dan tidak dapat ke gereja dapat dilayani Perjamuan Kudus ditempat yang bersangkutan berada.
Pasal 38 KATEKISASI
1. Katekisasi adalah upaya gereja untuk memberikan pengajaran pokok-pokok iman Kristen yang bertujuan memperlengkapi anggota Jemaat menjadi anggota Sidi yang memahami dan melaksanakan tugas panggilan gereja dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Katekisasi diberikan kepada anggota Jemaat yang telah dibaptis dan berumur 16 tahun keatas. 3. Katekisasi dilaksanakan oleh salah seorang Majelis Jemaat atau Pendeta yang ditetapkan untuk itu. 4. Katekisasi dilaksanakan minimal 3 bulan dengan pemberian pelajaran minimal 1 kali se Minggu. 5. Bahan Pengajaran Katekisasi menggunakan Buku Pedoman Katekisasi yang disusun dan ditetapkan oleh
Sidang Sinode, Rapat MPS; atau Buku Katekisasi dari anggota Gereja PGI yang seasas dengan GKLB dan ditetapkan oleh MPH Sinode untuk digunakan sebagai penuntun pengajaran Katekisasi Jemaat-jemaat GKLB.
6. Sebelum pelaksanaan peneguhan Sidi perlu dilakukan evaluasi dan pembekalan oleh MPH Jemaat
Pasal 39 PENEGUHAN SIDI
1. Peneguhan Sidi hanya dapat dilaksanakan bagi anggota Jemaat yang telah dibaptis dan telah mengikuti Katekisasi serta menurut Majelis Jemaat telah layak untuk diteguhkan sebagai anggota sidi.
2. Sebelum dilaksanakan peneguhan Sidi, calon sidi dipersiapkan dan diadakan percakapan pengembalaan oleh Majelis Jemaat.
3. Anggota Jemaat lain dalam lingkungan pelayanan GKLB, atau dari Gereja anggota PGI oleh karena keadaan tertentu dapat melaksanakan peneguhan sidi disuatu Jemaat GKLB dengan membawa Surat Keterangan yang menerangkan bahwa yang bersangkutan benar telah mengikuti Katekisasi dijemaat dimana ia berasal. Majelis Jemaat sesudah pelaksanaan peneguhan sidi menyampaikan pemberitahuan kepada jemaat pemberi keterangan bahwa yang bersangkutan telah dilaksanakan peneguhan sidi.
4. Pelaksanaan peneguhan sidi diumumkan terlebih dahulu kepada Jemaat. 5. Sesudah pelaksanaan Peneguhan sidi Majelis Jemaat menyerahkan Surat Sidi kepada masing-masing yang
bersangkutan, dan mendaftarkan mereka kedalam buku induk Sidi Jemaat.
Pasal 40 PERNIKAHAN GEREJAWI
1. Pernikahan Gerejawi merupakan suatu perjanjian dihadapan Allah. 2. Pernikahan Gerejawi adalah pelaksanaan Peneguhan dan Pemberkatan atas Nikah terhadap seorang Laki-
laki dan seorang perempuan untuk hidup sebagai Suami – Isteri yang sah. 3. Setiap pasangan suami istri anggota jemaat GKLB, wajib diteguhkan dalam pernikahan yang kudus
Pasal 41 SYARAT-SYARAT PERNIKAHAN GEREJAWI
1. Calon Nikah yaitu, laki-laki serendah-rendahnya berumur 19 tahun dan perempuan serendah-rendahnya berumur 16 tahun yang dibuktikan dengan Surat Baptisan Kudus.
2. Kedua calon nikah mengajukan permohonan atas penikahan dengan mengisi formulir yang ditetapkan oleh MPH Sinode.
3. Surat Pernyataan pindah agama, bagi mereka yang berasal dari agama lain dan gereja lain yang tidak seasas dengan GKLB.
4. Photo kembar calon nikah ukuran 3 x 4 cm, 2 (dua) lembar (1 buah ditempelkan pada Surat Nikah dan 1 lembar ditempelkan pada Buku induk pernikahan di Jemaat).
5. Telah mendaftarkan pernikahannya di Kantor Catatan Sipil yang menyatakan bahwa rencana pernikahan tersebut telah memenuhi persyaratan untuk dicatat berdasarkan UU Perkawinan Republik Indonesia.
6. Peneguhan dan Pemberkatan Nikah dilaksanakan dalam satu ibadah jemaat. 7. Peneguhan dan Pemberkatan nikah oleh karena suatu keadaan yang sangat mendesak dapat dilaksanakan
tanpa meninggalkan ketentuan yang berlaku. 8. Khusus bagi anggota TNI – POLRI, melampirkan surat keluasan Nikah dari Pimpinan atau atasannya.
Pasal 42 MAJELIS JEMAAT
1. Majelis Jemaat adalah Himpunan para pejabat fungsional di Jemaat yang mempunyai tanggungjawab pelayanan secara organisatoris
2. Majelis Jemaat dimaksud pada ayat 1 (satu) di atas adalah merupakan wadah pengambilan keputusan tertinggi di Jemaat.
3. Masa kerja Majelis Jemaat adalah 5 tahun
Pasal 43 TUGAS MAJELIS JEMAAT
1. Menjaga dan memelihara ajaran gereja serta memampukan anggota Jemaat dapat melaksanakannya. 2. Mengatur dan Memimpin Ibadah-ibadah, Katekisasi, pelayanan pengembalaan dan diakonia dalam Jemaat. 3. Melaksanakan Keputusan Rapat Majelis Jemaat, Keputusan Rapat Koordinasi Wilayah, Keputusan Sidang
Sinode, Sidang Sinode Khusus dan Rapat MPS yang berhubungan dengan tugas pelayanan dalam Jemaat. 4. Menjaga dan memelihara kesatuan Jemaat sebagai kesaksian yang hidup didalam dan diluar Jemaat. 5. Memperlengkapi anggota Jemaat melaksanakan panggilan pelayanan dalam Jemaat. 6. Menyelesaikan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh MPH Jemaat. 7. Membina dan menata kepemimpinan organisasi kepelayanan dalam Jemaat. 8. Mengatur pelaksanaan Rapat-rapat dalam Jemaat. 9. Mengatur dan melaksanakan Pemilihan Penatua, Syamas, MPHJ.
Pasal 44 MAJELIS PEKERJA HARIAN JEMAAT
1. Majelis Pekerja Harian Jemaat (MPHJ) adalah Pimpinan di Jemaat yang bertanggung jawab atas seluruh pelayanan dalam Jemaat.
2. Majelis Pekerja Harian Jemaat dipilih dan ditetapkan dari anggota Majelis Jemaat , kecuali ketua-ketua Kompelsus.
3. a. Di Jemaat yang sudah ada Pendeta, Ketua MPH Jemaat adalah Pendeta yang ditempatkan oleh MPH Sinode
b. Di Jemaat yang belum ditempatkan Pendeta oleh MPH Sinode, Penatua dan Syamas dapat dipilih dalam rapat Majelis Jemaat untuk ditetapkan menjadi Ketua Majelis Pekerja Harian Jemaat oleh MPH Sinode
4. Masa Kerja MPHJ adalah 5 (lima) tahun. 5. Susunan personalia Majelis Pekerja harian Jemaat adalah :
a. Unsur Ketua. b. Unsur Sekretaris. c. Unsur Bendahara.
6. Majelis Pekerja Harian Jemaat terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang. Jumlah Majelis Pekerja Harian Jemaat ditetapkan oleh Majelis Jemaat sebelum pemiliham MPH Jemaat
7. MPH Jemaat tidak diperkenankan untuk rangkap jabatan sebagai MPH Sinode 8. MPH Jemaat tidak boleh rangkap jabatan.
Pasal 45 TUGAS MAJELIS PEKERJA HARIAN JEMAAT
1. Mejaga, memelihara kemurnian ajaran dan meningkatkan pemberitaan Firman Allah 2. Menjabarkan dan melaksanakan keputusan Rapat Majelis Jemaat 3. Mempersiapkan dan memimpin Rapat Majelis Jemaat sesuai Kebutuhan Rapat Majelis 4. Mengatur dan menata administrasi Jemaat 5. Menyimpan dan mengamankan dokumen Gereja berupa Surat-surat berharga milik Jemaat 6. Mengatur, mengelolah perbendaharaan Jemaat 7. Mengambil langkah-langkah kebijakan terhadap hal-hal yang sifatnya mendesak dan
dipertanggungjawabkan pada rapat majelis jemaat berikutnya 8. MPH Jemaat bertanggungjawab kepada jemaat melalui majelis jemaat 9. Menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di Jemaat 10. Mengangkat pekerja dalam jemaat sesuai kebutuhan 11. Berkewenangan dan bertanggungjawab ke dalam dan ke luar jemaat baik yang menyangkut bidang
pelayanan maupun hal-hal lain demi kepentingan Jemaat
Pasal 46 WADAH PENATALAYANAN ORGANISASI DALAM JEMAAT
1.1. RAPAT MAJELIS JEMAAT. a. Rapat Majelis Jemaat dilaksnakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, atau sewaktu-
waktu bila dipandang perlu b. Peserta Rapat Majelis Jemaat adalah, Majelis Jemaat, dan peserta peninjau adalah Badan
Penasehat Jemaat (BPJ), Badan Pengawas Perbendaharaan Jemaat (BPPJ), Komisi, Badan, Penyelenggara / Pengelola, Panitia dan undangan yang dipandang perlu.
c. Sahnya Rapat Majelis Jemaat apabila dihadiri oleh setengah tambah satu dari peserta Rapat Majelis Jemaat.
d. Apabila kehadiran peserta Rapat tidak memenuhi sesuai ayat 2.1.c maka Rapat ditunda selama 1 (satu) Jam. Setelah penundaan Rapat dilaksanakan dan dinyatakan sah tanpa melihat jumlah kehadiran peserta Rapat Majelis Jemaat
e. Pengambilan keputusan Rapat Majelis Jemaat dilaksanakan dengan cara musyawarah dan mufakat. Apabila musyawarah dan mufakat tidak dapat dicapai maka diadakan pemungutan suara, keputusan sah apabila disetujui setengah dari jumlah peserta Rapat.
f. Rapat Majelis Jemaat dipimpin oleh MPH Jemaat. 1.2. TUGAS RAPAT MAJELIS JEMAAT.
a. Menjabarkan Keputusan Rapat Jemaat, Sidang Sinode, Sidang Sinode Khusus, Rapat MPS. b. Mengevaluasi pertanggung jawaban pelaksanaan kerja, dan anggaran / keuangan Jemaat selang 1
tahun c. Menyusun Rencana Pelayanan / Program Kerja, Penerimaan dan Belanja Jemaat satu tahun. d. Membahas hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan dan menyelesaikan masalah dalam Jemaat
yang belum dapat diselesaikan oleh MPH Jemaat. e. Memilih dan menetapkan MPH Jemaat f. Menetapkan perutusan Jemaat menghadiri Sidang Sinode, Sidang Sinode Khusus, Rapat MPS. g. Sebelum rapat Majelis Jemaat perlu dilakukan penjaringan masukan dari anggota kolom untuk
menampung aspirasi anggota jemaat 2.1. RAPAT MAJELIS PEKERJA HARIAN JEMAAT.
a. Rapat MPH Jemaat dilaksanakan 3 (tiga) bulan sekali, atau sewaktu-waktu bila dipandang perlu b. Rapat MPH Jemaat sah apabila dihadiri 2/3 anggota MPH Jemaat. c. Keputusan Rapat MPH Jemaat ditetapkan berdasarkan musyawarah dan mufakat.
2.2. TUGAS RAPAT MAJELIS PEKERJA HARIAN JEMAAT. a. Menjabarkan dan mengevaluasi keputusan Sidang Sinode, Rapat MPS, Rapat Jemaat, Rapat Majelis
Jemaat dan menetapkan rencana pelaksanaannya. b. Rapat MPH Jemaat dapat mengambil keputusan yang tidak menyimpang dari keputusan Rapat
Majelis Jemaat serta mempertanggung jawabkan kepada Rapat Majelis Jemaat. c. Membuat Rancangan Program dan Anggaran untuk dibahas pada rapat majelis jemaat. d. Memilih dan menetapkan Komisi, Badan, Yayasan, Panitia dan Kelompok Kerja.
3. RAPAT KOORDINASI a. Rapat Koordinasi MPH Jemaat dengan Kompelsus, Komisi, Badan, Yayasan, Panitia dan Kelompok
Kerja dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dalam Jemaat. b. Rapat Koordinasi membahas pelaksanaan Kerja dan membahas masalah-masalah serta mencari jalan
keluar untuk kelancaran tugas Komisi, Badan, Yayasan, Panitia dan Kelompok Kerja. c. Hasil Rapat Koordinasi MPH Jemaat dengan Komisi, Badan, Penyelenggara / Pengelola, Panitia dan
Kelompok Kerja disampaikan kepada Majelis Jemaat.
Pasal 47 PERBENDAHARAAN
1. Perbendaharaan Jemaat GKLB adalah seluruh harta milik GKLB yang berada di Jemaat baik itu yang bergerak dan tidak bergerak yang dikelola dan diawasi oleh Majelis Jemaat serta dicatat dalam Buku Inventaris Jemaat.
2. Harta benda Jemaat yang rusak dan tidak layak pakai dihapuskan dalam daftar harta milik Jemaat melalui berita acara penghapusan, diumumkan kepada Jemaat yang tembusannya disampaikan kepada MPH Sinode.
3. Administrasi pengelolaan Keuangan Jemaat dilaksanakan sesuai peraturan perbendaharaan untuk itu. 4. Bendahara Jemaat setiap bulan menyampaikan laporan keadaan keuangan kepada anggota Jemaat yang
tembusannya disampaikan kepada MPH Sinode.
Pasal 48 PENGAWASAN
1. Pengawasan sehari-hari dilaksanakan oleh MPH Jemaat 2. Pengawasan berkala dilaksanakan oleh BPP Jemaat dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 bulan sekali 3. Mekanisme dan teknis pengawasan perbendaharaan di Jemaat diatur sesuai peraturan pengawasan
perbendaharaan yang ditetapkan untuk itu
Pasal 49 KANTOR JEMAAT
1. Kantor Jemaat adalah pusat kegiatan administrasi dan pelayanan Jemaat yang dikelola oleh MPH Jemaat. 2. Kantor Jemaat difungsikan, sebagai :
a) Tempat penyimpanan arsip keputusan-keputusan, dukumen dan surat-surat berharga milik Jemaat. b) Tempat pelaksanaan tugas sehari-hari MPH Jemaat.
3. Biaya pemeliharaan dan pengadaan inventaris Kantor dibebankan pada Kas Jemaat, dan sumbangan-sumbangan dari anggota Jemaat.
Pasal 50
PASTORI JEMAAT 1. Pastori Jemaat adalah tempat tinggal Pendeta / Ketua MPH Jemaat. 2. Biaya pemeliharaan dan pengadaan inventaris Pastori Jemaat dibiayai melalui Jemaat dan sumbangan-
sumbangan serta usaha-usaha lainnya.
Pasal 51 K O S T O R
1. Kostor adalah tenaga Kerja yang diangkat dan ditetapkan melalui Rapat Majelis Jemaat. 2. Gaji / Honor Kostor ditetapkan oleh Rapat Majelis Jemaat. 3. Tugas Kostor diatur oleh MPH Jemaat
Pasal 52
TENAGA KERJA LAINNYA 1. Untuk memenuhi kebutuhan ketenagaan di Jemaat maka MPH Jemaat dapat mengusulkan Tenaga kerja
lainnya dalam Rapat Majelis Jemaat 2. Jumlah dan jenis tenaga disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Jemaat. 3. Gaji / Honor ditetapkan dalam Rapat Majelis Jemaat. 4. Keputusan Pengangkatan ditetapkan oleh MPH Jemaat. 5. Tugas masing-masing tenaga kerja diatur oleh MPH Jemaat.
TATA LAKSANA II
S I N O D E Pasal 1
PENGERTIAN Sinode adalah Wadah Persekutuan Jemaat – jemaat yang mengelola Pelayanan bersama di wilayah Gereja Kristen di Luwuk Banggai (GKLB).
Pasal 2 WADAH PENATALAYANAN TINGKAT SINODE
Wadah Penatalayanan terdiri dari : 1. Sidang Sinode Periode 2. Sidang Sinode Khusus 3. Rapat Majelis Pekerja Sinode 4. Rapat Majelis Pekerja Harian Sinode 5. Rapat Koordinasi Tingkat Sinode
Pasal 3
PENYELENGGARAAN SIDANG DAN RAPAT MPS Penyelenggaraan Sidang dan Rapat MPS merupakan tanggung jawab seluruh jemaat GKLB
Pasal 4
SIDANG SINODE PERIODE 1. Sidang Sinode Periode adalah Sidang Tertinggi yang diselenggarakan 5 (Lima) tahun sekali sebagai
perwujudan kehendak seluruh jemaat dalam wilayah Pelayanan GKLB yang dilaksanakan di Pusat Sinode dan atau sesuai Keputusan Sidang Sinode
2. Sidang hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri sekurang – kurangnya 2/3 dari seluruh peserta utusan 3. Sidang dibuka dan ditutup oleh MPH Sinode
Pasal 5 TUGAS SIDANG SINODE PERIODE
1. Menetapkan Tata Gereja GKLB 2. Membahas laporan pertanggung jawaban MPH Sinode GKLB 3. Menetapkan Garis – Garis Besar Program Umum GKLB untuk satu periode (Lima tahun) 4. Memilih dan menetapkan MPHS GKLB 5. Menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi dilingkungan GKLB 6. Menetapkan tempat dan waktu penyelenggaraan Sidang Sinode Periode, dan atau Sidang Sinode Khusus 7. Menetapkan tempat dan waktu penyelenggaraan Rapat MPS I
Pasal 6
PESERTA SIDANG SINODE PERIODE 1. Peserta Utusan terdiri dari :
a. Majelis Pekerja Harian Sinode GKLB b. Presbiter Perutusan Jemaat :
1) Jemaat s.d - 50 KK = 1 Orang 2) Jemaat 51 - 200 KK = 2 Orang 3) Jemaat 201 - 450 KK = 3 Orang 4) Jemaat 451 - Dst KK = 4 Orang
c. Ketua Badan Pertimbangan dan Ketua Badan Pengawas Perbendaharaan Sinode d. Ketua – Ketua Kompelsus Tingkat Sinode.
2. Peserta Peninjau terdiri dari : a. Pendeta GKLB yang tidak termasuk Peserta Utusan Jemaat b. Ketua – Ketua, Yayasan, Komisi dan Panitia dilingkungan GKLB c. Pendeta Emeritus d. Tokoh – Tokoh Jemaat yang dianggap perlu
3. Peserta Undangan terdiri dari : a. Unsur Pemerintah b. Mitra Gereja dan Lembaga – Lembaga di dalam negeri dan di luar negeri
Pasal 7
HAK PESERTA 1. Peserta utusan mempunyai hak berbicara, memutuskan, memilih dan dipilih 2. Peserta peninjau mempunyai hak berbicara dan dipilih 3. Peserta undangan mempunyai hak berbicara 4.
Pasal 8 PERSIDANGAN
1. Sidang Sinode Periode terdiri dari : a. Sidang Pleno b. Sidang Seksi c. Sidang Panitia
2. Sidang Pleno diselenggarakan untuk : a. Mengikuti ceramah dan diskusi b. Mendengar, membahas laporan pertanggung jawaban MPH Sinode c. Mendengar, membahas dan menetapkan hasil sidang seksi dan panitia d. Membahas dan menetapkan Gari-Garis Besar Program 5 tahun e. Memilih dan menetapkan MPH Sinode GKLB
3. Sidang Seksi diselenggarakan untuk : a. Membahas masalah yang ditugaskan oleh Sidang Pleno b. Menyiapkan hasil sidang seksi untuk disampaikan pada sidang pleno
4. Sidang Panitia diselenggarakan untuk membahas dan merumuskan hal–hal tertentu yang besifat khusus
Pasal 9 PENANGGUNG JAWAB DAN PIMPINAN SIDANG
1. Penanggung Jawab Sidang adalah MPH Sinode 2. Sekretaris Sinode adalah Sekretaris Persidangan 3. Sidang dipimpin oleh Majelis Ketua yang terdiri dari 5 (Lima) orang atas usul MPH Sinode dan disahkan oleh
Sidang
Pasal 10 PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengambilan keputusan didasarkan atas musyawarah dan mufakat 2. Apabila musyawarah dan mufakat tidak dapat dicapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak 3. Pengambilan keputusan yang menyangkut orang dilaksanakan secara tertulis dan rahasia 4. Pengambilan keputusan terhadap Perubahan Tata Dasar, hanya dapat dilaksanakan apabila disetujui
minimal oleh 2/3 dari jumlah peserta utusan yang hadir Pasal 11
PEMILIHAN MPH SINODE 1. Pemilihan MPH Sinode dilaksanakan dalam Sidang Sinode 2. Tata cara pemilihan MPH Sinode diatur dalam peraturan khusus tentang pemilihan MPH Sinode
Pasal 12 MASA JABATAN MPH SINODE
MPH Sinode dipilih dan ditetapkan oleh Sidang Sinode untuk masa jabatan 5 (Lima) tahun
Pasal 13 KOMPOSISI MPH SINODE
1. Komposisi MPH Sinode berjumlah 7 (Tujuh) orang: Ketua : Pendeta Wakil Ketua I : Pendeta / Penatua Wakil Ketua II : Pendeta / Penatua Sekretaris : Pendeta / Penatua Wakil Sekretaris : Pendeta / Penatua Bendahara : Pendeta / Penatua Wakil Bendahara : Pendeta / Penatua
Pasal 14
KRITERIA CALON MPH SINODE GKLB 1. Warga Jemaat GKLB 2. Pendeta yang sudah mempunyai masa kerja minimal 15 (Lima Belas) tahun dilingkungan GKLB 3. Penatua / syamas yang sudah mempunyai masa kerja minimal 10 (Sepuluh) tahun dilingkungan GKLB 4. Mempunyai kemampuan memimpin 5. Mempunyai kemampuan ber Theologia 6. Mempunyai wawasan kemasyarakatan 7. Mempunyai nama baik dalam Gereja dan Masyarakat 8. Sehat jasmani dan rohani 9. Usia bagi pendeta, penatua dan syamas pada saat dipilih minimal 40 (Empat Puluh) tahun
Pasal 15 TUGAS MPH SINODE
1. Melaksanakan Tata Gereja, Keputusan Sidang Sinode, Keputusan Sidang Sinode Khusus, Keputusan Rapat Majelis Pekerja Sinode serta Ketentuan – ketentuan lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip Gereja demi kepentingan GKLB
2. Membina jemaat dan alat kelengkapan Gereja lainnya 3. Menggembalakan warga jemaat dan pelayan khusus dilingkungan GKLB 4. Melaksanakan Pengawasan atas Pelaksanaan Tata Gereja, Keputusan Sidang Sinode Periode, Keputusan
Sidang Sinode Khusus dan Keputusan Rapat Majelis Pekerja Sinode 5. Mengadakan, melakukan dan membina hubungan kerja sama dengan Pemerintah, Gereja – gereja Mitra dan
Lembaga – lembaga Oikumenis 6. Mempersiapkan dan melaksanakan Sidang Sinode Periode, Sidang Sinode Khusus dan Rapat Majelis
Pekerja Sinode dan Rapat Koordinasi 7. Menyusun Rancangan peraturan khusus untuk diajukan dan ditetapkan dalam Sidang Sinode atau Rapat
Majelis Pekerja Sinode 8. Mengangkat, mengurapi dan meneguhkan pejabat – pejabat Gereja 9. Mengelolah, mengawasi dan mempertanggung jawabkan harta milik Gereja 10. Menyelesaikan masalah – masalah yang timbul dilingkungan GKLB
11. Berkewenangan dan bertanggung jawab ke dalam dan ke luar oleh dan atas nama GKLB, baik yang menyangkut pelayanan maupun hal-hal lain demi kepentingan Jemaat
12. Memelihara keutuhan hidup Gereja 13. Membentuk badan, yayasan, komisi dan panitia dilingkungan GKLB 14. Melakukan usaha – usaha kemandirian GKLB dibidang theologia, daya dan dana
Pasal 16 BERAKHIRNYA TUGAS MPH SINODE GKLB
Berakhirnya tugas MPH Sinode GKLB pada saat selesainya pelantikan MPH Sinode terpilih yang ditandai dengan serah terima jabatan yang dilaksanakan selambat – lambatnya 1 (Satu) Minggu sesudah Sidang Sinode
Pasal 17 PENGISIAN LOWONGAN
1. Apabila ada personil MPH Sinode yang berhalangan tetap, maka tugas-tugasnya untuk sementara waktu dilaksanakan oleh salah seorang MPH Sinode
2. Pengisian lowongan jabatan pada Poin 1, dilaksanakan pada Rapat MPS berikutnya
Pasal 18 SIDANG SINODE KHUSUS
1. Sidang Sinode Khusus adalah Sidang Sinode yang dilaksanakan karena suatu kebutuhan tertentu yang tidak mungkin lagi menunggu Sidang Sinode Periode
2. Sidang Sinode Khusus dapat dilaksanakan berdasarkan : a. Keputusan Sidang Sinode Periode b. Usul 2/3 Jemaat – jemaat c. Keputusan Rapat MPS
3. Peserta, hak peserta, persidangan, pimpinan sidang, pengambilan keputusan serta pemilihan, mempedomani ketentuan – ketentuan yang berlaku pada Sidang Sinode Periode
Pasal 19
RAPAT MAJELIS PEKERJA SINODE
1. Rapat Majelis Pekerja Sinode adalah Rapat Tahunan Sinode GKLB 2. Rapat MPS I dilaksanakan satu bulan setelah Sidang Sinode Periode 3. Rapat MPS dilaksanakan di Jemaat – jemaat secara bergilir 4. Rapat MPS dapat dilaksanakan apabila dihadiri sekurang-kurangnya setengah dari jumlah peserta utusan
ditambah satu.
Pasal 20 TUGAS RAPAT MPS
1. Membahas laporan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas MPH Sinode selama 1 (satu) tahun. 2. Menyusun dan menetapkan program kerja satu tahun pelayanan sebagai penjabaran Garis-Garis Besar
Program GKLB 3. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sinode untuk 1 (satu) tahun pelayanan 4. Mengisi lowongan jabatan yang terjadi pada MPH Sinode 5. Memilih dan menetapkan BPP dan BP tingkat Sinode atas usul MPH Sinode 6. Melantik BPP dan BP 7. Menyelesaikan masalah – masalah pelayanan yang belum dapat diselesaikan oleh MPH Sinode 8. Menetapkan waktu dan tempat rapat MPS berikutnya
Pasal 21 PENANGGUNG JAWAB DAN PIMPINAN RAPAT MPS
1. Penangung jawab rapat MPS adalah MPH Sinode 2. Rapat MPS dipimpin oleh Majelis Ketua yang dipilih dari dan oleh peserta rapat sebanyak 3 (Tiga) orang atas
usul MPH Sinode 3. Rapat MPS dibuka dan ditutup oleh MPH Sinode
Pasal 22
PESERTA RAPAT MPS 1. Peserta Utusan :
a. Majelis Pekerja Harian Sinode
b. Ketua – ketua Kompelsus Tingkat Sinode c. Ketua – ketua Jemaat se GKLB d. Ketua dan Anggota BP dan BPP Sinode GKLB
2. Peserta Peninjau : Ketua – ketua badan, yayasan, komisi dan panitia
3. Peserta Undangan a. Unsur pemerintah b. Pendeta Emeritus c. Undangan lainnya yang dianggap perlu sebanyak – banyaknya 5 (Lima) orang
Pasal 23
PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Pengambilan keputusan didasarkan pada musyawarah dan mufakat 2. Apabila musyawarah dan mufakat tidak dapat dicapai maka pengambilan keputusan berdasarkan suara
terbanyak 3. Dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut orang dilaksanakan secara tertulis dan rahasia
Pasal 24
RAPAT KOORDINASI TINGKAT SINODE 1. Rapat koordinasi Tingkat Sinode adalah rapat yang dilaksanakan menjelang dan sesudah Sidang Sinode
atau rapat MPS 2. Rapat Koordinasi sewaktu-waktu dapat dilaksanakan, sesuai kebutuhan
Pasal 25 TUGAS RAPAT KOORDINASI TINGKAT SINODE
1. Menyusun rancangan program untuk dibahas pada Sidang Sinode atau rapat MPS 2. Menjabarkan program yang telah diputuskan dalam Sidang Sinode atau rapat MPS
Pasal 26 PELAKSANAAN RAPAT KOORDINASI TINGKAT SINODE
1. Pelaksana rapat koordinasi Tingkat Sinode adalah MPH Sinode GKLB 2. Tempat pelaksanaan di Pusat Sinode
Pasal 27 PESERTA RAPAT KOORDINASI TINGKAT SINODE
1. Majelis Pekerja Harian Sinode GKLB 2. Ketua – ketua Kompelsus Tingkat Sinode 3. Ketua – ketua badan, yayasan, komisi dan panitia
Pasal 28 RAPAT MAJELIS PEKERJA HARIAN SINODE
Rapat MPH Sinode adalah rapat yang dilaksanakan untuk menjabarkan Keputusan Sidang Sinode, Keputusan Rapat MPS dan semua hal yang merupakan tugas dan tanggung jawab MPH Sinode
Pasal 29
W I L A Y A H 1. Wilayah adalah kumpulan beberapa jemaat. 2. Pembentukan wilayah, ditetapkan oleh MPH Sinode, sesuai kebutuhan
Pasal 30
FUNGSI WILAYAH 1. Melaksanakan Keputusan Sidang Sinode dan Rapat MPS 2. Memusyawarahkan pelaksanaan pelayanan yang ditugaskan oleh MPH Sinode 3. Memusyawarakan kegiatan pelayanan bersama. 4. Menyelesaikan masalah-masalah di wilayah secara musyawarah
Pasal 31
KOORDINATOR WILAYAH 1. Masing – masing wilayah di koordinir oleh seorang koordinator wilayah 2. Koordinator wilayah dipilih dari dan oleh ketua – ketua jemaat dalam 1 (satu) wilayah melalui musyawarah
pelayanan
3. Penetapan Koordinator wilayah dengan surat keputusan MPH Sinode 4. Koordinator wilayah adalah tugas tambahan dari jabatan sebagai ketua jemaat 5. Masa tugas Koordinator wilayah ditetapkan selama 2 (dua) tahun 6. Apabila terjadi mutasi dan atau kepentingan lain maka dapat dilaksanakan pemilihan kembali Koordinator
wilayah
Pasal 32 TUGAS KOORDINATOR WILAYAH
1. Melaksanakan koordinasi pelayanan diwilayah masing – masing 2. Melaksanakan pemantauan sesuai penugasan terhadap keputusan Sidang Sinode dan Rapat MPS 3. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh MPH Sinode
Pasal 33 PEMBIAYAAN WILAYAH
1. Biaya pelaksanaan kegiatan pelayanan di wilayah di tanggung bersama oleh jemaat – jemaat di wilayah yang bersangkutan
2. Biaya pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan oleh MPH Sinode di tanggung Kas Sinode
TATA LAKSANA III PERBENDAHARAAN
Pasal 1 PENGERTIAN
Perbendaharaan adalah seluruh harta benda / asset GKLB, berupa uang, barang dan jasa yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Penyelenggaraan administrasinya meliputi: pencatatan, penyimpanan, pengeluaran, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan.
Pasal 2 SUMBER PENDAPATAN
1. Rutin a. Pendapatan Sinode
1). Setoran 50 % dari Jemaat a) Pundi I
(1) Ibadah Hari Minggu (2) Ibadah Perayaan Natal (3) Ibadah Hari Natal I (4) Ibadah Hari Natal II (5) Ibadah Malam Akhir Tahun (6) Ibadah Tahun Baru (7) Ibadah Jumat Agung (8) Ibadah Perayaan Paskah (gereja padang) (9) Ibadah Hari Paskah I (10) Ibadah Hari Paskah II (11) Ibadah Hari Kenaikan (12) Ibadah Hari Pentakosta I (13) Ibadah Hari Pentakosta II (14) Ibadah Akhir Tahun (15) Ibadah Tahun Baru I (16) Ibadah Tahun Baru II (17) Ibadah Nikah Kudus (18) Ibadah HUT PI/HUT GKLB/HUT Jemaat (19) Ibadah Syukur Panen (20) Ibadah Hari Proklamasi 17 Agustus (21) Ibadah Oikumene (22) Ibadah Rumah Tangga (semua jenis) (23) Ibadah Kompelsus (24) Ibadah Pekan Keluarga (25) Ibadah lainnya yang tidak bertentangan dengan Tata Gereja GKLB
b). Sampul Syukur:
(1) Nazar, Sykur Keluarga dan Perpuluhan (2) Syukur Bulanan dan Tahunan (3) Sampul Perayaan Hari Raya / Hari Khusus Gerejawi:
- Sampul Perayaan Natal - Sampul Hari Natal I - Sampul Hari Jumat Agung - Sampul Hari Paskah I - Sampul Hari Kenaikan - Sampul Hari Pentakosta I - Sampul Hari Pentakosta II - Sampul Akhir Tahun - Sampul Tahun Baru - Sampul Baptisan Kudus - Sampul Sidi - Sampul Nikah Kudus - Sampul Perjamuan Kudus Akhir Tahun - Sampul Perjamuan Kudus Jumat Agung - Sampul Perjamuan Kudus Trinitas - Sampul Sykur Panen
c). Pundi III (dana mandiri) 2). Setoran 100 % Pundi I
(1) Ibadah Pembukaan/Penutupan Sidang Sinode/Rapat MPS (2) Ibadah lainnya yang diprogramkan oleh Sinode yang dilaksanakan di Jemaat/Kantor Sinode
3). Setoran/Usaha Rutin MPH Sinode (1) Kontribusi Jemaat (2) Sampul HUT PI dan HUT GKLB (3) Kontribusi Yayasan/Komisi/Proyek (4) Penjualan Surat-Surat berharga (Baptisan, Sidi dan Nikah) (5) Bantuan Donatur (6) Pendapatan Aset GKLB di Sinode (7) Pendapatan Hibah (8) Jasa Bank (9) Usaha-Usaha lainnya
b. Pendapatan Jemaat 1). Persembahan Jemaat 50 %
(a) Pundi I (Pundi Terbanyak) (1) Ibadah Hari Minggu (2) Ibadah Perayaan Natal (3) Ibadah Hari Natal I (4) Ibadah Hari Natal II (5) Ibadah Jumat Agung (6) Ibadah Perayaan Paskah (gereja padang) (7) Ibadah Hari Paskah I (8) Ibadah Hari Paskah II (9) Ibadah Hari Kenaikan (10) Ibadah Hari Pentakosta (11) Ibadah Akhir Tahun (12) Ibadah Tahun Baru I (13) Ibadah Tahun Baru II (14) Ibadah Nikah Kudus (15) Ibadah HUT PI/HUT GKLB/HUT Jemaat (16) Ibadah Syukur Panen (17) Ibadah Hari Proklamasi 17 Agustus (18) Ibadah Rumah Tangga (semua jenis) (19) Ibadah Kompelsus (20) Ibadah Pekan Keluarga (21) Ibadah lainnya yang tidak bertentangan dengan Tata Gereja GKLB
b). Sampul Syukur:
(1) Nazar dan Sykur Keluarga (2) Syukur Bulanan dan Tahunan (3) Sampul Perayaan Hari Raya / Hari Khusus Gerejawi:
- Sampul Perayaan Natal - Sampul Hari Natal I - Sampul Hari Jumat Agung - Sampul Hari Paskah I - Sampul Hari Kenaikan - Sampul Hari Pentakosta - Sampul Baptisan Kudus - Sampul Sidi - Sampul Nikah Kudus - Sampul Perjamuan Kudus Awal/Akhir Tahun (hari minggu) - Sampul Perjamuan Kudus Jumat Agung - Sampul Perjamuan Kudus Trinitas - Sampul Sykur Panen
c) Pundi III 50% (dana mandiri) 2). Persembahan Jemaat 100 % Pundi II
(a) Ibadah Hari Minggu (b) Ibadah Hari Natal I (c) Ibadah Hari Natal II (d) Ibadah Jumat Agung (e) Ibadah Hari Paskah I (f) Ibadah Hari Paskah II (g) Ibadah Hari Kenaikan (h) Ibadah Hari Pentakosta I (i) Ibadah Hari Pentakosta II (j) Ibadah Akhir Tahun (k) Ibadah Tahun Baru I (l) Ibadah Tahun Baru II (m) Ibadah Nikah Kudus (n) Ibadah HUT PI/HUT GKLB/HUT Jemaat (o) Ibadah Syukur Panen (p) Ibadah Hari Proklamasi 17 Agustus (q) Ibadah Pembukaan/Pentupan Sidang Sinode/Rapat MPS
3). Usaha-usaha Rutin Jemaat 100 % untuk Jemaat (a) Sampul HUT Jemaat/Sampul Khusus (b) Korban Tanggungjawab (c) Pengembalian Administrasi surat-surat berharga (Baptisan, Sidi dan Nikah) (d) Bantuan Donatur (e) Pendapatan Aset GKLB di Jemaat (f) Pendapatan Hibah (g) Jasa Bank (h) Usaha-Usaha lainnya yang tidak terarah
2. Pembangunan a. Pendapatan Sinode
Usaha-usaha MPH Sinode (100 % ke Sinode) 1) Proyek GKLB 2) Dana Jaminan Hari Tua 3) Dana YPSK 4) Dana Duka 5) Bantuan Pemerintah 6) Dana Sehat 7) Bantuan Donatur 8) Usaha-usaha lainnya
b. Pendapatan Jemaat 1) Pundi/Kotak Pembangunan
2) Sumbangan Untuk Pembangunan 3) Aksi dana (lelang, bazaar) untuk pembangunan 4) Pundi Diakonia 5) Bantuan Pemerintah 6) Bantuan Donatur 7) Kebun Jemaat 8) Usaha-Usaha lainnya
3. Uang-Uang Diteruskan
a. Perjamuan Kudus se Dunia b. HUT PGI, HUT GPI, HUT MPK, LAI/HAD c. Lain-lain
Pasal 3
MEKANISME PERBENDAHARAAN GKLB 1. Penerimaan Keuangan GKLB
a. Penerimaan Rutin b. Penerimaan Pembangunan c. Setoran Jemaat dijemput oleh staf keuangan SWinode GKLB d. Setoran Jemaat selambat-lambatnya tanggal 10 (setiap bulan) e. Setoran Jemaat/Komisi, Yayasan, dan setoran lainnya hanya dapat diterima oleh Bendahara atau yang
diberi kuasa/kewenagan. 2. Pencatatan Keuangan GKLB
a. Buku Bantu b. Buku Kas Umum c. Buku Inventaris/barang
3. Penyimpanan Uang GKLB Keuangan GKLB baik di tingkat Sinode maupun di tingkat Jemaat di simpan di brankas atau Bank atas nama Gereja
4. Pengeluaran a. Pos pengeluaran Rutin:
1) Gaji Pekerja 2) Honor-Honor 3) Perjalanan Dinas Gereja 4) ATK 5) Biaya Mutasi 6) Konsumsi 7) Pengadaan Inventaris 8) Pemeliharaan Inventaris: Kantor, Rumah Jabatan, Kendaraan Dinas (R4-R2) 9) PBB, STNK, Iuran, Pajak Bank 10) Sidang/Rapat 11) Air, Listrik, Telepon 12) Diakonia 13) Biaya Lembur 14) Pencetakan Surat-Surat berharga Gerejawi 15) Tamu 16) Kompelsus 17) Dokumentasi
b. Pos Pengeluaran Pembanguan 1) Proyek 2) Dana jaminan hari tua 3) Dana Sehat 4) Dana Duka 5) YPSK
c. Derma Diteruskan d. Semua bentuk pengeluaran harus berpedoman pada ketentuan yang berlaku, telah ditetapkan dan
disertai bukti yang sah e. Semua jenis pengeluaran harus dibuktikan dengan bukti yang sah (Kuitansi, faktur, SPPJ Gereja dan
lain-lain) f. Pembayaran gaji berlaku pada akhir bulan berjalan
g. Biaya pengobatan pegawai tetap GKLB diserahkan kepada Komisi Dana Sehat GKLB h. Pengeluaran harus berpedoman pada anggaran yang sudah ditetapkan dalam rapat Majelis Jemaat di
tingkat Jemaat dalam Rapat MPS dan Sidang Sinode di tingkat Sinode i. Anggaran tiap Kompelsus di tingkat Jemaat ditetapkan oleh Rapat Majelis Jemaat di Tingkat Sinode
oleh Rapat MPS/Sidang Sinode 5. Laporan Pertanggungjawaban Keuangan GKLB
a. Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Jemaat setiap bulan wajib diberi tembusan kepada Bendahara Sinode melalui staf keuangan Siniode.
b. Bendahara Sinode wajib membuat laporan balik pertanggungjawaban keuangan ke Jemaat-Jemaat setiap tiga bulan
c. Bendahara Sinode Wajib membuat laporan pertanggungjawaban keuangan pada rapat MPS atau Sidang Sinode
d. Badan, Yayasan, Komisi, Kompelsus, dan Panitia wajib membuat laporan pertanggungjawaban keuangan kepada MPH Sinode di tingkat Sinode MPH Jemaat di tingkat Jemaat (per tahun)
e. Format disediakan oleh MPH Sinode 6. Revisi Anggaran
Apabila terjadi hal-hal yang luar biasa sehingga anggaran perlu direvisi maka MPH Sinode/Jemaat perlu membuat usulan Revisi anggaran yang disampaikan pada Rapat Koordinasi Tingkat Sinode, pada rapat evaluasi majelis Jemaat
7. Tahun Buku Tahun buku dimulai tanggal 1 Januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember
Pasal 4
B E N D A H A R A 1. Bendahara Sinode adalah Anggota MPH Sinode yang dipilih dan ditetapkan pada Sidang Sinode 2. Bendahara Bertanggungjawab atas semua penerimaan dan pengeluaran Sinode 3. Bendahara Sinode dibantu oleh staf bendahara yang ditunjuk dan diangkat oleh MPH Sinode yang terdiri
dari: a. Kasir b. Juru Buku c. Petugas Lapangan d. Bendahara Inventaris Baranga e. Petugas Keuangan di wilayah yang ditunjuk oleh MPH Sinode
Pasal 5
TUGAS BENDAHARA 1. Menerima, membukukan, menyimpan, mengeluarkan keuangan sesuai ketentuan yang berlaku dan atas
persetujuan Ketua Sinode/Ketua Jemaat 2. Mencatat, Menyipan suart-surat berharga dengan baik dan aman 3. Meneruskan Dana Terarah 4. Mendaftar, mengawasi dan menertibkan inventaris GKLB 5. Membina dan mengawasi keuangan di semua tingkat (sinode dan jemaat) 6. Mengerjakan administrasi keuangan secara baik, rapih dan tertib 7. Membuat laporan pertanggungjawaban keuangan
Pasal 6
S A N K S I Kesalahan pengelolaan keuangan diberikan sanksi berupa: 1. Jika terjadi kelalainan yang diakibatkan kesalahan administrasi maka yang bersangkutan diharuskan untuk
memperbaiki/menyelesaikan adminitrasinya selambat-lambatnya dalam waktu 1 bulan 2. Jika terjadi ketekoran Kas, maka yang bersangkutan diharuskan untuk mengembalikan/mengganti ketekoran
/ Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 3. Jika yang bersangkutan tidak menaati ayat 1 dan 2 diatas maka yang bersangkutan diajukan kemuka
pengadilan 4. Jika yang bersangkutan dihukum 4 tahun keatas, akibat kesalahannya maka yang bersangkutan
diberhentikan
Pasal 7 INVENTARIS DAN ASSET GKLB
1. Inventaris dan asset GKLB adalah barang bergerak / tidak bergerak milik GKLB yang berada di tingkat Sinode maupun di tingkat Jemaat
2. Semua inventaris dan asset GKLB harus terdaftar/dibukukan dengan baik, benar dan jelas 3. Pemberdayaan asset GKLB dilakukan oleh Komisi Aset di tingkat Sinode/Jemaat 4. Penyusutan inventaris dan asset GKLB, dihitung sesuai dengan ketentuan penyusutan yang berlaku secara
umum 5. Pembelian dan Penjualan inventaris dan asset GKLB harus mendapat persetujuan Sidang Sinode atau
Rapat MPS 6. Penswastaan Inventaris dan Aset GKLB hanya berlaku untuk barang bergerak 7. Perioritas penswastaan diberikan kepada pemegang/pemakai terakhir atau pegawai GKLB
Pasal 8 P E N G A W A S A N
1. Pengawasan sehari-hari dilaksanakan oleh MPH Jemaat / MPH Sinode 2. Pengawasan berkala dilaksanakan oleh BPP Jemaat / BPP Sinode dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 3
bulan sekali 3. Mekanisme dan teknis pengawasan perbendaharaan di Jemaat / Sinode, diatur sesuai peraturan
pengawasan perbendaharaan yang ditetapkan untuk itu 4. Khusus untuk program kerja sama dengan mitra, pengawasannya disesuaikan dengan kesepakan bersama
Pasal 9 PERBENDAHARAAN JEMAAT
Pengatuaran perbendaharaan jemaat yang tidak tercantum pada pasal-pasal di atas, dengan sendirinya mempedomani peraturan yang berkalu pada Perbendaharaan Sinode
TATA LAKSANA IV P E K E R J A G K L B
Pasal 1 PENGERTIAN
Pekerja Gereja adalah mereka yang memilih dan memberi diri untuk bekerja di Gereja Kristen Luwuk Banggai yang diangkat oleh MPHS/MPHJ sebagai Pekerja Tetap dan Pekerja tidak tetap
Pasal 2
STATUS PEKERJA 1. Pekerja tetap ialah mereka yang sudah memilih dan memberi diri untuk bekerja di lingkungan gereja dan
diberi jaminan hidup yang tetap 2. Pekerja tidak tetap, ialah mereka yang memilih dan memberi diri untuk bekerja di lingkungan gereja tanpa
diberi jaminan hidup yang tetap.
Pasal 3 SYARAT-SYARAT PENGANGKATAN
1. Pekerja Tetap Pendeta a. Sehat jasmani sesuai keterangan dokter b. Memiliki ijazah pendidikan Theologi S1 yang diakui GKLB c. Berusia serendah-rendahnya 23 tahun dan setinggi-tingginya 35 tahun d. Telah selesai melaksanakan Vicaris dan diurapi menjadi Pendeta
2. Pekerja Tetap Non Pendeta a. Sehat jasmani sesuai keterangan dokter b. Berusia serendah-rendahnya 18 Tahun dan setinggi-tingginya 35 tahun c. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat di instansi lain d. Mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan dalam jabatan tertentu.
3. Pengangkatan pekerja gereja didasarkan pada kebutuhan pelayanan dengan memperhatikan kemampuan keuangan gereja.
Pasal 4 CALON PEKERJA TETAP GEREJA
1. Calon pekerja Tetap Pendeta a. Menjalani Masa Vicaris sekurang-kurangnya 1 tahun b. Menjalani Masa Vicaris tidak dihitung sebagai masa kerja pekerja gereja c. Penempatan vicaris diatur oleh MPH Sinode Bersama MPH Jemaat d. Seorang Vicaris diakhir masa Vicariatnya diwajibkan menyusun karya tulis untuk bahan penilaian dan
pertimbangan pimpinan gereja e. Bagi calon pekerja yang menjalani masa Vicaris dan percobaan yang dianggap tidak memenuhi syarat
tidak dapat diangkat menjadi pekerja gereja. f. Bagi calon pekerja yang menjalani masa Vicaris dan percobaan yang dianggap memenuhi syarat dapat
diangkat menjadi pekerja gereja, sesuai formasi 2. Calon pekerja Tetap Non Pendeta
a. Masa percobaan Sekurang-kurangnya 1 tahun. b. Selama menjalani masa percobaan tidak dihitung sebagai masa kerja c. Selama menjalani masa percobaan yang dianggap tidak memenuhi syarat, tidak dapat diangkat menjadi
pekerja gereja.
Pasal 5 KEWAJIBAN PEKERJA TETAP GEREJA
1. Setiap pekerja wajib mentaati Tata Gereja dan semua Peraturan Gereja 2. Setiap pekerja Gereja wajib menyimpan rahasia jabatan 3. Pekerja Gereja hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan atas permintaan pimpinan Gereja 4. Pekerja tetap Gereja wajib mengikuti program Dana Pensiun yang ditetapkan Gereja 5. Setiap pekerja wajib membayar Iuran Dana Pensiun, Dana Kesehatan, Dana Duka, yang diatur dalam
peraturan khusus.
Pasal 6 HAK PEKERJA TETAP GEREJA
1. Menerima tunjangan hidup sesuai ketentuan yang berlaku 2. Mendapat cuti 3. Bantuan biaya pengobatan sebagaimana diatur dalam peraturan khusus 4. Tunjangan hari raya besarnya ditentukan oleh gereja 5. Menerima pensiun, bantuan duka dan kesehatan sesuai ketentuan gereja
Pasal 7 PENGANGKATAN MENJADI PEKERJA TETAP GEREJA
1. Seorang calon pekerja tetap (Pendeta) setelah menyelesaikan masa Vicariatnya diurapi menjadi Pendeta GKLB
2. Seorang Pendeta yang diangkat menjadi pekerja tetap gereja ditetapkan melalui SK MPHS 3. Seorang calon pekerja tetap (Non Pendeta) setelah menyelesaikan masa percobaannya diangkat menjadi
pekerja tetap GKLB melalui SK. Pasal 8
PENGANGKATAN DENGAN MENGHARGAI PENGALAMAN KERJA 1. Masa kerja dalam lingkungan gereja dihitung 100 % menjadi masa kerja aktif 2. Masa kerja diluar lingkungan gereja dihitung 50 % menjadi masa kerja aktif 3. Pengalaman kerja pada poin 1 dan 2 di atas harus dapat dibuktikan dengan keterangan yang syah
Pasal 9
PENGGOLONGAN PADA PENGAKGATAN PERTAMA 1. Golongan ruang 1/a bagi yang memiliki STTB SD 2. Golongan ruang 1/b bagi yang memiliki STTB SMP / disamakan 3. Golongan ruang II/a bagi yang memiliki STTB SMU / disamakan/D1 4. Golongan ruang II/b bagi yang memiliki ijazah setingkat D2 5. Golongan ruang II/c bagi yang memiliki ijazah setingkat sarmud/D3 6. Golongan ruang III/a bagi yang memiliki ijazah Strata Satu / disamakan 7. Golongan ruang III/b bagi yang memiliki ijazah Strata Dua / disamakan 8. Golongan ruang III/c bagi yang memiliki ijazah Strata Tiga
Pasal 10
GAJI, TUNJANGAN DAN KESEJAHTERAAN 1. Gaji terdiri dari gaji pokok ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya sesuai peraturan yang berlaku dan
ditetapkan dengan SK MPHS GKLB 2. Tunjangan pekerja tetap gereja
a. Tunjangan istri/suami b. Tunjangan anak 3 (tiga) org. c. Tunjangan pangan d. Tunjangan struktural e. Tunjangan lainnya
4. Bagi pekerja tetap gereja yang suami / istrinya pekerja tetap gereja, tunjangan anak hanya masuk pada salah satunya
5. Kesejahteraan pekerja tetap / tidak tetap gereja: Di Tingkat Jemaat ditetapkan melalui Rapat Majelis Jemaat, di tingkat Sinode ditetapkan melalui Rapat MPS
Pasal 11 MASA KERJA
1. Masa kerja aktif adalah masa kerja seseorang selama bekerja sebagai pekerja gereja 2. Masa kerja golongan adalah masa selama seseorang menduduki pangkat dan golongan gaji pada waktu
tertentu
Pasal 12 KENAIKAN GAJI BERKALA
1. Kenaikan gaji berkala diberikan setiap dua tahun sekali, kepada pekerja gereja jika yang bersangkutan telah memenuhi syarat dan menunjukkan prentasi kerja dengan baik sesuai penilaian Pimpinan gereja
2. Jika syarat dimaksud pada ayat 1 (satu) diatas belum / tidak dipenuhi, maka kenaikan gaji berkala dapat ditunda paling lama 1 (satu) tahun
3. Masa penilaian untuk kenaikan gaji berkala adalah 2 (dua) tahun oleh MPHS GKLB
Pasal 13 KENAIKAN PANGKAT
1. Kenaikan pangkat pekerja gereja ditetapkan 1 April dan 1 Oktober setiap tahun 2. Kenaikan pangkat pekerja gereja didasarkan pada prestasi kerja 3. Prestasi kerja pekerja gereja dinilai oleh pimpinan gereja
Pasal 14 KENAIKAN PANGKAT REGULER
1. Kenaikan pangkat reguler pekerja gereja dapat diberikan: a. Setelah yang bersangkutan telah 4 (empat) tahun dalam pangkat yang dimilikinya b. Menunjukan Prestasi Kerja dengan baik
2. Kenaikan Pangkat Reguler diatur dalam surat keputusan MPH Sinode.
Pasal 15 KENAIKAN PANGKAT ISTIMEWA
1. Pekerja tetap gereja yang karena prestasinya dapat dinaikan pengkatnya apabila telah dua tahun dalam pangkat yang dimilikinya
2. Kenaikan pangkat istimewa dapat diberikan dua kali selama yang bersangkutan melaksanakan tugasnya
Pasal 16 KENAIKAN PANGKAT PENGABDIAN
Pekerja tetap gereja , yang telah mencapai usia pensiun diberhentikan dengan hak pensiun dapat dinaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi setelah 6(enam) bulan kenaikan pangkat terakhir
Pasal 17
KENAIKAN PANGKAT ANUMERTA 1. Pekerja gereja yang meninggal dunia dalam menjalankan tugas dinaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi
secara Anumerta 2. Kenaikan pangkat Anumerta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) berlaku mulai dari tanggal meninggal
dunia pekerja gereja yang bersangkutan
Pasal 18
KENAIKAN PANGKAT DALAM TUGAS BELAJAR 1. Pekerja gereja yang ditugaskan mengikuti pendidikan dapat dinaikan pangkatnya setelah mencapai masa
kerja sesuai pangkat yang dimilikinya 2. Masa tugas mengikuti pendidikan tersebut dihitung sebagai masa kerja aktif.
Pasal 19 KENAIKAN PANGKAT SEBAGAI PENYESUAIAN IJAZAH
Pekerja gereja yang telah menyelesaikan tugas belajar dapat dinaikan pangkatnya hingga mencapai pangkat terendah ijazah yang diperolehnya.
Pasal 20 KENAIKAN PANGKAT SELAMA DALAM PENUGASAN
Pekerja gereja yang dipekerjakan secara penuh pada lembaga lain, diberikan kenaikan pangkat reguler sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 21
PENEMPATAN DAN MUTASI 1. Penempatan
a. Penempatan awal pekerja tetap GKLB (Pendeta) dimulai di jemaat pedesaan b. Penempatan pekerja tetap gereja disuatu jemaat disesuaikan dengan kemampuan jemaat atas
pertimbangan MPH Sinode c. Lamanya seseorang bertugas di suatu jemaat adalah 5 tahun.
2. Mutasi a. Mutasi adalah pemindahan tempat tugas atau posisi jabatan seorang pekerja tetap dalam rangka
memperluas wawasan dan pembinaan guna peningkatan kinerja pelayanan b. Mutasi pekerja tetap gereja adalah wewenang MPH Sinode
Pasal 22
PEMBERHENTIAN Pemberhentian pekerja tetap gereja dapat terjadi, Baik dengan hormat, sementara dan tidak dengan hormat: 1. Pemberhentia Dengan hormat sebagai berikut:
a. Meninggal dunia Pekerja gereja yang dinyatakan berhenti karena meninggal dunia haknya diatur menurut ketentuan yang berlaku
b. Pensiun 1) Usia pensiun Pekerja tetap ditetapkan sebagai berikut: Wajib Pensiun 60 Tahun, Pensiun Dini 45
Tahun 2) Pekerja Tetap Gereja yang diberhentikan karena pensiun diberikan hak gaji atas pensiun menurut
ketentuan yang berlaku c. Alasan Kesehatan
Pekerja Tetap gereja yang di nyatakan berhenti kerena alasan kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter. Gajinya dibayarkan sebagai berikut: 1) Tahun pertama 100 % tanpa tunjangan 2) Tahun kedua 100 % tanpa tunjangan 3) Tahun ketiga 100 % tanpa tunjangan 4) Tahun ke empat dipensiunkan sesuai ketentuan yang berlaku
d. Permintaan sendiri Pekerja Tetap Gereja yang bersangkutan harus membuat dan mengajukan surat permohonan berhenti kepada pimpinan gereja
e. Bukan atas permintaan sendiri 1. Pemberhentian pekerja gereja yang melakukan pelanggaran namun belum memenuhi unsur-unsur
pemberhentian tidak dengan hormat 2. Dapat diterima kembali untuk bekerja apabila pekerja gereja tersebut telah memenuhi kententuan
untuk dipekerjakan kembali untuk bekerja apabila pekerja tetap gereja tersebut telah memenuhi ketentuan prosedur penerimaan kembali
2. Pemberhentian Sementara Pemberhentikan sementara diatur sabagai berikut:
a. Pekerja gereja yang sedang dalam proses penyidikan, yang menurut penelitian MPH Sinode nyata-nyata merugikan Gereja dikenakan pemberhentian sementara sampai ada keputusan pengadilan yang tetap dan apabila pekerja tersebut dinyatakan tidak bersalah maka yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali dan berhak menerima hak-haknya sebagai pekerja tetap
b. Pekerja gereja yang karena perbuatannya baik secara langsung maupun tidak langsung telah merugikan gereja dan atau pelayanan, dikenakan pemberhentian sementara selama 6 (enam) bulan dengan menerima gaji sebagai hak Pekerja Gereja: -. Bulan pertama dibayarkan 50 % tanpa tunjangan -. Bulan ke dua dan tiga 25 % tanpa tunjangan -. Bulan ke empat pembayaran gajinya dihentikan
c. Pemberhentian sementara didahului dengan: 1. Teguran lisan maupun tulisan 2. Penggembalaan khusus
d. Pemberhentian Sementara diatas dapat ditinjau kembali apabila oleh keputusan pengadilan yang bersangkutan tidak bersalah dan atas oleh penyelidikan dan pertimbangan MPHS yang bersangkutan ternyata tidak bersalah, maka dapat dipekerjakan kembali sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Pemberhentian tidak hormat a. Terbukti dan dinyatakan bersalah karena melanggar dogma/ajaran yang diakui gereja b. Dinyatakan bersalah menurut keputusan pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Namun
tidak berlaku bagi kesalahan / pelanggaran yang tidak disengaja dan atau tidak merugikan Gereja. c. Meninggalkan tugasnya secara tidak sah selama empat bulan d. Tidak dapat diangkat lagi.
Pasal 23
PROSEDUR PENERIMAAN KEMBALI PEKERJA TETAP GEREJA YANG DIBERHENTIKAN
1. Bagi pekerja tetap gereja yang diberhentikan dengan hormat dapat diterima kembali: a. Pekerja tetap gereja yang bersangkutan mengajukan permohonan tertulis kepada MPH Sinode b. MPH Sinode dapat mempertimbangkan maksud permohonan tersebut untuk diajukan pada rapat MPS
atau Sidang Sinode c. Rapat MPS atau Sidang Sinode dapat memutuskan menerima atau menolak permohonan yang
bersangkutan 2. Bagi pekerja gereja yang diberhentikan dengan tidak hormat tidak dapat dipekerjakan kembali.
Pasal 24 JAMINAN HARI TUA
1. Jaminan hari tua diberikan kepada pekerja tetap gereja yang telah menjalani masa pensiun sesuai ketentuan yang berlaku
2. Jaminan hari tua pekerja tetap gereja dikelola oleh Komisi Dana Jaminan Hari Tua 3. Penyelenggaraan Jaminan Hari Tua bagi pekerja tetap gereja diatur dalam peraturan khusus 4. Penerima Jaminan Hari Tua yang melanggar dogma, haknya dihentikan. Sepanjang dibayarkan oleh Kas
Sinode
Pasal 25 CUTI DAN IZIN
Cuti dan Izin bagi pekerja diberikan: 1. Cuti tahunan selama 14 hari 2. Cuti besar selama 3 (tiga) bulan apabila selama 6 tahun berturut-turut tidak pernah mengambil cuti 3. Cuti bersalin selama 3 bulan 4. Cuti diluar tanggungan gereja dapat diberikan kepada mereka yang membutuhkan paling lama 6 (enam)
bulan 5. Izin pekerja tetap gereja karena alasan penting selama 7 hari kerja 6. Setiap permohonan cuti dan izin harus melalaui atasan langsung secara tertulis 7. Cuti sakit sesuai surat keterangan dokter
Pasal 26
BEBAS TUGAS 1. Pekerja tetap gereja yang menjalankan tugas di lembaga lain atas izin pimpinan gereja, dibebaskan dari
jabatan sebagai pekerja tetap gereja.
2. Masa pembebasan tugas sebagaimana tersebut di atas, masa kerjanya tetap diperhitungkan sebagai masa kerja aktif pekerja tetap gereja
3. Pekerja tetap gereja sebagaimana tersebut pada ayat 1 dan 2 di atas, selama menjalankan tugas di lembaga lain, hak-haknya tidak dibayarkan
4. Pekerja tetap gereja yang menjalankan tugas di lembaga lain tanpa seizin pimpinan gereja, yang bersangkutann diberhentikann tidak dengan hormat.
Pasal 27 PERBANTUAN KEPADA INSTANSI LAIN
1. Seorang pekerja tetap gereja yang diperbantukan pada lembaga lain untuk jangka waktu tertentu pembayaran gaji, tunjangan dan jaminan lainnya dibebankan kepada instansi dimana pekerja tetap gereja bekerja
2. Masa kerja pekerja gereja yang bersangkutan selama diperbantukan diperhitungkan sebagai masa kerja aktif 3. Penugasan perbantuan pekerja tetap gereja dalam ayat 1 diatas diatur dengan surat keputusan pimpinan
gereja.
Pasal 28 TENAGA YANG DIPERBANTUKAN KEPADA GKLB
Pendeta atau pekerja tetap gereja lainnya maupun PNS dan pekerja instansi lainnya yang diperbantukan kepada GKLB, dapat diatur dengan surat perjanjian kerja antara instansi yang memperbantukan tenaga dengan pimpinan gereja.
Pasal 29
JANJI, KODE ETIK DAN DISIPLIN 1. Setiap pekerja tetap gereja yang menerima jabatan fungsional dan struktural wajib mengikrarkan janji, etik
dan disiplin pejabat tetap gereja dalam suatu ibadah dihadapan pimpinan gereja 2. Janji etik dan disiplin dimaksud dimuat dalam peraturan khusus.
TATA LAKSANA V WADAH KELENGKAPAN GEREJA
Pasal 1 PENGERTIAN
1. Wadah kelengkapan gereja adalah Wadah Pelayanan gereja yang dibentuk dan ditetapkan berdasarkan
kebutuhan pelayanan. 2. Wadah Kelengkapan gereja yang dimaksud adalah:
a. Badan Pertimbangan b. Badan Pengawas Perbendaharaan c. Komisi Pelayanan Khusus dan komisi lainnya d. Yayasan. e. Kelompok Kerja f. Panitia
Pasal 2
BADAN PERTIMBANGAN DAN BADAN PENGAWAS PERBENDAHARAAN
1. KETENTUAN UMUM a. Badan Pertimbangan dan Badan Pengawas Perbendaharaan GKLB disingkat BP-GKLB dan BPP-
GKLB, adalah alat kelengkapan Gereja lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Tata Dasar BAB XI pasal 24 ayat 3.a
b. BP-GKLB dan BPP-GKLB diusulkan oleh MPHS, dipilih, dilantik dan disahkan pada Rapat MPS I atas nama Sidang Sinode
c. BP dan BPP dapat dipilih oleh MPHJ sesuai kebutuhan dilantik dan disahkan pada Rapat
Majelis Jemaat
2. MASA BHAKTI a. Masa Bhakti BP-GKLB dan BPP-GKLB Tingkat Sinode dan tingkat Jemaat adalah 5 (lima) tahun. b. Jika terjadi lowong dan atau tidak aktif melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebelum
selesai masa bakti, dilakukan penunjukkan pengganti oleh MPHS / MPHJ, dan dilantik pada
Rapat Majelis Jemaat / Rapat MPS
3. WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB a. BP-GKLB berkewenangan memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada MPHS / MPHJ atau
Badan, Kompelsus, Komisi atau Panitia, diminta atau tidak diminta.baik lisan maupun tertulis b. BPP-GKLB berkewenangan untuk mengawasi, memeriksa dan meneliti pengelolaan perbendaharaan
dan keuangan Gereja di semua lingkup pelayanan GKLB. c. BPP-GKLB berkewenangan membuat program pelayanan tiap tahun, yang diserahkan kepada MPHS
untuk ditetapkan dalam Program dan Anggaran Tahunan GKLB. d. BP-GKLB dan BPP-GKLB menyampaikan laporan tertulis hasil pelaksanaan tugasnya untuk satu
tahun dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Sidang Sinode dan Rapat MPS e. BP-GKLB dan BPP-GKLB menghadiri Sidang atau Rapat yang diselenggarakan oleh
MPHS/MPHJ di tingkat masing-masing. 4. KOMPOSISI KEPENGURUSAN DAN KRITERIA a. Komposisi BP-GKLB dan BPP-GKLB di tingkat Sinode di tingkat Jemaat terdiri dari 3 (tiga) orang :
1 (satu) orang Ketua merangkap anggota, 2 (dua) orang Anggota.
b. Kriteria untuk menjadi BP-GKLB ditingkat Sinode maupun Jemaat : 1) Anggota Sidi Jemaat GKLB, terdaftar, dan berdomisili di salah satu Jemaat pusat Sinode, dan
jemaat setempat. 2) Minimal berusia 40 tahun dan maksimal 65 tahun. 3) Untuk Jabatan Ketua BP-GKLB Tingkat Sinode, seorang Pensiun Pendeta GKLB dan atau
Pendeta Aktif, ditingkat Jemaat Pensiunan Pendeta, Penatua/Syamas dan atau mantan Penatua/Syamas.
4) Untuk Anggota BP-GKLB mempunyai masa kerja (Penatua/ Syamas) sekurang-kurangnya 10 tahun.
5) Sehat fisik dan mempunyai mental yang baik, 6) Tidak sedang menjalani hukuman pidana atau disiplin Gereja,
c. Kristeria untuk menjadi BPP-GKLB ditingkat Sinode maupun Jemaat : 1) Anggota Sidi Jemaat, terdaftar dan berdomisili disalah satu jemaat pusat Sinode atau Jemaat
setempat 2) Untuk jabatan Ketua BPP-GKLB, seorang Penatua atau Syamas yang sudah mempunyai masa
kerja 10 tahun dilingkungan GKLB 3) Untuk Anggota BPP-GKLB seorang Penatua / Syamas. 4) Sehat fisik dan mempunyai mental yang baik 5) Tidak sedang menjalani hukuman pidana atau disiplin Gereja.
5. TUGAS DAN KEWAJIBAN BP-GKLB a. Memberikan pertimbangan-pertimbangan secara tertulis maupun lisan kepada MPH Sinode, MPHJ,
Badan, Kompelsus, Komisi dan Panitia tentang Pelaksanaan Tata Gereja, Keputusan Sidang atau Rapat MPS serta ketentuan-ketentuan lainnya yang bersangkut paut dengan pelayanan dan pembangunan GKLB pada umumnya,
b. Memberi pertimbangan dalam rangka persiapan maupun pelaksanaan Sidang Sinode, Sidang Sinode Khusus, Rapat MPS maupun Rapat di lingkungan MPH Sinode.
c. Memberi pertimbangan dalam rangka persiapan maupun pelaksanaan Rapat Tahunan Jemaat, Rapat Majelis Jemaat dan MPHJ.
6. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BPP-GKLB
a. Pelayanan Pengawasan oleh BPP dilakukan : 1) Secara rutin tiga bulan sekali kepada Bendara Sinode, Bendaharan Jemaat, Badan, Komisi,
Yayasan yang dipandang perlu, 2) Secara khusus sebagai tindak lanjut laporan atau permintaan oleh pihak yang berwewenang, 3) Sewaktu-waktu apabila dipandang perlu mengadakan pemeriksaan. 4) Memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap bendahara
b. Sekurang-kurangnya 7 (tuju) hari sebelum pemeriksaan telah menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada sasaran pemeriksaan.
c. Dalam pelaksanaan tugas, Petugas BPP memegang Surat Tugas yang ditanda-tangani oleh Ketua MPHS/MPHJ.
d. Melaksanakan Pelayanan Pemeriksaan sehubungan dengan serah terima jabatan perbendaharaan di aras Sinode / Jemaat.
e. Merahasiakan semua hasil Pemeriksaan kepada pihak yang tidak berkepentingan. f. Diakhir masa jabatannya melaksanakan serah terima jabatan administrasi umum, inventaris dan arsip-
arsip kepada BPP yang baru di lingkungan masing-masing
Pasal 3 KOMISI PELAYANAN KHUSUS
1. PENGERTIAN
a. Komisi Pelayan Khusus adalah sala satu Kelengkapan Gereja yang melakukan pelayanan Kategorial yaitu Bapak, Ibu, Pemuda, Remaja, dan Anak Sekolah Minggu, yang masing-masing mempunyai pengurus baik titingkat Sinode maupun Jemaat
b. Kompelsus wilayah adalah wadah musyawarah pelayanan yang diatur dan dikoorddinir oleh koordinator wilayah
2. KEANGGOTAAN KOMPELSUS Keanggotaan kompelsus. a. Kompelsus Bapak adalah anggota jemaat Pria yang sudah menikah atau mereka yang belum/tidak
menikah tetapi karena usianya tidak lagi megikuti kegiatan Pemuda. b. Kompelsus Ibu adalah anggota jemaat wanita yang sudah menikah atau yang belum/tidak menikah
tetapi karena usianya tidak lagi mengikuti kegiatan pemuda. c. Kompelsus pemuda adalah mereka yang tergolong generasi muda yang tidak termasuk dalam kategori
remaja atau berumur sekitar 18-30 tahun atau yang belum menjadi anggota kompelsus Bapak atau Kompelsus Ibu.
d. Kompelsus Remaja adalah mereka yang berusia sekitar 13-17 tahun atau yang duduk dibangku SLTP dan kelas pertama SLTA atau tidak lagi mengikuti Kompelsus anak dan belum mengkuti kegiatan Pemuda.
e. Kompelsus anak adalah anak-anak usia sekitar 0 - 12 tahun atau anak yang duduk dibangku SD. 3. TUGAS KOMPELSUS
a. Tugas Kompelsus yaitu menggembalakan, melayani, melatih dan membina Kaum Bapak, Ibu, Pemuda, Remaja, dan Anak Sekolah Minggu untuk : 1) Menghayati hidup baru di dalam Kristus dan memiliki serta meningkatkan kesadaran bergereja. 2) Mampu berperan di tengah masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang bertanggung jawab
sesuai kehendak Yesus Kristus Kepala Gereja dan Tuhan Dunia. 3) Mampu dan berani mengambil keputusan etis dalam melaksanakan tindakan pribadi maupun
bersama-sama sesuai Injil Yesus Kristus di tengah keluarga, masyarakat dan lingkungan hidupnya. b. Tugas bersama dari semua Kompelsus adalah mengelolah potensi anggota GKLB untuk pembinaan
dan pengkaderan bagi kepemimpinan GKLB dan masyarakat di masa depan. 4. KEPENGURUSAN KOMPELSUS
a. Di tingkat Jemaat 1) Pengurus Kompelsus dipilih oleh anggota terdaftar dan yang tidak sedang dikenakan disiplin Gereja 2) Khusus bagi pengurus Kompelsus Anak dan Remaja pemilihan berlangsung di antara para pelayan
Anak dan Remaja. 3) Ketua Kompelsus karena keterpilihannya menjadi Penatua. 4) Masa bakti pengurus Kompelsus selama lima tahun
b. Ditingkat Sinode 1) Pemilihan Pengurus mendahului Sidang Sinode Periode 2) Yang dapat dipilih menjadi pengurus adalah perutusan dari Kompelsus Jemaat dan
undangan. 3) Pengurus Kompelsus harus berdomisili di pusat Sinode. 4) Ketua Kompelsus harus seorang Pendeta atau Penatua. 5) Pengurus Kompelsus ditetapkan oleh MPH Sinode dan dilantik dalam suatu ibadah. 6) Masa bakti kepengurusan 5 tahun. 7) Apabila terjadi kekosongan dalam kepengurusan, maka untuk mengisi kekosongan tersebut
dilaksanakan dalam rapat tahunan. 8) Teknis pemilihan diatur dalam peraturan khusus. 9) Pengurus Kompelsus terdiri dari : Pengurus harian dan Pengurus lengkap yang
pengaturannya pada PJK masing-masing Kompelsus c. Kepengurusan di Wilayah
Kepengurusan di wilayah dipilih dan diangkat diwilayah untuk kepentingan operasional kategorial pelayanan di wilayah, kepengurusan kompelsus di wilayah dibentu sesuai dengan kebutuhan
5. RAPAT KOMPELSUS JEMAAT.
a. Rapat Kompelsus jemaat dilaksanakan oleh masing-masing Kompelsus setahun sekali, atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
b. Peserta Rapat Kompelsus Jemaat dihadiri oleh masing-masing pengurus Kompelsus khusus bagi Jemaat yang telah terbentuk Kolom mengutus pengurus Kompelsus Kolom minimal 3 orang setiap Kolom.
c. Rapat Kompelsus jemaat dilaksanakan lebih awal dari Rapat Majelis Jemaat. d. Sahnya Rapat Kompelsus jemaat apabila dihadiri setengah tambah 1 dari jumlah pengurus Kompelsus
disuatu Jemaat. e. Pengambilan keputusan Rapat Kompelsus dilaksanakan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Apabila musyawarah dan mufakat tidak dapat dicapai maka diadakan pemungutan suara, keputusan sah apabila disetujui setengah dari jumlah peserta Rapat.
6. TUGAS RAPAT KOMPELSUS JEMAAT.
a. Membahas dan mensahkan Laporan pertanggungan jawab pelayanan / kerja, dan Pertanggungan Jawab Penerimaan Keuangan dan Belanja masing-masing Kompelsus dalam setahun.
b. Menyusun Rencana Pelayanan / Program Kerja, anggaran Penerimaan dan Belanja masing-masing Kompelsus untuk disahkan pada Rapat Majelis Jemaat.
c. Menyelesaikan masalah-masalah yang belum terselesaikan oleh pengurus Kompelsus Jemaat dan Kolom.
d. Memilih dan menetapkan Pengurus Kompelsus serta pengisian lowong masing-masing Kompelsus. e. Menetapkan perutusan Kompelsus untuk menghadiri Rapat Kompelsus Sinode.
7. RAPAT KOMPELSUS SINODE a. Rapat Pengurus Harian b. Rapat Pengurus Lengkap 8. TUGAS RAPAT PENGURUS HARIAN a. Membahas tugas pelaksanaan sehari-hari b. Menyusun rencana kerja selama 1 tahun.
c. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas kepada rapat pleno.
9. TUGAS RAPAT PENGURUS LENGKAP a. Membahas program kerja dan anggaran selama 1
tahun kedepan untuk disahkan pada rapat MPS b. Membahas laporan pertanggung jawaban pengurus harian c. Mengisi kekosongan pengurus
d. Menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pengurus harian.
10. CARA KERJA KOMPELSUS a. Kompelsus mengadakan rapat secara tetap dan teratur sesuai dengan kebutuhan b. Rapat dipimpin oleh ketua dari masing-masing kompelsus c. Rapat kompelsus dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah pengurus d. Apabila tidak memenuhi ketentuan pada point 3 diatas maka rapat ditunda maksimal 2 jam, selanjutnya
rapat dapat dilaksanakan tanpa memperhitungkan jumlah anggopta yang hadir. e. Pengambilan keputusan mengusahakan pemahaman bersama melalui musyawarah dan mufakat. f. Pemungutan suara hanya dapat ditempuh dalam keadaan yang luar biasa. g. Pemungutan suara menyangkut pribadi seseorang dilakukan secara rahasia dan tertulis. h. Kompelsus mempertanggungjawabkan tugasnya kepada:
1) MPHJ untuk tingkat jemaat 2) MPHS untuk tingkat Sinode 3) Korwil di Wilayah
i. Rapat pengurus kompelsus tahunan dilaksanakan untuk mengevaluasi, menyusun program pelayanan 1 tahun dan menyusun Rencana Anggaran Belanja tahunan yang akan dibahas untuk ditetapkan dalam: 1) Rapat Mejelis lengkap untuk tingkat Jemaat 2) Rapat MPS untuk tingkat Sinode
11. PERTEMUAN JARINGAN KERJA a. Pertemuan Jaringan Kerja Kompelsus adalah penjaringan aspirasi pelayanan di tingkat Sinode yang
akan disampaikan pada Sidang Sinode
b. Pertemuan Jaringan Kerja Kompelsus dilaksanakan menjelang Sidang Sinode Periode sekaligus dilaksanakan pemilihan Pengurus Kompelsus Tingkat Sinode
c. Peserta Pertemuan Jaringan Kerja Kompelsus adalah perutusan jemaat masing-masing 1 orang dari tiap-tiap kompelsus.
Pasal 4 YAYASAN
1. PENGERTIAN
Yayasan adalah salah satu wadah pelayanan GKLB dibidang tertentu sesuai kebutuhan pelayanan 2. KEPENGURUSAN
a. Kepengurusan yayasan terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang yaitu: Ketua, Sekretaris dan Bendahara
b. Pengurus yayasan tidak menduduki jabatan rangkap. c. Pengurus Yayasan ditetapkan dalam surat keputusan atau surat penunjukkan dan dilantik oleh
pimpinan Gereja di Masing-masing tingkat. d. Masa kerja Pengurus 5 (lima) tahun. Apabila terjadi penggantian personalia dilaksanakan dalam rapat di
masing-masig tingkat. e. Yayasan bertanggung jawab pada pimpinan Gereja dan Jemaat di tingkat masing-masing . f. Apabila pada suatu saat yayasan tidak dapat menyesuaikan diri dengan ketentuan yang berlaku maka
fungsi Yayasan dapat disesuaikan dengan kebutuhan GKLB di tingkat Sinode dan di tingkat Jemaat
Pasal 5 K O M I S I
1. PENGERTIAN Komisi adalah salah satu alat kelengkapan gereja untuk melaksanakan panggilan gereja dibidang tertentu baik di tingkat Jemaat maupun Sinode
2. KEPENGURUSAN a. Kepengurusan Komisi terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang yaitu: Ketua, Sekretaris dan
Bendahara b. Pengurus Komisi ditetapkan dalam surat keputusan atau surat penunjukkan dan dilantik oleh pimpinan
Gereja di Masing-masing tingkat. c. Masa kerja Pengurus disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila terjadi penggantian personalia
dilaksanakan dalam rapat di masing-masig tingkat. d. Panitia dan Kelompok Kerja bertanggung jawab pada pimpinan Gereja di tingkat masing-masing setelah
selesai melaksanakan tugasnya.
Pasal 6 KELOMPOK KERJA
1. PENGERTIAN Kelompok Kerja adalah wadah pelayanan yang dibentuk untuk menangani tugas-tugas khusus yang bersifat insidentil
2. KEPENGURUSAN a. Kepengurusan Kelompok kerja disesuaikan dengan kebutuhan b. Pengurus Kelompok Kerja ditetapkan dalam surat keputusan atau surat penunjukkan dan dilantik oleh
pimpinan Gereja di Masing-masing tingkat. c. Masa kerja Pengurus disesuaikan dengan kebutuhan, apabila terjadi penggantian personalia
dilaksanakan dalam rapat di masing-masig tingkat. d. Kelompok Kerja bertanggung jawab pada pimpinan Gereja di tingkat masing-masing setelah selesai
melaksanakan tugasnya.
Pasal 7 PANITIA
1. PENGERTIAN Panitia adalah adalah salah satu wadah yang melaksanakan tugas khusus dalam waktu tertentu sesuai kebutuhan pelayanan di tingkat masing-masing.
2. KEPENGURUSAN a. Kepengurusan panitia disesuaikan dengan kebutuhan b. Panitia ditetapkan dalam surat keputusan atau surat penunjukkan dan dilantik dalam suatu ibadah
jemaat. c. Masa kerja Panitia disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila terjadi penggantian personalia dilaksanakan
dalam rapat di masing-masig tingkat. d. Panitia bertanggung jawab pada pimpinan Gereja di tingkat masing-masing setelah selesai
melaksanakan tugasnya.
TATA LAKSANA VI PENGGEMBALAAN, PENILIKAN DAN DISIPLIN GEREJA
Pasal 1 PENGERTIAN
1. Penggembalaan adalah Pelayanan Pemeliharaan Rohani sesuai dengan perintah Yesus Kristus yang adalah Gembala Yang Baik.
2. Penilikan adalah kelanjutan dari penggembalaan untuk menilik hidup anggota GKLB agar tetap memelihara kemurnian ajaran Kristus.
3. Disiplin adalah bagian dari upaya penggembalaan untuk membina Anggota Gereja, Pelayan Khusus GKLB, Pegawai Tetap atau Tidak Tetap, Badan / Komisi di lingkungan GKLB dan Jemaat agar sadar dan hidup dalam pertobatan sesuai ajaran gereja.
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN 1. Menjunjung kebenaran Alkitab 2. Menuntun warga gereja untuk mentaati Tata Gereja, 3. Memelihara kemurnian ajaran Gereja, 4. Melindungi anggota-anggota Gereja dari bahaya ajaran sesat, 5. Memelihara dan mendewasakan iman anggota-anggota Gereja 5. Menjaga kewibawaan GKLB sebagai bagian dari Gereja yang kudus dan am.
Pasal 3
D A S A R 1. Penggembalaan didasarkan kepada ketaatan pada firman Allah sebagai anggota tubuhnya yang saling
mengasihi, melayanin, menasihati dan membangun . 2. Penilikan didasarkan atas kesadaran bahwa tiap Anggota Gereja ataupun Persekutuan mempunyai
kelemahan dan tidak luput dari kesalahan dan dosa. 3. Disiplin didasarkan kehendak Yesus Kristus supaya ada pertobatan dan pengampunan.
Pasal 4
S A S A R A N Sasaran Pelayanan Penggembalaan, Penilikan dan Disiplin adalah : 1. Semua Pelayan dan Pekerja Tetap maupun Tidak Teta GKLB, 2. Semua Pengurus Organisasi Pelayanan GKLB 3. Anggota Jemaat.
Pasal 5
BENTUK PELANGGARAN 1. Pelanggaran Dogma 2. Pelanggaran Tata Gereja 3. Penyalahgunaan Keuangan 4. Penyalahgunaan Jabatan 5. Pelanggaran moral.
Pasal 6
MEKANISME PELAKSANAAN 1. Penggembalaan :
a. Kepada Anggota Jemaat, perkunjungan langsung ke tempat masing-masing anggota untuk suatu bimbingan, penyadaran, penguatan.
b. Kepada Pelayan Khusus/Pekeraja Tetap dan Pekerja Tidak tetap, perkunjungan langsung ke tempat kediaman mereka untuk suatu percakapan, penguatan guna penyadaran
c. Kepada Pengurus pelayanan disemua tingkat dilakukan perkunjungan ke badan pengurus untuk suatu bimbingan dan penyadaran
2. Penilikan: a. Kepada Anggota Jemaat, dalam hal ditemukan secara nyata kehidupan yang bertentangan dengan tata
gereja dan ajaran gereja akan diberikan peringatan dan teguran secara tertulis b. Kepada Pelayan Khusus/Pekeraja Tetap dan Pekerja Tidak tetap, dalam hal ditemukan pelanggaran yang
bertentangan dengan tatagereja dan ajaran gereja diberikan nasihat dan teguran secara tertulis, setelah dua minggu tidak diindahkan maka MPHJ/MPHS membahas dalam suatu pertemuan/rapat, untuk menetapkan tindakan selanjutnya
c. Kepada Pengurus pelayanan disemua tingkat jika nditemukan ditemukan pelanggaran yang bertentangan dengan tatagereja dan ajaran gereja diberikan nasihat dan teguran secara tertulis setelah dua minggu tidak diindahkan maka MPHJ/MPHS membahas dalam suatu pertemuan/rapat. untuk menetapkan tindakan selanjutnya
3. Disiplin a. Kepada Anggota Jemaat:
Jika terjadi tindakan / pelanggaran yang menurut penilaian MPHJ telah merugikan gereja maka yang bersangkutan diberi tindakan penertiban berupa : pencegahan untuk mengikuti kegiatan Sakramen dalam waktu tertentu sampai pada tindakan dikelurkannya dari keanggotaan gereja
b. Kepada Pekeraja Tetap dan Pekerja Tidak tetap, Jika terjadi tindakan / pelanggaran yang menurut penilaian MPHJ/MPHS telah merugikan gereja maka yang bersangkutan diberi tindakan penertiban sesuai dengan Tata Laksana IV pasal 22 Tentang Pemberhentian
c. Kepada Pelayan Khusus Pendeta, Penatuan, Syamas, Penginjil, Guru Agama Jika terjadi tindakan / pelanggaran yang mennrut penilaian MPHJ/MPHS telah merugikan gereja maka yang bersangkutan diberi tindakan penertiban berupa Pelarangan melayani dalam kurun waktu tertentu, diberhentikan dari jabatan sebagai pelayan khusus
d. Kepada Pengurus pelayanan disemua tingkat Jika terjadi tindakan / pelanggaran yang menurut penilaian MPHJ/MPHS telah merugikan gereja maka yang bersangkutan diberi tindakan penertiban berupa Pelarangan melaksanakan tugas dalam kurun waktu tertent, diberhentikan dari jabatan sebagai pengurus
Pasal 7
PENANGGUNG JAWAB 1. Kepada Anggota Jemaat oleh Majelis Jemaat. 2. Kepada Pelayan Khusus/Pekeraja Tetap dan Pekerja Tidak tetap oleh MPHJ/MPHS 3. Kepada Pengurus pelayanan disemua tingkat oleh MPHJ/MPS
Pasal 8
PENERIMAAN KEMBALI 1. Apabila seseorang atau beberapa orang, Pelayan Khusus, Pekerja Tetap atau Tidak Tetap, Badan, Komisi,
Kompelsus dan Jemaat yang dikenai disiplin, dikemudian hari menyatakan penyesalan dan pertobatan untuk kembali, maka kembali dilakukan melalui Rapat Majelis Jemaat/Rapat MPH Sinode
2. Setelah yang bersangkutan ditinjau dan dinyatakan layak diterima kembali, maka penerimaan kembali dilakukan dan didukung dengan Surat Keputusan MPHJ/MPHS.
TATA LAKSANA VII ATRIBUT GEREJA
Pasal 1 PENGERTIAN
1. Atribut Gereja adalah suatau simbol kehadiran Kuasa Allah baik dalam sejarah maupun dalam kebersamaan dengan umat-Nya
2. Yang dimaksud dengan atribut Gereja adalah simbol yang dipakai oleh GKLB yang terdiri dari Logo,Perlengkapan ibadah, Pakaian Jabatan Pelayan, Stempel, Papan Nama
3. GKLB menggunakan Logo denganLambang bulatan, salib di atas bukit dan tulisan GKLB
a. Bulatan Luar : Menunjukan keesaan gereja b. Bulatan Dalam : Menunjukan keutuhan GKLB
c. Salib diatas bukit : Menyatakan keselamatan dari Allah turun ke seluruh dunia
Pasal 2 MAKNA ATRIBUT
1. Stempel yang di dalamnya terdapat Logo GKLB adalah sebagai alat pengesahan surat menyurat, stempel GKLB terdiri dari: Stempel MPH Sinode, MPH Jemaat, Kompelsus Tingkat Sinode, Kompelsus tingkat Jemaat, Yayasan dan Badan-Badan maupun Panitia
2. Perlengkapan ibadah adalah semua alat pendukung untuk terselenggaranya suatu ibadah seperti Antara lain: Mimbar, Pundi, Meja Persembahan, dan lain-lain
3. Pakaian Jabatan menandakan keagungan dan kemurnian pekerjaan yang disandang seseorang sebagai pelayan Firman Tuhan.
4. Papan nama menunjukan identitas dan alamat
Pasal 3 WARNA-WARNA LITURGIS
2. Warna Dasar Liturgis adalah Biru, Putih, Unggu, Hitam, Merah dan Hijau 3. Arti dan warna liturgis adalah:
a. Biru; melambangkan kerajaan Sorga b. Putih dan Merah Keemasan lambang sukacita yang suci c. Ungu; melambangkan kesengsaraan dan keagungan Kristus d. Hitam; melambangkan tanah, bumi, tempat manusia bergumul dengan kesetiaan e. Merah; melambangkan api kasih yang merangkum seluruh gereja f. Hijau melambangkan iman dan harapan akan pemeliharaan Tuhan g. Kuning telur melambangkan kehidupan baru/kelahiran.
Pasal 4
PEMBUATAN DAN PENGEDARAN ATRIBUT GEREJA 1. Pembuatan dan pengedaran atribut GKLB oleh MPHJ dan MPHS 2. Atribut yang beredar adalah sah bila diedarkan atas nama MPH Sinode/MPHJ. 3. Pengedaran atribut oleh pihak lain harus seizin MPH Sinode GKLB.