BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

17
1 BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA BAGI WARGA JEMAAT 4.1 Analisa Panca Pelayanan GMIT Menggunakan Teori Pastoral. Dari temuan-temuan yang telah penulis simpulkan pada bab 3, maka pada bab 4 ini penulis akan menganalisa panca pelayanan yang ada di gereja Bukit Zaitun Oelelo dengan menggunakan teori-teori pastoral. a) Bidang Koinonia (Persekutuan Jemaat) Di gereja Bukit Zaitun Oelelo, inti dan tujuan dari fungsi pendeta dalam bidang koinonia ialah mempersatukan jemaat yang berbeda-beda dalam Yesus Kristus. Tugas dan tanggung jawab pendeta tersebut juga diperkuat dengan pendapat dari G. D. Dahlenburg yang mengatakan bahwa pendeta adalah seorang hamba yang diutus Tuhan untuk bertanggung jawab terhadap jemaat Tuhan yang telah dipercayakan kepadanya. 1 Ditambahkan oleh Notohamidjojo bahwa seorang pemimpin (pendeta) adalah orang dewasa dengan wibawanya berusaha untuk mencapai tujuan organisasinya atas dasar kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan, 2 oleh karena itu seorang pendeta yang adalah pemimpin dalam jemaat mempunyai fungsi untuk memelihara jemaat dalam persekutuan agar pertumbuhan jemaat menjadi lebih baik dan warga jemaat mampu mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah sepanjang kehidupannya. 3 Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan ternyata teori tidak sejalan dengan 1 G.D Dahlenburg, Siapakah Pendeta Itu? (Jakartta: BPK Gunung Mulia, 1999), hal.73. 2 O. Notohamidjodjo, Kreatifitas yang Bertanggungjawab, (Salatiga: LPIS IKIP Kristen Satya Wacana, Bagian II, 1973), hal. 386. 3 Howard Clinebell, Tipe-Tipe..., hal.54.

Transcript of BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

Page 1: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

1

BAB IV

ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA BAGI WARGA

JEMAAT

4.1 Analisa Panca Pelayanan GMIT Menggunakan Teori Pastoral.

Dari temuan-temuan yang telah penulis simpulkan pada bab 3, maka pada bab 4 ini

penulis akan menganalisa panca pelayanan yang ada di gereja Bukit Zaitun Oelelo

dengan menggunakan teori-teori pastoral.

a) Bidang Koinonia (Persekutuan Jemaat)

Di gereja Bukit Zaitun Oelelo, inti dan tujuan dari fungsi pendeta dalam bidang

koinonia ialah mempersatukan jemaat yang berbeda-beda dalam Yesus Kristus. Tugas dan

tanggung jawab pendeta tersebut juga diperkuat dengan pendapat dari G. D. Dahlenburg

yang mengatakan bahwa pendeta adalah seorang hamba yang diutus Tuhan untuk

bertanggung jawab terhadap jemaat Tuhan yang telah dipercayakan kepadanya. 1

Ditambahkan oleh Notohamidjojo bahwa seorang pemimpin (pendeta) adalah orang

dewasa dengan wibawanya berusaha untuk mencapai tujuan organisasinya atas dasar

kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan,2 oleh karena itu seorang pendeta yang

adalah pemimpin dalam jemaat mempunyai fungsi untuk memelihara jemaat dalam

persekutuan agar pertumbuhan jemaat menjadi lebih baik dan warga jemaat mampu

mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Allah sepanjang kehidupannya.3

Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan ternyata teori tidak sejalan dengan

1 G.D Dahlenburg, Siapakah Pendeta Itu? (Jakartta: BPK Gunung Mulia, 1999), hal.73. 2 O. Notohamidjodjo, Kreatifitas yang Bertanggungjawab, (Salatiga: LPIS IKIP Kristen Satya Wacana,

Bagian II, 1973), hal. 386. 3 Howard Clinebell, Tipe-Tipe..., hal.54.

Page 2: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

2

praktek yang ada dimana terdapat tanda-tanda bahwa sistem pelayanan dalam bidang

koinonia belum mencapai tujuannya yakni, jemaat sebagai persekutuan menjadi suatu

persekutuan keluarga yang besar. Memang pertumbuhan persekutuan keluarga yang besar

ini tidak bertujuan untuk menjadikan jemaat sebagai jemaat yang “besar” melainkan

penekanan pada aspek kualitas, karena dengan pertumbuhan kualitas yang baik maka

memampukan jemaat untuk dapat berfungsi dengan baik ditengah-tengah dunia ini,

namun sayangnya banyak orang berpendapat bahwa pelayanan bidang koinonia termasuk

pada pekerjaan pembangunan jemaat dan bukan pada pelayanan pastoral. Pendapat ini

tidak benar. Pelayanan pastoral tidak dapat dipisahkan dari bidang koinonia. Maksud

pelayanan pastoral ialah memperbaiki hubungan yang terganggu atau yang rusak itu,

supaya anggota jemaat yang bersangkutan mendapat kembali tempatnya dalam

persekutuan itu, sehingga ia dapat berfungsi lagi sebagai anggota tubuh Kristus.

Dari kasus yang terjadi di gereja Bukit Zaitun Oelelo, kualitas persekutuan serta

hubungan jemaat tidak akan menjadi lebih baik jika pendeta yang adalah sang gembala

belum mampu untuk menunjukan wibawanya guna membimbing serta memelihara

domba-dombanya kearah yang lebih baik jika sang gembala tersebut tidak menetap

bersama domba-dombanya, padahal koinonia sendiri memliki arti persekutuan. Koinonia

sebagai salah satu dari tugas panggilan gereja menyatakan keberadaan gereja selaku

persekutuan orang-orang percaya yang diutus ke dalam dunia. Koinonia ditempatkan

pertama dalam pembidangan tugas-tugas gereja karena persekutuan dipandang sebagai

kunci sukses tidaknya seluruh aktifitas pelayanan dalam gereja.

b) Bidang Marturia (Kesaksian)

Di gereja Bukit Zaitun Oelelo, yang termasuk dalam pelayanan marturia, adalah;

Page 3: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

3

meningkatkan etos kerja jemaat seabagai kesaksian hidup di segala bidang pelayanan;

meningkatnya pelayanan marturia menuju jemaat yang berdaya dan berdisiplin;

berkembangnya pembinaan kelompok kategorial berusia muda guna membangun

ketahanan persekutuan; serta meningkatkan pembinaan kelompok kategorial dan

fungsional.

Berdasarkan hasil penelitian penulis mendapatkan fakta bahwa fungsi pendeta dalam

bidang marturia belum dilaksanakan dengan baik oleh pendeta yang melayani di gereja

Bukit Zaitun Oelelo, karena jika kita berbicara tentang pelayanan dalam bidang marturia

maka tidak terlepas dari pemahaman bahwa marturia tidak hanya dinyatakan dalam

khotbah pada hari minggu, marturia juga tidak terbatas dalam gedung gereja, tetapi dalam

kehidupan orang percaya setiap hari. Oleh karena itu fungsi pendeta dalam bidang

marturia tidak dapat dikatakan sudah dilaksanakan dengan baik jika ia hanya melakukan

khotbah pada hari minggu serta melakukan pelayanan sidi jemaat, tetapi tugas dan

tanggungjawab tersebut haruslah ia laksanakan setiap hari dengan memberikan contoh

sikap dan perilaku yang baik kepada anggota jemaat, dan oleh karenanya seorang pendeta

jemaat haruslah tinggal dan menetap bersama-sama dengan jemaat agar jemaat

mempunyai figur yang dapat dijadikan contoh kesehariannya.

Hal tersebut diatas didukung oleh pendapat yang mengatakan bawha pendeta sebagai

seorang pemimpin diharapkan mampu untuk menempatkan warga jemaat dalam

hubungan yang benar dengan Allah dan sesama.4 Pendeta juga mempunyai tugas sebagai

pelayanan pastoral yang merupakan pelayanan untuk membantu dan mendekatkan orang

pada mereka yang berpengalaman dan mengerti akan masalah-masalah kehidupan seperti:

4 JD Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral, ((Salatiga: Trisara Grafika, 2007), hal.35.

Page 4: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

4

sakit, perawatan, ketidakmampuan, kematian dan kehilangan.5

Pelayanan pastoral pendeta adalah ungkapan pendampingan yang memliki fungsi

untuk menyembuhkan 6 oleh karena itu pelayanan pastoral bersifat memperbaiki,

berusaha membawa kesembuhan bagi orang baik anggota dari gereja yang sedang

menderita gangguan fungsi dan kehancuran pribadi karena krisis dari dalam dan luar diri

sendiri, sehingga pelayanan pastoral jemaat mempunyai misi yang menjangkau baik ke

dalam maupun ke luar, dimana pun orang membutuhkan pertolongan. Pelayanan pastoral

sebagai pemberitaan firman merupakan bagian dalam pelayanan yang harus dilaksanakan

oleh gereja dalam mewujudkan misinya di dunia ini dan dalam pemberitaan itu tidak

hanya di tujukan kepada golongan tertentu tetapi keada seluruh manusia yang ada di bumi

ini. Pelayanan pastoral sebagai pemberitaan firman adalah satu-satunya bentuk pelayanan

pastoral yang benar-benar melayani injil sebagai berita dari aktifitas Allah yang

menyelamatkan dalam Yesus Kristus. Selain dari pada itu, pelayanan pastoral juga berarti

pemeliharaan jiwa yaitu pemberitaan firman kepada anggota jemaat sebagai individu,

yang berbentuk percakapan antara dua orang yaitu pendeta dan anggota jemaatnya.

c) Bidang Diakonia (Pelayanan Kasih)

Gereja Bukit Zaitun Oelelo menetapkan diakonia sebagai salah satu pelayanannya

bagi warga jemaat sebagai identitasnya dengan mengacu pada Kristus sendiri yang

menyatakan diri-Nya sebagai seorang penolong yang melayani (Mat. 20:28). Secara

praktis, pelayanan dalam gereja selalu dihubungakan untuk menolong warga gereja agar

mereka mencapai kehidupan yang lebih layak. Ada pemberian yang bersifat jangka

panjang dalam wujud meningkatkan sumber daya manusia, bentuk seperti ini disebut

5 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar..., hal.237. 6 Howard Clinebell, Tipe-Tipe..., hal.54.

Page 5: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

5

dengan dikokonia transformatif. Ada pemberian dalam bentuk modal untuk usaha-usaha

produktif, bentuk ini disebut dengan diakonia reformatif. Sementara ada juga pemberian

dalam bentuk materi dengan maksud membantu warga jemaat secara insidentil, bentuk ini

disebut dengan diakonia karikatif.7 Dengan demikian, diakonia adalah pelayanan kasih

yang memberikan kebaikan-kebaikan berdasarkan kemurahan Allah dalam rangka

mengubah dan meningkatkan kesejahtaraan jemaat dan masyarakat. Yang tercakup dalam

pelayanan ini adalah pelayanan para janda, duda, anak yatim piatu, orang sakit, orang

miskin, orang-orang yang tertindas dan orang-orang yang terbelakang.

Ketika melakukan penelitian, penulis juga mendapatkan fakta bahwa pendeta yang

melayani di gereja Bukit Zaitun Oelelo telah melakukan fungsinya sebagai seorang

pendeta dalam hal diakonia gereja bagi jemaat, akan tetapi pelayanan di bidang diakonia

ini hanya sebatas pelayanan diakonia yang karikatif dimana bantuan yang diberikan

hanya sekedar materi padahal bantuan itu tidak dapat di andalkan untuk mengubah

kondisi sosial dari seseorang, namun tidak dapat disangkali pula masalah kemiskinan

yang dialami sebagian warga gereja seolah-olah memaksa gereja untuk lebih fokus pada

pelayanan diakonia karikatif.

Hal inilah yang menjadi kritik penulis bagi gereja, karena pelayanan pastoral pendeta

dalam bidang diakonia seharusnya seperti apa yang dikatakan Clinebell tentang tujuan

dari dimensi utama dalam pelayanan yaitu pelayanan tersebut seharusnya saling

menyembuhkan, menumbuhkan dan mengalami perubahan di dalam jemaat sepanjang

perjalanan kehidupan mereka.8 Gereja memang telah melakukan diakonia yang karikatif

dengan memberikan sumbangan-sumbangan kepada janda dan anak yatim-piatu dalam

7 MS GMIT, Rencana Induk Pelayanan 2011-2030, (Majelis Sinode GMIT: Kupang, 2011) 8 Howard Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Patoral, (Yogykarta: Kanisius, 2002),

hal.32.

Page 6: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

6

setiap menjelang Natal atau hari-hari gerejawi lainnya, akan tetapi diakonia karikatif

dianggap belum cukup, karena pelayanan diakonia sendiri bukan hanya memperlihatkan

belas kasihan kepada “korban” tetapi mencegah agar jangan sampai terjadi

“korban-korban” baru.

Dengan melaksanakan pelayanan di bidang diakonia GMIT pada umunya dan gereja

Bukit Zaitun Oelelo pada khususnya mewujudkan diri sebagai tanda kehadiran kerajaan

Allah. Tentu saja perkara itu tidak mudah, karena jemaat sendiri membutuhkan diakonia

karikatif, oleh karena itu jangan sampai hanya karena mencita-citakan sebuah diakonia

transformatif, lalu tugas gereja untuk memberi perhatian terhadap yang membutuhkan

diabaikan. Pendeknya gereja harus menjalankan tugas pelayanan pastoral dalam bidang

diakonia-nya kepada jemaat, sebab gereja tanpa diakonia akan kehilangan hak hidupnya

sebagai gereja.

Membahas tentang diakonia yang dilakukan gereja, mengingatkan penulis tentang

beberapa cerita diakonia yang terdapat di dalam Alkitab. Yang pertama cerita tentang

pemberian persembahan seorang anak berupa 5 roti dan 2 ikan kepada Yesus untuk

berkarya mengenyangkan perut 5000 orang, demikian pula mukjizat Allah membutuhkan

tindakan manusia dalam pelayanan. Ada dua sisi yang berperan, yaitu Allah sebagai

subjek utama dan manusia sebagai partner yang dipercayai. Tindakan Allah yaitu

membebaskan dan menyatukan manusia dalam kasih-Nya, sedangkan manusia

mengupayakan pembebasan yang sejati untuk umat manusia dan mengupayakannya

dalam realitas yang saling menghidupi sebagai umat ciptaan Tuhan. Yang kedua cerita

tentang orang Samaria yang baik hati. Gereja harus menjadi seperti orang Samaria yang

turun dari keledai kemapanan dan bukan sekedar menjadi Sinterklas yang membagi uang

Page 7: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

7

di jalanan tetapi harus membagi semangat hidup kepada semua orang yang dijumpai di

jalan.

Diakonia harus diletakan ditempat yang sentral, sebagai suatu misi dalam kehidupan

gereja. Perlu disadari bahwa fungsi diakonia bukan semata-mata persoalan memberikan

uang tetapi berbagi solidaritas dengan mereka yang membutuhkan. Hal inilah yang perlu

disadari oleh gereja dalam melakukan tugas diakonia bagi jemaat. Tentu saja perkara itu

tidak mudah, karena jemaat sendiri membutuhkan diakonia karikatif, oleh karena itu

jangan sampai hanya karena mencita-citakan sebuah diakonia transformatif, lalu tugas

gereja untuk memberi perhatian terhadap yang membutuhkan diabaikan. Pendeknya

gereja harus menjalankan tugas pelayanan pastoral dalam bidang diakonia-nya kepada

jemaat, sebab gereja tanpa diakonia akan kehilangan hak hidupnya sebagai gereja.

d) Bidang Liturgia (Tata Ibadah)

Fungsi gereja Bukit Zaitun Oelelo dalam bidang liturgi mencakup: melaksanakan

semua jenis dan bentuk ibadah dan pelayanan pastoral kepada anggota jemaat;

mengajarkan dan pemberitaan Firman Allat serta melayani Sakramen; membina dan

meningkatkan pemahaman jemaat tentang arti dan makna ibadah yang benar; serta

mengusahakan. Tersediannya sarana-sarana yang mendukung terciptanya suasana liturgi

dalam ibadah. Berdasarkan hasil penelitian, pelayanan pastoral pendeta di gereja Bukit

Zaitun Oelelo memang telah dilaksanakan dengan baik, akan tetapi jemaat di gereja Bukit

Zaitun Oelelo pada umumnya baru memahami pelayanan liturgi secara terbatas dan

mensakralkan jenis-jenis ibadah atau kebaktian digereja padahal makna liturgi dalam arti

yang luas harus meliputi juga seluruh aspek hidup manusia yang perlu dipersembahkan

kepada Tuhan Allah dalam hidup berkeluarga, bergereja bermasyarakat pada setiap

Page 8: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

8

waktu.

Gereja menetapkan liturgi sebagai salah satu tugas dengan maksud agar mendidik

warganya beribadah kepada Allah. Ibadah kepada Allah merupakan respons umat atas

berkat-berkat yang diterima dari Allah. Ibadah menuntut sikap bathin penuh hormat

kepada Allah. Dan ibadah harus diselenggarakan dalam keteraturan agar mernjadi

persembahan yang benar kapada Allah. Selanjutnya, “Liturgi memiliki hubungan dengan

kehidupan karena liturgi merupakan liniatur dari kehidupan nyata manusia.” Liturgi

merupakan demonstrasi dari kehidupan manusia. Jadi, apa yang terjadi dalam liturgi, juga

terjadi dalam kehidupan nyata. “Ketika umat beribadah sebelumnya ia sedang merayakan

hasil pekerjaannya sehari-hari bersama Allah. Oleh karena suasana liturgi adalah gembira

dan penuh ucapan syukur atas curahan berkat Allah kepada manusia sehingga berhasil

menyelesaikan suatu pekerjaan sehari-hari.” Jadi liturgi gereja adalah liturgi kehidupan

(tata ibadah atau tata kehidupan). Kita menjumpai Allah dalam pekerjaan kita sehari-hari

dan mempersembahkan karya kita kepada Allah dengan lambang perayaan ibadah.9

Liturgi tidak terlepas dari tata ibadah dan kalender gerejawi. Seperti baru-baru ini

kegiatan paskah yang dilaksanakan oleh GMIT sebagaimana judul pada website PGI

(persekutuan gereja-gereja di Indonesia) bahwa prosesi paskah pemuda GMIT ke-20

cerminkan kerukunan umat beragama di kota Kupang.10 Berangkat dari judul ini tentu

peran pendampingan pastoral pendeta khusunya di GMIT pada umumnya dan gereja

Bukit Zaitun Oelelo pada khususnya terhadap pemuda perlu mendapat perhatian yang

serius, karena pemuda sebagai generasi penerus perlu mencerminkan kerukunan hidup

antar umat beragama tidak hanya di kota Kupang melainkan juga di seluruh Indonesia.

9 MS GMIT, Rencana Induk... 2011. 10 PGI.or.id Selasa, 29 Maret 2016, diambil pada tanggal 01 April 2016.

Page 9: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

9

Melalui adanya kegiatan paskah sesuai liturgi atau kalender gerejawi maka jemaat tidak

hanya melaksanakan kegiatan yang bersifat rutinitas tetapi makna pastoral adalah

bagaimana dampak dari kegiatan tersebut dialami masyarakat sekitar. Menggali potensi

pemuda untuk berpandangan hidup rukun antar sesama umat manusia yang terdiri atas

beragam macam suku, ras, dan agama. Di samping itu, upaya preservasi terhadap budaya

lokal juga perlu disuarakan pendeta, karena gereja-gereja khususnya di Asia tidak terlepas

dari konteks budan dan suku. Upaya yang dulakukan gereja seperti menterjemahkan

bahasa di Alkitab terhadap bahasa lokal budaya sehingga memudahkan jemaat untuk

memahami.

e) Bidang Oikonomia (Penatalayanan)

Fungsi gereja Bukit Zaitun Oelelo dalam bidang pelayanan mencakup: memegang

dan melaksanakan kepemimpinan umum atas jemaat yang mencakup pelayanan dari

unit-unit pembantu Majelis Jemaat dan Majelis Mata Jemaat; program pelayanan dan

APBJ; manejeman personil; perbendaharaan dan perkantoran gereja; menyelenggarakan

persidangan jemaat, majelis jemaat dan majelis mata jemaat, disamping tugas-tugas yang

lainnya.

Oikonomia berarti aturan kerumahtanggaan, atau gereja menyebutnya dengan

penatalayanan. Bumi dipandang sebagai rumah tangga Allah. (Kel. 9:29), karena itu

manusia bertanggung jawab “menatalayani” agar bumi layak didiami (Yes. 45:18) yang

dapat menjamin kelangsungan hidup manusia. Manusia diberi kuasa untuk mengatur dan

mengusahakan bumi (Kej. 1:26; Maz. 115:16). Kata “menatalayani” mengandung

maksud mengatur bumi sebagai rumah tangga Allah sekaligus melayaninya. Jadi, tugas

ini tidak sebatas menentukan rambu-rambu, batasan-batasan dan pedoman-pedoman

Page 10: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

10

tetapi mengisinya dengan pelayanan yang bersetuhan dengan kehidupan nyata umat dan

lingkungan hidup. Tugas “menatalayani” atau “penatalayanan” meliputi tugas

membangun, baik itu pembangunan keorganisasian, pembangunan ekonomi, maupun

pembangunan lingkungan hidup.11

Pendeta seharusnya memahami oikumene secara konvensional yang berlaku pada

aturan-peraturan sinode gereja. Langkah pastoral yang perlu diperhatikan dan

didiskusikan adalah pertama, pendeta sebaiknya berdialog dengan sesama pendeta

tentang pengertian dan penerapan oikumene ditengah-tengah sinode gereja. Kedua,

pendeta mendialogkan oikumene ditengah-tengah jemaat dengan memberikan

pemahaman dan meminta pertanyaan kepada jemaat. Hal ini pertama, bertujuan bahwa

pemahaman dan penerapan oikumene di tengah-tengah kehidupan umat tidak berlaku dan

berlangsung hanya di tengah-tengah sinode gereja melainkan terjadi secara komprehensif

antara sinode dan jemaat. Tujuan kedua untuk menghindari opini dan praktik baru di luar

konvensional oikumene yang berlaku.

Kesepakatan terhadap pemahaman dan pelaksanaan oikumene bersama di

tengah-tengah kehidupan bergereja tentu dapat menciptakan keutuhan, keseimbangan dan

keharmonisan. Pertama, keutuhan gereja dapat dipahami secara kuantitas dan kualitas, di

mana kuantitas membicarakan mengenai tubuh atau anggota jemaat dan bangunan gereja

sedangkan kualitas berkaitan dengan pemahaman pendeta dan jemaat terhadap oikumene.

Kedua, keseimbangan di sini dapat dikaitkan dengan pelaksanaan oikumene di

tengah-tengah kehidupan gereja melalui program-program yang telah direncanakan dan

dipustuskan oeh sinode gereja. Artinya, kehidupan pelaksanaan program oikumene

berjalan seimbang. Ketiga, keharmonisan tercipta di tengah-tengah kehidupan bergereja

11 MS GMIT, Rencana Induk... 2011.

Page 11: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

11

dan antar lintas keyakinan. Adapun beberapa contoh program oikumene GMIT yang

diperoleh dari sumber media, yaitu GMIT menggelar natal oikumene bersama Keuskupan

Agung Kupang (KAK) di mana natal ini terlaksana sebanyak empat kali yakni dua kali di

GMIT, yaitu di jemaat Marturia Oesapa Selatan dan Pniel Sikumana, dan di KAK yakni

di St Yosep Naikoten dan St Simon Petrus Tarus.12

GMIT diakui dan disadari hidup di tengah-tengah kemajemukan budaya, suku, dan

agama. Pendeta perlu memahami makna kemajemukan dan siap berinteraksi dengan

kemajemukan. Dengan adanya konteks realitas masyarakat yang semakin kompleks dan

plural, maka pendekatan pastoral semakin membutuhkan pendekatan yang lintas ilmu dan

lintas bidang. Karena pendekatan satu dimensi hanya akan membentuk wajah komunitas

kehidupan yang berciri satu dimensi. Konsekuensinya, seorang pendeta membutuhkan

bantuan dari berbagai disiplin ilmu dan telaah persoalan: sejarah, sosiologi, psikologi,

antropologi budaya, analisis ekonomi dan sosial-politik.13 Dengan demikian, pendeta

diharapkan memiliki potensi bergaul terhadap realitas konteks yang dihadapi.

4.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pendeta dalam Melakukan Pelayanan

Pastoral kepada Jemaat.

Dari hasil penelitian yang telah penulis sebutkan di bab 3, penulis menganalisa

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendeta dalam melakukan konseling pastoral,

yaitu:

1. Tradisi

Tradisi yang dimaksud penulis di sini bukan kepada tradisi yang mengarah kepada

12 Timor Express Harian Kupang, Senin 27 September 2015, diambil pada tanggal 01 April 2016. 13 Krispurwana Cahyadi, Pastoral Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 20.

Page 12: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

12

budaya masyarakat lokal, tetapi tentang tradisi turun temurun fenomena pendeta weekend.

Seperti telah dijelaskan di atas, fenomena ini sudah ada sejak lama dan yang menariknya

adalah hal tersebut tidak diberikan perhatian sehingga dianggap sebagai tradisi yang turun

temurun dan tidak dijadikan suatu pembelajaran tentang tanggung jawab yang ada.

Penulis teringat tentang sebuah pepatah kuno yang ada, yaitu “hidup adalah sekolah

abadi” maka sepanjang hidup kita harus selalu belajar bukan saja belajar menggunakan

sesuatu tetapi kita juga tidak bisa menghindar dalam proses mempelajari segala sesuatu

yang pernah kita lakukan, oleh karena itu adalah hal yang wajar jika dalam proses

pembelajaran kita melakukan suatu kesalahan, tetapi sebagai manusia yang terus belajar

ada baiknya kita dapat memperbaiki kesalahan tersebut. Dari kaca mata penulis,

fenomena pendeta weekend adalah suatu kesalahan tradisi dalam tubuh GMIT, namun

selayaknya suatu proses pembelajaran maka hal tersebut dapat diubah menjadi lebih baik

karena hal tersebut bukanlah suatu tradisi yang paten dan tidak dapat dirubah.

2. Ketegasan dalam Peraturan Sinode

Hal tentang ketegasan dalam peraturan sinode memang lebih condong ke bagian

organisasi, tetapi harus diakui bahwa pendeta merupakan bagian dalam organisasi GMIT,

oleh karena itu hal tentang peraturan juga perlu diperhatikan agar pekerjaan pelayanan

kepada jemaat dapat dilaksanakan dengan baik. Memang dalam setiap organisasi selalu

diperhadapkan dengan tantangan tetapi tantangan tersebut harus dihadapi agar kualitas

kepemimpinan dapat dibuktikan dan menjadi warisan yang baik untuk generasi

selanjutnya. Seharusnya bidang yang menaungi tentang pekerjaan pelayanan pendeta

lebih mempertajam lagi tentang tugas-tugas pelayanan seorang pendeta serta bekerja

sama dengan pemimpin untuk mempertegas konsekuensi yang akan dihadapi jika pendeta

Page 13: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

13

tersebut lalai dalam melakukan pekerjaannya. Ada baiknya juga jika peraturan tentang

tugas dan tanggung jawab pendeta dikaji ulang sehingga menjadi relevan dengan

kehidupan pendeta itu sendiri dan membawa dampak yang baik bagi kehidupan spiritual

jemaat.

3. Individu

Jika dilihat tentang peryaratan GMIT bagi seorang calon pendeta menjadi pendeta

(lihat bab I halaman 1), maka jabatan kependetaan merupakan hal yang totalitas dalam

GMIT karena dari syarat tersebut bisa dikatakan bahwa seorang pendeta harus

mengabdikan dirinya dalam hal pelayanan. Jabatan kependetaan tidak sama dengan

jabatan yang lainnya, karena kebanyakan orang mengatakan bahwa mereka menjadi

pendeta dengan alasan panggilan untuk melayani tetapi seiring berjalannya waktu tugas

dan panggilan itu menjadi pudar dengan alsan-alasan yang ada. Disini komitmen awal

dan janji kependetaan perlu dipertanyakan apakah menjadi pendeta hanya merupakan

suatu profesi ataukah menjadi pendeta berarti mengabdikan hidupnya untuk melayani

jemaat. Hal yang sulit memang karena secara manusiawi seseorang terkadang memiliki

sifat individualisme dimana terkadang ia memikirkan dirinya sendiri, apalagi jika ia

sudah berkeluarga seperti contoh kasus yang diangkat oleh penulis. Terkadang seorang

pendeta karena tuntutan tersebut akhirnya mengingkari janji / syarat menjadi seorang

pendeta dengan alasan tersebut. Hal inilah yang menurut penulis perlu untuk menjadi

fokus kedepannya, yaitu seorang calon pendeta harus dipertanyakan lagi motifasinya

untuk menjadi pendeta, bukan sekedar profesi tetapi lebih kepada pengabdian dirinya

untuk jemaat agar mental pelayanannya menjadi semakin kuat.

Page 14: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

14

4. Dukungan

Dukungan yang diterima oleh para pendeta dalam melakukan konseling pastoral

sangatlah besar. Dukungan yang terbesar diterima adalah dari keluarga dan majelis gereja.

Hal ini terjadi karena keluarga adalah tempat dimana para pendeta dapat berbagi tentang

permasalahan yang ada di jemaat, sedangkan majelis gereja memang memiliki tugas

untuk menjadi rekan kerja pendeta dalam melayani jemaatnya, terutama dalam

berorganisasi didalam gereja, oleh karena itu, majelis akan memberikan dukungan penuh

terhadap pendeta untuk melaksanakan tugasnya. Dukungan yang diterima dari jemaat

juga bisa dikatakan besar. Di samping itu budaya juga sangat mempengaruhi

pendampingan jemaat terhadap pendetanya. Pendeta masih dianggap sebagai seorang

yang memiliki wibawa yang lebih dari orang lain. Karena rasa hormat jemaat juga

dinyatakan dengan memberikan dukungan kepada pendeta dalam melaksanakan

pendampingan dan konseling pastoral. Di sisi yang lain terlihat jelas bahwa jemaat juga

sangat membutuhkan konseling pastoral dari pendetanya. Ketika jemaat mengalami

persoalan yang berat di dalam hidupnya, terlebih persoalan kehidupan rohaninya, maka

jemaat akan datang kepada pendeta untuk mendapatkan pertolongan lewat pendampingan

dan konseling pastoral.

Banyak pendeta mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan dalam

melaksanakan konseling pastoral. Pada kenyataannya memang tidak mungkin seorang

pendeta dapat mengerti benar setiap permasalahan yang sedang dihadapi oleh setiap

warga jemaat. Meskipun begitu, kebanyakan pendeta melaksanakan konseling pastoral

seorang diri saja. Para pendeta memerlukan bantuan orang lain dalam pelaksanaan

konseling pastoral, meskipun tidak pada setiap konseling pastoral. Pendeta juga sering

Page 15: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

15

memberika rujukan kepada orang yang dinggap lebih ahli atau kompeten pada

permasalahan yang sedang dihadapi oleh jemaat. Ini berarti bahwa para pendeta

mengakui bahwa tidak semua permasalahan jemaat dapat diselesaikannya sendiri.

Seringkali dibutuhkan orang lain yang memang ahli atau lebih mengenal permasalahan

yang dihadapai oleh orang yang mengalami maslah. Meskipun begitu, para

pendeta-pendeta ini belum memiliki tim pastoral yang terdiri dari orang-orang ahli dalam

berbagai bidang untuk membantu pelaksanaan pendampingan dan pelayanan konseling

pastoral.

5. Pelatihan atau Seminar

Sebagian besar pendeta mengakui bahwa seminar atau pelatihan yang berkaitan

dengan konseling pastoral memberi manfaat yang baik untuk mengembangkan praktek

konseling pastoral yang sedang dilakukan. Pengetahuan yang diterima dari seminar atau

pelatihan yang diikuti dapat memberi pengetahuan terbaru yang terjadi dalam

perkembangan konseling pastoral, sehingga akan semakin memperkaya pendeta dalam

mengembangkan praktek konseling pastoralnya. Banyak pendeta merasa kekurangan

waktu untuk mengembangkan praktek konseling pastoral yang baru. Karena itu mereka

cenderung untuk menggunakan model pendampingan pastoral yang sudah ada.

Sebenarnya para pendeta sudah dibekali dengan ilmu pastoral pada saat kuliah. Namun

didalam praktek berjemaat, pendeta masih sering menggunakan teori pastoral itu secara

kaku. Pendeta menggunakan teori-teori pastoral yang dipelajari pada saat kuliah tanpa

menyesuaikan dengan keadaan jemaat. Padahal teori-teori pastoral yang dipelajari pada

masa kuliah, kebanyakan adalah teori dari barat. Matakuliah pastoral di Fakultas Teologi

seringkali hanya memberikan teori-teori pastoral dari barat, tetapi kurang melatih

Page 16: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

16

mahasiswa untuk mengembangkan teori-teori itu supaya lebih kontekstual dengan budaya

setempat yang mengakibatkan konseling pastoral yang diterapkan dijemaat seringkali

kurang kontekstual dengan budaya yang ada di jemaat.

4.3 Kesimpulan

Jika diamati akan tugas panggilan pelayan pendeta dalam panca pelayanan GMIT,

secara implisit mencirikan bahwa pelayanan pastoral mendapat tempat dalam tugas

panggilan pelayan dalam jemaat. Namun dalam prakteknya pelayanan pastoral yang

dilakukan oleh pendeta tidak begitu dijalankan dengan baik sehingga muncul istilah

tentang pendeta weekend atau pendeta hari minggu. Fenomena ini menurut pengalaman

pelayanan pendeta YN14 sudah ada sejak tahun 1980an tetapi pada saat itu dianggap

tidak bermasalah karena tidak terlalu banyak masalah dalam kehidupan jemaat, namum

sekarang pendeta memiliki kewajiban untuk tinggal di wilayah pelayanan supaya

kedekatan dengan jemaat lebih terasa. Hal yang menarik di sini adalah walaupun

fenomena ini sudah ada sejak lama namun tidak ada sangsi bagi pendeta weekend tersebut

dan jemaat pun sepertinya hanya menganggap masalah ini adalah masalah yang menjadi

perbincangan sehari-hari tanpa ada suatu tindakan seperti misalnya menyurati Majelis

Sinode GMIT tentang masalah tersebut.

Sinode GMIT memang telah menjelaskan secara teoritis tentang fungsi pelayanan

pastoral pendeta dengan baik, namun dalam prakteknya tidak sejalan dengan apa yang

diharapkan. Hal yang menarik disini adalah fenomena tentang pendeta weekend ini sudah

ada sejak lama dan sepertinya sudah menjadi kebiasaan bagi para pelakunya. Jika penulis

14 Pendeta YN adalah salah satu pendeta yang melayani di GMIT dari tahun 1981-2013. Wawancara Selasa

26 Jan 2016.

Page 17: BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA …

17

melihat sepertinya tidak ada ketegasan tentang konsekuensi yang akan dihadapi jika tidak

melakukan tugas dan tanggung jawab pelayanan dengan baik sehingga penulis

menganggap bahwa peran Majelis Sinode menjadi tumpul dalam mendisiplinkan

karyawannya. Memang Majelis Sinode GMIT telah bekerja keras untuk mengevaluasi

karyawannya, akan tetapi tidak ada suatu upaya untuk meningkatkan kinerja kerja yang

dikatakan rendah dalam evaluasi tersebut (lihat bab I halaman 2). Menurut penulis

Majelis Sinode GMIT haruslah bersikap tegas dan tajam terhadap segala kekurangan

yang dimiliki, karena toh pekerjaan tersebut merupakan kepercayaan jemaat kepada

atasan-atasan gereja agar pelayanan kepada jemaat dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Hal lain yang dapat dianalisis oleh penulis ialah Majelis Sinode GMIT perlu merevisi

peraturan-peraturan tentang pelayanan yang ada agar sejalan dengan kebutuhan

pelayanan jemaat saat ini, agar relasi kehidupan jemaat dengan sesamanya menjadi lebih

baik dan bertanggung jawab kepada Tuhan serta kehidupan spiritualnya menjadi lebih

baik dan para pelayan pun bia mengenal kehidupan jemaatnya secara lebih dekat lagi.