Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Volume 1, Nomor 1, Hal 72-85 Agustus 2016 72 Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh pada Materi Geometri Bidang Datar Rizky Amalia*, Rahmah Johar, Bintang Zaura Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah *E-Mail: [email protected] Abstrak Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan suatu keadaan perasaan, keadaan emosional, gelisah, ketidaknyamanan, atau takut. Kecemasan dalam belajar matematika akan membuat sulit berpikir dan berkonsentrasi akibatnya berpengaruh pada prestasi belajar. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menawarkan berbagai pendekatan, salah satunya dengan Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual), yaitu pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Penelitian ini mengangkat masalah apakah pendekatan SAVI dapat mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dan apakah dengan pendekatan SAVI siswa dapat mencapai nilai ketuntasan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Desain dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 5 dengan jumlah 29 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan angket kecemasan belajar matematika siswa. Teknik pengolahan data angket menggunakan uji-t satu pihak yaitu uji-t pihak kiri sedangkan untuk hasil belajar menggunakan uji-t pihak kanan. Hasil yang diperoleh dari data kecemasan adalah t hitung > t tabel yaitu 2,26 > 1,70 maka tolak H 0 sehingga adanya pengurangan kecemasan matematika siswa pada materi geometri bidang datar dengan menerapkan pendekatan SAVI dikelas X5 SMA Negeri 4 Banda Aceh. Hasil penelitian data hasil belajar siswa adalah t hitung > t tabel yaitu 7,08 > 1,70 maka tolak H 0 sehingga kesimpulannya hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar mencapai ketuntasan. Kata kunci: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual), Kecemasan matematika PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Menengah Pertama dan Menengah Atas. Bagi siswa, belajar matematika merupakan keharusan. Pada dasarnya, ilmu matematika merupakan salah satu pengetahuan yang ada di dalam kehidupan

Transcript of Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Page 1: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika

Volume 1, Nomor 1, Hal 72-85

Agustus 2016

72

Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) untuk

Mengurangi Kecemasan Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda

Aceh pada Materi Geometri Bidang Datar

Rizky Amalia*, Rahmah Johar, Bintang Zaura

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah

*E-Mail: [email protected]

Abstrak

Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan suatu keadaan

perasaan, keadaan emosional, gelisah, ketidaknyamanan, atau takut. Kecemasan

dalam belajar matematika akan membuat sulit berpikir dan berkonsentrasi

akibatnya berpengaruh pada prestasi belajar. Guru harus mampu menciptakan

suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menawarkan berbagai

pendekatan, salah satunya dengan Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual,

Intelektual), yaitu pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus

memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Penelitian ini mengangkat

masalah apakah pendekatan SAVI dapat mengurangi kecemasan belajar

matematika siswa dan apakah dengan pendekatan SAVI siswa dapat mencapai nilai

ketuntasan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan

kuantitatif. Desain dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest. Subjek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X5 dengan jumlah 29 siswa. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan tes dan angket kecemasan belajar matematika

siswa. Teknik pengolahan data angket menggunakan uji-t satu pihak yaitu uji-t

pihak kiri sedangkan untuk hasil belajar menggunakan uji-t pihak kanan. Hasil yang

diperoleh dari data kecemasan adalah t hitung > t tabel yaitu 2,26 > 1,70 maka tolak H0

sehingga adanya pengurangan kecemasan matematika siswa pada materi geometri

bidang datar dengan menerapkan pendekatan SAVI dikelas X5 SMA Negeri 4

Banda Aceh. Hasil penelitian data hasil belajar siswa adalah t hitung > t tabel yaitu 7,08

> 1,70 maka tolak H0 sehingga kesimpulannya hasil belajar siswa dengan

menerapkan pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar mencapai

ketuntasan.

Kata kunci: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual),

Kecemasan matematika

PENDAHULUAN

Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang

pendidikan, mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Menengah Pertama dan Menengah

Atas. Bagi siswa, belajar matematika merupakan keharusan. Pada dasarnya, ilmu

matematika merupakan salah satu pengetahuan yang ada di dalam kehidupan

Page 2: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Rizky Amalia, dkk. 73

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

sehari-hari. Hampir setiap bagian hidup manusia berhubungan dengan matematika.

Matematika dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita lakukan mulai dari

membeli sesuatu di warung, menghitung hari dalam sebulan, menghitung jam dan

lain-lain. Tanpa bantuan dari ilmu matematika tampaknya tidak mungkin dicapai

kemajuan yang sangat pesat seperti saat ini, baik itu dibidang teknologi, maupun

bidang-bidang pengetahuan alam lainnya.

Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang menganggap bahwa

pelajaran matematika sebagai suatu pelajaran yang sulit, dianggap menyeramkan

dan membuat jenuh bagi siswa. Pengaplikasian rumus-rumus dalam menyelesaikan

permasalahan matematika menjadi penyebab siswa menganggap bahwa

matematika itu pelajaran yang sulit dan membosankan karena banyaknya simbol

atau lambang yang digunakan dalam rumus-rumus matematika. Salah satu pokok

bahasan matematika yang paling banyak menggunakan rumus adalah geometri.

Menurut Prasetyo (2000:35), pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang

lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang

lain karena geometri sudah dikenal oleh siswa sejak mereka belum masuk sekolah

seperti garis, bidang dan ruang melalui aktivitas sehari-hari. Namun kenyataannya

siswa masih mengalami kesulitan pada materi geometri.

Anggapan tentang sulitnya pelajaran matematika akan menumbuhkan

perasaan takut berlebihan sehingga dapat menyebabkan kecemasan pada diri siswa

ketika mereka harus berhadapan dengan matematika itu sendiri. Salah satu faktor

penyebab kecemasan adalah rasa tidak menyenangkan siswa dalam belajar

matematika karena cara mengajar guru yang susah dimengerti, karakter guru yang

menakutkan dan fasilitas kurang memadai.

Kecemasan telah menjadi masalah yang penting yang harus segera diatasi,

karena memiliki pengaruh besar terhadap proses pembelajaran sehingga

mempengaruhi hasil belajar siswa. Kecemasan dalam belajar matematika

merupakan salah satu penyebab dari prestasi belajar siswa. Menurut King

(2014:296), “Siswa yang mengalami kecemasan ini sering kali ditandai dengan

adanya ketegangan motorik, hiperaktivitas, ketakutan akan harapan atau pikiran”.

Siswa yang mengalami kecemasan ini sering kali merasa gelisah dan memerlukan

Page 3: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

74 Pendekatan SAVI ...

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

waktu yang tepat untuk menghilangkan kecemasan tersebut. Apabila kecemasan

dalam belajar matematika telah mendominasi pikiran seseorang, maka ia akan sulit

berfikir dan berkonsentrasi yang akhirnya akan berpengaruh pada prestasi

belajarnya. Akhirnya semakin tinggi kecemasan matematis siswa semakin rendah

prestasi matematika siswa.

Seorang guru haruslah menguasai materi dengan baik dan mampu

menyampaikan materi matematika dengan baik pula serta mampu menciptakan

suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga, anggapan negatif

terhadap matematika yang selama ini melekat pada siswa dapat berubah menjadi

kesan yang positif. Oleh karena itu guru harus mampu menawarkan pendekatan

dalam mengajar yang lebih efektif yang dapat membangkitkan perhatian siswa

sehingga siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar. Salah satunya adalah

melalui Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual).

Menurut Istarani dan Ridwan (2014:91) bahwa, “Pembelajaran SAVI

adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan

semua alat indera yang dimiliki”. Somatik adalah gerakan tubuh, yang berarti bahwa

belajar harus dengan mengalami dan melakukan sesuatu. Auditori adalah pendengaran,

yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara

mendengarkan, dan menyimak. Visual adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar

harus menggunakan mata yaitu mengamati, menggambar, melukis, mendemonstrasikan

media pembelajaran dan alat peraga. Intelektual adalah berpikir, yang berarti bahwa

kemampuan berpikir harus dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah,

mengkontruksi, dan menerapkan.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual,

Intelektual) untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda

Aceh pada Materi Geometri Bidang Datar”.

Page 4: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Rizky Amalia, dkk. 75

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

LANDASAN TEORI

Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan proses seseorang berkembang menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Belajar tidak hanya yang diperoleh dari sekolah, pengalaman yang

didapat seseorang pun dapat pula menjadi pembelajaran. Belajar bukanlah sekedar

mengumpulkan pengetahuan. Menurut Winkel (dalam Riyanto, 2010:5), ”Belajar

adalah aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap”.

Berdasarkan pendapat di atas mengenai belajar, penulis dapat

menyimpulkan belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,

sehingga menyebabkan munculnya perubahan baik dalam aspek perilaku maupun

pengetahuan yang didapat melalui bahan atau pengalaman dilingkungan sekitar.

Pembelajaran matematika adalah proses untuk membuat seseorang belajar

matematika. Yang dimaksud adalah menciptakan suasana belajar yang

memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika sehingga

mencapai tujuan pembelajaran. Suasana yang diciptakan harus menyenangkan dan

bermakna agar siswa tidak merasa bosan dan tidak tegang selama belajar

matematika. Menurut Fatimah (2009:8) bahwa, ”pembelajaran matematika adalah

membentuk logika berpikir bukan sekedar pandai berhitung, karena berhitung dapat

dilakukan dengan alat bantu, namun dapat menyelesaikan masalah perlu logika

berpikir dan analisis”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

adalah suatu proses yang sengaja direncanakan atau dirancang untuk tujuan

menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan

tentang matematika sehingga pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Kecemasan Matematika

Kecemasan dapat dialami siapa pun dan dimana pun, kecemasan juga tidak

mengenal usia siswa di sekolah pun pernah mengalami dan sering kali muncul

secara mendadak ketika belajar, khususnya belajar matematika. Kecemasan akan

Page 5: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

76 Pendekatan SAVI ...

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

muncul ketika siswa merasa tertekan atau kesulitan. Perasaan tersebut disebabkan

oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketakutan siswa terhadap guru pelajaran

matematika itu sendiri. Sehingga ketika seorang siswa mengalami ketakutan yang

berlebihan ia akan sulit untuk berkonsentrasi dan cenderung ia hanya

memperhatikan tanpa memahami materi tersebut karena dalam keadaan tertekan.

Kecemasan sangat berhubungan dengan psikolog yaitu berkaitan dengan keadaan

jiwa seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Ramaiah (2003:3) bahwa,

“Kecemasan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala. Setiap orang

mengalami kecemasan pada waktu tertentu dalam kehidupannya”.

Kecemasan matematika dapat disimpulkan adalah keadaan emosi siswa

yang merasa takut, khawatir, tegang, ketika menghadapi pembelajaran matematika

di sekolah. Kecemasan tersebut muncul pada saat siswa merasakan adanya tekanan

dalam kegiatan pembelajaran. Tekanan dalam kegiatan pembelajaran tersebut

adalah situasi dimana siswa dituntut untuk menunjukkan performa yang tinggi atau

yang terbaik.

Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual)

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar

harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Menurut Rusman (

dalam Istarani dan M. Ridwan, 2014:91), “Pembelajaran SAVI adalah

pembelajaran yang menekan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua indera

yang dimiliki siswa”.

Somatik dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar

dengan bergerak dan berbuat). Auditori adalah learning by talking and hearing

(belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan sebagai learning by

observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan).

Intelektual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar

menyelesaikan masalah dan membayangkan).

Contoh penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran matematika

misalnya pada materi Geometri Bidang Datar. Langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengelompokkan siswa dalam kelompok belajar yang terdiri dari maksimal

lima orang.

Page 6: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Rizky Amalia, dkk. 77

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

2. Guru menampilkan video pembelajaran tentang cara melukis garis-garis

istimewa pada segitiga dan mengarahkan siswa untuk mengamati dan bertanya.

( Auditori dan Visual )

3. Setiap kelompok dibagikan LAS (Lembar Kerja Siswa )

4. Semua siswa di arahkan untuk mengeluarkan alat-alat yang diperintahkan pada

minggu lalu untuk dibawa (penggaris, jangka dan busur).

5. Semua kelompok di arahkan untuk menggambarkan macam-macam segitiga

yang mereka ketahui baik berdasarkan panjang sisinya maupun berdasarkan

besar sudutnya dengan ukuran yang berbeda-beda. ( Somatik dan Auditori )

6. Siswa diarahkan untuk berdiskusi menyelesaikan masalah yang terdapat pada

LAS yaitu melukiskan garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu

sesuai langkah-langkah yang telah mereka amati pada video yang telah

ditampilkan sebelumnya. (Somatik, Auditori dan Intelektual)

7. Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok tersebut dan

kelompok lain diminta untuk menanggapi. (Somatik, Auditori, visual dan

Intelektual)

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, akan dijelaskan tentang apakah pendekatan SAVI

(Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) dapat mengurangi kecemasan matematika

siswa dan juga mengukur hasil belajar siswa apakah mencapai ketuntasan dengan

menerapkan pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) pada materi

geometri bidang datar. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan metode

eksperimen dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur eksperimen tersebut.

Menurut Arikunto (2010:12) menyatakan, ”Penelitian Kuantitatif adalah penelitian

yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran data serta penampilkan dari hasilnya”. Adapun jenis penelitian ini adalah

penelitian eksperimen dengan pre-eksperimental design jenis Pre-test dan Post-test

Group. Menurut Arikunto (2010:84) pre-eksperimental design sering juga disebut

dengan istilah quasi experiment atau eksperimen semu. Metode eksperimen semu

Page 7: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

78 Pendekatan SAVI ...

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

(quasi eksperimental) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya

adalah dalam pengontrolan variabel.

Penelitian dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, pertemuan pertama

dilaksanakan pretest dan pada pertemuan terakhir dilaksanakan posttest. Adapun

prosedur penelitian ini adalah:

1. Tahap awal, pada tahap ini peneliti memberikan angket kecemasan pretest

kepada siswa

2. Tahap persiapan, kegiatan pada tahap ini adalah menyusun perangkat

pembelajaran.

3. Tahap pelaksanaan, kegiatan pada tahap ini adalah:

a) Mengukur tingkat kecemasan matematika siswa melalui angket pretest

b) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI pada

materi geometri bidang datar.

c) Selama tiga kali pertemuan setelah pembelajaran siswa di beri angket

kecemasan posttest untuk mengukur penurunan tingkat kecemasan siswa.

d) Diakhir materi geometri bidang datar diberikan tes akhir (post-test) untuk

mengukur kemampuan siswa.

Subjek penelitian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah

siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh. Pada kelas X terdapat 29 siswa.

Pengumpulan data diperoleh dari tes dan angket. Tes diberikan pada akhir materi

geometri bidang datar untuk mengukur hasil belajar siswa sedangkan angket

diberikan sebelum dan sesudah menerapkan pendekatan SAVI (Somatik, Auditori,

Visual, Intelektual) untuk mengukur tingkat kecemasan belajar matematika siswa.

Skala kecemasan yang paling umum digunakan adalah Hamilton Anxiety Rating

Scale atau yang lebih dikenal sebagai HARS-A. Menurut Friedman (2010:56)

bahwa skala kecemasan ini diukur berdasarkan sebuah angket yang disusun oleh

Max Hamilton pada tahun 1959. Angket ini banyak digunakan oleh dunia medis.

Angket kecemasan pada HARS-A terdiri dari 14 point. Kisaran nilai adalah 0-56

dengan klarifikasi sebagai berikut:

Page 8: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Rizky Amalia, dkk. 79

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

1. Total nilai < 17 menunjukkan tingkat kecemasan ringan

2. Total nilai 18-24 menunjukkan tingkat kecemasan ringan hingga sedang

3. Total nilai 25-30 menunjukkan tingkat kecemasan sedang hingga berat

4. Total nilai >30 menunjukkan tingkat kecemasan sangat berat

Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu jawaban sudah

disediakan dan responden tinggal memilih. Angket kecemasan ini terdiri dari 10

item yang merupakan pernyataan dengan menggunakan skala Likert yang telah

dinominalkan dengan angka 1 sampai 5. Angket tersebut meliputi 3 aspek yaitu

fisik, perilaku dan kognitif. Masing-masing aspek terdiri atas beberapa indikator

sebagai berikut:

Indikator untuk aspek fisik meliputi kegelisahan dan ketakutan.

Indikator untuk aspek perilaku meliputi menghindar

Indikator untuk aspek kognitif meliputi khawatir, tidak mampu mengatasi

masalah dan sulit berkonsentrasi.

Menurut Friedman (2010:58), ”Total skor angket pada tingkat kecemasan

responden dapat menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tingkat Kecemasan

RENTANG KETERANGAN TINGKAT HARS-A

10 – 19 Bebas dari kecemasan 0 = Bebas dari

kecemasan

20 – 29 Berhati-hati pada matematika 1 = ringan

30 – 39 Ada rasa tidak nyaman namun tetap

fokus 2 = Sedang

40 – 49

Tidak mampu berpikir lagi, terlalu

merasa berat dengan masalah yang

dihadapi

3 = Berat

50 Kacau 4 = Panik

Page 9: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

80 Pendekatan SAVI ...

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

Sebelum mengolah data kecemasan, terlebih dahulu mentransformasikan

data kecemasan matematika dengan menggunakan Method of Successive Interval

(MSI). Hal ini dilakukan karena data kecemasan matematika berupa data ordinal.

Setelah data sudah terkumpul, maka selanjutnya ditabulasikan ke dalam daftar

distribusi, langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama Sudjana

(2005:47-48) mengemukaka n langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai

berikut:

a. Tentukan rentang, yaitu dengan cara data terbesar dikurangi data terkecil

b. Tentukan banyaknya kelas interval (k) yang diperlukan dengan

menggunakan aturan Sturges, yaitu :

Banyaknya kelas (k) = 1 + 3,3 log n

c. Tentukan panjang kelas interval p dengan rumus

P = rentang

banyak kelas

d. Pilih ujung batas kelas interval pertama, untuk ini bisa dipilih dengan data

terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil, tetapi selisihnya

harus kurang dari panjang kelas yang telah ditentukan.

2. Menentukan nilai rata-rata (x̅) dan varian (s2)

Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi menurut

Sudjana (2005:70), nilai rata-rata (�̅�) dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

x̅ = ∑ fixi

∑ fi

Keterangan:

x̅ = nilai rata-rata

fi= frekuensi kelas interval data

xi= nilai tengah atau tanda kelas interval

Page 10: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Rizky Amalia, dkk. 81

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

Untuk mencari varians (s2) menurut Sudjana (2005:95), dapat diukur dengan

rumus:

s2 = n ∑ fixi

2 − (∑ fixi)2

n(n − 1)

Keterangan:

n = banyaknya data.

3. Uji normalitas sebaran data

Untuk menguji normalitas data, digunakan statistik chi-kuadrat seperti yang

dikemukakan Sudjana (2005:273) sebagai berikut:

χ2 = ∑(Oi − Ei)

2

Ei

k

i=1

Keterangan:

χ2 = statistik chi-kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian tolak H0 jika χ2 ≥ χ2 (1-α) (k-3) dengan α = taraf nyata untuk

pengujian dan dk = (k - 3). Dalam hal lainnya H0 diterima. Namun karena data

kecemasan tidak berdistribusi normal, maka pengujian penelitian dilakukan

melalui statistik non-parametrik.

Non-parametrik yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji peringkat

bertanda Wilcoxon. Supranto (2001:150) menyatakan bahwa, “ Uji peringkat

bertanda Wilcoxon digunakan jika besaran maupun arah perbedaan relevan

untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang sesungguhnya antara

pasangan data yang diambil dari satu sampel atau dua sampel yang saling

terkait”.

4. Uji Wilcoxon Berpasangan

Uji Wilcoxon merupakan perbaikan dari uji tanda. Menurut Sudjana

(2005:450), “ Dalam uji Wilcoxon bukan saja tanda yang diperhatikan tetapi

Page 11: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

82 Pendekatan SAVI ...

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

juga nilai selisih (X-Y)”. Pengujian Hipotesis data kecemasan di uji dengan

menggunakan uji satu pihak yaitu pihak kiri. Dalam penelitian ini hipotesis

yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho: 𝜇1 = 𝜇0: Pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar di kelas X

SMA Negeri 4 Banda Aceh tidak dapat mengurangi kecemasan

belajar matematika siswa.

H1: 𝜇1 < 𝜇0: Pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar di kelas X

SMA Negeri 4 Banda Aceh dapat mengurangi kecemasan

belajar matematika siswa.

Untuk menguji hipotesis dengan taraf nyata α=0,05, dapat digunakan

statistik uji-t sebagai berikut:

t = 𝑑

𝑠/√𝑛

Keterangan:

d= selisih antara nilai pretest dan posttest

s= simpangan baku

n= jumlah sampel

Kriteria pengujian hipotesis adalah jika t hitung ˂ t tabel maka H0 ditolak dan

H1 diterima.

Pengujian Hipotesis data hasil belajar siswa di uji dengan menggunakan uji

satu pihak yaitu pihak kanan dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05.. Dalam penelitian

ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ho: μ = μo: Hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan SAVI pada materi

geometri bidang datar di kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh tidak

mencapai ketuntasan.

Ha: μ > μo: Hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan SAVI pada materi

geometri bidang datar di kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh

mencapai ketuntasan.

Page 12: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Rizky Amalia, dkk. 83

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data Kecemasan siswa

Setelah dilakukan pengolahan data dengan tabel distribusi dan pengujian

normalitas menggunakan rumus chi-kuadrat diperoleh hasil bahwa data kecemasan

pretest dan posttest tidak berdistribusi normal. Selanjutnya digunakan uji Wilcoxon.

Dari tabel t (terlampir) dengan α = 0,05 diperoleh t tabel = 1,70 dan t hitung =

2,26. Sehingga diperoleh t hitung < t tabel yaitu 2,26 > 1,70 maka tolak H0. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa, Adanya pengurangan kecemasan matematika

siswa pada materi geometri bidang datar dengan menerapkan pendekatan SAVI

dikelas X5 SMA Negeri 4 Banda Aceh.

Pada tes pretest tingkat kecemasan siswa berada pada tingkat kecemasan

berat yaitu 55%. Pada tingkat ini mereka akan memiliki persepsi yang sempit dan

tidak bisa berpikir logis serta akan sulit melakukan sesuatu walaupun dengan

arahan. Selanjutnya ada sebanyak 38% dari siswa-siswa yang berada pada tingkat

kecemasan sedang. Pada tingkat ini mereka akan fokus pada hal-hal yang dianggap

penting dan mengesampingkan hal-hal yang tidak penting serta melakukan segala

sesuatu dengan terarah. Kemudian sebanyak 7% pada tingkat kecemasan ringan,

dimana pada tingkat ini kecemasan akan membantu mereka untuk fokus untuk

belajar. Pada pretest tidak ada atau 0% siswa yang bebas dari kecemasan

matematika.

Sedangkan persentase tingkat kecemasan matematika posttest terlihat hanya

terdapat 2 macam tingkatan kecemasan yaitu ringan dengan persentase 52% dan

bebas dari kecemasan 48%. Siswa yang awalnya berada pada tingkat kecemasan

berat sebesar 55% dan sedang sebesar 38% sehingga ada perubahan yang signifikan

terhadap pengurangan tingkat kecemasan belajar matematika siswa antara sebelum

dan sesudah menerapkan pendekatan SAVI. Jadi pengaruh penggunaan Pendekatan

SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) menunjukkan perbedaan positif yaitu

adanya pengurangan kecemasan matematika siswa pada materi geometri bidang

datar dikelas X5 SMA Negeri 4 Banda Aceh.

Page 13: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

84 Pendekatan SAVI ...

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa adalah data berdistribusi nomal, diketahui μo = 67.

Dengan menggunakan uji pihak kanan pada taraf nyata 𝛼 = 0,05 dan db = 29 – 1

= 28, diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,70. Oleh karena, 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 7,08 > 1,70 maka

harus menolak Ho dan menerima Ha. Kesimpulannya adalah hasil belajar siswa

dengan menerapkan pendekatan SAVI pada materi geometri bidang datar di kelas

X SMA Negeri 4 Banda Aceh mencapai ketuntasan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian yang dilakukan di

SMA Negeri 4 Banda Aceh dengan menerapkan Pendekatan SAVI (Somatik,

Auditori, Visual, Intelektual) pada materi geometri bidang datar diperoleh

kesimpulan bahwa Adanya pengurangan kecemasan matematika siswa pada materi

geometri bidang datar dengan menerapkan pendekatan SAVI dikelas X5 SMA

Negeri 4 Banda Aceh dan hasil belajar siswa pada materi Geometri Bidang Datar

di kelas X5 SMA Negeri 4 Banda Aceh dengan menerapkan Pendekatan SAVI

(Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) mencapai ketuntasan belajar.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti

memberikan saran bahwa diharapkan kepada siswa yang tingkat kecemasannya

yang sudah mengalami penurunan tetap mempertahankannya dan lebih sering

berlatih mengerjakan soal-soal matematika, belajar sesuai dengan gaya belajar

masing-masing, dan tidak bergantung pada hafalan. Dengan demikian perasaan

cemas tidak akan menganggu proses belajar mengajar.Kemudian diharapkan

kepada guru matematika agar dapat mengindetifikasi siswanya yang memiliki

tingkat kecemasan yang berlebihan saat mempelajari matematika. Dengan

demikian guru dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap mereka dan lebih

menambah wawasan tentang metode-metode ataupun pendekatan-pendekatan

pembelajaran lainnya yang menyenangkan salah satunya pendekatan SAVI,

sehingga siswa tidak akan merasa bosan dalam belajar matematika.

Page 14: Pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual ...

Rizky Amalia, dkk. 85

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Fatimah. 2009. Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan. Bandung: PT. Mizan

Pustaka

Friedman, Ellen. 1997. Do you have math anxiety? A Self Test. Diakses pada

tanggal 11 Januari 2016, dari http://mathpower.com

Istarani & Muhammad Ridwan. 2014. 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif. Bundar

Selamat Medan: CV. Media Persada

King, Laura A. 2014. Psikolog Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Terj.

Mawendsdy, Brian. Jakarta: Salemba Humanika

Prasetyo. 2000. Pemahaman Matematika untuk Anak SMP. Jakarta: Gramedia

Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan. Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:

Pustaka Populer Obor

Riyanto, Y. 2009. Paragdigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sudjana, 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Bandung