Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan Etis

9
PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS RESUME Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Disusun Oleh : Ervani Pujastuti Dery Kristina Soirin UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI BANDUNG 2015

description

BIS

Transcript of Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan Etis

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

RESUME

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi

Disusun Oleh :Ervani PujastutiDery KristinaSoirin

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHAPROGRAM MAGISTER AKUNTANSIBANDUNG2015PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS PRAKTIS

Memotivasi PerkembanganPara eksekutif dan direksi perusahaan harus memberikan tambahan perhatian pada tata kelola perusahaan dan panduan yang diberikan, sebagai tambahan peran mereka sendiri dalam perusahaan. Selain itu sekolah bisnis yang ingin mendapatkan akreditasi mendunia dari Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) diminta untuk memasukan pendidikan etika ke dalam kebijakan, praktik dan kurikulum mereka. Kurikulum sekolah bisnis harus bisa menangani masalah-masalah etika, termasuk tanggung jawab sosial perusahaan, tata kelola, etika budaya perusahaan dan pengambilan keputusan etis.Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan EtisSebuah keputusan atau tindakan dianggap etis atau benar jika sesuai dengan standar tertentu. Para filsuf telah mempelajari standar mana yang penting selama berabad-abad, dan para ahli etika bisnis baru saja membangun hal ini dalam pekerjaannya.Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etikalitas keputusan atau tindakan yang dibuat dengan melihat :1. Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya.2. Hak dan kewajiban yang terkena dampak.3. Kesetaraan yang dilibatkan.4. Motivasi atau kebijakan yang diharapkan.Tiga pertimbangan pertama yaitu konsekuensialisme, deontologi, dan keadilan-ditelaah dengan memfokuskan pada dampak dari keputusan terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan lain, sebuah pendekatan yang dikenal sebagai analisis dampak pemangku kepentingan. Pertimbangan keempat motivasi membuat keputusan, merupakan suatu pendekatan yang dikenal sebagai etika kebijakan. Pertimbangan tersebut memberikan wawasan yang kemungkinan akan membantu ketika mengkaji masalah-masalah tata kelola saat ini dan masa depan sebagai latihan dari manajemen risiko yang seharusnya.Keempat pertimbangan di atas harus diperiksa secara menyeluruh dan nilai-nilai etika yang tepat harus diterapkan dalam keputusan dan pelaksanaannya sehingga keputusan atau tindakan dapat diterapkan secara etis.Pendekatan Filosofis-Sebuah Ikhtisar : Konsekuensialisme (Utilitarianisme), Deontologi, dan Etika KebajikanTiga pendekatan filosofis untuk pengambilan keputusan etis: konsekuensialisme, deontologi, dan etika kebajikan. Masing-masing dari tiga pendekatan memberikan kontribusi yang berbeda-beda dalam menghasilkan pendekatan yang berguna dan dapat dipertahankan untuk pengambilan keputusan etis dalam bisnis atau kehidupan pribadi.Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau TeleologiKonsekuensialisme bertujuan untuk memaksimalkan hasil akhir dari sebuah keputusan. Bagi mereka, kebenaran dari suatu perbuatan bergantung pada konsekuensinya. Pendekatan ini sangat penting untuk keputusan etis yang baik dan pemahaman itu akan menjadi bagian dari pendidikan sekolah bisnis terakreditasi AACSB di masa depan.Pendekatan konsekuensialisme mengaharuskan pelajar untuk menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar.Konsekuensialisme berpendapat bahwa sebuah perbuatan benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan bersih. Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi positif lebih besar daripada konsekuensi negatif. Selain itu, beberapa percaya bahwa hanya tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan bersih minus konsekuensi negatiflah yang secara moral benar atau etis. Para ahli juga membahas :1. Konsekuensi mana yang harus dihitung2. Bagaimana cara menghitungnya3. Siapa saja yang pantas untuk disertakan dalam satuan pemangku kepentingan yang harus dipertimbangkanUtilitarianisme klasik-terkait dengan utilitas secara keseluruhan mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks sebuah bisnis, profesional, atau organisasi. Fokus konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari suatu tindakan, teori-teori tersebut sering dianggap sebagai teleologis.DeontologiDeontologi berbeda dari konsekuensialisme, dalam artian bahwa deontologis berfokus pada kewajiban atau tugas memotivasi keputusan atau tindakan, bukan pada konsekuensi dan tindakan. Etika deontologi mengambil posisi bahwa kebenaran bergantung pada rasa hormat yang ditunjukkan dalam tugas, serta hak dan keadilan yang dicerminkan oleh tugas-tugas tersebut. Akibatnya :Suatu pendekatan deontologis mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan tugas, hak, serta pertimbangan keadilan dan mengajarkan para mahasiswa untuk menggunakan standar moral, prinsip dan aturan-aturan sebagai panduan untuk membuat keputusan etis yang terbaik.Etika KebajikanEtika kebajikan berkaitan dengan aspek yang memotivasi karakter moral yang ditunjukkan oleh para pengambil keputusan. Tanggung jawab khususnya kesalahan atau layak dianggap salah baik moralitas dan hukum, memiliki dua dimensi : actus reus (tindakan yang salah) dan mens rea (pikiran yang salah). Etika kebajikan berfokus pada karakter atau integrasi moral para pelaku dan melihat pada moral masyarakat, seperti masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikasi isu-isu etis dan panduan tindakan etis.Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat orang tersebut menjadi manusia yang bermoral.Sniff Test dan Aturan Praktis Umum-Tes Awal Etikalitas Sebuah KeputusanJika salah satu dari tes cepat hasilnya negatif, karyawan diminta untuk mencari seorang pengawas etika untuk berkonsultasi, atau melakukan analisis penuh terhadap tindakan yang diusulkan. Analisis ini harus disimpan, dan mungkin ditinjau oleh pengawas etika.Analisis Dampak Pemangku Kepentingan-Perangkat Komprehensif untuk Menilai Keputusan dan TindakanGambaran UmumPandangan tradisional mengenai akuntabilitas perusahaan baru-baru ini telah dimodifikasi menjadi dua cara. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham hanya ingin memaksimalkan keuntungan jangka pendek tampaknya merupakan fokus yang terlalu sempit. Kedua, hak-hak dan klaim dari mayoritas kelompok bukan pemegang saham, seperti karyawan, konsumen/klien, pemasok, kreditor, pemerhati lingkungan, masyarakat lokal, dan pemerintah yang memiliki kepentingan atau interes dalam hasil keputusan, atau pada perusahaan itu sendiri, telah diselaraskan dengan status dalam pengambilan keputusan perusahaan.Kepentingan Dasar Para Pemangku KepentinganUntuk mempermudah proses, maka sangat baik untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan serangkaian kepentingan para pemangku kepentingan pada umumnya atau kepentingan dasar agar digunakan untuk memfokuskan analisis dan pengambilan keputusan pada dimensi etika, seperti :1. Kepentingan mereka harus menjadi lebih baik sebagai akibat dari keputusan tersebut.2. Keputusan akan menghasilkan distribusi yang adil antara manfaat dan beban.3. Keputusan seharusnya tidak menyinggung salah satu hak setiap pemangku kepentingan, termasuk hak pengambil keputusan, dan4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik-baiknya.Nilai pertama dari konsekuensialisme, nilai kedua, ketiga, dan keempat dari deontologi dan etika kebajikan.Pengukuran Dampak yang Dapat DiukurLaba merupakan dasar untuk kepentingan pemegang saham dan sangat penting untuk kelangsungan hidup dan kesehatan perusahaan. Di masa inflasi, laba merupakan hal yang penting untuk menggantikan inventori pada harga tinggi yang diperlukan. Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba : Dapat Langsung DiukurAda dampak dari keputusan perusahaan dan kegiatan yang tidak dimasukkan dalam penentuan laba perusahaan yang menyebabkan dampak. Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan melakukan pencemaran, biaya pembersihan biasanya dikeluarkan oleh individu, perusahaan atau kota yang terletak di hilir atau arah angin. Biaya tersebut disebut sebagai eksternalitas, dan dampaknya dapat diukur langsung oleh biaya pembersihan yang dilakukan oleh orang lain.Produk yang Tidak Termasuk dalam Laba: Tidak Dapat Langsung DiukurSumbangan atau beasiswa adalah contoh eksternalitas, dan tentunya akan menarik untuk memasukkan perkiraan manfaat yang terlibat dalam keseluruhan evaluasi keputusan yang diusulkan. Masalahnya adalah bahwa baik keuntungan maupun biaya beberapa dampak negatif, seperti berkurangnya kesehatan yang diderita orang karena menyerap polusi, dapat diukur secara langsung, tetapi mereka harus dimasukkan dalam penilaian secara keseluruhan.Membawa Masa Depan ke Masa KiniTeknik untuk membawa dampak keputusan masa depan ke dalam analisis tidak sulit. Hal ini ditangani secara paralel dengan analisis penganggaran modal, di mana nilai-nilai masa depan didiskontokan pada tingkat bunga yang mencerminkan tingkat suku bunga yang diharapkan di masa mendatang. Pendekatan ini ditunjukkan sebagai bagian dari analisis biaya-manfaat dalam Brooks (1979). Menggunakan pendekatan nilai bersih masa kini (net present value) untuk analisis penganggaran modal, manfaat dan biaya dari suatu tindakan yang diusulkan dapat dinilai sebagai berikut:Nilai Bersih Masa Kini = Nilai Keuntungan Nilai Biaya Masa Kini Bersih Masa Kini Usulan TindakanDi mana manfaat termasuk pendapatan dan eksternalitas baik, serta biaya termasuk biaya yang ditambah eksternalitas buruk.Menangani Ketidakpastian HasilAnalisis dapat didasarkan pada perkiraan terbaik, dalam tiga kemungkinan (paling optimis, pesimis, dan perkiraan terbaik), atau dalam nilai-nilai yang diharapkan, di mana dikembangkan dari sebuah simulasi komputer.Nilai Hasil yang diharapkan = Nilai masa Kini yang Diharapkan Nilai Masa Kini dari Biaya Masa MendatangKeuntungan dari rumusan nilai yang diharapkan ini adalah kerangka kerja analisis biaya-manfaat dapat dimodifikasi untuk menyertakan risiko yang terkait dalam hasil. Pendekatan baru ini disebut sebagai analisis risiko-manfaat (RBA).Identifikasi dan Peringkat Pemangku KepentinganManfaat dari analisis dampak pemangku kepentingan bergantung pada identifikasi penuh semua pemangku kepentingan dan kepentingan merek, serta apresiasi yang penuh terhadap signifikansi dampaknya pada posisi masing-masing.Mitchel Agle dan Wood (1997) menyatakan bahwa pemangku kepentingan dan kepentingan mereka dinilai dalam tiga dimensi: legitimasi atau hak hukum dan/atau moral untuk memengaruhi organisasi; kekuatan untuk memengaruhi organisasi melalui media, pemeritah, atau cara yang lain; serta urgensi (urgensitas) yang dirasakan dan nyata dari persoalan yang muncul. Anaisis semacam ini mamaksa pertimbangan terhadap dampak yang dianggap sangat merusak (khususnya untuk pemangku kepentingan eksternal) terdahulu, sehingga jika seorang eksekutif memutuskan untuk terus maju dengan rencana suboptimal. Setidaknya kerugian potensial akan dikenali.Tim Rowley (1997) menyatakan bahwa sekelompok pemangku kepentingan akan diperlakukan sebagai jaringan yang dinamis, dan perkiraan yang dibuat mengenai siapa dalam jaringan tersebut akan memengaruhi siapa, serta meramalkan isu-isu dan kepentingan mana yang akan menjadi lebih penting.Penilaian Dampak yang Tidak Dapat Dikuantifikasi1. Keadilan di antara Para pemangku Kepentingan2. Hak Pemangku KepentinganAnalisis Dampak Pemangku Kepentingan: Pendekatan Tradisional Pengambilan Keputusan1. Pendekatan 5-Pertanyaan TradisionalPendekatan 5-kotak yang disebutkan Graham Tucker yaitu :Apakah Keputusan itu:1. Menguntungkan?2. Sah dimata hukum?3. Adil?4. Benar?5. Mendukung pembangunan berkelanjutan lebih lanjut?2. Pendekatan Standar Moral TradisionalPendekatan standar moral tradisional tidak secara khusus memberikan kajian yang mendalam tentang motivasi bagi keputusan yang terlibat, kebijakan atau karakter yang diharapkan.3. Pendekatan Pastin TradisionalPendekatan ini dapat bermanfaat dalam memproyeksikan bagaimana tindakan yang diusulkan akan memengaruhi kontrak, atau apakah perubahan kontrak (seperti dalam kontrak serikat pekerja) akan ditolak.4. Memperluas dan Memadukan Pendekatan TradisionalPendekatan Filosofis dan Analisis Dampak Pemangku KepentinganPendekatan filosofis-Konsekuensialisme, deontologi dan etika kebajikan menjadi landasan dan harus selalu diingat untuk menginformasikan dan memperkaya, analisis ketika menggunakan tiga pendekatan dampak pemangku kepentingan.Memodifikasi Pendekatan Tradisional Analisis Dampak Pemangku Kepentingan : Menilai Motivasi, Kebajikan yang diharapkan, dan Sifat Karakter Mengapa Mempertimbangkan Harapan Motivasi dan Perilaku?Motivasi yang didasarkan pada kepentingan pribadi yang terlalu sempit dapat menghasilkan keputusan yang tidak etis ketika pedoman diri dan/atau pengawasan eksternal yang pantas tidak mencukupi.Penilaian Etis Motivasi dan PerilakuProses penilaian dampak pemangku kepentingan akan menawarkan kesempatan untuk menilai motivasi yang mendasari keputusan atau tindakan yang diusulkan. Meskipun pengamat tidak mungkin akan mengetahui dengan persis motivasi nyata yang terlintas di pikiran pengambil keputusan itu, sangat mungkin untuk memproyeksikan persepsi yang dimiliki para pemangku kepentingan atas tindakan tersebut.Permasalahn Lainnya dalam Pengambilan Keputusan Etis 1. Masalah BersamaMengacu pada kesengajaan atau mengetahui penggunaan aset atau sumber daya yang dimiliki bersama secara berlebihan.2. Mengembangkan Akal yang Lebih EtisHerbert Simon mengusulkan konsep satificing untuk memecahkan masalah ini. Ia berargumen bahwa seseorang tidak boleh membiarkan kesempurnaan menjadi musuh kebaikan. Perbaikan yang terus menerus sampai tidak ada kemajuan lebih lanjut yang dibuat seharusnya menghasilkan solusi yang dianggap cukup baik dan bahkan optimal pada titik waktu tertentu.3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan KeputusanPara pengambil keputusan secara berulang-ulang membuat kesalahan sebagai berikut:1. Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis2. Salah menafsirkan harapan masyarakat3. Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan dampak pada pemegang saham4. Berfokus hanya pada legalitas5. Batas keberimbangan6. Batas untuk meneliti hak7. Konflik kepentingan8. Keterkaitan di antara pemangku kepentingan9. Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok pemangku kepentingan10. Kegagalan untuk membuat peringkat kepentingan tertentu dari para pemangku kepentingan11. Mengacuhkan kekayaan, keadilan, atau hak12. Kegagalan untuk mempertimbangkan motivasi untuk keputusan13. Kegagalan untuk mempertimbangkan kebajikan yang diharapkan untuk ditunjukkanSebuah Kerangka Kerja Komprehensif Pengambil Keputusan EtisPendekatan terbaik EDM akan bergantung pada sifat dari tindakan yang diusulkan atau dilema etika dan pemangku kepentingan yang terlibat.Ringkasan Langkah-langkah untuk sebuah Keputusan EtisTiga langkah menyediakan dasar untuk menantang keputusan yang diusulkan :1. Identifiksi fakta dan semua kelompok pemangku kepentingan serta kepentingan yang mungkin akan terpengaruh.2. Membuat peringkat para pemangku kepentingan serta kepentingan mereka, identifikasi yang paling penting dan lebih mempertimbangkan mereka dalam analisis.3. Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan pada setiap kepentingan kelompok pemangku kepentingan berkenaan dengan kekayaan mereka, keadilan perlakuan, dan hak-hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan pertanyaan kerangka kerja komprehensif, dan memastikan bahwa perangkap umum yang dibahas nanti tidak masuk ke dalam analisis.Tujuh langkah yang digariskan oleh American Accounting Association (1993) sebagai berikut :1. Tentukan fakta : apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana2. Menetapkan isu etis3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama, aturan, dan nilai-nilai4. Tentukan alternatif5. Bandingkan nilai-nilai dan alternatif, serta melihat apakah muncul keputusan yang jelas6. Menilai konsekuensi7. Membuat keputusan anda.