Pendefinisian Pariwisata 1

16
PENDEFINISIAN PARIWISATA Materi kuliah Kepariwisataan 1 Oleh : Agus Rochani, ST. 1 PENGERTIAN PARIWISATA Tourism di Indonesia berkembang dari istilah pariwisata, yang terdiri dari sukukata pari yang berarti berulang-ulang dan wisata yang berarti bepergian/ perjalanan, sehingga pariwisata diartikan sebagai kegiatan bepergian yang dilakukan secara berulang-ulang (Pendit, 1994). Artikulasi tersebut secara spesifik masih diperdebatkan banyak pihak, sehingga banyak pihak mendefinisikan seperti: Pariwisata adalah kepergian orang-orang dalam jangka waktu pendek ke tempat di luar tempat tinggal dan tempat bekerja sehari-hari mereka dengan maksud melakukan kunjungan sehari atau darmawisata/ ekskursi. (Christoper Halloway J.) Pariwisata seringkali diartikan sebagai fenomena yang terjadi karena dorongan kebutuhan akan kesegaran (relax) melalui perubahan suasana, menikmati keindahan alam serta meningkatkan pergaulan antar kelompok manusia (tukar budaya) sebagai bentuk perkembangan atas kegiatan perniagaan, industri perdagangan serta penyempurnaan sistem perangkutan (E. Guyev Freuler). Pariwisata adalah suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang dilakukan perorangan maupun kelompok untuk sementara waktu, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari

description

kuliah pariwisata

Transcript of Pendefinisian Pariwisata 1

PENDEFINISIAN PARIWISATA

PENDEFINISIAN PARIWISATA

Materi kuliah Kepariwisataan 1

Oleh: Agus Rochani, ST.1 PENGERTIAN PARIWISATA

Tourism di Indonesia berkembang dari istilah pariwisata, yang terdiri dari sukukata pari yang berarti berulang-ulang dan wisata yang berarti bepergian/ perjalanan, sehingga pariwisata diartikan sebagai kegiatan bepergian yang dilakukan secara berulang-ulang (Pendit, 1994). Artikulasi tersebut secara spesifik masih diperdebatkan banyak pihak, sehingga banyak pihak mendefinisikan seperti:

Pariwisata adalah kepergian orang-orang dalam jangka waktu pendek ke tempat di luar tempat tinggal dan tempat bekerja sehari-hari mereka dengan maksud melakukan kunjungan sehari atau darmawisata/ ekskursi. (Christoper Halloway J.)

Pariwisata seringkali diartikan sebagai fenomena yang terjadi karena dorongan kebutuhan akan kesegaran (relax) melalui perubahan suasana, menikmati keindahan alam serta meningkatkan pergaulan antar kelompok manusia (tukar budaya) sebagai bentuk perkembangan atas kegiatan perniagaan, industri perdagangan serta penyempurnaan sistem perangkutan (E. Guyev Freuler).

Pariwisata adalah suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang dilakukan perorangan maupun kelompok untuk sementara waktu, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memuaskan, menikmati olahraga atau istirahat, untuk mengurangi ketegangan pikiran, dan mengembalikan pikiran dan jasmaninya pada alam lingkungan yang berbeda dengan alam lingkungannya sehari-hari, atau singkatnya untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi hasrat ingin tahu atau keinginan yang beranekaragam (Spillane J, 1997)

2 PARIWISATA DALAM KONTEKS KEGIATAN INDUSTRI

Kegiatan berwisata sebagai kebutuhan manusia bertujuan untuk mendapatkan ketenangan, rasa puas dan kesegaran kembali melalui suatu aktivitas dalam ruang dan waktu tertentu. Dengan konsep ini, maka kegiatan wisata harus memberikan pengalaman/experience baru bagi seseorang, sehingga kejenuhan yang dialami dalam keseharian akan bergeser ke kondisi yang segar/fresh dalam secara fisik maupun psikis. Mengingat kegiatan wisata erat kaitannya dengan keberadaan tempat (place) dan ruang (space), maka untuk mendapatkan kesegaran dan kenikmatan dalam berwisata, seseorang seringkali harus melakukan perjalanan dalam rangka mencapai tujuan berwisata. Aktivitas perjalanan menuju tempat wisata ini yang seringkali disebut sebagai pengembangan pariwisata.

Lokasi wisata dalam konteks keruangan pada prinsipnya akan dianggap cukup manakala sudah tercapai keseimbangan antara intensitas kegiatan dengan ruang yang dibutuhkan, sehingga tetap terjaga rasa segar/fresh bagi orang yang melakukan aktivitas di dalamnya. Dengan sudut pandang ini, maka pengembangan lokasi wisata akan memiliki batasan yang jelas antara tingkat kebutuhan dengan tingkat penyediaan (demand-supply). Hal ini tentunya tidak akan berlaku bagi pengembangan pariwisata dalam arti industri.Pariwisata dalam perspektif industri dapat diartikan sebagai upaya mengembangkan kegiatan wisata dalam skala luas, yang menyangkut aspek atraksi, pemasaran, kelembagaan, infrastruktur serta pembiayaan, yang akan memberikan nilai tambah bagi pengelola baik secara ekonomi finansial maupun secara manfaat sosial bagi masyarakat secara luas. Dengan perspektif ini, maka pengembangan industri pariwisata harus dilakukan dalam kerangka sistemik, dimana tiap-tiap aspek akan saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Pengembangan pariwisata dalam perspektif keberlanjutan perlu menjamin terciptanya kawasan wisata yang mampu mempertahankan kualitas kawasan, sehingga produksi tanah dan tanaman yang sebelumnya telah berkembang, seiring waktu dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Dengan definisi ini, maka pengembangan obyek wisata dalam skala industri tidak bisa hanya mengandalkan potensi internal tapak wisata saja, melainkan harus melibatkan sistem regional dan global yang berkembang, sehingga mampu bertahan dalam jangka panjang.Langkah awal yang harus dikaji dalam pengembangan Kawasan Agrowisata adalam pembentukan pasar wisata. Pasar dalam arti interaksi perdagangan terbentuk dari adanya kesepakatan antara masyarakat pengunjung wisata (demand) dengan pihak pengelola obyek wisata (supply) yang mengembangkan berbgia fasilitas atraksi pendukung bagi kegiatan wisata.

Pembentukan pasar wisata dapat dilihat dari dua sudut pandang. Konsep pertama mengarah pada keinginan untuk mendapatkan keuntungan baik secara finansial/ investasi biaya maupun secara ekonomi makro dengan melakukan pengembangan kegiatan wisata yang mampu berkembang sebagai aktivitas basis, sehingga memberikan berbagai dampak positif ikutan baik dalam bentuk back word linkage maupun for word linkage. Paradigma ini akan mendorong berbagai pihak yang merasa akan diuntungkan dengan adanya pengembangan obyek wisata , akan berusaha melibatkan diri sesuai kapasitas yang mereka miliki dalam rangka mendapatkan keuntungan atas usaha yang mereka lakukan (economic possibility). Konsep kedua berkembang dari adanya kesamaan persepsi, keyakinan dan visi atas berbagai potensi dan permasalahan yang di sekitar obyek wisata, sehingga kesamaan persepsi dan ideologi diantara masyarakat menkristal menjadi suatu gerakan bersama untuk melakukan perubahan/ pengembangan kawasan. Pemikiran ini dicontohkan oleh adanya kebersamaan warga yang tergabung dalam kelompok-kelompok pecinta alam serta pemerhati lingkungan yang memiliki keinginan secara bersama-sama melakukan aktivitas pelestarian di kawasan. Paradigma ini menghasilkan nilai tambah melalui ikatan sosial diantara anggota yang terlibat (social values). Kedua konsep diatas secara bersama-sama kaan mementukan arah bagi pengembangan infrastruktur kawasan. Dalam hal ini akan terjadi kesepakatan kepentingan diantara pelaku yang terlibat, sehingga diperlukan kebersamaan dan kesamaan arah dari seluruh pihak yang terlibat.Penyediaan infrastruktur bagi pengembangan Kawasan Agrowisata ditentukan oleh sejauhmana harapan, visi dan misi dari aktor yang terlibat (baik ideologi maupun kepentingan ekonomi) dengan aspek pembiayaan/finance. Hal ini tentunya tidak lepas dari kebijakan penglola kawasan yang mempertimbangkan aspek biaya dan manfaat dari investasi yang mereka dilakukan. Sedangkan aspek atraksi sebagai wujud dari pengembangan infrastruktur juga ditentukan oleh kebijakan pengelola, serta perencanaan dan pentahapan dalam proses pembangunan kawasan. Termasuk harapan bahwa kunjungan wisata tidak hanya sebatas aktivitas insidentil/musiman (seasional) melainkan telah berkembang sebagai kegiatan harian (daily), hal ini tentunya berdampak kepada jenis dan jumlah infrastruktur yang harus disediakan. Pada akhirnya aspek lembaga pengelola adalah sebagai pihak penentu atas program yang akan dikembangkan. Gambaran agrowisata sebagai kegiatan industri di dapat dilihat pada skema berikut.

3 PENGEMBANGAN PARIWISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN

Dalam konteks perencanaan wisata, terdapat peluang untuk menyeimbangkan antara perlindungan sumber daya dan kegiatan pembangunan, tidak hanya pada tingkatan kebijakan, namun juga pada bentuk kegiatan nyata. Skala dan intensitas pengembangan wisata yang dilakukan sebaiknya tidak merubah total kondisi tapak yang ada, karena justru akan berdampak terhadap minat orang untuk datang berkunjung. Terdapat beberapa konsep untuk menuju kepada pencapaian pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan, yaitu :

1. Etika Eco-Design : prinsip dasar eco-design dalam pengembangan pariwisata adalah :

Perancangan tapak untuk hunian dalam porsi yang skalatis pada tapak sehingga tidak sampai mendominasi sumber daya alam yang ada. Semua limbah harus dibuang tanpa mencemari air, udara, dan tanah.

Pengembangan pariwisata perairan jangan sampai memotong jalur air dengan jalan.

Lokasi fasilitas pariwisata harus dipisahkan dari unsur budaya dan unsur alam setempat. Akses terhadap sumber daya ini harus direncanakan dan dikelola sedemikian rupa sehingga tidak melampaui kapasitasnya tanpa adanya kerusakan lingkungan

Perparkiran umum dan zona preservasi harus disusun dalam kerangka pengembangan yang berlokasi pada zona yang sesuai peruntukannya

Perancangan proyek harus bisa diterima oleh penghuni terdekat dengan tapak

Pengembangan atraksi terkait unsur alamiah harus dirancang melalui gardu pandang, jembatan penyeberangan, jalur kereta, dan unsur lainnya untuk melindungi satwa dan tumbuhan setempat

Pengembangan atraksi budaya harus direncanakan sedemikian rupa sehingga pengunjung diberikan pengalaman yang kaya tanpa mengurangi nilai-nilai budaya setempat. Lokasi hunian pengembangan wisata jangan dikembangkan di daerah terpencil dimana tidak ada infrastruktur pendukungnya (penyediaan air, pembuangan sampah, pemadam kebakaran, kantor polisi, dan akses terhadap jalan)

Area yang langsung berdekatan dengan keberadaan unsur budaya dan unsur alami yang penting tidak boleh dikembangkan untuk penggunaan yang tidak sesuai yang akan berdampak terhadap berkurangnya kualitas pengalaman pengunjung

Pengembangan sepanjang garis pantai, seperti perikanan, hunian, hotel, dan toko, harus memperhatikan erosi gelombang, badai, dan banjir dan harus dikembangkan pada jarak aman terhadap bahaya tersebut

Pengembangan penggunaan lahan skala besar, misalnya padang golf tidak boleh berlokasi di lokasi yang masih alami, melainkan harus dikembangkan pada lokasi dimana ada tekanan terhadap lingkungan minimal

Penempatan bangunan pada tapak, pola topografi, pepohonan, dan tanaman harus dikelola sedapat mungkin untuk memberikan kenikmatan maksimum pada para pengunjung dan juga melindungi sumber daya alam

Pertimbangan terhadap unsur-unsur di atas di dalam melakukan perancangan tapak wisata akan membantu mencapai 2 hal yang kadang bertentangan kepuasan pengunjung dan kepentingan bisnis. Perbaikan lingkungan lebih mahal daripada perlindungan lingkungan (environmental correction is more expensive than environmental protection). 2. Tapak Budaya : ini tidak hanya berarti mencegah hilangnya unsur budaya setempat namun juga upaya perencanaan untuk memulihkan unsur budaya yang sudah rusak. Untuk pengembangan pariwisata, pengembangan budaya merupakan bagian dari pengembangan atraksi wisata. Ada beberapa langkah kunci untuk menerapkan aspek budaya ke dalam aspek wisata, yaitu :

Membentuk organisasi yang bertanggung jawab

Membentuk kemitraan public-private pada proses pengambilan keputusan

Mengkoordinasikan perencanaan budaya pada skala regional dan skala tapak

Mengambil sebagian keuntungan dari aspek pariwisata untuk pengembangan budaya

Merancang tapak sebagai bagian integral dari masyarakat

3. Pusat Informasi : ini adalah fasilitas dan program yang dirancang untuk menyediakan pemahaman pengunjung akan unsur alam dan budaya sebagai bagian dari pengalaman pengunjung. Melalui pengalaman berupa pemahaman tersebut, diharapkan pengunjung dapat berpartisipasi untuk mencegah degradasi sumber daya, minimal selama beraktifitas di dalam tapak. Kunci sukses penyediaan pusat informasi ini adalah :

Tersedianya informasi tentang sumber daya alam dan budaya

Tersedianya pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung

Tersedianya pusat pendidikan lingkungan

Tersedianya alternatif rancangan untuk mengurangi pengikisan unsur alam dan budaya

Menambah atraksi wisata yang bervariasi di dalam daerah tujuan wisata

Bagian bangunan pusat informasi ini, terdiri dari lobby, resepsionis, tempat istirahat, tempat pameran, dan ruang video. Fasilitas tambahan dapat berupa tempat makanan, pusat suvenir, dan ruang pelajaran. Tempat pameran dan diorama, sebagaimana yang digunakan di dalam museum akan memberikan pengalaman pendidikan yang baik bagi para pengunjung.

Jika dirancang, dikelola, dan ditempatkan dengan baik, maka pusat informasi pengunjung itu dapat berfungsi sebagai pengganti atraksi. Untuk itu, perlu ada informasi terkait tapak yang akan diinformasikan kepada pengunjung terkait unsur budaya, sejarah, dan unsur alam yang ada, sumber daya setempat yang unik. Perancangan dan pengelolaan pusat budaya perlu diarahkan kepada tujuan yang berorientasi kepada pengunjung dan warga setempat. Tujuan umumnya adalah untuk meningkatkan kemandirian ekonomi warga setempat dan memberikan pengetahuan kepada pengunjung tentang keunikan tapak dan unsur setempat. Pengembangan pariwisata harus memproduksi dan menciptakan masa depan yang berkelanjutan, tidak hanya secara ekonomi, namun juga berperikemanusiaan, baik dalam skala individu maupun komunal.

4. XeriscapeIsu utama dalam pengembangan tapak yang berkelanjutan adalah jumlah saluran air yang memadai untuk mengembangkan lanskap tapak. di beberapa wilayah jumlah air sudah jauh berkurang, kelembaban meningkat, dan biaya naik. Penyelesaian masalah yang lebih disukai adalah merancang perubahan lanskap melalui pengembangan wisata dengan jumlah penambahan saluran air seminimum mungkin. Misalnya, tidak mendesain rumput jepang sebagai alas permukaan tanah karena akan membutuhkan jumlah air yang banyak untuk pemeliharaannya. Sekarang ini, daur ulang air limbah dari fasilitas yang ada merupakan solusi praktis dari adanya peningkatan kebutuhan air untuk pengembangan wisata. Jadi jumlah air dalam sumber air (akuifer) setempat tidak perlu dikurangi.

Konsep ini telah meingkat melalui pengembangan konsep xeriscape, yaitu pemilihan material tanaman yang membutuhan air jauh lebih sedikit dan bahkan mampu menawarkan fungsi estetika yang menawan. Konsep xeriscape ini telah disarikan oleh Ueker (1992) melalui 7 prinsip sebagai berikut :

1. Perencanaan dan Perancangan : perencanaan dan zonasi area berdasarkan kebutuhan air dan kondisi iklim mikro

2. Analisis jenis tanah : hasilnya dapat membantu di dalam mendesain ulang lahan yang mampu menahan air dalam jumlah besar

3. Pemilihan tanaman : memilih tanaman yang cocok untuk suatu area dan memerlukan penambahan saluran air dalam jumlah minimum

4. Penanaman rumput buatan : menempatkan rumput buatan pada suatu area untuk dialiri secara terpisah dan hanya jika memang benar-benar diperlukan untuk memberikan dampak tertentu terhadap tapak

5. Efisiensi irigasi : memilih sistem yang mampu menyediakan irigasi hanya ketika diperlukan.

6. Penggunaan jerami : jerami di permukaan tanah dapat menahan embun, mengurangi semak, dan mencegah erosi

7. Pemeliharaan yang tepat : jika rekomendasi ini dipenuhi maka akan dibutuhkan lebih sedikit pupuk, air, dan zat kimia, mengurangi biaya pemeliharaan

5. Kontrol Sumber Daya

Tidak diragukan bahwa melalui banyak contoh, kontrol oleh pemerintah terhadap sumber daya telah menjadi semakin besar, penuh konflik, dan usang. Dalam masyarakat modern, aturan dan kebijakan diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Untuk keperluan mempertahankans sektor wisata melalui perlindungan sumber daya, terdapat beberapa hal yang akan diuraikan sebagai berikut :

a) Kebijakan Pemerintah

Kontrol yang dilakukan oleh lembaga pemerintah di semua level bisa jadi efektif di dalam melindungi sumber daya yang penting dan rawan, misalnya tapak bersejarah, daerah jalur banjir, daerah dengan kemiringan lahan curam, dan ruang terbuka. Strategi lain yang bisa dilakukan adalah menghambat alih fungsi lahan bersejarah, menerapkan zonasi lahan, jalan raya yang penuh pemandangan, peningkatan kontrol terhadap banjir dan drainase, pemerataan kepadatan, konservasi, menerima lahan hibah untuk konservasi, pengurangan pajak, penggunaan sebagian lahan untuk rekreasi

b) Teknik Perencanaan Tapak

Peningkatan dialog antar pengembang dan perencana pemerintah pada tahap awal perencanaan proyek dapat meningkatkan pemahaman tentang keuntungan perlindungan sumber daya. Peta dan laporan yang dipersiapkan oleh perencana profesional dapat membantu menjelaskan perlunya keseimbangan antara pembangunan dan pemeliharaan sumber daya. Proses perancangan tapak yang di dalamnya terdapat analisis terhadap sumber daya dapat meningkatkan kesadaran untuk melindungi tapak yang rawan daripada menggunakannya untuk pengembangan. Proses untuk mengkaji ulang rencana tapak antara pengembang dan perencana dapat mendorong kesepakatan yang saling menguntungkan antara perencana pemerintah dan pengembang dengan tujuan utama pengembangan dan perlindungan sumber daya.

c) Aksi Kontrol terhadap Pengurusan Lahan (land stewardship)

Ketika lahan dalam jumlah besar hanya dimiliki oleh sedikit pemilik maka kerja sama untuk melindungi sumber daya lebih mudah dilakukan daripada kerja sama yang sama dilakukan dengan melibatkan jumlah pemilik lahan yang banyak. Lebih sedikit pemilik akan lebih mudah mencapi kesepakatan dalam hal pengembangan dan perlindungan sumber daya. Ketika itu dilakukan, bisa digunakan untuk mempengaruhi pemilik lahan yang lebih kecil. Pemberian lahan yang di dalamnya terkandung aset sumber daya yang khusus, seringkali dapat berarti keuntungan bagi pemilik lahan yang bersangkutan, misalnya pemberian lahan hak milik dimana pemilik tetap bisa menggunakan lahan bersangkutan, daya tawar penjualan sebagian luas lahan tersebut akan meningkat, sementara sisanya yang akan digunakan untuk konservasi dibeli oleh pemerintah atau organisasi lingkungan. Pemberian fasilitas konservasi akan mengijinkan sebagian jenis penggunaan lahan dan membatasi jenis penggunaan lainnya atau melarang sama sekali. Publikasi dokumen perencanaan dapat berfungsi sebagai stimulus bagi pemilik lahan untuk berinisiatif melakukan konservasi karena lebih menguntungkan. Mengingat hal ini ditafsirkan sebagai satu tindakan pemberian lahan (hibah) yang legal, maka bisa jadi ada keuntungan yang diberikan dalam bentuk pengurangan pajak.

d) Perlindungan terhadap Sumber Daya Sejarah

Tapak pada lahan yang bersejarah, yang telah ditunjuk secara resmi oleh pemerintah, yang diikuti dengan kegiatan inventarisasi sumber daya, berdampak sangat baik terhadap perlindungan sumber daya. Pengurangan pajak, dana bergulir, dan pendidikan kepada masyarakat dapat membantu di dalam penerapan strategi ini. Kegiatan penting yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi lahan milik siapa saja yang akan diusulkan kepada pemerintah sebagai lahan yang memiliki nilai sejarah dan menghubungi pemiliknya. Selanjutnya membicarakan tentang keuntungan yang bisa didapatkan oleh si pemilik dan pemberian status baru pada lahan sebagai bagian dari lahan bersejarah yang dilindungi oleh pemerintah. Di sisi lain, perlu ada kebijakan untuk menaikkan denda bagi penghancuran situs sejarah tanpa ijin resmi dari pemerintah. Identifikasi terhadap semua lahan yang memiliki nilai sejarah dapat dilakukan selama proses perencanaan lahan yang diikuti oleh pengesahan aturan pemanfaatan lahan yang baru.

e) Perencanaan Jalan Raya

Kebutuhan utama terkait pariwisata, adalah mendorong dan memberikan sumbangan pemikiran kepada pemangku kebijakan terjadi jalan raya untuk mempertimbangkan perlunya perubahan standar untuk menghasilkan jalan raya yang teduh dan penuh pemandangan. Jalan raya yang teduh dan penuh pemandangan dapat didefinisikan sebagai jalan yang memiliki keindahan alam, nilai sejarah, atau budaya dalam derajat tinggi. Modifikasi terhadap standar jalan raya tersebut didahului oleh kegiatan inventory pada lanskap jalan yang bersangkutan. Atribut positif dan negatif semua jalan yang ada diidentifikasi yang selanjutnya diikuti dengan penunjukan jalan mana saja yang memiliki potensi untuk dirancang penuh pemandangan. Kebijakan perencanaan jalan mungkin perlu direvisi untuk kepentingan perbaikan kondisi pemandangan jalan yang masih kurang memiliki pemandangan unsur alam seiring dengan peningkatan arus lalu lintas. Sangat penting adalah kerja sama antara lembaga pengelola jalan dan pemilik lahan dimana ada pemandangan alam yang akan dimanfaatkan untuk kepentingan keteduhan jalan (scenic routes).

f) Koordinasi Lembaga Publik/ Pemerintah

Untuk melindungi sumber daya dengan baik perlu ada kerja sama antar lembaga publik/ pemerintah. Misalnya untuk melindungi sumber daya air, perlu ada kerja sama bahkan sampai antar pemerintah propinsi. Kerja sama antar lembaga pemerintah tidak akan berarti tanpa adanya pembahasan terkait isu lingkungan. Sangat mungkin diperlukan adanya lembaga penasehat dimana anggotanya adalah staf terpilih tiap lembaga sektoral. Contoh berikut mengilustrasikan beberapa masalah pengendalian lingkungan dan teknik penyelesaian masalah yang bisa diterapkan pada perencanaan dan pengembangan pariwisata. Tanpa air bersih, keragaman flora fauna, pengurangan erosi tanah, pengurangan polusi udara, dan tapak budaya yang dilindungi, pariwisata tidak mungkin berkembang pesat. Perlindungan sumber daya alam adalah bagian penting dari kegiatan bisnis wisata.

MARKET

INSTITUTIONS

ATTRACTION

Who have benefit

Who same ideas

INFRASTRUCTURE

Cause - Effect

FINANCE

Economic Possibility

Local & Regional Policy

Local & Regional Issue

Social Values

Gambar : Pengembangan Industri Agrowisata

PAGE