Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

18
Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya Kita bisa membaca tulisan ini karena adanya cahaya. Kita bisa melihat wajah teman di samping juga karena cahaya, bisa melihat artis idola kita, lagi-lagi karena cahaya. Hidup kita memang tidak lepas dari cahaya. Sama seperti kita tidak mungkin terpisah dengan udara. Orang yang tidak dapat melihat pun tetap sangat butuh dengan cahaya. Kalau tidak ada cahaya bagaimana sayuran yang kita makan dapat befotosintesis, kalau tidak dapat berfotosintesis bagaimana ia dapat menjadi sayur, kalau tidak jadi sayur bagaimana kita bisa makan, kalau tidak makan bagaimana kita bisa hidup. Terbukti! Bagaimana cahaya itu membuat kita sangat membutuhkannya dan tidak bisa jauh darinya. Pada abad ke-17, terdapat dua teori yang yang membahas tentang cahaya, yaitu teori gelombang dan teori partikel. Pencetus dari teori gelombang adalah Christian Huygens (1629-1695), seorang ahli fisika dan matematika berkebangsaan Belanda, teori yang diajukannya mendapat dukungan dari Robert Hooke (1635-1703), beliau ahli fisika berkebangsaan Inggris. sedangkan teori cahaya sebagai partikel dicetuskan oleh Sir Isaac Newton (1642- 1727) serta didukung oleh P.S Laplace (1749-1827) seorang ahli matematika berkebangsaan Prancis. Sampai abad ke-17 teori tesebut tetap diakui karena kedua teori tersebut dapat menjelaskan sifat-sifat dari cahaya. Selanjutnya 1

Transcript of Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

Page 1: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

Kita bisa membaca tulisan ini karena adanya cahaya. Kita bisa melihat wajah

teman di samping juga karena cahaya, bisa melihat artis idola kita, lagi-lagi karena

cahaya. Hidup kita memang tidak lepas dari cahaya. Sama seperti kita tidak mungkin

terpisah dengan udara. Orang yang tidak dapat melihat pun tetap sangat butuh

dengan cahaya. Kalau tidak ada cahaya bagaimana sayuran yang kita makan dapat

befotosintesis, kalau tidak dapat berfotosintesis bagaimana ia dapat menjadi sayur,

kalau tidak jadi sayur bagaimana kita bisa makan, kalau tidak makan bagaimana kita

bisa hidup. Terbukti! Bagaimana cahaya itu membuat kita sangat membutuhkannya

dan tidak bisa jauh darinya. 

Pada abad ke-17, terdapat dua teori yang yang membahas tentang cahaya,

yaitu teori gelombang dan teori partikel. Pencetus dari teori gelombang adalah

Christian Huygens (1629-1695), seorang ahli fisika dan matematika berkebangsaan

Belanda, teori yang diajukannya mendapat dukungan dari Robert Hooke (1635-

1703), beliau ahli fisika berkebangsaan Inggris. sedangkan teori cahaya sebagai

partikel dicetuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727) serta didukung oleh P.S

Laplace (1749-1827) seorang ahli matematika berkebangsaan Prancis. Sampai abad

ke-17 teori tesebut tetap diakui karena kedua teori tersebut dapat menjelaskan sifat-

sifat dari cahaya. Selanjutnya terbagi dua kelompok dalam membahas cahaya,

penganut teori gelombang dan penganut teori partikel, hal ini terjadi selama satu

abad. Berikut ini adalah beberapa teori yang dikemukakan ilmuwan mengenai

cahaya.

A. Gelombang

Adapun Ilmuwan yang berpendapat cahaya adalah sebuah Gelombang, yaitu:

1. Nama Teori : Teori Kerucut Radiasi 

Penemu : Al-Kindi (801 M – 873 M) 

Teori :

Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya untuk mengkaji

ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M – 873 M). Hasil kerja kerasnya mampu

1

Page 2: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi

visual.

Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan

Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk

yang diterima mata dari obyek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi

penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek

dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.

2. Nama Teori : Teori Refraksi

Penemu : Ibnu Sahl (940 M – 100 M) 

Teori :

Sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl

(940 M – 100 M). Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang

mendedikasikan dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah

yang berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan lensa).

Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa

membengkok serta titik api cahaya.

Ibnu Sahl pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara

matematis setara dengan hukum Snell. Dia menggunakan hukum tentang pembiasan

cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus

cahanya berada di sebuah titik di poros.

3. Nama Teori : Teori Refleksi Cahaya

Penemu : Euclid 

Teori :

Euclid (Alexandria) didalam karyanya Optica ia mencatat bahwa perjalanan

cahaya dalam garis lurus dan menjelaskan hukum refleksi. Dia percaya bahwa visi

akan melibatkan sinar dari mata ke obyek terlihat dan ia mempelajari hubungan

antara ukuran jelas dari objek dan sudut-sudut yang mereka subtend di mata. Hero

(juga dikenal sebagai Heron) di Alexandria. Dalam karyanya Catoptrica, Hero

menunjukkan dengan metode geometri bahwa jalan sebenarnya yang diambil oleh

sebuah sinar cahaya dipantulkan dari sebuah cermin pesawat yang lebih pendek

2

Page 3: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

daripada jalur tercermin lain yang mungkin diambil antara sumber dan titik

pengamatan.

4. Nama Teori : Teori Intensitas Cahaya

Penemu : Robert Grosseteste

Teori :

Robert Grosseteste (Inggris) scholarum. Magister dari Universitas Oxford dan

pendukung pandangan bahwa teori harus dibandingkan dengan observasi,

Grosseteste menganggap bahwa sifat cahaya memiliki arti khusus dalam filsafat alam

dan menekankan pentingnya matematika dan geometri di mereka belajar. Dia

percaya bahwa warna terkait dengan intensitas dan bahwa mereka memperpanjang

dari putih menjadi hitam, putih yang paling murni dan berbaring di luar merah

dengan hitam tergeletak di bawah biru. pelangi itu menduga sebagai akibat refleksi

dan refraksi cahaya matahari oleh lapisan dalam 'awan berair' tapi pengaruh tetesan

individu tidak dianggap. Dia memegang melihat, bersama dengan orang-orang

Yunani sebelumnya, bahwa visi melibatkan emanasi dari mata ke objek yang

dirasakan.

5. Nama Teori : Teori Perambatan Cahaya 

Penemu : Roger Bacon 

Teori :

Bacon (Inggris), seorang pengikut Grosseteste di Oxford, Bacon diperpanjang

pekerjaan Grosseteste di optik. Ia menganggap bahwa kecepatan cahaya terbatas dan

bahwa disebarluaskan melalui media dengan cara yang analog dengan propagasi

suara. Dalam karyanya Opus Maius, Bacon menggambarkan studinya atas

perbesaran benda kecil dengan menggunakan lensa cembung dan menyarankan agar

mereka bisa menemukan aplikasi di koreksi penglihatan yang rusak. Dia

menghubungkan fenomena pelangi untuk refleksi sinar matahari dari hujan individu.

6. Nama Teori : Teori Impuls 

Penemu : Rene Descartes 

Teori :

3

Page 4: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

Menurut Descartes, perambatan cahaya dapat dianalogikan dengan

perambatan suatu impuls mekanik dari tongkat orang buta yang waktu berjalan

menyodok-nyodokkan tongkat terhadap berbagai benda. Menurutnya cahaya

merupakan suatu impuls yang merambat dengan cepat dari satu tempat ke tempat

lain.

7. Nama Teori : Teori Gelombang (Ray) 

Penemu : Christian Huygens (1629 – 1695) 

Teori :

Christian Huygens menyatakan dalam abad ke-17 yang cahaya dipancarkan

ke semua arah sebagai ciri-ciri gelombang seperti bunyi. Perbedaan antara keduanya

hanya pada frekuewensi dan panjang gelombang saja. Pandangan ini menggantikan

teori partikel halus. Ini disebabkan oleh karena gelombang tidak diganggu oleh

gravitasi, dan gelombang menjadi lebih lambat ketika memasuki medium yang lebih

padat. Teori gelombang ini menyatakan bahwa gelombang cahaya akan

berinterferensi dengan gelombang cahaya yang lain seperti gelombang bunyi (seperti

yang disebut oleh Thomas Young pada kurun ke-18), dan cahaya dapat

dipolarisasikan. Kelemahan teori ini adalah gelombang cahaya seperti gelombang

bunyi, memerlukan medium untuk dihantar. Suatu hipotesis yang disebut

luminiferous aether telah diusulkan, tetapi hipotesis itu tidak disetujui.

Pada zaman Newton dan Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa

gelombang yang merambat pasti membutuhkan medium. Padahal ruang antara

bintang-bintang dan planet-planet merupakan ruang hampa (vakum) sehingga

menimbulkan pertanyaan apakah yang menjadi medium rambat cahaya matahari

sampai ke bumi jika cahaya merupakan gelombang seperti yang dikatakan Huygens.

Inilah kritik orang terhadap pendapat Huygens. Kritik ini dijawab oleh Huygens

dengan memperkenalkan zat hipotetik (dugaan) yang bernama eter. Zat ini sangat

ringan, tembus pandang dan memenuhi seluruh alam semesta. Eter membuat cahaya

yang berasal dari bintang-bintang sampai ke bumi.

8. Nama Teori : Teori Gelombang Cahaya 

Penemu : Christian Huygens dan Robert Hooke (1629 – 1695) 

4

Page 5: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

Teori :

Christian Huygens dan Robert Hooke merupakan ilmuwan pendukung yang

paling bersemangat dari teori impuls cahaya. Kemudian, mereka menyempurkan

teori tersebut sehingga lahiriah teori gelombang cahaya. Pada tahun 1678, Huygens

menyatakan bahwa perambatan gelombang apa pun melalui ruang dapat

digambarkan dengan suatu metode geometris yang dikenal dengan prinsip Huygens,

yaitu : “setiap titik pada muka gelombang (wavefront) dapat dipandang sebagai

sebuah sumber titik yang menghasilkan gelombang sferis sekunder. Setelah waktu t,

posisi muka gelombang yang baru adalah permukaan selubung yang menyinggung

semua gelombang sekunder ini.

9. Nama Teori : Teori Interferensi Cahaya 

Penemu : Thomas Young (1773 – 1829) dan Agustin Fresnel (1788 –

1827)

Teori :

Pada dekade awal Abad 20, berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para

ilmuwan seperti Thomas Young dan Agustin Fresnell menggunakan percobaan

dengan dua celah. Dari hasil percobaan mereka menyatakan bahwa cahaya dapat

melentur (difraksi) dan berinterferensi, dan peristiwa ini tidak dapat diterangkan

dengan teori partikel (emisi) Newton. Gejala alam yang khas merupakan sifat dasar

gelombang bukan partikel.

10. Nama Teori : Teori Cepat Rambat Cahaya

Penemu : Jean Bernard Leon Foucault (1819 – 1868) 

Teori :

Mengemukakan pendapat tentang cahaya sebagai berikut cepat rambat

cahaya dalam zat cair lebih kecil daripada cepat rambat cahaya di udara. Padahal

Newton dengan teori emisi partikelnya meramalkan kebalikannya. Hal ini

bertentangan dengan teori emisi Newton.

11. Nama Teori : Teori Elektromagnetik 

Penemu : James Clerk Maxwell 

5

Page 6: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

Teori :

Pada 1845 Faraday menemukan bahwa sudut polarisasi dari sebuah sinar

cahaya ketika sinar tersebut masuk melewati material pemolarisasi dapat diubah

dengan medan magnet.Ini adalah bukti pertama kalau cahaya berhubungan dengan

Elektromagnetisme. Faraday mengusulkan pada tahun 1847 bahwa cahaya adalah

getaran elektromagnetik berfrekuensi tinggi yang dapat bertahan walaupun tidak ada

medium. 

Teori ini diusulkan oleh James Clerk Maxwell pada akhir abad ke-19,

menyebutkan bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan

sehingga tergolong gelombang elektromagnetik. Sesuatu yang yang berbeda dengan

gelombang bunyi yang tergolong gelombang mekanik sehingga tidak memerlukan

medium untuk merambat dan kecepatan rambatnyapun amat tinggi bila dibandingkan

dengan gelombang bunyi. Gelombang elekromagnetik merambat dengan kecepatan

300.000 km/s.

Pada permukaannya dianggap gelombang cahaya disebarkan melalui

kerangka acuan yang tertentu, seperti ether, tetapi teori relativitas khusus

menggantikan anggapan ini. Teori elektromagnet menunjukkan yang sinar kasat

mata adalah sebagian daripada spektrum elektromagnet. Teknologi penghantaran

radio diciptakan berdasarkan teori ini dan masih digunakan.

Kecepatan cahaya yang konstan berdasarkan persamaan Maxwell berlawanan

dengan hukum-hukum mekanis gerakan yang telah bertahan sejak zaman Galileo,

yang menyatakan bahwa segala macam laju adalah relatif terhadap laju sang

pengamat. Pemecahan terhadap kontradiksi ini kelak akan ditemukan oleh Albert

Einstein.

Dewasa ini pandangan bahwa cahaya merupakan gelombang elektomagnetik

umum diterima oleh kalangan ilmuwan, walaupun hasil eksperimen Michelson dan

Morley di tahun 1905 gagal membuktikan keberadaan eter seperti dikemukakan oleh

Huygen dan Maxwell.

12. Nama Teori : Teori Pola Interferensi 

Penemu : Heinrick Rudolf Hertz (1857 – 1894) 

Teori :

6

Page 7: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

Orang yang pertama kali menguji hipotesa Maxwell adalah Heindrick Rudolf

Hertz. Percobaan Hertz ini menggunakan sepasang vibrator muatan listrik yang

bergetar dengan frekuensi yang tinggi kira-kira 100 MHz. Frekuensi ini adalah

gelombang elektromagnetik pada rentang gelombang radio pendek (FM) dan televisi.

Hasil eksperimen lainnya yang dilakukan Hertz adalah mengenai pengukuran

kecepatan dari gelombang frekuensi radio. Gelombang frekuensi radio yang

frekuensinya diketahui, dipantulkan pada sebuah lembaran logam sehingga

menciptakan suatu pola interferensi yan titik simpulnya dapat dideteksi.

13. Nama Teori : Teori Perambatan Cahaya

Penemu : Albert Abraham Michelson (1852-1931)

Percobaan Albert Abraham Michelson (1852-1931) dan Edward Williams

Morley (1838-1923) membuktikan bahwa tidak ada eter. Pada saat itu orang

berpendapat bahwa cahaya merambat di udara dalam zat yang dinamakan eter

(medium cahaya). Hasil percobaan ini telah mengoreksi teori Fresnell bahwa cahaya

merambat dengan medium eter. Percobaan ini mengubah pendapat orang saat itu.

14. Nama Teori : Efek ZeemanPenemu : Peter Zeeman (1852 - 1943)Teori :

Zeeman menemukan sebuah efek yang dinamai menurut namanya. Ia sedang

mencari interaksi antara efek magnetdan optik. Michael Faraday telah

mengamati medan magnetik pada garis spektrum di awal 1862, namun tanpa hasil

positif. Zeeman mengulangi eksperimen itu, menggunakan garangan difraksi tenaga

resolusi tinggi dan menemukan bahwa garis emisi natriumdiperluas (1896). Hendrik

Lorentz dan Zeeman menjelaskan fenomena itu dengan memprkirakan

bahwa elektron (ditemukan pada tahun sebelumnya oleh Joseph John Thomson)

pindah dalam atom dan cahaya yang dipancarkan. Pengukuran frekuensi puncak

garis yang meluas memungkinkannya menentukan perbandingan e/m.

Di Amsterdam, pada tahun berikutnya, Zeeman bisa memecah garis natrium ke

dalam triplet, seperti yang diperkirakan oleh Lorentz.

Peter Zeeman yang menyatakan bahwa medan magnet yang sangat kuat dapat

berpengaruh terhadap berkas cahaya.

7

Page 8: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

15. Penemu : Wilhelm Conrad Röntgen (1845-1923 M)

Teori :

Wilhelm Conrad Röntgen ialah fisikawan Jerman. Pada tahun 1895, saat

mengadakan percobaan dengan aliran arus listrik dan tabung gelas yang dikosongkan

sebagian (tabung sinar katode), Rontgen mengamati bahwa potongan barium

platinosianida yang berdekatan melepaskan sinar saat tabung itu dioperasikan. Ia

merumuskan teori bahwa saat sinar katode (elektron) menembus dinding gelas

tabung, beberapa radiasi yang tak diketahui terbentuk yang melintasi ruangan,

menembusbahan kimia, dan menyebabkan fluoresensi. Pengamatan lebih lanjut

mengungkapkan bahwakertas, kayu, dan aluminum, di antara bahan lain, transparan

pada bentuk baru radiasi ini. Ia menemukan bahwa itu mempengaruhi plat fotografi,

dan, sejak tidak secara nyata menunjukkan beberapa sifat cahaya,

seperti refleksi atau refraksi, secara salah ia berpikir bahwa sinar itu tak berhubungan

pada cahaya. Dalam pandangan pada sifat tak pasti itu, ia menyebut fenomena radiasi

X, walau juga dikenal sebagai radiasi Rontgen. Ia mengambil fotografi sinar-X

pertama, dari bagian dalam obyek logam dan tulang tangan istrinya.

B. Partikel

Adapun Ilmuwan yang berpendapat cahaya adalah sebuah Partikel, yaitu:

1. Nama Teori : Teori Sinar Cahaya 

Penemu       : Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (965 – sekitar 1040) 

Teori :

Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (965–sekitar 1040), dikenal juga sebagai

Alhazen, mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan, menggunakan

geometri dan anatomi. Teori itu menyatakan bahwa setiap titik pada daerah yang

tersinari cahaya, mengeluarkan sinar cahaya ke segala arah, namun hanya satu sinar

dari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus yang dapat dilihat. Cahaya

lain yang mengenai mata tidak secara tegak lurus tidak dapat dilihat. Dia

menggunakan kamera lubang jarum sebagai contoh, yang menampilkan sebuah citra

terbalik. Alhazen menganggap bahwa sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil

yang bergerak pada kecepatan tertentu. Dia juga mengembangkan teori Ptolemy

8

Page 9: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

tentang refraksi cahaya namun usaha Alhazen tidak dikenal di Eropa sampai pada

akhir abad 16.

2. Penemu : Kamal Al-Din Al-Farisi (1267 -1319 M)

Teori :

Kitab Tanqih merupakan pendapat dan pandangan al-Farisi terhadap buah

karya Ibnu Haytham. Dalam pandangannya, tak semua teori optik yang diajukan

Ibnu Haytham menemukan kebenaran. Guna menutupi kelemahan teori Ibnu

Haytham, al-Farisi Al-Farisi lalu mengusulkan teori alternatif. Sehingga, kelemahan

dalam teori optik Ibnu Haytham dapat disempurnakan.

Salah satu bagian yang paling penting dalam karya al-Farisi adalah

komentarnya tentang teori pelangi. Ibnu Haytham sesungguhnya mengusulkan

sebuah teori, tapi al-Farisi mempertimbangkan dua teori yakni teori Ibnu Haytham

dan teori Ibnu Sina (Avicenna) sebelum mencetuskan teori baru. Teori yang

diusulkan al-Farisi sungguh luar biasa. Ia mampu menjelaskan fenomena alam

bernama pelangi menggunakan matematika.

Menurut Ibnu Haytham, pelangi merupapakan cahaya matahari dipantulkan

awan sebelum mencapai mata. Teori yang dicetuskan Ibnu Haytham itu dinilainya

mengandung kelemahan, karena tak melalui sebuah penelitian yang terlalu baik. Al-

Farisi kemudian mengusulkan sebuah teori baru tentang pelangi. Menurut dia,

pelangi terjadi karena sinar cahaya matahari dibiaskan dua kali dengan air yang

turun. Satu atau lebih pemantulan cahaya terjadi di antara dua pembiasan.

Al-Farisi membuktikan teori tentang pelanginya melalui eksperimen yang

luas menggunakan sebuah lapisan transparan diisi dengan air dan sebuah kamera

obscura," kata J. J O'Connor, dan E.F. Robertson dalam karyanya bertajuk "Kamal

al-Din Abu'l Hasan Muhammad Al-Farisi". Al-Farisi pun diakui telah

memperkenalkan dua tambahan sumber pembiasan, yaitu di permukaan antara bejana

kaca dan air. Dalam karyanya, al-farisi juga menjelaskan tentang warna pelangi. Ia

telah memberi inspirasi bagi masyarakat fisika modern tentang cara membentuk

warna.

Para ahli sebelum al-Farisi berpendapat bahwai warna merupakan hasil

sebuah pencampuran antara gelap dengan terang. Secara khusus, ia pun melakukan

9

Page 10: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

penelitian yang mendalam soal warna. Ia melakukan penelitian dengan lapisan/bola

transparan. Hasilnya, al-Farisi mencetuskan bahwa warna-warna terjadi karena

superimposition perbedaan bentuk gambar dalam latar belakang gelap.

"Jika gambar kemudian menembus di dalam, cahaya diperkuat lagi dan

memproduksi sebuah warna kuning bercahaya. Selanjutnya mencampur gambar yang

dikurangi dan kemudian sebuah warna gelap dan merah gelap sampai hilang ketika

matahari berada di luar kerucut pembiasan sinar setelh satu kali pemantulan," ungkap

al-Farisi.

Penelitiannya itu juga berkaitan dengan dasar investigasi teori dalam dioptika

yang disebut al-Kura al-muhriqa yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh ahli

optik Muslim terdahulu yakni, Ibnu Sahl (1000 M) dan Ibnu al-Haytham (1041 M).

Dalam Kitab Tanqih al-Manazir , al-Farisi menggunakan bejana kaca besar yang

bersih dalam bentuk sebuah bola, yang diisi dengan air, untuk mendapatkan

percobaan model skala besar tentang tetes air hujan.

Dia kemudian menempatkan model ini dengan sebuah kamera obscura yang

berfungsi untuk mengontrol lubang bidik kamera untuk pengenalan cahaya. Dia

memproyeksikan cahaya ke dalam bentuk bola dan akhirnya dikurangi dengan

beberapa percobaan dan penelitian yang mendetail untuk pemantulan dan pembiasan

cahaya bahwa warna pelangi adalah sebuah fenomena dekomposisi cahaya.

3. Nama Teori : Teori Emisi 

Penemu : Sir Issac Newton (1642 – 1722) 

Teori :

Teori Emisi oleh Newton mengembangkan teori Descartes bahwa cahaya

terdiri dari partikel-partikel. Menurutnya, benda bersinar mengeluarkan partikel-

partikel secara tetap ke segala arah dengan lurus. Jika partikel dianggap tidak

bermassa, maka benda bersinar tidak akan kehilangan massa hanya karena

memancarkan cahaya, dan cahaya itu sendiri tidak dipengaruhi oleh gravitasi.

Isaac Newton menyatakan dalam Hypothesis of Light pada 1675 bahwa

cahaya terdiri dari partikel halus (corpuscles) yang memancar ke semua arah dari

sumbernya. Teori ini dapat digunakan untuk menerangkan pantulan cahaya, tetapi

hanya dapat menerangkan pembiasan dengan menganggap cahaya menjadi lebih

10

Page 11: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

cepat ketika memasuki medium yang padat tumpat karena daya tarik gravitasi lebih

kuat.

4. Nama Teori : Teori Kuantum

Penemu : Max Karl Ernest Ludwig Planck (1858 – 1947)

Teori :

Berdasarkan hasil penelitian tentang sifat-sifat termodinamika radiasi benda

hitam, pada abad ke-19 tahun 1900 Planck menyimpulkan bahwa cahaya di

pancarkan dalam bentuk-bentuk partikel kecil yang terdiri dari paket (kuantum)

tenaga yang dikenal sebagai foton disebut kuanta. Penghargaan Nobel

menghadiahkan Planck anugerah fisika pada 1918 untuk kerja-kerjanya dalam

penemuan teori kuantum, walaupun dia bukannya orang yang pertama

memperkenalkan prinsip asas partikel cahaya.

5. Nama Teori : Teori Dualisme Partikel-Gelombang 

Penemu : Albert Einstein (1879 – 1955) 

Teori :

Teori ini menggabungkan tiga teori yang sebelumnya, dan menyatakan

bahwa cahaya adalah partikel dan gelombang. Ini adalah teori modern yang

menjelaskan sifat-sifat cahaya, dan bahkan sifat-sifat partikel secara umum. Teori ini

pertama kali dijelaskan oleh Albert Einstein pada awal abad 20, berdasarkan dari

karya tulisnya tentang efek fotolistrik, yakni pemancaran elekton dari permukaan

logam karena logam tersebut disinari cahaya. Hasil penelitian Planck, Einstein

menunjukkan bahwa energi sebuah foton sebanding dengan frekuensinya. Lebih

umum lagi, teori tersebut menjelaskan bahwa semua benda mempunyai sifat partikel

dan gelombang, dan berbagai macam eksperimen dapat di lakukan untuk

membuktikannya. Sifat partikel dapat lebih mudah dilihat apabila sebuah objek

mempunyai massa yang besar.

Jadi dalam kondisi tertentu cahaya menunjukkan sifat sebagai gelombang dan

dalam kondisi lain menunjukkan sifat sebagai partikel. Hal ini disebut sebagai

dualisme cahaya.

11

Page 12: Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya

Daftar Pustaka

Chairunnisah. 2012. Teori-teori cahaya menurut para ahli.

http://chairunnisah-fisikaeducationnisah.blogspot.com

Nor, Muhammad. 2007. Optika. Pekanbaru: Cendekia Insani

Purnomo, Sidik. 2009. Sejarah Gelombang. http://sidikpurnomo.net.

12