Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya
-
Upload
akano-koizumi -
Category
Documents
-
view
172 -
download
0
Transcript of Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya
Pendapat Ilmuwan Mengenai Cahaya
Kita bisa membaca tulisan ini karena adanya cahaya. Kita bisa melihat wajah
teman di samping juga karena cahaya, bisa melihat artis idola kita, lagi-lagi karena
cahaya. Hidup kita memang tidak lepas dari cahaya. Sama seperti kita tidak mungkin
terpisah dengan udara. Orang yang tidak dapat melihat pun tetap sangat butuh
dengan cahaya. Kalau tidak ada cahaya bagaimana sayuran yang kita makan dapat
befotosintesis, kalau tidak dapat berfotosintesis bagaimana ia dapat menjadi sayur,
kalau tidak jadi sayur bagaimana kita bisa makan, kalau tidak makan bagaimana kita
bisa hidup. Terbukti! Bagaimana cahaya itu membuat kita sangat membutuhkannya
dan tidak bisa jauh darinya.
Pada abad ke-17, terdapat dua teori yang yang membahas tentang cahaya,
yaitu teori gelombang dan teori partikel. Pencetus dari teori gelombang adalah
Christian Huygens (1629-1695), seorang ahli fisika dan matematika berkebangsaan
Belanda, teori yang diajukannya mendapat dukungan dari Robert Hooke (1635-
1703), beliau ahli fisika berkebangsaan Inggris. sedangkan teori cahaya sebagai
partikel dicetuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727) serta didukung oleh P.S
Laplace (1749-1827) seorang ahli matematika berkebangsaan Prancis. Sampai abad
ke-17 teori tesebut tetap diakui karena kedua teori tersebut dapat menjelaskan sifat-
sifat dari cahaya. Selanjutnya terbagi dua kelompok dalam membahas cahaya,
penganut teori gelombang dan penganut teori partikel, hal ini terjadi selama satu
abad. Berikut ini adalah beberapa teori yang dikemukakan ilmuwan mengenai
cahaya.
A. Gelombang
Adapun Ilmuwan yang berpendapat cahaya adalah sebuah Gelombang, yaitu:
1. Nama Teori : Teori Kerucut Radiasi
Penemu : Al-Kindi (801 M – 873 M)
Teori :
Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya untuk mengkaji
ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M – 873 M). Hasil kerja kerasnya mampu
1
menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi
visual.
Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan
Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk
yang diterima mata dari obyek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi
penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek
dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.
2. Nama Teori : Teori Refraksi
Penemu : Ibnu Sahl (940 M – 100 M)
Teori :
Sarjana Muslim lainnya yang menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl
(940 M – 100 M). Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang
mendedikasikan dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah
yang berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan lensa).
Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin membengkok dan lensa
membengkok serta titik api cahaya.
Ibnu Sahl pun menemukan hukum refraksi (pembiasan) yang secara
matematis setara dengan hukum Snell. Dia menggunakan hukum tentang pembiasan
cahaya untuk memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus
cahanya berada di sebuah titik di poros.
3. Nama Teori : Teori Refleksi Cahaya
Penemu : Euclid
Teori :
Euclid (Alexandria) didalam karyanya Optica ia mencatat bahwa perjalanan
cahaya dalam garis lurus dan menjelaskan hukum refleksi. Dia percaya bahwa visi
akan melibatkan sinar dari mata ke obyek terlihat dan ia mempelajari hubungan
antara ukuran jelas dari objek dan sudut-sudut yang mereka subtend di mata. Hero
(juga dikenal sebagai Heron) di Alexandria. Dalam karyanya Catoptrica, Hero
menunjukkan dengan metode geometri bahwa jalan sebenarnya yang diambil oleh
sebuah sinar cahaya dipantulkan dari sebuah cermin pesawat yang lebih pendek
2
daripada jalur tercermin lain yang mungkin diambil antara sumber dan titik
pengamatan.
4. Nama Teori : Teori Intensitas Cahaya
Penemu : Robert Grosseteste
Teori :
Robert Grosseteste (Inggris) scholarum. Magister dari Universitas Oxford dan
pendukung pandangan bahwa teori harus dibandingkan dengan observasi,
Grosseteste menganggap bahwa sifat cahaya memiliki arti khusus dalam filsafat alam
dan menekankan pentingnya matematika dan geometri di mereka belajar. Dia
percaya bahwa warna terkait dengan intensitas dan bahwa mereka memperpanjang
dari putih menjadi hitam, putih yang paling murni dan berbaring di luar merah
dengan hitam tergeletak di bawah biru. pelangi itu menduga sebagai akibat refleksi
dan refraksi cahaya matahari oleh lapisan dalam 'awan berair' tapi pengaruh tetesan
individu tidak dianggap. Dia memegang melihat, bersama dengan orang-orang
Yunani sebelumnya, bahwa visi melibatkan emanasi dari mata ke objek yang
dirasakan.
5. Nama Teori : Teori Perambatan Cahaya
Penemu : Roger Bacon
Teori :
Bacon (Inggris), seorang pengikut Grosseteste di Oxford, Bacon diperpanjang
pekerjaan Grosseteste di optik. Ia menganggap bahwa kecepatan cahaya terbatas dan
bahwa disebarluaskan melalui media dengan cara yang analog dengan propagasi
suara. Dalam karyanya Opus Maius, Bacon menggambarkan studinya atas
perbesaran benda kecil dengan menggunakan lensa cembung dan menyarankan agar
mereka bisa menemukan aplikasi di koreksi penglihatan yang rusak. Dia
menghubungkan fenomena pelangi untuk refleksi sinar matahari dari hujan individu.
6. Nama Teori : Teori Impuls
Penemu : Rene Descartes
Teori :
3
Menurut Descartes, perambatan cahaya dapat dianalogikan dengan
perambatan suatu impuls mekanik dari tongkat orang buta yang waktu berjalan
menyodok-nyodokkan tongkat terhadap berbagai benda. Menurutnya cahaya
merupakan suatu impuls yang merambat dengan cepat dari satu tempat ke tempat
lain.
7. Nama Teori : Teori Gelombang (Ray)
Penemu : Christian Huygens (1629 – 1695)
Teori :
Christian Huygens menyatakan dalam abad ke-17 yang cahaya dipancarkan
ke semua arah sebagai ciri-ciri gelombang seperti bunyi. Perbedaan antara keduanya
hanya pada frekuewensi dan panjang gelombang saja. Pandangan ini menggantikan
teori partikel halus. Ini disebabkan oleh karena gelombang tidak diganggu oleh
gravitasi, dan gelombang menjadi lebih lambat ketika memasuki medium yang lebih
padat. Teori gelombang ini menyatakan bahwa gelombang cahaya akan
berinterferensi dengan gelombang cahaya yang lain seperti gelombang bunyi (seperti
yang disebut oleh Thomas Young pada kurun ke-18), dan cahaya dapat
dipolarisasikan. Kelemahan teori ini adalah gelombang cahaya seperti gelombang
bunyi, memerlukan medium untuk dihantar. Suatu hipotesis yang disebut
luminiferous aether telah diusulkan, tetapi hipotesis itu tidak disetujui.
Pada zaman Newton dan Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa
gelombang yang merambat pasti membutuhkan medium. Padahal ruang antara
bintang-bintang dan planet-planet merupakan ruang hampa (vakum) sehingga
menimbulkan pertanyaan apakah yang menjadi medium rambat cahaya matahari
sampai ke bumi jika cahaya merupakan gelombang seperti yang dikatakan Huygens.
Inilah kritik orang terhadap pendapat Huygens. Kritik ini dijawab oleh Huygens
dengan memperkenalkan zat hipotetik (dugaan) yang bernama eter. Zat ini sangat
ringan, tembus pandang dan memenuhi seluruh alam semesta. Eter membuat cahaya
yang berasal dari bintang-bintang sampai ke bumi.
8. Nama Teori : Teori Gelombang Cahaya
Penemu : Christian Huygens dan Robert Hooke (1629 – 1695)
4
Teori :
Christian Huygens dan Robert Hooke merupakan ilmuwan pendukung yang
paling bersemangat dari teori impuls cahaya. Kemudian, mereka menyempurkan
teori tersebut sehingga lahiriah teori gelombang cahaya. Pada tahun 1678, Huygens
menyatakan bahwa perambatan gelombang apa pun melalui ruang dapat
digambarkan dengan suatu metode geometris yang dikenal dengan prinsip Huygens,
yaitu : “setiap titik pada muka gelombang (wavefront) dapat dipandang sebagai
sebuah sumber titik yang menghasilkan gelombang sferis sekunder. Setelah waktu t,
posisi muka gelombang yang baru adalah permukaan selubung yang menyinggung
semua gelombang sekunder ini.
9. Nama Teori : Teori Interferensi Cahaya
Penemu : Thomas Young (1773 – 1829) dan Agustin Fresnel (1788 –
1827)
Teori :
Pada dekade awal Abad 20, berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para
ilmuwan seperti Thomas Young dan Agustin Fresnell menggunakan percobaan
dengan dua celah. Dari hasil percobaan mereka menyatakan bahwa cahaya dapat
melentur (difraksi) dan berinterferensi, dan peristiwa ini tidak dapat diterangkan
dengan teori partikel (emisi) Newton. Gejala alam yang khas merupakan sifat dasar
gelombang bukan partikel.
10. Nama Teori : Teori Cepat Rambat Cahaya
Penemu : Jean Bernard Leon Foucault (1819 – 1868)
Teori :
Mengemukakan pendapat tentang cahaya sebagai berikut cepat rambat
cahaya dalam zat cair lebih kecil daripada cepat rambat cahaya di udara. Padahal
Newton dengan teori emisi partikelnya meramalkan kebalikannya. Hal ini
bertentangan dengan teori emisi Newton.
11. Nama Teori : Teori Elektromagnetik
Penemu : James Clerk Maxwell
5
Teori :
Pada 1845 Faraday menemukan bahwa sudut polarisasi dari sebuah sinar
cahaya ketika sinar tersebut masuk melewati material pemolarisasi dapat diubah
dengan medan magnet.Ini adalah bukti pertama kalau cahaya berhubungan dengan
Elektromagnetisme. Faraday mengusulkan pada tahun 1847 bahwa cahaya adalah
getaran elektromagnetik berfrekuensi tinggi yang dapat bertahan walaupun tidak ada
medium.
Teori ini diusulkan oleh James Clerk Maxwell pada akhir abad ke-19,
menyebutkan bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan
sehingga tergolong gelombang elektromagnetik. Sesuatu yang yang berbeda dengan
gelombang bunyi yang tergolong gelombang mekanik sehingga tidak memerlukan
medium untuk merambat dan kecepatan rambatnyapun amat tinggi bila dibandingkan
dengan gelombang bunyi. Gelombang elekromagnetik merambat dengan kecepatan
300.000 km/s.
Pada permukaannya dianggap gelombang cahaya disebarkan melalui
kerangka acuan yang tertentu, seperti ether, tetapi teori relativitas khusus
menggantikan anggapan ini. Teori elektromagnet menunjukkan yang sinar kasat
mata adalah sebagian daripada spektrum elektromagnet. Teknologi penghantaran
radio diciptakan berdasarkan teori ini dan masih digunakan.
Kecepatan cahaya yang konstan berdasarkan persamaan Maxwell berlawanan
dengan hukum-hukum mekanis gerakan yang telah bertahan sejak zaman Galileo,
yang menyatakan bahwa segala macam laju adalah relatif terhadap laju sang
pengamat. Pemecahan terhadap kontradiksi ini kelak akan ditemukan oleh Albert
Einstein.
Dewasa ini pandangan bahwa cahaya merupakan gelombang elektomagnetik
umum diterima oleh kalangan ilmuwan, walaupun hasil eksperimen Michelson dan
Morley di tahun 1905 gagal membuktikan keberadaan eter seperti dikemukakan oleh
Huygen dan Maxwell.
12. Nama Teori : Teori Pola Interferensi
Penemu : Heinrick Rudolf Hertz (1857 – 1894)
Teori :
6
Orang yang pertama kali menguji hipotesa Maxwell adalah Heindrick Rudolf
Hertz. Percobaan Hertz ini menggunakan sepasang vibrator muatan listrik yang
bergetar dengan frekuensi yang tinggi kira-kira 100 MHz. Frekuensi ini adalah
gelombang elektromagnetik pada rentang gelombang radio pendek (FM) dan televisi.
Hasil eksperimen lainnya yang dilakukan Hertz adalah mengenai pengukuran
kecepatan dari gelombang frekuensi radio. Gelombang frekuensi radio yang
frekuensinya diketahui, dipantulkan pada sebuah lembaran logam sehingga
menciptakan suatu pola interferensi yan titik simpulnya dapat dideteksi.
13. Nama Teori : Teori Perambatan Cahaya
Penemu : Albert Abraham Michelson (1852-1931)
Percobaan Albert Abraham Michelson (1852-1931) dan Edward Williams
Morley (1838-1923) membuktikan bahwa tidak ada eter. Pada saat itu orang
berpendapat bahwa cahaya merambat di udara dalam zat yang dinamakan eter
(medium cahaya). Hasil percobaan ini telah mengoreksi teori Fresnell bahwa cahaya
merambat dengan medium eter. Percobaan ini mengubah pendapat orang saat itu.
14. Nama Teori : Efek ZeemanPenemu : Peter Zeeman (1852 - 1943)Teori :
Zeeman menemukan sebuah efek yang dinamai menurut namanya. Ia sedang
mencari interaksi antara efek magnetdan optik. Michael Faraday telah
mengamati medan magnetik pada garis spektrum di awal 1862, namun tanpa hasil
positif. Zeeman mengulangi eksperimen itu, menggunakan garangan difraksi tenaga
resolusi tinggi dan menemukan bahwa garis emisi natriumdiperluas (1896). Hendrik
Lorentz dan Zeeman menjelaskan fenomena itu dengan memprkirakan
bahwa elektron (ditemukan pada tahun sebelumnya oleh Joseph John Thomson)
pindah dalam atom dan cahaya yang dipancarkan. Pengukuran frekuensi puncak
garis yang meluas memungkinkannya menentukan perbandingan e/m.
Di Amsterdam, pada tahun berikutnya, Zeeman bisa memecah garis natrium ke
dalam triplet, seperti yang diperkirakan oleh Lorentz.
Peter Zeeman yang menyatakan bahwa medan magnet yang sangat kuat dapat
berpengaruh terhadap berkas cahaya.
7
15. Penemu : Wilhelm Conrad Röntgen (1845-1923 M)
Teori :
Wilhelm Conrad Röntgen ialah fisikawan Jerman. Pada tahun 1895, saat
mengadakan percobaan dengan aliran arus listrik dan tabung gelas yang dikosongkan
sebagian (tabung sinar katode), Rontgen mengamati bahwa potongan barium
platinosianida yang berdekatan melepaskan sinar saat tabung itu dioperasikan. Ia
merumuskan teori bahwa saat sinar katode (elektron) menembus dinding gelas
tabung, beberapa radiasi yang tak diketahui terbentuk yang melintasi ruangan,
menembusbahan kimia, dan menyebabkan fluoresensi. Pengamatan lebih lanjut
mengungkapkan bahwakertas, kayu, dan aluminum, di antara bahan lain, transparan
pada bentuk baru radiasi ini. Ia menemukan bahwa itu mempengaruhi plat fotografi,
dan, sejak tidak secara nyata menunjukkan beberapa sifat cahaya,
seperti refleksi atau refraksi, secara salah ia berpikir bahwa sinar itu tak berhubungan
pada cahaya. Dalam pandangan pada sifat tak pasti itu, ia menyebut fenomena radiasi
X, walau juga dikenal sebagai radiasi Rontgen. Ia mengambil fotografi sinar-X
pertama, dari bagian dalam obyek logam dan tulang tangan istrinya.
B. Partikel
Adapun Ilmuwan yang berpendapat cahaya adalah sebuah Partikel, yaitu:
1. Nama Teori : Teori Sinar Cahaya
Penemu : Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (965 – sekitar 1040)
Teori :
Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (965–sekitar 1040), dikenal juga sebagai
Alhazen, mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan, menggunakan
geometri dan anatomi. Teori itu menyatakan bahwa setiap titik pada daerah yang
tersinari cahaya, mengeluarkan sinar cahaya ke segala arah, namun hanya satu sinar
dari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus yang dapat dilihat. Cahaya
lain yang mengenai mata tidak secara tegak lurus tidak dapat dilihat. Dia
menggunakan kamera lubang jarum sebagai contoh, yang menampilkan sebuah citra
terbalik. Alhazen menganggap bahwa sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil
yang bergerak pada kecepatan tertentu. Dia juga mengembangkan teori Ptolemy
8
tentang refraksi cahaya namun usaha Alhazen tidak dikenal di Eropa sampai pada
akhir abad 16.
2. Penemu : Kamal Al-Din Al-Farisi (1267 -1319 M)
Teori :
Kitab Tanqih merupakan pendapat dan pandangan al-Farisi terhadap buah
karya Ibnu Haytham. Dalam pandangannya, tak semua teori optik yang diajukan
Ibnu Haytham menemukan kebenaran. Guna menutupi kelemahan teori Ibnu
Haytham, al-Farisi Al-Farisi lalu mengusulkan teori alternatif. Sehingga, kelemahan
dalam teori optik Ibnu Haytham dapat disempurnakan.
Salah satu bagian yang paling penting dalam karya al-Farisi adalah
komentarnya tentang teori pelangi. Ibnu Haytham sesungguhnya mengusulkan
sebuah teori, tapi al-Farisi mempertimbangkan dua teori yakni teori Ibnu Haytham
dan teori Ibnu Sina (Avicenna) sebelum mencetuskan teori baru. Teori yang
diusulkan al-Farisi sungguh luar biasa. Ia mampu menjelaskan fenomena alam
bernama pelangi menggunakan matematika.
Menurut Ibnu Haytham, pelangi merupapakan cahaya matahari dipantulkan
awan sebelum mencapai mata. Teori yang dicetuskan Ibnu Haytham itu dinilainya
mengandung kelemahan, karena tak melalui sebuah penelitian yang terlalu baik. Al-
Farisi kemudian mengusulkan sebuah teori baru tentang pelangi. Menurut dia,
pelangi terjadi karena sinar cahaya matahari dibiaskan dua kali dengan air yang
turun. Satu atau lebih pemantulan cahaya terjadi di antara dua pembiasan.
Al-Farisi membuktikan teori tentang pelanginya melalui eksperimen yang
luas menggunakan sebuah lapisan transparan diisi dengan air dan sebuah kamera
obscura," kata J. J O'Connor, dan E.F. Robertson dalam karyanya bertajuk "Kamal
al-Din Abu'l Hasan Muhammad Al-Farisi". Al-Farisi pun diakui telah
memperkenalkan dua tambahan sumber pembiasan, yaitu di permukaan antara bejana
kaca dan air. Dalam karyanya, al-farisi juga menjelaskan tentang warna pelangi. Ia
telah memberi inspirasi bagi masyarakat fisika modern tentang cara membentuk
warna.
Para ahli sebelum al-Farisi berpendapat bahwai warna merupakan hasil
sebuah pencampuran antara gelap dengan terang. Secara khusus, ia pun melakukan
9
penelitian yang mendalam soal warna. Ia melakukan penelitian dengan lapisan/bola
transparan. Hasilnya, al-Farisi mencetuskan bahwa warna-warna terjadi karena
superimposition perbedaan bentuk gambar dalam latar belakang gelap.
"Jika gambar kemudian menembus di dalam, cahaya diperkuat lagi dan
memproduksi sebuah warna kuning bercahaya. Selanjutnya mencampur gambar yang
dikurangi dan kemudian sebuah warna gelap dan merah gelap sampai hilang ketika
matahari berada di luar kerucut pembiasan sinar setelh satu kali pemantulan," ungkap
al-Farisi.
Penelitiannya itu juga berkaitan dengan dasar investigasi teori dalam dioptika
yang disebut al-Kura al-muhriqa yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh ahli
optik Muslim terdahulu yakni, Ibnu Sahl (1000 M) dan Ibnu al-Haytham (1041 M).
Dalam Kitab Tanqih al-Manazir , al-Farisi menggunakan bejana kaca besar yang
bersih dalam bentuk sebuah bola, yang diisi dengan air, untuk mendapatkan
percobaan model skala besar tentang tetes air hujan.
Dia kemudian menempatkan model ini dengan sebuah kamera obscura yang
berfungsi untuk mengontrol lubang bidik kamera untuk pengenalan cahaya. Dia
memproyeksikan cahaya ke dalam bentuk bola dan akhirnya dikurangi dengan
beberapa percobaan dan penelitian yang mendetail untuk pemantulan dan pembiasan
cahaya bahwa warna pelangi adalah sebuah fenomena dekomposisi cahaya.
3. Nama Teori : Teori Emisi
Penemu : Sir Issac Newton (1642 – 1722)
Teori :
Teori Emisi oleh Newton mengembangkan teori Descartes bahwa cahaya
terdiri dari partikel-partikel. Menurutnya, benda bersinar mengeluarkan partikel-
partikel secara tetap ke segala arah dengan lurus. Jika partikel dianggap tidak
bermassa, maka benda bersinar tidak akan kehilangan massa hanya karena
memancarkan cahaya, dan cahaya itu sendiri tidak dipengaruhi oleh gravitasi.
Isaac Newton menyatakan dalam Hypothesis of Light pada 1675 bahwa
cahaya terdiri dari partikel halus (corpuscles) yang memancar ke semua arah dari
sumbernya. Teori ini dapat digunakan untuk menerangkan pantulan cahaya, tetapi
hanya dapat menerangkan pembiasan dengan menganggap cahaya menjadi lebih
10
cepat ketika memasuki medium yang padat tumpat karena daya tarik gravitasi lebih
kuat.
4. Nama Teori : Teori Kuantum
Penemu : Max Karl Ernest Ludwig Planck (1858 – 1947)
Teori :
Berdasarkan hasil penelitian tentang sifat-sifat termodinamika radiasi benda
hitam, pada abad ke-19 tahun 1900 Planck menyimpulkan bahwa cahaya di
pancarkan dalam bentuk-bentuk partikel kecil yang terdiri dari paket (kuantum)
tenaga yang dikenal sebagai foton disebut kuanta. Penghargaan Nobel
menghadiahkan Planck anugerah fisika pada 1918 untuk kerja-kerjanya dalam
penemuan teori kuantum, walaupun dia bukannya orang yang pertama
memperkenalkan prinsip asas partikel cahaya.
5. Nama Teori : Teori Dualisme Partikel-Gelombang
Penemu : Albert Einstein (1879 – 1955)
Teori :
Teori ini menggabungkan tiga teori yang sebelumnya, dan menyatakan
bahwa cahaya adalah partikel dan gelombang. Ini adalah teori modern yang
menjelaskan sifat-sifat cahaya, dan bahkan sifat-sifat partikel secara umum. Teori ini
pertama kali dijelaskan oleh Albert Einstein pada awal abad 20, berdasarkan dari
karya tulisnya tentang efek fotolistrik, yakni pemancaran elekton dari permukaan
logam karena logam tersebut disinari cahaya. Hasil penelitian Planck, Einstein
menunjukkan bahwa energi sebuah foton sebanding dengan frekuensinya. Lebih
umum lagi, teori tersebut menjelaskan bahwa semua benda mempunyai sifat partikel
dan gelombang, dan berbagai macam eksperimen dapat di lakukan untuk
membuktikannya. Sifat partikel dapat lebih mudah dilihat apabila sebuah objek
mempunyai massa yang besar.
Jadi dalam kondisi tertentu cahaya menunjukkan sifat sebagai gelombang dan
dalam kondisi lain menunjukkan sifat sebagai partikel. Hal ini disebut sebagai
dualisme cahaya.
11
Daftar Pustaka
Chairunnisah. 2012. Teori-teori cahaya menurut para ahli.
http://chairunnisah-fisikaeducationnisah.blogspot.com
Nor, Muhammad. 2007. Optika. Pekanbaru: Cendekia Insani
Purnomo, Sidik. 2009. Sejarah Gelombang. http://sidikpurnomo.net.
12