PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas...

21
MODUL 2 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDAHULUAN Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 02 90037 Panti Rahayu, SH, MH Abstract Kompetensi Pengantar untuk mengetahui kewarganegaraan sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian yang diajarkan di Universitas Mercu Buana. Mahasiswa dapat mengetahui pembahasan apa yang akan diajarkan dalam mata kuliah Kewarganegaraan.

Transcript of PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas...

Page 1: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

MODUL 2 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDAHULUAN

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ekonomi dan Bisnis Manajemen 02 90037 Panti Rahayu, SH, MH

Abstract KompetensiPengantar untuk mengetahui kewarganegaraan sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian yang diajarkan di Universitas Mercu Buana.

Mahasiswa dapat mengetahui pembahasan apa yang akan diajarkan dalam mata kuliah Kewarganegaraan.

Page 2: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

A. PENDAHULUAN

Pendidikan kewarganegaraan didesain dalam upaya mengembangkan

wawasan warga negara sebagai upaya penanaman, penumbuhan dan kesadaran

bela negara di tengah-tengah tantangan internal dan eksternal yang semakin

kompleks. Saat ini, eksistensi suatu negara tidak hanya bergantung kepada letak

geografis melainkan terletak pada sejauhmana kualitas sumber daya manusia yang

dimilikinya. Guna menjawab realitas yang semakin kompleks itu, maka Pendidikan

Kewarganegaraan menurut Juliardi (2014:2) diajarkan pada lima status, yaitu:

1. Sebagai mata pelajaran di sekolah.

2. Sebagai mata kuliah di perguruan tinggi.

3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial

dalam kerangka program pendidikan guru.

4. Sebagai program pendidikan politik.

5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan

kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dabn

kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan.

Sejatinya, pendidikan kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di

seluruh dunia dalam istilah yeng berbeda-beda.Pendidikan kewarganegaraan sering

disebut dengan istilah civic education, citizenship edication, dan bahkan ada yang

menyebut sebagai democracy education. Sebagai mata kuliah wajib di perguruan

tinggi, pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dan strategis guna

mempersiapkan warga negara yang kritis, cerdas dan bertanggung jawab.

Pendidikan kewarganegaraan bersama-sama mata kuliah lain seperti agama, dan

bahasa Indonesia berada pada kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian

dan wajib diterapkan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

2012 2 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

Menurut Juliardi (2014:2-4), ada dua alasan yang melatarbelakangi

pentingnya pendidikan kewargan di perguruian tinggi, yaitu:

1. Eksternal, didasarkan atas kuatnya pengaruh globalisasi dan modernisasi

dewasa ini. Globalisasai menjadi realitas yang tak terelakan yang

membawa pengaruh terhadap struktur kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, seperti tercermin pada pola pikir, sikap dan

tindakan masyarakat. Globalisasi tidak saja membawa pengaruh positif

tentang demokrasi, hak asasi manusia (HAM), keterbukaan dan lain-lain,

namun di sisi lain globalisasi membawa pengaruh negatif seperti dekadensi

moral, pergaulan bebas, narkoba, dan lain sebagainya. Pada masyarakat

yang semakin terbuka, maka pendidikan karakter sebagaimana tercermin

dalam pendidikan kewarganegaraan menjadi benteng dalam upaya

membekali individu dari poengaruh negatif globalisasi. Globalisasi tidak

bisa dibendung atau dihindari, tetapi yang paling penting adalah bagaimana

menyikapi globalisasi tersebut secara dengan kritis, dewasa, dan bijaksana.

Globalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju

atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala

kekuatannya menjadi penentu peta politik dunia dan mamapu memberikan

tekanan bagi negara-negara yang secara politis kurang berpengaruh.

Amerika misalnya, telah menjadi “polisi dunia” yang bisa menjatuhkan

hukuman bagi negara-negara yang tidak sehakuan dengannya. Dialektika

antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang pada

gilirannya akan menciptakan struktur baru, yaitu struktur global yang sangat

memenagruhi pola pikir dan mentalitas negara lain. Aklibatnya, identitas

masing-masing negara menjadi memudar, bahkan mugkin bisa hilang.

Pada tataran sosiologis terjadi pergeseran nilai sebagai konsekuensi

benturan antara nasionalisme dan internasionalisme. Bila kondisi itu tidak

disikapi secara bijaksana, maka cepat atau lambat sendi-sendi negara

semakin longgar.

2. Internal, didasarkan atas perjalanan bangsa Indonesia yang telah

mengalami beberapa masa sejak era pra penjajahan, masa penjajahan, era

perebutan dan mempertahankan kemerdekaan, era pengisian

2012 3 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

kemerdekaan, reformasi dan pasca reformasi saat ini. Setiap perubahan

membawa tantangan yang berbeda-beda sehingga perlu disikapi dengan

nilai-nilai yang dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Di sisi lain, ada kecenderungan memudarnya nilai-nilai kebangsaan baik

pada tataran individu maupun kelompok yang tercermin pada

penyelenggara negara yang terkena korupsi, sikap hidup hedonis, dan

pragmatis. Kondisi destruktif itu tentu harus dihadapi dengan cara

menumbuhkan dan membangun sikap mental yang tangguh. Pendidikan

kewarganegaraan menjadi mata kuliah yang diharapkan mampu

memperkuat nilai-nilai individu dan kelompok sehingga Indonesia bisa

tetap tegak di tengah-tengah perubahan zaman yang cepat.

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Untuk memahami pengertian pendidikan kewarganegaran secara utuh

dan komprehensif, Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:2-6) menjelaskan

beberapa istilah sebagai berikut:

1. Kewarganegaraan/Civic

Dalam sejarahnya, istilah kewarganegaraan (civics) berasal dari kata

Yunani yaitu civicus yang berarti penduduk sipil yang mempraktekan

demokrasi langsung dalam negara kota atau polis. Tradisi Yunani telah

memberuikan inspirasi konseptual tebtabg kebaikan umum, kesejahteraan

umum dan kebajikan atau keutamaan sipil (civil virtue) yang lahir kembali

dalam melawawan otokratik raja-raja. Civics merupakan cabang dari ilmu

politik yang membahas tentang hak dan kewajiban warga negara.

Civics adalah The sciences of citizenship, the relation of man, the

individual, to man in organized collections, the individual in his relation to

the state. Dari definisi tersebut, Civics dirumuskan dalam Ilmu

Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan (a)

2012 4 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

manusia dalam perkumpulan – perkumpulan yang terorganisasi

(organisasi sosial, ekonomi, politik) (b) individu-individu dengan negara.

Sementara Edmonson (1958) merumuskan arti Civics ini dengan Civics is

usually defined as the study of government and of government and of

citizenship, that is, of the duties, right and privileges of citizens. Batasan ini

menunjukkan bahwa Civics merupakan cabang dari ilmu politik. Jika

ditelisik lebih jelas hampir semua definisi mengenai Civics pada intinya

menyebut government, hak dan kewajiban sebagai warga negara dari

sebuah negara.

2. Civic Education

Secara historis, istilah civic education dan citizenship education muncul

pada tahun 1990 dan sering digunakan secara bertukar-pakai dengan

istilah citizenship education. Mahoney merumuskan bahwa “Civic

education includes and involves those teaching; that type of teaching

method; those student activities; those administrative and supervisory

procedures which the school my utilize purposively to make for better living

together in the democratic way (synonymously) to develop better civic

behavior”

Berdasarkan rumusan tersebut bahwa civic education merupakan suatu

proses pendidikan yang mencangkup proses pembelajaran semua mata

pelajaran, kegiatan siswa, proses administrasi, dan pembinaan dalam

upaya mengembangkan perilaku warganegara yang baik. Dengan

demikian, fokus dari civic education membahas tentang warga negara di

dalam negaranya dengan berbagai kompleksitasnya.

Pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya diorientasikan untuk

membina dan membbelajarkan anak menjadi warga negara yang baik,

iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme

(rasa kebangsaan) yang kuat (mantap), sadar serta mampu membina dan

melaksanakan hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga

masyarakat dan bangsa negaranya, taat asas (ketentuan), demokratis dan

2012 5 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

partisipatif, aktif-kreatif-positif dalam kebhinekaan kehidupan masyarakat

bangsa dan negara.

Secara umum, objek studi civic education adalah warga negara dalam

hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi,

agama, kebudayaan dan negara. Sedangkan secara spesifik, objek studi

civic education mencakup:

a. Tingkah laku

b. Tipe pertumbuhan berpikir

c. Potensi yang ada dalam setiap diri warga negara

d. Hak dan kewajiban

e. Cita-cita dan aspirasi

f. Kesadaran, patriotisme, nasionalisme, pengertian internasional, moral

pancasila

g. Usaha, kegiatan, partisipasi, tanggung jawab

3. Citizenship Education

Citizenship education merujuk kepada istilah generik yang mencakup

pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi

dilingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi

kemsyarakatan, dan dalam media. Dengan demikian, bahwa citizenship

education memiliki makna yang lebih luas dari sekedar civic education

yang diterapkan di sekolah atau perguruan tinggi secara formal.

2012 6 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Bila merujuk kepada Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan

pendidikan kewarganegaraan sebagaimana tercantum dalam visi, misi dan

kompetensi yang diharapkan, yaitu:

Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah sumber nilai

dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna

mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia

seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa

mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual,

religius, berkeadaban, dan berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk

membantu mahasiswa guna memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten

mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air

dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral (Kaelan dan Ahmad Zubaidi,

2010:2).

Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:11), merumuskan tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan, sebagai berikut:

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti

korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lainnya.

2012 7 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikiasi.

Sementara pada ruang global, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan

mampu menjawab era keterbukaan dengan mengembangkan sikap-sikap sebagai

berikut:

a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi

nilai-nilai mora-etika dan religius.

b. Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan.

c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada

tanah air.

d. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungjawab, serta

mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.

e. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

Dalam unghkapan yang lebih sederhana (Ubaedillah dan Abdul Rozak,

2013:6), bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah

menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam

kehidupan berbangsa dan bernedara. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi basis

pendidikan karakter guna mempersiapkan generasai muda atau peserta didik di

perguruan tinggi menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, unggul, ulet, berwawasan

luas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan visi dan misi sebagaimana dijelaskan di atas, maka kompetensi

mahasiswa yang diharpkan dari Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah

menciptakan ilmuwan yang professional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta

tanah air, demokratis, berkeadaban. Di samping itu kompetensi lain yang diharapkan

adalah mahasiswa yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam

2012 8 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (Kaelan dan

Ahmad Zubaedi, 2010:2).

Mahasiswa sebagai kaum intelektual sudah sepantasnya memiliki kearifan dan

kecerdasan dalam bertindak terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah

kemasyarakatan dan kebangsaan. Kecerdasan yang dimaksud adalah seperangkat

tindakan yang penuh tanggunggung jawab terhadap negara, dan memecahkan

berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan

menerapkan konsep falsafah bangsa, wawasan kebangsaan, dan ketahanan

nasional. Sifat cerdas yang dimaksud tampak kemahiran, ketepatan, dan

keberhasilan bertindak, sedangkan sifat penuh tanggungjawab diperlihatkan sebagai

kebenaran tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, ataupun

kepatuhan terhadap nilai-nilai norma dan budaya.

Sementara menurut Dwiyatmi (2012:10), standar kompetensi yang wajib

dikuasai mahasiswa adalah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang

kewarganegaraan demokratis dan mampu menerapkan pengetahuan, nilai-nilai, dan

ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian yang

mantap; berpikir kritis: bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis; berpandangan

luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.

Indonesia tidak saja membutuhkan kaum intekektual yang berwawasan luas,

tetapi membutuhkan kaum intelektual yang memiliki integritas, kebangsaan dan

mampu mengimplementasikan Pancasila pada tataran kehidupan praktis. Ilmu

pengetahuan akan menjadi entitas yang membahayakan jika tidak dilandasi oleh

nilai-nilai luhur Pancasila sebagai nilai komitmen bersama seluruh rakyat Indonesia

pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, Dwiyatmi (2012:10), menjelaskan

secara panjang lebar, demikian:

Mampu berfikir rasional,bersikap dewasa dan dinamis,berpandangan luas dan bersikap demokratis yang berkeadaban sebagai warganegara Indonesia. Dengan berbekal kemampuan inteletual ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar sepanjang hayat, menjadi ilmuwan dan professional yang berkepribadian dan menjunjung nilai-nilai falsafah bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2012 9 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

D. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2010:3-5), ada dua landasan pokok

yang melatarbelakangi Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu:

1. Landasan Ilmiah

a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan

Sejatinya, setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup bermanfaat dan

bermakna bagi negara dan bangsanya, serta dapat mengantisipasi masa depannya.

Dalam lingkup seperti itu maka diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, moral, kemanusiaan, dan nilai-

nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan

pegangan hidup setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga

negara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang

keseluruhannya berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa. Tujuan

utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan

kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang

bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila. Pendidikan

Kewarganegaraan tidak hanya diberlakukan di Indonesia melainkan berlaku di

beberapa negara di dunia sebagai mana dikenal dengan Civic Education.

b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan

Pada tataran filsafat ilmu, setiap ilmu harus memenuhi syrata-syarat ilmiah,

yaitu mempunyai objek, metode, sistem dan bersifat universal. Hal itu mengandung

pengertian bahwa objek pembahasan ilmu harus jelas, baik objek material maupun

objek formalnya. Objek material berkenaan dengan bidang sasaran yang dibahas

dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu. Sementara objek formal adalah sudut

pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek matrial tersebut. Dalam

Pendidikan Kewarganegaraan, objek materialnya adalah segala hal yang berkaitan

2012 10 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

dengan warga negara baik yang empirik maupun yang nonemperik, yang meliputi

wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara.

Sedangkan objek formal Pendidikan Kewarganegaraan meluputi dua segi, yaitu

hubungan antara warga negara dan negara (termasuk hubungan antar warga

negara) dan bela negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan

terarah pada warga negara Indonesia dalam hubugannya dengan negara Indonesia

dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan idealitas Pendidikan Kearganegaraan itu,

Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih rinci

yang meliputi pokok-pokok bahasan substansi kajian Peniddikan Kewraganegaraan

mencakup:

1) Filsafat pancasila

2) Identitas Nasional

3) Negara dan Konstitusi

4) Demokrasi Indonesia

5) Rule of Law dan Hak Asasi Manusia

6) Hak dan Kewajiban Warga Negara serta Negara

7) Geopolitik Indonesia

8) Geostrategi Indonesia

C. Rumpun Keilmuan

Pada rumpun keilmuan, Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan

dengan Civics Education yang dikenal diberbagai negara. Sebagai kajian ilmiah

Pendidikan Kewarganegaraan bersiaf antardisipliner (antar bidang) bukan

monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu

Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh sebab itu pembahasan

dan pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan memerlukan sumbangan

2012 11 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik, hukum, filsafat, sosiologi, administrasi

negara, ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa, serta ilmu budaya.

2. Landasan HukumLandasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi:

a. UU 1945

(1) Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat, yang

memuat cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang

kemerdekaannya.

(2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hokum dan pemerintahan serta wajib menjunjung

hokum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

(3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib

ikut serta dalam usaha pembelaan negara.”

(4) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak

mendapatkan pengajaran”

b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.

c. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun 1988)

(1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara

yang diwujudkan denga keikutsertaan dalam upaya bela negara

diselenggarakan melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara

sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan Nasional.

(2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela

Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara

bertahap. Tahap awal pada tingkat pendidikan dasar sampai

Pendidikan menengah ada dalam gerakan Pramuka. Tahap lanjutan

pada tingkat pendidikan tinggi ada dalam bentuk Pendidikan Kewiraan.

d. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000

2012 12 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian

Hasil belajar Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti

Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan

Bahasa dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Matakuliah

Pengembangan Kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap

program studi/kelompok program studi.

e. Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006,

yang memuat rambu-rambu pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengembangan

Kepribadian di Perguruan Tinggi.

.

E. Metode PembelajaranSebagai mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi, maka Pendidikan

Kewarganegaraan perlu didukung oleh metode pembelajaran yang tepat sehingga

mampu dijiwai oleh peserta didik. Menurut Dwiyatmi (2012:10), metode

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi:

1. Menggunakan pendekatan berorientasi kepada kepentingan peserta didik dan

menempatkan mahasiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses

pembelajaran, dan sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat

dan warga negara.

2. Metode proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pembahasan secara

kritis analitis, induktif, deduktif dan reflektif melalui dialog kreatif yang bersifat

partisipatoris, untuk meyakini kebenaran substansi dasar kajian dan motivasi

sepanjang hayat.

3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah, dialog

(diskusi) in teraktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas baca, seminar kelas

(presentasi) dan evaluasi proses belajar, stadium generale.

4. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan

kepribadian merupakan kebutuhan hidup untuk eksis dalam masyarakat

global.

2012 13 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

Tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

keniscayaan yang perlu diajarkan kepada setiap warga negara Indonesia dari

tingkat pendidikan dasar, menengah, atas, hingga pada jenjang perguruan tinggi.

Pendidkkan karakter tidak bisa diberikan secara parsial melainkan harus bersifat

graduasi dengan melibatkan seluruh jenjang pendidikan. Pendidikan karakter secara

substantif meliputi ranah kognitif (pengetahuan), afektif (kesadaran dan

penghayatan), dan psikomotorik (perilaku nyata) pada kehidupan sehari-hari.

Referensi:

Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di Perguruan Tinggi Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civis Education Di Perguruan Tinggi

Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.

Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Rajawali Pers.

Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.

Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan

Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

2012 14 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: PENDAHULUAN · Web viewGlobalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya menjadi penentu

Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.

Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak, 2013. Pendidikan Kearga[negara]an, Civic

Education. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media

Group.

Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.

2012 15 Kewarganegaraan

Pusat Bahan Ajar dan eLearningPanti Rahayu, SH., MH http://www.mercubuana.ac.id