PENDAHULUAN PELEDAKAN

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan. Perlengkapan peledakan adalah bahan–bahan yang membantu peledakan yang habis dipakai yaitu : 1. Detonator 2. Sumbu peledakan Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau primer. Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini adalah sumbu api dan sumbu ledak. Sumbu api adalah sumbu yang disambung ke detonator biasa pada peledakan dengan menggunakan detonator biasa. Dapat dikatakan bahwa sumbu api merupakan pasangan detonator biasa, karena detonator biasa tidak dapat digunakan tanpa sumbu. Fungsi sumbu api adalah untuk merambatkan api dengan kecepatan tetap pada detonator

description

Pemahaman tentang bahan peledak

Transcript of PENDAHULUAN PELEDAKAN

Page 1: PENDAHULUAN PELEDAKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material

(batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan.

Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi

peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak

yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.

Perlengkapan peledakan adalah bahan–bahan yang membantu

peledakan yang habis dipakai yaitu :

1. Detonator

2. Sumbu peledakan

Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam

bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut

terhadap bahan peledak peka detonator atau primer.

Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini adalah sumbu api dan

sumbu ledak. Sumbu api adalah sumbu yang disambung ke detonator biasa

pada peledakan dengan menggunakan detonator biasa. Dapat dikatakan bahwa

sumbu api merupakan pasangan detonator biasa, karena detonator biasa tidak

dapat digunakan tanpa sumbu. Fungsi sumbu api adalah untuk merambatkan api

dengan kecepatan tetap pada detonator biasa. Sedangkan sumbu ledak adalah

sumbu yng pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN. Fungsi sumbu

ledak adalah untuk merangkai suatu sistem peledakan tanpa menggunakan

detonator didalam lubang ledak. Sumbu ledak mempunyai sifat tidak sensitive

terhadap gesekan, benturan, arus liar, dan listrik statis.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari praktikum ini adalah untuk memahami dan mengerti tentang

bahan peledak khususnya digunakan untuk peralatan peledakan.

Page 2: PENDAHULUAN PELEDAKAN

2

1.2.2 Tujuan

1. Tujuan dari pembahasan materi ini adalah untuk memberi pengetahuan

mengenai electronic detonator.

2. Dapat mengetahui kelebihan dari elektronik detonator.

Page 3: PENDAHULUAN PELEDAKAN

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Berbagai Jenis Detonator

Membakar sumbu telah terlebih dahulu digunakan sejak zaman dulu

untuk menunda pengapian dan blaster supaya tetap pada jarak yang aman dari

ledakan. Waktu pembakaran menunjukan penundaan fleksibel tergantung pada

panjang sumbu yang terbakar. Api berfungsi sebagai detonator dan penundaan

adalah panjang sumbu. Bahkan teknologi paling maju initiation terus

menggunakan konsep yang sama, meski terkadang seiring perkembangan

dengan bentuk yang berbeda. "

Tutup peledak datang dalam berbagai bentuk. Tutup Fuse, detonator

listrik, detonator non-listrik dan detonator elektronik berbagai jenis detonator

dapat Anda temukan di market.

2.1.1 Fuse Caps

Penemuan generasi demi generasi Fuse Caps bertujuan untuk menjawab

pengapian yang berbahaya dari produk bahan peledak yang digunakan selama

periode considered. Keselamatan Miner selalu menjadi salah satu tujuan utama

dalam pembangunan aksesoris peledakan.

Bubuk hitam dikatakan sebagai penemuan Cina, digunakan sebagai

kembang api, tertanggal dari abad pertama Masehi. Meskipun penggunaan

bubuk hitam berdasarkan "Api-Yunani" dalam pertempuran kuno, 1380 adalah

tanggal yang umumnya diakui untuk studi pertama pada bubuk hitam. Monk

Fransiskan Jerman, Berthold Schwarts mengembangkan mesiu dari rumus

Antique. Tercatat pertama kali digunakan bubuk hitam untuk peledakan batu

berawal dari 1627, di Hongaria. Selengkapnya  untuk Sejarah Bahan Peledak

dan Peledakan.

Page 4: PENDAHULUAN PELEDAKAN

4

Foto 2.1Fuse caps

Kecepatan pembakaran ini tidak dapat diandalkan demikian membuat

bubuk hitam sangat berbahaya dan mengakibatkan banyak kecelakaan.

Pengapian yang berbahaya diatasi pada tahun 1831 dengan penemuan "Miners

Safety Fuse" oleh William Bickford, seutas tali dengan seuntai benang dipadukan

dengan bubuk hitam. Ascanio Sobrero synthetized nitroglycerin pada tahun

1846. Nitroglycerin adalah yang pertama ditemukan, bahan peledak menjadi

lebih kuat dari bubuk hitam. Penggunaannya di lapangan masih sangat

berbahaya terutama sampai 1863, ketika Alfred Nobel meluncurkan "detonator

praktis" nya: plug kayu bubuk hitam dimasukkan ke biaya yang lebih besar dari

liquid nitroglycerin, tertutup di shell logam.

Pada tahun 1865, Nobel mengembangkan mercury blasting cap yang

merupakan pengurangan substansial dalam biaya produksi dan karena itu

berkontribusi terhadap penyebarannya di seluruh industri.

Menjadi sangat murah, Fuse Caps masih banyak digunakan saat ini

dalam industri pertambangan, khususnya di negara berkembang. Fuse Caps ini

juga, dengan desain yang tidak sensitif terhadap medan elektromagnetik.

2.1.2 Detonator Listrik

Prototipe pertama detonator menggunakan listrik sebagai sinyal inisiasi

sumber energi muncul pada akhir 1880-an. Tutup peledak listrik mirip dengan

Fuse Caps, tetapi dengan dua kabel listrik diisolasi menonjol dari salah satu

ujungnya, bukan sumbu.

Detonator listrik seketika dikembangkan terlebih dahulu. Pada tahun

1868, H. Julius Smith mempatenkan teknologi yang lebih mudah dan aman, yang

memungkinkan pengapian melalui campuran mercury fulminate, resistensi

platinum jembatan kawat yang tinggi dan sebuah plug belerang.

Page 5: PENDAHULUAN PELEDAKAN

5

Dimasukkannya delay powder train memungkinkan diperkenalkannya pre yang

diprogram electric delayed detonators. Teknologi ini memungkinkan sebuah

offset antara dua muatan berturut-turut dan oleh karena itu, penciptaan urutan

initiation, membuka pintu untuk shot lebih terkontrol tetapi terbatas pada

sejumlah batas kombinasi. delay detonators setengah detik muncul di awal 1900-

an, sementara millisecond delay detonators tiba di market pada tahun 1943.

Detonator listrik sensitif terhadap panas, goncangan, listrik statis, energi

frekuensi radio dan radiasi elektromagnetik.

Foto 2.2Detonator listrik

2.1.3 Detonator Non-Eletrik

Total sistem inisiasi non-listrik, dimana sumber inisiasi berasal dari

gelombang kejut, dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dyno Nobel. Detonator

non-eletrik menekan pasar pada tahun 1973, menawarkan semua keuntungan

dari inisiasi listrik tetapi menambahkan manfaat keamanan (ketidakpekaan

terhadap listrik, energi frekuensi radio dan radiasi elektromagnetik) dan

fleksibilitas operasional yang luas (lebih mudah untuk merancang urutan inisiasi

yang lebih besar, secara teoritis dengan tak terbatas jumlah penundaan).

Sistem inisiasi terdiri dari tabung kejut terhubung ke detonator down-the-

hole dan konektor permukaan. Meskipun lapisan mereka bubuk reaktif dan

Page 6: PENDAHULUAN PELEDAKAN

6

berkat starter, tabung kejut mengirimkan gelombang kejut ke detonator non-

elektrik. Sambungan di lapangan adalah "plumbing-like", dengan asumsi

gelombang getaran seperti air, yang beredar dalam tabung dari detonator yang

lain. Detonator non-elektrik yang banyak digunakan di seluruh dunia. Amerika

Serikat selalu menjadi salah satu pasar terbesar untuk jenis detonator.

Foto 2.3Detonator non elektrik

2.1.4 Detonator Elektronik

Komponen elektronik diperkenalkan di anisiasi-anisiasi eletrik dunia di

akhir 1960-an. Meningkatkan ukuran setiap shot berubah menjadi strategis untuk

pasar inisiator, untuk detonator elektrik untuk dapat bersaing dengan yang baru

diperkenalkan detonator non-elektrik. Perkembangan elektronik membuat

penciptaan mesin peledakan sekuensial. Sekuensial mesin peledakan

memberikan waktu semburan secara elektronik waktu energi dapat diatur untuk

beberapa kawat timah, secara dramatis meningkatkan jumlah maksimum

detonator listrik blasters dapat terhubung dan karenanya meningkatkan jumlah

kombinasi potensial.

Pada tahun 1990, miniaturisasi peningkatan komponen elektronik

melahirkan ide baru: menggunakan jam elektronik untuk memulai menggantikan

pyrotechnical (powder) unsur penundaan yang menciptakan ketidaktepatan

untuk detonator elektrik.

Page 7: PENDAHULUAN PELEDAKAN

7

Foto 2.4Detonator elektronik

Dari tahun 1990 sampai 2000, gerakan penelitian dan pengembangan

besar-besaran dilakukan oleh sejumlah besar pelaku untuk mengembangkan

pre-programmed atau diprogram detonator elektronik. Detonator elektronik

Programmable merupakan langkah maju dalam logika, menawarkan fleksibilitas

yang luar biasa dalam pilihan waktu inisiasi. Fleksibilitas ini bersama-sama

dengan akurasi dikontrol secara elektronik membuka pintu untuk penundaan

short rangkaian inisiasi kompleks yang sejak itu menunjukkan manfaat yang

signifikan (pengurangan gangguan, meningkatkan produktivitas) kepada

stakeholder pertambangan. Perangkat lunak simulasi numerik telah

dikembangkan untuk membantu insinyur pertambangan untuk berurusan dengan

sejumlah besar kemungkinan dalam desain shots mereka.

Page 8: PENDAHULUAN PELEDAKAN

8

2.2 Sistem peledakan elektronik

Sistem i-kon™ adalah Sistem Peledakan Elektronik yang paling maju di

pasaran yang didesain untuk digunakan pada peledakan yang bernilai tinggi dan

yang kompleks untuk operasi Tambang Terbuka dan bawah tanah yang luas.

Foto 2.5Detonator digital

Sistem i-kon™ terdiri dari detonator digital yang dapat diprogram dan peralatan

kontrol -  i-kon™ Logger dan Blaster dan menawarkan:

Tingkat akurasi yang tinggi (sampai 1000x lebih akurat daripada

pembuatan peledakan)

Kisaran delay yang besar (sampai 15.000 ms) dan tersedia kapasitas

yang terbesar (sampai 4,800 dets dalam satu peledakan) memberikan

fleksibilitas pemilihan waktu yang belum pernah ada sebelumnya

Kemampuan peledakan dari jarak jauh: CEBS (Central Blasting System)

untuk aplikasi Underground dan SURBS (Surface Remote Blasting

System) untuk aplikasi Open Cut

Software SHOTPlus-I & SHOTPlus-I UG terpadu untuk desain peledakan

dan memprogram detonator secara otomatis

Kemampuan pemrograman yang penuh, yang memudahkan

pengurangan inventarisasi dan pemenuhan terhadap peraturan yang

disederhanakan.

Komunikasi yang diberikan kode demi keamanan yang lebih baik

Page 9: PENDAHULUAN PELEDAKAN

9

Komunikasi dua arah yang sifatnya aman, di pola tersebut

Pilihan premium wire untuk aplikasi yang tinggi permintaannya (i-

kon™ RX)

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari teknologi tersebut membutuhkan

Layanan Berbasis Peledakan milik Orica.

Karena detonator ini bersifat khusus tentunya ada beberapa alat yang

menunjang untuk kinerja dan pemakaian detonator ini, diantaranya ada

perangkat lunak dan perangkat kerasnya. Perangkat keras yang digunakan untuk

detonator ini adalah:

Logger

Blaster

Sedangkan perangkat lunaknya ialah:

Shotplus-i

Logger merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menentukan delay

antar detonator pada detonator elektronik, membaca dan menyimpan detonator

Id dalam memory, mengecek dan memberikan informasi kemungkinan adanya

error detonator maupun adanya kebocoran arus, dan juga berfungsi sebagai

sistem pengaman.

Foto 2.6Logger

Blaster merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan komunikasi 2

arah pada detonator, pemrograman firing detonator, serta mengecek laporan

apakah detonator sudah ready untuk firing ataukah ada yang error. Blaster ini

pun mempunyai kunci pengaman khusus yang mencegah adanya prematur

firing.

Page 10: PENDAHULUAN PELEDAKAN

10

Foto 2.7Blaster

Perangkat lunak yang digunakan untuk mendesain pola peledakan pada

detonator ini adalah shotplus-i . Desain peledakan untuk logging/pemrograman

waktu delay, melakukan peledakan simulasi peledakan dan analisa waktu

peledakan, download data rencana logging dan upload aktual logging dari logger

ke komputer.

BAB III

Page 11: PENDAHULUAN PELEDAKAN

11

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dari praktikum ini ialah untuk mengetahui tentang

electronic detonator lebih jauh. Perlengkapan peledakan adalah bahan–bahan

yang membantu peledakan yang habis dipakai yaitu :

1. Detonator

2. Sumbu peledakan

Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam

bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut

terhadap bahan peledak peka detonator atau primer.

Elektronik detonator merupakan detonator generasi terbaru yang dibuat

dan dirancang intuk menyempurnakan detonator sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: PENDAHULUAN PELEDAKAN

12

http://boenga-tidur.blogspot.com/2011/09/cara-menghitung-rangkaian-

peledak.html

http://kafkapa.blogspot.com/2011/09/cara-menghitung-rangkaian-peledak.html

Inmarlinianto, Nurkhamim (2007), Buku Petunjuk Praktikum Teknik Peledakan,

Laboratorium Pemboran & Peledakan Jurusan Teknik Pertambangan, FTM, UPN

‘Veteran’ Yogyakarta.

Koesnaryo S., (2001), Pemboran Untuk Penyediaan Lubang Ledak, Jurusan

Teknik Pertambangan, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta.

Hemphill, Gary B. P.E., “Blasting Operation”, 1981, McGraw-Hill Inc, New York.

Langefors,U.-Kihlstrom,B., “The Modern Technique of Rock Blasting”, 1978, A.

Halsted Press Book, New York.