Pendahuluan - repository.uksw.edu · Menurut Brown dan Warner (1985), mengestimasi return...

35
1 Pendahuluan Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal (Samsul, 2006:44). Pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi, sehingga investor memerlukan informasi sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan untuk investasi. Aktivitas perdagangan saham dipasar modal dipengaruhi oleh bermacam faktor, salah satunya adalah adanya informasi yang masuk. Banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor, baik informasi internal maupun eksternal. Informasi tersebut digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan untuk memilih portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan mengurangi ketidakpastian yang mungkin terjadi. Salah satunya informasi yang terdapat di pasar modal adalah stock split atau pemecahan saham. Stock split merupakan corporate action yang dilakukan perusahaan go public (emiten) yaitu memecah nilai nominal saham menjadi lebih kecil. Dengan stock split jumlah lembar saham yang beredar akan bertambah, harga saham secara teoritis akan turun secara proposional, tetapi nilai kapitalitas saham atau besarnya modal tidak mengalami perubahan. Stock split biasanya dilakukan jika dinilai harga saham sudah terlalu tinggi sehingga terjadi kemahalan saham yang dapat mempengaruhi daya beli investor saham perusahaan (Waelan, 2009:131).

Transcript of Pendahuluan - repository.uksw.edu · Menurut Brown dan Warner (1985), mengestimasi return...

  • 1

    Pendahuluan

    Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal.

    Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih

    murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal (Samsul, 2006:44). Pasar

    modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi, sehingga investor

    memerlukan informasi sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan

    untuk investasi.

    Aktivitas perdagangan saham dipasar modal dipengaruhi oleh bermacam

    faktor, salah satunya adalah adanya informasi yang masuk. Banyak sekali

    informasi yang dapat diperoleh investor, baik informasi internal maupun

    eksternal. Informasi tersebut digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan

    keputusan untuk memilih portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan

    mengurangi ketidakpastian yang mungkin terjadi. Salah satunya informasi yang

    terdapat di pasar modal adalah stock split atau pemecahan saham.

    Stock split merupakan corporate action yang dilakukan perusahaan go

    public (emiten) yaitu memecah nilai nominal saham menjadi lebih kecil. Dengan

    stock split jumlah lembar saham yang beredar akan bertambah, harga saham

    secara teoritis akan turun secara proposional, tetapi nilai kapitalitas saham atau

    besarnya modal tidak mengalami perubahan. Stock split biasanya dilakukan jika

    dinilai harga saham sudah terlalu tinggi sehingga terjadi kemahalan saham yang

    dapat mempengaruhi daya beli investor saham perusahaan (Waelan, 2009:131).

  • 2

    Secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis, beberapa

    penelitian sebelumnya menunjukan bahwa pasar seringkali memberikan reaksi

    terhadap tindakan stock split oleh emiten. Menurut McNichols dan Dravid (1990)

    yang menemukan terdapat abnormal return di sekitar pengumuman stock split. Hal

    ini mengindikasikan bahwa aktivitas split yang dilakukan emiten dinterpretasikan

    oleh investor sebagai signal adanya informasi yang menguntungkan.

    Dua teori utama yang dapat menjelaskan mengenai motivasi emiten

    melakukan stock split serta efek yang ditimbulkan yaitu signaling theory dan

    trading range theory. Signaling theory menyatakan bahwa stock split merupakan

    signal yang disampaikan oleh manajer kepada pasar untuk menyatakan informasi

    mengenai pendapatan perusahaan mendatang. Sedangkan trading range theory

    (liquidity theory) menyatakan bahwa stock split akan meningkatkan likuiditas

    perdagangan saham.

    PT Telekomunikasi Indonesia Tbk salah satu perusahan yang melakukan

    stock split pada 28 Agustus 2013 di harga nominal saham Rp 250,00 menjadi Rp

    50,00 per saham, keputusan pemecahan saham tersebut untuk memperbesar

    jumlah saham yang beredar dan diharapkan mampu meningkatkan likuiditas

    saham. Di samping itu, dengan pemecahan saham ini akan meningkatkan

    affordability dengan tujuan investor retail dapat melakukan investasi pada saham

    Telkom.

    Perusahaan yang melakukan stock split pada umumnya merupakan

    perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik. Sesuai dengan hasil

  • 3

    penelitian oleh Harjum dan Hanung (2008) menunjukkan bahwa stock split

    mengandung biaya yang harus ditanggung maka hanya perusahaan yang

    mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut dan

    sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadapnya. Nurfitri dan Tjun (2009)

    mengemukakan bahwa aktivitas stock split mengakibatkan harga saham turun

    secara signifikan. Dengan menurunnya harga saham akan menarik investor untuk

    membeli saham-saham tersebut. Jika penelitian sebelumnya menganalisis prospek

    dan harga saham maka peneliti menganalisis sebagai berikut :

    1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan harga saham sebelum

    peristiwa stock split dan setelah stock split.

    2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan trading volume activity

    sebelum peristiwa stock split dan setelah stock split.

    3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return sebelum

    peristiwa stock split dan setelah stock split.

    Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk :

    1. Memberi bukti tentang kondisi return saham dan likuiditas saham sebelum

    dan setelah stock split.

    2. Memberikan informasi kepada investor sebagai alat pertimbangan bagi

    para investor yang ingin bertransaksi disekitar tanggal pemecahan saham

    (stock split).

  • 4

    3. Memberikan referensi kepada para akademisi yang akan melakukan

    penelitian selanjutnya tentang pemecahan saham (stock split).

    Telaah Teoritis

    Pemecahaan Saham (Stock Split)

    Pemecahan Saham memang bukan sejenis dividen, namun pemecahan

    saham dapat mempengaruhi harga saham perusahaan sama seperti dividen saham.

    Pemechan saham tidak mempengaruhi struktur modal perusahaan, namun akan

    meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar dan mengurangi nilai per

    lembar saham ( Widayanti et al ,2009).

    Pemecahan saham merupakan suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan

    yang telah go public dalam rangka meningkatkan jumlah saham yang beredar

    dengan melakukan pemecahan jumlah lembar sahamnya menjadi lebih banyak

    dengan tujuan agar harga sahamnya dirasa cukup murah atau terjangkau oleh

    investor sehingga diharapkan penjualan sahamnya bisa meningkat dan sahamnya

    bisa dimiliki oleh banyak investor (Brigham and Gapenski, 1994).

    Dengan pemecahan saham yang menjadikan harga saham lebih murah

    diharapkan dapat menyerap lebih banyak investor lagi. Kemudian agar saham

    yang telah dipecah menjadi lebih likuid. Pemecahan saham dan dividen saham

    merupakan bagian dari kebijakan dividen. Dividen saham adalah pembagian laba

    pada tahun buku terakhir yang tidak dibayar dalambentuk uang tunai tetapi dalam

  • 5

    bentuk saham, biasanya suatu prosentas dari saham, misalnya 15% dividen saham.

    Dividen saham dibayar dalam bentuk tambahan saham, dan hanya berupa

    pemindahan buku dari akun laba ditahan ke akun saham biasa perusahaan. Secara

    ekonomis, keduanya memiliki kesamaan satu sama lain. Hanya dari sudut

    pandang akuntansi sajalah terdapat perbedaan yang signifikan.

    Signalyng Theory

    Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif

    karena manajemen akan mengkonfirmasikan prospek masa depan yang baik dari

    perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan ini didukung

    dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah

    perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik di masa mendatang

    Trading Range Theory

    Teori ini menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split

    didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan

    melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal.

    Harga Saham

    Harga saham yang berlaku di pasar modal biasanya ditentukan oleh para

    pelaku pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan harga

    saham yang ditentukan otomatis perdagangan saham di bursa efek akan berjalan.

    Sementara saham sendiri adalah suatu kepemilikan aset seperti instrumen dari

    kegiatan finansial suatu perusahaan yang biasa disebut juga dengan efek. Harga

    http://financeroll.co.id/uncategorized/26251/saham

  • 6

    saham dari suatu perusahaan tentu saja berbeda-beda tergantung bagaimana suatu

    perusahaan tersebut nilai jualnya di bursa saham. Harga saham setiap saat akan

    mengalami perubahan. Dalam dunia saham telah diketahui dua faktor yang

    sedikitnya mempengaruhi harga saham. Yaitu faktor internal dan eksternal.

    Berikut penjelasan dari 2 faktor tersebut :

    Faktor internal harga saham :

    Faktor ini biasanya dipengaruhi dari si penjual atau kemampuan dari suatu

    perusahaan tersebut dalam menangani kinerja perusahaan baik ekonomi dan

    manajemen finansialnya. Bagaimana perusahaan tersebut bisa memanage modal

    yang ada, mengatur kegiatan dari operasioanal perusahaan tersebut, bagaimana

    perusahaan tersebut bisa menarik keuntungan dari operasionalnya.

    Faktor eksternal harga saham :

    Faktor eksternal biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terjadi

    di suatu negara. Misalkan di Indonesia, harga saham bisa saja dipengaruhi oleh

    kondisi kurs rupiah dan inflasi yang terjadi saat ini atau bulan ini. Huru hara yang

    terjadi di suatu negara juga kerap dapat mempengaruhi harga saham

    Jika dilihat dari faktor-faktor diatas informasi adalah sesuatu yang sangat

    penting bagi investor untuk memilih saham mana yang akan dijadikan sebagai alat

    investasinya. Maka dari itu manajer harus dapat memberikan sinyal yang dapat

    meyakinkan investor (publik) sehingga investor akan merespon secara positif

    informasi tersebut.

  • 7

    Likuiditas

    Likuiditas adalah kemampuan perusahan dalam memenuhi kewajiban

    jangka pendeknya atau kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas.

    Sehingga suatu saham dapat dikatakan likuid jika saham tersebut dapat dengan

    mudah ditukarkan atau diubah menjadi uang

    Likuiditas saham merupakan salah satu indikator untuk melihat pasar

    bereaksi terhadap suatu pengumuman. Likuiditas saham dapat dilihat dari volume

    perdagangan yang terjadi pada suatu saham. Volume perdagangan saham (trading

    volume actvitiy) merupakan rasio antara jumlah lembar saham diperdagangankan

    pada waktu tertentu dengan jumlah lembar saham yang beredar pada waktu

    tertentu (Husnan dkk, 2005).

    Return Saham

    Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi (Halim, 2005).

    Return dibedakan menjadi dua yaitu return yang telah terjadi (actual return) yang

    dihitung berdasarkan data historis, dan return yang diharapkan (expected return)

    akan diperoleh investor dimasa depan. Dua komponen return yaitu untung/rugi

    modal (capital gain/loss) dan imbal hasil (yield). Capital gain/loss merupakan

    keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual

    (harga beli) di atas harga beli (harg jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder.

    Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor

    secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam

  • 8

    bentuk persentase. Dari kedua komponen return tersebut dapat dihitung total

    return dengan cara menjumlahkannya.

    Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang

    sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return

    ekspetasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak

    normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi

    dengan return ekspetasian ( Jogiyanto, 2009).

    Menurut Brown dan Warner (1985), mengestimasi return ekspetasian

    dapat menggunakan tiga model estimasi yaitu

    1. Mean-adjusted model

    Model ini menganggap bahwa return ekspetasian berniai konstan yang

    sama dengan rata-rata return realisasian sebelumnya selama periode estimasi,

    sebagai berikut :

    Dimana :

    E(Rit) = return ekspetasi sekuritas ke-I pada periode peristiwa ke-t.

    Ri,j = return realisasi sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-j.

    t = lamanya periode estimasi.

    2. Market model

  • 9

    Model ini dilakukan dengan dua tahap, yaiti membentuk model ekpetasi

    dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan

    model ekspetasi ini untuk mengestimasi return ekpetasi di periode jendela. Model

    ekspetasi dapat dibentuk menggunkan teknik regresi OLS dengan persamaan :

    Ri.j = αi + βi.Rmj + εit

    Dimana :

    Ri,j = return realisasi sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-j.

    αi = intercept untuk sekuritas ke-i.

    βi = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i.

    Rmj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung

    dengan rumus Rmj=(IHSG-IHSGj-t)/IHSGj-1 dengan IHSG adalah Indeks

    Harga Saham Gabungan.

    εi = kesalahan residu sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-j.

    3. Market-adjusted model.

    Model sesuaian pasar menganggap bahwa penduga yang tebaik untuk

    mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.

    Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi

    untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah

    sama dengan indeks pasar.

  • 10

    Menurut Wismoyojati dan Steelyaana (2011, dalam Didit Herlianto

    (2010:65-66) return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung

    berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja

    perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko dimasa mendatang.

    Return ekspetasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan

    masih bersifat tidak pasti.

    Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian

    (uncertainty) antara retun yang akan diperoleh dengan risko yang akan dihadapi.

    Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dengan risiko yang akan

    dihadapinya. Semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return

    ekspetasi memiliki hubungan postif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasa

    dikolerasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula

    (high risk high retun, low risk lo return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu

    harus disertai dengan investasi yang berisiko.

    Mehta, dkk (2011) menyatakan bahwa keputusan untuk melakukan stock

    split juga di perankan oleh manager, dan tentu yang diharapkan dari pemecahan

    juga dapat membawa harga saham ke rentang perdagangan yang populer. Namun

    di sisi lain pemecahan saham ini hanya dianggap kosmetik saja bagi perusahaan.

    Perumusan Hipotesis

    Perbedaan Harga Saham Sebelum dan Setelah Stock Split

    Harga saham adalah salah satu indikator bagi perusahaan untuk

    memberikan informasi kepada calon investor agar investor bersedia berinvestasi.

    Oleh karena itu harga saham juga dapat menentukan kebijakan perusahaan terkait

  • 11

    dengan keputusan stock split, ketika harga terlalu tinggi perusahaan akan

    mengeluarkan kebijakan pemecahan saham untuk meningkatkan likuiditas saham.

    Hasil penelitian Nurfitiri dan Tjun (2009) menyatakan bahwa peristiwa

    pemecahan saham mengakibatkan harga saham turun secara signifikan, dengan

    menurunnya harga saham akan menarik investor untuk membeli saham-saham

    tersebut. Riyadi dan Andrefa (2013 menyatakan hasil serupa bahwa terdapat

    perbedaan tingkat harga saham sebelum stock split dan sesudah stock split

    walaupun berita tentang stock split belum dikeluarkan oleh emiten.Berdasarkan

    hal tersebut diatas, maka hipotesis pertama penelitian ini adalah:

    H1: Terdapat perbedaan harga saham sebelum dan setelah pemecahan saham

    (Stock Split).

    Perbedaan Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split

    Salah satu faktor untuk mengukur tingkat likuiditas saham adalah dengan

    menggunakan Trading Volume Activity (TVA). Perkembangan volume

    perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara permintaan dan penawaran

    yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor ( Ang, 1997).

    Tujuan utama stock split terhadap likuiditas saham adalah agar membuat

    saham perusahaan lebih likuid, maksudnya adalah kemudahan untuk

    memperjualbelikan saham dan lebih sering diperdagangkan di bursa. Saham yang

    tidak likuid sering kali disebabkan oleh dua hal yaitu harga saham yang terlalu

    tinggi dan jumlah saham yang diperdagangkan terlalu sedikit. Oleh sebab itu

    dengan strategi pemecahan saham membuat jumlah saham yang beredar lebih

  • 12

    banyak dan harga saham lebih murah. Sehingga diharapkan calon investor tertarik

    untuk melakukan investasi (Muharam, 2009).

    Hasil penelitian sebelumnya oleh Nurfitri dan Tjun (2009) bahwa terdapat

    perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan setelah stock split pada

    perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia. Sehingga salah satu cara yang

    dilakukan oleh emiten untuk menaikkan likuiditas saham dengan cara melakukan

    pemecahan saham. Semakin saham tersebut likuid maka dari itu mendapatkan

    return akan semakin besar. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hipotesis kedua

    penelitian ini adalah :

    H2: Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan setelah stock

    split.

    Perbedaan Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split

    Menurut Sutrisno (2000) menunjukkan bahwa stock split hanya

    mempengaruhi harga, volume perdagangan dan persentase spread, tetapi tidak

    mempengaruhi varians dan abnormal return baik ditinjau secara individual

    maupun sebagai sebuah portofolio. Sedangkan pengujian hubungan antara

    persentase spread terhadap harga, volume, dan varians untuk masing – masing

    saham menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh secara

    signifikan terhadap spread. Sebaliknya, jika ditinjau sebagai sebuah portofolio,

    hanya harga yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap spread.

    Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa return saham adalah hasil atau

    tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang saham terhadap investasi yang telah

  • 13

    dilakukan. Jika tingkat keuntungan akan investasi tersebut tidak ada, maka

    investor akan berpikir ulang untuk melakukan investasi kembali. Jadi setiap

    investasi baik jangka pendek ataupun jangka panjang memiliki tujuan utama yaitu

    memperoleh keuntungan yang disebut sebagai return (Wijanarko, 2004, dalam

    Ang, 1997)

    Menurut Wijanarko (2012) pemecahan saham menyebabkan harga saham

    menjadi lebih murah sehingga terjangkau oleh calon investor, dengan demikian

    diharapkan aktivitas perdagangan saham tersebut meningkat. Meningkatnya

    aktivitas perdagangan saham akan menyebabkan fluktuasi harga saham tersebut

    menjadi tinggi, tingginya fluktuasi harga saham diharapkan diiringi dengan

    tingginya return saham yang akan diterima oleh investor.

    Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hipotesis ketiga penelitian ini

    adalah:

    H3: Terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan setelah pemecahan

    saham (Stock Split).

    Metode Penelitian

    Populasi dan Sampel

    Populasi dari penelitian ini adalah emiten yang terdaftar pada Bursa Efek

    Indonesia yang mengeluarkan kebijakan stock split. Pemilihan sampel penelitian

    ini menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik yang digunakan apabila

  • 14

    anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian. Sampel

    dalam penelitian ini adalah emiten yang melakukan stock split periode tahun

    2010-2012 dan mempunyai kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang harus

    dipenuhi oleh emiten yang melakukan kebijakan stock split, sebagai berikut

    :

    1. Emiten yang melakukan kebijakan stock split di Bursa Efek Indonesia

    periode tahun 2010-2012.

    2. Diketahui tanggal pengumuman stock split..

    3. Saham yang aktif diperdagangkan pada tahun 2010-2012,

    Metode Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder . Data

    yang digunakan adalah data historis. Data-data tersebut diperoleh dari Indonesia

    Capital Market directory (ICMD) 2010 sampai dengan 2012,

    www.yahoofinance.com, www.sahamok.com dan www.idx.co.id

    Teknik Analisis Data

    Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik

    analisis event study. Periode pengamatan yang digunakan adalah 5 hari sebelum

    pemecahan saham dan 5 hari setelah pemecahan saham.

    Variabel-variabel terikat yang dipakai pada penelitian ini adalah :

    1. Harga saham, harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan

    (closing price) harian 5 hari sebelum pemecahan saham (t -5), periode

    http://www.yahoofinance.com/http://www.sahamok.com/

  • 15

    peristiwa (t 0) dan 5 hari setelah pemecahan saham ( t +5). Kemudian

    dihitung secara rata-rata harga saham sebelum dan setelah pemecahan saham

    dari sampel penelitian.

    2. Likuiditas saham, adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham tertentu

    dengan volume perdagangan saham di pasar modal dalam periode tertentu.

    Likuiditas saham diukur dengan TVA (Trading Volume Activity) yang

    dirumuskan sebagai berikut :

    TVAit =

    3. Abnormal return saham, abnormal return saham diperoleh dari perubahan

    harga saham. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan

    (closing price) harian. Abnormal return saham dihitung dengan langkah

    sebagai berikut :

    Langkah pertama menghitung return saham harian :

    Keterangan :

    Rit= Return Saham

    Pit = Harga penutupan saham pada hari t

  • 16

    Pit-1=Harga penutupan saham pada hari t-1

    Langkah kedua menghitung return pasar harian :

    Keterangan :

    Rmt = Return pasar

    IHSGt = IHSG pada tanggal t

    IHSGt-1 = IHSG pada tanggal t-1

    Langkah ketiga menghitung abnormal return masing-masing saham.

    Penelitian ini menggunakan metode Market-adjusted model dengan

    menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi

    untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi

    adalah sama dengan indeks pasar. Sehingga abnormal return dapat

    diperoleh dengan cara :

    E(Rit) = Rmt, sehingga

    Arit = Rit-Rmt

    Keterangan :

    ARit = Abnormal return saham i pada hari ke t.

    Rit = Actual return saham i pada hari ke t.

  • 17

    E(Rit) = Expected return saham i pada hari ke t.

    Langkah keempat menghitung rata-rata abnormal return seluruh saham

    pada hari ke t :

    Keterangan :

    AARit = average abnormal return

    n = total saham yang dijadikan sampel

    = total abnormal return

    Sebelum melakukan uji tes statistik pada tahap selanjutnya sebaiknya

    dilakukan statistik deskriptif dengan memasukkan semua rata-rata variabel dari

    semua emiten sampel untuk mengetahui nilai minimum, maksimum, mean dan

    standar deviasi dari tiap-tiap variabel. Setelah uji statistik deskriptif, dilanjutkan

    dengan uji normalitas pada tiap variabel penelitian dengan menggunakan uji

    normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov).

    Selanjutnya untuk menguji perbedaan rata-rata harga saham, trading

    volume activity dan abnormal return saham sebelum dan setelah pemecahan akan

    menggunakan uji t-test khususnya uji beda dua rata-rata (uji paired two sample for

    means) apabila data berdistribusi normal, dan uji t:wilcoxon apabila data tidak

  • 18

    berdistribusi normal dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product

    Service Solution) 20.

    Analisis Data dan Pembahasan

    Deskripsi Statistik

    Uji deskripsi statistik dilakukan dengan pengumpulan dan peringkasan

    data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data-data statistik yang diperoleh

    masih bersifat acak, “mentah” dan tidak terorganisir dengan baik (raw data).

    Dalam deskripsi statistik data disajikan berupa nilai minimum, maksimum, rata-

    rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel.

    Analisis uji deskripsi statistik variabel harga saham, variabel abnormal

    return saham, variabel trading volume activity sebelum dan setelah stock split

    disajikan pada tabel berikut ini.

    Tabel 1

    Statistik Deskriptif

    Harga Saham Abnormal Return TVA

    Kode

    Emiten Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

    CPIN 980 1015 -0.0055 0.0046 0.00083 0.00154

    DILD 642 577 0.0009 0.0032 0.00135 0.00186

    MTSM 750 730 0.0032 -0.0032 0.00003 0.00001

    JTPE 296 291 -0.0034 0.0029 0.00718 0.00633

    SSIA 540 337 -0.0020 0.0025 0.00502 0.01080

    AUTO 3200 3733 -0.0271 0.0226 0.00010 0.00020

    MAIN 1066 1028 0.0061 -0.0034 0.00362 0.00330

    PBRX 491 469 0.0019 -0.0016 0.00681 0.00184

    INTA 728 700 -0.0072 0.0055 0.01841 0.00896

    BTPN 2234 2504 -0.0204 0.0170 0.00040 0.00027

  • 19

    LSIP 2166 2233 -0.0076 0.0058 0.00428 0.00235

    BBRI 5035 5017 -0.0003 0.0002 0.00368 0.00217

    ACES 701 730 0.0040 -0.0033 0.00026 0.00060

    KLBF 928 970 -0.0115 0.0096 0.00114 0.00068

    IDKM 1130 1058 0.0046 -0.0076 0.00049 0.00030

    KREN 232 222 0.0115 -0.0096 0.00067 0.00010

    DKFT-2 372 352 0.0377 -0.0215 0.01235 0.00313

    MDRN 616 675 -0.0233 0.0194 0.00030 0.00081

    INDS 3971 3950 0.0076 -0.0102 0.00100 0.00143

    IMAS 7805 7708 -0.0011 0.0010 0.00096 0.00095

    ASII 6425 6708 0.0049 -0.0016 0.00106 0.00078

    PWON 202 207 -0.0018 0.0015 0.00079 0.00031

    PTRO 4413 4425 0.0009 -0.0092 0.00165 0.00553

    Min 202 207 -0.0271 -0.0215 0.0000 0.0000

    Max 7805 7708 0.0377 0.0226 0.0184 0.0108

    Mean 928 970 -0.0003 0.0010 0.0011 0.0014

    Std.Dev 2157.9 2200.52 0.0129 0.0100 0.0045 0.0029

    Sumber : data yang diolah.

    Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa :

    Pada variabel harga saham sebelum stock split, nilai mean diketahui

    sebesar Rp 1887,79 dengan standar deviasi Rp 2134,86. Sedangkan pada saat

    setelah stock split, nilai mean sebesar 1915,58 dengan standar deviasi 2178,22.

    Dengan kenaikkan nilai rata-rata harga saham menunjukkan bahwa dengan

    peristiwa stock split menimbulkan dampak harga saham naik.

    Keputusan stock split dilakukan oleh emiten dengan harga saham rendah

    seperti PT Central Omega Resources Tbk., PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk., PT

    Surya Semesta Internusa Tbk., PT Kresna Graha Sekurindo Tbk., PT Pakuwon

    Jati Tbk lebih mengindikasikan bahwa perusahaan ingin memberikan reaksi pada

    pasar yang positif terhadap harga saham walaupun harga saham emiten tersebut

    tergolong murah.

  • 20

    Rata-rata harga saham, saat sebelum maupun setelah stock split

    menunjukkan nilai mean yang lebih kecil daripada nilai standar deviasinya,

    sehingga semakin besar nilai standar deviasi menandakan bahwa semakin

    menyebar data pengamatan, dan memiliki kecenderungan setiap data berbeda satu

    sama lain.

    Pada variabel TVA, diketahui nilai mean TVA sebesar 0,32% dengan

    standar deviasi sebesar 0,0044 dan nilai terendah TVA pada saat sebelum stock

    split adalah sebesar 0, dan tertinggi TVA adalah sebesar 1,84%. Sedangkan pada

    saat setelah stock split, diketahui nilai mean sebesar 0,51% dengan standar deviasi

    0,0136 dan nilai terendah TVA 0, dan tertinggi TVA 6,75%.

    Nilai standar deviasi sebelum stock split 0,0044 dan setelah stock split

    0,0136 menunjukkan nilai penyimpangan yang jauh dari nilai yang diharapkan.

    Nilai minimum trading volume activity menunjukkan 0% hal ini membuktikan

    bahwa tidak semua saham yang melakukan stock split akan berdampak signifikan

    terhadap trading volume activity sehingga belum pasti peristiwa stock split akan

    meningkatkan likuiditas saham.

    Rata-rata variabel TVA sebelum maupun setelah stock split, menunjukkan

    nilai 0,32% dan 0,51% sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

    keseluruhan emiten yang melakukan stock split memberikan dampak kenaikkan

    likuiditas saham dilihat dari kenaikkan rata-rata (mean) sebesar 0,19%.

    Pada variabel AAR, nilai terendah pada saat sebelum maupun setelah stock

    split adalah sebesar -2,71% dan -8,11%. Nilai tertinggi sebesar 9,73% dan 2,26%.

    Namun secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai rata-rata average abnormal

  • 21

    return sebelum dan setelah stock split sebesar 0,29% dan -0,24% hal tersebut

    mengindikasikan bahwa peristiwa stock split memberikan dampak reaksi pelaku

    pasar yang negatif. Nilai standar deviasi sebesar 0,0238 dan 0,0194 menunjukkan

    penyimpangan yang wajar antara nilai yang diperoleh dengan nilai yang

    diharapkan ditunjukkan oleh nilai standar deviasi untuk average abnormal return

    yang tidak terlalu jauh jaraknya.

    Analisis Pengujian Hipotesis

    Sebelum melakukan pengujian hipotesis, akan dilakukan analisis data

    variabel dengan membandingkan nilai rata-rata dari masing-masing variabel pada

    periode sebelum dan setelah stock split, dimana periodenya adalah lima hari

    sebelum stock split dan lima hari setelah stock split. Hasil dari analisis data

    disajikan dalam tabel berikut :

    Tabel 2

    Rata-Rata Variabel Harga Saham, TVA, dan AAR Pada

    Periode Pengamatan

    Harga Saham TVA AAR

    -5 1892.94 0.0084 0.0095

    -4 1906.57 0.0168 -0.0041

    -3 1883.40 0.0035 -0.0103

    -2 1874.86 0.0077 -0.0085

    -1 1880.83 0.0023 0.0275

    Even date 1898.63 0.0079 -0.0164

    1 1912.96 0.0025 0.0115

    2 1917.92 0.0056 0.0031

    3 1937.04 0.0040 -0.0062

    4 1916.88 0.0076 -0.0135

    5 1910.21 0.0027 0.0074

    Sumber : Data yang diolah.

  • 22

    Tabel 2 menunjukkan data rata-rata dari 23 perusahaan sampel selama 11

    hari perdagangan. Dari tabel tersebut dapat dilihat pada hari setelah tanggal stock

    split rata-rata harga saham dari 23 perusahaan mengalami peningkatan, terutama

    pada hari ke tiga setelah stock split harga saham berada pada titik rata-rata harga

    saham tertinggi selama periode pengamatan yaitu sebesar Rp 1937,04. Pada tabel

    4.2 juga menunjukkan nilai rata-rata tertinggi TVA saham sebelum stock split

    pada hari ke empat sebelum stock split yaitu sebesar 1,68%, namun pada waktu

    setelah stock split nilai rata-rata TVA cenderung naik turun dan berada di atas

    rata-rata setelah peristiwa.

    Melihat pergerakan rata-rata abnormal return pada tabel 4.2 setelah hari

    kejadian stock split terjadi lonjakan rata-rata abnormal return seiring dengan

    melonjaknya harga saham pada hari setelah kejadian. Dengan menaikkan harga

    saham tersebut tentu berdampak positif pada abnormal return yang diperoleh

    investor.

    Pengujian Normalitas Data

    Sebelum melakukan uji statistik, langkah awal yang perlu dilakukan

    adalah melakukan uji normalitas data terhadap masing-masing variabel untuk

    menguji data tersebut normal atau tidak. Uji normalitas data yang digunakan

    adalah Kolmogorov-Smirnov test. Langkah selanjutnya pada uji ini adalah

    menentukkan hipotesanya, sebagai berikut : ( Uyanto, 2009)

    H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

    H1 : Data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

  • 23

    Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0

    berdasarkan P-value adalah sebagai berikut:

    Jika P-value < α , maka H0 ditolak.

    Jika P-value ≥ α , maka H0 tidak dapat ditolak.

    Pengujian Normalitas Data Variabel Harga Saham

    Berikut dibawah ini adalah hasil pengujian normalitas data pada variabel

    harga saham :

    Tabel 3

    Uji Normalitas Data Variabel Harga Saham Sebelum

    dan Setelah Stock Split

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    HargaSebeleum HargaSetelah

    N 23 23

    Normal Parametersa,b

    Mean 1939.87 1984.30

    Std. Deviation 2167.194 2200.411

    Most Extreme Differences

    Absolute .298 .315

    Positive .298 .315

    Negative -.211 -.210

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.428 1.512

    Asymp. Sig. (2-tailed) .034 .021

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

    Sumber : Output SPSS 20, (data diolah, 2014)

    Berdasarakan hasil uji normalitas pada variabel harga saham dapat terlihat

    bahwa nilai signifikansi harga saham sebelum maupun setelah stock split berada

    dibawah 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau dapat diartikan

    bahwa data tidak berdistribusi normal.

  • 24

    Pengujian Normalitas Data Variabel Trading Volume Activity

    Berikut dibawah ini adalah hasil pengujian normalitas data pada variabel

    Trading Volume Activity :

    Tabel 4

    Uji Normalitas Data Variabel Trading Volume Activity

    Sebelum dan Setelah Stock Split

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    TVASebelum TVASetelah

    N 23 23

    Normal Parametersa,b

    Mean .003147 .002359

    Std. Deviation .0044873 .0029006

    Most Extreme Differences

    Absolute .283 .240

    Positive .283 .240

    Negative -.244 -.209

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.356 1.153

    Asymp. Sig. (2-tailed) .050 .140

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

    Sumber : Output SPSS 20, (data diolah, 2014)

    Berdasarakan hasil uji normalitas pada variabel TVA dapat terlihat bahwa

    nilai signifikansi harga saham sebelum maupun setelah stock split berada diatas

    0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau dapat diartikan bahwa data

    berdistribusi normal.

    Pengujian Normalitas Data Variabel Average Abnormal Return

    Berikut dibawah ini adalah hasil pengujian normalitas data pada variabel

    Average Abnormal Return :

    Tabel 5

    Uji Normalitas Data Variabel Average Abnormal Return

    Sebelum dan Setelah Stock Split

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  • 25

    AARSebelum AARSetelah

    N 23 23

    Normal Parametersa,b

    Mean -.001213 .001070

    Std. Deviation .0129281 .0099861

    Most Extreme Differences

    Absolute .161 .144

    Positive .161 .144

    Negative -.137 -.110

    Kolmogorov-Smirnov Z .771 .690

    Asymp. Sig. (2-tailed) .592 .727

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

    Sumber : Output SPSS 20, (data diolah, 2014)

    Berdasarakan hasil uji normalitas pada variabel AAR dapat terlihat bahwa

    nilai signifikansi Average Abnormal Return stock split berada diatas 0,05. Hasil

    ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau dapat diartikan bahwa data berdistribusi

    normal.

    Pengujian Hipotesis

    Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, akan ditentukan terlebih dahulu

    hipotesis unutuk uji peringkat bertanda wilcoxon yang merupakan alternatif dari

    uji-t dua sampel berpasangan(paired-samples t-test) sebagai berikut: (Stanislaus

    S. Uyanto, 2009)

    H0 : η1 = η2

    H1 : η1 ≠ η2

    H0 diterima jika sig. > dari tingkat signifikansi α ( 0,05 ), sedangkan H0

    ditolak atau H1 diterima jika sig. < dari tingkat signifikansi α (0,05 ). Berikut ini

    adalah hasil Uji T:Wilcoxon terhadap variabel penelitian :

    Tabel 6

    Hasil Uji T:Wilcoxon Harga Saham, TVA, AAR Sebelum dan Setelah Stock Split

  • 26

    Variabel Z Hitung P-value Kesimpulan

    Harga saham sebelum dan

    setelah Stock split -0.806 0.420 Tidak Signifikan

    Tva sebelum & setelah

    Stock split -1.156 0.248 Tidak Signifikan

    AAR Sebelum & setelah

    Stock split -0.304 0.761 Tidak Signifikan

    Sumber : Data diolah, 2014.

    Hipotesis Pertama

    Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan harga

    saham yang signifikan sebelum dan setelah stock split. Untuk menguji hipotesis

    pertama data yang digunakan adalah rata-rata harga saham sebelum dan setelah

    stock split dari 23 sampel penelitian. Pengujian perbedaan harga saham

    menggunakan Uji T:Wilcoxon.

    Dengan melihat tabel 4.6 maka diketahui Z-hitung sebesar -0,806 yang

    lebih besar dibandingkan t Tabel -1,95, karena nilai signifikansi juga lebih besar

    dari signifikansi 0,05 yaitu 0,420 maka H1 ditolak yang berarti tidak ada

    perbedaan pada harga saham saat sebelum maupun setelah Stock Split.

    Hipotesis Kedua

    Hipotesis kedua pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan trading

    volume activity yang signifikan sebelum dan setelah stock split. Untuk menguji

    hipotesis kedua data yang digunakan adalah rata-rata trading volume activity

    sebelum dan setelah stock split dari 23 sampel penelitian. Pengujian perbedaan

    trading volume activity menggunakan Uji T:Wilcoxon.

    Dengan melihat tabel 4.6 maka diketahui Z-hitung sebesar -1,156 yang

    lebih besar dibandingkan t Tabel -1,95, karena nilai signifikansi juga lebih besar

  • 27

    dari signifikansi 0,05 yaitu 0,248 maka H2 ditolak yang berarti tidak ada

    perbedaan Trading Volume Activity saat sebelum maupun setelah Stock Split.

    Hipotesis Ketiga

    Hipotesis ketiga pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan abnormal

    return yang signifikan sebelum dan setelah stock split. Untuk menguji hipotesis

    ketiga data yang digunakan adalah rata-rata abnormal return sebelum dan setelah

    stock split dari 23 sampel penelitian. Pengujian perbedaan abnormal return

    menggunakan Uji T:Wilcoxon.

    Dengan melihat tabel 4.6 maka diketahui Z-hitung sebesar -0,304 yang

    lebih besar dibandingkan t Tabel -1,95, karena nilai signifikansi juga lebih besar

    dari signifikansi 0,05 yaitu 0,761 maka H3 ditolak yang berarti tidak ada

    perbedaan abnormal return saat sebelum maupun setelah Stock Split.

    Pembahasan Hasil Penelitian

    Perbedaan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split

    Perusahaan melakukan kebijakan Stock Split memiliki tujuan untuk

    meningkatkan transaksi yang terjadi karena dengan adanya permecahan saham

    akan menurunkan harga saham yang kemudian meningkatkan daya tarik investor

    sehingga jumlah saham yang diperdagangkan akan bertambah dengan harapan

    terjadi peningkatan harga saham. Hal ini sejalan dengan Signalyng Theory yang

    menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif dari perusahaan

    kepada publik.

    Berdasarkan hasil penelitian pada harga saham selama lima hari sebelum

    dan lima hari setelah pemecahan saham terhadap 23 perusahaan sampel secara

  • 28

    keseluruhan diketahui tidak terdapat perbedaan harga saham sebelum dan setelah

    pemecahan saham. Hal ini kemungkinan yang terjadi adalah investor tidak

    memandang pemecahan saham sebagai sinyal yang diberikan emiten akan prospek

    dimasa yang akan datang sehingga aktivitas pemecahan saham hanya bersifat

    ‘kosmetik’.

    Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Wang Sutrisna

    (2000) yang menyimpulkan bahwa aktifitas split mempunyai pengaruh yang

    signifikan terhadap harga saham. Namun hasil penelitian ini mendukung hasil

    penelitian Hendrawijaya Dj (2009) yang menyatakan rata rata harga saham selama

    periode peristiwa, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan rata rata harga

    saham yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah pengumuman

    pemecahan saham.

    Perbedaan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Stock Split

    Berdasarkan hasil penelitian pada trading volume activity selama lima hari

    sebelum dan lima hari setelah pemecahan saham terhadap 23 perusahaan sampel

    secara keseluruhan diketahui tidak terdapat perbedaan trading volume activity.

    Trading Range Theory atau Liquidity Hypotheses menyatakan bahwa

    manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang

    konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga

    harga saham tidak terlalu mahal. Di mana selanjutnya nilai nominal saham

    dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham. Tujuan dari

    pemecahan nilai nominal saham adalah untuk meningkatkan daya beli investor

    sehingga akan tetap banyak pelaku pasar modal yang mau memperjualbelikan

  • 29

    saham yang bersangkutan. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan

    likuiditas saham.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa trading volume activity tidak

    membawa dampak meningkatnya likuiditas saham karena motivasi emiten

    melakukan pemecahan saham adalah agar tingkat perdagangan berada dalam

    kondisi yang lebih baik, yaitu harga saham berada range optimal.

    Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya, Utami et.al

    (2009) menyatakan bahwa baik pada pasangan periode sebelum-saat, saat-

    sesudah, maupun sebelum-sesudah pengumuman stock split tidak terdapat

    perbedaan pada aktivitas volume perdagangaan saham. Hendrawijaya Dj (2009)

    mengungkapkan hal serupa bahwa pada periode sebelum dan sesudah

    pengumuman pemecahaan saham, secara statistik menunjukkan bahwa tidak

    terdapat perbedaan yang signifikan antara TVA sebelum dan sesudah pemecahan

    saham.

    Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian

    sebelumnya, Latifah (2007) menyatakan ada kenaikkan atau perubahan yang

    signifikan sebesar 3.247.458 lembar per hari, berarti volume transaksi saham

    menigkat.

    Perbedaan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split

    Berdasarkan hasil penelitian pada abnormal return selama lima hari

    sebelum dan lima hari setelah pemecahan saham terhadap 23 perusahaan sampel

    secara keseluruhan diketahui tidak terdapat perbedaan abnormal return.

  • 30

    Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

    oleh Hafiyah (2005) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

    antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman, baik stock

    split maupun reverse split. Dengan demikian menunjukkan bahwa pengumuman

    stock split dan reverse split tidak mempengaruhi keputusan investor dalam

    melakukan transaksi di pasar modal yang dilihat dari tingkat keuntungan (sebelum

    dan sesudah stock split dan reverse split). Hendrawijaya Dj (2009) juga

    menyatakan bahwa dari hasil uji beda terhadap rata-rata abnormal return pada

    periode sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham, secara statistik

    menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal

    return sebelum dan sesudah peristiwa.

    Corporate action mengenai pemecahan saham sering dikaitkan dengan

    Signaling Theory yang menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal

    yang informatif kepada investor mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan

    datang. Bila dikaitkan dengan abnormal return maka hal ini tidak memberikan

    sinyal yang positif bagi investor mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan

    datang.

    Uraian diatas telah menjelaskan bahwa pemecahan saham yang dilakukan

    oleh emiten memberikan dampak yang tidak signifikan terhadap harga saham,

    trading volume activity, abnormal return saham. Beberapa faktor diluar

    pemecahan saham dapat menjadi penyebabnya.

    Faktor tersebut dapat berasal dari internal perusahaan seperti

    kepemimpinan dan pengaruh struktur industrinya, kinerja perusahaan, prospek

  • 31

    perusahaan dan lain sebagainya. Dapat juga berasal dari faktor eksternal

    perusahaan seperti ketidakstabilan ekonomi dan politik di Indonesia, persepsi

    pasar terhadap fundamental yang melekat pada suatu saham, kebijakan regulator

    maupun isu-isu yang dapat mempengaruhi reaksi pasar. Faktor-faktor tersebut

    diyakini dapat mempengaruhi investor untuk melakukan transaksi pemecahan

    saham (Stock Split).

    Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah pemecahan saham

    (stock split) memberikan dampak yang signifikan terhadap likuiditas saham dan

    return saham. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap hipotesis, maka dapat

    diambil kesimpulan sebagai berikut :

    1. Dari hasil analisis terhadap rata rata harga saham selama periode peristiwa

    pada 23 perusahaan, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan rata rata

    harga saham yang signifikan sebelum maupun setelah stock split. Hal ini

    mengindikasikan bahwa peristiwa stock split tidak membawa dampak

    perubahan yang signifikan terhadap harga saham.

    2. Dari hasil analisis terhadap rata rata trading volume activity sebelum dan

    setelah stock split, menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat

    perbedaan yang signifikan terhadap rata rata trading volume activity

    sebelum dan setelah stock split. Salah satu indikator likuiditas saham dapat

    dilihat melalui perhitungan aktivitas volume perdagangan (Trading

  • 32

    Volume Activity) saham sehingga hal ini mengindikasikan bahwa stock

    split tidak memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap

    trading volume activity dengan kata lain volume perdagangan tidak terjadi

    perubahan dan tidak memberikan dampak pula terhadap likuiditas saham.

    3. Dari hasil analisis terhadap rata rata abnormal return saham selama

    periode peristiwa, tidak ditemukan perbedaan rata rata abnormal return

    saham sebelum dan setelah stock split. Hal ini mengindikasikan bahwa

    tidak terjadi perubahan retun saham karena perusahaan tidak memberikan

    informasi yang baik terkait dengan kondisi perusahaan sehingga tidak ada

    sinyal positif di sekitar pengumuman stock split kepada investor.

    Saran

    Berdasarkan kesimpulan hasil analisis dampak stock split terhadap

    likuiditas saham dan return saham pada emiten yang terdaftar di BEI (Bursa Efek

    Indonesia) tahun 2010-2012, dan keterbatasan penulis atas berbagai hal, dapat

    diajukan beberapa saran sebagai berikut :

    1. Bagi investor atau calon investor

    Peristiwa stock split tidak dapat digunakan sebagai acuan oleh investor

    yang hendak melakukan transaksi saham pada saat pemecahan saham.

    Sehingga kebijakan stock split tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya

    tolok ukur calon investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi.

    Dalam melakukan keputusan investasinya, para investor sebaiknya

    memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

    Karena kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat digunakan

  • 33

    sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi yang tepat guna

    memperoleh keuntungan.

    2. Bagi Penelitian Selanjutnya

    Adanya keterbatasan penelitian pada proses pengambilan sampel yang

    tidak mempertimbangkan kejadian di luar stock split yang menimbulkan

    confounding effect sehingga menyebabkan adanya bias hasil penelitian.

    Oleh karena itu pada penelitian mendatang dapat mempertimbangkan

    kejadian di luar stock split.

    Daftar pustaka

    Alghifari, 2010, Statistika deskriptif Plus Untuk Ekonomi dan Bisnis, UPP STIM

    YKPN, Yogyakarta.

    Ang, Robert, 1997, Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia

    Jakarta.

    Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2009. Dasar-dasar Manajemen

    Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto,

    Salemba Empat, Jakarta.

  • 34

    Brealey, Richard A., 2008, Dasar-dasar manajemen keuangan perusahaan,

    Erlangga.

    Dividen, “Dividen dan pemecahan saham,” Kumpulan Artikel Ekonomi,

    http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com/2009/06/dividen.html ,

    (diakses 29 Januari 2013).

    Harjum Muharam, Hanung Sakti. “Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Kinerja

    Keuangan, dan Return Saham di Sekitar Pengumuman Stock Split.” Jurnal

    The Winners, Vol9, No1, Maret 2008.

    Hernendiastoro,. 2005. “ Pengaruh Kinerja Perusahaan dan Kondisi konomi.”

    eprints.undip.ac.id .

    Jogiyanto, 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE Yogyakarta,

    Yogyakarta.

    Kerangka Teori, http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00005-

    AK%20bab%202.pdf, (diakses29 Januari 2013).

    Latifah, 2007, “ Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Perdagangan Saham Di

    Bursa Efek Jakarta, “ Fokus Ekonomi, Vol2, No2, Desember 2007.

    Nurfitri, Tjun Tjun, 2009, “ Pengaruh Kebijakan Stock Split Terhadap Harga

    Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Go Public Yang

    Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia, “ www.repsoitory.maranatha.edu,

    ( diakses 14 April 2014).

    Manurung, Teori Struktur Mikro Pasar,

    http://www.finansialbisnis.com/Data2/Riset/Teori%20Struktur%20Mikro

    %20Pasar.pdf, (diakses 29 Januari 2013)

    Muttaqinhasyim, 2009, Teori Pemecahan Saham,

    http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/19/tinjauan-teoritis-

    pemecahan-saham-stock-split/ , (diakses 29 Januari 2013).

    Rusliati, Farida, 2010, “Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas dan Return

    Saham, “ Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol12, N03, Desember 2010.

    Samsul, 2006, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta.

    Sartini, 2013, “ Pengujian Efisiensi Pasar Modal Atas Peristiwa Pengumuman

    Stock Split Periode Tahun 2010-2011 Di Bursa Efek Indonesia, “

    www.academia.edu, (diakses 14 April 2014).

    Stanislaus, S., 2009, Pedoman Analisis Data Dengan SPSS, Yogyakarta,

    Indonesia.

    http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com/2009/06/dividen.htmlhttp://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00005-AK%20bab%202.pdfhttp://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00005-AK%20bab%202.pdfhttp://www.repsoitory.maranatha.edu/http://www.finansialbisnis.com/Data2/Riset/Teori%20Struktur%20Mikro%20Pasar.pdfhttp://www.finansialbisnis.com/Data2/Riset/Teori%20Struktur%20Mikro%20Pasar.pdfhttp://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/19/tinjauan-teoritis-pemecahan-saham-stock-split/http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/19/tinjauan-teoritis-pemecahan-saham-stock-split/http://www.academia.edu/

  • 35

    Waelan, 2009. “ Pengaruh Stock Split terhadap Future probabilty dan Likuiditas

    Saham,”. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, Vol5, No2, Juli 2009.

    Wang Sutrisno, et al., 2000, “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan

    Return Saham di Bursa Efek Jakarta “ . Jurnal Manajemen dan

    Kewirausahaan, Vol2, No2, September 2010.

    www.idx.co.id

    www.yahoo.finance.com

    http://www.idx.co.id/http://www.yahoo.finance.com/