PENDAHULUAN Contoh Dinamika

19

Click here to load reader

description

d

Transcript of PENDAHULUAN Contoh Dinamika

. PENDAHULUAN1. Latar BelakangKerapatan populasi sering dipakai untuk mengetahui perubahan jumlah populasi pada waktu tertentu. Kerapatan berkaitan dengan ukuran. Organisme yang berukuran lebih besar, biasanya mempunyai kerapatan yang lebih rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerapatan tersebut adalah natalitas, mortalitas, imigrasi dan emigrasi. Untuk mengetahui kerapatan suatu populasi di daerah tertentu maka digunakan sebuah metode, yaitu mark recapture. Metode ini biasa dipakai pada populasi tertutup, yaitu populasi yang tidak berubah selama studi berlangsung, sehingga kelahiran, kematian, dan perpindahan diabaikan. Populasi terbuka adalah populasi yang berubah karena adanya kematian, kelahiran, dan perpindahan.Metode mark recapture merupakan metode penandaan paling sederhana, dikenal juga dengan Metode Petersen (sensus tunggal). Prinsip metode ini pertama kali dipakai oleh John Graunt untuk memperkirakan penduduk kota London pada tahun 1662. Penggunaan dalam studi biologi pertama kali digunakan oleh C.G.J. Petersen untuk memperkirakan populasi ikan, pada tahun 1896. Setelah itu banyak ahli biologi yang menggunakan metode ini pada berbagai jenis bintang.Melalui metoda ini, diketahui banyaknya ikan bertanda yang tertangkap untuk mengetahui ukuran stok yang ada. Analisis pendugaan stok diambil dari beberapa sumber informasi untuk menduga kelimpahan sumber daya dan kecenderungan perubahan populasi. Pendugaan stok secara umum meliputi pendugaan jumlah atau kelimpahan sumber daya, tingkatan angka (rate) perubahan karena penangkapan atau sebab lain dan adanya beberapa saran pada tingkatan mana sumber daya bisa dieksploitasi dengan stok bisa memperbaharui diri pada periode jangka panjang. Ada 3 jenis data yang digunakan untuk keperluan pendugaan stok, yaitu statistik perikanan (hasil penangkapan dan upaya), data hasil survei dan kajian biologi.2. Tujuan :Menduga kemelimpahan suatu spesies dengan menggunakan metode penandaan dan penangkapan ulangII. TINJAUAN PUSTAKAKekhasan dasar suatu populasi yang didefinisikan sebagai suatu kelompok individu dari suatu spesies yang sama dan yang menempati suatu daerah tertentu pada waktu tertentu pula, yang menarik dari seseorang ekologi adalah kerapatanny dan ukurannya. Jumlah individu populasi dalam suatu daerah menarik ukurannya dan jumlah individu dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran, Kematian,Imigrasi dan Emigrasi dari anggota mempengaruhi uluran dan kerapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi (Michael, 1994).Kemelimpahan suatu jenis satwa menunjukan pada kualitas atau juga persentase suatu jenis satwa dalam suatu lokasi tertentu dan pada waktu tertentu. Kemelimpahan dapat dipergunakan untuk menunjukkan indeks keragaman suatu jenis dalam komunitas tersebut. Kemelimpahan akan semakin besar dalam komunitas yang lebih tua dibandingkan dengan komunitas yang lebih muda. Salah satu metode pendugaan yang digunakan untuk menghitung dugaan kemelimpahan suatu populasi adalah metode penandaan dan penangkapan ulang ( Mark and Recapture Techniques ). Metode penandaan dan penangkapan ulang digunakan untuk menduga populasi organisme yang aktif bergerak. Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode lainnya adalah selain menghasilkan kemelimpahan mutlak, juga diperoleh informasi tentang kelahit\ran, kematian dan laju perpindahan. Kelemahannya metode ini memerlukan waktu dan usaha yang banyak dan untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan asumsi-asumsi. Metode ini bisa dipakai pada populasi tertutup, yaitu populasi yang tidak berubah selama studi berlangsung, sehingga kelahiran, kematian dan perpindahan diabaikan. Populasi terbuka yaitu populasi yang berubah karena adanya kematian, kelahiran dan perpindahan (Krebs, 1989).Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pendugaan kemelimpahan:1. Banyaknya populasi sebenarnya pada suatu tempat :Semakin banyak jumlah populasi maka semakin kecil kemungkinan tertangkapnya.2. Luas area yang digunakan dalam penangkapan :Semakin luas area yang digunakan, semakin kecil dan sulit penangkapan.3. Kapasitas alat yang digunakan dalam penangkapan :Semakin baik kapasitas alat yang digunakan, maka kemungkinan tertangkapnya satwa semakin besar.4. Frekuensi penangkapan sampel :Semakin tinggi frekuensi penangkapan maka kemungkinan tertangkapnya sampel semakin besar.5. Aktifitas sampelSemakin tinggi aktifitas sampel maka kemungkinan tertangkapnya sampel semakin kecil untuk area yang luas dan semakin besar jika aktifitasnya kecil. Sampel yang lemah juga mempertinggi kemungkinan recapture.Menurut Tonner (1978) dua cara yang digunakan untuk pendugaan kelimpahan adalah metode Peterson dan metode Schnabel. Metode Peterson merupakan cara sederhana, karena merupakan single marked. Cara ini melibatkan penangkapan sebagian populasi, penandaan untuk pencirian, dan pelepasan. Individu yang ditangkap diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap. Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:N/M=n/R atau N=(M)(n)/RDengan:N= besarnya populasi total.M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.Metode Schnabel memperbaiki keakuratan metode Peterson (karena sample relatif kecil) Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus :N=(ni Mi)/RiDengan catatan:Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode iRi = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke iMenurut Odum (1993), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya metode penandaan dan penangkapan ulang, yaitu :1. Populasi dalam sistem tertutup2. Tanda tidak mudah hilang3. Hewan harus mudah ditangkap4. Populasi dicuplik secara random5. Hewan yang ditangkap tidak mempengaruhi penangkapan selanjutnya dan sampling dilakukan pada interval waktu yang sama/tetapIII. METODE1. Alat dan Bahan1. Satwa Putih (Kancing putih)2. Satwa Hitam (Kancing hitam)3. Toples4. Komputer2. Cara Kerja1. Kancing putih dan kancing hitam disediakan dalam 2 toples2. Simulasi sebagai penangkapan satwa, kancing putih diambil dan dihitung jumlah yang tertangkap sebagai (M ). Penandaan satwa yang tertangkap dikerjakan dengan mengganti kancing putih yang terambil dengan kancing hitam dan dimasukkan kedalam toples I.3. Toples I diaduk sehingga kancing menjadi tercampur4. Penangkapan yang kedua dilakukan sama dengan langkah yang kedua. Jumlah kancing yang tertangkap sebagai ( C ), sedangkan kancing hitam pada penangkapan kedua sebagai ( R ).5. Penangkapan selanjutnya dilanjutkan seperti langkah diatas sampai 10 kali.6. Pendugaan populasi kancing dihitung dengan rumus petersen, yaitu N = CM / R dan rumus schnabel yaitu N = (Ct x Mt) / RtIV. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil PercobaanTabel 1. Hasil Perhitungan Metode PettersonMCRN

32462736

Tabel 2. Hasil Perhitungan Metode SchanabelCCtRtUtMtCt . MtCt/NMt/N

133033000,0533690

2453423314850,0727750,053369

3387317327740,0614550,121292

44073310642400,0646890,171427

52781913937530,0436650,224795

62972215845820,04690,255523

735102518063000,0566030,291102

847143320596350,076010,331532

9502030238119000,0808620,384901

10431528268115240,0695410,433418

Total387912961400561931,106192,267359

2. PembahasanKemelimpahan suatu jenis satwa menunjukan pada kualitas atau juga persentase suatu jenis satwa dalam suatu lokasi tertentu dan pada waktu tertentu. Kemelimpahan dapat dipergunakan untuk menunjukan indeks keragaman suatu jenis dalam komunitas tersebut. Metode yang digunakan dalam pendugaan kemelimpahan adalah metode penandaan dan penagkapan ulang (mark recapture). Metode pendugaan dari mark recapture yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Petersen dan Schnabel.Pada percobaan ini digunakan kancing hitam dan putih yang dibatasi oleh toples. Metode ini dilakukan dengan menempatkan perangkap yang disebar merata di dalam kawasan dan setelah sawta tertangkap, maka akan diukur dan ditandai, setelah itu satwa yang sudah ditandai akan dilepas kembali. Pada percobaan kancing hitam diambil dan dicatat lalu diganti dengan kancing putih. Kancing putih yang terdapat dalam toples kancing hitam kemudian diaduk lalu diambil lagi dan di catat jumlah kancing yang terambil, lalu dimasukkan ke dalam tabel Peterson dan Schnable.Petersen menemukan bahwa daerah dasar terus-menerus dihuni oleh sekelompok spesies yang sama dan bahwa daerah-daerah yang dihuni oleh asosiasi spesies yang berlainan. Metode Peterson merupakan cara sederhana, karena merupakan single marked. Cara ini melibatkan penangkapan sebagian populasi, penandaan untuk pencirian, dan pelepasan. Individu yang ditangkap diberi tanda yang mudah dibaca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap. Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi N. Pada metode Petersen ini individu yang sama dihitung lebih dari sekali dalam keadaan ekologi tertentu selain itu semakin kecil sampel yang digunakan, kemungkinan bisa semakin tinggi.Metode Schnabel adalah kelanjutan dari metode Petersen. Dalam metode Schnabel individu yang tertangkap pada setiap sampling merupakan perhitungan untuk penandaan kemudian ditandai dan dilepas. Dalam metode ini ada 2 tipe individu: yang ditandai karena tertangkap pada sekali atau lebih pada sampel sebelumnya dan tidak ditandai, tidak pernah tertangkap sebelumnya. Metode Schnabel ini lebih memperhatikan waktu saat penangkapan, capture (C), Marked (M), dan recapture (R) adalah total komulatif dari pengulangan pertama. Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali atau multiple marked. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Kemudian N dapat ditentukan.Berdasarkan percobaan di atas, diperoleh pendugaan hasil untuk total populasi yang sebenarnya (N) kancing hitam pada metode Peterson adalah 736 sedangkan dengan metode Schnabel diperoleh nilai N sebesar 617,505. Hasil yang diperoleh dari kedua metode menunjukkan bahwa nilai N metode Schnabel lebih kecil daripada nilai N pada metode Peterson. Berdasarkan teori, seharusnya dengan menggunakan metode Schnable, jumlah populasi lebih mendekati yang sebenarnya daripada Peterson, karena semakin banyak perulangan keakuratan suatu populasi akan lebih meningkat. Hal ini disebabkan karena jumlah penangkapan yang signifikan. Pada metode Peterson, penangkapan pertama adalah 32 dan penangkapan kedua 46 sehingga selisihnya 14 sedangkan selisih penangkapan pertama pada metode Schanabel lebih kecil dari Peterson yakni 12 , sehingga jumlah yang signifikan ini mempengaruhi N, yaitu pendugaan jumlah populasi yang sebenarnya.Faktor faktor yang mempengaruhi metode mark recapture adalah :1. Besar kecilnya pengambilan penangkapan : semakin besar pengambilan, semakin banyak pula kancing yang terambil.2. Proses randomisasi : semakin rata pengocokan, semakin rata pula jumlah populasi yang terambil.Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Petersen dan Schnabel, dapat dilihat kelebihan dan kekurangan dari setiap metode. Pada metode Peterson kelebihannya adalah lebih hemat tenaga dan tidak membuang banyak waktu karena pengulangan hanya 1x dan kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat jika populasinya besar. Pada metode Schnabel, kelebihannya adalah data yang dihasilkan lebih akurat, sedangkan kekurangannya adalah lebih membutuhkan banyak tenaga dan waktu karena banyak pengulangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Schnable lebih baik dari pada Peterson karena lebih akurat.KESIMPULANBerdasarkan hasil percobaan di atas, diperoleh beberapa simpulan sebagi berikut.1. Metode pendugaan kemelimpahan yang digunakan adalah metode panandaan dan penangkapan ulang (mark recapture) dengan menggunakan metode Petersen dan Schnabel.2. Penggunaan metode Schnable lebih baik dari pada Peterson karena dilakukan pengulangan lebih dari sekali sehingga dapat hasil yang diperoleh lebih akurat.3. Hasil pendugaan total populasi yang diperoleh pada metode Peterson adalah 736 sedangkan dengan metode Schnabel hasil yang diperoleh adalah 617,505.4. Factor yang mempengaruhi metode penandaan dan penangkapan ulang yaitu besar kecilnya pengambilan penangkapan dan proses randomisasi.DAFTAR PUSTAKAKrebs, C.S. 1989. Ekology Methodolog. Harper and Row Psb. New York.Michael, D. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboraturium. Universitas Indonesia. Jakarta.Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM Press. Yogyakarta.Tonner, J.T. 1978. Guide to The Study of Animal Populaion. The University of Tannasse Press. Knoxvilie.Posted in Laporan Praktikum EkologiTinggalkan komentar Life TablePosted on Februari 11, 2013 I. PENDAHULUAN1. PendahuluanIndonesia memiliki jumlah penduduk Indonesia adalah 300jiwa/km2. Tiap mahluk hidup berkembang biak untuk melestarikan jenisnya. Rentang waktu dari individu samapi terjadinya individu baru lagi disebut waktu ganda. Setiap mahluk hidup mempunyai naluri untuk mempertahankan jenisnya, tapi sebagai individu, kemampuan berkembang biak itu dibatasi oleh usia, kesehatan, dan faktor lain. Faktor pembatas yang menyebabkan perkembangbiakan tidak berjalan terus adalah daya dukung lingkungan seperti tempat dan sumber makanan. Laju pertambahan jumlah populasi digambarkan dengan suatu grafik, maka grafiknya meupakan garis lengkung seperti hurif S yang disebut dengan kurva sigmoid (Dwidjoseputro, 1990).Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya. Ekologi populasi adalah studi tentang populasi dalam kaitannya dengan lingkungan, termasuk pengaruh lingkungan terhadap kepadatan populasi dan distribusi, struktur umur, dan variasi dalam ukuran populasi.Menurut Dwidjoseputro (1990), dalam ekologi dibicarakan mengenai organisme. Individu merupakan satuan mahluk hidup, kelompok individu ini merupakan satuan yang disebut populasi. Sejenis berarti mempunyai kesamaan morfologi dan fisiologi, dapat mengadakan perkawinan dan menghasilkan keturunan. Beberapa populasi bersama-sama pada satu waktu menghuni suatu wilayah tertentu disebut komunitas. Komposisi suatu komunitas bisa berubah-ubah dan pada suatu waktu hanya ada 1 populasi yang dominan tergantung pada ruang dan waktunya.Populasi suatu spesies mengalami dinamika menurut ruang dan waktu. Dinamika populasi ditentukan oleh beberapa factor, yaitu kematian, kelahiran, kemampuan bertahan hidup, distribusi umur, dispersal/penyebaran dan laju perubahannya. Untuk dapat mengetahui dinamika populasi diperlukan informasi sejarah hidup (life history) dari populasi tersebut. Data tersebut mencakup umur pertama kali bereproduksi, jumlah anak, jumlah kejadian reproduksi, rentang hidup (life span) dan kematian.Tabel kehidupan (life table) merupakan tabel yang memberikan gambaran tentang kematian dan survival di dalam suatu populasi, berdasarkan data sejarah hidupnya. Dari table ini kita dapat mengetahui harapan hidup dari suatu populasi. Dari table ini kita juga dapat mengetahui pertumbuhan dari suatu populasi.B. Tujuan :a. membuat tabel kehidupan statik dengan data yang tersedia dengan menggunakan program spreasheet.b. memahami dinamika populasi manusia pada suatu daerah.II. TINJAUAN PUSTAKAPopulasi yang telah didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme dari spesies yang sama atau kelompok-kelompok lain dimana individu-individu dapat bertukar informasi genetiknya yang menduduki ruang dan tempat tertentu, memiliki pelbagai cirri atau sifat yang merupakan milik yang unik dari kelompok dan tidak merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu (Samingan, 1993).Beberapa dari sifat itu adalah kerapatan, natalitas (laju kelahiran), mortalitas (laju kematian), penyebaran umur, potensi biotik, dispersi, dan bentuk pertumbuhan atau perkembangan. Populasi juga mamiliki sifat-sifat genetik yang secara langsung berkaitan dengan ekologinya, misal: sifat adaptif, sifat keserasian reproduktif (Darwinian), dan ketahanan (peluang meninggalkan keturunannya selama jangka waktu yang panjang (Samingan, 1993).Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk dengan karakteristik yang sama antara lain menurut umur dan jenis kelamin. Komposisi penduduk menurut umur dikenal dengan struktur penduduk. Suatu wilayah dikatakan berstruktur muda bila kelompok umur di bawah 15 tahun lebih dari 35% dan kelompok umur di atas 65 tahun kurang dari 3%. Demikian sebaliknya dengan wilayah yang berstruktur tua (Darsono, 1995).Kurva kelangsungan hidup suatu populasi didapatkan dengan cara membuat pengamatan terhadap populasi dalam bentuk tabel kehidupan (life table). Tabel kehidupan memberikan informasi dasar untuk mempelajari perubahan kepadatan dan laju pertambahan atau pengurangan suatu populasi. Model perkembangan populasi dapat disusun berdasarkan hasil pengumpulan data kerapatan populasi atau jumlah individu (N) untuk waktu tertentu (t) (Elfisuir, 2010).Kajian demografi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu uniregional dan multiregional. Demografi uniregional hanya menganalisis penduduk di satu wilayah tertentu. Sedangkan demografi multiregional lebih bersifat simultan, artinya antar daerah yang satu dengan lainnya-yang dihubungkan oleh arus migrasidianggap sebagai satu sistem yang saling berinteraksi. Untuk keperluan perencanaan dan analisis yang berkaitan dengan demografi atau kependudukan salah satunya dapat dipenuhi melalui proyeksi penduduk yang dalam perhitungannya dapat dilakukan dengan dua pendekatan tersebut (Prihastuti, 2009).III. METODEA. Alat dan Bahan1. Data demografi daerah masing-masing mahasiswa2. KomputerB. Cara Kerja 1. Program spreadsheet Exel pada komputer dibuka.2. Tabel Kehidupan Penduduk di diketik pada sel 1A3. x, nx, dx, lx, qx, Lx, Tx, dan ex diketik berturut-turut pada sel A3, B3, C3, D3, E3, F3, G3, dan H3.4. Data kelompok umur pada kolom A (di bawah x) dan jumlah individu untuk tiap kelompok umur pada kolom B (di bawah nx) diisi.5. dx, yaitu jumlah individu yang mati antara awal kelompok umur x dan awal kelompok umur x+1 dihitung dengan rumus nx-n(x-1). Caranya =B4-B5 diketik pada sel C4, kemudian C4 disalin ke sel-sel dibawahnya sampai akhir kelompok umur.6. lx, yaitu proporsi individu yang survive sampai awal interval x dihitung dengan rumus nx/no. Caranya =B4/$B$$ diketik pada sel D4, kemudian D4 disalin ke sel-sel di bawahnya sampai akhir kelompok umur.7. qx, yaitu laju kematian antara kelompok umur x dan x+1 dihitung dengan rumus dx/nx. Caranya =C4/B4 diketik pada sel E4, kemudian E4 disalin ke sel-sel di bawahnya sampai akhir kelompok umur.8. Lx, yaitu rerata jumlah individu pada kelompok umur x dan x+1 dihitung dengan rumus (nx+n(x+1))/2. Caranya =(B4+B5)/2 diketik pada sel F4, kemudian F4 disalin ke sel-sel di bawahnya sampai akhir kelompok umur.9. Tx dihitung dengan rumus Lx. Caranya =SUM (F4:Fn). Dimana Fn adalah sel pada kelompok umur terakhir. Hal yang sama dilakukan untuk sel-sel dibawahnya sampai akhir kelompok umur.10. ex, yaitu rerata harapan hidup individu pada kelomok umur ke x dihitung dengan rumus Tx/nx. Caranya =G4/B4 diketik pada sel H4, kemudian H4 disalin ke sel-sel di bawahnya sampai akhir kelompok umur.11. Grafik hubungan dibuat antara:1. Kelompok umur dan jumlah individu2. Kelompok umur dan rerata harapan hidupIV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PercobaanTabel 1. Data Statistik Kabupaten Kupang tahun 2005xnxdxlxqxLxTxexrasio nx

0 437.38540310.0107837183.5497319.513.3026511%

5-936.9829120.989220.0246613652646013612.4421611%

10-1436.070-1.5390.964825-0.0426736839.542361011.7441110%

15-1937.60911.3441.0059920.3016331937386770.510.2839911%

20-2426.2654.0300.7025550.15343624250354833.513.509758%

25-2922.235-4.3880.594757-0.1973524429330583.514.867716%

30-3426.6235.7980.7121310.21778223724306154.511.499628%

35-3920.8253.1390.5570420.15073219255.5282430.513.562096%

40-4417.686-4.2690.473077-0.2413819820.526317514.880415%

45-4921.9556.8110.5872680.31022518549.5243354.511.084246%

50-5415.1445140.4050820.0339411488722480514.844494%

55-5914.6305.0240.3913330.3434041211820991814.348464%

60-649.6061.6280.2569480.169477879219780020.59133%

65-697.9782.4290.2134010.3044626763.518900823.691152%

70-745.549-1.9170.148429-0.345476507.5182244.532.842762%

75+7.466-336.5420.199706-45.076617573717573723.538312%

Total344.008

Rasio nxTabel 2. Data Statistik Kota Bekasi Tahun 2005xNxdxlxqxLxTxexrasio nx

0-4136.439-75.5891-0.554013149174233.52003224.514.682198646.59%

0-5212.028-13.3321.55401315-0.06287848821869418289918.62617673110.24%

0-6225.36018.5191.651727150.082175186216100.516102977.14544284710.88%

0-7206.84124.2571.515996160.117273655194712.51394196.56.7404262219.99%

0-8182.584-1.8181.33820975-0.00995706118349311994846.5694913038.81%

0-9184.4026.8271.351534390.037022375180988.510159915.5096528248.90%

0-10177.575-28.0541.30149737-0.15798395191602835002.54.7022525698.57%

0-11205.62932.0461.507113070.155843777189606643400.53.1289385259.93%

0-12173.58344.0601.272238880.2538267151553453794.52.6142796248.38%

0-13129.52332.8130.949310680.253337245113116.5302241.52.3334967536.25%

0-1496.71048.1410.708814930.49778719972639.51891251.9555888744.67%

55-5948.5695.4540.355975930.1122938545842116485.52.39835082.34%

60-6443.115-5.9710.31600202-0.13849008546100.570643.51.6384900852.08%

65+49.086-2.022.3580.35976517-41.2003015124543245430.52.37%

Total2.071.444

Tabel 3. Data Statistik Kota Bandar Lampung Tahun 2005nnxdxlxqxLxTxex

0-476.433-6.6041-0.086479.735751.8419.8366

5-983.0377.5091.08640.0904379.2825672.1068.09405

10-1475.528-0.3370.98816-0.004575.6965592.8237.84905

15-1975.865-6.3380.99257-0.083579.034517.1276.8164

20-2482.203-0.3841.07549-0.004782.395438.0935.3294

25-2982.58712.2221.080510.1479976.476355.6984.30694

30-3470.3652.0180.920610.0286869.356279.2223.96819

35-3968.34723.3790.894210.3420656.6575209.8663.07059

40-4444.9686.8470.588330.1522641.5445153.2083.40705

45-4938.12111.5470.498750.302932.3475111.6642.92919

50-5426.5741.6090.347680.0605525.769579.3162.98472

55-5924.9658.0220.326630.3213320.95453.54652.14486

60-6416.9435.5180.221670.3256814.18432.59251.92366

65-6911.4254.1870.149480.366489.331518.40851.61125

70-747.2381.780.09470.245926.3489.0771.25408

75+5.4585.4580.0714112.7292.7290.5

B. PembahasanPopulasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme dari spesies yang sama atau kelompok-kelompok lain dimana individu-individu dapat bertukar informasi genetiknya yang menduduki ruang dan tempat tertentu, memiliki pelbagai cirri atau sifat yang merupakan milik yang unik dari kelompok dan tidak merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu (Sumanto dan Saladi, 1984).Populasi memiliki karakterisitik kelompok statistical measure yang tidak dapat diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan adalah kepadatan (density). Empat parameter populasi yang mengubah kepadatan populasi adalah natalitas ( telur, biji, produksi spora, kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi dan emigrasi. Karakteristik dari suatu populasi adalah kepadatannya.Kepadatan populasi ialah besarnya populasi dalam hubungannya dengan suatu unit atau satuan ruangan. Perlu diingat bahwa perhitungan jumlah terlalu mementingkan arti organisme kecil, sedangkan biomassa terlalu membesarkan arti organisme besar, sedangkan komponen arus energi memberikan indeks yang lebih baik untuk membandingkan populasi mana saja dalam ekosistem. Perubahan kepadatan populasi dipengaruhi oleh empat parameter primer dari populasi yaitu natalitas, mortalitas, imigrasi dan emigrasi. Ketika kita menanyakan mengapa populasi meningkat atau menurun pada spesies tertentu, jawabannya adalah karena salah satu dari parameter ini berubah. Apabila natalitas dan imigrasi meningkat dalam populasi sedangkan emigrasi dan mortalitas menurun, maka kepadatan populasi akan bertambah. Pertambahan jumlah organisme kedalam populasi ini disebut laju kepadatan yaitu jumlah organisme atau individu yang bertambah ke dalam populasi per satuan waktu. Jika N merupakan simbol untuk jumlah organisme dan t merupakan simbol waktu (Elfisiur, 2010).Harapan hidup adalah angka (dalam arti statistik) yang diharapkan tahun sisa hidup pada usia tertentu. Hal ini dilambangkan dengan ex, yang berarti rata-rata jumlah tahun-tahun berikutnya hidup seseorang sekarang berusiax, menurut pengalaman kematian tertentu. Dalam literatur teknis, simbol ini berarti rata-rata jumlah tahunsisa hidup yang lengkap, termasuk fraksi tahun. Statistik yang sesuai termasuk fraksi satu tahun, makna normal harapan hidup, memiliki simbol dengan lingkaran kecil di atasitue.Harapan hidup dari sekelompok individu sangat tergantung pada perawatan. Istilah yang dikenal sebagai harapan hidup yang paling sering digunakan dalam konteks populasi manusia, tetapi juga digunakan dalam ekologi tumbuhan atau hewan, melainkan dihitung dengan analisis tabel kehidupan (juga dikenal sebagai tabel aktuaria). Faktor yang mempengaruhi harapan hidup seseorang adalah kelainan genetik, obesitas, akses ke perawatan kesehatan, diet, olahraga, merokok tembakau, penggunaan narkoba dan penggunaan alkohol yang berlebihan.Informasi mengenai kelahiran dan kematian pada berbagai umur dan jenis kelamin dapat dinyatakan dalam bentuk tabel kehidupan (life table). Tabel kehidupan (life table) merupakan table yang memberikan gambaran tentang kematian dan survival di dalam suatu populasi, berdasarkan data sejarah hidupnya. Table ini tersusun atas seri kolom yang menjabarkan tentang kematian dan hasil reproduksi dari anggota suatu populasi berdasarkan umurnya. Dari tabel ini diperoleh kemungkinan untuk menaksir pertumbuhan atau pengurangan populasi. Seperti halnya kurva kelangsungan hidup, tabel kehidupan dibakukan agar dapat mengikuti kemajuan suatu kohor (Desmukh, 1992).Kegunaan dari table tersebut adalah:1. Menganalisa kemungkinan bertahan hidup suatu individu dalam suatu poulasi2. Menentukan umur yang paling rentan mati3. Menduga pertumbuhan populasiAda dua tipe table kehidupan, yaitu:1. Table static (time specific life table): lebih sesuai untuk organism yang bergerak dan berumur panjang. Data yang diapakai adlah data pada waktu tertentu untuk semua kelompok umur yang ditemukan dalam populasi saat itu.2. Tabel Dinamik (age-specific/cohort life table): lebih sesuai untuk tumbuhan dan organism sejenis lainnya, serta yang berumur pendek. Data diperoleh dengan mengikuti dinamika suatu kelompok individu yang lahir pada waktu tertentu, dari lahir sampai mati.Pada percobaan ini digunakan data demografi dari Kota Kupang, Kota Bekasi, dan Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kelompok umur yang paling dominan di kota Kupang adalah pada kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 37.609 orang dan didominasi oleh penduduk laki-laki dengan harapan hidup yang paling tinggi pada kelompok usia 70-74 tahun sebanyak 32.84276 dan paling rendah pada usia 15-19 tahun yaitu 10.28399. Di kota Bekasi, kelompok umur yang paling dominan adalah pada kelompok umur 0-6 tahun sebanyak 225.360 dan didominasi oleh laki-laki dengan harapan hidup paling tinggi pada usia 0-4 tahun yaitu 14.68219864 dan paling rendah pada usia 60-64 yaitu 1.638490085. Di kota Bandar Lampung, kelompok umur yang paling dominan adalah 5-9 tahun sebanyak 83.037 orang dan didominasi oleh perempuan dengan harapan hidup paling tinggi pada usia 0-4 tahun yaitu 9.8366 dan paling rendah pada usia 75 tahun ke atas yaitu 0,5. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2005 laki-laki mendominasi penduduk di Indonesia dari ketiga sampel ini. Dari pengelompokan umur diketahui Indonesia termasuk struktur muda karena jumlah penduduk muda yang paling dominan.Ketiga sampel wilayah di Indonesia menunjukkan pola yang hampir sama, yaitu banyaknya individu yang berusia muda dan sedikitnya individu yang berusia tua. Jadi, dapat diketahui angka kelahirannya lebih tinggi dari pada angka kematiannya. Angka ini menunjukkan bahwa di kota Kupang umur 70-74 mempunyai harapan hidup yang paling tinggi dibandingkan umur bayi. Berbeda, di kota Bekasi dan Bandar Lampung umur 0-5 memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi/harapan hidup yang lebih panjang/lama. Hal ini dikarenakan pada kedua daerah tersebut sedang banyak terjadi kelahiran bayi (natalitas), sehingga menambah jumlah individu pada rentang umur tersebut, dan dikarenakan juga oleh banyaknya balita. Sedangkan di 75+ memiliki kemampuan bertahan hidup yang rendah/harapan hidup yang pendek/tidak lama. Hal ini dikarenakan pada kedua daerah tersebut sedikit orang lanjut usia karena alasan kesehatan sehingga memungkinkan terjadinya mortalitas sehingga mengurangi jumlah individu pada rentang umur tersebut.KESIMPULANBerdasarkan hasil di atas, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.1. Kelompok umur yang paling dominan di kota Kupang adalah umur 15-19 tahun sebanyak 37.609 orang dan didominasi oleh penduduk laki-laki.2. Harapan hidup yang paling tinggi di kota Kupang pada kelompok usia 70-74 tahun sebanyak 32.84276 dan paling rendah pada usia 15-19 tahun yaitu 10.28399.3. Kelompok umur yang paling dominan di kota Bekasi adalah umur 0-6 tahun sebanyak 225.360 orang dan didominasi oleh laki-laki.4. Harapan hidup paling tinggi di kota Bekasi pada usia 0-4 tahun yaitu 14.68219864 dan paling rendah pada usia 60-64 yaitu 1.638490085.5. Kelompok umur yang paling dominan di kota Bandar Lampung adalah 5-9 tahun sebanyak 83.037 orang dan didominasi oleh perempuan.6. Harapan hidup paling tinggi di kota Bandar Lampung adalah pada usia 0-4 tahun yaitu 9.8366 dan paling rendah pada usia 75 tahun ke atas yaitu 0,5.7. Tahun 2005 jumlah penduduk laki-laki di Indonesia lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan dengan didominasi usia balita.8. Data life table ketiga daerah di atas pada tahun 2005 menunjukkan angka kelahiran yang lebih bessar dari angka kematian.DAFTAR PUSTAKADarsono, Valentinus. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbitan Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.Desmukh, I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.Dwidjoseputro, D. 1990. Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya. Penerbit Erlangga, Jakarta.Elfisiur. 2010. Ekologi Populasi. http://elfisuir.blogspot.com/2010/03/ekologi-populasi.html. 1 Maret 2011.Prihastuti, D. 2009. Model Pertumbuhan Penduduk Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia dengan Pendekatan Multiregional. Perpustakaan UI. Jakarta.Samingan, T. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ke-3. UGM press. Yogyakarta.Sumanto, N.B. dan Saladi, R. 1984. Pengantar Kependudukan. UGM Press. Yogyakarta.Posted in Laporan Praktikum Ekologi1 Komentar Top of FormCari: Bottom of Form