PENCEMARAN+UDARA
-
Upload
ananda-wulan-darmawan -
Category
Documents
-
view
166 -
download
4
Transcript of PENCEMARAN+UDARA
| property dino rimantho 1
PENCEMARAN UDARA
1. Sumber Pencemaran udara
Pencemaran udara terjadi akibat dilepaskannya zat pencemar dari berbagai
sumber ke udara. Sumber-sumber pencemar udara dapat bersifat alami maupun
antropogenik (aktivitas manusia). Namun peraturan mengenai pengelolaan udara yang
saat ini berlaku di Indonesia yaitu PP No. 41/1999 mendefinisikan sumber pencemar
sebagai setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara
yang menyebabkan udara tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
PP ini kemudian menggolongkan sumber pencemar atas lima kelompok, yaitu:
Sumber bergerak: sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu
tempat yang berasal dari kendaraan bermotor.
Sumber bergerak spesifik: serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari
kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya.
Sumber tidak bergerak: sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.
Sumber tidak bergerak spesifik: serupa dengan sumber tidak bergerak namun
berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.
Sumber gangguan: sumber pencemar yang menggunakan media udara atau
padat untuk penyebarannya. Sumber ini terdiri dari kebisingan, getaran, kebauan
dan gangguan lain.
Sementara WHO sendiri menggolongkan sumber pencemar atas sumber tidak
bergerak, sumber bergerak dan sumber dalam ruangan. Di kota-kota besar di
Indonesia, sumber bergerak telah mendominasi emisi pencemar udara. Di Jakarta
misalnya, kendaraan bermotor telah menyumbangkan 70 persen dari pencemar PM10
dan NOx di tahun 1998. (Syahril et.al.: 2002 ) Untuk sebagian daerah di Kalimantan dan
Sumatera, sumber tidak bergerak spesifik, dalam hal ini kebakaran hutan, telah
memberikan kontribusi yang cukup tinggi dan semakin meningkat sejak tahun 1997
(Dede Nurdin Sadat dkk : 2002).
Selain kedua jenis sumber ini, kendaraan bermotor dan kebakaran hutan,
kegiatan industri serta pembangkitan listrik pun memberikan kontribusi yang semakin
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 2
hari semakin meningkat. Adapun sumber pencemaran bergerak tersebut antara lain
(PPKUP : 2006) :
1. Kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM)
Ketersediaan bensin tanpa timbal (unleaded gasoline) dan minyak solar dengan
kandungan belerang rendah merupakan faktor kunci dalam penurunan emisi
kendaraan, karena bahan bakar jenis tersebut merupakan prasyarat bagi
penggunaan teknologi kendaraan yang mutakhir yang mampu mengurangi emisi
kendaraan secara signifikan.
Alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan BBM
adalah biodiesel dan bahan bakar gas.
2. Emisi Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang
penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi
oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin.
Tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah :
Sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan
Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) berkala untuk kendaraan
umum tidak berjalan efektif
Pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum
(terkait dengan pemenuhan persyaratan kelaikan jalan) belum diterapkan
Kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi pereduksi emisi
seperti katalis karena tidak tersedianya bahan bakar yang sesuai untuk
penggunaan katalis tersebut
Kualitas BBM yang rendah
Penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang menggunakan bahan
bakar alternatif masih belum memadai
Pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala yang dapat
menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar masih
kurang
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 3
Disinsentif terhadap kendaraan-kendaraan yang termasuk dalam kategori
penghasil emisi terbesar belum diperkenalkan.
Gambar 1. Emisi kendaraan bermotor sebagai penyebab polusi udara.
3. Sistem Transportasi dan Manajemen Lalu Lintas
Sistem manajemen transportasi dan tata ruang perkotaan mempengaruhi pola
pergerakan manusia dan kendaraan di suatu kota yang pada akhirnya
mempengaruhi kualitas udara. Pengendalian pencemaran udara melalui
peningkatan sistem transportasi terfokus pada dua aspek, yaitu pengurangan
volume kendaraan dan pengurangan kepadatan lalu lintas. Makin banyak volume
kendaraan yang beroperasi di jalan, makin banyak jumlah emisi gas buang total.
Pertumbuhan kendaraan yang pesat di kota-kota besar termasuk mencerminkan
kurang memadainya sistem transportasi kota. Banyak orang terdorong untuk
menggunakan mobil pribadi dan sepeda motor karena ketiadaan transportasi umum
yang nyaman, aman, dan tepat waktu. Sistem transportasi belum terintegrasi ke
dalam pengembangan wilayah. Pada banyak kasus, pembangunan perumahan di
luar pusat kota tidak diikuti dengan pengembangan sistem transportasi yang
menghubungkan lokasi perumahan dengan lokasi komersial dan perkantoran di
Sumber : Dok. Pribadi Dino
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 4
pusat kota. Kondisi ini mendorong orang untuk menggunakan kendaraan pribadi
guna memenuhi kebutuhan transportasi mereka sehari-hari sehingga kendaraan
pribadi mengambil porsi transportasi jalan yang lebih besar dibanding moda
transportasi lainnya.
Masalah sumber pencemar transportasi di suatu kota tidak terlepas dari kontribusi
sumber pencemar dari wilayah sekitarnya akibat perjalanan manusia ke dan dari
suatu kota setiap hari untuk melakukan berbagai kegiatan (bekerja, sekolah,
distribusi barang, dan sebagainya). Perjalanan tersebut dilakukan dengan
menggunakan berbagai moda transportasi seperti sepeda motor, transportasi umum
(bus, kereta api), dan mobil pribadi.
2. Pencemaran udara
Menurut Henry C.Perkins (1974) dalam “The Engineers Joint council in air
pollution and its control” mendefinisikan pencemaran udara mengartikan hadirnya satu
atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar, seperti antara lain oleh
debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak
dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara tersebut, hingga dapat
menimbulkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan manusia, tumbuh-tumbuhan
atau binatang maupun benda atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi
kelestarian kehidupan organisme maupun benda.
Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41
Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Bentuk emisi dari unsur atau senyawa pencemar udara dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu (Slamet Arifin :1987) :
a. Pencemar udara Primer (Primary Air Pollution)
Yaitu semua pencemar yang berbeda di udara dalam bentuk yang hampir tidak
berubah. Sama seperti ia dibebaskan dari sumbernya semula sebagai hasil dari
suatu proses tertentu.
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 5
b. Pencemar udara Sekunder (Secondary Air Pollution)
Semua pencemar di udara yang sudah berubah karena hasil reaksi tertentu antara
dua atau lebih kontaminan atau polutan. Umumnya pencemar sekunder merupakan
hasil antara pencemar primer dengan kontaminan atau polutan lain yang ada di
udara. Reaksi-reaksi yang dimaksud dalam timbulnya pencemar sekunder antara
lain adalah reaksi foto kimia dan reaksi oksida katalis.
Dalam pengertian pencemaran udara, sumber pencemar tidak hanya dibatasi
pada sumber pencemar yang berasal dari aktivitas manusia, tetapi juga oleh sumber-
sumber pencemar yang datangnya akibat peristiwa alamiah seperti gunung meletus,
bencana alam dan lain-lain (Slamet Riyadi : 1982) .
Atmosfer adalah lingkungan udara yang terdiri dari beberapa lapisan yang
terbentuk karena adanya interaksi antara sinar-sinar matahari, gaya tarik bumi, rotasi
bumi dan permukaan bumi (Juli Soemirat Slamet : 2000). Batasan ini bervariasi
tergantung dari iklim, ketinggian diatas permukaan laut, arah dan kekuatan angin,
temperatur udara dan keadaan cuaca tetapi setiap lapisan mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda (Slamet Riyadi : 1982).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencemaran udara yang terjadi di suatu
daerah dapat mempengaruhi suatu wilayah yang lain yang disebabkan oleh faktor-
faktor kondisi alam, kondisi meteorologi dan lain-lain. Sebagai contoh terjadinya
kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera yang dapat menimbulkan
pencemaran udara pada wilayah atau daerah yang lain yang disebabkan karena kondisi
topografi dan faktor meteorologi pada wilayah tersebut.
3. Dampak pencemaran udara
Menurut Harssema (1998), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi,
dimana emisi merupakan jumlah polutan (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam
satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia.
Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari
kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat
pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini
membuat pola emisi menjadi rumit.
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 6
Keterkaitan antara pencemaran udara di perkotaan dan kemungkinan adanya
resiko terhadap kesehatan, baru dibahas pada beberapa dekade belakangan ini.
Pengaruh yang merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat adanya episod
smog sampai pada gangguan estetika dan kenyamanan. Bahaya gas buang kendaraan
bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksitas (daya racun) masing-masing
senyawa dan seberapa luas masyarakat terpajan olehnya.
Menurut Tri Tugaswati (1987) beberapa faktor yang berperan di dalam
ketidakpastian setiap analisis resiko yang dikaitkan dengan gas buang kendaraan
bermotor antara lain adalah :
Definisi tentang bahaya terhadap kesehatan yang digunakan
Relevansi dan interpretasi hasil studi epidemiologi dan eksperimental
Realibilitas dari data pajanan
Jumlah manusia yang terpajan
Keputusan untuk menentukan kelompok resiko yang mana yang akan
dilindungi
Interaksi antara berbagai senayawa di dalam gas buang, baik yang sejenis
maupun antara yang tidak sejenis
Lamanya terpajan (jangka panjang atau pendek)
Pada umumnya istilah dari bahaya terhadap kesehatan yang digunakan adalah
pengaruh bahan pencemar yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko atau
penyakit atau kondisi medik lainnya pada seseorang ataupun kelompok orang.
Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang
terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut :
1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen,
ozon dan oksida lainnya.
2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti
hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam.
3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti
hidrokarbon.
| property dino rimantho 7
4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dan
lain-lain.
3.1. Bahan-Bahan Pencemar yang Terutama Mengganggu Saluran Pernafasan
Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia berkisar dari yang
relatif ringan hingga yang mengakibatkan kematian. Laporan World Health Organization
Negara-negara Eropa (WHO-Europe, 2004) antara lain menyebutkan adanya hubungan
antara partikel debu di udara dengan berbagai macam penyakit saluran pernapasan.
Pencemaran udara tersebut juga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit
paru-paru dan jantung. Selain itu, dipercaya bahwa partikel debu memberikan kontribusi
dalam penurunan umur harapan hidup 1 tahun atau lebih bagi mereka yang tinggal di
kota-kota besar Eropa. Pencemaran udara juga berhubungan dengan peningkatan
jumlah dan keparahan gejala-gejala gangguan saluran pernapasan bawah dan atas
pada anak-anak (WHO-Europe, 2004).
Anak-anak, manusia lanjut usia, penderita penyakit paru dan jantung, perokok,
dan pekerja yang beraktivitas di dekat sumber pencemar merupakan kelompok yang
rentan terhadap pencemaran udara. Beberapa studi membuktikan bahwa anak-anak
yang tinggal di kota dengan tingkat pencemaran udara lebih tinggi mempunyai paru-
paru lebih kecil, lebih sering tidak bersekolah karena sakit, dan lebih sering dirawat di
rumah sakit. Rendahnya berat badan anak-anak dan kecilnya organ-organ
pertumbuhan mereka memberi risiko kesehatan yang lebih tinggi pula.
Menurut Tri Tugaswati (1987) sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas
buang kendaraan bermotor seperti oksida-oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan
senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran
pernafasan antara lain :
Sulfur Dioksida
Merupakan bahan pencemar udara sebagai hasil dari pembakaran dari
senyawa-senyawa yang mengandung belerang (Slamet Riyadi:1982)
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung
dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paru-paru.
Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil,
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 8
partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian
lain yang sempit. Partikulat gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri
jelaga (hidrokarbon yang tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-
senyawa logam, nitrat dan sulfat).
Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4)
dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2
dan partikulat dapat membengkaknya membran mukosa dan pembentukan
mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan.
Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita
penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia.
Partikulate Mater 10 (PM10)
Menurut Agung Sudrajad (2005) Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari
bermacam-macam komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga
berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Pada proses
pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses
oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan
beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di
atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa
unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction),
debu, SO4, dan H2O.
PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh
penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat
menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350
µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis.
Partikel yang terhirup (inhalable) juga dapat merupakan partikulat sekunder,
yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas-gas hasil pembakaran yang
mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer, Partikel sekunder PM2,5 dapat
menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja
karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke
dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya.
| property dino rimantho 9
Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan bereaksi
langsung di dalam sistem pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih
berbahaya daripada partikel kecil yang tidak bersifat asam. Partikel logam berat
dan yang mengandung senyawa karbon dapat mempunyai efek karsinogenik,
atau menjadi carrier pencemar toksik lain yang berupa gas atau semi-gas karena
menempel pada permukaannya.
Nitrogen Oksida
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida
(NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang
lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke
dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali
dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat
dicapai oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah.
Karena data epidemilogi tentang resiko pengaruh NO2 terhadap kesehatan
manusia sampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya banyak didasarkan
pada hasil studi eksprimental. Berdasarkan studi menggunakan binatang
percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya
kepekaan terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat
pajanan sebesar 100 µg/m3 . Percobaan pada manusia menyatakan bahwa
kadar NO2 sebesar 250 µg/m3 dan 500 µg/m3 dapat mengganggu fungsi
saluran pernafasan pada penderita asma dan orang sehat.
Karbon Monoksida
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di
berbagaiperkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di
Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang
berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini (Agung Sudrajad : 2005).
Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar
dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran
yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-
mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk
meminimalkan emisi CO. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida
| property dino rimantho 10
akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis
yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan
penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan
bermotor.
Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau,
konsentrasi gas karbon monoksida akan dapat berkurang 0,1 % setiap jam di
tempat yang terkena sinar matahari. Waktu tinggal karbon monoksida di udara
cukup lama dan lebih berbahaya apabila dibandingkan dengan gas sulfur oksida
maupun nitrogen oksida.
Pengaruh gas karbon monoksida pada kesehatan masyarakat akan dapat
menimbulkan keracunan yang akut maupun kronik. Akibat keracunan yang akut
adalah gangguan psikomotorik, antara lain perubahan denyut nadi, pernafasan
maupun tekanan darah. Sedangkan akibat dari keracunan tersebut dapat
memperberat adanya kerusakan syaraf, perubahan mental, daya ingat menurun,
pusing, sakit kepala, nafsu makan menurun serta dapat mengakibatkan
kehilangan rasa pada tangan.
3.2. Bahan-Bahan Pencemar yang Dicurigai Menimbulkan Kanker
Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar dalam
bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2µm. Mesin solar
akan menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat
seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin yang mengandung
timbel (Tri Tugaswati : 1987).
Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa karsinogenik
diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru. Akan tetapi untuk
membuktikan apakah pembentukan tumor tersebut hanya diakibatkan karena asap
solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan.
Dalam banyak kasus, analisis risiko dibuat berdasarkan hasil studi epidemiologi.
Apabila analisis-analisis tersebut cukup lengkap dan dapat mengendalikan berbagai
faktor pengganggu (confounding) seperti misalnya kebiasaan merokok, maka
kesimpulan yang ditarik dapat sangat berharga, tanpa peduli apakah hasil studi pada
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 11
umumnya hasil studi seperti itu jarang didapatkan. Mengesampingkan pengaruh yang
langka akibat pencemaran, seperti penyakit tumor dan kanker semata-mata
berdasarkan hasil studi epidemiologi yang negatif, sebenarnya kurang tepat.
Tabel 1. Dampak pencemaran udara
Dampak KarakteristikKesehatan dan kesejahteraanmanusia
Deefisiensi oksigen dalam darah, iritasimata dan kerusakan sistem pernafasan,kanker gangguan sistem syaraf, gangguanreproduksi dan Genetika
Tanaman dan hewan Kerusakan daun, berkurangnyaproduktivitas, menurunnya laju fotosintesa,dan gangguan sistem pernapasan dansyaraf pusat hewan.
Bahan-bahan dan bangunan Korosi pada logam; percepatan pelapukanpada bangunan dan monumen; pengotoranpakaian, bangunan, dan monumen.
Gangguan estetika Timbulnya bau, jarak pandang rendah,warna bangunan cepat pudar.
Ekosistem (udara, air, Tanah) Deposisi asam, perubahan iklim (lokal,regional, global), penipisan lapisan ozonstratosfer.
Sumber: Shechter, 1989.
Tabel 2. Pencemaran udara dan dampak terhadap kesehatan
Pencemar DampakPartikulat (timbel, nikel, arsen,karbon) terutama yangberukuran 10 mikron kebawah.
Meningkatkan risiko gangguan dan penyakitsistem pernapasan dan kardiovaskular.
CO Mengganggu konsentrasi dan refleksi tubuh,menyebabkan kantuk, dan dapatmemperparah penyakit kardiovaskularakibat defisiensi oksigen. CO mengikathemoglobin sehingga jumlah oksigen dalamdarah berkurang.
SO2 Meningkatkan risiko penyakit paru-paru danmenimbulkan batuk pada pemajanansingkat dengan konsentrasi tinggi.
NOx Meningkatkan total mortalitas, penyakitkardiovaskular, mortalitas pada bayi,serangan asma, dan penyakit paru-parukronis.
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 12
Ozon Menimbulkan iritasi mata, meningkatkangangguan pernapasan dan serangan asma,dan menurunkan daya tahan tubuhterhadap flu dan pneumonia.
Senyawa organik yang mudahmenguap
Menyebabkan iritasi mata, hidung, dantenggorokan; pada beberapa kasusmenimbulkan pusing, mual, dan kehilangankoordinasi; bersifat karsinogen terutama zatpolycyclic aromatic hydrocarbons (PAH),benzena, dan 1,3-butadiena.
Timbel Menyebabkan gangguan sistem syaraf,pencernaan, hipertensi, dan menurunkan IQpada anak-anak. Peningkatan kadartimbeldarah sebesar 10 – 20 µg/dl dapatmenurunkan IQ hingga 2 poin.
Sumber: Laporan WHO-Europe 2004; Colville et al., 2001.
3.3. Dampak terhadap lingkungan
Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor
diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa yang
dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini
menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang
secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak
menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari normalnya akibat
penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya. Pengaruh CO2 disebut
efek rumah kaca dimana CO2 di atmosfer dapat menyerap energi panas dan
menghalangi jalannya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih
tinggi.
Pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada
tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2, dimana
akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan daun. Dalam
beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO2 dan
SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi
asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan
air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada
logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakaian dan tumbuhan.
| property dino rimantho 13
Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO
dan NO2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna
bahan putih menjadi ke kuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada
umumnya dihasilkan dari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada
banyak jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada
pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari jenis
tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi.
Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bulan terus
menerus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman.
4. Pencemaran Udara Dalam Ruang
Kualitas udara dalam suatu ruang atau dikenal dengan istilah indoor air quality
adalah salah satu aspek keilmuan yang memfokuskan perhatian pada mutu udara
dalam suatu ruang dan udara yang akan dimasukkan ke dalam ruang atau gedung
yang ditempati oleh manusia, apakah udara yang dipergunakan dalam ruang atau
gedung tersebut memenuhi syarat kesehatan atau sebaliknya (Muhamad
Idham, 2003: 36).
Pengertian udara dalam ruang atau indoor air menurut NHMRC (National Health
Medical Research Counsil) adalah udara yang berada di dalam suatu ruang gedung
yang ditempati oleh sekelompok orang yang memiliki tingkat kesehatan yang
berbeda-beda selama minimal satu jam. Ruang gedung yang dimaksud dalam
pengertian ini meliputi rumah, sekolah, restoran, gedung untuk umum, hotel, rumah
sakit dan perkantoran.
Pada dasarnya ada tiga syarat utama yang berhubungan dengan kualitas
udara dalam suatu ruang atau indoor air quality adalah : (Muhamad Idham, 2003: 37)
Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam batas-
batas yang dapat diterima
Gas-gas hasil proses pernafasan dalam konsentrasi normal
Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada dibawah level ambang
PROPERTI DINO RIMANTHO
bau dan kesehatan.
Menurut Muhamad Idham, 2003: 40, d
ruang ada 4 parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu:
sumber kontaminan langsung, udara
pengeluaran dari ruang gedung,
5. Model Proses Pemasukan Udara Ke Dalam Gedung
Dalam menjalankan program manajemen atau pengaturan
di suatu gedung perlu mengetahui proses pengaturan udara yang
sehingga akan memudahkan dalam mengenali, mengevaluasi dan
aspek-aspek yang berhubungan dengan udara dalam ruangan. Pada
bawah ini, dapat dilihat model proses pemasukan udara ke dalam
Gambar 2. Proses P
(Muhamad Idham, 2003: 38)
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho
Menurut Muhamad Idham, 2003: 40, dalam investigasi permasalahan udara dalam
ruang ada 4 parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu:
sumber kontaminan langsung, udara yang dimasukkan ke dalam ruang, udara
pengeluaran dari ruang gedung, kontaminan yang berasal dari dalam
5. Model Proses Pemasukan Udara Ke Dalam Gedung
Dalam menjalankan program manajemen atau pengaturan indoor air
di suatu gedung perlu mengetahui proses pengaturan udara yang
sehingga akan memudahkan dalam mengenali, mengevaluasi dan
aspek yang berhubungan dengan udara dalam ruangan. Pada
bawah ini, dapat dilihat model proses pemasukan udara ke dalam gedung.
Proses Pemasukan Udara Ke Dalam Ruang Gedung
(Muhamad Idham, 2003: 38)
PROPERTI DINO RIMANTHO
property dino rimantho 14
alam investigasi permasalahan udara dalam
ruang ada 4 parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu:
yang dimasukkan ke dalam ruang, udara
kontaminan yang berasal dari dalam gedung.
indoor air quality
di suatu gedung perlu mengetahui proses pengaturan udara yang diterapkan,
sehingga akan memudahkan dalam mengenali, mengevaluasi dan mengontrol
aspek yang berhubungan dengan udara dalam ruangan. Pada gambar di
gedung.
emasukan Udara Ke Dalam Ruang Gedung
| property dino rimantho 15
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara dalam Ruangan
Kualitas udara dalam ruang suatu gedung sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik yang berasal dari dalam gedung sendiri maupun dari luar gedung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruang adalah:
1) Faktor fisik
Temperatur (tekanan panas)
Kelembaban
Pergerakan udara (air movement)
2) Faktor Kimia
a. Partikulat
Asbestos, fibber glas, debu cat, debu kertas, partikel shoot
Debu bangunan atau konstruksi, partikel ETS
b. Produk-produk pernapasan, seperti uap air, karbondioksida
c. Gas-gas produk kebakaran
Karbondioksida, CO, NO2
Poli aromatik hidrokarbon
ETS fase gas
Ozone (sumber dari fotocopy, lampu UV, printer laser, ioniser)
Formaldehida (sumber: plywood, partikel board, karpet, bahan
isolasi foam yang terbuat dari ureaformaldehid)
Zat-zat organik mudah menguap, seperti: alkohol, aldehid,
hidrokarbon alipatik, aromatik, ester, kelompok halogen.
Sumber: material bangunan gedung, kosmetik, asap rokok, zat
pembersih, purnish, bahan adesif atau perekat dan cat.
Radon dan produk peluruhannya ETS (Environmental Tobacco Smoke) Mikrobiologi (virus, bakteri dan jamur) (Muhamad Idham, 2003: 39).
Sumber pustaka :
Akhmad, Dhomiri., 2000. Pencemaran Udara Sudah Begitu Parah di Kota-kota BesarIndonesia <http://www.pdpersi.co.id/? show=detailnews&kode =23&tbl= kesling>
PROPERTI DINO RIMANTHO
| property dino rimantho 16
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Jakarta, Peraturan DaerahProvinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 2005.
Colville, R.N., Hutchinson, E.J., Mindell, J.S., Warren, R.F. 2001. The transport sector as asource of air pollution. Atmospheric Environment 35, 1537-1565.
Djajadiningrat, Asis .,Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Ambien, prosiding SeminarNasional Teknologi Lingkungan III, ITS Surabaya, 2005.
Harsemma, V., Textbook for the course modelling and monitoring of air quality, Wageningen :Wageningen Agricultural University, 1998.
Henry C. Perkins, Air Pollution, Mc. Graw - Hill Book Company, USA, 1974.
Howard S. Peavy, Donald R.,Rowe., George Tchobanolous, Environmental Engineering,McGraw Hill Publishing Company, 1985.
Keputusan Kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :KEP107/KABAPEDAL/11/1997.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor :KM 9 tahun 2004 tentang Pengujian TipeKendaraan Bermotor.
Muhamad Idham. 2003. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Volume XXXVI No.1.Jakarta: Published.
Mukojono, H.J., Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan SaluranPernafasan, Airlangga University Press, Surabaya, 1997.
Noel de Nevers, Air Pollution Control Engineering, Mc. Graw Hill Inc., 2000.
Program Peningkatan Kualitas Udara perkotaan (PPKUP), Strategi dan Rencana Aksi Lokal(LSAP) DKI Jakarta, Technical Cooperation Project between Indonesia – Asian DevelopmentBank (ADB), 2006.
PTM News, Pengembangan Transportasi Makro, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2003.
Sadat dkk, Dede Nurdin ., Udara Bersih Hak Kita Bersama, Yayasan Pelangi, Jakarta, 2003.
Sudrajad, Agung., Pencemaran Udara Suatu Pendahuluan, INOVASIVol.5/XVII/November 2005
Syahril, et. al. Study on Air Quality in Jakarta: Future Trends, Health Impacts, Economic Valueand Policy Options, A Technical Report submitted to The Asian Development Bank, July 2002.
Tamin, Ridwan D., Koordinasi Penerapan Standar Euro II Kendaraan Tipe Baru.
Tugaswati, Tri., dkk., Health Effects of Automotive Lead Air Pollution in Jakarta, Asia-PacificJournal of Public Health, 1, pp. 23-27. 1987.
| property dino rimantho 17
Rimantho, Dino., Pengelolaan Resiko Pencemaran Udara Dari Kendaraan bermotor di Jln. MH.Thamrin DKI Jakarta, Thesis Teknik Lingkungan ITS, Surabaya, 2007.
Riyadi, Slamet ., Pencemaran Udara, Usaha Nasional, Surabaya, 1982.
Universitas Indonesia (UI) dan United States – Asia Environmental Partnership (USAEP). 2005.Health risk of PM2,5 and CO in Jakarta.
Wardhana, Wisnu A., Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : PenerbitAndi Offset, 1995.
Yayasan Pelangi Indonesia. 2001. Studi tentang kajian peraturan di bidang pengendalianpencemaran udara.
http://www.menlh.go.id/emisikendaraan/profil_program.htm
http://www.usembassyjakarta.org/ptp/udarakt1.html
_______________. 1997. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup.
_______________. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang PengendalianPencemaran udara.