PENCEMARAN+UDARA

17
| property dino rimantho 1 PENCEMARAN UDARA 1. Sumber Pencemaran udara Pencemaran udara terjadi akibat dilepaskannya zat pencemar dari berbagai sumber ke udara. Sumber-sumber pencemar udara dapat bersifat alami maupun antropogenik (aktivitas manusia). Namun peraturan mengenai pengelolaan udara yang saat ini berlaku di Indonesia yaitu PP No. 41/1999 mendefinisikan sumber pencemar sebagai setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak berfungsi sebagaimana mestinya. PP ini kemudian menggolongkan sumber pencemar atas lima kelompok, yaitu: Sumber bergerak: sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor. Sumber bergerak spesifik: serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya. Sumber tidak bergerak: sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. Sumber tidak bergerak spesifik: serupa dengan sumber tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah. Sumber gangguan: sumber pencemar yang menggunakan media udara atau padat untuk penyebarannya. Sumber ini terdiri dari kebisingan, getaran, kebauan dan gangguan lain. Sementara WHO sendiri menggolongkan sumber pencemar atas sumber tidak bergerak, sumber bergerak dan sumber dalam ruangan. Di kota-kota besar di Indonesia, sumber bergerak telah mendominasi emisi pencemar udara. Di Jakarta misalnya, kendaraan bermotor telah menyumbangkan 70 persen dari pencemar PM10 dan NOx di tahun 1998. (Syahril et.al.: 2002 ) Untuk sebagian daerah di Kalimantan dan Sumatera, sumber tidak bergerak spesifik, dalam hal ini kebakaran hutan, telah memberikan kontribusi yang cukup tinggi dan semakin meningkat sejak tahun 1997 (Dede Nurdin Sadat dkk : 2002). Selain kedua jenis sumber ini, kendaraan bermotor dan kebakaran hutan, kegiatan industri serta pembangkitan listrik pun memberikan kontribusi yang semakin PROPERTI DINO RIMANTHO

Transcript of PENCEMARAN+UDARA

Page 1: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 1

PENCEMARAN UDARA

1. Sumber Pencemaran udara

Pencemaran udara terjadi akibat dilepaskannya zat pencemar dari berbagai

sumber ke udara. Sumber-sumber pencemar udara dapat bersifat alami maupun

antropogenik (aktivitas manusia). Namun peraturan mengenai pengelolaan udara yang

saat ini berlaku di Indonesia yaitu PP No. 41/1999 mendefinisikan sumber pencemar

sebagai setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara

yang menyebabkan udara tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

PP ini kemudian menggolongkan sumber pencemar atas lima kelompok, yaitu:

Sumber bergerak: sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu

tempat yang berasal dari kendaraan bermotor.

Sumber bergerak spesifik: serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari

kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya.

Sumber tidak bergerak: sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.

Sumber tidak bergerak spesifik: serupa dengan sumber tidak bergerak namun

berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.

Sumber gangguan: sumber pencemar yang menggunakan media udara atau

padat untuk penyebarannya. Sumber ini terdiri dari kebisingan, getaran, kebauan

dan gangguan lain.

Sementara WHO sendiri menggolongkan sumber pencemar atas sumber tidak

bergerak, sumber bergerak dan sumber dalam ruangan. Di kota-kota besar di

Indonesia, sumber bergerak telah mendominasi emisi pencemar udara. Di Jakarta

misalnya, kendaraan bermotor telah menyumbangkan 70 persen dari pencemar PM10

dan NOx di tahun 1998. (Syahril et.al.: 2002 ) Untuk sebagian daerah di Kalimantan dan

Sumatera, sumber tidak bergerak spesifik, dalam hal ini kebakaran hutan, telah

memberikan kontribusi yang cukup tinggi dan semakin meningkat sejak tahun 1997

(Dede Nurdin Sadat dkk : 2002).

Selain kedua jenis sumber ini, kendaraan bermotor dan kebakaran hutan,

kegiatan industri serta pembangkitan listrik pun memberikan kontribusi yang semakin

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 2: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 2

hari semakin meningkat. Adapun sumber pencemaran bergerak tersebut antara lain

(PPKUP : 2006) :

1. Kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM)

Ketersediaan bensin tanpa timbal (unleaded gasoline) dan minyak solar dengan

kandungan belerang rendah merupakan faktor kunci dalam penurunan emisi

kendaraan, karena bahan bakar jenis tersebut merupakan prasyarat bagi

penggunaan teknologi kendaraan yang mutakhir yang mampu mengurangi emisi

kendaraan secara signifikan.

Alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan BBM

adalah biodiesel dan bahan bakar gas.

2. Emisi Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang

penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi

oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin.

Tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

adalah :

Sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan

Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) berkala untuk kendaraan

umum tidak berjalan efektif

Pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum

(terkait dengan pemenuhan persyaratan kelaikan jalan) belum diterapkan

Kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi pereduksi emisi

seperti katalis karena tidak tersedianya bahan bakar yang sesuai untuk

penggunaan katalis tersebut

Kualitas BBM yang rendah

Penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang menggunakan bahan

bakar alternatif masih belum memadai

Pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala yang dapat

menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar masih

kurang

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 3: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 3

Disinsentif terhadap kendaraan-kendaraan yang termasuk dalam kategori

penghasil emisi terbesar belum diperkenalkan.

Gambar 1. Emisi kendaraan bermotor sebagai penyebab polusi udara.

3. Sistem Transportasi dan Manajemen Lalu Lintas

Sistem manajemen transportasi dan tata ruang perkotaan mempengaruhi pola

pergerakan manusia dan kendaraan di suatu kota yang pada akhirnya

mempengaruhi kualitas udara. Pengendalian pencemaran udara melalui

peningkatan sistem transportasi terfokus pada dua aspek, yaitu pengurangan

volume kendaraan dan pengurangan kepadatan lalu lintas. Makin banyak volume

kendaraan yang beroperasi di jalan, makin banyak jumlah emisi gas buang total.

Pertumbuhan kendaraan yang pesat di kota-kota besar termasuk mencerminkan

kurang memadainya sistem transportasi kota. Banyak orang terdorong untuk

menggunakan mobil pribadi dan sepeda motor karena ketiadaan transportasi umum

yang nyaman, aman, dan tepat waktu. Sistem transportasi belum terintegrasi ke

dalam pengembangan wilayah. Pada banyak kasus, pembangunan perumahan di

luar pusat kota tidak diikuti dengan pengembangan sistem transportasi yang

menghubungkan lokasi perumahan dengan lokasi komersial dan perkantoran di

Sumber : Dok. Pribadi Dino

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 4: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 4

pusat kota. Kondisi ini mendorong orang untuk menggunakan kendaraan pribadi

guna memenuhi kebutuhan transportasi mereka sehari-hari sehingga kendaraan

pribadi mengambil porsi transportasi jalan yang lebih besar dibanding moda

transportasi lainnya.

Masalah sumber pencemar transportasi di suatu kota tidak terlepas dari kontribusi

sumber pencemar dari wilayah sekitarnya akibat perjalanan manusia ke dan dari

suatu kota setiap hari untuk melakukan berbagai kegiatan (bekerja, sekolah,

distribusi barang, dan sebagainya). Perjalanan tersebut dilakukan dengan

menggunakan berbagai moda transportasi seperti sepeda motor, transportasi umum

(bus, kereta api), dan mobil pribadi.

2. Pencemaran udara

Menurut Henry C.Perkins (1974) dalam “The Engineers Joint council in air

pollution and its control” mendefinisikan pencemaran udara mengartikan hadirnya satu

atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar, seperti antara lain oleh

debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak

dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara tersebut, hingga dapat

menimbulkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan manusia, tumbuh-tumbuhan

atau binatang maupun benda atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi

kelestarian kehidupan organisme maupun benda.

Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41

Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran udara adalah masuknya atau

dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh

kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Bentuk emisi dari unsur atau senyawa pencemar udara dapat dibagi menjadi

dua bagian, yaitu (Slamet Arifin :1987) :

a. Pencemar udara Primer (Primary Air Pollution)

Yaitu semua pencemar yang berbeda di udara dalam bentuk yang hampir tidak

berubah. Sama seperti ia dibebaskan dari sumbernya semula sebagai hasil dari

suatu proses tertentu.

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 5: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 5

b. Pencemar udara Sekunder (Secondary Air Pollution)

Semua pencemar di udara yang sudah berubah karena hasil reaksi tertentu antara

dua atau lebih kontaminan atau polutan. Umumnya pencemar sekunder merupakan

hasil antara pencemar primer dengan kontaminan atau polutan lain yang ada di

udara. Reaksi-reaksi yang dimaksud dalam timbulnya pencemar sekunder antara

lain adalah reaksi foto kimia dan reaksi oksida katalis.

Dalam pengertian pencemaran udara, sumber pencemar tidak hanya dibatasi

pada sumber pencemar yang berasal dari aktivitas manusia, tetapi juga oleh sumber-

sumber pencemar yang datangnya akibat peristiwa alamiah seperti gunung meletus,

bencana alam dan lain-lain (Slamet Riyadi : 1982) .

Atmosfer adalah lingkungan udara yang terdiri dari beberapa lapisan yang

terbentuk karena adanya interaksi antara sinar-sinar matahari, gaya tarik bumi, rotasi

bumi dan permukaan bumi (Juli Soemirat Slamet : 2000). Batasan ini bervariasi

tergantung dari iklim, ketinggian diatas permukaan laut, arah dan kekuatan angin,

temperatur udara dan keadaan cuaca tetapi setiap lapisan mempunyai karakteristik

yang berbeda-beda (Slamet Riyadi : 1982).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencemaran udara yang terjadi di suatu

daerah dapat mempengaruhi suatu wilayah yang lain yang disebabkan oleh faktor-

faktor kondisi alam, kondisi meteorologi dan lain-lain. Sebagai contoh terjadinya

kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera yang dapat menimbulkan

pencemaran udara pada wilayah atau daerah yang lain yang disebabkan karena kondisi

topografi dan faktor meteorologi pada wilayah tersebut.

3. Dampak pencemaran udara

Menurut Harssema (1998), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi,

dimana emisi merupakan jumlah polutan (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam

satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia.

Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari

kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat

pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini

membuat pola emisi menjadi rumit.

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 6: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 6

Keterkaitan antara pencemaran udara di perkotaan dan kemungkinan adanya

resiko terhadap kesehatan, baru dibahas pada beberapa dekade belakangan ini.

Pengaruh yang merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat adanya episod

smog sampai pada gangguan estetika dan kenyamanan. Bahaya gas buang kendaraan

bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksitas (daya racun) masing-masing

senyawa dan seberapa luas masyarakat terpajan olehnya.

Menurut Tri Tugaswati (1987) beberapa faktor yang berperan di dalam

ketidakpastian setiap analisis resiko yang dikaitkan dengan gas buang kendaraan

bermotor antara lain adalah :

Definisi tentang bahaya terhadap kesehatan yang digunakan

Relevansi dan interpretasi hasil studi epidemiologi dan eksperimental

Realibilitas dari data pajanan

Jumlah manusia yang terpajan

Keputusan untuk menentukan kelompok resiko yang mana yang akan

dilindungi

Interaksi antara berbagai senayawa di dalam gas buang, baik yang sejenis

maupun antara yang tidak sejenis

Lamanya terpajan (jangka panjang atau pendek)

Pada umumnya istilah dari bahaya terhadap kesehatan yang digunakan adalah

pengaruh bahan pencemar yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko atau

penyakit atau kondisi medik lainnya pada seseorang ataupun kelompok orang.

Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang

terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut :

1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang

termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen,

ozon dan oksida lainnya.

2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti

hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam.

3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti

hidrokarbon.

Page 7: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 7

4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dan

lain-lain.

3.1. Bahan-Bahan Pencemar yang Terutama Mengganggu Saluran Pernafasan

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia berkisar dari yang

relatif ringan hingga yang mengakibatkan kematian. Laporan World Health Organization

Negara-negara Eropa (WHO-Europe, 2004) antara lain menyebutkan adanya hubungan

antara partikel debu di udara dengan berbagai macam penyakit saluran pernapasan.

Pencemaran udara tersebut juga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit

paru-paru dan jantung. Selain itu, dipercaya bahwa partikel debu memberikan kontribusi

dalam penurunan umur harapan hidup 1 tahun atau lebih bagi mereka yang tinggal di

kota-kota besar Eropa. Pencemaran udara juga berhubungan dengan peningkatan

jumlah dan keparahan gejala-gejala gangguan saluran pernapasan bawah dan atas

pada anak-anak (WHO-Europe, 2004).

Anak-anak, manusia lanjut usia, penderita penyakit paru dan jantung, perokok,

dan pekerja yang beraktivitas di dekat sumber pencemar merupakan kelompok yang

rentan terhadap pencemaran udara. Beberapa studi membuktikan bahwa anak-anak

yang tinggal di kota dengan tingkat pencemaran udara lebih tinggi mempunyai paru-

paru lebih kecil, lebih sering tidak bersekolah karena sakit, dan lebih sering dirawat di

rumah sakit. Rendahnya berat badan anak-anak dan kecilnya organ-organ

pertumbuhan mereka memberi risiko kesehatan yang lebih tinggi pula.

Menurut Tri Tugaswati (1987) sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas

buang kendaraan bermotor seperti oksida-oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan

senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran

pernafasan antara lain :

Sulfur Dioksida

Merupakan bahan pencemar udara sebagai hasil dari pembakaran dari

senyawa-senyawa yang mengandung belerang (Slamet Riyadi:1982)

Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung

dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paru-paru.

Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil,

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 8: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 8

partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian

lain yang sempit. Partikulat gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri

jelaga (hidrokarbon yang tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-

senyawa logam, nitrat dan sulfat).

Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4)

dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2

dan partikulat dapat membengkaknya membran mukosa dan pembentukan

mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan.

Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita

penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia.

Partikulate Mater 10 (PM10)

Menurut Agung Sudrajad (2005) Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari

bermacam-macam komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga

berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Pada proses

pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses

oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan

beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di

atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa

unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction),

debu, SO4, dan H2O.

PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh

penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat

menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350

µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis.

Partikel yang terhirup (inhalable) juga dapat merupakan partikulat sekunder,

yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas-gas hasil pembakaran yang

mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer, Partikel sekunder PM2,5 dapat

menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja

karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke

dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya.

Page 9: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 9

Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan bereaksi

langsung di dalam sistem pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih

berbahaya daripada partikel kecil yang tidak bersifat asam. Partikel logam berat

dan yang mengandung senyawa karbon dapat mempunyai efek karsinogenik,

atau menjadi carrier pencemar toksik lain yang berupa gas atau semi-gas karena

menempel pada permukaannya.

Nitrogen Oksida

Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida

(NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang

lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke

dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali

dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat

dicapai oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah.

Karena data epidemilogi tentang resiko pengaruh NO2 terhadap kesehatan

manusia sampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya banyak didasarkan

pada hasil studi eksprimental. Berdasarkan studi menggunakan binatang

percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya

kepekaan terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat

pajanan sebesar 100 µg/m3 . Percobaan pada manusia menyatakan bahwa

kadar NO2 sebesar 250 µg/m3 dan 500 µg/m3 dapat mengganggu fungsi

saluran pernafasan pada penderita asma dan orang sehat.

Karbon Monoksida

Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di

berbagaiperkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di

Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang

berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini (Agung Sudrajad : 2005).

Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar

dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran

yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-

mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk

meminimalkan emisi CO. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida

Page 10: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 10

akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis

yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan

penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan

bermotor.

Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau,

konsentrasi gas karbon monoksida akan dapat berkurang 0,1 % setiap jam di

tempat yang terkena sinar matahari. Waktu tinggal karbon monoksida di udara

cukup lama dan lebih berbahaya apabila dibandingkan dengan gas sulfur oksida

maupun nitrogen oksida.

Pengaruh gas karbon monoksida pada kesehatan masyarakat akan dapat

menimbulkan keracunan yang akut maupun kronik. Akibat keracunan yang akut

adalah gangguan psikomotorik, antara lain perubahan denyut nadi, pernafasan

maupun tekanan darah. Sedangkan akibat dari keracunan tersebut dapat

memperberat adanya kerusakan syaraf, perubahan mental, daya ingat menurun,

pusing, sakit kepala, nafsu makan menurun serta dapat mengakibatkan

kehilangan rasa pada tangan.

3.2. Bahan-Bahan Pencemar yang Dicurigai Menimbulkan Kanker

Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar dalam

bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2µm. Mesin solar

akan menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat

seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin yang mengandung

timbel (Tri Tugaswati : 1987).

Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa karsinogenik

diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru. Akan tetapi untuk

membuktikan apakah pembentukan tumor tersebut hanya diakibatkan karena asap

solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan.

Dalam banyak kasus, analisis risiko dibuat berdasarkan hasil studi epidemiologi.

Apabila analisis-analisis tersebut cukup lengkap dan dapat mengendalikan berbagai

faktor pengganggu (confounding) seperti misalnya kebiasaan merokok, maka

kesimpulan yang ditarik dapat sangat berharga, tanpa peduli apakah hasil studi pada

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 11: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 11

umumnya hasil studi seperti itu jarang didapatkan. Mengesampingkan pengaruh yang

langka akibat pencemaran, seperti penyakit tumor dan kanker semata-mata

berdasarkan hasil studi epidemiologi yang negatif, sebenarnya kurang tepat.

Tabel 1. Dampak pencemaran udara

Dampak KarakteristikKesehatan dan kesejahteraanmanusia

Deefisiensi oksigen dalam darah, iritasimata dan kerusakan sistem pernafasan,kanker gangguan sistem syaraf, gangguanreproduksi dan Genetika

Tanaman dan hewan Kerusakan daun, berkurangnyaproduktivitas, menurunnya laju fotosintesa,dan gangguan sistem pernapasan dansyaraf pusat hewan.

Bahan-bahan dan bangunan Korosi pada logam; percepatan pelapukanpada bangunan dan monumen; pengotoranpakaian, bangunan, dan monumen.

Gangguan estetika Timbulnya bau, jarak pandang rendah,warna bangunan cepat pudar.

Ekosistem (udara, air, Tanah) Deposisi asam, perubahan iklim (lokal,regional, global), penipisan lapisan ozonstratosfer.

Sumber: Shechter, 1989.

Tabel 2. Pencemaran udara dan dampak terhadap kesehatan

Pencemar DampakPartikulat (timbel, nikel, arsen,karbon) terutama yangberukuran 10 mikron kebawah.

Meningkatkan risiko gangguan dan penyakitsistem pernapasan dan kardiovaskular.

CO Mengganggu konsentrasi dan refleksi tubuh,menyebabkan kantuk, dan dapatmemperparah penyakit kardiovaskularakibat defisiensi oksigen. CO mengikathemoglobin sehingga jumlah oksigen dalamdarah berkurang.

SO2 Meningkatkan risiko penyakit paru-paru danmenimbulkan batuk pada pemajanansingkat dengan konsentrasi tinggi.

NOx Meningkatkan total mortalitas, penyakitkardiovaskular, mortalitas pada bayi,serangan asma, dan penyakit paru-parukronis.

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 12: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 12

Ozon Menimbulkan iritasi mata, meningkatkangangguan pernapasan dan serangan asma,dan menurunkan daya tahan tubuhterhadap flu dan pneumonia.

Senyawa organik yang mudahmenguap

Menyebabkan iritasi mata, hidung, dantenggorokan; pada beberapa kasusmenimbulkan pusing, mual, dan kehilangankoordinasi; bersifat karsinogen terutama zatpolycyclic aromatic hydrocarbons (PAH),benzena, dan 1,3-butadiena.

Timbel Menyebabkan gangguan sistem syaraf,pencernaan, hipertensi, dan menurunkan IQpada anak-anak. Peningkatan kadartimbeldarah sebesar 10 – 20 µg/dl dapatmenurunkan IQ hingga 2 poin.

Sumber: Laporan WHO-Europe 2004; Colville et al., 2001.

3.3. Dampak terhadap lingkungan

Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor

diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa yang

dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini

menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang

secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak

menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari normalnya akibat

penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya. Pengaruh CO2 disebut

efek rumah kaca dimana CO2 di atmosfer dapat menyerap energi panas dan

menghalangi jalannya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih

tinggi.

Pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada

tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2, dimana

akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan daun. Dalam

beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO2 dan

SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi

asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan

air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada

logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakaian dan tumbuhan.

Page 13: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 13

Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.

Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO

dan NO2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna

bahan putih menjadi ke kuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada

umumnya dihasilkan dari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada

banyak jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada

pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari jenis

tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi.

Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bulan terus

menerus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman.

4. Pencemaran Udara Dalam Ruang

Kualitas udara dalam suatu ruang atau dikenal dengan istilah indoor air quality

adalah salah satu aspek keilmuan yang memfokuskan perhatian pada mutu udara

dalam suatu ruang dan udara yang akan dimasukkan ke dalam ruang atau gedung

yang ditempati oleh manusia, apakah udara yang dipergunakan dalam ruang atau

gedung tersebut memenuhi syarat kesehatan atau sebaliknya (Muhamad

Idham, 2003: 36).

Pengertian udara dalam ruang atau indoor air menurut NHMRC (National Health

Medical Research Counsil) adalah udara yang berada di dalam suatu ruang gedung

yang ditempati oleh sekelompok orang yang memiliki tingkat kesehatan yang

berbeda-beda selama minimal satu jam. Ruang gedung yang dimaksud dalam

pengertian ini meliputi rumah, sekolah, restoran, gedung untuk umum, hotel, rumah

sakit dan perkantoran.

Pada dasarnya ada tiga syarat utama yang berhubungan dengan kualitas

udara dalam suatu ruang atau indoor air quality adalah : (Muhamad Idham, 2003: 37)

Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam batas-

batas yang dapat diterima

Gas-gas hasil proses pernafasan dalam konsentrasi normal

Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada dibawah level ambang

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 14: PENCEMARAN+UDARA

bau dan kesehatan.

Menurut Muhamad Idham, 2003: 40, d

ruang ada 4 parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu:

sumber kontaminan langsung, udara

pengeluaran dari ruang gedung,

5. Model Proses Pemasukan Udara Ke Dalam Gedung

Dalam menjalankan program manajemen atau pengaturan

di suatu gedung perlu mengetahui proses pengaturan udara yang

sehingga akan memudahkan dalam mengenali, mengevaluasi dan

aspek-aspek yang berhubungan dengan udara dalam ruangan. Pada

bawah ini, dapat dilihat model proses pemasukan udara ke dalam

Gambar 2. Proses P

(Muhamad Idham, 2003: 38)

PROPERTI DINO RIMANTHO

| property dino rimantho

Menurut Muhamad Idham, 2003: 40, dalam investigasi permasalahan udara dalam

ruang ada 4 parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu:

sumber kontaminan langsung, udara yang dimasukkan ke dalam ruang, udara

pengeluaran dari ruang gedung, kontaminan yang berasal dari dalam

5. Model Proses Pemasukan Udara Ke Dalam Gedung

Dalam menjalankan program manajemen atau pengaturan indoor air

di suatu gedung perlu mengetahui proses pengaturan udara yang

sehingga akan memudahkan dalam mengenali, mengevaluasi dan

aspek yang berhubungan dengan udara dalam ruangan. Pada

bawah ini, dapat dilihat model proses pemasukan udara ke dalam gedung.

Proses Pemasukan Udara Ke Dalam Ruang Gedung

(Muhamad Idham, 2003: 38)

PROPERTI DINO RIMANTHO

property dino rimantho 14

alam investigasi permasalahan udara dalam

ruang ada 4 parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu:

yang dimasukkan ke dalam ruang, udara

kontaminan yang berasal dari dalam gedung.

indoor air quality

di suatu gedung perlu mengetahui proses pengaturan udara yang diterapkan,

sehingga akan memudahkan dalam mengenali, mengevaluasi dan mengontrol

aspek yang berhubungan dengan udara dalam ruangan. Pada gambar di

gedung.

emasukan Udara Ke Dalam Ruang Gedung

Page 15: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 15

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara dalam Ruangan

Kualitas udara dalam ruang suatu gedung sangat dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik yang berasal dari dalam gedung sendiri maupun dari luar gedung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruang adalah:

1) Faktor fisik

Temperatur (tekanan panas)

Kelembaban

Pergerakan udara (air movement)

2) Faktor Kimia

a. Partikulat

Asbestos, fibber glas, debu cat, debu kertas, partikel shoot

Debu bangunan atau konstruksi, partikel ETS

b. Produk-produk pernapasan, seperti uap air, karbondioksida

c. Gas-gas produk kebakaran

Karbondioksida, CO, NO2

Poli aromatik hidrokarbon

ETS fase gas

Ozone (sumber dari fotocopy, lampu UV, printer laser, ioniser)

Formaldehida (sumber: plywood, partikel board, karpet, bahan

isolasi foam yang terbuat dari ureaformaldehid)

Zat-zat organik mudah menguap, seperti: alkohol, aldehid,

hidrokarbon alipatik, aromatik, ester, kelompok halogen.

Sumber: material bangunan gedung, kosmetik, asap rokok, zat

pembersih, purnish, bahan adesif atau perekat dan cat.

Radon dan produk peluruhannya ETS (Environmental Tobacco Smoke) Mikrobiologi (virus, bakteri dan jamur) (Muhamad Idham, 2003: 39).

Sumber pustaka :

Akhmad, Dhomiri., 2000. Pencemaran Udara Sudah Begitu Parah di Kota-kota BesarIndonesia <http://www.pdpersi.co.id/? show=detailnews&kode =23&tbl= kesling>

PROPERTI DINO RIMANTHO

Page 16: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 16

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Jakarta, Peraturan DaerahProvinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 2005.

Colville, R.N., Hutchinson, E.J., Mindell, J.S., Warren, R.F. 2001. The transport sector as asource of air pollution. Atmospheric Environment 35, 1537-1565.

Djajadiningrat, Asis .,Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Ambien, prosiding SeminarNasional Teknologi Lingkungan III, ITS Surabaya, 2005.

Harsemma, V., Textbook for the course modelling and monitoring of air quality, Wageningen :Wageningen Agricultural University, 1998.

Henry C. Perkins, Air Pollution, Mc. Graw - Hill Book Company, USA, 1974.

Howard S. Peavy, Donald R.,Rowe., George Tchobanolous, Environmental Engineering,McGraw Hill Publishing Company, 1985.

Keputusan Kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :KEP107/KABAPEDAL/11/1997.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor :KM 9 tahun 2004 tentang Pengujian TipeKendaraan Bermotor.

Muhamad Idham. 2003. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Volume XXXVI No.1.Jakarta: Published.

Mukojono, H.J., Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan SaluranPernafasan, Airlangga University Press, Surabaya, 1997.

Noel de Nevers, Air Pollution Control Engineering, Mc. Graw Hill Inc., 2000.

Program Peningkatan Kualitas Udara perkotaan (PPKUP), Strategi dan Rencana Aksi Lokal(LSAP) DKI Jakarta, Technical Cooperation Project between Indonesia – Asian DevelopmentBank (ADB), 2006.

PTM News, Pengembangan Transportasi Makro, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2003.

Sadat dkk, Dede Nurdin ., Udara Bersih Hak Kita Bersama, Yayasan Pelangi, Jakarta, 2003.

Sudrajad, Agung., Pencemaran Udara Suatu Pendahuluan, INOVASIVol.5/XVII/November 2005

Syahril, et. al. Study on Air Quality in Jakarta: Future Trends, Health Impacts, Economic Valueand Policy Options, A Technical Report submitted to The Asian Development Bank, July 2002.

Tamin, Ridwan D., Koordinasi Penerapan Standar Euro II Kendaraan Tipe Baru.

Tugaswati, Tri., dkk., Health Effects of Automotive Lead Air Pollution in Jakarta, Asia-PacificJournal of Public Health, 1, pp. 23-27. 1987.

Page 17: PENCEMARAN+UDARA

| property dino rimantho 17

Rimantho, Dino., Pengelolaan Resiko Pencemaran Udara Dari Kendaraan bermotor di Jln. MH.Thamrin DKI Jakarta, Thesis Teknik Lingkungan ITS, Surabaya, 2007.

Riyadi, Slamet ., Pencemaran Udara, Usaha Nasional, Surabaya, 1982.

Universitas Indonesia (UI) dan United States – Asia Environmental Partnership (USAEP). 2005.Health risk of PM2,5 and CO in Jakarta.

Wardhana, Wisnu A., Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : PenerbitAndi Offset, 1995.

Yayasan Pelangi Indonesia. 2001. Studi tentang kajian peraturan di bidang pengendalianpencemaran udara.

http://www.menlh.go.id/emisikendaraan/profil_program.htm

http://www.usembassyjakarta.org/ptp/udarakt1.html

_______________. 1997. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup.

_______________. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang PengendalianPencemaran udara.