Tugas Pencemaran udara
description
Transcript of Tugas Pencemaran udara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia dan bertambah
banyaknya kebutuhan manusia, mengakibatkan semakin besar pula terjadinya
masalah-masalah pencemaran lingkungan. Pada dasarnya, secara alamiah, alam
mampu mendaur ulang berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh makhluk
hidup, namun bila konsentrasi limbah yang dihasilkan sudah tak sebanding lagi
dengan laju proses daur ulang maka akan terjadi pencemaran. Pencemaran
lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah pencemaran
udara. Pencemaran udara ini menimbulkan berbagai dampak negatif bagi
kehidupan di muka bumi. Semakin menipisnya lapisan ozon adalah salah satu
dampak yang harus diwaspadai karena ini berarti menyangkut lestarinya
keanekaragaman hayati, kelangsungan makhluk hidup di bumi dan keberadaan
bumi itu sendiri.
Berbagai dampak telah timbul akibat perkembangan bidang sains dan
teknologi baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Selain dampak positif yang dapat diharapkan dari pembangunan tersebut, tentu
akan muncul pula dampak-dampak yang tidak diharapkan. Pembangunan sarana
dan prasarana transportasi dan pemakaian mesin-mesin berat untuk industri,
pembangunan kompleks pemukiman, pembangunan kompleks perkantoran, dsb
yang walaupun akan meningkatkan keaktifan dan pendapatan bagi penduduk,
namun dampak lain yang tak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan
tersebut adalah dampak pada kualitas udara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara dikatakan bahwa :
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia
serta mahluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya
untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi
mahluk hidup lainnya.
1
Agar udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian lingkungan
hidup, maka perlu dipelihara, dijaga dan dijamin mutunya melalui pengendalian
pencemaran udara.
Ini berarti bahwa walaupun ada aktifitas pembangunan, dampaknya pada
kualitas udara tetap harus ditekan seminimal mungkin, sehingga apa yang
diharapkan dari PP No. 41 Tahun 1999 tetap terwujud.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Zat apa saja yang menyebabkan Pencemaran udara ?
2. Apa penyebab dari pencemaran udara ?
3. Apa saja aturan pendukung dalam pencemaran udara dan sanksi yang
diberikan apabila di langgar ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi mengenai dampak akibat dari pencemaran udara bagi lingkungan dan
bagi manusia itu sendiri, serta dapat memahami apa saja aturan-aturan pendukung
dan dapat menanggulangi pencemaran udara serta fungsinya penanggulangannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pencemaran Udara
Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun
1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik,
kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam
seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan
awan panas. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun
2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain
ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Selain
itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau zat asing di
dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi udara dari
susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut di
dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan
gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan (Wardhana, 2004).
2.2 Sumber Pencemar Udara
Dalam memperkirakan dan menilai dampak yang timbul terhadap lingkungan
udara, sumber pencemar umumnya dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sumber titik, yang termasuk di dalam kelompok ini adalah titik cerobong
asap industri, misalnya emisi SOx dari cerobong PLTU.
2. Sumber garis, yang merupakan integrasi dari sumber-sumber titik yang tak
terhingga banyaknya sehingga dapat dianggap menjadi sumber garis yang
3
seluruhnya memancarkan pencemar udara : contohnya adalah jalan raya di
mana kendaraan-kendaraan yang melewatinya mengemisikan CO, HC,
NOx, partikulat, SOx.
3. Sumber area, yang sebenarnya merupakan integrasi dari banyak sumber
titik dan sumber garis, contohnya adalah aglomerasi industri yang sejenis,
daerah penimbunan sampah, dsb nya.
Pencemaran yang terjadi di atmosfir sangat ditentukan pula oleh jenis bahan
pencemar yang dibebaskan ke udara, misalnya :
Oksida karbon (CO dan CO2 )
Oksida nitrogen (NO, NO2 dan NOx )
Oksida belerang (SO2 dan SO3 )
Hidrokarbon (CH4 , C4H10, C6H6)
Gas air mata
Fotokimia oksidan (O3 , peroksida, aldehida)
Partikel (debu, asap, jelaga, asbestos, logam, dan minyak)
2.3 Dampak Pencemaran Udara
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan Alam Pencemaran udara
dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain: hujan asam,
penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
2.3.1 Hujan Asam
Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia
menulis tentang polusi industri di Inggris. Hujan asam adalah hujan yang
memiliki kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6.
4
2.3.2 Penipisan Lapisan Ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak stabil.
Di atmosfer ozon terbentuk secara alami dan terletak di lapisan stratosfer pada
ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi. Fungsi dari lapisan ini adalah untuk
melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari
dan berbahaya bagi kehidupan.
2.3.3 Pemanasan Global
Kadar CO2 yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan
panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas.
Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah
5
kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di bumi (pemanasan
global). Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan
menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim.
2.3.4 Dampak Pencemaran Udara Bagi Manusia
Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaran udara juga
membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup (organisme), baik
hewan, tumbuhan dan manusia.
Karbon monoksida (CO)
Mampu mengikat Hb (hemoglobin) sehingga pasokan O2 ke jaringan
tubuh terhambat. Hal tersebut menimbulkan gangguan kesehatan
berupa; rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, mual,
menurunnya pendengaran dan penglihatan menjadi kabur. Selain itu,
fungsi dan koordinasi motorik menjadi lemah. Bila keracunan berat (70
– 80 % Hb dalam darah telah mengikat CO), dapat menyebabkan
pingsan dan diikuti dengan kematian.
Nitrogen dioksida (SO2)
Dapat menyebabkan timbulnya serangan asma.
Hidrokarbon (HC)
Menyebabkan kerusakan otak, otot dan jantung.
Chlorofluorocarbon (CFC)
Menyebabkan melanoma (kanker kulit) khususnya bagi orang-orang
berkulit terang, katarak dan melemahnya sistem daya tahan tubuh
6
Timbal (Pb)
Menyebabkan gangguan pada tahap awal pertumbuhan fisik dan mental
serta mempengaruhi kecerdasan otak.
Ozon (O3)
Menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar dan
memperkecil paru-paru.
NOx
Menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.
2.4 Penanggulangan Pencemaran Udara
Usaha untuk menanggulangi pencemaran udara dapat di lakukan dengan 2
macam cara utama,yakni:
2.4.1 Penanggulangan Secara Non-Teknis
Penanggulangan secara non-teknis, adalah suatu usaha untuk
mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundanagn yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat
memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi
yang akna dilaksanakan disuatu tempat yang antara lain meliputi :
Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi
Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan
Menanamkan Perilaku Disiplin
2.4.2 Penanggulangan Secara Teknis
Apabila berdasarkan kajian Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL ternyata bisa diduga bahwa mungkin akan timbul pencemaran
lingkungan, maka langkah berikutnya adalah memikirkan penanggulangan
secara teknis. Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam
penanggulangan secara teknis. Adapun kriteria yang digunakan dalam
penanggulangan secara teknis tergantung pada faktor berikut :
7
Mengutamakan keselamatan lingkungan
Teknologinya telah dikuasai dengan baik
Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggung-jawakan
Keempat macam penanggulangan secara teknis tersebut diatas dapat
berdiri sendiri-sendiri, atau bila dipandang perlu dapat pula dilakukan secara
bersam-sama, tergantung kepada kajian dan kenyataan yang sebenarnya. Jadi
secara garis besar, pencemaran udara dapat ditanggulangi dengan cara
sebagai berikut :
Untuk mengurangi pencemaran udara dari gas CO, para ahli motor
dan industri merancang katalis yang disebut Catalytik Converter yang
digunakan pada cerobong asap (knalpot), yang berfungsi mengubah
CO dan NO menjadi gas yang tidak beracun.
Mengurangi Konsentrasi CO2 diatmosfer, berdasarkan siklus CO2 dan
O2, maka diperlukan pelaksanaan pengelolahan hutan dengan system
tebang tanam, memperluas hutan konservasi, penghijauan pegunungan
gundul, gerakan menanam pohon belakang rumah dan memperbanyak
taman kota.
Menggunakan bahan bakar anti polusi, misalnya kendaraan dengan
tenaga lstrik dari surya atau bahan bakar dari jenis alkohol.
2.5 Peraturan Perundang-undangan di Bidang Lingkungan Hidup tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
Adapun dasar peraturan pemerintah tentang pencemaran udara yang umumnya
di gunakan terdapat pada Keputusan Mentri Lingkungan Hidup dan Peraturan
Pemerintah seperti di bawah ini :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
2. Keputusan MENLH Nomor KEP-13/MENLH/03/1995 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak
3. Keputusan MENLH Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan
8
4. Keputusan MENLH Nomor KEP-49/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Getaran
5. Keputusan MENLH Nomor KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebauan
6. Keputusan Kepala Bapedal Nomor KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak
7. Keputusan MENLH Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks
Standar Pencemar Udara
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor KEP-107/BAPEDAL/11/1997 tentang
Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks
Standar Pencemar Udara
9. Peraturan MENLH Nomor 05 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
10. Peraturan MENLH Nomor 07 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
11. Peraturan MENLH Nomor 17 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik
12. Peraturan MENLH Nomor 18 Tahun 2008 Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Carbon Black
13. Peraturan MENLH Nomor 21 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit
Tenaga Listrik Termal
14. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru
15. Peraturan MENLH Nomor 07 Tahun 2009 tentang Ambang Batas
Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru
16. Peraturan MENLH Nomor 13 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi
17. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah
18. Peraturan MENLH Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Halon
9
19. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2011 tentang Standar Kompetensi
dan Sertifikasi Kompetensi Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran
Udara
20. Peraturan MENLH Nomor 07 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Emisi
Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Rayon
21. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3
22. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pedoman Penghitungan
Beban Emisi Kegiatan Industri Minyak dan Gas Bumi
23. Peraturan MENLH Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3
2.6 Pengendalian Pencemaran Udara Oleh Pemerintah
Pengendalian pencemaran udara mencakup kegiatan-kegiatan yang
berintikan:
a. inventarisasi kualitas udara daerah dengan mempertimbangkan berbagai
kriteria yang ada dalam pengendalian pencemaran udara;
b. penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi yang digunakan
sebagai tolok ukur pengendalian pencemaran udara;
c. penetapan mutu kualitas udara di suatu daerah termasuk perencanaan
pengalokasian kagiatan yang berdampak mencemari udara;
d. pemantauan mutu kualitas udara baik ambien dan emisi yang diikuti
dengan evaluasi dan analisis;
e. pengawasan terhadap penaatan peraturan pengendalian pencemaran udara;
f. peran masyarakat dalam kepedulian terhadap pengendalian pencemaran
udara;
g. kebijakan bahan bakar yang diikuti dengan serangkaian kegiatan terpadu
dengan mengacu kepada bahan bakar bersih dan ramah lingkungan.
h. penetapan kebijakan dasar baik teknis maupun non-teknis dalam
pengendalian pencemaran udara secara nasional.
10
Pengendalian Pencemaran Udara Oleh BAPEDAL yang dikoordinasikan oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup, telah juga menetapkan kebijaksanaan,
khususnya kebijakan pencemaran udara seperti yang dituangkan dalam Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 15 tahun 1996 tentang
Program Langit Biru, menyatakan bahwa:
1. Kebijaksanaan bertujuan mencegahan dan/atau menanggulangan
pencemaran udara serta pemulihan mutu udara agar udara sebagai sumber
daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya tetap terjaga dan terpelihara kelestarian fungsinya untuk
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan
bagi makhluk hidup lainnya.
2. Kebijaksanaan berusaha mencegah terjadinya pencemaran udara dan
mewujudkan perilaku sadar lingkungan, melalui upaya-upaya
pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan
sumber tidak bergerak yang dilakukan dengan Program Langit Biru’
3. Dan kebijaksanaan didasarkan pada UU dan Peraturan
Pemerintah/presiden/menteri Negara RI diantaranya seperti yang
disebutkan pada dasar kebijakan diatas.
Fokus pada pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak diarahkan
pada upaya-upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta
pemulihan mutu udara yang berasal dari sumber emisi yang bergerak atau tidak
tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor termasuk
didalamnya yang berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan
kendaraan berat lainnya. Sedangkan fokus pada pengendalian pencemaran udara
dari sumber tidak bergerak diarahkan pada upaya-upaya pencegahan dan/atau
penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara yang berasal dari
sumber emisi yang tetap pada suatu tempat termasuk yang berasal dari kebakaran
hutan dan pembakaran sampah.
11
Beberapa peraturan yang berhubungan dengan masalah tersebut adalah :
UU No. 14 Tahun 1992 tentang angkutan jalan pada pasal 50
Untuk mencegah pencemaran udara yang dapat mengganggu
kelestarian lingkungan hidup, setiap kendaraan bermotor wajib
memenuhi persyaratan angkatan batas emisi gas buang.
Setiap pemilik, pengusaha angkutan umum dan atau pengemudi
kendaraan bermotor, wajib mencegah terjadinya pencemaran udara
Kep. Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 35/ MENLH/ 10/1993
tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.
Dalam pasal 1 dinyatakan bahwa ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat dalam bahan
pencemaran yang telah dikeluarkan langsung dari pipa gas buang
kendaraan bermotor.
Pasal 4 menetapkan bahwa batas emisi gas buang kendaraan
bermotor ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam 5 tahun
sekali.
Persyaratan yang ditetapkan pemerintah melalui ketentuan di atas dimaksud
sebagai upaya untuk pencegahan pencemaran udara yang bersifat preventif.
Namun jika persyaratan itu tidak dipatuhi atau dilanggar akan menimbulkan
sangsi pidana, seperti ditetapkan dalam pasal 67 UU No.14 tahun 192 yang
berbunyi sebagai berikut : ”Barang siapa yang mengemudikan kendaraan
bermotor yang tidak memenuhi syarat ambang batas emisi gas buang, dipidana
dengan pidana paling lama 2 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000.
Berikut penyajian pada table baku mutu emisi gas buang jenis kendaraan bermotor
12
Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan BermotorKEP-50/MENLH/11/1996
No. Jenis Kendaraan Bermotor
Jenis Bahan Bakar
Baku Mutu Udara Emisi
CO
% volume
NOx
ppm
HC
ppm
Asap
%
1 Mobil Penumpang
- Bensin/ Premix
- Solar- BBM 2 Tak- Gas
4,50
4,00
4,50
3,00
1.200
1.200
1.200
-
1.200
1.200
1.200
-
-
40
20
-
2 Mobil Barang - Bensin/ Premix
- Solar- Gas
4,50
4,00
3,00
1.200
1.200
-
1.200
1.200
-
-
40
-
3 Mobil Bus - Bensin/ Premix
- Solar- Gas
4,50
4,00
3,00
1.200
1.200
-
1.200
1.200
-
-
40
-
4 Sepeda Motor - Bensin/ Premix
- BBM 2 Tak
4,50
4,50
2.500
3.000
2.300
2.800
-
-
Catatan :Bilangan oktana kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin (87)Bilangan oktana kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar/diesel (45)
Di tahun 1997 sebelum pemerintah mengesahkan pula UU nomor 23 tahun
1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang dalam bidang pengendalian
pencemaran udara dioperasionalkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah RI
nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, dua tahun
sebelumnya yaitu ditahun 1996, pemerintah mengeluarkan keputusan ditingkat
menteri, KEP- 15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru, sebagai program
pengendalian pencemaran udara di Indonesia. program pembangunan yang
memiliki arah kebijakan dalam rangka pengendalian lingkungan hidup
diantaranya pengendalian pencemaran udara, dibidang kesehatan salah satu upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, adalah pelaksanaan program
lingkungan sehat. Seperti halnya yang telah disebutkan pada contoh dalam bagian
13
membuat kebijakan diatas tentang kebijakan pemerintah dalam pengendalian
pencemaran udara yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun
1999 tentang lingkungan pencemaran udara. Berikut merupakan data tentang
pengendalian pencemaran udara:
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999
TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
TANGGAL : 26 MEI 1999
BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL
No. ParameterWaktu
PengukuranBaku Mutu Metode Analisis Peralatan
1 SO2
(SulfurDioksida)
1 Jam24 Jam1 Thn
900 ug/Nm3
365 ug/Nm3
60 ug/Nm3
Pararosanilin Spektrofotometer
2 CO(KarbonMonoksida)
1 Jam24 Jam1 Thn
30.000 ug/Nm3
10.000 ug/Nm3NDIR NDIR Analyzer
3 NO2(Nitrogen Dioksida)
1 Jam24 Jam1 Thn
400 ug/Nm3
150 ug/Nm3
100 ug/Nm3
Saltzman Spektrofotometer
4 O3
(Oksidan)1 Jam1 Thn
235 ug/Nm3
50 ug/Nm3Chemiluminescent Spektrofotometer
5 HC(HidroKarbon)
3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas Chromatogarfi
6 PM10
(Partikel <10 um)
24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
PM 2.5* 24 Jam1 Jam
65 ug/Nm3
15 ug/Nm3GravimetricGravimetric
Hi – VolHi - Vol
7 TSP(Debu)
24 Jam1 Jam
230 ug/Nm3
90 ug/Nm3Gravimetric Hi – Vol
8 Pb(TimahHitam)
24 Jam1 Jam
2 ug/Nm3
1 ug/Nm3GravimetricEkstraktif Pengabuan
Hi – VolAAS
9 Dustfall(Debu Jatuh)
30 Hari 10 Ton/Km2/Bulan(Pemukiman)
Gravinetric Cannister
14
20 Ton/Km2/Bulan(Industri)
10 Total Fluorides (as F)
24 Jam90 Hari
3 ug/Nm3
0,5 ug/Nm3Spesific ion Electrode
Impinger atau Continous Analyzer
11 Fluor Indeks 30 Hari 40 ug/100 cm2dari kertas limed filter
Colourimetric Limed Filter Paper
12 Khlorine dan Khlorine Dioksida
24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific ion Electrode
Impinger atau Continous Analyzer
13 Sulphat Indeks 30 Hari 1 mg SO3/100 cm3Dari Lead Peroksida
Colourimetric Lead Peroxida Candle
Catatan :
(*) PM2.5 mulai diberlakukan tahun 2002 Nomor 10 s/d 13 Hanya berlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar
Contoh : Industri Petro Kimia; Industri Pembuatan Asam Sulfat
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dalam penuisan karya ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan
(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan). Zat-zat
Pencemaran Udara Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2),
Sulfur dioksida (SO2), Partikulat (asap atau jelaga), Chlorofluorocarbon
(CFC), Timbal (Pb), karbon dioksida (CO2).
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan Alam Pencemaran
udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain:
Hujan Asam, Penipisan Lapisan Ozon Dan Pemanasan Global
Untuk mengendalikan pencemaran Udara tersebut dapat dilakukan melalui
pendekatan teknis dan non teknis, yaitu diantaranya dengan
mengupayakan pembakaran sempurna dan mencari bahan bakar alternatif.
Pemerintah mempunyai posisi yang strategis untuk melakukan pendekatan
planatologi, administrasi dan hukum. Sedangkan untuk meningkatkan
kedisiplinan perawatan dan cara pengemudian yang baik dan benar dapat
dilakukan melalui pendekatan edukatif.
Kebijakan pemerintah dalam pengendalian pencemaran udara dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999 tentang lingkungan
pencemaran udara. Untuk sumber pencemar bergerak salah satu
peraturannya yaitu UU No. 14 Tahun 1992 tentang angkutan jalan pada
pasal 50 dan Kep. Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 35/
MENLH/ 10/1993 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan
bermotor.
16
DAFTAR PUSTAKA
F.Gunawan Suratmo, 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah
Mada University Press,.
Dr.AL.Slamet Ryadi Skm, 1982, Pencemaran Udara, Usaha Nasional, Surabaya.
Surna T.Djajadiningrat dan Harry Harsono Amir, Penilaian cepat sumber sumber
pencemaran air, tanah dan udara, Gajah Mada University Press, 1989.
Chafid Fandeli, 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar
dan Pemapanannya dalam Pembangunan, Liberty, Yogyakarta,.
Ir. Perdana Ginting, 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Albert Palker, 1977. Industrial Air Pollution Handbook. McGraw-Hill Book
Company (UK) Limited, London.
Robert A. Corbitt, 1989. Standard Handbook of Environmental Engineering.
McGraw-Hill Publishing Company, New York.
Moch Solikin, Dampak dan Upaya Mengendalikan Gas Buang Kendaraan
Bermotor, Cakrawala Pendidikan No.3, Tahun XVI, Nov 1997.
Akinin Bado, Model Transport Polutan Udara Sumber Tunggal Kontinu, Kursus
Singkat Analisa Limbah Industri Angkatan II Staf Akademik PTN
Indonesia Timur, Juli 1994.
17