Pencemaran Laut
-
Upload
irfan-ahmad-firdaus -
Category
Documents
-
view
225 -
download
6
description
Transcript of Pencemaran Laut
PENCEMARAN LAUT
Paper Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Oseanografi Perikanan
DISUSUN OLEH :
FPIK A
Dian Fitri Utami (23011012000)
Rena Widiyanti (230110120006)
Cita Sacita Dewi (230110120011)
Wildan Nururfan A. (230110120014)
Elvira Avianty (230110120015)
Irfan Ahmad Firdaus (230110120026)
Putri Wulandari Pohan (230110120032)
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan
HidayahNya sehingga paper Oseanografi Perikanan dengan judul “Pencemaran Laut”
ini dapat diselesaikan pada waktu yang ditentukan. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen, teman- teman, dan orang tua yang telah yang memberikan
dukungan demi terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat
keterbatasan dan kemampuan kami dalam pembuatan laporan ini. Untuk itu, saran
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan.
Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini dapat berkontribusi dalam
khazanah pengembangan ilmu pengetahuan perikanan bagi pembaca. Semoga
bermanfaat.
Jatinangor, 20 November 2013
Penulis
2
PENCEMARAN LAUT
A. Definisi Pencemaran Lingkungan Laut
Pencemaran lingkungan mempunyai berbagai macam arti dan definisi,
menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1998,
pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya zat, makhluk hidup,
energi ke dalam air, tanah dan udara atau berubahnya tatanan komposisi air, udara,
tanah akibat dari berbagai macam pengaruh kegiatan manusia dan proses alam,
sehingga kualitas air, udara dan tanah menjadi kurang atau tidak sesuai lagi dengan
fungsi awalnya. Menurut MONKARIS (2008), pencemaran lingkungan dapat
diartikan sebagai penambahan atau masuknya zat-zat asing dalam jumlah tertentu,
sehingga dapat menyebabkan ancaman bagi kesehatan manusia, terganggunya
kehidupan, terganggunya ekosistem dan rusaknya sumberdaya alam dalam suatu
ekosistem.
Pencemaran laut sendiri diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan
aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut ini
antara lain adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan proses
di kapal, buangan industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan
sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan
pestisida dari perairan. Namun sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari
tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai maupun akibat
kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber
pencemaran laut yang selalu menjdi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena
akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat
signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut (Hartanto , 2008).
Sedangkan Menurut UNCLOS (2007) pencemaran laut adalah perubahan dalam
lingkungan laut termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat buruk
3
sehingga dapat merugikan sumber daya laut hayati (marine living resources),
membahayakan kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk
perikanan dan penggunaan laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut, mutu
kegunaan dan manfaatnya. Pengendalian pencemaran laut merupakan salah satu
wujud pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam yangdikandungnya (Clark 2003).
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya
berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar,
yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan
cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan,
semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar
racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini
bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian besar
sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun
melalui tumpahan.
B. Penyebab Pencemaran Laut
Pada banyak kasus pencemaran laut, sebagian besar dari sumber penyumbang
terbesar pencemaran berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun
melalui tumpahan. Menurut sumbernya, pencemaran berasal dari alam disebut
pencemar alami (naturally pollutants) dan pencemar yang berasal dari kegiatan
manusia disebut pencemar nyata (true pollutants atau corollary pollutants).Berikut
merupakan berbagai macam jenis sumber bahan pencemar yang masuk ke lingkungan
laut menurut Mukhtator (2000):
4
a) Limbah Rumah Tangga. Limbah rumah tangga
masuk ke perairan laut secara langsung dari
outfall di pinggir pantai, dari sungai yang
bermuara di laut dan dari aliran sungai.
Penanganan limbah domestik lebih sulit untuk
dikendalikan karena sumbernya yang
menyebar.
b) Limbah Lumpur. Limbah lumpur tersusun oleh padatan yang terpisah dari
limbah rumah tangga, sehingga menimbulkan
akibat hampir sama dengan limbah rumah
tangga, namun seringkali mengandung logam
berat dengan konsentrasi lebih tinggi. Limbah
lumpur merupakan salah satu limbah yang
mendominasi buangan ke laut.
c) Limbah Industri. Limbah industri berasal dari
bermacam-macam pabrik, termasuk industri
makanan dan minuman, penyulingan minyak,
perhiasan logam, pabrik baja/logam, pabrik
kertas serta pabrik kimia organik maupun
anorganik lainnya. Beberapa diantaranya
mengandung unsur yang sangat beracun,
biasanya berupa bahan yang asam, basa,
logam berat, dan bahan organik yang beracun.
5
d) Limbah Pengerukan. Pengerukan,
terutama untuk kegiatan navigasi dan
pelabuhan, merupakan aktivitas
manusia yang terbesar dalam
melimpahkan bahan-bahan buangan
ke dalam laut. Kebanyakan bahan
kerukan (dredgespoils) diambil dari
daerah pelabuhan yang biasanya
sudah sangat tercemar oleh sampah-sampah pemukiman, bahan organik, dan sisa
buangan industri termasuk logam berat dan minyak. Di samping itu, limbah
pengerukan menghasilkan masalah pengeruhan air oleh karena padatan terlarut
(suspended solid) yang dikandungnya.
e) Limbah Eksplorasi dan Produksi
Minyak. Kegiatan operasi
indutri minyak lepas pantai
mengakibatkan beban
pencemaran yang serius pada
lokasi tertentu, mulai dari
pencemaran panas, kekeruhan
akibat padatan terlarut, sampai dengan pencemaran panas, kekeruhan akibat
padatan terlarut, sampai dengan pencemaran kimiawi dari bahan organik dan
logam-logam berbahaya. Beberapa limbah yang berbahaya dihasilkan, seperti
“drilling mud” dan “cutting mud” yang sangat beracun, “produce water”(air yang
ikut terisap bersama minyak), “drill cutting”(buangan sisa pengeboran), “drilling
fluids”(cairan kimia untuk membantu proses pengeboran), “”(asap pembakaran)
sampai tumpahan minyak.
6
f) Tumpahan minyak. Tumpahan minyak, disengaja maupun tidak merupakan
sumber pencemaran yang sangat membahayakan. Tumpahan minyak ke laut
dapat berasal dari kapal tanker yang mengalami tabrakan atau kandas, atau dari
proses yang disengaja seperti pencucian tangki halas, transfer minyak antarkapal
maupun kelalaian awak kapal. Umumnya cemaran minyak dari kapal tanker
berasal dari pembuangan air tangki balas. Sebagai gambaran, untuk tanker
berbobot 50.000 ton, buangan air dari tangki balasnya mencapai 1.200 barel.
g) Limbah Radioaktif. Sisa bahan radioaktif umumnya
sekarang banyak disimpan dalam tempat-tempat
penyimpanan di daratan. Beberapa diantaranya
ditenggelamkan ke dasar laut yang dalam. Dari
kebocoran tempat-tempat penyimpanan inilah
kemungkinan akan terjadi pencemaran bahan
radioaktif di laut.
h) Cemaran Panas. Kehidupan d laut umumnya sangat peka terhadap perubahan
suhu air. Suhu tinggi di laut dapat menyebabkan peneluran dini, migrasi ikan
yang tidak alami, penurunan oksigen terlarut, atau kematian binatang laut. Air
pendingin (Cooling water) dan effluent dari beberapa industri dibuang ke
lingkungan laut pada suhu yang tinggi daripada lingkungan laut itu sendiri.
Begitu juga dengan penggunaan air laut untuk pendingin pembangkit nuklir yang
meningkat dengan cepat. Satu unit pembangkit nuklir memerlukan sekitar 1
milyar gallon air per hari. Dan ini sangat berbahaya apabila tidak direncakan
dengan baik, termasuk air pendingin yang dikembalikan ke laut pada suhu lebih
tinggi 11-200C dibanding suhu air laut normal.
7
i) Sedimen. Sedimen membawa bahan dari daratan yang hanyut oleh air sungai,
dan sebagian besar mengendap di kawasan pesisir dan pantai. Limbah jenis ini
berbahaya bagi kehidupan laut, karena kekeruhan yang ditimbulkan dapat
menutupi insang atau elemen penyaring pada binatang yang makan dengan cara
menyaring air (organisme filter feeder, seperti misalnya jenis kerang-kerangan).
j) Limbah padat. Limbah padat
yang dibuang ke laut berupa
sampah merupakan salah satu
bahan utama yang terkandung
dalam buangan limbah. Di
Indonesia, sampah yang dibuang
ke laut sebenarnya cukup banyak
dan pada saat ini sudah pada kondisi yang memperhatinkan, terutama di perairan
teluk Jakarta dan beberapa perairan lainnya di Indonesia.
k) Limbah dari Kapal. Kegiatan operasional
tersebut dapat berupa pembersihan tangki-
tangki baik secara rutin maupun untuk
pengedokan, pembuangan kotoran yang ada di
saluran got kapal, pembuangan air ballast,
termasuk juga sampah dan limbah minyak dari mesin kapal. Semua kapal yang
beroperasi diwajibkan memiliki penampung limbah.
8
l) Limbah Pertanian. Limbah pertanian
dapat menimbulkan eutrofikasi yang
disebabkan karena akumulasi bahan-
bahan organik seperti sisa tumbuhan
yang membusuk. Secara ekologis
proses kekeruhan karena sedimentasi
dapat menyebabkan terganggunya
penetrasi cahaya matahari ke dal am
perairan, sehingga kegiatan fotosintesa plankton maupun organisme laut lainnya
menjadi terhenti.
m) Pestisida. Pestisida adalah jenis-jenis
bahan kimia yang digunakan untuk
memberantas hama, yang bervariasi
jenisnya dan mempunyai sifat fisik
dan kimia yang berbeda-beda. Di
antara jenis pestisida, insektisida
organoklorin dikenal sangat persisten,
seperti DDT (dikloro difenil
tukloroetana), dieldrin, endrin, klordane dan heptaklor.
n) Cat Antifouling. Penggunaan cat anti organisme
penempel (antifouling) ternyata telah
menimbulkan pencemaran logam berat yang
serius di laut serta sedimen di dekat dok dan
tempat sandar kapal. Cat ini dirancang untuk
secara terus-menerus mengeluarkan racun untuk
membunuh organisme penempel di dasar kapal.
9
o) Limbah Perikanan. Potensi
sumber daya ikan yang
berlimpah menjadikan
banyak tumbuh industri
pengolahan ikan., mulai
dari skala kecil sampai
industri dengan skala yang besar, di Indonesia. aktivitas penangkapan ikan
dengan bahan peledak atau racun kimia mengakibatkan beban pencemaran laut
yang semakin tinggi dan potensi berkurangnya produksi ikan di beberapa daerah.
C. Dampak Akibat Pencemaran Laut Terhadap Sektor Perikanan
Levi (1983) menyatakan bahwa 90 % dari keseluruhan produksi hasil
tangkapan ikan berasal dari paparan benua dari suatu wilayah pesisir. Daerah
tangkapan ini sering dihubungkan dengan perairan dangkal dimana ekosistem pesisir
merupakan wilayah yang tinggi produktivitasnya dengan adanya hutan
Mangrove,terumbu karang, estuaria, laguna, dan padang lamun yang memegang
peranan penentu di dalam penyediaan sistem pendukung kehidupan seperti daerah
tempat pemijahan ikan, pembesaran (nursery) dan daerah tempat mencari makan.
Akibat kegiatan pembangunan yang berlangsung akhir-akhir ini seperti penambangan
minyak bumi, pertambangan, turisme kelautan, pelabuhan-pelabuhan dan fasilitas
energi, baik ekstraksi hasil hutan maupun pembangunan pertanian serta perikanan
(pembangunan tambak) telah menambah tekanan terhadap sumberdaya pesisir. Secara
umum kepekaan organisme perairan terhadap minyak meningkat dari invertebrata
yang lebih rendah ke invertebrata yang lebih tinggi dan ke ikan. Ikan mempunyai
kemampuan berenang dan menjauhi diri dari area yang terkontaminasi minyak. Tahap
larva umumya paling sensitif terhadap minyak dibandingkan dengan lainnya. Telur-
telur, larva dan anak ikan relatif sensitif terhadap minyak (khususnya minyak yang
10
terdispersi dalam badan air), dampak pencemaran minyak dapat terlihat pada
organisme plankton, benthos dan nekton.
a) Plankton
Organisme plankton merupakan populasi organisme berukuran mikro yang hidup
mengapung di permukaan air. Organisme ini melakukan pergerakan pasif atau
pergerakan yang sangat terbatas sehingga tidak mampu melawan arus. Secara
ekologis fitoplankton berperan penting sebagai dasar mata rantai makanan dalam
perairan karena kemampuannya dalam mensintesa bahan anorganik menjadi senyawa
organik dengan bantuan energi cahaya matahari dan klorofil melalui proses
fotosintesis (Nybakken 1992).
Pencemaran minyak menyebabkan gangguan terhadap fitoplankton yang
mengakibatkan terhalangnya proses fotosintesis karena berkurangnya cahaya akibat
tertutupnya permukaan air oleh lapisan minyak. Plankton muda lebih sensitif terhadap
pencemaran minyak dibandingkan dengan plankton dewasa. Oleh sebab itu
pencemaran minyak di perairan dapat menyebabkan gangguan pada produkstifitas
primer (IPIECA 2000).
11
b) Benthos
Bentos merupakan biota yang hidup
di dasar perairan, sebagai pemakan detritus
dan organisme lain. Selain ditentukan oleh
kondisi lingkungan kimia dan biologis,
kehidupan organisme bentos juga sangat
dipengaruhi oleh kondisi fisik substrat
dasar karena sifat hidupnya yang relatif
menetap (Romimohtarto & Juwana, 2001).
Organisme bentik ini sangat baik digunakan sebagai indikator pencemaran perairan.
Pencemaran minyak dapat mengganggu kehidupan hewan dasar laut seperti lobster,
kerang, bintang laut yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Jenis substrat
sedimen dapat mempengaruhi lamanya dampak pencemaran minyak terhadap
benthos. Dampak pencemaran minyak terlama terjadi pada sedimen halus di habitat
yang terlindung (Zamora 1996).
c) Nekton (ikan)
Pencemaran minyak dapat mempengaruhi perikanan tangkap dan budidaya
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung pencemaran minyak
terhadap ikan dapat berupa pengaruh toksik (jangka pendek), pengaruh fisik
(mekanis) dan kontaminasi kronis (jangka panjang). Pengaruh akut secara langsung
mencakup kematian, gangguan sistem syaraf pusat, pengaturan tekanan osmosis yang
12
tidak berfungsi, metabolisme terganggu dan kerusakan jaringan secara histologi.
Gangguan pada sistem syaraf pusat dapat menyebabkan kematian melalui perubahan
tingkah laku dan keseimbangan tubuh (Health 2000). Pengaruh tidak langsung
pencemaran minyak di perairan adalah rusaknya ekosistem mangrove, rumput laut
dan terumbu karang yang merupakan habitat ikan. 30Komponen minyak yang bersifat
folatil dapat merusak kulit, iritasi pada hidung, mata dan mulut ikan.Senyawa
benzena, toluena dan hidrokarbon lainnya yang masuk ke dalam tubuh ikan dapat
merusak sel-sel darah merah, ginjal, hati, sistem kekebalan dan sistem reproduksi
(Connell & Miller,1995). Kualitas daging ikan yang hidup di perairan tercemar akan
menurunkan nilai komersialnya karena minyak dapat meresap masuk melalui insang
dan kulit sehingga tidak enak untuk dikinsumsi karena telah terkontaminasi minyak
(GESAMP 1993).
Pencemaran minyak pada konsentrasi rendah juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan, penetasan dini dan perubahan pada proses pertumbuhan dan genetis.
Secara umum telur dan larva lebih peka terhadap pencemaran minyak dari pada anak
ikan. Selanjutnya anak ikan lebih peka terhadap pencemaran minyak bila
dibandingkan dengan ikan dewasa. Ikan yang hidup dengan gerakan lincah akan
berenang menjauhi diri dari perairan yang tercemar minyak. Beberapa jenis ikan
akanmengalami perubahan perilaku yang biasa bergerak maju berubah menjadi
gerakan mundur mengikuti arus perairan yang tercemar (IPIECA 2000)
13
D. Pencemaran Laut Akibat Eutrofikasi
Peristiwa eutrofikasi adalah
kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi,
biasanya senyawa yang mengandung
nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal
ini dapat mengakibatkan peningkatan
produktivitas primer (ditandai peningkatan
pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan
cenderung cepat membusuk). Efek lebih
lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya
menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena
nutrisi yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa
oleh air hujan masuk ke lingkungan laut dan cenderung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia
(kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan
kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai
Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu contohnya
adalah meningkatnya alga merah (red tide) secara signifikan yang membunuh ikan
dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada manusia dan beberapa
hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah pantai.
E. Pencemaran Laut Akibat Bahan-bahan Berbahaya
Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan
menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi
dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus
seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur
kimia metalik yang memiliki kepadatan y ang relatif tinggi dan bersifat racun
14
atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering
mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke
dalam jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan, pestisida ini dapat
menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut,
seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat
terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan
istilah bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan
yang berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari
organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang
terjadi pada kasus yang terjadi di Teluk Minamata.
Bahan kimia anorganik lain yang bisa
berbahaya bagi ekosistem laut adalah nitrogen,
dan fosfor. Sumber dari limbah ini umumnya
berasal dari sisa pupuk pertanian yang terhanyut
kedalam perairan, juga dari limbah rumah tangga
berupa detergent yang banyak mengandung
fosfor. Senyawa kimia ini dapat menyebabkan
eutrofikasi, karena senyawa ini merupakan
nutrien bagi tumbuhan air seperti alga
dan phytoplankton. Tingginya konsentrasi bahan
tersebut menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air ini akan meningkat dan akan
mendominasi perairan, sehingga menganggu organisme lain bahkan bisa
mematikan.
15
F. Pencemaran Laut Akibat Tumpahan Minyak
Tumpahan minyak di laut berasal dari kecelakaan kapal tanker. Contohnya
tumpahan minyak terbesar yang terjadi pada tahun 2006 di lepas pantai Libanon.
Selain itu, terjadi kecelakaan Prestige pada tahun 2002 di lepas pantai Spanyol.
Bencana alam seperti badai atau banjir juga dapat menyebabkan tumpahan minyak.
Sebagai contoh pada tahun 2007, banjir di Kansas menyebabkan lebih dari 40.000
galon minyak mentah dari kilang tumpah ke perairan itu
Gambar. Surf scoter yang terendam dalam laut yang tercemar limbah minyak bumi.
Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:
1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna
gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan
hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan
hanyut dan terdampar di pantai.
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal
yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel
ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian.
Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun
tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan
mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu
lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
16
3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa
beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk
dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi
ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut
dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein
yang tinggi.
4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick
(lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung
laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan
menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari
makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam
bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan
kedinginan yang pada akhirnya mati.
G. Cara-cara Penanggulangan Pencemaran Agar Sumberdaya Perikanan Tetap
Lestari
Agar sumberdaya perikanan tetap lestari, terdapat upaya-upaya yang dapat
dilakukan. Untuk menanggulangi banyaknya limbah pestisida yang mengganggu
kelangsungan hidup ikan, penggunaan pupuk organik dan kompos sebagai
pengganti pupuk buatan pabrik adalah alternatif yang tepat untuk mengurangi
pencemaran air. Kompos dan pupuk organik di samping dapat memulihkan
kandungan mineral dalam tanah juga dapat memperbaiki struktur dan aerasi tanah
serta mencegah eutrofikasi. Demikian juga pemanfaatan musuh alami dan
parasitoid dalam pemberantasan hama lebih aman bagi lingkungan. Hama
pengganggu populasinya berkurang, tetapi tidak menimbulkan residu pestisida
dalam tanah dan dalam tubuh tanaman. Pertanian organik sudah dikembangkan di
negara negara maju. Di samping menghasilkan produk yang aman bagi
lingkungan dan kesehatan, produk pertanian organic memiliki nilai jual yang
lebih tinggi.
17
Dalam menangkap ikan, penggunaan racun dan bahan peledak harus dihindari,
lalu beralih ke penggunaan jala dan pancing. Di samping lebih higienis ini juga
tidak akan menimbulkan kerusakan lingkungan, kelangsungan regenerasi ikan
juga dapat berlangsung baik dan akan membuat sumber daya ikan tetap lestari.
Mengupayakan pencegahan kebocoran instalasi pengeboran minyak lepas
pantai, kebocoran tanker minyak yang dapat menimbulkan tumpahan minyak di
laut.
Jika terjadi tumpahan minyak di pantai harus segera dibersihkan sebelum
menimbulkan dampak lebih luas. Pembangunan kawasan industri sebaiknya
disertai dengan perencanaan AMDAL (Analisis Mengenai DampaknLingkungan).
Selain hal tersebut kawasan industri harus memenuhi syarat telah memiliki
instalasi pengolahan limbah, jauh dari pemukiman warga, serta seminimal
mungkin menghasilkan limbah. Limbah cair dari pabrik sebaiknya disaring,
diencerkan, diendapkan dan dinetralkan dulu sebelum dibuang ke sungai.
Demikian pula rumah sakit dan peternakan sebaiknya memiliki bak penampungan
limbah (septick tank) untuk menampung limbah yang dihasilkan.
Untuk mencegah terjadinya banjir dan erosi lapisan tanah diupayakan dengan
gerakan penghijauan, reboisasi, pembuatan jalur hijau, mempertahankan areal
resapan air pada kawasan-kawasan penyangga. Pembuatan sengkedan dan
terasering pada lahan miring juga dapat memperkecil laju erosi, yang akhirnya
dapat mengurangi tingkat pencemaran karena erosi lapisan tanah.
Agar masyarakat sendiri paham, maka diperlukan penyuluhan mengenai
peraturan-peraturan yang berlaku dan persyaratan-persyaratan izin yang
ditentukan dan ada juga beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan agar
pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari sedini
mungkin:
18
1. Kegiatan berupa pelarangan dan pencegahan, yaitu melarang dan
mencegah semua kegiatan yang dapat mencemari ekosistem laut.
2. Kegiatan pengendalian dan pengarahan yang meliputi teknik penangkapan
biota, eksploitasi sumberdaya pasir dan batu, pengurukan dan pengerukan
perairan, penanggulan pantai, pemanfaatan dan penataan ruang kawasan
pesisir, konflik, dan pembuangan limbah.
3. Kegiatan penyuluhan tentang keterbatasan sumberdaya, daya dukung,
kepekaan dan kelentingan pesisir, teknik penangkapan, budidaya dan
sebagainya yang berwawasan lingkungan laut kepada pemuka masyarakat.
4. Melakukan kegiatan konservasi yang meliputi konservasi pada kawasan
ekosistem laut (karang, mangrove, lagun, dan rumput laut), biota, kualitas
perairan dan sebagainya.
5. Melakukan kegiatan pengembangan yang meliputi budidaya, penelitian,
pendidikan dan pembuatan buku-buku pedoman dan Perda yang
dijabarkan dari UU lingkungan hidup terkait lingkungan laut.
6. Melakukan kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan masyarakat
berupa penerapan peraturan-peraturan dan sanksi hukum yang terkait
dengan pencemaran lingkungan laut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ahmar, Hilal. 2013. Bahan-bahan Pencemaran Laut. http://majalah-
hilalahmarsolo.blogspot.com/2013/03/sehat-lingkungan-bahan-bahan-
pencemar.html.
GESAMP, 1978. Report and Studies. Joint Group of Experts on the
Scientific Aspec of Marine Pollution.
IMCO/I-AO/UNESCO-WHO/IAEA/UN/UNDP/10.
Massa. 2011. Sumber-sumber pencemaran di laut.
http://massal2003.wordpress.com/2011/10/22/sumber-sumber-pencemaran-
laut-sources-of-marine-pollution/.
Nurul, Agus K. 2013. Dampak Pencemaran Laut.
http://agusnurul.blogspot.com/2011/02/marine-pollution-pencemaran-laut-
tugas.html.
Rahim S.W., 1998. Kajian Distribusi Cemaran Minyak di Sekitar Pelabuhan
Pertamina Ujung Pandang. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas
Hasanuddin, Ujung Pandang.
Romimohtarto, 1991. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik
Pemantauannya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,Jakarta.
Saparinto, C., 2002. Rabuk Kimia Atasi Cemaran Minyak
di Laut.http://www.suaramerdeka.com, (15 januari 2005).
Sloan, N. A., 1993. Effect of Oil on Marine Resources : Worldwide
Literature Review Relevent to Indonesia. Environmental Management
Development in Indonesia Project (EMDI). EMDI Report, 32. Jakarta dan
Halifax Dallhouse University.
Suwito, Vivien Anjadi. 2013. Sumber-sumber pencemaran di laut.
http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/pencemaran-pesisir-dan-laut.html.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55119/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
http://prasetyotheocean.wordpress.com/2013/05/24/pencemaran-laut/
20