Pencemaran Air Laut Oleh Logam Berat
-
Upload
yurri-hutami-zarra -
Category
Documents
-
view
37 -
download
0
Transcript of Pencemaran Air Laut Oleh Logam Berat
PENCEMARAN AIR LAUT OLEH LOGAM BERAT
I. Pendahuluan
Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000
km, dengan potensi sumberdaya, terutama perikanan laut yang cukup besar, baik dari segi
kuantitas maupun diversitasnya. Selain itu Indonesia tetap berhak untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam di laut lepas di luar batas 200 mil laut ZEE, serta
pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam dasar laut perairan internasional di luar batas
landas kontinen. Nampak bahwa kepentingan pembangunan ekonomi di Indonesia lebih
memanfaatkan potensi sumberdaya daratan daripada potensi sumberdaya perairan laut.
Perkembangan IPTEK memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah
dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri harus dapat
dikendalikan, karena bila tidak dilakukan sejak dini akan menimbulkan permasalahan yang
serius bagi kelangsungan hidup manusia maupun alam sekitarnya. Salah satu hal yang perlu
dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan adalah melakukan analisis
unsur-unsur dalam ikan air tawar, terutama Pb, Cu, dan Cd. Pencemaran logam-logam tersebut
dapat mempengaruhi dan menyebabkan penyakit pada konsumen, karena di dalam tubuh unsur
yang berlebihan akan mengalami detoksifikasi sehingga membahayakan manusia. Logam berat
umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup walaupun beberapa diantaranya diperlukan
dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti udara, makanan, maupun air yang
terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan
sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka waktu
lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani, karena
merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus merkuri di Minamata Jepang
pada 1953, pencemaran logam berat semakin sering terjadi dan semakin banyak dilaporkan.
Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA) melaporkan, terdapat 13 elemen logam berat yang
diketahui berbahaya bagi lingkungan. Di antaranya arsenik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan
kadmium (Cd). Logam berat sendiri sebenarnya merupakan unsur esensial yang sangat
dibutuhkan setiap makhluk hidup, namun beberapa di antaranya (dalam kadar tertentu) bersifat
racun. Di alam, unsur ini biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi (terikat dengan
zat padat) serta terdapat sebagai bentuk ionik. Dampak dari pencemaran logam berat ini sering
dilaporkan.Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan
dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi
oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976). Pada saat buangan limbah industri masuk ke
dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini
menyebabkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat. Logam berat yang masuk
ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan
dispersi,kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam
berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung,
1984). Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di
dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih
tinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991).
II. Dasar Teori
A. Pengertian logam berat
Mungkin istilah logam berat sudah tak asing bagi para kimiawan. Dari nomor atom sampai efek
fisiologis telah secara rinci dibahas dalam buku-buku kimia terutama kimia anorganik dan kimia
lingkungan. Tapi tak demikian dengan orang awam. Mungkin istilah logam berat masih terasa
asing di telinga mereka dan didefinisikan secara sederhana saja yaitu logam yang berat (dalam
artian ditimbang) seperti besi, baja, aluminium dan tembaga. Terlepas dari definisi di atas,
biasanya dalam literatur kimia istilah “logam berat” digunakan untuk memerikan logam-logam
yang memiliki sifat toksisitas (racun) pada makhluk hidup.
Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat
yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia (Darmono, 1995). Logam berat masih
termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya
terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam
organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek
khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994). Tidak semua logam berat dapat mengakibatkan
keracunan pada mahluk hidup, besi merupakan logam yang dibutuhkan dalam pembentukan
pigmen darah dan zink merupakan kofaktor untuk aktifitas enzim (Wilson, 1988). Keberadaan
logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti
pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang
membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah industri (Connel dan
Miller, 1995). Dalam neraca global sumber yang berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan
pembuangan limbah akhir di laut (Wilson, 1988).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di
sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan
biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian
logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang
berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan
belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-
COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga
terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam
berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan,
1977).
Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini
dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya
dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn
dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di
mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat
racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan
bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun
yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh
terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen,
teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan
pencernaan.
B. Dampak negatif logam berat bagi manusia
Masing-masing logam berat memiliki dampak negatif terhadap manusia jika dikonsumsi dalam
jumlah yang besar dan waktu yang lama. Dampak tersebut antar lain :
1. Timbal (Pb)
Dalam peredaran darah dan otak dapat menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin darah,
gangguan neurologi (susunan syaraf), gangguan pada ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut
atau kronik sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru-paru. Selain itu, dapat menurunkan IQ pada
anak kecil jika terdapat 10-20 myugram/dl dalam darah.
2. Kadmium (Cd)
Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat menghambat kerja paru-paru, bahkan
mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan
lambat, kerusakan ginjal dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak
tulang (osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum keracunan
Kadmium adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk – batuk, dan lemah.
3. Merkuri (Hg)
dapat berakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronchitis, sampai
rusaknya paru-paru. Gejala keracunan Merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal
sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, gangguan
psikologi (rasa cemas dan sifat agresif), dan sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang
tinggi mengakibatkan kerusakan sel-sel saraf di otak kecil, gangguan pada luas pandang,
kerusakan sarung selaput saraf dan bagian dari otak kecil. Turunan oleh Merkuri (biasanya etil
merkuri) pada proses kehamilan akan nampak setelah bayi lahir yang dapat berupa cerebral palsy
maupun gangguan mental. Sedangkan keracunan Merkuri yang akut dapat menyebabkan
kerusakan saluran pencernaan, gangguan kardiovaskuler, kegagalan ginjal akut maupun shock.
4. Arsenik (As)
Dalam tubuh dapat mengganggu daya pandang mata, hiperpigmentasi (kulit menjadi berwarna
gelap), hiperkeratosis (penebalan kulit), pencetus kanker, infeksi kulit (dermatitis). Selain itu,
dapat menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang, menurunnya sel darah, gangguan fungsi
hati, kerusakan ginjal, gangguan pernafasan, kerusakan pembuluh darah, varises, gangguan
sistem reproduksi, menurunnya daya tahan tubuh, dan gangguan saluran pencernaan.
5. Chromium (Cr)
Dalam tubuh dapat berakibat buruk terhadap sistem saluran pernafasan, kulit, pembuluh darah,
dan ginjal. Dampak kandungan logam berat memang sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun,
kita dapat mencegahnya dengan meningkatkan kesadaran untuk ikut serta melestarikan sumber
daya hayati serta menjaga kesehatan baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Salah satu cara
sederhana untuk menjaga kesehatan adalah dengan mendeteksi kondisi air yang kita gunakan
sehari-hari, terutama kebutuhan untuk minum. Jika kondisi air Anda sudah terdeteksi, maka
akumulasi logam berat dalam tubuh dapat kita cegah
III. Proses Pencemaran Air Laut Oleh Logam Berat
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan
limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat penerimaan
polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan
kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian
tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh
organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-
lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton.Fitoplankton
adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton
dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding
dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya.
Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai
tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan)
sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level
tertinggi.Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam
tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat
yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat
dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-
menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan
pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut
tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar.
Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga
mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat. WHO
(World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture
Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi
makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai
suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan
terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Beberapa logam berat yang berbahaya adalah :
a. Mercury
Air Raksa atau Mercury (Hg) adalah salah satu logam berat dalam bentuk cair. Terjadinya
pencemaran mercury di perairan laut lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia dibanding
faktor alam. Meskipun pencemaran mercury dapat terjadi secara alami tetapi kadarnya sangat
kecil. Pencemaran mercury secara besar-besaran disebabkan karena limbah yang dibuang oleh
manusia. Manusia telah menggunakan mercury oksida (HgO) dan mercury sulfida (HgS) sebagai
zat pewarna dan bahan kosmetik sejak jaman dulu. Dewasa ini mercury telah digunakan secara
meluas dalam produk elektronik, industri pembuatan cat, pembuatan gigi palsu, peleburan emas,
sebagai katalisator, dan lain-lain. Penggunaan mercury sebagai elektroda dalam pembuatan soda
api dalam industri makanan seperti minyak goreng, produk susu, kertas tima, pembungkus
makanan juga kadang mencemari makanan tersebut.
Pencemaran logam mercury (Hg) mulai mendapat perhatian sejak munculnya kasus minamata di
Jepang pada tahun 1953. Pada saat itu banyak orang mengalami penyakit yang mematikan akibat
mengonsumsi ikan, kerang, udang dan makanan laut lainnya yang mengandung mercury. Kasus
minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah menyebabkan ribuan orang meninggal
dunia akibat pencemaran mercury di Teluk Minamata Jepang. Industri Kimia Chisso
menggunakan mercury khlorida (HgCl2) sebagai katalisator dalam memproduksi acetaldehyde
sintesis di mana setiap memproduksi satu ton acetaldehyde menghasilkan limbah antara 30-100
gr mercury dalam bentuk methyl mercury (CH3Hg) yang dibuang ke laut Teluk Minamata.
Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara langsung dari air maupun
mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi pada daging kerang-
kerangan, crustacea dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat Minamata.
Konsentrasi atau kandungan mercury dalam rambut beberapa pasien di rumah sakit Minamata
mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut yang tercemar
tersebut dalam jumlah banyak telah terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera perasa
dan bahkan banyak yang meninggal dunia.
b. Kadmium
Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah timbulnya
pencemaran sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia.
Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang menyebabkan penyakit “itai-itai”. Gejalanya
ditandai dengan ketidak-normalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan
kronis yang disebabkan oleh Cd adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh seperti pada
pernapasan, sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan
kerapuhan tulang.
Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri antara lain pelapisan logam,
peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas, bahan bakar. Bahan bakar dan minyak
pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk
superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri
dan pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut
serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke
laut. Konsentrasi Cd pada air laut yang tidak tercemar adalah kurang dari 1 mg/l atau kurang dari
1 mg/kg sedimen laut.Konsentrasi Cd maksimum dalam air minum yang diperbolehkan oleh
Depkes RI dan WHO adalah 0,01,mg/l. Sementara batas maksimum konsentrasi atau kandungan
Cd pada daging makanan laut yang layak bagi kesehatan yang direkomendasikan FAO dan
WHO adalah lebih kecil dari 0,95 mg/kg. Sebaliknya Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan
merekomendasikan tidak lebih dari 2,0 mg/kg.
c. Timbal
Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap
manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan
sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Pb dapat diakumulasi
langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut. Dewasa ini pelepasan Pb ke atmosfir
meningkat tajam akibat pembakaran minyak dan gas bumi yang turut menyumbang pembuangan
Pb ke atmosfir. Selanjutnya Pb tersebut jatuh ke laut mengikuti air hujan. Dengan kejadian
tersebut maka banyak negara di dunia mengurangi tetraeil Pb pada minyak bumi dan gas alam
untuk mengurangi pencemaran Pb di atmosfir.
IV. Penanggulangan Pencemaran Logam Berat
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan
proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam
berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti
penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini
relatif mahal dan cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut
dalam sedimen dan organisme akuatik (perairan).Penanganan logam berat dengan
mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi,
atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan
elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau teknologi ini sangat menarik
untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses
kimiawi. Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani
pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis
dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik
dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation) kalau
dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya.
Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorganisme relatif mudah dilakukan,
murah dan cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan.
Organisme Selular Sianobakteria merupakan organisme selular yang termasuk kelompok
mikroalga atau ganggang mikro. Di alam, organisme ini tersebar luas baik di perairan tawar
maupun lautan. Sampai saat ini diketahui sekitar 2.000 jenis sianobakteria tersebar di berbagai
habitat. Berdasarkan penelitian terbaru, sianobakteria merupakan salah satu organisme yang
diketahui mampu mengakumulasi (menyerap) logam berat tertentu seperti Hg, Cd dan Pb.
Suhendrayatna (2001) dalam makalahnya, menjelaskan lebih rinci tentang proses penyerapan ion
logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme secara umum. Umumnya, penyerapan ion
logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri atas dua mekanisme yang melibatkan
proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake (bioakumulasi).
a. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi
sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan sianobakteria, dan/atau akumulasi
intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme
dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan
sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya
dan lainnya.Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya
sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh
akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang mencapai
sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang berikatan dengan
dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen. Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk
mendesain suatu proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan
melibatkan sianobakteria relatif mudah dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan
dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam
berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar
sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini
dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam
berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. Pemanfaatan
sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat
menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri. Karena, sianobakteria
merupakan organisme selular yang mudah dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas,
dapat tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah
dibudidayakan dalam sistem akuakultur.
b. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben. Mekanisme passive
uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pertukaran ion di mana ion pada
dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa
kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol,
hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada
Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi
Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui proses pertukaran kation.
Gambar. Proses pasisive uptake Cr pada permukaan membran sel
Sumber : Cossich., et.al (2002)
V. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan anatara lain :
a. Logam berat memiliki efek negative bagi lingkungan tertama air laut jika memiliki kandungan
logam berat melebihi ambang batas
b. Logam berat jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar dalam jangka waktu yang lama dapart
menyebabkab gangguan kesehatan
c. Pencemaran oleh logam berat harus segera ditangani agar tidak menimbukan bahaya bagi
manusia
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ychi.org – ychi.org
http://www.serasan.co.cc/2008/11/dampak-pencemaran-pantai-bagi-kesehatan.html
http://ikasiwalima.wordpress.com/2007/09/15/profil-laut-indonesia/
http://www.walhi.or.id/kampanye/tambang/buanglimbah/040803_buyatcemar_cu/
http://adinfobogor.blogspot.com/2008/01/bahaya-pencemaran-logam-berat-dalam-air_31.html
http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=194365
http://lets-belajar.blogspot.com/2007/08/logam-berat.html
http://www.walhi.org
LAMPIRAN