Pencelupan Poliester
-
Upload
cendikia-yudha-pratama -
Category
Documents
-
view
150 -
download
14
description
Transcript of Pencelupan Poliester
PENGARUH Na2CO3 PADA PENCELUPAN PADA PENCELUPAN
POLIESTER/KAPAS DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-REAKTIF
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud : Untuk mengetahui pengaruh metoda satu tahap pada proses
pencelupan poliester kapas dengan zat warna dispersi-reaktif dan pengaruh
penggunaan Na2CO3 pada proses pencelupannya.
2. Tujuan : agar praktikan dapat mengetahui dan mempraktikan pencelupan
poliester/kapas dengan zat warna dispersi-reaktif serta mengetahui faktor-faktor
yang berpengaruh pada proses pencelupannya.
II. TEORI DASAR
1. Poliester
Bahan baku untuk pembuatan poliester yang sekarang dipakai adalah PTA
dan EG. Etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah dioksidasi dengan
udara, menjadi etilena oksida yang kemudian di dehidrasi menjadi etilena glikol.
Asam tereftalat dibuat dari para-xilena yang harus bebas dari isomer meta
dan orto. Pemisahan dilakukan dengan kristalisasi, p-xilena membeku pada suhu
250C. Oksida dengan asam Nitrat pada suhu 2200C dan tekanan 30 atmosfer
merubah p-xilena menjadi asam tereftalat. Cara lain adalah dengan oksidasi p-
xilena dengan udara dan katalisator kobalt toluat pada suhu 200C, menjadi asam
toluat yang diesterkan menjadi metil toluat dan oksidasi selanjutnya terjadi
monometil tereftalat. Monometil tereftalat atau asam tereftalat diubah menjadi
dimetil tereftalat.
Asam tereftalat atau esternya dan etilena glikol dipolimerisasikan dalam
tempat hampa udara dan suhu tinggi. Polimer disemprotkan dalam bentuk pita
dan kemudian dipotong-potong menjadi serpih-serpih dan dikeringkan.
Pada tahap polimerisasi, ester sederhana ini dipanaskan pada suhu sekitar
260°C dan pada tekanan rendah. Dalam hal ini diperlukan sebuah katalis
misalnya senyawa-senyawa antimoni seperti antimoni(III) oksida
Bila dimethyl terephtalate (DMT) dipergunakan sebagai bahan mentah,
gabungan metanol harus di ubah menjadi EG. Tahap ini disebut penggantian
ester.
Pada polimerisasi kondensasi, jika monomer – monomer bergabung
bersama, ada sebuah molekul kecil yang hilang. Ini berbeda dengan polimerisasi
adisi yang menghasilkan polimer seperti poli(eten) – dimana pada proses ini tidak
ada yang hilang ketika monomer-monomer bergabung bersama. Sebuah
poliester dibuat dengan sebuah reaksi yang melibatkan sebuah asam dengan
dua gugus -COOH, dan sebuah alkohol dengan dua gugus -OH.
Pada poliester umum terdapat: asam benzen-1,4-dikarboksilat (nama lama:
asam tereftalat) dan alkohol yaitu etana-1,2-diol (nama lama: etilen glikol).
Senyawa-senyawa ini secara bergantian terbentuk ester dimana masing-
masing gugus asam dan masing-masing gugus alkohol, kehilangan satu molekul
air setiap kali sebuah sambungan ester terbentuk.
Ester-ester sederhana mudah dihidrolisis melalui reaksi dengan asam atau
basa encer. Poliester diserang dengan mudah oleh basa, tetapi jauh lebih lambat
oleh asam encer. Hidrolisis dengan air saja sangat lambat sehingga hampir tidak
diperhitungkan. (Poliester tidak akan terurai menjadi bagian-bagian kecil jika
terkena air hujan). Jika ditumpahkan basa encer pada sebuah kain yang terbuat
dari poliester, maka sambungan-sambungan esternya akan putus. Etana-1,2-diol
terbentuk bersama dengan garam asam karboksilat. Karena dihasilkan molekul-
molekul kecil dan bukan polimer asli, maka serat-serat kain tersebut akan
hancur, dan terbentuk sebuah lubang pada kain.
Seperti dengan nylon, poliester juga dipintal leleh. Kebutuhan –
kebutuhannya sama seperti untuk nylon, kecuali peralatannya harus mempunyai
ketahanan yang lebih tinggi terhadap panas, karena titik lelehnya lebih tinggi, dan
perencanaan pengatur udara dalam ruang pemintalan agak berbeda.
Untuk proses after–stretching, poliester harus dipanaskan sampai kurang
lebih 900C. Bagian penarik dari draw-twister filamen mempunyai rol penyuapan
dan rol – rol penarikan dua tingkat. Benang yang belum di tarik diberi penarikan
pendahuluan di antara rol – rol penyuap dan rol penarik pertama, dan kemudian
terjadi penarikan utama di rol pertama dan kedua, sementara benangnya di
panaskan mulai pada rol pertama, yang permukaannya dipertahankan pada suhu
9000C.
Pada penarikan utama benangnya di lewatkan di atas sebuah flat panas di
mana suhu permukaannya dipertahankan pada suhu tetap antara 1300 – 1500C.
Tujuan penggunaan plat panas tersebut adalah untuk mempermudah penarikan
dan untuk menstabilkan struktur dalam dari serat yang sudah di tarik, sistim
kontrol pemanasan dan suhu harus di rencanakan dengan sangat teliti agar suhu
rol dan suhu plat panas konstan.
Bagian – bagian utama dari mesin harus kukuh dan dikerjakan dengan
ketelitian tinggi untuk mempertahankan kecepatan tarik dan konstan. Perhatian
demikian harus diberikan untuk menjamin mutu benang yang rata, mutu yang
tidak rata di sebabkan pada tahap ini akan mempengaruhi daya tarik terhadap
zat warna, dan menyebabkan pencelupan yang tidak rata atau noda – noda pada
kain tenun atau rajut.
Menurut kebiasaan lapisan permukaan dari gulungan benang diambil sebagai
contoh untuk diteliti mutunya. Cara ini tidak memuaskan karna tidak selalu ada
hubungan antara bagian permukaan dan bagian dalam yang menyangkut ketidak
rataan atau cacat benang. Akhir – akhir ini telah dikembangkan sejenis instrumen
baru yang dapat dapat mengukur ketidak teraraturan tiap benang yang sedang
berjalan,dan mendeteksi perubahan – perubahan sifat – sifat dielektrik.
Dengan mempergunakan alat ini seluruh produk dapat diperiksa tanpa
kekurangan benang sedikit pun. Ini memungkinkan mesin penarikan bekerja
terus sambil dilakukan pemeriksaan benang yang telah di tarik terhadap
kerataan.
Pada pembuatan serat staple penarikan di lakukan dengan cara yang sama
seperti pada nylon, ikatan serat dari pemintalan di himpun menjadi besar dan
dibawa ketahap after drawing. Pemanasan dilakukan pada waktu penarikan
utama oleh rol panas, plat panas atau larutan panas.
Sifat – sifat Poliester
Sifat Fisika
Kekuatan mulur
Terylene mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,5 gram/denier dan 25%
sampai 75 gram/denier dan 7,5 bergantung pada jenisnya. Sedangkan dacron
mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,0 gram/denier dan 40% sampai 6,9
gram/denier dan 11%. Kekuatan dan mulur dalam keadaan basahnya sama
dengan dalam keadaan keringnya.
Elastisitas
Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehinga kain poliester tahan kusut.
Jika benang poliester ditarik dan kemudian dilepaskan pemulihan yang terjadi
dalam 1 menit adalah sebagai berikut;
Penarikan 2 % ……………….. pulih 97 %
Penarikan 4 % ……………….. pulih 90 %
Penarikan 8 % ……………….. pulih 80 %
Moisture regain
Dalam kondisi standar yaitu suhu 70oC dengan RH 65%, moisture regain
poliester hanya 0,4%. Sedangkan dalam kelembaban relatif 100%, moisture
regainya hanya 0,6 s/d 0,8 %.
Modulus
Poliester mempunyai modulus awal yang tiggi. Pada pembebanan 0,9 gram
per denier poliester hanya mulur 1%, dan pada pembebabanan 1,75 gram per
denier poliester hanya mulur 2%, sedangkan rayon asetat, dalam keadaan
tersebut sudah putus, modulus yang tinggi menyebabkan poliester pada
tegangan kecil didalam penggulungan tidak akan mulur.
Sensitifitas
Pada suhu 230 – 240oC dapat melunak dan pada suhu 255 – 260oC akan
meleleh. Poliester meskipun dapat dibakar, tetapi karena diikuti oleh
pelelehan yang kemudian akan terlepas jatuh, maka nyala api tidak akan
menjalar, tetapi bila dicampur dengan serat lain yang membantu pembakaran
kain tersebut akan terbakar. Poliester tahan terhadap serangga, jamur,
bakteri, cuaca dan sinar matahari. Poliester merupakan isolator yang baik,
sedang proses bahan poliester dapat menimbulkan elektrostatis.
Sifat – sifat kimia
Sensitifitas
Serat poliester tahan asam lemah sampai suhu mendidih. Tahan asam kuat
dan dingin. Tahan basa lemah, tetapi kurang tahan basa kuat. Tahan zat
oksidator, alkohol, keton, sabun dan zat-zat untuk pencucian kimia.
Poliester meleleh diudara pada suhu 250oC dan tidak menguning pada suhu
tinggi. Seperti serat tekstil lainnya, poliester juga berkurang kekuatannya
terhadap penyinaran yang lama tetapi tahan sinarnya masih cukup baik
dibanding dengan serat lain. Di balik kaca tahan sinar poliester lebih baik dari
kebanyakan serat. Sifat serat poliester adalah thermoplastis, dimana
kekuatannya berbanding terbalik dengan suhu, sedang perpanjangan sampai
putusnya berbanding lurus dengan kenaikan suhunya.
Penggelembungan
Serat poliester menggelembung dalam larutan 2% asam benzoat, asam
salisilat, fenol dan meta kresol dalam air, dispersi 0,5% mono-khloro benzoat,
para-dikhloro benzena, tetrahidro naftalena, metil benzoat dan metil salisilat,
dalam air, dispersi 0,3% ortofenildan parafenil dalam air
Kelarutan
Larut dalam meta kresol panas, asam trifluorom asetat, orto khlorofenol,
campuran dari 7 bagian berat trikhlorofenol dan 10 bagian fenol dan
campuran 2 bagian tetra khloroetana dan 3 bagian fenol.
Mengkeret
Terylene apabila dalam air mendidih akan mengkeret sampai 7% atau lebih.
Dacron dalam perendaman selama 70 menit akan mengkeret 10 – 14%.
Beberapa zat organik seperti aseton, khloroform dan trikhlor etilena juga akan
menyebabkan barang atau kain mengkeret pada titik didih. Tetapi apabila
kain sebelumnya telah di “heat set” atau pemantapan panas, didalam air
mendidih ataupun pelarut-pelarut untuk pencucian kering pada titik didih tidak
akan mengkeret. Heat set akan menstabilkan dimensi kain poliester.
Heat set ini dilakukan dengan cara mengerjakan kain dalam dimensi yang
telah diatur (biasanya dalam bentuk lebar0 pada suhu 30-40oC lebih tinggi
dari suhu penggunaan kain sehari-hari, untuk pakaian biasanya pada suhu
220-230oC.
2. Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang banyak dipakai dalam pembuatan
pakaian. Karena sifatnya yang nyaman dipakai maka serat kapas menjadi
komoditi yang bernilai ekonomis untuk industri pertekstilan. Artikel ini akan
memberikan kita pengetahuan tentang seluk beluk kapas.
Pertumbuhan Serat
Serat kapas tumbuh menutupi seluruh permukaan biji kapas. Dalam tiap-tiap
buah terdapat 20 biji kapas atau lebih. Serat mulai tumbuh pada saat tanaman
berbunga dan merupakan pemanjangan sebuah sel tunggal dari epidermis atau
selaput luar biji. Sel membesar sampai diameter maksimum dan kemudian sel
yang berbentuk silinder tersebut tumbuh yang mencapai panjang maksimum.
Pada saat itu serat merupakan sel yang sangat panjang dengan dinding tipis
yang menutup protoplesma dan inti. Pada saat yang sama dengan tumbuhnya
serat, tumbuh juga serat-serat yang sangat pendek dan kasar yang disebut linter.
Lima belas sampai delapan belas hari berikutnya mulai masa pendewasaan
serat, dimana dinding sel makin tebal dengan terbentuknya lapisan-lapisan
selulosa dibagian dalam dinding yang asli.
Dinding yang asli disebut dinding primer dan dinding yang menebal pada
waktu pendewasaan disebut dinding sekunder. Pertumbuhan dinding sekunder
tersebut berlangsung terus sampai hari ke 45 sampai hari ke 75 atau satu dua
hari sebelum buah terbuka.
Pada waktu serat dewasa, agar sel serat tetap bertahan dalam lapisan
epidermis. Serat selama pertumbuhan berbentuk silinder dan diameternya
kurang lebih sama di bagian tengah serat, agak membesar dibagian dasar dan
mengecil kearah ujungnya. Ketika buah kapas terbuka uap air yang ada di dalam
menguap, sehingga serat tidak berbentuk silinder lagi.
Dalam proses pengeringan ini dinding serat mengerut, lumennya menjadi
lebih kecil dan lebih pipih dan terbentuk puntiran pada serat yang disebut
konvolusi.
Morfologi
Memanjang
Bentuk memanjang serat kapas, pipih seperti pita yang terpuntir, ke arah
panjang, serat dibagi menjadi tiga bagian ialah :
Dasar
Berbentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat tetap tertanam
diantara sel-sel epidermis.
Dalam proses Pemisahan serat dari bijinya (ginning), pada umumnya dasar
serat ini putus, sehingga jarang sekali ditemukan pada serat kapas yang
diperdagangkan.
Badan
Merupakan bagian utama serat kapas, kira-kira sampai panjang serat.
Bagian ini mempunyai diameter yang sama, dinding yang tebal dan lumen yang
sempit.
Ujung
Ujung serat merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan pada
umumnya kurang dari 1/4 bagian panjang serat.
Bagian ini mempunyai sedikit konvolusi dan tidak mempunyai lumen.
Diameter bagian ini lebih kecil dari diameter badan dan berakhir dengan ujung
yang runcing.
Melintang
Bentuk penampang serat kapas sangat bervariasi dari pipih sampai bulat
tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Serat kapas dewasa, penampang
lintangnya terdiri dari 6 bagian :
Kutikula :
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pectin dan protein.
Lapisan ini merupakan penutup halus yang tahan air, dan melindungi
bagian dalam serat.
Dinding Primer
Merupakan dinding sel tipis yang asli, terutama terdiri dari selulosa, tetap
juga mengandung pectin, protein dan zat-zat yang mengandung lilin.
Dinding ini tertutup oleh zat-zat yang menyusun kutikula. Tebal dinding
primer kurang dari 0,5 m. Selulosa dalam dinding primer berbentuk
benang-benang yang sangat halus atau ribril. Fibril tersebut tidak
terususn sejajar panjang serat tetapi membentuk spiral dengan sudut 650
– 700 mengelilingi sumbu serat.
Spiral tersebut mengelilingi serat dengan arah S maupun Z dan ada juga
yang tersusun hampir tegak lurus pada sumbu serat.
Lapisan Antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan struktur nya
sedikit berbeda dengan dinding sekunder maupun dinding primer.
Dinding Sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulosa, yang merupakan bagian utama
serat kapas. Dinding sekunder juga merupakan lapisan fibril fibril yang
membentuk spiral dengan sudut 200 sampai 300 mengelilingi sumbu
serat. Tidak seperti spiral fibril pada dinding primer, spiral fibril pada
dinding sekunder arah putaran nya berubah-ubah pada interval yang
random sepanjakng serat.
Dinding Lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap pereaksi-pereaksi tertentu
dibandingkan dengan dinding sekunder.
Lumen
Merupakan ruangan kosong didalam serat. Bentuk dan ukurannya
bervariasi dari serat ke serat yang lain maupun sepanjang satu serat.
Lumen berisi zat-zat padat yang merupakan sisa-sisa protoplasma yang
sudah kering, yang komposisinya sebagian besar terdiri dari nitrogen.
Dimensi Serat
Panjang
Dimensi serat kapas yang terpenting adalah panjangnya, perbandingan
panjang dengan lebar serat kapas pada umuknya bervariasi pada 5000 : 1
sampai 1000 : 1.
Kapas yang lebih panjang cenderung mempunyai diameter lebih halus, lebih
lembut dan mempunyai konvolusi yang lebih banyak.
Pandangan Membujur Dan Pandangan Melintang Serat Kapas
Panjang serat kapas merupakan karakteristik suatu jenis tanaman kapas
tertentu meskipun demikian apabila kondisi pertumbuhannya berbeda, jenis
tanaman yang sama akan menghasilkan panjang serat yang berbeda.
Kedewasaan Serat
Kedewasaan serat kapas dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel. Sel
makin dewasa, dinding sel makin tebal.
Untuk menyatakan kedewasaan serat dapat dipergunakan perbandingan
antara tebal dinding dengan diameter serat. Serat dianggap dewasa apabila
tebal dinding lebih besar dari lumenya.
Pada satu biji kapas terdapat banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak
bersamaan sehingga menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima
dari jumlah serat kapas normal adalah serat serat yang belum dewasa. Serat-
serat yang belum dewasa adalah yang pertumbuhannya terhenti karena
sesuatu sebab, misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek, letak buah pada
tanaman kapas, dimana buah yang paling atas tumbuh paling akhir,
kerusakan karena serangga dan udara dingin, buah yang tidak dapat
membuka dan lain-lain. Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah
apabila jumlahnya terlalu banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan
jumlah limbah yang besar.
Kapas yang belum dewasa dalam jumlah besar, dalam pengolahan juga akan
menimbulkan terjadinya nep, yaitu sejumlah serat kapas yang kuat menjadi
satu membentuk bulatan-bulatan kecil yang tidak dapat diuraikan lagi dalam
proses pengolahan berikutnya.
Adanya nep menghasilkan benang yang tidak rata dan terjadinya bintik-bintik
berwarna muda pada bahan yang telah dicelup.
Sifat Fisika
Warna
Warna kapas tidak betul-betul putihi, biasanya sedikit cream, beberapa jenis
kapas yang seratnya panjang seperti kapas mesir dan rima, warnanya lebih
cream dari pada kapas Upland dan Sea Island. Pigmen yang menimbulkan
warna pada kapas belum diketahui dengan pasti. Warna kapas akan main tua
setelah penyimpanan selama 2 – 5 tahun. Ada pula kapas-kapas yang
berwarna lebih tua, dengan warna-warna dari Caramel, bhakti, sampai beige.
Karena pengaruh cuaca yang lama, debu dan kotoran, akan menyebabkan
warna menjadi keabu-abuah. Tumbuhnya jamur pada kapas sebelum
pemetikan menyebabkan warna putih kebiru-biruan yang tidak bisa
dihilamngkan dalam pemutihan.
Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bundel rata-rata
adalah 96.700 pound per inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum
116.000 pound per inci2. Kekuatan serat bukan kapas pada umumnya
menurut pada keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan serat kapas dalam
keadaan basah makin tinggi.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila gaya diberikan pada serat kapas
kering, distribusi tegangan dalam serat tidak merata karena bentuk serat
kapas yang terpuntir dan tak teratur. Dalam keadaan basah serat
menggelumbung berbentuk silinder, diikuti dengan kenaikan derajat orientasi,
sehingga distribusi tegangan lebih merata dan kekuatan seratnya naik.
Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantaranya serat-serat selulosa
alam, kira-kira dua kali mulur rami.
Diantara serat-serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai mulur lebih
tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13 % bergantung
pada jenisnya dengan mulur rata-rata 7 %.
Moisture regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering
bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat
bervariasi dengan perubahan kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya.
Moisture regain serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 – 8,5 %.
Berat jenis (Density)
Berat jenis serat kapas 1,50 sampai 1,56
Indeks bias
Indeks bias serat kapas sejajar sumbu serat 1,58 indeks bias melintang
sumbu serat 1,53
Selulosa
Derajat polimerisasi selulosa pada kapas kira-kira 10.000 dengan berat
molekul kira-kira 1.580.000. Dari rumus tersebut terlihat bahwa selulosa
mengandung tiga buah gugusan hidroksil satu primer dan dua sekunder pada
tiap-tiap unit glukosa.
Dinding sekunder terdiri dari selulosa murni. Zat-zat lain terdapat pada
dinding primer dan sisa-sisa protoplasma didalam lumen. Dinding primer juga
mengandung banyak selulosa.
Lilin, pektat-pektat, abu dan sebagian dari zat-zat yang mengandung nitrogen
terkandung di dalam dinding tipis tersebut. Pigmen, sisa protein, sisa abu,
gula, asam-asam organic dan sebagainya terdapat di dalam lumen.
Lilin tersebut tersebar diseluruh dinding primer sedemikian sehingga serat
tahan terhadap pembasahan. Komposisi kimia serat kapas tercantum pada
tabel 7 dibawah ini.
Pektat
Diantara zat-zat bukan selulosa yang menyusun serat, pectin merupakan zat
yang penting. Berdasarkan analisa, jumlah pectin di perkirakan sekitar 0,6 –
1,2 %. Pektin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi dan struktur
rantainya seperti selulosa. Terdalam garam-garam kalsium an besi yang tidak
larut. Selulosa pecah kedalam glukosa, tetapi pectin terurai menjadi
galaktosa, pentosa, asam poligalakturonat dan metal alkohol.
Hampir semua pectin dapat dihilangkan dalam pemesakan kapas dengan
larutan natrium hidroksida. Proses penghilangan pectin tidak banyak
mempengaruhi kekuatan maupun kerusakan serat kapas.
Zat-zat yang mengandung protein
Diperkirakan bahwa zat-zat protein dalam kapas adalah sisa sisa
protoplasma yang tertinggal didalam lumen setelah selnya mati ketika
buahnya membuka. Kadar nitrogen di dalam serat kapas kira-kira 0,3 % dan
apabila dirubah menjadi protein dengan faktor 6,25 akan memberikan kadar
protein 1,875 %.
Pemasakan kapas mengurangi kadar nitrogen menjadi kira-kira 1/10 kadar
aslinya. Komposisi maupun sifat-sifat protein dan senyawa-senyawa
nitroghen yang lain di dalam serat kapas tidak banyak diketahui.
Kemungkinan, sebagian dari nitrogen di dalam serat merupakan zat-zat
bukan protein.
Lilin
Zat-zat yang diekstrasi dari kapas mempergunakan kholoroform, karbon
tetrakhlorida atau pelarut-pelarut organic yang lain biasanya dinyatakan
sebagai lilin. Lilin merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-
serat kapas mentah.
Lilin mempermudah proses permintaan karena bertindak sebagai pelumas.
Tetapi adanya lilin akan rendah. Hal ini ditunjukkan oleh benang yang telah
diekstrasi dengan benzene atau pelarut-pelarut lilin yang lain, kekuatannya
naik sampai 25%. Kadar lilin punyai gambar pembiasan sinar X sama dengan
lilin carnauba dan meleleh pada kira-kira 760C. Lilin seluruhnya terletak pada
dinding primer. Apakah lilin tersebut melapisi dinding primer sebelah luar
secara mekanik, atau terdapat ikatan kimia dengan pectin, selulosa atau
protein pada dinding primer, tidak diketahui.
Sifat-sifat Kimia
Oleh karena kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat
kmia kapas adalah sifat-sifat kimia selulosa.
Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan,
pengolahan, dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat pengoksidasi
atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan
kekuatan. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa
biasanya terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam
keadaan lembab, atau pemanasan yang lama dalam suhu diatas 1400C.
Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa, dalam rental
selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat dalam larutan menyebabkan
degradasi yang cepat, sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan
mongering pada serat akan menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali
mempunyai sedikit pengaruh pada kapas, kecuali larutan alkali kuat dengan
konsentrasi yang tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada
serat, seperti dalam proses mempercerisasi. Dalam proses ini kapas
dikerjakan di dalam larutan natrium hidroksida dengan konsentrasi lebih
besar dari 18%.
Dalam kondisi ini dinding primer menahan penggelumbungan serat kapas
keluar, sehingga lumenya sebagian tertutup. Irisan lintang menjadi lebih
bulat, puntirannya berkurang dan serat menjadi lebih berkilau. Hal ini
merupakan alasan uitama mengapa dilakukan proses mencerisasi.
Disamping itu serat kapas menjadi lebih kuat dan afinitas terhadap zat warna
lebih besar.
Pelarut-pelarut yang biasa dipergunakan untuk kapas adalah kupramonium
hidroksida dan kuprietilena diamina. Viskositas larutan kapas dalam pelarut-
pelarut ini merupakan faktor yang baik untuk memperkirakan kerusakan
serat. Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada keadaan
lembab dan pada suhu yang hangat.
3. Zat warna dispersi
Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sintesis,
yang kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan dispersi. Zat warna
tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil yang
bersifat hidrofob.
Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung
gugus pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi
untuk mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata
didalam larutan, yang disebut zat pendispersi.
Zat warna dispersi dapat mewarnai serat poliester dengan baik jika memakai
zat pengemban atau dengan temperatur tekanan tinggi. Zat warna dispersi mula-
mula diperdagangkan dalam bentuk pasta, tetapi sekarang dapat diperoleh
dalam bentuk bubuk.
Sifat-sifat umum zat warna dispersi
a) Tidak larut dalam air, karena tidak mempunyai gugus pelarut didalam struktur
molekul
b) Pada umumnya zat warna dispersi berasal dari turunan azo, antrakwinon/nitro
akril amina dengan berat molekul rendah
c) Mempunyai titik leleh yang cukup tinggi yaitu 1500C dengan ukuran partikel
antara 0,5-2 mikron
d) Bersifat non-ionik, walaupun mengandung gugus-gugus – NH2 – NHR – OH
e) Selama proses pencapan dengan zat dispersi tidak mengalami perubahan
kimia
Zat warna dispersi dapat di golongkan menurut sifat sublimasinya secara
umum di bagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a) Golongan satu (A)
Zat warna dispersi ini mempunyai sifat sublimasi rendah tetapi
mempunyai sifat celup yang baik. Karena molekulnya kecil dengan sifat
sublimasi yang rendah biasanya digunakan untuk pencelupan serat rayon, serat
poliamida, serat di/tri asetat, dapat juga di gunakan untuk serat poliester yang di
bantu dengan zat pengemban pada temperatur 1000C. Zat warna dispersol yang
mempunyai ketahanan panas yang rendah. Tidak disarankan untuk mencelup
poliester selulosa.
b) Golongan Kedua (B)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul yang relatif kecil dengan
sifat sublimasinya cukup. Memiliki sifat celup yang baik sehingga sangat baik
untuk pencelupan polyester dengan zat pengemban pada temperatur tinggi.
Pada proses thermosol hanya digunakan untuk mewarnai warna – warna muda,
dengan temperatur yang lebih rendah. Termofiksasi disarankan pada suhu 200 –
210oC, pada suhu yang lebih tinggi ada resiko terjadi kontaminasi mesin.Suhu
proses penyempurnaan sebaiknya tidak melebihi 170oC kecuali celupan warna
muda.
c) Golongan Ketiga (C)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul sedang dengan sifat
sublimasi yang baik. Sifat celup dan sublimasi yang baik biasa di gunakan untuk
pencelupan zat pengemban. Temperatur tinggi atau proses termosol dengan
hasil yang baik. Termofiksasi disarankan pada suhu 200 – 215oC. Sesuai untuk
warna muda sampai sedang yang akan diproses penyempurnaan pelipatan
permanen. Suhu maksimum 185oC.
d) Golongan Keempat (D)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul besar dengan sifat
sublimasi tinggi. Mempunyai sifat celup yang kurang baik atau sifat sublimasinya
yang paling tinggi tidak dapat di gunakan untuk pencelupan dengan zat
pengemban. Tetapi sangat cocok untuk pencelupan termosol/ temperatur tinggi
berat molekul ukuran dan bentuk zat warna dispersi memegang peranan
penting, terhadap sifat pencelupan. Termofiksasi disarankan pada suhu 215 –
220oC untuk menghasilkan pembangkitan warna yang maksimum. Sangat
disarankan untuk semua proses penyempurnaan termasuk proses
penyempurnaan pelipatan permanen (permanent press finishing)
4. Zat warna reaktif
III. PERCOBAAN
a. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
Piala gelas 100 mL Zat warna Forron Yellow RD-4GRL
Pengaduk Zat warna Evercion Turquise H.A
Mesin HT/HP bahan poliester/kapas
Timbangan NaCL
Pendispersi
Na2CO3
CH3COOH 30%
b. Resep
Resep pencelupanVariasi Resep
1 2 3
Zat warna Dispersi Forron Yellow RD-4GRL (%) 1 1 1
Zat warna Reaktif Evercion Turquise H.A (%) 1 1 1
Pendispersi (cc/L) 1 1 1
CH3COOH (pH) 4 4 4
NaCL (g/L) 15 15 15
Na2CO3 (g.L) 0 10 20
Suhu (C) 1300
Vlot 1:20
Waktu (menit) 60
c. Perhitungan Resep
Resep 1:
Berat bahan = 5,14 gram
∑ larutan = 5,14 X 20 = 102,8 mL
Zat warna dispersi = 1/100 X 5,14 X 100/1 = 5,14 mL
Zat warna reaktif = 1/100 X 5,14 X 100/1 = 5,14 mL
Pendispersi =1/1000 X 102,8 = 0,1028 mL
NaCl = 15/1000 X 102,8 = 1,542 gram
Na2CO3 = 0 gram
CH3COOH=kebutuhan air = 102,8 – ( 5,14 + 5,14 + 0,1028) = 92,4147 Ml
Resep 2:
Berat bahan = 4,99 gram
∑ larutan = 4,99 X 20 = 99,8 mL
Zat warna dispersi = 1/100 X 4,99 X 100/1 = 4,99 mL
Zat warna reaktif = 1/100 X 4,99 X 100/1 = 4,99 mL
Pendispersi =1/1000 X 99,8 = 0,0998 mL
NaCl = 15/1000 X 99,8 = 1,497 gram
Na2CO3 = 10/1000 X 99,8 = 0,998 gram
CH3COOH=kebutuhan air = 99,8 – ( 4,99 + 4,99 + 0,0998) = 88,822 mL
Resep 3:
Berat bahan = 5,12 gram
∑ larutan = 5,12 X 20 = 102,4 mL
Zat warna dispersi = 1/100 X 5,12 X 100/1 = 5,12 mL
Zat warna reaktif = 1/100 X 5,12 X 100/1 = 5,12 mL
Pendispersi =1/1000 X 102,4 = 0,1024 mL
NaCl = 15/1000 X 102,4 = 1,536 gram
Na2CO3 = 20/1000 X 102,4 = 2,048 gram
CH3COOH=kebutuhan air = 102,4 – ( 5,12 + 5,12 + 0,1024) = 92,0576 mL
d. Fungsi Zat
Zat warna Dispersi = Untuk mewarnai serat poliester yang bersifat hidrofob
Zat warna Reaktif = Untuk mewarnai serat kapas secara permanen
Pendispersi = Untuk mendispersikan zat warna dispersi yang tidak
larut di dalam air sehingga dapar tersebar merata d seluruh permukaan air.
NaCL = Untuk membantu penyerapan zat warna reaktif ke
dalam serat kapas
Na2CO3 = Alkali yang membantu proses fiksasi zat warna reaktif
ke dalam serat kapas dan untuk menghilangkan zat warna dispersi yang masi
menempel d atas permukaan serat poliester.
CH3COOH 30% = Sebagai pemberi suasana asam
e. Diagram alir
Persiapan larutan celup
Pencelupan zat warna dispersi dan reaktif
f. Skema Proses
1300C
700 C
400 C
10’ 60’
Pemberian alkali d akhir proses
Cuci sabun panas
Bilas
Keringkan
Zw.dispersi
Zw.reaktif
Pendispersi
NaCl
CH3COOH
Na2CO3
Zw.dispersi
Zw.reaktif
Pendispersi
NaCl
CH3COOH
IV. DATA PERCOBAAN
V. DISKUSI
VI. KESIMPULAN
VII. DAFTAR PUSTAKA
Lampiran kain hasil pencelupan
Metoda 1 tahap
0 g/L Na2CO3 10 g/L Na2CO3 20 g/L Na2CO3
Metoda 2 tahap
0 g/L Na2CO3 10 g/L Na2CO3 20 g/L Na2CO3
LAPORAN PENCELUPAN 3
PENGARUH Na2CO3 PADA PENCELUPAN PADA
PENCELUPAN POLIESTER/KAPAS DENGAN ZAT WARNA
DISPERSI-REAKTIF
Disusun oleh :
NAMA : M. MIFTAH N (08.K40081)
R.R DIAJENG PUTRI M (08.K40084)
SITI RIKA SUKMAWATI (08.K4087)
GRUP : K-3
DOSEN : MAYA KOMALASARI, SST
WIWIEK
PRIATNA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2011