pencegahan-pencoklatan-enzimatis
-
Upload
nabbnab-febriani-nabfeb -
Category
Documents
-
view
44 -
download
12
description
Transcript of pencegahan-pencoklatan-enzimatis
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Browning atau pencoklatan sering terjadi pada buah-buahan seperti peach,
pear, salak, pisang dan apel. Kitika kita memakan buah tersebut maka pada
potongan sisanya akan berubah warna menjadi ke coklatan. Dalam ilmu pangan,
gejala itu dinamai reaksi enzimatis atau browning atau pencoklatan. Yaitu,
terbentuknya warna coklat pada bahan pangan secara alami atau karena proses
tertentu. pada kelompok buah-buahan proses pencoklatan itu nampaknya tak
dikehendaki karena warnanya menjadi tidak segar.
Untuk meminimalisir reaksi pencoklatan enzimatis, dapat dilakukan proses
blansing atau penambahan zat kimia.
1. Pencegahan pencoklatan enzimatis dengan mengurangi kontak dengan
pisau besi dan stainless steel.
Buah yang dipotong dengan pisau stainless steel akan lebih lama
mengalami reaksi pencoklatan enzimatis dibandingkan dengan pisau besi karena
karena pisau stainless steel adalah jenis pisau besi yang dilapisi baja tahan asam
dan basa sehingga tidak mudah berkarat karena tidak mudah mengalami oksidasi.
Demikian juga pada hasil pengamatan, hanya buah apel yang menunjukkan hasil
yang menyimpang dari literatur. Kemungkinan yang terjadi munkin karena
pemotongan buah apel yang tidak sama besarnya dimana buah apel yag dipotong
dengan pisau besi lebih tebal dibandingkan dengan buah yang dipotong dengan
pisau steinless steel sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai reaksi
Pebrin Manurung
240210090132
pencoklatan relatif sama. Pencoklatan buah disebabkan adanya polifenol oksidase
yang mengkatalisis terjadinya oksidasi antar polifenol dengan udara dan dapat
dihambat dengan antioksidan. Dengan adanya kontak logam dengan daging buah
apel yang mengandung tannin yang semula tidak berwarna, menyebabkan
perubahan warna yang lebih gelap. Kontak dengan besi akan memudahkan
terjadinya oksidasi yang berujung pada pencoklatan atau browning, selain itu
kecepatan browning juga dipengaruhi oleh luas permukaan pemotongan buah. Pada
saat percobaan, apel yang dipotong dengan pisau besi permukaannya lebih luas
sehingga browning lebih lambat (Lilian, 1973).
Pencoklatan pada buah pear dan buah lain setelah di kupas disebabkan
oleh aktifitas enzim polifenol oksidase, yang dengan bantuan oksigen akan
mengubah gugus monophenol menjadi o-hidroksi phenol, yang selanjutnya
diubah lagi menjadi o-kuinon. Gugus o-kuinon inilah yang membentuk warna
coklat. Perubahan-perubahan ini akan menurunkan mutu buah apel secara drastis.
Buah apel yang rusak biasanya tidak baik dan bahkan tidak sehat untuk dimakan.
2. Pencegahan pencoklatan enzimatis dengan cara mengurangi kontak
dengan oksigen
Sampel sayuran terlebih dahulu direndam dalam larutan garam selama 2
menit sedangkan sampel sayuran direndam dalam larutan gula selama 3 menit.
Setelah waktu perendaman, dilakukan pengamatan terhadap sifat organoleptik
seperti warna, kekerasan, dan aroma. Berdasarkan hasil pengamatan, perendaman
sayuran dan buah ternyata dapat memperlambat reaksi pencoklatan enzimatis. Itu
terlihat dari warna dan kesegaran yang relatif tidak berubah dan bahkan
kerenyahannya menunjukkan tingkat yang sama dengan buah yang masih segar.
3. Pencegahan pencoklatan enzimatis dengan cara menonaktifkan enzim
polifenol oksidasi (PFO).
Salah satu upaya untuk mencegah pencoklatan buah akibat oksidasi enzim
dapat digunakan antioksidan untuk mecegah pencoklatan dan melindungi buah-
buahan dan sayuran. Menurut Wisnu, (2006) berdasarkan sumbernya antioksidan
terdapat antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid,
vitamin E, vitamin C dan beta-karoten. Menurut Murniramli (2008), vitamin C
(absorbic acid) akan menghambat enzim di dalam apel untuk bereaksi dengan
oksigen atau dengan kata lain kerja enzim dirusak oleh vitamin C. Asam sitrat
dalam hal ini fungsinya hampir menyerupai vitamin C dengan mekanisme
merusak enzim yang dapat menyebabkan pencoklatan. Menurut beberapa sumber,
asam Selain itu penambahan asam sitrat juga akan mempengaruhi tingkat
pencoklatan apel fresh cut. Hal tersebut setidaknya terlihat pada menit ke –0
dimana penambahan asam sitrat 0,5%, menunujukkan tingkat pencoklatan yang
paling rendah (Anonim, 2009). Selain larutan di atas, juga ada larutan Na-bisulfit
(larutan kapur) yang juga bertujuan memperlambat reaksi pencoklatan enzimatis.
Dari hasil pengamatan larutan Na-Bisulfit menunjukkan reaksi yang bagus
dimana warna lebih mendekati warna kontrol. Berurut dengan perendaman dalam
asam sitrat juga mendekati warna kontrol tetapi dari segi kualitas masih dibawah
Na-Bisulfit. Sedangkan asam askorbat menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh
dengan perendaman dalam air dimana tingkat kecerahan lebih rendah dari aiir.
KESIMPULAN
1. Pencoklatan enzimatis terjadi karena adanya enzim polifenol oksidasi yang
masih aktif di dalam buah.
2. Pisau steinless steel lebih dapat memperlambat reaksi pencoklatan enzimatis
dibanding pisau besi karena pisau steinless dilapisi oleh baja sehingga lebih
tahan terhadap oksidasi.
3. Perendaman sayuran pada larutan garam dan buah-buahan pada larutan gula
ternyata dapat memperlambat proses pencoklatan enzomatis.
4. Larutan asam yang paling baik dalam menjaga kualitas bahan pangan adalah
Na-Bisulfit, asam sitrat, asam ascorbat dan air.
DAFTARPUSTAKA
Herudiyanto, Marlen S. 2006. Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan. Penerbit :
Widya Padjajaran. Bandung
Taufik. 2008. Browning Pada Makanan.
http://taufiq80.multiply.com/journal/item/10 (diakses tanggal 16 Oktober
2010)
Tjahjadi, Carmencita. 2008. Pengantar Teknologi Pangan (Volume I). Jurusan
Teknologi Industri Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian.
Universitas Padjajaran. Jatinangor