Pencegahan Bahaya Hiv
Transcript of Pencegahan Bahaya Hiv
PENCEGAHAN BAHAYA HIV/AIDS DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. Latar Belakang
Satu Desember sudah sejak tahun 1998 diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Peringatan
Hari AIDS Sedunia berawal dari Pertemuan Puncak Menteri-menteri Kesehatan dari 148
negara yang tergabung dalam WHO untuk Program Pencegahan AIDS pada 1 Desember
1988 di London, Inggris.
Sampai sekarang, AIDS masih menempati peringkat keempat penyebab kematian terbesar di
dunia. Menurut WHO (2009) jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 33,4 juta jiwa di seluruh
dunia. Di Indonesia, kasus HIV/AIDS ditemukan pertama kali tahun 1986 di Bali.
Kementerian Kesehatan RI memperkirakan, 19 juta orang pada 2010 berada pada risiko
terinfeksi HIV. Adapun berdasarkan data Yayasan AIDS Indonesia (YAI), jumlah penderita
HIV/AIDS di seluruh Indonesia per Maret 2009, mencapai 23.632 orang. Dari jumlah itu,
sekitar 53 persen terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30-
39 tahun sekitar 27 persen.
Adapun berdasarkan cara penularan, 75 hingga 85 persen HIV/AIDS ditularkan melalui
hubungan seks, 5-10 persen melalui homoseksual, 5-10 persen akibat alat suntik yang
tercemar terutama pengguna narkoba jarum suntik dan 3-5 persen tertular lewat transfusi
darah.
B. Penanggulangan yang Salah-Kaprah
Selama ini, penanggulangan HIV/AIDS di dunia maupun di Indonesia secara umum
mengadopsi strategi yang digunakan oleh UNAIDS dan WHO. Karena penyakit ini hingga
sekarang belum ada obat untuk menyembuhkannya, area pencegahan adalah salah satu
prioritas yang harus dilakukan. Di antara program yang masuk dalam area pencegahan pada
Strategi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS adalah: Kondomisasi ataupun dan Pembagian
Jarum Suntik Steril. Upaya penanggulangan HIV/AIDS versi UNAIDS ini telah menjadi
kebijakan nasional yang berada di bawah koordinasi KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional).
Kondomisasi (100% kondom) sebagai salah satu butir dari strategi nasional telah ditetapkan
sejak tahun 1994 hingga sekarang. Saat ini kampanye penggunaan kondom semakin gencar
dilakukan melalui berbagai media, dengan berbagai macam slogan yang mendorong
penggunaan kondom untuk ‘safe sex’ (seks yang aman) dengan ‘dual protection’
(melindungi dari kehamilan tak diinginkan sekaligus melindungi dari infeksi menular
seksual). Kampanye kondom juga dilakukan dengan membagi-bagikan kondom secara gratis
di tengah-tengah masyarakat seperti mal-mal dan supermarket. Terakhir, demi memperluas
cakupan sasaran penggunaan kondom (utamanya para ABG/remaja yang masih segan kalau
harus membeli di apotik), telah lama diluncurkan program ATM (Anjungan Tunai Mandiri)
kondom. Cukup dengan memasukkan 3 koin lima ratus perak, maka akan keluar 3 boks
kondom dengan 3 rasa.
Bagaimana hasilnya? Kenyataan berbicara, kondomisasi ini bukan hanya terbukti gagal
mencegah penyebaran HIV/AIDS, namun malah menumbuhsuburkan wabah penyakit
HIV/AIDS. Di AS, kampanye kondomisasi yang dilaksanakan sejak tahun 1982 terbukti
menjadi bumerang. Hal ini dikutip oleh Dadang Hawari (2006) dari pernyataan H. Jaffe
(1995), dari Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (USCDC: United State Center of
Diseases Control). Evaluasi yang dilakukan pada tahun 1995 amat mengejutkan, karena
ternyata kematian akibat penyakit AIDS malah menjadi peringkat no. 1 di AS, bukan lagi
penyakit jantung dan kanker.
Prof. Dr. Dadang Hawari (2002) pernah menuliskan hasil rangkuman beberapa pernyataan
dari sejumlah pakar tentang kondom sebagai pencegah penyebaran HIV/AIDS antara lain
sebagai berikut:
Efektivitas kondom diragukan (Direktur Jenderal WHO Hiroshi Nakajima, 1993).
Virus HIV dapat menembus kondom (Penelitian Carey [1992] dari Division of Pshysical
Sciences, Rockville, Maryland, USA).
Penggunaan kondom aman tidaklah benar. Pada kondom (yang terbuat dari bahan
latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang;
dalam keadaan meregang lebar pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Virus HIV sendiri
berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian, virus HIV jelas dengan leluasa dapat
menembus pori-pori kondom (Laporan dari Konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai,
Thailand (1995).
Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau
penyakit kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan (V Cline [1995], profesor
psikologi dan Universitas Utah, Amerika Serikat).
Prof. Dadang Hawari meyakini, dari data-data tersebut di atas jelaslah bahwa kelompok
yang menyatakan kondom 100 persen aman merupakan pernyataan yang menyesatkan dan
bohong (Republika, 13/12/2002).
Adapun pemberian jarum suntik steril kepada pengguna narkoba jarum suntik agar
terhindar dari penularan HIV/AIDS juga merupakan strategi yang sangat tidak jelas.
Memberikan jarum suntik meskipun steril, di tengah-tengah jeratan mafia narkoba sama
saja menjerumuskan anggota masyarakat kepada penyalahgunaan narkoba. Apalagi para
pengguna narkoba ini tetap berisiko terjerumus pada perilaku seks bebas akibat kehilangan
kontrol, meskipun mereka telah menggunakan jarum suntik steril.
C. Pandangan Islam
UNAIDS (United Nations for Program HIV/AIDS) menyatakan populasi penduduk Afrika
Utara, Timur Tengah dan Asia yang notebene berpenduduk muslim terbanyak yang telah
tertular HIV mencapai hampir 1 juta orang. Menurut seorang pakar kesehatan muslim yang
terkenal, Dr. Abdullah Hakim, cepat atau lambat umat Islam akan menyadari bahwa AIDS –
yang awalnya berasal dari kalangan non-muslim – akan semakin berdampak pada umat
Islam.
Mayoritas umat Islam menganggap AIDS sebagai “penjara dosa” yaitu konsekuensi final dari
perbuatan dosa, seperti penggunaan narkoba atau perzinaan. Padahal, fakta menunjukkan
bahwa 500.000 jiwa anak-anak terinfeksi penyakit AIDS di tahun 2005 menghapus anggapan
bahwa HIV/AIDS bukanlah konsekuensi dosa. Hal ini menunjukkan bahwa korban HIV/AIDS
tidak hanya para pendosa tersebut, tetapi juga anak-anak yang tidak berdosa.
Islam memiliki “sistem kehidupan yang berprinsip pada amar ma’ruf nahi munkar”, sehingga
sistem ini dapat menjaga setiap individu, keluarga, dan masyarakat muslim dari serangan
penyakit sosial dan moral. Umat Islam tidak hanya diwajibkan melakukan kebaikan untuk
mereka sendiri, tetapi juga diwajibkan mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan.
�ح�ون� �م�ف�ل ال ه�م� �ك� �ئ �ول و�أ �ر� �ك �م�ن ال ع�ن� �ه�و�ن� �ن و�ي وف� �م�ع�ر� �ال ب ون� م�ر�� �أ و�ي �ر� ي �خ� ال �ل�ى إ �د�ع�ون� ي م'ة%
� أ �م� �ك م�ن �ن� �ك �ت و�ل
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.” (Q.S. Al-Imran: 104)
Dalam ajaran Islam, perilaku menyimpang misalnya perzinaan – yang dapat memberikan
kontribusi pada penyebaran HIV/AIDS – adalah adalah perbuatan terkutuk.
Ÿ )يال� ب س� اء� و�س� ة( ف�اح�ش� �ان� ك 'ه� �ن إ �ا ن الز4 �وا ب �ق�ر� ت و�ال�
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra: 32)
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Islam melarang segala jenis kegiatan yang mengarah
kepada perzinaan, termasuk diantaranya seks pranikah, prostitusi, homoseks dan
penggunaan narkoba. KH. Sahal Mahfudz menambahkan bahwa dalam al-Qur’’an, hukum
dan larangan yang berkaitan tentang zina antara lain:
1. Larangan melakukannya
2. Larangan mendekatinya
3. Larangan menikahi wanita pezina kecuali bagi lelaki pezina atau musyrik
4. Diberlakukannya li’an
5. Mendapat kemarahan Allah
6. Mendapat laknat Allah
7. Melakukan dosa besar
8. Dilipatgandakan azabnya
9. Mendapat had 100 kali
10. Diasingkan 1 (satu) tahun
11. Dianggap fakhisyah (perbuatan jijik)
Pencegahan adalah kontribusi terbesar agama Islam dalam menanggulangi HIV/AIDS. Ajaran
Islam telah membangun benteng yang kokoh dalam ajaran moralitas, dan menganjurkan
setia pada pasangan dan kesucian dalam perkawinan. Pandangan seperti inilah harus
disebarluaskan ke seluruh dunia.
Program penanggulangan HIV/AIDS dan pendidikan seks di sekolah umum yang
diperkenalkan kepada remaja merupakan upaya strategis yang mengarah pada prilaku “safe
sex”. Umat Islam mesti melaksanakan pendidikan seks dan informasi seputar AIDS
berdasarkan perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga semua pesan moral tersebut
diberikan masih dalam jalur-jalur keislaman.
Umat Islam mesti memahami dan memegang teguh ajaran-ajaran Islam, mengajarkannya
kepada anak-anak dan keluarga mereka, dan menyampaikannya kepada masyarakat luas.
Setiap keluarga muslim harus memotivasi remajanya bahwa perkawinan adalah hubungan
yang sehat, dan menutup semua celah yang dapat mengakibatkan perbuatan dosa, seperti
seks pranikah dan free sex. Selain itu, bagi calon pasangan nikah perlu melakukan tes bebas
HIV/AIDS sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan.
D. Solusi Qur’ani
Dr. Mahmud Muhammad Sya’ban menawarkan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
mencegah penularan HIV/ AIDS sesuai dengan al-Qur’an:
1. Pengharaman perilaku homoseksual (hubungan sejenis)
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini
adalah kaum yang melampaui batas.” (Q.S. al-A’raf: 80-81)
2. Pengharaman zina dan hukuman keras bagi yang melakukannya
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra’: 32)
3. Anjuran menjaga kebersihan
Dalam hal ini kebersihan bukan hanya menyangkut kebersihan pakaian, dan tempat saja,
tetapi juga menghindari penggunaan segala hal yang menjadi bekas dipakai orang. Yang
menjadi contoh dalam hal ini adalah dilarangnya memakai jarum suntik bekas yang telah
dipakai orang. Karena berbagai macam kuman atau virus termasuk HIV akan mudah tertular
melalui darah yang menempel di jarum suntik tersebut.
4. Mengharamkan minum minuman keras
Dalam hal ini minuman keras dikaitkan dengan pemakaian narkoba. Salah satu cara yang
sangat efektif dalam menularkan HIV adalah melalui narkoba yang berjenis jarum suntik
(putaw).
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya". (Q.S. al-Baqarah: 219)
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. (Q.S. ar-Rum: 21)
E. Khitan: Solusi Alternatif?
Hasil penelitian di berbagai negara, seperti Thailand, Filipina, dan Amerika Serikat (AS),
menunjukkan bahwa sunat atau khitan, yakni tindakan memotong kulup yang diwajibkan
dalam ajaran Islam bagi pria Muslim, efektif sebagai salah satu cara mencegah penularan
wabah HIV/AIDS. Hasil penelitian ini direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)
pada Kongres Internasional ke-9 tentang AIDS se-Asia Pasifik (ICAAP) yang berlangsung di
Nusa Dua, Bali, 9-13 Agustus 2011.
Sebelum ini, beberapa kajian yang dilakukan pada tahun 2006 menunjukkan bukti kuat
bahwa khitan terhadap lelaki mampu menghalang terjangkitnya HIV (Dvora Joseph, Kepala
Departemen HIV di Population Services International USA). Tahun 2007, khitan dinyatakan
dapat mengurangi risiko terjangkitnya AIDS sebesar 60 persen. Kesimpulan terbaru hasil
pertemuan sekitar 380 ahli medis dari berbagai negara.
Wahbah al-Zuhaily (1989: 642), ahli fiqih kontemporer dari Syiria dalam ensiklopedi
fiqihnya, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, mendeskripsikan perbedaan ulama mazhab tentang
hukum khitan sebagai berikut:
“Khitan bagi laki-laki mengikuti madzhab Hanafi dan Maliki, adalah sunnah mu’akkah (sunat
yang dekat dengan wajib), dan bagi perempuan adalah suatu kemuliaan yang kalau
dilaksanakan dianjurkan tidak berlebihan sehingga tidak terpotong bibir vagina, agar ia tetap
mudah merasakan kenikmatan jima’. Menurut Imam Syafi’i, khitan adalah wajib bagi laki-
laki dan perempuan. Sedangkan Imam Ahmad berkata bahwa khitan wajib bagi laki-laki dan
suatu kemuliaan bagi perempuan yang biasanya dilakukan di daerah-daerah panas.”
F. Bersikap kepada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA):
a. Memberikan tuntutan rohani (bertobat) agar mereka yakin bahwa tobatnya diterima
�وب� الذ;ن �غ�ف�ر� ي 'ه� الل �ن' إ 'ه� الل ح�م�ة� ر� م�ن� �ط�وا �ق�ن ت ال� ه�م� �ف�س� �ن أ ع�ل�ى ف�وا ر� س�� أ 'ذ�ين� ال �اد�ي� ب ع� �ا ي ق�ل�
ح�يم� الر' �غ�ف�ور� ال ه�و� 'ه� �ن إ ج�م�يع(ا
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-
dosa semuanya. (Q.S. az-Zumar: 53)
b. Menghindari sikap stigma dan diskriminasi
Stigma dan diskriminasi kepada ODHA tidak akan menyelesaikan permasalahan. Bahkan
akan menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka
sendiri. Hal ini bisa mendorong, dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya
penghargaan diri, dan keputusasaan.
c. Mendampingi dan memberi dukungan kepada ODHA yang menjelang ajal, agar selalu
berzikir, berdoa dan tetap istiqamah dalam keimanannya hingga akhir hayatnya.
�م�ون� ل م�س� �م� �ت �ن و�أ �ال' إ �ن' �م�وت ت و�ال� �ه� �ق�ات ت ح�ق' 'ه� الل 'ق�وا ات �وا �م�ن آ 'ذ�ين� ال ;ه�ا ي� أ �ا ي
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Q.S.
Ali Imran: 102)