Pencahayaan
-
Upload
shizuka-poenya-nobita -
Category
Documents
-
view
441 -
download
1
description
Transcript of Pencahayaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
di setiap tempat kerja. Untuk itu perlu dikembangkan dan ditingkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka menekan serendah mungkin
resiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat kerja serta meningkatkan
produktivitas dan efisiensi. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah
keamanan dan keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi
perhatian utama semua pihak. Keberhasilan kita dalam melaksanakan
pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal
yang dijadikan sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan suatu
pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil apabila keamanan dan keselamatan semua
sumber daya yang ada terjamin, dapat diselesaikan tepat waktu atau bahkan
bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan, memberikan keuntungan bagi
perusahaan, memberikan kepuasan kepada semua pihak (pimpinan, karyawan
dan pemberi kerja) (Santosa, 2006).
Suatu pencahayaan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek
secara visual. Organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan, yaitu mata, saraf,
dan pusat saraf penglihatan diotak. Pada banyak Industri, pencahayaan
mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. Kuat pencahayaan baik yang
tinggi, rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan
1
mata maupun ketegangan saraf. Pada dasarnya objek yang kita lihat adalah
pantulan cahaya dari objek tersebut. Oleh sebab itu bagaimana kita melihat dan
merespon sekeliling kita sangat tergantung dari jenis pencahayaan yang
digunakan. Salah satu faktor permasalahan yang mengganggu kenyamanan
kerja tenaga kerja ialah permasalahan mengenai pencahayaan yang kurang atau
pencahayaan yang berlebih (Departemen Kesehatan, 2008).
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan
ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi funsinya dengan baik
apabila tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam ruang
memungkinkan orang yang menempati dapat melihat benda–benda. Benda–
benda yang tidak terlihat dengan jelas akan mengganggu aktifitas di dalam
ruang. Sebaliknya, cahaya yang terlalu terang juga dapat mengganggu
penglihatan. Oleh sebab itu tingkat pencahayaan perlu diatur untuk
menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam ruang berdasarkan
jenis aktifitas (Santosa, 2006).
Jenis-jenis pekerjaan yang membutuhkan pencahayaan antara lain
pekerjaan yang membutuhkan ketelitian seperti tukang jahit, pekerja elektronik,
pengetikan, dan lain-lain. Pekerjaan yang tidak membutuhkan ketelitian juga
membutuhkan pencahayaan walaupun dalam intensitas kecil sebagai penunjang
agar tidak mengalami kecelakaan saat bekerja.
Menurut Emha (2002) dalam Jurnal Lingkungan (2011), laboratorium
diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan
sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau
2
bidang ilmu lain. Pengertian lain menurut Sukarso (2005), laboratorium ialah
suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu.
Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan
terbuka, misalnya kebun dan lain-lain. Berdasarkan definisi tersebut,
laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan
maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia
atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau
ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain. Dalam ruangan laboratorium
membutuhkan kondisi rungan yang baik, salah satunya pencahayaan.
Pencahayaan dapat mempengaruhi penelitian yang dilakukan di dalamnya.
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua
tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga jenis ini terdiri dari
anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk
lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau merupakan dari kombinasinya.
Komponen-komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar
injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan
(handrail) dan bidang pengaman (balustrade). Contoh dari penggunaan tangga
ini misalnya seperti yang kita temui pada bangunan rumah tinggal atau
perkantoran, "tangga monyet", dsb. Tangga non permanen biasanya digunakan
untuk mencapai bidang horisontal yang lebih tinggi, dan digunakan hanya pada
waktu-waktu tertentu sehingga bisa dipindahkan / disimpan. Contoh dari
tangga jenis ini misalnya tangga lipat. Tangga dapat dibuat dari beberapa
bahan. Penggunaan bahan ini dapat dikelompokan secara struktural dan non-
3
struktural. Penggunaan bahan yang bersifat struktural umumnya meliputi kayu,
baja, dan beton. Sedangkan penggunaan bahan pada tangga yang bersifat non-
struktural dapat meliputi kaca, karet (sebagai pelapis anti licin pada injakan
atau pegangan tangan) ataupun plastik (pada desain-desain khusus).
(Wikipedia,2013)
Pencahayaan yang tepat adalah untuk mengatur intensitas cahaya yang
tepat dan mengetahui hubungan pengaruh intensitas cahaya dan output yang
dihasilkan. Untuk meningkatkan kondisi pencahayaan, pengusaha harus
menggunakan pencahayaan alami sepenuhnya, memelihara instalasi
pencahayaan yang ada, dan meningkatkan pemeliharaan. Contoh, memasang
jendela baru dapat meningkatkan hal signifikan. Jumlah pencahayaan yang
dibutuhkan tergantung pada tiga faktor: jenis tugas, jarak pandang pekerja, dan
lingkungan kerja(Roestijahwati,2007).
Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi
persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan
terlalu besar atau pun lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan
cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata harus memicing silau atau
berkontraksi secara berlebihan, Karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih
kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima
oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini
merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah (Departemen Kesehatan,
2008).
4
Pada salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan plastik,
tampak bahwa kecelakaan kerja pada tahun 2000 dan tahun 2004 cukup tinggi.
Hal ini terlihat dari jumlah kasus kecelakaan pada tahun 2000 sebanyak 14
kasus, dengan perhitungan total incidence rate sebesar 20 yang berarti terdapat
kira-kira 20 kecelakaan kerja dalam periode satu tahun setiap 200000 jam
manusia. Sedangkan pada tahun 2004 terdapat 13 kasus, dengan perhitungan
total incidence rate sebesar 18,57 ~ 19 yang berarti terdapat kira-kira 19
kecelakaan kerja dalam periode satu tahun setiap 200.000 jam manusia. Dari
jumlah kecelakaan kerja ini dapat dilihat bahwa faktor utama yang
mempengaruhi kecelakaan kerja adalah manusia itu sendiri dan lingkungannya
yang kurang baik salah satunya pencahayaan (Firmansya,2010).
Luminansi adalah penyataan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan
oleh permuakaan pada suatu arah. Luminansi suatu permukaan ditentukan oleh
kuat pencahayaan dan kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan.
Kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan disebut faktor refleksi atau
reflektasi (δ ) (Muhaimin, 2001 dalam Jurnal Lingkungan 2011).
Iluminasi adalah Jumlah cahaya yang jatuh pada suatu permukaan dan
diukur pada setiap titik pengukuran dan dinyatakan dalam lux. Hasil
pengukuran iluminasi pencahayaan dibandingkan dengan Kepmenkes. RI No
No 1204/MENKES/SK/X/2004.
5
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian tentang pencahayaan ini adalah untuk
mengetahui intensitas cahaya pada beberapa tempat yaitu Laboratorium
dan Tangga, serta mengetahui keuntungan dan kerugian bila pencahayaan
yang kurang atau berlebih dari standar yang ada.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencahayaan
1. Definisi Pencahayaan
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh
cahaya mata dan dapat memungkinkan untuk membeda-bedakan
warnawarni (Haryanto, 2007). Depkes RI dalam Santosa (2006)
mendefinisikan pencahyaan sebagai jumlah penyinaran pada suatu bidang
kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Menurut KEPMENKES No.1204/Menkes/SK/X/2004, pencahayaan di
dalam ruang adalah intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang
ada di dalam ruang bangunan yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif. Kepmenkes RI No.1405 /Menkes/SK/XI/2002
mendefinisikan pencahayaan sebagai jumlah penyinaran pada suatu bidang
kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
2. Sumber Pencahayaan
Berdasarkan sumber pencahayaan di bagi dua yaitu :
a. Pencahayaan alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari
atau kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi
panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan
kenaikan suhu ruangan. Sumber pencahayaan alam (cahaya
matahari). Sedangkan menurut Satwiko (2005), cahaya alami
adalah cahaya yang bersumber dari alam, misalnya matahari, lahar
7
panas, fosfor di pohon-pohon, kilat, kunang-kunang, dan bulan
yang merupakan sumber cahaya alami skunder, karena sebenarnya
bulan hanya memantulkan cahaya matahari. Berikut ini adalah
beberapa keuntungan dan kelemahan dari penggunaan cahaya
alami :
Keuntungan pencahayaan alam :
1) Bersifat alami, tersedia melimpah dan terbaharui,
2) Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya,
3) Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena
memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makluk
hidup di bumi,
4) Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang
berbeda, bahkan kadang-kadang sangat memuaskan.
Kelemahan pencahayaan alam :
1) Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah
karena dipengaruhi oleh waktu dan cuaca,
2) Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia,
3) Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda
di dalam ruang.
4) Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau
membutuhkan biaya tambahan yang cukup tinggi.
b. Pencahayaan buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya
yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti:
8
lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah. Pecahayaan buatan adalah
pencahayaan yang dihasilkan dari usaha manusia seperti lampu
pijar. (Lasa, 2005 dalam Jurnal Lingkungan 2011). Dasar
pemikiran untuk konsep perancangan sistem pencahayaan
pencahayaan adalah pemenuhan tingkat intensitas terang yang
memenuhi syarat untuk tiap-tiap ruang.
Sumber pencahayaan buatan yang terbagi atas :
1. General lighting adalah pencahayaan umum yaitu pencahayaan
yang dibutuhkan untuk menerangi suatu tempat atau ruangan
tersebut.
2. Localized general lighting
3. Local lighting atau pencahayaan lokal, yaitu, pencahayaan pada
tempat kerja dimana untuk menerangi obyek pekerjaan.
Keuntungan menggunakan pencahayaan buatan:
a) Cahaya buatan dapat dikendalikan, dalam arti bahwa kekuatan
pencahayaan yang dihasilkan dari lampu dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan,
b) Cahaya buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi alam,
c) Arah jatuhnya cahaya dapat diatur, sehingga tidak
menimbulkan silau bagi pekerja.
Kelemahan penggunaan pencahayaan buatan:
1) Cahaya buatan memerlukan biaya yang relatif besar karena
dipengaruhi oleh sumber tenaga listrik,
9
2) Cahaya buatan kurang baik bagi kesehatan manusia jika
digunakan terus menerus di ruang tertutup tanpa dukungan
cahaya alami.
Pencahayaan yang buruk di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
a) Kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata yang akan
mengakibatkan kurangnya daya efesiensi kerja.
b) Kelelahan mental yang akan berpengaruh pada kelelahan fisik.
c) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
d) Kerusakan alat penglihatan (mata).
e) Meningkatnya kecelakaan kerja.
Keuntungan pencahayaan yang baik :
1) Meningkatkan semangat kerja.
2) Produktivitas.
3) Mengurangi kesalahan.
4) Meningkatkan housekeeping.
5) Kenyamanan lingkungan kerja.
6) Mengurangi kecelakaan kerja.
3. Jenis Pencahayaan
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum
dapat dibedakan atas 3 macam yakni:
10
a. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh
ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak
dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini
sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.
b. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah
satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan
suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu,
pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperan
sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui
mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan
dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi
efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan
merata.
c. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu
misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem
pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk:
1) memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti
2) mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya
dari arah tertentu.
11
3) Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan
khusus yang ingin diterangi
4) Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya
penglihatannya.
5) Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan
untuk ruangan tersebut.
Pencahayaan setempat diperoleh dengan memasang sumber
pencahayaan di langit-langityang spektrum cahaya terlokalisir (localized
lighting) atau dengan memasang sumber cahaya langsung ditempat kerja
(local lighting) (Dep.PU,1981)
Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem
pencahayaan di ruangan, yaitu :
a) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke
benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam
mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat
menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena
penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek
yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada di
dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
b) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda
yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit
12
dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan
langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langitlangit dan dinding
yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih
pemantulan antara 5%-90%.
c) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda
yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit
dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-
indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya
keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih
ditemui.
d) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting).
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan
dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah.
Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan
perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah
bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
e) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langitlangit dan
dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh
ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya,
perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan
sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan
13
sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh
pada permukaan kerja.
4. Alat Ukur Pencahayaan
Lux meter adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya atau tingkat pencahayaan. Biasanya digunakan dalam
ruangan. Kebutuhan pencahayaan setiap ruangan terkadang berbeda.
Semuanya tergantung dan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan.
Untuk mengukur tingkat pencahayaan di butuhkan sebuah alat yang bisa
bekerja secara otomatis mampu mengukur intensitas cahaya dan
menyesuaikannya dengan cahaya yang dibutuhkan. (kamus)
5. Standar Pencahayaan
Menurut Suma’mur (2009), menyebutkan bahwa kebutuhan
intensitas pencahayaan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan
cahaya di tempat kerja tidak memadai. Untuk lebih jelas, lihat tabel di
bawah ini :
Tabel Tingkat Pencahayaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Contoh Pekerjaan Tingkat Pencahayaan yang dibutuhkan (Lux)
Tidak teliti Penimbunan barang 80-170Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350
Teliti Membaca, menggambar 350-700Sangat teliti Pemasanga 700-1000
Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Suma’mur, 2009)
14
Tabel Intensitas cahaya di ruang kerja:
Jenis KegiatanTingkat Pencahayaan Minimal
Keterangan
Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus
100
Ruang penyimpanan dan ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus menerus
200Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300Ruang administrasi, ruang control, pekerjaan mesin, perakitan, penyusunan
Pekerjaan agak halus
500
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerja memeriksa atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus 1000
Pemilihan warna,pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus
Pekerjaan amat terperinci
1500Tidak
menimbulkan bayangan
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan terinci
3000Tidak
menimbulkan bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan yang sangat halus
(sumber : Kepmenkes RI No.1405 /Menkes/SK/XI/2002)
6. NAB Pencahayaan
Nilai Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No.
1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux. Standar berdasarkan
PMP NO. 7 / 1964 Untuk pekerjaaan membedakan barang-barang yang
agak kecil yang agak teliti paling sedikit 200 lux, beberapa nilai intenitas
cahaya lain yaitu:
a. untuk penerangan darurat paling sedikit 5 lux
15
b. halaman dan jalan di perusahaan paling sedikit 20 lux
c. pekerjaaan yang membedakan barang kasar paling sedikit 50 lux
d. pekerjaan membedakan barang-barang kecil sepintas lalu paling sedikit
100 lux
e. pekerjaaan yang membedakan yang teliti dari bang yang kecil dan
halus paling sedikit 300 lux
f. perbedaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dan
dalam waktu lama antara 500-1000 lux
g. pekerjan yang membedakan barang sangat halus dengan kontras yang
sangat kurang untukwaktu lama paling sedikit 1000 lux
7. Dampak Pencahayaan
Pencahayaan yang tidak sesuai pada pekerjaan yang memerlukan
ketelitian akan menimbulkan dampak yang sangat terasa pada mata yaitu
terjadinya kelelahan pada otot mata dan kelelahan saraf mata. Kelelahan
pada otot mata dengan penglihatan kabur, rangkap, nyeri kepala, mata
merah, mata perih, tegang, mata mengantuk, dan berkurangnya
kemampuan akomodasi (Suma’mur, 2009).
Suatu objek dapat dilihat dengan jelas apabila bayangan objek tersebut
tepat jatuh pada bagian fofea. Untuk itu lensa mata harus dapat bekerja
otomatis memfokuskan bayangan objek sehingga tepat jatuh pada bagian
fofea. Kerja lensa mata bergantung pada jarak mata antara objek dan mata.
Kemampuan akomodasi mata manusia berkurang sejalan dengan
perubahan umur. Oleh karena itu kesempurnaan penglihatan orang yang
16
berusia lanjut sering harus dibantu dengan penggunaan kacamata
(Padmanaba,2006)
Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan seseorang tenaga kerja
melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan membantu menciptakan
lingkungan kerja yang menyenangkan. Pencahayaan yang baik akan
meningkatkan daya kerja, mengurangi terjadinya kecelakan dalam bekerja,
mengurangi kelelahan mata dan penurunan daya penglihatan sehingga
kesehatan dan produktivitas kerja dapat di tingkatkan (Adrianur,1983).
Pencahayaan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan
berkurangnya saya efisiensi kerja, kelelahan mental,keluhan-keluhan pegal
di daerahkepala dan kerusakan penglihatan serta meningkatkan kecelakaan
(Suma’mur, 1996).
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : Rabu, 28 Agustus 2013
Tempat : Laboratorium Terpadu FKM UNHAS
B. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan yaitu Luxmeter dan stopwatch.
C. Prinsip Kerja
Luxmeter diletakkan setimggi pinggang atau pada tempat yang akan di ukur
intensitas cahayanya, maka photocell akan menyerap cahaya lalu di tampilkan
pada display.
D. Prosedur Kerja
1. Alat diletakkan pada tempat yang akan di ukur intensitas cahayanya
2. Luxmeter dinyalakan dengan menekan tombol power
3. Pilih kisaran range yang akan diukur (1 lux, 10 lux, 100 lux) pada
tombol range
4. Photocell diarahkan pada sumber cahaya
5. Ditunggu hingga 30 detik lalu baca hasil pada display
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengukuran cahaya dalam laboratorium
No Tempat PengukuranPerlakuan I Perlakuan II
Lampu di nyalakan Lampu di padamkan1 Titik I 80 Lux 20 Lux2 Titik II 720 Lux 30 Lux3 Titik III 50 Lux 20 Lux
Rata-rata 283 Lux 23 Lux
(sumber : Data Primer 2013)
Besarnya Intensitas cahaya di laboratorium:
a) Perlakuan I
Lux ≡ Jumlah Intensitas PeneranganJumlahTitik seluruh Ruangan
Lux ≡ 80+720+50
4
≡ 850
3
= 283 Lux
b) Perlakuan II
Lux ≡ Jumlah Intensitas PeneranganJumlahTitik seluruh Ruangan
Lux ≡ 20+30+20
3
19
≡ 703
= 23 Lux
2. Pengukuran cahaya di tangga
NoTangga
I II1 520 Lux 150 Lux2 130 Lux 260 Lux3 300 Lux 180 Lux4 100 Lux 100 Lux
Rata-rata 262 Lux 172 Lux(sumber : Data Primer 2013)
Besarnya intensitas cahaya di tangga :
a) Tangga I
Lux ≡ Jumlah Intensitas PeneranganJumlahTitik seluruh Ruangan
Lux ≡ 520+130+300+100
4
≡ 1050
4
= 262 Lux
b) Tangga II
Lux ≡ Jumlah Intensitas PeneranganJumlahTitik seluruh Ruangan
20
Lux ≡ 150+260+180+100
4
≡ 690
4
= 172 Lux
B. Pembahasan
1. Pengukuran cahaya dalam laboratorium
Dalam penelitian pertama yang dilakukan yaitu dalam ruang
Laboratorium dengan lampu yang menyala intensitas cahayanya 283 Lux,
dan pada saat lampu dipadamkan intensitas cahayanya menjadi 23 Lux.
Hal tersebut tidak sesuai dengan standar yang ada untuk intensitas cahaya
dalam ruang laboratorium yaitu 750-1500 Lux. Karena kurangnya
intensitas cahaya tersebut dapat mengakibatkan kelelahan pada mata saat
bekerja dan kecelakaan kerja. Maka dari itu, pencahayaan harus di
sesuaikan agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan menimbulkan kerugian
bagi pekerja. Terutama di ruang laboratorium yang merupakan tempat
yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang
berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia membutuhkan
pencahayaan yang baik agar tidak melakukan kesalahan dalam penelitian.
Pencahayaan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan
berkurangnya saya efisiensi kerja, kelelahan mental,keluhan-keluhan pegal
di daerahkepala dan kerusakan penglihatan serta meningkatkan kecelakaan
(Suma’mur, 1996)
21
2. Pengukuran cahaya di tangga
Penelitian selanjutnya dilakukan di dua tangga biasa dengan intensitas
cahaya pada tangga pertama yaitu 262 Lux dan pada tangga kedua 172
Lux. Hasil tersebut melebihi standar yang ada yaitu 75-100 Lux. Tangga
yang digunakan sehari-hari mendapatkan cahaya alami yaitu cahaya
matahari melalui jendela-jendela sekitar tangga. Pada tangga yang
merupakan sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua
tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Sehingga tangga harus
memiliki pencahayaan agar tidak menimbulkan kecelakaan pada
penggunanya.
Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan seseorang tenaga kerja
melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan membantu menciptakan
lingkungan kerja yang menyenangkan. Pencahayaan yang baik akan
meningkatkan daya kerja, mengurangi terjadinya kecelakan dalam bekerja,
mengurangi kelelahan mata dan penurunan daya penglihatan sehingga
kesehatan dan produktivitas kerja dapat di tingkatkan (Adrianur,1983)
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pencahayaan dalam ruang laboratorium intensitas
cahayanya masih kurang dari standar dan tangga intensitas cahayanya sudah
melebihi standar. Pencahayaan yang buruk di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal yaitu kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata yang
akan mengakibatkan kurangnya daya efesiensi kerja, kelelahan mental yang
akan berpengaruh pada kelelahan fisik, keluhan pegal di daerah mata dan sakit
kepala di sekitar mata, kerusakan alat penglihatan (mata), dan meningkatnya
kecelakaan kerja. sedang pada tangga melebihi standar sehingga hal tersebut
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja karena pengguna tangga mengalami
kesilauan. Keuntungan pencahayaan yang baik yaitu meningkatkan semangat
kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping,
kenyamanan lingkungan kerja, dan mengurangi kecelakaan kerja.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu
1. Untuk dalam ruang laboratorium agar pencahayaan lebih memadai
sehingga dalam pemanfaatan ruangan ini tidak menimbulkan kelelahan
kerja dari para peneliti serta tidak menimbulkan kecelakan kerja akibat
kurangnya pencahayaan dan kelelahan yang dialami para peneliti.
23
2. Untuk di tangga agar pencahayaan lebih di sesuaikan agar tidak
menimbulkan kesilauan atau kelebihan cahaya sehingga beresiko
mengalami kecelakaan kerja.
3. Pihak pemilik gedung juga harus memperhatikan intensitas cahaya yag
dipergunakan agar tidak mengalami kecelakaan kerja dan kerugian
materil.
4.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adrianur,1983,Kesehatan dan Produkstivitas Kerja,Majalah Hiperkes;Edisi April-Sepetember 1983; Jakarta
Firmansya, F. 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan terhadap Kelelahan Mata pada Tenaga Kerja di Bagian Pengekapan PT. IKAPHARMINDO PUTRAMAS JAKARTA TIMUR. Jurnal.
Jurnal lingkungan. 2011. Lingkungan Kerja Faktor Fisik Pencahayaan. 2011. Jurnal, (Online),
Kepmenkes No.1204/Menkes/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Padmanaba,2006, Pengaruh Pencahayaan Dalam Ruang Terhadap Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain Interior,Majalah Dimensi Interior, Edisi Desember 2006
Prabu. 2009. Sisten dan Standar Pencahayaan Ruang. Jurnal , (Online), http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/06/sistem-dan-standar-pencahayaan-ruang
Roestijahwati,2007,Sindrom Dry Eye pada Pengguna Visual Display Terminal;Majalah CDK,No.154:Jakarta
Santosa.2006. Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang Rawat Inap Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta:Majalah Dimensi Interior; Edisi Desember 2006
Suma’mur, PK. 2009. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja : Sagung Seto
Wikipedia,2013,http://id.wikipedia.org/wiki/Tangga
http://www.kamuslife.com/2012/04/lux-meter-alat-ukur-intensitas-
cahaya.html#sthash.SjmvBzcW.dpuf
25