Penatalaksanaan Diet Stroke

6
PENATALAKSANAAN DIET CVA/STROKE 1. Terapi Pilar pengendalian Stroke terdiri dari 4 (empat) hal, yaitu : 1. Terapi diet stroke (rendah garam, lemak, purin dan banyak makan makanan yang mengandung vitamin A,B,C,E dan elektrolit seperti sayur dan buah-buahan) 2. Terapi obat (aspirin, triclopidine, clopidogrel, cilostazol, dipiridamol) 3. Olah raga/latihan jasmani 4. Penyuluhan/edukasi 2. Pengaturan Diit Pemberian makanan pada penderita stroke disesuaikan dengan keadaan penderita, antara lain apakah kesadaran penderita menurun atau tidak, dan ada tidaknya gangguan fungsi menelan. Pada pasien stroke iskemik biasanya kesadaran tidak menurun dan tidak ada gangguan fungsi menelan. Sedangkan pada stroke hemoragik kesadaran sering kali menurun sampai terjadi koma dan ditemukan disfagia (gangguan menelan). Selain itu, pasien stroke juga mngalami gangguan mengunyah, dan saluran cerna lain seperti tukak stres. Sekitar 30 - 40% pasien mengalami disfagia, dan sekitar 18% mengalami tukau stres pada penderita stroke iskemik, dan sekitar 48% pada penderita stroke hemoragik. Untuk mencegah penurunan status gizi dan mencapai gizi yang optimal, diperlukan penatalaksanaan asupan gizi yang tepat pada penderita stroke. Jalur pemberian zat gizi dapat melalui mulut (per oral), enteral (melalui sonde), melalui pipa (NGT) maupun parenteral (dengan selang infus) berdasarkan kondisi penderita. Namun, terkadang penyulit yang timbul pada pemberian nutrisi melalui infus (parenteral) berkepanjangan menimbulkan komplikasi phlebitis (radang pembuluh vena) sehingga juga menghambat kegiatan fisioterapi penderita. Kesulitan menelan pada penderita, terutama yang berbentuk cairan, perlu latihan menelan dengan bantuan gel atau guarcol. Guarcol ini tidak berbau dan tidak memiliki rasa, rendah kalori dan tinggi akan gum yang dapat digunakan untuk mengentalkan cairan, makanan dan minuman. 3. Tahapan pemberian makanan dan minuman a. Pada tahap akut (24-48 jam)

description

bagaimana mengatur diet pada pasien stroke

Transcript of Penatalaksanaan Diet Stroke

Page 1: Penatalaksanaan Diet Stroke

PENATALAKSANAAN DIET CVA/STROKE

1.  Terapi

     Pilar pengendalian Stroke terdiri dari 4 (empat) hal, yaitu :

1. Terapi diet stroke (rendah garam, lemak, purin dan banyak makan makanan yang

mengandung vitamin A,B,C,E dan elektrolit seperti sayur dan buah-buahan)

2. Terapi obat (aspirin, triclopidine, clopidogrel, cilostazol, dipiridamol)

3. Olah raga/latihan jasmani

4. Penyuluhan/edukasi

2.  Pengaturan Diit

      Pemberian makanan pada penderita stroke disesuaikan dengan keadaan penderita, antara

lain apakah kesadaran penderita menurun atau tidak, dan ada tidaknya gangguan fungsi menelan.

Pada pasien stroke iskemik biasanya kesadaran tidak menurun dan tidak ada gangguan fungsi

menelan. Sedangkan pada stroke hemoragik kesadaran sering kali menurun sampai terjadi koma

dan ditemukan disfagia (gangguan menelan). Selain itu, pasien stroke juga mngalami gangguan

mengunyah, dan saluran cerna lain seperti tukak stres. Sekitar 30 - 40% pasien mengalami disfagia,

dan sekitar 18% mengalami tukau stres pada penderita stroke iskemik, dan sekitar 48% pada

penderita stroke hemoragik.

      Untuk mencegah penurunan status gizi dan mencapai gizi yang optimal, diperlukan

penatalaksanaan asupan gizi yang tepat pada penderita stroke. Jalur pemberian zat gizi dapat

melalui mulut (per oral), enteral (melalui sonde), melalui pipa (NGT) maupun parenteral (dengan

selang infus) berdasarkan kondisi penderita. Namun, terkadang penyulit yang timbul pada

pemberian nutrisi melalui infus (parenteral) berkepanjangan menimbulkan komplikasi phlebitis

(radang pembuluh vena) sehingga juga menghambat kegiatan fisioterapi penderita. Kesulitan

menelan pada penderita, terutama yang berbentuk cairan, perlu latihan menelan dengan bantuan

gel atau guarcol. Guarcol ini tidak berbau dan tidak memiliki rasa, rendah kalori dan tinggi akan gum

yang dapat digunakan untuk mengentalkan cairan, makanan dan minuman.

3.  Tahapan pemberian makanan dan minuman

a.  Pada tahap akut (24-48 jam)   

Bila kesadaran penderita menurun atau tidak sadar, diberikan makanan parenteral (makanan

intravena) melalui selang infung, dan dilanjutkan dengan makanan lewat pipa (NGT). Pemberian

makanan perlu hati-hati untuk memonitor kebutuhan gizi dan cairan yang diperlukan. Kelebihan

cairan dan peningkatan gula darah di dalam darah dapat menyebabkan edema serebri. Energi yang

diberikan sesuai kebutuhan basal tubuh, protein diberikan sampai dengan 1,5 g/ kg berat badan/

hari, dan lemak sampai 2,5 g/ kg berat bedan/ hari dan dekstrosa maksimal 7 g/ kg berat badan/

Page 2: Penatalaksanaan Diet Stroke

hari. Para peneliti memberi rekomendasi agar kadar gula darah dipertahankan pada level 150-200

mg % pad afase akut stroke.

      b.  Pada tahap pemulihan

         Bila pasien sadar dan tidak disfagia, dapat diberikan makanan melalui mulut (oral) secara bertahap

seperti makanan lunak, saring hingga berupa bentuk makanan yang biasa dengan porsi kecil dan

sering.

         Bila terjadi disfagia, jalur pemberian makanan diberikan bertahap mulai parenteral, kemudian ¼

bagian mulut (per oral) dan ¾ bagian melalui pipa (NGT), selanjutnya ½ bagian per oral (semi padat

dan semi cair melalui NGT) dan diet lengkap (makanan dan minuman oral).

         Bila penderita mengalami tukak stres akibat asam lambung dan gastrin meningkat, diberikan

makanan secara bertahap juga dimulai dengan makanan enteral (bila tidak ada perdarahan

diberikan melalui selang infus (parenteral) sampai perdarahan berhenti.

Pada penderita dengan gangguan menelan, pemberian makanan disesuaikan juga sebagai berikut :

a.     Bila penderita mengalami  kesulitan menelan, diet yang diberikan yaitu :

         Makanan dengan aroma dan rasa yang tajam dengan tujuan untuk merangsang dapat menelan

semaksimal mungkin.

         Makanan dengna suhu hangat/dingin untuk merangsang dapat menelan semaksimal mungkin

         Makanan yang semi padat untuk menghindari obstruksi (penyumbatan).

         Potongan makanan yang tidak terlalu besar untuk menghindari obstruksi.

         Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.

b.      Bila sensasi (rasa) di mulut menurun, maka sebaiknya dipertimbangkan :

         Letakkan makanan di area paling sensitif, suhu makanan dingin, makanan dengan aroma dan rasa

yang tajam agar penderita mendapatkan rasa yang maksimal.

         Tidak mencampur makanan dengan berbagai tekstur agar memudahkan menelan.

c.     Bila koordinasi otot mulut melemah, maka dipertimbangkan :

         Makanan semi padat agar ke otot mulut minimal.

         Hindari makanan yang licin untuk menghindari masuk ke saluran nafas.

         Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.

d.    Bila porsi elevasi laring menurun, sebaiknya :

         Makanan kental dan lembut untuk mencegah menempelnya makanan pada laring.

         Hindari potongan makanan yang besar untuk mencegah obstruksi.

e.     Bila pita suara yang menutup optimal, sebaiknya cairan yang diberikan tidak terlalu encer untuk

mencegah cairan masuk ke saluran pernafasan.

4.  Jenis diet

            Pemberian jenis makanan sebaiknya disesuian dengan faktor-faktor risiko yang ada pada

penderita. Pada prinsipnya, diet yang diberikan adalah diet seimbang dengan modifikasi yang

disesuaikan dengan penyakit penyerta lain yang dialami penderita. Misalnya, penderita stroke

dengan hipertensi, sebaiknya diberikan menu diet seimbang dengan jumlah garam yang dibatasi.

Page 3: Penatalaksanaan Diet Stroke

Seeorang dnegan penyakit Diabetes mellitus, asupan gula dalam diet harus dibatasi. Bagi penderita

stroke dengan peninggian asam urat, maka diet yang dianjurkan untuk membatasi asupan purin.

Pengaturan diet merupakan hal yang penting, karena merupakan salah satu upaya  untuk

mencegah stroke berulang. Oleh karena itu, keluarga terdekat perlu sekali mengetahui jenis yang

tepat untuk perawatan penderita di rumah dengan menanyakan pada dokter/ahli gizi sebelum

pasien kembali dari rumah sakit.

5.   Kebutuhan gizi

Prinsip pemberian makanan harus memenuhi kebutuhan optimal cairan, kalori, protein, lemak,

mineral, dan vitamin. Biasanya porsi makan yang diberikan kecil dan sering (kurang lebih 6 kali

sehari). Kebutuhan gizi perlu memperhatikan asupan zat-zat gizi sebagai berikut (Wahyuningrum

dan Ardinal, Instalasi Gizi RSCM, Jakarta, 2002) :

1. Energi

Diberikan berdasarkan umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), jenis kelamin dan aktivitas, atau

sekitar 25-45 kkal BB/hari. Pada fase akut (< 48 jam) diberikan sekitar 1.100 – 1.500 kkal/kg

BB/hari. Setelah fase akut, pemberian makanan disesuaikan dengan keadaan pasien dan penyakit

penyerta yang ada, misalnya diet rendag garam (untuk penderit ahipertensi), rendah kolesterol dan

lemak (penderita dengan kolesterol tinggi), rendah gula (penderita diabetes mellitus), atau rendah

purin (penderita dengan asam urat tinggi).

2. Karbohidrat

Diberikan sekitar 60 – 65% dari total energi yang dibutuhkan. Bagi penderita Diabetes mellitus,

sebaiknya tidak diberikan gula murni dan membatasi pemberian karbohidrat kompleks.

3. Protein

Diberikan sesuai kebutuhan, sekitar 0,8 – 1 g/kg BB/hari. Sedangkan penderita dengan gizi kurang

diberikan lebih banyak yaitu sekitar 1,2 – 1,5 g/kg BB/hari. Untuk penderita dengan penyakit

penyerta seperti gagal ginjal kronik, dibatasi hanya 0,6 g/kg BB/hari.

4. Lemak

Asupan lemak sebaiknya diberikan sekitar 20-25 % dari total energi. Sebaiknya diberikan lemak

tidak jenuh ganda. Hindari makanan mengandung banyak lemak terutam lemak jenuh, tinggi

kolesterol, dan asam lemak trans (trans fatty acid), yang banyak terdapat pada margarin, daging

berlemak, makanan gorengan, dan juga makanan kemasan seperti chips. Kolesterol sebaiknya

dibatasi sekitar 30% dari total lemak. Pilih lemak yang tidak jenuh dalam memasak terutama yang

banyak mengandung vitamin E seperti minyak zaitun. Menurut beberapa penelitian, pemberian

asam lemak omega-3 (dari minyak ikan) bermanfaat untuk mencegah atero sklerosis dan

mengencerkan darah. Oleh karena itu, konsumsi ikan laut yang banyak mengandung omega-3

dianjurkan.

5. Vitamin

Terutama vitamin C, vitamin B2  (riboflavin), vitamin B6, vitamin B12, asam folat, dan vitamin E. Untuk

penderita yang mendapat obat anti koagulan (warfarin) pemberian bahan makanan sumber vitamin

Page 4: Penatalaksanaan Diet Stroke

K harus dibatasi karena vitamin K merupakan antagonis dari obat antikoagulan tersebut. Batasi

sumber makanan yang mengandung vitamin K seperti kembang kol, brokoli.

6. Mineral

Diberikan cukup mineral terutama kalium, seng, kalsium, magnesium. Batasi asupan natrium,

penggunaan garam dapur sekitar 5 g/hari atau 2 gram natrium (1 – 1,5 sendok teh). Pengggunaan

garam dalam memasak sebaiknya diganti dengan bumbu-bumbu lain untuk meningkatkan cita rasa

seperti bawang putih. Hati-hati pada penderita hipertensi, bila menggunakan obat anti

hipertensi/diuresis dapat terjadi hipoatremi (kekurangan natrium di dalam darah).

7. Serat

Konsumsi serat dari sayur-sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian (sereal, roti bergandum)

bermanfaat dalam menurunkan kolesterol darah, mencegah sembelit serta melancarkan buang air

besar.

8. Cairan

Sebaiknya minum air puti 6-8 gelas/hari. Minuman sebaiknya diberikan setelah makan, agar porsi

makan dapat dihabiskan sesuai dengan takaran yang diberikan. Pemberian cairan pada penderita

dengan disfagia sebaiknya hati-hati karena beresiko masuk ke saluran pernafasan. Sebaiknya

cairan dikentalkan dengan gel atau guarcol.

9. Antioksidan

Pemberian antioksidan seperto flavonoid dilaporkan memberi banyak manfaat, contohnya banyak

terdapat pada teh, sayur-sayuran dan buah-buahan seperti apel, anggur.

     Tabel Bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan untuk penderita stroke

Bahan makanan yang boleh dimakan Bahan makanan yang tidak boleh

dimakan

Sumber Karbohidrat

Beras, kentang, ubi, singkong, terigu,

hunkwe, sagu, roti

Sumber Karbohidrat

Produk olahan yang dibuat dengan

garam dapur, soda/baking powder, kue

yang manis

Sumber Protein

Sumber protei rendah lemak seperti

Ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,

tempe, tahu, dankacang-kacangan

Sumber Protein

Daging sapid an ayam berlemak,

jerohan, otak, hati, ikan banyak duri,

susu penuh keju, es krim, dan produk

olahan protein hewani yang diawetkan

seperti daging asam, ham, bacon,

dendeng, kornet

Sayuran

Sayuran berserat sedang dimasak,

Page 5: Penatalaksanaan Diet Stroke

seperti bayam, kangkung, kacang

panjang, labu siam, tomat, tauge, wortel

Sumber Lemak

Sumber lemak dalam jumlah terbatas

yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. Makanan terutama diolah

dengan cara dipanggang, dikukus,

disetup, direbus, dan dibakar

Sumber Lemak

Minyak kelapa dan minyak kelapa

sawit, margarin dan mentega biasa,

santan kental, krim dan produk

gorengan.