Penatalaksaan

3
Penatalaksaan Penatalaksanaan pada klien yang mengalami retardasi mental diantaranya dilakukan dengan pengobatan, pantikhusus, dan psikoterapi. Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah Metilfenidat (ritalin). Obat dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif (Sunarwati & Mual, !"" Pada kasus #y. $ sudah men%alani pengobatan selama satu tahun yang ditangani ole spesialis saraf. #amun, pengobatan sudah di hentikan se%ak beberapa tahun yang l klien sudah dalam kondisi yang lebih baik yaitu sudah terlihat lebih stabil dan bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu, #y. $ %uga sudah tidak mudah melakukan tindakan kekerasan. Penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan yaitu merawat klien di panti khusus. Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimba dasar kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, dera mental, pandangan orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dalam ma dan fasilitas untuk membimbing orangtua dan sosialisasi anak. #amun, penempatan panti khusus bagi anak retardasi mental memiliki beberapa kerugian diantaranya stimulasi mentalkarenakurangnya kontakdengan orang laindan kurangnya ariasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak (Sunarwati & Mual, !"""). #y. $ tidak dirawat di panti khusus. #amun, #y. $ dirawat di rumah oleh keluarg sehingga #y. $ dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar seperti mengikuti solat ber%amaah di mas%id dan mengikuti penga%ian dengan tetangga sekitar. Penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan psikoterapi. Psi tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dapat meruba tingkah laku dan adaptasi sosialnya. Menurut 'o hmawati, eliat & *ardani (!"+ %urnal yang ber%udul Mana%emen asus Spesialis iwa /efisit Perawatan 0angguan iwa1 terapi yang efektif untuk klien retardasi mental yang mengalami perawatan diri adalah kombinasi antara behaviour theraphy, supportif theraphy d theraphy. etiga terapi ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan dan men tanda ge%ala klien defisit perawatan diri. Pada klien defisit perawatan diri khususnya dengan diagnosa medis retardasi pemberian terapi perilaku efektif untuk mengubah perilaku maladaptif me adaptif, yaitu dengan meningkatnya respon terhadap stressor dan kemampuan klien perawatan diri dalam melakukanperawatan diri, hasil akan terlihat lebih efektif bila pemberian terapi dipadukan dengan terapi suportif dan swa bantu. 2iga teori in terapi generalis. 2indakan keperawatan generalis yang dilakukan yaitu klien dia%

description

penelitian

Transcript of Penatalaksaan

PenatalaksaanPenatalaksanaan pada klien yang mengalami retardasi mental diantaranya dapat dilakukan dengan pengobatan, panti khusus, dan psikoterapi. Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah Metilfenidat (ritalin). Obat tersebut dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif (Sunarwati & Muzal, 2000). Pada kasus Ny. I sudah menjalani pengobatan selama satu tahun yang ditangani oleh dokter spesialis saraf. Namun, pengobatan sudah di hentikan sejak beberapa tahun yang lalu karena klien sudah dalam kondisi yang lebih baik yaitu sudah terlihat lebih stabil dan sudah mampu bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu, Ny. I juga sudah tidak mudah marah dan melakukan tindakan kekerasan. Penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan merawat klien di panti khusus. Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat retardasi mental, pandangan orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk membimbing orangtua dan sosialisasi anak. Namun, penempatan klien di panti khusus bagi anak retardasi mental memiliki beberapa kerugian diantaranya kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain dan kurangnya variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak (Sunarwati & Muzal, 2000). Pada Ny. I tidak dirawat di panti khusus. Namun, Ny. I dirawat di rumah oleh keluarganya sendiri sehingga Ny. I dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar seperti mengikuti solat berjamaah di masjid dan mengikuti pengajian dengan tetangga sekitar.Penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan psikoterapi. Psikoterapi ini tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dapat merubah sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya. Menurut Rochmawati, Keliat & Wardani (2013) pada jurnal yang berjudul Manajemen Kasus Spesialis Jiwa Defisit Perawatan Diri Pada Klien Gangguan Jiwa terapi yang efektif untuk klien retardasi mental yang mengalami defisit perawatan diri adalah kombinasi antara behaviour theraphy, supportif theraphy dan self help theraphy. Ketiga terapi ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan dan menurunkan tanda gejala klien defisit perawatan diri. Pada klien defisit perawatan diri khususnya dengan diagnosa medis retardasi mental, pemberian terapi perilaku efektif untuk mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif, yaitu dengan meningkatnya respon terhadap stressor dan kemampuan klien defisit perawatan diri dalam melakukan perawatan diri, hasil akan terlihat lebih efektif bila pemberian terapi dipadukan dengan terapi suportif dan swa bantu. Tiga teori ini merupakan terapi generalis. Tindakan keperawatan generalis yang dilakukan yaitu klien diajarkan dan dilatih untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri yang meliputi mandi, berhias, makan dan minum dengan benar serta toileting (BAK dan BAB secara benar). Hasil evalusi dari jurnal di dapatkan bahwa respon perilaku pasien berubah. Pada kasus Ny. I ini, keluarga telah mengajarkan mandi 2x sehari, makan dan minum yang benar, dan toileting. Setelah diajarkan cara-cara tersebut Ny.I mampu melakukannya sendiri walapun terlihat belum mampu di lakukan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari kondisi pasien yang tampak tidak rapi, rambut tampak kotor, dan kulit tampak kusam. Jika dilihat dari hal tersebut tindakan yang dilakukan oleh keluarga kepada Ny. I sudah sesuai dengan teori yaitu memberikan behaviour theraphy, supportif theraphy dan self help theraphyPsikoterapi ini juga dapat mengatasi harga diri rendah klien dengan retardasi mental. Psikoterapi yang efektif untuk retardasi mental meliputi cognitif behavior therapy (CBT), family psychoeducation (FPE), dan terapi suportif. Menurut Rochmawati, Keliat & Wardani (2013) pada jurnal yang berjudul Pemberdayaan keluarga dan kader kesehatan jiwa dalam penanganan pasien harga diri rendah kronik dengan pendekatan model precede l. Green di rw 06, 07 dan 10 Tanah Baru Bogor Utara terapi tersebut efektif untuk melawan pikiran negatif dan memperbaiki harga diri rendah kronik pada pasien.

Pada Ny.I diperlukan latihan melawan pikiran negatif cognitive behaviour therapy (CBT), dukungan sosial melalui family psychoeducation (FPE) dan terapi suportif diharapkan memperbaiki harga diri rendah kronik pada pasien. Hasil penelitian ini dilihat dari penurunan tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan pasien setelah diberikan paket tindakan keperawatan spesialis. Penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala serta peningkatan kemampuan setelah diberikan terapi, yaitu berupa asuhan keperawatan pada pasien dengan CBT, FPE pada keluarga, terapi suportif bagi kelompok dengan harga diri rendah kronik serta peran yang dilakukan oleh kader pada pasien harga diri rendah kronik, pemberian kombinasi tindakan keperawatan spesialis dan kunjungan secara rutin dan terstruktur dapat meningkatkan kemandirian pasien.Respon afektif menurun sampai 25%, berupa respon malu, sedih, dan takut. Hal ini sesuai dengan kasus bahwa paseien ketika bertemu dengan orang orang baru sedikit malu sehingga terapi ini perlu dilakukan.

Daftar Pustaka :Sunarwati,T.S, & Muzal. (2000). Retardasi Mental. Jurnal : Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 170 - 177

Rochmawati, D., Keliat, B., & Wardani, I. (2013). Manajemen kasus spesialis jiwa defisit perawatan diri pada klien gangguan jiwa di rw 02 dan rw 12 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur. Jurnal keperaratan jiwa, 1( 2), 107-120. Rochmawati, D., Keliat, B., & Wardani, I. (2013). Pemberdayaan keluarga dan kader kesehatan jiwa dalam penanganan pasien harga diri rendah kronik dengan pendekatan model precede l. Green di rw 06, 07 dan 10 Tanah Baru Bogor Utara. Jurnal keperaratan jiwa, 1(2), 170-177.