PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

32
Soemarno, 2005 1 PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

description

PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB. BAGAIMANA MENANGANI LAHAN KRITIS ?. PEMBANGUNAN = f (Lahan, ….). SUMBERDAYA LAHAN MERUPAKAN FAKTOR UTAMA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT KUALITAS SUMBERDAYA LAHAN MENENTUKAN HASIL PEMBANGUNAN - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Page 1: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 1

PENANGANAN LAHAN KRITIS

DI JAWA TIMUR

SMNO.PSDL.PPSUB.

Page 2: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 2

BAGAIMANA MENANGANI

LAHAN KRITIS

?

Page 3: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 3

PEMBANGUNAN = f (Lahan, ….)

SUMBERDAYA LAHAN MERUPAKAN FAKTOR UTAMA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN EKONOMI

MASYARAKAT

KUALITAS SUMBERDAYA LAHAN MENENTUKAN HASIL PEMBANGUNAN

PENGGUNAAN LAHAN DALAM PEMBANGUNAN MEMPUNYAI EFEK EKSTERNALITAS YANG SANGAT

LUAS

Page 4: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 4

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

SEKARANG MEMBANGUN = BESOK MEMBANGUN

BESOK MEMBANGUN = LUSA MEMBANGUN

LUSA MEMBANGUN = TERUS BANGUN

SEKARANG MEMBANGUN =

ANAK-CUCU JUGA BANGUN

Page 5: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 5

Tanggung Jawab

Keber-lanjutan Manfaat

Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan:

Kelestarian Fungsi Ekologi-Ekonomi dari Sumberdaya Lahan

Page 6: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 6

1. …. Proses yg secara berkelanjutan mengoptimalkan manfaat SDL melalui penyerasian aktivitas ekonomi sesuai dg kapabilitas dan daya dukungnya

Peningkatan Kesejahteraan

MASYARAKAT

Penghematan

Konservasi

Rehabilitasi

PRODUKSI-DISTRIBUSI-KONSUMSI

Page 7: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 7

Kerusakan SDL semakin mengancam keberlanjutan pembangunan sosial-ekonomi

Lemahnya penegakan

hukum

Rendahnya komitmen,

IPTEK, dan penaatan hukum

Krisis Ekonomi

Hambatan Hak

Pemilikan

Rendahnya Kepedulian Lingkungan

Page 8: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 8

Kualitas hidup manusia di daerah miskin / kritis semakin menurun , indikatornya:

Keterbatasan income rumah-tangga

Gizi Anak

BALITA

Penyakit akibat

kesehatan lingkungan

Kualitas Kawasan

Konservasi/ Lindung

Pudarnya Budaya- Kearifan

Masyarakat

Page 9: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 9

Perubahan lingkungan ekologi dan ekonomi global semakin mengancam kualitas

lingkungan lokal, indikatornya:

Suhu bumi meningkat

Perubahan pola iklim dan musim

Kerusakan keaneka-ragaman

hayati Bencana alam semakin sulit

diprediksikan Gangguan

hama-penyakit tanaman

Page 10: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 10

Pengelolaan SDL telah berkembang menjadi isu-isu politik yg dapat mengancam sinergisme antar

daerah

Sumberdaya Air:

Permukaan Bawah tnh

Kuantitas Kualitas

Distribusi

Banjir, Longsor, Erosi,

Sedimentasi, Pencemaran

air

Sumberdaya mineral/ bahan galian

Sumberdaya Lahan &Hutan

Page 11: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 11

KEBERLANJUTAN USAHA PENANGANAN LAHAN KRITIS

HASIL Usaha

APA yang digarap ?

(Lahan usaha)

SIAPA YG berusaha

(Masyarakat)

Domestik

Ekspor / Luar daerah

Eksternal input

KEBERDAYAAN

Page 12: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 12

SISTEM USAHA

PRODUK UNGGULAN SISTEM

DISTRIBUSI LOKAL s/d

INTERNASIONAL

Kaidah - kaidah PERDAGANGAN :

Standar mutu

Kesepakatan Sistem

Perdagangan

Page 13: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 13

TIPOLOGI LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR

Ragam kondisi lahan kritis di Jawa Timur

Kritis Hidrologi Kritis Hidrologi-Ekonomi

Kritis Ekonomi

Upper Vulcanic:-------------------------------1. Lahan subur2. Curah hujan tinggi3. Produktivitas tinggi4. Eksternalitas sangat luas5. Ancaman bencana hidrologis6. Daya tarik sangat tinggi

Limestones area:-------------------------------1. Lahan tidak subur2. Ancaman kekeringan, dan tanah longsor3. Produktivitas rendah4. Aksesibilitas terbatas5. Daya tarik sangat rendah

Lahan kering dataran rendah:-------------------------------1. Lahan tidak subur2. Ancaman kekeringan dan ancaman genangan bajir3. Produktivitas rendah4. Daya tarik sangat rendah

Page 14: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 14

A computerized LAND

resources data base

LAND RESOURCES INFORMATION SYSTEMS

A decision analysis system

An information processing

system

A decision maker.

Page 15: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 15

COMPUTER MAPPING SYSTEMS:Geographic Information System

Numeric Data

Recording

Data Analysis & Display

Data Storage & Renewal

Spatial Data

Recording

Page 16: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 16

Land resources planning:

Communities Need Analysis

Consumer Analysis &Participation Analysis

Demand Analysis

Priority Demand

Land Suitability Analysis

Land Capability Analysis

Scenarios Feasibility Analysis

Public Review

Land Resources Allocation Decision

Implementation, Monitoring, Evaluation,

& Revision

Page 17: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 17

Nilai keadilan ini dapat dikaji berdasarkan pertanyaan berikut:

(a). Apakah sumberdaya lahan telah terdistribusi secara adil

(b). Apakah hasil usaha telah terdistribusi secara adil ,

(c). Apakah akses terhadap kesempatan/peluang untuk berusaha telah terdistribusi secara adil , dan

(d). Apakah kesempatan/peluang berusaha telah terdistribusi secara fair / adil antar strata sosial masyarakat

Nilai keadilan merupakan merupakan prasyarat pokok dalam menjamin keberlanjutan penanganan lahan kritis.

Page 18: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 18

PENDEKATAN yang perlu dikembangkan:

2. Pemanfaatan social capital seperti local-knowledge, institusi lokal dan sejenisnya sebagai pintu masuk dalam setiap proses pengembangan perkebunan. Hal ini sangat penting untuk ditekankan agar konflik sosial dapat dihindari atau bahkan dicegah.

– 3. Pengembangan SDM dan IPTEK yang terkait langsung dengan setiap upaya pengembangan usaha perkebunan primer hingga tersier. Hal ini sangat strategis untuk kepentingan jangka panjang mengingat hanya dengan pengembangan SDM dan IPTEK yang terus menerus meningkat daya saing komoditas perkebunan dapat ditingkatkan.

– 4. Penerapan prinsip-prinsip efisiensi dan kreasi nilai tambah dalam setiap keputusan dan tindakan. Dengan perkataan lain hal-hal yang menimbulkan kemubaziran harus dicegah.

– 5. Pengembangan kelembagaan/institusi yang mampu meminimalkan ongkos transaksi, membangun kebersamaan dan menghidupkan cara kerja yang dinamis dan efisien melalui pengembangan jaringan (network) yang andal.

– 6. Pewilayahan komoditas perkebunan sesuai dengan agroekosistem dan pembatas pembatas ekologis sebagai landasan pengembangan perkebunan yang berkelanjutan.

– 7. Pengembangan kawasan industri perkebunan milik masyarakat (KIMBUN) sebagai media (wadah) transformasi masyarakat dari waktu ke waktu melalui pemanfaatan usaha perkebunan yang terintegrasi dengan industri pengolahan produknya.

– 8. Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang perkebunan, khususnya berupa kebijaksanaan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.

– 9. Jaminan keamanan usaha terhadap segala bentuk penjarahan , perambahan atau aktivitas serupa lainnya.

1. Penumbuh-kembangan nilai-nilai yang melandasi berkembangnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam (pendekatan ekosistem).

Sumberdaya alam bukan semata-mata sebagai “sesuatu” yang dimanfaatkan bagi kepentingan manusia, tetapi juga menerima kehadiran makhluk lain ciptaan Allah S.W.T. sebagai bagian yang sama seperti halnya manusia. Nilai ini adalah landasan untuk terbinanya hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya (nilai-nilai ekologi).

Page 19: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 19

Strategi yang perlu dikembangkan:

– 3. Pengembangan SDM dan IPTEK yang terkait langsung dengan setiap upaya pengembangan usaha perkebunan primer hingga tersier. Hal ini sangat strategis untuk kepentingan jangka panjang mengingat hanya dengan pengembangan SDM dan IPTEK yang terus menerus meningkat daya saing komoditas perkebunan dapat ditingkatkan.

– 4. Penerapan prinsip-prinsip efisiensi dan kreasi nilai tambah dalam setiap keputusan dan tindakan. Dengan perkataan lain hal-hal yang menimbulkan kemubaziran harus dicegah.

– 5. Pengembangan kelembagaan/institusi yang mampu meminimalkan ongkos transaksi, membangun kebersamaan dan menghidupkan cara kerja yang dinamis dan efisien melalui pengembangan jaringan (network) yang andal.

– 6. Pewilayahan komoditas perkebunan sesuai dengan agroekosistem dan pembatas pembatas ekologis sebagai landasan pengembangan perkebunan yang berkelanjutan.

– 7. Pengembangan kawasan industri perkebunan milik masyarakat (KIMBUN) sebagai media (wadah) transformasi masyarakat dari waktu ke waktu melalui pemanfaatan usaha perkebunan yang terintegrasi dengan industri pengolahan produknya.

– 8. Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang perkebunan, khususnya berupa kebijaksanaan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.

– 9. Jaminan keamanan usaha terhadap segala bentuk penjarahan , perambahan atau aktivitas serupa lainnya.

2. Pemanfaatan social capital seperti local-knowledge, institusi lokal-TRADISIONAL sebagai pintu masuk dalam setiap proses pengembangan usaha. Hal ini sangat penting untuk ditekankan agar konflik sosial dapat dihindari atau bahkan dicegah.

Page 20: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 20

Strategi yang perlu dikembangkan:

3. Pengembangan SDM dan IPTEK yang terkait langsung dengan setiap upaya Pengembangan usaha . Hal ini sangat strategis untuk kepentingan jangka panjang mengingat hanya dengan pengembangan SDM dan IPTEK yang terus menerus, daya saing produk usaha dapat ditingkatkan.

Page 21: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 21

Strategi yang perlu dikembangkan:

4. Penerapan prinsip-prinsip efisiensi dan kreasi nilai tambah dalam setiap keputusan dan tindakan.

5. Pengembangan kelembagaan/institusi yang mampu meminimalkan ongkos transaksi, membangun kebersamaan dan menghidupkan cara kerja yang dinamis dan efisien melalui pengembangan jaringan (network) yang andal.

Page 22: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 22

Strategi yang perlu dikembangkan: 6. Pewilayahan komoditas /produk sesuai

dengan agroekosistem dan pembatas pembatas ekologis sebagai landasan penanganan lahan kritis.

7. Pengembangan kawasan sebagai media (wadah) transformasi masyarakat dari waktu ke waktu melalui pemanfaatan usaha produksi yang terintegrasi dengan industri pengolahan produknya.

Page 23: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 23

Strategi yang perlu dikembangkan:

8. Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang poduk unggulan, khususnya berupa kebijaksanaan-pemihakan yang diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.

9. Jaminan keamanan usaha terhadap segala bentuk penjarahan, perambahan atau aktivitas serupa lainnya.

Page 24: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 24

10. Usaha bisnis tdk semata didasarkan atas motivasi keuntungan maksimum individual pelaku usaha, namun harus ada kerjasama, saling percaya dan pengembangan jaringan kerja (networking);

11. Aspek keberlanjutan fungsi lingkungan hidup harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan (desain) usaha bisnis.

Page 25: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 25

REFORMASI TRADISI: Usaha MILIK MASYARAKAT

Tradisi: TERGANTUNG Pd ALAM

Tradisi: BEKERJA-SAMA dg ALAM

Melalui: 1. Rekayasa Teknologi

2. Rekayasa Kelembagaan

ProduktivitasEfisiensi

Stabilitas/ SustainabilitasEquity

Page 26: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 26

REORIENTASI USAHA MILIK MASYARAKAT

Memproduksi “apa-apa yg dpt dihasilkan”

Menghasilkan “apa-apa yg diminta pasar ”

PASAR : f (taraf hidup, kesejahteraan, selera/ cita rasa, tuntutan pasar, ...)

MUTU yg baikWAKTU yg tepat

HARGA yg terjangkau

Page 27: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 27

USAHA AGRIBISNIS JARAK MILIK MASYARAKAT

Memproduksi “TANAMAN JARAK” yg sesuai dg ekosistem lahan kritis

Menghasilkan “minyak jarak” melalui pusat pengolahan dan pengemasan

PASAR : f (kuantitas, kualitas, kontinyuitas, diversitas produk, ...)

Segmen pasar minyak biji jarak

Page 28: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 28

Ciri-ciri Masyarakat Pelaku Usaha

1. Lahan /lokasi Usaha sngt Beragam2. Produktivitas umumnya rendah dan sgt beragam 3. Aplikasi teknologi rendah4. Risiko gagal jual umumnya tinggi

5. Penghasil bahan mentah6. Nilai tambah rendah 7. Posisi Rebut-Tawar rendah8. …………………….

Page 29: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 29

STRATEGI KEMITRAAN

1. Partisipasi Masyarakat2. Pemihakan pd yg LEMAH3. PEMBERDAYAAN

4. Transparansi & Akuntabilitas 5. Local specific & Social Capital6. ………..

Page 30: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 30

DIMENSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DAERAH KRITIS

PENDAM-PINGAN

SIRAMAN ROHANI

PENYEHATAN BIOFISIK

PENYEHATAN LINGKUNGA

N

PENDIDIKANKETRAMPILA

N

Page 31: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 31

SIKLUS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PELAKU USAHA

Melindungi

Mengajak

Memberi-tahu

Memihaki

Mendam-pingi

Melatih

Page 32: PENANGANAN LAHAN KRITIS DI JAWA TIMUR SMNO.PSDL.PPSUB.

Soemarno, 2005 32

SEKIAN !

SEMOGA BERMANFAAT

WASSALAM