ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

19
ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN BUDIDAYA PERTANIAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh: DESSY IKA WIJAYANTI E100160007 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

Page 1: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN

BUDIDAYA PERTANIAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh:

DESSY IKA WIJAYANTI

E100160007

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

i

Page 3: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

ii

Page 4: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

iii

Page 5: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

1

ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN BUDIDAYA

PERTANIAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016

Abstrak

Penelitian ini mengenai analisis tingkat kekritisan lahan pada kawasan budidaya

pertanian di Kabupaten Sleman. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui agihan

tingkat kekritisan lahan yang ada pada lahan kritis lahan kawasan budidaya pertanian

Kabupaten Sleman serta mengetahui alternatif pengelolaam yang tepat diterapkan .

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Penelitian ini menggunakan metode analisis Sistem Informasi Geografis dengan

pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang dan analisis deskiptif. Pendekatan

kuantitatif berjenjang tertimbang digunakan untuk mengolah parameter tingkat

kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian sehingga tingkat kekritisan lahan dapat

ditentukan. Parameter yang digunakan dalam pennetuan tingkat kekritisan lahan antara

lain, manajemen lahan, produktivitas pertanian, kemiringan lereng, tingkat erosi, dan

agihan batuan. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui alternative pengelolaan

lahan kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat kekritisan lahan kawasan

budidaya pertanian Kabupaten Sleman terdiri dari lahan tidak kritis dengan luas 671,88

Ha (20,82%), potensial kritis 19.250,85 Ha (64,88%), agak kritis 3.490,85 Ha (11.76%),

kritis 687.02 Ha (2.32%), dan sangat kritis 65.32 Ha (0.22%). (2) Alternatif pengelolaan

lahan kawasan budidaya pertanian dilakukan berdasarkan tingkat kekeritisan. Untuk

lahan tidak kritis diperlukan upaya untuk mempertahankan lahan tersebut, salah satunya

dengan membuat batasan lahan LP2B. Lahan potensial kritis memerlukan konservasi

tanah agar lahan tersebut menjadi lebih produktif dan tidak menjadi lahan kritis. Lahan

yang telah mengalami kekritisan membutuhkan konservasi dan rehabilitasi agar lahan

tersebut dapat dipergunakan kembali.

Kata Kunci: Lahan, Kekritisan Lahan, Kawasan Budidaya Pertanian, Sistem Informasi

Geografis.

Abstracts

This study analyzes the degree of criticality of the land on the farm area in Sleman

district. The purpose of this study was to determine the critical level Shareable existing

land on degraded land farm area of Sleman Regency as well as knowing the right

alternative applied land management. The method used in this study is a survey method.

This study uses Geographic Information System analysis with weighted tiered

quantitative approach and analysis descriptively. The weighted tiered quantitative

approach used to process parameters critical level of agricultural land cultivated area

so that land can be determined critical level. Parameters used in pennetuan critical

level land, among others, land management, agricultural productivity, slope, erosion,

and Shareable rocks. Descriptive analysis is used to determine the critical alternative

land management. The results showed that: (1) The level of criticality land farm area

consists of Sleman district not critical land with an area of 671.88 ha (20.82%), the

critical potential 19250.85 ha (64.88%), somewhat critically 3490 , 85 ha (11.76%), the

critical 687.02 Ha (2:32%), and very critical 65.32 Ha (12:22%). (2) Alternative land

management farm area is based on the level of criticality. To land not critical efforts

are needed to maintain the land, one with a boundary LP2B land. Critical potential

land requires soil conservation in order to become more productive land and not be

Page 6: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

2

degraded lands. Land that has experienced the critical need of conservation and

rehabilitation so that the land can be used again.

Keywords: Land, Land Criticality, Region Agriculture, Geographic Information

Systems.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketergantungan manusia terhadap lahan sangat tinggi. FAO dalam Arsyad (1989)

mengemukakan bahwa lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,

tanah, air, dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap

penggunaan lahan, termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang

seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil merugikan seperti yang

tersalinasi. Kabupaten Sleman mempunyai wilayah yang cukup subur dan mempunyai

sumberdaya air yang mecukupi akibat pengaruh keberadaan Gunung Merapi. Lahan di

Kabuapten Sleman berorientasi pada aktivitas Gunung Merapi dan ekosistemnya sehingga

banyak terdapat pertanian lahan basah maupun lahan kering. Hal tersebut membuat

Kabupaten Sleman mempunyai luasan lahan sawah terbanyak diantara daerah lain di Provinsi

DIY sehingga mempunyai kawasan budidaya pertanian paling luas.

Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun menyebabkan

kebutuhan sarana dan prasarana semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk

berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan akan lahan peruntukan permukiman bagi

tempat tinggal manusia, industri, maupun lahan pertanian pangan sebagai sarana pemenuhan

kebutuhan pangan manusia. Perubahan penggunaan lahan terjadi dari waktu ke waktu akibat

kebutuhan lahan yang semakin meningkat. Perubahan penggunaan lahan untuk kepentingan

manusia tidak jarang melalaikan karakteristik atau kemampuan dari lahan tersebut.

Penggunaan lahan yang mengabaikan faktor fisik lahan tanpa melihat kemampuan lahan dan

kesesuaian lahan dapat mendorong timbulnya lahan kritis. Perubahan penggunaan lahan yang

sering terjadi yaitu konversi lahan sawah menjadi permukiman maupun kawasan

perdagangan. Perubahan tersebut mempengaruhi luasan lahan sawah di Sleman yang semakin

tahun menurun.

Menurut Poerwowidodo (1990), lahan kritis dapat menyebabkan produktivitas suatu lahan

menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat adanya erosi seperti yang dikemukakan

bahwa : “Lahan kritis adalah suatu keadaan lahan yang terbuka atau tertutupi semak belukar,

sebagai akibat dari solum tanah yang tipis dengan batuan bermunculan di permukaan tanah

Page 7: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

3

akibat tererosi berat dan produktivitas rendah”. Lahan kritis merupakan tanah yang sudah

tidak produktif ditinjau dari segi pertanian, karena pengelolaan dan penggunaan yang kurang

memperhatinkan syarat-syarat pengolahan tanah maupun kaidah konversi tanah. Kerusakan

lahan dapat berupa kerusakan fisik, kimia, maupun biologi yang dapat mengakibatkan

terancamnya fungsi produksi. Luasan lahan kritis yang ada di Sleman semakin meluas dari

tahun ke tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan penelitian dengan

judul Analisis Tingkat Kekritisan Lahan Kawasan Budidaya Pertanian Kabupaten Sleman

Tahun 2016.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka

penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana agihan tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian Kabupaten

Sleman?

2. Bagaimana alternatif pengelolaan lahan yang diterapkan di area lahan kritis kawasan

budidaya pertanian Kabupaten Sleman?

1.3 Telaah Pustaka

1.3.1 Lahan

Lahan menjadi satu hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Manusia

membutuhkan lahan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan menujukkan

adanya campur tangan manusia terhadap lahan. Lahan akan mempengaruhi penggunaan lahan

manusia. FAO dalam Sitorus (2004) mengemukakan bahwa lahan adalah suatu daerah di

permukaan bumi dengan dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah,

lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa

lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai

pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang

akan datang.

1.3.2 Lahan Kritis

Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya dan tanpa adanya

pengelolaan tanaman yang kurang tepat akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan lahan

tersebut dalam memproduksi hasil pertanian dan dan mendorong timbulnya lahan kritis.

Kuswanto dalam Hanafiah (2005) menjelaskan; “Lahan kritis adalah lahan yang telah

mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia, atau biologi yang akhirnya dapat

membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian, permukiman, dan kehidupan

sosial ekonomi dari daerah lingkungan pengaruhnya”.

Page 8: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

4

1.3.3 Kawasan Budidaya Pertanian

Kawasan mengandung penekanan fungsional suatu unit wilayah, yakni adanya

karakteristik hubungan dari fungsi-fungsi dan komponen-komponen di dalam suatu unit

wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Menurut

Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan adalah wilayah

dengan fungsi utama lindung dan budidaya.

Kawasan budidaya yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota harus dikelola

dalam rangka optimalisasi implementasi rencana. Di dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 disebutkan bahwa yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah kawasan peruntukan

hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan

peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan permukiman,

kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah,

kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan. Salah satu peruntukan kawasan

adalah pertanian. Pertanian dalam arti lain atau dalam arti yang sempit merupakan segala

aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman untuk

memperoleh produksi fisik yang maksimum (Sumantri, 1980). Dari beberapa pengertian di

atas dapat diketahui bahwa kawasan budidaya pertanian merupakan kawasan yang

mempunyai fungsi untuk budidaya atau usaha peruntukan pertanian tanaman pangan maupun

peruntukan tanaman pertanian holtikultura.

1.3.4 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografi (SIG) menawarkan banyak manfaat bagi sistem pengolah

citra, tidak hanya dalam tampilan kartografis ataupun dalam memanfaatkan keluaran produk

pengolah citra sebagai masukan dalam memanfaatkan keluaran produk pengolah citra sebagai

masukan dalam proses analisis lebih lanjut, melainkan juga dalam membantu meningkatkan

kinerja proses klasifikasi (Danoedoro, 2012). Pada SIG, data harus dirujukkan dengan

kejadian yang akan memberikan perbaikan, analisis dan tayangan pada kriteria spasial

(Tomlison, 1972). SIG paling tidak terdiri dari subsistem pemrosesan, subsistem analisis, dan

subsitem yang memakai informasi (Lo, C.P., 1996).

2. METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan

budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode survei dan metode analisis data

sekunder. Metode survei dilakukan untuk mengetahui parameter kemiringan lereng dan

manajemen lahan yang merupakan parameter tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya

Page 9: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

5

pertanian. Metode analisis data sekunder berupa pengumpulan data sekunder yang kemudian

diolah dan dianalisis, sehingga menghasilkan parameter tingkat kekritisan lahan kawasan

budidaya pertanian seperti produktivitas pertanian, tingkat erosi, serta batuan. Metode analisis

dalam penelitian ini terdiri atas metode analisis SIG dengan pendekatan kuantitatif berjenjang

tertimbang dan analisis deskriptif. Analisis SIG berfungsi untuk mengetahui agihan

kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian parameter/ indikator kekritisan lahan yang

digunakan, sedangkan analisis deskriptif digunakan untuk mentukan alternatif pengelolaan

lahan kritis.

2.1 Objek Penelitian

Objek penelitian analisis tingkat keketitisan lahan kawasan budidaya pertanian adalah

lahan yang termasuk dalam kawasan peruntukan budidaya pertanian menurut Badan

Perencanaan Daerah Kabupaten Sleman. Unit analisis dari penelitian ini adalah satuan lahan

pada lahan peruntukan budidaya pertanian.

2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel untuk analisis kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian

menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada satuan lahan.

Satuan lahan terdiri dari data kemiringan lereng, penggunaan lahan, dan jenis tanah.

Pengambilan sampel pada satuan lahan bertujuan untuk melakukan validasi dari data primer

hasil pengolahan menggunakan data penginderaan jauh. Titik sampel dibuat menyebar

berdasarkan permasalahan dalam penelitian untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan pada

kawasan budidaya pertanian, serta ditentukan juga berdasarkan kemampuan peneliti.

Pemilihan titik sampel dilakukan berdasarkan satuan lahan yang dapat mewakili anggota

populasi atas dasar karaketer strata. Koreksi dilakukan pada titik sampel hasil survei yang

tidak sesuai dengan peta.

2.3 Metode Pengolahan Data

2.3.1 Pengolahan Data Parameter

A. Manajemen Lahan

Penilaian parameter manajemen lahan untuk tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya

pertanian berdasarkan ada tidaknya penerapan konservasi tanah dan pemeliharaan. Klasifikasi

penilaian manajemen lahan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu baik, sedang, dan buruk.

Manajemen lahan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam penentuan tingkat kekritisan

lahan kawasan budidaya pertanian sehingga mempunyai bobot 30. Kelas manajemen lahan

baik mempunyai harkat 5, kelas sedang 4, sedangkan kelas buruk mendapatkan harkat 3. Peta

Page 10: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

6

manajemen lahan diturunkan dari peta penggunaan lahan yang diperoleh dari hasil interpretasi

citra penginderaan jauh yang sudah tervalidasi melalui cek lapangan.

B. Produktivitas Pertanian

Parameter produktivitas pertanian mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan

tingkat kekritisan lahan. Sama halnya dengan manajemen lahan, produktivitas pertanian juga

mempunyai bobot 30. Klasifikasi penilaian produktivitas pertanian terbagi menjadi lima

kelas, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Produktivitas pertanian

sangat dipengaruhi luas dan banyaknya hasil panen.

C. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng mempunyai bobot 20 dalam penenentuan tingkat kekritisan lahan

kawasan budidaya pertanian. Data kemiringan lereng diperoleh dari pengolahan data SRTM

melalui software ArcGIS. Data hasil pengolahan tersebut digunakan sebagai acuan titik

sampel survei.

D. Tingkat Erosi

Tingkat erosi mempunyai bobot 15 dalam penenentuan tingkat kekritisan lahan kawasan

budidaya pertanian. Data tingkat erosi yang digunakan dalam penelitian analisis kekritisan

lahan kawasan budidaya pertanian Kabupeten Sleman adalah data sekunder yang diperoleh

dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sleman.

E. Agihan Batuan

Data spasial agihan batuan yang digunakan dalam penelitian analisis tingkat kekritisan

lahan kawasan budidaya pertanian tahun 2016 merupakan data sekunder dari Badan

Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sleman. Agihan batuan sedikit berarti terdapat

10% batuan yang terlihat atau berada di permukaan tanah, sedang 10-30%, lalu banyak >30%.

Parameter agihan batuan mempunyai bobot 5 dalam penentuan tingkat kekritisan lahan di

kawasan budidaya pertanian.

Tabel 1 Skor Parameter Tingkat Kekritisan Lahan Kawasan Budidaya

Pertanian

No Kriteria (% Bobot) Kelas Harkat

1 Manajemen Lahan (30)

Baik 5

Sedang 3

Buruk 1

2 Produktivitas Pertanian (30)

Sangat Tinggi 5

Tinggi 4

Sedang 3

Rendah 2

Sangat Rendah 1

Page 11: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

7

Skor = (30*HM) + (30*HP) + (20*HKL) + (15*HE) + (5*HA)

2.3.2 Analisis Spasial

Salah satu fasilitas yang ada pada software ArcGIS 10.1 adalah analisis spasial. Analisis

spasial yang digunakan untuk pemetaan tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian

yaitu dengan menggunakan fasilitas Overlay. Kelima peta yang menjadi parameter kekritisan

lahan kawasan budidaya pertanian ditumpang susunkan menjadi satu dengan fasilitas

Intersect pada software ArcGIS. Informasi attribute table hasil Intersect akan menghasilkan

informasi attribute table gabungan dari Peta Manajemen Lahan, Peta Produktivitas Pertanian,

Peta Kemiringan Lereng, Peta Tingkat Erosi, dan Peta Agihan Batuan.

2.3.3 Analisis Pemodelan Spasial

Analisis pemodelan spasial melalui metode kuantitatif yaitu dengan menghitung skor

kekritisan lahan terhadap peta hasil overlay. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks

ketahanan pangan, yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

HM : Harkat Manajemen Lahan

HP : Harkat Produktivitas Pertanian

HKL : Harkat Kemiringan Lereng

HE : Harkat Erosi

HA : Harkat Agihan Batuan

Hasil perhitungan skor kekritisan lahan, selanjutnya dikelaskan menjadi lima kelas

dengan mengunakan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.32/Menhut-

3 Kemiringan Lereng (20)

0-8% 5

8-15% 4

15-25% 3

25-40% 2

>40% 1

4 Tingkat Erosi (15)

Ringan 5

Sedang 4

Berat 3

Sangat Berat 2

5 Agihan Batuan (5)

<10% 5

10-30% 3

>30% 1

(1)

Page 12: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

8

II/2009 tentang petunjuk teknis penyusunan data spasial lahan kritis. Range kelas, kategori

dan tingkat ketahanan pangan dapat dijabarkan pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 2 Tingkat Kekritisan Lahan Kawasan Budidaya

Pertanian

No Tingkat Kekritisan

Lahan

Besaran Nilai

1 Sangat Kritis 115-200

2 Kritis 201-275

3 Agak Kritis 276-350

4 Potensi Kritis 351-425

5 Tidak Kritis 426-500

2.4 Metode Analisis Data

Analisis data untuk penelitian tingkat kektitisan lahan kawasan budidaya pertanian

dilakukan dengan menggunakan metode analisis SIG. Metode analisis SIG yang digunakan

adalah metode pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang dengan melakukan overlay

atau tumpang susun parameter-parameter kekritisan lahan. Tumpang susun atau overlay

merupakan suatu data grafis adalah menggabungkan antara dua atau lebih data grafis untuk

dapat diperoleh data grafis baru yang mempunyai satuan pemetaan (unit pemetaan) gabungan

dari beberapa data grafis tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Agihan Tingkat Kekritisan Lahan Kawasan Budidaya Pertanian Kabupaten Sleman

Lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang

fungsinya. Penentuan tingkat kekritisan lahan pada kawasan budidaya pertanian dipengaruhi

oleh manajemen lahan, produktivitas pertanian, kemiringan lereng, erosi, dan agihan batuan.

Tingkat kekritisan lahan pada kawasan budidaya pertanian Kabupaten Sleman mempunyai

lima kelas, yaitu sangat kritis, kritis, agak kritis, potensial kritis, dan tidak kritis. Lahan pada

kawasan budidaya pertanian Kabupaten Sleman dengan kategori sangat kritis mempunyai luas

65.32 Ha. Lahan kategori sangat kritis di kawasan budidaya pertanian Kabupaten Sleman

hanya 0,22%. Lahan tersebut berada di wilayah Kecamatan Prambanan dan Pakem. Lahan

kategori kritis mempunyai luas 687,02 Ha (2,23%). Lahan pada kategori agak kritis berada

pada wilayah Prambanan, Pakem, serta sedikit area yang ada pada Kalasan, Cangkringan,

Page 13: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

9

Kalasan, Seyegan, Cangkringan, dan Moyudan. Lahan dengan kategori agak kritis

mempunyai luas 3.490 Ha (11,76%). Lahan tersebut ada pada wilayah Pakem, Prambanan,

Kalasan, Minggir, Seyegan, Gamping, Moyudan, dan Kalasan. Lahan dengan kategori

potensial kritis mempunyai luas 19.250,85 Ha (64,88%). Lahan kategori potensial kritis

berada pada sebagian besar wilayah kawasan budidaya pertanian yang meliputi Kecamatan

Tempel, Turi, Cangkringan, Minggir, Seyegan, Sleman, Mlati, Gamping, Berbah, Prambanan,

Kalasan, dan Cangkringan. Lahan kateogri tidak kritis mempunyai luas 6.178,88 Ha

(20,82%). Lahan tidak kritis berada pada wilayah Kecamatan Ngaglik, Ngemplak, Moyudan,

dan Godean.

Kelas lahan tidak kritis

terdapat pada lahan yang

didominasi lereng 0%-8%

(datar), serta penggunaan

lahan didominasi oleh

penggunaan lahan

pertanian, seperti sawah,

ladang, dan perkebunan

campuran. Kemiringan

lereng 0%-8% (datar)

mempunyai tingak erosi

ringan, karena area yang

dimiliki cenderung datar sehingga energi angkut air rendah sehingga proses terangkutnya

bagian-bagian tanah sangat kecil terjadi. Kemiringan lereng yang datar juga mempengaruhi

agihan batuan karena lereng data cenderung mempunyai agihan batuna yang lebih sedikit

daripada lereng curam. Kondisi erosi dan agihan batuan yang sedemikian rupa membuat lahan

berlereng datar cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

Lahan yang termasuk dalam potensial kritis mempunyai kemiringan lereng 0-8%, 8-15%,

dan 15-25%. Lahan potensial kritis dengan lereng 0-8% didominasi oleh penggunaan lahan

bukan pertanian seperti permukiman, semak dan belukar, serta lahan terbuka, akan tetapi

terdapat lahan pertanian seperti kebun campuran, sawah, dan ladang dengan lereng 0-8%

pada kelas potensial kritis. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena produktivitas pada

wilayah tersebut kurang optimal akibat pengaruh penggunaan lahan lain di sekitarnya. Lahan

pertanian dengan kelas potensial kritis juga terdapat pada kemirinngan lereng 8-15% dan 15-

25%. Penggunaan lahan jenis pertanian seperti sawah, ladang, dan perkebunan campuran, dan

Page 14: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

10

perkebunan kurang optimal pada lereng tersebut karena tingkat erosi pada lereng tersebut

sudah mulai bertambah.

Lahan kelas agak kritis didominasi dengan lahan yang mempunyai kemiringan lereng 15-

25% dan 25-40%. Penggunaan lahan bersifat pertanian pada kelas kemiringan lereng tersebut

akan menghasilkan hasil produksi yang kurang optimal. Lahan pada kemiringan lereng 15-

25% dan 25-40% mempunyai lereng yang agak curam – curam sehingga erosi permukaan

mulai sampai dengan erosi alur yang tergolong erosi berat mulai terjadi. Adanya erosi tersebut

menganggu kesuburan tanah karena bagian-bagian tanah akan terkikis. Lahan pada lereng 15-

25% dan 25-40% juga cenderung mempunyai agihan batuan dengan kelas sedang mengingat

semakin tinggi lereng maka semakin banyak agihan batuan. Lahan pada kategori agak kritis

berada pada wilayah Prambanan, Pakem, serta sedikit area yang ada pada Kalasan,

Cangkringan, Kalasan, Seyegan, Cangkringan, dan Moyudan.

Lahan kategori kritis kawasan budidaya pertanian Kabupaten Sleman didominasi dengan

lahan yang mempunyai kemiringan lereng 25-40% dan >40%, penggunaan lahan berupa semak

belukar dan permukiman, serta jenis tanah regosol. Kondisi lereng curam memberikan daya

erosivitas pada hujan yang semakin besar sehingga berbagai material kesuburan tanah akan

terpengaruh dengan dengan pelepasan yang terjadi di permukaan. Lereng yang curam

mempunyai tingkat erosi yang tinggi. Penggunaan lahan semak belukar dan permukiman

menandai lahan tersebut kurang produktif. Penggunaan lahan juga dapat mempengaruhi erosi.

Penggunaan lahan yang mengadung vegetasi dapat menghambat aliran permukaan dan

memperbesar infiltrasi sehingga proses erosi dapat terkurangi. Penggunaan lahan seperti semak

belukar dan permukiman tidak dapat mengurangi proses erosi. Tanah regosol merupakan tanah

yang muda sehingga kandungan bahan organik pada tanah tersebut sedikit dan kurang subur.

Lahan kritis berada pada wilayah Prambanan, Pakem, serta sedikit area yang ada pada Kalasan,

Cangkringan, Kalasan, Seyegan, Cangkringan, dan Moyudan.

Lahan yang mendominasi pada kelas sangat kritis mempunyai kemiringan lereng > 40%,

penggunaan lahan non pertanian seperti permukiman,semak belukar, dan lahan terbuka, serta

tanah latosol dan regosol. Lereng dengan kemiringan sangat curam mempunyai erosi yang

sangat berat yang akan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian. Penggunaan lahan

dengan cover vegetasi rendah seperti permukiman, semak belukar, dan lahan terbuka

merupakan penggunaan lahan yang kurang dapat menghalangi proses erosi, sehingga erosi

berjalan terus-menerus. Lahan sangat kritis terdapat pada wilayah Kecamatan Pakem dan

Prambanan. Wilayah Pakem mempunyai jenis tanah regosol sedangkan wilayah Prambanan

didominasi oleh jenis tanah latosol. Tanah regosol mempunyai kandungan bahan organik yang

Page 15: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

11

sedikit karena merupakan tanah muda yang terdapat pada horizon A marginal sehingga tanah

kurang subur. Jenis tanah latosol yang mendominasi wilayah Prambanan mempunyai

kandungan lempung yang tinggi sehingga kemampuan menyerap air mudah, akan tetapi susah

untuk meloloskan air sehingga jenis tanah tersebut agak peka terhadap erosi.

Tabel 3 Luas Agihan Kekritisan Lahan

No Kelas Kekritisan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Sangat Kritis 65,32 0,22

2 Kritis 687,02 2,32

3 Agak Kritis 3490,03 11,76

4 Potensial Kritis 19.250,85 64,88

5 Tidak Kritis 6.178,88 20,82

Jumlah 29.672,11 100

3.2 Alternatif Pengelolaan Lahan yang Diterapkan di Area Lahan Kritis Budidaya

Pertanian Kabupaten Sleman

Tingkat kekritisan lahan pada kawasanbudidaya pertanian Kabupaten Sleman mempunyai

lima kelas, yaitu tidak kritis, potensial kritis, agak kritis, kritis, dan sangat kritis. Secara garis

besar lahan di pada kawasanbudidaya pertanian Kabupaten Sleman terbagi menjadi dua, yaitu

lahan yang belum mengalami kekritisan yang terdiri dari lahan tidak kritis dan potensial kritis

serta lahan yang telah mengalami kekritisan yang terdiri lahan agak kritis, kritis, dan sangat

kritis. Lahan yang belum mengalami kekritisan dengan lahan yang sudah mengalami

kekritisan memerlukan cara pengelolaan yang berbeda.

Lahan dengan kelas tidak kritis terdapat pada lahan dengan kemiringan lereng yang datar,

jenis penggunaan lahan pertanian, serta dominasi jenis tanah kambisol yang terdapat pada

sekitar wilayah Godean. Lahan tersebut mempuyai produktivitas tinggi karena lahan pertanian

dalam kondisi baik sehingga menghasilkan hasil produksi optimal. Lahan seperti ini perlu

dilindungi agar terhindar dari konversi lahan mengingat kebutuhan lahan semakin meningkat

seiring berjalannya waktu terutama konversi dari lahan pertanian menjadi lahan non

pertanian. Perlindungan terhadap lahan tidak kritis untuk pertanian tersebut perlu melibatkan

pihak pemerintah dan warga. Pemerintah perlu membuat dan menetapkan regulasi mengenai

LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan). Lahan yang masuk dalam zona LP2B tidak

Page 16: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

12

boleh mengalami konversi lahan dan harus menerapkan konservasi lahan sesuai anjuran

pemerintah.

Lahan dengan kelas potensial merupakan kelas lahan yang mendominasi dengan persentase

64,88%. Lahan potensial kritis belum mengalami kekritisan akan tetapi lahan tersebut

menunjukkan indikasi kekritisan lahan, sehingga apabila penggunaan lahan kurang

memperhatikan kelestariannya maka lahan tersebut akan menjadi lahan kritis. Lahan potensial

kritis tidak dapat dipandang sebelah mata karena luas lahan potensial kritis lebih besar

daripada luas lahan tidak kritis, sehingga jika tidak dilakukan konservasi akan membuat lahan

kritis meluas. Lahan potensial kritis pada kawasan budidaya pertanian Kabupaten Sleman

didominasi oleh lahan dengan kemiringan landai dan agak curam serta penggunaan lahan

pertanian seperti sawah, ladang, perkebunan campuran, serta perkebunan. Lahan tersebut

cenderung kurang produktif karena terletak pada lereng yang kurang sesuai untuk penggunaan

lahan pertanian. Erosi dengan tingkat sedang mulai terjadi pada lahan kelas potensial kritis

ini. Konservasi tanah perlu dilakukan pada lahan tersebut. Konservasi tanah yang harus

dilakukan yaitu memperlambat aliran permukaan, melakukan pergiliran penanaman, serta

mulsa. Proses memperlambat aliran permukaan dengan melakukan perbaikan drainase dan

irigasi. Pergiliran tanaman bertujuan untuk menjaga tanah agar tetap terdapat vegetasi.

Vegetasi pada tanah mempunyai fungsi untuk melindungi tanah terhadap daya perusak aliran

alir di atas permukaan dan memperbaiki penyerapan air oleh tanaman. Mulsa dilakukan agar

kesuburan tanah yang mulai hilang akibat terjadinya erosi tetap terjaga.

Lahan yang telah mengalami kekritisan pada kawasan budidaya pertanian di Kabupaten

Sleman termasuk dalam kelas agak kritis, kritis, dan sangat kritis. Lahan kelas agak kritis,

kritis, dan sangat kritis mempunyai lereng curam sampai dengan sangat curam. Penggunaan

lahan pada wilayah lahan kritis berupa penggunaan lahan non pertanian seperti semak dan

belukar, permukiman, serta lahan terbuka. Lahan kritis merupakan lahan yang mengalami

kerusakan akibat bagian-bagian tanahnya terkena erosi sehingga mempunyai produktivitas

yang cenderung rendah. Lahan yang tergolong kritis terebut memerlukan konservasi maupun

rehabilitasi agar dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi. Konservasi lahan pada kawasan

kritis dapat dilakukan dengan menampung dan menyalurkan aliran permukaan mengingat

lahan pada kemiringan lereng curam mempunyai tingkat erosi berat. Pembuatan dam dapat

menampung aliran permukaan serta perbaikan saluran drainase akan membuat aliran

permukaan mengalir pada saluran tersebut sehingga akan mengurangi timbulnya erosi.

Adanya penampung air juga membuat penyediaan air bagi tanaman aman ketika musim

kemarau. Mulsa pada lahan kritis bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah yang hilang

Page 17: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

13

akibat erosi yang berat. Rehabilitasi lahan kritis dilkukan dengan cara reboisasi. Reboisasi

dilakukan pada penggunaan lahan kurang produktif seperti lahan terbuka serta semak dan

belukar. Lahan terbuka dapat ditanami dengan tanaman seperti tanaman bambu sedangkan

wilayah pada penggunaan lahan semak dan belukar dapat ditanami tanaman dengan akar yang

kuat seperti pohon sengon dan jati.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pembuatan peta agihan tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian Kabupaten

Sleman didapatkan tingkat kekritisan yang terdiri dari lima kelas, yaitu tidak kritis,

potensial kritis, agak kritis, kritis, dan sangat kritis.

a) Lahan dengan kelas tidak ktitis mempunyai luas 671,88 Ha atau 20,82% dari luas

keseluruhan, lahan tidak kritis sebagian besar berada pada lahan dengan kemiringan

lereng datar yang berada pada wilayah Kecamatan Ngaglik, Ngemplak, Moyudan, dan

Godean.

b) Kelas potensial kritis mendominasi dengan luas 671,88 Ha atau 64,88% dari total luas

keseluruhan, yang meliputi Kecamatan Tempel, Turi, Cangkringan, Minggir, Seyegan,

Sleman, Mlati, Gamping, Berbah, Prambanan, Kalasan, dan Cangkringan.

c) Kelas lahan agak kritis 3.490,85 Ha atau seluas 11,76%, meliputi wilayah Pakem,

Prambanan, Kalasan, Minggir, Seyegan, Gamping, Moyudan, dan Kalasan.

d) Kelas lahan kritis 687,02 Ha atau 2,32% berada pada kemiringan lereng yan curam yang

meliputi sebagian kecil wilayah Prambanan, Pakem, serta sedikit area yang ada pada

Kalasan, Cangkringan, Kalasan, Seyegan, Cangkringan, dan Moyudan.

e) Lahan sangat kritis 65,32 Ha atau mencakup 0,22% dari luas keseluruhan, dan berada

pada di wilayah Kecamatan Prambanan dan Pakem.

2. Alternatif pengelolaan lahan kawasan budidaya pertanian dilakukan berdasarkan tingkat

kekeritisan. Untuk lahan tidak kritis diperlukan upaya untuk mempertahankan lahan

tersebut, salah satunya dengan membuat batasan lahan LP2B. Lahan potensial kritis

memerlukan konservasi tanah agar lahan tersebut menjadi lebih produktif dan tidak

menjadi lahan kritis. Lahan yang telah mengalami kekritisan membutuhkan konservasi

dan rehabilitasi agar lahan tersebut dapat dipergunakan kembali.

Page 18: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

14

4.2 Saran

1. Survei lapangan dilakukan pada saat bukan musim penghujan sehingga lahan kritis yang

ada pada lahan dengan penggunaan lahan semak belukar lebih terlihat.

2. Data citra penginderaan jauh yang digunakan sebaiknya citra yang tidak mempunyai

tutupan awan sehingga interpretasi lebih teliti.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penelitian ini baik

dalam penyediaan data maupun pengerjaan data terutama untuk :

1) Program Studi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

sebagai instansi yang telah menaungi penelitian ini, dan memberikan izin penelitian.

2) BAPPEDA Kabupaten Sleman

DAFTAR PUSTAKA

Arsad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: UGM Press.

Badan Lingkungan Hidup. 2011. Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Istmewa

Yogyakarta. Yogyakarta: Pemerintah Daerah Provinsi DIY.

Badan Lingkungan Hidup. 2012. Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Istmewa

Yogyakarta. Yogyakarta: Pemerintah Daerah Provinsi DIY.

Badan Lingkungan Hidup. 2013. Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Istmewa

Yogyakarta. Yogyakarta: Pemerintah Daerah Provinsi DIY.

Badan Lingkungan Hidup. 2014. Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Istmewa

Yogyakarta. Yogyakarta: Pemerintah Daerah Provinsi DIY.

Badan Lingkungan Hidup. 2015. Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Istmewa

Yogyakarta. Yogyakarta: Pemerintah Daerah Provinsi DIY.

Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: CV. Andi

Offset.

Darmawijaya, Isa.1980. Klasifikasi Tanah Dasar Penelitian Bagi Peneliti Tanah dan

Pelaksana Pertanian di Indonesia. Bandung: IPB.

Departemen Kehutanan, 2004. Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis.

Jakarta.

Dulbahri. 1986. Penggunaan Teknik Penginderaan Jauh Dalam Identifikasi dan Inventarisasi

Lahan Kritis. Yogyakarta: Fakultas Geografi - Universitas Gadjah Mada.

Elachi, C., Jakob van Zyl. 2006. Introduction to the Physics and Techniques of Remote

Sensing. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.

FAO. 1979. Assesing Soil Degradation. FAO Soil Bull. No. 34.

FAO-UN (Food and Agriculture Organization). 1976. A Framework for Land Evaluation.

FAO Soils Bulletin 32. FAO, Rome.

Hall, F. G., Strebel, D. E., Nickeson, J. E., & Geoets, S. J. (1991). Radiometric Rectification:

Toward A Common Radiometric Response Among Multidate, Multisensor Images.

Remote Sensing of Environment, 35, 11-27.

Page 19: ANALISIS TINGKAT KEKRITISAN LAHAN KAWASAN …eprints.ums.ac.id/51925/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · menjadi rendah karena keadaan lahan terbuka akibat ... Lahan kritis merupakan ... permukaan

15

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo.

Hardjowigeno, Sarwono. 1995. Imu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo.

Hudson, Norman. 1973. Soil Conservation. London: B.T. Batsford Ttd.

Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.778 /Menhutbun-V/1998. Reboisasi dan

Lahan Kritis. Jakarta: Kementerian Kehutanan

Lo, CP. 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta: UI Press.

Mosher, A.T. 1966. Getting Agriculture Moving. New York: The Agricultural Development

Council Inc.

Nurcahyo, Sidik. 2008. Analisis Lahan Kritis Di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali.

Skripsi. Surakarta: Program Studi Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.32/Menhut-II/2009. Petunjuk Teknis Penyusunan

Data Spasial Lahan Kritis. Jakarta: Kementrian Kehutanan.

Poerwowidodo. 1990. Telaah Kesuburan Tanah. Bamdung: Angkasa.

Prasetya, Rahmadi Nur dan Totok Gunawan. (2012). Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh

dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Lahan Kritis di Daerah Kokap dan

Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Geografi Indonesia, 79, 281–290.

Rahmatika, Rosita. 2014. Analisis Spasial Agihan Lahan Kritis Di Kabupaten Sragen Provinsi

Jawa TengahSkripsi. Surakarta: Program Studi Geografi, Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Rayes, M. Luthfi. (2007). Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: Andi.

Sumantri.1980. Pengantar Agronomi. Jakarta: PT. Gramedia.

Taryono. 1997. Erosi dan Konservasi Tanah. Diktat Kuliah. Surakarta: UMS.

Tomlinson, R.F. (ed). 1972. Geographical Data Handling. Ottawa: I.G.U. Commission on

Geographical Data Sensing and Processing.

Wati, Fitri Anggoro. 2015. Kajian Lahan Kritis Di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman

dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Yogyakarta.