PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

39
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN Disusun oleh : Syifa Fatasyaa 10060308088 Githa Destrian Lestari 10060308089 Putri Peramasari 10060308090 Nandini Madya Utari 10060308091 Misanti Noviana 10060308092 Kelompok C2 Hari,Tanggal Praktikum : Rabu, 6 Oktober 2010 Hari, Tanggal Laporan : Rabu, 13 Maret 2010 Asisten : Ratu Choesrina, S.Si., Apt LABORATORIUM TERPADU FARMASI UNIT D

Transcript of PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Page 1: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Disusun oleh :

Syifa Fatasyaa 10060308088

Githa Destrian Lestari 10060308089

Putri Peramasari 10060308090

Nandini Madya Utari 10060308091

Misanti Noviana 10060308092

Kelompok C2

Hari,Tanggal Praktikum : Rabu, 6 Oktober 2010

Hari, Tanggal Laporan : Rabu, 13 Maret 2010

Asisten : Ratu Choesrina, S.Si., Apt

LABORATORIUM TERPADU FARMASI UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2010

PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Page 2: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

I. Tujuan Percobaan

Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan :

a. Dapat menjelaskan kembali karakteristik hewan-hewan yang lazim dipergunakan

dalam percobaan.

b. Dapat memperlakukan dan menangani hewan percobaan, seperti mencit, tikus,

kelinci, dan marmot, untuk percobaan farmakologi dengan baik.

II. Teori Dasar

Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah biasa termasuk ke dalam

ordo rodentia dan family Muridae. Mencit dewasa biasa memiliki berat antara 25-40

gram dan mempunyai berbagai macam warna. Mayoritas mencit laboratorium adalah

strain albino yang mempunyai warna bulu putih dan mata merah muda (Hrapkiewicz et

al, 1998). Mencit merupakan hewan yang tidak mempunyai kelenjar keringat, jantung

terdiri dari empat ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang

lebih tebal. Percobaan dalam menangani hewan yang akan diuji cenderung memiliki

karakteristik yang berbeda, seperti mencit lebih penakut dan fotofobik, cenderung

sembunyi dan berkumpul dengan sesama, mudah di tangani, lebih aktif pada malam

hari (nocturnal), aktivitas terganggu dengan adanya manusia, suhu normal 37,40 C, laju

respirasi 163/ menit sedangkan pada hewan tikus sangat cerdas, mudah ditangani, tidak

bersifat fotofobik, lebih resisten terhadap infeksi, kecenderungan berkumpul dengan

sesama sangat kurang, jika makanan kurang atau diperlakukan secara kasar akan

menjadi liar dan galak, suhu normal 37,50 C, laju respirasi 210/ menit pada mencit dan

tikus persamaannya gigi seri pada keduanya sering digunakan untuk mengerat /

menggigit benda-benda yang keras. Dengan mengetahui sifat-sifat karakteristik hewan

yang akan diuji diharapkan lebih menyesuaikan dan tidak diperlakukan tidak wajar. Di

dalam suatu dosis yang dipakai untuk penggunaan suatu obat harus sesuai dengan data

mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif, dikarenakan bila obat itu diaplikasikan

kepada manusia dilakukan perbandingan luas permukaan tubuh.

Rute pemberian obat, dapat diberikan secara peroral, subkutan, intramuscular,

intravena, dan intraperitonial. Rute peroral dapat diberikan dengan mencampurkan obat

bersama makanan, bisa pula dengan jarum khusus ukuran 20 dan panjang kira-kira 5

cm untuk memasukkan senyawa langsung ke dalam lambung melalui esophagus, jarum

ini ujungnya bulat dan berlubang ke samping. Rute subkutan paling mudah dilakukan

Page 3: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

pada mencit. Obat obat dapat diberikan kepada mencit dengan jarum yang panjangnya

0,5-1,0 cm dan ukuran 22-24 ( 22-24 gauge ). Obat bisa disuntikkan di bawah kulit di

daerah punggung atau di daerah perut. Kekurangan dari rute ini adalah obat harus dapat

larut dalam cairan hingga dapat disuntikkan. Rute pemberian obat secara intramuscular

lebih sulit karena otot mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha bagian

belakang dengan jarum panjang 0,5-1,0 cm dan ukuran 24 gauge, suntikkan tidak boleh

terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah. Rute pemberian obat secara intravena

haruslah dalam keadaan mencit tidak dapat bergerak ini dapat dilakukan dengan mencit

dimasukkan ke dalam tabung plastic cukup besar agar mencit tidak dapat berputar ke

belakang dan supaya ekornya keluar dari tabung, jarum yang digunakan berukuran 28

gauge dengan panjang 0,5 cm dan suntikkan pada vena lateralis ekor, cara ini tidak

dapat dilakukan karena ada kulit mencit yang berpigmen jadi venanya kecil dan sukar

dilihat walaupun mencit berwarna putih. Cara intraperitonial hampir sama dengan cara

IM, suntikkan dilakukan di daerah abdomen diantara cartilage xiphoidea dan symphysis

pubis ( “Mangkoewidjojo, 1998” ).

Volume obat maksimal untuk tiap rute pemberian obat

Nama Obat Dosis Sumber Acetylpromazine 5 mg / kg, IP ( “Harkness and Wagner, 1995” )Cholarhydrate 400 mg / kg, IP ( “White, 1987” )Propofol 25 mg / kg, IP ( “Harkness and Wagner, 1995” )Xylazine 6 mg / kg, IM ( - )Acetylpromazine 1 mg / kg, IM ( - )Ketamin 100 mg / kg, IP ( “White, 1987” )

Volume maksimum yang disarankan untuk injeksi pada mencit

SC 10 ml / kg bbIP 20 ml / kg bbIM 0,05 ml / siteIV 10 ml / kg bb

Intradermal 0,05 ml / site( “Sirois, 2004” )

Volume pemberian obat pada hewan percobaan tidak boleh melebihi batas

maksimal yang telah ditetapkan, seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

Hewan Percobaan

Volume Maksimal ( ml ) untuk Rute pemberian i.v i.m i.p s.c p.o

Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1Tikus 1 0,1 3 2 5

Page 4: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Kelinci 5-10 0,5 10 3 20Marmot 2 0,2 3 3 10

(“Subarnas dkk, 2008”).

Anastesi yang digunakan, volume dan lokasi pemberian :

Obat Dosis Rute Pemberian Kloral hidrat 400 mg / kg IPKetamin Hidroklorida 22-44 mg / kg IMEter - InhalasiBarbiturate ( Pentabarbital )

( Tiopental )

35 mg / kg50 mg / kg25 mg / kg 50 mg / kg

IVIPIVIP

Halothane 2-5% Inhalasi Acepromazine 0,5-1,0 mg / kg IMDiazepam 5 mg / kg

3-5 mg kg IPIM

Ketamin 22-44 mg / kg IMYohimbine 0,5-1,0 mg / kg IVPropofol 12,0-26,0 mg / kg IV

( “Sirois, 2004” )

Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ialah faktor

internal dan faktor eksterna, adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil

percobaan meliputi variasi biologik (usia, jenis kelamin) pada usia hewan semakin

muda maka semakin cepat reaksi yang di timbulkan, ras dan sifat genetic, status

kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh, luas permukaan tubuh.

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi suplai

oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau

baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat keadaan ruangan tempat hidup seperti

suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),

pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk

percobaan.

III. Alat dan Bahan

o Bahan : makanan hewan dan air matang

o Alat : kandang hewan

o Hewan : mencit, tikus, kelinci dan marmot .

Page 5: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

IV. Prosedur

1.4.1 Cara memegang Hewan Percobaan sehingga Siap untuk Diberi Sediaan Uji

a. Mencit

Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, letakkan pada suatu tempat

yang permukaannya tidak licin (misal rem kawat pada penutup kandang), sehingga

bila ditarik mencit akan mencengkeram lalu kulit pada tengkuk mencit dijepit

dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri sedangkan ekornya tetap di pegang dengan

tangan kanan kemudian tubuh mencit dibalikkan sehingga permukaan perut

menghadap kita dan ekor di jepitkan di antara jari manis dan kelingking tangan

kiri.

b. Tikus

Tikus diperlakukan sama seperti mencit dengan cara di atas, tetapi bagian

pangkal ekor yang di pegang dan pada tengkuk tikus yang di pegang.

Cara memegang tikus :

Bagian ekor belakang tikus di angkat kemudian diletakkan di atas permukaan kasar

lalu bagian belakang kepala di pegang dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri

kemudian di selipkan ke depan dan kaki kanan dijepit di antara kedua jari tersebut.

c. Kelinci

Kelinci diperlakukan dengan halus tetapi sigap karena kadang-kadang

memberontak. Menangkap kelinci dengan telinga diangkat kemudian kulit leher di

pegang dengan tangan kiri lalu pantatnya diangkat dengan tangan kanan dan di

didekapkan ke dekat tubuh.

d. Marmot

Bagian punggung atas marmot diangkat dengan tangan kiri lalu bagian

punggung bawah di pegang dengan tangan kanan.

1.4.2 Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan

a. Mencit

Oral :

Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral, sonde oral

ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit kemudian masukkan perlahan-

lahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan.

Subkutan :

Page 6: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Kulit di daerah tengkuk di angkat dan di bagian bawah kulit dimasukkan obat

dengan menggunakan alat suntik 1 ml.

Intra vena :

Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit dengan bagian ekor

menjulur keluar. Bagian ekor dicelupkan ke dalam air hangat agar pembuluh vena

ekor mengalami dilatasi lalu pemberian obat ke dalam pembuluh vena menjadi

mudah. Pemberian obat dilakukan dengan jarum suntik no.24.

Intramuskular :

Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no.24.

Intra peritoneal :

Mencit dipegang dengan cara seperti pada 1.4.1, pada penyuntikkan posisi

kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari

abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik

tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena

penyuntikkan pada hati.

b. Tikus

Pemberian secara oral, intra muscular dan intra peritoneal dilakukan dengan

cara sama pada mencit. Secara sub kutan dilakukan penyuntikkan di bawah kulit

tengkuk atau kulit abdomen dan pemberian secara intra vena dilakukan pada vena

penis ketimbang vena ekor.

c. Kelinci

Oral : Jarang dilakukan pemberian obat secara oral pada kelinci, tetapi dilakukan

dengan cara alat penahan rahang dan pipa lambung.

Subkutan :

Dilakukan dengan penyuntikkan pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk

dengan kulit pada tengkuk diangkat lalu ditusukkan jarum no.15 dengan arah

anterior. Penyuntikkan dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung

telinga sebelum disuntik ujung telinga dibasahi dahulu dengan alcohol atau air

hangat. Pada kelinci gelap di cukur dahulu bulunya sebelum disuntik.

Intra muscular :

Pemberian intra muscular dilakukan pada otot kaki belakang.

Intraperitonial :

Posisi kelinci diatur sehingga letak kepala lebih rendah daripada perut.

Penyuntikkan di lakukan pada garis tengah di muka kandung kencing.

Page 7: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

d. Marmot

Oral :

Dilakukan dengan menggunakan sonde oral.

Intra dermal :

Bulu marmot dicukur dahulu kemudian disuntikkan obat ke dalam kulit secara

perlahan-lahan.

Subkutan :

Bagian kulit dicubit lalu ditusukkan jarum suntik ke bawah kulit dengan arah

paralel dengan otot dibawahnya.

Intraperitonial :

Bagian punggung marmot dipegang sehingga perutnya agak menjolok ke

muka. Jarum suntik ditusukkan dengan cara subkutan, sesudah masuk ke dalam

kulit jarum di tegakkan sehingga menembus lapisan otot dan masuk ke dalam

daerah peritoneum.

Intramuskular :

Jarum ditusukkan pada jaringan otot sampai menyentuh tulang paha. Pada

penyuntikkan di bagian otot paha daerah posterior-lateral.

Intra vena :

Jarang dilakukan.

1.4.3 Cara Menganastesi Hewan Percobaan

a. Mencit

Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk anastesi adalah :

Eter

Digunakan untuk anastesi singkat, dengan obat diletakkan pada suatu wadah

kemudian hewan dimasukkan dan wadah ditutup. Bila hewan sudah kehilangan

kesadaran hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Pemberian berikutnya diberikan

bantuan kapas yang di basahi dengan obat itu.

Halotan :

Obat ini digunakan untuk anestesi yang lebih lama.

Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium :

Page 8: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Dosis Pentobarbital natrium adalah 45-60 mg / kg untuk pemberian intra

peritoneal dan 35 mg / kg untuk cara pemberian intra vena. Dosis heksobarbital

natrium adalah 75 mg / kg untuk intraperitonial dan 47 mg / kg untuk pemberian

intra vena.

Uretan ( etil karabamat )

Uretan diberikan pada dosis 1000-1250 mg / kg secara intraperitonial dalam

bentuk larutan 25% dalam air.

b. Tikus

Senyawa penganastesi sama dengan cara anastesi pada tikus umumnya sama

seperti pada mencit.

c. Kelinci

Obat anastesi yang digunakan pentobarbital natrium dengan disuntik perlahan-

lahan. Dosis untuk anastesi umum sekitar 22 mg / kg bb. Untuk anastesi singkat di

gunakan setengah dosis di atas dengan di tambah eter agar pembiusan sempurna.

d. Marmot

Anastesi marmot dilakukan dengan menggunakan eter atau pentobarbital

natrium. Eter di gunakan untuk anastesi singkat setelah hewan dipuasakan selama

12 jam. Dosis pentobarbital natrium adalah 28 mg / kg bb.

1.4.4 Cara Mengorbankan Hewan Percobaan

Dilakukan untuk keperluan pengamatan. Dilakukan jika proses percobaan

telah selesai dan hewan tidak digunakan untuk tahap percobaan selanjutnya.

Berdasar pada pertimbangan ekonomis. Pemeliharaan hewan harus disertai tujuan

jelas agar tidak menghamburkan biaya dan tempat. Hewan biasanya langsung

dikorbankan dengan prinsip mematikan dalam waktu sesingkat mungkin dan rasa

sakit seminimal mungkin. Mengorbankan hewan percobaan dilakukan dengan cara

kimia atau cara fisika.

a. Mencit

Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada dosis

mematikan.

Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher.

Proses dislokasi dilakukan dengan cara sbb :

Ekor mencit di pegang kemudian ditempatkan pada permukaan yang bisa

dijangkau (ram kawat penutup kandang) dengan begitu mencit akan meregangkan

Page 9: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

badannya kemudian pada tengkuk ditempatkan suatu penahan misalnya, pensil atau

batang logam yang dipegang dengan tangan kiri kemudian bagian ekor ditarik

keras dengan tangan kanan sehingga lehernya akan terdislokasi dan mencit akan

terbunuh.

b. Tikus

Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada dosis

mematikan.

Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher.

Tikus diletakkan di atas kain, kemudian badan tikus dibungkus dan kedua kaki

depannya ikut terbungkus dengan kain kemudian dipukul bagian belakang telinga

dengan tongkat atau tikus dipegang dengan perut menghadap ke atas kemudian

bagian belakang kepala dipukul keras pada permukaan yang keras pada meja atau

ekor tikus dipegang lalu diayunkan sampai tengkuknya terkena permukaan benda

keras seperti bagian pinggir meja.

c. Kelinci

Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada dosis

mematikan secara intra vena.

Cara fisik dilakukan dengan proses sbb :

Kaki belakang kelinci dipegang dengan tangan kiri sehingga badan dan kepala

tergantung ke bawah menghadap ke kiri kemudian sisi telapak tangan kanan

dipukulkan keras pada tengkuk kelinci dengan tongkat.

d. Marmot

Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada dosis

mematikan secara intra vena.

Cara fisik dilakukan dengan proses sbb :

Tengkuk marmot dipukul keras dengan alat atau bagian belakang kepala marmot di

pukul pada permukaan keras atau dapat dilakukan dengan dislokasi leher dengan

tangan.

V. Data Pengamatan

Cara memegang

1. Mencit

Page 10: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Angkat mencit bagian ekornya dan usahakan mencit meregang badannya lalu

cengkram tengkuknya dengan tangan kiri sampai mencit tidak bisa bergerak kesana

kemari dan bagian mulut mencit akan terbuka sendirinya.

Pemberian Obat dengan Sonde Oral

Sonde Oral

Mencit harus dalam keadaan menengadah ke atas, lalu cengkram kuat dan

masukkan sonde oral ke langit-langit mulut pastikan masuk karena bila tidak pasti

sudah masuk akan keluar cairan obat dari mulut, tempelkan masukkan perlahan-

lahan sampai cairan masuk ke tubuh. Dengan pemberian dosis 1 ml.

Pemberian Obat dengan Subkutan

Subkutan

Mencit di pegang seperti cara sebelumnya, cubit bagian kulit tengkuk bila

perlu basahi dengan air sampai terlihat kulit pada tengkuk suntikkan ke bawah kulit

dengan cepat sampai menembus kulit pastikan mencit tidak bergerak kesana kemari

agar penyuntikkan sempurna.

VI. Pembahasan

Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah di bidang kedokteran atau

biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan

pembangunan keselamatan manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki,yang

dihasilkan oleh Sidang Kesehatan Dunia ke-16 di Helsinki, Finlandia, pada tahun 1964.

Deklarasi tersebut merupakan rekomendasi kepada penelitian kedokteran, yaitu

tentang segi etik penelitian yang melibatkan manusia sebagai obyek penelitian.

Disebutkan, perlunya dilakukan percobaan pada hewan sebelum percobaan di bidang

biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia.

Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-

persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan dan lingkungan yang

memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya

diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada

manusia. (Sulaksono, M.E., 1987)

Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana

faktor keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang

terlihat/karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu :

Page 11: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

1. Hewan liar.

2. Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka.

3. Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan

sistim barrier (tertutup).

4. Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara

dengan sistem isolator. Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut

di atas disesuaikan dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan.

Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan

yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap

hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan

percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman. (Sulaksonono,

M.E., 1987)

Jenis-jenis Hewan percobaan:

No Jenis hewan percobaan Spesies1. Mencit (Laboratory mince) Mus musculus2. Tikus (Laboratory Rat) Rattus norvegicus3. Golden (Syrian) Haruster Mescoricetus auratus4. Chinese Haruster Cricetulus griseus5. Marmut Cavia porcellus (Cavia cobaya)6. Kelinci Oryctolagus cuniculus7. Mongolian gerbil Meriones unguiculatus8. Forret Mustela putorius furo9. Tikus kapas (cotton rat) Sigmodon hispidus10. Anjing Canis familiaris11. Kucing Fells catus12. Kera ekor panjang (Cynomolgus) Macaca fascicularis (Macaca irus)13. Barak Macaca nemestrina14. Lutung/monyet daun Presbytis ctistata15. Kera rhesus Macaca mulata16. Chimpanzee Pan troglodytes17. Kera Sulawesi Macaca nigra18. Babi Sus scrofa domestica19. Ayam Gallus domesticus20. Burung dara Columba livia domestica21. Katak Rana sp.22. Salamander Hynobius sp.23. Lain-lain

Tabel 1. Jenis-Jenis Hewan Percobaan

(Sulaksonono, M.E., 1987)

Page 12: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan hewan percobaan mencit, tikus,

kelinci, dan marmot. Tetapi yang benar-benar dilakukan untuk percobaan adalah mencit

saja. Hewan-hewan tersebut dapat digunakan sebagai hewan percobaan untuk

praktikum farmakologi ini karena struktur dan sistem organ yang ada di dalam

tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia.

Sehingga hewan-hewan tersebut biasa digunakan untuk uji praklinis sebelum nantinya

akan dilakukan uji klinis yang dilakukan langsung terhadap manusia.

Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu praktikan harus mengetahui

volume pemberian obat pada hewan percobaan. Volume cairan yang diberikan pada

setiap jenis hewan percobaan tidak boleh melebihi batas maksimal yang telah

ditetapkan. Karena kalau melebihi batas maksimal kemungkinan hewan percobaan akan

mengalami efek farmakologis yang dapat membahayakannya. Berikut adalah daftar

volume maksimal pemberian obat.

Jenis hewan dan BB

Cara pemberian dan volume maksimum dalam mililiteri.v i.m i.p s.c p.o

Mencit (20-30 g) 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0Tikus (100 g) 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0 5,0

Hamster (50 g) - 0,1 1,0-5,0 2,5 2,5Marmut (250 g) - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0Merpati (300 g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0Kelinci (2,5 kg) 5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0Kucing (3 kg) 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0Anjing (5 kg) 10,0-20,0 5,0 20,0-50,00 10,0 100,0

    

Tabel 2. Volume Maksimal Cairan yang Boleh Diberikan pada Hewan Percobaan

Keterangan : didistribusikan kedaerah yang lebih luas

BB       =          bobot badab

i.v        =          Intra Vena

i.m       =          Intra Muscular

i.p        =          Intra Peritoneal

s.c        =          Sub Kutan

p.o       =          Per Oral     

Untuk bahan senyawa aktif yang tidak larut air dapat diberikan dalam bentuk

suspensi menggunakan gom sebagai suspensi dan dapat diberikan secara oral atau

intraperitoneal.

Page 13: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada spesies

hewan percobaan, diperlukan data penggunaan dosis dengan menggunakan

perbandingan luas permukaan tubuh setiap spesies.

Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

(Untuk Konversi Dosis)

Hewan dan BB rata-rata

Mencit 20 g

Tikus 200 g

Marmut 400 g

Kelinci 1,5 kg

Kucing 2 kg

Kera 4 kg

Anjing 12 kg

Manusia 70 kg

Mencit 20 g

1,0 7,0 12,29 27,8 28,7 64,1 124,2 387,9

Mencit 20 g

0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 60,5

Marmut 400 g

0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5

Kelinci 1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 1,06 2,4 4,5 14,2

Kucing 2 kg

0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0

Kera 4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1

Anjing 12 kg

0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1

Manusia 70 kg

0,0026 0,018 0,031 0,07 0,76 0,16 0,32 1,0

Tabel 3. Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

(Untuk Konversi Dosis)

(Anonim, 2010)

Cara mempergunakan tabel :

Bila diinginkan dosis absolute pada manusia dengan BB 70 kg dari data dosis pada

anjing  10 mg/kg (untuk anjing dengan bobot 12 kg), maka lebih dahulu dihitung dosis

absolute pada anjing, yaitu (10 × 12) mg = 120 mg.

Dengan mengambil factor konversi 3,1 dari table diperoleh dosis untuk manusia = (120

× 3,1) mg = 372 mg.

Page 14: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Dengan demikian dapat diramalkan efek farmakologis suatu obat yang timbul pada

manusia dengan dosis 382 mg / 70 kg BB adalah sama dengan yang timbul pada anjing

dengan dosis 120 mg/ 12 kg BB, dari obat yang sama.

Pada hewan percobaan ini ada faktor-faktor yang dapat memperngaruhi hasil

percobaan, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain adalah

variasi biologik (usia, jenis kelamin), ras dan sifat genetik, status kesehatan dan

nutrisi, bobot tubuh, dan luas permukaan.

Usia dan jenis kelamin berpengaruh pada hasil percobaan karena pada usia yang

tepat pada fase hidup hewan tersebut, efek farmakologi yang dihasilkan akan lebih

baik. Beda hasilnya jika usia hewan tersebut masih bayi. Jenis kelamin juga

berpengaruh di lihat dari literature bobot badan hewan akan berbeda. Hal ini

berpengaruh pada dosis yang akan di gunakan pada hewan percobaan tersebut.

Begitu juga dengan ras dan sifat genetik, berpengaruh karena jika menggunakan

hewan percobaan dengan ras dan sifat genetik yang berbeda-beda, maka hasil

percobaannya juga akan berbeda. Hal ini karena gen pada setiap individu berbeda.

Dengan gen yang berbeda-beda dan karakteristik yang berbeda pula, maka masing-

masing memiliki perbedaan dalam perilaku, kemampuan imunologis, infeksi

penyakit, kemampuan dalam memberikan reaksi terhadap obat, kemampuan

reproduksi dan lain sebagainya.

Status kesehatan dan nutrisi berpengaruh terhadap hasil percobaan karena efek

yang dihasilkan dalam dosis akan cepat diserap oleh tubuh dan berlangsung cepat

efek yang di hasilkan.

Selain itu, bobot tubuh dan luas permukaan tubuh juga berpengaruh dalam hasil

percobaan. Bobot dan luas permukaan tubuh hewan yang besar akan lebih

membutuhkan lebih banyak dosis dibandingkan dengan yang memiliki bobot dan

luas permukaan tubuh yang kecil untuk mendapatkan data kuantitatif yang akurat

pada efek farmakologis yang terjadi.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain adalah

pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau baru,

Page 15: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan ruangan tempat hidup seperti

suhu, kelembaban udara, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),

suplai oksigen, pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau

organ untuk percobaan.

Meningkatnya kejadian penyakit infeksi pada hewan percobaan, disebabkan

karena kondisi lingkungan yang jelek di mana hewan itu tinggal. Maka dengan

meningkatnya kejadian penyakit infeksi dan disertai dengan keadaan nutrisi yang

jelek pula, akan berakibat resistensi tubuh menurun, sehingga akan berpengaruh

terhadap hasil suatu percobaan.

Jadi, untuk menghasilkan hasil percobaan yang baik, faktor eksternal tersebut

harus disesuaikan dengan karakteristik hewan percobaan agar hewan tersebut tidak

stres. Karena kalau hewan tersebut stres akan menghambat percobaan.

Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi pada Hewan Percobaan

(Sulaksonono, M.E., 1992)

Masih dalam rangka pengelolaan hewan percobaan secara keseluruhan, cara

memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara

memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan

oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam

Page 16: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan

(ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah,

misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya. (Sulaksono, M.E., 1992)

a. Mencit

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam

laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah

ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan

bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan

mengurangi aktivitasnya

Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan,

Biarkan menjangkau / mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang). Kemudian

tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat /

setegang mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari

kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh

tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

Jika cara penanganan mencit tidak sesuai, biasanya mencit akan buang air besar

atau buang air kecil. Hal ini terjadi karena mencit merasa stres dan ketakutan. Selain

itu, juga merupakan pertahanan diri untuk melindungi dirinya dengan mengeluarkan

fesesnya. Begitu juga apabila hewan-hewan lain seperti tikus, kelinci, dan marmut

akan melakukan hal yang sama jika mereka merasa terancam.

b. Tikus

Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus

putih ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan

tidak begitu cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak

begitu terganggu oleh kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau

mengalami defisiensi makanan, tikus akan menjadi galak dan sering dapat

menyerang si pemegang.

Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan memegang ekornya

dengan menarik ekornya bagian pangkal, biarkan kaki tikus mencengkeram alas

yang kasar (kawat kandang), kemudian secara hati–hati luncurkan tangan kiri dari

belakang ke arah kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit

tengkuk dicengkeram. Cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit kaki

kanan depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di antara jari tengah dan jari

manis. Dengan demikian tikus akan terpegang dengan kepalanya di antara jari

Page 17: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

telunjuk dan jari tengah. Pemegangan tikus ini dilakukan dengan tangan kiri

sehingga tangan kanan kita dapat melakukan perlakuan.

c. Kelinci

Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri yang luar biasa.

Kelinci cenderung berontak bila merasa terganggu. Kelinci hendaklah diperlakukan

dengan halus namun sigap karena ia cenderung berontak. Hewan ini dapat ditangkap

dengan memegang kulit pada tengkuknya dengan tangan kiri kemudian pantatnya

diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke badan.

Untuk perlakuan tertentu dapat digunakan kotak / kandang individual kelinci

yang dapat menjaga kelinci agar tak dapat banyak bergerak (restriction box).

d. Marmot

Marmot sebenarnya jinak dan mudah diperlakukan. Marmot dipegang dengan

mengangkat badannya dengan kedua tangan.

Selain cara memegang hewan yang berbeda-beda, cara pemberian sediaan uji

juga berbeda pada setiap hewan. Cara pemberian ini merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi respon obat pada hewan percobaan. Bentuk sediaan yang akan

digunakan perlu disesuaikan dengan cara pemberian yang dipilih disamping juga sifat

obat yang akan digunakan.

a. Mencit

Oral

Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang

dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini untuk

meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan diberikan sedian

uji. Sonde oral ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan

diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus kemudian

masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan

sonde yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara

pemberian yang benar. Sebaiknya sebelum memasukan sonde oral, posisi kepala

mencit adalah menengadah dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde oral

akan masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit. Cara pemberian yang keliru,

masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan

pernafasan dan kematian.

Praktikan dapat mengetahui pemberian obat secara oral ini berhasil atau tidak.

Hal ini dapat dilihat dari cairan yang dimasukan tersebut. Bila dari hidung hewan

Page 18: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

uji keluar cairan seperti yang kita berikan menunjukkan adanya kesalahan dalam

proses pemberian. Sedangkan bila berhasil, maka tidak akan terjadi apa-apa.

Gambar 2. Cara Memberikan Obat Secara Oral

(Agiel, 2010)

Subkutan

Injeksi subkutan (SC) atau pemberian obat melalui bawah kulit, hanya boleh

digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Penyuntikkan

dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit di antara jempol dan

telunjuk. Bersihkan area kulit yang mau disuntik dengan alkohol 70 %. Masukkan

jarum suntik secara paralel dari arah depan menembus kulit.

Diusahakan dilakukan dengan cepat untuk menghindari pendarahan yang terjadi

karena pergerakan kepala dari mencit. Pemberian obat ini berhasil jika jarum

suntik telah melewati kulit dan pada saat alat suntik ditekan, cairan yang berada

di dalamnya dengan cepat masuk ke daerah bawah kulit.

Gambar 3. Cara Memberikan Obat Secara Subkutan

(Agiel, 2010)

Intravena

Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke dalam kandang

individual yang sempit dengan ekor dapat menjulang ke luar. Untuk memudahkan

Page 19: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

penyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu atau dengan air

hangat untuk dilatasi vena.

Pada saat melakukan injeksi, di dalam alat suntik tidak boleh ada udara. Karena

jika di dalamnya ada udara, pada saat dimasukan ke dalam vena ekor, vena akan

rusak dan tidak stabil serta ekor akan menggelembung. Untuk menanggulanginya

keluarkan jarum dan masukkan kembali itu sedikit di atas awal injeksi. Jika

pemberian obat secara intravena berhasil dengan posisi yang benar, maka akan

terlihat pada vena jarum warnanya menjadi pucat.

Gambar 4. Cara Memberikan Obat Secara Intravena

(Agiel, 2010)

Intramuskular

Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha.

Gambar 5. Cara Memberikan Obat Secara Intramuskular

(Agiel, 2010)

Intraperitonial

Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang,

kemudian jarum disuntikkkan dengan membentuk sudut 10° dengan abdomen

pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala untuk menghindari

terkenanya kandung kemih dan hati. (Sukati, 2010)

Page 20: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Gambar 6. Cara Memberikan Obat Secara Intraperitoneal

(Agiel, 2010)

b. Tikus

Cara-cara pemberian oral, intraperitoneal, subkutan, intramuskular, dan intravena

dapat dilakukan seperti pada mencit. Penyuntikan subkutan dapat dilakukan pula

pada daerah kulit abdomen. Tetapi penyuntikan secara intravena lebih mudah

dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan bantuan pembiusan hewan

percobaan. Karena vena penis tikus lebih terlihat dibandingkan dengan vena ekor

tikus.

c. Kelinci

Oral

Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci jarang dilakukan. Tetapi bila

dilakukan biasanya menggunakan alat penahan rahang dan pipa lambung.

Subkutan

Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau daerah sisi

pinggang. Cara pemberian dilakukan dengan mengangkat kulit dan kemudian

jarum ditusukkan ke bawah kulit.

Intravena

Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan dilakukan pada

daerah dekat ujung telinga. Untuk memperluas vena (mendilatasi vena), telinga

diulas terlebih dahulu dengan air hangat atau alkohol. Pencukuran bulu bila perlu

dapat dilakukan terutama pada hewan yang bulunya berwarna.

Intramuskular :Dilakukan pada otot kaki belakang.

Intraperitoneal

Kelinci dipegang menggantung pada kaki belakangnya sehingga perut maju ke

depan. Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah garis tengah di muka kandung

kemih. (Sukati, 2010)

Page 21: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

d. Marmot

Oral

Pemberian oral kepada marmot dapat dilakukan dengan pipa lambung dengan

bantuan hewan dianestetik lemah terlebih dahulu.

Intradermal

Pemberian obat secara intradermal dilakukan dengan memasukan jarum suntik

ke dalam kulit secara perlahan-lahan. Agar terlihat, bulu marmot dicukur terlebih

dahulu.

Subkutan

Penyuntikan dapat dilakukan pada daerah tengkuk: kulit dicubit kemudian

jarum disuntikkan ke bawah kulit.

Intraperitoneal

Penyuntikan dilakukan pada daerah perut agak ke kanan dari daerah garis

tengah dan di atas tulang kematian.

Intramuskular

Penyuntikan dilakukan ke dalam otot paha kaki belakang.

Intravena

Pada marmot cara ini jarang digunakan. Penyuntikan dapat digunakan pada

vena marginalis dengan jarum yang halus dan pendek (cara ini dapat dilakukan

untuk marmot yang cukup besar) atau pada vena pada bagian paha dan penis

dengan bantuan anestetik terlebih dahulu. (Sukati, 2010)

Pada tiap cara pemberian ini kecuali oral, pembersihan dengan antiseptik pada

daerah penyuntikan perlu dilakukan pada sebelum penyuntikan dan setelah

penyuntikan. Jumlah volume penyuntikan dari tiap cara pemberian dan pada berbagai

hewan percobaan berbeda-beda, sesuai dengan tabel kedua.

Untuk kelancaran percobaan uji efek farmakologis suatu obat yang dilakukan

pada hewan percobaan sebaiknya digunakan perlakuan anestesi. Perlakuan anestesi

terhadap hewan percobaan kadang kala diperlakukan untuk memudahkan cara

pemberian senyawa bioaktif tertentu (pemberian i.v pada vena penis tikus) dan untuk

percobaan-percobaan tertentu, misalnya pengukuran tekanan darah insitu pada karotid

hewan dengan manometer condon. (Sukati, 2010)

Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk anestesi adalah eter, halotan,

pentobarbital natrium, heksobarbital natrium, dan uretan (etil karabamat). Pada setiap

Page 22: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

hewan percobaan yang berbeda, perlakuan anastesi, senyawa penganestesi serta

dosisnya yang dipakai juga berbeda.

a. Mencit

Eter

Eter digunakan untuk anestesi singkat. Cara perlakuan anestesi adalah dengan

meletakkan obat di dalam suatu wadah dan hewan dimasukan ke dalamnya dan

wadah ditutup rapat. Bila hewan sudah kehilangan kesadaran , maka hewan sudah

siap dilakukan uji percobaan.

Halotan

Halotan digunakan untuk anestesi yang lebih lama.

Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium

Senyawa pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium dapat diberikan

secara intravena dan intraperitonial dengan dosis yang berbeda. Dosis

pentobarbital natrium untuk pemberian intravena adalah 35 mg/kg. Sedangkan

dosis untuk pemberian intraperitoneal adalah 45-60 mg/kg. Dosis heksobarbital

natrium untuk pemberian intravena adalah 47 mg/kg. Sedangkan dosis untuk

pemberian intraperitoneal adalah 75 mg/kg.

Uretan

Uretan diberikan dengan cara intraperitoneal pada dosis 1000-1250 mg/kg

dalam bentuk larutan 25% dalam air.

b. Tikus

Senyawa untuk perlakuan anestesi yang digunakan pada tikus umumnya sama

dengan yang dilakukan pada mencit.

c. Kelinci

Obat anestetika yang paling sering digunakan untuk kelinci adalah

pentobarbital natrium dengan cara menyuntikkannya secara perlahan. Dosis untuk

anestesi umum adalah 22 mg/kg. Untuk anestesi singkat biasanya digunakan

setengah dosis dari 22 mg/kg.

d. Marmot

Obat anestetika untuk marmot biasanya digunakan eter atau pentobarbital

natrium. Eter dapat digunakan untuk anestesi singkat setelah hewan dipuasakan

selama kurang lebih 12 jam. Sedangkan dosis untuk pentobarbital natrium adalah 28

mg/kg.

Page 23: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Apabila pada hewan percobaan terjadi keadaan rasa sakit yang hebat atau lama

akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit atau

jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan, maka perlu dilakukan

pengorbanan hewan.

Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian rupa

sehingga hewan akan mati dengan seminimal mungkin rasa sakit. Pada dasarnya cara

fisik yaitu dengan melakukan dislokasi leher adalah cara yang paling cepat, mudah dan

berprikemanusiaan, tetapi cara perlakuan kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan

dari pengorbanan hewan percobaan dalam rangkaian percobaan. (Sukati, 2010)

Cara mengorbankan hewan percobaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

cara kimia dan cara fisik. Pada umumnya untuk mengorbankan mencit, tikus, kelinci,

dan marmot dilakukan dengan cara yang sama. Tetapi ada beberapa cara yang biasa

dilakukan untuk mengorbankan tikus, kelinci, dan marmot.

Cara kimia untuk mengorbankan mencit, tikus, kelinci, dan marmot adalah

dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada dosis letalnya sehingga

dapat membunuh hewan-hewan tersebut.

Untuk cara fisik ada beberapa yang berbeda. Untuk mencit dan marmot bisa

digunakan dislokasi leher. Caranya adalah dengan memegang ekor mencit atau marmot

dan kemudian ditempatkan di ram kawat sampai hewan tersebut meregangkan

badannya. Ketika hewan meregangkan badannya, pada bagian tengkuk diberi suatu

penahan yang keras dan dipegang dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanan menarik

ekornya dengan keras sampai lehernya terdilokasi dan hewan akan terbunuh.

Untuk mengorbankan tikus, kelinci, dan marmot dapat dilakukan cara fisik

sebagai berikut :

Untuk tikus dilakukan dengan cara membungkus tubuh tikus didalam sehelai kain

yang selanjutnya tikus dibunuh dengan cara memukul bagian belakang telinganya. Cara

lain adalah dengan cara memegang perut tikus yang menghadap ke atas, kemudian

bagian belakang kepalanya dipukulkan dengan keras pada permukaan yang keras atau

dengan cara memegang ekor tikus yang kemudian diayunkan sampai tengkuknya tepat

mengenai permukaan benda keras sehingga tikus akan terbunuh.

Untuk kelinci dilakukan dengan cara memegang kaki belakang kelinci, sedangkan

badan dan kepalanya tergantung ke bawah. Dengan menggunakan benda keras seperti

tongkat, bagian tengkuk kelinci dipukul dengan keras sehingga kelinci dapat terbunuh.

Page 24: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Untuk marmot, selain dilakukan dislokasi leher dapat juga dilakukan dengan cara

memukul bagian tengkuk dengan keras menggunakan alat dan juga bisa dengan cara

memukulkan bagian belakang kepala marmot pada permukaan keras.

VII. Kesimpulan

Penggunaan hewan percobaan sangat penting dalam penelitian ilmiah di bidang

kedokteran/biomedis.

Volume cairan obat yang diberikan pada hewan percobaan tidak boleh melebihi

batas maksimal yang telah ditetapkan.

Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada spesies hewan

percobaan, diperlukan data penggunaan dosis dengan menggunakan perbandingan

luas permukaan tubuh setiap spesies.

Terdapat faktor internal dan eksternal pada hewan percobaan yang dapat

memperngaruhi hasil percobaan.

Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan berbeda-beda dan

ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya.

Cara pemberian sediaan uji juga berbeda pada setiap hewan percobaan, dapat secara

oral, subkutan, intravena, intramuskular, intraperitoneal, dan intradermal.

Untuk kelancaran percobaan uji efek farmakologis suatu obat yang dilakukan pada

hewan percobaan sebaiknya digunakan perlakuan anestesi dengan senyawa eter,

halotan, pentobarbital natrium, heksobarbital natrium, dan uretan (etil karabamat).

Apabila pada hewan percobaan terjadi keadaan rasa sakit yang hebat atau lama

akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit atau

jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan, maka perlu dilakukan

pengorbanan hewan engan cara kima ataupun cara fisik.

Daftar Pustaka

Page 25: PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN

Anonim. 2010. Penanganan Hewan Percobaan. Jakarta.

http://medicafarma.blogspot.com/2010/04/penanganan-hewan-percobaan_24.html.

Diakses tanggal 8 Oktober 2010 pukul 18.04 WIB.

Kadis, Sukati dan Kus Haryono. Penanganan Umum dan Cara Pemberian Senyawa Bioaktif

pada Beberapa Hewan Percobaan.

http://www.scrib.com/doc/28455157/penanganan-hewan-coba. Diakses tanggan 8

Oktober 2010 pukul 20.46 WIB.

Novianto, Agiel. 2010. Cara Pemberian vs Profil Farmakokinetik Obat. Surakarta.

http://agiel-novianto-blogspot.com/2010/02/pengaruh-cara-pemberian-versus-

absorbsi.html. Diakes tanggal 8 Oktober 2010 pukul 20.08 WIB.

Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan Hewan Percobaan.

Jakarta.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_PerkembangbiakanHewanPercobaan.pdf/

16_PerkembangbiakanHewanPercobaan.html. Diakses tanggal 8 Oktober 2010 pukul

20.00 WIB.

Sulaksono, M.E., 1992. Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan Karakteristik Hewan

Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis. Jakarta.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_FaktorKeturunandanLingkungan.pdf/

15_FaktorKeturunandanLingkungan.html

http://Ariani88.blogspot.com/../mencit.html. di akses tanggal 10-10-10 pukul 19.00

http://eprints.usm.my/6462/1cirimencit/com. di akses tanggal 10-10-10 pukul 19.05

http://kamus.lamdak.com/cari/cirri-cirimencit. di akses tanggal 10-10-10 pukul 19.00

http://top-pdf.com/cirri-mencit.html. di akses tanggal 10-10-10 pukul 19.00