penanganan fraktur

8
2.2.7 Penatalaksanaan Fraktur Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi (Corwin, 2010). Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru lakukan amnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam , bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat , singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer, 2000). Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian karena waktu berbaring lebih lama, meski pun merupakan penatalaksanaan non-

description

penanganan fraktur

Transcript of penanganan fraktur

Page 1: penanganan fraktur

2.2.7 Penatalaksanaan Fraktur

Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya

satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang tetap menempel sebagaimana

mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut

biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan

kembali berfungsi (Corwin, 2010).

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan

terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulating),

apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru lakukan

amnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting

ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam ,

bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan

fisis secara cepat , singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto radiologis. Pemasangan

bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih

berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer, 2000).

Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu sepuluh tahun

terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian karena

waktu berbaring lebih lama, meski pun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk

anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini banyak dilakukan pada orang dewasa (Mansjoer,

2000).

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat dimobilisasi dengan salah

satu cara dibawah ini:

a. traksi Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani

kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur,

dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat

penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk menahan anggota gerak pada tempatnya.

Tapi sekarang sudah jarang digunakan. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama

24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang

di posterior untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur

harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar.

Page 2: penanganan fraktur

b. fiksasi interna Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan piringan

atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna merupakan pengobatan

terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi (Djuwantoro, 1997).

c. Pembidaian Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem

muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami

cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang ditempatkan di daerah

sekeliling tulang (Anonim , 2010). b

d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif Gips adalah suatu bubuk campuran yang

digunakan untuk membungkus secara keras daerah yang mengalami patah tulang.

Pemasangan gips bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak

bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi

tulang yang patah tersebut (Anonim , 2010). b

e. Penyembuhan Fraktur Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada

tulang , sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan penahanan beban secara

lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam tiga keputusan yang sederhana : reduksi,

mempertahankan dan lakukan latihan. Menurut (Carter, 2003) jika satu tulang sudah patah,

jaringan lunak di sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi

perdarahan yang cukup berat dan bekuan darah akan terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan

darah akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang

primitif (osteogenik) dan berdiferensiasi menjadi krodoblas dan osteoblas. Krodoblas akan

mensekresi posfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus)

disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus

dari fragmen tulang dan menyatu. Universitas Sumatera Utara Penyatuan dari kedua fragmen

terus berlanjut sehingga terbentuk trebekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan

meluas menyebrangi lokasi fraktur.

Page 3: penanganan fraktur

Penatalaksanaan medis menurut Chaeruddin Rosjad, 1998. Sebelum menggambil keputusan

untuk melakukan penatalaksanaan definitive. Prinsip penatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu :

1. Recognition : diagnosa dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah mengetahui dan

menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal

pengobatan perlu diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai

untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.

2. Reduction : tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang. Dapat dicapai

yang manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan

traksimoval untuk menarik fraktur kemudian memanupulasi untuk mengembalikan

kesegarisan normal/dengan traksi mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi

tertutup gagal/tidak memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang

digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid

seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna fixation (orif) yaitu dengan pembedahan

terbuka kan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan

skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang

fraktur secara bersamaan.

3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan mencegah

pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk mempertahankan reduksi (ektrimitas yang

mengalami fraktur) adalah dengan traksi. Traksi merupakan salah satu pengobatan dengan

cara menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol dan tahanan

beban keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas,

mengurangi fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot,

mengurangi nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik tubuh.

Ada 2 pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan skeletal traksi.

4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal mungkin

Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:

1. Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri

yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat

penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk,

maupun memasang gips.

Page 4: penanganan fraktur

2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi kontinyu,

fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk

fiksasi yang bersifat sementara saja. 3. Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang

fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna

dalam waktu 6 bulan. 4. Mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi dalam jangka

waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk

mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-bayuindraj-6380-2-babiik-r.pdf

Penatalaksaaan secara umum yang dapat dilakukan antara lain mencari tanda-tnda

syok ata pendarahan dan melakukan pemeriksaan ABC (Airway Management, Breathing,

Circulation). Selain itu juga perlu untuk mencari trauma pada tempat lain yang berisiko

(kepala dan tulang belakang, iga dan pneumotoraks, femoral dan trauma pelvis). Setelah itu

dengan segara menghilangkan rasa nyeri (analgesik-antipiretik, opiat intravena, blok saraf,

gips, dan traksi), buat akses intravena dengan baik dan kirim golongan darah dan sample

untuk dicocokan. Untuk fraktur terbuka membutuhkan debridement, antibiotik dan profilaksis

tetanus.

Penatalaksaan secara definitif dapat diakukan dengan reduksi, imobilisasi, dan

rehabilitasi. Reduksi adalah penyambungan kembali tulang; penting dilakukan agar posisi

dan rentang gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi

bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan tindakan bedah untuk fiksasi (reduksi terbuka),

dapat dipasang pen atau sekrup untuk mempertahankan sambungan. Mungkin diperlukan

traksi untuk mempertahankan reduksi dan merangsang penyembuhan.

Imobilisasi dimaksudkan agar fraktur harus segera diimobilisasi agar hematom fraktur

dapat terbentuk dan untuk memperkecil kerusakan. Imobilisasi jangka-panjang dilakukan

setelah reduksi agar kalus dan tulang baru dapat terbentuk. Imobilisasi jangka-panjang

biasanya dilakukan dengan gips, traksi, fiksasi internal, fiksasi eksternal, bracing

fungsional.Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan pasien ke tingkat fungsi seperti

sebelum trauma dengan fisioterapi dan terapi okupasi.

4.6.2        Penatalaksanaan Sindroma Kompartemen4

Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi

neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah

dekompresi.  Penanganan kompartemen secara umum meliputi terapi medikal atau non bedah

dan terapi bedah. Terapi Medikal / Non bedah diindikasikan untuk diagnosa dugaan

Page 5: penanganan fraktur

kompartemen, meliputi: menempatkan extremitas setinggi jantung untuk mempertahankan

ketinggian kompartemen yang minimal.

Elevasi dapat menurunkan aliran darah sehingga memperberat iskemia; pembukaan

gips dan pembalut konstriksi; pada kasus gigitan ular berbisa diberikan anti racun;

mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah; pemakaian diuretik dan

manitol dapat mengurangi tekanan kompartemen. Fasciotomi dilakukan jika tekanan

intrakompartemen mencapai >30 mmHg dan ada disfungsi neuromuskular. Tujuannya yaitu

menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot.