Penanganan Bulu Babi

7
PENANGANAN FAUNA AKUATIK BULU BABI (Diadema spinosa) Penanganan Hasil Perairan Sabtu, 7 Maret 2015 Laboratorium Preservasi Bahan Baku dan Diversifikasi Hasil Perairan Asisten : Ayu Ratih Purnamasari Annisa Rahma Fatmala C34130030 Kelompok 9 DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

description

cara penanganan

Transcript of Penanganan Bulu Babi

  • PENANGANAN FAUNA AKUATIK

    BULU BABI (Diadema spinosa)

    Penanganan Hasil Perairan

    Sabtu, 7 Maret 2015

    Laboratorium Preservasi Bahan Baku dan Diversifikasi Hasil

    Perairan

    Asisten : Ayu Ratih Purnamasari

    Annisa Rahma Fatmala

    C34130030

    Kelompok 9

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Bulu babi adalah kelompok hewan tidak bertulang belakang (avertebrata)

    yang termasuk dalam filum Echinodermata. Hewan ini banyak ditemukan pada

    perairan dangkal dan biasanya terdapat pada padang lamun dan daerah terumbu

    karang. Terdapat kurang lebih 800 jenis bulu babi dari kelas Echinodea yang

    terbagi dalam dua subkelas, yaitu Perischoechinoidea dan Echinoidea. Terdapat

    kurang lebih 84 jenis bulu babi di Indonesia yang berasal dari 31 suku dan 48

    marga (Suharsono 1999).

    Bulu babi dapat dijadikan sumber makanan dengan memanfaatkan

    gonadnya. Beberapa negara maju, seperti Jepang, Amerika, Kanada juga

    menjadikan bulu babi sebagai makanan tambahan. Cara pemanfaatan gonad bulu

    babi adalah dengan memakan langsung, ataupun diolah terlebih dahulu.

    Pengolahan gonad bulu babi di Jepang ada yang difermentasikan terlebih dahulu

    untuk dijadikan neri atau sebagai campuran sushi (Suharsono 1999).

    Bulu babi sebagai hewan dengan pergerakan yang sangat terbatas,

    membuat bulu babi menjadi mudah untuk diburu. Pengambilan bulu babi di alam

    terus dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek kelestariannya, sehingga rawan

    untuk terjadi penurunan populasinya. Penurunan stok bulu babi di alam akan

    semakin cepat jika tingkat eksploitasinya lebih sering dilakukan, karena

    penambahan individu baru (recruitment) dari populasi tersebut tidak sebanding

    dengan pengambilan oleh masyarakat (Suharsono 1999).

    Tujuan

    Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan cara penanganan

    dan preparasi pada bulu babi.

    METODOLOGI

    Waktu dan Tempat

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Maret 2015, pukul 09.00 12.00 WIB di Laboratorium Preservasi Bahan Baku dan Diversifikasi Hasil

    Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

    Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

    Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bulu babi. Alat yang

    digunakan pada praktikum ini adalah pisau bedah stainless steel, talenan, sarung

    tangan, dan wadah plastik.

  • Gambar 1 Prosedur kerja preparasi bulu babi (Diadema spinosum)

    Keterangan : : awal dan akhir proses

    : proses

    Prosedur Kerja

    Setiap kelompok praktikum mengambil sampel bulu babi, satu bilah pisau,

    dan talenan. Sampel tersebut ditimbang, digambar, dan difoto. Bulu babi yang

    masih hidup dapat diambil dengan cara mengambil durinya yang paling panjang

    menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Proses preparasi perlu dilakukan

    pemukulan dengan benda tumpul untuk memecahkan tempurung bulu babi.

    Tempurung yang sudah pecah kemudian diambil dan dipisahkan gonad dan

    jeroannya lalu ditimbang. Diagram alir penanganan fauna akuatik bulu babi dapat

    dilihat pada Gambar 1.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Penanganan fauna akuatik bulu babi (Diadema spinosum) adalah

    penanganan yang dilakukan pada praktikum kali ini. Sampel bulu babi

    dipreparasi dalam keadaan utuh dan tanpa perebusan terlebih dahulu. Bulu babi

    yang telah dipreparasi dipisahkan gonad, jeroan, dan cangkang, kemudian setiap

    bagian tersebut ditimbang. Bagian-bagian bulu babi tersebut memiliki hasil yang

    berbeda. Perbedaan berat masing-masing bagian pada bulu babi dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Berat total Berat cangkang Berat gonad Berat jeroan

  • Tabel 1 Berat masing-masing bagian bulu babi

    Kelompok Berat Total

    (gram)

    Berat Gonad

    (gram)

    Berat Jeroan

    (gram)

    Berat Cangkang

    (gram)

    1 54 6 7 29

    2 72 2 10 34

    3 68 2 17 48

    4 68 3 14 48

    5 77 1 13 47

    6 66 3 13 44

    7 59 7 9 36

    8 72 0,1 16 42

    9 69 3 10 48

    10 76 11 17 42

    11 70 4 18 42

    12 57 6 11 35

    13 77 5 7 48

    14 69 7 11 45

    15 61 3 16 37

    16 47 2 6 29

    Rata-rata 66,375 4,06875 11,5 40,875

    Penanganan terhadap bulu babi dilakukan dengan beberapa preparasi.

    Preparasi bulu babi yang pertama adalah penimbangan bobot utuh bulu babi

    tersebut dengan rata-rata berat total sebesar 66,375 gram. Rata-rata berat gonad

    sebesar 4,06875 gram. Rata-rata berat jeroan sebesar 11,5 gram. Rata-rata berat

    cangkang sebesar 40,875 gram. Preparasi bulu babi tersebut dapat dilihat bahwa

    bagian bulu babi terberat terdapat pada berat total yaitu 66,375 gram dan pada

    cangkang yaitu 40,875 gram. Bagian bulu babi dengan berat terendah terdapat

    pada berat gonad yaitu 4,0687 gram.

    Pembahasan

    Bulu babi memiliki bentuk tubuh bulat dengan duri-duri yang mengelilingi

    tubuhnya. Bulu babi memiliki keunikan dari spesies lain, yaitu gonad yang

    dimilikinya mengandung gizi tinggi. Siahaya (2009) menyatakan bahwa gonad

    bulu babi merupakan makanan bergizi untuk kesehatan tubuh, memperlancar

    metabolisme tubuh, dan dapat menyuburkan organ reproduksi. Penanganan bulu

    babi umumnya hanya dimanfaatkan untuk lauk saat makan dan pembuatan bahan

    pakan. Bulu babi memiliki ukuran yang bervariasi. Toha et al. (2012) menyatakan

    bahwa bulu babi komersil memiliki kisaran ukuran tinggi cangkang 50-61 mm,

    diameter cangkang 86-94 mm, dan berat total 148-331 gram.

    Bulu babi harus ditangani secepat mungkin untuk menghindari

    kemunduran mutunya. Penanganan bulu babi menjadi produk segar harus benar

    dan tepat, karena biota ini sangat sensitif terhadap perubahan habitat, dapat

    mengalami stress dan mengeluarkan cairan gonadnya, sehingga volume gonad

    berkurang dan menurunkan penampakan gonad. Stress akan menyebabkan

    kematian sebelum diolah dan gonad yang dihasilkan berbau busuk. Gonad sulit

    dipisahkan dari cangkangnya, jika pembukaan cangkang tidak tepat dan tidak hati-

  • hati, gonad dapat sobek, terpotong dan hancur sehingga sulit untuk diperoleh

    gonad segar yang utuh dan rapi (Ambarita 2003).

    Bulu babi belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat secara komersial.

    Penelitian yang dilakukan oleh Afifudin et al. (2014), pemanfaatan bulu babi

    hanya sebagai pakan ternak tambahan dan sebagai lauk pauk terutama masyarakat

    pesisir. Hewan ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi terutama dalam

    bagian gonadnya yang merupakan salah satu komoditi ekspor. Bagian bulu babi

    yang dimanfaatkan adalah gonad atau telurnya, baik gonad jantan maupun gonad

    betina. Gonad yang dimiliki bulu babi memiliki kematangan tegantung

    lingkungan dan faktor genetik, bulu babi muda dapat mencapai kematangan

    seksual sekitar 1-2 tahun setelah beralih dari fase larva ke fase juvenil.

    Pemanfaatan bulu babi di Indonesia hanya sekedar menjadi makanan

    untuk dikonsumsi. Nelayan di Indonesia, seperti di Sulawesi, Kepulauan Seribu,

    Lombok, Sumbawa dan wilayah Indonesia timur memanfaatkan bulu babi sebagai

    makanan tambahan. Hasil penelitian Afifudin et al. (2014), gonad bulu babi dapat

    dimanfaatkan sebagai bahan makanan yaitu berupa produk fermentasi

    penggaraman (unishiokara).

    Penanganan bulu babi dengan cara pemisahan gonad, jeroan, dan

    cangkangnya memiliki bobot yang berbeda-beda. Bulu babi memiliki rata-rata

    berat total sebesar 66,375 gram. Berat total bulu babi ini adalah bagian yang

    memiliki bobot terbesar dari bulu babi, karena berat total ini berarti dari bulu babi

    tersebut belum ada yang hilang atau diambil, dengan kata lain bulu babi masih

    dalam keadaan utuh. Bulu babi ini memiliki gonad sebesar 4,06875 gram. Jeroan

    bulu babi ini memiliki berat rata-rata sebesar 11,5 gram, sedangkan cangkangnya

    memiliki rata-rata berat 40,875 gram. Gonad bulu babi memiliki bobot terkecil

    karena gonad dari bulu babi ini sedikit dan keadaan gonad saat dipreparasi sudah

    busuk. Data yang diperoleh dari penanganan bulu babi adalah bobot utuh bulu

    babi sebesar 34 gram. Bobot cangkang sebesar 28 gram. Bobot gonad sebesar 3

    gram. Pernyataan tersebut setara dengan hasil dari praktikum ini, dimana bobot

    utuh bulu babi akan memiliki bobot yang paling besar, dan bobot gonad adalah

    yang paling kecil. Adanya perbedaan bobot ini dikarenakan perbedaan spesies,

    habitat dari bulu babi, serta makanan yang tersedia untuk dikonsumsi oleh bulu

    babi (Ambarita 2003).

    PENUTUP

    Simpulan

    Bulu babi memiliki beberapa bagian, seperti cangkang, jeroan, insang, dan

    gonad. Gonad bulu babi sangat terkenal akan kandungan gizinya yang tinggi,

    sehingga gonad bulu babi banyak dimanfaatkan sebagai makanan untuk

    dikonsumsi. Tingkat kematangan dan berat gonad yang dimiliki bulu babi

    tergantung dari lingkungan atau habitat bulu babi tersebut dan merupakan faktor

    genetik.

  • Saran

    Penanganan bulu babi ini akan lebih bagus jika terdapat beberapa spesies

    dari bulu babi. Perbedaan spesies bulu babi akan menunjukkan perbedaan bagian-

    bagian yang dimiliki bulu babi tersebut. Penanganan bulu babi juga akan lebih

    bagus jika terdapat dua jenis bulu babi, yaitu bulu babi yang masih segar dan bulu

    babi yang sudah busuk, agar bisa terlihat perbedaan dari keduanya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Afifudin I K, Suseno SH, Jacoeb AM. 2014. Profil asam lemak dan asam amino

    gonad bulu babi. JPHPI. 17(1): 60-70.

    Ambarita MTD. 2003. Pengaruh kapur sirih terhadap penanganan bulu babi dan

    kualitas gonad bulu babi (Tripneustes gratilla L) dan (Echinothrix

    calamaris P). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 1(1): 94-105.

    Siahaya DM. 2009. Analisis kandungan asam lemak pada gonad bulu babi

    (Tripneustes gratilla L). Jurnal Ichthyos. 8(2):75-79.

    Toha AH, Pramana A, Sumitro SB, Hakim L, Widodo. 2012. Penentuan jenis

    kelamin bulu babi Tripneustes gratilla secara morfologi. Berkala

    Penelitian Hayati. 17: 211-215.

    Yulianto AR. 2012. Pemanfaatan bulu babi secara berkelanjutan pada kawasan

    padang lamun. [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

  • LAMPIRAN

    Lampiran 1 Dokumentasi preparasi dan pengambilan bagian-bagian bulu babi

    Bulu babi utuh Penimbangan bulu babi utuh Pembelahan bulu babi

    Penimbangan jeroan Penimbangan gonad Penimbangan cangkang