PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN...

88
PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DOUBLE MOVEMENT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Badru Zaman NIM: 1112034000057 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Transcript of PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN...

Page 1: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE DOUBLE MOVEMENT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Badru Zaman

NIM: 1112034000057

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE DOUBLE MOVEMENT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Badru Zaman

NIM: 1112034000057

Pembimbing:

Eva Nugraha, MA.

NIP: 19710217 199803 1 002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 3: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-

QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DOUBLE MOVEMENT telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 23 May 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir.

Jakarta, 23 Mei 2018

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota,

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA NIP. 19711003 199903 2 001

NIP. 19680618 199903 2

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Ahmad Rifki Muchtar, MA M. Anwar Syarifuddin, MA

NIP. 1969 0822 0822 199703 NP. 19720518 199803 1 003

Pembimbing,

Eva Nugraha, MA

NIP. 19710217 199803 1 002

Page 4: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

LEMBAR PERNYATAAN

Yang Bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Badru Zaman

NIM : 1112034000047

Program Studi : Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, April 2018

Badru Zaman

Page 5: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

i

ABSTRAK

BADRU ZAMAN

PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE DOUBLE MOVEMENT

Perbuatan olok-olok di dalam al-Qur‟an banyak menggunakan asal kata

yakhūdhu dan yastahziū yang mengartika olok-olok, memasuki pembicaraan yang

batil, mengejek mencemooh dan menjadikan bahan tertawaan. Allah di dalam al-

Qur‟an melakukan olok-olok terhadap orang-orang Kafir dan Munafik dengan

membiarkan mereka dalam kesesatan. Olok-olok di dalam al-Qur‟an banyak

jenisnya dan tujuan yang diolok-olok pun sama banyaknya, baik olok-olok kepada

Allah, olok-olok yang dilakukakan kepada Nabi terdahulu, olok-olok terhadap

azab, olok-olok terhadap Nabi Muhammad dan olok-olok terhadap ayat al-Qur‟an.

Perbuatan yang dilakukan sebagai olokkan pada saat dahulu berbentuk perkataan

dengan cara ejekan dan senda gurau.

Al-Qur‟an telah banyak memberikan penjelasan bagaimana seorang Muslim

harus bersikap baik secara implisit dan explisit ketika terjadi olok-olok terhadap

al-Qur‟an dan tidak secara jelas memaparkan bagaimana situasi dan kondisi pada

saat terjadinya olok-olok saat itu. Maka diperlukan untuk menyusun ayat-ayat

yang berkaitan tentang olok-olok sesuai dengan tartib nuzūl ayat, agar dapat

menemukan makna dari ayat tersebut dan dilihat pula asbābun nuzūl dari masing-

masing ayat agar terlihat subjek, predikat, objek dan kodisi saat ayat itu turun.

Penulis menggunakan metode Double Movement untuk memahami teks

secara menyeluruh dengan melihat latar belakang historis dari ayat-ayat tersebut,

dengan gerakan pertama yakni mengumpulkan ayat-ayat tentang olok-olok

terhadap al-Qur‟an dan melihat kondisi saat ayat tersebut turun, langkah

selanjutnya ialah dengan menggeneralisasikan dari masing-masing ayat tersebut

agar menemukan makna idea moral dari masing-masing ayat dan setelah itu baru

menggeneralisasikan semua ayat untuk mendapatkan makna universal. Pada

gerakan kedua ialah dengan mengaplikasikan hasil dari makna universal yang

didapat dari gerakan pertama ke masa sekarang dengan melihat situasi dan kondisi

yang terjadi pada masa saat ini.

Page 6: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

ii

KATA PENGANTAR

AlhamdulillahirrabilA‟lamin

Segala puji penulis sampaikan kehadiirat Allah SWT pencipta alam

semesta yang telah memberikan berjuta-juta nikmat. Kepada-Nya penulis

mengadu di saat hati dan pikiran mulai lelah, bingung dan bimbang ketika

menyelesaikan penelitian ini.

Shalawat Ma‟a Sallam penulis haturkan kepada Manusia Sempurna

Muhammad SAW, sang pencerah ilmu pengetahuan, semoga kita termasuk

umatnya yang istiqamah mengikuti perintahnya, dan mendapatkan syata‟at

darinya pada hari kiamat kelak.

Penulisan skripsi ini menjadi awal dari langkah untuk melanjutkan

ketingkat yang lebih tinggi. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

Bapak dan Mamah tercinta, H. Saibih Marzuki dan Hj. Mulyani Mukhlis, orang

tua yang selalu mendoakan, memberikan motivasi, semangat, materi dan

mendukung anak-anaknya untuk terus semangat dalam menggapai cita-cita dan

memberikan kasih sayangnya selama ini kepada penulis. Anak yang hebat terlahir

dari ibu dan bapak yang hebat pula. Semoga Allah memberikan nikmat sehat,

nikmat panjang umur, serta keberkahan di dalamnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih

banyak kekurangan dan keluhan yang di miliki pada diri penulis. Namun berkat

bantuan dan dorongan dari semua pihak, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung, besar atau kecil dan tidak ada kata lain untuk mereka selain

ucapan “terimakasih” semoga Allah SWT membalas semua jasa-jasa mereka

sehingga tercapailah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis

mengungkapkan ucapan Terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajaranya.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur‟an

dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd, selaku Sekertar

Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Eva Nugraha, MA, selaku dosen pembimbing kedua yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengoreksi

skripsi ini di saat penulis sedang kebingunan dalam pembahasan skripsi

ini. Dan terimakasih pula kepada Bapak Anwar Syarifuddin, MA, yang

Page 7: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

iii

telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis agar

terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Harun Rasyid M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

banyak membimbing penulis dari semester satu hingga selesai. Juga

kepada bapak Muhammad Zuhdi Zaini M selaku dosen hadis yang banyak

meluangkan waktunya untuk berdiskusi.

6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir yang telah mengajarkan

dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan

berlangsung. Semoga Allah SWT memberikan imbalan serta pahala yang

berlipat ganda atas ilmu yang telah di berikan selama ini.

7. Para teman-teman dan sahabat satu jurusan Tafsir Hadis 2012, terutama

kepada TH B angkatan 2012, dan teman-teman kosan Bunin yang telah

mewarnai kehidupan penulis selama kuliah, terimakasih atas

kebersamaannya selama di dunia perkuliahan. Semoga kita selalu di

berikan kesehatan, dan kesuksesan, amin.

8. Kepada keluarga yang selalu men-suport penulis agar ticiptanya karya ini,

Adik Makbullah S.SoS, dan Adik Badriyah serta Kakek, Nenek, Ncang,

Ncing, juga sepupu-sepupu yang telah banyak memberikan semangat,

motivasi. Semoga Allah memberikan nikmat panjang umur, nikmat

kesehatan dan keberkahan selalu kepada mereka semua. Aamiin.

Akhirnya penulis menyadari dengan keterbatasan wawasan yang penulis

miliki, dengan referensi dan rujukan-rujukan lainya yang belum terbaca dan

menjadikan skripsi ini jauh dari kesempurnan. Namun, penulis telah berupaya

dengan semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas akhir ini sesuai dengan

kemampuan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca daik sedikit banyaknya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan

keberkahan dan membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta

membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Āmīn

Jakarta,17 April 2018

Hormat saya

Badru Zaman

NIM. 1112034000057

Page 8: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

PEDOMAN TRANSLITASI ....................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...........................................6

C. Tujuan Penelitian......................................................................7

D. Manfaat Penelitian....................................................................7

E. Kajian Pustaka..........................................................................8

F. Metode Penelitian.....................................................................9

G. Metode Penulisan……………………………………….........…..10

H. Sistematika Penulisan..............................................................11

BAB II BIOGRAFI FAZLUR RAHMAN DAN TEORI DOUBLE

MOVEMENT.............................................................................................. 13

A. Biografi Fazlur Rahman.......................................................... 13

1. Riwayat Hidup............................................................ 13

2. Pemikiran Keagamaan Fazlur Rahman.......................... 16

a. Periode Awal.................................................... 16

b. Periode Tengah................................................. 17

c. Periode Akhir.................................................... 18

B. Kara-karya Fazlur Rahman...................................................... 20

C. Teori Double Movement Fazlur Rahman................................... 23

D. Contoh Aplikasi Teori Dobele Movement.................................. 27

Page 9: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

v

BAB III AYAT-AYAT OLOK-OLOK DALAM AL-QUR’AN.........… 31

A. Pengertian Olok-Olok............................................................. 31

B. Ayat Olok-Olok...................................................................... 32

C. Klasifikasi Ayat Olok-Olok...................................................... 34

D. Asbab an-Nuzul Ayat Olok-Olok dalam al-Qur‟an..................... 38

E. Bentuk Perolok-Olokkan......................................................... 41

F. Sikap Terhadap Tindakan Olok-Olok........................................ 43

G. Pengertian Majelis................................................................... 44

BAB IV PENAFSIRAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG

OLOK-OLOK DALAM AL-QUR’AN DENGAN MENGUNAKAN

METODE DOUBLE MOVEMENT.............................................................. 47

A. Aplikasi Penafsiran Metode Double Movement.......................... 47

a) Langkah Pertama dari Gerakan Kedua...................................... 47

Ayat Olok-Olok dalam al-Qur‟an............................................. 48

b) Langkah Kedua dari Gerakan Pertama....................................... 53

B. Gerakan Kedua Pada Masa Saat Ini.......................................... 56

a. Kondisi Saat Ini dan Jenis Olok-Olok Saat Ini........................... 56

C. Tabel Perbandingan dan Persamaan Penafsiran Olok-Olok..........61

BAB V PENUTUP.............................................................................. 69

A. Kesimpulan............................................................................... 69

B. Saran ........................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman

pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman

Akademik Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

a. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H ha dengan garis di bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis di bawah ص

D de dengan garis di bawah ض

T te dengan garis di bawah ط

Page 11: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

vii

Z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap ´ ع

kanan

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ء

Y Ye ي

b. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,

terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau

diftong. Untuk vocal tunggal, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

Page 12: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

viii

I Kasrah

U Dammah

Ada pun untuk vokal rangkap, ketentuan alihaksaranya adalah

sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal Latin Keterangan

ي Ai a dan i

و Au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alihaksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

â a dengantopi di atas ى ا

î i dengantopi di atas ى ي

û u dengantopi di atas ىو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti

huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-

rijâl, al-diwân bukan ad-diwân.

Syaddah(Tasydîd)

Page 13: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

ix

Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab

dilambangkan dengan sebuah tanda ( ), dalam alihaksara ini

dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang

diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang

menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh

huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darûrah

melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku

jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2).

Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menja dihuruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No TandaVokal Latin Keterangan

Tarîqah طريقة 1

al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2

Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam alihaksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan

mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan

Page 14: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

x

(EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat,

huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting

diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan

Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat

diterapkan dalam alihaksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak

miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu

ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alihaksaranya.

Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin

al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânirî.

Page 15: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW, untuk semua umat manusia di bumi dan bertujuan untuk

mengatur kehidupan manusia serta menjadi sebuah pedoman yang harus diikuti.

Al-Qur‟an diyakini mempunyai nilai sakralitas yang sangat tinggi bagi

pemeluknya dan juga difahami sebagai kitab yang sangat suci karena Allah yang

menurunkan dan memeliharanya maka tidak ada keraguan di dalamnya, hal ini

sebagaimana terekam dalam al-Qur‟an surat al-Hijr[15]: 9:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya

Kami benar-benar memeliharanya

Selain dijaga akan kemurnian isinya, Al-Qur‟an mengokohkan ajaran-

ajaran terdahulu yang dibawa oleh agama-agama samawi, seperti iman kepada

Allah SWT, iman kepada Rasul, membenarkan adanya hari pembalasan, dan

berkewajiban untuk menegakkan kebenaran dengan berakhlak mulia. Senada

dengan itu, Prof. Dr. A. Baiquni menyatakan bahwa al-Qur‟an ialah wahyu Allah

dan bukanlah buatan manusia yang isinya dengan tepat menyatakan apa-apa yang

ada di bumi, walaupun sudah melewati berabad-abad sesudahnya, kebenarannya

tetaplah benar baik melalui pengembangan sains dan teknologi sekalipun.1

1A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Moderen (Bandung: Pustaka, 1983), h. 78.

Page 16: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

2

Penyembahan (ibadah) kepada Allah, merupakan sikap ketaatan manusia

terhadap ajaran-Nya dan Al-Qur‟an mengajarkan kepada manusia untuk menjaga

hubungan kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Karena Allah

mengetahui bahwa sifat manusia selalu berkaitan dengan kebutuhan, baik bersifat

jasmani ataupun bersifat rohani.2

Manusia adalah makhluk sosial yang tak dapat terlepas dari kehidupan

bersama manusia lainya. Karena dengan sendirinya, manusia tersebut selalu

memasyarakatkan dirinya melebur dalam kehidupan bersama. Maka apapun yang

dibuatnya akan dapat mempengaruhi dan mempunyai makna bagi masyarakat

pada umumnya. Dan sebaliknya apapun yang terjadi di masyarakat akan dapat

mempengaruhi terhadap perkembangan pribadi setiap individu yang ada di

dalamnya.3

Agama Islam sebagai ajaran universal tidak menafikkan kepada

penganutnya untuk menjalin hubungan kemanusiaan dengan agama lain. Islam

mengajarkan untuk menjunjung tinggi hak-hak terhadap manusia, bahkan

terhadap hak-hak non-Muslim,4 yang berada di dalam kekuasaan Islam sekalipun.

5

Karenanya, hubungan yang dianjurkan kepada setiap muslim terhadap non-

Muslim pada dasarnya adalah cinta damai, terkecuali saat munculnya pemaksaan

dan pelanggaran yang dapat memicu kontroversi pada kedua belah pihak.

2Hudzaifah Ismail, Tadabbur Ayat-Ayat Motivasi (Jakarta: PT Elek Media Komputindo

Kelompok Gramedia, 2010), h. 4. 3Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994) h.51.

4Dalam kajian sosiologi, non-Muslim adalah mereka yang berada di luar agama Islam.

Termasuk kategori ini adalah mereka yang memeluk agama Katolik, Hindu, Budha, Yahudi,

Konghucu, Sinto dan agama-agama lainya. Dapat dilihat pada Makalah Nikah Beda Agama, h. 4.

Dari Skripsi Ai Popon Fatimah, “Salam Terhadap non-Muslim Persepektif Hadis”, h. 3 5Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan partisipasi politik di

Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,tt) h.159.

Page 17: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

3

Saling menghargai dan menghormati atas kepercayaan orang lain yang

menyambah selain Allah dan ini sangat dianjurkan dalam semua agama.

Sebagaimana Allah memerintahkan dalam QS. al-An‟ām[6]: 108:

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah

selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui

batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat

menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah

kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu

mereka kerjakan.

Sebelum ayat ini turun, orang-orang muslim memiliki kebiasaan mencaci-

maki berhala yang disembah kaum kafir, sehingga membuat orang-orang kafir

kemudian menampakkan reaksi balasan dengan mencaci-maki Allah sebagai

Tuhan kaum muslim. Maka turunlah ayat ini yang memberikan perintah larangan

kaum muslim untuk mencaci-maki sesembahan orang-orang kafir.6

Al-Rāzī menjelaskan bahwa sesungguhnya menghormati pilihan

keyakinan golongan lain terhadap tuhan mereka adalah bagian dari dasar-dasar

ketaatan seorang muslim terhadap tuhannya. Hal ini berlaku juga sebaliknya

ketika orang-orang non-Muslim memperolok-olokkan ayat-ayat Allah, maka di

situlah bentuk ketaatan seorang muslim terhadap tuhannya dengan bentuk

pembelaanya.7

Islam menekankan kapada umatnya untuk menghargai agama lain dan

tidak membolehkan mencaci-maki sesembahan agama lain. Wahbah al-Zuhailī

6A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur‟an (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002), h. 381-382. 7Fakhr al-Dīn al-Rāzī, Bi Tafsir al-Kabīr Mafatih al-Ghaib, Juz 12, h. 148.

Page 18: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

4

menambahkan, sekalipun dalam makian tersebut mengandung maslahat, namun

itu hanya saja akan mengakibatkan mafsadat (kerusakan) yang lebih besar dari

itu.8 Kerusakan yang dimaksud ialah balasan makian yang di lakukan oleh orang-

orang musyrik terhadap Tuhan kaum mukmin.9 Jadi, maslahat dari larangan

memaki Tuhan orang lain adalah terhindarnya makian terhadap Tuhan kaum

muslim.

Al-Qur‟an telah melarang untuk mencaci sesembahan agama lain, karena

sesungguhnya ketika mereka akan membalasnya melebihi dari apa yang kaum

muslim katakan terhadap mereka. Namun bagaimana jika sebaliknya, yakni jika

ayat-ayat al-Qur‟an yang diperolok-olokkan oleh kelompok non-Muslim, maka

yang harus dilakukan ialah harus adanya sikap pembelaan kaum muslim terhadap

sikap mereka.

Namun ketika non-Muslim menegaskan pendapatnya terhadap al-Qur‟an

dan mencoba untuk menafsirkan untuk membarengkan (menyamakan) teori

filsafat dengan al-Qur‟an dan tidak menemukannya, banyak dari mereka ketika

mendengar ayat-ayat al-Qur‟an dibacakan kepada mereka, namun sebagian dari

mereka memperolok-olokkan ayat-ayat al-Qur‟an.10

Perbuatan olok-olok telah terjadi sejak masa turunnya ayat al-Qur‟an

bahkan sebelumnya pun terdapat olok-olokkan terhadap Nabi-Nabi terdahulu dan

perbuatan olok-olok terhadap al-Qur‟an terus berlanjut hingga pada masa saat

sekarang ini selalu berbagai bentuk ucapan atau tindakan.

8Wahbah al-Zuhailī, Tafsir al-Munīr: Aqidah, Syariah, Manhaj, Juz 5, h. 325.

9 Abu al-Fida Isma‟il Ibn Kasīr ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, Juz 7, h. 472.

10Ignaz Goldziher,Mazhab Tafsir dari Aliran Klasik Hingga Moderen (Yogyakarta:

eLSAQ Press, 2006), Cet. III, h. 84.

Page 19: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

5

Beberapa contoh yang terjadi pada masa sekarang, seperti pernyataan Ade

armando yang dikutip merdeka.com dari madinaonline, selasa (7/7/2018), Ade

menyebut tidak ada satupun ayat al-Qur‟an yang mengharamkan LGBT, lewat

akun Twitter @adearmando1 berkata “ Ayat-ayat yang selama ini digunakan

sebagai rujukan pengharaman LGBT adalah ayat-ayat al-Qur‟an yang bercerita

tentag azab Allah terhadap umat Nabi Luth (al-Naml[27]: 54-58; Hud[11]: 77-83;

al-A‟raf[7]: 80-81; al-Syurā[26]: 160-175). Kaum tersebut digambarkan sebagai

kaum yang melakukan pembangkangan dan kedurhakaan, termasuk prilaku seks

yang di luar batas dan keji, memang ada ayat yang menjelaskan bahwa salah satu

perilaku seks yang dihujat oleh Nabi Luth adalah perilaku seks gay. Namun sangat

mungkin yang sebetulnya dihujat sabagai perbuatan keji bukanlah perilaku seks

sesama jenis melainkan praktek sodomi (yang diwakili oleh misalnya istilah al-

fihāsyah atau ta‟hisyah dalam al-A‟raf[7]: 8).”11

Melalui permasalahan yang terjadi, maka penulis akan mencoba

memaparkan macam-macam olok-olok yang dilakukan oleh kaum Quraisy

terdapat di dalam al-Qur‟an. Fokus skripsi ini bagaimana cara menyikapinya dan

analisis yang dilakukan penulis dalam skripsi ini mencoba untuk menariknya ke

konteks kekinian, ketika perbuatan olok-olok itu seoloh-oloh terjadi pada masa

sekarang. Penarikan analisis kekinian dilakukan dengan menggunakan metode

Double Movement12

hasil pemikiran Fazlur Rahman.13

Maka dari permasalahan di

11

M. Agil Aliansyah, “Ade Armando 2 kali tersandung kasus penistaan agama”, diakses

pada 19 Januari 2018 dari https://m.merdeka.com/peristiwa/ade-armando-2-kali-tersendung-kasus-

penistaan-agama.html.

12 Metode Double Movement atau yang di kenal dengan metodologi tafsir sistematis,

sebuah rumusan metodik yang menggabungkan pendekatan sosio-historis dan menekankan

perbedaan antara tujuan atau “ideal moral” al-Qur‟an dengan ketentuan legal spesifiknya. “Ideal

moral” yang dituju oleh al-Qur‟an lebih pantas untuk diterapkan ketimbang ketentuan legal

spesifiknya. Atau disebut juga sebagai metode interpretasi gerak ganda yang dimaksud di mulai

dari situasi sekarang ke masa al-Qur‟an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. Lihat

Page 20: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

6

atas, penulis tertarik untuk mengajukannya ke dalam skripsi dengan judul

“PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE DOUBLE MOVEMENT”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman perbuatan olok-olok terhadap ayat-

ayat al-Qur‟an dari masa ketika diturunkanya hingga saat sekarang ini olok-olok

sering terjadi baik dari kalangan Kafir ataupun kalangan Muslim sendiri, maka

dari itu penulis ingin menggali lebih dalam makna arti sesungguhnya dari

perbuatan olok-olok tersebut. Sebagaimana dijelaskan di atas, maka penulis

mempunyai keinginan untuk mencoba mencari makna sesungguhnya dari

tindakan olok-olok yang terdapat di dalam al-Qur‟an khususnya olok-olok

terhadap ayat al-Qur‟an dan bagaimana menyikapinya ketika itu terjadi pada masa

sekarang. Tujuan penggunaan kata diperolok-olok dan senda gurau di dalam al-

Qur‟an dan mencoba untuk melihat tujuan dari turunnya ayat-ayat tersebut dengan

kembali ke masa turunya ayat dan dikembalikan lagi ke masa sekarang. Karena

dari beberapa jenis penelitian yang penulis lihat, belum ditemukan penelitian yang

membahas tentang penafsiran olok-olok terhadap al-Qur‟an menggunakan metode

double movement. Alasan penulis menulis skripsi ini ialah karena ingin

mengetahui makna dan perintah sesungguhnya dari tindakan olok-olok terhadap

ayat-ayat al-Qur‟an, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana penggunaan

kata olok-olok ketika turunnya ayat al-Qur‟an dan apa saja yang diperolok-olok

Sibawaihi, Hermeneutika Al-Qur‟an Fazlur Rahman, cet. Ke-1 (Yogyakarta dan Bandung:

Jalasutra, 2007), h.52. 13

Fazlur Rahman merupakan tokoh intelektual Muslim kontemporer asal Pakistan yang

berkontribusi dalam khazanah pemikiran Islam. Salah satu karyanya ialah mencetuskan metode

baru dalam menafsirkan ayat al-Qur‟an dan hadis, yaitu metode double movement, Lihat Taufik

Adnan Amal, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam Fazlur Rahman (Bandung: Mizan,

1994), h. 13.

Page 21: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

7

ketika itu dan bagaimana cara menyikapinya, baik pada masa turunya al-Qur‟an

sampai pada masa saat ini.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk :

1. Menguraikan ayat-ayat yang berkaitang tentang olok-olok dan senda gurau

dalam al-Qur‟an dengan melihat tujuan dari ayat tersebut.

2. Menjelaskan pengertian makna olok-olok pada masa turunnya al-Qur‟an

dan merealisasikannya masa saat ini.

3. Memberikan penjelasan sikap Muslim saat ini ketika terjadinya olok-olok

terhadap ayat-ayat al-Qur‟an seharusnya sama dengan sikap yang tertera di

dalam al-Qur‟an dengan melihat situasi dan kondisinya masing-masing,

agar tercipta tindakan terhadap pengolok-olok yang sesuai dengan

ketentuan al-Qur‟an.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Menjadi bahan informasi bagi kaum muslim, mengenai olok-olok yang

terdapat di dalam al-Qur‟an dengan melihat tujuan pada masa Qur‟an dan

pada masa saat ini.

2. Menambah khazanah keilmuan, khususnya dalam bidang tafsir dengan

menerapkan metode double movement terhadap ayat olok-olok untuk

mengetahui dan menunjukkan bahwa olok-olok tidak hanya dilakukan oleh

orang Kafir namun pada saat ini umat Muslim lebih banyak melakukan

olok-olok.

Page 22: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

8

E. Kajian Pustaka

Untuk mencapai suatu hasil penelitian ilmiah, diharapkan data-data yang

digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat menjawab secara komprehensif

terhadap masalah yang ada. Untuk menghindari kesamaan penulisan dari karya

tulis lain, maka penulis melakukan tinjauan pustaka atas beberapa karya tulis yang

membahas tema yang sama atau mempunyai kemiripan dengan yang dibahas

penulis, di antaranya:

1. Tesis, Faridah (NIM:12.402.1.005) IAIN Surakarta, 2016. Berjudul

“Konsepsi Pelecehan Terhadap Ayat dalam Surat Al-Jatsiyah:7-11 dan

Surat At-Taubah: 64-66 (Studi Komparatif Antara Fi Zhilalil Qur‟an dan

al-Azhar)”. Dalam Tesis ini menjelaskan konsepsi pelecehan terhadap ayat

menurut Sayyid Quthb dan Buya Hamka dan perbedaan dari keduanya

dalam membahas lafal pelecehan terhadap ayat termasuk pelanggaran

akidah. 14

2. Jurnal lain yang di tulis oleh Harda Armayanto, “ Etika Al-Qur‟an

Terhadap Non-muslim,” Jurnal Tsaqafah Vol 9. No. 2, November 2013.

Jurnal ini berisi menjelaskan etika al-Qur‟an terhadap non-Muslim, ketika

agama Islam di tuduh dan dilecehkan oleh para orientalis. Sebagaimana

yang dilakukan oleh Robert Morey dalam karyanya Islamic Invasion yang

ditunjukkan untuk melecehkan agama Islam.15

14

Faridah, Konsepsi Pelecehan Terhadap Ayat dalam Surat Al-Jatsiyah:7-11 dan Surat

At-Taubah: 64-66 (Studi Komperatif Antara Fi Zhilalil Qur‟an dan al-Azhar) (Surakarta: Tesis

IAIN Surakarta, 2016). 15

Harda Armayanto Etika Al-Qur‟an Terhadap Non-Muslim (Jurnal TSAQAFAH,

November, 2013), vol. 9. No. 2.

Page 23: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

9

Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada penelitian yang menulis secara

khusus tentang penafsiran mufasir terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan

dengan pengolok-olok dan senda gurau terhadap ayat-ayat al-Qur‟an dengan

menggunakan pendekatan metode Double Movement Fazlur Rahman. Dengan

demikian, apa yang diupayakan oleh penulis ini bukan merupakan suatu

pengulangan dari apa yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh penulis lain.

F. Metode Penelitian

Pembahasan dalam penyusunan skripsi ini menggunakan model penelitian

kualitatif yaitu metode penelitian dengan teknik pengumpulan data secara

gabungan dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan kepada data yang

sebenarnya dan pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.16

Adapun dalam pengumpulan data, penulis menggunakan jenis penelitian

kepustakaan (Library Research), dengan mengumpulkan data-data dan menelaah

sejumlah referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

Adapun data primernya penulis menggunkan al-Qur‟an dan terjemahnya, buku

karya Fazlur Rahman Islam dan Modernitas: Tantangan Transformasi Intelektual,

terjemahan oleh Ahsin Muhammad yang membahas metode double movement

secara meyeluruh dan buku-buku lainya yang berkaitan membahas metode double

movement. Dan kitab-kitab tafsir seperti: Jāmi‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl Al-Qur‟an karya

at-Thabari,17

al-Tafsīs al-Kabir wa Mafātih al-Gaib karya Fakhr al-Dīn ar-Rāzi,18

16

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2013) ,h. 9.

17 Tafsir Jāmi‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl Al-Qur‟an merupakan karya yang di anggap oleh

mayoritas ulama sebagai kitab tafsir pertama dalam sejarah penulisan kitab-kitab tafsir. Kitab tafsir

ini terdiri dari 30 juz, aslinya lebih dari 30.000 halaman. Lihat: Departemen Agama, Muqaddimah

al-Qur‟an, Op, Cit, h. 165.

Page 24: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

10

Fi Zhilalil Qur‟an karya Sayyid Quthb,19

tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, 20 al-

Misbah karya M. Quraish Shihab,21

untuk membandingkan dengan penafsiran

menggunakan metode double movement.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yakni dengan

mendeskripsikan data-data yang ada kemudian menganalisanya secara

proposional, dan komprehensif dengan pendekatan komparatif, sehingga akan

menampakkan perbedaan yang ada dan jawaban atas persoalan yang berhubungan

dengan inti dari permasalahan serta menghasilkan hasil yang valid.

G. Metode Penulisan

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kritik melalui pendekatan hermeneutik, dengan cara mengumpulkan data

yang berkaitan dengan masalah yang di teliti, kemudian mendeskriptifkan

sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas yang ada.

Dengan penelitian kepustakaan (Library Research), sehingga data yang diperoleh

adalah berasal dari kejadian teks atau buku-buku yang relevan dengan pokok atau

18

Tafsir ini menggunakan metode tahlilī yakni menafsirkan ayat perayat dan surat demi

surat secara beruntun sesuai mushaf „Usmāni. Lihat Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy,

Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2011), h. 59 19

Tafsir Fi Zhilāl al-Qur‟an merupakan suatu kitab tabsir yang kuat akan gambaran

artistik di dalamnya dan ini merupakan ciri khas utama uslub (ungkapan) al-Qur‟an. Lihat: Sayyid

Quthb, Tafsir fi Zhilāl al-Qur‟an, jilid 1(Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 15. 20

Tafsir al-Azhar dilihat dari urutan suratnya menggunakan tartib nuzul atau bisa disebut

juga menggunakan metode tahlilī. Sumber penafsirannya menggunakan sumber bi al-ra‟yi, karena

beliau menggunakan pendapat-pendapat beliau sendiri dalam tafsir ini dan corak yang di gunakan

ialah adabi ijtima‟i. Lihat: Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia (Ciputat: Mazhab Ciputat,

2013), h. 186-188. 21

Tafsir al-Mishbah menggunakan motode tahlilī, selain itu penafsiran yang dilakukan

M. Quraish Shihab berdasarkan pada pemikiran beliau. Sehingga tafsir ini merupakan karya

tafsirbi al-ra‟yi dengan corak adabi ijtima‟i. Lihat: Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 278-

282.

Page 25: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

11

rumusan masalah di atas.22

Saya mengacu kepaa buku pedoman Akademik

Program Stara 1 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan menggunakan

translitasi Romanisasi Standar Arab (Romanization of Arabic) yang pertama kali

diterbitkan tahun 1991 dari America Library Association (ALA) dan Library

Congress (LC).

H. Sistematika Penulisan

Adapun penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang saling keterkaitan bab

yang satu dengan yang lainya.

Bab I adalah pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah

munculnya penelitian ini beserta perdebatan akademik seputar perubahan sosial,

setelah itu permasalahan itu diidentifikasi, dibatasi serta dirumuskan, kemudian

disrtakan pula tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Selain itu tinjauan pustaka

dilakukan dengan tujuan mengetahui posisi penelitian, ini diantara studi-studi

lainya, begitupun dengan penjelasan mengenai metode penelitian yang dipakai

untuk menyelesaikan penelitian ini. Dan pembahasan terakhir, yaitu penjelasan

mengenai sistematika pembahasanya.

Bab II mendeskripsikan biografi Fazlur Rahman dan pemikirannya dalam

lintas sejarah kehidupanya dan menjelaskan metode double movement.

Bab III memaparkan tentang ayat-ayat olok-olok dalam al-Qur‟an dengan

menjelaskan pengertian olok-olok dan memaparkan bentuk perolok-olokkan dan

sedikit pengertian majelis.

22

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), h. 9

Page 26: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

12

Bab IV penerapan aplikasi metode double movement Fazlur Rahman

dalam penafsiran olok-olok terhadap al-Qur‟an, dengan menjelaskan langkah

pertama dari gerkan pertama dan langhak kedua dari gerkan pertama, dilanjutkan

dengan aplikasi gerakan kedua dan membandingkan dengan penafsiran para

mufasir.

Bab V bab ini adalah bab penutup, yang terdiri dari kesimpulan yang

menjawab dari rumusan masalah yang telah penulis sebutkan di belakang dan di

akhiri dengan saran-saran.

Page 27: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

13

BAB II

BIOGRAFI FAZLUR RAHMAN DAN TEORI DOUBLE MOVEMENT

A. Biografi Fazlur Rahman

1. Riwayat Hidup

Fazlur Rahman dilahirkan pada 12 September 1919, di sebuah daerah

bernama Hazara ketika India belum pecah menjadi dua negara, daerah tersebut

sekarang terletak disebelah barat laut Pakistan, dan ia meninggal pada tanggal 26

Juni 1998 M di Chicago, Ilinois.1 Rahman terlahir dalam keluarga „alim dan

tergolong taat beragama. Rahman dibesarkan dalam keluarga dengan tradisi

madzhab Hanāfi, sebuah madzhab Sunnī yang bercorak rasional dibandingkan

dengan tiga madzhab Sunnī lainya yaitu Syāfi‟ī, Mālikī dan Hanbalī.2

Pada tahun 1933, ketika genap berusia 14 tahun, Fazlur Rahman dibawa ke

Lahore dan memasuki sekolah moderen, namun malamnya tetap mendapat

pelajaran agama Islam secara tradisional di rumahnya, di bawah bimbingan sang

ayah. Pada tahun 1940, Rahman mendapatkan gelar Bachelor of Arts (B.A) dalam

bidang bahasa Arab pada Universitas Punjab. Dua tahun kemudian yakni pada

tahun 1942 ia memperoleh gelar Master of Arts (M.A) dalam bidang dan di

universitas yang sama dengan memperoleh penghargaan yang tinggi.3

Pengembaraan intelektualnya tidak hanya berhenti sampai disini. Baginya,

Perguruan tinggi di Anak Benua India masih bersifat formalistik- akademik,

1 Ebrahim Moosa, “Introduction,” dalam Fazlur Rahman, Revival and Reform in Islam: A

Study of Islamic Fundamentalism (Oxford: Oneworld, 2003), h.1. 2 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran Hukum

Fazlur Rahman (Bandung: Mizan, 1996), h.79. 3 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran Hukum

Fazlur Rahman (Bandung: Mizan, 1996), h. 80.

Page 28: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

14

sehingga kurang berbobot secara intelektual. Demikian pula dengan perguruan

tinggi di Timur Tengah, menurutnya, sama dengan perguruan tinggi di Anak

Benua India yang dalam kajian Islam, semangat kritisnya amat rendah.4 Akhirnya

ia memutuskan melanjutkan studinya ke Inggris. Langkah ini merupakan

keputusan yang sangat berani, karena pada saat itu hingga dewasa ini terdapat

anggapan umum jika seorang Muslim pergi ke Barat untuk belajar Islam itu

dianggap hal yang aneh, dan jika memang ada yang mengambil langkah semacam

itu; maka ia tidak akan diterima kembali di negri asalnya.5

Pada tahun 1946, Fazlur Rahman melanjutkan studinya di Universitas

Oxford. Di Universitas terkenal ini, selain mengambil dan mengikuti kuliah-

kuliah formal, ia giat dalam mempelajari bahasa Inggris. Penguasaannya terhadap

bahasa tersebut sangat mambantu dalam upayanya memperdalam dan memperluas

wawasan keilmuannya, khususnya dalam bidang studi-studi Islam.6

Rahman menyelesaikan program doktoralnya pada tahun 1949 dengan

disertasi yang berjudul: Avicenna‟s Psychology: An English Translation of Kitāb

al-Najāt, Book II, Chapter VI With Historico-Philosophical Notes and Textual

Improvements on The Cairo Edition di bawah bimbingan Profesor S. Van den

Bergh dan H .A.R Gibb.7

4 Hal ini ia ungkapkan dala m bukunya Islam and Modernity: Transformation of an

Intellectual (Chicago: The University of Chicago Press, 1982), h. 117-139. 5 Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran Hukum

Fazlur Rahman (Bandung: Mizan, 1996), h.80. 6 Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h. 81-82.

7 Disertasi ini diterbitkan pertama kali di London pada tahun 1952 oleh penerbit Oxford

University Press, dan dicetak ulang pada tahun 1981 oleh Hyperion Press.

Page 29: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

15

Setelah meraih Doctor of Philosophy (Ph.D) dari Oxford University,

Rahman tidak langsung kembali ke Pakistan yang baru merdeka beberapa tahun

pada saat itu. Akhirnya ia mengajar selama beberapa tahun di Durham University,

Inggris, kemudian di Institute of islamic Studies, McGill University, Kanada, di

mana ia menjabat sebagai Associate Professor of Philoshophy. Di Kanada inilah

Rahman menjalin persahabatan yang erat dengan orientalis kenamaan, W.C Smith

yang saat itu menjabat sebagai Direktur Institute of Islamic Studies University.8

Pada tahun 1960, Fazlur Rahman kembali ke Pakistan membawa misi

memajukan bangsanya di pakistan. Ia pun bergabung dengan lembaga riset Islam

Institute of Islamic research di Karachi yang didirikan oleh presiden Ayyub Khan.

Kemudian pada tahun 1962, Rahman ditunjuk sebagai direktur lembaga riset

tersebut untuk menggantikan Qureshi. Lembaga tersebut bertugas menafsirkan

Islam dalam term-term rasional dan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat medern yang progresif.9

Pada tahun 1964, Rahman diangkat sebagai anggota Advisory Council of

Islamic Ideology (Dewan penasehat Ideologi Islam) Pemerintah Pakistan. Dewan

tersebut bertugas sebagai meninjau seluruh hukum baik yang sudah ada maupun

yang belum ditetapkan, dengan tujuan menyelaraskannya dengan al-Qur‟an dan

Sunnah. Akan tetapi penunjukkan Rahman sebagai pemimpin lembaga tersebut

kurang mendapat respon dari ulama tradisional, mereka menganggap Rahman

sebagai kelompok modernis dan telah banyak terkontaminasi oleh pemikiran-

pemikiran Barat. Namun beberapa pengamat menilai bahwa penolakan kalangan

8 Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h. 82-83.

9 Fazlur Rahman, “Some Islamic Issues in Ayyub Khan Era”, dalam Dr. Abdul

Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LkiS, 2012), h. 91.

Page 30: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

16

ulama tradisional terhadap pemikiran Rahman bersifat politis dimana penolakan

itu sebenarnya ditunjukkan kepada rezim Ayyub Khan yang dipandang sengat

otoriter.10

Melihat kondisi seperti itu, Rahman akhirnya hijrah dari Pakistan. Pada

tahun 1968, Rahman hijrah ke Barat Amerika Serikat, menjadi tenaga pengajar di

Universitas California, Los Angeles pada tahun 1968. Rahman diangkat menjadi

profesor dalam bidang pemikiran Islam di Universitas Chicago pada tahun 1969

dan menetap disana hingga wafat pada 1988.11

2. Pemikiran Keagamaan Fazlur Rahman

a. Periode Awal

Pada era 1950-an, pemikiran Rahman lebih difokuskan pada kajian Islam

historis, belum memberikan perhatian pada kajian Islam normatif. Sebagai contoh

ketika Rahman menyelesaikan program doktoralnya di Oxford University, yaitu

Avicenna‟s Pyschology (1952) dan Avicenna‟s De Anima (1959).

Kajian historis Rahman pada periode ini bisa dikatakan seluruhnya

berkaitan dengan filsafat. Namun, dari beberapa hasil karyanya pada periode ini,

buku Propechy in Islam; Philosophy and Orthodoxy (1958), merupakan karya

orisinil Rahman yang paling penting dalam periode awal ini. 12

10

Ihsan Ali Fauzi, “Mempertimbangkan Neo-Modernisme”, dalam Jurnal Dialog

Pemikiran Islam,Islamika, No. 2, (Oktober-Desember 1993), h. 3. 11

Amiruddin M. Hasbi, Konsep Negara Islam menurut Fazlur Rahman (Yogyakarta:UII

Press 2000), h. 12. 12

Taufiq Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h. 113.

Page 31: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

17

b. Periode Tengah

Tahapan kedua dari perkembangan pemikiran Rahman pada tahun 1960-an

di tandai dengan perbuatan yang radikal. Pada masa ini lebih menanpakkan

dirinya sebagai seorang "orientalis Muslim”, maka pada periode kedua ini

Rahman terlibat secara intens dalam upayanya untuk merumuskan kembali Islam

dalam rangka menjawab tantangan-tantangan dan kebutuhan masyarakat Muslim

kontemporer.

Keterlibatan Rahman dalam arus pemikiran Islam ditandai dengan

dipublikasikan artikelnya dalam jurnal Islamic Studies mulai Maret 1962 hingga

Juni 1963, dan diterbitkan menjadi bentuk buku: Islamic Methodology in History

(1965).

Sebagaimna kalangan modernis pada umumnya, Rahman tampaknya tidak

menyenangi format Islam yang berurat dan berakar di masa lampau sehingga

menafikan kemungkinannya untuk tumbuh dan berkembang. Menurutnya

kebutuhan mengulang perumusan gagasan politik moral, dan cita-cita spiritual

Islam sangat bergantung pada penilaian ulang hadis.

Perhatian utama Rahman dalam periode pertengahan ini adalah

memberikan definisi “Islam” bagi Pakistan. Karena baginya, tujuan Islam adalah

menciptakan suatu tata sosio-moral yang sehat dan progresif. Rahman akhirnya

mengemukakan saranya tentang rekontruksi masyarakat Muslim Pakistan dari

Page 32: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

18

dalam bidang pertahanan, bidang pembangunan, bidang pendidikan, Tugas ulama

dan Teori kenegaraan, dll.13

c. Periode Akhir

Kepindahan Rahman karena mendapat hambatan yang cukup kuat dari

para ulama tradisionalis di Pakistan maka dia memutuskan untuk meninggalkan

negrinya sendiri. Ancaman yang sudah sampai pada tahap sangat

menghawatirkan, Rahman memang tidak dapat menyatakannya secara terbuka.

Namun, ketika “ekspresi kekuatan” telah menggantikan “kekuatan berekspresi”

maka kewajibanya adalah menolak bergabung dan bersepakat dengan situasi

disekitarnya.

Karya-karya intelektual Rahman sejak 1970, yakni sejak kepindahanya ke

Chicago, hampir keseluruhannya kajian Islam normatif ataupun historis

sebagaimana dengan karya-karyanya pada saat berada di Pakistan. Pada periode

ini Rahman berhasil menyusun tiga karya utamanya, yakni:

Pertama: Philosophy of Mullā Shadrā (1975) merupakan kajian historis Rahman

terhadap pemikiran religio-filosofis Shadr Al-Din Al-Syirazi, yang lebih dikenal

sebagai Mullā Shadrā. Di samping itu, tujuan penulisan buku ini adalah untuk

memperkenalkan pemikiran Mulla Shadra secara kritis dan analitis dengan

berpijak pada karya monumental Shadra, Al-Asfār Al-Arba‟ah.

13

Fazlur Rahman, “Some Reflection on the Reconstruction of Muslim Society in

Pakistan”, Islamic Studies, vol.6, no. 2, (1967), h. 103-118.

Page 33: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

19

Kedua: Major Themes of The Qur‟an (1980)14

sebagian isi buku ini merupakan

hasil penulisan ulang Rahman yang di tulisnya ketika menetap di Pakistan dan

setelah kepindahanya ke Chicago.

Pada bagian dalam pendahuluanya, Rahman mengungkapkan bahwa

penulis Muslim dan non-Muslim telah banyak menggeluti bidang penafsiran al-

Qur‟an. Tepati sebagian dari karya-karya mereka, disamping gagal dalam

mengungkapkan pandangan al-Qur‟an yang padu dan melekat tentang alam

semesta dan kehidupan dan tidak mendapatkan manfaatnya bagi orang-orang yang

ingin memahami pandangan al-Qur‟an tentang Tuhan, manusia ataupun

masyarakat. Oleh karena itu tujuan penulisan Major Themes of The Qur‟an adalah

memenuhi kebutuhan yang mendesak akan sebuah pengantar tentang tema-tema

pokok al-Qur‟an.15

Buku ini mencoba menampilkan secara sistematis delapan tema pokok al-

Qur‟an yang ditata dalam urutan berikut ini: Tuhan, Manusia sebagai Individu,

Manusia Anggota Masyarakat, Alam Semesta, Kenabian dan Wahyu, Eskatologi,

Setan dan Kejahatan, serta Lahirnya Masyarakat Muslim. Pada bagian akhir buku

tersebut juga terdapan apendiks tentang situasi religius yang dihadapi oleh

masyarakat muslim di Makkah, Kaum Ahli Kitab, dan mengenai keanekaragaman

agama-agama.

14

Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Anas Mahyudin dan

diterbitkan pertama kali pada 1930 oleh penerbit Pustaka Bandung 15

Rahman, Major Themes, h. 11.

Page 34: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

20

Ketiga: Islam and Modernity; Transformation of an Intellectual Tradition (1982),

merupakan sebuah karya dari proyek riset Universitas Chicago. Penulisanya

dimulai pada tahun 1977 dan selesai pada tahun 1978.

Islam and Modernity dengan jelas menanpakkan betapa hebatnya

pergulatan Rahman dalam menata masa depan Islam dan umatnya. Melihat bahwa

dunia Islam sekarang ini sedang menghadapi krisis dan memiliki implikasi serius

terhadap masa depan Islam, maka Rahman berupaya menelaah kembali akar

kesejarahan krisis tersebut dan menawarkan suatu catak biru bagi transformasi

kehidupan intelaktual Islam kedalam suatu kekuatan kreatif dan vital.16

Inti dari karya kontroversial Rahman ini terletak pada pernyataanya bahwa

para mufasir, sejak abad keemasan Islam hingga sekarang ini, telah keliru dalam

memahami al-Qur‟an dan ajar Nabi yang merupakan respon Ilahi terhadap situasi

kesejarahan yang konkrit dan spesifik. Baginya, jika kaum muslim hendak ingin

keluar dari krisisnya, maka mereka harus kembali pada kedua sumber Islam itu.

Melalui penafsiran yang harus digeneralisasi sebagai prinsip moral yang mampu

menghadapi kondisi masa yang selalu berubah.17

B. Karya-Karya Fazlur Rahman

Karya- karya intelektual Rahaman selama hidupnya menghasilkan karya

yang sangat monumental. Berikut buku-buku yang ditulisnya:

1. Avicenna‟s Psychology (1952) terjemahan Inggris dan suntingan karya

Ibn Sῑnā.

16

Taufiq Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, h. 146. 17

Rahman,Islam and Modernity, h. 1.

Page 35: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

21

2. Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy (1958), teori kenabian

dalam Islam dalam ruang lingkup filsafat dan ortodoks, telah

diterjemahkan dengan judul Kontroversi Kenabian dalam Islam:

Antara Filsafat dan Ortodoksi, terj. Ahsin Muhamad. Bandung,

Penerbit Mizan, 2003.

3. Avicenna‟s De Anima (1959) terjemahan Inggris dan suntingan karya

Ibn Sῑnā.

4. Islamic Metodology in History (1965), membahas tentang peninjauan

kembali Hadῑts secara konstruktif.

5. Islam (1966), menyungguhkan perkembangan umum agama Islam

selama empat belas abad, telah diterjemahkan dengan judul Islam, terj.

Ahsin Muhammad. Bandung, Penerbit Pustaka, 1984.

6. The Philosophy of Mullā Sadrā (1975), merupakan kajian historis

Rahman terhadap pemikiran religio-filosofis Sadr al-Dῑn al-Syῑrāzi,

yang lebih dikenal dengan Mullā Sadrā.

7. Major Themes of the Qur‟an (1980), menguraikan tema-tema pokok

dalam al-Qur‟ān, telah diterjemahkan dengan judul Tema pokok al-

Qur‟an, terj, Anas Mahyudin. Bandung, Penerbit Pustaka, 1983.

8. Islam & Modernty: Transformation of an Intellectual Tradition:

Change and Identity (1987), telaah kritis Rahman terhadap sejarah

intelektual dan pendidikan Islam sejak periode klasik hingga dewasa

ini, telah diterjemahkan denagn judul Islam dan Modernitas: Tentang

Page 36: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

22

Transformasi Intelaktual, terj. Anas Mahyudin. Bandung, Penerbit

Pustaka, 1984.

9. Revival and Reform in Islam (2000), mengulas tentang kebangkitan

umat Islam.18

Pada Agustus 1965 – September 1968, Rahman diangkat menjadi direktur

di Central Institute of Islamic Research, sebuah lembaga riset mengenai keislaman

yang dibiayai oleh pemerintah. Ketika itu Rahman menerbitkan karyanya yang

berjudul Islamic Methodology in History.19

Buku ini bersumber dari artikel-artikel

Rahman yang ditulisnya di Central Institute of Islamic Research. Karya ini

merupakan rumusan awal menyangkut metodologi tafsir yang ia rumuskan di

kemudian hari. Tujuan penulisan buku ini untuk menunjukkan: a) evolusi historis

terhadap aplikasi prinsip-prinsip dasar pemikiran Islam yaitu: al-Qur‟an, Sunnah,

Ijtihad dan ijma‟ yang menjadi kerangka bagi seluruh pemikiran Islam, dan b)

peran aktualnya terhadap perkembangan Islam itu sendiri.20

Dalam buku ini, Rahman memperkenalkan metode alternatif untuk studi

keislaman: double movment. Selain itu, Rahman juga menawarkan penggunaan

18

Ghufron A. Mas‟adi, Metodologi Pembaharuan Hukum Islam (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1997), h. 6. 19

Buku ini merupakan kumpulan artikel berseri yang ditulis oleh Rahman dalam Jurnal

Islamic Studies, sejak Maret 1962 – Juni 1963. Dan diterbitkan pertama kali oleh Islamic Research

Institute pada tahun 1965 (edisi pertama), edisi kedua tahun 1976, dan edisi ketiga tahun 1984.

Namun jurnal ini kehilangan ruhnya dalam kajian Islam yang kritis dan mendalam. Hingga pada

akhirnya kehilangan daya tarik atau apresiasi dari para penikmat kajian Islamic Studies. Semenjak

saat Rahman mengundurkan diri dari Derektur Lembaga Riset Islam tersebut. 20

Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History (India: Adnan Publishers and

Distributors,1994), h. 5.

Page 37: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

23

hermeneutika dalam metodenya untuk membaca teks-teks klasik (al-Qur‟an dan

hadis).21

C. Teori Double Movement Fazlur Rahman

Metodelogi yang diajukan oleh Rahamn dalam menafsirkan al-Qur‟an

didasarkan kepada keyakinannya terhadap al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi

manusia “hudan li al-nās” (QS. al-Baqarah [2]:185). Ia meyakini, bahwa

pemahaman dapat diperoleh secara objektif dengan merumuskan sebuah

metodologi baru dalam menafsirkan al-Qur‟an. Baginya, kesadaran historis

melibatkan dua hal yang harus dipisahkan, yaitu: kepastian objektif terhadap masa

lalu di mana fakta-fakta historis dapat ditemukan dan respon terhadapnya meliputi

nilai-nilai yang dideterminasi oleh situasi saat ini.

Sama halnya seperti mayoritas umat Islam, Rahman mengungkapkan

keyakinannya secara mutlak bahwa al-Qur‟an merupakan Kalam Allah yang

diwahyukan kepada Nabi muhammad. Sebab tanpa adanya kepercayaan semacam

ini, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai seorang muslim, meskipun hanya

terhitung secara nominal.22

Rahman dapat dikategorikan sebagai pemikir aliran objektivis. Ia

tampaknya terpengaruh oleh hermeneutika model Emilio Betti yang masih

mengakui original meaning (makna otentik), berbeda dengan aliran hermeneutika

Hans-Georg Gadamer yang sudah tidak percaya lagi pada original meaning. Bagi

21

Penjelasan ini dapat dilihat pada bab pendahuluan buku Islam and Modernity:

Transformation of an Intellectual, cet 1 (Chicago: The University of Chicago Press, 1982) 22

Fazlur Rahman, Islam, Op.cit., h. 32. Fazlur Rahman, “Divene Revelation and the

Prophet”, dalam Taufik Adnan Amal (terj. & ed), Op.cit., h. 44.

Page 38: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

24

Gadamer, setiap penafsiran pasti sudah memiliki prejudice sebelum berhadapan

dengan teks. Maka, sebuah penafsiran pasti melibatkan subjektivitas penafsir.

Meskipun Rahman sependapat dengan Emilio Betti yang mempercayai makna

objektif dan juga masih mengakui adanya original meaning (makna otentik),

namun di antara keduanya ada perbedaan mengenai konsep the original meaning.

Jika Betti meyakini bahwa makna asli suatu teks terletak pada akal pengarang, di

mana dalam proses interpretasinya, teks harus dibawa kepada pikiran pengarang,23

berbeda dengan hal itu, Rahman beranggapan bahwa makna asli teks dapat

dipahami memalui konteks sejarah ketika teks itu ditulis atau diturunkan.24

Sebab,

seorang mufassir tidak mungkin dapat masuk ke dalam “pikiran” Tuhan. Maka

yang paling mungkin ialah memahami konteks environmental di saat teks al-

Qur‟an diturunkan.

Fazlur Rahman menawarkan penetapan keputusan hukum Islam yang

terdiri dari gerak ganda (double movement) yaitu, bertitik tolak dari situasi

sekarang ke masa turunya al-Qur‟an, lalu dari turunnya al-Qur‟an itu kembali

kepada masa kini.25

Untuk memahami al-Qur‟an dengan double movementnya

adalah dengan menelusuri adanya aspek ideal moral dan legal spesifik. Dalam

kaitan ini, Rahman beranggapan sesungguhnya al-Qur‟an memberikan semangat

juang untuk menciptakan tata sosial-moral yang bermuara pada terciptanya

kondisi yang egalitarian dan berkeadilan.26

23

Hans-Georg Gadamer, Truth and Method, h. 465. 24

Fazlur Rahman, Islam and Modernity, h. 8-9. Lihat pula Ugi Suharto, “Apakah al-

Qur‟an Memerlukan Hermeneutika?”, h. 5. 25

Fazlur Rahman, Islam and Modernity Transformation of an Intellectual Tradition

(Chicago: The University of Chicago Press, 1984), h. 6-7. 26

Fazlur Rahman, Major Themes of The Quran, h. 62-63.

Page 39: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

25

Double Movement yang dirumuskan oleh Fazlur Rahman sesungguhnya

merupakan penafsiran hukum atas aspek sosial (peristiwa-peristiwa spesifik)

ajaran yang terdapat dalam al-Qur‟an. Hal ini, menurut Rahman karena

kepentingan utama metodologi tersebut adalah memahami al-Qur‟an dan aktifitas

Nabi dalam latar sosio-historisnya. Maka itu, Rahman dalam merumuskan suatu

keputusan hukum perlu dibedakan secara tegas antara ideal moral yang bersifat

universal dan wilayah legal spesifik yang bersifat partikular.

Metodologi ini terdiri dari gerakan ganda yang diyakini Rahman dapat

menjadi solusi ampuh untuk menghubungkan kesenjangan yang terjadi antara

Islam dan modernitas. Gerakan tersebut terdiri dari: Pertama, berawal dari masa

kini menuju kondisi sosio-historis di mana al-Qur‟an diturunkan untuk

menemukan jawaban spesifik terhadap situasi spesifik. Kedua, menggeneralisir

jawaban-jawaban spesifik tersebut menjadi prinsip umum untuk dihidupkan

kembali di masa kini.

Pada gerakan pertama terdapat dua langkah yang harus diikuti, yaitu:

1) Seseorang harus memahami arti atau makna suatu pernyataan dengan

mempelajari situasi atau problem historis di mana pernyataan tersebut

merupakan jawabannya. Tentu saja, dengan mempelajari teks-teks spesifik

dalam situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat-

istiadat, pranata-pranata, bahkan sampai ke kehidupan secara menyeluruh

Page 40: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

26

di Arabia pada saat kehadiran Islam khususnya di sekitar Makkah dengan

tidak mengesampingkan peperangan antara Persia dan Bizantium.27

2) Menggeneralisasikan tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan

menyatakannya sebagai pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan

moral-sosial umum yang dapat “disarikan” teks al-Qur‟an dalam latar

belakang sosio-historis, atau dengan maksud lain “ berfikir dari aturan-

aturan legal spesifik menuju pada moral sosial yang bersifat umum di

dalamnya.28

Gerakan kedua dari metode ini adalah mengkontekstualisasikan pandangan

umum (yaitu yang telah disistematisasikan melalui gerakan pertama) menjadi

pandangan spesifik yang harus dirumuskan dan direalisasikan pada masa

sekarang. Maksudnya, makna-makna yang umum harus dirumuskan ke dalam

konteks sosio-historis yang konkrit pada masa sekarang ini.29

Dengan demikian, gerakan pertama secara langsung membawa kepada

terjadinya gerakan kedua, dan selama kedua proses itu berlangsung, mufassir

harus mewanti-wanti agar selalu memperhatikan koherensi al-Qur‟an, sehingga

setiap makna yang difahami, hukum yang ditetapkan dan tujuan yang

diformulasikan secara padu, tidak bertentangan satu dengan yang lainya. Sebab al-

Qur‟an memiliki hubungan secara keseluruhan dan tidak mengandung kontradiksi

antara satu dengan yang lain di dalamnya.

27

Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas: Tantangan Transformasi Intelektual, Terj.

Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka, 1995) h.7. 28

Rahman, Islam dan Modernitas: Tantangan Transformasi Intelektual,h.7. 29

Rahman, Islam dan Modernitas: Tantangan Transformasi Intelektual,h.8.

Page 41: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

27

Mengimplikasikan jihad intelektual, tambah Rahman, diperlukan karena

untuk menguasai tradisi dan pengetahuan kontemporer secara bersamaan. Jihad

dan upaya intelektual dalam gerakan ganda ini disebut Ijtihād. Bagi Rahman,

Ijtihād adalah upaya untuk memahami makna suatu teks (preseden) di masa lalu,

yang memuat suatu aturan untuk mengubah aturan itu dengan memperluas,

membatasi ataupun memodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dicocokkan

dengan situasi baru dalam rangka mendapatkan solusi yang baru.30

Namun demikian, harus dipahami bahwa metode hermeneutika double

movement hanya efektif diterapkan dalam ayat-ayat hukum, bukan ayat-ayat yang

membahas ketuhanan, Seperti, ketika mengkaji ayat-ayat yang terkait dengan hal-

hal metafisik, seperti konsep Tuhan, malaikat, setan dan sebagainya.

Jadi, melalui metode double movement ini, Rahman bertujuan untuk

mengangkat nilai-nilai Islam secara seutuhnya. Kemudian, dari nilai-nilai tersebut

akan diketahui misi dan perhatian dari tujuan yang sebenarnya, serta fungsinya

bagi umat Islam dan umat manusia secara keseluruhan.

D. Contoh Aplikasi Teori Double Movement

Salah satu persoalan dalam hukum keluarga ialah poligami, sorotan

Rahman terhadap poligami lantaran menjadi pembahasan aktual saat itu di

negaranya. Rahman mencoba untuk merespon pandangan ulama di masa awal

terbentuknya sebuah negara yang menggagaskan diri sebagai Negara Islam

Pakistan. Ulama Pakistan saat itu secara umum menyakini bahwa praktek beristri

30

Rahman, Islam dan Modernitas: Tantangan Transformasi Intelektual, h.8.

Page 42: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

28

lebih dari satu dibolehkan dalam Islam dan ini merupakan justifikasi al-Qur‟an,

bahkan diberi toleransi sampai memiliki empat istri.31

Al-Qur‟an menyatakan bahwa suami istri dinyatakan sebagai libās

(pakaian) bagi satu sama lainya. Perempuan diberikan hak-hak yang sama atas

kaum laki-laki sebagaimana hak laki-laki dan perempuan, dengan pengecualian

bahwa kaum laki-laki sebagai yang mencari nafkah dan memiliki kedudukan satu

tingkat lebih tinggi dibandingkan perempuan.32

Ayat yang berbicara tentang poligami di dalam al-Qur‟an sebenarnya

hanya ada satu ayat, yakni QS. an-Nisā [4]: 3:

Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian

jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang

saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih

dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Untuk memahami pesan sebenarnya dari al-Qur‟an, penelusuran sosio

historis hendaknya dilakukan. Masalah ini muncul sebenarnya berkait dengan para

gadis yatim. Pada ayat sebelumnya QS.an-Nisā [4]: 2 dikatakan:

31

Sibawaihi, Hermeneutika al-Qur‟an Fazlur Rahman (Yogyakarta: Jalasutra, 2007), h.

75 32

Sibawaihi, Hermeneutika al-Qur‟an Fazlur Rahman, h. 43.

Page 43: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

29

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka,

jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu Makan

harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan

memakan) itu, adalah dosa yang besar.

Al-Qur‟an telah melarang keras para wali untuk memakan harta anak

yatim. Tema seperti ini sudah disampaikan di dalam al-Qur‟an sejak di Makkah

(QS. al-An‟ām[6]: 152, QS. al-Isrā[17]: 34) dan ditegaskan lagi ketika di Madinah

(QS. al-Baqarah[1]: 220), (QS. an-Nisā[4]: ayat 2, 6, 10, dan 127). Setelah

penekanan tidak dibenarkannya memakan harta para gadis yatim, al-Qur‟an

kemudian membolehkan para wali umtuk mengawini mereka sampai empat orang.

Tetapi Rahman berpendapat ada satu prinsip yang sering diabaikan oleh Ulama

dalam hal ini.33

Yaitu QS. an-Nisā[4]: 129

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-

isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah

kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang

lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara

diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.” 34

Karenanya,“jika kamu takut akan dapat berlaku adil, maka

(kawinlah)seorang saja”. (QS. an-Nisā[4]: 3)

Dari ayat-ayat tersebut ditunjukkan suatu makna bahwa sikap adil itu

mustahil untuk dijalankan oleh seorang laki-laki (suami) terhadap masing-masing

isterinya. Maka dalam kasus ini, perihal tentang berlaku adil harus mendapat

perhatian dan niscaya punya kepentingan lebih mendasar ketimbang perihal

33

Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur‟an..., h. 68. 34

Qs. an-Nisā[4]:129, Yayasan Penyelenggara penerjemah dan Penafsir al-Qur‟an, al-

Qur‟an dan terjemahanya (Jakarta: Depag RI, 1997), h. 144.

Page 44: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

30

spesifik yang membolehkan poligami. Tuntutan untuk berlaku adil dan wajar

adalah salah satu tuntutan dasar keseluruhan ajaran al-Qur‟an.

Jadi, maksud yang sebenarnya dalam al-Qur‟an tidak menganjurkan poligami, Ia

justru memerintahkan sebaliknya, yakni monogami dan itulah ideal moral yang

hendak dituju al-Qur‟an.

Page 45: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

31

BAB III

AYAT-AYAT OLOK-OLOK DALAM AL-QUR’AN

A. Pengertian Olok-olok

Olok-olok dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah perkataan yang

mengandung sindiran (ejekan, lelucon) atau perkataan untuk bermain-main saja,

senda gurau.1 Sedangkan dalam kamus umum bahasa Indonesia olok-olok ialah

perkataan yang mengandung sindiran atau bermain-main saja, bersenda gurau,

gambar-gambar atau karikatur yang mengandung ejekan atau merendahkan,

mempermainkan (mengolok-olok); menghina.2 Sedangkan lafal istahza‟ secara

bahasa berarti sukhriyah, yaitu melecehkan.3 Al-Qurtubi berkata “al-Istahza‟

adalah pelecehan dan penghinaan sekaligus atas perbuatan mereka.4 Kata olok-

olok (istahza‟) dibedakan menjadi dua. Pertama yakni pengolok-olokkan secara

terang-terangan yaitu dilakukan dengan jelas menghina baik secara ucapan atau

perbuatan yang sengaja merendahkan, menghina, mempermainkan atau

mencemooh.5 Kedua pengolok-olokkan secara tidak terang-terangan atau ghairu

shorih yakni ucapan, perbuatan atau berbuat sesuatu yang secara tidak langsung

1 Pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 2007), h. 797

2 W. J. S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

1986), h. 577.

3 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an „Azhim, Dar Ibn Hazm, juz 2, 1998, h. 454.

4 Abi Abdullah Al-Qurthubi, Al-Jami‟ Li ahkam al-Qur‟an, Juz 1, h. 207.

5 W. J. S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 685.

Page 46: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

32

menghina namun berisi merendahkan, menghina, mempermainkan dan bersenda

gurau di dalamnya.6

B. Ayat-Ayat Olok-olok

Pada pembahasan ini penulis mengumpulkan kata olok-olok di dalam al-

Qur‟an dengan menggunakan kata هزء dan خاض , maka itu, penulis melakukan

pencarian kata tersebut dengan menggunakan kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li

Alfāẕ al-Qur‟ān al-Karῑm untuk mengumpulkan berapa kali kata ini disebutkan di

dalam al-Qur‟an dan menemukan maksud tujuan ayat-ayat tersebut. Hasil dari

kata هزء penulis menemukan sebanyak 23 kali penyebutan dan dari kata خاض

penulis menemukan sebanyak 12 kali, sebagai berikut:

1. Pencarian kata هزء dalam kamus al-Mūjam al-Mufahraz lī al-Fazīl al-

Qur‟ān. 7

Tabel 3.1: Hasil pencarian dalam kamus

No Surah TN8 T S

9 Ayat Potongan Ayat

Mk/Md10

1 Ya-Sin 41 36 30 يستهزءون Mk

2 Asy-Syu‟ara 47 26 6 يستهزءون Mk

3 Hūd 52 11 8 يستهزءون Mk

6 W. J. S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 685.

7 Muhammad Fuād „Abdul BāqI, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ al-Qur‟ān al-Karῑm

(Kairo: Dār al-Kutub al-Misriyyah, 1364 H), h. 736

8 Tartib Nuzul, Taufik Adnan Amal, Rekontruksi Sejarah al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2005),h. 106

9 Tartib Surah

10 Mk: Makkah, Md: Madinah

Page 47: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

33

4 Al-Hijr 54 15 11 يستهزءون Mk

5 Al-Hijr 54 15 95 المستهزءيه Mk

6 Al-An‟ām 55 6 5 يستهزءون Mk

7 Al-An‟ām 55 6 10 ون يستهزء Mk

8 Al-An‟am 55 6 10 استهزئ Mk

9 Az-Zumar 59 39 48 يستهزءون Mk

10 Ghafir 60 40 83 يستهزءون Mk

11 Al- Baqarah 87 2 15 يستهزئ Md

12 Az-Zukhruf 63 43 7 يستهزءون Mk

13 Al-Jatsiyah 65 45 33 يستهزءون Mk

14 Al-Ahqaf 66 46 26 يستهزءون Mk

15 An-Nahl 70 16 34 يستهزءون Mk

16 Al-Anbiya‟ 73 21 41 استهزئ Mk

17 Al-Anbiya‟ 73 21 41 يستهزءون Mk

18 Ar-Rum 84 30 10 يستهزءون Mk

19 Al-Baqarah 87 2 14 مستهزءون Md

20 An-Nisa 92 4 140 يستهزا Md

21 Ar-Ra‟ad 96 13 32 استهزئ Md

22 At-Taubah 113 9 64 استهزءوا Md

23 At-Taubah 113 9 65 تستهزءون Md

2. Pencarian kata خاض dalam kamus al-Mūjam al-Mufahraz lī al-Fazīl al-

Qur‟ān. 11

11

Muhammad Fuād „Abdul BāqI, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ al-Qur‟ān al-Karῑm

(Kairo: Dār al-Kutub al-Misriyyah, 1364 H), h. 246

Page 48: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

34

Tabel 3.2: Hasil pencarian dalam kamus

No Surah TN12

T S13

Ayat Potongan Ayat Mk/Md

14

1 Al-Muddatstsir 4 74 45 وخىض Mk

2 Al-Muddatstsir 4 74 45 الخائضيه Mk

3 Al-An‟am 55 6 68 يخىضىن Mk

4 Al-An‟am 55 6 68 يخىضىا Mk

5 Al-An‟am 55 6 91 خىضهم Mk

6 Az-Zukhruf 63 43 83 يخىضىا Mk

7 Ath-Thur 76 52 12 خىض Mk

8 Al-Ma‟arij 79 70 42 يخىضىا Mk

9 An-Nisa 92 4 140 يخىضىا Md

10 At-Taubah 113 9 65 وخىض Md

11 At-Taubah 113 9 69 خاضىا Md

12 At-Taubah 113 9 69 خضتم Md

C. Klasifikasi Ayat Olok-olok

Kata olok-olok dalam posisi sebagai predikat di dalam al-Qur‟an memiliki

tiga subjek (pelaku), di antaranya 1). Allah, 2). Munafik, 3). Kafir. Maksudnya

12

Tartib Nuzul, Taufik Adnan Amal, Rekontruksi Sejarah al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2005),h. 106

13 Tartib Surah

14 Mk: Makkah, Md: Madinah

Page 49: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

35

perbuatan olok-olok di dalam al-Qur‟an hanya dilakukan oleh tiga subjek (pelaku)

tersebut.

a. Allah sebagai subjek olok-olok di dalam al-Qur‟an, yakni Allah mengolok-

olok orang Kafir dan Munafik dengan membiarkan mereka tenggelam

dalam kesesatan. Berikut perinciannnya:

Tabel 3.3: Pemaparan Allah sebagai Subjek

No Surat Subjek Predikat Objek Tempat Kondisi

1 Yasin: 30 Allah Membinasakan orang-orang

yang memperolok-olok

Kafir Makkah

2 Az-

Zukhruf: 83

Allah Memperolok-olok (dengan

cara membiarkan mereka

dalam kesesatan).

Kafir Makkah

3 Al-Ma‟arij:

42

Allah Membiarkan tenggelam

dalam kesesatan dan

bermain-main

Orang-orang

Kafir

Makkah

4 Al-

Baqarah: 15

Allah Memperolok-olok Orang-orang

Munafik

Madinah

5 Ar-Ra‟ad:

32

Allah Akan membinasakan orang

yang Memperolok-olok

Kafir Madinah

6 At-Taubah:

64

Allah Teruskan olok-olokkan mu Orang-orang

Munafik

Madinah

b. Orang-orang Munafik sebagai subjek olok-olok di dalam al-Qur‟an,

mereka bersama kamu Muslim dengan mengambil keuntungan saja di

dalamnya dan memperolok-olok al-Qur‟an dengan lebih memilih di siksa

sratus kali agar tidak diturunkan ayat al-Qur‟an. Berikut perinciannya:

Page 50: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

36

Tabel 3.4: Pemaparan Munafik sebagai Subjek

No Surat Subjek Predikat Objek Tempat Kondisi

1 AL-

Baqarah: 14

Anzz

Munafik Memperolok-olok (Orang

Munafik mengatakan bahwa

kami telah beriman, namun ketika

kembali ke kaum musyrik mereka

berkata “sesunguhnya kami

bersamamu, kami melakukan hal

itu untuk bebrolok-olok).

Orang

Mukmin

Madina

h

2 At-Taubah:

65

Anz

Munafik Memperolok-olok (dengan

berkata: ”lebih baik aku di

cambuk seratus kali dengan syarat

tidak diturunkannya al-Qur‟an ).

Ayat-ayat

al-Qur‟an,

Allah dan

Nabi

Majelis Dalam

peperan

gan

tabuk

c. Orang-orang Kafir sebagai subjek olok-olok di dalam al-Qur‟an, mereka

senantiasa mencoba untuk mengolok-olok Nabi, ayat al-Qur‟an dengan

mengatakan bahwa al-Qur‟an adalah kitab syair dan sihir, dan yang

menerima di sebut orang gila. Berikut perinciannya:

Tabel 3.5: Pemaparan Kafir sebagai Subjek

No Surat Subjek Predikat Objek Tempat Kondisi

1 Al-

Muddatstsir

: 45

Kafir Mengolok-olok (dengan

mendustakan hari pembalasan,

tidak memberi makan orang

miskin dan tidak mengerjakan

shalat).

Allah Makkah

2 Asy-

Syu‟ara: 6

Kafir Memperolok-olok (mendustakan

al-Quran)

Ayat-ayat

al-Qur‟an

Makkah

3 Huid: 8

Anz

Kafir Memperolok-olok dengan

menyepelekan azab

Allah Makkah

4 Al-Hijr: 11 Kafir Memperolok-olok (Orang Kafir

mengatakan;”orang yang

mengaku diturunkan al-Qur‟an

dan mengakuinya, maka ia adalah

orang gila (Nabi).)

Nabi Makkah Ketika

Nabi

berdakw

ah

Page 51: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

37

5 Al-Hijr: 95

Anz

Kafir Memperolok-olok ayat-ayat al-

Qur‟an (dengan mengatakan al-

Qur‟an adalah sihir, peramal dan

syair)

Nabi Perbatasan

Makkah

Ketika

Nabi

dalam

sebuah

perjalan

an.

6 Al-An‟am:

5

Kafir Memperolok-olok (Orang Kafir

mengatakan bahwa lembaran al-

Qur‟an hanyalah sihir yang

nyata. Orang Kafir mengatakan

bahwa lembaran al-Qur‟an

hanyalah sihir yang nyata.)

Ayat-ayat

al-Qur‟an

Makkah

7 Al-An‟am:

10

Kafir Memperolok-olok Nabi

terdahulu

Makkah

8 Al-an‟an:

68

Kafir Memperolok-olok Ayat-ayat

al-Qur‟an

Majelis

9 Al-An‟am:

91

Anz

Kafir Mempermainkan (Quraisy

Makkah mengatakan Allah tidak

menurunkan satu kitab pun

kepada manusiav)

Kitab-

kitab

Allah

Makkah

10 Az-Zumar:

48

Musyrik Memperolok-olok (dengan cara

mereka tidak beriman)

Allah Majelis di

Makkah

Ketika

Nabi

berdoa

di

Ka‟bah

11 Ghaffir: 83 Kafir Memperolok-olok ajaran para

Nabi tersebut dengan mengetakan

bahwa kami sudah cukup dengan

ilmu yang kami punya.

Nabi-nabi Makkah

12 Az-

Zukhruf: 7

Kafir Memperolok-olok (dengan cara

melampaui batas)

Nabi Makkah

13 Al-

Jatsiyah:33

Kafir Memperolok-olok (ketika

dibacakan ayat al-Qur‟an mereka

menyombongkan diri dan

bersikap takabur).

Ayat-ayat

al-Qur‟an

Makkah

14 Al-Ahqaf:

26

Kaum

„AD

Memperolok-olok (dengan

meminta di datangkan azab

kepada mereka).

Azab Makkah

15 An-Nahl: 34 Kafir Memperolok-olok (Kaum pada

masa Nabi Nuh yang berbuat

thagut dan syirik kepada Allah).

Nabi

terdahulu

Makkah

16 Al-Anbiya‟:

41

Kafir Memperolok-olok (Al-Walid bin

al-Mughirah, Umayyah bin

Khalaf dan Abbu Jahal, mereka

Nabi

terdahulu

Makkah

Page 52: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

38

mencemooh Nabi).

17 Ath-Thur:

12

Kafir Memperolok-olok (dengan cara

mendustakan azab Allah)

Allah Makkah

18 Ar-Rum: 10 Kafir Memperolok-olok Ayat-ayat

al-Qur‟an

Majelis di

Madinah

19 An-

Nisa:140

Kafir Memperolok-olok Ayat-ayat

al-Qur‟an

Madinah

20 At-Taubah:

69

Kafir Membicarakan hal yang batil Allah Madinah

Dari penelusuran penulis dengan Allah sebagai subjek atas predikat

memperolok-olok mereka, dengan membinasakan mereka dan membiarkan

mereka tenggelam dalam kesesatan, yakni orang Munafik dan orang Kafir.

Ketika subjeknya orang-orang Munafik, maka jenis pengolok-olokkan

mereka ialah dengan mengaku telah beriman kepada umat Muslim dan ketika

bersama kaum musyrik mereka berkata “sesungguhnya kami bersamamu, kami

melakukan itu hanya untuk berolok-olok”, dan sebagian mereka ada yang berkata

“lebih baik aku di cambuk seratus kali agar tidak diturunkannya al-Qur‟an kepada

kita” sebagai sikap olok-olok mereka terhadap ayat al-Qur‟an dalam suatu majelis

di dalam peperangan Tabuk. Tindakan Muslim ketika itu ialah dengan berkata

kepada mereka “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu

berolok-olok?.”15

Sebagai penunjukkan sikap penyanggahan atas olok-olokkan

mereka.

Ketika subjeknya orang-orang Kafir, banyak ayat yang menerangkan bahwa

mereka telah mengolok-olok baik kepada Nabi, Allah, azab dan ayat-ayat al-

15

QS. At-Taubah[9]: 65.

Page 53: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

39

Qur‟an itu sebagai penjelas bahwa Allah memberikan peringatan kepada pelaku

olok-olok.

D. Asbab An-Nuzul Ayat-Ayat Olok-Olok dalam Al-Qur’an

1. Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Qatadah, diriwayatkan pula oleh Ibn

Jarir dari Ibn Juraij mengemukakan: ketika turunnnya ayat “telah dekat

kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka”(QS. al-

Anbiyā[21]: 1), berkatalah orang-orang: “sesungguhnya saat (kiamat)

sudah dekat, maka berhentilah kalian dari melakukan tipu dayanya lebih

jahat lagi, maka turunlah ayat ini (QS. Hūd[11]:8) sebagai ancaman

terhadap perbuatan mereka.16

2. Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan ath-Thabarani yang bersumber dari Anas

bin Malik mengemukakan: ketika nabi lewat di hadapan orang-orang Kafir

Makkah, mereka saling mengedipkan mata tanpa setahu Nabi, mereka

mengejek sambil berkata kepada sesamanya: “Inikah orangnya yang

menganggap dirinya Nabi.” Pada waktu itu ada malaikat Jibril menyertai

Nabi, maka Jibril menusuk punggung mereka dengan jarinya sehingga

berbekas di badan mereka sebesar kuku yang kemudian menjadi luka-luku

dan berbau busuk. Ayat ini (QS. al-Hijr[15]:95) turun berkenaan dengan

pristiwa tersebut yang menegaskan bahwa Allah selalu melindungi Nabi

dari gangguan mereka.17

16

Qamaruddin Shaleh, Asbāb Nuzūl (Bandung: CV P Diponegoro, 2007), h. 292.

17 Qamaruddin Shaleh, Asbāb Nuzūl (Bandung: CV P Diponegoro, 2007), h. 308.

Page 54: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

40

3. Diriwayatkan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Thalhah yang bersumber dari Ibn

„Abbas mengemukakan: bahwa seorang Yahudi berkata: “Demi Allah,

Allah tidak menurunkan kitab dari langit.” Maka turunlah ayat ini (QS. al-

An‟ām[6]:91) sebagai bantahan terhadap orang-orang yang mengingkari

diturunkannya kitab suci.18

4. Diriwayatkan oleh al-Wahidi dan ats-Tsa‟labi dari Muhammad bin

Marwan yang bersumber dari Ibn „Abbas mengemukakan: firman Allah

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman”(QS. al-

Baqarah[2]: 14) diturunkan berkenaan dengan „Abdullah bin Ubay dan

kawan-kawannya, pada suatu hari di saat mereka bertemu dengan beberapa

sahabat Nabi, Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya:

“Lihatlah, bagaiman caraku mempermainkan mereka yang bodoh-bodoh

itu!, ia pun mendekat dan menjabat tangan Abu Bakr sambil berkata:

“Selamat penghuni Bani Taim dan Syaikhul Islam, orang kedua beserta

Nabi di Gua (Tsaur) yang mengorbankan jiwa dan harta bendanya untuk

Nabi.” Kemudian ia menjabat tangan „Umar sambil berkata: “Selamat

penghulu Bani „Adi bin Ka‟b dan yang mendapat gelar al-Fārūq, yang

kuat memegang Agama Allah dengan mengorbankan jiwa dan harta

bendanya untuk Nabi.” Kemudian ia menjabat tangan „Ali bin Abi Thalib

sambil berkata: “Selamat saudar sepupu Nabi, mantunya dan penghulu

Bani Hasyim sesudah Nabi.” Setelah itu mereka berpisah dan berkatalah

„Abdullah bin Ubay kepada kawan-kawannya: “Sebagaiman kamu lihat

perbuaatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, erbuatlah seperti

18

Qamaruddin Shaleh, Asbāb Nuzūl (Bandung: CV P Diponegoro, 2007), h. 220.

Page 55: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

41

apa yang telah kulakukan.” Kawan-kawanya pun memuji-mujinya.

Setibanya kaum Muslim(Abu Bakr, „Umar dan „Ali) di hadapan Nabi dan

memberitahukan peristiwa tadi, maka turunlah ayat ini (QS. al-Baqarah[2]:

14), untuk membeberkan kepalsuan golongan Munafik dalam menghadapi

kaum Muslim.19

5. Diriwayatkan dari Ibbn Abi Hatim yang bersumber dari Ibn Umar

mengemukakan: pada peperangan Tabuk ada seorang laki-laki berkata

dalam sebauh majelis:”Kami tidak pernah mendapat kitab seperti al-

Qur‟an mereka, tidak pernah melihat orang yang lebih mementingkan

perut, lebih pembohong, dan lebih pengecut waktu berhadapan dengan

musuh dari pada mereka.” Berkatalah yang lainnya:”Engkau dusta!

Engkau benar-benar orang Munafik, akan kukatakan lah ini kepada Nabi.

Berita ini sampai kepada Nabi dan turunlah ayat ini (QS.at-Taubah[9]:65)

sebagai larangan memperolok-olok Allah, ayat-ayat al-Qur‟an dan Nabi-

Nya. Selanjutnya Ibn Umar mengemukakan ia melihat orang itu

bergantung pada ikat pinggang unta Nabi sehingga kakinya tersandung

batu, sambil berkata:” Ya Rasulullah! Saya hanya bergurau dan bermain-

main saja.” Nabi bersabda:” Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan

Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?.” Selanjutnya pada riwayat lain yang

diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim yang bersumber dari Ka‟b bin Malik

mengemukakan: Makhsyi bin Humair berkata:”Aku bersedia dihukum

oleh kain dengan dipukul saratus kali sebagai penebus agar tidak

diturunkanya ayat-ayat al-Qur‟an kepada kita.” Berita ini sampai ke Nabi,

19

Qamaruddin Shaleh, Asbāb Nuzūl (Bandung: CV P Diponegoro, 2007), h. 14.

Page 56: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

42

tetapi kemudian mereka datang menghadap Nabi dengan mengemukakan

berbagai dalih, maka turunlah ayat ini(QS. at-Taubbah[9]:66).20

E. Bentuk-Bentuk Perolok-Olok

Pada masa turunnya al-Qur‟an telah banyak olok-olokkan yang dilakukan

baik dari golongan Kafir atau pun golongan Munafik dengan bentuk-bentuk

sebagai berikut:

1. Orang Munafik mengatakan bahwa kami telah beriman, namun ketika

kembali ke kaum musyrik mereka berkata “sesunguhnya kami bersamamu,

kami melakukan hal itu untuk bebrolok-olok.” (QS. al-Baqarah[2]: 14)

2. Dalam asbab An-nuzul, Orang Munafik berkata: ”lebih baik aku di

cambuk seratus kali dengan syarat tidak diturunkannya al-Qur‟an.” (QS.

at-Taubah[9]: 65, 66)

3. Orang Kafir dengan mendustakan hari pembalasan, tidak memberi makan

orang miskin dan tidak mengerjakan shalat. (QS. al-Muddatstsir[74]: 45)

4. Orang Kafir mengatakan;”orang yang mengaku diturunkan al-Qur‟an dan

mengakuinya, maka ia adalah orang gila (Nabi).” (QS. al-Hijr[15]: 11)

5. Orang Kafir mengatakan al-Qur‟an adalah sihir, peramal dan syair. ( QS.

al-Hijr[15]: 95)

20

Qamaruddin Shaleh, Asbāb Nuzūl (Bandung: CV P Diponegoro, 2007), h. 268.

Page 57: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

43

6. Orang Kafir mengatakan bahwa lembaran al-Qur‟an hanyalah sihir yang

nyata. Orang Kafir mengatakan bahwa lembaran al-Qur‟an hanyalah sihir

yang nyata. (al-An‟am[6]: 5).

7. Orang Kafir Quraisy Makkah mengatakan Allah tidak menurunkan satu

kitab pun kepada manusia (QS. al-An‟am[6]: 91).

8. Orang Kafir mengatakan bahwa “kami sudah cukup akan ilmu yang kami

sudah punya, kami tidak membutuhkan ilmu yang kau berikan (Nabi).”

(QS. Ghaffir[40]: 83).

9. Orang Kafir, ketika dibacakan ayat al-Qur‟an mereka menyombongkan

diri dan bersikap takabur.(al-Jatsiyah[45]:33)

10. Kaum „AD dengan meminta di datangkan azab kepada mereka.(QS. al-

Ahqaf[46]: 26).

F. Sikap Terhadap Tindakan Olok-olok

Ketika terjadi olok-olokkan yang dilakukan oleh orang-orang Kafir maupun

Munafik pada ayat-ayat al-Qur‟an, sesungguhnya Allah telah memberikan

perintah untuk bertindakan secara explisit tertera dalam al-Qur‟an ketika terjadi

olok-olokkan yakni dengan sikap sebagai berikut:

1. Menyanggah ketika terjadi pengolok-olokkan terhadap ayat al-Qur‟an.

“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu

berolok-olok?.” (QS. at-Taubah[9]: 65).

Page 58: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

44

2. Menghindar dengan cara berpaling atau pergi meninggalkan mereka,

seperti pada:

QS. al-An‟ām[6]: 68

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat

Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan

pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan

larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang

zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).

QS. an-Nisā[4]: 140

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam

Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan

diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu

duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang

lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah

kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan

semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.

Al-Qur‟an sebagian besar di dalamnya dari yang penulis temukan tentang

olok-olok adalah ayat-ayat yang berkaitan tentang peringatan Allah kepada pelaku

perolok-olokkan baik itu dari orang-orang kafir atau dari orang-orang munafik.

G. Pengertian Majelis

Dilihat dari segi bahasa Arab kata majelis berasal dari kata يجلس -جلس–

yang berarti duduk. Kata majelis merupakan bentuk isim makan yang مجلسا

Page 59: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

45

mengandung arti tempat duduk.21

Dalam kamus besar bahasa Indonesia majelis

ialah pertemuan (kumpulan) orang banyak dalam rapat, kerapatan dan sidang

dalam tempat.22

Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian majelis

senada dengan pengerian di atas, yaitu pertemuan atau perkumpulan orang banyak

atau sebuah bangunan tempat orang-orang berkumpul.23

Menurut Zuhairini dalam

buku Sejarah Pendidikan Islam majelis ialah tempat berkumpulnya sekelompok

orang yang di dalamnya melakukan sesuatu kegiatan, diskusi atau obrolan

sehingga dikenal berbagai majelis seperti halnya majelis syura, majelis hakim dan

lain sebagainya.24

Suatu tempat berkumpul pada masa Nabi biasa disebut sebagai halaqah

seperti berkumpulnya Nabi dengan para sahabat dalam suatu tempat untuk

berdakwah atau saling berdiskusi merupakan cakupan majlis. Ketika duduk, Nabi

dikelilingi para sahabat dari segala sisi, dengan berposisi melingkar dalam bentuk

bundaran (halaqah) laksana bintang-bintang mengelilingi bulan di malam

purnama.25

21

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, cet-8 (Jakarta: PT.Hilda Karya Agung,

1990), h. 90. 22

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), h. 859. 23

Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, cet-1 (Jakarta: Bali Pustaka), h. 29. 24

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, cet-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 76. 25

Al-Hafidz al-Haitsami menulis bab dalam karyanya Majma‟ al-Zawaid; Bab Duduk di

Sisi Orang Alim dan berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW, bila duduk, maka duduklah para

sahabat di dekatnya dengan berhalaqah-halaqah.” (HR. Al-Bazzar). Yazid al-Raqqsy berkata

bahwa Anas bin Malik r.a. berkata kala menceritakan kepada kami hadis ini, “Demi Allah, tidaklah

apa yang dilakukan Nabi SAW, seperti kamu lakukan ini. Seseorang diantara kamu duduk dan

berceramah lalu kamu berkumpul di sekitarnya. Sesungguhnya yang dilakukan para sahabat usai

shalat subuh mereka duduk berhalaqah-halaqah.” Al- Bukhari dalam Shahih-nya menulis bab

duduk bersama secara halaqah (membentuk lingkaran) di masjid, maksudnya memperbolehkan

duduk secara halaqah di masjid untuk mempelajari ilmu, membaca al-Qur‟an, zikir, dan

sebagainya. Walaupun duduk bersama membentuk lingkaran, harus memposisikan sebagian orang

Page 60: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

46

Namun penyebutan tempat atau majelis pada masa sekarang sudah meluas

baik bersifat formal atau non-formal seperti Majelis MPR, Majelis DPR, Majelis

MUI sampai Majelis Tak‟lim pada saat ini dan pada masa sekarang sudah ada

penambahan tempat atau wadah ketika terjadinya olok-olok, yakni dengan adanya

dunia maya (cyberspace) memudahkan bagi para penggunanya untuk saling

berkomunikasi satu dengan yang lainnya tanpa dibutuhkanya lagi tempat atau

wadah berkumpul untuk saling bertemu fisik secara langsung. Dengan adanya

suatu wadah (grup) yakni tempat berkumpul yang di dalamnya terdiri dari para

pengguna dunia maya maka tebentuklah perkumpulan (association) di dalamnya.

Karena dengan adanya wadah tersebut dapat terjadilah percakapan antara satu

orang dengan yang lain melalui jaringan yang difasilitasi internet, sehingga semua

orang bisa terhubung seperti halnya pembicaraan orang-orang yang berkumpul di

dalam suatu wadah berkumpul.

yang membelakangi kiblat. Dapat dilihat pada Jurnal Kependidikan Islam, Nasrul HS,

Transformasi Sebuah Tradisi Intelektual, POTENSIA, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, h. 217.

Page 61: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

47

BAB IV

PENAFSIRAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG OLOK-OLOK

DALAM AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DOUBLE

MOVEMENT

A. Aplikasi Penafsiran Menggunakan Metode Double Movement

Sebagaiman yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya yang berisi tentang

kumpulan ayat-ayat yang terkait dengan olok-olok akan dianalisis dengan

menggunakan metode double movement, metode ini meniscayakan dua hal yakni,

langkah pertama dari gerakan pertama ialah mengumpulkan ayat-ayat terkait olok-

olok terhadap al-Qur‟an, asbābun nuzūl, riwayat dan kondisi saat ayat tersebut

turun. Langkah kedua dari gerakan pertama ialah menggeneralisasikan ayat-ayat

tersebut dengan melihat tujuan dan sikap muslim ketia itu seperti apa. Oleh karena

itu pada bab ini diawali dengan pemaparan pada gerakan pertama.

a) Langkah Pertama dari Gerakan Pertama

Pada gerakan pertama dari metode ini, memiliki dua langkah yang harus

dikuti. Langkah Pertama, berawal dari masa kini menuju kondisi sosio-historis di

mana al-Qur‟an diturunkan untuk menemukan jawaban spesifik terhadap situasi

spesifik untuk melihat legal spesifik dari ayat-ayat tersebut.

Pada subbab ini penulis akan memaparkan ayat-ayat al-Qur‟an, asbab an-

Nuzul ayat tersebut dan situasi global ketika saat itu untuk menemukan legal

Page 62: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

48

spesifik pada ayat tersebut. Berikut beberapa ayat terkait olok-olok terhadap al-

Qur‟an:

a. Ayat Olok-Olok dalam Al-Qur‟an

QS. asy-Syu‟ara‟[26]: 6

Sungguh mereka telah mendustakan (Al Quran), Maka kelak akan datang

kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-

olokkan.

Ayat ini turun di Makkah dan situasi umat Muslim ketika itu masih dalam

keadaan lemah, maka sikap Muslim ketika itu ialah diperintahkan untuk

memberitahukan kepada mereka orang-orang Kafir untuk tidak mengolok-olok al-

Qur‟an dengan cara berpaling darinya, seperti diterangkan pada QS. Asy-

Syu‟ara‟[26]: 5 ”ketika disampaikan peringatan kepada mereka, mereka selalu

berpaling darinya ”.

QS. al-An‟ām[6]: 5

Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang haq (Al-Quran) tatkala

sampai kepada mereka, Maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan

dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.

Ayat ini turun di Makkah ketika situasi umat Muslim masih dalam keadaan

lemah, dan ketika orang-orang Kafir memegang lembaran al-Qur‟an mereka

berkata bahwa “ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata” seperti terdapat dalam

QS. al-An‟ām[6]: 7, maka sikap Muslim ketika itu ialah dengan memberi

peringatan kepada mereka akan azab yang akan datang kepada mereka ketika

mengolok-olok al-Qur‟an.

QS. al-An‟ām[6]: 68

Page 63: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

49

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat

Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan

pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan

larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang

zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).

Ayat ini turun di Makkah ketika dalam suatu majelis dan mereka orang-

orang Munafik mengolok-olok akan azab seperti yang tertera dalam QS. al-

An‟ām[6]: 66 dan sikap umat Muslim saat itu ialah dengan meninggalkan mereka

yang memperolok-olok ayat al-Qur‟an sebagaimana riwayat dari Ibn Jarir berkata:

“Ada orang-orang Musyrikin duduk bersama Nabi SAW, mereka senang

mendengarkan (ayat-ayat) dari beliau, akan tetapi jika mereka mendengarkan

maka mereka kemudian mengolok-olok, maka turunlah ayat QS. al-An‟ām[6]: 68:

“Jika engkau melihat orang-orang memperolok-olok ayat-ayat Kami, maka

tinggalkanlah mereka,,”1. Situasi global saat itu ialah ketika berada di Makkah

Nabi diperintahkan hanya sebatas untuk mennyampaikan dakwah dan Nabi belum

diperintahkan untuk berperang. Perintah ini searah agar tidak terjadinya benturan

bagi kaum Muslim dari kaum Musyrikin yang ketika itu umat Muslim masih

lemah dan minoritas.

QS. al-Jatsiyah[45]: 33

Dan nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka

kerjakan dan mereka diliputi oleh (azab) yang mereka selalu memperolok-

olokkannya.

Ayat ini turun di Makkah ketika ayat-ayat al-Qur‟an dibacakan kepada

orang-orang Kafir, mereka bersikap sombong ketika dikatakan “Hari kiamat tidak

1 Abū Ja‟far Muhammad bin Jarīr At-Thabarī, Jāmi‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl Al-Qur‟an, jilid

8, h. 438

Page 64: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

50

diragukan lagi adanya, namun mereka berkata kami tidak tahu apa hari Kiamat itu

dan kami hanya menduga-duga saja dan tidak meyakini” seperti dijelaskan dalam

QS. al-Jatsiyah[45]: 31-32, maka sikap Muslim ketika itu ialah dengan memberi

peringatan bahwa mereka tidak akan keluar dari Neraka seperti dijelaskan pada

QS. al-Jatsiyah[45]: 34.

QS. ar-Rum[30]: 10

Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab)

yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka

selalu memperolok-oloknya.

Ayat ini turun di Madinah yang tertuju kepada orang-rang Kafir yang

mengolok-olok akan ayat-ayat Allah dengan cara mengejek bukti kebenaran dari

Allah dan para Nabi. Sikap Muslim ketika itu ialah dengan menanyakan kepada

mereka, kenapa mereka tidak memikirkan kejadian tentang diri mereka seperti

dijelaskan pada QS. ar-Rum[30]: 8.

QS. an-Nisā[4]: 140

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al

Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan

diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk

beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena

Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa

dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-

orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.

Page 65: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

51

Ayat ini turun di Madinah yang tertuju kepada orang-orang Munafik yang

berbuat mencari keuntungan baik dari kalangan Kafir dan Muslim, pada situasi

saat itu umat Muslim sudah dalam keadaan kuat dan mayoritas maka sikap

muslim yang dilakukan ketika saat itu ialah dengan berpaling meninggalkan

mereka dikarenakan ketika saat itu umat Muslim yang berkumpul bersama mereka

dan itu menjadikan orang Muslim tersebut dalam keadaan lemah karena sedang

bersama mereka orang Kafir dan Munafik. Riwayat dari Abu Wa‟il berkata:

terdapat seseorang mengucapkan sebuah perkataan dusta ketika di dalam sebuah

majelis agar teman-temanya menertawai atas perkataanya, membuat Allah murka

kepada mereka atas tindakan memperolok-olok ayat-ayat Allah. Perkataan ini

dibenarkan oleh Ibrahim An-Nakhai‟ yang berkomentar: bukankah hal tersebut

telah dijelaskan dalam al-Qur‟an “Bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat

Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir) maka janganlah

duduk bersama mereka hingga mereka membicarakan hal lain, karena jika kalian

tetap berada di majelis tersebut tanpa melakukan pengingkaran atau ketidak

setujuan akan perbuatan mereka, maka kamu serupa dengan mereka.2

QS. at-Taubah[9]: 65

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan

itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah

bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan

Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?".

2 Abū Ja‟far Muhammad bin Jarīr At-Thabarī, Jāmi‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl Al-Qur‟an, jilid

10 (Bairūr: Dārul Fikr, 1978), h.3.

Page 66: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

52

Ayat ini turun di Madinah ketika saat perjalan pada perang Tabuk dalam

suatu majelis, seperti dikemukakan oleh Yunus bin Abi Hatim dari Abdullah bin

Umar berkata: Ada seorang laki-laki pada waktu perang Tabuk dalam sebuah

majelis berkata “Kami tidak pernah melihat al-Qur‟an mereka yang senantiasa

kami cintai di dalam hati kami dan tidak mendustakannya, tidak pernah melihat

orang yang lebih mementingkan perutnya, tidak pernah melihat pembohong

mulutnya dan lebih pengecut ketika berhadapan dengan musuh dari pada mereka.”

Seorang laki-laki dalam majelis itu lalu berkata “Engkau bohong dan kamu itu

benar-benar seorang munafik, sungguh akan ku kabarkan kepada Rasulullah

SAW. Abdullah bin Umar berkata: Aku melihat laki-laki itu bergelantung pada

sabuk pengikat unta Nabi, lalu laki-laki berkata: “Sesungguhnya kami hanyalah

bersenda-gurau dan bermain-main saja”, Nabi SAW lalu bersabda: وءي ٱاب ته لله

Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu“ ورسىله كىتم تستهزءون

selalu berolok-olok?.” Kedua kakinya tersandung bebatuan dan Nabi tidak

menaruh perhatian kepadanya, sedangkan pada saat itu ia bergantungan pada tali

pengikat pelana unta Nabi.

Dari riwayat di atas dapat dilihat bahwa ketika ayat-ayat al-Qur‟an dijadikan

olok-olokkan baik hanya dengan niatan senda gurau dan bermain-main saja, maka

itu tidak diperbolehkan dengan alasan dalil “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya

dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?.” Sebagai sikap menyanggah atas

perbuatan mereka yang melakukan olok-olok terhadap al-Qur‟an.

Dari uraian ayat-ayat di atas penulis mendapatkan bahwa olok-olokkan yang

dilakukan dahulu terhadap al-Qur‟an ialah dengan mengejek, menuduh sihir,

Page 67: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

53

bersikap sombong terhadap al-Qur‟an. Sikap Muslim di ambil dari situasi dan

kondisi saat ayat tersebut, seperti ketika berada di Makkah umat Muslim ketika itu

dalam kondisi lemah dikarenakan masih sedikit dan masih lemhanya keimanan

umat Muslim saat itu, namun ketika di Madinah kondisi umat Muslim sudah kuat

karena sudah banyak dan kuat akan keimanannya. Maka dari situasi dan kondisi

saat ayat tersebut turun penulis mendapatkan sikap yakni:

1. Madinah, dengan cara menyanggah dan memberikan peringatan melalui

teguran terhadap mereka yang mengolok-olok ayat-ayat al-Qur‟an.

2. Makkah, dengan cara meninggalkan dengan sikap berpaling dan pergi

menginggalkan mereka yang mengolok-olok ayat-ayat al-Qur‟an.

b) Langkah Kedua dari Gerakan Pertama

Langkah kedua dari gerakan pertama ialah mengeneralisasikan tujuan-

tujuan dari ayat-ayat tersebut dan melihat ayat dan asbab an-Nuzul tersebut

membicarakan tentang apa. Maka dari hasil itu didapatlah idea moral yang

bersifat universal. Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan idea moral,

pertama penulis akan memaparkan idea moral dari masing-masing ayat tersebut

yang berisi tujuan dan bagaimana menyikapinya, kedua ialah dengan

menggeneralisasikan idea moral dari masing-masing ayat tersebut agar

mendapatkan makna universal dari tujuan ayat-ayat tersebut. Pemaparan idea

moral dari masing-masing ayat, sebagai berikut:

Asy-Syu‟ara‟[26]: 6

Page 68: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

54

Ayat ini berisi tentang larangan olok-olok terhadap al-Qur‟an dengan cara

berpaling ketika dibacakan kepadanya, tertera dalam Asy-Syu‟ara‟ [26]:5,

Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari

Tuhan yang Maha pemurah, melainkan mereka selalu berpaling

daripadanya.

Sikap umat Muslim pada ayat ini bersifat implisit, yakni dengan cara

memberi peringatan kepada mereka.

Al-An‟ām[6]: 5

Ayat ini berisi tentang larangan olok-olok terhadap al-Qur‟an dengan

menilai bahwa al-Qur‟an adalah sihir, tertera pada Al-An‟ām[6]: 7, sikap pada

ayat ini bersifat implisit dengan memberikan peringatan kepada mereka yang

memperolok-olok seperti dijelaskan pada Al-An‟ām[6]: 6-7.

Al-An‟ām[6]: 68

Ayat ini berisi tentang larangan olok-olok terhadap ayat al-Qur‟an dengan

cara pergi meninggalkan mereka yang memperolok-olok ayat-ayat al-Qur‟an.

Sikap Muslim pada ayat ini bersifat explisit yakni langsung tertera dalam

potongan ayat, perintahnya yakni agar berpaling dari mereka yang memperolok-

olok ayat al-Qur‟an.

Al-Jatsiyah[45]: 33

Ayat ini bersi tentang larangan olok-olok terhadap ayat al-Qur‟an dengan

cara bersikap sombong terhadap al-Qur‟an ketika dibacakan ayat al-Qur‟an

kepadanya, sikap Muslim yang ditunjukkan pada ayat ini ialah dengan memberi

peringatan kepada mereka dan sikap ini bersifat implisit yakni dengan melihat

pada ayat QS. al-Jatsiyah[45]: 34.

Page 69: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

55

Ar-Rum[30]:10

Ayat ini berisi tentang larangan mengejek ciptaan Allah yang perbuatan

tersebut sama saja dengan mengolok-olok ayat al-Qur‟an. Sikap Muslim pada ayat

ini bersifat implisit dengan cara menanyakan kepada mereka yang mengolok-olok

dengan berkata mengapa mereka tidak berfikir akan asal-usul mereka?, seperti

tertera dalam Ar-Rum[30]:8.

An-Nisā[4]: 140

Ayat ini berisi tentang larangan mencari keuntungan dengan berpihak ke

orang-orang Kafir ketika mereka dalam keadaaan menang dan meninggalkan

kaum Muslim, sikap Muslim pada ayat ini bersifat explisit yakni dengan pergi

meninggalkan mereka yang mengolok-olok ayat al-Qur‟an. Ayat ini turun di

Madinah yang kondisi umat Muslim saat itu sudah mayoritas dan kuat, namun

pada ayat ini kondisi umat Muslim sedang berkumpul bersama mereka orang-

orang Kafir dan Munafik yang menjadikan ia minoritas walaupun saat itu umat

Muslim sudah banyak ketika di Madinah.

At-Taubah[9]: 65

Ayat ini berisi tentang larangan bersenda gurau dan bermain-main terhadap

ayat al-Qur‟an, sikap Muslim pada ayat ini bersifat explisit dengan tegas

dipaparkan pada ayat ini dengan menegur terhadap mereka yang memperolok-

olok, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-

olok?" At-Taubah[9]: 65.

Page 70: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

56

Setelah menggeneralisasikan idea moral dari ayat-ayat tersebut, maka

penulis menemukan makna historis saat itu yang bersifat universal, yakni:

1. Perbuatan olok-olok dilarang oleh agama baik itu dilakukan dengan niat

bercanda atau sunguh-sungguh dan dalam bentuk ucapan maupun tindakan.

2. Sikap terhadap pengolok-olok dan dalam menyikapinya terbagi menjadi dua

sikap

a. Menyanggahnya melalui perbuatan memberi peringatan dan

menegurnya.

b. Meninggalkan dengan cara pergi meninggalkan mereka yang

melakukan olok-olokkan.

B. Gerakan Kedua Pada Masa Saat Ini

Gerakan Kedua pada metode ini ialah mengkontekstualisasiakan ideal moral

yang bersifat universal dari gerakan pertama di atas dan dibawa ke masa sekarang

dengan konteks ke kinian dan direalisasikan penggunaanya pada masa sekarang.

a) Kondisi Saat Ini dan Jenis Olok-Olok Saat Ini

Pada saat ini ternyata perbuatan olok-olok masih ada pada masa sekarang

dan sudah mengalami perluasan makna, namun dengan tujuan yang sama yakni

adanya olok-olokkan, senda gurau dan pembicaraan yang batil terhadap ayat-ayat

al-Qur‟an. Olok-olok ialah mempermainkan kebenaran dan siapapun pelakunya

baik ia Muslim, Munafik dan Kafir, melakukannya dengan sengaja ataupun tidak

maka itu sama saja dengan tindakan olok-olok.Pada kondisi saat ini khususnya

Page 71: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

57

umat Islam di Indonesia sudah dikatakan sebagai umat Islam yang kuat karena

dengan mayoritasnya umat Islam di Indonesia saat ini dan sudah adanya UUD

yang mengatur tentang Pelecehan Agama, maka kondisi saat ini umat Muslim

sudah Kuat.

Olok-olokkan yang terjadi pada saat ini ialah banyak yang dilakukan dengan

tindakan, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja, pada pembahasan ini penulis

akan mencontohkan olok-olok dalam beberapa kasus saat ini:

1. Hukum

a. Kasus Seorang Gubernur (non-Muslim) Menistakan Agama

Kasus penistaan Agama yang dilakukan oleh seorang Gubernur non-

Muslim dengan membawa ayat al-Qur‟an ketika masa kampanye untuk

kepentingannya sendiri dengan mengatakan “Jangan mau dibohongi dengan al-

Maidah ayat 51”3 dan ini sudah menyalahi penafsiran dari Allah dan para mufasir,

apa yang telah disampaikan tersebut sama saja dengan mengejek bukti kebenaran

di dalam al-Qur‟an dan itu sama dengan perbuatan olok-olok yang terdapat dalam

QS. ar-Rum[30]: 10 yakni dengan mengejek bukti kebenaran dari Allah dan para

Nabi. Sikap Muslim yang dilakukan saat ini ialah dengan memberikan peringatan

kepadanya agar tidak menafsirkan ayat dengan keinginan sendiri dan

melaporkannya ke pihak hukum.

2. Politik

a. Kasus Seorang Gubernur non-Muslim Mempermainkan Ayat

3 https://news.detik.com/berita/d-3496149/hakim-ahok-merendahkan-surat-al-maidah-51

Page 72: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

58

Kasus mempermainkan ayat al-Qur‟an yang dilakukan oleh seorang

Gubernur non-Muslim yakni dengan menjadikan salah satu surah al-Qur‟an

sebagai pasword wifi dengan mengatakan “ pasangin wifi dengan nama surat al-

Maidah: 51 dengan kata Kafir sebagai pasword nya,”4 perkataan tersebut sama

saja dengan mempermainkan ayat al-Qur‟an yang sama saja pada QS. ar-

Rum[30]: 10 dan QS. at-Taubah[9]: 65.

3. Budaya

a. Kasus Seorang Membaca Puisi dengan Mejelekkan Agama

Ketika seseorang membaca puisi di depan banyak orang dengan

membacakan puisi yang sebagian isinya membandingkan agama dan budaya

dengan menjelekkan kegiatan keagamaan, perbuatan tersebut sama saja

mengolok-olok al-Qur‟an dengan mengejek kebenaran dar Allah dan Nabi yang

tertera dalam QS. ar-Rum[30]: 10 dengan berkata “suara kidung Indonesia

sangatlah elok, lebih merdu dari alunan Adzanmu”5. Maka sikap Muslim saat ini

ialah dengan memberi penerangan lebih dalam tentang agama atau dengan

memberi peringatan agar tidak mengulanginya lagi, sikap tersebut sama sedengan

at-Taubah[9]:65 dengan menegur dan memberi peringatan terhadap yang

melakukan olok-olok.

b. Kasus Seorang Menginjak al-Qur‟an

4 http://www.negerinews.com/2017/02/menggemparkan-al-maidah-51-dijadikan.html

5 https://news.detik.com/berita/d-4012791/bareskrim-panggil-ahli-agama-mui-terkait-

kasus-puisi-sukmawati?_ga=2.45933292.932777318.1526787163-679731855.1526629350

Page 73: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

59

Terdapat foto yang tersebar luas dalam akun facebook dengan foto sedang

menginjak kitab suci al-Qur‟an di dalam Mushollah dan di up-loud nya ke akun

facebook,6 ini menjadikan siapa pun menjdi kesal atas tindakannya. Perbuatan

pemuda tersebut dengan foto dengang menginjak al-Qur‟an dan dimasukkan

kedalam facebook sama saja dengan mengejek bukti kebenaran Allah dan

bersikap sombong sama seperti QS. ar-Rum[30]: 10. Maka sikap Muslim saaat ini

ialah dengan menegur dan menghukumnya atau dengan melapoprkannya ke pihak

berwajib agar tindakannya tersebut di hukum.

c. Kasus Seorang Stand Up Comedy Mempermainkan Ayat

Kasus seoang stand Up comedy yang melucu dengan menggunakan ayat al-

Qur‟an sebagai bahan lucuannya dan ini sama saja dengan menggunakan ayat

untuk kepentingan dirinya agar para penontonnya tertawa, perbuatan tersebut

sama saja melakukan olok-olok seperti dalam QS. at-Taubah[9]: 65 dengan

menjadikan ayat al-Qur‟an sebagai bahan candaan dan senda gurau dengan

mengatakan ”Allah akan menguji hambaNya yang dicintaiNya, Cintai

apaan?!!!”.7 Sikap Muslim ialah dengan menegurnya agar tidak melakukan hal

tersebut lagi dan tidak menjadikan ia sebagai contoh yang baik.

Contoh lain, ketika seorang politik mempermainkan satu ayat untuk

kepentingan pribadi dengan bertindak menafsirkan salah satu kitab suci agama

lain tanpa landasan ilmu yang cukup dan sebarangan dalam menafsirkan. Maka itu

6 Dengan akun Kapry Nanda,

https://news.okezone.com/read/2016/06/15/340/1415525/polisi-amankan-pemuda-yang-berpose-

injak-alquran

7 https://hot.detik.com/celeb/3806260/ge-pamungkas-juga-terancam-dilaporkan-atas-

dugaan-penistaan-agama

Page 74: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

60

termasuk tindakan olok-olok dan sikap yang harus dilakukan ialah dengan

menurunkannya dari jabatan yang ia pegang sebagai sikap penyanggah, dan tidak

memilihnya ketia ia mencalonkan dirinya sebagai sikap menghindar ketika ada

perbuatan olok-olok.

Sama lahnya ketika seseorang menyebarkan olok-olokkan terhadap ayat-

ayat al-Qur‟an di media dunia maya, dengan mengatakan bahwa hubungan

sesama jenis itu diperbolehkanya seperti yang dikatakan oleh seseorang dalam

twitter . Atau ketika seseorang mengatakan dalam wadah dunia maya di Facebook

“al-Qur‟an ialah benda mati, yang lebih spesifiknya lagi ia adalah sebuah entitas

firman yang sudah pingsan.” Maka ini sama saja dengan ia mengolok-olok akan

ayat-ayat al-Qur‟an dan sikap yang harus dilakukan pada saat sekarang ini ialah

dengan melaporkannya ke pihak berwajib sebagai tindakan penyalahgunaan UU

ITE. Sikap ini sama saja dengan sikap menyanggah ketika terdapat olok-olokkan

pada masa Nabi dahulu dan di realisasikan menjadi sikap tegas terhadap orang-

orang yang melakukan tindakan olok-olokaan tersebut.

Perbuatan olok-olok yang dilakukan pada masa al-Qur‟an tertuju kepada

Allah, Nabi terdahulu, Nabi Muhammad, Kitab suci sebelumnya dan al-Qur‟an.

Namun pada masa saat ini perbuatan olok-olok sudah lebih general, karena ketika

dahulu perbuatan olok-olok terhadap Allah, al-Qur‟an dan lainnya itu dilarang,

maka pada masa saat ini sesungguhnya yang tidak boleh untuk diolok-olok ialah

kebenaran yang berlaku kepada Allah atau sesama manusia.

Page 75: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

61

C. Tabel Perbandingan dan Persamaan Penafsiran Olok-Olok

Tabel 3.6: Perbandingan dan Persamaan Penafsiran

No Mufasir Manhaj Ayat Tafsir

1 At-Thabari Tahlili Qs. at-

Taubah[9]:

65

Orang-orang Munafik

ketika ditanyakan

kepada mereka,

mengapa mereka

memperolok-olok ayat

al-Qur‟an, maka mereka

menjawab ”kami

mengatakan hal itu

hanya untuk bercanda

bersenda gurau” namun

olok-olok terhadap al-

Qur‟an dilarang baik itu

secara sengaja ataupun

dengan bercanda.8

2 Sayyid Quthb Tahlili Qs. at-

Taubah[9]:

65

Salah seorang yang

melakukan olok-olok

terhadap al-Qur‟an ialah

Muhsyi bin Humaira

dengan berkata ” Demi

Allah, saya senang

kalau setiap orang dari

kita dipukul seratus kali

cambukan dan kita

terselamat dari

diturunkannya al-

Qur‟an” dan ia pun

memminta maaf dengan

mempertaruhkan

namanya dan nama

bapaknya, ia berganti

nama menjadi Abdur

Rahman dan mati

syahid pada perang

8 Abū Ja‟far Muhammad bin Jarīr At-Thabarī, Jāmi‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl Al-Qur‟an, jilid

10 (Bairūr: Dārul Fikr, 1978), h. 923.

Page 76: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

62

Yamamah yang tidak

diketahui orang lain.9

3 Buya Hamka Tahlili Qs. at-

Taubah[9]:

65

Ayat ini merupakan

tuguran keras kepada

orang Munafik bahwa

ayat Allah, Allah dan

Rasul-Nya tidak boleh

untuk diperolok-

olokkan.10

4 M. Quraish

Shihab

Tahlili Qs. at-

Taubah[9]:

65

Penggunaan kata

nakhūdhu merupakan

penjelasan bahwa

pembicaraan mereka

tidak memiliki dasar

atau pijakan yakni

pembicaraan yang tidak

serius namun tidak

berarti tidak perlu

diperhatikan.11

5 Penulis Double Movement Qs. at-

Taubah[9]:

65

Ayat ini memiliki

makna olok-olok

dengan cara bersenda

gurau dan bermain-main

terhadap ayat al-Qur‟an,

sikap Muslim saat itu

diperintahkan untuk

menegur terhadap orang

yang melakukan olok-

olok. Pengaplikasiannya

pada saat ini ialah

dengan adannya

tindakan dengan

menegur atau

melaporkan ketika

terjadi olok-olokkan

terhadap al-Qur‟an baik

dengan perkataan

9 Sayyid Quthb, “Fi Zhilalil Qur‟an”, Jilid 5 (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 374.

10 Hamka, Tafsir al-Azhar, juz 10 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 267.

11 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, ,Vol. 5

(Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 156.

Page 77: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

63

ataupun dengan

perbuatan.

Perbandingan penfsiran para mufasir dengan penafsiran menggunakan

metode double movement pada penafsiran mufasir tidak sampai ke masa sekarang

yang mengkontekstualisasikan ayat pada masa saat ini, namun dengan metode

double movement ayat olok-olok dapat direalisasikan pada masa saat ini dengan

mengaplikasikan idea moral. Adanya makan saat ini merupakan suatu tambahan

dalam memahami satu ayat, salah satunya dengan melihat situsi dan kondisi pada

ayat tersebut diturunkan dan diaplikasikan pada masa kini.

Semua peristiwa diatas yang telah penulis sebutkan melalui metode dalam

tabel di bawah dan tabel aplikasi doublel movement.

Tabel Teori Double Movement (Gerak Ganda)

Tabel 3.7: Tabel Penggunaan Metode

Gerakan Teori

Gerakan Pertama: Langkah Pertama Melihat kondisi sosio-historis di mana

al-Qur‟an diturunkan dengan melihat

teks ayat al-Qur‟an dan asbab an-Nuzul

ayat dan melihat juga situasi global

saat itu untuk melihat makna spesifik.

Gerakan Pertama: Langkah Kedua Menggeneralisasikan makna-makna

universal yang bersifat khusus untuk

Page 78: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

64

mendapatkan idea moral dan

menghasilkan makna general saat itu.

Gerakan Kedua Mengkontekstualisasikan idea moral

pada hasil dari makna historis ke

konteks detail saat ini melalui

spesifikasi makna (penggunaanya)

pada saat ini.

Page 79: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

65

Gerakan Pertama Gerakan Kedua

Langkah Pertama Langkah Kedua Kondisi Saat Ini Makna Saat Ini

Redaksi Makna Asbab an-Nuzul/

Riwayat

Idea Moral

Arti Jenis Sikap

Jenis Sikap

Asy-

Syu‟ara‟[2

6]: 6

Memperolok

-olok

Berpaling

dari al-

Qur‟an

Beritahu

resiko

ancaman

pada orang

yang

berolok-olok

Tidak ada 1. Larangan olok-

olok dengan

berpaling ketika

al-Qur‟an

dibaca.

2.Sikap (mplisit)

beri peringatan.

1. Hukum

A. Kasus seorang

calon Gubernur

non-Muslim

ketika

berkampanye

membawa ayat

al-Qur‟an untuk

kepentingan

sendiri. (al-

An‟ām[6]: 68

dan ar-Rum

[30]: 10).

a.Memperolok-

olok terhadap

al-Qur‟an

dengan

mengatakan

bahwa al-

Qur‟an adalah

sihir dan

mengejek bukti

kebenaran al-

Qur‟an. (al-

An‟ām [6]: 68

dan ar-Rum

[30]: 10).

a.Ketika kuat

dengan

memberikan

peringatan agar

tidak

mempermainkan

ayat ketika

berkampanye

dan ketika lemah

dengan

melaporkanya

kepihak hukum.

(al-An‟ām[6]:5

dan ar-Rum [30]:

10).

Al-

An‟ām[6]:

5

Memperolok

-olok

Mengatakan

al-Qur‟an

hanyalah

sihir

Beritahu

resiko azab

pada orang

yang berlaku

olok-olok

Tidak ada 1.Larangan

menilai al-

Qur‟an adalah

sihir.

2.Sikap (implisit)

beri peringatan.

Al-

An‟ām[6]:

68

Memperolok

-olok

Olok-olok

tentag

mendustakan

terhadap

azab

Tinggalkan Ibn Jarir berkata: “Ada

orang-orang Musyrikin

duduk bersama Nabi,

mereka senang

mendengarkan (ayat-

ayat) dari beliau, namun

ketika mereka

mendengarkan maka

mereka mengolok-olok,”

turunlah ayat ini.

1. Larangan olok-

olok terhadap

azab

2. Sikap

tinggalkan

2. Politik

a.Kasus seorang

Gubernur non-

Muslim

mempermainkan

al-Qur‟an dengan

menjadikan salah

satu surah dalam

al-Qur‟an

a.Memperolok-

olok al-Qur‟an

dengan

mengatakan akan

menjadikan al-

Maidah ayat 51

sebagai pasword

wifi. (ar-Rum[30]:

a.Ketika kuat

dengan

memberikan

peringatan

kepadanya dan

melaporkan agar

dihukum dan

kerika lemah

Page 80: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

66

Al-

Jatsiyah[45

]: 33

Memperolok

-olok

Bersikap

sombong

ketika

dibacakan

al-Qur‟an

Beritahu

bahwa

mereka tidak

akan keluar

dari Neraka

Tidak ada 1. Larangan

bersikap

sombong

terhadap al-

Qur‟an.

2. Sikap (implisit)

beri peringatan.

dijadikan pasword

wifi yakni al-

Maidah[5]: 51.

(ar-Rum[30]: 10

dan at-Taubah[9]:

65).

10 dan at-

Taubah[9]: 65).

dengan tidak

menjadikan ia

panutan dalam

hal politik dan

menggantinya

dengan yang lain.

(ar-Rum [30]: 10

dan at-Taubah[9]:

65).

Ar-

Rum[30]:

10

Memperolok

-olok

Mengejek

bukti

kebenaran

dari Allah

dan para

Nabi

Menanyakan

mengapa

mereka tidak

berfikir

tentang diri

mereka

Tidak ada 1.Larangan

mengejek

ciptaan Allah.

2.Sikap bertanya,

mengapa

mereka tidak

berfikir asal-

muasal mereka?

3. Budaya

a. Ketika

seseorang

membaca puisi

dengan

membandingka

n agama dan

budaya dan

dengan

menjelekkan

agama. (ar-Rum

[30]: 10).

b.Seseorang

pemuda asal

Padang yang

a.Memperolok-

olok al-Qur‟an

dengan

membaca puisi

namun dengan

membandingka

n antara al-

Qur‟an dan

budaya, dengan

menjelekkan

kegiatan

keagamaan di

dalamnya. (ar-

Rum [30]: 10).

b.Memperolok-

olok al-Qur‟an

dengan

a.Ketika kuat

dengan

memberinya

penerangan

lebih dalam

tentang syariat

Islam dan al-

Qur‟an lebih

dalam dan

ketika lemah

dengan

memberinya

peringatan agar

tidak

mengulaginya

dan tidak

menjadikkanya

panutan. (ar-

Rum [30]: 10

dan at-Taubah

[9]: 65).

b. Ketika kuat

dengan

menegurnya

An-

Nīsa[4]:

140

Memperolok

-olok

Mencari

keuntungan

dari Kafir

dan Muslim

Tinggalkan Abu Wa‟il berkata:

“sesungguhnya

seseorang mengucapkan

sebuah perkataan dusta

didalam majelis agar

teman-temannya

menertawainya, lalu

Allah murka kepada

mereka semua”

1. Larangan

mencari

keuntungan

dengan

berpihak ke

orang Kafir.

2. Sikap

tinggalkan

At-

Taubah[9]:

65

Memperolok

-olok

Senda gurau

dan

bermain-

main

terhadap

Menegur

terhadap

orang yang

memperolok

Ada seorang laki-laki

berkata dalam satu

majelis: “Kami tidak

pernah mendapat kitab

seperti Qur‟an mereka,

1. Larangan

sendagurau

dan bemain-

main terhadap

Page 81: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

67

ayat al-

Qur‟an

-olok tidak pernah melihat

orang yang lebih

mementingkan perut,

lebih pembohong dan

lebih pengecut waktu

berhadap dengan musuh

dari pada mereka”, “Aku

bersedia dihukum oleh

kalian dengan dipukul

seratus kali sebagai

penebus agar tidak

diturunkan ayat-ayat al-

Qur‟an yang ditunjukkan

kepada kita”

ayat al-Qur‟an

2. Sikapnya

menegur dan

memberi

peringatan

mengunggah

fotonya dalam

akun Facebook

sedang

menginjak al-

Qur‟an di

dalam

Mushallah.

(ar-Rum [30] : 10

dan al-Jatsiyah

[45]: 33).

c.Seorang Stand

Up Comedy

melucu dengan

menggunakan

ayat al-Qur‟an

untuk

kepentingan

dirinya. (al-

An‟ām [6]:68

dan an-Nisā [4]:

140).

tindakan yakni

menginjak al-

Qur‟an lalu di

sebar luaskan

pada akun

Facebooknya.

(al-Jatsiyah[45]:

33 dan ar-Rum

[30]: 10).

c.Memperolok-

olok al-Qur‟an

dengan

menggunakan

ayat al-Qur‟an

sebagai bahan

candaan dan

senda gurau.

(al-An‟ām [6]: 68

dan an-Nisā [4]:

140)

dan

menghukumny

a agar ia tidak

ada yang

melakukan hal

tersebut lagi

dan ketika

lemah dengan

melaporkan ke

pihak berwajib

agar dihukum.

(al-Jatsiyah

[45]: 33 dan

dan at-Taubah

[9]: 65).

c. Ketika kuat

dengan

menegur dan

memberi

peringatan agar

ayat al-Qur‟an

tidak dijadikan

bahan candaan

dan senda

gurau dan

ketika lemah

dengan tidak

menjadikan ia

sebagai contoh

atau panutan

yang baik. (at-

Taubah [9]: 65)

Page 82: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

68

Tabel3.8:Tabel aplikasi Metode Double Movement

Makna: konteks dahulu olok-olokkan

dilakukan oleh golongan kafir dan munafik

dengan mengejek, menuduh sihir, bersikap

sombong terhadap al-Qur‟an. sikap yang

dilakukukan oleh seorang Muslim ialah

dengan menegur, memberitahu dan

meninggalkannya.

Makna: Perbuatan

olok-olok dilarang

oleh agama baik

dari segi ucapan

atau tindakan.

Sikap Muslim

ketika terjadi

olok-olok ialah

dengan

menyanggah,

meninggalkan dan

memberi

peringatan.

Makna: Perbuatan olok-olok saat ini sudah tidak lagi

dilakukan dengan ucapan namun dengan tindakan, ketika

dahulu olok-olok ditunjukkan kepada Allah dan al-Qur‟an

dan untuk saat ini yang diolok-olok ialah kebenaran baik

kepada Allah atau sesama manusia. Pada saat ini sudah ada

UU No. 1/PNPS tahun 1965 tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama dan dengan

adanya UUD ini menjadikan kondisi saat ini sudah dalam

kondisi kuat.

Page 83: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan skripsi ini ialah menunjukkan bahwa memahami suatu makna

tidak didapat hanya dengan melihat dari yang tertulis secara eksplisit saja, namun

kita harus melihatnya dari keseluruhan makna tersebut. Olok-olok memiliki

banyak makna di dalam al-Qur‟an, baik dari segi makna arti, makna jenis dan

makna sikap, karena dengan melihat makna dari ayat-ayat yang berkaitan dengan

olok-olok sebagian besar kita dapat melihat bahwa sesungguhnya al-Qur‟an telah

menunjukkan maknanya sendiri melalui situasi dan kondisi saat ayat itu turun.

Melalui metode double movement kita bisa melihat makna olok-olok

sesungguhnya dalam al-Qur‟an.

Makna sesunggunhnya olok-olok ialah dengan diawali ketidak percayaan

akan sesuatu dan menimbulkan ke tidak terimaan, maka ia akan mulai mengolok-

olok agar yang mempercayai itu goyah akan kepercayaannya, tindakan olok-olok

merupakan tindakan yang dilarang oleh Agama baik ia dari golongan Kafir,

Munafik dan Muslim. Karena akan menimbulkan keresahan bagi umat manusia.

Jika dahulu olok-olok tertuju kepada Allah dan al-Qur‟an, maka pada saat ini

tindakkan olok-olok akan merugikan umat Manusia dengan cara berpaling dari al-

Qur‟an dan menggunakan ayat untuk kepentingan pribadi.

Page 84: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

70

Saran

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, karena sebuah penelitian

pasti akan menyisikan masalah yang masih belum tuntas. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat menjadi refrensi dalam memberikan penjelasan tentang

penafsiran olok-olok di dalam al-Qur‟an dan bagaimana cara menyikapi orang-

orang yang mengolok-olok. Karena dalam skripsi ini penulis hanya menafsirkan

hanya dari segi bagaimana menyikapi orang yang melakukan olok-olok.

Maka, perlu adanya penelitian lebih lanjut yang penulis tidak bahas, seperti

ayat-ayat yang berkaitan tentang pengolok-olokkan terhadap Nabi. Tentunya

dengan pendekatan dan metode yang berbeda dari yang penulis lakukan. Akhir

kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada

umumnya. Terimakasih.

Page 85: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

DAFTAR PUSTAKA

A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Moderen. Bandung: Pustaka, 1983

Abdul BāqI, Muhammad Fuād. al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfāẕ al-Qur‟ān al-

Karῑm. Kairo: Dār al-Kutub al-Misriyyah, 1364 H

Amal, Taufik Adnan. Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran

Hukum Fazlur Rahman. Bandung: Mizan, 1996

Amal, Taufik Adnan. Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam Fazlur

Rahman. Bandung: Mizan, 1994

Amal, Taufik Adnan. Rekontruksi Sejarah al-Qur‟an. Jakarta: Pustaka Alvabet,

2005

Armayanto, Harda. Etika Al-Qur‟an Terhadap Non-Muslim. Jurnal TSAQAFAH,

November, 2013

Amir, Mafri. Literatur Tafsir Indonesia. Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013

Amiruddin M. Hasbi, Konsep Negara Islam menurut Fazlur Rahman.

Yogyakarta:UII Press 2000

A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur‟an. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002

Abū Ja‟far Muhammad bin Jarīr At-Thabarī, Jāmi‟ Al-Bayān fi Ta‟wīl Al-Qur‟an,

jilid 10. Bairūr: Dārul Fikr, 1978

Al-Zuhailī, Wahbah. Tafsir al-Munīr: Aqidah, Syariah, Manhaj, Juz 5

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994

Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, cet-1. Jakarta: Bali Pustaka.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2008

Faridah, Konsepsi Pelecehan Terhadap Ayat dalam Surat Al-Jatsiyah:7-11 dan

Surat At-Taubah: 64-66 (Studi Komperatif Antara Fi Zhilalil Qur‟an dan al-

Azhar). Surakarta: Tesis IAIN Surakarta, 2016

Page 86: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

Fauzi, Ihsan, Ali. “Mempertimbangkan Neo-Modernisme”, dalam Jurnal Dialog

Pemikiran Islam,Islamika, No. 2. Oktober-Desember 1993

Goldziher, Ignaz. Mazhab Tafsir dari Aliran Klasik Hingga Moderen Yogyakarta:

eLSAQ Press, 2006

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset, 1995

Hamka, Tafsir al-Azhar, juz 10 Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983

Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an „Azhim. Dar Ibn Hazm, juz 2, 1998

Ismail, Hudzaifah. Tadabbur Ayat-Ayat Motivasi. Jakarta: PT Elek Media

Komputindo Kelompok Gramedia, 2010

Jurnal Kependidikan Islam, Nasrul HS, Transformasi Sebuah Tradisi Intelektual,

POTENSIA, Vol. 2, No. 2, Desember 2016

Mas‟adi, Ghufron A. Metodologi Pembaharuan Hukum Islam (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1997

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2013

Pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka, 2007

Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilāl al-Qur‟an, jilid 1. Jakarta: Gema Insani Press, 2005

Rahman, Islam dan Modernitas: Tantangan Transformasi Intelektual,h.7.

Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan partisipasi

politik di Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,tt

Shaleh, Qamaruddin. Asbāb Nuzūl. Bandung: CV P Diponegoro, 2007

Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur‟an, ,Vol. 5. Jakarta: Lentera hati, 2002

Page 87: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

Sibawaihi, Hermeneutika Al-Qur‟an Fazlur Rahman, cet. Ke-1. Yogyakarta dan

Bandung: Jalasutra, 2007

Syibromalisi, Faizah, Ali dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-

Modern. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011

W. J. S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 1986

Yunus, Muhammad. Kamus Arab Indonesia, cet-8. Jakarta: PT.Hilda Karya

Agung, 1990

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, cet-2. Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Dari Web

https://m.merdeka.com/peristiwa/ade-armando-2-kali-tersendung-kasus-penistaan-

agama.html.diakses pada 25 Februari 2018

http://www.negerinews.com/2017/02/menggemparkan-al-maidah-51-

dijadikan.html diakses pada 26 Februari 2018

https://hot.detik.com/celeb/3806260/ge-pamungkas-juga-terancam-dilaporkan-

atas-dugaan-penistaan-agama diakses pada 3 April 2018

https://news.detik.com/berita/d-3496149/hakim-ahok-merendahkan-surat-al-

maidah-51 diakses pada 3 April 2018

https://news.detik.com/berita/d-3768317/setya-novanto-didakwa-terima-duit-

korupsi-e-ktp-usd-73-juta diakses pada 4 April 2018

Page 88: PENAFSIRAN OLOK-OLOK TERHADAP AL-QUR’AN DENGANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40402/1/BADRU... · KATA PENGANTAR AlhamdulillahirrabilA‟lamin Segala puji penulis

https://news.detik.com/berita/d-4012791/bareskrim-panggil-ahli-agama-mui-

terkait-kasus-puisi-sukmawati?_ga=2.45933292.932777318.1526787163-

679731855.1526629350 diakses pada 4 April 2018

https://news.okezone.com/read/2016/06/15/340/1415525/polisi-amankan-pemuda-

yang-berpose-injak-alquran diakses pada 4 April 2018