Pen Gu Kuran
-
Upload
pratita-jati-permatasari -
Category
Documents
-
view
75 -
download
3
description
Transcript of Pen Gu Kuran
PENGUKURANPENGUKURAN
Pengukuran adalah: dalam penelitian adalah observasi fenomoen dengan maksud agar dapat dilakukan analisis menurut aturan tertentu.
Skala pengukuran yaitu :Skala pengukuran yaitu :
1. Skala kategorikal1. Skala kategorikal
2. Skala numerik 2. Skala numerik
Skala kategorikal: skala nominal dan ordinal, Skala kategorikal: skala nominal dan ordinal, Skala numerik: skala interval dan rasio.Skala numerik: skala interval dan rasio.
Skala nominalSkala nominal: merupakan nama, label, tidak : merupakan nama, label, tidak mengandung informasi peringkat. Contohnya mengandung informasi peringkat. Contohnya adalah golongan darah (A, B, AB, O), suku adalah golongan darah (A, B, AB, O), suku bangsa ( Jawa, Dayak, Bugis). bangsa ( Jawa, Dayak, Bugis). Skala nominal yang mempunyai 2 nilai disebut Skala nominal yang mempunyai 2 nilai disebut dikotom ( sembuh-tidak sembuh), mempunyai dikotom ( sembuh-tidak sembuh), mempunyai lebih dari 2 nilai disebut polikotom (Islam, lebih dari 2 nilai disebut polikotom (Islam, Hindu, Kristen, Katolik ). Hindu, Kristen, Katolik ). Skala pengukuran nominal tidak dapat dihitung Skala pengukuran nominal tidak dapat dihitung nilai nilai meanmean-nya, namun dapat dihitung proporsi, -nya, namun dapat dihitung proporsi, persentase, atau resiko relatif. Uji hipotesis persentase, atau resiko relatif. Uji hipotesis yang sering dipakai adalah uji xyang sering dipakai adalah uji x22
Skala ordinal terdapat informasi peringkat , akan Skala ordinal terdapat informasi peringkat , akan tetapi jarak antara 2 peringkat tidak sama dan tetapi jarak antara 2 peringkat tidak sama dan tidak dapat diukur. tidak dapat diukur. Contoh:Contoh: --derajat penyakit (ringan, sedang, berat) derajat penyakit (ringan, sedang, berat) -tingkat sosial ekonomi (rendah, menengah, tinggi) -tingkat sosial ekonomi (rendah, menengah, tinggi) -status gizi (buruk, kurang, cukup, lebih).-status gizi (buruk, kurang, cukup, lebih).
Statistik dapat digunakan, yang berlaku untuk Statistik dapat digunakan, yang berlaku untuk skala nominal, juga mencakup median, korelasi skala nominal, juga mencakup median, korelasi peringkat (Spearman) peringkat (Spearman)
SKALA
PENGUKURAN
SIFAT
VARIABEL
CONTOH STATISTIK
YANG SESUAI
KEKUATAN
Kategorikal
Nominal Bukan peringkat Golongan darah, jenis kelamin, golongan darah
Jumlah, rate, resiko,relatif, X2,
fischer, Mantel- Haenzel, regresikualitatif
rendah
Ordinal Peringkat dgn interval yang tidak dapat diukur
Derajat penyakit, status sosial
Sama dgn nominal, median, korelasi peringkat
sedang
Numerik
Interval Peringkat dgn interval yang dptdiukur, namun tidak mempunyai nilai 0 alamiah
Suhu tubuh, koefisien inteligensi
Sama dgn ordinal, ditambah mean, simpang baku, uji t, anova, regresi, korelasi
kuat
Rasio Sama dgn skala interval, mempunyai nilai 0 alamiah
Penghasilan, berat badan, kadar ureum
Sama dengan skala interval
kuat
Skala numerik: informasi peringkat yang lengkap serta dapat Skala numerik: informasi peringkat yang lengkap serta dapat diukur. diukur. Contoh : panjang badan, penghasilan perkapita, kadar Contoh : panjang badan, penghasilan perkapita, kadar kolesterol darah. kolesterol darah. Nilai skala numerik dapat dimanipulasi secara matematika Nilai skala numerik dapat dimanipulasi secara matematika (ditambah, dikurang, dibagi, dikalikan, dsb). (ditambah, dikurang, dibagi, dikalikan, dsb). Skala numerik: Skala numerik: skala intervalskala interval, yakni skala numerik tidak , yakni skala numerik tidak mempunyai nilai 0 alami (suhu: 0mempunyai nilai 0 alami (suhu: 00 0 Celcius tidak sama dengan Celcius tidak sama dengan 00o o Fahrenheit, karena nilai 0 tersebut arbiter, ditentukan Fahrenheit, karena nilai 0 tersebut arbiter, ditentukan manusia, bukan nilai alam ), manusia, bukan nilai alam ), skala rasio (skala rasio (mempunyai nilai 0 mempunyai nilai 0 alami). alami). Skala numerik: Skala numerik: skala kontinu (skala kontinu (mempunyai desimal, misalnya mempunyai desimal, misalnya kadar ureum, berat badan ), atau kadar ureum, berat badan ), atau skala diskretskala diskret (tidak (tidak
mempunyai desimal, misalnya jumlah anak dalam keluarga).mempunyai desimal, misalnya jumlah anak dalam keluarga).
SUMBER VARIASI
Tabel Sumber Variasi Dalam Pengukuran
SUMBER KETERANGAN
Variasi pengukuran
- Instrumen
- Pemeriksa
Variasi biologis
- Pada suatu subyek
- Antar subyek
Alat dan cara ukur
Orang yang mengukur
Perubahan variabel karena waktu dan keadaan
Perbedaan biologis darisuatu subyek ke subyek lain
Variasi BiologisVariasi Biologis
Variasi biologis sangat mempengaruhi hasil pengukuran.
Tekanan darah yang diukur setelah pasien lari sangat berbeda bila ia telah berbaring tenang selam 5 menit.
Kadar zat kimia tertentu memberikan hasil yang lain bila diukur pada waktu yang berbeda (irama sirkadian).
Pengukuran tinggi badan; tinggi badan orang pagi hari beberapa milimeter lebih tinggi dibanding tinggi badan malam hari.
KEANDALAN DAN KESAHIHAN PENGUKURANKEANDALAN DAN KESAHIHAN PENGUKURAN
KEANDALAN (keterandalan, reliabilitas, reprodusibilitas, presisi, atau ketepatan pengukuran.
Pengukuran disebut andal , apabila ia memberikan nilai yang sama atau hampir sama apabila pemeriksaan dilakukan berulang-ulang.
Tiga jenis variabilitas dapat mempengaruhi proses pengukuran: • variabilitas pengamat • variabilitas subyek• variabilitas instrumen.
PENILAIAN KEANDALAN PENGUKURANPENILAIAN KEANDALAN PENGUKURANA. Keandalan Pengukuran Variabel Numerik.Pengukuran kadar natrium serum dilakukan dengan alat A dan alat B. Pengukuran pada suatu sampel serum sebanyak masing-masing 20 kali.
Alat A (mEq/1): 136, 132, 133, 137, 134, 135, 134,135, 138, 132, 134, 136, 138, 133, 134, 135, 135, 135, 132, 136.
Alat B (mEq/1): 135, 139, 132, 132, 130, 136, 140, 135, 136, 135, 129, 136, 134, 133, 133, 136, 136, 134, 137, 136.
Pengukuran dengan alat A: rerata = 134,7 simpang baku = 1,76 koefisien variasi = 1,76/134,7=0,013
Pengukuran dengan alat B: rerata = 134,7 simpang baku = 2,71
koefisien variasi = 2,71/134,8=0,020
Kedua alat tersebut memiliki nilai rerata yang samaKoefisien variasi A lebih kecil A, Pengukuran A lebih andal dari pada pengukuran B
B. Keandalan Alat Ukur Berskala NominalB. Keandalan Alat Ukur Berskala NominalTabel 3-3. HASIL PEMERIKSAAN USG KEPALA PADA 30 BAYI OLEH DUA ORANG DOKTER____________________________________________________NO DOKTER P DOKTER Q NO DOKTER P DOKTER Q___________________________________________________________________________1. Normal Normal 16. Normal Abnormal2. Abnormal Abnormal 17. Normal Normal3. Normal Abnormal 18. Abnormal Normal4. Normal Normal 19. Normal Abnormal5. Normal Normal 20. Abnormal Abnormal6. Abnormal Abnormal 21. Normal Abnormal7. Abnormal Abnormal 22. Normal Normal8. Abnormal Normal 23. Normal Abnormal9. Abnormal Abnormal 24. Normal Normal10. Normal Abnormal 25. Abnormal Normal11. Normal Normal 26. Abnormal Normal12. Normal Normal 27. Abnormal Abnormal13. Abnormal Abnormal 28. Normal Abnormal14. Abnormal Abnormal 29. Abnormal Abnormal15. Abnormal Normal 30. Normal Normal___________________________________________________________________________
NORMAL TIDAK
NORMAL
A
9
B
7 16
TIDAK
C
4
D
10 14
13 17 30
Tabel 2x2 Menunjukan kesesuaian antara pemeriksaan USG kepala pada 30 bayi oleh 2 orang dokter. Derajat kesesuaian ( kappa) dihitung dengan langkah-langkah
sbb:Kesesuaian nyata = (9+10)/30 = 63,3%Kesesuaian karena peluang = (16x13)/30 + (14x17)/30 = 14,9%Kesesuaian bukan karena peluang = (63,3 – 14,9)% = 48,4%Potensi kesesuaian bukan karenapeluang = (100 – 14,9)% = 85,1%Kappa = 48,4/85,1 = 0,57
STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN PENGUKURAN
1. Standardisasi Cara Pengukuran
2. Pelatihan Pengukur
3. Penyempurnaan Instrumen
4. Automatisasi
5. Pengulangan Pengukuran
TABEL 3-3. STRATEGI UNTUK MENGURANGI RANDOM ERROR GUNA MENINGKATKAN KEANDALAN PENGUKURAN
CARA MENGURANGI
RANDOM ERROR
SUMBER
RANDOM ERROR
1. Standardisasi cara pengukuran Pengamat
Subyek
2. Pelatihan Pengamat
3. Penyempurnaan instrumen Alat ukur
Pengamat
4. Automatisasi instrumen Pengamat
Subyek
5. Mengulang pengukuran Pengamat
Subyek
Alat ukur
KESAHIHANIstilah kesahihan disebut sebagai validitas, menunjukkan berapa dekat alat ukur menyatakan apa yangseharusnya diukur.
PENILAIAN KESAHIHAN ALAT UKUR
A. Kesahihan Alat Ukur Berskala Numerik.Kesahihan alat ukur berskala numerik dilakukan dengan membandingkannya dengan alat ukur yang baku sebagai penera.
B. Kesahihan Alat Ukur Berskala Nominal.Alat ukur berskala nominal dapat dinilai dengan membandingkannya dengan alat diagnostik yang terbaik yang ada (gold standard), dan dapat dinilai sensitivitas, spesifitas, serta nilai prediksinya.
STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KESAHIHAN PENGUKURAN1. Melakukan Pemeriksaan Tanpa Setahu Subyek2. Melakukan Pemeriksaan Tanpa Identitas Subyek3. Kalibrasi Alat
Gambar (a) dan (b) diatas
Kesahihan dan keandalan pengukuran .
Pengukuran A yang dilakukan berulang memberikan rerata yang sama degan nilai sebenarnya (kesahihannya baik) dgn variabilitas yang sempit ( keandalannya baik).
Pengukuran B memberi nilai rerata yang sama denga nilai sebenarnya (kesahihannya baik) namun lebih lebar variabilitasnya (keandalannya kurang baik).
Pengukuran C memberi nilai rerata yang menyimpang dari nilai sebenarnya (kesahihan kurang baik) namun variabilitasnya sempit ( keandalannya baik).
Pengukuran D memberi nilai rerata yang menyimpang dari nilai sebenarnya ( kesahihannya tidak baik ) dan variasinya lebar ( keandalannya tidak baik ).
KELOMPOK SUBYEK KARAKTERISTIK CONTOH
Dibatasi oleh karakteristik klinis & demografis
Bayi sepsis ( jumlahnya tidak terbatas)
Validitas
eksterna II
Validitas eksterna I
Validitas interna
Dibatasi oleh tempat dan waktu
Dipilih secara random dari populasi terjangkau
Bayi sepsis di RSCM ( 320 per tahun )
60 bayi sepsis
Subyek menolak, loss to follow-up
54 bayi sepsis
POPULASI TARGET
POPULASITERJANGKAU
SAMPEL YG DIKEHENDAKI
SUBYEK YG BENAR-BENAR
DITELITI
Gambar 4-1. Diatas
1. Hubungan antara populasi target ( target populastion),
2. populasi terjangkau ( accessible ),
3. subyek yang dikehendaki ( intended sample),
4. dan subyek yang benar-benar diteliti (actual study subjects ).
Kesahihan interna penelitian baik bila penelitian padasubyek yang benar diteliti mengambarkan subyek yang terpilih.Kesahihan interna I menunjukkan apakah subyek yangh terpilih mewakili populasi terjangkau.Kesahihan eksterna II menunjukkan apakah populasi terjangkau mengambarkan populasi target.Kesahihan eksterna I hanya dapat baik apabila kesahihan interna baik, dan kesahihan eksterna II hanya baik apabila kesahihan eksterna I baik
DESAIN PENELITIAN
OBSERVASIONL INTERVENSIONAL
*1. Laporan kasus 1. Uji klinis
*2. Seri kasus 2. Intervensi: pendidikan,
*3. Studi cross sectional, termasuk suvai prilaku,
4. Studi kasus-kontrol kesehatan,
5. Studi kohort masyarakat
Gambar 5-1
DESAIN PENELITIAN
Gambar 5-1. Skema memperlihatkan klasifikasi desain sederhana penelitian.
Catatan: Sebagian ahli berpendapat bahwa laporan kasus, seri kasus,
dan survai bukan merupakan penelitian yang sebenarnya. Kami
mengacu pada Hedge yang mengatakan bahwa ilmu dan penelitian
sering dirancukan. Namun sebenarnya kedua hal tersebutt dapat
dilihat terpisah:
Ilmu adalah suatu filosofi, sedangkan penelitian adalah tindakan
(action) untuk mengisi ilmu. Sepanjang laporan kasus,seri kasus, dan
pelbagai survai tersebut merupakan proses untuk mengisi ilmu, maka
ia dapat disebut sebagai penelitian dengan desain yang paling
sederhana.
Faktanya, banyak penelitian dasor(kýdïktezan yang desainnya secara
metodologis sederhana, namun membuahkan hasil yang
spektakulerdipandang dari segi ilmu karena subtansinya yang sangat
berbobot.
STUDI CROSS SECTIONAL
FAKTOR
RISIKO (+)
FAKTOR
RISIKO (-)
Gambar . Sturktur umum studi cross sectional untuk menilai peran faktor risiko dalam terjadinya efek. Pengukuran variabel bebas ( faktor risiko ) dan tergantung ( efek ) dilakukan pada saat yang sama, dan hanya satu kali.
PENGUKURAN VARIABELBEBAS DAN TERGANTUNG
DILAKUKAN PADA SUATU SAAT
EFEK (+) A
EFEK (-) B
EFEK (+) C
EFEK (-) D
EFEKEFEK
YA YA TIDAKTIDAK JUMLAH JUMLAH
________________________________________________________________________________ YA A B A+BFAKTOR RISIKO
TIDAK C D C+D_______________________________________________________________________
Gambar. Tabel 2x2 menunjukan hasil pengamatan pada studi cross sectional.
A = subyek dengan menunjukkan faktor risiko yang mengalami efekB = subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efekC = subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efekD = subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek
Rasio prevalens dapat dihitung dengan membagi prevalens efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan prevalens efek pada kelompok tanpa faktor risiko. RP = A/(A+B) : C/(C+D).
PENELITIAN KASUS - KONTROLPENELITIAN KASUS - KONTROL
Gambar 7-1. Skema dasar studi kasus-kontrol.
Penelitian dimulai dgn mengidentifikasi subyek dgn efek (kelompok kasus), dan mencari subyek yang tidak mengalami efek (kelompok kontrol). Faktor risiko yang diteliti ditelusur retrospektif pada kedua kelompok, kemudian dibandingkan.
APAKAH ADAFAKTOR RISIKO DITELUSUR RETROSPEKTIF
PENELITIAN MULAI DISINI
YA
TIDAK
YA
TIDAK
KASUS (SUBYEK DGN
PENYAKIT)
KONTROL(SUBYEK TANPA
PENYAKIT)
A
B
C
D
EFEKEFEK
YA YA TIDAKTIDAK JUMLAH JUMLAH
________________________________________________________________________________ YA A B A+BFAKTOR RISIKO
TIDAK C D C+D_______________________________________________________________________
JUMLAH A+C B+D A+B+C+D
Gambar. 7-2Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi kasus kontrol (Tanpa Matching)
Sel A = kasus yang mengalami panjananSel B = kontrol yang mengalami panjananSel C = kasus yang tidak mengalami panjananSel D = kontrol yang tidak mengalami panjanan
Risiko relatif dinyatakan dengan rasio odds ( RO ) = {A/(A+B) : B/(A+B)} /{C/(C+D) : D/(C+D) = A/B : C/D = AD / BC.
PENELITIAN KOHORTPENELITIAN KOHORT
Gambar. Skema dasar penelitian kohort prospektif dengan kelompok
kontrol internal.
Penelitian dimulai dgn mengidentifikasi subyek tanpa efek dan tanpa
faktor risiko. Mereka diikuti ; sebagian akan terpajan faktor risiko,
sebagian tidak. Pengamatan diteruskan sampai waktu tertentu,
kemudian dibandingkan insidens efek pada kelompok dengan faktor
risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa faktor risiko.
PENELITIAN MULAI DISINI
DIIKUTI PROSPEKTIFAPAKAHTERJADIEFEK ?
SUBYEK TANPA FAKTORRISIKO
TANPA EFEK
FAKTORRISIKO (+)
FAKTOR RISIKO (-)
YA
TIDAK
YA
TIDAK
B
A
C
D
EFEKEFEK
YA YA TIDAKTIDAK JUMLAH JUMLAH
________________________________________________________________________________ YA A B A+BFAKTOR RISIKO
TIDAK C D C+D_______________________________________________________________________
Gambar. 8-2.Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi kohort.
Sel A = subyek dengan menunjukkan faktor rIsiko yang mengalami efekSel B = subyek dengan faktor rIsiko yang tidak mengalami efekSel C = subyek tanpa faktor rIsiko yang mengalami efekSel D = subyek tanpa faktor rIsiko yang tidak mengalami efek
Resiko relatif ( RR ) = A/(A+B) : C/(C+D)
MODIFIKASI RANCANGAN STUDI KOHORT
Disamping bentuk studi kohort prospektif, dikenal pula beberapa
modifikasi rancangan penelitian antara lain penelitian :
kohort retrospektif (kohort historik),
studi kohort berganda (double cohort study), dan nested
case – control study.
Penelitian Kohort Retrospektif.
Rancangan studi kohort retrospektif pada dasarnya sama
dengan studi kohort prosoektif. Subyek diamati dalam
kurun waktu tertentu terhadap suatu faktor resiko kemudian
dipelajari efek yang terjadi.
Bedanya adalah identifikasi faktor resiko dan efek yang telah terjadi
pada masa lalu.
Gambar 8 -3.Rancangan penelitian kohort retrospektif, prinsip desain ini sama dengan studi kohort biasa, namun efek yang dinilai sudah terjadi.
Jadi, secara retrospektif efek yang terjadi tersebut ditelusur seolah-olah
secara prospektif.
PENELITIAN DILAKUKAN
DISINIAPAKAHTERJADIEFEK ?
SUBYEKYANG DITELITI
FAKTORRISIKO +
FAKTOR RISIKO -
YA
TIDAK
YA
TIDAK
Gambar 8-4. Studi kohort ganda, atau studi kohort dengan kontrol eksternal.Kohort I adalah kelompok subyek dengan faktor risiko, kohort II adalah subyek tanpa risiko. Kedua kohort diikuti sampai waktu tertentu, kemudian dihitung berapa yang mengalami efek. Risiko relatif dihitung dengan cara yang sama dengan studi kohort dengan kontrol internal.
PENELITIANMULAI DISINI
DIIKUTI PROSPEKTIFAPAKAHTERJADI EFEK ?
KOHORT ISUBYEK DGN
FAKTOR RISIKO
KOHORT IISUBYEK TANPAFAKTOR RISIKO
YA
TIDAK
YA
TIDAK
A
B
C
D
VARIABEL DAN HUBUNGANANTAR - VARIABEL
Gambar 12-1. Hubungan antar variabel.Penelitian mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung.
Variabel perancu merupakan variabel yang tidak diteliti, namun dapat menpengaruhi hasil penelitian karena berhubungan dengan variabel bebas dan variabel tergantung, dan merupakan variabel antara.
Variabel lain yang tidak diteliti, yang hanya berhubungan dengan variabel bebas saja (A) atau dengan variabel tergantung saja (B) atau yang tidak berhubungan baik dengan variabel bebas maupun tergantung (C,D), disebut sebagai variabel luar.
Variabel bebas= independen= prediktor= risiko= kausa
Variabelluar
Variabelantara
Variabel tergantung= dependen= efek= respon= event= outcome
Variabel perancu= confounding
Varabelluar
Variabelluar Variabel
luar DAB
C
Gambar 12-2.
Skema umum hubungan variabel bebas, variabel tergantung, dan
variabel perancu.
A. Variabel bebas berhubungan dgn variabel tergantung. Variabel perancu berhubungan dgn baik variabel bebas maupun tergantung
B. Variabel M yang berhubungan dgn variabel bebas dan variabel tergantung, namun terletak di antara variabel bebas dan variabel tergantung, bukan merupakan perancu, dan ia tidak mempengaruhi hubungan variabelbebas-tergantung.
C. Variabel V yang berhubungan dengan variabel tergantung tetapi tidak dengan variabel bebas bukan merupakan perancu.
VARIABELBEBAS
VARIABELANTARA
VARIABELTERGANTUNG
PERANCU( CONFOUNDING)
VARIABELBEBAS
M VARIABELTERGANTUNG
VARIABELBEBAS
VARIABELTERGANTUNG V
bukan PERANCU
A
B
C
Gambar 12-3.Peran variabel perancu ( kebiasaan merokok ) dalam hubungan antara variabel bebas (minum kopi) dengan dengan variabel tergantung (kejadian penyakit jantung koroner).
Bila kebiasaan merokok mempunyai hubungan positif dengan kebiasaan minum kopi dan dengan kejadian penyakit jantung koroner, maka akan dapat ditemukan asosiasi semu antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian penyakit jantung koroner.
MINUMKOPI
PENYAKITJANTUNGKORONER
MEROKOK
+ ?
++
Gambar 12-3.
Hubungan antara kebiasaan makan permen (variabel bebas) dengan karies dentis (variabel tergantung) dapat 'tersembunyi' bila anak yang sering makan permen ternyata lebih rajin mengosok gigi.
Kerajinan mengosok gigi merupakan perancu karena berhubungan (positif) dengan kebiasaan makan permen, dan berhubungan (negatif)dengan karies dentis.
MAKANPERMEN
KARIESDENTIS
RAJINGOSOK GIGI
+
Gambar 12-4. Confounding by indicationSkema memperlihatkan hubungan variabel bebas (pemberian plasma) dengan variabel tergantung (kesembuhan).
Hubungan kedua variabel tersebut dirancukan oleh indikasi pemberian plasma (penyakit yang berat), yang selain berhubungan dengan pemberian plasma, berhubungan pula dengan prognosis. Fenomena
ini terjadi pada analisis hasil pengobatan secara retrospektif.
PEMBERIAN PLASMA
PROGNOSIS
RENJATAN BERATRENJATAN BERULANG
RENJATAN LAMARENJATAN + PERDARAHAN
variabel bebasvariabel tergantung
perancu
TELAAH KRITIS MAKALAHKEDOKTERAN
TABEL . CHECK LIST UMUM PENILAIAN STRUKTUR DAN ISI MAKALAH HAL YANG DINILAI CHECK LIST PENILAIAN
Judul makalah 1. Apakah judul tidak terlalu panjang atau terlalu pendek?
2. Apakah judul menggambarkan isi utam penelitian?
3. Apakah judul cukup menarik?
4. Apakah judul menggunakan singkatan, selain yang baku?
Pengarang dan
Institusi
1. Apakah nama-nama tersebut telah dituliskan sesuai dengan aturan jurnal?
Abstrak 1. Apakah merupakan abstrak satu paragraf, atau abstrak terstruktur?
2. Apakah sudah tercakup komponen IMRAD
( Introduction, Method, Result, Discussion?)
3. Apakah secara keseluruhan abstrak informatif?
4. Apakah abstrak lebih dari 200 atau 250 kata?
Pendahuluan 1. Apakah Pendahuluan terdiri dari 2 paragrafatau 2 bagian?
2. Apakah paragraf atau bagian pertama mengemukakan alasan dilakukannya penelitian?
3. Apakah paragraf atau bagian kedua menyatakan hipotesis atau tujuan penelitian, dan desain yang digunakan
4. Apakah Pendahuluan didukung oleh pustaka yang kuat dan relevan?
5. Apakah Pendahuluan lebih dari 1 halaman?
Metode 1. Apakah disebut desain, tempat,dan waktu penelitian?
2. Apakah disebut populasi sumber ( populasi terjangkau)?
3. Apakah kriteria pemilihan ( inkulasi dan eksklusi) dijelaskan
4. Apakah cara pemilihan subyek ( teknik sampling ) disebutkan?
5. Apakah perkiraan besar sampel disebutkan dan disebut pula alasannya?
( bersambung)
6. Apakah perkiraan besar sampel dihitung dengan rumus yang sesuai?
7. Apakah komponen-komponen rumus besar sampel diisi dengan angka-angka yang masuk akal?
8. Apakah observasi, pengukuran,serta intervensi dirinci sehingga orang lain dapat mengulanginya?
9. Bila teknik pengukuran tidak dirinci, apakah disebutkan rujukannya?
10. Apakah pengukuran dilakukan secara tersamar?
11. Apakah dilakukan uji keandalan pengurangan (kappa)?
12. Apakah definisi istilah dan variabel penting dikemukan?
13. Apakah ethical clearance diperoleh?
14. Apakah persetujuan subyek diperoleh?
15. Apakah disebutkan rencana analisis, batas kemaknaan, dan power penelitian?
16. Apakah disebutkan program komputer yang dipakai?
Hasil 1. Apakah disertakan tabel deskripsi subyek penelitian?
2. Pada uji perbandingan, apakah karakteristik subyek yang penting sebelum intervensi dibandingkan kesetaraannya?
3. Apakah dilakukan uji hipotesis untuk kesetaraan ini?
4. Apakah disebutkan jumlah subyek yang diteliti?
5. Apakah dijelaskan subyek yang drop out dengan alasannya?
6. Apakah keteptan numerik dinyatakan dengan benar?
7. Apakah penulisan tabel dilakukan dengan tepat?
8. Apakah tabel dan ilustrasi informatif?
9. Apakah tabel dan ilustrasi tersebut memang diperlukan?
10. Apakah semua hasil didalam tabel disebutkan pada nas?
11. Apakah semua outcome yang penting disebutkan dalam hasil?
12. Apakah subyek yang drop out diikutkan dalam analisis?
( bersambung )
13. Apakah analisis dilakukan dengan uji yang sesuai?
14. Apakah disertakan hasil uji statistik (x2, t), derajat kebebasan ( degree of freedom ), dan nilai p?
15. Apakah dilakukan analisis yang semula tidak direncanakan ( misalnya terhadap subgrup)?
16. Apakah disertakan interval kepercayaan ?
17. Apakah dalam hasil disertakan komentar dan pendapat?
Diskusi 1. Apakah semua hal yang relevan dibahas?
2. Apakah sering diulang hal yang yang dikemukan pada hasil?
3. Apakah dibahas keterbatasan penelitian, dan kemungkinan dampaknya terhadap hasil?
4. Apakah disebutkan kesulitan penelitian, penyimpangan dari protokol, dan kemungkinan dampaknya terhadap hasil?
5. Apakah pembahasan dilakukan menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian?
( bersambung )
6. Apakah pembahasan dilakukan dengan menghubungakannya dengan teori dan hasil penelitian terdahulu?
7. Apakah dibahas hubungan hasil dengan pratek klinis?
8. Apakah kesimpulan utama penelitian?
9. Apakah kesimpulan didasarkan pada data penelitian?
10. Apakah kesimpulan tersebut sahih?
11. Apakah efek samping dikemukakan dan dibahas?
12. Apakah disebutkan hasil tambahan selama observasi?
13. Apakah hasil tambahan tersebut dianalisis secara statistik?
14. Apakah disebutkan generalisasi hasil penelitian?
15. Apakah disertakan saran penelitian selanjutnya, dengan anjuran metodologis yang tepat?
( bersambung )
Ucapan
Terima kasih
1. Apakah terima kasih ditujukan kepada orang yang tepat?
2. Apakah ucapan terima kasih dinyatakan secara wajar?
Daftar
Pustaka
1. Apakah daftar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal?
2. Apakah semua yang tertulis pada daftar pustaka tertera pada nas, dan sebaliknya?
Lain-lain 1. Apakah keseluruhan makalah ditulis denan bahasa yang lancar, enak dibaca, informatif, hemat kata, dan efektif?
2. Apakah makalah ditulis dengan ejaan yang taat asas?
TABEL. TELAAH KRITIS MAKALAH KEDOKTERAN : HAL-HAL YANG HARUS DINILAI PADA STUDI HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT
TOPIK HAL YANG DINILAI
A. Deskripsi Umum 1. Desain apakah yang digunakan?
2. Manakah populasi target, populasi terjangkau, sampel?
3. Bagaimana cara pemilihan sampel?
4. Manakah variabel bebas?
5. Manakah variabel tergantung?
6. Apakah hasil utama penelitian?
B. Validitas Interna, Hubungan Non-Kausal
7. Apakah hasil dipengaruhi bias?
8. Apakah hasil dipengaruhi faktor peluang?
9. Apakah observasi dipengaruhi perancu?
( bersambung )
C. Validitas Interna, Hubungan Kausal
10. Apakah hubungan waktubenar?
11. Apakah asosiasi kuat?
12. Apakah ada hubungan dosis?
13. Apakah hasil konsisten dalam penelitian ini?
14. Apakah hubungan bersifat spesifik?
15. Apakah ada koherensi?
16. Apakah hasil biologically plausible?
D. Validitas Eksterna
17. Apakah hasil dapat diterapkan pada subyek yang terpilih?
18. Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau?
19. Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas?