Pen Gu Kuran

51
PENGUKURAN PENGUKURAN

description

biostatistik pengukuran

Transcript of Pen Gu Kuran

Page 1: Pen Gu Kuran

PENGUKURANPENGUKURAN

Page 2: Pen Gu Kuran

Pengukuran adalah: dalam penelitian adalah observasi fenomoen dengan maksud agar dapat dilakukan analisis menurut aturan tertentu.

Skala pengukuran yaitu :Skala pengukuran yaitu :

1. Skala kategorikal1. Skala kategorikal

2. Skala numerik 2. Skala numerik

Skala kategorikal: skala nominal dan ordinal, Skala kategorikal: skala nominal dan ordinal, Skala numerik: skala interval dan rasio.Skala numerik: skala interval dan rasio.

Page 3: Pen Gu Kuran

Skala nominalSkala nominal: merupakan nama, label, tidak : merupakan nama, label, tidak mengandung informasi peringkat. Contohnya mengandung informasi peringkat. Contohnya adalah golongan darah (A, B, AB, O), suku adalah golongan darah (A, B, AB, O), suku bangsa ( Jawa, Dayak, Bugis). bangsa ( Jawa, Dayak, Bugis). Skala nominal yang mempunyai 2 nilai disebut Skala nominal yang mempunyai 2 nilai disebut dikotom ( sembuh-tidak sembuh), mempunyai dikotom ( sembuh-tidak sembuh), mempunyai lebih dari 2 nilai disebut polikotom (Islam, lebih dari 2 nilai disebut polikotom (Islam, Hindu, Kristen, Katolik ). Hindu, Kristen, Katolik ). Skala pengukuran nominal tidak dapat dihitung Skala pengukuran nominal tidak dapat dihitung nilai nilai meanmean-nya, namun dapat dihitung proporsi, -nya, namun dapat dihitung proporsi, persentase, atau resiko relatif. Uji hipotesis persentase, atau resiko relatif. Uji hipotesis yang sering dipakai adalah uji xyang sering dipakai adalah uji x22

Page 4: Pen Gu Kuran

Skala ordinal terdapat informasi peringkat , akan Skala ordinal terdapat informasi peringkat , akan tetapi jarak antara 2 peringkat tidak sama dan tetapi jarak antara 2 peringkat tidak sama dan tidak dapat diukur. tidak dapat diukur. Contoh:Contoh: --derajat penyakit (ringan, sedang, berat) derajat penyakit (ringan, sedang, berat) -tingkat sosial ekonomi (rendah, menengah, tinggi) -tingkat sosial ekonomi (rendah, menengah, tinggi) -status gizi (buruk, kurang, cukup, lebih).-status gizi (buruk, kurang, cukup, lebih).

Statistik dapat digunakan, yang berlaku untuk Statistik dapat digunakan, yang berlaku untuk skala nominal, juga mencakup median, korelasi skala nominal, juga mencakup median, korelasi peringkat (Spearman) peringkat (Spearman)

Page 5: Pen Gu Kuran

SKALA

PENGUKURAN

SIFAT

VARIABEL

CONTOH STATISTIK

YANG SESUAI

KEKUATAN

Kategorikal

Nominal Bukan peringkat Golongan darah, jenis kelamin, golongan darah

Jumlah, rate, resiko,relatif, X2,

fischer, Mantel- Haenzel, regresikualitatif

rendah

Ordinal Peringkat dgn interval yang tidak dapat diukur

Derajat penyakit, status sosial

Sama dgn nominal, median, korelasi peringkat

sedang

Numerik

Interval Peringkat dgn interval yang dptdiukur, namun tidak mempunyai nilai 0 alamiah

Suhu tubuh, koefisien inteligensi

Sama dgn ordinal, ditambah mean, simpang baku, uji t, anova, regresi, korelasi

kuat

Rasio Sama dgn skala interval, mempunyai nilai 0 alamiah

Penghasilan, berat badan, kadar ureum

Sama dengan skala interval

kuat

Page 6: Pen Gu Kuran

Skala numerik: informasi peringkat yang lengkap serta dapat Skala numerik: informasi peringkat yang lengkap serta dapat diukur. diukur. Contoh : panjang badan, penghasilan perkapita, kadar Contoh : panjang badan, penghasilan perkapita, kadar kolesterol darah. kolesterol darah. Nilai skala numerik dapat dimanipulasi secara matematika Nilai skala numerik dapat dimanipulasi secara matematika (ditambah, dikurang, dibagi, dikalikan, dsb). (ditambah, dikurang, dibagi, dikalikan, dsb). Skala numerik: Skala numerik: skala intervalskala interval, yakni skala numerik tidak , yakni skala numerik tidak mempunyai nilai 0 alami (suhu: 0mempunyai nilai 0 alami (suhu: 00 0 Celcius tidak sama dengan Celcius tidak sama dengan 00o o Fahrenheit, karena nilai 0 tersebut arbiter, ditentukan Fahrenheit, karena nilai 0 tersebut arbiter, ditentukan manusia, bukan nilai alam ), manusia, bukan nilai alam ), skala rasio (skala rasio (mempunyai nilai 0 mempunyai nilai 0 alami). alami). Skala numerik: Skala numerik: skala kontinu (skala kontinu (mempunyai desimal, misalnya mempunyai desimal, misalnya kadar ureum, berat badan ), atau kadar ureum, berat badan ), atau skala diskretskala diskret (tidak (tidak

mempunyai desimal, misalnya jumlah anak dalam keluarga).mempunyai desimal, misalnya jumlah anak dalam keluarga).

Page 7: Pen Gu Kuran

SUMBER VARIASI

Tabel Sumber Variasi Dalam Pengukuran

SUMBER KETERANGAN

Variasi pengukuran

- Instrumen

- Pemeriksa

Variasi biologis

- Pada suatu subyek

- Antar subyek

Alat dan cara ukur

Orang yang mengukur

Perubahan variabel karena waktu dan keadaan

Perbedaan biologis darisuatu subyek ke subyek lain

Page 8: Pen Gu Kuran

Variasi BiologisVariasi Biologis

Variasi biologis sangat mempengaruhi hasil pengukuran.

Tekanan darah yang diukur setelah pasien lari sangat berbeda bila ia telah berbaring tenang selam 5 menit.

Kadar zat kimia tertentu memberikan hasil yang lain bila diukur pada waktu yang berbeda (irama sirkadian).

Pengukuran tinggi badan; tinggi badan orang pagi hari beberapa milimeter lebih tinggi dibanding tinggi badan malam hari.

Page 9: Pen Gu Kuran

KEANDALAN DAN KESAHIHAN PENGUKURANKEANDALAN DAN KESAHIHAN PENGUKURAN

KEANDALAN (keterandalan, reliabilitas, reprodusibilitas, presisi, atau ketepatan pengukuran.

Pengukuran disebut andal , apabila ia memberikan nilai yang sama atau hampir sama apabila pemeriksaan dilakukan berulang-ulang.

Tiga jenis variabilitas dapat mempengaruhi proses pengukuran: • variabilitas pengamat • variabilitas subyek• variabilitas instrumen.

Page 10: Pen Gu Kuran

PENILAIAN KEANDALAN PENGUKURANPENILAIAN KEANDALAN PENGUKURANA. Keandalan Pengukuran Variabel Numerik.Pengukuran kadar natrium serum dilakukan dengan alat A dan alat B. Pengukuran pada suatu sampel serum sebanyak masing-masing 20 kali.

Alat A (mEq/1): 136, 132, 133, 137, 134, 135, 134,135, 138, 132, 134, 136, 138, 133, 134, 135, 135, 135, 132, 136.

Alat B (mEq/1): 135, 139, 132, 132, 130, 136, 140, 135, 136, 135, 129, 136, 134, 133, 133, 136, 136, 134, 137, 136.

Pengukuran dengan alat A: rerata = 134,7 simpang baku = 1,76 koefisien variasi = 1,76/134,7=0,013

Pengukuran dengan alat B: rerata = 134,7 simpang baku = 2,71

koefisien variasi = 2,71/134,8=0,020

Kedua alat tersebut memiliki nilai rerata yang samaKoefisien variasi A lebih kecil A, Pengukuran A lebih andal dari pada pengukuran B

Page 11: Pen Gu Kuran

B. Keandalan Alat Ukur Berskala NominalB. Keandalan Alat Ukur Berskala NominalTabel 3-3. HASIL PEMERIKSAAN USG KEPALA PADA 30 BAYI OLEH DUA ORANG DOKTER____________________________________________________NO DOKTER P DOKTER Q NO DOKTER P DOKTER Q___________________________________________________________________________1. Normal Normal 16. Normal Abnormal2. Abnormal Abnormal 17. Normal Normal3. Normal Abnormal 18. Abnormal Normal4. Normal Normal 19. Normal Abnormal5. Normal Normal 20. Abnormal Abnormal6. Abnormal Abnormal 21. Normal Abnormal7. Abnormal Abnormal 22. Normal Normal8. Abnormal Normal 23. Normal Abnormal9. Abnormal Abnormal 24. Normal Normal10. Normal Abnormal 25. Abnormal Normal11. Normal Normal 26. Abnormal Normal12. Normal Normal 27. Abnormal Abnormal13. Abnormal Abnormal 28. Normal Abnormal14. Abnormal Abnormal 29. Abnormal Abnormal15. Abnormal Normal 30. Normal Normal___________________________________________________________________________

Page 12: Pen Gu Kuran

NORMAL TIDAK

NORMAL

A

9

B

7 16

TIDAK

C

4

D

10 14

13 17 30

Tabel 2x2 Menunjukan kesesuaian antara pemeriksaan USG kepala pada 30 bayi oleh 2 orang dokter. Derajat kesesuaian ( kappa) dihitung dengan langkah-langkah

sbb:Kesesuaian nyata = (9+10)/30 = 63,3%Kesesuaian karena peluang = (16x13)/30 + (14x17)/30 = 14,9%Kesesuaian bukan karena peluang = (63,3 – 14,9)% = 48,4%Potensi kesesuaian bukan karenapeluang = (100 – 14,9)% = 85,1%Kappa = 48,4/85,1 = 0,57

Page 13: Pen Gu Kuran

STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN PENGUKURAN

1. Standardisasi Cara Pengukuran

2. Pelatihan Pengukur

3. Penyempurnaan Instrumen

4. Automatisasi

5. Pengulangan Pengukuran

Page 14: Pen Gu Kuran

TABEL 3-3. STRATEGI UNTUK MENGURANGI RANDOM ERROR GUNA MENINGKATKAN KEANDALAN PENGUKURAN

CARA MENGURANGI

RANDOM ERROR

SUMBER

RANDOM ERROR

1. Standardisasi cara pengukuran Pengamat

Subyek

2. Pelatihan Pengamat

3. Penyempurnaan instrumen Alat ukur

Pengamat

4. Automatisasi instrumen Pengamat

Subyek

5. Mengulang pengukuran Pengamat

Subyek

Alat ukur

Page 15: Pen Gu Kuran

KESAHIHANIstilah kesahihan disebut sebagai validitas, menunjukkan berapa dekat alat ukur menyatakan apa yangseharusnya diukur.

PENILAIAN KESAHIHAN ALAT UKUR

A. Kesahihan Alat Ukur Berskala Numerik.Kesahihan alat ukur berskala numerik dilakukan dengan membandingkannya dengan alat ukur yang baku sebagai penera.

B. Kesahihan Alat Ukur Berskala Nominal.Alat ukur berskala nominal dapat dinilai dengan membandingkannya dengan alat diagnostik yang terbaik yang ada (gold standard), dan dapat dinilai sensitivitas, spesifitas, serta nilai prediksinya.

STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KESAHIHAN PENGUKURAN1. Melakukan Pemeriksaan Tanpa Setahu Subyek2. Melakukan Pemeriksaan Tanpa Identitas Subyek3. Kalibrasi Alat

Page 16: Pen Gu Kuran
Page 17: Pen Gu Kuran

Gambar (a) dan (b) diatas

Kesahihan dan keandalan pengukuran .

Pengukuran A yang dilakukan berulang memberikan rerata yang sama degan nilai sebenarnya (kesahihannya baik) dgn variabilitas yang sempit ( keandalannya baik).

Pengukuran B memberi nilai rerata yang sama denga nilai sebenarnya (kesahihannya baik) namun lebih lebar variabilitasnya (keandalannya kurang baik).

Pengukuran C memberi nilai rerata yang menyimpang dari nilai sebenarnya (kesahihan kurang baik) namun variabilitasnya sempit ( keandalannya baik).

Pengukuran D memberi nilai rerata yang menyimpang dari nilai sebenarnya ( kesahihannya tidak baik ) dan variasinya lebar ( keandalannya tidak baik ).

Page 18: Pen Gu Kuran

KELOMPOK SUBYEK KARAKTERISTIK CONTOH

Dibatasi oleh karakteristik klinis & demografis

Bayi sepsis ( jumlahnya tidak terbatas)

Validitas

eksterna II

Validitas eksterna I

Validitas interna

Dibatasi oleh tempat dan waktu

Dipilih secara random dari populasi terjangkau

Bayi sepsis di RSCM ( 320 per tahun )

60 bayi sepsis

Subyek menolak, loss to follow-up

54 bayi sepsis

POPULASI TARGET

POPULASITERJANGKAU

SAMPEL YG DIKEHENDAKI

SUBYEK YG BENAR-BENAR

DITELITI

Page 19: Pen Gu Kuran

Gambar 4-1. Diatas

1. Hubungan antara populasi target ( target populastion),

2. populasi terjangkau ( accessible ),

3. subyek yang dikehendaki ( intended sample),

4. dan subyek yang benar-benar diteliti (actual study subjects ).

Kesahihan interna penelitian baik bila penelitian padasubyek yang benar diteliti mengambarkan subyek yang terpilih.Kesahihan interna I menunjukkan apakah subyek yangh terpilih mewakili populasi terjangkau.Kesahihan eksterna II menunjukkan apakah populasi terjangkau mengambarkan populasi target.Kesahihan eksterna I hanya dapat baik apabila kesahihan interna baik, dan kesahihan eksterna II hanya baik apabila kesahihan eksterna I baik

Page 20: Pen Gu Kuran

DESAIN PENELITIAN

Page 21: Pen Gu Kuran

OBSERVASIONL INTERVENSIONAL

*1. Laporan kasus 1. Uji klinis

*2. Seri kasus 2. Intervensi: pendidikan,

*3. Studi cross sectional, termasuk suvai prilaku,

4. Studi kasus-kontrol kesehatan,

5. Studi kohort masyarakat

Gambar 5-1

DESAIN PENELITIAN

Page 22: Pen Gu Kuran

Gambar 5-1. Skema memperlihatkan klasifikasi desain sederhana penelitian.

Catatan: Sebagian ahli berpendapat bahwa laporan kasus, seri kasus,

dan survai bukan merupakan penelitian yang sebenarnya. Kami

mengacu pada Hedge yang mengatakan bahwa ilmu dan penelitian

sering dirancukan. Namun sebenarnya kedua hal tersebutt dapat

dilihat terpisah:

Ilmu adalah suatu filosofi, sedangkan penelitian adalah tindakan

(action) untuk mengisi ilmu. Sepanjang laporan kasus,seri kasus, dan

pelbagai survai tersebut merupakan proses untuk mengisi ilmu, maka

ia dapat disebut sebagai penelitian dengan desain yang paling

sederhana.

Faktanya, banyak penelitian dasor(kýdïktezan yang desainnya secara

metodologis sederhana, namun membuahkan hasil yang

spektakulerdipandang dari segi ilmu karena subtansinya yang sangat

berbobot.

Page 23: Pen Gu Kuran

STUDI CROSS SECTIONAL

Page 24: Pen Gu Kuran

FAKTOR

RISIKO (+)

FAKTOR

RISIKO (-)

Gambar . Sturktur umum studi cross sectional untuk menilai peran faktor risiko dalam terjadinya efek. Pengukuran variabel bebas ( faktor risiko ) dan tergantung ( efek ) dilakukan pada saat yang sama, dan hanya satu kali.

PENGUKURAN VARIABELBEBAS DAN TERGANTUNG

DILAKUKAN PADA SUATU SAAT

EFEK (+) A

EFEK (-) B

EFEK (+) C

EFEK (-) D

Page 25: Pen Gu Kuran

EFEKEFEK

YA YA TIDAKTIDAK JUMLAH JUMLAH

________________________________________________________________________________ YA A B A+BFAKTOR RISIKO

TIDAK C D C+D_______________________________________________________________________

Gambar. Tabel 2x2 menunjukan hasil pengamatan pada studi cross sectional.

A = subyek dengan menunjukkan faktor risiko yang mengalami efekB = subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efekC = subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efekD = subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek

Rasio prevalens dapat dihitung dengan membagi prevalens efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan prevalens efek pada kelompok tanpa faktor risiko. RP = A/(A+B) : C/(C+D).

Page 26: Pen Gu Kuran

PENELITIAN KASUS - KONTROLPENELITIAN KASUS - KONTROL

Page 27: Pen Gu Kuran

Gambar 7-1. Skema dasar studi kasus-kontrol.

Penelitian dimulai dgn mengidentifikasi subyek dgn efek (kelompok kasus), dan mencari subyek yang tidak mengalami efek (kelompok kontrol). Faktor risiko yang diteliti ditelusur retrospektif pada kedua kelompok, kemudian dibandingkan.

APAKAH ADAFAKTOR RISIKO DITELUSUR RETROSPEKTIF

PENELITIAN MULAI DISINI

YA

TIDAK

YA

TIDAK

KASUS (SUBYEK DGN

PENYAKIT)

KONTROL(SUBYEK TANPA

PENYAKIT)

A

B

C

D

Page 28: Pen Gu Kuran

EFEKEFEK

YA YA TIDAKTIDAK JUMLAH JUMLAH

________________________________________________________________________________ YA A B A+BFAKTOR RISIKO

TIDAK C D C+D_______________________________________________________________________

JUMLAH A+C B+D A+B+C+D

Gambar. 7-2Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi kasus kontrol (Tanpa Matching)

Sel A = kasus yang mengalami panjananSel B = kontrol yang mengalami panjananSel C = kasus yang tidak mengalami panjananSel D = kontrol yang tidak mengalami panjanan

Risiko relatif dinyatakan dengan rasio odds ( RO ) = {A/(A+B) : B/(A+B)} /{C/(C+D) : D/(C+D) = A/B : C/D = AD / BC.

Page 29: Pen Gu Kuran

PENELITIAN KOHORTPENELITIAN KOHORT

Page 30: Pen Gu Kuran

Gambar. Skema dasar penelitian kohort prospektif dengan kelompok

kontrol internal.

Penelitian dimulai dgn mengidentifikasi subyek tanpa efek dan tanpa

faktor risiko. Mereka diikuti ; sebagian akan terpajan faktor risiko,

sebagian tidak. Pengamatan diteruskan sampai waktu tertentu,

kemudian dibandingkan insidens efek pada kelompok dengan faktor

risiko dengan insidens efek pada kelompok tanpa faktor risiko.

PENELITIAN MULAI DISINI

DIIKUTI PROSPEKTIFAPAKAHTERJADIEFEK ?

SUBYEK TANPA FAKTORRISIKO

TANPA EFEK

FAKTORRISIKO (+)

FAKTOR RISIKO (-)

YA

TIDAK

YA

TIDAK

B

A

C

D

Page 31: Pen Gu Kuran

EFEKEFEK

YA YA TIDAKTIDAK JUMLAH JUMLAH

________________________________________________________________________________ YA A B A+BFAKTOR RISIKO

TIDAK C D C+D_______________________________________________________________________

Gambar. 8-2.Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan pada studi kohort.

Sel A = subyek dengan menunjukkan faktor rIsiko yang mengalami efekSel B = subyek dengan faktor rIsiko yang tidak mengalami efekSel C = subyek tanpa faktor rIsiko yang mengalami efekSel D = subyek tanpa faktor rIsiko yang tidak mengalami efek

Resiko relatif ( RR ) = A/(A+B) : C/(C+D)

Page 32: Pen Gu Kuran

MODIFIKASI RANCANGAN STUDI KOHORT

Disamping bentuk studi kohort prospektif, dikenal pula beberapa

modifikasi rancangan penelitian antara lain penelitian :

kohort retrospektif (kohort historik),

studi kohort berganda (double cohort study), dan nested

case – control study.

Penelitian Kohort Retrospektif.

Rancangan studi kohort retrospektif pada dasarnya sama

dengan studi kohort prosoektif. Subyek diamati dalam

kurun waktu tertentu terhadap suatu faktor resiko kemudian

dipelajari efek yang terjadi.

Bedanya adalah identifikasi faktor resiko dan efek yang telah terjadi

pada masa lalu.

Page 33: Pen Gu Kuran

Gambar 8 -3.Rancangan penelitian kohort retrospektif, prinsip desain ini sama dengan studi kohort biasa, namun efek yang dinilai sudah terjadi.

Jadi, secara retrospektif efek yang terjadi tersebut ditelusur seolah-olah

secara prospektif.

PENELITIAN DILAKUKAN

DISINIAPAKAHTERJADIEFEK ?

SUBYEKYANG DITELITI

FAKTORRISIKO +

FAKTOR RISIKO -

YA

TIDAK

YA

TIDAK

Page 34: Pen Gu Kuran

Gambar 8-4. Studi kohort ganda, atau studi kohort dengan kontrol eksternal.Kohort I adalah kelompok subyek dengan faktor risiko, kohort II adalah subyek tanpa risiko. Kedua kohort diikuti sampai waktu tertentu, kemudian dihitung berapa yang mengalami efek. Risiko relatif dihitung dengan cara yang sama dengan studi kohort dengan kontrol internal.

PENELITIANMULAI DISINI

DIIKUTI PROSPEKTIFAPAKAHTERJADI EFEK ?

KOHORT ISUBYEK DGN

FAKTOR RISIKO

KOHORT IISUBYEK TANPAFAKTOR RISIKO

YA

TIDAK

YA

TIDAK

A

B

C

D

Page 35: Pen Gu Kuran

VARIABEL DAN HUBUNGANANTAR - VARIABEL

Page 36: Pen Gu Kuran

Gambar 12-1. Hubungan antar variabel.Penelitian mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung.

Variabel perancu merupakan variabel yang tidak diteliti, namun dapat menpengaruhi hasil penelitian karena berhubungan dengan variabel bebas dan variabel tergantung, dan merupakan variabel antara.

Variabel lain yang tidak diteliti, yang hanya berhubungan dengan variabel bebas saja (A) atau dengan variabel tergantung saja (B) atau yang tidak berhubungan baik dengan variabel bebas maupun tergantung (C,D), disebut sebagai variabel luar.

Variabel bebas= independen= prediktor= risiko= kausa

Variabelluar

Variabelantara

Variabel tergantung= dependen= efek= respon= event= outcome

Variabel perancu= confounding

Varabelluar

Variabelluar Variabel

luar DAB

C

Page 37: Pen Gu Kuran

Gambar 12-2.

Skema umum hubungan variabel bebas, variabel tergantung, dan

variabel perancu.

A. Variabel bebas berhubungan dgn variabel tergantung. Variabel perancu berhubungan dgn baik variabel bebas maupun tergantung

B. Variabel M yang berhubungan dgn variabel bebas dan variabel tergantung, namun terletak di antara variabel bebas dan variabel tergantung, bukan merupakan perancu, dan ia tidak mempengaruhi hubungan variabelbebas-tergantung.

C. Variabel V yang berhubungan dengan variabel tergantung tetapi tidak dengan variabel bebas bukan merupakan perancu.

VARIABELBEBAS

VARIABELANTARA

VARIABELTERGANTUNG

PERANCU( CONFOUNDING)

VARIABELBEBAS

M VARIABELTERGANTUNG

VARIABELBEBAS

VARIABELTERGANTUNG V

bukan PERANCU

A

B

C

Page 38: Pen Gu Kuran

Gambar 12-3.Peran variabel perancu ( kebiasaan merokok ) dalam hubungan antara variabel bebas (minum kopi) dengan dengan variabel tergantung (kejadian penyakit jantung koroner).

Bila kebiasaan merokok mempunyai hubungan positif dengan kebiasaan minum kopi dan dengan kejadian penyakit jantung koroner, maka akan dapat ditemukan asosiasi semu antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian penyakit jantung koroner.

MINUMKOPI

PENYAKITJANTUNGKORONER

MEROKOK

+ ?

++

Page 39: Pen Gu Kuran

Gambar 12-3.

Hubungan antara kebiasaan makan permen (variabel bebas) dengan karies dentis (variabel tergantung) dapat 'tersembunyi' bila anak yang sering makan permen ternyata lebih rajin mengosok gigi.

Kerajinan mengosok gigi merupakan perancu karena berhubungan (positif) dengan kebiasaan makan permen, dan berhubungan (negatif)dengan karies dentis.

MAKANPERMEN

KARIESDENTIS

RAJINGOSOK GIGI

+

Page 40: Pen Gu Kuran

Gambar 12-4. Confounding by indicationSkema memperlihatkan hubungan variabel bebas (pemberian plasma) dengan variabel tergantung (kesembuhan).

Hubungan kedua variabel tersebut dirancukan oleh indikasi pemberian plasma (penyakit yang berat), yang selain berhubungan dengan pemberian plasma, berhubungan pula dengan prognosis. Fenomena

ini terjadi pada analisis hasil pengobatan secara retrospektif.

PEMBERIAN PLASMA

PROGNOSIS

RENJATAN BERATRENJATAN BERULANG

RENJATAN LAMARENJATAN + PERDARAHAN

variabel bebasvariabel tergantung

perancu

Page 41: Pen Gu Kuran

TELAAH KRITIS MAKALAHKEDOKTERAN

Page 42: Pen Gu Kuran

TABEL . CHECK LIST UMUM PENILAIAN STRUKTUR DAN ISI MAKALAH HAL YANG DINILAI CHECK LIST PENILAIAN

Judul makalah 1. Apakah judul tidak terlalu panjang atau terlalu pendek?

2. Apakah judul menggambarkan isi utam penelitian?

3. Apakah judul cukup menarik?

4. Apakah judul menggunakan singkatan, selain yang baku?

Pengarang dan

Institusi

1. Apakah nama-nama tersebut telah dituliskan sesuai dengan aturan jurnal?

Abstrak 1. Apakah merupakan abstrak satu paragraf, atau abstrak terstruktur?

2. Apakah sudah tercakup komponen IMRAD

( Introduction, Method, Result, Discussion?)

3. Apakah secara keseluruhan abstrak informatif?

4. Apakah abstrak lebih dari 200 atau 250 kata?

Page 43: Pen Gu Kuran

Pendahuluan 1. Apakah Pendahuluan terdiri dari 2 paragrafatau 2 bagian?

2. Apakah paragraf atau bagian pertama mengemukakan alasan dilakukannya penelitian?

3. Apakah paragraf atau bagian kedua menyatakan hipotesis atau tujuan penelitian, dan desain yang digunakan

4. Apakah Pendahuluan didukung oleh pustaka yang kuat dan relevan?

5. Apakah Pendahuluan lebih dari 1 halaman?

Metode 1. Apakah disebut desain, tempat,dan waktu penelitian?

2. Apakah disebut populasi sumber ( populasi terjangkau)?

3. Apakah kriteria pemilihan ( inkulasi dan eksklusi) dijelaskan

4. Apakah cara pemilihan subyek ( teknik sampling ) disebutkan?

5. Apakah perkiraan besar sampel disebutkan dan disebut pula alasannya?

( bersambung)

Page 44: Pen Gu Kuran

6. Apakah perkiraan besar sampel dihitung dengan rumus yang sesuai?

7. Apakah komponen-komponen rumus besar sampel diisi dengan angka-angka yang masuk akal?

8. Apakah observasi, pengukuran,serta intervensi dirinci sehingga orang lain dapat mengulanginya?

9. Bila teknik pengukuran tidak dirinci, apakah disebutkan rujukannya?

10. Apakah pengukuran dilakukan secara tersamar?

11. Apakah dilakukan uji keandalan pengurangan (kappa)?

12. Apakah definisi istilah dan variabel penting dikemukan?

13. Apakah ethical clearance diperoleh?

14. Apakah persetujuan subyek diperoleh?

15. Apakah disebutkan rencana analisis, batas kemaknaan, dan power penelitian?

16. Apakah disebutkan program komputer yang dipakai?

Page 45: Pen Gu Kuran

Hasil 1. Apakah disertakan tabel deskripsi subyek penelitian?

2. Pada uji perbandingan, apakah karakteristik subyek yang penting sebelum intervensi dibandingkan kesetaraannya?

3. Apakah dilakukan uji hipotesis untuk kesetaraan ini?

4. Apakah disebutkan jumlah subyek yang diteliti?

5. Apakah dijelaskan subyek yang drop out dengan alasannya?

6. Apakah keteptan numerik dinyatakan dengan benar?

7. Apakah penulisan tabel dilakukan dengan tepat?

8. Apakah tabel dan ilustrasi informatif?

9. Apakah tabel dan ilustrasi tersebut memang diperlukan?

10. Apakah semua hasil didalam tabel disebutkan pada nas?

11. Apakah semua outcome yang penting disebutkan dalam hasil?

12. Apakah subyek yang drop out diikutkan dalam analisis?

( bersambung )

Page 46: Pen Gu Kuran

13. Apakah analisis dilakukan dengan uji yang sesuai?

14. Apakah disertakan hasil uji statistik (x2, t), derajat kebebasan ( degree of freedom ), dan nilai p?

15. Apakah dilakukan analisis yang semula tidak direncanakan ( misalnya terhadap subgrup)?

16. Apakah disertakan interval kepercayaan ?

17. Apakah dalam hasil disertakan komentar dan pendapat?

Diskusi 1. Apakah semua hal yang relevan dibahas?

2. Apakah sering diulang hal yang yang dikemukan pada hasil?

3. Apakah dibahas keterbatasan penelitian, dan kemungkinan dampaknya terhadap hasil?

4. Apakah disebutkan kesulitan penelitian, penyimpangan dari protokol, dan kemungkinan dampaknya terhadap hasil?

5. Apakah pembahasan dilakukan menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian?

( bersambung )

Page 47: Pen Gu Kuran

6. Apakah pembahasan dilakukan dengan menghubungakannya dengan teori dan hasil penelitian terdahulu?

7. Apakah dibahas hubungan hasil dengan pratek klinis?

8. Apakah kesimpulan utama penelitian?

9. Apakah kesimpulan didasarkan pada data penelitian?

10. Apakah kesimpulan tersebut sahih?

11. Apakah efek samping dikemukakan dan dibahas?

12. Apakah disebutkan hasil tambahan selama observasi?

13. Apakah hasil tambahan tersebut dianalisis secara statistik?

14. Apakah disebutkan generalisasi hasil penelitian?

15. Apakah disertakan saran penelitian selanjutnya, dengan anjuran metodologis yang tepat?

( bersambung )

Page 48: Pen Gu Kuran

Ucapan

Terima kasih

1. Apakah terima kasih ditujukan kepada orang yang tepat?

2. Apakah ucapan terima kasih dinyatakan secara wajar?

Daftar

Pustaka

1. Apakah daftar pustaka disusun sesuai dengan aturan jurnal?

2. Apakah semua yang tertulis pada daftar pustaka tertera pada nas, dan sebaliknya?

Lain-lain 1. Apakah keseluruhan makalah ditulis denan bahasa yang lancar, enak dibaca, informatif, hemat kata, dan efektif?

2. Apakah makalah ditulis dengan ejaan yang taat asas?

Page 49: Pen Gu Kuran

TABEL. TELAAH KRITIS MAKALAH KEDOKTERAN : HAL-HAL YANG HARUS DINILAI PADA STUDI HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT

TOPIK HAL YANG DINILAI

A. Deskripsi Umum 1. Desain apakah yang digunakan?

2. Manakah populasi target, populasi terjangkau, sampel?

3. Bagaimana cara pemilihan sampel?

4. Manakah variabel bebas?

5. Manakah variabel tergantung?

6. Apakah hasil utama penelitian?

B. Validitas Interna, Hubungan Non-Kausal

7. Apakah hasil dipengaruhi bias?

8. Apakah hasil dipengaruhi faktor peluang?

9. Apakah observasi dipengaruhi perancu?

( bersambung )

Page 50: Pen Gu Kuran

C. Validitas Interna, Hubungan Kausal

10. Apakah hubungan waktubenar?

11. Apakah asosiasi kuat?

12. Apakah ada hubungan dosis?

13. Apakah hasil konsisten dalam penelitian ini?

14. Apakah hubungan bersifat spesifik?

15. Apakah ada koherensi?

16. Apakah hasil biologically plausible?

D. Validitas Eksterna

17. Apakah hasil dapat diterapkan pada subyek yang terpilih?

18. Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau?

19. Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas?

Page 51: Pen Gu Kuran