Motivasi pemimpin dalam meningkatkan produktifitas kerja pegawai ...
Pemimpin dalam Islam
-
Upload
abyanuddin-salam -
Category
Spiritual
-
view
69 -
download
1
Transcript of Pemimpin dalam Islam
PEMIMPIN DALAM ISLAM
Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang
pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya
seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi
pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh
pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang
pemimpin yang baik diantaranya :
1. Beriman dan Beramal Shaleh (Muslim)
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu
menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang
membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat.
Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal
soleh. Firman Allah :“ Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)” (Q.S. An-Nisa :144)
Firman Allah lainnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang
yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) diantara orang-orang yang
telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-
Maidah:57)
2. Niat yang Lurus
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap
orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya
karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”
Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH
saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan
kesempatan dan kemuliaan.
3. Laki-Laki
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin
dari kaum wanita.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah
yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun
curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara “
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka
kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi
Bakrah dari ayahnya).
4. Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin.
Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu
akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu
bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
5. Berpegang pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.
Allah berfirman,
”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (Q.S. Al-Maaidah:49).
6. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari
kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan
dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-
Kabir).
7. Lemah Lembut
Doa Rasullullah :
"Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka
persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut
kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya"
Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki
STAF. STAF disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh
pemimpin tersebut. STAF yang dimaksud di sini adalah
Sidiq(jujur),Tablig(menyampaikan), Amanah(dapat dipercaya), Fatonah(cerdas)
Sidiq itu berarti jujur.
Bila seorang pemimpin itu jujur maka tidak adalagi KPK karena tidak adalagi korupsi yang
terjadi dan jujur itu membawa ketenangan, kitapun diperintahkan jujur walaupun itu
menyakitkan.Tablig adalah menyampaikan, menyampaikan disini dapat berupa informasi
juga yang lain. Selain menyampaikan seorang pemimpin juga tidak boleh menutup diri saat
diperlukan rakyatnya karena Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan,
hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan,
hajat, dan kemiskinannya.” (H.R. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Amanah berarti dapat dipercaya. Rasulullah bersabda,
” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak
mereka.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim).
Karena itu seorang pemimpin harus ahli sehingga dapat dipercaya.Fatonah ialah cerdas.
Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi
juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan
masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.
Jika calon pemimpin itu semuanya Muslim, tentu yang harus kita pilih adalah yang
terbaik. Untuk menentukan siapa yang terbaik di antara mereka, sangatlah relatif. Setiap
kita akan mengatakan si A yang terbaik atau si B yang terbaik, dengan kriteria tertentu
yang kita pakai.
Terkait dengan pemimpin yang egoistis, Nabi Saw. bersabda: “Siapa yang memimpin,
sedangkan ia tidak memerhatikan urusan kaum Muslim, tidaklah ia termasuk dalam
golongan mereka” (HR. al-Bukhari).
Hal ini termasuk juga dengan kebijakan-kebijakan yang direncanakan pemimpin tersebut,
maka berhati-hatilah dan cermatlah dalam memilih pemimpin terutama dengan visi dan misi
yang mereka kemukakan. Jika visi, misi dan program kerja mereka tidak mendukung
Islam maka dapat termasuk kedalam golongan yang tidak memerhatikan urusan kaum
muslim.
Dengan kriteria-kriteria dari al-Quran dan hadis di atas jelaslah bahwa memilih
pemimpin yang baik itu tidaklah mudah, apalagi di negara kita yang terkadang yang
menjadi calon pemimpin itu jauh dari kriteria tersebut. Jika demikian halnya, tentu yang
harus kita lakukan adalah kita memilih yang terbaik dari yang ada (paling banyak
kelebihannya) tentunya dengan tolak ukur Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Di akhir tulisan ini perlu ditegaskan bahwa iktikad baik yang merupakan buah
keimanan harus diterjemahkan menjadi tindakan kebaikan yang nyata dalam masyarakat, berupa “amal shalih”, yaitu tindakan yang membawa kebaikan untuk sesama manusia.
Tindakan kebaikan bukan untuk kepentingan Allah SWT, sebab Allah adalah Maha Kaya, tidak membutuhkan apa pun dari manusia. Tegaknya hukum dan keadilan di negara kita sangat memerlukan seorang pemimpin yang baik. Karena itulah marilah kita
bersama-sama berikhtiar untuk memilih pemimpin yang terbaik buat bangsa dan negara kita tercinta, Indonesia.
Wallahu’alam bisshawab.