PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH PROF. DR. KH....
Transcript of PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH PROF. DR. KH....
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh:
Luluatu Nayiroh
NIM: 109051000070
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/ 2013 M
i
ABSTRAK
Luluatu Nayiroh
Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj
Dakwah pada hakikatnya mengajak manusia kepada kebaikan, kedamaian,
juga kesalehan baik secara individu maupun sosial. Selain kapasitasnya menjadi
Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siroj adalah tokoh da’i yangmempunyai visi misi
dalammenciptakan Indonesia beradab dan berbudaya. Terlihat jelas pada pemikiran
dakwahnya yang di aktualisasikan dalam rutinitas kesehariannya, beliau tak terhenti
dari aktivitas berdakwah serta mengambil peran aktif dalam membangun Indonesia
sejahtera dari berbagai sendi kehidupan. Ketokohan beliautidak bisa terlepas dari
perannya di NU. Dakwahnyasangat di akui oleh berbagai lapisan masyarakat
termasuk menjalin baik dengan ummat non muslim sehinggabeliau dilabeli tokoh
lintas agama yang kerapkali berdakwah pada semua agama.
Dari uraian di atas, maka pertanyaannya adalah, bagaimana konsep dakwah
menurut Prof. Dr. KH. Said aqil Siroj? Apa saja aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said
Aqil Siroj di Indonesia?
Terdapat beberapa unsur-unsur yang menjadi landasan utama teori dakwah
yang membahas pemikiran dakwah. Unsur-unsur dakwah tersebut terdiri dari: Subjek
Dakwah (Da’i), Objek Dakwah (Mad’u), Materi Dakwah, Metode Dakwah, Media
Dakwah, Visi dan Misi Dakwah, serta Tujuan Dakwah. Kesemuanya dapatdi
korelasikan dalam aktivitas dakwah yakni meliputi dakwah bil-Lisan, bil-Qalam, bil-
Haal.
Penelitian ini kualitatif deskriptif analisis berdasarkan data-data yang
dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok permasalahan yang
akan dikaji. Studi ini dilakukan berdasarkan pada: pertama, penelitian kepustakaan
(Library Research), kedua, wawancara mendalam bersama KH. Said Aqil Siradj dan
orang-orang terdekatnya.Bingkai penelitian ini hanya ingin mengetahui bagaimana
pemikiran dan aktivitas dakwah Said Aqil Siroj di Indonesia dengan berbagai
pendekatan. Hal demikian dilakukan agar mendapatkan data yang lengkap dan akurat.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemikiran dakwah
KH. Said Aqil Siroj ini sangatlah kompleks, baginya seorang da’i harus bisa
merangkap menjadi umara’ yang berkontribusi penuh dalam membangunnegara
Indonesia sebagai negara baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Dakwah yang ideal
adalah menjadikan Rasulullah sebagai referensi sentral dalam menyampaikan risalah.
Pemikirannya dituangkan dalam aktivitas yang selama inidiimplementasikan melalui
kegiatan dakwah dalam forum formal maupun informal guna terciptanya tujuan
dakwah yang hakiki yakni membentuk khairul ummah. Aktivitas Dakwah KH. Said
Aqil Siroj ini tidak terlepas dari pemikiran dakwahnya yang berkhidmah di NU
organisasi kemasyarakatan berhaluan Islam yakni khidmah kemasyarakatan, khidmah
keagamaan, serta khidmah kenegaraan.
Keyword : Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, Dakwah, Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaahirobbil ‘alamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT
atas rahmat, taufik, dan hidayahNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan tujuan untuk memenuhi
tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai
pihak, penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan ini
peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H.
Mahmud Jalal, MA, Pudek III Drs. Study Rizal LK, MA.
2. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, MA, selaku Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Drs. Masran, MA
selalu pembimbing akademik, kami haturkan terima kasih karena telah
banyak memotivasi dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. Jumroni, M.Si, selaku pembimbing penulis. Kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besanya untuk meluangkan waktu di tengah-tengah
iii
kesibukannya, guna memberikan arahan, masukan, diskusi, dan
membimbing kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, selaku narasumber. Terimakasih yang
sebesar-besarnya, atas kesediaan waktu ditengah kesibukan dan ilmu-ilmu
yang telah di berikan selama masa penelitian.
5. Kedua Orang Tuaku tercinta, H. Ubang Asy’ari dan Hj. E. Kholisoh yang
memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, serta terima kasih
pula kepada Ayu, Aa Bari, Iqlima, Najma, Shofi yang telah memberikan
do’a tulus ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan
materil kepada peneliti untuk tetap semangat.
6. Teman-teman KPI B anggkatan 2009, terutama kepada Teri, Didi, Ruhi,
Kiki, terima kasih atas motivasi, kasih sayang, do’a, dan semangat yang
kalian berikan untuk penulis.
7. Rasa terima kasih pula kami haturkan kepada ka Ashif terutama kepada ka
Idris yang telah banyak memberikan bimbingan selama dalam
penyelesaian skripsi ini.
8. Umi dan Abi Daar El-Hikam selaku guru serta orang tua bagi penulis,
terimakasih atas bimbingannya selama ini.
9. Sahabat-sahabat tercinta dan terkasih di Daar El-hikam khususnya Ummul,
Bunda Dina, Mpah, Elis terima kasih atas motivasi dan kebersamaan
kalian selama ini.
10. Berbagai Pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam kelancaran penulis skrisi ini, terima kasih atas
dukungannya.
iv
Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk sharing
dan berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi sehingga
skripsi ini selesai tepat pada waktunya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian
semua Amin.
Dan Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, September 2013
Luluatu Nayiroh
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8
D. Metodologi Penelitian .......................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
F. Tinjauan Pustaka ................................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Dakwah dan Unsur-unsurnya ............................................. 14
1. Pengertian Dakwah............................................................. 14
2. Unsur-unsur Dakwah .......................................................... 16
B. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas ................................... 30
1. Pengertian Pemikiran ......................................................... 29
2. Pengertian Aktivitas Dakwah ............................................. 31
BAB III BIOGRAFI PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ DAN
DAKWAH DI INDONESIA
A. Latar Belakang Keluarga Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj .... 35
B. Riwayat Pendidikan Prof. Dr. KH. Said Agil Siroj ........... 38
C. Perjalanan Karir Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj .................. 41
D. Perjalanan Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ............. 44
E. Karya Tulis Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ......................... 48
vi
BAB IV PEMIKIRAN & AKTIVITAS DAKWAH PROF. KH. DR. SAID
AQIL SIROJ
A. Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj ................... 49
1. Pengertian Dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj ............. 49
2. Unsur-unsur Dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj ........... 51
B. Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia.. 67
1. Dakwah Bil-lisan ................................................................ 67
2. Dakwah Bil-hal................................................................... 72
3. Dakwah Bil-qalam .............................................................. 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 79
B. Saran .......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81
LAMPIRAN ..................................................................................................... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju
mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan
dakwah yang dilakukan, karena itu Al-Qur’an menyebut kegiatan dakwah dengan
Ahsan Qaulaa. Dengan kata lain dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia
dalam kemajuan agama Islam.1
Islam masuk ke Indonesia melalui jalan dakwah yang panjang yang
dilakukan oleh pada da’i dari beberapa negara, seperti bangsa Arab dan Gujarat.
Dakwah Islam yang dilakukan para da’i di masa awal-awal Islam masuk ke
Indonesia berhasil menaklukkan hati masyarakat Indonesia yang pada waktu itu
menganut agama kepercayaan, Hindu dan Budha. Keberhasilan para da’i di abad
ke 16 itu lebih banyak disebabkan oleh cara dakwah mereka yang menunjukkan
hubungan yang dialogis, akomodatif, dan adaptif terhadap masyarakat setempat.
Inilah yang kemudian menyebabkan Islam mudah diterima oleh masyarakat
Indonesia. Dakwah adalah segala usaha untuk mengajak manusia mendorong
orang untuk memahami, meyakini, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.2
Mengajak dan menyeru orang lain untuk menerima Islam dan meyakini ajaran
1 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat,
(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010) h. 1 2 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya, (Yogyakarta,
PLPM, 1995) Cet ke-1, h. 12
2
Islam memerlukan cara sendiri. Cara penyampaian tersebut haruslah sesuai
dengan mad’unya dan cara tersebut disesuaikan dengan kondisi, situasi dan
kebutuhannya. Adanya variasi dalam metode dakwah memberikan peluang bagi
da’i untuk memilih alternatif penggunaan dakwah yang tepat bagi mereka.Selain
itu juga dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat baik dalam bentuk
individu maupun kelompok yang mengerti, memahami, bahkan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain mereka yang benar-benar profesional di
bidang dakwah dan mengetahui data tata cara penyampaian dakwah yang baik.
Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan da’i atau mubaligh.3
Dalam sejarah, pada awalnya da’i menjadi cultural broker atau makelar
budaya (Clifford Greertz). Bahkan berdasarkan penelitiannya di Garut, Hiroko
Horikoshi memberi penegasan peran kyai sekaligus da’i tidak sekadar makelar
budaya, tetapi sebagai kekuatan perantara (intermediary forces), sekaligus sebagai
agen yang mampu menyeleksi dan mengarahkan nilai-nilai budaya yang akan
memberdayakan masyarakat. Fungsi mediator ini dapat juga diperankan untuk
membentengi titik-titik rawan dalam jalinan yang menghubungkan sistem lokal
dengan keseluruhan sistem yang lebih luas, dan sering bertindak sebagai
penyangga atau penengah antara kelompok-kelompok yang saling bertentangan,
menjaga terpeliharanya daya pendorong dinamika masyarakat yang diperlukan.4
Banyak ayat-ayat Al-qur’an dan juga hadist-hadist Rasulullah SAW yang
menjelaskan tentang pentingnya dakwah atau mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam.
3 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) h. 27
4 Abdullah Cholis Hafidz,dkk, Dakwah Transformatif, (Jakarta: PP Lakpesdam NU,
2006) h. 3
3
Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah penting, sebab tanpa da’i ajaran
Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. Walau
bagaimanapun sesungguhnya ideologi Islam itu harus disebarkan di masyarakat.
Ia tetap hanya sebagai ide, ia akan tetap hanya sebagai cita-cita yang tidak akan
pernah terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya, termasuk di
dalamnya yang berkaitan dengan amar ma‟ruf nahi munkar, karena berdakwah
adalah tugas muslim untuk memberikan nasihat-nasihat atau fatwa-fatwa yang
baik, guna menghindarkan manusia dari berbuat munkar. Demikian pula pada
pemikiran dakwah Islam harus mampu memberikan alternatif pemikiran konsepsi
dakwah yang bisa memberikan solusi terhadap problem-problem baru bagi
masyarakat.
Dalam masyarakat, Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama
yang bertugas untuk mengayom, membina dan membimbing umat Islam baik
dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan baik
dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Dan dalam masyarakat,
ulama memang memiliki peran yang sangat besar dan universal. Ia nyaris
memiliki andil di setiap lini dan detik dalam perubahan masyarakat (social
angineering) yang bermuara pada kesadaran kolektif masyarakat untuk
melakukan perubahan. Maka ulama dinyatakan sebagai sumber dan inspirasi
perubahan.5
5Fathiy Syamsuddin, Menguatkan Peran dan Fungsi, Majalah Al-Wa‟ie, No. 80 (April
2007), h. 13.
4
Seperti firman Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran
ayat 110 :
Artinya : “Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) makruf dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.
Di antara mereka ada yang beriman namun kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik”.6
Berdasar pada ayat diatas KH. Said Aqil Siroj berdakwah bertujuan untuk
menciptakan khairul ummah, umat yang sebaik-baiknya. Ayat tersebut
mengisyaratkan kepada kita bahwa langkah pertama yang harus ditempuh guna
mewujudkan atribut “khairul ummah” haruslah ber-iqamatul ma‟ruf
(menegakkan kebajikan), Iqamatul ma‟ruf disini dalam arti yang luas sekali,
termasuk perbaikan bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, teknologi, ilmu
pengetahuan, dan aspek kehidupan lainnya yang akan mengangkat kemaslahatan
bersama. Langkah kedua, nahi al-munkar (mencegah kemunkaran). Kemunkaran
di sini termasuk kemiskinan, kebodohan, kemaslahatan, dalam berbuat baik,
maupun al-akhlaq al-madzmumah lainnya.7
Sekembalinya ke tanah air, Kyai Said cukup mencuat dan cepat dikenal
luas sebagai moderat baik dalam pemikiran ataupun sikap. Hal itu berdampak
6Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: SYGMA PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2009), h. 64. 7 Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2006) h. 223
5
positif dan dan dapat dilihat dari pergaulannya yang sangat plural untuk seorang
kyai NU. Pergaulan beliau terjalin lintas profesi, lintas agama, lintas ideolog, dan
bahkan lintas generasi. Tidak mengherankan jika oleh banyak pihak beliau
dianggap sebagai tokoh pemimpin Islam masa depan.8
Kyai said adalah figur setelah Gus Dur yang dalam batasan lebih kecil
mampu memotret dan meniru sisi kehidupan Gus Dur untuk dijalankan di tengah-
tengah masyarakat Indonesia. Bergaul dengan banyak komunitas. Dengan
keterlibatan perwakilan umat Islam di kelompok non muslim, paling tidak banyak
sisi positif yang pasti akan teraih untuk kepentingan bangsa yang lebih luas.
Sebagai bentuk penguatan hubungan kemanusiaan, untuk meredam konflik etnis
dan agama. Pilihan kyai Said kembali ke tanah air untuk mengabdi kepada
bangsa, tentunya memiliki implikasi yang lebih luas. Seolah, ia mengambil resiko
dan pilihannya sebagai agen perubahan sosial dalam batas tertentu. Pilihan yang
mengandung konsekuensi tidak ringan, merancang program ber-visi ke-
Indonesiaan, mampu memberi warna kontribusi positif pada komunitas lain,
sebagai bentuk dakwah dan memperkuat misi dan spirit Islam. Itulah menurutnya
model dakwah yang aplikatif.9
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj memanfaatkan ilmu dan pemikirannya untuk
masyarakat. Terlihat khidmah beliau di PBNU, organisasi dakwah kepada
masyarakat serta mengajar di beberapa Universitas terkemuka di Indonesia. Dan
di usianya yang ke-60 tahun ini beliau mendirikan mendirikan pondok pesantren
8Mohammad Dawam Sukradi, NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado
buat kyai Said), (Jakarta, SAS Center, 2010), h. 70 9 Mohammad Dawam Sukradi, NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado
buat kyai Said), h. 80
6
luhur (Said Aqil Siroj) Al-Tsaqafah yang bertempat di Ciganjur, bertujuan untuk
berdakwah dalam menciptakan generasi unggul baik secara ilmu pengetahuan
serta akhlak karimah .10
Bagi KH. Said Aqil Siroj, dakwah bisa dilakukan melalui lisan (bil lisan)
seperti menyampaikan tausiah, seminar ataupun mengajar dan mendidik para
santri, tulisan (bil qalam) menulis beberapa karya ilmiah, maupun perbuatan (bil
hal) mendirikan lembaga pendidikan Islam. Masing-masing cara ini memiliki
keunggulan dan kelemahannya sendiri sebagai sebuah pendekatan dalam aktivitas
berdakwah.11
Menurut dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
bahwa dakwah pun bisa di lakukan dengan hati sebagaimana hadistnya:
قال : سمعت رسول اهلل صلي اهلل عل اهلل عى د الخدر رض عه أب سع
، فإن دي، فإن لم ستطع فبلساو غري ب لموسلم قول : مه رأى مىكم مىكرا فل
وذلك أضع مانستطع فبقلب ف اإل
Artinya: “Dari Abu Sa‟id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar
Rasulullah shollallohu „alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat
kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan
hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (Riwayat
Muslim).
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, sosok laki laki religius ini biasa dipanggil
dengan panggilan Kang Said, kelahiran Cirebon 03 Juli 1953 dengan latar
belakang agama yang kuat, dan berkeinginan memperjuangkan Islam di berbagai
aspek. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj juga mempunyai latar belakang akademis
10
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 9 Juni 2013 11
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
7
yang luas dalam keilmuan Islam. Alumni S3 University of Umm Al-qura dengan
jurusan Aqidah / Filsafat Islam ini lulus pada tahun 1994 yang sebelumnya
mengambil S2 di Universitas yang sama jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987
dan S1 di Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus
1982.12
Dengan latar belakang ilmu pendidikan Agama yang kuat dijadikan
modalnya dalam dakwah dan memperjuangkan islam di era baru ini sehingga
memberikan dampak positif bagi perkembangan keislaman pada masyarakat
Indonesia. Kegiatan dakwahnya yang istiqomah dan selalu memberikan inovasi
dalam setiap dakwahnya sehingga masyarakat selalu tertarik untuk mengikuti dan
mengkaji setiap kegiatan dakwahnya.13
Dengan berpijak pada latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini
pada Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih akurat dan terfokus, maka penulis membatasi
pembahasan pada Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj
di Indonesia pada tahun 2013 sesuai tahun penelitian.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka penulis hanya memfokuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
12 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas’udi, Jakarta 09 Juni 2013 13
Mohammad Dawam Sukradi, NU Sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado
buat kyai Said), h. 64
8
a. Bagaimana Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj?
b. Apa saja Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Pemikiran dakwah yang mencakup definisi serta unsur-
unsur dakwah.
b. Untuk mengetahui aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Said Aqil Siroj
meliputi dakwah billisan, bil-hal, dan bil qolam
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai acuan untuk Pemikiran dan Aktivitas
Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia :
a. Secara Akademis, dengan tulisan ini diharapkan memberi tambahan
informasi tentang pemikiran dan aktivitas dakwah sosok da’i berkaliber
nasional dan internasional.
b. Secara Praktis, penulis berharap dengan tulisan ini menambah
pengetahuan dan wawasan pengetahuan tentang disiplin ilmu dakwah
terutama informasi bagaimana Pemikiran dan Aktivitas Dakwah yang di
realisasikan oleh Ketua Umum PBNU ini. Penelitian ini diharapkan bisa
memberikan wawasan konsep pemikiran dan kiprah dakwah yang lebih
nyata dalam tatanan kehidupan.
9
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penenelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena
pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif dan lebih
mendalam, baik berupa kata-kata tertulis yaitu data atau secara lisan
(wawancara).14
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (Field Researech).
Dalam penelitian lapangan (Field Researech) peneliti menggunakan metode
deskriptif (menggunakan data kualitatif), yang dimaksud dengan deskriptif
adalah peneliti berusaha menjelaskan Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof.
Dr. KH. Said Aqil Siroj.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj
sedangkan yang menjadi objek Penelitian ini adalah Pemikiran dan Aktivitas
Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk megumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan
permasalahan penelitian ini, penulis mengadakan komunikasi secara langsung
dan tidak langsung, dengan menggunakan alat (instrument) pengumpulan data
sebagai berikut :
14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005) h. 3
10
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah sebuah pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pewawancara
(interviewer) dengan terwawancara (interviewee).15
Adapun jenis
wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan jenis wawancara
semitestruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Hal ini
dilakukan oleh peneliti agar dapat menggali informasi dan mendapatkan
data yang akurat dari Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj dan orang terdekatnya
yakni Muhammad Idris Mas’udi (sekretaris pribadi KH. Said Aqil Siroj).
b. Observasi atau Pengamatan Langsung
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
secara sistematis dari fenomena yang diteliti.16
Dalam hal ini peneliti
langsung ke tempat penelitian yaitu di kediaman beliau Jalan Sadar Raya
No. 3A Ciganjur Jakarta Selatan untuk mengetahui dan mengamati
bagaimana Pemikiran dan Aktivitas dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan dan pengambilan data yang
diperoleh melalui pengumpulan dokumen-dokumen untuk memperkuat
informasi.17
Dalam hal ini peneliti melakukan penelusuran data dengan
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta :
Rineka Cipta, 2002) h. 145 16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, h. 117 17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek, h. 110
11
menelaah buku, majalah, surat kabar, internet. Tujuannnya untuk
mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.
4. Waktu dan Tempat Penelian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2013 .
Adapun Tempat penelitian ini bertempat di kediaman KH. Saiq Aqil Siroj
Jalan Sadar Raya No. 3A Ciganjur Jakarta Selatan.
5. Analisis Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan analisis data.
Dalam menganalisis, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu suatu
metode dalam penulisan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,
suatu pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.18
Tujuan dari
deskriptif ini adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian sesuai
dengan kenyataan yang ada.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Dalam Bab I ini terdiri dari Pendahuluan yang meliputi Latar
Belakang Masalah, Fokus dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Membahas mengenai Landasan Teoritis tentang Pengertian
Pemikiran dan Aktivitas, Macam-macam Aktivitas Dakwah, Konsep Dakwah
serta Unsur-unsur Dakwah.
18
M. Natsir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indo, 1998) h. 63
12
BAB III : Membahas mengenai Gambaran Umum dari profil Prof. Dr.
KH. Said Aqil Siroj. Latar belakang keluarga, karir, pendidikan, dan perjalanan
dakwahnya di Indonesia.
BAB IV : Hasil Analisis Data mengenai Pemikiran dan Aktivitas Dakwah
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia, aktivitas dakwah apa saja yang
dilakukan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj di Indonesia.
BAB V : Penutup yang berisi Kesimpulan dan saran serta dilengkapi
dengan lampiran-lampiran berisi data-data dari berbagai sumber tentang penelitian
ini.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah
terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Penulis tidak menemukan satu pun
yang mengkaji secara spesifik tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr.
KH. Said Aqil Siroj. Namun, penulis menemukan ada beberapa skripsi yang
pernah membahas permasalahan seputar Pemikiran dan Aktivitas Dakwah seperti
“Pemikiran dan Aktivitas Dakwah KH. Syukron Ma‟mun” skripsi ini dibuat di
oleh Husnul Khotimah ZA dengan NIM 104051001905 Tahun 2008.“Pemikiran
dan Kiprah Dakwah Bacharuddin Jusuf Habibi di ICMI (Ikatan Cendekiawan
Muslim se-Indonesia)” oleh Hadi Saiful Rizal dengan NIM 102051025590 Tahun
2006.“Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA.” Oleh
Riki Efenedi NIM 105051001948 Tahun 2009. “Pemikiran dan Kiprah Dakwah
13
Ustadz Saiful Islam Al-Payage” di buat oleh Pathiyatul Wirdiyah dengan NIM
108051000040.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis pada saat ini diberi
judul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj”. Adapun
pedoman penulisan skripsi ini menggunakan CeQda.
14
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Dakwah dan Unsur-unsurnya
1. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk isim
masdar dari kata da’a (دعا) - yad’u )يدعوا( - da’watan )دعوة( yang artinya
menyeru, memanggil, mangajak dan menjamu.1 Berdasarkan Ensiklopedi Islam,
dakwah adalah masdar (kata dasar) dari kata kerja da’a – yad’u yang berarti
panggilan, seruan, ajakan. Jadi, dakwah menurut arti kebahasaan adalah seruan
kepada jalan yang benar. Orang yang menyeru, memanggil atau melaksanakan
dakwah dinamakan da‟i atau juru dakwah dalam istilah keseharian.2
Secara terminologis Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah
adalah menangajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.3
Quraish Shihab berpendapat dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kuang baik menjadi lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun terhadap masyarakat.4
M. Arifin dalam buku Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi
menyatakan dakwah adalah sebagai suatu kebijakan dalam seruan, baik dengan
1Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsiran Al-Qur‟an, 1973), h. 127 2 Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat,
(Ponorogo: STAIN Ponorogo PRESS, 2010) h. 22 3 Ahmad Wason, Al-Munawwir, (Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir, 1984) h. 483
4 Quraish shihab, Membumikan Al-qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999) h. 194
15
lisan, tulisan serta tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk
memengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan,
serta pengamalan ajaran agama tanpa ada unsur paksaan.5
Berbeda dengan pendapat Syaikh Muhammad Al-Ghazali yang melihat
dari sudut pandang ilmu, dakwah adalah sebuah program pelengkap yang di
dalamnya meliputi segala pengetahuan yang dibutuhkan manusia, dan
keberadaannya guna memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta
menggunakan rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadi seorang yang dapat
membedakan mana yang boleh dijalani dan mana daerah yang dilarang.6
Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang bersifat condition
sine quanon, tidak mungkin dihindari dari kehidupannya. Dakwah melekat erat
bersamanya dengan pengakuan diri sebagai seseorang yang mengidentifikasi
dirinya sebagai muslim. Sehingga orang yang mengaku dirinya seorang muslim,
maka secara otomatis menjadi juru dakwah.7
5 M. arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 6
6Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 4
7 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987) Cet-1, h. 32
16
2. Unsur-unsur Dakwah
a. Subjek Dakwah (Da’i)
Pada dasarnya da‟i (subjek dakwah) merupakan orang atau sekelompok
orang yang melaksanakan atau menyiarkan dakwah baik lisan (bi al-lisan), tulisan
(bi al-qalam) maupun perbuatan (bi al-hal). Subjek dakwah sebagai pelaksana
dakwah, biasanya lebih terkenal dengan nama da‟i atau mubaligh / mubalighah
(orang yang menyempurnakan ajaran Islam). Dengan demikian wajib baginya
untuk mengetahui kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syari‟ah maupun dari
akhlak.8
Seorang da‟i mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan dakwah.
Kepandaian dan keahlian seorang da‟i akan menjadi daya tarik tersendiri bagi
para objek dakwah. Setiap da‟i mempunyai kekhasan masing-masing, tergantung
kepada wacana keilmuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman
kehidupannya. Da‟i ibarat seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang
yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Da‟i di tengah
masyarakat mempunyai kedudukan yang penting sebab ia adalah seorang pemuka
(pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat. Perbuatan dan tingkah lakunya
selalu dijadikan tolak ukur masyarakatnya. Kemunculan da‟i sebagai pemimpin
adalah atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap.9
Adapun kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh da‟i adalah :
1) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar
2) Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah
88
Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo Khazanah
Ilmu, 2005), h. 101. 9 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 69
17
3) Memiliki akhlak karimah
4) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas
5) Mencintai audiens atau mad‟u dengan luas
6) Mengenal kondisi dengan baik.10
Adapun menurut Toto Tasmara dalam buku Komunikasi dakwah,
persyaratan yang harus dimiliki oleh da‟i, yaitu :
1) Memiliki aqidah yang kuat, artinya harus meyakini bahwa agama Islam
dengan segenap ajaran-ajarannya adalah benar. Yang diaplikasikan lewat
sikap, perilaku, dan ucapan-ucapan yang selaras dengan ajaran Islam.
2) Selalu berkomunikasi dengan Allah dengan cara beribadah baik fardhu
maupun sunnat.11
Faktor seorang da‟i sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah.
Maka subjek dakwah dalam hal ini da‟i atau lembaga dakwah hendaklah mampu
menjadi penggerak dakwah yang profesional. Disamping profesional, kesiapan
subjek dakwah baik penguasaan terhadap materi, maupun penguasaan terhadap
metode, media, dan psikologi sangat menentukan gerakan dakwah untuk
mencapai keberhasilannya.
Demikianlah seorang da‟i mempunyai kewajiban untuk mewujudkan cita-
cita dan tujuan dakwah, yaitu mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah SWT, dengan jalan
10
Abdul Munir Mulkham, Idilogi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996) h. 237-
239. 11
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987) h. 25
18
menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup.
b. Objek Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah (Mad‟u) adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk
menerima dakwah yang sedang dilakukan oleh da‟i. Mad‟u (penerima dakwah)
sebagai objek dakwah, perlu diklasifikasi oleh da‟i dalam aktivitas dakwahnya,
baik ideologi, pendidikan, ataupun status sosial. Sehingga dengan klasifikasi
tersebut, akan memudahkan da‟i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya.
Klasifikasi objek dakwah ini penting agar pesan-pesan dakwah dapat diterima
dengan baik oleh mad‟u.12
Dengan klasifikasi penerimaan dakwah, maka dakwah lebih terarah
karena tidak disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada
profesionalisme. Maka mad‟u sebagai sasaran atau objek dakwah akan dengan
mudah menerima pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh subjek dakwah.13
Dakwah tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi juga kepada
orang-orang di luar Islam. Intinya dakwah itu ditujukan untuk siapa saja tanpa
melihat status sosial, ekonomi dan latar belakang mereka. Pernyataan ini sesuai
dengan Q.S Saba‟ ayat : 28 :
12
Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 107. 13
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH,
Januari 2008), h. 28
19
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui”.14
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan
da‟i kepada mad‟u, yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber
utama yang meliputi akidah, syari‟ah dan akhlak. Hal yang perlu diperhatikan
ialah bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan
eksistensi dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran
mendalam agar mampu memanifestasikan akidah, syari‟ah, dan akhlak dalam
ucapan, pikiran dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. 15
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok,
yaitu:
1. Masalah Akidah (Keimanan)
Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiyah.
Aspek aqidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Yaitu cakrawala
pandangan yang luas antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.
Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman dipadukan
dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan
kemaslahatan masyarakat yang menuju pada kesejahteraannya.16
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 431. 15
Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 109. 16
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 25
20
2. Masalah Syariah
Syari‟ah Islam mengembangkan hukum bersifat komprehensif yang
meliputi segenap kehidupan manusia. Materi dakwah yang menyajikan unsur
syari‟at harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di
bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubah
(dibolehkan), mandub (dianjurkan), makruh (dianjurkan untuk ditinggalkan), dan
haram (dilarang).17
3. Masalah Akhlak
Ilmu akhlak tidak terlepas dari bahasan tentang keutamaan-keutamaan
yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu
kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat
merintangi usaha pencapaian tujuan tersebut.18
Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam penggalan ayat
“saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran”
(Q.S. Al-„Ashr ayat: 3):
Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Apabila kita memperhatikan Al-Qur‟an dan hadist maka akan diketahui,
sesungguhnya dakwah menduduki tempat dan posisi utama, menentukan
keindahan dan kesesuaian Islam dengan perkembangan zaman. Baik dalam
sejarah maupun dalam praktiknya sangat ditentukan oleh kegiatan dakwah.
17
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 27 18 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 29
21
Di sisi lain, dengan adanya perkembangan teknologi dan kemajuan
pengetahuan, maka materi dakwah perlu dimuati dasar-dasar kehidupan dalam
masyarakat global yang senantiasa dilandasi paham keislaman. Sehingga tidak
hanya sekedar bagaimana shalat yang benar, puasa yang sah, zakat yang tepat, dan
kegiatan ritual lainnya, melainkan juga perlu diperkenalkan pola kehidupan
kontemporer, seperti bagaimana meningkatkan ekonomi yang berwawasan
keislaman atau bagaimana dakwah dapat merambah dunia teknologi informasi,
internet, dan sebagainya.19
d. Media Dakwah
Kata media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu medion, yang berarti
alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.20
Dengan demikian dapat di rumuskan
bahwa media dakwah ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan dakwah yang telah ditentukan.
Seorang da‟i atau juru dakwah dalam menyampaikan ajaran Islam kepada
umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media. Kepandaian untuk memilih
media atau sarana yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah.
Terlebih dalam mengantisipasi perkembangan zaman saat ini dimana ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesat yang ditandai dengan kemajuan
kecanggihan teknologi. Ketertinggalan umat Islam dan ketertutupan dari dunia
luar, sedikit banyak menjadi salah satu penyebab ketidak berhasilan dakwah.21
19
Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 110. 20
Ali Yafie, Teologi Sosial telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan,
(Yogyakarta: LKPSM, Oktober 1997), h. 91-92. 21
Nurul Badruttamam, Dakwah Kalaboratif Tarmizi Taher, h. 157.
22
Menurut Hamzah Ya‟qub media dakwah di klasifikasikan menjadi lima
jenis, yaitu :
a. Lisan, adalah media yang paling mudah dengan mempergunakan lidah dan suara.
b. Tulisan, media ini berfungsi menggantikan keberadaan da‟i dalam proses dakwah.
Tulisan dapat menjadi alat komunikasi da‟i dan mad‟u.
c. Lukisan, gambar atau ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik mad‟u.
d. Audio visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pendengaran
mad‟u.
e. Akhlak, cara yang langsung di manifestasikan dalam tindakan dan tingkah laku
da‟i.22
Sementara ini, dilihat dari segi sifatnya media dakwah dapat digolongkan
menjadi dua kategori : media dakwah tradisional berupa berbagai macam seni dan
media dakwah modern. Media dakwah tradisional berupa berbagai macam seni
dan peretunjukan tradisional, dipentaskan secara umum terutama hiburan yang
bersifat komunikatif. Sedangkan media dakwah yang modern diistilahkan pula
dengan media elektronik yaitu media yang dihasilkan dari teknologi seperti ;
televisi, radio, pers, internet dan sebagainya.23
e. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan
“hodos” (jalan, cara). Dengan demikian, kita dapat artikan bahwa metode adalah
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain
menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodicay artinya ajaran
22
Hamzah Yaqub, Publisistik Islam Dakwah dan Leadership,(Bandung: CV Diponegoro,
1982), h. 13 23
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Sinar Grafika Mediacita, 2009), h. 115.
23
tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya
jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah
diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.24
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian
“Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk
mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.25
Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa
metode adalah “suatu cara yang sisematis dan umum terutama dalam mencari
kebenaran ilmiah”.26
Meode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan
dakwah, metode sangat penting peranannya. Ketika membahas tentang metode
dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat An-Nahl ayat 125:27
Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”
Secara garis besar, ayat di atas menjelaskan bahwa metode dakwah ada
tiga, yaitu : bi al hikmah, mauidzatul hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan.
24
Wahidin saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h. 52 25
M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 160 26
Soeleman Yusuf, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h.
38 27
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 33
24
Macam-macam metode Dakwah
1. Metode bi al- Hikmah
Metode bi al-hikmah yaitu berdakwah dengan memerhatikan situasi dan
kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka
sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi
merasa terpaksa atau keberatan.28
Prof. DR. Toha Yahya Umar, MA., menyatakan bahwa hikmah berarti
meletakkan sesuatu meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha
menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai dengan keadaan zaman dengan
tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.29
Al-Hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan tepat
sehingga menjadi sempurna. Sebagai metode dakwah, Al-Hikmah diartikan
bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik
perhatian orang kepada agama atau Tuhan. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad
Mahmud An nasafi, arti hikmah yaitu :
“Dakwah bil-hikmah” adalah dakwah dengan menggunakan perkataan
yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan
menghilangkan keraguan”.30
2. Metode Al-Mau‟idza Al-hasanah
Secara bahasa, mau‟idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau‟idzah
dan hasanah. Kata mau’idzah yang berrati nasihat, bimbingan, pendidikan dan
28 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34 29
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 135 30
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 246
25
peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan fansayyi’ah yang artinya
kebaikan lawan dari kejelekan.31
Adapun pengertian secara istilah, Mauidzatul hasanah yaitu berdakwah
dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam
dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu
dapat menyentuh hati mereka.32
Menurut Ali Musthafa Yakub, bahwa mauidzal hasanah adalah ucapan
yang berisi nasihat-nasihat yang baik dan bermanfaat bagi orang yang
mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak
audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh da‟i.33
Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi, kata
tersebut mengandung arti:
“Al-mau’idzal hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi
mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada
mereka atau dengan Al-Qur’an”.34
Jadi, kalau kita telusuri kesimpulan dari mau‟idzal hasanah, akan
mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau
membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahlembutan dalam menasehati
31 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251 32 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34 33
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h. 100 34 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 251
26
sering kali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar; ia
lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.35
3. Metode Al-Mujadalah
Dari segi etimologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala”
yang bemakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang
mengikuti wazan Faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah”
perdebatan.36
Mujadalah adalah cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah
manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang taraf
berfikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki
bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya. Oleh karena itu, Al-qur‟an juga
telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat
dengan mereka kecuali kecuali dengan cara terbaik.37
Firman Allah dalam QS. Al-„ankabut ayat 46:
Artinya:
“Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara
yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka”.
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-mujadalah
merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang
tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
35
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253 36
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 253 37 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 100
27
diajukan dengan memberikan argumentasi satu dengan yang lainnya saling
menghargai dan menghormati pendapat keduanya berpegang pada kebenaran,
mengakui kebenaran pihak-pihak lain dan ikhlas menerima hukuman tersebut.38
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau
diperoleh oleh keseluruhan tindakan dakwah. Serta terwujudnya kebahagiaan
hidup manusia di dunia dan akhirat yang diridhai Allah. Tujuan utama ini, masih
bersifat umum memerlukan penjabaran agar kebahagiaan manusia di dunia dan
akhirat ini bisa tercapai dan terwujud.39
Manusia memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah jalan
kebahagiaan dan sebaliknya nafsu selalu mengajak ke arah yang menyesatkan. Di
sinilah dakwah berfungsi memberikan peringatan kepadanya, melalui amar
ma’ruf nahi munkar kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat tercapai.
Itulah tujuan dan cita-cita sesungguhnya dari dakwah Islam. Seperti Firman Allah
dalam Al-Qur‟an surat Al – Maidah ayat 2 :
Artinya :
“Dan menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kewajiban dan taqwa,
dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya berat siksaannya
bagi orang-orang yang tolong menolong dalam kejahatan.40
38
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 265 39
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 65 40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 106.
28
Tujuan khusus dakwah ini secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam
beberapa tujuan, yakni :
a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah.
b. Menunjukkan larangan-larangan yang bersifat perbuatan dan pekataan.
c. Menunjukkan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang bertaqwa kepada
Allah SWT.
d. Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepada Allah.41
Jadi, dari berbagai macam tujuan dakwah di atas, bisa ditarik kesimpulan
bahwa tujuan dakwah itu adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar
yang di ridhai Allah SWT, agar bahagia hidup di dunia dan akhirat. Dan jika
dilihat dari sasaran aktivitasnya, tujuan dakwah dapat dilkasifikasikan menjadi:
1. Mengajak orang yang belum masuk Isla untuk menerima Islam, hal ini dapat
dipahami dalam firman Allah SWT.
2. Amar ma‟ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat. Amar ma‟ruf disini,
diartikan sebagai usaha mendorong dan menggerakkan umat manusia agar
menerima dan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3. Nahi munkar, muatan dakwah yang berarti usaha mendorong dan
menggerakkan umat manusia untuk menolak dan meninggalkan hal-hal
mungkar.42
41
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.51-53. 42
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2006) h. 88-91
29
g. Efek Dakwah
Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara
radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial. Seluruh komponen sistem
(unsur-unsur) dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Para da‟i harus
memiliki jiwa terbuka untuk melakukan pembaruan dan perubahan, di samping
bekerja dengan menggunakan ilmu. Jika proses evaluasi ini menghasilkan
beberapa konklusi dan keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif
(corrective action).43
Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi apabila ada
perubahan apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau
informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan
emosi, sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral adalah merujuk pada perilaku
nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau
kebiasaan berperilaku.44
Efek behavioral ini merupakan bentuk efek dakwah yang
berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan materi
dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul setelah
melalui proses kognitif dan afektif. Dengan demikian seseorang akan bertindak
dan bertingkah laku setelah orang itu mengerti dan memahami apa yang telah
diketahui itu kemudian masuk ke dalam perasaannya dan kemudian timbullah
keinginan untuk bertindak atau bertingkah laku. Jika pesan dakwah telah
43 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h.35 44
Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato,
(Bandung: Akademika, 1982), h. 35
30
menyentuh aspek behavioral yaitu telah dapat mendorong manusia melakukan
secara nyata ajaran-ajaran Islam yang telah dipesankan dalam dakwah.45
B. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas
1. Pengertian Pemikiran
Pemikiran adalah proses, cara perbuatan berfikir. Pemikiran berasal dari
kata piker yang artinya akal budi, ingatan, angan-angan. Ahli, sedangkan berpikir
yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu
problem yang memerlukan pemecahan. Sedangkan pemikir adalah orang yang
cerdik dan pandai yang hasil pemikirannya dapat dimanfaatkan orang banyak,
seperti filosof.46
Secara terminology, ada beberapa perbedaan pendapat yang dikemukakan
oleh para ahli tentang pemikiran, di antaranya ialah :
1. Nur Cholis Majid (Cak Nur) dalam bukunya khazanah intelektual Islam yaitu :
“Dari kegiatan berpikir, tumbuh ilmu pengetahuan dan industri. Akal
kecendrungan untuk memperoleh penemuan yang tak dipunyai sebelumnya.
Karena itu ia pun mempelajari kembali orang terdahulu dalam hal ilmu
pengetahuan atau menambahnya dengan pengetahuan atau penemuan. Pikiran dan
pemikiran seseorang dapat diarahkan kepada kenyataan secara satu persatu dan
dikaji sifat-sifat aslinya sedikit demi sedikit. Lalu dikaitkan pada kenyataan yang
pada akhirnya timbul pengetahuan dan pengajaran bagi kehidupan manusia”.47
2. Samsul Nizar berpendapat bahwa pemikiran adalah upaya cerdas (ijtihady) dari
proses kerja dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari
penyelesaiannya secara bijaksana.48
45 Khusniati Rofiah, Dakwah Jama’ah Tabhligh & Eksistensinya di Mata Masyarakat,
(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010), h. 38-39 46
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 872-873. 47
Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 307-
308 . 48
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001), h. 6.
31
3. Thoha Jabir Alwani berpendapat bahwa pemikiran atau berpikir adalah kata benda
dari aktivitas akal yang ada di dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa
kalbu, ruh, atau dengan pengamatan atau pendalaman untuk menemukan makna
yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui untuk sampai pada hukum
atau hubungan atar sesuatu.49
Dari beberapa makna dan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa
pemikiran adalah sebuah pendayagunaan otak untuk memecahkan persoalan,
mengambil keputusan dan melahirkan sesuatu yang baru. Apabila pemikiran
dikaitkan dengan dakwah, maka pemikiran dakwah Islam ialah proses
memfungsikan akal yang merupakan kemampuan rasional manusia untuk
mentela‟ah apa itu dakwah sebenarnya dan sebagai upaya asimilasi nilai-nilai
Islam dalam kehidupan sehari-hari kaum muslimin baik yang bersifat individual
maupun koleksi guna membentuk konsepsi masyarakat yang Islami.50
2. Pengertian Aktivitas Dakwah
Menurut ilmu sosiologi aktivitas diartikan dengan segala bentuk kegiatan
yang ada di masyarakat, seperti gotong-royong atau kerja bakti disebut aktivitas-
aktivitas sosial baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan
kekerabatan.51
Sedangkan menurut kamus besar ilmu pengetahuan, kata aktivitas berasal
dari ling: activitus: aktif bertindak yaitu bertindak pada setiap eksistensi atau
makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai
49
Thoha Jabir Alwani, Krisis Pemikiran Modern Diagnosisi dan Resep Pengobatannya,
(Jakarta: LKPSI, 1989), h. 67. 50
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011),
h. 185 51
Sojokyo dan Piji Wajit Sojogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan (Yogyakarta:
Gajah Mada Uiversity Press. 1999, editan 1982), h. 19-21
32
bahwa hubungan khusus manusia dengan manusia. Manusia bertindak sebagai
subjek, alam sebagai objek. Manusia mengalih wujudkan dalam mengelola alam.
Berkat aktivitas atau kerjanya manusia mengangkat dirinya dari dunia yang
bersifat khas sesuai ciri dan kehidupannya.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak aktivitas, kegiatan, atau kesibukan
yang dilakukan manusia. Namun berarti atau tidaknya kegiatan tersebut
tergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soeitoe sebenarnya,
aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan bahwa aktivitas,
dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.52
Sedangkan aktivitas dakwah adalah suatu aktivitas keberagamaan yang
sangat urgent dalam Islam, memiliki posisi strategis, sentral, dan menentukan. Di
dalamnya terdapat seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha untuk
mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang baik dan sempurna, baik secara
individu atau masyarakat. Dalam ajaran Islam, dakwah merupakan suatu
kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.53
Aktivitas dakwah dan bentuk-bentuknya
Kemajuan Islam dewasa ini tergantung pada kepada umatnya, seberapa
gencar melakukan upaya-upaya dakwah dalam segala bentuk aktivitasnya dan
bentuk-bentuk dakwahnya, maka ada beberapa bentuk aktivitas dakwah, antara
lain:
52
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982) cet ke-1, h. 52 53
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011),
h. 135
33
1. Aktivitas dakwah dalam bentuk lisan (bi al-lisan)
Allah berfirman dalam Al-qur‟an dengan tegas mengenai hal ini dengan
menitik beratkan kepada kata: ahsana Qaulan (ucapan yang baik). Sebagaimana
dalam Surat Fhussilat ayat 33:
Artinya:“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Maksud dari ayat di atas adalah menjelaskan bahwa aktivitas dakwah bil
lisan itu lebih pada perkataan yang baik, santun yang mengedepankan keteladanan
dalam berbicara yang menyeru pada jalan Allah SWT.
2. Aktivitas dakwah dalam bentuk perbuatan (bil-hal)
Dakwah bil-Hal adalah melaksanakan amal kebaikan dalam kehidupan
sehari-hari yang meliputi bidang sosial, ekonomi, dan budaya dalam bingkai nilai-
nilai ajaran Islam. Dakwah bil-hal merupakan usaha merintis dan mempraktekan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah dalam bentuk ini dapat
dilakukan oleh setiap orang dimana pun berada dengan profesi apapun.54
3. Aktivitas dakwah dalam bentuk Bil Qalam
Dakwah bil Qalam ialah suatu kegiatan menyampaikan pesan dakwah
melalui tulisan, seperti buku, surat kabar, majalah, artikel, jurnal, internet dan
lain-lain. Karena dimaksudkan sebagai pesan dakwah, maka tulisan-tulisan
tersebut tentu berisi ajakan atau seruan mengenai amar ma’ruf nahi munkar.
54
Umi Musyarofah, Dakwah KH. Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan,
(Jakarta: UIN Press, 2009), h. 20-21
34
Dakwah bil Qalam sebenarnya sudah dikembangkan oleh Rasulullah SAW. Sejak
awal kelahiran dan kebangkitan umat Islam melalui pengiriman surat-surat
dakwah kepada para kaisar, raja, dan para pemuka masyarakat. Menyangkut
dakwah bil Qalam, Rasulullah SAW, bersabda : “Sesungguhnya tinta para ulama
adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”.
35
BAB III
BIOGRAFI PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ
A. Latar Belakang Keluarga KH. Said Aqil Siroj
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA terlah terlahir pada tanggal 03 Juli 1953
dari pasangan KH. Aqil Siroj dan Hj. Afifah Harun. Dari sejak lahir beliau tinggal
di Kempek, Palimanan, Cirebon. Namun, sejak tahun 1991 karena tuntutan profesi
dan karir mengharuskan beliau untuk berdomisili di daerah Jalan Sadar Raya No.
3-A Rt 08 Rw 04 Ciganjur Jakarta Selatan 12630. Kang Said begitulah sapaan
akrabnya tumbuh berkembang dari keluarga yang memilki religius tinggi dan
terlahir dari keluarga kyai karena ayahnya sendiri adalah pengasuh Pondok
Pesantren yang juga sebagai tokoh masyarakat terkemuka di daerahnya.
Sejak masa kecil, beliau sudah berada di lingkungan pesantren yaitu
Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadi‟ien yang dikenal dengan sebutan pesantren
“Kempek” karena lokasinya bertepatan di daerah Kempek Palimanan Cirebon
Jawa Barat. Pesantren ini dirintis sekitar tahun 1908 oleh kakek beliau KH. Harun
yaitu seorang ulama terkemuka di daerah Cirebon. Sejarah Pesantren Kempek ini,
perjuangannya diteruskan oleh ayah beliau yaitu KH. Aqil Siroj yang awalnya
Kiai Aqil adalah salah satu santri di pondok pesantren Kempek itu sendiri.
kecerdasan dan kearifaan yang dimiliki oleh KH. Aqil membuat KH. Harun
memilih untuk menikahkan dengan salah satu putrinya yaitu Nyai Afifah Harun.
Semenjak menikah dengan keluarga Kempek, Kiai Aqil mulai ikut serta
mengefektifkan seluruh kegiatan pesantren dan pada tahun 1960-an sampai
sekarang pondok ini masih tetap eksis dalam mempertahankan kesalafiannya
36
dengan berfokus pada kitab kuning (klasik) khususnya Nahwu Shorof juga
konsentrasi Al-Qur'an. Dan sekarang pesantren Kempek ini menjadi pesantren
terbesar di wilayah Tiga Cirebon.1
Kang Said adalah anak kedua dari lima bersaudara. Beliau memiliki satu
kakak dan tiga adik putra. Kakaknya bernama KH. Ja‟far Shodiq Aqil Siroj yang
sekarang menjadi pengasuh Majlis Tarbiyatul Mubtadi‟ien Pesantren Kempek dan
sekaligus menjabat sebagai ketua umum MUI kabupaten Cirebon. KH. Ja‟far
dikenal sebagai sosok yang paling tegas, cerdas dan teguh pendirian. Adik
pertamanya yaitu KH. Musthofa Aqil Siroj seorang mubaligh kondang yang
professional dikenal sebagai da‟i dengan tutur kata lembut serta bersahaja. Adik
keduanya yaitu KH. Ahsin Syifa Aqil Siroj sosok ulama yang alim cerdas dan
Istiqomah dalam mengajar santri-santri Majlis Tarbiyatul Mubtadi‟ien. Yang
terakhir adalah KH. Ni‟amillah Aqil Siroj dikenal dengan sosok yang cerdas, gaul,
sopan santun, tegas, bijaksana dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dari kelima
putra KH. Aqil Siroj hanya Kang Said lah yang berlama-lama menerpa ilmu di
kota Mekkah Al-Mukarromah sampai berkeluarga pun beliau masih tinggal di
kota kelahiran Nabi itu. Barulah pada tahun 1994 beliau memutuskan tinggal di
Indonesia untuk mengabdi pada negrinya sendiri. pilihan Kang Said kembali ke
tanah air tentunya memiliki implikasi yang lebih luas. Seolah, ia mengambil
resiko dari pilihannya sebagai agen perubahan sosial dalam batas tertentu. Pilihan
yang mengandung konsekuensi tidak ringan, setiap berbaur bersama masyarakat,
merancang program bervisi ke-Indonesian, melakukan identifikasi, konseling,
1 Mohammad Dawam Sukardi, NU sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado
Buat Kyai Said), (Jakarta: SAS Center, 2010)
37
bimbingan, dan motivasi. Dalam partisipasi aktif-transformatif ini, berbagai
cercaan, hinaan dan fitnah sering kali ia temukan. Namun semuanya itu, harus
dilalui dengan penuh keyakinan, optimisme, konsistensi dan komitmen guna
menghamparkan risalah Islam dalam kanvas realitas, bernama Indonesia. Dasar
itulah yang menginspirasi Kang Said kembali ke tanah air. Harapan dan tantangan
seperti inilah, yang diperankan Kang Said berkhidmah di PBNU untuk
kemaslahatan umat Indonesia.2
Dalam pernikahannya dengan ibu Hj. Nurhayati Abdul Qodir beliau telah
dikaruniai 4 orang anak. 2 Putra yaitu Muhammad Said Aqil , Aqil Said Aqil dan
dua putri yaitu Nisrin Said Aqil dan Rihab Said Aqil. Kesemuanya dilahirkan di
kota perantauan beliau yaitu Mekkah Al Mukarromah. Dalam kesehariannya
Kang Said lebih banyak meluangkan waktu untuk Membaca dan Bersilaturrahmi.
Namun, beliau juga mempunyai hobi berwisata beserta keluarganya terutama
disaat terhenti sejenak dari aktifitas dakwahnya yang super sibuk dan sangat padat
karena jabatan beliau sekarang sebagai ketua PBNU yang setiap hari
mengharuskan Kang Said beraktivitas di kantor PBNU Jalan kramat Raya No. 164
Jakarta Pusat 10430.
Kang Said hidup dalam keluarga yang ta‟at beragama, meskipun terlahir
dari keluarga yang mapan dan serba berkecukupan, pendidikan baginya hal paling
istimewa yang selalu di prioritaskan. Hidup dalam keluarga yang bersahaja dan
memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan terutama pendidikan agama.3
2 Mohammad Dawam Sukardi, NU sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado
Buat Kyai Said), Jakarta: SAS Center, 2010) 3 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013
38
B. Riwayat Pendidikan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj
Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA, putra kedua dari KH. Aqil Siroj (Al-
maghfurlah) pengasuh pondok pesantren Tarbiyatul Mubtadi‟in Kempek
Palimanan Cirebon. Pendidikannya di awali “ngaji” di pesantren ayahnya yang
masih mengacu pola tradisional, sambil Sekolah Rakyat (SR); yang tamat pada
tahun 1965 kemudian melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadi‟ien Lirboyo Kediri mulai dari Madrasah Tsanawiyah (Mts) hingga
menyelesaikan tingkat menengah atas (SLTA) pada tahun 1965 sampai 1970 dan
pernah mengenyam perkuliahan beberapa semester saja di UIT (Univeritas Islam
Tri Bakti). Selepas dari pesantren salaf berpola tradisional asuhan pamannya,
KH. Mahrus Ali (Al-maghfurlah) tersebut, Kang Said mengayunkan langkah ke
kota Gudeg Yogyakarta untuk menimba ilmu dari KH. Ali ma‟shum (Al-
maghfurlah) di pondok pesantren Krapyak dari tahun 1972 sampai tahun 1975,
yang pada waktu itu beliau sambil studi di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Merasa belum puas dengan pengkajian di kota Gudeg, Kang Said
berketetapan untuk mencari ilmu ke Timur Tengah. Niat kuat juga tekad bulat
sehingga dapat menghantarkan Kang Said untuk bisa mewujudkan keinginannya
menerpa ilmu selama 14 Tahun di Timur Tengah. Hal tersebut rupanya
perjuangan tinggi dan kegigihan yang tak mengenal lelah dan akhirnya menjadi
washilah menghantarkan beliau pada kesuksesan seperti sekarang ini. Beliau
terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas King Abdul Aziz cabang Mekkah
Bidang pendidikan Usuluddin dan Dakwah dan tamat tahun 1982. Lalu beliau
mengejar program Magisternya di tempat kelahiran Rasulullah SAW Mekkah Al-
39
Mukarromah Universitas Ummu Al-Qura jurusan Perbandingan Agama tamat
pada tahun 1987 hingga menyabet gelar doktor pada Universitas Ummul Qura
pada tahun 1994. Dan saat ini menjadi professor juga direktur pasca sarjana
Unisma Malang.4
Kepiawaiannya nampak pada saat puncak studi S-3, tatkala ujian
munaqasyah (promosi) doktor. Disertasi yang bertitel “shillatullahi bil-kalam fit-
tashawwuf al-falsafi” (Relasi Tuhan dengan Alam Kosmos: Perspektif Tasawuf
Filosofis) benar-benar menggemparkan Ummul Qura yang notabene
mengharamkan diskursus tasawuf filosofis. Anehnya, justru Kang Said mampu
mempertahankan dengan predikat terpuji (mumtaz, cumlaude).5
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ini meskipun pemikirannya
moderat namun, beliau kembali masuk dalam tokoh muslim paling berpengaruh di
dunia dengan menduduki urutan ke-19 untuk tahun 2012 versi The Royal Islamic
Strategic Studies Centre Yordania. Sejak menjabat sebagai ketua umum PBNU
sejak 2010, ia telah masuk dalam jajaran tokoh elit muslim dunia. Tahun 2010,
menduduki peringkat ke19, 2011, peringkat ke-17 dan tahun 2012 peringkat ke-
19. Pengaruhnya ini dinilai tak lepas dari besarnya Nahdlatul Ulama dengan
pengikut lebih dari 70 juta dan terus melakukan perluasan jaringan. NU memiliki
jaringan dari pusat sampai ke tingkat ranting atau desa serta melakukan perluasan
4 Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri,
(Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) 5 Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, h. iv
40
cabang di luar negeri dimana banyak anak NU yang belajar di berbagai universitas
atau bekerja di berbagai institusi.6
NU dinilai memiliki layanan sosial yang memberi kontribusi sangat besar
pada masyarakat Indonesia di bidang pendidikan, kesehatan dan pengurangan
kemiskinan. Dalam bidang politik kebangsaan, NU turut serta dalam gerakan anti
korupsi, reformasi sosial yang berakar pada nilai-nilai Islam. NU juga memiliki
perhatian besar dalam menjaga harmoni sosial di Kiai Said juga mendirikan Said
Aqil Center (SAS), sebuah pusat studi di Mesir yang berfokus pada
pengembangan wacana keislaman, khususnya di dunia Arab.7 Dalam
ketokohannya di Indonesia, Republika menganugarahi beliau sebagai tokoh
pembaharu atau tokoh perubahan karena mempunya misi dalam menciptakan
kekuatan bangsa (ukhwah wathoniyah) terlebih dahulu diatas kekuatan agama
ukhwah Islamiyah.8
Sekembalinya di Indonesia setelah menamatkan studi di Ummul Quro
Mekkah, beliau langsung di angkat menjadi wakil katib „Aam Syuriah di PBNU.
Namun, belum genap tiga bulan memangku jabatan sebagai Wakil Katib „Aam
Syuriah PBNU, di tengah goncangan kelompok tak puas atas hasil muktamar
Cipasung, Kang Said menjadi sasaran tembak sebagai agen “Syi‟ah”. Orasinya
dihadapan PMII seputar latar belakang lahirnya ahlussunnah wal-jama‟ah
mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak, sampai muncul pengkafiran pada
6 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,41148-lang,id-c,nasional-
t,Kang+Said+Jadi+Tokoh+Muslim+Berpengaruh+Dunia-.phpx 7 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,41148-lang,id-c,nasional-
t,Kang+Said+Jadi+Tokoh+Muslim+Berpengaruh+Dunia-.phpx 8 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,6-id,44152-lang,id-c,taushiyah-
t,Sambutan+pada+Malam+Penganugerahan++Tokoh+Perubahan+Republika+2012+-.phpx
41
dirinya dari 12 orang kyai. Meskipun demikian, saat diadakan tabayyun
(klarifikasi) oleh para kyai, justru disitu nampak kecerdasan kyai muda tersebut
dalam memahami Islam. PBNU pun akhirnya menggelar halaqah khusus untuk
merekonstruksi ASWAJA, suatu doktrin yang selama ini disakralkan.9
C. Perjalanan Karir Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj
Kesuksesan karir KH. Said Aqil Siroj tidak terlepas dari peran terbesar
kedua orang tuanya. Kesuksesan beliau yang saat ini menjabat sebagai Ketua
PBNU juga dilatar belakangi dari pengalaman organisasi yang luar biasa.
Memulai organisasi tahun 1972 beliau menjadi aktivis PMII dan langsung terpilih
sebagai sekretaris PMII Rayon Krapyak Yogyakarta. Kesetiaan dan kecintaannya
pada PMII menghantarkan Kang Said di tunjuk sebagai ketua Keluarga
Mahasiswa Nahdhatul Ulama (KMNU) Mekkah Pada tahun 1998 yang
sebelumnya di tahun 1991 Kang Said di percaya sebagai Tiem Ahli Bahasa
Indonesia di harian koran Al-nadwah Mekkah yang pada saat itu masih menjadi
pelajar Pasca Sarjana di Universitas Ummu Al-qura‟ Mekkah Al-mukarromah.
Sepulang di Indonesia, namanya semakin dikenal saat diberi amanah untuk
memangku jabatan Wakil Katib ‟Aam Syuriyah PBNU hasil Muktamar Cipasung
1994. Dan pada tahun 1998, beliau langsung terpilih menjadi Katib „Aam
sekaligus dipercaya menjadi Penasehat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam
Universitas Indonesia.
9 Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri,
(Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. iv
42
Tepatnya Sabtu malam KH. Said Aqil Siroj menerima undangan dari A.
Kurdo Irianto Pr. (Romo Paroki Algon) dan pertama kalinya berkhotbah di depan
altar Gereja Katolik Aloysius Gonzaga (Algon) Surabaya. Ia menjadi sorotan
publik kembali, setelah berkhotbah di Gereja tersebut. Seperti pada kasus
sebelumnya, tidak sedikit para kyai yang memberi stempel “kafir” padanya.
Polemik itu pun akhirnya justru semakin meyakinkan kedalaman dan keluasan
ilmu Kang Said. Tidak hanya warga NU atau umat Islam saja yang merasa perlu
mengaji padanya, tapi orang-orang non muslim pun sangat membutuhkan petuah-
petuahnya untuk menjadi pemeluk agama yang baik dan benar.10
Karenanya itu, pada tahun 1999 beliau ditunjuk dalam jajaran anggota
Kehormatan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Praksis
kesibukan Direktur Pasca Sarjana UNISMA pada tahun 1999 sampai 2003 ini
semakin meningkat frekuensinya ketika harus tetap diminta menjadi dosen dan
guru besar di beberapa perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia. Memulai pada
tahun 1995 menjadi dosen Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-qur‟an (PTIQ) yang
berlangsung sampai tahun 1997 dan sampai saat ini KH. Said Aqil Siroj adalah
Guru Besar Pascasarjana di Universitas Islam Malang, dosen pascasarjana IAIN
Syarif Hidayatullah, dosen Pasca Sarjana Universitas Nahdhatul Ulama UNU
Solo, dosen Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Maqdum Ibrahim (STMI) Tuban serta
menjadi penasehat dosen Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) Universitas
Surabaya (UBAYA). Terlebih lagi beliau menjadi dosen Luar Biasa di Institut
Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri. Meskipun segudang aktivitas dirasakannya
10
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri,
(Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. iv
43
namun, sampai sekarang pun beliau masih tetap mengajar secara konsisten.
Karena itu, tak berlebihan jika banyak beberapa Perguruan Tinggi untuk meminta
beliau tetap mengajar karena kualitas keilmuannya yang luar biasa juga
profesional dalam segala disiplin ilmu.11
Di pentas Nasional, aktivitas Kang Said mulai nampak saat dipercaya
sebagai wakil ketua Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan medio Mei
1998 sekaligus ketua Tim Investigasi pembantaian Kasus Dukun Santet
Banyuwangi, hingga akhirnya diangkat sebagai salah seorang anggota Komnas
HAM. Pada tahun yang sama beliau juga diangkat juga menjadi Wakil Ketua
Konseptor Tim Lima Perumus Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(ADART) PKB dan menjadi anggota MPR RI Fraksi Utusan Golongan dari NU.
Karir ayah empat anak ini benar-benar dan terhitung “super sukses” jika dilihat
dari masa domisili di tanah air selepas studi yang baru menginjak tahun ke-5.12
Dari tahun 1999 Kang Said tetap di percaya sebagai Penasehat dari sebuah
organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik (PMKRI) sampai sekarang.
Keaktifan dan komitmennya pada PBNU menjadikan beliau terpilih sebagai
Ketua PBNU yang mengalahkan dua kandidat lainnya KH Solahudin Wahid dan
KH. Slamet Effendy Indonesia Yusuf. Sebelumnya Kang Said menduduki jabatan
menjadi Rais Syuriah pada tahun 1999 hingga tahun 2010. Semua tugas dan
11
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi (Sekretaris KH. Said Aqil Siroj),
Jakarta 9 Juni 2013 12
KH. Said Aqil Siradj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999)
44
amanat yang di alamatkan kepada beliau, dengan penuh rasa tanggung jawab
semua itu dilakukan semata-mata untuk ber khidmah bagi agama dan negara.13
D. Perjalanan Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj
Nama Said Aqil Siroj, ramai diperbincangkan baik di media masa,
masyarakat atau di pengurus NU. Kiprahnya di NU semata-mata hanya untuk
berkhidmah lillahi ta‟ala. Ia mendapat kesempatan rasa simpatik di banyak
koleganya sehingga dapat diterima luas oleh kalangan seniman, artis, budayawan,
pengusaha, birokrat, politisi, militer, mahasiswa, LSM, Intelektual, bahkan pada
kelompok non muslim.14
Aktivitas dakwah KH. Said Aqil Siroj sangat di apresiasi oleh masyarakat
luas. Komitmennya pada dunia dakwah sangat luar biasa, terbukti sampai saat ini
Kang Said masih menekuni mengajar ngaji di pesantren yang sekarang di asuh
oleh keluarga besarnya yaitu pesantren Tarbiyatul Mubtadi‟ien Kempek, Cirebon.
Kepercayaan masyarakat Indonesia pada aktivitas dakwah Kang Said juga terlihat
ketika seringkali Kang Said di minta menjadi pembicara tingkat nasional dan
internasional dalam forum formal maupun informal.15
Pada tanggal 08 September di tahun 1995 beliau menjadi pembicara
dengan tema “Transplantasi Ginjal” dalam Simposium Nasional di Jakarta. Dan di
Tahun 1996 beliau di undang menjadi pembicara dalam seminar nasional di
Bengkulu dalam tema “Rekonsiliasi Tasawuf dan Syari‟at: Perspektif Sejarah”
13
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013 14
Mohammad Dawam Sukardi, NU sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bangsa; Kado
Buat Kyai Said), (Jakarta: SAS Center, 2010) 15
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi (Sekretaris KH. Said Aqil Siroj),
Jakarta 9 Juni 2013
45
dan “Transmigrasi Pesantren” bentuk forum Lokakarya Nasional Departemen
Transmigrasi. Lalu di Palembang tepatnya pada tanggal 16 sampai 19 Juni 1997
dalam pentas nasional beliau menjadi narasumber utama dalam Temu Tahunan
Jaringan Penelitian IAIN se-Indonesia. Dan masih di tahun yang sama beliau juga
diminta untuk menjadi pembicara utama dalam seminar Buku Aksi Cinta di
Jakarta dan “Dialog Nasional antar Generasi” di UGM Yogyakarta pada tanggal
25 November. Lalu, dua hari setelah itu beliau menjadi penceramah yang di
undang langsung oleh Menteri Pendidikan dalam memperingati hari AIDS se-
Dunia yang di adakan oleh Pendidikan Kebudayaan RI di Jakarta tepatnya pada
tanggal 29 November. Berselang waktu dua minggu setelah itu, lalu Kang Said
diminta menjadi pembicara dalam seminar WANHANKAMNAS dalam tema
“Strategi Pembangunan Nasional” berlangsung tiga hari dari tanggal 17 sampai 20
Desember di Yogyakarta.16
Menginjak tahun 1998, aktivitas dakwahnya semakin padat. Tercatat
sebagai pembicara dalam Sarasehan Paroki Santa Anna dalam tema “Umat
Beriman Mengaktualisasikan Keadilan, Kebenaran, Kasih dan Kebebasan. Selain
itu beliau diminta untuk mengisi seminar Badan Musyawarah Antar Gereja dalam
tema “Wawasan Kebangsaan II dan III” di Malang pada tanggal 4 sampai 6
Agustus. Masih di bulan Agutus para civitas akademisi IAIN Syarif Hidayatullah
meminta beliau mengisi acara dalam rangka seminar sehari dengan tema
“Keberadaan Agama Khonghucu di Indonesia”. Dan masih di tahun 1998 beliau
juga menjadi tamu utama dalam pelatihan VIHARA DHARMA MITRA dalam
16
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013
46
tema “Pelatihan Pemuda Therevada” yang terselenggara di Bogor berlangsung
pada tanggal 15 sampai 17 Agustus.
Menginjak tahun 1999 Kang Said masih mengisi banyak seminar yang tak
lain beliau niatkan adalah salah satu bentuk dakwahnya di pentas nasional. Tepat
pada tanggal 17 Februari di Jakarta dalam rangka Dialog Nasional Forum
Mahasiswa Syari‟ah dengan tema “Formasi Hukum dan Pluralisme Politik” yang
sengaja beliau mengundang mahasiswa Fakultas Syari‟ah se-Indonesia. Lalu di
bulan April dalam Forum Seminar Nasional Jakarta LEMHANAS dalam tema
“Pendidikan Tinggi dalam rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”. Mengingat
beliau termasuk dalam jajaran anggota Komnas HAM di tahun 1998 sampai 1999
seringkali beliau di daulat untuk mengisi beragam pengarahan materi dalam acara
langsung oleh KOMNAS HAM. 17
Karena kepiawaiannya masuk dalam jajaran cendekiawan muslim, di
tahun 2000 beliau tercatat tiga kali mengisi seminar Nasional di Jakarta dalam
tiga kali acara dan tema yang berbeda. Pertama, di tanggal 8 September
Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya meminta beliau untuk menjadi
pembicara tunggal dalam seminar sehari dalam tema “Wali songo, Islam di
Indonesia dan Prospek Wisata Ziarah”. Kedua, acara Dialog Kerukunan Antar
Umat Beragama dalam tema “Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka” pada
tanggal 27 Februari. Ketiga, dalam acara yang diselenggarakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) bertema “Reformasi Pendidikan Nasional”
di Yogyakarta pada tanggal 16 sampai 17 Maret. Lanjut di tahun 2001 untuk
17
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Isdris Mas‟idi, Jakarta 9 Juni 2013
47
pertama kalinya, beliau menjadi narasumber dalam forum yang diselenggarakan
oleh LIPI dalam tema “Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde Baru untuk
Menyongsong Indonesia Baru” tanggal 23 Januari di Jakarta. Lalu pada tanggal
25 April Kepolisian Negara RI mengadakan dialog interaktif dalam tema
“Antisipasi Kepolisian Menghadapi Kemungkinan Tindak Anarkis Masyarakat”
dalam forum ini beliau menjadi Pembina untuk pengarahan MABES kepolisian RI
kala itu.
Beliau juga pernah mengadakan seminar dengan tema “Implementasi
Akhlaq Qur‟ani” yang pada waktu itu dalam acara Mutsabaqoh Al-qur‟an dan
Halaqoh Nasional Departemen Agama dengan tema “Musyawarah Kerja Ulama-
ulama Ahli Al-qur‟an berlangsung empat hari berturut-turut dari tanggal 27
sampai 30 April 2003 di Jakarta.
Bukan hanya dalam kancah nasional, beberapa kali KH. Said Aqil Siroj
tercatat sebagai pembicara tingkat Internasional. Dalam forum yang berbeda
beliau menjadi undangan pembicara dalam bentuk Al-Taqrib baina Al-madzahib
dalam tema ”Al-islam Din al-Tasamuh wa Huquq Al-insan fi Al-Islam” di
Teheran Iran. Selanjutnya, di Manila beliau di undang dalam forum Konferensi
Internasional dalam tema “Asian Gathering of Muslim Ulama and Christian
Bishops” berlangsung selama empat hari berturut dari tanggal 18 sampai 21
Agustus. Dan dalam dua tahun yang berbeda di Jakarta beliau tetap di minta
menjadi pembicara dalam forum Internasional Conference of Islamic Scholar ke-I
dan ke-II dengan tema Daur al-Ma‟ahid al-Islamiyah fi bina‟I Hadhoroh al-
48
Syu‟bi Indonesiya dan tema Al-Mujtama‟ Al-Islami wa masuliyyatiha al
hadhoriyyah.
Itulah perjalanan aktivitas dakwah KH. Said Aqil Siroj secara umum di
Indonesia yang kesemuanya beliau tujukan untuk syiar meskipun dalam forum
yang bervariasi dan tidak harus selalu dalam forum yang bersifat keagamaan,
sebagaimana komunikannya pun bercorak dan beragam tapi kesempatan itulah
yang menghantarkan beliau dapat menyebarkan pesan-pesan keislaman dalam
berbagai event dan kegiatan.18
Itulah Islam lebih meluas dan dapat lebih di
pahami oleh berbagai lapisan dan lebih membuka paradigma arti dari Islam yaitu
rahmatan lil‟alamiin.
E. Karya Tulis KH. Said Aqil Siroj
a. Rasail al-Rusul fi al-„Ahdi al-jadid wa Atsaruha fi al-Masihiyah
(Pengaruh Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan
Agama Kristen), thesis dengan nilai memuaskan, (1987).
b. Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan
Antara Allah dan Alam Perspektif Tasawwuf Falsafi), desertasi dengan
nilai Cum Laude di promotori Prof. Dr. Mahmud Khofaji (1994)
c. Ahlussunah wal jama‟ah; Lintas Sejarah (1997)
d. Islam Kebangsaan; Fiqih Demokratik kaum Santri (1999)
e. Kyai Menggugat; Mengadili Pemikiran Kang Said (1999)
f. Ma‟rifatullah; Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat (2003)
g. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi
bukan Aspirasi (2006).
18
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013
49
BAB IV
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ
A. Konsep Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj
1. Pengertian Dakwah Menurut KH. Said Aqil Siroj
Menurut KH. Said Aqil Siroj, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a
- yad‟u - da‟watan yakni mengajak atau menyeru kepada jalan Allah SWT.
Dakwah secara luasnya yaitu menyebarkan, memperkuat, memasyarakatkan
ajaran Islam secara komprehensif dan bijaksana sebagaimana yang dilakukan para
walisongo yakni mengedepankan perilaku baik, santun, budi pekerti mulia, akhlak
terpuji serta kuat dalam menghadapai tantangan apapun.1
Dari hasil wawancara, konsep dakwah yang di ungkapkan KH. Said Aqil
Siroj yaitu bertujuan untuk membentuk khairul ummah yakni menuntun umat
Islam untuk menjadi uswah atau contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya.
Sebagaimana dalam Q.S. Al-„Imron ayat 110:
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.”
Menurutnya, berdakwah haruslah mengedepankan pola uswah al-hasanah
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah yakni berdasarkan pada moralitas
1 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 3013
50
luhur dan contoh teladan yang baik. Dalam berdakwah haruslah menjadikan
Rasulullah sebagai referensi sentral juga teladan utama dalam menyampaikan
risalah kepada umatnya. Pengabdian Rasulullah kepada agama tanpa batas.
Menurut KH. Said Aqil Siroj Rasulullah senantiasa mencontohkan cara
berdakwah secara bijaksana (hikmah) yaitu memberikan nasihat secara baik dan
santun serta diskusi atau musyawarah secara berkualitas.2 Sebagaimana dalam
surat An-Nahl ayat 125:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
2. Unsur-unsur Dakwah Menurut KH. Said Aqil Siroj
a. Tentang Da‟i menurut KH. Said Aqil Siroj
Menurut KH. Said Aqil Siroj da‟i adalah orang yang mempunyai visi dan
misi yang kuat dalam menyampaikan ajaran haq yaitu ajaran Islam. Seorang da‟i
haruslah memiliki sifat-sifat yang bisa menjadi suri tauladan untuk para mad‟unya
yaitu memiliki akhlakul karimah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Menjadi seorang da‟i adalah aktivitas yang sangat mulia tidak untuk memperkaya
diri sendiri tapi semata-mata lillahi ta‟ala atau karena Allah SWT. 3
2 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta, 14 Mei 2013.
3 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta, 14 Mei 2013.
51
Bagi KH. Said Aqil Siroj, pilar utama bagi seorang da‟i yaitu:
1) Ash-Shidqu wal Amanah
Artinya da‟i harus jujur dan tanggung jawab terhadap mandat yang dipikul
oleh seorang juga seorang da‟i. Prinsip ini ditegaskan dalam ayat ke-8 surat Al-
mu‟minun:
Artinya:
“ Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya”.
Dan juga pada surat Al-baqarah ayat 283 :
Da‟i harus faham betul mengenai tanggung jawab dalam mengemban
tugasnya untuk mensyi‟arkan amar ma‟ruf nahi munkar. Sebagaimana kisah
Sayyidina Umar ibn Khattab tatkala memangku jabatan sebagai „ulama dimana
beliau selalu amanah dalam mengedepankan tanggung jawab dalam
memperjuangkan umatnya.4
2) Asy-Syura (Permusyawaratan)
Pada urgensinya prinsip ini disampaikan Nabi Muhammad SAW,
meskipun beliau dalam kapasitas sebagai seorang yang ma‟shum, ternyata masih
diperintah oleh Allah untuk bermusyawarah dengan baik. Untuk itu sebagai
seorang da‟i perlu mengedepankan asas Asy-syura dalam strategi dakwahnya.
4KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta: Pustaka
Ciganjur, 1999) h. 40
52
Antara da‟i dan mad‟u disini harus selalu sama-sama mencari titik terang dalam
setiap permasalahan. Musyawarah secara baik dan berkualitas. Karenanya,
bukanlah pada tempatnya, seseorang yang mengaku muslim, tetapi selalu
mengedepankan arogansi kekuasaan.5
3) Al-musawamah (Egalitarian)
Nabi Muhammad saw dan para khulafa‟ ar-Rasyidin telah memberikan
contoh sikap egalitarian dalam semua sektor kehidupan baik ekonomi, sosial,
politik, dan budaya. Sebagaimana dalam Al-baqarah ayat 256:
Artinya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu
Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat
yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”.6
4) Yatafaqqahu fiddin dan Liyundiru qaoumahum
Menurut KH. Said Aqil Siroj Yatafaqqahu fiddin yaitu seorang da‟i harus
memahami, mendalami dan menguasai agama Islam secara sempurna dan
keseluruhan (Kaffah). Namun pada prinsipnya, aktivitas da‟i atau mubaligh bukan
hanya memahami Islam tetapi juga harus mampu mengaktualisasikan pemahaman
keislamannya dalam kehidupan sehari-hari. KH. Said Aqil Siroj mencontohkan
5 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999) h. 40 6 6 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999) h. 41
53
kepada KH. Amin Siradj (paman beliau pengasuh pondok pesantren Gedongan,
Cirebon, Jawa Barat) yang mampu menghafal Al-qur‟an, Uqudul Juman, Al-
fiyah, Qawaid Al-Fiqhiyyah dan beberapa kitab lain yang juga mampu
mengaktualisasikan dan mensosialisasikan kepada publik, menurut beliau sosok
da‟i yang seperti itulah selain memahami keagamaan secara utuh serta mampu
mentransformasikan ilmu-ilmu kepada masyarakat luas, mengkontekstualisasikan
dalam realitas hari ini.7
Dari hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj seorang da‟i harus
dapat menjadi pemikir transformatoris dan mitra dialog yang baik bagi gagasan-
gagasan Islam di Indonesia. Mampu menerapkan metode dakwah yang sesuai
dengan keadaan, situasi dan kondisi sekarang serta tuntutan era di masa
mendatang. Keberadaannya tidak hanya mengurusi masalah spiritual, tetapi
mampu melakukan perubahan nyata di masyarakat.8
b. Mad‟u menurut KH. Said Aqil Siroj
Mad‟u yakni orang-orang yang menerima materi dakwah yang
disampaikan. KH. Said Aqil Siroj mengartikan mad‟u adalah “ummat” Allah
yang akan diajak melangkah bersama untuk menuju keselamatan dan kebahagiaan
dunia akhirat. Baik umat muslim ataupun non muslim.9
Menurut KH. Said Aqil Siroj Term “ummat” bukanlah hak paten satu
golongan tertentu, semisal ummat Islam, ummat kristiani, ummat Hindu, ummat
Konghuchu dan sebagainya. Al-qur‟an sendiri menyebut kata tersebut sebanyak
7Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
8Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
9Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
54
64 kali dalam pengertian yang bervariasi. Adakalanya berarti umat manusia,
makhluk hidup secara keseluruhan. Dari sekian pemakaian tersebut paling tidak
ada satu benang merah yang bisa ditarik dari “ummat” yakni tatkala Nabi
Muhammad membangun pemerintahan di Madinah di bawah payung “Piagam
Madinah”, di mana seluruh warga bangsa (muslim, yahudi, nasrani, musyrikin) di
anggap satu ummat oleh Rasulullah. Ketika berdakwah Rasul pun selalu berusaha
bersikap „arif dalam mengenali tipologi mad‟unya.10
Untuk itu, bagi KH. Said Aqil berdakwah itu harus kepada siapapun tanpa
mengenal golongan, rasa ataupun kelompok tertentu.11
Sebagaimana kutipan
wawancara beliau:
“Dakwah bagi saya kepada siapapun, agama apapun baik muslim maupun
non muslim, Mad‟u adalah orang yang mau menerima pesan atau
substansi isi dakwah. Mad‟u saya ada pemerintah, mahasiswa, masyarakat
awam, yah pokoknya kalangan akademis maupun non akademis. Berbeda
mulai dari profesi, agama, variatif lah pokoknya, materi harus
disesuaikan”.
Dari hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj yang terpenting
dalam mengemban misi dakwah, da‟i haruslah lebih jeli dalam mengenal tipologi
mad‟unya. Karena keberadaan mad‟u sangat beragam mulai dari pengetahuan,
kecerdasan intelektual, pengalaman, profesi, pendidikan juga perbedaan
keyakinan. Dalam hal ini tipologi dakwah khusus beliau adalah kalangan
akademisi yang materinya di sesuaikan dengan tingkat kecerdasan juga pada
kondisi yang tepat sasaran.12
10
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta: Pustaka
Ciganjur: 2000) h. 113 11
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 12 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
55
KH. Said Aqil Siroj lebih memprioritaskan mad‟u yang terkonsentrasi
dalam masyarakat awam ataupun mahasiswa. Menurutnya, jika mad‟u di
pesantren itu sudah ada yang mengendalikan dan itu lebih tercover secara
sempurna, baik itu secara keilmuan islam maupun implementasinya.13
Alasannya menurut KH. Said Aqil Siroj, berdakwah kepada masyarakat
umum seperti mahasiswa kita lebih terbuka dalam menemukan figur-figur kreatif,
inovatif, dan berfikir secara kritis dalam menghadapi persoalan yang berkembang.
Dalam beberapa kesempatan seringkali beliau mengisi ceramah di Gereja.
Seperti Gereja Algonz Surabaya dan acara Global Peace yang notabene mad‟unya
adalah umat non muslim.
Surabaya, sabtu malam tepatnya pada tanggal 1998. Dr. Said Aqil Siroj
untuk pertama kalinya berkhotbah di depan altar Gereja Katolik Aloysius
Gonzaga (algon), Surabaya. Doktor lulusan Ummul Quro, Mekkah ini mendapat
undangan dari dari A. Kurdo Irianto Pr. (Romo Paroki Algon). Di depan sekitar
4000 umat katolik, Kang Said membawa Injil Johanes 1 ayat 1. Khotbah ini dia
bawakan 20 menit sebelum misa dilaksanakan. Dalam khotbahnya Kang Said
menyampaikan bahwa pada intinya musuh umat beragama adalah hawa nafsu dan
harus segera benar-banar taubat. Menurutnya, Ceramah atau menyampaikan
ajaran Islam bisa dimana saja dan kapan saja. Siapa pun yang mengundang itu
tidak bisa dipermasalahkan yang terpenting kita menyampaikan ajaran kita yaitu
ajaran Allah dan Rasulullah. Pada abad IV hijriah dulu, berkhotbah di gereja
sudah biasa dilakukan oleh para ulama dan sebaliknya pastor atau pendeta
13
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
56
berkhotbah di mesjid. Dalam sejarah Islam pemikiran klasik itu harus dihilangkan.
Ketika menjadi seorang da‟i kita harus punya pandangan yang tidak sama dengan
yang lain karena pada prinsipnya skala berdakwah kita berbeda.
Berikut ini kutipan pernyataan beliau saat di tanya mengenai dakwahnya
di Gereja dan label yang diberikan pada beliau yaitu Tokoh Lintas Agama:
“Saya sering di undang ceramah yang mad‟unya non muslim seperti saya
diundang ceramah ke Atlanta dalam acara “Global Peace” Islamnya ada
tapi mayoritas Yahudi dan Kristen. Saya juga sering di undang ceramah
ke gereja-gereja, tepatnya pada tanggal 1 Maret 1998 di Gereja Katolik
Aloysius Gonzaga kawasan Darmo Satelit Surabaya saya ceramah di
depan ribuan umat kristiani. Bahwa kita harus saling menghormati,
menghargai agama mereka, nah, dengan menghormati itu kita berdakwah.
Dengan menunjukkan sikap yang toleran itu, kita tunjukkan bahwa kita
dewasa, umat yang berbudaya, mengerti sopan santun, berakhlakul
karimah, mereka akan simpati. Itulah dakwah kita. Justru ini kesempatan
yang baik, kita tunjukkan perilaku yang kongkrit. Bukan hanya ngomong,
bukan hanya tertulis di buku tapi kita kongkritkan dan realisasikan
ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah.
Justru dengan seperti itu kita bisa menyampaikan ini lho Islam yang benar,
mereka semua mendengarkan dengan baik. Yahudi pun menyalami saya
waktu itu.”.
Menurutnya, Pendekatan dakwah untuk mad‟u yang non muslim lebih
kepada Akhlakul Karimah. Terlebih dahulu kita berprilaku santun, berbudi luhur,
menghormati antar sesama dan menjalin persaudaraan baik dengan siapapun.
Seperti dakwah yang dicontohkan Rasulullah selama 13 tahun di Mekkah tidak
pernah memerintahkan sahabat untuk memecahkan berhala. Padahal pada waktu
itu ada 360 berhala di Mekkah dan puluhan berhala di Masjidil Haram. Karena
pendekatan dakwah Rasulullah lebih kepada budaya dan mengedepankan
Akhlakul karimah, maka umat yahudi dan nasrani menerima Islam dengan baik
57
yang akhirnya berbondong-bondong masuk Islam dengan kemauannya sendiri
tanpa terpaksa atau dengan cara kekerasan.14
Sebagaimana dalam Q.S. An-Nashr :
Artinya:
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu
lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”.
Dari pengertian diatas, pemikiran dakwah KH. Said Aqil Siroj ini, dalam
dakwahnya tetap prioritas mad‟u umat Islam baik kalangan akademis maupun non
akademis. Namun lebih luasnya berdakwah pula umat pada non muslim. Sehingga
materi keislaman dapat diketahui dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.
c. Materi Dakwah
Menurut KH. Said Aqil Siroj materi dakwah adalah substansi isi pesan
dakwah yang di sampaikan kepada mad‟u.15
Dalam bukunya yang berjudul
Tasawuf Sebagai Kritik Sosial (2006) terdapat suatu hadist, menjelang baginda
Nabi SAW wafat (pada tahun 11 H/632 M), beliau telah memberikan wejangan
kaum muslimin, agar tidak terperosok dalam jurang kesesatan, hendaklah selalu
menempatkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya sebagai referensi utama dalam
setiap langkah hidupnya. Kitabullah, dimaksudkan sebagai firman-firman Allah
yang tertuang dalam Al-qur‟an, sedangkan al-Sunnah (tradisi) adalah keseluruhan
14
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 15
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
58
perilaku Nabi SAW semasa hidupnya sebagai Rasulullah, karena sering pula
dipandang sebagai penjelas dan pelengkap Al-qur‟an. Dalam hal ini KH. Said
Aqil siroj menepatkan Al-hadist sebagai pedoman untuk berdakwah setelah Al-
qur‟an.16
Menurut KH. Said Aqil Siroj, dalam pesan Nabi SAW di atas, sepintas
memberikan suatu ilustrasi akan cakupan Al-qur‟an terhadap semua persoalan
kehidupan. Tidaklah berlebihan jika kemudian sebagian orang, terutama kalangan
mubaligh/da‟i sering bersuara lantang, “Al-Qur‟an itu mencakup segala-galanya”.
Bahkan yang lebih ekstrim lagi, melihat Al-Qur‟an itu laksana Ensiklopedi atau
kamus yang sangat lengkap dan komprehensif bagi perjalanan hidup manusia,
sehingga semua aspek kehidupan itu; baik ekonomi, politik, sosial, budaya
maupun lainnya sudah tersedia di sana. Pendapat semacam ini semakin mantap
lagi jika dikaitkan dengan beberapa firman Allah SWT, seperti dalam ayat ke-38
Surat Al-an‟am :17
Artinya :
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga)
seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan (tinggalkan) sesuatupun dalam
Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan”.
Sebagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz
dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam
16 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999), h. 37 17
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999), h. 37
59
Lauhul mahfudz. Dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan
arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-
hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan
akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.18
Begitupun seorang da‟i seperti dalam aktivitas dakwah KH. Said Aqil
Siroj ini cakupan semua materi dakwah adalah Al-qur‟an dan hadist lalu, di
interpretasikan dalam beberapa materi dakwah. Materi dakwah paling tidak
aqidah, syari‟ah, akhlak, dan tasawuf. 19
1) Materi aqidah
Sebagai sosok da‟i berkewajiban menanamkan dalam benak setiap mad‟u
adalah persoalan aqidah. Dimana masyarakat bukan hanya bisa mengucap “laa
ilaaha illallah”. Persoalan aqidah tidaklah bisa diyakini „spekulatif” tidak taqlid
atau ikut-ikutan. Setiap orang harus memiliki sense of belonging dari hati sanubari
yang paling dalam atas essensi persaksian kita bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah (Laa ilaaha illallah) dan Muhammad itu utusan-Nya. Keyakinan ini
kemudian dikuatkan dalam bentuk ucapan dan dibuktikan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Materi Syari‟ah
Syari‟ah disini peribadahan secara vertikal ataupun horizontal. Syari‟ah
merupakan salah satu pilar dalam ajaran Islam selain aqidah dan akhlak. Untuk
itu, para da‟i semestinya memperlebar dalam materi syari‟at ini. Bentuk-bentuk
18 KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999), h. 37 19
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
60
fiqih atau pemahaman para fuqaha harus memotivasi untuk diaktualisasikan
secara cerdas. Artinya bukan hanya persoalan materi ceramah.
3) Materi Tasawuf dan hadlarah
Tasawuf atau sufisme perlu disinggung dalam materi ceramah. Karena
tasawuf atau sufisme tidak dapat dipisahkan dari dalam Islam, sebagaimana
halnya nurani dan kesadaran tertinggi juga tidak dapat dipisahkan dari Islam.
Islam merupakan suatu kesadaran abadi yang bermakna penyerahan diru dan
ketertundukan seperti halnya kata Islam itu sendiri yang berarti ketundukan dan
kepasrahan. Disini, tasawuf adalah intisari ajaran Islam yang membawa pada
kesadaran manusia seperti itu. Karena sejarah mencatat Rasulullah dalam
menyampaikan dakwahnya melalui pendekatan sufistik. Seorang sufi adalah
penegak dan penjunjung tinggi pesan-pesan Islam.20
Hakikat tasawuf tidak lepas dari jati diri manusia yang terdiri dari dua
unsur. Pertama, manusia sebagai Khalq, sebagai ciptaan Tuhan yang bersifat
materi, jasmani. Kedua, manusia sebagai khuluq (bentuk tunggal dari akhlak,
etika) yakni sebagai kreasi Tuhan yang bersifat immateri, ruhani. Bertasawuf,
dengan demikian merupakan upaya penyempurnaan wujud keruhanian manusia.
Dalam bahasa agama, itmamul akhlaq, sesuai dengan hadist nabi Innama bu‟itstu
liutammima makaarimal akhlaq yaitu tidaklah aku diutus kecuali untuk
menyempurnakan akhlak mulia.21
20
KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2010)
h. 33 21 KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2010)
h. 33
61
d. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara penyampaian dakwah. Bagi KH. Said Aqil
Siroj metode bisa dikatakatan strategi dalam berdakwah. Bahkan metode lebih
urgen daripada materi dakwah yang disampaikan. Jika metode dakwahnya tepat
maka kemungkinan besar materi dakwah yang disampaikan akan mudah diterima
oleh mad‟u atau jama‟ah. Pendapat KH. Said Aqil Siroj untuk para da‟i sekarang
lebih banyak menarik mad‟u dalam pembawaan metode humor tapi substansi isi
pesan dakwah itu sendiri tidak tersampaikan. jika seperti itu menjadi da‟i yang
ideal jauh tercermin. Berikut kutipan wawancara KH. Said Aqil Siroj:
“Dalam pembawaan ceramah da‟i jangan terlalu mengedepankan humor
padahal bagi saya pembawaan serius pun jika materi nya berkualitas itu
jauh lebih baik dan kemungkinan besar lebih diterima. Bisa lah pake
humor tapi sedikit diminimalisir sekedarnya saja jangan berlebihan, yang
terpenting metodenya harus kontekstual”.
Untuk itu, sebaiknya para da‟i harus bisa memposisikan kebutuhan konten
masyarakat Indonesia dalam hal ini. Materinya perlu berkualitas, dan metode nya
pun harus kontekstual.22
Al-Qur‟an telah menjelaskan dalam surat An-Nahl: 125, bahwa terdapat
tiga bentuk metode dakwah yang tepat, yakni :
1) Hikmah
Hikmah disini wisdom, cakupannya luas sekali. Menurut KH. Said Aqil
Siroj hikmah adalah sikap-sikap santun yang di lakukan oleh seorang da‟i selain
sosok da‟i harus membangun relasi yang baik dengan siapapun, Hikmah juga bisa
dikatakan titik puncak kesempurnaan beragama seseorang terletak pada
22
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
62
kemampuan memahami ajaran Islam dan menyelaminya sehingga bersifat arif dan
bijaksana (al-hikmah) dalam segenap pemahaman dan penafsiran itu.23
Sebagaimana kutipan wawancara berikut ini:
“Hikmah disini wisdom, cakupannya luas sekali. Metode dakwah yang
paling efektif itu metode dakwah bil hikmah, Seperti dalam surat al-
jumu‟ah ayat 2 bahwa Allah mengutus berdakwah kepada kaum ummiyin
(buta huruf) dengan apa? dengan hikmah yaitu kebijakan-kebijakan,
pergaulan yang baik, santun, sikap-sikap santun itu semua hikmah”.
Menurutnya, Al-qur‟an telah menggariskan, dakwah yang ideal adalah
menggunakan hikmah kebijaksanaan dan kearifan termasuk dengan ilmu
pengetahuan, dengan pendekatan kemanusiaan itu sendiri, Karena berdakwah itu
untuk ummat manusia. Misalnya, dalam dakwah Rasulullah yang paling pertama
kali ditawarkan adalah masalah keadilan, masalah kebersamaan, kebersamaan hak
maupun kebersamaan di muka hukum. Istilah yang digunakan adalah ukhuwah
atau sahabat. Rasulullah sendiri sering memanggil anak buahnya dengan
panggilan sahabat. Tidak pernah memanggil dengan sebutan anak buahku. Seperti
metode hikmah yang di implementasikan oleh Rasulullah saat membuat “Piagam
Madinah”, tidak ada satu yang menyebut Islam. Piagam itu memuat kesepakatan
antara nabi Muhammad, kaum musyrik, dan Yahudi. Itu salahsatu cara metode
hikmah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.24
2) Mau‟idzah Hasanah
KH. Said Aqil Siroj menyampaikan dakwahnya kepada semua lapisan
masyarakat tanpa mengenal ras, suku, golngan tertentu. Hendaknya materi
dakwah yang diberikan adalah materi yang mudah dipahami dan harus
23
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 24
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
63
disampaikan dengan bahasa yang sesuai latar belakang mad‟unya sehingga mudah
diterima. Yang terpenting da‟i juga harus bisa mengambil ketertarikan menyentuh
hati mereka, agar dakwah kita dapat diterima olehnya.
“Metode ini mempunyai arti berdakwah dengan cara memberikan nasihat,
sehingga dapat menyentuh hati mereka lebih pada pendekatan emosional.”
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Menurut KH. Said Aqil Siroj Mujadalah yaitu berdakwah dengan bertukar
pikiran, discuss dengan baik dan berkualitas dalam membahas persoalan klasik
ataupun kontemporer. Metode ini adalah metode diskusi yang dilandasi dengan
argumen berbeda, sehingga para da‟i harus menguasai dalil-dalil yang ada untuk
menjawab persoalan. Hal ini jelas menuntut para da‟i untuk pandai mengambil
sikap secara sabar dan hati-hati.25
KH. Said Aqil Siroj sering berdiskusi dengan jama‟ahnya. Hal ini
dilakukan agar pola pikir mad‟unya dapat lebih kritis lagi dan wawasan mereka
dapat bertambah. Sehingga antara da‟i dan mad‟u dapat komunikatif26
e. Media Dakwah
KH. Said Aqil Siroj berpendapat bahwa media dakwah adalah alat yang
dilalui oleh saluran pesan yang menghubungkan antara da‟i dan mad‟u. Menurut
KH. Said Aqil Siroj, dunia digitalisasi dan internet saat ini tepat digunakan dalam
mengemban misi dakwah.27
Dalam kegiatan dakwahnya KH. Said Aqil Siroj tetap
menggunakan bantuan media untuk penyampaian materi dakwah agar dapat
diterima masyarakat lebih luas. Kesibukan masyarakat saat ini sangat beragam,
25 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 13 Mei 2013 26
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 9 Juni 2013 27 Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 13 Mei 2013
64
sehingga diperlukan media yang tepat, guna mencapai tujuan dakwah yang
menyeluruh.
Selain dakwahnya sering di tuangkan dalam media cetak seperti di koran,
majalah, terjemah, ataupun jurnal, beliau pun sering mengisi kajian keislaman di
website NU Online, mendirikan KangSaid.net dari NU untuk Ummat juga website
kajian tasawuf yang disebut Pusat Studi Tsaqafah-Said Aqil Siradj (PST-SAS)
yang lebih dikenal dengan SAS Foundation. Dan mendirikan pula website SAS
Center yaitu situs resmi dalam media dakwah dalam menggali lebih dalam
pemikiran sosial keagamaan dan kebudayaan KH. Said Aqil Siroj yang kemudian
diformulasikan dalam SAS CENTER. Situs ini sekaligus untuk menampung
pemikiran-pemikiran tokoh yang sejalan dengan visi misi Islam rahmatan
lil‟alamin. Hal tersebut adalah salah satu media dakwah yang membantu dalam
penyampaian dakwahnya.
Namun menurutnya, meskipun dakwah dapat dilakukan beragam cara,
yang paling tepat dan efisien yaitu dengan cara tatap muka (face to face) atau
ceramah seperti khutbah shalat jum‟at. Karena dengan seperti itu antara pesan
dakwah yang disampaikan cenderung lebih substansif.
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah pada hakikatnya menyampaikan serta mengamalkan apa
yang memang sedah menjadi kewajiban berupa syari‟at Islam, disamping
memiliki kewajiban dalam memberikan ilmu-ilmu pengetahuan Islam secara
keseluruhan, tetapi tujuan utama dakwah itu adalah pengamalannya Islam dalam
kesalehan sosial.
65
Bagi KH. Said Aqil Siroj, pengamalan disini mengaktualisasikan keilmuan
dengan pengamalan kongrit dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk diri sendiri,
keluarga, terlebih masyarakat secara luasnya. Berusaha lebih baik dan menjadi
contoh dalam segi pengamalan ilmu dan kualitas „ubudiyah. Selanjutnya,
mengajak lingkungan masyarakat pendekatan secara kognitif, afektif lalu
behavioral untuk ikut menjalankan syari‟at Islam. Dakwah harus murni Lillahi
ta‟ala tidak usah pandang bulu siapapun mad‟unya mau itu muslim ataupun non
muslim. Semata-mata menyampaikan agama yang haq dan amar ma‟ruf nahi
munkar. Agar terciptanya khairul ummah.28
g. Visi dan Misi dakwah KH. Said Aqil Siroj
Visi dan misi dakwah KH. Said Aqil Siroj adalah ingin menciptakan
Indonesia yang beradab dan berkarakter. Beliau selalu berusaha untuk selalu
berintegrasi dengan pemerintah dalam membangun dan mensejahterakan
masyarakat Indonesia melalui organisasi kemasyarakatan Islam. Hal ini tercermin
langkah kongkrit beliau dalam mengemban visi dan misi dakwah yaitu
mendirikan lembaga keagamaan, misalnya Madrasah, masjid, pesantren, majlis
dzikir bertujuan untuk menciptakan kader-kader yang berkualitas secara akhlak
dan kelilmuan.29
Berdasarkan hasil wawancara, menurut KH. Said Aqil Siroj Jika di atas
kekuatan bangsa kita dapat memperkokoh pondasi keagamaan, kesempatan untuk
bisa melihat Indonesia yang beradab, Indonesia yang berbudaya, Indonesia yang
28
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 29
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
66
berkarakter itu lambat laun akan terwujud. Beliau memiliki visi dakwah yang
sedikit berbeda dengan dai-dai lain. Menurutnya, terlebih dahulu mewujudkan dan
mengedepankan kekuatan bangsa (ukhuwah wathoniyah) lalu kekuatan agama
(ukhuwah islamiyah). Gagasannya ini mendapat apresiasi dari Republika sebagai
Tokoh Perubahan. Bagi KH. Said Aqil Siroj ini kekuatan bangsa itu sangat
penting dalam mengukuhkan semua syari‟at Islam.
Misi Islam juga tercermin dalam firman-Nya, wa maa arsalnaaka illa
rahmatan lil „alamin, dan Aku tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali menjadi
rahmat bagi seluruh alam semesta. Cakupan rahmat bagi alam seisi-Nya
memberikan ruang gerak bagi tumbuhnya masyarakat plural (majemuk) yang
senantiasa cinta damai yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan peradaban.
Hal ini dijelaskan pula dalam satu sabda Nabi Muhammad, “inna maa bu‟isttu li-
utammimaa makaarimal-akhlaq”, Aku (Muhammad) hanya diperintahkan untuk
menyempurnakan akhlak (moralitas) yang mulia. Melalui misi tadi, dalam lintas
sejarah umat Islam mampu menapaki kehidupan yang semakin cemerlang dari
hari ke hari. Di awali pada periode Mekkah yang masih mengedepankan
paradigma “ukhuwah islmiyah”, persaudaraan internal muslim, kemudian
berlanjut pada periode Madinah yang menekankan “ukhuwwah wathaniyyah”,
persaudaraan lintas agama (kebangsaan) dan dipungkasi dengan peristiwa haji
wada‟ yang menjunjung tinggi “ukhuwwah basyariyyah”, persaudaraan lintas
etnis.30
30
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999) h. 224
67
Seperti pada masa Nabi Sulaiman, ada negeri yang diabadikan sebagai
salah satu negeri yang diabadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al-qur‟an
yang dikenal “baldatun thayyibatun waa rabbun ghafur” yaitu negeri yang adil,
makmur, aman dan sentosa yaitu negeri Saba‟. Negeri ini ternyata di pimpin oleh
penguasa wanita, yaitu Ratu Bilqist.31
B. Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Said Aqil Siroj di Indonesia
Berangkat dari pemikiran dakwah Langkah inilah yang menjadi motivasi
KH. Said Aqil Siroj dalam berdakwah, mulai dari dakwah bil-lisan, bil-haal,
ataupun bil-Qolam.
1. Dakwah Bil-lisan
Menurut KH. Said Aqil Siroj metode dakwah bil-lisan yaitu bentuk
dakwah yang mengedepankan “qaulan kariman” (perkataan yang mulia), “qaulan
ma‟rufa” (perkataan yang baik), “qaulan maitsura” (perkataan yang pantas),
“qaulan layyinan” (perkataan yang lemah lembut), “qaulan baligha” (perkataan
yang berbekas pada jiwa), dan “qaulan tsaqila” (perkataan yang berkualitas)-
sebagaimana diamanatkan dalam Al-qur‟an dalam surat Fhussilat ayat 33:
Artinya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:
"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?".32
31
KH. Said Aqil Siroj, Islam kebangsaan, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) h. 9 32
Said Aqiel Siradj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2010), h.
33
68
Dakwah bil-lisan yang direalisasikan oleh KH. Said Aqil Siroj adalah
bentuk dakwah seperti pengajian, kajian diskusi, atau acara seminar di berbagai
lembaga akademis maupun non akademis. Beliau paparkan secara terperinci dan
referentatif dari berbagai sumber kitab disertai dalil aqli-qath‟i sehingga
pemaparannya sangat jelas dan sempurna. Terlebih menjadi penceramah/mubaligh
yang tak terhitung jumlahnya di beberapa kabupaten, kecamatan, desa, bahkan
perkampungan sekalipun, beliau mengupayakan untuk selalu datang demi
kepentingan syi‟ar kepada umat.33
“Walau di undang ke kampung pelosok bagaimanapun saya pasti datang
untuk berdakwah. Saya pernah ke pulau burung, dari sini ke Batam
pesawat dari Batam ke Pulau Guntur bagus, dari Pulau Guntur ke Pulau
Burung jelek sekali jalannya, dari tepi pulau ke tempat ceramah, saya naik
getek.”
Pengajian yang diisi oleh KH. Said Aqil Siroj secara garis besar
membahas materi Tafsir, sejarah, fiqh, akhlak namun, beliau lebih terkonsentrasi
membahas pada kajian tasawuf, baik itu tasawuf Falsafi ataupun tasawuf Sunni.34
Berikut dakwah bil-lisan yang dilakukan oleh KH. Said Aqil Siroj:
a. Pengajian
Pengajian rutin minggu malam di Pusat Tsudi Tsaqafah (PST-SAS)
bertempat di Aula Ciganjur yaitu tempat kediaman beliau yang sekaligus menjadi
pendiri PST-SAS. Pengajian rutin ini menerjemahkan disertasi beliau yang
berjudul Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan
Antara Allah dan Alam Kosmos: Perspektif Tasawwuf Falsafi) pengajian ini lebih
banyak diikuti oleh kalangan mahasiswa. Dewan Penasehat di Said Aqil Siroj
33
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013 34
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013
69
(SAS) Foundation ini juga seringkali hadir pada acara bahtsul masail, atau
seminar „Keislaman Nusantara‟ di pesantren Hidayatul Mubtadi‟ien Lirboyo.
Terlebih menjadi ketua PBNU yang mengatur segala kegiatan dakwah di PBNU
khususnya di PWNU, PCNU, IPNU, IPPNU, STAINU, dll.35
Secara rutin dwi mingguan beliau membuka open house untuk semua
masyarakat sekitar yakni pengajian kitab Tafsir al-kabiir, dan Mafaatihu al-
ghaib setiap malam rabu hingga sekarang. Dan pada Rabu malam Kamis beliau
mengadakan diskusi atau sharing seputar wacana Islam kekinian biasanya dihadiri
oleh para senior yang kebanyakannya adalah santri-santri alumni Lirboyo, khatib,
ustadz, dosen, pengajar, mahasiswa, pejabat, dsb. Pengajian tersebut pengganti
pengajian hari jum‟at pagi yang dibuka sepanjang tahun 1995 hingga kisaran
tahun 1999. Karena animo permintaan masyarakat yang begitu antusias biasanya
disela-sela pengajian, juga dikupas persoalan-persoalan aktual up to date
kemasyarakatan.36
b. Mengadakan pengajian kilat setiap Ramadhan
Setiap tahun di bulan ramadhan beliau mengadakan pengajian kilat yang
disebut dengan pasaran terbuka bagi siapapun yang ingin mengikutinya di
pesantren Al-Tsaqafah yang didirikan beliau di Ciganjur. Pasaran ini yang
dipandu langsung oleh KH. Said Aqil Siroj dengan mengambil kitab
safinatunnaja dan karya-karyanya Imam Ghazali.37
35
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013 36
Mohammad Dawam Sukardi, (Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said),
(Jakarta: SAA Center, 2010), h. 24 37
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013
70
c. Menjadi pembicara atau pemateri dalam kegiatan dakwah, antara lain38
:
1) Pembicara dalam Seminar Nasional dengan tema: Rekonsiliasi Tasawuf dan
Syari‟at: Perspektif Sejarah di Bengkulu pada tanggal 3-4 Desember 1996.
2) Pembicara dalam forum Simposisium DIKBUD RI dengan tema Peringatan
hari AIDS se-Dunia di Jakarta pada tanggal 29 November 1997.
3) Pembicara dalam Seminar Nasional dengan tema Temu Tahunan Jaringan
Penelitian IAIN se-Indonesia di Palembang pada tanggal 17 sampai 19 Juni
1997.
4) Pembicara dalam Seminar Badan Musyawarah Antar Gereja dengan tema
Wawasan Kebangsaan II dan III di Malang pada tanggal 6 sampai 7 Agustus
1997 dan 4 sampai 6 Agustus 1998.
5) Pemateri dalam Dialog Nasional Forum Mahasiswa Syari‟ah se-Indonesia
dengan tema Formasi Hukum dan Pluralisme Politik di Jakarta pada tanggal
17 Februari 1999.
6) Pembicara dalam Dialog Kerukunan Antar Umat Beragama dengan tema
Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka di Jakarta pada tanggal 27
Februari 2000.
7) Pembicara dalam Seminar Nasional Depdiknas dengan tema Reformasi
Pendidikan Nasional di Yogjakarta 16 sampai 17 Maret 2001.
8) Pembicara dalam Musabaqoh Al-Qur‟an tingkat V TELKOM dengan tema
Implementasi Akhlaq Qur‟ani di Jakarta 23 April 2002.
38
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta 14 Juni 2013 yang dimuat pada
curriculum vitae KH. Said Aqil Siroj
71
9) Pembicara dalam Halaqoh Nasional Departemen Agama dengan tema
Musyawarah Kerja Ulama-Ulama Alhi Qur‟an di Jakarta pada tanggal 28
sampai 30 April 2003.
10) Pembicara dalam Simposium Nasional PATRIA dengan tema Nasionalisme,
Profesionalisme, Pers Indonesia di Jakarta pada tanggal 25 sampai 27
Februari 2004.
11) Pembicara dalam Konferensi Internasional dengan tema Asian Gathering of
Muslim Ulama and Christian Bishops di Manila pada tanggal 18 sampai 21
Agustus 2003.
12) Pembicara dalam forum International Conference of Islamic Scholar I dengan
tema Daur al-Ma‟ahid al-Islamiyah fi bina‟i Hadhoroh al-Syu‟bi Indonesiya
di Jakarta pada tanggal 23 sampai 25 Februari 2004.
13) Pembicara dalam forum International Conference of Islamic Scholar II
dengan tema Al Mujatama‟ al-Islami wa masuliyyatiha alhadhoriyyah di
Jakarta pada tanggal 19 sampai 22 Juni 2006.
Aktivitas dakwah bil-lisan KH. Said Aqil Siroj tersebut, menggambarkan
bahwa beliau telah memberikan kontribusi yang cukup luar biasa bagi
perkembangan umat Islam di Indonesia saat ini. Sosok beliau yang moderat,
terbuka, toleran, komunikatif dan adaptip menjadikan mad‟u sebagai saudaranya
sendiri, membuat dakwahnya mudah diterima di semua kalangan.39
39
Wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi (Sekretaris Pribadi KH. Said Aqil Siroj),
Jakarta 14 Juni 2013
72
2. Dakwah Bil-hal
Menurut KH. Said Aqil Siroj dakwah bil-hal yaitu dakwah itmamul khuluq
yang berarti tindakan nyata dalam memiliki moralitas luhur dan di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dakwah yang di contohkan
nabi Muhammad dalam sosok kepribadian serta tingkah lakunya. Sebagai contoh
menurut KH. Said Aqil Siroj nabi Muhammad pernah beranjak dari tempat
duduknya saat jenazah non-Muslim diusung melintas dihadapannya. Sikap ini
merupakan satu bentuk penghormatan kepada non-Muslim meski sudah
meninggal. Praksis dakwah Islam seperti ini merupakan bagian dari proses
pembangunan image, yakni untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang
menjunjung tinggi moralitas.40
Urgensi akhlakul karimah harus hadir pada karakter setiap da‟i karena
akhlakul karimah merupakan karakteristik ketuhanan yang melekat pada diri
manusia. Akhlak yang mulia atau moralitas merupakan sesuatu yang dilakukan
bukan hanya di ucapakan, tindakan bukan tulisan, pelaksanaan bukan kekuasaan,
pengamalan bukan hafalan, kenyataan bukan penataran, essensi bukan teori,
realitas bukan identitas, afektif bukan kognitif, aplikatif bukan normatif, amaliyah
bukan ilmiyah.41
. Berikut paparan wawancara KH. Said Aqil Siroj:
“Ya bil hal itmamul khuluq perilaku para kiai para ulama perilaku sehari-
harinya merupakan dakwah bil-hal, amal nyata, karena memberikan
contoh yang baik. Dakwah secara akhlak mahmudah, akhlak terpuji. Atau
syi‟ar mendirikan lembaga-lembaga Islam memberantas kebodohan, disitu
kita lebih leluasa dalam berdakwah membina generasi muda dalam ber
akhlak karimah.”
40
KH. Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2006),
h. 28 41
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. 2
73
Dakwah bil-hal dilakukan sebagai solusi kebutuhan umat Islam sehingga
dakwah ini berupa tindakan nyata. Menurut KH. Said Aqil Siroj Dakwah bil hal
ini adalah tidakan para ulama, para kyai. Dakwah bil-hal yaitu terjun langsung
mengubah jalannya sejarah kehidupan sosial masyarakat menuju kondisi yang
diharapkan, diidealkan, dicita-citakan sesuai dengan bangunan pikirannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Namun,
untuk lebih luasnya peran beliau dalam dakwah bil hal diantaranya:
a. Mendirikan Pondok Pesantren Luhur Said Aqil Siroj (SAS) Al-Tsaqafah
Yayasan Islam ini terdiri dari Madrasah Aliyah (MA) yang didirikan
langsung oleh KH. Said Aqil Siroj beserta keluarga, merupakan sekolah yang
berkhas Islam. Sangat berbeda dengan sekolah umum lainya. Yayasan ini
didirikan dengan mengacu pola pesantren salafi yang dipadu padankan dengan
keilmuan umum. Yayasan ini diperuntukkan bagi semua santri ataupun murid dari
penjuru Indonesia, semata-mata untuk investasi akhirat beliau dan keluarga.
Bertujuan untuk menciptakan kader-kader yang berkualitas secara kelimuan dan
akhlakul karimah. Karena, Islam mengajarkan kita bagaimana memberikan
pencerahan kepada umat Islam agar kreatif dan produktif.42
b. Mendirikan Pusat Studi Tsaqafah (PST-SAS)
Pusat Studi Tsaqafah atau kita lebih familiar dengan sebutan kajian
Tasawuf ini dikhususkan untuk kalangan akademisi baik mahasiswa ataupun
dosen. Mereka akan diberikan paparan materi tasawuf falsafi secara referentif
sehingga dapat memahami penguasaan ilmu tasawuf secara komprehensif. PST-
42
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta: 14 Juni, 2013
74
SAS ini didirikan di dekat kediaman beliau tepatnya di daerah Ciganjur Jakarta
Selatan.43
c. Mendirikan Said Aqil Siroj Center (SAS CENTER)
SAS CENTER lahir pada tanggal 09 Septermber 2009 yaitu roda
organisasi Islam basis perjuangan sekaligus model dakwah yang didirikan sebagai
wujud kepedulian dari semangat para aktivis Islam, seniman, budayawan, serta
para pemerhati kaum Nahdhiyyin yang memiliki harapan, mimpi, cita-cita, Islam
ideal ke depan untuk memecahkan persoalan umat. SAS CENTER merupakan
wadah wadah bagi para kaum santri, kaum akademisi, kaum profesi perkotaan,
birokrat, sipil dan militer serta kelompok-kelompok lainnya. Berikut ini agenda
kegiatan SAS CENTER44
:
1) SAS PEDULI
Adalah aksi kemanusiaan terhadap perbaikan sarana dan tempat ibadah,
perbaikan lingkungan, tata transportasi, kebijakan tata ruang public, pemberian
santunan bagi yatim piatu, faqir miskin, dhuafa, janda, gelandangan,
pengangguran, korban gempa, dll.
2) SAS AWARD
Adalah wujud apresiasi dan penghargaan bagi para tokoh Islam dan tokoh
moderat Indonesia lintas profesi budayawan, seniman, actor film, penulis.
3) SAS DIALOG ISLAM MODERAT ON AIR
Adalah gerakan dakwah melalui media televisi dan radio seluruh
Indonesia yang berwawasan Islam kebangsaan Rahmatan Lil‟alamin. Materi yang
43
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Idris Mas‟udi, Jakarta: 14 Juni, 2013 44 SAS Center, (Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said), h. 165
75
tersajikan, di desaign untuk memenuhi kebutuhan riil keumatan di Indonesia
khususnya, sekaligus sebagai program konseling bagi masyarakat umum.45
4) SAS DISKUSI TEMATIK
Adalah kegiatan dialog dan diskusi menyangkut permasalahan aktual yang
terjadi di negeri ini, yang diselenggarakan di wilayah Indonesia koordinasi dengan
PCNU dan PWNU se-Indonesia. Fokus kegiatan diutamakan di kantor NU
seluruh Indonesia sekaligus berfungsi sebagai gerakan silaturrahmi antar elemen
warga NU. Hasil diskusi tersebut, secara berkala akan diterbitkan dalam bentuk
compact disk, bulletin, majalah, dan disebarluaskan kepada masyarakat luas.
5) SAS PENERBITAN
Adalah kegiatan penerbitan karya Tokoh-tokoh NU baik di dalam maupun
luar negeri, terutama karya-karya klasik dan penerbitan bografi/autobiografi
Ulama-ulama Nusantara.
Bagi KH. Said Aqil Siroj ini, langkah berdakwah melalui pendidikan
pesantren dan pendidikan umum berbasis Islam adalah untuk pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) generasi Islam saat ini. Agar dapat berkualitas
secara pribadi dan memberikan perubahan sosial di masyarakatnya kelak.
Terutama agar mereka dapat bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.46
Menurut KH. Said Aqil Siroj dakwah bil hal dalam tindakan nyata
merupakan langkah konkret dalam berdakwah. Aktivitas dakwah seperti ini
merupakan dakwah yang bertujuan untuk memberantas kebodohan, kemiskinan,
45
SAS Center, (Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said), h. 166 46 SAS Center, (Dari Pesantren untuk Bangsa: Kado buat Kyai Said), h. 167
76
dengan bentuk amal nyata terhadap sasaran masyarakat tertentu. Dan menjadikan
masyarakat Indonesia yang berbudaya, berkarakter dan berpengetahuan luas.47
Di samping itu, misi utama Islam adalah “rahmatan lili‟alamin”, menjadi
rahmat bagi bumi seisinya. Misi ini dalam aplikasinya ditopang oleh lima prinsip
universal (kulliyatul khams) yang dijadikan acuan dalam penetapan judisprudensi
hukum Islam serta menjadi kristalisasi semua perundang-undangan. Kelima
prinsip tersebut adalah pertama, menjadi kebebasan beragama (hifdz al din);
kedua memelihara nyawa (hifdz al- nafs); ketiga, menjaga keturunan dan profesi
(hifdz al-nasl wal-„irdl); keempat, menjamin kebebasan ber ekspresi dan
berserikat (hifdz al-„aql); dan kelima, memelihara harta benda (hifdz al-mal).
Kelima prinsip tersebut, dewasa ini sangat relevan dengan prinsip-prinsip HAM
yang menjadi pilar demokrasi yang berlaku di Indonesia.48
3. Dakwah bil- Qalam
Menurut KH. Said Aqil Siroj, Dakwah bil Qalam yaitu kegiatan
menyampaikan pesan dakwah melalui tulisan, seperti buku, surat kabar, majalah,
artikel, jurnal, internet dan lain-lain. Seperti yang di contohkan „ulama
salafusshahih seperti Imam Syafi‟i, Imam Hanafi, Imam Hambali, dan Imam
Maliki yang mengarang dan menulis kitab-kitab salafi 49
47
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013 48
KH. Said Aqil Siroj, Islam Kebangsaan, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999) h. 31 49
Wawancara Pribadi dengan KH. Said Aqil Siroj, Jakarta 14 Mei 2013
77
Berikut kutipan wawancara dengan KH. Said Aqil Siroj:
“Yaa pokoknya isi pesan dakwah di tuangkan dituliskan dalam tulisan.
Seperti karya-karyanya ‟ulama salafusshahih Imam Syafi‟I, Maliki, hanafi,
hambali yang mengarang kitab… karya-karyanya kan subhanallah masih
bisa di nikmati sampai saat ini tidak terbatas waktu. Atau kita menulis
materi wacana ke Islaman dalam bentuk buku.”
Berikut ini aktivitas dakwah bi Al-Qolam yang dilakukan oleh KH. Said
Aqil Siroj yang dipublikasikan melalui buku cetak, diantaranya:
a. Rasail al-Rusul fi al-„Ahdi al-jadid wa Atsaruha fi al-Masihiyah (Pengaruh
Surat-Surat para rasul dalam Bibel terhadap Perkembangan Agama Kristen),
thesis dengan nilai memuaskan, (1987).
b. Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan Antara
Allah dan Alam Kosmos: Perspektif Tasawwuf Falsafi), desertasi dengan nilai
Cum Laude di promotori Prof. Dr. Mahmud Khofaji (1994).
c. Ahlussunah wal jama‟ah; Lintas Sejarah (1997)
d. Islam Kebangsaan; Fiqih Demokratik kaum Santri (Jakarta: FATMA Press,
1999). Buku ini kompilasi dari berbagai makalah yang dipresentasikan dalam
forum ilmiah. Buku ini diharapkan menjadi salah satu rujukan teori politik
umat Islam (fiqh siyasi), dimana sapai saat ini masih banyak wilayah kajian
yang belum dijamah para „ulama.
e. Kyai Menggugat; Mengadili Pemikiran Kang Said (Jakarta: Pustaka Ciganjur,
1999). Buku ini adalah hasil wawancara kontroversial yang dimuat di media
massa yang mendokumentasikan pikiran, gagasan, serta tindakan KH. Said
Aqil Siroj.
f. Ma‟rifatullah; Pandangan Agama-Agama, Tradisi dan Filsafat (2003)
78
g. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi bukan
Aspirasi (Jakarta: Yayasan KHAS, 2006). Buku ini adalah refleksi dari upaya
memperkuat pola pikir tawassuth (moderat), tawazun (keseimangan), I‟tidal
(jalan tengah), dan tasamuh (toleran) dalam Islam.
h. International Journal of Pesantren Studies dalam Pusat Studi Pengambangan
Pesantren (PSPP) dengan judul “Pesantren di masa sekarang dari segi sejarah
dan Perkembangannya” (2000).
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemikiran dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj adalah aktivitas mengajak
atau menyeru kepada jalan Allah SWT. Dakwah secara luasnya yaitu
menyebarkan, memperkuat, memasyarakatkan ajaran Islam secara
komprehensif dan bijaksana sebagaimana yang dilakukan para walisongo
yakni mengedepankan perilaku baik, santun, budi pekerti mulia, akhlak
terpuji serta kuat dalam menghadapai tantangan apapun. Dalam berdakwah
harus siap dalam menghadapi tantangan apapun. Pemikiran KH. Said Aqil
Siroj adalah pemikiran yang terpengaruh oleh bacaan tasawuf. Menurut
KH. Said Aqil Siroj dalam berdakwah harus tahan kritik, tahan dihina
karena hal itu merupakan proses dalam berdakwah. Bacaan tasawuf sangat
berpengaruh dalam perjalanan dakwah beliau karena dengan bacaan
tasawuf KH. Said Aqil Siroj berusaha untuk menyikapi bebagai tantangan
dalam berdakwah secara toleran dan terbuka.
2. Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh KH. Said Aqil Siroj ini tata cara
dakwah yang dilakukan walisongo, karena basis NU sendiri model dakwah
walisongo. Aktivitas dakwahnya sangat di apresiasi oleh masyarakat
Indonesia dahulu dan sampai saat ini. Khidmahnya pada Indonesia tidak
terlepas dari tujuan dalam ikut menciptakan negara baldatun thayyibatun
wa rabbun ghofur. Negara yang berbudaya dan beradab.
80
Menurut hemat saya, Kiai Said adalah figur generasi setelah Gus
Dur, yang dalam batasan kecil mampu memotret dan meniru sisi
kehidupan Gus Dur untuk dijalankan di tengah-tengah masyarakat
Indonesia. Bergaul dengan banyak komunitas. Dan memperbanyak relasi
dengan non-Muslim. Kesemuanya itu, baginya adalah berdakwah semata-
mata diniatkan untuk memasyarakatkan agama Islam yang santun.
B. Saran
1. Untuk KH. Said Aqil Siroj. Indonesia sangat masih ketergantungan sosok
da’i seperti KH. Said Aqil Siroj. Untuk itu, tetap istiqomah berdakwah
kepada seluruh lapisan masyarakat. Tetap pada misi dakwah yaitu
menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dan menjadikan Indonesia negara
baldataun thayyibatun wa rabbun ghofur.
2. Untuk masyarakat. Tetap mengikuti kegiatan dakwah beliau karena secara
kognitif kita dapat pengetahuan Islam lebih luas, secara afektif dapat lebih
mengenal sosok beliau pemahaman agamanya begitu luas pendekatan
dakwah melalui kajian tasawuf dan secara behavioral bisa merefleksikan
pemahaman agama dalam kehidupan nyata.
3. Untuk pemerintah. Senantiasa mendukung dan berusaha selalu berintegrasi
dengan PBNU khususnya kepada KH. Said Aqil Siroj dalam menjalankan
roda pemerintahan agar menjadikan Indonesia berkarakter dan sejahtera
lambat laun senantiasa terwujud.
81
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku
Abu Azmi Azizah, Bagaimana Berpikir Islami, (Solo: Era Intermedia, 2001)
Ali Aziz, Moh, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004)
Alwani, Thoha Jabir, Krisis Pemikiran Modern Diagnosisi dan Resep
Pengobatannya, (Jakarta: LKPSI, 1989)
Amin, Samsul Munir, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH,
Januari 2008)
Arifin, M, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara,
1993)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktek (Jakarta :
Rineka Cipta, 2002)
Badruttamam, Nurul, Dakwah kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo
Khazanah Ilmu, 2005)
Choliz Hafidz, Abdullah, Dakwah Transformatif (Jakarta: PP Lakpesdam NU,
2006)
Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996)
Madjid, Nurcholis Khazanah Intelektual Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1985)
Mulkham, Abdul Munir, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996)
Musyarofah, Umi, Dakwah KH. Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan,
(Jakarta: UIN Press, 2009)
Nashir, M, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indo, 1998)
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2001)
Pustaka Ciganjur, Kyai Menggugat Mengadili Pemikiran Kang Said (Jakarta:
FATMA Press, 1999)
Rofiah, Khusniati, Dakwah Jamaah Tabhligh dan Eksistensinya di Mata ,
(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010)
82
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembag
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010)
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2011)
Shihab, Quraish, Membumikan Al-qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999)
Siroj, Said Aqil, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam Sebagai
Inspirasi Bukan Aspirasi, (Jakarta: Yayasan KHAS, 2006)
Siroj, Said Aqil, Islam Kebangsaan Fiqh Demokratik Kaum Santri, (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999)
Siroj, Said Aqil, Kyai Menggugat; Mengadili Pemikiran Kang Said, (Jakarta:
Pustaka Ciganjur, 1999)
Sukardi, Mohammad Dawam, NU sejak Lahir (Dari Pesantren Untuk Bnagsa;
Kado Buat Kyai Said), (Jakarta: SAS Center, 2010)
Syamsuddin, Fathiy. Menguatkan Peran dan Fungsi, Majalah Al-Wa’ie, No. 80
(April 2007)
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983)
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987)
Yafie, Alie, Teologi Sosial telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan,
(Yogyakarta: LKPSM, Oktober 1997)
Yaqub, Hamzah, Publisistik Islam Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV
Diponegoro, 1982)
83
B. Referensi Internet
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,41148-lang,id-
c,nasional-t,Kang+Said+Jadi+Tokoh+Muslim+Berpengaruh+Dunia-.phpx
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,6-id,44152-lang,id-
c,taushiyah,Sambutan+pada+Malam+Penganugerahan++Tokoh+Perubahan+Repu
blika+2012+-.phpx
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SAID AQIL SIROJ
Ringkasan Profesionalisme (Memuat latar belakang pendidikan formal dan non formal serta profesionalisme termasuk aktifitas organisasi)
Pendidikan Formal: Lulus S1 dari Universitass King Abdul Aziz cabang Mekkah, Fakultas Syari’ah,
tahun 1982, lulus S2 dari Universitas Umm al-Qura Mekkah, Fakultas Ushuluddin, tahun 1987, dan S3
dari Universitas Umm al-Qura Mekkah, Fakultas Ushuluddin, tahun 1994. Pendidikan non formal:
(1) Pondok Pesantren Lirboyo Kediri tahun, 1965-1970 (2) Pondok Pesantren Krapyak Jogjakarta,
tahun 1972-1975. Profesionalisme: (1) Dosen Pasca Sarjana UI dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 1995- skrg (2) Penasehat dosen matakuliah MKDU UBAYA Surabaya, tahun 1998-skr (3)
Direktur Pasca Sarjana Unversitas Islam Malang (UNISMA), tahun 1999-2003 (4) Anggota MPR RI
Fraksi Utusan Golongan, tahun 1999-2004 (5) Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia tahun
2012-skrg. Pengalaman Organisasi: (1) Ketua KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama)
Mekkah, tahun 1983-1987, (2) Wakil Katib ‘Am PBNU, tahun 1994-1998, (3) Katib ‘Aam PBNU,
tahun 1998-1999, Rais Syuriyah PBNU, tahun 1999-2004, Ketua PBNU 2004-2010, Ketua Umum
PBNU 2010-sekarang
A. IDENTIFIKASI
A.1 Pribadi
1. Nama Lengkap & Gelar : Said Aqil Siroj (Doktor, Magister)
2. Jenis Kelamin ( L/P ) : Laki-laki
3. Tempat Lahir : Cirebon tanggal lahir: 03 Juli 1953
4. Alamat Rumah : Jl. Sadar Raya No. 3-A Rt. 08 Rw. 04 Ciganjur,
Kota: Jakarta – Selatan Kode Pos: 12630
Telp; 021-7865178 Fax: 021-78886942
HP: 0811834960 Email: [email protected]
5. No. KTP : 09.5309. 030753. 0379
6. Agama : Islam
7. Status Perkawinan : Nikah
8. Aktivitas Sekarang : Ketua Umum PBNU
9. Alamat Kantor : Gedung PBNU Jl. Kramat Raya No. 164
Kota: Jakarta Pusat Kode Pos: 10430
Telp. 021-31923033 Hand Phone : 08161802999
2
10. Penguasaan Bahasa : Bahasa Indonesia – Aktif Aktif/ Pasif
Bahasa Inggis – Pasif Aktif/ Pasif
Bahasa Arab – Aktif Aktif / Pasif
11. Hobby : Membaca dan berwisata
A.2 Keluarga
1. Nama Ayah : Aqil Siroj
2. Nama Ibu : Afifah Harun
3. Nama Isteri : Nur Hayati Abdul Qodir
4. Nama Anak : 1. Muhammad Said Aqil
2. Nisrin Said Aqil
3. Rihab Said Aqil
4. Aqil Said Aqil
B.RIWAYAT PENDIDIKAN
B.1 Pendidikan Formal
JENJANG NAMA SEKOLAH BIDANG PENDIDIKAN TAHUN
SD/ Sederajat SR Cirebon Agama Islam Tamat 1965
SLTP/SLTA Sederajat Hidayatul Mubtadi’en
Enam tahun
Agama Islam Tamat 1970
S1 Universitas King
Abdul Aziz
Ushuluddin dan Dakwah Tamat 1982
S2 Universitas Ummu al-
Qura
Perbandingan Agama Tamat 1987
S3 Universitas Ummu al-
Qura
Aqidah/Filsafat Islam Tamat 1994
B.2 Pendidikan Non Formal
LEMBAGA PENDIDIKAN NAMA LEMBAGA PENDIDIKAN TAHUN
Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyatul Mubtadi’ien
Kempek Cirebon
Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’en Lirboyo Kediri 1965-1970
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta 1972-1975
3
C.PENGALAMAN ORGANISASI
LEMBAGA JABATAN TAHUN
PMII Rayon Krapyak Jogjakarta Sekretaris 1972-1974
KMNU Mekkah Ketua 1983-1987
PBNU Wakil Katib ‘Aam 1994-1998
PBNU Katib ‘Aam 1998-1999
Gerakan Anti Diskriminasi
Indonesia (GANDI)
Penasehat 1998
Forum Komunkasi Kesatuan
Bangsa (FKKB)
Ketua 1998-sekarang
Pusat Kajian Timur Tengah dan
Islam UI
Penasehat 1998-sekarang
Tiem Gabungan Pencari fakta
(TGPF) Kerusuhan Mei 1998
Wakil Ketua 1998
TGPF Kasus pembantaian dukun
santet Banyuwangi
Ketua 1998
Panitia Muktamar NU XXX Ketua 1999
MATAKIN Anggota Kehormatan 1999-2002
PMKRI Penasehat 1999-sekarang
PBNU Rais Syuriah 1999-2010
PBNU Ketua Umum 2010-sekarang
D. AKTIVITAS
LEMBAGA JABATAN TAHUN
Koran Harian AL-Nadwah Mekkah Tiem Ahli Bahasa Indonesia 1991
Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-
Qur’an (PTIQ)
Dosen 1995-1997
Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Dosen 1995-sekarang
Universitas Islam Malang
(UNISMA)
Wakil Derektur 1997-1999
Universitas Surabaya UBAYA Penasehat dosen MKDU 1998-sekarang
Konseptor Tiem Lima perumus
ADART PKB
Wakil Ketua 1998
KOMNAS HAM Anggota 1998-1999
Institut Agama Islam Tribakti
Lirboyo Kediri
Dosen Luar biasa 1999-sekarang
MPR RI Fraksi Utusan Golongan
dari NU
Anggota 1999-2004
Pasca Sarjana UNISMA Direktur 1999-2003
Masyarakat Pariwisata Indonesia
(MPI)
Penasehat 2001-sekarang
Pasca Sarjana ST Maqdum Ibrahim
Tuban
Dosen 2003-sekarang
Pasca Sarjana Universitas Nahdlatul
Ulama UNU Solo
Dosen 2003-sekarang
Pasca Sarjana UNISMA Dosen 2003-sekarang
4
Universitas Indonesia Ketua Majelis Wali Amanat 2012-skrg
E. FORUM ILMIAH
E.1 Pembicara Tingkat Nasional
TEMA BENTUK FORUM TEMPAT DAN
TAHUN
Transplantasi Ginjal Simposium Nasional Jakarta, 08 September
1995
Pola keterkaitan Pesantren, Perguruan Tinggi
dan LSM dalam pendidikan dan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Diskusi Panel ITB Bandung, 13-14
April 1996
Rekonsiliasi Tasawuf dan syari’at:Perspektif
Sejarah
Seminar Nasional Bengkulu, 3-4 Desember
1996
Transmigrasi Pesantren Lokakarya Nasional
Dep. Transmigrasi
Sukabumi, 16-17
Desember 1996
Seminar Nasional SDES Seminar NAsional Cipayung, 1-2 April 1997
Temu Tahunan Jaringan Penelitian IAIN se-
Indonesia
Seminar Nasional Palembang, 16-19 Juni
1997
Seminar Buku Aksi Cinta Sminar HIKMAH
BUDHI-KMB
Jakarta, 11 Oktober 1997
Dialog Nasional antar Generasi Dialog UGM, Yogjakarta, 25
November 1997
Peringatan Hari AIDS se-Dunia Simposium DIKBUD
RI
Jakarta, 29 November
1997
Setrategi Pembangunan Nasional Seminar
WANHANKAMNAS
Yogyakarta, 17-20
Desember 1997
Reformasi Politik, Ekonomi, Hukum, Moral
dan Budaya
Lokakarya dan Seminar
Nasional
Surabaya 25-27 Mei
1998
Umat Beriman Mengaktualisasikan Keadilan,
Kebenaran, Kasih dan Kebebasan
Sarasehan Paroki Santa
Anna
7 Juni 1998
Umat Islam dalam Dinamika Politik Bangsa
di Era Reformasi
Seminar Nasional
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
Jogjakarta, 4 Juli 1998
Wawasan Kebangsaan II dan III Seminar Bamus antar
Gereja
Malang, 6-7 Agustus
1997, dan 4-6 Agustus
1998
Keberadaan Agama Khonghucu di Indonesia Seminar Sehari IAIN
Jakarta
Jakarta, 20 Agustus 1998
Pelatihan Pemuda Therevada Pelatihan VIHARA
DHARMA MITRA
Malang, 15-17 Agustus
1998
Konferensi Kerja Kerabat Pelayanan Konferensi
GKD,GKRI,YMPI,JRC
APOSTOLOS,KOS,
YMBI,CLR
Bogor, 25-28 Januari
1999
Formasi Hukum dan Pluralisme Politik Dialog Nasional Forum
Mahasiswa Syari’ah
Se-Indonesia
Jakarta, 17 Februari 1999
5
Pemilu dan Masalah Integritas Bangsa Seminar setengah hari
UKI, ATMAJAYA
Jakarta, 4 Maret 1999
Pendidikan Tinggi dalam rangka
Mewujudkan Masyarakat Madani
Seminar Nasional
LEMHANAS
Jakarta April 1999
Pelatihan bagi Pelatih HAM untuk kalangan
Rohaniawan
Pelatihan KOMNAS
HAM
Bogor, 26-30 Juli 1999
Temu Nasional Kebangsaan II Seminar Semarang, 5 Agustus
1999
Wali Songo, Islam di Indonesia dan Prospek
Wisata Ziarah
Seminar Sehari
Departemen Pariwisata,
Seni dan Budaya
Jakarta, 8 September
1999
Menjalin Persaudaraan Sejati yang Terbuka Dialog Kerukunan
Antar Umat Beragama
Jakrta, 27 Februari 2000
Sarasehan Lintas Iman dan Wawasan
Kebangsaan
Sarasehan ISCS Denpasar, 25 Desember
2000
Mengkaji Kebijakan Kebudayaan Masa Orde
Baru untuk Menyongsong Indonesia Baru
Seminar Nasional LIPI Jakarta, 23 Januari 2001
Reformasi Pendidikan Nasional Seminar Nasional
Depdiknas
Jogjakarta, 16-17 Maret
2001
Antisipasi Kepolisisan Menghadapi
Kemungkinan Tindak Anarkis Masyarakat
Dialog Interaktif
MABES Kepolisian
Negara RI
Jakarta, 25 April 2001
Transformasi Kultural dalam Tubuh POLRI
Menuju Profesionalisme
Seminar Sekolah
Lanjutan Perwira
POLRI
Jakarta, 14 Juni 2001
Implementasi Akhlaq Qur’ani Musabaqoh Al-Qur’an
tingkat V TELKOM
23 April 2002
Musyawarah Kerja Ulama-Ulama Ahli Al-
Qur’an
Halaqoh Nasional
DEPAG
Jakarta, 28-30 April 2003
Kerukunan Umat Beragama Propinsi DKI
Jakarta
Pemda DKI Dinas
Bintal dan Kesos
Jakarta 3-4 September
2003
Nasionalisme, Profesionalisme, Pers
Indonesia
Simposium Nasional
PATRIA
Jakarta, 25-27 Februari
2004
Muzakaroh dan Muhasabah Perwira Rohani
Islam TNI
Muzakaroh MABES
TNI
Jakarta, 24-27 Mei 2004
Dan lain-lain
E.2 Pembicara Tingkat Internasional
TEMA BENTUK FORUM TEMPAT DAN
TAHUN
Al-islam Din al-Tasamuh AL-Taqrib baina al-
madzahib
Teheran, Iran 1999
Huquq al-insan fi al-Islam AL-Taqrib baina al-
madzahib
Teheran, Iran 2000
Asian Gathering of Muslim Ulama and
Christian Bishops
Konferensi Internasional Manila, 18-21 Agustus
2003
Daur al-Ma’ahid al-Islamiyah fi bina’I Internasional Conference Jakarta, 23-25 Februari
6
Hadhoroh al-Syu’bi Indonesiya of Islamic Scholar 2004
Al Mujatama’ al-Islami wa masuliyyatiha
alhadhoriyyah
Internasional Conference
of Islamic Scholar II
Jakarta, 19- 22 Juni
2006
F. KARYA ILMIAH
JUDUL BENTUK KARYA NILAI TAHUN
Rasail al-Rusul fi al-‘Ahdi al-jadid
wa Atsaruha Fi al-Masihiyah
(Pengaruh Surat-Surat para rasul
dalam Bibel terhadap
Perkembangan Agama Kristen)
Tesis Memuaskan 1987
Allah wa Shillatuhu bi al-Kaun fi
al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan
Antara Allah dan Alam Perspektif
Tasawwuf falsafi)
Desertasi Cum Laude
Promotor;
Prof. Dr.
Mahmud Khofaji
1994
Ahlussunah wal Jama’ah; Lintas
Sejarah
Buku --- 1997
Islam Kebangsaan; Fiqih
Demokratik Kaum Santri
Buku --- 1999
Kyai Menggugat Buku --- 1999
Ma’rifatullah; Pandangan Agama-
Agama, Tradisi dan Filsafat
Buku --- 2003
Tasawuf Sebagai Kritik Sosial,
Mengedepankan Islam sebagai
Inspirasi bukan Aspirasi
Buku --- 2006
Beberapa tulisan di media cetak Artikel --- 1995-sekarang
Jakarta, 23 Februari 2011
DR. KH. SAID AQIL SIROJ MA
Lampiran 3 : Daftar Pedoman Wawancara
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH
PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ
A. Dakwah dan unsur-unsurnya menurut KH. Said Aqil Siroj
1.Apa yang dimaksud dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?
2.Unsur-unsur dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj
a. Bagaimana definisi da’i menurut KH. Said Aqil Siroj?
- Apa saja sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang da’i?
b. Bagaimana mad’u menurut KH. Said Aqil siroj? Tipologi mad’u KH. Said
Aqil Siroj?
c. Bagaimana materi dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?
- Apa saja materi dakwah yang sering di bawakan untuk dalam
berdakwah?
d. Bagaimana metode dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?
e. Bagaimana media dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?
- Media apa saja yang digunakan KH. Said Aqil dalam berdakwah?
(bentuk apa)
f. Apa tujuan dalam berdakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?
g. Apa visi dan misi dalam berdakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?
1
DRAF WAWANCARA TERTULIS DENGAN
PROF. DR. KH. SAID AQIL SIROJ
Nama : Prof. Dr. KH. Said Aqil siroj
Jabatan : Ketua Umum PBNU
Waktu Wawancara :14 Mei 2013
Tempat Wawancara : Di gedung PBNU Jalan Krama Raya, Jakarta Pusat
1. Bagaimana latar belakang keluarga pak kyai ?
Jawaban :
Saya dilahirkan dari keluarga kiai meskipun kiai selevel kabupaten, ya
aktivitas ayah saya adalah dakwah kemana-mana meskipun jalannya jelek,
transportasi dokar ga seperti ini, tapi beliau tidak pernah surut tidak pernah
kendor dalam berdakwah dan itu barangkali saya dan adik saya Mustofa Aqil
Siroj mewarisi semangat juang dakwah dari ayah saya. Mudah-mudahan
dakwah itu merupakan deposite amal shaleh yang sama sekali tidak bertujuan
untuk memperkaya diri semata-mata karena Allah. Kalau memperkaya diri
saya milih-milih-milih dong. Walaupun di undang ke kampung pelosok
bagaimanapun saya pasti datang untuk berdakwah. Saya pernah ke pulau
burung, dari sini ke Batam pesawat dari Batam ke Pulau Guntur bagus, dari
Pulau Guntur ke Pulau Burung jelek sekali jalannya, dari tepi pulau ke acara
saya naik getek.
2. Apa definisi dakwah menurut pak kyai ?
Jawaban :
Dakwah dalam arti kita mengajak, menyeru, ke jalan yang benar. Secara
luasnya ingin menyebarkan, memperkuat, memasyarakatkan ajaran Islam
sebagai agama yang haq, saya tidak bosan-bosan dan tidak henti-henti karena
2
ini sangat penting sekali. Nah semangat dakwah itu kita warisi juga dari orang
tua kita, orang tua kita dari gurunya, gurunya mewarisi dari para wali songo
berdakwah secara santun, berbudi pekerti mulia, walisongo berhasil
menyebarkan Islam sampai kepada kerajaan Majapahit, Padjajaran, Sriwijaya,
hilang (hanya dalam kurun waktu 50 tahun). Padahal Islam datang ke
Indonesia pada abad ke 8 dari sejak khalifah ustman, ratusan tahun tidak
pernah berkembang tapi, ketika dakwah dipegang secara sistemik yang
dilakukan oleh wali songo Majapahit Bubar tanpa ada kekerasan, tanpa ada
darah yang mengalir, tanpa peperangan tapi tetap dengan musyawarah dengan
baik, discuss dengan berbobot dan berkualitas, tutur kata yang baik dan sopan
itulah yang berhasil, berkualitas secara akhlak, berdakwah yaitu dengan :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik.”
Seperti nabi Muhammad selama 13 tahun di Mekkah tidak pernah
memerintahkan sahabat untuk memecahkan berhala padahal ada 360 berhala
di Mekkah dan ada puluhan berhala di Masjidil Haram. Tapi, tidak pernah
memerintahkan sahabat untuk memecah berhala, baru setelah Nabi hijrah ke
Madinah kemudian menguasai Fathu Makkah (kota Mekah) tahun 8 H orang
Mekkah masuk Islam semua sebagaimana dalam Q.S. Al-Nashr:
Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan
kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-
3
bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan
mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penerima taubat”.
Berbondong-bondong masuk Islam dengan kemauan sendiri, kehendak
sendiri. Masyarakat Mekkah setelah masuk Islam menghancurkan atau
membersihkan masjidil haram Mekkah dari berhala-berhala. Jadi apa?
Cara dakwah Rasul itu Pendekatannya budaya dulu, kepribadian dulu,
pendekatan Akhlaqul Karimah, setelah mereka masuk Islam atau
menerima agama kita baru mereka akan menjalankan agama Islam itu
sendiri dengan benar dan tidak usah dipaksa atau dengan cara kekerasan.
Nah, wali songo itu meniru metode dakwahnya Rasulullah. Ko ada perang
? saat itu Rasulullah sangat-sangat terpaksa, keadaan Darurat, Emergency,
perang Rasul itu yaitu perang mempertahanakan pertahanan (Difensif)
nah, itu yang harus kita lestarikan dan wariskan kepada generasi di bawah
saya.
Jadi, menurut saya, dakwah yang dibangun oleh Islam sejak awal berupa
dinamisasi yang mengedepankan pola uswah hasanah, yakni berdasarkan
pada moralitas dan contoh teladan yang baik. Menjadikan Rasulullah
sebagai referensi sentral dalam berdakwah mengedepankan akhlak terpuji.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Aku diutus untuk menyempurnakan
moralitas kemanusiaan yang luhur”. Pendekatan moralitas ini menuntut
umat Islam untuk selalu menjadi khairul ummah dan yang baik bagi
lingkungan sekitarnya.
3. Bagaimana definisi da’i menurut KH. Said Aqil Siroj:
Jawaban:
Dai adalah orang yang mempunyai visi dan misi yang kuat dalam
menyampaikan ajaran yang benar yaitu ajaran Islam sebagaimana yang di
contohkan Rasulullah. seorang da‟i harus dapat menjadi pemikir
4
transformatoris dan mitra dialog yang baik bagi gagasan-gagasan Islam di
Indonesia.
4. Sifat yang harus dimiliki da’i / sosok da’i yang ideal menurut KH.
Said Aqil Siroj?
Jika melihat ayat Al-qur‟an mengatakan :
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Maksud dari ayat di atas tidak harus semua aktivitas orang mukmin itu
mobile (aktivitasnya keluar dari rumah) harus ada sekelompok orang
mukmin yang memahami, mendalami, menguasai ilmu agama, harus ada
ini. Dia bukan TNI, PNS, Birokrat, DPR, tapi menekuni agama, kalo
sudah betul-betul faham “waliyundiruu qoumahum” (mengajak, atau
menyampaikan dakwah kepada ummat). Kata yatafaqqahuu dan yundiruu
itu fiil mudhori kata kerja yang zamannya sekarang dan akan datang
artinya, memahami agama yatafaqqahu, waliyundiruu dakwahnya harus
kontekstual, artinya harus nyambung, harus muqtadhol haal harus
”muthobaqoh lil waqi wazzaman” harus nyambung dengan keadaan yang
ada dan tuntutan era yang sekarang ini makanya Al-qur‟an menggunakan
fiil mudhori’ (dakwahnya tetap pada prinsip-prinsip Islam tapi, cara
metode dakwahnya itu harus kontekstual).
5
5. Mad’u itu seperti apa menurut KH. Said Aqil Siroj?
Jawaban :
Mad‟u adalah ummat Allah yang sama ingin ke jalan Allah. Mad‟u saya
sangat variatif, semua kalangan saya ajak berdakwah demi sama-sama
mempunyai cita-cita menjadi insan kamil. Mad‟u saya ada kalangan
pemerintah, mahasiswa, masyarakat awam, yah pokoknya kalangan
akademis maupun non akademis. Mulai dari profesi, latar belakang agama,
bervariasi lah pokoknya. Ketika di undang untuk ceramah ke manapun
saya usahakan datang, ketika disuruh mengisi seminar saya datang,
undangan kajian, kalo santri di pesantren itu mereka lebih tercover dengan
baik, ada yang mengendalikan, di Pesantren kan sudah di tekankan
Akhlaqul Karimah disamping pelajaran Aqidah diajarkan, Syari‟ah
dijalankan, juga Akhlaqul Karimah. Sehingga dapat bermasyarakat dengan
baik, bergaul dengan siapapun, dengan akhlaqul karimah. Pernah saya
beberapa kali saya ceramah di gereja yang mad‟unya umat Kristen,
yahudi, nasrani itu saya berikan paparan materi Islam. Mereka nerima saja.
Asal kita kedepankan sikap yang santun, etika keislamannya dipakai.
Islam sangat menjungjung tinggi moralitas.
Saya pernah di undang ceramah yang mad‟unya non muslim seperti saya
diundang ceramah ke Atlanta dalam acara “Global Peace” Islamnya ada
tapi mayoritas Yahudi dan Kristen. Saya juga sering di undang ceramah
ke gereja-gereja, tepatnya pada tanggal 1 Maret 1998 di Gereja Katolik
Aloysius Gonzaga kawasan Darmo Satelit Surabaya saya ceramah di
depan ribuan umat kristiani. Bahwa kita harus saling menghormati,
menghargai agama mereka, nah, dengan menghormati itu kita berdakwah.
Dengan menunjukkan sikap yang toleran itu, kita tunjukkan bahwa kita
dewasa, umat yang berbudaya, mengerti sopan santun, berakhlakul
karimah, mereka akan simpati. Itulah dakwah kita. Justru ini kesempatan
yang baik, kita tunjukkan perilaku yang kongkrit. Bukan hanya ngomong,
6
bukan hanya tertulis di buku tapi kita kongkritkan dan realisasikan
ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah.
Justru dengan seperti itu kita bisa menyampaikan ini lho Islam yang benar,
mereka semua mendengarkan dengan baik. Yahudi pun menyalami saya
waktu itu. Itu juga ajaran Al-qur‟an dan ajaran Rasulullah, dalam Q.S. Al-
„Imron ayat 159 mengatakan:
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.”
Maksudnya: karena sikapmu yang santun Muhammad, mereka
berbondong-bondong simpati kepada-mu, seandainya kamu Muhammad
congkak, sombong, kasar, niscaya orang-orang lari dari kamu, oleh karena
itu Muhammad “fa’fu’anhum” (maafkanlah, yang dulu memusuhi kamu
dan sekarang masuk Islam, maafkanlah) “wastaghfirlahum” (mintakan
ampun dari Allah untuk mereka) “wasyaawirhum fil’amr” (ajaklah
mereka musyawarah, diskusi untuk masa depan yang lebih baik) itulah
cara berdakwahnya Rasulullah dan dakwahnya pesantren ala walisongo.
6. Apa materi dakwah menurut KH. Said Aqil dan materi dakwah apa
yang sering disampaikan dalam berdakwah?
Jawaban:
Materi adalah isi pesan dakwah. Materinya Akhlak ya Akhlak, tasawuf
juga, syari‟ah dan aqidah. Tapi lebih kepada akhlak. kalau orang pesantren
aqidahnya sudah selesai. Redaksi nya tetap pada Al-qur‟an dan hadist.
7. Bagaimana metode dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?
Jawaban:
7
Metode dakwah adalah cara penyampaian dakwah dan ini harus
kontekstual. Dalam pembawaan ceramah da‟i jangan terlalu
mengedepankan humor padahal bagi saya, pembawaan serius pun jika
materi nya berkualitas itu jauh lebih baik dan kemungkinan besar lebih
diterima. Bisa lah pake humor tapi sedikit diminimalisir sekedarnya saja
jangan berlebihan, yang terpenting metodenya harus kontekstual”.
8. Dalam surat An-Nahl ayat 125, Metode dakwah yang paling efektif
menurut bapak apa ?
Jawaban :
Metode yang paling efektif itu metode Al-hikmah, hikmah itu wisdom arti
hikmah itu hebat, umum, besar, atau ayat lain deh, dalam surat al-jumu‟ah
ayat 2:
Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan Hikmah. dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-
benar dalam kesesatan yang nyata.”
Allah mengutus Nabi Muhammad berdakwah kepada kaum yang masih
ummiyyin (masih jahiliyyah) buta huruf, dengan apa ? untuk apa?
1. Wayu’allimuhumul kitaab secara resmi tekstual Qur‟an dibacakan
2. Walhikmah ini yang dibelakang tersurat yang tidak verbal ini dakwah
yang tidak verbal, yaitu kebijakan-kebijakan, pergaulan yang baik,
santun, sikap-sikap santun itu semua hikmah.
Kalau mauidzah hasanah memberikan nasihat-nasihat yang dapat
menyentuh hati mad‟u. Disampaikan secara baik secara santun agar isi
pesan dakwah tersampaikan secara mudah. Satu lagi, mujadalah yaitu
8
diskusi secara berkualitas, sharing membahas persoalan keislaman klasik
ataupun kontemporer.
9. Apa media dakwah itu apa? apa yang paling efektif untuk
berdakwah ?
Jawaban :
Media dakwah yaitu alat yang dilalui oleh saluran pesan dakwah yang
menghubungkan antara da‟i dan mad‟u. Internet, website yang paling
efektif, media cetak, tapi tetap dakwah billisan (ceramah) sebagian dari
khutbah harus tetap di prioritaskan. artinya dakwah dengan lisan tetap di
prioritaskan dan jangan ditinggalkan.
10. Tujuan Dakwah menurut KH. Said Aqil Siroj?
Jawaban:
Tujuan dakwah saya ingin menciptakan khairul ummah, tujuannya untuk
menyampaikan ajaran islam sebenar-benarnya agar dapat diterima dan di
dengar oleh masyarakat luas. Sehingga ada atsar atau efek baik secara
kognitif, afektif, terutama behavioral. Terlihat dari perubahan sosial di
masyarakat ketika kita berdakwah.
11. Visi dan Misi KH. Said Aqil Siroj dalam berdakwah?
Jawaban:
Saya ingin melihat Indonesia yang beradab, Indonesia yang berbudaya,
berkarakter, kemaren waktu saya mendapatkan penghargaan dari
republika. Katanya saya sebagai „tokoh perubahan tokoh pembaharu‟
karena saya punya ide “ukhwah wathoniyah dulu baru ke islamiyah”
kalau selama ini kan kiai-kiai islamiyah dulu, kalo saya wathoniyah nggak,
wathoniyah dulu. Kekuatan bangsa dulu baru kita bicara tentang Islam,
kalau bangsa kuat kemudian diatas kekuatan bangsa itu kita bangun Islam.
Kalau Afghanistan kan 99% itu lho muslim semua tapi, morat-marit
negaranya. Irak juga, somal juga. Gimana dan dimana kita mau dakwah
Islam. Kita juga begitu, mari kita perkuat tanah air dulu, bangsa dulu, baru
diatas bangsa yang kuat itu mari kita bangun Masjid, madrasah, pesantren,
9
majlis ta‟lim, majliss dzikir, yayasan Islam. Jadi, baru saya yang pertama
bilang dari kelompok kiai yang memiliki visi ukhwah wathoniyah baru ke
islamiyah. Jadi, intinya saya ingin melihat Indonesia yang beradab,
berbudaya, artinya beriman dan berakhlak.
12. Aktifitas dakwah yang sudah terealisasi?
1. Bil-lisan
Metode dakwah bil-lisan yaitu bentuk dakwah yang mengedepankan
“qaulan kariman” (perkataan yang mulia), “qaulan ma‟rufa” (perkataan
yang baik), “qaulan maitsura” (perkataan yang pantas), “qaulan layyinan”
(perkataan yang lemah lembut), “qaulan baligha” (perkataan yang
berbekas pada jiwa), dan “qaulan tsaqila” (perkataan yang berkualitas)-
sebagaimana diamanatkan dalam Al-qur‟an.
Disamping ceramah saya di Atlanta undangan acara “Global Peace”
wahabinya ada Islam, mayoritas Yahudi dan Kristen, Alhamdulillah
ceramah saya diterima, saya juga pernah ke Yutah (dialog-dialog) jadi,
kita bisa menyampaikan ini lho Islam yang benar, mereka semua
mendengarkan dengan baik. Yahudi pun menyalami saya waktu itu,
kemudian saya ke Turki belum lama ini dengan sekjen mempertemuakan 9
fraksi di Afghanistan, di luar Taliban, Al-qaedah, di luar pemerintah masih
ada 9 partai yang perang satu sama lain padahal mereka madzhabnya
hanafi dan Tariqatnya sama yaitu Naqsabandiyah tapi, perang gak karu-
karuan, di luar lagi Alhamdulillah kemaren saya menjadi penengah
diantara mereka. Bukan hanya ceramah bukan hanya pidato saya ingin
selalu berbuat untuk bangsa. Oh iya seandainya Afghanistan bisa menyatu
luar biasa. Imam Baqilani dari Afghanistan, Imam Ahmad bin hanbal dari
sana, Jalaluddin Al-afghani juga. Kalo Afghanistan solid gitu kekuatan
Islam ada disana, sayang sampe sekarang hampir setiap hari bom meledak.
10
2. Bil hal
Ya bil hal itmamul khuluq perilaku para kiai para ulama perilaku sehari-
harinya merupakan dakwah bil-hal, karena memberikan contoh yang baik.
Dakwah secara akhlak mahmudah, akhlak terpuji. Atau syi‟ar mendirikan
lembaga-lembaga Islam disitu kita lebih leluasa dalam berdakwah
membina generasi muda dalam ber akhlak karimah.
3. Bil Qolam
Yaa pokoknya isi pesan dakwah di tuangkan dituliskan dalam tulisan.
Seperti karya-karyanya ‟ulama salafusshahih Imam Syafi‟I, Maliki, hanafi,
hambali yang mengarang kitab… karya-karyanya kan subhanallah masih
bisa di nikmati sampai saat ini tidak terbatas waktu. Atau kita menulis
materi wacana ke Islaman dalam bentuk buku.
13. Tantangan berdakwah?
Jawaban:
Jika ada tantangan atau ada yang menghalangi dalam berdakwah di
sepanjang sejarah dan dimanapun bukan hanya berdakwah di Indonesia itu
tantangan pasti ada. Kita jangan minder, jangan berkecil hati, jangan surut,
ketika ada tantangan justru dengan tantangan kita semakin menyiapkan
diri dengan persiapan-persiapan yang lebih sempurna dan maksimal. Kita
kesempatan usia yang baik dan normal itu paling 20 tahun. Dari usia yang
yang normal dan produktif itu 30 sampai 50 tahun. Kalau lewat 50 itu
biasanya mulai sakit-sakitan. Kurang dari 30 biasanya belum mateng. Nah,
orang di usia 30-50 usia yang ideal dalam menyebarkan islam, harus
semangat dalam berdakwah.
14. Korelasi antara Pemikiran dan Aktivitas Dakwah?
Jawaban:
Pemikiran saya biasa-biasa saja gak cemerlang kaya GusDur, pemikiran
saya yaitu pemikiran yang terpengaruh oleh bacaan. Karena bacaan saya
11
tasawuf, baik sedikit atau banyaknya saat terpengaruh yang digeluti yang
di ulek-ulek selama 4 tahun. Tasawuf itu toleransi, terbuka, tahan kritik,
tahan dihina. Itu pemikiran terpen garuh dari bacaan saya tasawuf. Dan
berusaha diimplemantasikan dalam kehidupan nyata.
Jakarta, 14 Mei 2013
(Pewawancara) (Narasumber)
Luluatu Nayiroh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj
1
LAMPIRAN WAWANCARA
Nama : Muhammad Idris Mas’udi
Status : Asisten Pribadi KH. Said Aqil Siroj & ketua PST-SAS
Waktu wawancara : 9 Juni 2013
Tempat Wawancara : Kampus UIN Ciputat
1. Nama lengkap anda?
Jawaban:
Muhammad Idris Mas’udi lahir di Cirebon 05 Mei 1984
2. Dari sejak kapan anda kenal dengan kyai Said?
Jawaban:
Dari sejak saya mondok di Lirboyo, sering kali kyai Said memonitori bahtsul
Masail di Lirboyo. Dan semenjak saya sudah kuliah di Jakarta tahun 2008 saya
aktif mengikuti kegiatan atau kajian rutin yang diadakan di Ciganjur (tempat
kediaman beliau). Mungkin dari keaktifan saya tadi beliau mempercayai saya
sebagai ketua kootdinator PST-SAS sekaligus beliau menunjuk saya sebagai
sekretaris pondok pesantrennya beliau di Ciganjur. Dan saat ini menjadikan saya
sebagai asisten pribadinya beliau.
3. Tolong ceritakan latar belakang pendidikan Kyai Said yang anda ketahui?
Jawaban:
Beliau lahir di Cirebon 03 Juli 1953 terlahir dari keluarga kiai beliau pun
mempunyai latar belakang akademis yang luas dalam keilmuan Islam. Alumni S3
University of Umm Al-qura dengan jurusan Aqidah / Filsafat Islam ini lulus pada
tahun 1994 yang sebelumnya mengambil S2 di Universitas yang sama jurusan
Perbandingan Agama, lulus 1987 dan S1 di Universitas King Abdul Aziz, jurusan
2
Ushuluddin dan Dakwah, lulus 1982. Kang Said hidup dalam keluarga yang ta’at
beragama, meskipun terlahir dari keluarga yang mapan dan serba berkecukupan,
pendidikan baginya hal terpenting.
4. Bisa anda ceritakan perkembangan karir beliau?
Jawaban:
Dari tahun 1999 Kang Said di percaya sebagai Penasehat dari sebuah organisasi
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik (PMKRI) sampai sekarang. Keaktifan
dan komitmennya pada PBNU menjadikan beliau terpilih sebagai Ketua PBNU
yang mengalahkan dua kandidat lainnya KH Solahudin Wahid dan KH. Slamet
Effendy Indonesia Yusuf. Sebelumnya Kang Said menduduki jabatan menjadi
Rais Syuriah pada tahun 1999 hingga tahun 2010. Semua tugas dan amanat yang
di alamatkan kepada beliau, dengan penuh rasa tanggung jawab semua itu
dilakukan semata-mata untuk ber khidmah bagi agama dan negara.
5. Menurut anda bagaimana metode dan materi dakwah KH. Said?
Jawaban:
Menurut saya, metode berdakwah beliau sangat kontekstual. Sangat tau kondisi
dan situasi para mad’unya termasuk beliau seringkali tepat dalam memberikan
materi dakwah yang disampaikannya dalam setiap event dakwah. Dalam ruang
lingkup manapun beliau bisa masuk. Percaya deh. Makanya saya tidak pernah
merasa bosan untuk mengikuti kegiatan dakwah beliau. Materi dakwah apapun
beliau kuasai tapi keseringan beliau lebih suka pada materi tasawuf falsafi tapi
itupun tergantung sering juga tafsir, fiqh, akhlak, syariah ya campur-campur lah
beliau sering menyampaikan beberapa materi dala satu kali ceramah. Ga terfokus
itu-itu aja.
3
6. Metode apa yang sering di lakukan oleh beliau?
Jawaban:
Billisan tapi, KH. Said Aqil Siroj sering berdiskusi dengan jama’ahnya. Hal ini
dilakukan agar pola pikir mad’unya dapat lebih kritis lagi dan wawasan mereka
dapat bertambah. Ya mungkin inginnya Kognitif afektif ataupun pengamalan
berjalan secara bersamaan.
7. Media dakwah apa saja yang sering digunakan oleh Kyai Said?
Jawaban:
Ya, beliau sering mengisi pemaparan dakwah di internet seperti situs kangsaid.net
lalu nu online ataupun terbit di majalah, Koran, jurnal,dll
8. Apa saja dakwah billisan Kyai Said dalam hal ini?
Jawaban:
Pengajian rutin minggu malam di Pusat Tsudi Tsaqafah (PST-SAS) bertempat di
Aula Ciganjur yaitu tempat kediaman beliau yang sekaligus menjadi pendiri PST-
SAS. Pengajian rutin ini menerjemahkan disertasi beliau yang berjudul Allah wa
Shillatuhu bi al-Kaun fi al-Tasawwuf al-Falsafi. Dan beberapa kali memonitori
bahtsul masail, atau seminar di pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Lirboyo.
Terlebih menjadi ketua PBNU yang mengatur segala kegiatan dakwah di PBNU.
Setiap ramadhan beliau mengadakan pasaran di pesantren Al-tsaqafah Ciganjur.
9. Paparan materi apa saja yang sering disampaikan ketika beliau berdakwah?
Jawaban:
secara garis besar membahas materi Tafsir, sejarah, fiqh, akhlak namun, beliau
lebih terkonsentrasi membahas pada kajian tasawuf, tasawuf Falsafi ataupun
tasawuf Sunni. Tapi lebih ke falsafi.
4
10. Langkah kongkrit bil hal beliau dalam berdakwah?
Jawaban:
Ya, seperti mendirikan PST-SAS, jika pa lutfi punya PKH, Pa quraisy punya PSQ,
nah kita punya PST-SAS yah pokoknya beliau dalam syi’ar pasti harus berlomba-
lomba dalam berintergarasi dengan pemerintah dalam menjadikan Indonesia
sebagai negara yang berkarakter itu yang sering beliau sampaikan. Seperti
mendirikan yayasan sekaligus pesantren SAS Al-Tsaqafah, atau mendirikan SAS
Center ya itu semua langkah beliau dalam menjadikan sarana dakwah. Beliau
dedikasikan untuk bangsa ini. Mendirikan pesantren luhur (SAS) Al-tsaqafah ini
terdiri dari Madrasah Aliyah yang didirikan langsung oleh KH. Said Aqil Siroj
beserta keluarga, merupakan sekolah yang bercirikan khas Islam. Sangat berbeda
dengan sekolah umum lainya. Yayasan ini didirikan dengan mengacu pola
pesantren salafi yang dipadu padankan dengan keilmuan umum. Yayasan ini
didirikan untuk menciptakan kader-kader yang berkualitas secara kelimuan dan
akhlakul karimah.
11. Bagaimana pandangan anda mengenai pemikiran dakwah beliau?
Jawaban:
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj memanfaatkan ilmu dan pemikirannya untuk
masyarakat. Terlihat khidmah beliau di PBNU, organisasi dakwah kepada
masyarakat serta mengajar di beberapa Universitas terkemuka di Indonesia. Dan
di usianya yang ke-60 tahun ini beliau mendirikan mendirikan pondok pesantren
luhur (Said Aqil Siroj) Al-Tsaqafah yang bertempat di Ciganjur, bertujuan untuk
berdakwah dalam menciptakan generasi unggul baik secara ilmu pengetahuan
serta akhlak karimah.
5
12. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai aktivitas dakwah beliau
menurut anda?
Jawaban:
Menurut hemat saya, aktivitas dakwah beliau sangat di apresiasi oleh masyarakat
luas. Komitmennya pada dunia dakwah sangat luar biasa, terbukti sampai saat ini
Kang Said masih menekuni mengajar ngaji di pesantren yang sekarang di asuh
oleh keluarga besarnya yaitu pesantren Tarbiyatul Mubtadi’ien Kempek, Cirebon.
Kepercayaan masyarakat Indonesia pada aktivitas dakwah beliau juga terlihat
ketika seringkali di minta menjadi pembicara tingkat nasional dan internasional
dalam forum formal maupun informal.
Jakarta, 09 Juni 2013
(Pewawancara) (Narasumber)
Luluatu Nayiroh Muhammad Idris Mas’udi