PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

109
PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM MENCARI ILMU DALAM TERJEMAHAN KITAB TA’LIM Al-MUTA’ALLIM THARIQ AL-TA’ALLUM SKRIPSI Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah untuk Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Bidang Ilmu Agama Islam NADYA SARI NIM. 11 101 021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR 2016

Transcript of PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

Page 1: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

1

PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM

MENCARI ILMU DALAM TERJEMAHAN KITAB TA’LIM

Al-MUTA’ALLIM THARIQ AL-TA’ALLUM

SKRIPSI

Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah untuk Memenuhi Syarat

guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Bidang Ilmu Agama Islam

NADYA SARI

NIM. 11 101 021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BATUSANGKAR

2016

Page 2: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

2

Page 3: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

3

Page 4: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

4

Page 5: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

5

Page 6: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

6

Page 7: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

7

Page 8: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

i

KATA PENGANTAR

Alhamd li Allahi Rabb al „Alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam

penulis mohonkan kepada Allah Swt. Semoga disampaikan kepada pimpinan umat

Islam sedunia yakni Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa umat manusia dari

alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan dan suri teladan bagi umat

manusia.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa arahan, petunjuk, dorongan dan

semangat kepada penulis. Ucapan terima kasih tersebut penulis tujukan kepada:

1. Bapak Drs.Yahdizer, M.Ag (alm), Bapak Prof. Dr. H. Hasan Zaini, M.A, dan Ibu

Dra. Hj. Eliwatis, M.Ag, pembimbing skripsi yang dengan kesabaran dan

keikhlasan meluangkan waktu dan pikiran, perhatian serta arahan untuk

membimbing penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Fadriati, M.Ag. dan Dra. Fatmawati, M.Ag sebagai penguji yang telah

memberikan kritikan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Abhanda Amra, M.Ag Penasehat Akademik yang telah membantu

penulis baik berupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.

4. Ketua STAIN Batusangkar yang telah memberikan kesempatan bagi penulis

untuk menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini

5. Ketua, sekretaris Jurusan Tarbiyah, dan Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam

6. Seluruh Dosen, Staf dan karyawan STAIN Batusangkar yang telah banyak

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

Page 9: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

ii

Page 10: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

iii

ABSTRAK

NADYA SARI, NIM. 11 101 021, SKRIPSI: “PEMIKIRAN AL-ZARNUJI

TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM MENCARI ILMU DALAM

TERJEMAHAN KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALLIM THARIQ AL-TA’ALLUM”.

Jurusan tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Batusangkar 2016, 92 halaman.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah tentang cara peserta didik dalam

mencari ilmu dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum dengan fokus masalah

bagaimana pemikiran Al-Zarnuji tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu dengan ruang

lingkup pembahasan yaitu niat, memilih ilmu, guru, teman, ketabahan, bersungguh-sungguh,

kontiunitas dan cita-cita, tawakal, istifadah, wara‟ pada masa belajar. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk menjelaskan pemikiran al-Zarnuji tentang cara peserta didik mencari ilmu

dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Adapun kegunaan penelitian ini adalah

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan

Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Batusangkar, menambah ilmu pengetahuan tentang pemikiran al-Zanuji tentang

cara peserta didik dalam mencari ilmu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research). Metode penelitian

adalah metode studi tokoh yaitu memaparkan serta menganalisis tentang cara peserta didik

dalam mencari ilmu menurut pemikiran al-Zarnuji dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq

al-Ta‟allum. Sumber data primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Ta‟lim al-

Muta‟allim Syaikh al-Zarnuji terj. Ahmad Zacky el-Syafa dan Faizah Ulfah Choiri dan

Ta‟lim al-muta‟allim, terj. Aliy As‟ad, sumber data sekunder adalah buku tulisan ilmuwan

yang berkaitan dengan topik pembahasan penulis. Alat pengumpul data penulis gunakan

adalah dokumentasi. Jenis analisis data yang penulis gunakan adalah analisis taksonomi

(taxonomy analysis).

Berdasarkan penelitian yang penulis bahas dapat diketahui bahwa menurut Al-

Zarnuji cara peserta didik dalam mencari ilmu yang pertama ialah niat, Pelajar harus

mempunyai niat untuk mencari ridha Allah Swt, jangan berbuat iffah, kedua Memilih ilmu,

guru, teman, seharusnya memilih ilmu yang baik, mendahulukan belajar ilmu tauhid, hadits

pilih ilmu kuno, jauhi ilmu debat. Cari guru yang wira‟i, intelektualitas yang tinggi , lebih tua

dan bermusyawarah dalam menentukan guru. Pilih teman yang rajin, wira‟i, jujur, dan lurus

dan memahami. Menjauhi teman malas, mengangur, banyak omong, berprilaku rusak.

Ketiga, Bersungguh-sungguh, kontiunitas, cita-cita, belajar harus bersungguh-sungguh.

Waktu belajar yang tepat adalah awal dan akhir malam karena itu waktu yang penuh berkah.

Pelajar harus memiliki tekat kuat untuk belajar. Keempat, Tawakal dan ketabahan, Selalu

pasrah dan berserah diri kepada Allah Swt, Jangan menyibukkan dirinya dengan masalah

rizqi, pusatkan perhatian ke akhirat. Kelima, Istifadah, memanfaatkan semua kesempatan

untuk belajar, hingga dapat mencapai keutamaan. Keenam, Wara‟ (menjaga diri dari yang

haram dan syubhat) pada masa belajar,

Page 11: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

BIODATA

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN TIM PENGUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

ABSRAK ..................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................... 8

C. Fokus dan Ruang Lingkup Pembahasan. ................................... 8

D. Definisi Operasional ................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian........................................................................ 10

F. Kegunaan Penelitian ................................................................... 10

G. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 11

BAB II. LANDASAN TEORITIS

A. Riwayat Hidup al-Zarnuji........................................................... 13

B. Latar Belakang Pedidikan al-Zarnuji ......................................... 15

C. Latar Belakang Politik al-Zarnuji............................................... 18

D. Karya-Karya al-Zarnuji .............................................................. 22

E. Situasi Pendidikan Pada Masa Zaman al-Zarnuji ............. ......... 25

F. Gambaran Umum Isi Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim .................... 26

G. Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim di Indonesia ................................... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 40

B. Metode Penelitian ...................................................................... 40

C. Sumber Data ............................................................................... 40

D. Teknik dan Langkah Pengumpulan Data.................................... 41

E. Jenis dan Teknik Analisis Data 43

BAB IV. PAPARAN DATA STUDI

A. Niat ketika menuntut ilmu menurut al-Zarnuji ...................... ........ 45

B. Memilih ilmu, Guru, Teman menurut al- Zarnuji ...................... 46

C. Bersungguh-Sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita menurut

al-Zarnuji ..................................................................................... 48

Page 12: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

v

D. Tawakal dan Ketabahan menurut al-Zarnuji ............................... 51

E. Mengharapkan faedah (istifadah) menurut al-Zarnuji ................ 53

F. Wara‟ ( Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa

Belajar menurut al-Zarnuji ......................................................... 54

BAB V PEMBAHASAN STUDI

A. Perbandingan Pemikiran al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari

tentang Cara Peserta Didik dalam Mencari Ilmu

1. Niat Ketika Menuntut Ilmu ..................................................... 60

2. Memilih Ilmu, Guru, Teman .................................................... 63

3. Bersungguh-Sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita .................... 72

4. Tawakal dan Ketabahan ........................................................... 77

5. Mengharapkan Faedah (Istifadah) .......................................... 80

6. Wara‟ ( Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat)

pada Masa Belajar ................................................................. 81

B. Tabel Perbandingan Pemikiran al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari

tentang Cara Peserta Didik dalam Mencari Ilmu ........................ 86

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 91

B. Saran ....................................................................................... 92

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Page 13: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menciptakan kelangsungan hidup manusia. Pendidikan juga merupakan proses

untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dalam UU Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal ayat 1 menyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan

yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Adapun fungsi dan tujuan pendidikan yang telah diatur dalam UU No

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang terdapat dalam bab II

pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangasa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Sistem

Pendidikan Nasional 2006 H.2

2 Tim Redaksi Fokus media, Himpunan Peraturan Perundangan Standar Nasional

Pendidikan (Bandung: Fokusmedia, 2005)h.98

Page 14: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

2

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.3

Selain itu tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Oemar

Muhammad al-Toumy al-Syaibani yaitu sebagai berikut:

Tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diinginkan yang

diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk

mencapainya, baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya atau

kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau

pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu

kegiatan asasi dan sebagai profesi asasi dalam masyarakat.4

Lebih lanjut dijumpai pula pendapat Al-Ghazali, dimana Al-Ghazali

mempunyai pandangan yang berbeda dari kebanyakan ahli filsafat pendidikan

Islam lain mengenai tujuan pendidikan. Beliau menekankan tugas pendidikan

adalah mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dimana

fadhilah (keutamaan) dan taqarrub kepada Allah merupakan tujuan yang

paling penting dalam pendidikan.

Pendidikan mengajarkan untuk selalu belajar. Karena itu adalah modal

awal untuk mendapatkan ilmu. Dalam proses pendidikan terdapat tiga unsur

yang tidak dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Yaitu pendidik,

peserta didik atau siswa dan realitas dunia. Peserta didik juga memegang

peranan yang sangat penting. Ia memiliki apa-apa yang akan dikembangkan.

Ia akan mengolah apa-apa yang diajarkan padanya, dan ia juga mempunyai

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Selain itu peserta didik merupakan

subyek dan obyek. Oleh karena itu, aktifitas kependidikan tidak akan

terlaksana tanpa keterlibatan peserta didik didalamnya. Dalam melaksanakan

3 Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan

Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. (Jakarta: 2006), h. 8-9 4 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press,

2000), h. 22

Page 15: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

3

proses pendidikan hendaknya peserta didik menyadari tugas dan

kewajibannya.

Menurut imam al-Ghazali dalam buku ilmu pendidikan Islam

karangan Nur Uhbiyati menyatakan adab seorang peserta didik dalam

mengikuti pelajaran ada beberapa macam sebagai berikut:

a. Hendaklah seorang pelajar mengemukakan cita-cita yang suci murni dan

dipenuhi oleh semanggat yang suci, terhindar dari sifat yang tidak

senonoh, dan sebagai peserta didik hendaklah ia mempunyai budi pekerti

yang baik.

b. Hendaklah tidak berhubungan dengan urusan lain. Hendaklah dia

meninggalkan tanah air tumpah darahnya dan keluarganya, apalagi

ditempat lahirnya pula, niscaya akan bimbang pikirannya, antara belajar

dan menginggat keadaan keluarga dikampung. Allah tidak akan

menjadikan dua buah hati dalam badan seseorang.

c. Jangan menyombongkan diri, karena ilmu pengetahuan yang dipelajari.

Jangan menaruh buruk sangka kepada guru yang mengajar. Hendaklah

hati-hati mendengar nasihat guru sebagaimana orang sakit memperhatikan

nasihat dokter.

d. Hendaklah seorang pelajar itu tetap dan tenang belajar menghadapi

seorang guru. Janganlah ia bimbang belajar pada beberapa orang guru

untuk mempelajari satu mata pelajaran.

e. Janganlah mengambil tambahan pelajaran sebelum mengerti pelajaran

lama, karena susunan ilmu itu teratur baik dan dapat membantu pelajaran

lanjutannya.5

Demikian beberapa aturan yang harus ditaati siswa apabila ia benar-

benar menghendaki agar belajarnya memperoleh hasil belajar yang

bermanfaat. Ketidak tercapaian tujuan pendidikan yang hakiki tersebut

5 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005) h.107-

108

Page 16: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

4

disebabkan karena telah ditinggalkannya nilai etis humanitis terhadap guru

maupun teman-temannya. Selain itu pula nilai etik spritual yang didasarkan

pada agama dan diganti dengan nilai nilai material6. Dalam keadaan yang

demikian, maka perlu dibangun kembali cara-cara peserta didik dalam

menuntut ilmu.

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang

untuk merubah tingkah laku dan prilaku kearah yang lebih baik, karena pada

dasarnya ilmu menunjukan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan

kebodohan. Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara

laki-laki dan perempuan. Hal yang paling diharapkan dari menuntut ilmu ialah

terjadinya perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yaitu

perubahan tingkah laku, sikap, dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap

individu.

Manusia dalam pandangan Al-Qur‟an memiliki potensi untuk meraih

ilmu dan mengembangkannya atas izin Allah. Karena itu bertebaran ayat yang

memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal

tersebut. Rasulullah Saw bersabda, dua keinginan yang tidak pernah puas,

keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta. Dari sini jelas

bahwasanya manusia memiliki naluri haus akan pengetahuan. Dan akan

senantiasa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Menuntut ilmu merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh

seseorang semenjak lahir sampai saat-saat sebelum meningal dunia. Orang

yang menjalani pendidikan ini tentunya mempunyai harapan bahwasanya apa

yang dia pelajari akan mencapai suatu kesuksesan atau keberhasilan yang

nantinya akan dapat dipergunakan sebagai bekal menghadapi masa depannya.

Dalam hal ini indikator yang bisa dijadikan sebagai petunjuk bahwa seseorang

6 Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid (Jakarta:

PT Raja Grafindo, 2001) h. 3

Page 17: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

5

dianggap berhasil dalam belajar adalah daya serap terhadap bahan pengajaran

yang diajarkan mencapai prestasi tertinggi. 7

Ilmu merupakan salah satu dari buah pikiran manusia dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ilmu merupakan salah satu dari

pengetahuan manusia. Seperti kata peribahasa perancis, mengerti berarti

memaafkan segalanya, maka pengertian yang mendalam terhadap hakikat

ilmu, bukan saja akan mengikatkan apresiasi kita terhadap ilmu namun juga

membuka mata terhadap berbagai kekurangannya.8

Ilmu telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Indikasi

untuk itu adalah munculnya ilmu tokoh-tokoh yang baru dalam keilmuannya.

Seperti semakin bertambahnya cabang-cabang ilmu tertentu yang telah ada,

serta ditemukannya teori-teori ilmiah dari berbagai bidang oleh tokoh-tokoh

tertentu. Berkembangnya ilmu membawa keuntungan dan kemudahan bagi

kehidupan manusia yaitu banyaknya persoalan yang dapat terpecahkan dan

banyaknya persoalan yang dapat terpecahkan dan banyaknya pekerjaan yang

dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.

Penjelasan tersebut merupakan gambaran bahwasanya manusia

termasuk orang yang lemah, karena selalu melakukan kesalahan baik yang

disadari maupun tidak. Karena manusia adalah makhluk yang lemah maka

sudah menjadi kewajiban baginya untuk selalu mencari ilmu guna melengkapi

hidupnya untuk menjadi lebih baik.

7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,

(Jakarta:PT Rineka Cipta,2000) h. 96

8 Jujun S Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia,2009) h.3

Page 18: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

6

Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Mujadallah:11

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S al-Mujadallah:11)

Ayat tersebut dijelaskan bahwasanya Allah akan meninggikan derajat

bagi manusia yang mempunyai ilmu. Ayat ini menjawab dari fenomena yang

ada diatas bahwasanya manusia yang berilmu akan ditinggikan derajatnya

baik ketika didunia maupun diakhirat. Karena ilmu pengetahuan bagaikan

cahaya penerang, kebodohan adalah kegelapan.

Pada dasarnya siswa merupakan manusia yang mempunyai rasa ingin

tahu yang tinggi terhadap sesuatu. Keingintahuan siswa terbentuk menjadi

sebuah impian yang ingin dicapainya. Kesulitannya adalah keingintahuan dan

impian yang tidak bisa sesuai dengan apa yang diinginkan. Maka yang didapat

adalah kegagalan dalam impiannya. Berbagai permasalahan terjadi pada

pendidik terhadap peserta didik pada saat sekarang ini mengakibatkan peserta

didik tidak menghargai pendidik, diantaranya adalah pendidik tidak memiliki

kesabaran dalam menghadapi peserta didiknya dalam menyelesaikan

permasalahan dan tidak bertanggung jawab terhadap peserta didiknya. Serta

Page 19: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

7

banyaknya para pendidik sekarang yang tidak mengerti dan melaksanakan

aturan-aturan dalam undang-undang pendidikan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, sehingga peserta didik pada zaman sekarang banyak yang

memiliki sikap yang tidak seharusnya mereka lakukan seperti perkelahian

antar pelajar, bunuh diri, bolos sekolah, bertengkar, menjajankan uang SPP

untuk pesta bersama temannya, salah satunya adalah akibat dari kesulitan dan

kegagalan apa yang diinginkannya.9

Mendapatkan ilmu bukanlah sesuatu yang mudah, butuh sebuah proses

yang lama untuk bisa mendapatkannya. Karena pengetahuan dikatakan

sebagai ilmu ketika ada sebuah langkah yang jelas, dengan metode yang jelas

dan dapat dibuktikan keabsahan datanya. Banyak sekali buku kajian Islam

yang membahas mengenai tentang itu, tapi siswa terkadang lebih cenderung

memilih orang barat sebagai pedomannya. Karena menurut siswa teori sesuatu

yang sudah lama itu adalah kuno, dan telah tergantikan oleh yang baru.

Dalam pendidikan bagi peserta didik menurut buku Ta‟lim Al

Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum karangan al-Zarnuji prinsip pokoknya ada 13

diantaranya: Esensi ilmu, fikih serta keutamaannya, niat ketika menuntut

ilmu, memilih ilmu, guru, teman dan tentang ketabahan, keagungan ilmu dan

orang yang berilmu, bersungguh-sungguh, kontinu serta cita-cita, permulaan

dalam menuntut ilmu ukuran dan tata tertibnya, tawakal, masa belajar, kasih

sayang dan nasihat, istifadah (mengharap faedah), wara‟ dalam belajar,

penyebab mudah hafal dan lupa, penarik rezeki dan penghalangnya serta

pemanjang dan pengurang umur.

Oleh karena itu penulis meneliti pemikiran al-Zarnuji lebih jauh

mengenai, niat ketika menuntut ilmu, memilih ilmu, guru, teman dan tentang

ketabahan, bersungguh-sungguh, kontinu serta cita-cita, tawakal, istifadah

(mengharap faedah), wara‟ dalam belajar.

9 Observasi Lapangan Penulis, 26 April 2015

Page 20: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

8

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis merasa sangat penting

untuk dibahas, dengan memunculkan tokoh pendidikan klasik dari dunia

Islam yakni al-Zarnuji yang dikenal sebagai pengarang kitab Ta‟lim al-

Muta‟allim Thariq Al-Ta‟allum dengan mengangkat judul”PEMIKIRAN

AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM

MENCARI ILMU DALAM TERJEMAHAN KITAB TA’LIM

MUTA’ALLIM THARIQ AL-TA’ALLUM”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Esensi Ilmu, Fikih serta Keutamaannya menurut al-Zarnuji

2. Niat Ketika Menuntut Ilmu menurut al-Zarnuji

3. Memilih Ilmu, Guru, dan Teman menurut al-Zarnuji

4. Keagungan Ilmu dan Orang yang Berilmu menurut al-Zarnuji

5. Bersungguh-sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita menurut al-Zarnuji

6. Permulaan Menuntut Ilmu Ukuran, dan Tata Tertibnya menurut al-Zarnuji

7. Tawakal dan tentang Ketabahan menurut al-Zarnuji

8. Masa Belajar menurut al-Zarnuji

9. Kasih Sayang dan Nasihat menurut al-Zarnuji

10. Mengharapkan Faedah (Istifadah) menurut al-Zarnuji

11. Wara‟ (Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa Belajar

menurut al-Zarnuji

12. Penyebab Mudah Hafal dan Lupa menurut al-Zarnuji

13. Penarik Rezeki dan Penghalangnya serta Pemanjang dan Pengurang Umur

menurut al-Zarnuji

C. Fokus dan Ruang Lingkup Pembahasan

1. Fokus Pembahasan

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, maka fokus

masalah penelitian ini adalah :”Bagaimana pemikiran al-Zarnuji tentang

Page 21: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

9

cara peserta didik dalam mencari ilmu dalam kitab Ta‟lim al-Muta‟allim

Thariq al-Ta‟allum”

2. Ruang Lingkup Pembahasan

Sedangkan yang menjadi ruang lingkup pembahasan pada skripsi ini

adalah:

a. Niat Ketika Menuntut Ilmu menurut al-Zarnuji

b. Memilih Ilmu, Guru, dan Teman menurut al-Zarnuji

c. Bersungguh-sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita menurut al-Zarnuji

d. Tawakal dan tentang Ketabahan menurut al-Zarnuji

e. Mengharapkan Faedah (Istifadah) menurut al-Zarnuji

f. Wara‟ (Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa

Belajar menurut al-Zarnuji

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian

ini, ada beberapa istilah yang perlu penulis jelaskan, yaitu:

Pemikiran al-Zarnuji adalah ide/ gagasan yang direncanakan oleh

salah seorang tokoh pendidikan yaitu Syaikh Burhan al-Islam al-Zarnuji (w

591H/ 1195 M). Ia ahli pendidikan dan pengikut Fiqih hanafi yang mana

beliaulah yang telah mengarang kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-

Ta‟allum. Ia berasal dari Zaradj. Zaradj ini adalah salah satu kota di daerah

yang kini dikenal dengan nama Afganistan. 10

Cara Peserta Didik Mencari Ilmu adalah jalan yang ditempuh, kiat-

kiat, bentuk-bentuk yang digunakan oleh peserta didik untuk merubah tingkah

laku dan perilaku yang kearah lebih baik, karena pada dasarnya ilmu

menunjukan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.

10 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam ( Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2000) h. 104

Page 22: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

10

Yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah cara peserta didik

mencari ilmu yang dijelaskan oleh al-Zarnuji yaitu; niat ketika menuntut ilmu,

memilih ilmu-guru-teman-tentang ketabahan, bersungguh-sungguh-

kontiunitas-serta berusaha mencapai cita-cita, tawakal, mengharapkan faedah

(Istifadah), wara‟ (menjaga diri dari yang haram dan syubhat) pada masa

belajar maupun setelah tamat belajar.

Kitab Ta’lim Muta’allim Thariq al-Ta’allum adalah salah satu kitab

yang dikarang oleh Syeih Burhanuddin al-Zarnuji bin Nu‟man bin Ibrahim

yang mempunyai arti “bimbingan bagi penuntut ilmu pengetahuan”. Kitab ini

muncul kurang lebih pada abad VI H, yaitu zaman kemerosotan dan

kemunduran Daulah Abbasiyah atau periode kedua Dinasti ababasiyah sekitar

tahun 296-656 H. Dalam skripsi ini maksudnya adalah mengambil beberapa

bagian dari isi dalam kitab Ta‟lim Muta‟alim Thariq al-Ta‟alum berkenaan

dengan tata cara mencari ilmu.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan tentang niat ketika menuntut ilmu menurut al-Zarnuji

2. Untuk menjelaskan tentang memilih ilmu, guru, dan teman menurut al-

Zarnuji

3. Untuk menjelaskan tentang bersungguh-sungguh, kontiunitas dan cita-cita

menurut al-Zarnuji

4. Untuk menjelaskan tentang tawakal dan ketabahan menurut al-Zarnuji

5. Untuk menjelaskan tentang mengharapkan faedah (Istifadah) menurut al-

Zarnuji

6. Untuk menjelaskan tentang Wara‟ (menjaga diri dari yang haram dan

syubhat) pada masa belajar menurut al-Zarnuji

Page 23: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

11

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi salah satu dari syarat-syarat untuk menyelesaikan studi

pada jenjang Strata Satu (S1) pada jurusan Tarbiyah.

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya penulis tentang pemikiran

al-Zarnuji tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu dalam kitab

Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum

3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan pendidikan

Agama Islam dalam pengembangan pendidikan Agama Islam khususnya

bagi tenaga pengajar dan peserta didik.

4. Untuk menambah wawasan praktis sebagai pengalaman bagi penulis

sesuai dengan disiplin ilmu yang telah penulis tekuni selama ini.

G. Tinjauan Pustaka

Dengan adanya telaah pustaka adalah sebagai perbandingan terhadap

penelitian yang ada baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang ada

sebelumnya. Di samping itu, telaah pustaka juga mempunyai andil besar

dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada tentang teori-teori yang

ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori

ilmiah.

1. Konsep Memuliakan Guru menurut al-Zarnuji dalam kitab Ta‟lim al-

Muta‟alim, oleh Hildayatus Saihat, 2003, Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang. Pembahasan dalam skripsi ini menitik beratkan

hakekat memuliakan guru menurut al-Zarnuji pada posisi yang tinggi.

Pembahasan dalam skripsi ini menitik beratkan hakekat memuliakan guru

menurut al-Zarnuji pada posisi yang tinggi. Menurut al-Zarnuji terkait

dengan pribadi guru yang ideal yaitu guru yang memenuhi kriteria dan

kualifikasi kepribadian sebagai guru yang memiliki kecerdasan ruhaniah

tinggi disamping kecerdasan intelektual dan mempunyai kesalehan

sebagai aktualisasi keilmuan. Sehingga pemikiran al-Zarnuji berupaya

Page 24: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

12

membawa lingkungan belajar pada tingkat ketekunan dan kewibawaan

guru dalam ilmu dan pengajarannya. Sedangkan penelitian yang

dilakukan penulis terfokus pada Cara Peserta Didik Dalam Mencari Ilmu

dalam Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Jadi baik secara

tema, judul, maupun fokus pembahasan jelas beda.

2. Persyaratan Mencari Ilmu Bagi Siswa menurut al-Zarnuji (Upaya

Kontekstualisasi Isi Kitab Ta‟lim al-Muta‟alim Thariqat al-Ta‟alum),

oleh Ahmad Munif, 2011, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Enam syarat yang disebutkan oleh al-Zarnuji (cerdas, kemauan keras,

sabar, biaya, petunjuk guru dan waktu yang lama) merupakan tuntunan

yang harus dijadikan modal oleh para pencari ilmu guna mencapai

kesuksesan, yaitu mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tuntunan tersebut

diharapkan menjadi kepribadian siswa yang akan tercermin dalam setiap

usaha dalam menuntut ilmu, sehingga ilmu yang telah didapatkan tidak

hanya menjadi pengetahuan kognitif saja tapi juga menjadi keterampilan

afektif sekaligus psikomotorik. Sedangkan penelitian yang dilakukan

penulis terfokus pada Cara Peserta Didik Dalam Mencari Ilmu dalam

Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum. Jadi baik secara tema,

judul, maupun fokus pembahasan jelas beda

Page 25: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

13

BAB II

RIWAYAT HIDUP TOKOH

A. Riwayat Hidup Al-Zarnuji

Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhanuddin al-Islam al-Zarnuji.

Namun demikian, nama ini sebenarnya masih diperdebatkan kebenaranya,

Karena belum ditemukan data yang valid mengenai nama asli al-Zarnuji.11

Ketidak jelasan ini dikarenakan sedikitnya kitab yang menulis tentang riwayat

hidup al-Zarnuji. Dengan demikian apa yang ada dalam berbagai kajian

tentang kitab Ta‟lim memuat riwayat hidup al-Zarnuji hanya berdasarkan

perkiraan, karena memandang tidak ada kepastian yang menunjukan secara

jelas mengenai riwayat hidup al-Zarnuji.12

Mengenai kelahirannya, al-zarnuji diperkirakan hidup pada tahun 570

H. Adapun mengenai kewafatannya, setidaknya ada dua pendapat yang dapat

dikemukakan disini. Pertama, pendapat mengatakan bahwa Burhanuddin al-

Zarnuji wafat pada tahun 591H /1195 M. Sedangkan pendapat kedua,

mengatakan bahwa ia wafat pada tahun 840 H/ 1243 M.13

Sehubungan dengan hal dia atas, Grunebaum dan Abel mengatakan

bahwa Burhanuddin al-Zarnuji adalah Toward The End Of 12 Th And

Beginning Of The Century A. D.14

Demikian pula mengenai daerah tempat

kelahirannya tidak ada keterangan yang pasti. Namun jika nisbahnya, yaitu

Al-Zarnuji maka sebagian peneliti mengatakan bahwa ia berasal dari Zaradj.

Kaitanya dengan ini, Abd Al-Qadir Ahmad mengatakan bahwa Zaradj ini

adalah salah satu kota di daerah\ yang kini dikenal dengan nama Afganistan.

11 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat

Kajian Islam, (Jakarta: Rajawali Persada,2001)h.103

12

Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru Dan Murid, Telaah Atas Pemikiran Al-Zarnuji

Dan Kh.Hasyim Asy‟ari,(Yogyakarta:Teras,2007)H.37-38

13

Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h.38

14

Abuddin Nata, pemikiran para tokoh...,h.103

Page 26: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

14

Latar belakang intelektual al-Zarnuji dimulai dengan belajar di

Bukhara dan Samarkand, yang merupakan pusat kegiatan keilmuan,

pengajaran, dan lain-lainya. Masjid di kedua kota tersebut di jadikan sebagai

lembaga pendidikan dan Ta‟lim yang antara lain diasuh Burhanuddin al-

Marginani, Syamsuddin Abd al-Wajdi Muhammad bin Muhammad bin Abd

al-Sattar al-Amidi dan lainya. Selain itu al-Zarnuji juga belajar kepada

Ruknuddin al-Firginani, seorang ahli fiqih sastrawan dan penyair yang wafat

pada tahun 594 H/ 1196 M, Hammad bin Ibrahim, seorang ahli ilmu kalam, di

samping sebagai sastrawan dan penyair, yang wafat pada tahun 594 H/1170M.

Rukn al-Islam Muhammad bin Abi Bakar yang juga dikenal dengan Khawahir

Zada, seorang mufti Bukhara dan ahli dalam bidang fiqih, sastra, dan lain-

lain.15

Berdasarkan informasi ini, ada kemungkinan besar bahwa al-Zarnuji

selain ahli dalam bidang pendidikan dan tasawuf, juga menguasai bidang-

bidang lain, seperti sastra, fiqih, ilmu kalam, dan lain sebagainya, Sekalipun

belum diketahui dengan pasti bahwa untuk bidang tasawuf ia memiliki

seorang guru tasawuf yang masyhur. Namun dapat diduga bahwa dengan

memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang fiqih dan ilmu kalam disertai

jiwa sastra yang halus dan dalam, seorang telah memperoleh peluang yang

tinggi untuk masu kedalam dunia tasawuf.

Mu‟id Khan sebagaimana dikuti Affandi Mukhtar menyimpulkan

bahwa Al-Zarnuji cenderung pada aliran hanafiyah. Indikasinya adalah

referensi pendapat yang di nukilkan oleh al-Zarnuji kebanyakan dari uama-

ulama hanafiyah. Di samping itu, apabila di tinjau dari materi kitab Ta‟lim Al-

Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum maka apa yang ada di dalamnya lebih

cenderung ke pemikiran hanafiyah. Hal ini sebagaimana disoroti oleh Mu‟id

Khan bahwa ada tiga aspek penting yang dapat di cermati, yakni berkaitan

15 Abudin Nata, Pemikiran Parah Tokoh...,h.104

Page 27: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

15

dengan pandangan dasar tentang ilmu dan pelajar, klasifikasi pelajaran dan

metode pelajaran. 16

Adapun dalam aliran teologi yang saat itu terjadi perdebatan sengit

antara sunni dan mu‟tazilah. Dalam pencaturan politik kekuasaan terjadi tarik

menarik antara sunni dan syi‟ah, dimana selama sekitar seratus tahun syi‟ah

menjadi mazhab resmi negara yang diterapkan oleh bani buwaih. setelah

kekuasaan bani buwaih runtuh dan digantikan oleh bani seljuk, paham sunni

dikembalikan lagi menjadi mazhab negara sebagaimana semula.17

Di tenggah-

tengah perdebatan ini al-Zarnuji merupakan ulama yang membela dan

melestarikan paham sunni. Hal ini sebagaiman di ungkapkan Syeikh Ibrahim

yang mensyarahi kitab Ta‟lim Al-Muta‟allimnya al-Zarnuji memuji dan

berpegang teguh terhadap paham sunni dan menentang mu‟tazilah yang

dianggap sesat dan menyesatkan.18

B. Latar Belakang Pendidikan al-Zarnuji

Adapun guru-gurunya atau yang pernah hubungan langsung dengan al-

Zarnuji yaitu sebagai berikut:

1. Imam Burhan al-Din bin Abi Bakr al-Farghinani al-Marghinani

(w.593H/1195 M)

2. Imam Fakr al-Islam Hasan bin Mansur al-Farghani Khadikan (w. 592

H/1196M )

3. Imam Zahir al-Din al-Hasan bin Ali al-Marghinani (w. 600H/1204M)

4. Imam Fakr al-Din al-Khasani(w. 587H/1191M) dan Imam rukn al-Din

Muhammad bin Abi Bakr Imam Khwarzade (491-576H).19

Sedangkan menurut para peneliti mengemukakan, bahwa al-Zarnuji

menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkhan, yaitu kota yang menjadi pusat

16 Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h.40

17

Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2002)h.50

18

Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h.41

19http://mustastghitsin-aghitsna.blogspot.com/2015/11/nilai-etika-kitab-ta‟lim-al

mutaallim.html

Page 28: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

16

kegiatan keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. Masjid-masjid di kedua kota

tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan ta‟lim yang diasuh antara

lain oleh Burhanudin al-Marghinani, Syamsuddin abd. al-Wadjdi, Muhammad

bin Muhammad al-Abd as-Sattar al-Amidi dan lain-lainnya.

Selain itu al-Zarnuji belajar dari ulama-ulama lain seperti Ali bin Abi

Bikr bin Abdul Jalil al-Marghinani al-Rustami Ruknul Islam Muhammad bin

Abi Bakar (w. 573/1177), Hammad bin Ibrahim (w. 587/1180), Taruddin al-

Hasan bin Mansyur atau Qadhikhan (w. 592/1196), Ruknuddin al-Farghani(

594/1098) dan al-Imam sadiduddin al-Shirazi.

Dengan demikian berdasar keterangan tersebut dapat diidentifikasi

bahwa pemikiran dan intelektualitas al-Zarnuji sangat banyak dipengaruhi

oleh faham fiqih yang berkembang saat itu, sebagaimana faham yang

dikembangkan oleh para gurunya, yakni fiqih aliran Hanafiyah. Sebagaimana

dikemukakan oleh Muid Khan, dalam studinya tentang kitab Ta‟lim yang

dipublikasikan dalam bahasa inggris, mengenai karakter pemikiran al-Zarnuji,

yang dikutip oleh Affandi Muchtar bahwa dalam kajian tersebut, Muid Khan

memasukkan pemikiran al-Zarnuji kedalam garis pemikiran madzhab

hanafiyah, yang dikuatkan dengan bukti banyaknya ulama‟ hanafiyah yang

dikutip oleh al-Zarnuji, termasuk imam Abu Hanifah sendiri. Dari sekitar 50

ulama yang disebut al-Zarnuji, hanya ada dua saja yang bermadzhab

Syafi‟iyah, yakni imam Syafi‟i sendiri dan imam Yusuf al-Hamdani (w.

1140). Menurut Muid Khan ide-ide mazhab yang dianutnya mempengaruhi

pemikirannya tentang pendidikan. Sehingga Mahmud bin Sulaiman al-

Kaffawi yang wafat tahun 990 H/ 1562 M, dalam kitabnya al-A‟lamul akhyar

min fuqaha‟i madzhab al-nu‟man al-mukhtar, menempatkan al-Zarnuji dalam

peringkat ke-12 dari daftar madzhab hanafi. Disamping ahli dalam bidang

Page 29: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

17

pendidikan dan tasawuf, sangat dimungkinkan, bahwa al-Zarnuji juga

menguasai bidang sastra, fiqih, ilmu kalam, dan lain-lain.20

Sejarah peradaban Islam terdapat lima tahap pertumbuhan dan

perkembangan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama pendidikan pada

masa nabi Muhammad Saw (571-632 M), kedua pendidikan pada masa

Khulafaur Rasyidin (632-661 M), ketiga pendidikan pada masa bani umayyah

di Damsyik (661-750), dan kelima pendidikan pada masa jatuhnya kekuasaan

khalifah di Baghdad (1250-sekarang).21

Untuk memahami al-Zarnuji sebagai seorang pemikir, maka harus

dipahami ciri zaman yang menghasilkannya, yaitu zaman Abbasiyah yang

menghasilkan pemikir-pemikir ensiklopedik yang sukar ditandingi oleh

pemikir-pemikir yang datang kemudian.22

Sebagaimana dijelaskan di atas, al-

Zarnuji hidup pada awal pemerintahan Abbasiyah di Baghdad yang berkuasa

selama lima abad berturut-turut. 23

Dengan demikian al-Zarnuji hidup pada masa ke-empat dari periode

pendidikan dan perkembangan pendidikan Islam, yakni antara tahun 750-1250

M. Sehingga beliau sangat beruntung mewarisi banyak peninggalan yang

ditinggalkan oleh para pendahulunya dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan. Sebab dalam catatan sejarah periode ini merupakan zaman

kejayaan peradaban Islam pada umumnya dan pendidikan Islam pada masa

khususnya. Menurut Hasan Langgulung bahwa,” zaman keemasan tersebut

mengenai dua pusat, yaitu kerajaan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad,

20 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam), Cet.2,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001),h.105

21

Fazlur Rahman, Islam terj. Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1997), h.267

22

Hasan Langgulung, Pendidikan Menghadapi Abad 21, ( Jakarta: Pustaka Al-

Husna, 1988), h. 99

23

Hasan Langgulung, Pendidikan Menghadapi...,h. 99

Page 30: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

18

berlangsung kurang lebih lima abad ( 750-1258 M) dan kerajaan Umayyah di

Spanyol kurang lebih delapan abad (711-1492)”.24

Sebagai seorang filosof muslim al-Zarnuji lebih condong kepada al-

Ghazali, sehingga banyak jejak al-Ghazali dalam bukunya dengan konsep

epitemologi yang tidak lebih dari buku pertama dan ihya ulum al-din akan

tetapi al-Zarnuji memiliki sistem tersendiri, yang mana pada setiap bab

dengan bab yang lain, atau setiap kalimat dengan kalimat yang lain, bahkan

setiap kata dengan kata yang lain dalam buku tersebut merupakan sebuah

kerikil dan konfigurasi mosaic kepribadian Al-Zarnuji sendiri.25

C. Latar Belakang Sosial Politik Al-Zarnuji

Selain karena faktor latar belakang pendidikan sebagaimana tersebut

diatas, faktor situasi sosial, politik dan perkembangan masyarakat juga

mempengaruhi pola pikir seseorang. Untuk mengetahui kondisi sosial politik

dan perkembangan masyarakat, maka harus diketahui masa hidup al-Zarnuji.

Al-Zarnuji hidup pada akhir abad ke 12 dan awal abad ke 13. Dari kurun

waktu tersebut dapat diketahui bahwa al-Zarnuji hidup pada masa

pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di masa Abasiyah, yaitu

antara tahun 750-1250 M. Dalam catatat sejarah, periode Abbasiyah ini

merupakan zaman keemasan atau kejayaan peradaban Islam pada umumnya,

dan pendidikan Islam khususnya.

Al-Zarnuji hidup pada masa periode ke-empat dari masa pemerintahan

Abbasiyah, selama masa pemerintahan tersebut dawlah Abbasiyah dipimpin

selama sembilan orang khalifah yakni khlaifah yang ke-26 al-Qaim sampai

khalifah yang ke-34 al-Nashir. Dari 9 orang khalifah tersebut, seorang

khalifah dicopot secara in absentia, yakni khalifah yang ke-30 al-Rasyid,

namun tidak ada khalifah yang dibunuh oleh penguasa Saljuq. Memang ada

24 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi Dan

Pendidikan, ( Jakarta: Pustaka Utama,1989),h.13

25

Hasan Langgulung, Pendidikan menghadapi..., h. 59

Page 31: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

19

khalifah yang tewas terbunuh, yakni khalifah ke-29 al-Murtasyid. Namun

yang membunuhnya bukanlah penguasa Saljuq, tetapi adalah orang-orang dari

kelompok Bathiniyah, yang sebelumnya juga telah membunuh Wazir Nizham

al Mulk, wazir kepercayaan penguasa bani Saljuq sendiri. Al-Rasyid al

Makhlu‟ akhirnya juga tewas terbunuh, tetapi hal itu adalah resikonya sendiri,

sebab setelah dicopot dari jabatannya khalifah, dia masih brtempur melawan

penguasa Saljuq. Nama-nama khalifah pada masa periode ke-4 dari dawlah

Abbasiyah ini adalah:

1. Abu Ja‟far Abdullah ibn al Qadir, bergelar al-Qa-im ( 21 Dzulhijah 422-

wafat 15 Sya‟ban 466 H)

2. Abu al Qasim „Ubaydullah ibn Muhammad ibn al Qa-im, bergelar al

Muqtadiy ( Sya‟ban 466- wafat 15 Muharram 487 H)

3. Abu al Abbas Ahmad ibn Muqtadiy, bergelar al Mustazhhir ( Muharram

487- wafat 16 Rabi‟al Akhir 512 H)

4. Abu Manshur al Fadhl ibn al Mustazhhir, bergelar al Mustarsyid ( Rabi‟al

Akhir 512- dibunuh 7 Dulhijjah 529 H)

5. Abu Ja‟far al Manshur ibn al Mustarsyid, bergelar al Rasyid ( 9

Dzulhijjah 529- dicopot secara absentia pada tanggal 16 Dzulqaidah 530

H)

6. Abu „Abdillah Muhammad ibn al Muztazhhir, al Muqtadiy (Dzulqaidah

530-wafat 2 Rabi‟al awal 555 H)

7. Abu al Muzhaffar Yusuf ibn al Muqtadiy, bergelar al Mustanjid (Rabi‟al

Awwal 555- wafat 8 Rabi‟al Akhir 566 H)

8. Abu Muhammad al Hasan ibn al Mustanjid, bergelar al Mustadiy (Rabi‟al

Akhir 566-wafat 29 Syawwal 575 H)

Page 32: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

20

9. Abu al „Abbas Ahmad ibn al Mustadhiy, bergelar al Nashir (29 Syawwal

575- wafat pada hari minggu 29 Ramadhan 622 H).26

Pada masa ini banyak terjadi gangguan keamanan seperti:

1. Terror orang-orang Bathiniyah

Banyak tokoh yang tewas mereka bunuh, di antaranya adalah wazir

Nizham al-Mulk dan khalifah al Mustarsyid, yang bahkan mereka

mutilasi menjadi beberapa bagian.

2. Pertikaian di kalangan masyarakat

Karena perbedaan keagamaan, seperti pertikaian ahl sunnah dengan

kaum Rafidhah atau pengikut Hanafilah dengan pengikut mazhab lainnya.

3. Perang Salib

Pada periode ini pasukan gabungan eropa mulai menyerang ke wilayah

Syiria, Mesir, dan sekitarnya. 27

Perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan pada masa ini yaitu:

a. Perkembangan pendidikan

Berdirinya Universitas Nizamiyah, sedangkan sultan Maliksyah

mendirikan Madrasah Hanafiyah. kedua perguruan ini terletak di Bagdad.

b. Tokoh-tokoh ilmuwan

1. Dalam bidang fikih

Di antaranya yaitu abu Bakar Muhammad ibn „Abdillah ibn al

Hasan al Nashih al hanafiy ( Mazhab Hanafiyah), Abu al Fadhl

Muhammad ibn Ubaydillah ibn Ahmad al Baghdadiy al Malikiy al

Bazaar ( Mazhab Malikiyah), Abu al Qasim „Abd al Rahman Ibn

Muhammad ibn Ahmad al Fawraniy al Marwaziy al Syafi‟iy, Abu

Ishaq Ibrahim ibn „Ali ibn Yusuf al Syiradziy al Syafi‟iy, Imam al

Haramayn Abu al Ma‟aliy „Abd al Malik ibn „Abdillah ibn Yusuf al

26

Fatmawati, Sejarah Peradapan Islam, ( Batusangkar: STAIN Batusangkar Press,

2010), h. 324-334

27

Fatmawati, Sejarah Peradapan Islam..., h. 334

Page 33: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

21

Juwayniy (Mazhab Syafi‟iyah), al Qadhiy Abu Ya‟la Muhammad ibn

al Hasan ibn Muhammad al Hanbaliy, al Syarif Abu Ja‟far Abd al

Khaliq ibn „Isa ibn Ahmad al Hanbaliy ( Mazhab Hanabilah)

2. Dalam bidang hadist

Di antaranya yaitu: Imam Abu Bakar Ahmad ibn Husayn ibn

„Aliy al Bay Haqiy, Imam Abu Bakar Ahmad ibn „Ali ibn Tsabit al

Khathib al Bagdadiy, Imam al Amir Abu Nashr „Ali ibn Hibbatullah

ibn „Ali, dan lainya.

3. Dalam bidang bahasa

Di antaranya yaitu: abu al Husayn „Ali ibn Ismail al Murasiy al

Dharir, Abu Zakariya Yahya ibn “Ali ibn Muhammad al Syaybaniy al

Baghdadiy dan lainya.

4. Dalam bidang sejarah

Di antaranya yaitu: Abu al Muzhafar Muhammad ibn Ahmad

al Abyawardiy, Abu al Qasim „Ali ibn Hibatillah al Dimasqiy, Imam

Abu al Faraj „Abd al Rahman ibn al hasan ibn „Ali al baghdadiy.

5. Dalam bidang tasawuf

Yaitu Abu al Qasim „abd al Karim ibn hawazin al qusyayriy, Abu

Hamid Muhammad ibn Muhammad al Ghazaliy.28

Al-Zarnuji juga ahli dalam bidang tasawuf, sehingga apa yang ada

dalam kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim ini sangat kental nuansa tasawufnya. Hal

ini ditandai dengan berbagai macam ajaran yang ada di dalamnya. Salah satu

dari aspek tasawuf yang sangat kentara adalah mengenai berbagai amalan

ritual yang dikaitkan dengan keberhasilan mencari ilmu. Dan ini oieh

Grunebeum dan Abel dikatakan sebagai allogica, dalam arti tidak dapat

didiskusikan secara rasional. Demikian juga etika yang menjadi karakter

utama kitab ini merupakan inti dari ajaran tasawuf. Selanjutnya tasawuf yang

28 Fatmawati, Sejarah Peradapan Islam...,h. 339-343

Page 34: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

22

didalamnya sangat mengagungkan guru Mursyid sebagai manusia yang perfek

sangat mempengaruhi bagaimana al-Zarnuji membuat format etika relasi

proses belajar mengajar antara guru dan murid, dimana kecendrungan murid

harus tunduk, patuh, serta beretika secara mendalam. Sementara pada posisi

lain guru tidak dipahas bagaimana harus beretika kepada muridnya.29

D. Karya-karya al-Zarnuji

Sampai saat ini, hanya ada satu kitab yang dapat dijumpai sebagai

karya Al-Zarnuji, yakni kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum.

Sementara tidak ditemukan kitab lain yang merupakan karya al-Zarnuji.

Karya al-Zarnuji ini sudah banyak debrikan penjelasan, diterjemahkan ke

berbagai bahasa, yang jelas kitab ini merupakan karya monumental yang

diakui otoritasnya sebagai kitab yang membentuk kharakteristik dunia

pendidikan sehingga ia mempunyai sumbangsih yang sangat besar, terutama

di pesantren-pesantren.

Karya al-Zarnuji banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,

Latin, Jerman dan Indonesia. Kendatipun karya yang sampai kepada generasi

kita hanya satu yaitu Ta‟limul Muta‟allim Wa Thariq Al-Ta‟allum. Para tokoh

yang pernah meneliti pemikiran al-Zarnuji di antaranya adalah Abuddin Nata

dalam bukunya Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Menampilkan sosok

al-Zarnuji sebagai tokoh pendidikan fenomenal yang menekankan nilai etik

yang tinggi bagi murid terhadap gurunya. Dalam buku ini juga dijelaskan

riwayat hidup dan situasi pendidikan pada zaman al-Zarnuji. Al-Zarnuji hidup

di masa keemasan Islam pada umumnya dan pendidikan Islam pada

khususnya. Dalam buku ini juga dipaparkan bagaimana konsep pendidikan al-

Zarnuji mengenai metode belajar, tujuan belajar, prinsip belajar, dan strategi

belajar yang secara keseluruhan didasarkan pada moral religius. Awaluddin

Pimay, dalam tesisnya Konsep Pendidik dalam Islam, IAIN Walisonggo,

29 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh..., h.105

Page 35: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

23

1999, memaparkan secara lebih mendalam sosok al-Zarnuji kaitannya dengan

konsep pendidik yang ada di dalam kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-

Ta‟allum. Dalam buku ini Pimay mencoba menguak bagaimana konsep

pendidikan dalam pandangan al-Zarnuji untuk kemudian dikomparasikan

dengan konsep pendidik dalam pandangan al-Ghazali.

Pimay menyebutkan bahwa pendidik dalam pandangan al-Zarnuji

haruslah menyatukan antara ilmu dan amal, harus berakhlak mulia karena

kepribadian pendidik akan berpengaruh besar kepada peserta didiknya. Al-

Zarnuji mencoba membangun gagasan pendidik dengan muatan moral yang

kuat yang tercermin dalam sifat-sifat mulia yang harus dimiliki seorang

pendidik.

Affandi Mukhtar dalam tesisnya The Methode Of Muslim Learning In

Al-Zarnuji Ta‟lim Al-Muta‟allim Tariq Al-Ta‟allum. Dalam tesis ini peneliti

lebih menekankan pada teori belajar. Tokoh lain yang pernah mengkaji al-

Zarnuji adalah M. Djudi dalam bukunya Konsep Belajar: Telaah atas Kitab

Ta‟lim Al-Muta‟allim. dalam buku ini penekanan m.djudi tidak jauh berbeda

dengan affandi mukhtar yaitu dari segi taktik dan strategi belajar. 30

Kitab ini banyak dipergunakan tidak saja terbatas dikalangan ilmuwan

Muslim, tetapi juga oleh para orientalis dan para penulis Barat. Diantara

tulisan yang menyinggung kitab ini dapat dikemukakan antara lain:

1. G.E Von Grunebaum dan T.M Abel yang menulis Ta‟lim Al-Muta‟allim

Thuruq Al-Ta‟allum: Instruction Of The Student: The Method of

Learning;

2. Carl Brockelmann dengan bukunya Geschicte Der Arabischen Litteratur;

3. Mehdi Nakosten dengan tulisannya History Of Islamic Origins Of

Western Education A.D 800-1350, dan lain sebagainya. 31

30 Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h. 16-17

31

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh ..., h. 107-110

Page 36: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

24

Keistimewaan lainnya dari buku Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-

Ta‟allum tersebut adalah terletak pada materi yang dikandungnya. Sekalipun

kecil dan dengan judul yang seakan-akan hanya membicarakan tentang

metode belajar, namun sebenarnya membahas tentang tujuan belajar, prinsip

belajar, strategi belajar dan lain sebagainya yang secara keseluruhan

didasarkan pada moral religius.

Keterkenalan kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum terlihat

dari tersebarnya buku ini hampir keseluruh penjuru dunia. Kitab telah dicetak

dan diterjemahkan serta dikaji di berbagai negara, baik di Timur maupun di

Barat. kitab ini juga menarik perhatian beberapa ilmuwan untuk memberikan

komentar atau syarah terhadapnya.

Di Indonesia, kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum dikaji

dan dipelajari hampir disetiap lembaga pendidikan Islam, terutama lembaga

pendidikan klasik tradisional seperti pesantren, bahkan dipondok pesantren

sekalipun, seperti halnya di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, Jawa Timur.

Pada kitab ini berisi tiga belas bab yakni hakekat dan keutamaan ilmu,

motivasi belajar, pemeliharaan terhadap mata pelajaran, guru dan teman,

memuliakan ilmu dan ulama, kesungguhan belajar dan keluhuran cita-cita,

permulaan tata tertib belajar, tawakal kepada allah, masa belajar, kasih sayang

dan nasehat, mengambil pelajaran, menjauhi perbuatan maksiat, sebab yang

memudahkan dan melemahkan hafalan, dan hal-hal yang memudahkan dan

menyulitkan riski.

Ada beberapa kemunkinan mengenai karangan al-Zarnuji yang lain,

yakni bahwa sebenarnya ia juga menulis selain kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim

Thariq al-Ta‟allum, akan tetapi adanya serangan tentara mongol yang

membumi hanguskan baghdad menjadikan banyak karya ulama yang hangus.

Dari sini sangat munkin karya al-Zarnuji juga ikut hancur terbakar, sementara

Page 37: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

25

hanya kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟llum saja yang selamat sampai

sekarang.32

E. Situasi Pendidikan pada Zaman al-Zarnuji

Dalam sejarah pendidikan mencatat, paling kurang ada lima tahap

pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama

pendidikan pada masa Nabi Muhammad SAW (571-632 H), kedua pendidikan

pada masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M), ketiga pendidikan pada masa

Bani Umayyah di Damsyik, (661-750 M), keempat pendidikan pada masa

kekuasaan Abbasiyah di Baghdad (750-1250 M), dan kelima pendidikan pada

masa jatuhnya kekuasaan Khalifah di Baghdad (1250-sekarang).33

Dalam pada itu di atas disebutkan bahwa al-Zarnuji hidup sekitar akhir

abad ke-12 dan awal abad ke-13 (591-640 H/1195-1243 M). Dari kurun waktu

tersebut dapat diketahui bahwa al-Zarnuji hidup pada masa keempat dari

periode pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sebagaimana

disebutkan di atas, yaitu antara tahun 750-1250 M. Dalam catatan sejarah,

periode ini merupakan zaman keemasan atau kejayaan peradapan Islam pada

umumnya, dan pendidikan Islam pada khususnya.

Pada masa tersebut, kebudayaan Islam berkembang dengan pesat yang

ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan, mulai tingkat dasar

sampai pendidikan dengan tingkat perguruan tinggi. Di antara lembaga-

lembaga tersebut adalah Madrasah Nizhamah yang didirikan oleh Nizham al-

Muluk (457H/106M), Madrasah An-Nuriyah al-Kubra yang didirikan oleh

Nuruddin Mahmud Zanki pada tahun 563H/1167M. Di damaskus dengan

cabangnya yang amat banyak di kota Damaskus, Madrasah al-Mustansiriyah

yang didirikan oleh Khalifah Abbasiyah, al-Mustansiriyah yang didirikan oleh

Khalifah Abbasiyah, Al-mustansir Billah di Baghdad pada tahun 631

H/1234M. Sekolah yang disebut terakhir ini dilengkapi dengan berbagai

32 Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru...,h.45-46

33

Zuharini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992)h. 7

Page 38: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

26

fasilitas yang memadai seperti gedung berlantai dua, aula, perpustakaan

dengan kurang lebih 80.000 buku koleksi, halaman dan lapangan yang luas,

masjid, balai pengobatan, dan lain sebagainya. Keistimewaan lainnya

Madrasah yang disebut terakhir ini adalah karena mengajarkan ilmu fiqih

dalam empat mazhab (Maliki, Hanafi, Syafi‟i dan Ahma Ibn Hambal).

Di samping ketiga madrasah tersebut, masih banyak lagi lembaga-

lembaga pendidikan agama Islam lainnya yang tumbuh dan berkembang pesat

pada masa zaman al-Zarnuji hidup. Dengan memperhatikan informasi

tersebut di atas, tampak jelas bahwa al-Zarnuji pada masa ilmu pengetahuan

dan kebudayaan Islam tengah mencapai puncak keemasan dan kejayaan. Pada

akhir masa Abbasiyah yang ditandai munculnya pemikir-pemikir Islam

ensiklopedik yang sukar ditandingi oleh pemikir-pemikir yang datag

kemudian.

Kondisi pertumbuhan dan perkembangan tersebut di atas amat

menguntungkan bagi pembentukan al-Zarnuji sebagai seorang ilmuwan atau

ulama yang luas pengetahuannya. Atas dasar ini tidak mengherankan jika

Hasan Langgulung menilai bahwa al-Zarnuji termasuk seorag filosof yang

memiliki sistem pemikiran tersendiri dan dapat disejajarkan dengan tokoh-

tokoh seperti Ibn Sina, al-Ghazali dan lain sebagainya.34

F. Gambaran Umum Isi Kitab Ta’lim Al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum

Kitab Ta‟lim al-mutallim thariq al-ta‟allum diterbitkan pada tahun 996

H, kitab ini juga diterjemahkan kedalam bahasa Turki oleh abd. Al-Majid bin

Nusuh bin Isra‟il dengan judul Irshad Al-Ta‟lim fi Ta‟lim Al-Mutallim.

Menurut informasi dari Gesecchiehteder Arabschen Literatur, yang biasa

dikenal dengan singkatan G.A.L karya Cart Brockelmann, menginformasikan

berdasarkan data yang ada di perpustakaan, bahwa kitab Ta‟lim pertama kali

diterbitkan di mursid abad pada tahun 1265 M, kemudian ditulis tahun 1286,

34 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh ..., h.105-107

Page 39: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

27

1873, di Kairo 1281, 1307, 1418, di Istambul 1292, dan di Kasan 1898, selain

itu kitab Ta‟lim menurut G.A.L telah diberi catatan atau komentar (syarah),

dalam tujuh penerbitan masing-masing atas nama sebagai berikut:

1. Nau‟i, tanpa keterangan tahun terbit

2. Ibrahim bin Isma‟il pada tahun 996H/1588M

3. As-Sa‟rani 710/711

4. Ishaq ibn. ar-Rumi Qili‟ 720 dengan judul Mir‟atu Atholibin,

5. Qadi B. Zakaria al-Anshari A‟saf,

6. Otman Pazari 1986 dengan judul Tafhim Al-Mutafahhim, dan

7. H.B. al-Faqir, tanpa keterangan tahun penerbitan.

Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim thariq al-ta‟allum dikaji dan dipelajari

hampir di setiap lembaga pendidikan Islam, terutama lembaga pendidikan

tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok pesantren modren, karena

pada dasarnya ada beberapa konsep Zarnuji yang banyak berpengaruh dan

patut dindahkan, yakni:

1. Motivasi dan pengahragaan yang besar terhadap ilmu penegtahuan dan

ulama

2. Konsep filter terhadap ilmu pengetahuan dan ulama

3. Pendekatan-pendekatan teknis pendayagunaan potensi otak, baik dalam

terapi alamiyah atau moral-psikologis.35

Poin-poin ini semuanya disampaikan oleh al-Zarnuji dalam konteks

moral yang ketat. Maka, dalam banyak hal, ia tidak hanya berbicara tentang

etika pendidikan dalam bentuk motivasi, tapi juga pengejawantahannya dalam

bentuk-bentuk teknis. Ta‟līm al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum tidak hanya

memberikan dorongan moral agar murid menghormati guru, belajar dengan

sungguh-sungguh, atau menghargai ilmu pengetahuan. Tetapi, Ta‟līm al-

Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum juga sudah jauh terlibat dalam mengatur

35 http://www.masterfajar.co.cc/2015/11/analisis-kritis-terhadap-kitab-talimul.html

Page 40: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

28

bagaimana bentuk aplikatifnya, seperti seberapa jarak ideal antara murid dan

guru, bagaimana bentuk dan warna tulisan, bagaimana cara orang menghafal,

bagaimana cara berpakaian seorang ilmuwan dan lain sebagainya. Kitab

Ta‟līm al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum dikarang oleh al-Zarnuji karena

dilatar belakangi oleh rasa keprihatinan beliau terhadap para pelajar pada

masanya, yang bersungguh-sungguh dalam belajar akan tetapi mengalami

kegagalan, atau kadang-kadang mereka sukses tetapi sama sekali tidak dapat

memetik buah kemanfaatan dari hasil ilmu yang dipelajarinya dengan

mengamalkan atau menyebarluaskan pada orang lain. Motivasi al-Zarnuji

tersebut terungkap dalam kitab Ta‟līm al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum yang

tertera dalam Muqoddimah, sebagai berikut :

"Setelah saya mengamati banyaknya penuntut ilmu dimasa saya,

mereka bersungguh-sungguh dalam belajar menekuni ilmu tetapi

mereka mengalami kegagalan atau tidak dapat memetik buah manfaat

ilmunya yaitu mengamalkannya dan mereka terhalang tidak mampu

menyebarluaskan ilmunya. Sebab mereka salah jalan dan

meninggalkan syarat-syaratnya. Setiap orang yang salah jalan pasti

tersesat dan tidak dapat memperoleh apa yang dimaksudkan baik

sedikit maupun banyak".36

Secara tidak langsung, tujuan dari al-Zarnuji mengarang kitab ini

adalah untuk memberi bimbingan kepada para murid (orang yang menuntut

ilmu) untuk mencapai ilmu yang bermanfaat dengan cara dan etika yang dapat

diamalkan secara kontinyu. Sedangkan cara berfikir al-Zarnuji, dapat

dikatakan bercorak spiritual atau bersifat metafisis. Hal itu disebabkan oleh

pengaruh sosial politik yang berlangsung pada saat al-Zarnuji hidup, dimana

zaman kaum saljuk kota Baghdad kembali menjadi ibu kota kerohanian

sebagai tempat persemayaman khalifah Abbasiyah yang sangta kental dengan

dogma-dogma keagamaan. Jadi, corak pemikiran al-Zarnuji banyak

36 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Aliy As‟ad, ( Yogyakarta: Mutiara Kudus,

2007)

Page 41: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

29

dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ulama Islam seperti al-Ghazali yang hidup

pada masa Abbasiyah.

Secara umum dalam kitab tersebut berisi:

1. Pendahuluan

Pada pendahuluan beliau menuliskan pujian dan rasa syukur kepada

Allah yang telah melimpahkan melebihkan nikmatnya atas ilmu dan amal

atas semesta alam, dan mengucapkan shalawat kepada nabi Muhammad,

tokoh arab dan keluarga, sahabat-sahabat beliau yang merupakan sumber

ilmu pengetahuan.

Kemudian al-Zarnuji menuliskan kegelisahan beliau terhadap penuntut

ilmu yang tekun tapi tidak bisa memetik kemanfaatan dan buahnya. Yaitu

mengamalkan dan menyiarkannya. Karena penuntun tadi salah jalan dan

meninggalkan persyaratan yang menjadi keharusan dilakukan. Manusia

yang salah jalan akan tersesat dan gagal dalam tujuan yang baik besar

atau kecil. Maka dengan adanya kitab ini akan memberikan jalan bagi

penuntut ilmu, agar mereka tidak tersesat.

Kemudian al-Zarnuji mengharapkan do‟a dari gurunya yang alim dan

arif itu untuk para pecinta ilmu semoga diberikannya kebahagian di hari

kemudian, setelah belajar dari kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-

Ta‟allum tersebut.

2. Isi

Kitab ini terdiri dari 13 bab, yaitu:

a. Hakikat Ilmu dan Keutamaannya

Belajar itu hukumnya fardlu bagi setiap muslim, baik laki-laki

maupun perempuan. Namun demikian, menurut Al-Zarnuji manusia

tidak diwajibkan mempelajari segala macam ilmu, tetapi hanya

diwajibkan mempelajari ilm al hal (pengetahuan-pengetahuan yang

selalu dperlukan dalam menjunjung kehidupan agamanya). Dan

sebaik-baik amal adalah menjaga hal-hal.

Page 42: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

30

Di samping itu, manusia juga diwajibkan mempelajari ilmu

yang diperlukan setiap saat. Karena manusia diwajibkan shalat, puasa

dan haji, maka ia juga diwajibkan mempelajari segala sesuatu yang

berkaitan dengan kewajiban tersebut. Sebab apa yang menjadi

perantara pada perbuatan wajib, maka wajib pula hukumnya. Demikian

pula, manusia wajib mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan

berbagai pekerjaan atau kariernya. Seseorang yang sibuk dengan tugas

kerjanya (misalnya berdagang), maka ia wajib mengetahui bagaimana

cara menghindari haram. Di samping itu, manusia juga diwajibkan

mempelajari ilmu ahwal al-qalb, seperti tawakkal, ridla dan

sebagainya. Akhlak yang baik dan buruk serta cara menjauhinya,

menurut al-Zarnuji juga harus dipelajari, agar ia senantiasa bisa

menjaga dan menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Mempelajari

ilmu yang kegunaannya hanya dalam waktu-waktu tertentu, hukumnya

fardlu kifayah seperti ilmu shalat jenazah. Dengan demikian,

seandainya ada sebagian penduduk kampung telah melaksanakan

fardlu kifayah tersebut, maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya.

Tetapi jika seluruh penduduk kampung tersebut tidak

melaksanakannya, maka seluruh penduduk itu menanggung dosa.

Dengan kata lain, ilmu fardlu kifayah adalah di mana setiap umat

Islam sebagai suatu komunitas diharuskan menguasainya, seperti ilmu

pengobatan, ilmu astronomi, dan lain sebagainya. Sedangkan

mempelajari ilmu yang tidak ada manfaatnya atau bahkan

membahayakan adalah haram hukumnya seperti ilmu nujum (ilmu

perbintangan yang biasanya digunakan untuk meramal). Sebab, hal itu

sesungguhnya tidak bermanfaat dan justru membawa marabahaya

karena lari dari kenyataan takdir Allah tidak akan mungkin terjadi.

Ilmu menurut al-Zarnuji adalah sifat yang kalau dimiliki oleh

seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam

Page 43: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

31

pengertiannya. Adapun fiqh adalah pengetahuan tentang kelembutan-

kelembutan ilmu. Sedangkan mengenai keutamaan ilmu, al-Zarnuji

mengutip ungkapan seorang penyair sebagai berikut: Belajarlah,

karena ilmu adalah hiasan bagi penyandangnya, keutamaan dan tanda

semua akhlak yang terpuji. Usahakanlah, setiap hari menambah ilmu

dan berenanglah di lautan ilmu yang bermanfaat. Belajarlah ilmu fiqh,

karena ia pandu yang paling utama pada kebaikan, taqwa dan adilnya

orang yang paling adil. Ia adalah tanda yang membawa pada jalan

petunjuk, ia adalah benteng yang menyelamatkan dari segala kesulitan.

Karena seorang ahli fiqh yang menjauhi perbuatan haram adalah lebih

membahayakan bagi setan dari pada seribu orang yang beribadah.

b. Niat Belajar

Mengenai niat dan tujuan belajar, al-Zarnuji mengatakan

bahwa niat yang benar dalam belajar adalah untuk mencari keridlaan

Allah SWT., memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat,

berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain,

mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, dan mensyukuri

nikmat Allah.

Sehubungan dengan hal ini, al-Zarnuji mengingatkan agar

setiap penuntut ilmu tidak sampai keliru menentukan niat dalam

belajar, misalnya belajar yang diniatkan untuk mencari pengaruh,

mendapatkan kenikmatan duniawi atau kehormatan dan kedudukan

tertentu. Jika masalah niat ini sudah benar, tentu ia akan merasakan

kelezatan ilmu dan amal serta berkuranglah kecintaannya pada harta

dunia.

c. Memilih Guru, Ilmu, Teman dan Ketabahan Dalam Belajar

Peserta didik hendaknya memilih ilmu yang terbaik dan ilmu

yang dibutuhkan dalam kehidupan agamanya pada waktu itu, lalu yang

untuk waktu mendatang. Ia perlu mendahulukan ilmu tauhid dan

Page 44: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

32

ma‟rifat beserta dalilnya. Semikian pula, perlu memilih ilmu „atiq

(kuno).

Dalam memilih pendidik hendaknya mengambil yang lebih

wara‟, alim, berlapang dada dan penyabar. Dan peserta didik juga

harus sabar dan tabah dalam belajar kepada pendidik yang telah

dipilihnya serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan.

Peserta didik hendaknya memilih teman yang tekun, wara‟,

jujur, dan mudah memahami masalah. Dan perlu menjauhi pemalas,

banyak bicara, penganggur, pengacau dan pemfitnah. Seorang penyair

mengatakan: “Teman durhaka lebih berbahaya dari pada ular yang

berbisa demi Allah Yang Maha Tinggi dan Suci teman buruk

membawamu ke neraka Jahim sedangkan teman baik mengajakmu ke

syurga Na‟im. Di samping itu, al-Zarnuji juga menganjurkan pada

peserta didik agar bermusyawarah dalam segala hal yang dihadapi.

Karena ilmu adalah perkara yang sangat penting, tetapi juga sulit,

maka bermusyawarah di sini menjadi lebih penting dan diharuskan

pelaksanaannya.

d. Menghormati Ilmu dan Ulama

Menurut al-Zarnuji, peserta didik harus menghormati ilmu,

orang yang berilmu dan pendidiknya. Sebab apabila melukai

pendidiknya, berkah ilmunya bisa tertutup dan hanya sedikit

kemanfaatannya. Sedangkan cara menghormati pendidik di antaranya

adalah tidak berjalan di depannya, tidak menempati tempat duduknya,

tidak memulai mengajak bicara kecuali atas izinnya, tidak bicara

macam-macam di depannya, tidak menanyakan suatu masalah pada

waktu pendidiknya lelah, dan tidak duduk tertalu dekat dengannya

sewaktu belajar kecuali karena terpaksa. Pada prinsipnya, peserta didik

harus melakukan hal-hal yang membuat pendidik rela, menjauhkan

amarahnya dan mentaati perintahnya yang tidak bertentangan dengan

Page 45: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

33

agama Allah. Termasuk menghormati ilmu adalah menghormati

pendidik dan kawan serta memuliakan kitab. Oleh karena itu, peserta

didik hendaknya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci.

Demikian pula dalam belajar, hendaknya juga dalam keadaan suci.

Sebab ilmu adalah cahaya, wudlupun cahaya, maka akan semakin

bersinarlah cahaya ilmu itu dengan wudlu. Peserta didik hendaknya

juga memperhatikan catatan, yakni selalu menulis dengan rapi dan

jelas, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Di samping itu,

peserta didik hendaknya dengan penuh rasa hormat, ia selalu

memperhatikan secara seksama terhadap ilmu yang disampaikan

padanya, sekalipun telah diulang seribu kali penyampaiannya. Untuk

menentukan ilmu apa yang akan dipelajari, hendaknya ia musyawarah

dengan pendidiknya, sebab pendidik sudah lebih berpengalaman dalam

belajar serta mengetahui ilmu pada seseorang sesuai bakatnya. Al-

Zarnuji juga mengingatkan agar peserta didik selalu menjaga diri dari

akhlak tercela, terutama sikap sombong.

e. Sungguh-Sungguh, Kontinuitas dan Cita-cita

Peserta didik harus sungguh-sungguh di dalam belajar dan

mampu mengulangi pelajarannya secara kontinu pada awal malam dan

di akhir malam, yakni waktu antara maghrib dan isya‟ dan setelah

waktu sahur, sebab waktu-waktu tersebut kesempatan yang

memberkahi. Peserta didik jangan sampai membuat dirinya terlalu

kepayahan, sehingga lemah dan tidak mampu berbuat sesuatu.

Kesungguhan dan minat yang kuat adalah merupakan pangkal

kesuksesan. Oleh karena itu, barang siapa mempunyai minat yang kuat

untuk menghafal sebuah kitab misalnya. Maka menurut ukuran

lahiriyah, tentu ia akan mampu menghafalnya, separuh, sebagian besar,

atau bahkan seluruhnya.

Page 46: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

34

f. Permulaan dan Intensitas Belajar Serta Tata Tertibnya

Belajar hendaknya dimulai pada hari rabu, sebab hari itu Allah

menciptakan nur (cahaya), hari sialnya orang kafir yang berarti hari

berkahnya orang mukmin. Bagi pemula hendaknya mengambil

pelajaran yang sekiranya dapat dikuasai dengan baik setelah di ulangi

dua kali. Kemudian tiap hari ditambah sedikit demi sedikit, sehingga

apabila telah banyak masih mungkin dikuasai secara baik dengan

mengulanginya dua kali, seraya ditambah sedikit demi sedikit lagi.

Selain itu, untuk pemula hendaknya dipilihkan kitab-kitab yang kecil,

sebab dengan begitu akan lebih mudah dimengerti dan dikuasai dengan

baik serta tidak menimbulkan kebosanan. Ilmu yang telah dikuasai

dengan baik, hendaknya dicatat dan diulangi berkali-kali. Jangan

sampai menulis sesuatu yang tidak dipahami, sebab hal itu bisa

menumpulkan kecerdasan dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka.

Diskusi, menurut al-Zarnuji juga perlu dilakukan oleh peserta didik.

Manfaat diskusi lebih besar dari pada sekedar mengulangi, sebab

dalam diskusi, selain mengulangi juga menambah ilmu pengetahuan.

Al-Zarnuji juga mengingatkan agar diskusi dilaksanakan dengan penuh

kesadaran serta menghindari hal-hal yang membawa akibat negatif.

Peserta didik hendaknya membiasakan diri senang membeli kitab.

Sebab hal itu akan bisa memudahkan ia belajar dan menelaah

pelajarannya. Oleh karena itu, hendaknya peserta didik berusaha

sedapat mungkin menyisihkan uang sakunya untuk membeli kitab.

Menurut al- Zarnuji peserta didik di masa dahulu belajar bekerja dulu,

baru kemudian belajar, sehingga tidak tamak kepada harta orang lain.

Page 47: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

35

g. Tawakkal Kepada Allah Swt

Dalam belajar, peserta didik harus tawakkal kepada Allah dan

tidak tergoda oleh urusan rezeki. Peserta didik hendaknya tidak

digelisahkan oleh urusan duniawi, karena kegelisahan tidak bisa

mengelakkan musibah, bahkan membahayakan hati, akal, badan dan

merusak perbuatan-perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hendaknya

peserta didik berusaha untuk mengurangi urusan duniawi. Peserta

didik hendaknya bersabar dalam perjalanannya mempelajari ilmu.

Perlu disadari bahwa perjalanan mempelajari ilmu itu tidak akan

terlepas dari kesulitan, sebab mempelajari ilmu merupakan suatu

perbuatan yang menurut kebanyakan ulama lebih utama dari pada

berperang membela agama Allah. Siapa yang bersabar menghadapi

kesulitan dalam mempelajari ilmu, maka ia akan merasakan lezatnya

ilmu melebihi segala kelezatan yang ada di dunia.

h. Saat Terbaik Untuk Belajar

Masa belajar adalah semenjak dari buaian hingga masuk liang

lahat. Adapun masa yang cemerlang untuk belajar adalah awal masa

muda. Belajar dilakukan pada waktu sahur dan waktu antara maghrib

dan isya‟. Namun sebaiknya peserta didik memanfaatkan seluruh

waktunya untuk belajar. Bila telah merasa bosan mempelajari suatu

ilmu hendaknya mempelajari ilmu yang lain.

i. Kasih Sayang dan Memberi Nasehat

Orang alim hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau

memberi nasehat dan jangan berbuat dengki. Peserta didik hendaknya

selalu berusaha menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Dengan

demikian orang yang benci akan luluh sendiri. Jangan berburuk sangka

dan melibatkan diri dalam permusuhan, sebab hal itu hanya

menghabiskan waktu serta membuka aib sendiri.

Page 48: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

36

j. Mengambil Pelajaran

Peserta didik hendaknya memanfaatkan semua kesempatannya

untuk belajar, hingga dapat mencapai keutamaan. Caranya dengan

menyediakan alat tulis disetiap saat untuk mencatat hal-hal ilmiah

yang diperolehnya. Al-Zarnuji mengingatkan bahwa umur itu pendek

dan ilmu itu banyak. Oleh karena itu peserta didik jangan sampai

menyia-nyiakan waktunya, hendaklah ia selalu memanfaatkan waktu-

waktu malamnya dan saat-saat yang sepi. Di samping itu peserta didik

hendaknya berani menderita dan mampu menundukkan hawa

nafsunya.

k. Wara‟ (Menjaga Diri dari yang Syubhat dan Haram) pada Masa

Belajar

Di waktu belajar hendaknya peserta didik berlaku wara‟, sebab

dengan begitu ilmunya akan lebih bermanfaat, lebih besar faedahnya

dan belajarpun lebih mudah. Sedangkan yang termasuk perbuatan

wara‟ antara lain menjaga diri dari terlalu kenyang, terlalu banyak

tidur dan terlalu banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Di samping itu, jangan sampai mengabaikan adab kesopanan dan

perbuatan-perbuatan sunnah. Hendaknya memperbanyak shalat dan

melaksanakannya secara khusyuk, sebab hal itu akan membantunya

dalam mencapai keberhasilan studinya. Dalam hal ini al-Zarnuji juga

mengingatkan kembali agar peserta didik selalu membawa buku untuk

dipelajari dan alat tulis untuk mencatat segala pengetahuan yang

didapatkannya.ada ungkapan bahwa barang siapa tidak ada buku di

sakunya maka tidak ada hikmah dalam hatinya.

l. Penyebab Hafal dan Lupa

Yang paling kuat menyebabkan mudah hafal adalah

kesungguhan, kontinu, mengurangi makan, melaksanakan shalat

malam, membaca al-Quran, banyak membaca shalawat Nabi dan

Page 49: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

37

berdoa sewaktu mengambil buku serta seusai menulis. Adapun

penyebab mudah lupa antara lain perbuatan maksiat, banyak dosa,

gelisah karena urusan-urusan duniawi dan terlalu sibuk dengan urusan-

urusan duniawi.

m. Masalah Rezeki dan Umur

Peserta didik perlu mengetahui hal-hal yang bisa menambah

rizki, umur dan lebih sehat, sehingga dapat mencurahkan segala

kemampuannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Bangun

pagi-pagi itu diberkahi dan membawa berbagai macam kenikmatan,

khususnya rizki. Banyak bersedekah juga bisa menambah rizki.

Adapun penyebab yang paling kuat untuk memperoleh rizki adalah

shalat dengan ta‟zhim, khusyu‟ sempurna rukun, wajib, sunnah dan

adatnya. Di antara faktor penyebab tambah umur adalah berbuat

kebajikan, tidak menyakiti orang lain, bersilaturrahim dan lain

sebagainya. Terlalu berlebihan dalam membelanjakan harta, bermalas-

malasan, menunda-nunda dan mudah menyepelekan suatu perkara,

semua itu bisa mendatangkan kefakiran seseorang.

Menurut al-Zarnuji, peserta didik juga harus belajar ilmu

kesehatan dan dapat memanfaatkannya dalam menjaga kesehatan

dirinya. Demikianlah deskripsi isi kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thuruq

al-Ta‟allum karya al-Zarnuji. Beliau menulis kitab seperti itu, karena

di masanya beliau mengetahui banyak peserta didik yang telah belajar

dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak bisa menyiarkannya. Menurut

al-Zarnuji hal tersebut dikarenakan mereka salah jalan dan

meninggalkan syarat-syarat yang seharusnya mereka penuhi. Oleh

karena itu, beliau menulis kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Thuruq al-

Ta‟allum dengan maksud menjelaskan kepada para peserta didik

tentang cara yang seharusnya mereka tempuh agar tidak salah jalan,

Page 50: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

38

sehingga studi yang ditempuhnya bisa berhasil secara optimal dan

bermanfaat.

3. Penutup

Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim thariq al-ta‟allum diakhiri dengan

bab yang ke 13 berisi tentang fasal pendatang dan penghalang rizki, serta

pemanjang dan pengurang umur. Setelah itu beliau mengucapkan rasa

syukur kepada Allah yang telah mengajarkan manusia sesuatu yang tidak

diketahuinya, yang memberikan nikmat dan kemulyaannya dengan

adanya petunjuk. Dan dengan adanya kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq

al-Ta‟allum yang ditulis oleh Syekh Ibrahim bin Ismail al-Zarnuji semoga

dapat memberi manfaat kepada para penuntut ilmu.37

G. Kitab Ta’lim Al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum di Indonesia

Belum pernah diketahui secara pasti, kapan kitab Ta‟lim Al-

Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum pertama kali masuk ke negeri kita. jika

diasumsikan dibawa oleh para Wali Songo, maka kitab tersebut telah

diajarkan disini mulai abad 14 Masehi. tapi jika diasumsikan bahwa dia

masuk bersamaan periode kitab-kitab karangan Imam Nawawi Banten, maka

Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum baru masuk ke Indonesia pada akhir

abad 19 Masehi. Jika diasumsikan pada perspektif madzhab, di mana kaum

muslimim Indonesia mayoritas bermadzhab Syafi‟i sedangkan Ta‟lim Al-

Muta‟allim Thariq al-Ta‟allum bermadzhab Hanafi, maka kitab itu masuk

lebih belakangan lagi.

Berdasarkan tiga asumsi di atas, maka kitab tersebut diajarkan di

Indonesia pertama kali tentu tidak di sekolah-sekolah, karena waktu itu masih

dalam era kolonial dan mereka tidak pernah mendirikan sekolah agama Islam.

Satu-satunya kemungkinan, dan insya Allah ini pasti, yaitu diajarkan pertama

kali di Pondok Pesantren.

37 AL-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Ahmad Zacky el-Syafa Dan Faizah Ulfah

Choiri, ( Yogyakarta: Mutiara Media, 2014)

Page 51: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

39

Kenyataan yang ada sampai sekarang, Ta‟lim Al-Muta‟allim Thariq

al-Ta‟allum sangat populer di setiap Pesantren, bahkan seakan menjadi buku

wajib bagi setiap santri. Sedang di madrasah luar Pesantren apalagi di

sekolah-sekolah negeri, kitab tersebut tidak pernah dikenal, dan baru sebagian

kecil mulai mengenalnya semenjak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Hipothesa ini diperkuat dengan kenyataan adanya perbedaan sikap moral

keilmuan yang dimiliki oleh para alumni Pesantren dengan alumni sekolah-

sekolah non Pesantren. Sikap keilmuan para alumni pesantren rata-rata lebih

moralis dibanding non Pesantren. Keilmuan alumni sarat dengan nilai moral

spiritual sebagaimana yang diajarkan dalam kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim

Thariq al-Ta‟allum, sementara yang non Pesantren relatif kecil atau bahkan

hampa dari nilai-nilai tersebut. Meski demikian, tidak berarti Pesantren lebih

sempurna dibanding sekolah non Pesantren.38

38 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Aliy As‟ad, (Yogyakarta: Mutiara Kudus,

2007) h.ix-x

Page 52: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melakukan sebuh karya ilmiah penulis mengemukakan

pengumpulan data metode yang digunakan adalah berbentuk kajian

kepustakaan (library research). Langkah awal dari penelitian ini adalah

mengumpulkan bahan-bahan yang berkenaan dengan pembahasan penelitian

diPerpustakaan.39

B. Metode Penelitian

Metode penelitian ini yang digunakan dalam pembahasan ini adalah

metode studi tokoh. Jadi dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan

atau mengambarkan serta menganalisis tentang cara peserta didik dalam

mencari ilmu menurut al-Zarnuji dalam kitab Ta‟lim Muta‟allim Thariq al-

Ta‟allum.

C. Sumber Data

1. Sumber data primer

Sumber data primer pada penulisan skripsi ini yakni karya- karya yang

ditulis oleh al-Zarnuji seperti:

a. Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Ahmad Zacky el-Syafa dan

Faizah Ulfah Choiri, Yogyakarta: Mutiara Media, 2014

b. Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Aliy As‟ad, Yogyakarta:

Mutiara Kudus, 2007

2. Sumber data sekunder

Sedangkan yang menjadi data sekunder adalah buku dan karya-karya

al-Zarnuji lainnya yang berkenaan dengan pendapat al-Zarnuji seperti:

39Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Batusangkar, Buku pedoman Penulisan

Skripsi STAIN Batusangkar 2004, h.18

Page 53: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

41

a. Buku Abbudin Nata, Pemikiran para tokoh pendidikan

Islam,Jakarta:PT Grafindo Persada,2000

b. Buku terj: kitab adabul alim wal muta‟allim Hasyim Asy‟ari, tt.

c. Beberapa tokoh pendidikan Indonesia dan buku-buku pendidikan

kemudian referensi lain yang menunjang permasalahan yang terdapat

dalam proposal skripsi ini.

D. Teknik dan Langkah Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi

dokumentasi (naskah). Naskah yang diteliti adalah buku karangan al-Zarnuji

sebagai sumber utama. Selain itu buku-buku lain yang termasuk sumber

pendukung yang berkaitan dengan penelitian yang diteliti. Peneliti menyeleksi

bahan-bahan agar dapat dipisahkan antara data yang relevan dengan yang

tidak relevan yang sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang diteliti.

Penulis melakukan teknik dokumentasi karena tokoh yang penulis teliti sudah

meninggal dunia dan tidak munkin lagi untuk melakukan wawancara dan

observasi langsung kepada tokoh yang penulis teliti.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Menentukan persoalan bidang keilmuan yang dianggap penting

2. Memilih tokoh pendidikan.

3. Identifikasi kelebihan, keberhasilan, dan kehebatan sang tokoh.

4. Menentukan fokus studi.

5. Menentukan instrumen studi yang cocok dengan penelitian yang penulis

teliti, adapun instrumen yang penulis gunakan adalah catatan

dokumentasi.

6. Melaksanakan studi. Maksudnya adalah menghimpun berbagai data dan

fakta mengenai keistimewaan sang tokoh secara mendalam dan

komprehensif berdasarkan fokus studi yang telah ditentukan.

7. Pengecekan keabsahan data

Page 54: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

42

8. Menarik kesimpulan.40

Berdasarkan langkah-langkah pengumpulan di atas maka penulis

dalam penulisan ini melakukan pengumpulan data sebagai berikut :

1. Menentukan persoalan bidang keilmuan yang dianggap penting. Dalam

penelitian ini bidang keilmuan yang penulis bahas adalah cara peserta

didik dalam mencari ilmu.

2. Memilih tokoh pendidikan. Dalam penelitian ini penulis memilih al-

Zarnuji, mengenai pemikirannya tentang cara peserta didik dalam mencari

ilmu

3. Identifikasi kelebihan, keberhasilan, dan kehebatan sang tokoh.

Maksudnya adalah penulis mengidentifikasi kelebihan, keberhasilan, dan

kehebatan al-Zarnuji, mengenai pemikirannya tentang cara peserta didik

dalam mencari ilmu

4. Menentukan fokus studi. Maksudnya adalah penulis memilih konsep

pendidikan dalam pendidikan agama Islam sebagai fokus studi dalam

penelitian ini.

5. Menentukan instrumen studi yang cocok dengan penelitian yang penulis

teliti. Instrument yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

catatan dokumentasi tentang pemikiran al-Zarnuji.

6. Melaksanakan studi. Maksudnya adalah penulis menghimpun berbagai

data dan fakta mengenai keistimewan al-Zarnuji mendalam dan

komprehensif berdasarkan fokus studi yang telah ditentukan.

7. Pengecekan keabsahan data. Maksudnya adalah penulis membandingkan

pemikiran al-Zarnuji yang dijelaskan dalam pembahasan studi.

8. Menarik kesimpulan. Maksudnya adalah penulis menyimpulkan hasil

pemikiran al-Zarnuji tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu.

40Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh Metode Penelitian Mengenai Tokoh,

( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005) h. 41-44

Page 55: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

43

E. Jenis dan Teknik Analisis Data

Jenis analisis data yang penulis teliti adalah jenis analisis taksonomi

(taksonomi analysis). Analisis taksonomi adalah analisis yang tidak hanya

penjelajahan umum, melainkan analisis yang memusatkan perhatian pada

domain tertentu yang sangat berguna untuk menggambarkan fenomena atau

masalah yang menjadi sasaran studi. Jadi analisis taksonomi merupakan

analisis seluruh data yang terkumpul berdasarkan dengan domain yang telah

ditetapkan, dengan demikian domain yang telah ditetapkan menjadi acuan

atau cover term sehingga bisa menganalisis data tersebut secara mendalam

dan menyeluruh. 41

Arief Furchan mendefenisikan bahwa analisis taksonomi merupakan

analisis yang tidak hanya berupa penjelajahan umum, melainkan analisis yang

memusatkan perhatian pada domain tertentu yang sangat berguna untuk

mengambarkan fenomena atau masalah yang menjadi sasaran studi.42

Teknik ini menggunakan pendekatan kontras non kontras antar

elemen. Teknik ini diawali dengan memfokuskan perhatian pada salah satu

domain yang digeluti tokoh, kemudian membaginya menjadi sub domain.43

Pada teknik analisis ini, domain-domain yang dipilih untuk diteliti

secara mendalam merupakan fokus studi yang perlu diacak struktur internal

masing-masing, yang mana secara keseluruhan konsep yang akan dibahas

menjadi lebih terarah, lebih terperinci, dan lebih mendalam.

Analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif dalam studi tokoh dapat dilakukan melalui langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Menemukan pola atau tema tertentu. Artinya peneliti berusaha

menangkap karakteristik pemikiran sang tokoh dengan menata dan

41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2011) hal.261

42 Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh....hal.65-66

43

Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh....hal 65

Page 56: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

44

melihat berdasarkan dimensi suatu bidang keilmuwan sehingga dapat

ditentukan pola atau tema tertentu.

b. Mencari hubungan logis antar pemikiran sang tokoh dalam berbagai

bidang, sehingga dapat ditemukan alasan mengenai pemikiran tersebut.

c. Mengklafikasi dalam arti membuat pengelompokan pemikiran sang tokoh

sehingga dapat dielompokan kedalam berbagai bidang atau aspek

kependidikan pendidikan Islam yang sesuai.

d. Mencari gagasan yang spesifik. Artinya, berdasarkan temuan-temuan

yang spesifik tentang sang tokoh, diharapkan peneliti dapat menemukan

aspek-aspek yang dapat digeneralisasikan untuk tokoh lain yang serupa.44

44 Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh....hal.61-62

Page 57: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

45

BAB IV

PAPARAN DATA STUDI

Cara Peserta Didik dalam Mencari Ilmu Menurut al-Zarnuji

Macam-macam cara yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam

mencari ilmu menurut al-Zarnuji dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Niat Ketika Menuntut Ilmu

Sebuah keharusan bagi seorang pelajar untuk berniat ketika belajar,

sebab niat adalah pokok dari segala perbuatan, sebagaimana yang

disabdakan oleh Rasulullah Saw,” Sesungguhnya sahnya perbuatan itu

tergantung niatnya.” dalam niat dibutuhkan keikhlasan. Menjadi pribadi

yang ikhlas ini memang sangat sulit. Bahkan Rasulullah Saw sendiri yang

terkenal dengan “madinat al-„ilm” (kota ilmu) harus berpikir keras hingga

mengernyitkan dahi ketika beliau ditanya para sahabat tentang defenisi

ikhlas. Setelah terdiam, Rasulullah memusatkan perhatian dan

menyampaikan pertanyaan serupa kepada Jibril.”aku bertanya kepada

Jibril tentang ikhlas, apakah ikhlas itu?”lalu Jibril bertanya kepada Tuhan

yang mahasuci tentang ikhlas,”apakah sebenarnya ikhlas itu ?”Allah Swt

menjawab Jibril dengan berfirman ,” Suatu rahasia dari rahasia-Ku yang

Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Ku- cintai.45

Kalau gambaran ikhlas itu sebagaimana yang diajarkan Allah melalui

Jibril yang disampaikan kepada Rasulullah Saw tersebut, maka betapa

banyaknya di antara kita yang tidak memiliki rasa ikhlas. Realitas

membuktikan bahwa betapa banyak orang yang mengorbankan keikhlasan

demi meraih prestise duniawi. Berapa banyak pula keikhlasan dikorbankan

demi meraih kepentingan sesaat. 46

45 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Ahmad Zacky el-Syafa dan Faizah Ulfah

Choiri, ( Yogyakarta: Mutiara Media, 2014) h. 33-36

46

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 36

Page 58: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

46

Jadi ikhlas adalah bersihnya hatinya dari segala penyakit yang

mengotorinya. Ia tidak dilingkupi oleh ego yang mengotori hati. Ia keluar

dari ego itu menuju Allah ,”Fafirru Ilallah,” maka larilah sekencang-

kencangnya menuju Allah. Karena itu hendaknya para pelajar mempunyai

niat yang sungguh-sungguh untuk menutut ilmu dengan niatan mencari

ridha Allah Swt, serta kebahagian diakhirat kelak. Hendaklah seorang

pelajar mempunyai niat untuk bersyukur atas anugerah akal dan badan

sehat. Janganlah berniat mencari popularitas (ketenaran) di hadapan

manusia, mencari harta benda serta kemuliaan di hadapan penguasa atau

yang lainnya. 47

Sebaiknya, bagi setiap pelajar untuk berpikir secara sungguh-sungguh

terhadap hal-hal yang telah diuraikan diatas. Karena itu, hendaknya ia

belajar dengan mencurahkan segenap daya dan upayanya, agar

memperoleh pengetahuan yang banyak. Namun demikian, pengetahuan

(ilmu) tersebut janganlah dipergunakan untuk mencari harta dunia yang

rendah yang tak ada nilainya, serta akan hancur binasa. Sebaiknya bagi ahli

ilmu jangan sampai berbuat dan bertindak dengan hal-hal yang dapat

merendahkan dirinya sendiri, seperti berlaku tamak terhadap sesuatu yang

tidak semestinya, karena sifat itu akan dapat menjerumuskannya ke dalam

kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Karenanya, ia harus berlaku tawaduk (

merendahkan diri), yakni sifat yang berada di tengah-tengah sombong dan

kecil hati serta berbuat „iffah( menjaga harga diri).

B. Memilih Ilmu, Guru, Teman

Sepatutnya bagi pelajar untuk memilih ilmu yang baik, yang

diperlukan bagi (kebaikan) urusan agama, dan dapat dipergunakan pada

masa yang akan datang. Karena itu, hendaknya ia mendahulukan

(mempelajari) ilmu tauhid (ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan),

47 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim...,h. 40-41

Page 59: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

47

sehingga dapat mengetahui dan memahami Allah Swt dengan dalil-dalil

dan bukti-bukti yang jelas, bukan hanya sekedar mengikuti tanpa dalil yang

jelas (taklid). Meskipun taklid dalam urusan iman itu sah, namun berdosa

apabila meninggalkan bukti-buktinya. Hendaknya, seorang pelajar juga

memilih ilmu kuno, janganlah ia memilih ilmu yang hadits (baru). Para

ulama berkata, “tetaplah kalian pada ilmu kuno, dan janganlah kalian

mempelajari ilmu yang baru. Dan janganlah pula kalian mempelajari

(mempergunakan) ilmu jadal (debat), yaitu ilmu yang lahir pasca ulama-

ulama besar meninggal dunia. Karena itu debat itu akan dapat menjauhkan

seorang pelajar untuk mempelajari ilmu fiqih, menyia-nyiakan umur,

menimbulkan permusuhan.”Selain itu , ilmu debat merupakan salah satu

tanda dicabutnya ilmu dan fiqih.48

Dalam memilih suatu cabang ilmu atau spesialisasi tertentu, al-Zarnuji

menekankan seorang murid tidak boleh memilihnya sendiri, akan tetapi

harus menyerahkannya kepada guru. Karena guru lebih mengetahui ilmu

yang cocok baginya berdasarkan watak dan kecendrungan muridnya.

Berbeda dengan murid-murid sekarang yang selalu memilih pengajiannya

sendiri, akibatnya mereka tidak berhasil meraih ilmu yang dicita-citakan.

Untuk memperkuat penjelasannya ini, al-Zarnuji menceritakan bahwa

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, memulai mengaji dari bab shalat di

hadapan Muhammad bin al-Hasan. Lalu gurunya itu berkata:” pergilah dan

belajarlah ilmu hadis.” Gurunya menyarankan demikian karena ia

mengetahui watak dan kecenderungan imam al-Bukhari. Kemudian Imam

al-Bukhari menuntut ilmu hadis, akhirnya ia menjadi pelopor seluruh

ulama hadis.

Adapun memilih guru, hendaknya seorang pelajar memilih guru yang

benar-benar memiliki intelektualitas yang tinggi, lebih wira‟i (menjaga

48 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim...,h. 48-49

Page 60: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

48

kehormatan diri) dan lebih tua. Al-Hakim berujar,” jika engkau inggin

melanglang buana ke daerah Bukharah, janganlah tergesa-gesa larut dalam

perselisihan para iman. Tenanglah terlebih dahulu selama dua bulan,

sehingga engkau dapat mempertimbangkan sekaligus merenungkan dalam

memilih guru. Maka sesungguhnya jika engkau pergi belajar kepada orang

alim dan mulai belajar kepadanya, namun engkau tidak cocok kepada

pelajarannya, sehingga engkau meninggalkan dan mencari guru yang lain,

akhirnya engkau tidak mendapatkan dalam belajarmu. Pertimbangkan dan

renungkanlah selama dua bulan dalam memilih guru. Musyawarahlah

dalam memilih guru, sehingga tepat dan tidak meninggalkan dan berpaling

darinya. Jika itu engkau lakukan, maka engkau akan mendapat kemantapan

dan berkah dalam belajarmu, dan pada gilirannya ilmu yang engkau

peroleh mempunyai nilai kemanfaatan yang banyak. Ketahuilah bahwa

sesungguhnya sabar dan tabah kala menuntut ilmu merupakan pangkal

keutamaan dalam setiap perkara, namun jarang yang mampu

melakukannya.

Adapun dalam memilih teman, hendaklah seorang pelajar memilih

teman yang rajin, wira‟i, berwatak jujur dan lurus, serta teman yang mudah

memahami, baik memahami masalah maupun memahami teman lainnya,

juga hendaklah ia juga menjauhi (lari) teman yang malas, suka

menganggur, banyak omong, berperilaku rusak, serta suka memfitnah.

C. Bersungguh-sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita

Selanjutnya menurut al-Zarnuji yaitu hendaklah seorang pelajar selalu

bersungguh-sungguh, kontinu dan mulazamah, sebab ketiganya itu telah

diisyaratkan oleh Allah Swt dalam Al-Qur‟an. Sebagaimana firman Allah

Swt dalam Q.S al-Ankabut: 69

Page 61: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

49

“ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,

benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan

Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat

baik.” (Q.S al-Ankabut:69)49

Siapa mencari sesuatu disertai kesungguhan, tentu ia akan

memperoleh apa yang diharapkannya. Siapa yang mengetuk pintu berkali-

kali, maka pasti dapat memasuki. Dalam belajar dan memahami ilmu fiqih

pasti membutuhkan kesungguhan tiga orang, yaitu:

1. Orang belajar

2. Guru pengajar

3. Bapaknya, bila masih hidup50

Hendaknya juga seorang pelajar membiasakan diri untuk terjaga

diwaktu malam sebagaimana yang tertuang dalam sebuah syair:

“Sesuai dengan kadar kesungguhan, akan diperoleh derajat

yang luhur. Barang siapa mengharapkan derajat yang luhur, maka

baginya terjaga di waktu malam. Engkau mengharapkan derajat yang

luhur, namun engkau tidur tiap malam. Ketahuilah, intan permata kan

didapat hanya dengan menyelam di lautan. Derajat yang luhur hanya

bisa diperoleh dengan cita-cita yang tinggi. Kemudian seorang

hanyalah bisa diperoleh dengan terjaga di waktu malam. Barang siapa

yang menghendaki keluhuran tanpa mau bersusah payah. Maka ia

telah menyia-nyiakan umur untuk meraih sesuatu tak pernah didapat.

Semoga Allah memberikan pertolongan kepadaku agar berhasil dalam

menuntut ilmu. Dan semoga pula ia menyampaikan kepadaku pada

ketinggian ilmu. karena itu, jadikanlah waktu malam sebagai

kendaraan yang dapat membawamu menuju cita-cita yang engkau

idam-idamkan. Kurangilah makan, supaya mampu terjaga di waktu

malam. Jika engkau inggin wahai saudaraku mencapai segala

kesempurnaan. dikatakan,” barang siapa yang selalu terjaga malam,

maka ia akan merasakan kebahagiaan saat siang telah tiba.”51

49 Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang: Menara Kudus, 2006)

50

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.73-74

51

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.75-77

Page 62: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

50

Bagi seorang pelajar, hendaklah ia selalu kontinu dalam belajar, selalu

mengulang-ngulang pelajarannya, terutama saat awal dan akhir malam,

karena sesungguhnya antara Maghrib dan Isya serta waktu sahur

merupakan waktu yang penuh dengan berkah. Seorang pelajar hendaknya

mempergunakan masa muda, dimana dia masih kuat dan gagah, untuk

dijadikan kesempatan dalam meraih cita-cita dan harapan. Dan janganlah

membuat payah diri sendiri, sehingga menjadi lemah tak berdaya

(memaksakan diri sendiri) dan tak mampu berbuat apa-apa. Ia harus

berlaku sopan santun terhadap diri sendiri, karena hal itu merupakan dasar

utama setiap hal.

Rasulullah Saw bersabda,” ingatlah bahwa Islam ini adalah agama

yang kuat. Maka dari itu, lakukanlah agama itu dengan santun terhadap diri

sendiri. Janganlah engkau membuat dirimu jengkel dan sengsara lantaran

beribadah kepada Allah. Karena orang yang telah hilang kekuatannya tak

akan bisa memutus bumi dan tiada pula mampu untuk kembali (menjadi

sehat seperti sedia kala).”52

Sebaiknya bagi seorang pelajar mempunyai cita-cita yang tinggi dan

luhur dalam menuntut ilmu, sebab orang bisa terbang dangan cita-citanya

laksana burung yang terbang dengan kedua sayapnya. Orang yang terkecil

akan nampak mulia, bila ia mempunyai cita-cita yang besar. Sebaliknya,

orang yang besar akan tampak kecil, bila ia mempunyai cita-cita yang

rendah (kecil). Pangkal untuk menghasilkan segala sesuatu adalah dengan

ketekunan dan cita-cita yang luhur. Namun ia mempunyai cita-cita yang

luhur, tetapi tiada diimbangi dengan kesungguhan atau bersungguh-

sungguh, dan tidak diimbangi dengan cita-cita yang luhur, maka ia tidak

akan berhasil memperoleh ilmu, kecuali hanya sedikit saja.

52 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.78-79

Page 63: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

51

Maka dari itu, sebaiknya seorang pelajar senantiasa tekun dan kontinu

serta mengingatkan diri (memperdayah diri) dalam menghayati semua

keutamaan ilmu, karena ilmu akan kekal (tetap) sementara harta benda

akan hancur dan tiada abadi. Dikatakan ilmu yang bermanfaat apabila

orang itu telah berhasil mengamalkannya, sehingga ia memperoleh predikat

yang baik (sebutan yang baik). Walaupun ia telah meninggal dunia, namun

namanya harum sepanjang masa. Syaik al-Islam Burhanuddin bersyair

yang berbunyi orang bodoh laksana orang yang sudah mati, meskipun

belum datang saat kematiannya. Dan jasadnya bagai sudah terkubur,

meskipun belum dikubur. Sesungguhnya orang tiada hidup dengan ilmu,

bagaikan mayat. Ketika ia bangkit dari kuburnya. Hidupnya hati adalah

ilmu, karena itu pergunakanlah, sedang hati yang mati adalah wujud

kebodohan, karena itu jauhilah. Maka bersungguh-sungguhlah dalam

mempelajari segala yang tak tahu. Sebab awal kebahagian, begitu juga

dengan ilmu. 53

D. Tawakal dan Ketabahan

Selanjutnya menurut al-Zarnuji, hendaknya seorang pelajar selalu

berserah diri (tawakal) kepada Allah selama menuntut ilmu. Janganlah

hatinya terkait dengan urusan rezeki, dan sibuk untuk memikirkan akan

hali itu. Seorang pelajar seharusnya mengurangi ketergantungan hatinya

dari urusan keduniawian menurut kadar kemampuannya. Dan atas dasar

inilah, para ulama memilih mengembara, merantau, mencari ilmu ke kota

lain ( dalam istilah sekarang mondok atau nyantri). Namun demikian

seorang pelajar harus pula mampu memikul beban penderitaan saat

merantau mencari ilmu, sebagaimana perkataan Nabi Musa alaihis salam-

kala beliau merantau mencari ilmu,” Sungguh telah kualami beban

penderitaan kala aku berkenan mencari ilmu.” Perkataan nabi musa

53 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.80-90

Page 64: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

52

tersebut hanyalah berkaitan dengan kepergian beliau untuk mencari ilmu

semata, supaya para pelajar saat ini mengerti bahwa sesungguhnya

menuntut ilmu tidaklah sepi dari kepayahan dan keprihatinan, di samping

karena mencari ilmu adalah perintah yang agung. 54

Maka dianjurkan agar setiap orang mampu menundukan nafsunya

dengan cara banyak-banyak beramal shaleh, sehingga tidak ada lagi

peluang untuk menuruti hawa nafsu. Tidak sepatutnya bagi orang yang

berakal digelisahkan oleh urusan duniawi, susah gelisah disini tidak akan

dapat menolak musibah, tidak juga bermanfaat bahkan membahayakan

hati, akal dan badan, lagi pula merusaka amal kebajikan. Tapi hendaklah

memusatkan perhatian pada urusan akhirat, karena hal inilah yang bakal

bermanfaat. 55

Sebaiknya seorang pelajar mempunyai ketabahan dan kesabaran dalam

belajar kepada seorang guru, dalam menelaah kitab, sehingga tidak

meninggalkan sia-sia sebelum mempelajarinya dengan sempurna. Tabah

dan sabar dalam menghadapi satu bidang ilmu pengetahuan dan tidak

berpindah kepada ilmu yang lainya, tetap dalam satu daerah dan tidak

berpindah ke daerah yang lain. Maka jika hal itu dilakukan , maka akan

dapat membuat urusan menjadi tak karuan, meresahkan hati, waktupun

menjadi sia-sia serta menyakiti hati sang guru.56

Seorang pelajar juga harus bersabar atas segala bencana dan ujian

seperti yang dikatakan,” Gudang di mana anugrah tersimpan penuh dengan

ujian dan bencana.” Aku pernah dibacakan senandung syair Sayyidina Ali

bin Abu thalib Karramallahu Wajhah yang berbunyi sebagai berikut,

ingatlah,,,!engkau takkan memperoleh ilmu tanpa memenuhi enam syarat.

54 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 119

55

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Aliy As‟ad...,h.101-102

56 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim...,h. 49-53

Page 65: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

53

Kututurkan ini kepadamu, kan kujelaskan segalanya. Cerdas, loba, sabar,

berbekal, petunjuk guru dan waktu yang panjang.

Menuntut ilmu juga merupakan perbuatan yang lebih mulia bila

dibandingkan dengan perang menurut mayoritas agama. Karena itu, pahala

yang didapat sebanding dengan tingkat kepayahan kala mencarinya.

Barang siapa yang bersabar, maka ia akan menemukan manisnya ilmu

mengungguli segala bentuk kemanisan (kelezatan) yang ada di dunia ini.57

E. Mengharapkan Faedah ( Istifadah)

Seorang pelajar seharusnya senantiasa mengharap faedah di setiap

waktunya, sehingga ia benar-benar berhasil meraih keutamaan, dengan

jalan hendaklah ia di setiap kesempatan selalu membawa alat tulis (tempat

tinta, pulpen dan buku tulis). Dan dengan alat tulis itu, ia akan mencatat

semua apa yang didengar, yang berkaitan dengan faedah keilmuan.

Dikatakan,” barang siapa yang hafal, tentu suatu saat akan hilang (lupa),

namun barang siapa yang mencatat pastiakan tetap sepanjang masa.

Dikatakan pula, bahwa yang dinamakan ilmu adalah sesuatu yang diambil

dari perkataan ulama, karena mereka menghafalkan hal-hal yang baik dari

apa yang didengarnya, dan diucapkannya, yang kesempatannya itu berasa l

dari hafalannya yang paling baik.58

Syaik al-Shadrus Syahid Husamuddin berwasiat kepada putranya

Syaikh Syamsuddin agar senantiasa setiap hari menghafalkan sedikit demi

sedikit dari ilmu dan hikmah, karena hal itu mempermudah menghafalnya,

sekaligus akan dapat memperbanyak hafalan. Karena itu, Syaikh Isham bin

Yusuf membeli pulpen seharga satu dirham yang dipergunakan untuk

mencatat apa yang didengarnya pada waktu-waktu tertentu. Sebab umur

sangatlah pendek, sementara ilmu sangatlah luas dan banyak. dengan

demikian, sepatutnya seorang pelajar tidak menyia-nyiakan waktu dan

57 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 126-127

58

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 142-143

Page 66: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

54

kesempatan, dengan mengunakan (untuk belajar dan mengharapkan

faedah) saat malam telah kelam atau tempat-tempat yang sunyi. Seorang

pelajar hendaknya tabah dalam memikul beban penderitaan selama masa

menuntut ilmu dan selalu merasakan keterpautan hati, meskipun hal itu

tidak diperkenankan dan merupakan tindakan yang hina, namun hal itu

diperbolehkan pada saat menuntut ilmu. Oleh karena itu, seharusnya

seorang belajar selalu terpaut hatinya kepada guru-guru dan teman-

temannya serta yang lainya, yang kesemuanya itu tiada lain kecuali

mengharapkan faedah dari mereka. Dikatakan, ilmu tak akan ditentukan

tanpa kehinaan yang tiada kemuliaan di dalamnya.” Dikatakan dalam

sebuah syair: aku melihat napasmu mengingatkan kemuliaan. Maka engkau

tak akan pernah memperoleh kemuliaan tanpa merendahkan nafsu yang

bersemayam dalam dirimu itu. 59

F. Wara’ (Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa

Belajar

Dalam kaitannya dengan masalah wara‟ ini para ulama meriwayatkan

sebuah hadis Rasulullah Saw. Beliau bersabda ,”barang siapa yang tidak

bersikap wira‟i dalam belajarnya maka Allah Swt akan menimpakan

bencana kepadanya dari salah satu tiga perkara;

1. Mati dalam usia remaja

2. Ditempatkan diperkampungan orang bodoh

3. Ia akan dijadikan abdi penguasa.60

Jikalau masih ada seorang pelajar yang hidup wara‟ dalam belajarnya,

maka ilmunya akan menjadi lebih bermanfaat dan dimudahkan belajarnya

serta akan memperoleh faedah yang banyak. “

Sebagian dari sifat wara‟ adalah hendaklah seorang pelajar menjaga

diri dari kekenyangan, suka tidur dan suka bicara yang tiada manfaat.

59Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 144-146

60

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 147

Page 67: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

55

Begitu pula hendaknya ia sebisa mungkin untuk tidak makan makanan

pasar, karena makanan pasar itu lebih mendekatkan kepada makanan najis

dan kotor, di samping itu pula dapat menjauhkan diri kepada Allah Swt,

serta dapat mengakibatkan mudah lupa. Hal lain yang menjadi alasan

barangkali saat itu ada para fakir yang melihatnya dan mereka

mengingginkan makanan tersebut, namun tidak mampu untuk membelinya,

sehingga menyebabkan sakit hati. Karenanya, memakan makanan pasar

akan dapat menghilangkan berkah makanan tersebut.

Demikian para pelajar tempo dulu berbuat waro‟ dan ternyata mereka

mendapat taufiq ilmu dan penyebarannya sehingga keharuman nama

mereka abadi sepanjang masa.61

Termasuk sebagian dari sifat wara‟ adalah

hendaknya menjauhi orang yang rusak, suka berbuat maksiat dan orang

yang suka menganggur, karena kesemuanya itu pasti akan membawa

pengaruh. hendaknya juga seorang pelajar yang wira‟i selalu menghadap

kiblat saat belajar, berlaku sebagaimana sunnah nabi Muhammad Saw.

Memohon doa kepada orang yang baik, serta menjaga diri dari doa orang

yang teraniaya.

Seyogyanya seorang pelajar tidak menganggap remeh terhadap adab

(etika, tata krama) dan kesunahan ( ibadah-ibadah sunnah). Sebab barang

siapa yang menganggap remeh perbuatan sunnah, maka tertutup baginya

untuk menjalankan perbuatan fardhu. Dan kalau perbuatan fardhu sudah

dianggap remeh, maka akan terhalang baginya pahala akhirat. Sebagian

ulama mengatakan hadis tersebut berasal dari Rasulullah Saw. Begitu juga

sebaiknya seorang pelajar selalu memperbanyak melakukan shalat sunnah

dan mendirikan shalat dengan khusuk, karena hal itu dapat memberi

pertolongan kepada keberhasilan memperoleh ilmu dan belajar. Sebaiknya

seorang pelajar ber-musahabah (berteman) atau selalu membaca buku

61 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Aliy As‟ad..., h. 123

Page 68: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

56

catatan pelajaran di setiap kesempatan, agar dapat dipelajari (muthala‟ah).

Sebab dikatakan ,”barang siapa yang tidak menaruh buku catatan di lengan

bajunya, maka hikmah yang diperolehnya tidak akan bersemayam dalam

kalbunya . Begitu pula hendaknya buku yang dibawa itu berwarna putih

(buku yang masih kosong dan belum ada tulisannya) dan juga tidak lupa

membawa alat tulis, supaya dapat mencatat segala ilmu yang didengar. 62

62 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.147-154

Page 69: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

57

BAB V

PEMBAHASAN STUDI

Dengan penelitian ini peneliti memilih Hasyim Asy‟ari yang kitabnya

yaitu Adab Alim Wal Muta‟allim sebagai pembanding pemikiran al-Zarnuji

tentang cara peserta didik dalam mencari ilmu. Adapun alasan kenapa peneliti

memilih Hasyim Asy‟ari sebagai tokoh pembanding pemikiran al-Zarnuji

mengenai cara peserta didik dalam mencari ilmu, karena Hasyim Asy‟ari juga

salah satu tokoh pendidikan Islam yang juga ada mengemukakan tentang cara

peserta didik dalam mencari ilmu.

K.H Hasyim Asy‟ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1871, di

Pesantren Gedang, desa Tambakrejo, sekitar dua kilo meter kearah utara kota

Jombang, Jawa Timur. Ayahnya Asy‟ari, adalah pendiri Pesantren keras di

Jombang, Sementara kakeknya, Kiai Usman, adalah Kiai terkenal dan pendiri

dipesantren gedang yang didirikan pada akhir abad ke-19. Selain itu,

moyangnya, Kiai Sihah, adalah pendiri Pesantren Tambakberas, Jombang.

Wajar saja apabila K.H. Hasyim Asy‟ari menyerap lingkungan agama dari

lingkungan Pesantren keluarganya dan mendapat ilmu pengetahuan agama

Islam. Ayah K.H Hasyim Asy‟ari sebelumnya merupakan santri terpandai di

Pesantren Kiai Usman. Ilmu dan akhlaknya sangat mengagumkan sang Kiai

sehingga dia dikawinkan dengan anaknya Halimah ( perkawinan merupakan

hal yang biasa dilakukan di Pesantren untuk menjalin ikatan antar Kiai). 63

Pada tahun 1876, ketika K.H Hasyim Asy‟ari berumur enam tahun,

ayahnya mendirikan Pesantren keras, sebelah selatan Jombang, suatu

pengalaman yang kemungkinan besar memegaruhi beliau untuk kemudian

mendirikan Pesantren sendiri. Oleh karena itu, jelaslah bahwa kehidupan masa

kecilnya di lingkungan pesantren berperan besar dalam pembentukan

63 Syamsul Kurniawan Dan Erwin Mahrus, Jejak Tokoh Pemikiran Tokoh

Pendidikan Islam, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2011) hal. 203

Page 70: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

58

wataknya yang haus ilmu pengetahuan dan kepedulian nya kepada

pelaksanaan ajaran – ajaran agama yang baik.

Bakat kepemimpinan Kiai Hasyim sudah tampak sejak masa kanak-

kanak. Ketika bermain dengan teman teman sebayanya, Hasyim kecil selalu

jadi penengah. Jika melihat temannya melanggar aturan permainan, ia akan

menegurnya. Dia membuat temannya senang bermain karena sifatnya yang

suka menolong dan melindungi sesama. Selain itu, sejak kecil kiai hasyim

juga sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasanya. Pada usia 13 tahun, dia

sudah bisa membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar (senior)

darinya. Ia juga dikenal rajin bekerja. Watak kemandirian yang ditanamkan

sang kakek (Kiai Usman), mendorong untuk berusaha, memenuhi kebutuhan

diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Itu sebabnya, Hasyim selalu

memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar mencari nafkah dengan bertani

dan berdagang. Hasilnya, hasilnya kemudian dibelikan kitab dan digunakan

untuk bekal menuntut ilmu.64

Semangatnya dalam menuntut ilmu membawa dirinya sampai ketanah

suci, Makkah. Selama di Makkah, ia berguru kepada sejumlah ulama besar,

diantaranya Syeikh Syuaib bin Abdurrahman, Syaikh Mahfudzh Al-Tirmasi

(Tremas, Pacitan), Syaikh Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Ahmad al- Athar,

Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said al-Yamani, Syaikh Rahmatullah, dan

Syaikh Bafaddhal. Sejumlah Sayyid juga menjadi gurunya, antara lain Sayyid

Abbas al-Maliki, Sayyid Sulthan Hasyim al-Daghistani, Sayyid Abdullah al-

Zawawi, Sayyid Ahmad Bin Hasan al-Atthas, Sayyid Alwi al-Segaf, Sayyid

Abu Bakar, Syatha al-Dimyathi, dan Sayyid Husain al-Habsyi yang saat itu

menjadi Mufti di Makkah. Diantara mereka, ada tiga orang yang sangat

64 Syamsul Kurniawan Dan Erwin Mahrus, Jejak Tokoh Pemikiran ..., hal. 204

Page 71: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

59

memengaruhi wawasan keilmuan kiai hasyim, yaitu Sayyid Alwi Bin Ahmad

Al-Segaf, Sayyid Husain al-Habsyi, dan Syaikh Mahfudzh al-Tirmasi.65

K.H. Hasyim Asy‟ari dikenal sebagai seorang pendidik sejati. Hampir

sepanjang hidupnya, beliau mengabdikan diri pada lembaga pendidikan,

terutama terutama di Ponpes Tebuireng, Jombang. Selain ahli dalam bidang

agama, Kiai Hasyim juga ahli dalam mengatur kurikulum pesantren, mengatur

strategi pengajaran. Di dunia pendidikan, ia adalah seorang pendidik yang

sulit dicari tandingannya. Ia menghabiskan waktu dari pagi hingga malam

untuk mengajar para santrinya. Kegiatan mengajar ia mulai pada pagi hari,

selepas memimpin shalat subuh. Ia mengajarkan kitab kepada santri hingga

menjelang matahari terbit. Dalam hal menjalankan praktik ibadah, Kiai

Hasyim senantiasa membimbing para santrinya. Ia terlihat dalam rutinitas

harian beliau yang kerap berkeliling pondok pada dini hari hanya untuk

membangunkan para santri agar segera mandi atau berwudhu guna

melaksanakan shalat tahajud dan shalat subuh. Kecintaan Kiai Hasyim pada

dunia pendidikan terlihat dari pesan yang selalu disampaikan kepada setiap

santri yang telah selesai belajar di Tebuireng. “pulanglah kekampungmu.

Mengajarlah di sana, minimal mengajar ngaji,” demikian isi pesan Kiai

Hasyim kepada para santrinya.

Sejak awal berdirinya hingga tahun 1916, pesantren Tebuireng

menggunakan sistem pengajarn sorogan dan bandongan. Dalam sistem

pengajaran ini, tidak dikenal yang namanya jenjang kelas. Kenaikan kelas

diwujudkan dengan bergantinya kitab yang telah selesai dibaca (khatam).

Materinya hanya berkisar pada materi pengetahuan agama Islam dan Bahasa

Arab. Bahasa pengantarnya adalah Bahasa Jawa dengan huruf pegon (tulisan

Arab berbahasa Jawa ). Seiring perkembangan waktu, sistem dan metode

65 Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Tokoh Pemikiran...hal. 206

Page 72: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

60

pengajaran pun ditambah, di antaranya dengan menambah kelas musyawarah

jumlahnya yang sangat kecil, karena seleksinya yang sangat ketat.66

Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam

Tradisional, K.H.Hasyim Asy‟ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti

kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya.

Pengaruh K.H.Hasyim Asy‟ari pun semakin besar dengan mendirikan

Organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan

dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. KH. Hasyim Asy‟ari dikenal

sebagai salah seorang pendiri Nu (Nahdatul Ulama). Hasyim Asy‟ari

dianugerahi gelar pahlawan kemerdekaan nasional oleh Presiden RI. Pada

tahun 1926, K.H. Hasyim Asy‟ari mendirikan partai Nahdatul Ulama(NU).

Sejak didirikan sampai tahun 1947 Rais „Am (ketua umum) dijabat oleh KH.

Hasyim Asy‟ari. Ia pernah menjabat sebagai kepala kantor Urusan Agama

pada zaman pendudukan Jepang untuk wilayah Jawa dan Madura. K.H.

Hasyim Asy‟ari wafat pada tahun 1947 di Tebuireng, Jombang Jawa Timur.

hampir seluruh waktunya diabdikan untuk kepentingan agama dan

pendidikan. 67

Berikut penulis akan mencoba membandingkan tentang cara peserta

didik dalam mencari ilmu menurut Al-Zarnuji dengan cara peserta didik

dalam mencari ilmu menurut Hasyim Asy‟ari

Perbandingan cara peserta didik dalam mencari ilmu menurut al-

Zarnuji dengan pemikiran Hasyim Asy’ari

A. Niat Ketika Menuntut Ilmu

1. al-Zarnuji

Seorang pelajar untuk berniat ketika belajar, sebab niat adalah

pokok dari segala perbuatan, sebagaimana yang disabdakan oleh

Rasulullah Saw,” Sesungguhnya sahnya perbuatan itu tergantung

66 Syamsul Kurniawan Dan Erwin Mahrus, Jejak Tokoh Pemikiran ..., hal. 208-209

67

Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Tokoh Pemikiran...hal.210-211

Page 73: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

61

niatnya.” Dalam niat dibutuhkan keikhlasan. Menjadi pribadi yang

ikhlas ini memang sangat sulit.68

Jadi, menurut al-Zarnuji niat memegang peranan yang sangat

penting dalam proses belajar, baik atau tidak suatu proses belajar

tergantung pada niat dari niat siswa tersebut.

Selain itu, hendaknya para pelajar mempunyai niat yang

sungguh-sungguh untuk menuntut ilmu dengan tujuan mencari ridha

Allah Swt, serta kebahagian diakhirat kelak. Hendaklah seorang

pelajar mempunyai niat untuk bersyukur atas anugerah akal dan badan

sehat. Janganlah berniat mencari popularitas (ketenaran) di hadapan

manusia, mencari harta benda serta kemuliaan di hadapan penguasa

atau yang lainnya.

Menurut al-Zarnuji, sebaiknya bagi setiap pelajar untuk

berpikir secara sungguh-sungguh terhadap hal-hal yang telah diuraikan

diatas. Karena itu, hendaknya ia belajar dengan mencurahkan segenap

daya dan upayanya, agar memperoleh pengetahuan yang banyak.

Namun demikian, pengetahuan (ilmu) tersebut janganlah

dipergunakan untuk mencari harta dunia yang rendah yang tak ada

nilainya, serta akan hancur binasa. Sebaiknya bagi ahli ilmu jangan

sampai berbuat dan bertindak dengan hal-hal yang dapat merendahkan

dirinya sendiri, seperti berlaku tamak terhadap sesuatu yang tidak

semestinya, karena sifat itu akan dapat menjerumuskannya ke dalam

kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Karenanya, ia harus berlaku tawaduk (

merendahkan diri), yakni sifat yang berada di tengah-tengah sombong

dan kecil hati serta berbuat „iffah( menjaga harga diri).69

68 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Ahmad Zacky el-Syafa dan Faizah Ulfah

Choiri, ( Yogyakarta: Mutiara Media, 2014) h. 33

69

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.40-43

Page 74: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

62

Menurut penulis berdasarkan paparan di atas, peserta didik

harus berniat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dan berniat

untuk mencapai ridha Allah Swt serta mendapatkan kebahagian dunia

dan akhirat.

Selain itu, dalam menuntut ilmu peserta didik harus merendahkan diri

dan menjaga dirinya, al-Zarnuji juga mengingatkan agar peserta didik

jangan sampai keliru dalam mempergunakan ilmu yang didapatkan,

contohnya: ilmu digunakan untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.

Peserta didik juga dilarang untuk melakukan perbuatan yang dapat

merugikan diri sendiri, karena hal itu akan merusak ilmu yang peserta

didik dapatkan

2. Hasyim Asy‟ari

Menurut Hasyim Asy‟ari perserta didik itu harus memperbaiki

niat dalam mencari ilmu, dengan tujuan untuk mencari ridha Allah

Swt, serta mampu mengamalkannya, menghidupkan syari‟at, untuk

menerangi hati, menghiasi batin dan mendekatkan diri kepada Allah

Swt. Tidak bertujuan untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi,

misalnya menjadi pimpinan, jabatan, harta benda, mengalahkan teman

saingan, biar dihormati masyarakat, dan sebagainya.70

Jadi penurut penulis berdasarkan pemikiran diatas, al-Zarnuji

dan Hasyim Asy‟ari sama sama berpendapat bahwa peserta didik itu

harus mempunyai niat untuk menuntut ilmu dengan niatan mencati

ridha Allah Swt, bukan untuk memperoleh tujuan duniawi dan

popularitas di hadapan manusia.

Tetapi menurut al-Zarnuji niat itu harus dengan sungguh-

sungguh dan disertai dengan berprilaku tawaduk dan iffah. Sedangkan

menurut Hasyim Asy‟ari tujuan dalam menuntut ilmu bukan hanya

70 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 75: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

63

untuk mencari ridha Allah Swt saja tetapi juga menghidupkan syari‟at,

menghiasi batin serta mampu mengamalkannya. Sebagaimana hadist

Rasulullah,

وَكَمْ مِنْ . النِّيَّةِ مِنْ اَعْمَالِ الْآخِرَةِ كَمْ مِنْ عَمَلِ يُتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الدُّنْيٰا وَيَصِيْرُ بِحُسْن

عَمَلٍ يُتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ اَعْمَالِ الْآخِرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ اَعْمَال الدُّنْيٰا بِسُوْٓءِ النِّيَّة

Rasulullah bersabda, “banyak perbuatan atau amal yang tampak

dalam bentuk amalan keduniaan, tapi karena didasari niat yang baik

(ikhlas ) maka menjadi atau tergolong amal – amal akhirat. Sebaliknya

banyak amalan yang sepertinya tergolong amal akhirat, kemudian menjadi

amal dunia, karena didasari niat yang buruk (tidak ikhlas)”.

B. Memilih Ilmu, Guru, dan Teman

1. al-Zarnuji

Menurut al-Zarnuji seharusnya pelajar untuk memilih ilmu

yang baik, yang diperlukan bagi ( kebaikan ) urusan agama, dan dapat

dipergunakan pada masa yang akan datang. Karena itu, hendaknya ia

mendahulukan (mempelajari) ilmu tauhid (ilmu yang mempelajari

tentang ketuhanan), sehingga dapat mengetahui dan memahami Allah

Swt dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang jelas, bukan hanya sekedar

mengikuti tanpa dalil yang jelas (taklid). Meskipun taklid dalam

urusan iman itu sah, namun berdosa apabila meninggalkan bukti-

buktinya. Hendaknya, seorang pelajar juga memilih ilmu kuno,

janganlah ia memilih ilmu yang hadits (baru). Janganlah pula kalian

mempelajari (mempergunakan) ilmu jadal (debat), yaitu ilmu yang

lahir pasca ulama-ulama besar meninggal dunia. Karena itu debat itu

akan dapat menjauhkan seorang pelajar untuk mempelajari ilmu fiqih,

Page 76: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

64

menyia-nyiakan umur, menimbulkan permusuhan.”Selain itu , ilmu

debat merupakan salah satu tanda dicabutnya ilmu dan fiqih.71

Jadi dalam memilih ilmu al-Zarnuji berpendapat bahwa ilmu

yang harus dipelajari pertama kali adalah ilmu tauhid, karena dengan

mempelajari ilmu tauhid kita akan dapat mengetahui dan memahami

Allah, dalilnya dan bukti-bukti yang jelas. Sedangkan untuk memilih

hadits pilihlah hadits yang kuno dan adanya pelarangan untuk

mempelajari ilmu debat, karena dengan ilmu tersebut akan

menghilangkan ilmu fikih.

Adapun memilih guru, hendaknya seorang pelajar memilih

guru yang benar-benar memiliki intelektualitas yang tinggi, lebih

wira‟i (menjaga kehormatan diri) dan lebih tua. Pertimbangkan dan

renungkanlah selama dua bulan dalam memilih guru. Musyawarahlah

dalam memilih guru, sehingga tepat dan tidak meninggalkan dan

berpaling darinya. Jika itu engkau lakukan, maka engkau akan

mendapat kemantapan dan berkah dalam belajarmu, dan pada

gilirannya ilmu yang engkau peroleh mempunyai nilai kemanfaatan

yang banyak. Ketahuilah bahwa sesungguhnya sabar dan tabah kala

menuntut ilmu merupakan pangkal keutamaan dalam setiap perkara,

namun jarang yang mampu melakukannya.72

Peserta didik dalam memilih guru hendaknya guru tersebut

benar-benar memiliki pengetahuan yang tinggi dan profesional

dibidangnya, guru tersebut harus mampu menjaga kehormatan dirinya

dan hendaknya lebih tua dari penuntut ilmu. Apabila peserta didik

ingin mendapatkan hasil yang baik dalam menuntut ilmu, maka al-

Zarnuji menawarkan dalam memilih guru hendaklah bermusyawarah.

71 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 48

72

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.49-52

Page 77: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

65

Karena apabila bermusyawarah peserta didik tidak akan berpaling dari

guru tersebut.

Adapun dalam memilih teman, hendaklah seorang pelajar

memilih teman yang rajin, wira‟i, berwatak jujur dan lurus, serta

teman yang mudah memahami, baik memahami masalah maupun

memahami teman lainnya, juga hendaklah ia juga menjauhi (lari)

teman yang malas, suka menganggur, banyak omong, berperilaku

rusak, serta suka memfitnah. 73

Jadi dalam memilih teman hendaklah memilih teman yang

rajin, karena itu akan mempengaruhi kepada kita dalam belajar. selain

itu pilihlah teman yang berwatak jujur, dan lurus, serta teman yang

mudah memahami, baik memahami masalah maupun memahami

teman lainnya. Hendaklah kita menjauhi teman yang mempunyai

prilaku yang jelek seperti malas, suka mengangur, banyak omong,

berprilaku rusak serta suka memfitnah.

2. Hasyim Asy‟ari

Menurut Hasyim Asy‟ari peserta didik itu harus memulai

pelajarannya dengan pelajaran-pelajaran yang bersifatnya fardhu „ain,

sehingga pada langkah pertama ini ia cukup menghasilkan empat ilmu

pengetahuan yaitu:

a. Pelajar harus mengetahui tentang ilmu tauhid, ilmu yang

mempelajari tentang ke Esaan Tuhan. Ia harus mempunyai

keyakinan bahwa Allah Swt itu ada, mempunyai sifat dahulu,

kekal serta tersucikan dari sifat-sifat kurang dan mempunyai sifat

sempurna.

b. Cukuplah bagi pelajar untuk mempunyai keyakinan, bahwa dzat

yang maha luhur mempunyai sifat kuasa, menghendaki, sifat ilmu,

73 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 53

Page 78: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

66

hidup, mendengar, melihat, kalam. seandainya ia menambahnya

dengan dalil-dalil atau bukti-bukti dari Al-qur‟an dan as-sunnah

maka itu merupakan kesempurnaan ilmu.

c. Ilmu fiqh, ilmu yang dipergunakan untuk mengetahui ilmu- ilmu

syari‟at Islam yang diambil dari dalil-dalil syara‟ tafsily. Ilmu ini

merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mampu mengantarkan

kepada pemiliknya untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt

(taat), dimulai dari cara-cara bersuci, shalat, puasa. Apabila pelajar

(murid) termasuk orang-orang yang mempunyai harta melimpah

(min jumlatil agniya‟) maka ia harus mempelajari ilmu yang

mempunyai kaitan dengan harta tersebut, ilmu ekonomi, iqtishad.

ia tidak diperbolehkan untuk mengamalkan,

mengimplementasikan, sebuah ilmu sebelum ia mengerti tentang

hukum-hukum Allah Swt.

d. Ilmu tasawuf, ilmu yang menjelaskan tentang keadaan –keadaan

maqam, tingkatan, dan membahas tentang rayuan dan tipu daya

nafsu dan hal-hal yang berkaitan dengannya.74

Setelah pelajar mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat fadhu „ain

maka hendaklah dalam langkah selanjutnya ia mempelajari ilmu-ilmu

yang berkaitan dengan kitab Allah ( tafsir al-qur‟an) sehingga ia

mempunyai keyakinan dan i‟tiqad yang sangat kuat. Sejak awal pelajar

harus bisa menahan diri dan tidak terjebak dalam pembahasan

mengenai hal-hal yang masih terdapat perbedaan pandangan, tidak ada

persamaan persepsi di antara para ulama‟ (khilafiah) secara mutlak

baik yang berhubungan dengan pemikiran-pemikiran atau yang

bersumber dari tuhan, karena apabila hal itu masih dilakukan oleh

pelajar maka sudah barang tentu akan membuat hatinya bingung, dan

74 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 79: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

67

membuat akal fikiran tidak tenang. Bahkan sejak awal dia harus bisa

meyakinkan dirinya untuk berpegang pada hanya satu kitab saja dalam

materi pelajaran, dan beberapa kitab pada beberapa materi pelajaran

dengan syarat apabila ia mampu dengan menggunakan satu metode

dan mendapat izin dari sang guru, namun apabila sistem pengajaran

yang telah diberikan oleh gurunya itu hanya menukil, memindah

pendapat dari beberapa mazhab dan masih ada ikhtilaf di kalangan

ulama itu sendiri sedangkan ia sendiri tidak mempunyai satu

pendapatpun, hendaknya ia mampu menjaga dari hal seperti itu karena

antara manfaat dan kerusakan (mafsadat) masih lebih banyak

kerusakannya. 75

Begitu juga seorang santri ketika masih dalam tahap permulaan

dalam belajar hendaknya ia menghindari diri mempelajari berbagai

macam buku, dan kitab karena hal itu akan bisa menyia-nyiakan

waktunya dan hatinya tidak bisa konsentrasi, tidak bisa fokus pada satu

pelajaran bahkan ia harus memberikan seluruh kitab-kitab dan

pelajaran yang ia ambil kepada gurunya untuk dilihat sampai dimana

kemampuan pelajar sehingga guru bisa memberikan bimbingan dan

arahan sampai pelajar yakin dan mampu menguasai pelajarannya.

Begitu juga menukilkan. memindah, meresum dari satu kitab pada

kitab yang lain tanpa adanya hal-hal yang mewajibkan, karena hal itu

dilakukan maka akan muncul indikasi, pertanda kebosanan dan

menjadi tanda bagi orang yang tidak bisa memperoleh kebahagiaan.76

Sebelum menghafalkan sesuatu hendaknya pelajar mentasihkan

terlebih dahulu kepada orang seorang guru atau orang yang mempunyai

kapabilitas dalam ilmu tersebut, setelah selesai diteliti oleh gurunya

barulah ia menghafalkannya dengan baik dan bagus. Setelah

75 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

76

Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 80: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

68

menghafalkan materi pelajaran, hendaklah di ulang-ulangi sesering

mungkin dan menjadikan kegaitan taqrar sebagai wadhifah, kebiasaan

yang dilakukan setiap hari. Janganlah menghafalkan sesuatu sebelum

diteliti, ditashih oleh seorang guru atau orang yang mempunyai

kemampuan dalam bidang itu, karena akan

mengakibatkan,menimbulkan akibat yang negatif. Ketika sedang

mengkaji sebuah ilmu pengetahuan, hendaknya pelajar mempersiapkan

tempat tinta, pulpen dan pisau untuk memperbaiki dan membenarkan

hal-hal yang perlu diperbaiki baik dalam segi bahasa atau i‟rab. 77

Jadi peserta didik dalam memilih ilmu Hasyim Asy‟ari

berpendapat seharusnya peserta didik harus mendahulukan ilmu fhardu

„ain yang berupa ilmu tauhid, ilmu fikih, ilmu tasawuf. disamping itu

peserta didik harus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan kitab-kitab

Allah (tafsir al-Qur‟an) agar ia mempunyai keyakinan dan i‟tiqad yang

sangat kuat. Dalam mepelajari suatu ilmu hendaknya pada peserta didik

yang permulaan berpegang pada satu kitab saja, karena dengan banyak

kitab akan membuat dia bingung, tetapi adakalanya diperbolehkan

dengan syarat siswa mampu menggunakan satu metode dan

mendapatkan izin dari gurunya. Peserta didik tidak bisa langsung

menghafal suatu materi melainkan materi tersebut harus dipelajari

terlebih dahulu dengan guru yang profesional. Dalam mempelajari

tersebut peserta didik harus mempersiapkan tempat tinta, pulpen dan

pisau untuk memperbaiki bahasa atau i‟rab. Setelah itu baru dihafal

hendaknya diulang-ulang sesering mungkin.

Adapun dalam memilih guru menurut Hasyim Asy‟ari peserta

didik harus berfikir ulang mendalam kemudian melakukan shalat

istikharah, kepada siapa ia harus mengambil ilmu dan mencari

77 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 81: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

69

bagusnya budi pekerti darinya. Jika memunkinkan seorang pelajar

hendaklah memilih guru yang sesuai dalam bidangnya, ia juga

mempunyai sifat kasih sayang, menjaga muru‟ah (etika). Menjaga diri

dari perbuatan yang merendahkan martabat seorang guru. Ia juga

seorang yang bagus metode pengajaran dan pemahamannya.

Bersungguh-sungguh dalam mencari seorang guru, ia termasuk orang

yang mempunyai perhatian khusus terhadap ilmu syari‟at dan termasuk

orang–orang yang dipercaya oleh guru-guru pada zamannya, sering

diskusi serta lama dalam perkumpulan diskusinya, bukan termasuk

orang-orang yang mengambil ilmu berdasarkan makna yang tersurat

dalam sebuah teks saja. 78

Dalam memilih guru harus sesuai dengan bidangnya, seorang

guru harus memiliki sifat kasih sayang, seorang guru juga harus mampu

menjaga kehormatannya, selain itu seorang guru juga mampu

menguasai metode pengajaran dan pemahaman akan materi yang akan

diajarkan.

Menurut Hasyim Asy‟ari dalam memilih teman seorang perserta

didik harus meninggalkan pergaulan, karena meninggalkannya itu lebih

penting dilakukan bagi pencari ilmu, apalagi bergaul dengan lawan

jenis khususnya, jika terlalu banyak bermain dan sedikit menggunakan

akal pikiran, karena watak dari manusia adalah banyak mencuri

kesempatan. Bahaya dari pergaulan adalah menyia-nyiakan umur tanpa

guna dan berakibat hilangnya agama, apabila bergaul bersama orang

yang tidak beragama. Jika ia membutuhkan orang yang bisa

menemaninya, maka orang itu harus shaleh, kuat agamanya, memiliki

harga diri yang baik, sedikit perselisihannya, jika ia lupa, maka

78 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 82: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

70

temannya mengingatkan, dan bila ia ingat, maka berarti temannya telah

menolongnya. 79

Jadi, jika ingin memiliki ilmu maka peserta didik harus

meninggalkan pergaulan, khususnya dengan lawan jenis, jika memang

benar-bemar membutuhkan orang lain pilihlah orang yang beramal

shaleh.

Berdasarkan paparan diatas bahwa al-Zarnuji berpendapat

seharusnya peserta didik seharusnya memilih ilmu yang baik, dan

mendahulukan mempelajari ilmu tauhid, sehingga dapat mengetahui

dan memahami Allah Swt dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang jelas.

Dalam memilih hadits pelajar juga harus memilih ilmu kuno, jangan

memilih ilmu baru, dan jangan mempelajari ilmu debat. karena debat

akan menjauhkan seorang pelajar untuk mempelajari ilmu fikih,

menyia-nyiakan umur dan menimbulkan permusuhan. Sedangkan

Hasyim Asy‟ari berpendapat seharusnya peserta didik harus

mendahulukan ilmu fhardu „ain yang berupa ilmu tauid, ilmu fikih, ilmu

tasawuf. Disamping itu peserta didik harus mempelajari ilmu yang

berkaitan dengan kitab-kitab Allah (tafsir al-Qur‟an) agar ia mempunyai

keyakinan dan i‟tiqad yang sangat kuat. Dalam mepelajari suatu ilmu

hendaknya pada peserta didik yang permulaan berpegang pada satu ktab

saja, karena dengan banyak kitab akan membuat dia bingung, tetapi

adakalanya diperbolehkan dengan syarat siswa mampu menggunakan

satu metode dan mendapatkan izin dari gurunya. Peserta didik tidak

bisa langsung menghafal suatu materi melainkan materi tersebut harus

dipelajari terlebih dahulu dengan guru yang profesional. Dalam

mempelajari tersebut peserta didik harus mempersiapkan tempat tinta,

79 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 83: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

71

pulpen dan pisau untuk memperbaiki bahasa atau i‟rab. Setelah itu baru

dihafal hendaknya diulang-ulang sesering mungkin.

Dalam memilih guru al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari sama- sama

berpendapat hendaknya seorang pelajar memilih guru yang mampu

menjaga diri atau etikanya.

Selain itu al-Zarnuji juga berpendapat hendaknya pelajar

memilih guru yang benar-benar memiliki pengetahuan yang tinggi, guru

yang mampu menjaga kehormatan diri, dan hendaknya guru lebih tua

dari pelajar dan bermusyawarah dalam menentukan guru hendaknya

agar kita tidak akan salah dalam memilih seorang guru.

Sedangkan memurut Hasyim Asy‟ari berpendapat dalam

memilih guru harus sesuai dengan bidangnya, mempunyai sifat kasih

sayang, bagus metode pengajarannya dan pemahamannya. Dalam

memilih teman menurut al-Zarnuji kita harus memilih teman yang rajin,

wira‟i, berwatak jujur, dan lurus dan teman yang mudah memahami,

baik memahami masalah maupun memahami teman lainnya. sebaiknya

menjauhi teman yang malas, suka mengangur, banyak omong,

berprilaku rusak serta suka memfitnah. Sedangkan Hasyim Asy‟ari

berpendapat jika ingin memiliki ilmu maka peserta didik harus

meninggalkan pergaulan, khususnya dengan lawan jenis, jika memang

benar-bemar membutuhkan orang lain pilihlah orang yang beramal

shaleh.

Page 84: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

72

Firman Allah Swt dalam Q.S al-Furqan:27-29 yaitu:

Artinya: dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim

menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku

mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku;

kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).

Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al

Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau

menolong manusia.

C. Bersungguh-sungguh, Kotiunitas, dan Cita-cita

1. al-Zarnuji

Hendaklah seorang pelajar selalu bersungguh-sungguh, kontinu

dan mulazamah, sebab ketiganya itu telah diisyaratkan oleh Allah Swt.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur‟an surat al-Ankabut:69

“ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)

Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan

kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang

berbuat baik.80

80 Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang: Menara Kudus, 2006)

Page 85: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

73

Siapa mencari sesuatu disertai kesungguhan, tentu ia akan

memperoleh apa yang diharapkannya. Siapa yang mengetuk pintu

berkali-kali, maka pasti dapat memasuki. Dalam belajar dan

memahami ilmu fiqih pasti membutuhkan kesungguhan tiga orang,

yaitu:

2. Orang belajar

3. Guru pengajar

4. Bapaknya, bila masih hidup81

Menurut al-Zarnuji dalam belajar harus bersungguh-sungguh,

apabila bila belajar dilakukan dengan sungguh-sungguh maka kita kita

akan mendapatkan ilmu tersebut dan niat belajar tersebut harus benar-

benar datang dari hati atau tidak.

Hendaknya juga seorang pelajar membiasakan diri untuk

terjaga diwaktu malam sebagaimana yang tertuang dalam sebuah syair:

Sesuai dengan kadar kesungguhan, akan diperoleh

derajat yang luhur. Barang siapa mengharapkan derajat yang

luhur, maka baginya terjaga di waktu malam. Engkau

mengharapkan derajat yang luhur, namun engkau tidur tiap

malam. Ketahuilah, intan permata kan didapat hanya dengan

menyelam di lautan. Derajat yang luhur hanya bisa diperoleh

dengan cita-cita yang tinggi. Kemudian seorang hanyalah bisa

diperoleh dengan terjaga di waktu malam. Barang siapa yang

menghendaki keluhuran tanpa mau bersusah payah. Maka ia

telah menyia-nyiakan umur untuk meraih sesuatu tak pernah

didapat. Semoga Allah memberikan pertolongan kepadaku

agar berhasil dalam menuntut ilmu. Dan semoga pula ia

menyampaikan kepadaku pada ketinggian ilmu. karena itu,

jadikanlah waktu malam sebagai kendaraan yang dapat

membawamu menuju cita-cita yang engkau idam-idamkan.

Kurangilah makan, supaya mampu terjaga di waktu malam.

Jika engkau inggin wahai saudaraku mencapai segala

kesempurnaan. dikatakan,” barang siapa yang selalu terjaga

81 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim,..., h.73-74

Page 86: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

74

malam, maka ia akan merasakan kebahagiaan saat siang telah

tiba.”82

Bagi seorang pelajar, hendaklah ia selalu kontinu dalam

belajar, selalu mengulang-ngulang pelajarannya, terutama saat awal

dan akhir malam, karena sesungguhnya antara Maghrib dan Isya serta

waktu sahur merupakan waktu yang penuh dengan berkah. Seorang

pelajar hendaknya mempergunakan masa muda, dimana dia masih kuat

dan gagah, untuk dijadikan kesempatan dalam meraih cita-cita dan

harapan. Dan janganlah membuat payah diri sendiri, sehingga menjadi

lemah tak berdaya (memaksakan diri sendiri) dan tak mampu berbuat

apa-apa. Ia harus berlaku sopan santun terhadap diri sendiri, karena hal

itu merupakan dasar utama setiap hal. 83

Seorang pelajar harus mengulang pelajarannya. waktu yang

tepat adalah awal dan akhir malam, karena mengulang pelajaran pada

saat awal malam ilmu yang dipelajari akan mudah didapat dan begitu

juga mengulang pelajaran pada akhir malam atau sesudah shalat subuh

akan mudah masuk kepikiran kita. Karena siaat itu pikiran kita masih

segar atau belum terlalu banyak yang dipikirin dan diwaktu tersebut

merupakan waktu yang penuh berkah.

Sebaiknya bagi seorang pelajar mempunyai cita-cita yang

tinggi dan luhur dalam menuntut ilmu, sebab orang bisa terbang

dangan cita-citanya laksana burung yang terbang dengan kedua

sayapnya. Orang yang terkecil akan nampak mulia, bila ia mempunyai

cita-cita yang besar. Sebaliknya, orang yang besar akan tampak kecil,

bila ia mempunyai cita-cita yang rendah (kecil). Pangkal untuk

menghasilkan segala sesuatu adalah dengan ketekunan dan cita-cita

yang luhur. Namun ia mempunyai cita-cita yang luhur, tetapi tiada

82 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim,..., h.75-77

83

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim,..., h.78-79

Page 87: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

75

diimbangi dengan kesungguhan atau bersungguh-sungguh, dan tidak

diimbangi dengan cita-cita yang luhur, maka ia tidak akan berhasil

memperoleh ilmu, kecuali hanya sedikit saja. 84

Jadi, seorang pelajar harus memiliki cita-cita yang tinggi, atau

tekad untuk mempelajari ilmu tersebut, dengan memiliki tekad yang

kuat maka akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu

pelajaran, dan pelajaran itu akan mudah di dapat, di pahami, serta

bermanfaat bagi dirinya. Maka dari itu, sebaiknya seorang pelajar

senantiasa tekun dan kontinu serta mengingatkan diri (memperdayah

diri) dalam menghayati semua keutamaan ilmu, karena ilmu akan

kekal (tetap) sementara harta benda akan hancur dan tiada abadi.

Dikatakan ilmu yang bermanfaat apabila orang itu telah berhasil

mengamalkannya, sehingga ia memperoleh predikat yang baik

(sebutan yang baik). Walaupun ia telah meninggal dunia, namun

namanya harum sepanjang masa. Syaik Al-Islam Burhanuddin bersyair

yang berbunyi:

Orang bodoh laksana orang yang sudah mati, meskipun

belum datang saat kematiannya. Dan jasadnya bagai sudah

terkubur, meskipun belum dikubur. Sesungguhnya orang tiada

hidup dengan ilmu, bagaikan mayat. Ketika ia bangkit dari

kuburnya. Hidupnya hati adalah ilmu, karena itu

pergunakanlah, sedang hati yang mati adalah wujud

kebodohan, karena itu jauhilah. Maka bersungguh-sungguhlah

dalam mempelajari segala yang tak tahu. Sebab awal

kebahagian, begitu juga dengan ilmu. 85

Abu Thayyib berkata:

“Cita-cita akan tercapai sejauh orang-orang akan

bercita-cita. Kemuliaan akan tercapai sejauh seseorang berbuat

mulia. Sesuatu yang kecil akan tampak besar bagi orang-orang

yang bercita-cita kecil. Dan sesuatu yang besar akan tampak

kecil bagi orang-orang yang bercita-cita besar.”86

84 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim,..., h.79-81

85

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.80-90

86

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 80

Page 88: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

76

2. Hasyim Asy‟ari

Menurut Hasyim Asy‟ari peserta didik harus selalu

bersungguh-sungguh dalam setiap pelajaran yang diterangkan oleh

gurunya dengan tekun, konsentrasi, dan penuh perhatian, apabila hal itu

bisa ia lakukan dan hatinya tidak merasa keberatan dan selalu

mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya sehingga setiap

pelajaran yang telah disampaikan oleh gurunya ia kuasai dengan baik.

Apabila ia tidak mampu untuk menguasai secara keseluruhan, maka

hendaknya ia memprioritaskan \pelajaran yang lebih penting terlebih

dahulu kemudian baru pelajaran yang lain. Seharusnya pelajar selalu

mengingat-ingat setiap peristiwa, kejadian yang terjadi dalam forum

diskusi dengan gurunya, beberapa manfaat, qaidah-qaidah, defenisi,

batasan dan lain sebagainya. Di samping itu pelajar hendaknya

mengulangi perkataan guru ketika sedang terjadi pross diskusi, karena

mengingat-ingat sesuatu hal itu mempunyai manfaat yang sangat luar

biasa. 87

Jadi peserta didik harus memperhatikan guru dengan sungguh-

sungguh, konsentrasi, penuh perhatian pada saat menerangkan materi.

selain itu, dalam menguasai suatu materi hendaknya menguasai meteri

yang penting terlebih dahulu. Setelah menghafal materi peserta didik

hendaklah di ulang-ulang sesering mungkin dan kebiasaan yang

dilakukan setiap hari. Dan pelajar hendaknya juga memiliki cita-cita

tinggi, sangat luhur, ibaratnya kaki boleh dibumi tapi cita-cita

menggelantung diangkasa, sehingga tidak boleh merasa cukup hanya

memiliki ilmu yang sedikit, padahal ia masih mempunyai kesempatan

yang cukup untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya, pelajar tidak

boleh bersifat qana‟ah (menerima apa adanya ) seperti yang diwariskan

87 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 89: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

77

oleh nabi, yaitu menerima sesuatu walaupun hanya sedikit. Pelajar tidak

boleh menunda-nunda dalam mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan

dan manfaat yang sangat munkin ia peroleh, karena menunda sesuatu itu

mengandung beberapa bahaya, disampingnya itu apabila pelajar bisa

mendapatkan ilmu secara cepat dan tepat waktu maka pada waktu yang

lain ia bisa mendapatkan sesuatu yang lain.88

Seorang pelajar hendaknya memiliki cita-cita yang tinggi

begitu juga dengan ilmu serta mempunyai tekad yang kuat, pelajar harus

mencari ilmu yang sebanyak-banyaknya, dan tidak boleh pelajar itu

menerima apa adanya saja.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Al-Imran: 159 yang

berbunyi:

....

Artinya: .....Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,

maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya allah menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-nya.

Pelajar harus selalu menggunakan kesempatan dengan sebaik-

baiknya terhadap waktu luangnya, kecekatannya, ketelitiannya, dan

waktu sehatnya dan dimasa mudanya sebelum datangnya perkaranya

yang bisa mencegah untuk mencari, menimba ilmu pengetahuan. 89

Pelajar harus bisa menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk

belajar agar ilmu yang dipelajari mudah di dapat dan bermanfaat.

88 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

89

Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 90: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

78

D. Tawakal dan Tentang Ketabahan

1. al-Zarnuji

Selanjutnya, hendaknya seorang pelajar selalu berserah diri

(tawakal) kepada Allah selama menuntut ilmu. nJanganlah hatinya

terkait dengan urusan rezeki, dan sibuk untuk memikirkan akan hal itu.

90

Seorang pelajar seharusnya mengurangi ketergantungan

hatinya dari urusan keduniawian menurut kadar kemampuannya. Maka

dianjurkan agar setiap orang mampu menundukan nafsunya dengan

cara banyak-banyak beramal shaleh, sehingga tidak ada lagi peluang

untuk menuruti hawa nafsu. Tidak sepatutnya bagi orang yang berakal

digelisahkan oleh urusan duniawi, susah gelisah disini tidak akan

dapat menolak musibah, tidak juga bermanfaat bahkan membahayakan

hati, akal dan badan, lagi pula merusaka amal kebajikan. Tapi

hendaklah memusatkan perhatian pada urusan akhirat, karena hal

inilah yang bakal bermanfaat. 91

Dalam menuntut ilmu hendaklah berserah diri kepada Allah

dan memusatkan perhatian pada urusan akhirat dan tidak memikirkan

urusan dunia karena urusan akhirat lebih bermanfaat.

Menuntut ilmu juga merupakan perbuatan yang lebih mulia

bila dibandingkan dengan perang menurut mayoritas agama. Karena

itu, pahala yang didapat sebanding dengan tingkat kepayahan kala

mencarinya. Barang siapa yang bersabar, maka ia akan menemukan

manisnya ilmu mengungguli segala bentuk kemanisan (kelezatan)

yang ada di dunia ini.92

90 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 119

91

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Aliy As‟ad...,h.101-102

92 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 126-127

Page 91: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

79

Sebagai contoh dapat dikemukakan kemenangan kaum

muslimin dalam perang badar. Jumlah kaum Quraisy tiga kali lipat

dibandingkan dengan kaum muslimin. Persenjataannya pun jauh lebih

lengkap. menurut perhitungan akal sehat, bisa dipastikan kaum

muslimin akan hancur. Tapi pasa saat-saat yang menentukan, justru

kemenangan berada dipihak pasukan Islam. Salah satu senjatanya yang

paling ampuh adalah sikap tawakal, yakni maju kemedan perang

dengan gagah dan berani sambil berserah diri kepada Allah Swt,

segala daya dan upaya dilakukan.93

Maka sebaiknya seorang pelajar mempunyai ketabahan dan

kesabaran dalam belajar kepada seorang guru, dalam menelaah kitab,

sehingga tidak meninggalkan sia-sia sebelum mempelajarinya dengan

sempurna. Tabah dan sabar dalam menghadapi satu bidang ilmu

pengetahuan dan tidak berpindah kepada ilmu yang lainya, tetap dalam

satu daerah dan tidak berpindah ke daerah yang lain. Maka jika hal itu

dilakukan, maka akan dapat membuat urusan menjadi tak karuan,

meresahkan hati, waktupun menjadi sia-sia serta menyakiti hati sang

guru. Karena itu, sebaiknya ia mampu menahan diri dan tidak

memperturutkan hawa nafsunya, sebagaimana syair:

Sesungguhnya hawa nafsu eksistensinya begitu rendah

dan hina. Orang yang terjajah oleh nafsu, maka ia laksanakan

jajahan nafsu itu sendiri.94

Seorang pelajar harus tabah dalam menghadapi seorang guru

dalam menelaah kitab, tabah disini yaitu tidak berpindah ke ilmu

lainnya.

93 Jiddan, Artikel Media Muslim, (http: myqalbu. wordpress.com diakses 27 Januari

206)

94

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 53

Page 92: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

80

2. Hasyim Asy‟ari

Menurut Hasyim Asy‟ari hendaknya pelajar selalu pasrah dan

berserah diri kepada Allah, ia tidak boleh menyibukkan dirinya dengan

masalah rizqi, permusuhan dan bertentangan dengan seseorang,

menjauhkan diri dari pergaulan orang-orang yang ahli dalam hal

bicara, ahli kerusakan, maksiat, dan orang–orang yang tidak

mempunyai pekerjaan tetap (pengangguran). Karena berdampingan,

hidup bertetangga dengan orang –orang seperti itu pasti menimbulkan

dampak yang negatif.

Hendaknya pelajar ketika sedang pelajar menghadap kearah

kiblat, banyak mengamalkan, melakukan tradisi-tradisi Rasulullah

Saw, mengikuti ajakan ahli kebaikan, menjauhkan diri dari doanya

orang yang aniaya(madzlum), dan memperbanyak shalat dengan segala

kekhusukan.95

Dalam tawakal ini al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari sama-sama

berpendapat bahwa pelajar harus pasrah dan berserah diri kepada

Allah Swt dan Ia tidak boleh menyibukkan diri dengan masalah rizqi.

Selain itu al-Zarnuji juga berpendapat bahwa peserta didik itu

sebaiknya mengurangi keduniawian, menuntukkan nafsu dengan cara

beramal shaleh, serta memusatkan perhatian ke akhirat. Sedangkan

menurut Hasyim Asy‟ari tidak boleh menyibukkan diri dengan

bermusuhan dan bertentangan dengan seseorang karena menuntut ilmu

merupakan perbuatan yang mulia.

E. Mengharapkan Faedah (Istifadah)

1. al-Zarnuji

Seorang pelajar seharusnya senantiasa mengharap faedah di

setiap waktunya, sehingga ia benar-benar berhasil meraih keutamaan,

95 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 93: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

81

dengan jalan hendaklah ia di setiap kesempatan selalu membawa alat

tulis (tempat tinta, pulpen dan buku tulis). Dan dengan alat tulis itu, ia

akan mencatat semua apa yang didengar, yang berkaitan dengan

faedah keilmuan. Dikatakan,” barang siapa yang hafal, tentu suatu saat

akan hilang (lupa), namun barang siapa yang mencatat pasti akan tetap

sepanjang masa. Dikatakan pula, bahwa yang dinamakan ilmu adalah

sesuatu yang diambil dari perkataan ulama, karena mereka

menghafalkan hal-hal yang baik dari apa yang didengarnya, dan

diucapkannya, yang kesempatannya itu berasa l dari hafalannya yang

paling baik.96

Sepatutnya seorang pelajar tidak menyia-nyiakan waktu dan

kesempatan, dengan mengunakan (untuk belajar dan mengharapkan

faedah) saat malam telah kelam atau tempat-tempat yang sunyi.

Seorang pelajar hendaknya tabah dalam memikul beban penderitaan

selama masa menuntut ilmu dan selalu merasakan keterpautan hati,

meskipun hal itu tidak diperkenankan dan merupakan tindakan yang

hina, namun hal itu diperbolehkan pada saat menuntut ilmu. Oleh

karena itu, seharusnya seorang belajar selalu terpaut hatinya kepada

guru-guru dan teman-temannya serta yang lainya, yang kesemuanya

itu tiada lain kecuali mengharapkan faedah dari mereka. Dikatakan,

ilmu tak akan ditentukan tanpa kehinaan yang tiada kemuliaan di

dalamnya.”

Dikatakan dalam sebuah syair:

Aku melihat napasmu mengingatkan kemuliaan. Maka

engkau tak akan pernah memperoleh kemuliaan tanpa

merendahkan nafsu yang bersemayam dalam dirimu itu. 97

96 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 142-13

97

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 144-146

Page 94: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

82

Berdasarkan paparan diatas peserta didik hendaknya

memanfaatkan semua kesempatannya untuk belajar, hingga dapat

mencapai keutamaan. Caranya dengan menyediakan alat tulis disetiap

saat untuk mencatat hal-hal ilmiah yang diperolehnya. Kita haru ingat

bahwa umur itu pendek dan ilmu itu banyak. Oleh karena itu, peserta

didik janganlah menyia-nyiakan waktunya, sebaiknya kita selalu

memanfaatkan waktu-waktu malam dan saat-saat sepi.

2. Hasyim Asy‟ari

Sedangkan dalam hal ini penulis tidak menemukan bahwa

Hasyim Asy‟ari membahas tentang mengharapkan faedah (istifadah)

ini.

F. Wara’ ( Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa

Belajar

Yang dimaksud dengan wara‟ itu ialah menjauhkan diri dari

perbuatan dosa. Di antara tanda-tanda sifat wara‟ adalah:

1. Sangat berhati-hati dari yang haram dan syubhat

2. Membuat pembatas diantaranya dan yang dilarang

3. Menjauhi dari semua yang diragukan

4. Tidak berlebihan dalam persoalan yang boleh

5. Tidak memberikan fatwa tanpa berdasarkan ilmu

6. Meninggalkan perkara yang tidak berguna.98

1. al-Zarnuji

Dalam kaitannya dengan masalah wara‟ ini para ulama

meriwayatkan sebuah hadis Rasulullah Saw. Beliau bersabda ,”barang

siapa yang tidak bersikap wira‟i dalam belajarnya maka Allah Swt

akan menimpakan bencana kepadanya dari salah satu tiga perkara;

a. Mati dalam usia remaja

98 Mahmud Muhammad al-Khazandar, Sifar Wara‟, Terj. Team Indonesia, Eko

Haryanto Abu Ziyad, (http:www. Islamhouse.com diakses 27 Januari 2016)

Page 95: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

83

b. Ditempatkan diperkampungan orang bodoh

c. Ia akan dijadikan abdi penguasa.99

Jikalau masih ada seorang pelajar yang hidup wara‟ dalam

belajarnya, maka ilmunya akan menjadi lebih bermanfaat dan

dimudahkan belajarnya serta akan memperoleh faedah yang banyak.

Sebagian dari sifat wara‟ adalah hendaklah seorang pelajar

menjaga diri dari kekenyangan, suka tidur dan suka bicara yang tiada

manfaat. Begitu pula hendaknya ia sebisa mungkin untuk tidak makan

makanan pasar, karena makanan pasar itu lebih mendekatkan kepada

makanan najis dan kotor, di samping itu pula dapat menjauhkan diri

kepada Allah Swt, serta dapat mengakibatkan mudah lupa. Hal lain

yang menjadi alasan barangkali saat itu ada para fakir yang melihatnya

dan mereka mengingginkan makanan tersebut, namun tidak mampu

untuk membelinya, sehingga menyebabkan sakit hati. Karenanya,

memakan makanan pasar akan dapat menghilangkan berkah makanan

tersebut.100

Berdasarkan pendapat diatas seharusnya peserta didik

menjauhkan diri dari perbuatan dosa, yaitu dengan cara menjaga diri

dari kekenyangan, suka tidur, dan suka bicara yang tiada manfaat,

tidak memakan makanan pasar, karena makanan pasar itu lebih

mendekatkan kepada makanan najis dan kotor serta dapat menjauhkan

diri kepada Allah Swt.

Termasuk sebagian dari sifat wara‟ adalah hendaknya

menjauhi orang yang rusak, suka berbuat maksiat dan orang yang suka

menganggur, karena kesemuanya itu pasti akan membawa pengaruh.

hendaknya juga seorang pelajar yang wira‟i selalu menghadap kiblat

saat belajar, berlaku sebagaimana sunnah nabi Muhammad Saw.

99Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 147

100

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 148

Page 96: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

84

Memohon doa kepada orang yang baik, serta menjaga diri dari doa

orang yang teraniaya.101

Seyogyanya seorang pelajar tidak menganggap remeh terhadap

adab (etika, tata krama) dan kesunahan ( ibadah-ibadah sunnah). Sebab

barang siapa yang menganggap remeh perbuatan sunnah, maka

tertutup baginya untuk menjalankan perbuatan fardhu. Dan kalau

perbuatan fardhu sudah dianggap remeh, maka akan terhalang baginya

pahala akhirat. Sebagian ulama mengatakan hadis tersebut berasal dari

Rasulullah Saw.

Jadi seorang pelajar hendaknya melakukan shalat sunnah dan

shalat dengan khusuk, karena hal itu akan mempermudah proses

belajar. selain itu pelajar hendaknya selalu membaca buku catatan

pada setiap kesempatan.

Begitu juga sebaiknya seorang pelajar selalu memperbanyak

melakukan shalat sunnah dan mendirikan shalat dengan khusuk,

karena hal itu dapat memberi pertolongan kepada keberhasilan

memperoleh ilmu dan belajar. Sebaiknya seorang pelajar ber-

musahabah (berteman) atau selalu membaca buku catatan pelajaran di

setiap kesempatan, agar dapat dipelajari (muthala‟ah). Sebab

dikatakan,”barang siapa yang tidak menaruh buku catatan di lengan

bajunya, maka hikmah yang diperolehnya tidak akan bersemayam

dalam kalbunya . Begitu pula hendaknya buku yang dibawa itu

berwarna putih (buku yang masih kosong dan belum ada tulisannya)

dan juga tidak lupa membawa alat tulis, supaya dapat mencatat segala

ilmu yang didengar. 102

101 Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h. 150

102

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim..., h.152-154

Page 97: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

85

2. Hasyim Asy‟ari

Menurut Hasyim Asy‟ari seorang pelajar itu harus mengambil

tindakan terhadap diri sendiri dengan bersifat wira‟i (menjaga diri dari

perbuatan merusak harga diri) serta berhati-hati dalam setiap keadaan,

memperhatikan kehalalan makanannya, baik itu berupa makanan,

minuman, pakaian, dan tempat tinggal dan setiap sesuatu yang ia

butuhkan, agar hatinya terang dan pantas untuk menerima ilmu,

cahaya ilmu dan mengambil kemanfaatan ilmu. Seyogyanya pencari

ilmu juga menggunakan kemudahan-kemudahan pada tempatnya

ketika dibutuhkan dan adanya sebab-sebabnya, karena Allah Swt

menyukai kemurahan-kemurahannya dilaksanakan sebagaimana dia

menyukai ketetapan- ketepan-Nya dilaksanakan.103

Seorang pelajar harus menjaga diri dari perbuatan yang

merusak harga diri dengan cara berhati-hati setiap saat yaitu dengan

cara memperhatikan kehalalan makanan, minuman dan tempat tinggal

dan semua yang dibutuhkan, agar hatinya kterang dan pantas untuk

menerima ilmu, cahaya ilmu dan manfaat ilmu.

Harus mempersedikit makan yang merupakan salah satu sebab

tumpulnya otak, lemahnya panca indra, seperti buah apel, yang

masam, kacang sayur, minum cuka, begitu juga makanan yang

menimbulkan dahak, yang dapat mempertumbul akal pikiran dan

memperberat badan, seperti terlalu banyak minum susu, makan ikan,

dan lain sebagainya. Seyogianya juga ia menjauhkan diri dari hal-hal

yang menyebabkan lupa secara khusus seperti memakan makanan

yang telah dimakan tikus, membaca tulisan di maesan (pathok

pekuburan), masuk di antara dua ekor yang ditarik dan menjatukan

103 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 98: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

86

kutu dalam keadaan hidup. 104

Harus berusaha mengurangi tidur

selama tidak menimbulkan bahaya pada tubuh dan akal pikirannya.

Jam tidur tidak boleh melebihi dari delapan jam dalam sehari

semalam. Dan itu sepertiga dari waktu satu hari (dua puluh empat

jam). Jika keadaannya memunkinkan untuk melakukannya. Apabila ia

merasa terlalu lelah, maka tidak ada masalah untuk memberikan

kesempatan untuk beristirahat terhadap dirinya, hatinya dan

penglihatannya dengan cara mencari hiburan, bersantai ketempat

tempat hiburan sekiranya pulih kembali dan tidak menyia-nyiakan

waktu. 105

Berdasarkan paparan diatas al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari

mempunyai pendapat yang sama yaitu sebagai peserta didik sebaiknya

mempersedikit makan atau menjaga diri dari kekenyangan serta

mengurangi tidur.

Sedangkan perbedaannya al-Zarnuji mengatakan kita sebagai

peserta didik juga harus menjaga diri dari suka tidur, jangan bicara

yang tiada bermanfaat dan sebisa mungkin tidak makan makanan

pasar, serta menjauhi orang yang rusak, suka berbuat maksiat dan

orang yang suka mengangur. Sedangkan menurut Hasyim Asy‟ari kita

sebagai peserta didik hendaklah menjaga diri dari perbuatan merusak

harga diri, serta berhati-hati dalam setiap keadaan, memperhatikan

kehalalan makanan.

104 Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

105

Hasyim Asy‟ari, terj. Adab „Alim wal Muta‟allim, tt

Page 99: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

87

TABEL

Perbandingan Pemikiran al-Zarnuji dengan Hasyim Asy’ari tentang Cara

Peserta Didik dalam Mencari Ilmu

No Ruang Lingkup

Pembahasan

Persamaan/ Perbedaan

1 Niat Ketika

Menuntut Ilmu

Persamaannya: al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari sama

sama berpendapat bahwa peserta didik itu harus

mempunyai niat untuk menuntut ilmu dengan tujuan

mencari ridha Allah Swt, bukan untuk memperoleh tujuan

duniawi dan popularitas di hadapan manusia.

Perbedaannya: al-Zarnuji niat itu harus dengan sungguh-

sungguh dan disertai dengan berprilaku tawaduk dan iffah.

Sedangkan menurut Hasyim Asy‟ari tujuan dalam

menuntut ilmu bukan hanya untuk mencari ridha Allah

Swt saja tetapi juga menghidupkan syari‟at, menghiasi

batin serta mampu mengamalkannya.

2 Memilih Ilmu,

Guru, Teman

Dalam memilih ilmu Al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari

berbeda pendapat, al-Zarnuji berpendapat seharusnya

peserta didik seharusnya memilih ilmu yang baik, dan

mendahulukan mempelajari ilmu tauhid, sehingga dapat

mengetahui dan memahami Allah Swt dengan dalil-dalil

dan bukti-bukti yang jelas. Dalam memilih hadits pelajar

juga harus memilih ilmu kuno, jangan memilih ilmu baru,

dan jangan mempelajari ilmu debat. Karena debat akan

menjauhkan seorang pelajar untuk mempelajari ilmu

fikih, menyia-nyiakan umur dan menimbulkan

permusuhan. Sedangkan Hasyim Asy‟ari berpendapat

seharusnya peserta didik harus mendahulukan ilmu

Page 100: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

88

fhardu „ain yang berupa ilmu tauid, ilmu fikih, ilmu

tasawuf. Disamping itu peserta didik harus mempelajari

ilmu yang berkaitan dengan kitab-kitab Allah (tafsir al-

Qur‟an) agar ia mempunyai keyakinan dan i‟tiqad yang

sangat kuat. Dalam mepelajari suatu ilmu hendaknya

pada peserta didik yang permulaan berpegang pada satu

kitab saja, karena dengan banyak kitab akan membuat dia

bingung, tetapi adakalanya diperbolehkan dengan syarat

siswa mampu menggunakan satu metode dan

mendapatkan izin dari gurunya. Peserta didik tidak bisa

langsung menghafal suatu materi melainkan materi

tersebut harus dipelajari terlebih dahulu dengan guru yang

profesional. Dalam mempelajari tersebut peserta didik

harus mempersiapkan tempat tinta, pulpen dan pisau

untuk memperbaiki bahasa atau i‟rab. Setelah itu baru

dihafal hendaknya diulang-ulang sesering mungkin.

Didalam memilih teman al-Zarnuji mempunyai

Persamaan yaitu al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari sama-

sama berpendapat hendaknya seorang pelajar memilih

guru yang mampu menjaga diri atau etikanya.

Perbedaannya: al-Zarnuji berpendapat hendaknya

pelajar memilih guru yang benar-benar memiliki

pengetahuan yang tinggi, guru yang mampu menjaga

kehormatan diri, dan hendaknya guru lebih tua dari

pelajar dan bermusyawarah dalam menentukan guru

hendaknya agar tidak akan salah dalam memilih seorang

guru. Sedangkan memurut Hasyim Asy‟ari berpendapat

dalam memilih guru harus sesuai dengan bidangnya,

Page 101: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

89

mempunyai sifat kasih sayang, bagus metode

pengajarannya dan pemahamannya.

Dalam memilih teman menurut al-Zarnuji kita harus

memilih teman yang rajin, wira‟i, berwatak jujur, dan

lurus dan teman yang mudah memahami, baik memahami

masalah maupun memahami teman lainnya. sebaiknya

menjauhi teman yang malas, suka mengangur, banyak

omong, berprilaku rusak serta suka memfitnah.

Sedangkan Hasyim Asy‟ari berpendapat jika ingin

memiliki ilmu maka peserta didik harus meninggalkan

pergaulan, khususnya dengan lawan jenis, jika memang

benar-bemar membutuhkan orang lain pilihlah yang

beramal shaleh.

3 Bersungguh-

sungguh,

Kontiunitas, dan

Cita-cita

Perbedaannya: Menurut al-Zarnuji dalam belajar harus

bersungguh-sungguh, apabila bila belajar dilakukan

dengan sungguh-sungguh maka akan mendapatkan ilmu

tersebut dan niat belajar tersebut harus benar-benar datang

dari hati atau tidak. Seorang pelajar harus mengulang

pelajarannya. Waktu yang tepat adalah awal dan akhir

malam, karena mengulang pelajaran pada saat awal malam

ilmu yang dipelajari akan mudah didapat dan begitu juga

mengulang pelajaran pada akhir malam atau sesudah shalat

subuh akan mudah masuk kepikiran. Karena saat itu

pikiran masih fres atau belum terlalu banyak yang dipikirin

dan diwaktu tersebut merupakan waktu yang penuh

berkah. Seorang pelajar harus memiliki cita-cita yang

tinggi, bukan hanya cita-cita tetapi cita-cita tersebut harus

diimbangi dengan sungguh-sungguh atau dengan niat yang

Page 102: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

90

ikhlas.

Sedangkan menurut Hasyim Asy‟ari peserta didik harus

memperhatikan guru dengan sungguh-sungguh,

konsentrasi, penuh perhatian pada saat menerangkan

materi. Selain itu, dalam menguasai suatu materi

hendaknya menguasai meteri yang penting terlebih dahulu.

Setelah menghafal materi peserta didik hendaklah di

ulang-ulang sesering mungkin dan kebiasaan yang

dilakukan setiap hari. Seorang pelajar hendaknya memiliki

cita-cita yang tinggi begitu juga dengan ilmu, pelajar harus

mencari ilmu yang sebanyak-banyaknya, dan tidak boleh

pelajar itu menerima apa adanya saja.

4 Tawakal dan

Tentang

Ketabahan

Persamaannya: al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari sama-

sama berpendapat bahwa pelajar harus pasrah dan

berserah diri kepada Allah Swt dan Ia tidak boleh

menyibukkan diri dengan masalah rizqi.

Perbedaanya: al-Zarnuji juga berpendapat bahwa peserta

didik itu sebaiknya mengurangi keduniawian,

menuntukkan nafsu dengan cara beramal shaleh, serta

memusatkan perhatian ke akhirat. Sedangkan menurut

Hasyim Asy‟ari tidak boleh menyibukkan diri dengan

bermusuhan dan bertentangan dengan seseorang karena

menuntut ilmu merupakan perbuatan yang mulia.

Menurut al-Zarnuji Seorang pelajar harus tabah dalam

menghadapi seorang guru dalam menelaah kitab, tabah

disini yaitu tidak berpindah ke ilmu lainnya. Sedangkan

Hasyim Asy‟ari tidak ditemukan membahas tentang

ketabahan.

Page 103: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

91

5 Mengharapkan

faedah

(istifadah)

Menurut al-Zarnuji peserta didik hendaknya

memanfaatkan semua kesempatannya untuk belajar,

hingga dapat mencapai keutamaan. Caranya dengan

menyediakan alat tulis disetiap saat untuk mencatat hal-

hal ilmiah yang diperolehnya. Harus ingat bahwa umur

itu pendek dan ilmu itu banyak. Oleh karena itu, peserta

didik janganlah menyia-nyiakan waktunya, sebaiknya

selalu memanfaatkan waktu-waktu malam dan saat-saat

sepi.

Sedangkan Hasyim Asy‟ari tidak ditemukan membahas

tentang istifadah ini.

6 Wara‟ (Menjaga

Diri dari yang

Haram dan

syubhat) pada

Masa Belajar

Persamaannya: al-Zarnuji dan Hasyim Asy‟ari

mempunyai pendapat yang sama yaitu sebagai peserta

didik sebaiknya mempersedikit makan atau menjaga diri

dari kekenyangan serta mengurangi tidur.

Perbedaanya: al-Zarnuji mengatakan kita sebagai peserta

didik juga harus menjaga diri dari suka tidur, jangan bicara

yang tiada bermanfaat dan sebisa mungkin tidak makan

makanan pasar, serta menjauhi orang yang rusak, suka

berbuat maksiat dan orang yang suka mengangur.

Sedangkan menurut Hasyim Asy‟ari sebagai peserta didik

hendaklah menjaga diri dari perbuatan merusak harga diri,

serta berhati-hati dalam setiap keadaan, memperhatikan

kehalalan makanan.

Page 104: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

92

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai

pemikiran Al-Zarnuji tentang cara peserta didik mencari ilmu dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Niat Ketika Menuntut Ilmu

Seorang pelajar itu harus mempunyai niat yang sungguh-sungguh

dengan tujuan mencari ridha Allah Swt, bukan tujuan duniawi atau

popularitas, mencari harta benda serta jabatan, dan berbuat iffah

2. Memilih ilmu, Guru, Teman

Dahulukan ilmu tauhid, hadits pilihlah ilmu kuno, jangan mempelajari

ilmu debat. Pilih guru yang wira‟i, intelektualitas, lebih tua,

bermusyawarah dalam menentukan guru. Pilih teman yang rajin, wira‟i,

berwatak jujur, dan lurus dan teman yang memahami. Jauhi teman yang

malas, mengangur, banyak omong, berprilaku rusak serta suka memfitnah.

3. Bersungguh-sungguh, Kontiunitas dan Cita-cita

Harus bersungguh-sungguh, apabila bila belajar dilakukan dengan

sungguh-sungguh akan mendapatkan ilmu tersebut dan niat belajar tersebut

harus benar datang dari hati. Waktu yang tepat adalah awal dan akhir

malam, diwaktu tersebut merupakan waktu yang penuh berkah. Seorang

pelajar harus memiliki cita-cita yang tinggi, dan tekad yang kuat dan

menuntut ilmu, dan diimbangi dengan niat yang ikhlas.

4. Tawakal dan Tentang Ketabahan

Hendaklah selalu pasrah dan berserah diri kepada Allah Swt, jangan

menyibukkan dirinya dengan masalah rizqi, sebaiknya mengurangi

keduniawian, menuntukkan nafsu dengan cara beramal shaleh, serta

memusatkan perhatian ke akhirat. Harus tabah dalam menghadapi guru

dalam menelaah kitab, tabah disini yaitu tidak berpindah ke ilmu lainnya.

Page 105: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

93

5. Mengharapkan Faedah (Istifadah)

Manfaatkan kesempatannya untuk belajar, hingga dapat mencapai

keutamaan. Caranya dengan menyediakan alat tulis disetiap saat untuk

mencatat hal-hal ilmiah yang diperolehnya. Ingat bahwa umur itu pendek

dan ilmu itu banyak. Oleh karena itu, janganlah menyia-nyiakan waktunya,

sebaiknya kita selalu memanfaatkan waktu-waktu malam dan saat-saat

sepi.

6. Wara‟ (Menjaga Diri dari yang Haram dan Syubhat) pada Masa Belajar

Pelajar sebaiknya menjaga diri dari kekenyangan serta kurangi tidur.

Jangan bicara yang tiada bermanfaat dan sebisa mungkin tidak makan

makanan pasar, menjauhi orang yang rusak,

B. Saran

Dari kesimpulan penelitian yang penulis ungkapkan diatas, penulis

menyarankan sebagai berikut:

1. Bagi sekolah-sekolah dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,

hendaknya memasukkan pikiran-pikiran al-Zarnuji ini agar peserta didik

dapat mencapai tujuan belajarnya dengan baik.

2. Kepada para pendidik agar merealisasikan pendapat yang dikemukakan

oleh al-Zarnuji dalam menjalankan tugasnya sebagai orang yang

bertanggung jawab dalam pendidikan dan pengajaran

3. Kepada pelajar agar merealisasikan pendapat yang dikemukakan oleh al-

Zarnuji dalam menjalankan tugasnya sebagai orang yang sedang mencari

ilmu untuk mencapai tujuan yang diharapkan serta pembelajaran yang

dilakukan mendapatkan nilai ibadah disisi Allah Swt.

4. Penulis mengharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat

menyempurnakan penelitian yang penulis lakukan ini, penulis juga terbuka

menerima saran serta kritikan dari semua pihak, demi sempurnanya

penelitian ini.

Page 106: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

94

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2000

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Seri Kajian Filsafat

Kajian Islam, Jakarta: Rajawali Persada,2001

Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam), Cet.2, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001

Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid, Jakarta:

PT Raja Grafindo, 2001

Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Semarang: Menara Kudus, 2006

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Ahmad Zacky el-Syafa dan Faizah Ulfah

Choiri, Yogyakarta: Mutiara Media, 2014

Al-Zarnuji, Ta‟lim Al-Muta‟allim, Terj. Aliy As‟ad, Yogyakarta: Mutiara Kudus,

2007

Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh Metode Penelitian Mengenai

Tokoh, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005

Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada,2002

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Batusangkar: STAIN Batusangkar Press,

2000

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang- undang

dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: 2006

Fatmawati, Sejarah Peradaban Islam, Batusangkar, STAIN Batusangkar press,

2010

Fazlur Rahman, Islam terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1997

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi Dan

Pendidikan, Jakarta: Pustaka Utama,1989

Page 107: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

95

Hasan Langgulung, Pendidikan Menghadapi Abad 21, Jakarta: Pustaka Al-Husna,

1988

Hasyim Asy‟ari, Adab „Alim Wal Muta‟allim, tt

http://mustastghitsin-aghitsna.blogspot.com/2015/11/nilai-etika-kitab-ta‟lim al-

mutaallim.html

http://www.masterfajar.co.cc/2015/11/analisis-kritis-terhadap-kitab-talimul.html

Jiddan, Artikel Media Muslim, http: myqalbu. wordpress. com diakses 27 Januari

2016

Jujun S Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia,2009

Mahmud Muhammad al-Khazandar, Sifat Wara‟, Terj. Team Indonesia, Eko

Haryanto Abu Ziyad, http: www.Islamhouse. com diakses 27 Januari 2016

Nur Hayati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005

Obsevasi Lapangan Penulis, 26 April 2015

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Batusangkar, Buku pedoman Penulisan

Skripsi STAIN Batusangkar2004

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2011

Sya‟roni, Model Relasi Ideal Guru Dan Murid, Telaah Atas Pemikiran Al-Zarnuji

Dan Kh.Hasyim Asy‟ari, Yogyakarta:Teras,2007

Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:PT

Rineka Cipta,2000

Syamsul Kurniawan Dan Erwin Mahrus, Jejak Tokoh Pemikiran Tokoh

Pendidikan Islam, Jogjakarta:Ar-Ruzz media, 2011

Tim Redaksi Fokus media, Himpunan Peraturan Perundangan Standar Nasional

Pendidikan, Bandung: Fokusmedia, 2005

Page 108: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

96

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Sistem

Pendidikan Nasional 2006

Zuharini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Page 109: PEMIKIRAN AL-ZARNUJI TENTANG CARA PESERTA DIDIK DALAM ...

97