PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT...

12
PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Yales Veva Jaya Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH Febrianti Lestari Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan terhadap aktifitas pesisir sekaligus memetakan kawasan mangrove Pulau Bintan berdasarkan tingkat kerentanan. Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data sekunder terkait dengan kondisi lapangan yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dan instansi terkait terhadap kondisi ekosistem mangrove pulau bintan, kemudian penyusunan basis data dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan Arcgis 10.1 dan Envi 5.0. Selanjutnya dilakukan tahapan persiapan meliputi pengumpulan data luasan dan sebaran mangrove, dan data kualitas perairan. Kemudian dilakukan penentuan tingkat kerentanan mangrove. Analisis data dilakukan dengan proses pengolahan data yang meliputi pengolahan citra, ekstraksi data spasial dari citra satelit, analisis spasialgis, analisis ndvi, bobot skoring, dan analisis overlay. Hasil penelitian menunjukan tingkat kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan terhadap aktifitas pesisir sangat dipengaruhi oleh kegiatan reklamasi yang menyebabkan kondisi mangrove Pulau Bintan sangat rentan dan terancam ditunjukan dengan hasil analisis spasial peta (overlay) dari semua parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan. Dari hasil tersebut diperoleh 3 kelas hasil untuk kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan yaitu: kelas rentan memiliki luas 6508.28 Ha, Kelas sangat rentan memiliki luas 18.1 Ha dan kelas tidak rentan memiliki luas 330.32 Ha. Hasil analisis keseluruhan, kondisi habitat mangrove Pulau Bintan masuk pada kondisi kelas rentan. Kata Kunci : Pemetaan, Kerentanan, Mangrove, NDVI, Sistem Informasi Geografis.

Transcript of PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT...

Page 1: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN

Robin Saputra

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Yales Veva Jaya

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH

Febrianti Lestari

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan terhadap aktifitas

pesisir sekaligus memetakan kawasan mangrove Pulau Bintan berdasarkan tingkat kerentanan. Penelitian ini

diawali dengan mengumpulkan data sekunder terkait dengan kondisi lapangan yang diperoleh dari penelitian

sebelumnya dan instansi terkait terhadap kondisi ekosistem mangrove pulau bintan, kemudian penyusunan basis

data dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan Arcgis 10.1 dan Envi 5.0. Selanjutnya dilakukan tahapan

persiapan meliputi pengumpulan data luasan dan sebaran mangrove, dan data kualitas perairan. Kemudian

dilakukan penentuan tingkat kerentanan mangrove. Analisis data dilakukan dengan proses pengolahan data yang

meliputi pengolahan citra, ekstraksi data spasial dari citra satelit, analisis spasialgis, analisis ndvi, bobot skoring,

dan analisis overlay.

Hasil penelitian menunjukan tingkat kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan terhadap aktifitas pesisir

sangat dipengaruhi oleh kegiatan reklamasi yang menyebabkan kondisi mangrove Pulau Bintan sangat rentan

dan terancam ditunjukan dengan hasil analisis spasial peta (overlay) dari semua parameter yang digunakan

untuk menentukan tingkat kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan. Dari hasil tersebut diperoleh 3 kelas hasil

untuk kerentanan habitat mangrove Pulau Bintan yaitu: kelas rentan memiliki luas 6508.28 Ha, Kelas sangat

rentan memiliki luas 18.1 Ha dan kelas tidak rentan memiliki luas 330.32 Ha. Hasil analisis keseluruhan,

kondisi habitat mangrove Pulau Bintan masuk pada kondisi kelas rentan.

Kata Kunci : Pemetaan, Kerentanan, Mangrove, NDVI, Sistem Informasi Geografis.

Page 2: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

MAPPING THE VULNERABILITY OF MANGROVE ISLAND OF BINTAN

Robin Saputra

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Yales Veva Jaya

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH

Febrianti Lestari

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

ABSTRACT

This research has a purpose to know the vulnerability level of the mangrove in bintan island to the

activity at coastel area and for mapping the area of mangrove in bintan island. based on the level of

vulnerability. this research was begun with collect the secondary data related with the condition at site that got

from the previous research and the related institute to the condition of mangrove ecosystem in bintan island.

afterwards, the composing of the basis data and the obtained data were analyzed by using Arcgis 10.1 and Envi

5.0. furthermore, it was done with the preparation stage include the collecting data and the deployment of

mangrove and the data of irrigation quality. afterwards, we determined the vulnerability level of the mangrove.

Analyzing data was done with the process of the data includeimage processing , spatial data extraction from

satellite imagery , GIS spatial analysis , NDVI analysis , scoring weights , and overlay analysis.

The result of the research indicated the vulnerability level of mangrove in bintan island to the

activity at coastel area is very influenced by the reclamation activity that cause the condition of mangrove in

bintan island is very vulnerable and threatened. it was indicated with the result of mappingspasial analysis

(overlay) from all parameter that used to determine the vulnerability level of mangrove in bintan island. from

the result, we got 3 class for vulnerability level of mangrove in bintan island that is : the vulnerable class has the

capacious 650.28 Ha, the very vulnerability class has capacious 330.32 Ha. from the whole analysis result, the

condition of mangrove in bintan island included to the condition of vulnerable class.

Key words: Mapping, Vulnerability, Mangrove, NDVI, Geographic Information System.

Page 3: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

62

PENDAHULUAN

Hutan mangrove di Pulau Bintan memiliki

potensi yang cukup besar bagi masyarakat sekitar.

Hal itu bisa dilihat dengan adanya pemanfaatan kayu

dan usaha perikanan. Pemanfaatan kayu mangrove

untuk industri arang yang telah lama ada dan hingga

kini terus berkembang diusahakan oleh masyarakat

sekitar. Kegiatan perikanan salah satunya budidaya

dengan memakai lahan hutan mangrove memang

belum banyak dilakukan di Pulau Bintan. Masyarakat

lebih sering menggunakan keramba dalam melakukan

budidaya ikan. Meskipun demikian, kegiatan

pemakaian lahan hutan mangrove untuk dijadikan

lokasi budidaya sudah mulai dilakukan.

Kegiatan pembalakan dan penimbunan juga

terjadi di Pulau Bintan yaitu di kawasan hutan

mangrove. Masyarakat sekitar melakukan

pembalakan dan penimbunan untuk kemudian

membagi kawasan mangrove menjadi tanah kavling.

Tanah tersebut dialih fungsikan menjadi kawasan

perkebunan dan kawasan pemukiman. Aktivitas lain

yang ada di kawasan mangrove berupa pemanfaatan

untuk kegiatan tambang bauksit. Aktivitas tambang

bauksit untuk pengolahan, penampungan limbah

tailing dan aktivitas pengangkutan juga turut andil

beresiko terhadap kerentanan habitat mangrove

hingga dapat mengakibatkan kerusakan mangrove.

Kegiatan tambang di Pulau Bintan umumnya

merugikan kawasan hutan mangrove. Kawasan

tambang yang memiliki lokasi di atas kawasan hutan

mangrove memberikan dampak negatif dengan

pencemaran air yang dipergunakan untuk proses

tailing. Akibat pencemaran tersebut, hutan mangrove

yang berada disekitar lokasi tailing menjadi layu,

kering dan kemudian mati..

Kerentanan habitat mangrove adalah suatu

kondisi atau gejala yang berpotensi menimbulkan

ancaman kerusakan, keberlangsungan hidup dan

pertumbuhan mangrove. Kerusakan hutan mangrove

di Pulau Bintan diawali dengan adanya perubahan

iklim dan aktivitas pesisir diantara nya reklamasi,

penebangan hutan, pertambangan serta pencemaran

pesisir yang menyebabkan perubahan lingkungan

yang berdampak pada habitat mangrove sehingga

berpotensi menjadi faktor yang mempengaruhi

keberlangsungan hidup dan fungsi hutan mangrove di

Pulau Bintan, sehingga perlu dilakukan penelitian

tentang pemetaan tingkat kerentanan habitat

mangrove Pulau Bintan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

2015 sampai bulan Maret 2016. Lokasi penelitian

adalah Pulau Bintan dan gugusan pulau-pulau

sekitarnya. alat dan bahan penelitian : Software

ArcGis 10.3, Software Envi 5.0, Laptop acer 14 inch,

Citra Satelit SPOT 5, Citra Satelit LANDSAT 8,

Google Earth Tahun 2016

Dalam penelitian ini ada beberapa data yang

digunakan sebagai data penunjang guna mendapatkan

hasil yang maksimal, yaitu:

Proses Pengolahan Data

Pengolahan Citra Awal

Page 4: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

63

Dalam pengolahan data citra, biasanya data

citra yang diperoleh dari berbagai sumber masih

memerlukan pengolahan citra lanjutan. Adapun

pengolahan citra awal meliputi:

Ekstraksi Data Spasial dari Citra Satelit

Ekstraksi dilakukan dengan cara

mengklarifikasi keberadaan faktor-faktor yang

mempengaruhi kerentanan habitat mangrove sebagai

informasi yang akan di over lay. Informasi tersebut

didigitasi dengan menggunakan metode digitasi on

screen melalui perangkat lunak ArcGis. Kemudian

hasil digitasi dimasukkan kedalam basis data untuk

dilakukan analisis spasial.

Ekstraksi data tersebut berupa pemetaan karakteristik

daerah Pulau Bintan yang meliputi:

1) Pemetaan Wilayah Pulau Bintan

2) Pemetaan luasan dan sebaran ekosistem

mangrove

3) Pemetaan Pemukiman Penduduk (Spot Hunian)

4) Pemetaan Reklamasi

5) Pemetaan Aliran Sungai

6) Pemetaan Laut

Analisis Spasial GIS

Pada penelitian ini analisa spasial dilakukan

melalui fungsi analisis berupa digital image

processing, overlay dan skoring. Dari hasil analisis,

akan terbentuklah nilai-nilai kerentanan yang terbagi

kedalam dua kelas, yaitu kelas rentan dan tidak

rentan . Analisis ini pada dasarnya menampilkan

hubungan antar informasi yang akan dijadikan dasar

penelitian. Kriteria dan tolak ukurnya harus

ditentukan terlebih dahulu.

Kemudian untuk penilaian dilakukan secara

kuantitatif, penilaian secara kuantitatif terhadap

kerentanan habitat mangrove dilakukan melalui

skoring dengan faktor pembobotan dari setiap

parameter yang menjadi kriteria indeks kerentanan

habitat mangrove. Pemberian skoring dimaksud

untuk menilai faktor pembatas pada setiap parameter,

parameter dominan memiliki faktor pembobotan

yang paling besar. Pemberian skoring dilakukan

berdasarkan tingkat pengaruh parameter tersebut

terhadap kerentanan habitat mangrove. Tujuan untuk

menyusun indeks kerentanan habitat mangrove.

Selanjutnya proses analisis spasial dilakukan

dengan menggunakan extensi model builder pada

software Arcgis. Model builder adalah alat yang

dapat digunakan untuk membantu proses sejumlah

besar file dalam mode otomatis (Hyslop, M.D, 2013).

Pemodelan menggunakan model builder pada dasar

nya selalu: Input -> Proses -> Output, Input berupa

elips biru, proses berupa kotak kuning dan output

berupa elips hijau. Model proses data spasial yang

dibangun menggunakan model builder memberikan

keuntungan dokumentasi proses dan otomatisasi

proses. Bila salah satu komponen berubah, maka

proses dengan mudah diulang untuk melihat hasil dan

pengaruhnya. Gambar berikut memperlihatkan

tampilan modelbuilder dan bobot skoring:

Page 5: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

64

Analisis data

Seluruh bobot dan skor pada keseluruhan

kriteria diatas diproses melalui software ArcGis 10.1

sehingga dihasilkan klasifikasi untuk daerah

kerentanan habitat mangrove berdasarkan tingkat

kerentanan nya . Untuk banyaknya klasifikasi tingkat

kerentanan habitat mangrove dikelompokkan

kedalam 3 kelas yaitu, kelas tidak rentan, rentan dan

sangat rentan.

Nilai tiap-tiap kelas didasarkan pada perhitungan

dengan rumus model sebagai berikut:

Keterangan :

N = Total Bobot Nilai

Bi = Bobot Pada Tiap Kriteria

Si = Skor Pada Tiap Kriteria

Selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah

nilai maksimum dari tiap bobot dan skor dikurangi

jumlah dengan jumlah nilai minimumnya yang

kemudian dibagi dengan jumlah kelas.

Rumusnya adalah:

N.min =

= 1

N.max =

= 3

Selang Interval =

=

= 0,67

Dari perhitungan menggunakan rumus diatas

untuk tingkat kerentanan habitat mangrove dihasilkan

selang sebesar 0,67 dengan Nilai minimum 1 dan

Nilai maximum 3 Untuk masing – masing kelas dapat

di tetapkan selang dari bobot nilainya, yaitu:

Kelas tidak rentan ( K1 ) dengan selang bobot nilai :

1 – 1,67

Kelas rentan ( K2 ) dengan selang bobot nilai : 1,68 –

2,34

Kelas sangat rentan ( K3 ) dengan bobot nilai : 2,35 –

3,01

Analisis NDVI

Untuk mengetahui tutupan tajuk mangrove,

digunakan metode rasio.Yaitu NDVI (Normalized

Difference Vegetation Index). Prinsip kerja analisis

NDVI adalah dengan mengukur tingkat intensitas

kehijauan. Intensitas kehijauan pada citra LANDSAT

berkorelasi dengan tingkat kerapatan tajuk vegetasi

dan untuk deteksi tingkat kehijauan pada citra

LANDSAT yang berkorelasi dengan kandungan

klorofil daun. Maka saluran yang baik digunakan

adalah saluran inframerah dan merah. Oleh sebab itu,

dalam formula NDVI digunakan kedua saluran

Page 6: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

65

tersebut. Persamaan yang digunakan untuk

menghitung adalah:

Hasil dari NDVI berupa digital number, Nilai

NDVI tersebut menentukan tingkat dari kerapatan

vegetasi mangrove untuk acuan nya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Analisis Overlay

Peta di analisis menggunakan analisis overlay

(tumpang tindih) dari beberapa peta yang nantinya

menghasilkan peta dengan informasi baru. Overlay

adalah suatu kemampuan SIG untuk membuat

beberapa peta sehingga menjadi sebuah peta dengan

informasi yang lebih lengkap yaitu peta tingkat

kerentanan habitat mangrove.

HASIL PENELITIAN

Ekstraksi Data Spasial Pada Citra

Proses ekstrak data spasial ini menggunakan

data citra SPOT 5 tahun 2007, LANDSAT 8 tahun

2014 dan Google Earth Tahun 2016. Hasil ekstrak

data spasial melalui proses digitasi pada citra SPOT

5, LANDSAT 8 dan Google Earth yang

menggunakan software Arc Gis 10.3, menunjukkan

bahwa ada 2 parameter yang mempengaruhi tingkat

kerentanan habitat mangrove, 2 parameter tersebut

antara lain : (1) Pemukiman Penduduk, (2)

Reklamasi.

Analisis Spasial Pada Peta

1. Pemukiman Penduduk (Spot Hunian)

Hasil dari interpretasi citra dan analisis

spasial daerah yang didapat atau ada pengaruh dari

parameter ini yang diberi skor 3 terdapat di daerah

kota tanjungpinang (sungai jang, sepanjang pesisir

pantai impian hingga jembatan penghubung kota

tanjungpinang-dompak, dan kampung bugis) dan

untuk kabupaten bintan (sungai enam kijang, berakit,

sungai kawal, tg.uban dan busung). Luas daerah yang

dipengaruhi parameter spot hunian adalah 1969.6 Ha,

sedangkan yang tidak adalah 4887.1 Ha

2. Reklamasi

Hasil dari interpretasi citra dan analisis

spasial daerah yang didapat atau ada pengaruh dari

parameter ini yang diberi skor 3 terdapat di daerah

kota tanjungpinang (senggarang) dan untuk

kabupaten bintan (sungai kawal, busung dan sei kecil

teluk sebong). Luas daerah yang dipengaruhi

parameter reklamasi adalah 1476.6 Ha, sedangkan

yang tidak adalah 5380.1 Ha.

3. Kerapatan Mangrove (NDVI)

Hasil analisis olah citra, daerah yang

memiliki kelas NDVI rapat, sedang dan jarang

terdapat pada daerah (sungaijang, pantai impian,

Page 7: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

66

dompak, mantang baru, kijang, pulau kelong, pulau

poto, pulau buton, sungai kawal, pulau mapur,pulau

beralas bakau, sei kecil, tg.uban, pulau lobam, sungai

pereh, busung, pulau pengujan, sei ladi, senggarang,

dan sungai gesek) sedangkan kelas sedang dan jarang

terdepat pada (pulau pangkil, pulau telang besar,

pulau numbing, pulau gin besar, batu licin, berakit,

sungai ekang, sungai bintan,dan pulau los) kelas

jarang dan rapat terdapat pada (pulau pengujan) kelas

sedang terdapat pada (sungai hulu riau). Luas daerah

dengan kerapatan jarang adalah 3021.4 Ha, rapat

1735.1 Ha sedangkan yang sedang adalah 2100.2 Ha.

4. Pasang Surut Air Laut:

a. Tinggi genangan pasut

Berdasarkan Gambar dapat dilihat bahwa

tinggi genangan pasut pada seluruh perairan pulau

bintan memiliki tinggi maksimun yang sama, tinggi

tersebut termasuk dalam katagori kerentanan tinggi

sehingga diberi skor 3 sehingga mempunyai nilai 30

dan diberi warna hijau muda. Luas daerah yang

dipengaruhi parameter tinggi genangan pasut adalah

6856.7 Ha.

5. Lama Genangan Pasut

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa

lama genangan pasut seluruh perairan pulau bintan

memiliki nilai yang sama dan diberi warna hijau

muda. dalam indeks kerentanan habitat mangrove

termasuk dalam kategori kerentanan tinggi karena

pasut pada perairan pulau bintan terjadi selama 30

hari/bulan-31hari/bulan atau setiap harinya mangrove

pulau bintan tergenang pada saat pasang. Untuk

Lebih jelasnya tabel pasut dapat dilihat pada

lampiran. Luas daerah yang dipengaruhi parameter

lama genangan pasut adalah 6856.7 Ha.

6. Tipe Substrat

berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa tipe

substart pulau bintan pada kawasan mangrove pulau

bintan adalah dominan lumpur yang diberi tanda

warna merah tua, terdapat di seluruh bagian barat

pulau bintan dan tipe substrat pasir diberi warna

hijau, terdapat di daerah timur pulau bintan seperti

Page 8: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

67

(berakit, pulau beralas bakau, pulau mapur, sebagian

sungai kawal, sungai enam kijang dan batu licin).

Untuk nilai substrat lumpur setelah dikalikan dengan

bobot dan skor mendapatkan nilai 10 sedangkan pasir

adalah 20. Luas daerah yang dipengaruhi parameter

tipe substrat pasir adalah 1440.5 Ha, sedangkan

lumpur 5416.2 Ha.

7. Salinitas

Berdasarkan Gambar dapat dilihat nilai

salinitas terbagi 3 katagori dengan warna hijau

memiliki nilai salinitas <10ppt;>33ppt yang terdapat

hampir pada semua perairan pulau bintan, warna

orange dengan salinitas 15-30ppt terdapat pada

daerah (sebagian sungai kawal, sebagian pulau

beralas bakau, pulau poto, sebagian pulau mantang

baru, sebagian sungai dompak, sebagian sungaijang,

sebagian pantai impian, sebagian sei ladi dan

sebagian tembeling) dan warna merah salinitas 10-

15ppt; 30-33ppt terdapat pada daerah (sebagian

sungai dompak, sebagian pulau mantang baru,

sebagian pulau poto, sebagian pulau kelong, sebagian

sungai kawal, sebagian pulau beralas bakau, sebagian

sungaijang, sebagian pantai impian, sebagian sei ladi,

sebagian tembeling, sebagian busung dan tanjung

berakit). nilai salinitas ini didapat dari teknik

pemetaan interpolasi (kringing) untuk data yang tidak

tersedia. Luas daerah yang dipengaruhi parameter

salinitas dengan nilai 10-15ppt;30-33ppt adalah

1621.3 Ha, 15-30ppt adalah 1114.8 Ha, dan

<10ppt;>33ppt adalah 4120.6 Ha.

8. Pemetaan Tingkat Kerentanan Habitat

Mangrove Pulau Bintan

Berdasarkan kesemua parameter yang

digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan

habitat mangrove pulau bintan setelah di overlay

akan menghasilkan peta tingkat kerentanan habitat

mangrove pulau bintan. Peta tersebut akan

menjelaskan tentang klasifikasi tingkat kerentanan

habitat mangrove pulau bintan dari tingkat sangat

rentan, rentan dan tidak rentan. Analisis tumpang

susun atau overlay untuk menghasilkan peta tingkat

kerentanan habitat mangrove pulau bintan

menggunakan extensi model builder Untuk hasil

analisis spasial peta lebih lengkap dapat dilihat pada

gambar berikut

Berdasarkan Gambar dapat diklasifikasikan untuk

tingkat kerentanan habitat mangrove pulau bintan

Page 9: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

68

dibagi menjadi tiga kelas, Kelas ke- 1 adalah kelas

tidak rentan yang ditunjukkan dengan warna ungu.

Kelas ini mempunyai nilai terkecil dibanding dengan

kisaran nilai pada kelas yang lain. Kisaran nilai

terkecil tersebut menunjukkan bahwa daerah pada

kelas ini merupakan daerah yang tidak rentan

berdasarkan berbagai parameter yang digunakan

untuk menentukan tingkat kerentanan habitat

mangrove. Daerah yang termasuk kedalam kelas ini

terdapat pada daerah (sebagian sei kecil, sebagian

sungai pereh, sebagian busung, sebagian pulau

pengujan, sebagian sungai gesek, sebagian daerah

dompak, sebagian pulau poto, pulau kelong dan

mantang baru).

Kelas ke-2 adalah kelas rentan yang

ditunjukkan dengan warna hijau. Kelas ini memiliki

wilayah yang sangat luas, dominan mangrove pulau

bintan berada pada kelas ini. Ini menunjukan bahwa

kondisi mangrove pulau bintan dalam kondisi buruk

dan dalam keadaan terancam.

Untuk kelas ke- 3 adalah kelas sangat rentan

yang ditunjukkan dengan warna merah. Kelas ini

mengambarkan kondisi mangrove dalam kondisi

buruk, hasil analisis spasial peta pada kelas ini faktor

besarnya adalah akibat dari aktivitas pesisir yaitu

reklamasi. Daerah yang termasuk kedalam kelas ini

adalah kawasan sungai kawal, senggarang, busung

dan sei kecil lagoi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil analisis spasial peta menunjukan

tingkat kerentanan habitat mangrove pulau

bintan terhadap aktivitas pesisir sangat di

pengaruhi oleh kegiatan reklamasi yang

menyebabkan kondisi mangrove pulau

bintan sangat rentan dan terancam.

2. Hasil analisis spasial peta (overlay) dari semua

parameter yang digunakan untuk menentukan

tingkat kerentanan habitat mangrove pulau bintan

maka diperoleh 3 kelas hasil untuk kerentanan

habitat mangrove pulau bintan, yaitu:

Kelas rentan memiki luas 6508.28 Ha

Kelas sangat rentan memiliki luas

18.1 Ha

Kelas tidak rentan memiliki luas

330.32 Ha

3. Hasil analisis keseluruhan, Kondisi habitat

mangrove pulau bintan masuk pada kondisi

kelas rentan

Saran

1. Penelitian ini masih menggunakan data

sekunder sehingga lebih baik untuk

penelitian selanjutnya digunakan data

primer guna mendapatkan hasil yang lebih

baik.

2. Penelitian ini juga dibatasi dengan data

citra yang tidak update sehingga tidak

menggambarkan keadaan yang sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Aditiar. 2013. Kepadatan Pelecypoda di Hutan

Mangrove Kelurahan Tembeling Tanjung

Kecamatan Teluk Bintan Kepulauan Riau.

Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Amin, D.N. 2013. Kondisi Umum Ekosistem

Mangrove Sungai Nyirih Kelurahan Kampung

Bugis Kecamatan Kota Tanjungpinang Kota

Provinsi Kepulauan Riau. Praktik Lapang.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Anggraini, R. 2012. Kondisi Umum Ekosistem

Mangrove di Pulau Beralas Bakau Desa Teluk

Page 10: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

69

Bakau Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten

Bintan. Praktik lapang. Universitas Maritim

Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Dinas Hidro- Osenografi TNI AL. 2015. Daftar

Tabel Pasang Surut. Kepulauan Indonesia.

Jakarta.

Dewi, D.A.N. 2014. Struktur Komunitas

Makrozoobenthos Pada Sedimen Mangrove di

Pulau Los Kelurahan Senggarang Kota

Tanjungpinang. Skripsi. Universitas Maritim

Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Dharma, B.S. 2015. Struktur Komunitas Mangrove di

Perairan Kampung Kelam Pagi Kelurahan

Dompak Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang. Skripsi. Universitas Maritim

Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Fadli, S. 2013. Studi Zonasi Mangrove di Muara

Sungai Kawal Kelurahan Kawal Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Hafizh, I. 2012. Kondisi Umum Perairan Ekosistem

Mangrove Desa Berakit Kecamatan Teluk

Sebong Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau. Praktik Lapang. Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Hermala. 2014. Keadaan Umum Ekosistem Hutan

Mangrove di Desa Kelong Kecamatan Bintan

Pesisir Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan

Riau. Praktik Lapang. Universitas Maritim

Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Hyslop, M.D, 2013, “Using ArcGIS ModelBuilder to

batch process files Mic higan” Technological

University http://gis.mtu.edu/wp-cont en t

/uploads/ 2013 / 04/Using-ModelBuilder-to-

batch-process-files.pdf, diakses hari Sabtu, 21

Maret 2015

Irawan, A.B dan Yudono, A.R.A., 2014. Studi

Kelayakan Penentuan Tempat Pemprosesan

Akhir Sampah (TPA) di Pulau Bintan Propinsi

Kepulauan Riau. Jurnal. Universitas

Diponegoro. Semarang

Iskandar, T. 2013. Kondisi Umum Perairan Laut

Desa Air Gelubi Kecamatan Bintan Pesisir

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.

Praktik Lapang. Universitas Maritim Raja Ali

Haji, Tanjungpinang

Janita, D. 2014. Kondisi Umum Perairan Kelurahan

Tanjungpinang Barat Kecamatan

Tanjungpinang Barat Kota Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau. Praktik Lapang.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Kamalia, M. 2014. Pola Sebaran Gastropoda di

Ekosistem Mangrove Kelurahan Tanjung

Ayun Sakti Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang. Skripsi. Universitas Maritim

Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Kholifah, S. 2014. Hubungan Kerapatan Mangrove

Terhadap Kepadatan Kepiting Bakau (Scylla

sp) di Kampung Gisi Desa Tembeling

Kabupaten Bintan. Skripsi. Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Kossantra, I. 2012. Struktur Vegetasi Mangrove Di

Kelurahan Senggarang Kecamatan

Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan

Riau. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali

Haji, Tanjungpinang

Martoni, P. 2015. Kondisi Umum Perairan Ekosistem

Mangrove Kampung Bugis Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Praktik Lapang. Universitas Maritim Raja Ali

Haji, Tanjungpinang

Page 11: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

70

Marzuki, R. 2015. Kondisi Umum Perairan

Ekosistem Mangrove Desa Pangkil

Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan.

Praktik Lapang. Universitas Maritim Raja Ali

Haji, Tanjungpinang

Maulida, S. 2013. Kondisi Umum Perairan Ekosistem

Mangrove di Desa Sebong Lagoi Kecamatan

Teluk Sebong kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan riau. Praktik Lapang. Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Miranto, A. 2013. Tingkat Kepadatan Kepiting

Bakau di Sekitar Hutan Mangrove di

Kelurahan Tembeling Kecamatan Teluk

Bintan Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Nurjanah. 2012. Kondisi Umum Parameter Fisika

Perairan Kampung Galang Batang Desa

Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau. Praktik lapang. Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Purba, R. 2013. Struktur Komunitas Ekosistem

Mangrove di Pulau Poto Desa Kelong

Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan

Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Rahayu, S. 2014. Struktur Vegetasi Mangrove di

Pesisir Perairan Seijang Kecamatan Bukit

Bestari Kota Tanjungpinang. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Ristya, W. 2012. Kerentanan Wilayah Terhadap

Banjir di Sebagian Cekungan Bandung.

Skripsi. Universitas Indonesia, Jakarta

Rizwan, A. 2012. Struktur Komunitas Mangrove di

Perairan Desa Mantang Baru Kecamatan

Mantang Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas Maritim

Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Rudini. 2015. Kondisi Umum Ekosistem Mangrove

Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk Sebong

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan riau.

Praktik Lapang. Universitas Maritim Raja Ali

Haji, Tanjungpinang

Sari, S. 2014. Hubungan Kerapatan Mangrove dan

Kelimpahan Pelecypoda di Pesisir Kota

Rebah Kota Tanjungpinang. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Sari, T.O. 2013. Kondisi Umum Ekosistem Mangrove

di Desa Galang Batang Kecamatan Gunung

Kijang Kabupaten Bintan. Praktik Lapang.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Shodiqurrosid, D. 2015. Kondisi Umum Fisika

Perairan Selat Dompak Kecamatan Bukit

Bestari Kota Tanjungpinang. Praktik Lapang.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Simanullang, T. 2013. Kondisi Umum Ekosistem

Mangrove di Pulau Poto Desa Kelong

Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan

Provinsi Kepulauan Riau. Praktik Lapang.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Simanullang, T. 2014. Pola Pengelompokan Struktur

Vegetasi Mangrove Berdasarkan Jenis

Substrat Sungai Ladi Kelurahan Kampung

Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota

Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Suci, W. 2013. Struktur Komunitas Moluska Bentik

Berbasis TDS dan TSS di Pesisir Perairan

Page 12: PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT ...jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/jurnal-robin-saputra.pdfPEMETAAN TINGKAT KERENTANAN HABITAT MANGROVE PULAU BINTAN Robin Saputra Mahasiswa Ilmu

71

Sungai Kawal Kabupaten Bintan. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Syahputra, R. 2013. Struktur Komunitas Mangrove di

Pulau Keter Tengah Kabupaten Bintan.

Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang

Wahyudi, A., Hendrarto. B. dan Hartoko, A. 2014.

Penilaian Kerentanan Habitat Mangrove di

Keluruhan Mangunharjo, Kecamatan Tugu,

Kota Semarang Terhadap Variabel

Oseanografi Berdasarkan metode CVI. Jurnal.

Universitas Diponegoro, Semarang

Yasin, N. 2012. Kondisi Umum Ekosistem Mangrove

di Kota Rebah Kelurahan kampong Bugis

Kecamatan Tanjungpinang Kota Provinsi

Kepulauan Riau. Praktik Lapang. Universitas

Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang

Zulheri, D. 2013. Kondisi Umum Ekosistem

Mangrove Selat Bintan Desa Pengujan

Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan

Provinsi Kepulauan Riau. Praktik lapang.

Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang