PEMETAAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR ...digilib.unila.ac.id/54558/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PEMETAAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR ...digilib.unila.ac.id/54558/2/SKRIPSI TANPA BAB...
PEMETAAN TINDAK PIDANA
PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR
BERBASIS SPASIAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
(Skripsi)
Oleh
AMAR IKHSAN PALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PEMETAAN TINDAK PIDANA
PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR
BERBASIS SPASIAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
Oleh
Amar Ikhsan Palam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang: (1) untuk membuat peta dan
basis data sebaran tindak pidana kriminalitas curanmor, (2) untuk mengetahui
lokasi persebaran wilayah tindak pidana kriminalitas curanmor, (3) untuk
mengetahui wilayah yang memiliki tindak pidana kriminalitas curanmor yang
tinggi, dan (4) untuk mengetahui faktor yang mengakibatkan rawan tindak pidana
kriminalitas curanmor di Kota Bandar Lampung.
Penelitian ini tergolong dalam penelitian survei. Sebaran lokasi tindak
kriminalitas curanmor di Kota Bandar Lampung yakni di Kecamatan Kedaton dan
Kecamatan Rajabasa. Objek dari penelitian ini adalah titik lokasi, jumlah kejadian
dan faktor yang mengakibatkan rawan tindak pidana kriminalitas curanmor di
Kota Bandar Lampung. Pengumpulan data dengan menggunakan metode
observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif berdasarkan
unit pemetaan dengan pendekatan spasial (keruangan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peta dan basis data dapat digunakan
untuk menyediakan informasi serta mengolah data sebaran titik lokasi tindak
pidana curanmor di Kota Bandar Lampung serta dapat memberikan kemudahan
dalam proses penggunaannya. (2) Lokasi persebaran wilayah tindak pidana
kriminalitas curanmor di Kota Bandar Lampung terjadi di Kecamatan Kedaton
sebanyak 57 titik lokasi dan Kecamatan Rajabasa 63 titik lokasi. (3) Wilayah yang
memiliki tindak pidana kriminalitas curanmor tinggi yakni di Kecamatan Kedaton
meliputi Kelurahan Kedaton dan Penengahan Raya serta di Kecamatan Rajabasa
meliputi Kelurahan Rajabasa, Gedong Meneng, dan Kelurahan Rajabasa Nunyai.
(4) Faktor yang mengakibatkan rawan tindak pidana kriminalitas curanmor yakni
faktor personal; kelalaian pemilik saat memarkir kendaraannya dan kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap tindak pidana curanmor yang bisa terjadi sewaktu-
waktu. Faktor situasional; daerah perumahan yang sepi, tidak ada petugas
keamanan, lokasi yang jauh dari pos keamanan, banyak warga pendatang yang
tidak terdata, tidak ada kegiatan Siskamling, kemudahan mendapat informasi dari
‘orang dalam’, dan akses jalan pelarian bagi pelaku yang mudah.
Kata Kunci: Pemetaan, Tindak Pidana, Curian Kendaraan Bermotor.
ABSTRACT
MAPPING OF SPATIAL BASED
MOTOR VEHICLE CRIMINAL ACTION
IN BANDAR LAMPUNG CITY
2018
By
Amar Ikhsan Palam
The aim of this research is to know about: (1) to make map and database of crime
stolen of motor vehicle, (2) to know the location of spreading of crime area of
motor vehicle, (3) to know the area having criminal crime stolen high motor
vehicle, and (4) to find out the factors causing prone crime of motor vehicle in
Bandar Lampung City.
This research belongs to survey research. The location distribution of motorcycle
vehicle action in Bandar Lampung City namely in Kedaton Subdistrict and
Rajabasa Subdistrict. The object of this study is the point of location, number of
events and factors that lead to crime criminality of motor vehicles in Bandar
Lampung City. Data collection using observation and documentation methods.
Data analysis uses descriptive based on mapping units with a spatial (spatial)
approach.
The results showed that: (1) Maps and databases can be used to provide
information and process data on the distribution of points of crime locations motor
vehicle distribution in the city of Bandar Lampung and can provide convenience
in the process of use. cheap motor vehicle in Bandar Lampung City occurs in
Kedaton Subdistrict as many as 57 location points and Rajabasa District 63
location points. (3) Territories that have criminal acts of high vehicle vehicle
ceremony in Kedaton sub-district include Kedaton and Penengah Raya sub-
districts and Rajabasa sub-districts covering Rajabasa, Gedong Meneng, and
Rajabasa Niliki urban villages. (4) Factors that result in crime prone criminal
crime vehicles of motor vehicles ie personal factors; owner's negligence while
parking his vehicle and lack of public awareness of criminal acts that may occur at
any time. Situational factors; lonely residential areas, no security personel, remote
locations of security posts, many unaccompanied immigrants, no Siskamling
activities, easy information from 'insiders', and easy access to escape routes for the
easy perpetrators.
Keywords: Mapping, Crime, Motor Vehicle Curling.
PEMETAAN TINDAK PIDANA
PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR
BERBASIS SPASIAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
Oleh
AMAR IKHSAN PALAM
1313034005
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19
September 1995 buah hati dari pasangan Chairul Husni
dan Yusnaini Munir. Penulis merupakan putra ke 4 dari
4 bersaudara. Memiliki 3 orang kakak perempuan yakni
Septia Roza, S.Pd., Wetharia, Amd., dan Lisa Kurniata,
S.Pd.
Pendidikan sekolah penulis dimulai Taman Kanak-Kanak Shandy Putra Telkom
pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan jenjang pendidikan dasar di
Sekolah Dasar Negeri 1 Tanjung Agung Bandar Lampung yang diselesaikan pada
tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di sekolah menengah pertama di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2007 hingga 2010.
Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2013.
Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN).
MOTTO
Ihsan : Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu
melihat-Nya. maka apabila kamu tidak dapat melihatnya,
sesungguhnya Dia melihatmu.
***
... dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu,
Padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(QS. Al – Baqarah : 216)
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, tentu saja
beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman nanti. Aamiin.
Saya persembahkan hasil karya ini sebagai tanda bakti, cinta dan kasih sayang
kepada :
Yang tercinta, Ibunda Yusnaini Munir.
Yang terkasih, Adinda Mizha Nur Zevira.
Yang tersayang, ayunda Septia Roza, Wetharia, dan Lisa Kurniata.
Keluarga Besar Munir Labai – Siti Anyar.
Serta persembahan kepada almamater kebanggan, Universitas Lampung
sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan dan tempat membentuk
kepribadian untuk menjadi lebih mandiri dan berkarakter.
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Pemetaan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Berbasis Spasial di
Kota Bandar Lampung Tahun 2018” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dedy Miswar, S.Si.,
M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Kepala Laboratorium Terpadu
Pendidikan Geografi, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
serta memberikan motivasi kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Ibu
Irma Lusi Nugraheni, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pembantu sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah bersedia membimbing, serta memberikan
motivasi demi terselesaikannya skripsi ini. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si.
selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran selama
penyusunan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Dr. Sunyono, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Drs. Supriyadi, M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
6. Divisi Humas dan Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Bandar
Lampung yang telah memberikan bantuan sehingga tersusunnya skripsi ini.
7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2013 di Program Studi Pendidikan
Geografi Universitas Lampung atas kebersamaanya dalam menuntut ilmu.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan
pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Terima kasih.
Bandar Lampung, November 2018
Penulis,
Amar Ikhsan Palam
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. i
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 8
1. Pemetaan ............................................................................................ 8
a) Proses Pemetaan ......................................................................... 9
b) Peta .............................................................................................. 10
2. Tindak Pidana Kriminalitas Pencurian .............................................. 11
a) Pengertian Tindak Pidana ........................................................... 11
b) Pengertian Kriminalitas (Kejahatan) .......................................... 12
c) Pencurian .................................................................................... 14
3. Kendaraan Bermotor .......................................................................... 14
4. Sistem Informasi Geografi (SIG) ....................................................... 15
a) Pengertian Sistem Informasi Geografi ........................................ 15
b) Komponen-komponen SIG ......................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ..................................................................................... 19
B. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 20
1. Subjek Penelitian ............................................................................... 20
2. Objek Penelitian ................................................................................. 20
C. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian ............................................ 20
1. Variabel Penelitian ............................................................................. 20
2. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 20
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 22
1. Teknik Observasi ............................................................................... 22
2. Dokumentasi ...................................................................................... 22
E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah, Letak, Letak Geografis dan Luas Daerah Penelitian .................... 24
1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ............................................... 24
2. Letak Astronomis Kota Bandar Lampung ........................................... 26
3. Letak Geografis Kota Bandar Lampung .............................................. 26
4. Luas Kota Bandar Lampung ................................................................ 27
5. Penggunaan Lahan Kota Bandar Lampung.......................................... 33
6. Keadaan Iklim Kota Bandar Lampung ................................................ 35
B. Kondisi Sosial Kota Bandar Lampung ....................................................... 38
1. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kota Bandar Lampung ............. 38
2. Komposisi Penduduk ........................................................................... 43
a) Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur .................... 43
b) Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 46
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48
D. Pembahasan ................................................................................................ 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................... 68
B. Saran ......................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Tindak Pidana Curanmor di Provinsi Lampung ................... 2
Tabel 1.2 Jumlah Tindak Pidana Curanmor di Bandar Lampung .....................3
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Bandar Lampung ............................................. 27
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Kota Bandar Lampung ............................. 33
Tabel 4.3 Data Curah Hujan Kota Bandar Lampung ………………................ 36
Tabel 4.4 Tipe Iklim Shcmidt – Ferguson ....................................................... 37
Tabel 4.5 Jumlah dan Persentase Jumlah Penduduk ........................................ 39
Tabel 4.6 Kepadatan Penduduk di Kota Bandar Lampung ............................... 41
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Menurut Umur di Kota Bandar
Lampung Tahun 2017 .................................................................... 43
Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota
Bandar Lampung Tahun 2017 ........................................................ 47
Tabel 4.9 Jumlah Tindak Pidana Curanmor di Provinsi Lampung
Pada Tahun 2017 ............................................................................ 50
Tabel 4.10 Klasifikasi Tingkat Kerawanan Curanmor di Provinsi
Lampung Pada Tahun 2017 Per Kabupaten-Kota ............................ 50
Tabel 4.11 Jumlah Tindak Pidana Curanmor Berdasarkan Kecamatan di
Kota Bandar Lampung Pada Tahun 2013-2017 ................................52
Tabel 4.12 Klasifikasi Tingkat Kerawanan Curanmor di Kota Bandar
Lampung Pada Tahun 2017 Per Kecamatan .................................... 52
Tabel 4.13 Jumlah Tindak Pidana Curanmor Di Kecamatan Kedaton
Berdasarkan Kelurahan Pada Tahun 2017 ....................................... 54
Tabel 4.14 Jumlah Tindak Pidana Curanmor Di Kecamatan Rajabasa
Berdasarkan Kelurahan Pada Tahun 2017 ...................................... 55
Tabel 4.15 Kriteria Penentuan Daerah Rawan Pada Peta Oleh Pihak
Kepolisian Per Kelurahan ................................................................ 56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Subsistem SIG ...................................................................... 16
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung ....................................... 29
Gambar 4.2 Peta Kontur Kota Bandar Lampung ................................................. 31
Gambar 4.3 Peta Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung ………..……................ 32
Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Kota Bandar Lampung ………….............. 34
Gambar 4.5 Diagram Batas Besar Nilai Dari Masing-Masing Tipe Curah
Hujan Schimidt-Ferguson ……………………................................. 37
Gambar 4.6 Peta Kepadatan Penduduk Kota Bandar Lampung .......................... 42
Gambar 4.7 Piramida Penduduk Kota Bandar Lampung ..................................... 45
Gambar 4.8 Peta Zona Kerawanan Curanmor Provinsi Lampung ....................... 51
Gambar 4.9 Peta Zona Kerawanan Curanmor Kota Bandar Lampung ................ 54
Gambar 4.10 Peta Tindak Pidana Curanmor Kec. Kedaton ................................... 57
Gambar 4.11 Peta Tindak Pidana Curanmor Kec. Rajabasa .................................. 58
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor atau curanmor merupakan salah satu
tindak kriminal yang umum terjadi di berbagai tempat dengan waktu kejadian
yang berbeda. Tindak pidana curanmor sangat meresahkan masyarakat, karena
dapat menyebabkan kerugian yang bersifat material maupun non-material. Arti
material itu sendiri adalah kerugian bersifat fisik/kebendaan, sedangkan non-
material yaitu kerugian yang tidak bisa dinilai dalam jumlah yang pasti misalnya
rasa ketakutan, kehilangan kesenangan atau cacat anggota tubuh, dan kehilangan
kesusilaan atau kehormatan. Kerugian yang bersifat material maupun non-material
contohnya seperti pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan dengan tindak
kekerasan.
Tindak kekerasan tidak hanya sebatas melukai saja, akan tetapi juga seringkali
tindak pencurian disertai pembunuhan. Tindak pidana pencurian yang disertai
kekerasan tersebut mengakibatkan tidak hanya hilangnya benda dalam arti
kendaraan, akan tetapi hilangnya rasa aman, menyebabkan rasa takut bahkan
kehilangan nyawa. Ketersediaan data dan informasi mengenai kasus tindak pidana
curanmor sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan khususnya bagi pihak
kepolisian sebagai langkah antisipasi terjadinya tindak pidana curanmor
dikemudian hari.
2
Hingga saat ini, berbagai cara sudah dilakukan upaya pencegahan tindak pidana
curanmor oleh pihak kepolisian dan masyarakat salah satunya dengan cara
memasang poster atau baliho yang berisi himbauan untuk menambah alat
keamanan pada kendaraan bermotor di sepanjang jalan dan tempat-tempat parkir
kendaraan. Namun pada kenyataannya upaya tersebut masih kurang efektif untuk
menekan tingkat kerawanan tindak pidana curanmor. Hampir setiap hari disiarkan
berita tentang kasus tindak pidana curanmor di Indonesia baik melalui media
elektronik maupun media cetak.
Kota Bandar Lampung merupakan tempat yang memiliki jumlah kasus tindak
pidana curanmor tertinggi di Provinsi Lampung pada tahun 2017. Hal ini
berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung yang dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 1.1 Jumlah Tindak Pidana Curanmor di Provinsi Lampung Pada Tahun
2017
No Nama Kabupaten/Kota Jumlah Kasus
Curanmor
Persentase
(%)
1 Kabupaten Lampung Tengah 255 12,84
2 Kabupaten Lampung Utara 166 8,36
3 Kabupaten Lampung Selatan 161 8,11
4 Kabupaten Lampung Barat 32 1,61
5 Kabupaten Lampung Timur 214 10,78
6 Kabupaten Mesuji 47 2,37
7 Kabupaten Pesawaran 79 3,98
8 Kabupaten Pesisir Barat 49 2,47
9 Kabupaten Pringsewu 88 4,43
10 Kabupaten Tulang Bawang 105 5,29
11 Kabupaten Tulang Bawang Barat 69 3,47
12 Kabupaten Tanggamus 140 7,05
13 Kabupaten Way Kanan 122 6,14
14 Kota Bandar Lampung 442 22,26
15 Kota Metro 17 0,86
Total Kasus 1.986 100,00
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2017
3
Berdasarkan data pada Tabel 1.1, diketahui bahwa jumlah kasus curanmor di Kota
Bandar Lampung adalah sebanyak 442 kasus. Data yang diperoleh oleh Badan
Pusat Statisktik Provinsi Lampung tersebut berasal dari laporan Satlantas Polresta
Bandar Lampung yang merupakan data hasil laporan masyarakat. Terdapat
kemungkinan bahwa masih banyak kasus tindak pidana curanmor di Kota Bandar
Lampung yang tidak tercatat. Menurut data dari Satlantas Polresta Bandar
Lampung, dari 442 kasus tindak pidana curanmor yang terjadi di Kota Bandar
Lampung pada tahun 2017 sebagian besar adalah hasil laporan dari Polsek
Kedaton. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini.
Tabel 1.2. Jumlah Tindak Pidana Curanmor Berdasarkan Kecamatan di Kota
Bandar Lampung Pada Tahun 2013-2017
No Nama Kecamatan Jumlah Kasus Curanmor
2013 2014 2015 2016 2017
1 Bumi Waras 28 26 37 18 23
2 Enggal 16 13 18 10 12
3 Kedamaian 20 14 24 15 17
4 Kedaton 83 72 102 66 57
5 Kemiling 27 34 41 23 31
6 Labuhan Ratu 35 30 26 19 27
7 Langkapura 17 14 16 7 11
8 Panjang 24 26 33 17 29
9 Rajabasa 94 84 88 78 63
10 Sukabumi 23 20 17 11 18
11 Sukarame 22 18 26 10 14
12 Tanjung Karang Barat 17 15 11 3 9
13 Tanjung Karang Pusat 21 19 27 23 16
14 Tanjung Karang Timur 9 14 21 16 12
15 Tanjung Senang 25 22 17 11 21
16 Teluk Betung Barat 32 29 21 18 19
17 Teluk Betung Selatan 20 18 12 19 17
18 Teluk Betung Timur 19 22 6 8 10
19 Teluk Betung Utara 18 11 18 23 12
20 Way Halim 29 21 24 18 22
Total Kasus 579 522 485 413 442
Sumber : Polresta Bandar Lampung, 2017
4
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa terdapat dua kecamatan pada lima
tahun terkahir yang memiliki tingkat curanmor yang sangat tinggi yakni
Kecamatan Kedaton sebanyak 83 pada tahun 2013, 72 kasus pada tahun 2014, 102
kasus padatahun 2015, 66 kasus pada tahun 2016, 57 kasus pada tahun 2017 dan
Kecamatan Rajabasa sebanyak 94 pada tahun 2013, 84 kasus pada tahun 2014, 88
kasus padatahun 2015, 78 kasus pada tahun 2016, 63 kasus pada tahun 2017.
Data yang diperoleh merupakan data berdasarkan laporan dari warga masyarakat
yang umumnya menjadi korban tindak pidana curanmor. Informasi tentang jumlah
tindak pidana curanmor ini belum sepenuhnya sampai ke semua warga
masyarakat, mengingat pentingnya data dan informasi tersebut sebagai langkah
antisipasi bagi masyarakat. Terjadinya kejahatan pencurian kendaraan bermotor
ini membuat masyarakat merasa resah dan takut untuk mengendarai kendaraan
bermotor terutama saat melintasi jalan-jalan yang sepi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perlu adanya penelitian
yang membahas tentang pemetaan tindak pidana curanmor. Sehingga penelitian
diberi judul “Pemetaan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Berbasis
Spasial di Kota Bandar Lampung Tahun 2018”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka indentifikasi dalam penelitian
ini yakni:
1. Belum tersedianya peta lokasi dan basisdata tindak pidana curanmor di Kota
Bandar Lampung.
5
2. Banyaknya kasus tindak pidana curanmor yang tersebar di setiap kecamatan
di Kota Bandar Lampung khsusnya di Kecamatan Kedaton dan Rajabasa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka
dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini yakni;
1. Apakah peta dan basisdata dapat menyediakan informasi tentang lokasi
persebaran wilayah tindak pidana curanmor di Kota Bandar Lampung serta
memberikan kemudahan dalam penyimpanan dan penyajian data?
2. Wilayah mana yang memiliki tindak pidana kriminalitas curanmor yang
tinggi di Kota Bandar Lampung?
3. Faktor apa saja yang mengakibatkan rawan tindak pidana kriminalitas
curanmor di Kota Bandar Lampung?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk membuat peta dan basisdata sebaran tindak pidana kriminalitas guna
mengetahui lokasi persebaran wilayah curanmor di Kota Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui wilayah yang memiliki tindak pidana kriminalitas
curanmor yang tinggi di Kota Bandar Lampung.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mengakibatkan rawan tindak pidana
kriminalitas curanmor di Kota Bandar Lampung.
6
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suplemen bahan ajar
pada mata pelajaran Geografi di SMA kelas XII program IPS semester 2 pada
pokok bahasan Peta dan Pemetaan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan informasi kepada
Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandar Lampung terkait dengan pantauan
daerah yang berpotensi terjadi tindak pidana curanmor.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan database tentang curanmor
beserta jumlah tindak kriminal curanmor melalui peta digital.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah adalah tindak pidana curanmor di Kota
Bandar Lampung.
2. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah adalah titik lokasi tindak pidana curanmor
di Kota Bandar Lampung.
3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandar Lampung pada tahun 2018.
7
4. Ruang lingkup ilmu yaitu Kartografi.
Kartografi adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah perpetaan meliputi
pembuatan peta sampai reproduksi peta, pembacaan peta, penggunaan peta,
analisis peta, dan penafsiran peta (Dedy Miswar, 2013:6).
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pemetaan
Menurut Dedy Miswar (2012:2) peta merupakan gambaran permukaan bumi yang
diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua
demensional. Menurut Prihanto (1988) (dalam Riyanto dkk, 2009:4)
mendefinisikan peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan
keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili.
Pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan
dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi,
pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap
sosial kultural yang memiliki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang
tepat. (Soekidjo,1994: 34).
Pengertian lain tentang pemetaan yaitu sebuah tahapan yang harus dilakukan
dalam pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan data,
dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta (Juhadi
dan Liesnoor, 2001: 4).
9
a) Proses Pemetaan
Menurut Intan Permanasari dalam Nanda Kartika (2015: 1) mengemukakan
bahwa: ada 3 tahap proses pemetaan yang harus dilakukan yaitu:
1) Tahap Pengumpulan Data
Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data. Data
merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan. Keberadaan data
sangat penting artinya, dengan data seseorang dapat melakukan analisis evaluasi
tentang suatu data wilayah tertentu. Data yang dipetakan dapat berupa data primer
atau data sekunder. Data yang dapat dipetakan adalah data yang bersifat spasial,
artinya data tersebut terdistribusi atau tersebar secara keruangan pada suatu
wilayah tertentu. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan kemudian
dikelompokkan dahulu menurut jenisnya seperti kelompok data kualitatif atau
data kuantitatif.
Pengenalan sifat data sangat penting untuk simbolisasi atau penentuan dan
pemilihan bentuk simbol, sehingga simbol tersebut akan mudah dibaca dan
dimengerti. Setelah data dikelompokkan dalam tabel–tabel, sebelum diolah
ditentukan dulu jenis simbol yang akan digunakan. Untuk data kuantitatif dapat
menggunakan simbol batang, lingkaran, arsir bertingkat dan sebagainya,
melakukan perhitungan-perhitungan untuk memperoleh bentuk simbol yang
sesuai.
2) Tahap Penyajian Data
Langkah pemetaan kedua berupa panyajian data. Tahap ini merupakan upaya
melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol, supaya data tersebut
menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna (users). Penyajian data
pada sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan
dapat tercapai.
3) Tahap Penggunaan Peta
Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan
keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat
digunakan/dibaca dengan mudah. Peta merupakan alat untuk melakukan
komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin interaksi antar pembuat peta
(mapmaker) dengan pengguna peta (map users). Pembuat peta harus dapat
merancang peta sedemikian rupa sehingga peta mudah dibaca, diinterpretasi dan
dianalisis oleh pengguna peta. Pengguna harus dapat membaca peta dan
memperoleh gambaran informasi sebenarnya dilapangan (real world).
10
b) Peta
Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi antara pembuat peta dan
penggguna peta, sehingga peta dituntut untuk dapat menyajikan fungsi dan
informasi dari objek yang digambarkan secara optimal. Menurut Dedy Miswar
(2012:2) peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan
dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua demensional.
Menurut Prihanto (1988) (dalam Riyanto, 2009:4) mendefinisikan peta
merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara
berbagai perwujudan yang diwakili. Dari definisi para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa peta merupakan gambaran penyederhanaan dari pengecilan
permukaan bumi yang disajikan melalui bidang datar yang dilengkapi dengan
skala dan proyeksi tertentu serta simbol-simbol atau keterangan.
Fungsi utama dari peta itu sendiri yakni menyampaikan informasi antara
pengguna peta dengan pembuat peta. Agar informasi ini berjalan lancar maka
sebuah peta harus memiliki beberapa syarat. Menurut Riyanto dkk (2009:4)
syarat-syarat adalah sebagai berikut:
a) Peta tidak boleh membingungkan. Agar tidak membingungkan maka sebuah
peta perlu dilengkapi:
- Keterangan atau legenda (legend).
- Skala (scale) peta.
- Judul peta.
- Bagian dunia mana (insert).
b) Peta harus mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si pemakai
peta. Untuk itu agar mudah dimengerti atau ditangkap maknanya, dalam peta
digunakan:
- Warna.
- Simbol (terutama peta tematik).
- Sistem proyeksi dan sistem koordinat.
c) Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini peta berarti harus
cukup teliti sesuai dengan tujuanya.
11
Peta memiliki berbagai macam klasifikasi. Menurut Riyanto dkk (2009:5) macam
peta dapat ditinjau dari empat segi yakni peta ditinjau dari segi jenis, peta ditinjau
dari skala, peta ditinjau dari fungsinya, dan peta yang ditinjau dari macam
persoalan. Dalam penelitian ini peta yang digunakan adalah peta tematik yakni
peta yang ditinjau dari fungsinya.
Menurut Subagio (2003:3) peta tematik adalah peta yang hanya menyajikan data-
data atau informasi dari suatu konsep/tema yang tertentu saja, baik berupa data
kualitatif maupun data kuantitatif dalam hubungannya dengan detail topografi
yang spesifik, terutama yang sesuai dengan tema peta tersebut.
2. Tindak Pidana Kriminalitas Pencurian
a) Pengertian Tindak Pidana
Istilah Pidana berasal dari bahasa Hindu Jawa yang artinya hukuman, nestapa atau
sedih hati, dalam bahasa Belanda disebut straf. Dipidana artinya dihukum,
kepidanaan artinya segala sesuatu yang bersifat tidak baik, jahat, pemidanaan
artinya penghukuman. Menurut E.Utrecht dalam Amiruddin dan H. Zainal Asikin
(2004: 47), pengertian tindak pidana dengan isilah peristiwa pidana yang sering
juga ia sebut delik, karena peristiwa itu suatu perbuatan (handelen atau
doenpositif) atau suatu melalaikan (natalen-negatif), maupun akibatnya (keadaan
yang ditimbulkan karena perbuatan atau melalaikan).
Menurut Van Hamel dalam Adami Chazawi (2002: 154), Pengertian Tindak
Pidana ialah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain.
12
Sedangkan menurut menurut Simons pengertian tindak pidana merupakan
tindakan melanggar hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun
tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya
dan oleh undang-undang hukum pidana telah dinyatakan sebagai suatu tindakan
yang dapat dihukum.
Setiap tindak kriminal di samping memunculkan pelaku juga akan menimbulkan
korban. Korban itu dapat berupa pelaku kriminal, maupun korban yang timbul
akibat dari tindak kriminal yang dilakukan oleh orang lain. Dalam menegakkan
hukum dalam rangka menciptakan keamanan dan ketertiban yang dilakukan
secara bersama-sama antara kepolisian, kejaksaan dan kehakiman, adalah
merupakan suatu rangkaian yang cukup panjang dan juga membutuhkan sebuah
kordinasi antar instansi penegak hukum tersebut dalam menangani sebuah perkara
tindak pidana.
b) Pengertian Kriminalitas (Kejahatan)
Menurut Kartini Kartono (1992:122) Kejahatan adalah tingkah laku yang
melanggar hukum dan norma-norma sosial sehingga masyarakat menentangnya.
Menurut Romli Atmasasmita (1983:53) Kejahatan adalah suatu konsep yuridis
yang berarti tingkah laku manusia yang dapat dihukum berdasarkan hukum
pidana. Kejahatan juga bukan hanya suatu gejala hukum. Sedangkan Menurut
Richard Quinney (Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001:11)
Menurut Made Darma Weda (1996:76) mengemukakan, bahwa ada dua faktor
yang menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu:
13
(1) faktor personal, termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin,
keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan
keteransingan), dan,
(2) faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi seorang individu secara langsung adalah
faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang mempengaruhi tingkah laku
seperti:
a. Cacat yang bersifat biologis dan psikis.
b. Perkembangan kepribadian dan intelegensi yang terhambat sehingga tidak bisa
menghayati norma-norma yang berlaku. Faktor-faktor endogen ini
mempengaruhi unsur niat saja (Subhan Dika Putra, 2017: 5).
Faktor-faktor eksogen adalah faktor-faktor yang berasal dari luar yang
mempengaruhi tingkah laku, seperti:
a. Pengaruh negatif dari orang tua.
b. Pengaruh negatif dari lingkungan sekolah.
c. Pengaruh negatif dari lingkungan masyarakat.
d. Tidak ada atau kurang pengawasan orang tua.
e. Tidak ada atau kurang pengawasan pemerintah.
f. Tidak ada atau kurang pengawasan dari masyarakat.
g. Tidak atau kurang pengisian waktu yang sehat.
h. Tidak ada rekreasi yang sehat.
i. Tidak ada pekerjaan.
j. Lingkungan fisik kota besar.
k. Anonimitas karena banyaknya penduduk kota-kota besar (Subhan Dika Putra,
2017: 5).
14
c) Pencurian
Dari segi bahasa (etimologi) pencurian berasal dari kata curi yang mendapat
awalan pe- dan akhiran -an. Kata curi sendiri artinya mengambil milik orang lain
tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Pencurian
dalam Kamus Hukum adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan
tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, arti dari kata “curi” adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau
dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. Sedangkan arti
“pencurian” proses, cara, perbuatan.
Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam
Pasal 362 KUHP adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang
berbunyi: “barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling
banyak Rp.900,00,-“.
3. Kendaraan Bermotor
Menurut rumusan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, pengertian kendaraan bermotor adalah kendaraan yang
digerakkan dengan peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu. Kendaraan
Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada
pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau
barang dijalan selain dari pada kendaraan yang berjalan di atas rel.
15
Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa
motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya
energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan
roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air. (Pasal 1 Angka 13 UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor
mempunyai makna yaitu kendaraan yang digunakan untuk dikendari atau dinaiki,
dimana kendaraan itu digerakkan oleh peralatan teknik atau motor sebagai tenaga
penggerak baik kendaraan beroda dua maupun beroda empat.
4. Sistem Informasi Geografi (SIG)
a) Pengertian Sistem Informasi Geografi
Saat ini perkembangan informasi geospasial sangat pesat, terutama
pengembanagan data Geospasial Digital. Kemampuan penyimpanan yang
semakin besar, kapasitas transfer data yang semakin meningkat, dan kecepatan
proses data yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan bagian yang
tidak terlepaskan dari perkembangan teknologi informasi. Maka dari itu,
diperlukan sebuah perangkat lunak yang berbasis data untuk dapat menganalisis
dan memungkinkan pencarian data yang mudah dalam suatu sistem informasi
yang disebut Sistem Informasi Geografi. Sistem Informasi Geografis (SIG)
16
menjadi salah satu sarana penyampaian informasi. Terutama untuk informasi-
informasi yang berhubungan dengan data spasial.
Menurut Eddy Prahasta (2002:4),Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu
teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial
dalam menyimpan, manipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-
kondisi alam dengan bantuan data atribut dan data spasial.
Geographic Information System (GIS), merupakan suatu sistem yang berbasiskan
komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-formasi
geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis
objek-objek dan fenomena-fenomena dimana lokasi geografis merupakan
karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.
SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan dalam
menangani data yang bereferensi geografis yaitu: masukan, keluaran, manajemen
data (penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi data
(aronoff:89). Dalam sistem informasi geografis terdapat subsistem-subsistem
dalam SIG itu sendiri meliputi Data Input, Data Output, Data Management, dan
Data Manipulation and Analysis. Keempat subsistem tersebut akan saling
berkaitan antara satu sama lain. Dapat dilihat pada gambar skema berikut:
17
b) Komponen-komponen SIG
Sistem Informasi Geografi memiliki sistem yang kompleks dan biasanya
terintegrasi dengan sistem-sistem komputer tingkat fungsional dan jaringan.
Komponen- komponen yang terdapat dalam yang terdapat dalam sistem informasi
geografi adalah:
1) Perangkat Keras (hardware)
Perangkat keras untuk SIG meliputi perangkat keras yang bekerja sebagai
pemasukan data, pemrosesan data, penyajian hasil, dan penyimpanan (storage).
Perangkat keras yang sering digunakan antara lain adalah Digitizer, scanner,
Central Procesing Unit (CPU), mouse , printer, plotter.
2) Perangkat lunak (software)
Dari sudut pandang yang lain, SIG bisa juga merupakan sistem perangkat lunak
yang tersusun secara modular dimana sistem basis datanya memegang peranan
kunci. Software SIG harus memiliki spesifikasi sebagai Database Management
System (DBMS), fasilitas untuk input dan manipulasi data geografis, fasilitas
untuk query, analisis, dan visualisasi serta Graphical User Interface (GUI) yang
baik untuk mempermudah akses fasilitas yang ada. Beberapa perangkat lunak
misalnya: R2V, Arc view, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain.
18
3) Data
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data atau informasi yang diperlukan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Data SIG atau disebut data
geospatial dibedakan menjadi data spasial dan data attribute. Data grafis
mempunyai tiga elemen: titik (node), garis(arc), danluasan/ area (polygon), dalam
bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk,
posisi, dan arah. Tujuh fenomena geografis yang dapat diwakili dalam bentuk
titik, garis, dan polygon/area, yaitu: data kenampakan, unit area, jaringan topologi,
catatan sampel, data permukaan bumi, label/teks pada data, simbol data.
4) Sumber Daya Manusia
Teknologi SIG tidaklah bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan
membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi nyata. Suatu
proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-
orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.
19
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian geografi adalah tata cara kerja atau pedoman yang sistematis
untuk memahami obyek penelitian geografi, dengan menggunakan alat dan
melalui prosedur (tata kerja) ilmiah geografi, untuk mencapai tujuan penelitian, di
bidang ilmu geografi, dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar
(Widoyo Alfandi, 2001:108).
Metode penelitian yang digunakan adalah Sistem Informasi Geografi (SIG).
Bernharsen dalam Rosana (2003:67) mendefinisikan: “Sistem Informasi Geografi
adalah sistem komputer yang digunakan untuk akuisisi (perolehan) dan verifikasi,
kompilasi, penyimpanan, perubahan (updating) manajemen dan pertukaran,
manipulasi, pemanggilan dan presentasi, serta analisis data geografis”. Sistem
komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing), menyimpan,
memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan
data, berhubungan dengan posisi di permukaan bumi. Metode penelitian SIG
digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran tindak pidana
curanmor di Kota Bandar Lampung berbasis spasial.
20
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah sebaran lokasi tindak kriminalitas curanmor di
Kota Bandar Lampung yakni di Kecamatan Kedaton dan Kecamatan Rajabasa.
2. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah data geospasial yaitu :
a. Data Spasial yaitu peta administratif Kota Bandar Lampung.
b. Data Atribut yaitu data lokasi dan jumlah tindak kriminalitas curanmor di
Kota Bandar Lampung.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Lokasi persebaran wilayah tindak pidana kriminalitas curanmor di Kota
Bandar Lampung.
b) Faktor kerawanan tindak pidana kriminalitas curanmor di Kota Bandar
Lampung.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini yakni
a) Lokasi sebaran tindak pidana curanmor di Kota Bandar Lampung berdasarkan
wilayah hukum. Dalam penelitian ini, lokasi yang dimaksud adalah lokasi
21
absolut sebaran tindak pidana curanmor di Kota Bandar Lampung. Lokasi
tindak pidana curanmor di Kota Bandar Lampung ini didapat melalui hasil
pengukuran di lapangan dengan menggunakan GPS. Berikut adalah cara
menentukan titik koordinat suatu wilayah dengan menggunakan GPS:
Tekan tombol power pada GPS. Tunggu hingga GPS mendapatkan sinyal
yang baik (± 5-6 sinyal yang dapat ditangkap oleh GPS). Dalam
menentukan suatu koordinat lebih baik dilakukan di luar ruangan agar
sinyal dapat mudah ditangkap oleh GPS.
Tekan tombol pada menu utama. Kemudian pilih Mark Waypoint.
Tunggu beberapa saat, hingga akan muncul titik koordinat berserta
elevasinya (ketinggian tempat tersebut).
Catat titik lokasi koordinat tersebut.
Catatan:
Pada saat marking titik koordinat anda tidak boleh bergerak ke sana kemari
(berjalan-jalan), cukup berhenti di tempat sesaat sampai anda tekan Enter
untuk OK, menerima hasil yang diperoleh dan anda simpan, baik anda ubah
namanya ataupun default nama yang diberikan oleh GPS.
b) Faktor rawan tindak pidana kriminalitas curanmor di Kota Bandar Lampung.
Faktor yang dimaksud adalah faktor-faktor penyebab terjadinya rawan tindak
kriminalitas dengan melihat kondisi yang ada dilapangan dengan melihat di
Kota Bandar Lampung. Faktor rawan tindak pidana curanmor di tentukan
sebagai berikut:
22
Faktor personal, termasuk didalamnya faktor biologis (umur, jenis
kelamin, keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas,
kecerobohan, dan keteransingan), dan,
Faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
penelitian ini digunakan metode pengumpulan data yaitu:
1. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala pada objek penelitian (Moh.
Pabundu Tika, 2005:44). Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang data lokasi sebaran serta kondisi penyebab tindak
kriminal curanmor wilayah di Kota Bandar Lampung
2. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010:274). Dalam penelitian ini teknik
dokumentasi digunakan untuk mencari data skunder mengenai data tindak
kriminalitas curanmor, jumlah penduduk, peta dasar Kota Bandar Lampung dan
lain-lainnya yang diperoleh melalui lembaga instalansi terkait.
23
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
berdasarkan unit pemetaan dengan pendekatan spasial (keruangan). Pendekatan
keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatialstructure), pola
(spatialpattern), dan proses (spatial processess).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian mengenai tingkat
rawan curanmor di Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Peta dan basis data dapat digunakan untuk menyediakan informasi serta
mengolah data sebaran titik lokasi tindak pidana curanmor di Kota Bandar
Lampung serta dapat memberikan kemudahan dalam proses penggunaannya.
Lokasi persebaran wilayah tindak pidana kriminalitas curanmor di Kota
Bandar Lampung terjadi di Kecamatan Kedaton sebanyak 57 titik lokasi dan
Kecamatan Rajabasa 63 titik lokasi.
2. Wilayah yang memiliki tindak pidana kriminalitas curanmor tinggi di Kota
Bandar Lampung yakni di Kecamatan Kedaton meliputi Kelurahan Kedaton
dengan jumlah kejadian sebanyak 19 kejadian atau sebesar 33,33% dan
Kelurahan Penengahan Raya dengan jumlah kejadian sebanyak 13 kejadian
atau sebesar 22,81%. Di Kecamatan Rajabasa meliputi Kelurahan Rajabasa
dengan jumlah kejadian sebanyak 21 kejadian atau sebesar 33,33%,
Kelurahan Gedong Meneng dengan jumlah kejadian 15 atau sebesar 23,81%
dan Kelurahan Rajabasa Nunyai dengan jumlah kejadian sebanyak 13
kejadian atau sebesar 20,63%.
69
3. Faktor yang mengakibatkan rawan tindak pidana kriminalitas curanmor di
Kota Bandar Lampung yakni faktor personal, meliputi; kelalaian pemilik saat
memarkir kendaraannya dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
tindak pidana curanmor yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Faktor situasional, meliputi: daerah perumahan yang tergolong sepi, tidak ada
petugas keamanan di tempat-tempat umum atau perumahan, lokasi yang jauh
dari pos keamanan atau pos polisi, banyak warga pendatang yang tidak
terdata, tidak ada kegiatan Siskamling atau hanya di malam hari, kemudahan
mendapat informasi dari ‘orang dalam’, sewaktu melakukan tindak pidana
curanmor, daerah yang tergolong ramai karena menjadi akses utama
masyarakat, kurangnya pengamanan di daerah pasar atau pertokoan, dan
akses jalan pelarian bagi pelaku yang mudah.
B. Saran
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan antara lain:
1. Disarankan kepada masyarakat untuk lebih teliti dan waspada dalam menjaga
keamanan lingkungan sekitar sehingga dapat mengurangi terjadinya tindak
kriminal curanmor.
2. Diharapkan kepada masyarakat untuk menggalakkan kembali bentuk
perlindungan sosial yang selama ini sudah ada, misalnya Siskamling (Sistem
Keamanan Lingkungan) dengan lebih efektif. Jika kontrol masyarakat lebih
kuat maka hal ini akan dapat mengurangi angka tindak kriminalitas curanmor.
70
3. Disarankan kepada pihak kepolisian untuk lebih memperketat pengawasan di
daerah yang rawan terjadi tindak kriminalitas curanmor, guna untuk
mengantisipasi terjadinya tindak kriminalitas yang lebih tinggi lagi.
4. Masyarakat diharapkan menumbuhkan dan meningkatkan kewaspadaan
terhadap segala tindak kriminalitas khususnya tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor yang bisa saja terjadi disekitar kita dan pada waktu yang
tidak terduga.
DAFTAR PUSTAKA
Adami Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana 1. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta,
Amiruddin dan H. Zainal Asikin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2016. Statistik Keamanan Provinsi
Lampung 2015. Lampung.
Barda Nawawi Arief. 1994. Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan
Kejahatan dengan Pidana Penjara. Badan Penerbit Universitas
Diponogoro Semarang.
Dedy Miswar. 2012. Kartografi Tematik. Anugrah Utama Raharja Printing &
Publishing. Bandar Lampung.
Eddy Prahasta. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.
Informatika. Bandung.
Juhadi dan Dewi Liesnoor Setiyowati. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik.
Pusat Pengkajian dan Pelayanan Sistem Informasi geografis, Geografi
UNNES. Semarang.
Kartini Kartono. 1992. Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Rajawali Press.
Jakarta.
Made Darma Weda.1996. Kriminologi, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.
Nanda Katika. Pemetaan Sumber Daya Kelautan. Oktober 2015.
http://nandakartika21.blogspot.co.id/2015/10/. Diakses pada 22 Januari
2018.
Riyanto, Prilnali EP dan Hendi Indelarko. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem
Informasi Geografis. Gava Media. Yogyakarta.
Romli Atmasasmita. 1983. Problem Kenakalan Anak-anak Remaja. Armico,
Bandung.
Rosana. 2003. Buku ajar Sistem Informasi Geografi. Diktat. Fakultas Keguruan
dan Ilmu PendidikanUniversitas Lampung. Lampung.
Soekidjo. 1994. Pengembangan Potensi Wilayah. Gramedia. 229 Halaman.
Bandung
Subagio. 2003. Pengetahuan Peta. Penerbit ITB. Bandung.
Subhan Dika Putra. 2017. Analisis Pemetaan Kasus Pencurian Di Jatinangor.
https://subhandikaputra.files.wordpress.com/2017/12/analisis-pemetaan-
kriminalitas-di-jatinangor.pdf. Diakses pada 22 Januari 2018.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta. Jakarta.
Topo Santoso & Eva Achjani Zulfa. 2001. Kriminologi. Rajawali Press. Jakarta,.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Tentang Lalu Lontsdan Angkutan Jalan.
Pustaka Yustisiaa. Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah. Pustaka Yustisiaa. Yogyakarta.
Widoyo Alfandi. 2001. Epistemologi Geografi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.