Pemetaan lahan gambut skala 1:50

18
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis: 07-01, Informasi Geografi/Geomatika, dan tidak untuk dikomersialkan” Standar Nasional Indonesia ICS 07.040 SNI 7925:2019 Pemetaan lahan gambut skala 1:50.000

Transcript of Pemetaan lahan gambut skala 1:50

Page 1: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

Standar Nasional Indonesia

ICS 07.040

SNI 7925:2019

Pemetaan lahan gambut skala 1:50.000

Page 2: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

© BSN 2019 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: [email protected] www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Page 3: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 i

Daftar isi

Daftar isi ...................................................................................................................................... i

Prakata ....................................................................................................................................... 1

Pendahuluan ............................................................................................................................. iii

1 Ruang lingkup ......................................................................................................................... 1

2 Acuan normatif ........................................................................................................................ 1

3 Istilah dan definisi ................................................................................................................... 1

4 Metode pemetaan lahan gambut ............................................................................................. 2

4.1 Tahap pemetaan .......................................................................................................... 2

4.2 Penyiapan data (pengumpulan dan kompilasi) ............................................................. 3

4.3 Interpretasi lahan gambut ............................................................................................. 3

4.4 Survei lapangan ............................................................................................................ 5

4.5 Pengolahan data .......................................................................................................... 6

4.6 Penyusunan basis data ................................................................................................ 9

4.7 Penyajian peta lahan gambut ....................................................................................... 9

Lampiran A (informatif) Formulir pengamatan tanah gambut .................................................... 11

Bibliografi .................................................................................................................................. 12

Tabel 1 – Contoh legenda peta interpretasi lahan gambut...………………………………….…… 4

Tabel 2 – Contoh legenda peta lahan gambut ............................................................................ 8

Tabel 3 – Klasifikasi sifat tanah gambut ...................................................................................... 8

Gambar 1 - Diagram alir pemetaan lahan gambut skala 1:50.000............................................... 3

Gambar 2 - Ilustrasi area percontoh (15% dari total area survei) dan titik pengamatan pada

beberapa satuan lahan ............................................................................................................... 5

Gambar 3 - Bor gambut dan peralatan survei lainnya ................................................................. 6

Gambar 4 - Penyajian peta lahan gambut ................................................................................. 10

Gambar 5 - Legenda peta lahan gambut................................................................................... 10

Page 4: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 ii

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) 7925:2019, Pemetaan lahan gambut skala 1:50.000 merupakan SNI revisi dari SNI 7925:2013, Pemetaan lahan gambut skala 1:50.000 berbasis citra penginderaan jauh. Perubahan terdapat pada metode survey dan pemetaan lahan gambut yang meliputi penambahan sumber data yang digunakan, pengambilan percontoh tanah di lapangan dan penyajian peta lahan gambut. Standar ini disusun berdasarkan Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Penulisan Standar Nasional Indonesia. Standar ini disusun oleh Komite Teknis 07-01, Informasi Geografi/Geomatika melalui proses perumusan standar dan terakhir dibahas dalam rapat konsensus pada tanggal 4 – 5 September 2019 di Makasar, yang dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah, produsen, konsumen, pakar, dan institusi terkait lainnya. SNI ini juga telah melalui tahapan konsensus nasional, yaitu jajak pendapat pada periode 29 September 2019 sampai dengan 28 November 2019. Untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan dokumen ini, disarankan bagi pengguna standar untuk menggunakan dokumen SNI yang dicetak dengan tinta berwarna. Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat berupa hak paten. Badan Standarisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.

Page 5: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 iii

Pendahuluan

Pemetaan lahan gambut di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1865. Pengenalan keberadaan gambut pada daerah yang luas dikemukakan oleh Koorders yang mengiringi ekspedisi Ijzerman melintasi Sumatera tahun 1865. Ia melaporkan penyebaran gambut sangat luas, hampir mencapai 1/5 total luas pulau Sumatera, di hutan rawa sepanjang pantai timur pulau ini (Koorders dan Potonie, 1905). Pada awal tahun 1965, melalui Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S) di Pulau Sumatera dan Kalimantan, lahan gambut di Indonesia tercatat 17 juta hektare. Penelitian dan pemetaan lahan gambut terus mengalami perkembangan. Pada tahun 2011, seluruh lahan gambut di Indonesia berhasil dipetakan pada tingkat skala 1:250.000. Berdasarkan peta tersebut, Indonesia memiliki lahan gambut sekitar 14,9 juta hektare yang tersebar di Sumatera (6,4 juta hektare), Kalimantan (4,8 juta hektare), Papua (3,7 juta hektare), serta dalam luasan sempit di Sulawesi (24.783 hektare). Lahan gambut merupakan lahan yang terisi tanah rapuh (fragile soil) yang membutuhkan kehati-hatian dalam pemanfaatannya. Untuk itu, informasi sifat dan karakteristik tanah gambut yang lebih detail sangat diperlukan, Informasi tersebut yang dapat diperoleh melalui pemetaan lahan gambut skala 1:50.000 atau lebih besar. Pemetaan lahan gambut skala 1:50.000 telah dimulai oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian tahun 2013. Pemetaan lahan gambut dilakukan melalui kegiatan Indonesian Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan BBSDLP di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Papua, dan Papua Barat guna mendukung pemanfaatan dan pengelolaan lahan gambut berkelanjutan di provinsi tersebut.

Berkaitan dengan pemetaan lahan gambut, Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial dan Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) telah mewajibkan seluruh Kementerian dan Lembaga, termasuk Kementerian Pertanian, untuk menggunakan satu sumber peta dasar (Peta Rupabumi Indonesia) yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk menyusun peta tematik. Kebijakan tersebut diperkuat oleh Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000. Dalam Lampiran Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tersebut, BBSDLP ditunjuk sebagai wali data peta tanah dan peta lahan gambut.

Keandalan dan keseragaman data dan informasi yang dikumpulkan di lapangan serta penyajiannya dalam laporan dan peta sangat mendukung pengambilan kebijakan pembangunan nasional.

Page 6: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 1 dari 12

Pemetaan lahan gambut skala 1:50.000 1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan proses pemetaan lahan gambut skala 1:50.000 yang meliputi penyiapan data (pengumpulan dan kompilasi), interpretasi lahan gambut, survei lapangan, pengolahan data dan penyusunan basis data, serta penyajian peta lahan gambut. Keluaran standar ini adalah peta lahan gambut skala 1:50.000. Standar ini menetapkan kebutuhan minimal parameter yang diambil secara in situ dalam pemetaan lahan gambut skala tersebut.

2 Acuan normatif Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penerapan dokumen ini. Untuk acuan bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan tidak bertanggal, berlaku edisi terakhir dari dokumen acuan tersebut (Termasuk seluruh perubahan/amandemennya).

SNI 8473:2018, Survei dan pemetaan tanah semidetail skala 1:50.000 SNI 7645-1, Klasifikasi penutup lahan bagian 1: Skala kecil/menengah

3 Istilah dan definisi

Untuk tujuan penggunaan dokumen ini, istilah dan definisi berikut berlaku.

3.1 lahan gambut lahan dengan tanah gambut, terbentuk dari endapan bahan organik berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang sebagian belum melapuk dengan ketebalan 50 cm atau lebih secara kumulatif di dalam kedalaman 80 cm dari permukaan tanah, dan mengandung karbon organik sekurang-kurangnya 12 % berdasarkan berat kering

3.2 gambut fibrik gambut mentah gambut yang sebagian besar belum melapuk, bahan asalnya masih dapat dikenali, berwarna cokelat sampai cokelat kemerahan, dan jika diremas, kandungan seratnya lebih dari 75 %

3.3 gambut hemik gambut setengah matang gambut setengah melapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna cokelat, dan jika diremas, kandungan seratnya berkisar dari 17% sampai 75%

3.4 gambut saprik gambut matang gambut yang sebagian besar sudah melapuk, bahan asalnya sudah tidak dikenali, berwarna cokelat tua sampai hitam, dan jika diremas, kandungan seratnya kurang dari 17 %

3.5 tipologi lahan gambut

Page 7: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 2 dari 12

satuan pemetaan lahan gambut yang memiliki karakteristik unik yang mencerminkan proses pembentukan, ketebalan, kematangan, kandungan bahan sulfidik, dan substratum

3.6 ketebalan (gambut) ukuran tebal tipisnya gambut yang diukur dari lapisan gambut paling atas hingga lapisan dasar gambut (substratum), diukur dalam satuan sentimeter (cm)

3.7 luasan (gambut) cakupan area lahan gambut, diukur dalam satuan hektare (ha)

3.8 elevasi ketinggian titik di atas permukaan laut, dalam satuan meter (m)

3.9 penutup lahan tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati, merupakan hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penutupan lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutupan lahan tersebut

3.10 bentuk lahan bentukan alam di permukaan bumi akibat proses pembentukan secara geologis dan evolusinya, yang sangat erat kaitannya dengan iklim, litologi, stratigrafi, dan topografi

3.11 kubah gambut gambut yang terbentuk di rawa belakang (backswamp) luas, di antara dua sungai atau di antara daratan dan pantai

CATATAN Pembentukan kubah gambut dipengaruhi oleh genangan air hujan yang menjadikan gambut tebal dan kesuburannya sangat rendah (oligotropik). Ketebalan gambut lebih dari 300 cm, kecuali pada bagian tepi kubah gambut.

3.12 gambut topogen gambut yang terbentuk di daerah topografi cekung, berupa rawa-rawa yang relatif dangkal CATATAN Gambut topogen mempunyai tingkat kesuburan relatif tinggi (eutropik) karena pengayaan bahan mineral dari luapan banjir.

4 Metode pemetaan lahan gambut 4.1 Tahap pemetaan Metode pemetaan lahan gambut ini dijelaskan pada Gambar 1.

Page 8: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 3 dari 12

Gambar 1 - Diagram alir pemetaan lahan gambut skala 1:50.000

4.2 Penyiapan data (pengumpulan dan kompilasi) Tahapan penyiapan data meliputi pengumpulan dan kompilasi data serta informasi yang digunakan dalam pemetaan lahan gambut skala 1:50.000. Data dan informasi yang dikumpulkan minimal meliputi peta Rupabumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 atau 1:50.000, data DEM, data tanah warisan (legacy soil data) skala 1:250.000 dan 1:50.000, peta geologi, data iklim, dan data citra satelit resolusi menengah sampai tinggi yang terbaru.

4.3 Interpretasi lahan gambut Tahapan ini meliputi interpretasi visual satuan lahan dan penutup lahan. Interpretasi satuan lahan gambut menggunakan pendekatan bentuk lahan dengan mengacu pada SNI 8473:2018. Delineasi bentuk lahan untuk penyusunan satuan lahan gambut dilakukan dengan teknik tumpang susun (overlay) antara model elevasi digital (DEM) dan peta geologi dengan menggunakan bantuan citra satelit dan peta rupabumi. Bentuk lahan yang berasosiasi dengan tanah gambut adalah cekungan pesisir, rawa belakang sungai, rawa belakang pasang surut,

Page 9: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 4 dari 12

dataran fluvio marin, depresi aluvial, dataran danau/lakustrin, basin tertutup, kubah gambut (gambut ombrogen), dan gambut topogen. Delineasi penutup lahan sebagai unsur satuan lahan didasarkan pada ketampakan pola, kerapatan, rona, dan warna pada citra multitemporal yang mengacu pada SNI 7645-1:2014. Fitur kunci penutup lahan yang dapat digunakan untuk membantu identifikasi lahan gambut dan dapat dideteksi dengan bantuan citra multitemporal antara lain: a) Keberagaman vegetasi yang rendah.

Lahan gambut pada daerah tropis umumnya ditutupi oleh penutup lahan berupa hutan, semak, semak belukar, padang rumput, padang alang-alang, herba atau vegetasi herba lainnya dengan keberagaman vegetasi yang rendah.

b) Struktur vegetasi yang khas. Struktur vegetasi pada lahan gambut umumnya memiliki karakteristik kanopi yang nampak seragam karena keragaman vegetasi yang rendah.

Penutup lahan alami yang belum terusik dapat dijadikan sebagai salah satu analisis penunjang dalam delineasi jenis gambut, sehingga area percontoh perlu didasarkan pada bentuk lahan dan penutup lahan yang terdapat dalam peta satuan lahan. Hasil tahap ini adalah Peta Interpretasi Lahan Gambut Skala 1:50.000 dengan contoh legenda pada Tabel 1.

Tabel 1 - Contoh legenda peta interpretasi lahan gambut

Satuan lahan

Uraian Luas

Bentuk lahan Bahan induk

Relief/ lereng (%)

Penutup lahan

ha %

Go.1.1 Tepi kubah gambut

Endapan organik

Datar (<1 %) Kebun campuran

2.838 17,19

Go.1.2 Kubah gambut Endapan organik

Datar (<1 %) Belukar rawa 9.732 82,81

Total 12.570 100,00

Peta Interpretasi Lahan Gambut selanjutnya digunakan untuk penyusunan rencana kerja di lapangan, seperti penentuan area percontoh (minimal 15 % dari luas area survei), penentuan titik pengamatan, dan pengambilan percontoh. Penentuan area percontoh perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu 1) keterwakilan satuan lahan dan luasannya, dan 2) kemudahan aksesibilitas. Area percontoh diberlakukan pada area yang cukup luas, yaitu minimal 10.000 ha dan kurang dari 25% dari luas area tersebut telah dibuka. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan transek, yaitu 1) transek dibuat tegak lurus terhadap sungai jika gambut berada di antara dua sungai dan 2) transek dibuat dari bagian pinggir/tinggi ke arah tengah/rendah jika tanah gambut berada di daerah cekungan. Ilustrasi penentuan area percontoh, titik pengamatan, dan pengambilan percontoh disajikan pada Gambar 2.

Page 10: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 5 dari 12

Gambar 2 - Ilustrasi area percontoh (15 % dari total area survei) dan titik pengamatan pada beberapa satuan lahan.

4.4 Survei lapangan Survei lapangan bertujuan: a) memverifikasi batas satuan lahan, b) mengamati tanah dan lingkungan, dan c) mengambil percontoh. Pengamatan tanah dilakukan di sepanjang jalur transek pada area percontoh yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat-sifat tanah gambut. Pengamatan dilakukan setiap jarak 250 m dan antar transek 1.000 m (1 titik observasi mewakili 25 ha) dilakukan pada area yang belum atau masih sedikit dibuka. Sementara itu, pada area yang sudah terbuka dan akses lebih mudah untuk operasional lapangan, pengamatan di dalam transek dilakukan pada jarak setiap 500 m dan jarak antar transek 500 m – 1.000 m (1 observasi mewakili 25 ha – 50 ha). Untuk wilayah di luar area percontoh, pengamatan dilakukan 2 titik sampai 3 titik bergantung pada luasan dan/atau perubahan penutup lahan. Pengamatan tanah dilakukan menggunakan bor gambut sampai kedalaman lapisan tanah mineral (substratum). Parameter yang diamati dicatat dalam formulir pengamatan, meliputi sifat morfologi tanah, seperti warna, drainase, ketebalan dan kematangan tanah gambut, kadar bahan sulfidik/pirit, kedalaman air tanah, sisipan tanah mineral, pH tanah/air gambut, dan salinitas. Pengamatan untuk substratum meliputi warna, tekstur, konsistensi, pH, dan kadar bahan sulfidik/pirit, sedangkan pengamatan lingkungan, antara lain banjir, genangan/luapan, keberadaan saluran drainase, dan vegetasi/penutup lahan. Contoh form pengamatan dapat dilihat pada Lamipran A. Pada area percontoh yang belum dibuka, jumlah percontoh tanah yang dianalisis di laboratorium sekitar 25 % dari jumlah titik pengamatan di dalam area percontoh, sedangkan

Page 11: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 6 dari 12

pada daerah yang sudah dibuka dengan pengamatan yang lebih intensif, jumlah percontoh tanah yang dianalisis sekitar 10 % dari jumlah titik pengamatan. Analisis sifat fisika dan kimia pada percontoh dilakukan di laboratorium terakreditasi. Hasil kegiatan tahap ini adalah peta titik pengamatan lapangan. Peralatan minimal yang digunakan dalam survei lapangan adalah sebagai berikut (Gambar 3). 1) Satu set bor gambut yang terdiri atas 50 cm auger (volume 500 cm3), pemutar dengan

tangkai bentuk T (50 cm), batang besi 100 cm (jumlah sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman gambut), dan satu alat bantu pengungkit, serta dua set kunci pas.

2) Satu unit Global Navigation Satellite System (GNSS). 3) Munsell soil color charts. 4) Abney level 5) pH lakmus. 6) Meteran. 7) Pisau lapang. 8) Kape. 9) Kantong percontoh.

Gambar 3 - Bor gambut dan peralatan survei lainnya

4.5 Pengolahan data Analisis percontoh tanah dilakukan di laboratorium terakreditasi, meliputi penetapan 1) sifat fisika, yaitu

a) bulk density (BD), b) kadar serat, dan c) kadar abu;

2) sifat kimia, yaitu a) pH b) kadar C organik dan N total, c) P2O5 dan K2O (total dan tersedia), d) basa-basa (dapat) tukar (Ca, Mg, Ka, dan Na), e) kapasitas tukar kation (KTK), f) kejenuhan basa (KB),

Page 12: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 7 dari 12

g) kadar pirit, h) salinitas, dan i) daya hantar listrik (DHL).

Pengolahan data meliputi interpretasi data hasil analisis percontoh tanah untuk menetapkan klasifikasi dan sifat-sifat tanah untuk melengkapi informasi Peta Lahan Gambut yang disajikan dalam bentuk Legenda Peta (Tabel 2). Penyusunan peta lahan gambut didasarkan atas hasil pengamatan lapangan dan/atau reinterpretasi citra satelit yang didukung oleh hasil analisis percontoh tanah di laboratorium. Peta lahan gambut dilengkapi dengan legenda yang berisikan nomor satuan peta, sifat-sifat tanah gambut (klasifikasi tanah, drainase, kematangan gambut, pH, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa), kedalaman gambut, proporsi, bentuk lahan, bahan induk, substratum, relief/lereng, dan luasan (dalam hektare dan persentase). Setiap satuan peta gambut terdiri atas 1 – 2 macam tanah, penyebaran terluas ditempatkan sebagai tanah utama, dan sisanya sebagai tanah kedua. Klasifikasi sifat tanah gambut disajikan dalam Tabel 3. Klasifikasi sifat tanah yang lain, seperti kelas drainase dan kelas lereng mengacu pada SNI 8473:2018. Proporsi tanah diperkirakan dari hasil pengamatan lapangan. Proporsi satuan tanah dibedakan menurut simbol*, yaitu 1) P = sangat dominan (> 75%), 2) D = dominan (50% – 75%), 3) F = sedang (25% – 49%), 4) M = sedikit (10% – 24%), dan 5) T = sangat sedikit (< 10%).

Keterangan* Berlaku pembulatan Klasifikasi tanah mengacu pada Klasifikasi Tanah Nasional sampai tingkat Macam Tanah dan padanannya menurut Taksonomi Tanah sampai tingkat Subgrup, tertuang dalam SNI 8473:2018.

Page 13: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 8 dari 12

Tabel 2 - Contoh legenda peta lahan gambut

No. SPT

Uraian Tanah Kedalaman

gambut Prop.

Bentuk Lahan

Bahan induk

Substratum Relief/ lereng

(%)

Luas

Ha %

1 Organosol Hemik, dangkal, sangat terhambat, kematangan hemik, sangat masam, KTK sangat tinggi, KB sangat rendah (Typic Haplohemists)

Dangkal (50 ≤ 100 cm)

D Gambut topogen air tawar

Endapan organik

Endapan liat

Datar (0 – 1 %)

4.000

76,41

Organosol Saprik, dangkal, sangat terhambat, kematangan hemik, sangat masam, KTK sangat tinggi, KB sangat rendah (Typic Haplosaprists)

F

2 Organosol Saprik, sedang, sangat terhambat, kematangan saprik, sangat masam, KTK sangat tinggi, KB sangat rendah (Typic Haplosaprists)

Sedang (100 ≤ 200 cm)

P Depresi aluvial (rawa lebak)

Endapan organik

Endapan liat

Datar (0 – 1 %)

1.235 23,59

Total 5.235 100

Tabel 3 - Klasifikasi sifat tanah gambut

No Parameter sifat tanah Klasifikasi

1 Kedalaman Dangkal : 50 cm – <100 cm

Sedang : 100 cm – < 200 cm

Dalam : 200 cm – < 300 cm

Sangat dalam : 300 cm – < 500 cm

Sangat dalam sekali : 500 cm – < 700 cm

Ekstrim : > 700 cm

Page 14: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 9 dari 12

Tabel 3 - Klasifikasi sifat tanah gambut (lanjutan 2 dari 2)

No Parameter sifat tanah Klasifikasi

2 Tingkat kemasaman (pH H2O) Sangat masam : < 4,5

Masam : 4,5 – 5,5

Agak masam : 5,6 – 6,5

Netral : 6,6 – 7,5

Agak alkalis : 7,6 – 8,5

Alkalis : > 8,5

3 Kapasitas tukar kation (KTK) Sangat rendah : < 5 cmol (+)/kg

Rendah : 5 cmol (+)/kg – 16 cmol (+)/kg

Sedang : 17 cmol (+)/kg – 24 cmol (+)/kg

Tinggi : 24 cmol (+)/kg – 40 cmol (+)/kg

Sangat tinggi : > 40 cmol (+)/kg

4 Kelas Kejenuhan Basa (KB) Sangat rendah : < 20%

Rendah : 20% – 35%

Sedang : 35% – 60%

Tinggi : 60% – 80%

4.6 Penyusunan basis data Basis data meliputi data spasial dan tabular. Data spasial terdiri atas peta titik observasi dan peta lahan gambut, sedangkan data tabular berupa sifat morfologi, sifat fisika, dan kimia tanah gambut. 4.7 Penyajian peta lahan gambut Penyajian peta lahan gambut skala 1:50.000 mengacu pada SNI 8743:2018. Dalam penyajian peta lahan gambut tersebut disajikan unsur - unsur rupabumi, seperti perhubungan, perairan, batas administrasi, dan toponim. Simbol unsur rupabumi tersebut mengacu pada SNI yang telah ada. Unsur - unsur dalam penyajian peta lahan gambut adalah sebagai berikut. 1. Judul peta, skala, nomor lembar peta, dan edisi. 2. Petunjuk letak peta. 3. Diagram lokasi. 4. Keterangan proyeksi, sistem grid, datum horizontal, datum vertikal, satuan tinggi, selang

kontur, serta perimeter translasi untuk transformasi koordinat dan datum. 5. Simbol instansi penyelenggara. 6. Keterangan isi legenda lahan gambut. 7. Keterangan mengenai ibu kota negara, ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten/kota, ibu kota

kecamatan, ibu kota desa/kelurahan dan wilayah administrasi lainnya. 8. Keterangan riwayat. 9. Petunjuk pembacaan koordinat geografi. 10. Petunjuk pembacaan koordinat UTM. 11. Gambar pembagian daerah administrasi. 12. Keterangan pembagian daerah administrasi. 13. Skala peta. 14. Keterangan singkatan dan kesamaan arti. 15. Keterangan mengenai utara sebenarnya (US), utara grid (UG), utara magnetik (UM). 16. Gambar mengenai utara sebenarnya (US), utara grid (UG), utara magnetik (UM) dan di

bawahnya keterangan nomor lembar peta.

Page 15: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 10 dari 12

Contoh penyajian peta lahan gambut dapat dilihat pada Gambar 4 dan contoh legenda peta lahan gambut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4 - Penyajian peta lahan gambut

Gambar 5 - Legenda peta lahan gambut

Page 16: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SN

I 7

92

5:2

01

9

© B

SN

20

19

11 d

ari

12

La

mp

ira

n A

(info

rma

tif)

Fo

rmu

lir

pe

ng

am

ata

n t

an

ah

ga

mb

ut

Na

ma

Pe

me

ta

T

utu

pa

n L

ah

an

K

lasifik

asi T

ana

h :

No

mo

r P

em

bora

n

N

asio

na

l (B

BS

DL

P,

2016

)

Ta

ng

ga

l/B

ula

n/T

ahu

n

V

eg

eta

si

T

akso

nom

i T

ana

h-U

SD

A

(SS

S,

201

4)

L

oka

si

Be

ntu

k L

ah

an (

landfo

rm)

P

roduksi

E

pip

ed

on

Ba

ha

n I

nduk

Re

lief

P

em

up

uka

n

H

orison

Lere

ng

(%

)

Po

la T

anam

Su

b-s

urf

ace

Dra

inase

/Pe

rme

ab

ilita

s

Ko

ord

inat

P

ert

um

buh

an

F

akto

r P

em

bata

s :

- U

TM

Ke

da

lam

an

air ta

na

h (

cm

)

- K

eda

lam

an p

irit (

cm

)

- G

eog

rafi

G

ena

ng

an (

cm

)

- K

em

ata

ng

an (

cm

)

Ke

da

lam

an

(cm

) H

orison

Warn

a

Tekstu

r/

Ke

ma

tang

an

Ko

nsis

tensi

pH

L

akm

us

Re

aksi

terh

ad

ap

H2O

2

pH

B

uih

H

2O

2

Sa

linita

s

Ke

tera

ng

an

Ma

trik

K

ara

tan

Ca

mp

ura

n

Page 17: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

SNI 7925:2019

© BSN 2019 12 dari 12

Bibliografi

[1] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.

[2] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.14/Menlhk/Setjen/Kum.1/ 2/2017 tentang Tata Cara Inventarisasi dan Penetapan Fungsi Ekosistem Gambut.

[3] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.10/Menlhk/Setjen/Kum.1/ 3/2019 tentang Penentuan Penetapan, dan Pengelolaan Puncak Gambut berbasis Kesatuan Hidrologis Gambut.

[4] Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Prosedur Operasional Standar (POS) Survei Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut (Skala 1:50.000).

[5] Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Prosedur Operasional Standar (POS) Pemetaan Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut (Skala 1:50.000).

[6] U. Ballhorns, K. Konecny, M.B. Prayitno, H. Joosten, P. Navratil.B. Setiadi, F. Siegert. 2018. Final Testing Phase (Kubu Raya District) International Peat Mapping Team (IPMT) Final Report.

[7] R. Vernimen, A. Hooijer, D. Mulyadi, A Yuherdha, H. Andreas, L. Hilarides. 2018. Peatland Mapping for Kubu Raya, West Kalimantan using Limited LiDAR data and Peat Thickness Fielad Measurements - Indonesian Peat Prize Final Report.

[8] A. Tjekiagus, E. Saxon, J. Kinser. 2018. Mapping Peat Extent and Thickness at 1:50.000 Scale - Indonesian Peat Prize Test Site 2: Kubu Raya, West Kalimantan.

[9] S. Hagen, D. Moh. Nurjaman, S. Frolking, D. Hoekman, W. Salas, N. Terry, M. Warren, N. Sudiana, I. Carolita, D. Dirgahayu. 2018. Indonesian Peat Prize Solution Development Phase Final Report Team Applied Geosolutions.

[10] Buurman, P. (1990). The 1985 version of the FAO legend, correlation with the CSR (1983) classification, Lecture at CSR. Bogor, Indonesia: Land resource evaluation and planning project. Centre Soil Agroclimate Res.

Page 18: Pemetaan lahan gambut skala 1:50

“Hak cipta B

adan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk K

omite Teknis: 07-01, Inform

asi Geografi/G

eomatika, dan tidak untuk dikom

ersialkan”

Informasi pendukung terkait perumus standar [1] Komite Teknis perumus SNI

Komite Teknis 07-01, Informasi Geografi/Geomatika

[2] Susunan keanggotaan Komite Teknis perumus SNI Ketua : Yusuf Surachman Djajadihardja Sekretaris : Suprajaka Anggota : Amin Widada Lestariya Henny Lilywati

Nugraha Indra Kusumah Albertus Deliar Mohammad Singgih Dewayany Adriat Halim Rokhis Khomarudin Taufik Maulana Dyah Widiyastuti Muhammad Helmi Ervano Gautama Lissa Rukmi Utari

[3] Konseptor rancangan SNI

Amin Widada Lestariya – Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG, BIG Sofyan Ritung – BBSDLP, Kementerian Pertanian Wahyunto – BBSDLP, Kementerian Pertanian Erna Suryani – BBSDLP, Kementerian Pertanian Garri Martha Kusuma Wardhana – Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG, BIG Mira Harimurti – Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG, BIG

[4] Editor rancangan SNI

Hayu Rianasari – Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG, BIG Suzan Novtalia Gill – Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG, BIG Risky Kurniawan – Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG, BIG

[4] Sekretariat pengelola Komite Teknis perumus SNI Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Badan Infomasi Geospasial