Pemetaan Geologi Measure Section

22
Pemetaan Geologi (Measure Section) Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi- informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral. contoh peta geologi (formasi batuan) Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500. Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.

Transcript of Pemetaan Geologi Measure Section

Page 1: Pemetaan Geologi Measure Section

Pemetaan Geologi (Measure Section)

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.

contoh peta geologi (formasi batuan)

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.

Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.

Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.

SingkapanInformasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.

Page 2: Pemetaan Geologi Measure Section

Contoh singkapan untuk batubara

Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :

1. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.2. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.3. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.4. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau

pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :1. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.2. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.3. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur,

mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.   

Lintasan (traverse)Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.

Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama).

Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.

Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi keseluruhan wilayah.

Page 3: Pemetaan Geologi Measure Section

Interpretasi dan informasi data   Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain :

1. Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).2. Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.3. Penyebaran dan pola alterasi yang ada.4. Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).  5. Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.6. Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik dan 

hidrologi.7. Bangunan-bangunan, dll.

   Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu diperhatikan, antara lain :

1. Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.2. Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona pelapukan,

dan zona (penyebaran) alterasi.3. Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona intrusi,

dan proses sedimentasi.4. Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar,

kelurusan-kelurusan, dll.    Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).2. Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.3. Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat dihindarkan

(efisiensi).4. Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti. 

 menunjukkan hasil interpretasi pemetaan geologi berupa peta dan penampang geologi dari data pengamatan singkapan di lapangan.

Page 4: Pemetaan Geologi Measure Section

PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN,PENGENALAN BATAS KETIDAKMENERUSAN

1. 1. Pemetaan Bawah PermukaanPemetaan bawah permukaan (Subsurface) sedikit berbeda dengan pemetaan permukaan (Surface) kecuali dalam skala yang luas atau volum yang besar dimana data dapat dikumpulkan dari banyak sumur (wells). Semua data base dan sistem survei permukaan yang telah dapat digunakan dengan menggunakan komputer menjadikan semua peta produksi dari semua attributs dapat secara otomatis dihasilkan dengan cepat dan rutin.Peta geologi bawah permukaan tidak hanya kumpulan dari data-data tetapi juga dilengkapi kesimpulan interpretasinya. Ada 3 tipe utama peta untuk tujan stratigrafi dan sedimnetologi yaitu

1. Peta struktur (structure map) yang memperlihatkan ketinggai permukaan2. Peta Isopach yang memperlihatkan ketebalan dari suatu unit3. Peta lithology yang memperlihatkan komposisi dari suatu unit dalam satu peta

(deskripsi yang lengkap dari ketiga tipe peta ini dijelaskan oleh Krumbein dan Sloss (1963)  dan Miall (1984)

Semua peta-peta ini tergantung pada kebenaran korelasi-korelasi dari data-data yang ada jika korelasi tersebut salah maka peta yang dihasilkanpun juga akan jelek / salah.

1.1. Analisa Facies Bawah PermukaanTanpa menggunakan data core, pengertian dan interpretasi facies bawah permukaan itu digeneralisasi dan kurang tepat / kurang teliti. Membuat kolom lithologi dari data coreadalah sama saja dengan kita melakukan measuring section (MS) singkapan dipermukaan (outcrops), perbedaannya jelas-jelas pada skalanya jika kita membuat kolom lithologi dari data-data core maka sebenarnya batuan yang kita amati hanya sebesar 9 cm (umumnya) sehingga pengamatan kita menjadi terbatas dalam pengamatan struktur sedimen untuk analisa arus purba (paleocurrent), tetapi Shalesdan Mudstone akan lebih mudah diamati dengan cores daripada dengan outcropskarena fosil-fosil yang ada lebih mudah teramati di cores.Cores sebaiknya selalu diperiksa dengan kehadirannya di logs untuk melihat kelengkapan data yang diterima kembali, korelasi cores dengan logs, dan log responses. sayatan Well-logs (Well-logs cross section) dan berbagai macam peta yang tepat dapat meberikan interpretasi dari data cores dan membawanya kedalam konteks stratigrafi dan paleogeografi dalam skala yang besar.1.2.Berbagai bentuk kurva logBentuk-bentuk kurva log telah lama diinterpretasi dalam konteks facies pengendapan karena kemiripannya dangan urut-urutan ukuran butir. Dimana jika gabungan log SP – Resistivity atau log Gamma – Sonic digunakan, polanya dicerminkan akan menghasilkan bentukan seperti bell dan funnel. Banyak pekerjaan yang beredar menggunakan yang lebih sederhana “Pigeon-hole” sebgai pendekatan untuk interpretasi. Contohnya adalah klasifikasi bentukan bell dari profil gamma-ray yang menunjukkan urut-urutan facies fining upward meandering – stream. Masalah pendekatan seperti ini akan didiskusikan dibawah iniPola-pola vertikal dari log gamma ray, SP dan resistivity yang paling umum dijumpai dapat dilihat pada gambar 7 (ingat: tidak ada satupun pola yang unik yang bisa mencerminkan lingkungan pengendapan tertentu, itu tergantung dari interpretasi terhadap pola kurva itu sendiri yang bisa dengan tepat menentukannya). Dalam hal ini dimana pola-pola kurva log dihubungkan dengan pemahaman yang bagus tentang urut-urutan facies pengendapan melalui outcrop dan cores, sehingga metode pola kurva log ini dapat diinterpretasikan dengan tepat pada data tanpa cores.

Gambar 7. Bentuk-bentuk kurva log yang dapat diinterpretasikan dengan korelasi terhadap data coreBesar-kecilnya skala dari urut-urutan facies juga merupakan kriteria yang sangat penting dalam menentukan interpretasi bentuk kurva log. Sebagai contohnya, Pola bentuk Funnel (lihat gambar 7) kemungkinan ketebalannya bisa dari beberapa meter saja sampai ratusan meter. Hal ini interpretasinya harus menunjukan facies pengendapan yang berebeda, mulai dari facies creavasse splay sampai interdistributary bay atau prograding deltaic.Kesulitan dalam menginterpretasi dengan metode pola bentuk kurva log ini mungkin diakibatkan dari penyimpangan dari masing-masing urut-urutan facies yang terlalu jauh terhadap pola umumnya (general model seperti yang terlihat pada gambar 7) atau kemungkinan dalam beberapa kasus diakibatkan oleh perubahan  base lavel. Kesulitan yang lain mungkin dihasilkan dari unit-unit yang berpindah-pindah (amalgamation).Amalgamation dari Facies succsession dapat juga mengadopsi profil log standart (Gambar 7). Penumpukan endapan-endapan channel dari sungai yang bermeander dapat membentuk suatu tubuh batupasir yang dicirikan bentuk profileya yang silindris. Sama halnya dengan suatu tubuh batupasir transgresif yang ditutup oleh batupasir regresif, pola seperti ini juga bisa membentuk profil yang silindris dan mencirikan ketidakselarasan. Contohnya dalam formasi di Mannville Tengah, Bluesky dibeberapa tempat

Page 5: Pemetaan Geologi Measure Section

batupasir shoreline ditumpangi langsung oleh batupasir non marine yang secara keseluruhan prosesnya adalah transgresif. Hal ini membentuk pola yang jelas, pola log yang silindris. Contoh-contoh diatas sangat disederhanakan, tanpa adanya informasi data core ataupun outcrops.

1. 2. Pengenalan Batas KetidakselarasanUnit Allostatigraphic dijelaskan oleh batas ketidakselarasannya. Karena data bawah permukaan dapat digunakan untuk merekam hubungan lateral dalam skala besar, maka pengenalan batas ketidakselarasan ini (Maximum flooding surfaces, surfaces of marine transgression, and regressive surfaces of erosion) menjadi sangat penting dapal penyelidikan bawah permukaan. Deliniasi dari ketidakselarasan ini, membawa bagian dari stratigrafi batuan kedalam genetic packages yang berskala besar, dengan kemungkinan dampaknya untuk hubungan facies dalam skala besar.2.1. Condensed sectionInterval startigrafi ini memperlihatkan periode kecepatan sedimentasi sangat lambat dlingkungan pengendapan laut sebagai hasil dari proses transgresif secara keseluruhan, dan dapat juga hadir dalam marine flooding surfaces. Condensed section dalam batuan klastik sangat umum terbentuk sebagai hasil dari tidak adanya suplai material klastik.Condensed section mungkin ada dalam suksesi karbonat (dan beberapa klastik) sebagaihardground dengan diagenesa awal karbonat dan penyemenan fosfat. Di suksesi klastik yang lain, condensed section terjadi sebagai interval dari pengendapan lumpur karbonat dan oolite. Dalam batu lempung yang berada di suatu cekungan, condensed sectionkemungkinan adalah batulempung yang kaya bahan organic dan radioaktif, atau merupakan endapan pelagic, contohnya chalks atau chalky shales. Condensed sectionkemungkinan dikenali dalam log sebagai marker beds dengan respon well-log yang berbeda secara karakteristik.Banyak condensed section yang overlain oleh batas pengendapan downlapp atau klinoform yang kemungkinan dikenali dalam sayatan seismic (lihat bab sesimik startigrafi setelah bab ini) dan dalam beberapa outcrops. Klinoform dibentuk sebagai respon karena adanya proses transgresif yang diikuti oleh awal pembentukan lapisan progradasi. Dalam gambar 8,klinoform terbentuk oleh suksesi facies regressive shelf – shoreline yang miring kearah laut atau downlap ke batulempung transgresif dan batupasir dibawahnya. Condensed section (dan dalam hal ini maximum flooding surfaces) berada tepat dibawahnya surfaces of downlap. Dalam beberapa unitnonmarine, surfaces itu sama dengan condensed section kemungkinan dikarenakan oleh batulempung marine – brackish yang tipis dan batugamping yang diendapkan dilagoons atau danau hasil dari transgresi.

Gambar 8. Kenampakan log gamma-ray dari formasi upper mannville groupDi British Columbia

2.2.KetidakselarasanPermukaan erosi umumnya dikenali dengan adannya suksesi facies underlying markeryang terpotong (truncated). Sayatan well-log dari batuan laut umumnya memperlihatkan ketidakselarasan regional dengan sudut yang sangat rendah yang dimana tidak terdeteksi di kebanyakan outcrops. Di endapan non-marine – shorelinetrunkasi (Truncation) regional biasanya sangat lebih sulit dideteksi karena ketidakhadirannya lapisan-lapisan kunci (marker beds) atau susesi facies yang mudah dikorelasikan. Lihat gambar 5 yang kemungkian menunjukkan onlap dan downlap dan sedikit bidang ketidakselarasan.

Gambar 9. Kenampakan log gamma-ray dari formasi upper mannville groupDi Eastern Alberta

Contoh lainnya pada gambar 9 yang merupakan sayatan yang menunjukkan grupLower Cretaceous Mannville dari Alberta timur, itu adalah log sinar gamma. Pada sumur 11-30-55-14W4 dan 6-32-55-13W4 dapat dikorelasikan secara detail sebagai polacoarsening upward – Fining upward dalam pengendapan marine – shoreline (interpretasi ini berdasarkan banyak data core). Log sonic dan resistivity (tidak diperlihatkan) juga dapat sangat membantu dalam membuat untuk mendapatkan korelasi dan interpretasi yang paling mendekati benar. Ketebalan batupasir yang berada pada sumur 7-33, 7-36, dan 6-31 merupakan anomaly dimana secara local dibeberapa tempat adalah endapan perselingan batupasir-batulempung. Beberapa data core dan beberapa outcropmemperlihatkan bahwa batupasir ini adalah diendapkan di lingkungan fluvial danestuarine. Dari peta menunjukkan bahwa batuan ini memanjang lurus sepanjang puluhan kilometer sepanjang cekungan, tetapi umumnya lebarnya kurang dari 5 – 8 km. Lihat sumur yang disampingnya 11-30 dan 6-32 dimana kemungkinan menunjukkan lapisan yang menerus, tetapi kadang-kadang di jumpai lembah-lembah. Anomali unit batupasir ini dimana yang diendapkan disuatu lembah yang terpotong merupakan suatu bagian ketidakselarasan yang terbentuk dalam sikuen fluvial dan sedikit kelingkungan delta. Interpretasi yang paling umum dibenarkan oleh banyak pihak mengenai kejadian ini adalah:

1. Pengendapan perselingan batupasir dan batulempung pada lingkungan fluvialdan delta

Page 6: Pemetaan Geologi Measure Section

2. Penurunan ketinggian muka air laut yang menyebabkan kedalaman lembah sungai menjadi 30 m dan melalui dataran pantai

3. Kenaikan ketinggian muka air laut menyebabkan invasi air laut ke lembah-lembah, sehingga membentuk danau yang lurus

4. Pengisian yang lengkap dari lembah oleh proses transgresif dari lingkunganfluvial sampai eustuarine

Page 7: Pemetaan Geologi Measure Section

Pemetaan Geologi/AlterasiPemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.

contoh peta geologi (formasi batuan)

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.

Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.

Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.

SingkapanInformasi-informasi geologi permukaan tersebut pada umumnya diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.

Contoh singkapan untuk batubara

Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :1.    Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.2.    Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.3.    Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.4.    Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :1.    Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.2.    Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang ada.3.    Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.   

Lintasan (traverse)Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.

Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan

Page 8: Pemetaan Geologi Measure Section

(traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama).

Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.

Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi keseluruhan wilayah.

Interpretasi dan informasi data   Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain :1.    Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).2.    Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.3.    Penyebaran dan pola alterasi yang ada.4.    Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).  5.    Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.6.    Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik dan  hidrologi.7.    Bangunan-bangunan, dll.

   Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu diperhatikan, antara lain :1.    Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.2.    Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.3.    Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona intrusi, dan proses sedimentasi.4.    Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll.    Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat antara lain :1.    Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).2.    Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.3.    Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat dihindarkan (efisiensi).4.    Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti.  menunjukkan hasil interpretasi pemetaan geologi berupa peta dan penampang geologi dari data pengamatan singkapan di lapangan.METODE DAN TEKNIK PEMETAAN SOSIAL  

PEMETAAN SOSIAL: DEFINISI DAN CAKUPAN 

Dalam makalah ini pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Merujuk pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993), pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu masyarakat”.  

Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta

Page 9: Pemetaan Geologi Measure Section

wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya.  

Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial: 

1.   Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Pengembangan masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut. 2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan. 3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut. 

MEMAHAMI MASYARAKAT DAN MASALAH SOSIAL 

Pemetaan sosial memerlukan pemahaman mengenai kerangka konseptualisasi masyarakat yang dapat membantu dalam membandingkan elemen-elemen masyarakat antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Misalnya, beberapa masyarakat memiliki wilayah (luas-sempit), komposisi etnik (heterogen-homogen)_dan status sosial-ekonomi (kaya-miskin atau maju-tertinggal) yang berbeda satu sama lain. Dalam makalah ini, kerangka untuk memahami masyarakat akan berpijak pada karya klasik Warren (1978), The Community in America, yang dikembangkan kemudian oleh Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68-92). Sebagaimana digambarkan Tabel 1, kerangka pemahaman masyarakat dan masalah sosial terdiri dari 4 fokus atau variabel dan 9 tugas.  

Focus A: Pengidentifikasian Populasi Sasaran 

Tugas 1: Memahami karakteristik anggota populasi sasaran 

•     Apa yang diketahui mengenai sejarah populasi sasaran pada masyarakat ini? •     Berapa orang jumlah populasi sasaran dan bagaimana karakteristik mereka? •     Bagaimana orang-orang dalam populasi sasaran memandang kebutuhan-kebutuhannya? •     Bagaimana orang-orang dalam populasi sasaran memandang masyarakat dan kepekaannya dalam merespon kebutuhan-kebutuhan mereka? 

Focus B: Penentuan Karakteristik Masyarakat 

Tugas 2: Mengidentifikasi batas-batas masyarakat. 

•     Apa batas wilayah geografis dimana intervensi terhadap populasi sasaran akan dilaksanakan? 

Page 10: Pemetaan Geologi Measure Section

•     Dimana anggota-anggota populasi sasaran berlokasi dalam batas wilayah geografis? •     Apa hambatan fisik yang ada dalam populasi sasaran? •     Bagaimana kesesuaian batas-batas kewenangan program-program kesehatan dan pelayanan kemanusiaan yang melayani populasi sasaran?  

Tugas 3: Menggambarkan masalah-masalah sosial 

•     Apa permasalahan sosial utama yang mempengaruhi populasi sasaran pada masyarakat ini? •     Adakah sub-sub kelompok dari populasi sasaran yang mengalami permasalahan sosial utama? •     Data apa yang tersedia mengenai permasalahan sosial yang teridentifikasi dan bagaimana data tersebut digunakan di dalam masyarakat? •     Siapa yang mengumpulkan data, dan apakah ini merupakan proses yang berkelanjutan? 

Tugas 4: Memahami nilai-nilai dominan 

•     Apa nilai-nilai budaya, tradisi, atau keyakinan-keyakinan yang penting bagi populasi sasaran? •     Apa nilai-nilai dominan yang mempengaruhi populasi sasaran dalam masyarakat? •     Kelompok-kelompok dan individu-individu manakah yang menganut nilai-nilai tersebut dan siapa yang menentangnya? •     Apa konflik-konflik nilai yang terjadi pada populasi sasaran?  

Focus C: Pengakuan Perbedaan-Perbedaan 

Tugas 5. Mengidentifikasi mekanisme-mekanisme penindasan yang tampak dan formal. 

•     Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat diantara anggota-amggota populasi sasaran? •     Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat antara anggota populasi sasaran dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat? •     Bagaimana perbedaan-perbedaan populasi sasaran dipandang oleh masyarakat yang lebih besar? •     Dalam cara apa populasi sasaran tertindas berkenaan dengan perbedaan-perbedaan tersebut? •     Apa kekuatan-kekuatan populasi sasaran yang dapat diidentifikasi dan bagaimana agar kekuatan-kekuatan tersebut mendukung pemberdayaan? 

Tugas 6. Mengidentifikasi bukti-bukti diskriminasi 

•     Adakah hambatan-hambatan yang merintangi populasi sasaran dalam berintegrasi dengan masyarakat secara penuh? •     Apa bentuk-bentuk diskriminasi yang dialami oleh populasi sasaran dalam masyarakat? 

Focus D: Pengidentifikasian Struktur 

Tugas 7. Memahami lokasi-lokasi kekuasaan. 

•     Apa sumber-sumber utama pendanaan (baik lokal maupun dari luar masyarakat) bagi pelayanan kesehatan dan kemanusiaan yang dirancang bagi populasi sasaran dalam masyarakat? •     Adakah pemimpin-pemimpin kuat dalam segmen pelayanan kesehatan dan kemanusiaan yang melayani populasi sasaran? •     Apa tipe struktur kekuasaan yang mempengaruhi jaringan pemberian pelayanan yang dirancang bagi populasi sasaran? 

Tugas 8. Menentukan ketersediaan sumber. 

•     Apa lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada pada saat ini yang dipandang sebagai pemberi pelayanan bagi populasi sasaran? •     Apa sumber utama pendanaan pelayanan-pelayanan bagi populasi sasaran? 

Page 11: Pemetaan Geologi Measure Section

•     Apa sumber-sumber non-finansial yang diperlukan dan tersedia? 

Tugas 9. Mengidentifikasi pola-pola pengawasan sumber dan pemberian pelayanan. 

•     Apa kelompok-kelompok dan asosiasi-asosiasi yang mendukung dan memberikan bantuan terhadap populasi sasaran? •     Bagaimana distribusi sumber bagi populasi sasaran dipengaruhi oleh interaksi di dalam masyarakat? •     Bagaimana distribusi sumber bagi populasi sasaran dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan masyarakat ekstra? 

PENDEKATAN PEMETAAN SOSIAL 

Metode dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi survey formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris (participatory method) (LCC, 1977; Suharto, 1997; World Bank, 2002). Dalam wacana penelitian sosial, metode survey formal termasuk dalam pendekatan penelitian makro-kuantitatif, sedangkan metode pemantauan cepat dan partisipatoris termasuk dalam penelitian mikro-kualitatif (Suharto, 1997). 

Survey Formal 

Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel orang atau rumahtangga yang diseleksi secara hati-hati. Survey biasanya mengumpulkan informasi yang dapat dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relatif banyak pada kelompok sasaran tertentu.  

Beberapa metode survey formal antara-lain: 

1.   Survey Rumahtangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini sering disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards Measurement Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data mengenai berbagai aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran, komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi, tabungan, kegiatan pertanian dan sumber-sumber pendapatan lainnya. 

2.   Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire atau CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang meneliti perubahan-perubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. Metode ini meupakan alat yang cepat dan effektif untuk mengetahui rancangan kegiatan pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang setiap tahun, maka ia dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan. Sebuah hasil awal dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30 hari.  

3.   Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan pengalaman atau aspirasi klien (penerima pelayanan). Metode yang sering disebut sebagai service delivery survey ini mencakup penelitian mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi penerima pelayanan dalam memperoleh pelayanan publik, pandangan mereka mengenai kualitas pelayanan, serta kepekaan petugas-petugas pemerintah. 

4.   Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering digunakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan Survey Kepuasan Klien, penelitian difokuskan pada tingkat korupsi yang ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini kemudian dipublikasikan secara luas dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah geografis. 

5.   Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula melakukan pemetaan sosial berdasarkan laporan statistik yang sudah ada. Laporan statistik mengenai permasalahan sosial seperti jumlah orang miskin, desa tertinggal, status gizi, tingkat buta huruf, dll. biasanya dilakukan dan dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data sensus.  

Pemantauan Cepat (Rapid Appraisal Methods) 

Page 12: Pemetaan Geologi Measure Section

Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya mengenai kondisi geografis dan sosial-ekonomi.  

Metode Pemantauan Cepat meliputi:  

1. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur. 

2. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latarbelakang. Perserta diskusi bisa para penerima pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), atau para ketua Rukun Tetangga. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi dan kemudian memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya.  

3. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota masyarakat dalam suatu pertemuan terbuka. Pewawancara melakukan wawancara secara hati-hati berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya. 

4. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai kondisi geografis, sosial-ekonomi, sumber-sumber yang tersedia, kegiatan program yang sedang berlangsung, interaksi sosial, dll. 

5. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang). Pemilihan responden dapat menggunakan teknik acak (random sampling) ataupun sampel bertujuan (purposive sampling). Wawancara dilakukan pada lokasi-lokasi survey yang terbatas seperti sekitar klinik, sekolah, balai desa.  

Metode Partisipatoris 

Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan umumnya tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya-jawab dengan responden. 

Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di bawah ini cukup penting diketahui: 

1.   Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji-bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001). 

2.   Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat. 

3.   Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini

Page 13: Pemetaan Geologi Measure Section

adalah untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan partisipasi, merancang inisiatif-inisiatif pembangunan, dan menerima masukan-masukan guna memperbaharui sistem dan kualitas pelayanan dan kegiatan pembangunan. 

4.   Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation). Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menganalisis masalah, serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi. 

LATIHAN 

1.   Mengapa memahami masyarakat dan masalah sosial sangat penting bagi praktek pekerjaan sosial dengan masyarakat? 2.   Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing metode di atas? Jika anda akan melakukan pemetaan sosial di wilayah anda bekerja, metode manakah yang paling tepat diterapkan? 3.   Variabel-variabel apa saja yang dapat dijadikan parameter melakukan pemetaan sosial dan apa indikator sosial yang dapat dijadikan acuannya? 4.   Kotamadya Bandung terdiri dari enam wilayah: Bojonagara, Cibeunying, Tegallega, Karees, Gede Bage, dan Ujung Berung. Dari data (fiktif) diketahui bahwa permasalahan sosial di Kota Bandung yang dianggap cukup serius adalah tingginya tingkat buta huruf (usia 7 th ke atas), kemiskinan (berpendapatan di bawah garis kemiskinan) dan rendahnya status gizi balita (lihat tabel). 

Berdasarkan data tersebut, buatlah pemetaan sosial di Kotamadya Bandung. Wilayah-wilayah manakah yang paling serius mengalami masalah sosial? Masalah sosial apa di wilayah tersebut yang paling perlu mendapatkan perhatian segera? 

Diposkan oleh SMK B.A TGP angktn 2   di 20.12 Tidak ada komentar:   Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

BAHAN GALIAN1)      Gambar bentuk endapan tabular, lentikular, massif, dan irregular :

         1.Endapan Tabular                                                                                                                                         

                              

                 2.Endapan Lentikular                                                                                     

                                                     3.Massif

Page 14: Pemetaan Geologi Measure Section

                                                        4.Irregular                                                                     5.Endapan                                                                                                          

                                                                 

2)      Pengertian nisbah pengupasan adalah Salah satu cara menguraikan effisiensi geometri dari operasi penambangan yang (stripping ratio) menunjukkan perbandingan antara volume/tonase tanah penutup dengan volume/tonase batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat pada persamaan berikut :Stripping Ratio = Tanah Penutup (ton)/Batubara (ton)

3)      Bidang lemah mempengaruhi pemilihan metode penambangan karenaKarakteristik geologi, . yaitu tanah yang memiliki bidang lemah(rekahan dan patahan) baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan mempengaruhi pemilihan metode penambangan, terutama dalam pemilihan antara metode selektif dan nonselektif serta pemilihan system penyanggaan pada system penambangan bawah tanah karena tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan kekuatan bijih dan batuan samping.

4)      Lipatan                                           Patahan                                     Intrusi

                                                   

                 Diskontinuitas

                   

5)      Macam-macam system penambangan :

Page 15: Pemetaan Geologi Measure Section

TAMBANG TERBUKASuatu sistem penambangan dimana seluruh aktivitas penambangannya berhubungan langsung dengan atmosfir atau udara luar.Berdasarkan macam-macam material yang ditambang, Tambang terbuka dapat dibagi menjadi :a) OpenPit, Open Cut, Open Cast, Open Mine    Suatu sistem penambangan yang digunakan untuk endapan bijih yang mengandung logam.    Contoh :     - Tambang Nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Mineralnya Garnierite     - Tambang Nikel di Soroako, Sulawesi Selatan. Mineralnya Garnierite     - Tambang Aluminium di Kijang, Pulau Bintan. Mineralnya Gibbsite, Lochmite, dispore (bauxite)     - Tambang Emas dan Tembaga, Irian Jaya. Mineralnya Chalcopyrite, Cuprite     - Tambang Mangan, Tasikmalaya Karangnunggal, Mineralnya psilomelane, pyrolusite.b) Quarry    Suatu sistem penambangan yang dipergunakan untuk endapan-endapan mineral industContoh :     - Tambang Marmer, di Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Batuan Marmer (limestone)     - Tambang Aspal di Buton. Batuan : Gamping beraspal     - Tambang Granit di Pulau Karimun, Sumatra. Batuan : Granit     - Tambang Kaolin dan pasir Kuarsa di Pulau Bangka Belitung, Jawa Timur. Batuan : Kuarsa     - Tambang Batu Gamping, Lempung, Pasir Silika di Tonasa Sulsel, Gresik (jatim),Andalas (Aceh)c) Strip Mine    Suatu sistem penambangan yang dipergunakan untuk endapan bijih yang letaknya Horisontal atau agak    miring.    Contoh:     - Tambang Mangan di Salaman (Magelang) mineralnya pyrolusite, psilomelane, gophering serta di kliripan        (jateng) Mineralnya pyrolusite, psilomelan. Metode penambangan : advancing room and pillar     - Tambang tembaga di Tembaga Pura (Irian Jaya) Mineralnya chalcopyrite. Metode penambangan :       Cut and filld) Alluvial mine     Suatu sistem penambangan yang diperlukan untuk endapan bijih Alluvial     Contoh :      - Tambang Timah di  Bangka Belitung. Mineralnya Cassiterite      - Tambang Bijih Besi di Cilacap. Mineralnya Magnetit, Hematite      - Tambang Intan di Martapura. Mineralnya Intan.

TAMBANG BAWAH TANAHSistem penambangan yang seluruh aktivitas kerjanya tidak berhubungan langsung dengan atmosfir atau udara luar.Berdasarkan Cara penyangganya tambang bawah tanah dapat dibagi menjadi :a) Untuk BatuBara    - Long Wall Method       Sistem ini untuk endapan dengan ketebalan sedang yaitu 2-4 m, memiliki banyak joint tetapi tidak mudah       runtuh.    - Room and Pillar Method      Sistem ini untuk endapan cukup tebal 3-6 m, memiliki joint yang tidak banyak, tidak mudah runtuh dan       tidak banyak disisipi clay bandsb) Untuk endapan Bijih    - Open Stope Method       Sistem penambangan ini tidak atau sedikit menggunakan penyangga. Sistem ini cocok untuk endapan       yang kuat baik endapan bijih maupun batuan samingnya, sehingga tidak mudah runtuh.    - Supported Stope Method       Sistem penambangan ini memerlukan penyangga karena kondisi endapan dan batuan

Page 16: Pemetaan Geologi Measure Section

sekelilingnya yang       kurang kuat atau lemah.    - Caving Mathod       Sistem penambangan ini untuk endapan bijih yang mudah runtuh bila mendapat tekanan atau beban       dari atas secara perlahan-lahan      TAMBANG BAWAH AIRSuatu sistem penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan dibawah permukaan air atau endapanmineral berharganya terletak dibawah permukaan air.

Page 17: Pemetaan Geologi Measure Section
Page 18: Pemetaan Geologi Measure Section