Pemetaan Geologi

33
BAB XI PEMETAAN GEOLOGI 11.1. Tinjauan Umum Salah satu pekerjaan yang pokok bagi seorang geologiwan adalah membuat peta geologi. Peta geologi diartikan sebagai bentuk ungkapan data geologi suatu daerah atau wilayah yang ketelitiannya didasarkan pada skala petanya. Peta geologi tersebut menggambarkan atau memberikan informasi segala hal mengenai keadaan geologi wilayah tersebut antara lain sebaran, jenis, dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, fisiografi, sumberdaya alam dan energi. Ada beberapa cara penggambaran informasi tersebut antara lain dengan warna, simbol dan corak atau gabungan dari ketiganya. Nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada si pemeta, seperti ketelitiannya di lapangan, pengetahuan dasar ilmu geologi, dan tentunya pengalamannya. Peta geologi dapat dipergunakan untuk bermacam keperluan, sehingga pembuatannya harus disesuaikan dengan keperluan tersebut. Walaupun pada dasarnya semua peta geologi adalah sama, tetapi untuk tiap-tiap macam peta mempunyai penekanan-penekanan tertentu sesuai dengan tujuan atau keperluan pembuatan peta tersebut.

description

GEOLOGICAL MAP

Transcript of Pemetaan Geologi

Page 1: Pemetaan Geologi

BAB XI

PEMETAAN GEOLOGI

11.1. Tinjauan Umum

Salah satu pekerjaan yang pokok bagi seorang geologiwan adalah

membuat peta geologi. Peta geologi diartikan sebagai bentuk ungkapan data

geologi suatu daerah atau wilayah yang ketelitiannya didasarkan pada

skala petanya. Peta geologi tersebut menggambarkan atau memberikan

informasi segala hal mengenai keadaan geologi wilayah tersebut antara lain

sebaran, jenis, dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, fisiografi,

sumberdaya alam dan energi. Ada beberapa cara penggambaran informasi

tersebut antara lain dengan warna, simbol dan corak atau gabungan dari

ketiganya. Nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada si pemeta,

seperti ketelitiannya di lapangan, pengetahuan dasar ilmu geologi, dan

tentunya pengalamannya. Peta geologi dapat dipergunakan untuk

bermacam keperluan, sehingga pembuatannya harus disesuaikan dengan

keperluan tersebut. Walaupun pada dasarnya semua peta geologi adalah

sama, tetapi untuk tiap-tiap macam peta mempunyai penekanan-penekanan

tertentu sesuai dengan tujuan atau keperluan pembuatan peta tersebut.

Karena kompleksnya pekerjaan pembuatan peta geologi tersebut

maka selain dituntut pengetahuan dasar geologi, diperlukan juga

managemen pengumpulan data di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar

pekerjaan di lapangan dapat dilakukan seefisien mungkin dengan waktu

sesingkat mungkin dan biaya yang sekecil mungkin.

11.2. Pemetaan Geologi

Pemetaan adalah suatu kegiatan pengumpulan data lapangan,

yang memindahkan keadaan sesuangguhnya dilapangan (‘fakta’) keatas

Page 2: Pemetaan Geologi

kertas gambar atau kedalam peta dasar yang tersedia, yaitu dengan

menggambarkan penyebaran dan merekonstruksi kondisi alamiah tertentu

secara meruang, yang dinyatakan dengan titik, garis, symbol dan warna.

Pemetaan geologi adalah peta yang memberikan gambaran

mengenai seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan

dengan memakai warna tau simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di

dalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi mengenai

susunan batuan di bawah permukaan. Nilai dari peta geologi tergantung dari

ketelitian pada waktu pengambilan di lapangan.

Pelaksanaan pekerjaan pemetaan dapat dilakukan secara langsung

di lapangan dan dengan bantuan interpretasi dan analisa foto udara (‘citra’).

Skala yang dipilih, tergantung dari ketelitian dan tujuan.

Berdasarkan atas ketelitian yang diinginkan harus disesuaikan dengan besar

kecilnya skala, makin teliti data yang diinginkan, makin besar skala yang

dipakai, sehingga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok peta :

Peta detail

Peta Semi detail

Peta pendahuluan.

11.3. Tahapan Pelaksanaan Pemetaan Geologi

Prosedur pemetaan geologi dapat dibagi dalam tiga tahap utama

yaitu :

1. Tahap perencanaan

2. Pemetaan dilapangan

3. Penyusunan laporan

11.3.1 Tahap perencanaan

Page 3: Pemetaan Geologi

Tahap perencanaan ini meliputi kegiatan dikantor dan perencanaan

kerja setelah berada di pangkalan/ base camp. Perencanaan di studio

meliputi :

a. Kumpulan data-data mengenai keadaan daerah (medan), laporan-

laporan geologi yang pernah ada dan data lainnya yang berhubungan

dengan daerah yang akan dipetakan.

b. Mencari peta topografi/potert untuk peta dasar.

c. Membuat peta dasar : tenaga, perlengkapan dan biaya

d. Menyusun program kerja dan jadwal

Berhasil atau tidaknya pekerjaan lapangan nanti akan ditentukan

oleh baik tidaknya perencanaan ini. Setelah tiba di pangkalan yang telah

direncanakan di studio, sebelum langsung melakukan pemetaan, dilakukan

penyelidikan pendahuluan (reconaisence), yang bertujuan :

a. Untuk mengetahui medan, jalan-jalan, nama-nama kampung, sungai,

bukit-bukit, dsb termasuk juga membiasakan diri dan mempelajari adat

istiadat setempat penduduk setempat.

b. Untuk secara sepintas dapat mengetahui jenis-jenis litologi umpamanya

mungkin sudah dapat diperkirakan beberapa macam batuan dan

bagimana cara mengelompokkannya .

Setelah itu baru membuat perencanaan mengenai lintasan-lintasan

atau rute-rute yang akan ditempuh disesuaikan dengan jadwal waktu yang

dibuat dalam program kerja (perencanaan di studio). Peta dasar yang akan

disiapkan lebih dari satu untuk dilapangan dan yang lain disimpan

dipangkalan. Tiap sore atau malam harinya dibiasakan memindahkan hasil-

hasil pengamatan hari itu dari peta lapangan ke peta yang di base camp.

Tindakan ini dilakukan untuk menjaga agar jika peta hilang atau peta

Page 4: Pemetaan Geologi

lapangan sudah kotor dan tidak dapat dibaca lagi masih ada peta yang

disimpan dipangkalan.

11.3.2 Tahap Pemetaan di lapangan

Persiapan Umum

a. Biasakan mulai bekerja dilapangan pagi-pagi dan kembali tidak terlalu

sore. Pergi pagi-pagi dapat menghindari hujan yang umumnya turun

pada waktu siang di daerah tropis.

b. Membawa air yang cukup dan kebutuhan makan siang

c. Persoalan-persoalan geologi yang tidak dapat dibawa ke base camp

selalu harus dipecahkan dilapangan.

Keberhasilan pekerjaan seorang geologist lebih banyak tergantung dari

kemampuannya memecahkan masalah dilapangan.

Pengamatan dilapangan

Semua yang dapat dilihat bagi pemeta mempunyai arti tertentu

adalah kewajiban bagi para pemeta untuk mencatat segala yang diamati

walaupun yang ada pada saat itu mungkin tampaknya remeh sebab siapa

tahu diwaktu yang akan datang hal tersebut merupakan kunci atau

keterangan tambahan bagi hal-hal yang belum terpecahkan.

Ada tiga hal pokok yang harus direkam oleh para pemeta didalam

buku lapangannya yaitu :

a. Unsur-unsur struktur berupa jurus dan kemiringan untuk struktur bidang

(misalnya bidang lapisan, sesar, kekar, foliasi, dll) serta arah dan

penunjaman untuk struktur garis (misalnya sumbu mikrofold, gores

garis, liniasi mineral,dll).

Page 5: Pemetaan Geologi

b. Deskripsi litologi di lapangan harus diusahakan pada singkapan yang

baik serta diharapkan dapat mewakili suatu satuan (cara deskripsi yang

lengkap) lihat bab III.

c. Membuat sketsa atau potret mungkin keduanya perlu dilakukan sebab

dengan foto saja ada kemungkinan gagal dan sketsa dapat

memperjelas hal-hal yang ingin ditonjolkan.

11.4. Pemetaan di Lapangan

Pemetaan secara langsung di lapangan pada umumnya dapat

dilakukan dengan 2 cara,yaitu :

1. Cara Pengukuran Lapangan

2. Cara plotting pada peta dasar.

11.4.1 Pemetaan dengan cara Pengukuran:

Teknik pemetaan ini, didukung oleh peralatan atau pesawat ukur,

yang mendeteksi, mengambil dan memindahkan data ukur kedalam daftar

tabulasi dan dengan menggambarkan langsung titik, garis, bidang dan ruang

dan juga data laing yang sehubungan dengan kebutuhan keatas kertas

gambar. Peralatan yang sering dipakai dalam pengukuran, adalah

kompas geologi, theodolite, WP, dan Plane Table.

1. Pemakaian Kompas dalam Pengukuran/ Pemetaan,

Cara pemetaan dengan memakai kompas, biasanya dilakukan pada

daerah yang tidak memiliki peta dasar, yang dilaksanakan pada

pemetaan pendahuluan. Sebagaimana pemetaan dengan menggunakan

peralatan lainnya, maka cara pemetaan dengan menggunakan kompas

geologi; adalah dengan membuat lintasan-lintasan, dimana tiap-tiap

lintasan dihubungkan satu sama lain secara teratur maupun dengan

random. Lintasan dapat dilakukan dengan cara membuat Polygon

Page 6: Pemetaan Geologi

tertutup maupun dengan Polygon terbuka secara teratur dan tidak

beraturan.

Lintasan Polygon :

Litasan polygon adalah suatu lintasan pengukuran yang dibuat

berdasarkan kondisi lapangan :

Lintasan terbuka, adalah suatu pengambilan litasan pengukuran yang

dimulai dari titik awal yang diikatkan dengan titik pasti dan lintasan

pengukuran diakhiri dengan tidak kembali ketitik awal berupa titik akhir yang

terikat dengan titik pasti maupun titik lepas.

Lintasan Tertutup, adalah suatu pengukuran, dimana titik akhir

pengukuran berimpit dengan dengan titik awal pengukuran yang terikat

dengan titik pasti.

Detail pengukuran dapat dilakukan dengan membuat jarring-jaring

pengukuran secara random membentuk garis sarang laba-laba, maupun

dengan Grid.

Pengukuran/ Pemetaan detail dengan cara grid.

Pemetaan/ pengukuran detail lapangan dengan tata cara membuat

grid, adalah cara pemetaan yang didahului dengan mengadakan orientasi

lapangan, untuk menentukan arah memanjang dan lebar bidang tanah yang

akan dipetakan, apabila bentuk bidang tanah telah diketahui melalui gambar

peta sketsa, pertama-tama dibuat Base Line memanjang membagi dua

bidang memanjang bidang tanah. Base line ini adalah patokan untuk

membuat garis-garis berikutnya yang diperlukan dalam analisis suatu

keadaan tertentu, garis-garis berikutnya dibuat sejajar dan melintang base

line (disebut, cross line) dengan interval tertentu sesuai dengan akurasi

kebutuhan analisis.

Page 7: Pemetaan Geologi

11.4.2 Pemetaan Dengan Plotting Pada Peta Dasar

Cara lain pelaksanaan pemetaan, dapat dilakukan dengan

pemetaan secara langsung di lapangan dengan menentukan titik-titik

pengamatan yang kemudian titik-titik pengamatan tersebut, di plotkan

kedalam peta dasar atau folio udara. Setiap data unsur yang diamati di

plotkan keatas kertas peta berupa simbol-simbol titik, garis, arsiran dan

penawaran. Titik-titik pengamatan yang telah ditentukan dinyatakan sebagai

Penentuan Titik Lokasi Pengamatan.

Pelaksanaan pemetaan secara langsung, akan menghasilkan peta

lapangan yang akan dipergunakan untuk melakukan analisis data dan

interprestasi, yang dapat dipergunakan dalam berbagai tujuan aplikasi,

sehingga akurasi / mutu suatu penelitian akan sangat tergantung pada

kecermatan dan ketetapan pemindahan data lapangan dan ketetapan

penentuan lokasi pengamatan kedalam peta dasar. Ketidak cermatan

didalam ploting data lapangan kedalam peta dasar akan memberikan

kesalahan dalam interprestasi.

Cara pelaksanaan pemetaan dengan penentuan titik lokasi

pengamatan, dilakukan dengan menggunakan peta topografi sebagai peta

dasar, dan didukung oleh instrument kompas geologi, GPS serta peralatan

tulis dan gambar secara langsung di lapangan.

Bagian paling penting dan harus dipetakan adalah batas-batas

litologi dan struktur geologi. Pemetaan geologi pada dasarnya adalah

menarik batas-batas pada peta antara bermacam-macam batuan yang

dikelompokkan menjadi satuan peta. Batas tersebut yang disebut batas

litologi merupakan garis-garis atau lengkung dalam peta yang akan

memisahkan satuan yang satu terhadap yang lainnya bila satuan tersebut

ternyata mempunyai sifat-sifat litologi yang berbeda.

Page 8: Pemetaan Geologi

Batas-batas litologi pada beberapa singkapan dapat jelas (pasti)

diperkirakan letaknya tertutup pelapukan atau dapat juga diduga adanya

batas. Tugas seorang ahli geologi sering kali memetakan apa yang tidak ia

lihat jadi kebalikan tugas seorang ahli topografi.

Dengan demikian tugas dari seorang pemeta geologi adalah

memetakan apa-apa yang tidak dengan jalan mempelajari singkapan-

singkapan yang terbatas dan kemudian menghubungkannya satu dengan

yang lain.

Sebagai suatu pegangan dalam mempelajari dan mencari batas-

batas litologi dapat dikemukakan hal-hal sebagi berikut :

a. Singkapan dan bongkahan

Kadang-kadang beruntung kita mendapatkan suatu singkapan dan dari

singkapan tersebut banyak yang dapat diceritakan tetapi kita harus hati-

hati apakah singkapan tersebut pada tempatnya/ insitu dan bukan

merupakan bongkahan yang berpindah tempat/ eksitu.

b. Fungsi dari sungai

Terutama di daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang lebat atau

mempunyai lapisan penutup (pelapukan) yang tebal satu-satunya

kemungkinan untuk mendapatkan singkapan-singkapan adalah di

sungai-sungai yang menyadat dalam walaupun tebingnya tertutup,

kadang-kadang arus sungai itu akan memotong lapisan-lapisan batuan

yang keras yang menimbulkan terjadinya riam-riam atau “rapids”.

Pengamatan batu-batu guling di sungai

Mempelajari jenis-jenis dan penyebaran batu-batu guling pada

suatu cabang sungai seringkali membantu dalam pendugaan batas

litologi. Sebagai contoh, bila kita temukan dua macam batu guling yang

terdiri dari batu A dan B. Ini sudah menjelaskan bahwa kedua batuan ini

Page 9: Pemetaan Geologi

tesingkap di tempat-tempat yang tidak begitu jauh dari sana. Bila ikuti ke

hulu, batu guling itu akan menjadi lebih besar dan runcing, dan bila

diikuti terus mungkin hanya batu guling A saja yang kita jumpai. Ini

menunjukkan bahwa kita telah melampaui singkapan B dan juga batas

satuan A dan B. Jadi kita bisa kembali dan menyelidiki lebih teliti lagi.

Perubahan bentuk lembah juga dapat menunjukkan perubahan

jenis litologi :

Batuan lembah-lembah melebar

Batuan keras-sempit dan curam

c. Jika memperhatikan tempat-tempat yang pernah dicapai atau digali

orang, seringkali banyak faedahnya. Banyak infomasi yang akan kita

dapat dari penggalian-penggalian sumur, fondasi rumah, tiang dan lain-

lain. Juga lubang-lubang yang digali binatang (kelinci).

d. Perhatikan jurusnya, apakah kita berjalan searah atau tegak lurus jurus

perlapisan.

e. Soil (tanah pelapukan) :

Tiap batuan umumnya akan memberikan hasil pelapukan yang

berlainan.

f. Sumber-sumber air

Banyak sekali faedahnya karena kerap sekali menunjukkan batas antara

lapisan-lapisan yang porous dan yang kedap air. Selain itu, dapat juga

menunjukkan adanya bidang-bidang patahan yang kadang-kadang

dapat diikuti beberapa jauh.

Batas-batas litologi dan tanda-tanda struktur dapat merupakan

gejala geologi yang paling penting yang dipetakan dalam peta dasar. Karena

kedua gejala geologi ini kita anggap sebagai bidang-bidang yang teratur

maka bentuknya dalam peta akan berupa garis-garis lurus atau lengkung

Page 10: Pemetaan Geologi

yang ditentukan oleh : bentuk topografi, jurus dan kemiringan dari bidang-

bidang tersebut.

Bentuk dari garis atau batas tersebut di dalam peta dengan

demikian akan memberikan arti terhadap stratigrafi dan struktur dari daerah

itu. Dengan perkataan lain, garis tersebut akan menyatakan kepada kita :

formasi mana yang di atas dan di bawah, dan kecuraman dari kemiringan.

Sangat dianjurkan, bahwa para pemeta hendaknya teliti dan hati-

hati dalam menarik batas ini. Karena suatu batas yang dibuat secara

sembarangan akan menyebabkan interpretasi yang salah terhadap peta

tersebut. Untuk melukiskan batas-batas di dalam peta kita harus

memperhatikan hukum “V” pada gambar berikut :.

Gambar 11.1. Gambar kaidah hukum V (Ragan, 1973)

11.5 Jenis Lintasan Geologi

Page 11: Pemetaan Geologi

Lintasan yang dapat kita ikuti di lapangan dapat bermacam-macam :

1. Lintasan sungai (river traverse-river opname)

2. Lintasan jalan (road traverse)

3. Lintasan kompas (compass traverse), atau potong kompas

Sebagian besar dari lintasan yang akan di lakukan merupakan

lintasan sungai, sebab di sungailah terdapat kebanyakan singkapan-

singkapan. Untuk menentukan lokasi titik pengamatan di lintasan-lintasan ini

dapat ditempuh dua cara, yaitu :

1. Dengan jalan orientasi, yaitu menyamakan keadaan topografi sekeliling

titik pengamatan dengan keadaan di dalam peta.

2. Mengukur dengan tali ukur dan kompas atau menghitung langkah sejak

titik permulaan sampai titik terakhir dari lintasan.

11.5.1. Lintasan Sungai

Karena sungai-sungai sudah digambarkan dalam peta dasar, tidak

usah diadakan pengukuran kompas, cukup dengan memperhatikan dan

mencatat belokan-belokan sungai yang terpenting saja (misalnya berapa kali

belok kanan dan belok kiri sesudah titik pengamatan terakhir)

Lokasi titik itu didapatkan dengan jalan mengukur dengan mistar

dalam peta sepanjang garis sungai, dengan memperhitungkan berapa kali

beloknya. Tetapi kadang-kadang ada hal-hal yang kurang tepat (peta sudah

tua dan sebagainya) sehingga perlu sekali dicek kebenarannya. Terutama

sekali kalau kita pergunakan peta yang dibesarkan. Kadang-kadang cara

yang kedua harus dilakukan jika sungai-sungai itu tertutup dalam hutan,

sehingga tidak mungkin untuk berorientasi. Tetapi sebaiknya dalam semua

lintasan sungai (river traverse) saudara menghitung langkah dari permulaan

langkah sebab saudara tidak selalu tahu keadaan yang bagaimana yang

akan dihadapi.

Page 12: Pemetaan Geologi

11.5.2. Lintasan Jalan

Traverse yang dilakukan di jalan-jalan tidak berbeda dengan

traverse di sungai, hanya tentunya akan lebih mudah. Tetapi sebelumnya,

pemeta harus yakin bahwa jalan yang akan pemeta ikuti itu tergambar

dalam peta dengan nyata dan jelas. Ada kalanya, malah seringkali terjadi,

bahwa jalan-jalan setapak ataupun jalan besar itu sudah pindah sehingga

akan mengacaukan pemeta. Lebih baik dicek dahulu dengan penduduk

setempat, jika ternyata jalan itu sudah berubah, maka terpaksa saudara

harus melakukan “compas opname” seperti yang dijelaskan di bawah ini.

11.5.3. Lintasan Kompas dengan tali ukur/ langkah

Lintasan kompas atau “potong kompas”

Istilah yang terakhir ini lazim digunakan dalam kalangan militer.

Seperti lintasan-lintasan lainnya, traverse ini pun harus direncanakan

terlebih dahulu dengan teliti. Kita harus yakin bahwa lokasi terakhir dari

lintasan yang direncanakan mudah dikenal dan dicari di lapangan.

Sebaiknya direncanakan juga setibanya di lapangan dari titik mana pemeta

akan memulai traverse-nya.

Pemeta harus menghubungkan dua lokasi dalam peta, yang di

antara kedua lokasi tersebut pemeta akan mengadakan pengamatan

Semua singkapan-singkapan yang pemeta jumpai di depan atau kiri kanan

garis lintasan, hanya ditentukan dengan hitungan langkah, atau menarik tali

ukur.

Catatan mengenai topografi lintasan perlu dilakukan, hal ini dapat

membantu untuk melokalisir titik pengamatan, misalnya :

berapa kali naik gunung, dan

Page 13: Pemetaan Geologi

berapa kali turun ke lembah.

Setibanya dekat lokasi yang dituju, harus dicek apakah terlalu ke kiri

atau ke kanan dari titik yang dituju. Bahwasanya lintasan ini dapat dilakukan,

ternyata dengan adanya istilah “potong kompas” dalam ketentaraan.

Traverse semacam ini dilakukan pada keadaan sungai-sungai dan jalan-

jalan tidak tergambar pada peta, atau tak ada sama sekali. Misalnya pemeta

akan datang ke puncak bukit dimana dengan jelas kelihatan dari jauh

adanya singkapan, tetapi hutan lebat berada di antara pemeta dan bukit

tersebut. Maka inilah satu-satunya cara yang paling aman untuk dipakai di

hutan tersebut, dengan mengikuti prosedur di atas pemeta tak akan

tersesat.

Lintasan ini juga dipakai jika pemeta kehilangan orientasi sama

sekali. Dengan mengarahkan kompas ke unsur topografi yang memanjang,

misalnya jalan, maka pemeta akan selamat, dan titik pengamatan terakhir

akan dapat ditentukan kembali.

Pengukuran dengan tali kompas/ rotan kompas

Metoda ini sama dengan yang disebut mengukur stratigrafi (MS).

Selain dilakukan untuk keadaan tersebut di atas juga dilakukan untuk

membuat suatu peta profil secara detail dari suatu singkapan yang menerus.

Caranya adalah dengan mempergunakan tali ukur (50 m, 25 m), dan

kompas; jarak, azimuth dan lereng diukur, kemudian dilakukan koreksi-

koreksi seperlunya.

Variasi lain dari pengukuran cara ini adalah :

Dengan menggunakan dua perahu di sungai yang masing-masing

memegang ujung tali, atau

Satu perahu dan satu orang mengambang dengan pelampung, masing-

masing memegang ujung tali.

11.6. Ketepatan Metode Traverse

Page 14: Pemetaan Geologi

Jika peta dasar yang dipakai adalah 1 : 25.000, maka 1 mm di peta

berarti 25 m di lapangan. Menentukan, mengeplot atau membedakan 1 mm

dalam peta adalah sukar. Ini berarti bahwa setiap 35 langkah yang pemeta

lakukan di lapangan berarti pemeta maju 1 mm dalam peta. Jelas bahwa jika

ada singkapan-singkapan dalam jarak sampai 50 m, itu harus dianggap satu

singkapan saja.

Pemeta harus ingat bahwa untuk mengeplot simbol jurus dan

kemiringan saja dibutuhkan ruangan kira-kira 10 x 5 mm. Jelas pula bahwa

singkapan-singkapan yang berada di garis lintasan. (Tetapi dalam buku

catatan harus dinyatakan jarak-jarak singkapan yang demikian).

Jelaslah bahwa untuk pemetaan dengan memakai peta dasar skala

1 : 25.000 atau lebih kecil lagi, metode-metode yang di atas tadi cukup tepat.

Lain halnya dengan skala yang besar.

11.7. Penampang Geologi

Peta geologi yang lengkap adalah peta geologi yang dilengkapi

dangan penampang geologi. Penampang geologi penting dibuat untuk

menunjukkan hubungan urutan batuan dan rekontruksi struktur geologi.

Biasanya penampang geologi dibuat tegak lurus dengan jurus batuan dan

diusahan dapat melewati semua satuan batuan yang ada dalam peta

geologi. Dalam kondisi tertentu kadang sayatan pada peta tidak tegak lurus

dengan jurus lapisan batuan, maka dapat dikoreksi :

Tg = tg x Sin

= arctg (tg x sin )

dimana : : Dip di penampang

: Dip dipeta

: Sudut yang dibentuk oleh sayatan dengan jurus

Page 15: Pemetaan Geologi

Penampang geologi sangat tergantung pada peta dasar yang

digunakan. Untuk membuat penampang geologi terlebih dahulu membuat

penampang berdasarkan peta berkontur untuk memperjelas beda tinggi

penampang geologi (gambar 11.2). Kemudian memasukkan unsur-unsur

batuan dan struktur geologi.

Page 16: Pemetaan Geologi

Gambar 11.2. Unsur-unsur yang ada pada peta geologi (Compton, 1985)

Page 17: Pemetaan Geologi

Gambar 11.3 Cara pembuatan penampang geologi berdasarkan peta dasar (Ragan, 1973)

11.8. Penggolongan Batuan

Setiap negara mempunyai aturan tersendiri dalam penggolongan

batuan. Di indonesia penggolongan satuan batuan berdasarkan pada Sandi

Stratigrafi Indonesia (1975, 1996). Dalam pemetaan geologi permukaan

umumnya digunakan pembagian satuan stratigrafi berdasarkan litostratigrafi.

Page 18: Pemetaan Geologi

Gambar 11.4 Pembagian satuan stratigrafi (ISSC,1976)

11.9 Kolom Stratigrafi

Peta Geologi pada dasarnya dapat menunjukkan urutan umur

batuan tetapi tidak bisa menunjukkan urutan umur yang dilengkapi dengan

umur relatif serta gambaran deskriptif batuan, lingkungan

pengendapan/pembentukan. Untuk itu setiap hasil pemetaan geologi selalu

di haruskan membuat kolom stratigrafi.

Syarat-syarat untuk suatu satuan batuan :

Harus dapat dipetakan (mapable) berdasarkan skala peta dasar

Satuan peta dapat terdiri satu macam batuan atau beberapa macam

batuan

Penggolongan satuan batuan disesuaikan dengan sandi stratigrafi

indonesia. Harus menggunakan satu pembagian satuan stratigrafi.

Page 19: Pemetaan Geologi

Misalnya : satuan litostratigrafi tidak perlu digabungkan dengan

satuan litodemik.

11.9. Kolom Stratigrafi

Kolom stratigrafi yang dibuat dari peta geologi berbeda dengan

kolom stratigrafi yang dibuat berdasarkan penampang terukur. Unsur-unsur

yang tergambar di dalamnya sama saja seperti yang telah di jelaskan pada

bab sebelumnya. Perbedaanya adalah kolom stratigrafi peta memuat urutan

batuan secara keseluruhan, sedangkan penampang terukur penekanannya

pada lingkungan pengendapan dan kotak satuan batuan.

Kolom stratigrafi juga sangat tergantung penampang stratigrafi

terukur yang biasanya dibuat pada tempat-tempat yang menunjukkan

urutan yang ideal, daerah yang menunjukkan kontak tegas.

Unsur-Unsur Kolom Stratigrafi Peta:

Tidak ada format yang baku mengenai gambar kolom stratigrafi,

yang pasti suatu kolom stratigrafi memuat unsur yang tidak dapat

ditampilkan dalam peta geologi. Unsur-unsur yang ada pada penampang

stratigrafi terukur tentunya sebagai dasar pembuatan kolom stratigrafi peta.

Berikut unsur-unsur yang harus ada dalam kolom stratigrafi :

Kolom Umur

Kolom ini memuat umur satuan batuan, baik umur relatif maupun

umur absolut. Dasar pengambilan umur satuan batuan antara lain :

a. Berdasarkan kedudukan batuan di lapangan yang tergambar dalam

peta geologi dan penampang geologi.

b. Umur relatif berdasarkan kandungan fosil

c. Umur absolut berdasarkan radiometri

Page 20: Pemetaan Geologi

d. Berdasarkan hasil kesebandingan umur satuan resmi. Tentunya

harus membandingakan kesamaan ciri fisik (litotype), lebih bagus

lagi mengerti stratotipenya sehingga dapat memposisiikan satuan

batuan lokasi penelitian terhadap urutan satuan resminya.

Kolom Satuan Batuan

Kolom satuan terbagi atas dua bagian yaitu :

Kolom satuan tidak resmi yang merupakan hasil penggolongan

satuan batuan murni hasil penelitian.

Kolom satuan batuan resmi penelitian geologi yang telah di lakukan

di daerah penelitian baik hasil pemetaan geologi maupun hasil

penelitian geologi khusus.

Kolom Ketebalan

Ketebalan kolom stratigrafi peta di dapatkan dari hasil rekontruksi

penampang geologi serta hasil stratigrafi terukur. Kadang menjadi persoalan

apakah batuan yang tidak berlapis seperti batuan beku dan metamorf perlu

juga di masukkan dimensi lebarnya dalam kolom ketebalan.

Kolom Litologi

Banyak versi dalam penggambaran kolom litologi, hal ini disebakan

keinginan geologist untuk menampilkan hubungan stratigrafi hasil

pemetaannya. Unsur-unsur yang penting ditampilkan dalam kolom litologi :

Simbol litologi

Simbol batas ketidaselarasan

Simbol perubahan fasies seperti menjemari, melensa, melidah

Simbol kandungan mineral, kandungan fosil

Ekspresi ukuran butir dan ekspresi tingkat pelapukan batuan

Kontak intrusi; perlu ditekankan batuan beku intrusi dengan batuan

beku yang tergolong pyroklastic flow. Kadang-kadang sulit

digambarkan.

Kolom Deskripsi

Page 21: Pemetaan Geologi

Walaupun yang diperikan dalam kolom ini adalah deskripsi batuan,

tetapi dianjurkan memperhatikan terlebih dahulu penggolongan batuan

kemudian menguraikan deskripsi batuan.

Kolom Kandungan Fosil

Sebutkan semua fosil yang dianggap representatif yang dianggap

memperkuat penentuan umur batuan dan lingkungan pengendapan

Kolom Lingkungan Pengendapan/ Pembentukan :

Dasar penempatan kolom ini sangat tergantung proses

pembentukan suatu batuan. Kadang pula dipengaruhi oleh penekana

pemetaan geologi (misalnya penekanan tektonik, basin, proses sedimentasi,

fasies dsb). Berikut unsur-unsur yang perlu dicantumkan dalam kolom

Lingkungan pengendapan/ pembentukan :

Lingkungan pengendapan ;

Dapat diambil dari kedalaman batimetri fosil (transisi, laut

dangkal, laut dalam), lingkungan fasies batuan karbonat (lingkungan

reef, platform lebar), lingkungan pengendapan batuan silisiklastik

(seperti aluvial fan, channel/braidded sungai, lakustrin, delta, sub

marine fan). Perlu di ingat bahwa lingkungan pengedapan tidak bisa

berdiri sendiri hanya dengan parameter struktur sedimen tertentu,

mineral tertentu, satu jenis fosil tetertu tetapi harus

mempertimbangkan urutan vertikal hasil pengukuran stratigrafi terukur.

Pembentukan batuan ;

Kadang lokasi penelitian terdapat batuan metamorf, sehingga

harus dipertimbangkan jenis proses metamorfisme yang

mempengaruhi

terbentuknya batuan, kadang pula even tektonik yang dijadikan

patokan lingkungan pembentukan (seperti pre-rift, syn-rift, post rift dll.).

Page 22: Pemetaan Geologi
Page 23: Pemetaan Geologi

Gambar 11.5. Kolom stratigrafi Daerah Biru, Sulawesi Selatan (Leeuwen, 1981)

Page 24: Pemetaan Geologi

Gambar 6.5. Kolom stratigrafi Daerah Biru, Sulawesi Selatan (Leeuwen, 1981)