LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN,...

27
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Daerah penelitian merupakan daerah yang sangat menarik,termasuk dalam Formasi Kebo-butak zona Pegunungan Selatan yang dicerminkan oleh kondisi morfologinya merupakan jalur-jalur pegunungan. Litologi penyusun utama daerah ini adalah batuan vulkanik seperti tuf,lempung dan didominasi oleh batupasir. Peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian terhadap permasalahan serta kondisi geologi daearah penelitian & sekitarnya dengan menghasilkan informasi geologi yang bersifat regional. Oleh karena itu, mahasiswa penempuh mata praktikum Geologi Lapangan II Jurusan Teknik Geologi dituntut melakukan penelitian geologi pada daerah dengan luas kampling yang sangat kecil agar mampu menghasilkan informasi dan data geologi yang lebih terperinci dan detail, karena selama ini informasi dan data geologi yang digunakan bersifat regional. Selain itu penelitian dilakukan untuk menginterpretasikan proses geologi yang sedang atau baru saja berlangsung, dengan mengkorelasikan data geologi yang telah ada sebelumnya dengan data yang diperoleh sekarang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu geologi.

Transcript of LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN,...

Page 1: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Daerah penelitian merupakan daerah yang sangat menarik,termasuk dalam

Formasi Kebo-butak zona Pegunungan Selatan yang dicerminkan oleh kondisi

morfologinya merupakan jalur-jalur pegunungan. Litologi penyusun utama daerah

ini adalah batuan vulkanik seperti tuf,lempung dan didominasi oleh batupasir.

Peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian terhadap

permasalahan serta kondisi geologi daearah penelitian & sekitarnya dengan

menghasilkan informasi geologi yang bersifat regional. Oleh karena itu,

mahasiswa penempuh mata praktikum Geologi Lapangan II Jurusan Teknik

Geologi dituntut melakukan penelitian geologi pada daerah dengan luas kampling

yang sangat kecil agar mampu menghasilkan informasi dan data geologi yang

lebih terperinci dan detail, karena selama ini informasi dan data geologi yang

digunakan bersifat regional. Selain itu penelitian dilakukan untuk

menginterpretasikan proses geologi yang sedang atau baru saja berlangsung,

dengan mengkorelasikan data geologi yang telah ada sebelumnya dengan data

yang diperoleh sekarang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu

geologi.

Page 2: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

2Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian Geologi Lapangan II ini adalah mampu

mengaplikasikan teori dan materi yang didapatkan di bangku perkulihan pada

aplikasi di lapangan maupun di Dunia kerja.

Tujuan dari kegiatan Geologi Lapangan II ini adalah mahasiswa

diharapkan mampu melakukan pemetaan dengan membuat peta berupa: Peta

Lokasi & Lintasan Pengamatan, Peta Geomorfologi dan disajikan dalam bentuk

Laporan Pemetaan Geologi. Laporan Pemetaan Geologi dibuat dengan mengikuti

kaidah penulisan ilmiah.

1.3. Lokasi, Luas dan Kesampaian Daerah

Secara administatif daerah penelitian berada pada kecamatan Bayat,

Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah dan Kecamatan Gedangsari, Kabupaten

Wonosari, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis bagian Timur

sampai Barat merupakan Desa Sendangrejo dan trembono dan disebelah Utara

merupakan Desa Jarum. Sedangkan secara astronomi daerah penelitian terletak

pada koordinat S 07o 47’ 30” – 07o 48’ 30” dengan E 110o 39’ 00” – 110o 40’ 30”.

Luas daerah penelitian adalah kurang lebih 5,13375 km2 persegi, lebar dari

Utara ke Selatan 1,85 km dan panjang dari Timur ke Barat 2,775 km.

Page 3: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

3Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian, sumber peta RBI (tanpa skala)

1.4. Metode dan Peralatan yang digunakan

1.4.1. Metode Penelitian

Pemetaan geologi yang dilakukan bersifat pemetaan permukaan melalui

observasi lapangan yang menggunakan jalur lintasan tertentu. Sebelumnya

terlebih dahulu dilakukan analisis data sekunder yang didapat dari pustaka dan

sumber lain yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum

melakukan observasi lapangan secara detail.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, terdapat empat tahapan dalam

pekerjaan geologi lapangan :

1. Tahap pendahuluan, merupakan tahap recognize, persiapan kelengkapan

lapangan dan studi pustaka.

2. Tahap Pelaksanaan, merupakan tahap pengumpulan data di lapangan.

Meliputi orientasi medan, pengamatan morfologi, pengamatan singkapan

3Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian, sumber peta RBI (tanpa skala)

1.4. Metode dan Peralatan yang digunakan

1.4.1. Metode Penelitian

Pemetaan geologi yang dilakukan bersifat pemetaan permukaan melalui

observasi lapangan yang menggunakan jalur lintasan tertentu. Sebelumnya

terlebih dahulu dilakukan analisis data sekunder yang didapat dari pustaka dan

sumber lain yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum

melakukan observasi lapangan secara detail.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, terdapat empat tahapan dalam

pekerjaan geologi lapangan :

1. Tahap pendahuluan, merupakan tahap recognize, persiapan kelengkapan

lapangan dan studi pustaka.

2. Tahap Pelaksanaan, merupakan tahap pengumpulan data di lapangan.

Meliputi orientasi medan, pengamatan morfologi, pengamatan singkapan

3Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian, sumber peta RBI (tanpa skala)

1.4. Metode dan Peralatan yang digunakan

1.4.1. Metode Penelitian

Pemetaan geologi yang dilakukan bersifat pemetaan permukaan melalui

observasi lapangan yang menggunakan jalur lintasan tertentu. Sebelumnya

terlebih dahulu dilakukan analisis data sekunder yang didapat dari pustaka dan

sumber lain yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum

melakukan observasi lapangan secara detail.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, terdapat empat tahapan dalam

pekerjaan geologi lapangan :

1. Tahap pendahuluan, merupakan tahap recognize, persiapan kelengkapan

lapangan dan studi pustaka.

2. Tahap Pelaksanaan, merupakan tahap pengumpulan data di lapangan.

Meliputi orientasi medan, pengamatan morfologi, pengamatan singkapan

Page 4: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

4Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

dan lithologi serta penyebarannya, pengukuran ketebalan, pengamatan

struktur geologi yang ada serta pengambilan sampel batuan.

3. Penyusunan Laporan, hasil analisa yang diperoleh kemudian disajikan

dalam bentuk draft laporan, peta lintasan, peta geologi, peta geomorfologi

dan penampang yang kemudian untuk dipresentasikan dan diuji.

I.4.2. Alat dan Bahan yang digunakan

Peta topografi skala 1 : 25.000 dan skala 1 : 12.500, peta geologi lembar

Cawas skala 1 : 25.000 (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1995),

Peta RBI Sendangagung lembar 1408-314 skala 1 : 25.000, palu geologi, lup,

komparator litologi, Kompas geologi, Clipoard dan kantong sampel, buku

catatan, alat tulis, penggaris berbagai bentuk, busur derajat, kamera, HCl 0,1 M

dan Tas/ransel/backpack.

1.5. Penelitian Terdahulu

Telah banyak ahli Geologi yang melakukan penelitian terdahulu di Pulau

Jawa, termasuk daerah telitian. Menurut Bemmelen (1949) secara fisiografis

daerah telitian berada pada bagian paling Barat dari jalur Pegunungan Selatan

Jawa Timur yang memanjang Barat-Timur mulai dari Parangkritis hingga

Ujungpurba. Beberapa ahli lain diantaranya:

1. Rahardjo, dkk (1977) mengumukakan bahwa di daerah Pegunungan

Selatan bagian Barat, pengakatan terjadi pada Kala Miosen Tengah dan

kemudian terjadi pengendapan Formasi Wonosari. Selanjutnya pada awal

Plestosen, seluruh daerah terangkat lagi yang mengakibatkan pembentukan

Page 5: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

5Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

morfologi dataran tinggi, juga mengakibatkan terjadinya penyesaran.

Struktur utama mempunyai arah poros lipatan Timur laut-Barat daya

melalui terban Bantul bagian Timur (Untung, dkk.,1973 dalam Rahardjo,

dkk., 1977). Sebagai dari bagian Pegunungan Selatan, stratigrafi telah

banyak diteliti oleh beberapa ahli seperti Bothr (1929) dan Marks (1957).

2. Asikin (1974) membahas tentang struktur Geologi Jawa Tengah dan

sekitarnya secara regional, dalam bukunya “evolusi Geologi Jawa Tengah

dan sekitarnya ditunjau dari segi tektonik Dunia yang baru”

3. Marks, P, (1961) dalam bukunya “stratigrapy lexion of Indonesia”

menjelaskan susunan stratigrafi Pegunungan Selatan.

4. Menurut Suyoto (1992) didalam Universitas Pembangunan Nasional

Veteran (UNPVET, 1998) mengemukakan tatanan stratigrafi pegunungan

Selatan berturut-turut dari tua ke muda.

Page 6: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

6Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

BAB 2

GEOMORFOLOGI

2.1. Geomorfologi Regional

Yang dimaksud dengan Pegunungan Selatan adalah pegunungan yang

terletak pada Bagian Selatan Jawa Tengah, mulai dari Bagian TenggaraPropinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, memanjang kearah Timur sepanjang plantain

Selatan Jawa Timur.

Secara morfologis Daerah Pegunungan Selatan merupakan pegunungan

yang dapat dibedakan menjadi 3 satuan morfologi utama, yaitu:

2.1.1. Satuan morfologi perbukitan berrelief sedang sampai kuat, yaitu

daerah yang ditempati oleh batupasir, breksi vulkanik dan batuan

beku dari Formasi Semilir, Nglanggaran atau Wuni dan Besole.

Daerah ini terdapat mulai dari daerah sekitar Imogiri di Bagian

Barat, memanjang ke Utara hingga Prambanan, membelok ke

Timur (Pegunungan Baturangung) dan terus kearah Timur

melewati Perbukitan Panggung,

2.1.2. Satuan dataran tinggi terdapat di Daerah Gading, Wonosari, Playen

hingga Semanu. Dataran ini rata-rata berketinggian 400 m diatas

muka laut dengan topografi yang hamper rata dan pada umumnya

ditempati oleh batugamping.

2.1.3. Satuan perbukitan kerucut, meliputi daerah dari sebelah Timur

Parangtritis memanjang ke Timur melewati daerah Baron,

sedangkang ke Timur melewati Punung hingga ke daerah sekitar

Page 7: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

7Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Pacitan. Daerah ini tersusun oleh bukit-bukit kecil maupun

berbentuk kerucut, tersusun oleh batugamping yang lain.

2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian

Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari dataran sampai curam terbagi

menjadi 3 subsatuan geomorfik yaitu:

2.2.1. Subsatuan dataran alluvial, yaitu terdiri dari material lepas seperti

lempung sampai kerikir dengan kemiringan leren 0o – 2o, satuan ini

menempati dari bagian Utara Desa Jarum dan bagian Timur Desa

Nampurejo, luas dataran alluvial ± 40% dari daerah penelitian

Gambar 2. Subsatuan geomorfologi dataran alluvial, lensa kamera

menghadap ke Tenggara N 127o E. (kamera digital)

2.2.2. Subsatuan perbukitan bergelombang lemah sampai sedang dengan

kemiringan lereng 10o – 15o terdiri dari batupsir bersilang seling tuff,

satuan ini berada pada bukit Jumbleng, menempatu ± 37% dari daerah

penelitian.

7Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Pacitan. Daerah ini tersusun oleh bukit-bukit kecil maupun

berbentuk kerucut, tersusun oleh batugamping yang lain.

2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian

Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari dataran sampai curam terbagi

menjadi 3 subsatuan geomorfik yaitu:

2.2.1. Subsatuan dataran alluvial, yaitu terdiri dari material lepas seperti

lempung sampai kerikir dengan kemiringan leren 0o – 2o, satuan ini

menempati dari bagian Utara Desa Jarum dan bagian Timur Desa

Nampurejo, luas dataran alluvial ± 40% dari daerah penelitian

Gambar 2. Subsatuan geomorfologi dataran alluvial, lensa kamera

menghadap ke Tenggara N 127o E. (kamera digital)

2.2.2. Subsatuan perbukitan bergelombang lemah sampai sedang dengan

kemiringan lereng 10o – 15o terdiri dari batupsir bersilang seling tuff,

satuan ini berada pada bukit Jumbleng, menempatu ± 37% dari daerah

penelitian.

7Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Pacitan. Daerah ini tersusun oleh bukit-bukit kecil maupun

berbentuk kerucut, tersusun oleh batugamping yang lain.

2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian

Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari dataran sampai curam terbagi

menjadi 3 subsatuan geomorfik yaitu:

2.2.1. Subsatuan dataran alluvial, yaitu terdiri dari material lepas seperti

lempung sampai kerikir dengan kemiringan leren 0o – 2o, satuan ini

menempati dari bagian Utara Desa Jarum dan bagian Timur Desa

Nampurejo, luas dataran alluvial ± 40% dari daerah penelitian

Gambar 2. Subsatuan geomorfologi dataran alluvial, lensa kamera

menghadap ke Tenggara N 127o E. (kamera digital)

2.2.2. Subsatuan perbukitan bergelombang lemah sampai sedang dengan

kemiringan lereng 10o – 15o terdiri dari batupsir bersilang seling tuff,

satuan ini berada pada bukit Jumbleng, menempatu ± 37% dari daerah

penelitian.

Page 8: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

8Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 3. Subsatuan perbukitan gergelombang sedang, lensa kamera

menghadap ke Utara N 15o E (sumber kamera digital)

2.2.3. Subsatuan perbukitan bergelombang kuat – curam dengan kemiringan

lereng 15o – 25o, terdiri dari bongkahan-bongkahan batupasir kasar,

satuan ini berada pada Daerah Bantengwaren dan Daerah Pencil,

menempati ± 20% dari daerah penelitian

2.3. Pola Aliran

Pola aliran daerah penelitian merupakan pola aliran dendritik yaitu

perlapisan batuan sedimen relatif datar dan memiliki ketahanan terhadap

pelapukan, stadia sungai pada daerah penelitian yaitu berestadia muda, dengan

tingkat erosi yang kuat.

2.4. Stadia Erosi dan Stadia Daerah

Berdasarkan stadia sungai daerah penelitian yang berstadia muda, maka

tingkat erosi daerah penelitian yaitu berestadia kuat. Dan stadia daerah penelitian

yaitu berestadia muda.

8Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 3. Subsatuan perbukitan gergelombang sedang, lensa kamera

menghadap ke Utara N 15o E (sumber kamera digital)

2.2.3. Subsatuan perbukitan bergelombang kuat – curam dengan kemiringan

lereng 15o – 25o, terdiri dari bongkahan-bongkahan batupasir kasar,

satuan ini berada pada Daerah Bantengwaren dan Daerah Pencil,

menempati ± 20% dari daerah penelitian

2.3. Pola Aliran

Pola aliran daerah penelitian merupakan pola aliran dendritik yaitu

perlapisan batuan sedimen relatif datar dan memiliki ketahanan terhadap

pelapukan, stadia sungai pada daerah penelitian yaitu berestadia muda, dengan

tingkat erosi yang kuat.

2.4. Stadia Erosi dan Stadia Daerah

Berdasarkan stadia sungai daerah penelitian yang berstadia muda, maka

tingkat erosi daerah penelitian yaitu berestadia kuat. Dan stadia daerah penelitian

yaitu berestadia muda.

8Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 3. Subsatuan perbukitan gergelombang sedang, lensa kamera

menghadap ke Utara N 15o E (sumber kamera digital)

2.2.3. Subsatuan perbukitan bergelombang kuat – curam dengan kemiringan

lereng 15o – 25o, terdiri dari bongkahan-bongkahan batupasir kasar,

satuan ini berada pada Daerah Bantengwaren dan Daerah Pencil,

menempati ± 20% dari daerah penelitian

2.3. Pola Aliran

Pola aliran daerah penelitian merupakan pola aliran dendritik yaitu

perlapisan batuan sedimen relatif datar dan memiliki ketahanan terhadap

pelapukan, stadia sungai pada daerah penelitian yaitu berestadia muda, dengan

tingkat erosi yang kuat.

2.4. Stadia Erosi dan Stadia Daerah

Berdasarkan stadia sungai daerah penelitian yang berstadia muda, maka

tingkat erosi daerah penelitian yaitu berestadia kuat. Dan stadia daerah penelitian

yaitu berestadia muda.

Page 9: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

9Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

BAB III

STRATIGRAFI

3.1. Stratigrafi Regional

Dari penyimpulan hasil peneliti terdahulu, secara garis besar stratigrafi

daerah pegunungan selatan dapat dinyatakan dalam dua macam urutan, yang

pertama adalah stratigrafi bagian barat yang pada dasarnya bersumber kepada

hasil penelitian Bothe (1929). Sedangkan bagian timur yang terletak pada sebelah

selatan dan tenggara depresi Wonogiri-Baturetno urutan stratigrafinya disusun

oleh Sartono (1958).

3.1.1. Stratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Barat

Pegunungan Selatan Bagian Barat secara umum oleh batuan

sedimen volkaniklastik dan batuan karbonat. Batuan

volkaniklastiknya sebagian besar terbentuk oleh pengendapan

gayaberat (grafity depositional processes) yang menghasilkan

endapan dengan tebal ± 4000 meter. Hampir sel;uruh batuan

sedimen tersebut mempunyai kemiringan ke Selatan. Urutan

stratigrafi penyusun pegunungan selatanbagian barat dari tua ke

muda adalah :

1. Formasi Kebo-Butak

2. Formasi Semilir

3. Formasi Nglanggeran

Page 10: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

10Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

4. Formasi Sambipitu

5. Formasi Oyo-Wonosari

6. Endapan Kuarter

1. Formasi Kebo-Butak

Formasi ini secara umum terdiri dari konglomerat , batupasir dan

Batulempung yang menunjukkan kenampakan pengendapan arus turbidit

maupun pengendapan gaya berat yang lain. Dibagian bawah, yang oleh

bothe disebut sebagai Kebo beds tersusun oleh perselang-selingan antara

batupasir, batulanau dan batulempungyang khas menunjukkan struktur

turbidit, dengan perselingan batupasir konglomeratan yang mengandung

klastika lempung. Bagian bawah ini diterobos oleh sill bataun beku dan

bagian atas disebut sebagai Butak dengan ketebalan 800 meter

diendapkan pada lingkungan lower submarine dan dengan beberapa

interupsi pengendapan tipe mid fan (Raharjo, 1983) yang terbentuk pada

akhir Oligosen (N2-N3) (Sumarso & Ismoyowati, 1975; Van Gorsel et

al., 1987).

2. Formasi Semilir

Secara umum tersusun oleh batupasir dan batulanau yang bersifat tuffan,

terkadang dijumpai breksi dengan fragmen batuapung yang bersifat

asam. Umur dari formasi ini diduga adalah dari awal miosen (N4)

berdasarkan dari terdapatnya Globigerinoides Primordius di dekat

piyungan pada bagian yang bersifat lempungan (Van Gorsel, 1987).

Page 11: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

11Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Formasi ini menumpang secara selaras pada Formasi Kebo-Butak dan

tersingkap baik di tebing gawir Baturagung dibawah puncak semilir.

3. Formasi Nglanggeran

Penyusun utama formasi ini adalah breksi dengan penyusun material

vulkanik (bongkah-bongkah lava andesit dan bom andesit) dengan

perlapisan yang baik dan ketebalan cukup tebal. Formasi ini ditafsir

sebagai hasil pengendapan aliran rombakan yang berasal dari gunung api

bawah laut, dan proses pengendapan berjalan cepat, yaitu hanya pada

awal miosen (N4). Singkapan terdapat pada gunung Nglanggeran pada

bukit baturagung. Kontak dengan formasi semilir dibawah nya berupa

kontak tajam dan sering dianggap tidak selaras diatas semilir.

4. Formasi Sambipitu

Tersusun oleh batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau

batulempung, pada bagian atas batupasir masih bersifat vulkanik,

sedangkan dibagian bawah berubah bersifat gampingan karena sering

dijumpai fragmen dari koral dan foraminifera besar yang berasal dari

lingkungan terumbu laut dangkal, yang terseret kedalam lingkungan

yang lebih dalam akibat pengaruh arus turbidit. Formasi Sambipitu ini

terbentuk selama zaman Miosen, yaitu antara N4-N8 (Kadar, 1986) atau

NN2-NN5 (Kadar, 1990).

5. Formasi Oyo-Wonosari

Selaras diatas Formasi Sambipitu, Formasi ini tersusun dari batugamping

dan napal. Penyebarannya meluas hampir setengah bagian selatan

Page 12: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

12Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Pegunungan Selatan memanjang ke Timur, membelok kearah Utara

sebelah Bagian Barat dari daerah depresi Wonogiri-Baturetno. Pada

bagian bawah dari Formasi Oyo-Wonosari terdiri dari batugamping

berlapis yang menunjukkan arus turbidit karbonat yang diendapkan pada

kondisi laut yang dalam, batugamping kelompok ini disebut sebagai

anggota Oyo dari Formasi Wonosari (Bothe, 1929) atau formasi Oyo

(Raharjo dkk, 1977 dalam Toha Dkk, 1994).

Kearah lebih muda , anggota oyo ini bergradasi menjadi dua fasies yang

berbeda. Didaerah wonosari , batugamping ini mekin kearah selatan

semakin berubah menjadi batugamping terumbu yang berupa rudstone,

framestone, dan floatstone, bersifat lebih keras dan dinamakan sebagai

anggota Wonosari dari Formasi Oyo-Wonosari (Bothe, 1929) atau

Formasi Wonosari (Raharjo dkk, 1977 dan Toha dkk, 1994). Sedangkan

di baratdaya wonosari, batugamping terumbu ini berubah fasies menjadi

batugamping berlapis bergradasi menjadi napal, dan disebut sabagai

anggota Kepek dari Formasi Wonosari. Anggota kepek ini juga

tersingkap dibagian timur, yaitu didaerah depresi Wonogiri-baturetno,

dibawah endapan Kuarter seperti terdapat di daerah Erokomo. Secara

keseluruhan , Formasi Wonosari ini terbentuk selama Miosen Akhir

(N9-M18).

6. Diatas seri batuan sedimen Tersier seperti disebut didepan terdapat suatu

kelompok sedimen yang sudah agak mengeras sehingga masih lepas.

Kelompok sedimen ini berada pada bidang erosi, dan prosesnya masih

Page 13: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

13Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

berlanjut hingga sekarang maka secara keseluruhan sedimen ini disebut

Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari daerah timurlaut

wonosari hingga daerah depresi Wonogiri-Baturetno. Singkapan yang

baik terdapat pada waduk Gadjah Mungkur dan terletak tidak selaras

dengan sedimen Kuarter. Endapan Kuarter ini diperkirakan berumur

Plistosen Bawah dengan penyusun perulangan tuf halus putih

kekuningan dengan perulangan gradasi batupasir kasar ke batupasir

sedang dan lensa-lensa Konglomerat. Batupasir tersebut berstruktur

silang-siur tipe palung, sedangkan lapisan tuf terdapat di bagian bawah

tengah dan atas bersamaan pula pembentukannya dengan kongloerat

hasil aktifitas sungai.

Gambar 4. Stratigrafi Regional Gegunungan Selatan dari beberapa penulis(sumber : www.wingmanarrows.wordpress.com)

13Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

berlanjut hingga sekarang maka secara keseluruhan sedimen ini disebut

Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari daerah timurlaut

wonosari hingga daerah depresi Wonogiri-Baturetno. Singkapan yang

baik terdapat pada waduk Gadjah Mungkur dan terletak tidak selaras

dengan sedimen Kuarter. Endapan Kuarter ini diperkirakan berumur

Plistosen Bawah dengan penyusun perulangan tuf halus putih

kekuningan dengan perulangan gradasi batupasir kasar ke batupasir

sedang dan lensa-lensa Konglomerat. Batupasir tersebut berstruktur

silang-siur tipe palung, sedangkan lapisan tuf terdapat di bagian bawah

tengah dan atas bersamaan pula pembentukannya dengan kongloerat

hasil aktifitas sungai.

Gambar 4. Stratigrafi Regional Gegunungan Selatan dari beberapa penulis(sumber : www.wingmanarrows.wordpress.com)

13Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

berlanjut hingga sekarang maka secara keseluruhan sedimen ini disebut

Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari daerah timurlaut

wonosari hingga daerah depresi Wonogiri-Baturetno. Singkapan yang

baik terdapat pada waduk Gadjah Mungkur dan terletak tidak selaras

dengan sedimen Kuarter. Endapan Kuarter ini diperkirakan berumur

Plistosen Bawah dengan penyusun perulangan tuf halus putih

kekuningan dengan perulangan gradasi batupasir kasar ke batupasir

sedang dan lensa-lensa Konglomerat. Batupasir tersebut berstruktur

silang-siur tipe palung, sedangkan lapisan tuf terdapat di bagian bawah

tengah dan atas bersamaan pula pembentukannya dengan kongloerat

hasil aktifitas sungai.

Gambar 4. Stratigrafi Regional Gegunungan Selatan dari beberapa penulis(sumber : www.wingmanarrows.wordpress.com)

Page 14: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

14Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

3.2. Stratigrafi Daerah penelitian

Stratigrafi daerah penelitian ini memiliki penyusun utama yaitu

perselingan antara batupasir tuffan dan tuff pasiran yang tersingkap baik pada

desa trembono dan penyebarannya meluas pada daerah G. Eyangkuto, G.

Bantengwareng dan Jumbleng, satuan batuan ini terendapkan oleh arus turbidit

dan masuk dalam Formasi Kebo-Butak dengan umur batuan Oligosen Akhir

hingga Miosen Awal (N2-N5). Satuan batuan ini terendapkan secara selaras

dengan Formasi Semilir dan tersebar di kaki Utara Pegunungan Baturagung,

sebelah Selatan Klaten.

3.2.1. Satuan Batuan Batupasir

3.2.1.a. Ciri Litologi (dan anggota satuan Batuan)

Satuan batuan ini tersusun oleh material lepas pasir kasar hingga

pasir halus berstruktur masif dan bertekstur : ukuran butir kasar-halus,

bentuk butir rounded (membulat), sortasi baik, kemas tertutup dengan

komposisi semen silika, matriks pasir halus, batuan ini terbentuk oleh arus

turbidit yang bekerja nama batuan batupasir kasar, batuan ini sudah

mengalami proses pelapukan dimana proses erosi yang bekerja sangat

intensif dengan media utama yaitu air permukaan.

3.2.1.b. Penyebaran Dan Ketebalan

Batupasir ini tersebar hampir diseluruh daerah penelitian meliputi

daerah Trembono, G. Eyangkuto, Pencil, Bantengwareng, dan Jumbleng

dengan ukuran butir yang beragam, mulai dari pasir kasar hingga pasir

Page 15: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

15Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

halus dengan ketebalan 13,34 m (yang terukur) pada Desa Trembono di LP

15 (daerah pengukuran Measured section).

3.2.1.c. Umur dan Lingkungan Pengendapan

Umur dari satuan batupasir daerah penelitian ini menurut peneliti

terdahulu adalah Oligosen Akhir hingga Miosen Awal (N2-N3) dan

terendapkan pada laut terbuka dimana dicirikan dengan adanya perlapisan

pada batupasir pada daerah penelitian.

3.2.1.d. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi sub-satuan batupasir ini selaras dengan tuff

dan tuff pasiran, namun tidak selaras dengan endapan Aluvial kuarter

dikarenakan umur pengendapan dan tempat pengendapan yang berbeda.

3.2.2. Satuan Batuan tuff pasiran

3.2.2.a. Ciri Litologi (dan anggota satuan Batuan)

Satuan batuan ini tersusun oleh material pasir halus berstruktur masif

dan bertekstur : ukuran butir tuff – pasir halus, bentuk butir very rounded

(sangat membulat), sortasi baik, kemas tertutup dengan komposisi semen

silika, matriks tuff, batuan ini terbentuk oleh hasil dari pengendapan

material piroklatik batuan ini sudah mengalami proses altrasi menjadi batu

zeolit.

Page 16: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

16Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

3.2.2.b. Penyebaran Dan Ketebalan

Tuff pasiran ini tersebar hampir diseluruh daerah penelitian

meliputi daerah Trembono, G. Eyangkuto, Pencil, Bantengwareng, dan

dengan ukuran butir pasir halus-tuff, dengan ketebalan 90,28 cm (yang

terukur) pada Desa Trembono di LP 15 (daerah pengukuran Measured

section).

3.2.2.c. Umur dan Lingkungan Pengendapan

Umur dari satuan batu tuf pasiran daerah penelitian ini menurut

peneliti terdahulu adalah Oligosen Akhir hingga Miosen Awal (N2-N3)

dan terendapkan pada daerah darat dimana dicirikan dengan adanya

perlapisan.

3.2.2.d. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi sub-satuan tuff pasiran ini selaras dengan tuff

dan batupasir, namun tidak selaras dengan endapan Aluvial kuarter

dikarenakan umur pengendapan dan tempat pengendapan yang berbeda.

Gambar 5. Susun stratigrafi daerah penelitian,kamera menghadap ke Barat(penulis)

Page 17: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

17Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

BAB 4

STRUKTUR GEOLOGI

4.1. Struktur Geologi Regional

Secara regional, daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan

Selatan Jawa Timur Bagian Barat. Menurut Bemmelen (1949), Pegunungan

Selatan merupakan sayap geantiklin Jawa yang berarah barat-timur. Pada Kala

Pleistosen Tengah, geantiklin Jawa ini terangkat sehingga menghancurkan

Perbukitan Jiwo dan ambles ke Utara. Jalur Solo dan Pegunungan Selatan

dipisahkan oleh sesar bertingkat yang kemudian tererosi dan memberikan

kenampakan gawir-gawir sesar.

Pada Kala Pleistosen Atas, blok yang terdapat di bawah cekungan

Wonosari memisahkan diri dari sayap Selatan. Pada tahap ini gawir sesar

Baturagung menjadi antiklin satu sisi dan Perbukitan Jiwo terletak di atasnya.

Blok-blok miring yang terletak di antara Pegunungan Selatan dan Jalur Solo

sebagai contohnya ditemukan dekat Wonogiri dan Tirtomoyo. Blok sesar

terpisahkan dari blok utama Pegunungan Selatan oleh depresi (Surono dkk, 1992).

4.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Penelitian dan pembahasan struktur geologi di daerah penelitian lebih

menekankan pada struktur sekunder (kekar dan sesar) yang terbentuk selama atau

setelah proses pembentukan akibat gaya endogen yang bekerja. Dalam

memecahkan masalah-masalah tentang arah gaya yang bekerja dan yang lainnya,,

Page 18: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

18Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

penulis menggunakan metode Diagram Kipas. Untuk pembahasan nama struktur,

digunakan nama-nama daerah yang dilewati struktur tersebut.

4.2.1. Struktur Kekar

Pada LP 9 dijumpai kekar yang – dengan ciri kekar gerus dan kekar tarik,

data kekar yang diambil berupa kekar gerus dengan ciri saling berpotongan

membentuk sudut ± 600 dengan tujuan mencari tegasan utama. Dari hasil analisis

arah umum kekar dan tegasan utama mengunakan diagram kipas secara manual

maka diketahui:

- T 1= N 3160 E

- T 2= vertical pada sumbu simetri

- T 3= N460 E

4.2.2. Struktur Sesar

Pada Lp 20 tepatnya pada Kali Trembono, dilakukan pengambilan data

struktur berupa shear freacture dan gash fracture. dari semua data tersebut

dilakukan analisis dengan mengunakan stereonet, maka diketahui arah umum

shear fracture N 2940 E/860 dan gash fracture N 2020 E/740, jenis sesar adalah

sesar mendatar geser kiri.

Page 19: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

19Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Tabel 1. Tabulasi data hasil pengukuran kekar joint pada LP 9

di daerah Ledok

ARAH

NOTASIJUMLAH PERSEN %

N……….E N……….E

0 – 5 180 – 185

5 – 10 185 – 190

10 – 15 190 – 195

15 – 20 195 – 200 I 1 2,9%

20 – 25 200 – 205 I 1 2,9%

25 – 30 205 – 210

30 – 35 210 – 215

35 – 40 215 – 220

40 – 45 220 – 225

45 – 50 225 – 230

50 – 55 230 – 235

55 – 60 235 – 240

60 – 65 240 – 245

65 – 70 245 – 250

70 – 75 250 – 255

75 – 80 255 – 260

80 – 85 260 – 265 II 2 5.8%

85 -90 265 – 270 I 1 2,9%

90 – 95 270 – 275 III 3 8,8%

Page 20: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

20Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

95 – 100 275 – 280

100 – 105 280 – 285 II 2 5.8%

105 – 110 285 – 290

110 – 115 290 – 295 III 3 8,8%

115 – 120 295 – 300 IIII 4 11,7%

120 – 125 300 – 305 I 1 2,9%

125 – 130 305 – 310

130 – 135 310 – 315

135 – 140 315 – 320

140 – 145 320 – 325

145 – 150 325 – 330

150 – 155 330 – 335 II 2 5.8%

155 – 160 335 – 340 IIII 5 14,7%

160 – 165 340 – 345 III 3 8,8%

165 – 170 345 – 350 IIII 4 11,7%

170 – 175 350 – 355 II 2 5.8%

175 – 180 355 – 360

Σ = 34

Page 21: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

21Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 6. Analisis kekar gerus di LP 9 daerah Ledok

menggunakan diagram kipas (sumber penulis)

Setelah arah umum kekar dapat diketahui dengan menggunakan metode

diagram kipas, di dapatkan tegasan utama (δ1) adalah N 316.5o E dan tegasan

minimum (δ3) adalah N 46.5o E

4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur

Struktur ini terbentuk karena adanya tektonik daerah Jawa Tengah bagian

Selatan dipengaruhi oleh adanya zona penunjaman yang terletak di bagian selatan

Pulau Jawa. Sehingga menyebabkan adanya patahan, yang menyebabkan suatu

pergeseran suatu perlapisan batuan. Hal ini ditunjukan dengan adanya bukti-bukti

kekar yang mengindikasikan adanya suatu gejala struktur. (Sujanto dan

Roskamil,1975)

δ1 316.5

δ2

δ3 46.5

21Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 6. Analisis kekar gerus di LP 9 daerah Ledok

menggunakan diagram kipas (sumber penulis)

Setelah arah umum kekar dapat diketahui dengan menggunakan metode

diagram kipas, di dapatkan tegasan utama (δ1) adalah N 316.5o E dan tegasan

minimum (δ3) adalah N 46.5o E

4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur

Struktur ini terbentuk karena adanya tektonik daerah Jawa Tengah bagian

Selatan dipengaruhi oleh adanya zona penunjaman yang terletak di bagian selatan

Pulau Jawa. Sehingga menyebabkan adanya patahan, yang menyebabkan suatu

pergeseran suatu perlapisan batuan. Hal ini ditunjukan dengan adanya bukti-bukti

kekar yang mengindikasikan adanya suatu gejala struktur. (Sujanto dan

Roskamil,1975)

δ1 316.5

δ2

δ3 46.5

21Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

Gambar 6. Analisis kekar gerus di LP 9 daerah Ledok

menggunakan diagram kipas (sumber penulis)

Setelah arah umum kekar dapat diketahui dengan menggunakan metode

diagram kipas, di dapatkan tegasan utama (δ1) adalah N 316.5o E dan tegasan

minimum (δ3) adalah N 46.5o E

4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur

Struktur ini terbentuk karena adanya tektonik daerah Jawa Tengah bagian

Selatan dipengaruhi oleh adanya zona penunjaman yang terletak di bagian selatan

Pulau Jawa. Sehingga menyebabkan adanya patahan, yang menyebabkan suatu

pergeseran suatu perlapisan batuan. Hal ini ditunjukan dengan adanya bukti-bukti

kekar yang mengindikasikan adanya suatu gejala struktur. (Sujanto dan

Roskamil,1975)

δ1 316.5

δ2

δ3 46.5

Page 22: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

22Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

BAB 5

SEJARAH GEOLOGI

Sejarah Geologi pada daerah peneliti,terjadi pada kala Oligosen akhir-

Miosen awal, pada Miosen awal bagian tengah terbentuk batu pasir kasar yang

terendapakan di lingkungan darat- laut dangkal, pada miosen awal bagian tengah

di endapkan satuan tuff yang merupakan hasil dari vulkanisme dan terendapkan

di atas batu pasir, kemudian adanya gaya lagi sehingga terjadi subsidance

terendapkan batu pasir halus, adanya gaya lagi sehingga litologi yang merupakan

material transisi ini tersingkap di permukaan, setelah itu terjadi proses eksogen

yang bekerja sampai saat ini.

Page 23: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

23Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

BAB 6

POTENSI GEOLOGI

6.1. Sesumber

6.1.1 Air

Secara umum kondisi perairan cukup baik dengan curah hujan yang

hampir merata setiap tahun, serta kondisi vegetasi yang lebat dan masih

terjaga sebagai media infiltrasi air tanah. Potensi air yang dimanfaatkan

oleh masyarakat sekitar berasal dari air permukaan yaitu air sungai yang

berada di sekitar pemukiman penduduk dan ait tanah pada sumur-sumur

warga.

Masyarakat yang dekat dengan aliran sungai pada umumnya

memanfaatkan air ini untuk keperluan sehari-hari, misalnya menyuci,

mandi dan irigasi.

6.1.2. Bahan galian

Potensi bahan galian yang ada termasuk dalam bahan galian

golongan C berupa batupasir. Batupasir di Daerah Penelitian ditambang

dengan menggunakan peralatan konvensional seperti: palu, linggis,

sekop, karung, cangkul, dan lainnya. Batupasir dimanfaatkan masyarakat

sekitar sebagai bahan bangunan dan didistribusikan keluar daerah dan

sebagian digunakan sebagai pengeras jalan di daerah tersebut.

6.2. Bahaya Geologi

Bahaya geologi yang sering terjadi pada daerah penelitian adalah bencana

tanah longsor.Terjadi pada saat musin penghujan dimana litologi dan morfologi

Page 24: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

24Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

pada daerah penelitian sangat berpengarauh terhadap proses longsoran. Kondisi

batuan pada daerah penelitian telah mengalami proses pelapukan lanjut dan

adanya perubahan suhu antara siang dan malam dan curah hujan yang tinggi.

Disamping itu morfologi yang terdapat pada daerah penelitian bertopografi

sedang – kuat dengan litologi yang kurangresisten berupa batupasir sehingga

sangat berpengaruh terhadap longsoran.

Page 25: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

25Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemetaan dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian ini

merupakan satuan batuan batupasir yang berumur olegosen akhir-miosen awal

pada formasi kebo-butak.

1. Satuan geomorfologi daerah pemetaan dibagi menjadi 3 :

Satuan perbukitan denudasional bergeloombang kuat

Satuan perbukitan denudasional bergelombang sedang

Satuan perbukitan blok sesar

Satuan dataran aluvial

2. Pola penyaluran terdiri atas 1 bagian, yaitu pola dendritik

3. Stadia daerah penelitian berstadia muda dengan tingkat erosi yang intensif

4. Lithostratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi

Satuan batupasir

Satuan tuff pasiran

Satuan tuff

Satuan endapan aluvial

5. Fase tektonik pada daerah penelitian terbagi menjadi 2 yaitu :

Fase pertama menghasilkan kekar-kekar

Fase kedua menghasilkan kekar-kekar dan sesar turun geser kiri

Page 26: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

26Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

6. Potensi positif daerah penelitian adalah : persawahan, perkebunan,

pemukiman, penambangan bahan galian golongan C, sedangkan potensi

negatifnya daerah penelitian adalah gerakan massa.

7.2. SARAN

Saran : Kami selaku peserta Kuliah Geologi Lapangan 2 dari kelompok 3,

ingin memberikan beberapa saran bagi panitia kuliah Geologi

Lapangan 2 :

1. Dalam hal fasilitas kampus berupa printer harap di fasilitasi

dengan sebaik-baiknya, karena hal ini sangat membantu kita

dalam menyelesaikan laporan

2. Dalam hal konsumsi sebaiknya menu yang dihidangkan sesuai

dengan aktifitas kita saat di lapngan maupun di kampus, karena

ada beberapa menu makanan yang kami anggap kurang sesuai

dengan apa yang seharusnya dihidangkan

Page 27: LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI LAPANGAN II DAERAH JARUM DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROPINSI JAWA TENGAH

27Yohanes Arifin De Sousa10.210.1004

DAFTAR PUSTAKA

Suyuto (1992, di dalam Universitas Pembangunan Nasional Veteran

[UPNVET], 1998)

www.wingmanarrows.wordpress.com