P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama...

98
1 rU·-1 f, "-' / /( / .. P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN. BANTEN DAN JEPARA i ( ... .. I BADAN KOORDINASI SlHtYEY DAN PEMETAAN NASIONAL JAKARTA JJLID I .,. I ... : •'--- ( .. f .i \ •• ' ', Ul\TIVERSlTAS GADJAH MADA: FAKULTAS GEOG'RAFI YOGYAKART!A ' I I I \ 1 ·' I l i I I j 1 l I j ' .·.\

Transcript of P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama...

Page 1: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

PNOro<1~AM.f1.6"T~ 1

rU·-1 ~··

f, "-'

/

/( /

..

P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN.

BANTEN DAN JEPARA

i (

...

.. I BADAN KOORDINASI

SlHtYEY DAN PEMETAAN NASIONAL

JAKARTA

JJLID I

.,. I ... : •'---( .. f

• .i

• •

\ ••

' ', Ul\TIVERSlTAS GADJAH MADA:

FAKULTAS GEOG'RAFI

YOGYAKART!A

' I I I \

1 ·' I

l i I I

j

1 l I j

' .·.\

Page 2: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

i

KATA PENGANTAR

I.aparan "Penginderaan Jauh untuk Penetaan Terintegrasi Kepurba­

kalaan Daerah Banten dan Jepara" ini disusun atas dasar kerjasana

antara Proyek Inventarisasi dan Eva1uasi Suther Daya Nasiona1 Matra

Darat pada Badan Koordinasi Survey dan Penetaan Nasional (BAKOSURI'A­

NAL) dengan Fakultas Geografi UG! yang tertuang dalam Surat Perjan­

jian Kerjasama Namor : 087 A.U/De.II/!V/83 tanggal 11 April 1983.

Penyusunan laporan ini didasarkan atas inte:i:pretasi foto udara . ", . skala 1: 30 000 tahun pemotretan 1981 yang diperbeSar menjadi skala

1:7 500 dan skala 1:3 750, dan pen:;JUjian lapangan. Pengujian lapang-" .

" '

an terhadap hasi1 interpretasi foto udara tersebut did~UD:J den:]an

~i geo1istri.k dan gecnagnetik. Laporan ini terdiri dari dua ji­

lid, Jilld I untuk Daerah Banten dan Jilld II unt\lk Daerah Jepara.

Pekerjaan interpretasi foto \Xiara, pengujian lapangan, survai

geo1istrik dan geanagnetik di1aksanakan oleh Tim Staf Pengajar Fakul­

tas Geografi UG1 dan seorang asisten Fakultas Sastra Jurusan Arkeo-

Dengan tersusunnya 1aporan ini karni mengucapkan terina kasih

kepada :

1. Ketua BAI<CSURI'PNAL

2. Prof.Drs. Kardono Darrroyuwono, Pirnpinan Proyek Inventarisasi dan

Eva1uasi Smber Daya Nasiona1 Matra Darat pada Badan Koordinasi

survey dan Pemataan Nasional (lW<OSURl'ANAL) yang rrerrberi.kan keper­

. cayaan untuk nelaksanakan peket-jaan ini.

3. Direktur Jendera1 Kebudayaan, yang m31l"berikan. pe1uang untuk diada­

kan peneli tian pada cbyek kepurbakalaan Daerah Ban ten dan Jepara.

Page 3: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

··--- ------------ ···-.

4. Pimpinan Proyek Pemugaran dan Peneliharaan Peninggalan Sejarah

dan Purbakala Ban ten.

5. Tim pelaksana pekerjaan interpretasi dan lapangan.

ii

Serroga lai;Oran ini dapa.t rrencapai sasararmya dan berguna bagi

penbangunan negara dan bangsa rrelalui penelusuran kenbali situs­

situs kepU.rbakalaan.

ta, Januari 1984

UG1

-. PIDF. DR3. SURAS'IOPO HADISt.JM.l\mO

Page 4: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

SUST)JNAN TIM PFNELITI DAN PEMBUAT LAPORJ\N

Penang~ jawab

K e t u a

Anggota

Konsultan

~kan Fakul tas Geograf i

Universitas Gadjah Mada

Dr. Sutikno I

1. Drs. Janulyo

2. ~vidya Nayati, B.A.

Prof .Drs. Surastop::> Hadi­

surmrno

Page 5: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

iii

DAFTAR IS!

KATA PENGANTAR i

DAFTAR IS! iii

DAFI'AR GAr-BAR vi

viii

DAFTAR PETA i.x

I I.1

A. Pengerti.an Pengin::leraan Jauh I .1

B. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh dalam Studi I<epurbakalaan I. 2

c. Tujuan Survai I .6

D. Data dan Metode I. 7

1. Data I. 7

a. Citra Penginderaan ..; <-1uh I • 7

b. Peta Topografi I .a

c. Peta Gecm::>rfologi I . 8

d. Peta Tanah I. 8

2. t-EtOOe I. 9

a. Konsep Dasar I. 9

b. Interpretasi Citra Penginderaan Jauh I. 9

c. Pcngujiun MJcbn dan Pcrni.lihun lk10mh Srunpe1 untuk Survai G:!olistrik dan Gcxxragnet I .11

d. Survai Geo1istrik dan G9CJ'I'agnet pada Daerah Sampe1 I .12

II II.1

A. Lingkungan Alam II.1

1. Daerah Perbuki tan .Iend.ah II.l

Page 6: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

2. Daerah Dataran Rendah

B. Sejarah Banten

1. Banten M:mjelang Abad 16

2. Banten Abad 16 - 18

III INTERPRETASI CITRA PENGrNIEJWIN JAW DAN HASIL PFNGUJIAN M!:DAN

A. Banten Girang

1. Keadaan Bentuklahan, Batuan dan Tanah

2. Kepurbakalaan

a. Gua di Tebing Sungai

b. Fondasi

c. Artefak Berupa Pecahan Keramik di Daerah Teras atas Sungai

B. Ban ten I.am:l

1. Keadaan Bentuklahan dan Tanah

2. Keadaan Tata Air

3. Kepurbakalaan

a. Parit

b. Bangunan Seperti Ikan Pari di Tarrbak

c. Dennaga

d. Galangan Perahu

e. J e.rrhatan Rantai

f. Tasikardi

g. Koopleks I<eraton Suroscwan

h. I<omp1eks Masj id Agung

i. Masjid Pecinan Tinggi

j . Ka1p1eks Keraton Kaibon

iv

II. 7

II. 9

II. 9

II.lO

III.1

III.l

III.3

III.4

III.S

III.S

III.8

III.8

III.S

III.9

III.9

III.lO

III.14

III.l7

III.l7

III.20

III .. 20

III •. 22

III.25

III.25

III .26

Page 7: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

k. Beteng Spee1wijk

1. Kclcnteng Cina

C. Tirtayasa

1. l\eadaan Bentuk1ahan dan Tanah

2. Keadaan Tata Air

3. Kepurbakalaan

a. Kaiboo

b. Tirtayasa

1. Karpleks Pennkarmn Tirtayasa

2. Kranggan

IV HASIL SURVAI rnc>USTRIK r:wl ~IT DAEJ.Wi SAMPEL

A. Pengukuran Geolistrik

B. Pengukuran Geanagni t

V RANGKUW\N

A. Banten Girang

B. Ban ten Lama

C. Tirtayasa

REFERENSI

LAMPIRAN PETA

v

III.28

III.Jl

III.31

III.31

III.32

III.33

III.31

III.33

III. 35

III. 36

IV.l

IV.l

IV.lO

V.1

V.1

V.2

V.3

Page 8: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

vi

DAFI'AR GAt-BAR

Garrbar 1 : Porrlasi di atas tebing sur¥Jai Ci Banten yang tersusun atas batu tuff yang dibentuk, di situs Banten Giran::J III.?

Gant>ar 2 Foto trlara saluran air (A) dan bangunan penjernihan air dari danau Tasi.kardi (B) untuk penyediaan air kratan Sw:osQolal'l III.l2

Garrbar 3 Foto udara ::;.i.tus Banten Larra yang menun-jukkan parit (A) yang rrengelilingi kraton Surosowan (B) III.l3

Glmbar 4 Foto udara dataran pantai Banten Lama yang rrenunjukkan bangunan berbentuk ikan pari di daerah arpang (A) dan (B) lckasi dike-tanukan pondasi pada Foto 6 III.l6

Gambar 5 Kenampakan yang diperkirakan dentaga pada zarran kerajaan Banten Lana (A) , Galangan Perahu (B) , Benteng Speelwijk (C) dan Kelenteng (D) III.l8

Gambar 6 Foto udara yang nenunjukkan lckasi Jerrbatan Rantai (A), Kalpleks Masjid Agung Banten (B) , Kattpleks Kratort (C) dan p;u-it (D) III.2l

GalTbar 7 Skets lapangan bentuk Jenbatan Rantai eli sebelah utara Masj id Agung Ban ten Lana III. 21

Garrbar 8 Foto udara Tasikardi (A) , Taman di tengah Tasi.kardi (B), Saluran air yang masuk ke Tasikardi (C) , dan (D) saluran yang keluar dari Tasikardi III.23

Ganbar 9 Foto udara yang nenunjukkan lokasi Masjid Pecinan Tinggi (A) , (B) nenara, dan (C) michroo masjid III. 27

Ganbar 10 : F'oto u1ara yang nenunjukkan situs Kaibon (A) dan bekas saluran air yang berasal dari Ci Banten Lama (B) III. 29

Garrbar 11 Foto u:!ara yang rrenunjukkan Benteng Speelwijk (A) , saluran air yang nengeli-lingi (B), dan Kel.enteng Cina (C) III. 30

Ganbar 12 Foto udara yang nenunjukkan situs Kaibon eli Banten Tirtayasa (A) dan jalan desa yang cliperkirakan jalan lama yang menghu-

III. 35 bungkan Pontang dan Tirtayasa (B)

Page 9: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

vii

Garrbar 13 Foto udara yang nenunjukkan situs Banten -Tirtayasa (A) dan Kranggan (B) III.36

Ganbar 14 Profi1 distribusi tahanan jenis di 1okasi 1 sebelah utara Masjid Pecinan Tinggi IV.2

Ganbar 15 Profi1 distribusi tahanan jenis di lokasi 2 sebe1ah utara Masjid Pecinan Tinggi IV. 3

Glrrbar 16 Profi1 distribusi tahanan jenis di 1okasi 3 sebelah timur Beteng Spee1wijk IV. 7

Ganbar 17 Profi1 distribusi tahanan jenis di lokasi 4 sebelah tilnur Beteng Speelwijk IV • 8

Gurbar 18 Pola pagar tenbok keliling siku-biku {zig-zag) di sebelah tinur Beteng Speelwijk IV. 9

Ganbar 19 Profil distribusi tahanan jenis di lokasi Tirtayasa IV.ll

Garrbar 20 Profil memanjang intensitas magnetik di lokasi scbelah tenggara Kai.bon, nclalui KL dan AM, dan hasil interpretasi IV .13

Ganbar 21 Profi1 ne1intang intensitas nagnetik di lakasi sebelah tenggara Kaibon melalui GI, EF, rn, dan AB; dan hasi1 interpretasi IV.l4

'Garcbar 22 ·profi1 naranjang intensitas nagnetik di sebelah barat Bet.eng Spee1wijk rrelalui AB, CD, EF, dan GI; dan hasi1 interpretasi IV .16

Ganbar 23 Profi1 rrelintang intensitas nagnetik di sebe1ah barat Beteng Speelwijk melalui BJ, KL, lvN, <P, dan AQ; dan basil i.nterpretasi IV .18

Page 10: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

DAFI'AR FUfO

Foto 1 Gua di tebing sungai dengan pintu len:Jkung bagian atas di situs Banten Girang

Foto 2 Pon:lasi di atas tebing sungai Ci Banten. Pondasi tertutup I"llllpJt-runputan tetapi nasih t:anpak alumya, temapat di situs Banten Giranj

Foto 3 Bentangalam yang menunjukkan jalur saluran air dari Tasikardi (A) dengan bangunan penjernihan (B)

Foto 4 Saluran air y.:.mg Irel'\gelilingi Kraton SurosONan ·

Foto 5 Lanjutan bekas saluran air yang nengeli­lingi Kraton SuroSONan, lckasi di sebelah barat !aut ~1asjid Banten

Foto 6 Pondasi yang terdapat di bekas bangunan yang berbentuk ikan pari di daerah enpang ( lokasi B pada Garrbar 4)

Foto 7 Porx:lasi yang diket.errukan pada bekas derna­ga ( lokasi A pada Garrbar 5}

Foto 8 Gapura yang dipe.rkirakan nenghubungkan Kratan SuroSONan dengan galangan perahu

Foto 9 Danau Tasikat:di dengan taman di bagian tengah. Sebagian besar ditunbuhi ruap1t rawa, yang lain tergenang air

Foto 10 Benteng yang nengelilingi Kraton Suroso­wan yang tersusun atas batuganping yang d.ibentuk (A) dan batubata (B) (lckasi lihat Ganbar 6)

Foto 11 Katpleks Masj id hJUng Ban ten Lalla, pada foto tanpak masj id (A) , serarrbi nasj id dan Tinayah (B) serta rrenara (C) (lakasi lihat Gambar 6)

Foto 12 Bekas pcndasi, mihxab dan nenara rrasjid Pecinan Tinggi (lokasi 1ihat Garrbar 9)

Foto 13 Gapura dari bekas koop1eks Ka:ihcn (lo~­si 1ihat Garrbar 10)

viii

III.6

III.6

III.l2

III.13

III.l4

III.16

III.18

III.19

III .2 3

III .2 4

III .26

III.27

III.29

Page 11: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

Foto 14 Benteng Spee1wijk dengan gardu pengintai, cl.i.ming benteng tersusun o1eh batuganping yang dibentuk ( lokasi lihat Ganbar ll)

Foto 15 Be.kas un;>ak tiang bangunan yang diketenu­kan di situs Ban ten Tirtayasa

Foto 16 Fondasi clan tege1 bata yang diperkirakan pagar tenOOk ke1i1ing. Hasi1 ga1ian ooba yang 1okasinya di tentukan dengan pengukur­an geo1istri.k pada profi1 1.

Foto 17 Fondasi bata yang diperkirakan pagar tenbok ke1i1ing. Hasi1 gall cooa. yang 1ckasinya ditentukan dengan pe.ngukuran geo1istrik pada profi1 2.

l:lAFl'AR PETA

Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000

Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten dan Se­kitamya skalc"\ 1: 500 000

Peta 3 Peta Georrorfo1ogi Daerah. Ban ten dan Seki­tarnya skala 1: 500 000

Peta 4 Peta Tanah Tentatif Daerah Banten dan Se­kitarnya skala 1: 500 000

Peta 5 Peta Ikhtisar Kepurbakalaan Banten Girang skala 1: 7 500

Peta 6 Peta Ikhtisar Kepurbaka1aan Banten I...am3. skala 1:7~500

Peta 7 Peta Ikhtisar Kepurbaka1aan Banten Lana. ska1a 1:3 750

Peta 8 Peta Ikhtisar Kepurbakalaan Banten Tirtayasa skala 1: U 000

Peta 9 Peta Banten pada tahun 1624

ix

III.JO

III.36

IV.5

IV.5

II.2

II.3

II.4

II.6

III.2

III .• 34

Page 12: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

I.l

I. PENDAHUWl\N

A. Pengertian Penginderaan Jauh

Sejak awal abad ke 20, pem:>tretan suatu wilayah dari udara

telah lll.llai dikenbangkan. Pada potret udara itu dapat dilihat obyek­

obyek alamiah yang ada eli pe:mukaan buni seperti pegunungan, perbu­

kitan, dataran, sungai, delta, hutan, dan cbyek-cbyek buatan rranusia

scperti sawah, jenbatan, jalan, candi, dan lain sebagainya. Sejak

awal tahun 1940-an t.eknik peiOOtretan atau perekarran permukaan bumi.

dari udara berkerrbang dengan pesat.

Penotretan dari udara nengenai suatu wilayah di pe:rrrukaan bumi

disebut pula penginderaan jauh. Pengiooeraan jauh adalah suatu cara

untuk IT'C1'!pCroleh inforrmsi tentang suatu cbyek di penrukaan bumi.

dengan cara pengukuran dari jarak tertentu tanpa rrenyentuh cbyek i tu.

wahana yang digunakan dapat berupa pesawat terbang, balm ataupun

satelit. Ini berarti, balwa dengan teknik penginderaan jauh akan

1renperluas lingkup penglihatan manusia, karena lingkup p:mglihatan

rnanusia sangat terbatas.

Pengenalan cbyek eli lapangan nerupakan bagian t:enting dalam

interpretasi citra penginderaan jauh. Tanpa nengetahui sifat-sifat

cbyek yang terekam pada foto udara, interpretasi citra p:mginderaan

jauh ticbk dapat di.lakukan. Dalam ncngerjukan intcrp.rct.:.u!.;i fot:o

udara harus diperhati.kan hal-hal sebagai berikut: (1) rona dan war­

na, (2) tekstur, (3) bayangan, (4) bentulc, (5) pola, (6) letak.,

(7) pengukuran cbyek, dan (8) kaitan suatu cbyek dengan c.byek lain.

Dalam penginderaan jauh ada dua aspek penting, yaitu aspck

pcngunpulnn data, dan uspck un.:tlisis data. Citra pcngindcru.:m jauh

Page 13: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

1.2

dapat berwuju:l foto udara, foto balon; dan foto satelit.

B. Perranfaatan Teknik Penginderaan Jauh dalam stu:li Kepurbakalaan

Interpretasi foto udara sangat berguna untuk studi arkeologi,

yai tu untuk nengetahui lakasi dan keadaan situs arkeologi.

Kegunaan foto u:lara bagi arkeolCXJi

Interpretasi foto udara nerupakan suatu kegiatan pra survai yang

sangat efisien bila digunakan dalam rangkaian kegiatan penelitian

arkeologi, sehingga pada kegiatan survai diusahakan rrerxlapat data

tarrbahan yang sebelunnya tidak terinterpretasi. Lain daripada itu,

daerah luas yang akan disurvai rrenjadi lebih dikenal rrelalui inter­

pretasi foto udara, sehingga pekerjaan nenjadi lebih efisien.

Dengan menggunakan foto u:lara nerah-infra-tenral, dapat dide­

teksi obyek yang berada beberapa rreter di bawah pennukaan tanah.

Hal-hal yang tidak tarrpak oleh rrata pada waktu survai lapangan teta­

pi terl.ihat gejalanya pada foto. u:lara, dapat diuji kebenarannya di

rredan. Bila m:mang gejala tersebut nerupakan benda purbakala yang

t.erpermm, rraka ahli arkeologi atau peneliti akan Itatperoleh data

dan infornasi tarcbahan.

Hasil penelitian disiplin lain seperti keadaan geologi dan geo­

nnrfologi daerah seterrpat, tentang keadaan tanah dan tentang keadaan

pcr~'-!Il tunhuhiUl di dilcruh itu, dup.:1t diguni.lk.im f:>cbag.::.d d.:lt.:1 pou-

banding. Foto udara ncnunjukkan kcudaan scbcnarnya eli la{Xlngan, f:>C-

hingga foto u::lara dapa t digunakan sebagai pedcnan yang berguna pada

kegiatan survai dan pengujian lapangan, terutama bila daerah terse­

but bell.lll dikenal. Manfaat lain ialah dihematnya waktu dan tenaga.

Page 14: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

Penggunaan foto udara untuk peneli tian arkeo1ogi

1. Di luar Indonesia

!.3

Interpretasi foto udara sangat berguna pada disiplin Arkeologi.

Salah satu kegunaannya ialah dapat manentukan lakasi dan keadaan

situs arkeologi.

Foto trlara yang pertama dibuat o1eh Daguerra dan Niepse pcrla

tahun 1839 dengan nenggunakan balon. Pada tahun 1840, di Perancis

foto udara sudah digunakan untuk nerbuat peta topografi. Foto u:la­

ra yang pertama dibuat dari pesawat teJ:bang terjadi tanggal 24 April

1909 di Ita1ia, yang dilakukan oleh perierbang Wilbur Wright.

Di Inggris, sebe1um Perang Dlmia I, foto trlara telah digunakan

untuk studi arkeo1ogi Zaman Perunggu. Setelah Perang Dunia II,

penggunaan foto udara dalam studi arkeo1ogi se.nakin neningkat.

Granford misalnya pada tahun 1922 nenggunakannya untuk studi arkeo­

logi Zam:m Perunggu. Ide tersebut kem.xlian berkenbang dan diguna­

kan dalam rangkaian kegiatan penelitian arkeologi lainnya. Tetapi

keterangan penggunaan foto udara dalam arkeo1ogi tidak secara 1eng­

kap dipero1eh. Jikapun ada, keterangannya tidak terperinci. Kete­

rangan tentang penggunaan foto udara dalam stooi arkeologi yang da­

pat dihimpun antara lain dari Amerika Serikat, Arrerika Selatan, be­

berapa negara di Eropa, Afrika, dan Pasifik.

Di Arrerika Serikat, foto uiara pemah digunakan pada situs pra­

sejarah di Loussinia dan tebing Claco, pada situs pemukiman di se­

pajang Sungai Missouri, dan pada situs perdagangan di Dakota (Peeves,

1939, h.l999). Di Amarika Selatan foto udara digunakan di Bolivia

dan di situs Nasca Lines yang terletak di Peru, dengan hasil berupa

Page 15: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

I.4

dit.enukan jalan ktmO sepanjang delapan kilareter (Lillesond et al,

1979, h.l66) I

Di Italia ditenukan ~ondasi bangunan dan jalan air di kota ku­

no Spina malalui inte:r:pretasi foto udara, berdasarkan perbedaan rona

· turbuhan yang tanpak pada foto trlara. Di 5\o.edia foto \.rlara diguna­

kan di situs Bjorko (Sjostodt,H, 1974) • Penggunaan di Inggris anta­

ra lain pada situs Ditchly C'engan temuan beberapa teSTbok. dan parit

(Reeves, 1939, h,2012). Sedang kastil-kastil sepanjang pantai Eropa

Barat t.enmgkap juga nelalui interpretasi foto udara. Di Afrika foto

u:lara pernah digunakan di Tanzania, Kenya, Algeria, dan Mesir (Reeves,

1939, h.2046). Di Fiji pada situs Rewa Delta penggunaan foto udara

rronghasilk.an data tentang situs penuki.nan kuno yang mampunyai p:trit

dan beteng (Parry, 1978, h.l575). Sedang keterangan penggunaan foto

udara di Asia sanpai saat ini belurn diperoleh.

2 • Di Indonesia

Penerapan teknik penginderaan jauh telah dilak.ukan di berbagai

disiplin il.mu termasuk Arkeologi. Fhusus untuk Arkeologi penggunaan

teknik penginderaan jauh sebagai sal.ah satu alat untuk narperoleh

data dan informasi ke};UI'bakalaan suatu terrpat, belum digunakan seca­

ra luas di Indonesia. Bel:::erapa situs yang pernah rrenggunak.an foto

u:lara sebagai alat peneli tian an tara lain carrli Bord::>u:lur, Candi

Prrurbanan, Palcnbang, TrONUlan, dan Plered.

Di Candi Borc:b1 .. nur, foto udara cUgunakan sd)agai penunjang ke­

giatan penugaran untuk rremperoleh data dan inforrrasi tentang benda•

beOOa purbakala yang ada di lingkungan Candi Borcbudur. Hasil yang

diperoleh ialah ditemukannya benda-benda purbak.ala relalui pengujian

Page 16: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

I.S

1apangan berupa pengga1ian, dan di.ketahui bahwa bentuk arupadatu

candi Boroowur beroentuk bulat te1ur. Sedang penelitian oleh Dinas

Purbakala tahun 1954 eli situs bekas kerajaan Sriwijaya, digunakan

foto udara untuk rrengawali kegiatan survai. Peneli tian ini berdasar­

kan hasi1 pene1itian pel:Xenbangan garis pantai Sriwijaya dan rrencari

situs-situs CU'keo1ogi dalarn rangka rekoostruksi kota Sriwijaya (Soek­

nono, 1979, h.75).

Di Trowulan, penginderaan jauh diteruskan dengan tujuan untuk

rrengungkapkan 1etak, bentuk, dan struktur bekas i.bukota kerajaan Ma-

. japahit (Kardono Darrroyuwooo, 1981). Foto udara yang eligunakan da­

lam penc1i tian di situs ini ialah ( 1) foto udara hi tam-putih pankro­

natik berskala 1:25 000 yang di1akukan pada tahun 1973, (2) foto

uclara infra-n'e!'ah warna semu dengan skala 1: 10 000, ( 3) foto udara

multispectral, dan (4) scanning infra-rrerah-ternal. Sedang rretodc

yang digunakan ialah rretode terintegra1 dengan nenggunakan penginde­

raan jauh, rretode geofisikal dan nencocd<kan dengan catatan sejarah

dan peningga1an pw:bak.ala yang ada eli museun TrCNIU1an dan museum

Pusat Jakarta. Penelitian ini rrerupakan kerjasama antara Badan Koor­

dinasi Survai dan Penetaan Nasiooal (BA.KOSURI'.ANAL), Direktorat Seju­

rah dan Purbak.ala, Direktorat Jenderal Kebudayaan I:epa.rt.em3n Per):li­

dikan dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, Institut T0knolO<Ji

U.:llll.h.UI<J, 1lm lcuba~J.a Pl"JK.:rb<.Ul<J~UI u~1 1\ntarllt!.>a N<t::ilcn. .. ,l (lJ\J>fiN).

llusi1 interprct:asi foto lrlara hitam-putih pankn.)Imtik di '1'.rowu-

1an, rrengungkaPtan adanya pola garis potoog- m?JTOtong tegak lurus

dengan arah utara-selatan geografis, dan arah utara-barat ge(XJrafis,

Page 17: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

1.6

sclcb<.tr 20-25 rrct.cr. Diduga pola tcrsebut rre~upakan s~lu.ran ~ir Ir~<..ts~

lalu. Int.crprcbsi foto mara infra-mcrcl-1 warna scmu ncuberikilll du-

kungan tentang pola-pola jalur yang terinterpretasi pada foto udara

hitam-putih pankrooatik, dan diketahui bahwa jalur tersebut berhu­

bungan dengan sungai Gunting (sungai anak Brantas). Di bagian uta­

ra jalur yang berakhir pada sungai Gunting terdapat daerah yang le­

bih tinggi dari daerah seki tarnya 1 dan rrerupakan peninggian bua tan.

r:aerah tersebut sekarang rrerupakan daerah pernukirnan dengan ba tas ti­

nur adalah Candi Bajang Ratu 1 sedang batas sebelah barat yai tu desa

Parrlean. Lapangan Bubat diinterpretasikan terletak di kanpleks Iru-

scum TrONUlan.

llasil pengujian lapangan di Trowulan dengan survui geoclcktrik

dan gearagnetik terhadap pola jalur yang diduga jalan rrasa lalu,

ternyata jalur tersebut Irerupakan saluran air nasa lalu. Selain

itu hasil penggalian rrenemukan bekas pemuld.nan berupa fondasi runuh,

suwr 1 dan jalan yang diperkeras derlg'an batu selebar lcbih-kurang

1, 5 meter.

I<eberh<1~ilnn pcnggunaan foto trlara tidak t.crlcrx1s dari kcwli­

ti.:m m::uY:Jinterprctusiki.ln foto ldlra dan pcncJal.:ulun dalarn ncncJk~i tk..:tn

imtara msil int.c:rpretasi terhadap keadaan lafUilC:Jun. Interprcl: .. :wi

foto udaru di suatu kawruxm tidak selalu cocok dcngan yang diduga,

se.hingga perqujian lapangan tetap Irutluk dilakul<.--:m untuk ncncJuj i

kcbenari.Jll interpretasi foto yang telah dilakukan.

C. Tujuan Survai

Seperti t.clah dijelaskan di nuka, interpretasi foto udara seba­

gai salah. satu kegiatan penginderaan jauh sangat berguna illltuk studi

Page 18: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

1.7

kepurbakalaan, yai tu untuk rrengetahui 1okasi dan keadaan situs ke­

purbaka1aan. Survai ini bertujuan untuk roongenbangkan penorapan

teknik penginderaan jauh untuk pemetaan terintegrasi kepurbakalaan.

Pemetaan terintegrasi yang dirraks\.Xlkan di sini ada1ah perretaan ke­

purba.kalaan yang didulrung o1eh berbagai unsur dari disiplin ilmu

yang lain seperti bentuklahan (larrlfonn), batuan, tana.h, dan tata.

air. Infonrasi yang terdapat pada peta kepurbakalaan sebagian besar

dipero1eh dari foto udara yang di1engkapi dengan i.nfonrasi yang di­

pcro1eh dari peta t.enatik yang tersedia seperti peta topcgrafi, pct:..::J.

kepurbakalaan, peta gearorfo1ogi, dan peta tanah. Tiap-tiap peta

kcpurh."lk.:.tL:um disertai diskripsi yang sifatnya t.erinU..>grasi, yaitu

diskripsi yang ter1ihat dari berbagai disiplin ilrnu.

D. Data dan Metode

l. Data

a. Citra penginderaan jauh

(1) Citra Landsat

Citra ini bcrska1a 1: 500 000 dengan tuhun pe.rekanun 19 7 3.

Citra ini digunakan untuk menunjukkan 1c:kasi t:ampuk (situs) B.:tn­

ten Girang, Banten Lama, dan Tirtayasa.

(2) Foto udara Infrarrerah warna seru

Foto udara ini berska1a 1: 30 000, dengan tahun ,pemotrctan

1981. Foto uclara ini diperbesar anpat ka1i dan delapan kali,

sehingga masing-masing berSkala 1:7 500 dan 1:3 750, dicetak 1~

"Branide Paper" yang be.r\-rujud foto lrlara hi tam putih. PL.ldi:l foto

Page 19: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

1.8

u::lara dengan dua jenis skala ini dilakukan interpretasi arkeo1o­

gi, gearnorfo1ogi, dan tanah.

b. Peta Topografi

Peta topografi yang digunakan dalam survai ini berska1a

1:50 000 yang terdiri dari IBtbar Pontang (4224 I) dan I.enbar

Se:rang (4224 IV) • Se1ain itu digunakan pula peta topcgrafi ber­

skala 1:25 000 yang terdiri dari Lenbar 35/XXXVII/a; 35/XXXVII/b;

35/XXXVII/e; dan 35/XXXVII/f. Peta ini diterbitkan o1eh U3 Army

Map Se:rvice tahun 1962 dengan rrenggunakan data sebe1um Perang Dunia

II. Peta topograf i ini digunakan sebagai peta dasar da1am survni

ini.

c. Peta Gearorfo1'9i

Peta gearorfo1ogi berskala 1:1 000 000 yang dibuat o1eh

Pannekoek (1949) digunakan sebagai rujukan bagi narbicurakan gearor­

f01'9i daerah survai. Bentuklahan (landform) yang 1ebih terperinci

ditafsirkan dari foto udara. Bentuk1ahan digunakan bagi r-etunjuk

rrcncari lokasi tapak kepurbakalaan.

d. Peta Tanah

Peta tanah yang digunakan berskala 1: 500 000, dibuat berdasur­

kan interpretasi citra Landsat be:rwarna ska1a 1: 500 000 dengan n-c­

rujuk kep.xla peta t:.anilh yang diterbitl<an oleh Pusat Penclitian Tanuh,

bcrskal.a 1:1 000 000, tahun 1960. Dalarn sl.irvai ini ~t.:l t4.mah digu­

mkan untuk rremperkirakan daerah pertanian pada nasa sil.am.

Page 20: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

1.9

2. ~tode

a. Konsep Dasar:

Survai ini rnenggunakan teknik peDjinderaan jauh untuk survai

kepurbakal.aan, yai tu ootuk mengetahui lakasi dan keadaan situs

kepurbakalaan. SUIVai ini dapat pula dipandang sebagai pengguna­

an teknik penginderaan jauh untuk sUIVai Geografi Sejarah. Geo­

grafi Sejarah adalah suatu studi geografi tentang nasa larrq;:.au yang

sedikit banyak berurutan waktunya, yang berkenaan dengilll peristi­

wa-peristiwa nanusia, terut:ana mengenai aspek keruangannya.

Foto udara dapat nenggarnbarr.an keadaan pennukaan bum.i yang

relatif luas. Pcrbedaan refleksi gelarbang elektramgnctik c.byek

di permukaan bum.i, nenunjukkan perbedaan obyek di pennukaan bumi.

Selain sifat spektral ini, foto udara juga 1TI2Illpunyai sifat spacie1l.

Ini berarti bahwa foto udara dapat nenunjukkan lokasi suatu obyek •

di pennukaan bumi terhadap d:>yek yang lain di pennukaan bumi.

Sifat-sifat itu yang r-enye~a."::>kan foto U:ara nampu rrenunjuJ&..an lo-

kasi dan keadaan situs arkeolcqi. Dalam teknik peng.i.rrleraan jauh,

interpretasi citra dan pengujian roodan rrerupakan satu rangkaian

kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Pada pengujian nman dila­

k.ukan pengujian dari berbagai disiplin ilrnu yang dapat rrcndukung

survai arkeolcqi scpcrti disiplin yang rrenpol.:ljari bcntukl.:ul<Ul

(lu.ndform) , batuun, tanah, diln tata air.

b. Interpretasi Citra PP.nginderaan Jauh

rntarpretasi citra penginderaan jauh dirrakstrlkan untuk nencntu­

kan lokasi dan keadaan situs kepu:rbakalaan. Se~rti teliili disebut­

kan di muka, citra penginderaan jauh yang digunak<m adalah foto lrla-

Page 21: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

I.lO

ra bewarna skala 1: 30 000. Untuk rrerrperbesar dan rrenperjelas situs

kepurllakalaan, foto udara tersebut dipe:rbesar nenjadi berskala •,

1: 7 500 dan 1: 3 750. Interpretasi terhadap foto udara skala

1: 30 000 dilakukan pada ken~ tiga di.Irensi ~ngan xrenggunakan

stereoskop. '1\ljuannya adalah rrencari daerah yang diduga rrengandung

situs kepurbakalaan. Hal ini dilakukan dengan neru~uk kepada in­

fonnasi kepurbakalaan dan sejarah. Pendekatan yang dipergunakan

untuk rrengadakan interpretasi cbyek kepurbakalaan dari foto udara

adalah dengan rrempelajari variasi karakteristik citra yang rreliputi

rona, tekstur, struktur, bentuk, bayangan, ukuran, pola dan situs.

Semua karakteristik citra tersebut diperhatikan dalam interpretasi

lakasi dan keadaan peninggalan kepurbakalaan, tetapi ada satu atau

lebih karakteristik citra yang lebih ditekankan karena karakteris-

tik citra tersebut dapat Irerrberikan infonnasi yang lebih jelas.

Pola, bentuk dan situs merupakan karakteristik yang selalu dipertim-

bangkan untuk interpretasi di daerah Banten I.arm. Cengan alasan

bahwa benda kepurhakalaan di Banten Lama masih jelas bentuk dan lo-

kasinya, sedangkan untuk daerah Banten Girang dan Tirtayasa yang

infonrosi pcninggalan kepurbakalaan S<.U1gat sediki t karukteristik citra

peningga.I.ari kepurbakalaan pasti berkaitan dengan kegiatcm nnnusia dan

uda kcmndcrungan bahwa sunua kcgiatan nunusia di pcnHL1Y..aan bumi nc-

ni.rrbulkan pola tertcntu serta rranilih tempat tertentu yang ncngun­

tungkan. Basil interpretasi foto mara skala 1:30 000 aclaluh sat\.l."ID

delineasi daerah yang diperkirakan rrempunyai cbyek kepuroakal<1an dan

gar is besar keadaan cbyek kepurbakalaan tersebut.

Page 22: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

I.ll

Keadaan yang lebih detail dari d:>yek kepurbakalaan tcrsebut di­

peroleh dari interpretasi foto udara yang telah dipei:besar. Inter­

pretasi foto udara pada skala yang diperbesar tersebut dil.akukan de­

ngan kaca penbesar. Kri teria interpretasi yang dipergunakan sana

dengan sewaktu interpretasi dengan nenggunakan stereoskop. Hasil

interpretasi foto udara skala 1:7 500 da 1:3 750 tersebut adalah lo­

kasi dan keodaan cbyek kepurbakalaan sarentara yang didukung oleh

data sekunder naupun kenampakan/gejala yang baru, hasil interpretasi.

c. Pengujian tredan dan pemilihan daerah sarrq::el· untuk survai geolis·­

trik dan geamgnet

Te:rhadap hasil interpretasi foto udara skala 1:7 500 dan 1: 3 7 50

yang tergarnbarkan pada peta dasar, diadakan pengujian rredan. Tujuan

pengujian tredan adalah IOOnCOCckkan dan rrerrbetulkan hasil interpretasi

dan nelengkapi peta dasar dengan ooyak-abyek yanq dij\.lrllfXli di rredan

yang belum diinterpretasi pada foto u:lara. · Selain itu dalarn penguji­

an medan tersebut juga dikunpulkan data yang lebih aktual rrengenai

ooyek kepurbakalaan yang telah diinterpretasikan pada foto u±rra;

misalnya pengukuran panjang dan lebar suatu ooyek, pengeboran tan.:m,

dan penganatan terhadap benda-benda kepurbakalaan. Survai geolistrik

perlu dilal<ukan tertladap kenampakan/gejala kepurbakalaan yang dapat

dikenal dari foto udara, tetapi lxmtuk, pola, dan pcnydx1ru.rmya di

nu1:m tid.:lk d.:.ip:.tt di.:.umti dengiln jelas olch karcna tcrtutup old1

t.a.nuh.

Pemiliha.n daerah sampel untuk survai geolistrik dan gearo<Jnit

ditentuka.n atas dasar kenampakan hasil interpretasi foto uda.ril dan

uji rredan yang nasih rreragukan kebenarannya dan kenampaka.n yang ter-

Page 23: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

1.12

garrbarkan pada peta lama tetapi tidak dapat diketemukan da1arn inter-

pretasi dari foto udara dan pengujian Iredan. Daer<lh yang dipilih

untuk cliadakan survai geolistrik dan geanagni t adalah daerah seki tar

Beteng Speeh1ijk, ~sjid Pecinan Tinggi, dan Ka.i.bon, yaitu untuk rre-

lacak ketbali tercbok keliling yang trengi tari kota Banten lama.

d. Survai geolistrik dan geamgnit pada daerah sarrp=l

.tvEtode geolistrik adalah suatu cara untuk rrengetahui perlapisan

batuan, tanah, atau material di bawah permukaan bumi atas dasar ta-

hanan jenis (resistivity}. Hal ini didasarkan pada anggafXin bahwa

setiap lapisan batuan, tanah atau material yang lain nanpunyai tahanan

yang berbeda-beda yang disebut dengan tahanan jenis. Metode geolis­

trik ini rrenggunakan arus listrik searah yang dialirkan ke dalum ta-

nah rrelalui dua buah elektroda. Petbedaa:n potensial yang ditirrbul-

kan oleh arus listrik tersebut diukur di pe:rrn.lk.aan bumi pada dua

buah elektroda potcnsial. Atas dasar susunan elektrcxlanya, car a

geolistrik dibedakan rrenjadi dua, yaitu cara Schlurrberger dan cara

Wenner.

Susunan elektroda cara Sch1unberger ada1ah 1/2 a (scten9ah ja-

rak elektroda potensia1} kurang dari atau sarra dengan 1/5 x 1/2 L

(L adalah jarak an tara dua elektroda arus} . Tahanan jenis di tentu-

kan dengan rumus:

AV p = c (1)

I

ful.arn hal ini

' p = tahanan jenis terukur (Ohrn-retcr)

Page 24: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

1.13

C = koostante yang besarnya tergantung jarak d:t.n

susman elektroda

AV = perubahan potensial yang terukur (dalum m:ili­

volt)

I = kuat arus yang dialirkan ke dalarn tanah (dalarn

mili amper) •

Susunan elektroda cara Wenner adalah:

dalrun hal ini

~ = L/3 (1 adalah jarak elektr<Xla potcnsial clan L

adalah jarak antara dua elektrcrla arus) . Tahanan

jenis diperhi tungkan dengan rumus:

AV p =2a-­

l . . . . . . . . . . .

p = tahanan jenis (OhnHret.er)

(2)

a = jarak antara dua elektrcx'la ,I?Otensial (n>ctcr}

AV = penanbahan potensial (rnili volt)

I = kuat arus (rnili volt)

Cara Schlllrl'berger digunakan untuk rrengetahui penyebaran lapisan

tanah ke arah vertikal. Cara li\Jermer digunakan untuk lll2ngetahui per-

bcdaan lapisan tanah ke arah tertentu pada kedalarran tertentu. Cara

Wenner dipilih untuk pcnclitian di cl.:lerah r-enclitian m:~nqinqut Sill><U"-

an yang akan ditentukan adalah fondasi yang terpendam tanah tidak

terlampau dalarn dan penycbaran ke arah horisontal bclum dikctahui.

Jarak elektroda yang digunakan adalah R. = 2 rreter. Dengan cura de­

mikian dapat diketahui tahanan jenis lapisan tanah/ll'aterial penutup

Page 25: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

1.14

pcnnukaan sedalam 2 rreter pada setiap jarak 2 rreter. Data tahonan

jenis hasil pengukuran di lapangan yang dihitung dengun runUJS (2)

tersebut di atas, karn.xlian diganbarkan sebagai profil rramnjang

yang rrenggrurbarkan penyebaran tahanan jenis sepanjang garis lintasan.

Atas dasar variasi dan besamya tahanan jenis sepanjang garis lin­

tasan tersebut diadakan pengecekan lapisan tanah dengan cara panbor­

an maupun penggalian tanah.

Penggunaan rretoda geamgnetik dalam peneli tian ini d.inaksu:lkan

untuk rrendeteksi benda kepurba~alaan yang tert.ilrbun oleh tanah dengan

rrempelajari ancrrali magnetiknya. Ananali magnetik dapat diketahui

dari p;mgukuran intensitas madan magnet yang d.i.nyatukan dc.ngan grunna

dengan alat "Portable Protcn ~~gnitareter". Pemilihan daerah sarnpel

yang diukur intensitas rocdan nagnitnya ditentukan dari hasH inter­

pretasi foto udara dan uji Iredan. Titik pengukuran ditentukan dengan

sistem grid. Pada daerah sampel yang akan diukur intensitas nl3dan

itagnitnya dibuat errpat persegi panjang yang ukuran dan arah sisi-si­

sinya disesuaikan clengan tujuan penelitian dun keadaan rrcdan. O.llam

empat persegi panjang tersebut dibuat garis-garis yang sejajar dengan

sisi empat persegi panjang dengan jarak tertentu. Titik-titik perpo­

tongan antara garis-garis sejajar tersebut rrerupakan titik-titik pe

pengukuran intensitas rredan magnit. Pada prakteknya titik pengukur­

an tersebut dapat ditentukan dengan cara nenggeser pita ukur sejajar

den;Jan sisi empat perseg.i sanula pada jarak tertentu.

Data hasil pengukuran diplot pada kertas yang rrenggarrbarkan

sistan grid dari titik pengukuran yang diskalakan untuk rrerrbuat kon­

tur m:::rlan magnitnya. B('rdasarkan kontur rredan nugnit ini dibuat

profil yang rrenggarrbarkan ancrrali nagnetik. Profil tersebut kemudian

Page 26: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

I.l5

diinterpretasi untuk menentukan gejala arkeologi berdasarkan tipe

anamali megnetiknya.

Proton rragnet.cxreter sanga t sensi tif, sehingga kalau digunak.an

pada daerah pemuld.nan yang banyak material roognetiknya akan terjadi

gangguan-gangguan. Daerah peneli tian nerupakan daerah pe.muki.rran dan

daerah sanpel yang di tentukan terletak pula di daerah perrukinan.

~gan demi.kian kem.mgkinan besar hasil dari rretcrla rragnetik ini ba­

nyak penyinpangannya. Oleh sebab itu untuk treroeteksi peninggalan­

peninggalan yang tertutup tanah dalam ~elitian ini lebih rrenguta­

makan rretoda geolistrik.

Page 27: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

II.l

II. LINGKlNGAN AU\M DAN SEJARAH BliNTEN

A. Linokungan Alam

Uraian di bawah ini menekankan pada 1ingkungan a1arn yang :me.m­

penJaruhi tata kehidupan m:musia saat Sekarang, dan diperkirakan

berpenJaruh terhada.p kehidupan manusia pada nasa l.arTFtu. Lingkung-

an a1am Yan:J dinak.sw ne1iputi bentuklahan, batuan, ik1im, tanah,

tata air dan vegetasi/penggunaan laban. I:aerah penelitian yang rran­

bentang dari Te1uk Banten. hin;ga perbukitan di sebelah se1atan kota

Serang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu

daerah perbukitan reOOah dan daerah dataran rerrlah (1.i.hat Peta 1 dan 3).

1. Daerah Perbuki tan Rendah

Daerah penelitian yang tennasuk perbukitan reOOah hanya neliputi

daerah yang scmpit saja, yaitu dari kota Seran:J bagian se1atan ke

arah selatan. Ketinggian berkisar antara 25 - 100 rreter di atas

muka air laut, dan rrerupakan perbukitan rerrlah. Lereng utara daerah

perbukitzu1 rerrlah ini marnpunyai kemiringan 2 - 5%. Daerah r:erbukit­

an ini IrerUpukan ujung bawah dari kaki gunungapi Danau. Perbukit.:m

eli bagiill1 utara tersusun o1eh endapan vo1kilnik yang l.x:rupa tuff an­

desitik, yang o1eh Bernre1en (1949) disebut dengan tuff Bantam. Pada

bagian selatan dari perbukitan, selain tuff andesitik dij\lll'lfBi pula

cnc1:tp:m l.:thar (Pct.a 2) •

Ikl i.Jn di tl.:tcrah pcrbuldtun diciril<.."ln olch curah hujim t·.:1t.:t-r.:ltil

tahunan scbesar 1840 rnn, temperatur rata-rata tahunan berki s.1r anta­

ra 26° - 27°C, ke1e.mbab..liJ udara 70 - 80 %. Tipe iklirn rrenurut Kop~n

udah1h m, dan tipc curah hujan nenurut Schmitt & FcrCJusson a.da1ah

tipe c.

Page 28: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

PETA LOKASI

OAERAH BANTEN GIRANG BANTEN LAMA

BANTEN TIRTAYASA

-- _____ \ ----·------------------ -····-----u

~fC.(IlDA

~ ';;..;J- JUhUI

Jal"n 1\.A

·;,.--· ~ w n ~ u 1 .. , Ia Ilk tan!,l~l

II.2

PE TA 1

U I""'""' .... ·-·------...1

Page 29: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

~~·.:...._.______ ;:

PETA GEOLOGI TINJAU

OAERAH BANTEN DAN SEKITARNYA

.. .· ·········

,• ·· ..

v :' p>: ... :··~ ' '

,) t . . . ... '

l:, _.-·· -</· ,/ :, J'••. "'-:·· ..... . . ·... . . . . . . . . . . ~ . . . . : .· ..

• .. ,···· ...

A

A

·-- _____ [2~·· .I V

-------- -------------·-· -----------·-------

l._~_] "'"••wm r~=~~J HQicuul ~~IIHlOI•

r=TI &hJiuQn Sc"imC'n ftluo~•cn [.~~ Ut.aluun Sc'-lunen Mlo,cn

p

M

~UIII~~· ', 'c IIU.I L Wtt~hUI II ~Ill( II Ultil" ••"hi I; ~VUU. II·I~IJ

ti. 3

PETA 2

u

~

/ '.oiVII'J'II l t.~\llw~h.fll foolldhue 111161' ~o~f ftt•fltl &l•udrp

WC'•I J~,u •uJIC' I UJO WV ( t'~o~l•ll'- "'"'''

HCI-"'1' 1~11)

l hit C. UlhAIIJ ""''lhJ J: JU.uo0

~----.---~----------------~----~----------------------------------------~

Page 30: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

- ------------

II. 4

PE TA 3 n=--=--==----..,--,,=-:-======-=-=:om=-:===--=-""-=· -· =-============="'\l

U li IT c; fOt•OOfOLOC.I AlioUI VU&cQI)III

C!::J ~~~~~.:In lcokokt• ~~"' ["i] Vf.llkllu tctluku • .,t''-'Ong

C.Q Cckuo9Uil 1'11101 ~othUol

.. lOt l>ll~kiUI<II

~ l'c~unungon tcuuk15 kuat

Q~ t'crlluhltun tcrkUd• ~tclkln»

t'~ ~IILHo~luhm ICI"t~ 1 -. IIU~~~~

A ••U t IU'thll

l .. ' .. J Ou,,,,uo "'""'ul

Ci~J OUhUIJh ~IW'fNI t-&.IUhlt

PETA GEOMORFOL~I

OAERAH BANTEN DAN SEKITARNYA

llcliny l'ontol

{8;:: llipo• "'~"ul .. QIOIIUI\

:..urt.l.Cf. I t.llh4 ,,.,,,,.,,, Uui•IC'II Ut.uu

•"'"'''"' I •..,l.IJOUU II, lllJ

'1.. t;,cu•uW•~IIviV:JJ' Ut~llo' vi U'-'l•&cu

Wt~t )U1f'_. Ct*"Lh •6.1111 tCtJ.tUIIa 1>1111 I

J, hUCI &.ffJUUI t.tuUU I: JfJ.IJW

Page 31: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

II.5

Jenis tunah Yill1<J terdapat di daerah perbukitan udalah l.atosol

dan podsolik rrerah kuning (lihat Peta 4). Latosol berasal dari ba­

tuan induk rraterial volkanik andesitik bersifat inte.rrrediet hingga

agak asam. Karakteristik latosol di daerah penelitian adalah: solum

tanah dalam, tek.stur geluh berlemp\ID:] (clay loam), struktur gunpal,

pH berkisar an tara 5, 5 - 6, 5, kesuburan sedang hingga agak tinggi.

Pcdsolik rrerah kuriing berasal dari material abu volkanik asam, dan

manpunyai karakteristik: solum tanah dalarn, tekstur lanpung berpa­

sir (sarrly clay), struktur gumpal, konsistensi sangat lekat bil.a. ba­

sah, pH berkisar antara 4, 5 - 5, 5; kesuburan rerrlah hingga sedang.

Dacrah perbukitan dilalui oleh Ci Banten • Sungai ini bcrnuta

air di gunungapi Karat¥J. Berdasarkan pen:;Janatan lapangan dan ana­

lisis foto udara dan peta, lerrbah Ci Banten di daerah perbuki tan

cukup dalam dengan tebing curam. Lerrbah dalam dengan tebing curClll\

itu mungkin diakibatkan oleh nateri penyusun tuff an::lesitik yang cu­

kup t:ebal dan kuran:r resisten tethadap erosi air sungai. Pola alir­

an Ci Ban ten adalah derrlri tik dan pola saluran di daerah perbuki tan

adalah berliku-liku. Pola berliku-liku ini didukung oleh gradien

sungai yang relatif kecil: 0,45%. Air Ci Banten nengalir sepanjang

tahun dan pada nusim penghujan diduga debit sungai cukup besar.

Di beberapa t.einfOt terdap3.t bekas lerrbah sungai, yang ditinggal.k.:ln

seperti yang terdap3.t di sebelah sclatan kota Scn:mg. Potensi u.ir

tanah diperkirakan cukup baik, naterial perrbentuk akuifer rrerupakan

material volkanik. Kedalaman IlUlka air tanah cukup dalam, terutama

pada daerah dekat sungai.

Page 32: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

II .G

fETA 4 ~======-·=-==~~-=-=-=-=-=-==-~-=~=-=-=-=-==-=-=-==-=-~~~=--=--=---=~~=-==~====~

t

PETA TANAH TENTATIF DAERAH BANTEN DAN SEKITARNYA

0 5 10 1!. 20. 2$Km ......_.,..;.;.:::::~·.:.:..--.:.:.":·~

..... · ·... \

· ..... · ... :

··· ....

Pod•ou~ Ncoah llwnin~

LOI"ti"l dOtl butuwn lict." 4,1~n &IIQIUCin lniCitnf&Uef

LOI0\~1 oluoj IIOIIIUR be~~ O•llm

Cl···· ..... oao1cn Lllma

·· ... · ........................... .

s

':. .....

u

~

Suwl#ct• \.futw Ltlll~•ul .. ..Ju\cu whuu, ~ .. ui., I· "AJU\)IJU lh 1:111

l .. C'I&.I hlfh,lt Ju .... UUhll -.. ll. Ul'-' I~ IWU Ui.IU, ~u•l

t~c""'""'"h Ccntct, l~titU

l.f"'" Wuoa •kUiol I: •u. uoo

&;,..;·.;:-=;-;;,..;.;··.;.··...;·;;;;---;;..·:.;.··c.:..·'-'-';...;..;.;...=;..-_____ ... .__

Page 33: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

II.7

. Penggunaan lahan yang terdar:a t di daerah r:erbuki tan adalah te-

galan, pemuk:inan, dan perkebunan. Tananan yang t:e.rdapat pada tegal-

an antara lain ketela pdlon, jagung, kedelai dan kilcang tanah, se­

dangkan pada pekarangan antara lain kelapa, pisang 1 dan buah-buahan.

Di lenbah bekas sungai yang di tinggalkan di turrbuhi turrbuhan sejenis

nipah, misalnya di desa Sayabulu di lc:kasi Banten Girang.

2. Daerah Dataran Rend.ill

Daerah dataran ren:lah ini rrerupakan dataran aluvial p.mtai yang

nanpunyai ketinggian antara o - 25 m dari permukaan laut, kaniringan

lereng kurang dari 2 %, relief datar hingga landai dan beberapa dae­

rah JrerUpakan dataran berrawa. Batuan terdiri dari endapan lempung

baru (recent) 1 yaitu di daerah-daerah dekat garis pantai dan dataran

banjir sungai, dan endapan umur relief tua (subrecent) 1 yaitu di

daerah-daerah yang letaknya relatif jauh dari garis pantai dan di

daerah dataran banjir sungai lama (Peta 3).

Dacrah penelitian yang te:rnasuk dataran aluvial adalah daerah

Bantan Lana dan Tirtayasa. Bentuklahan yang terdapat pada dataran

aluvial ini adalah dataran banjir, tanggul alam, sungai 1 jalur su-

n:Jai yang ditinggalkan, beting pantai (beach redges) dan dataran

a! uvial pantai. Tanggul alam dan beting pantai umurnnya lcbih ting-

qi 1 bila dilx..nilincJ dcnjdn bcntul<lah:m lain [Xttb cbt~tran aJuvi,tl.

Oh~1 ~LU..tb itu L.tr~<.J<JUl al\..Uu d:m l..ll!Li.n<J p:mL<ti jdl"dll<J u~nJcJtdlt<J old1

air bunjir yang sering melanda dataran aluvial ini.

Batuan J:enyusun dataran aluvial adalah endapan aluvial. Enclap­

an aluvial pada tiap-tiap bentuklahan seperti tersebut di atas rrem­

punyai nateri yang bert>eda-beda. Materi }?enyusun pada tanggul alam

Page 34: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

II.8

dan beting pantai adalah lerrp~ berpasir dan pasir halus, sedang­

kan pada bentuklahan yang lain terut:ana eroapan lanpung. Errlapan

aluvial yang terletak jauh dari garis pantai ben1nur lebih tua.

Iklirn di daerah dataran rendah rnerrp.myai ciri curah hujan ra­

ta-rata tahunan 1840 nm, suhu rata-rata harian antara 26 - 27°C,

kelerrbaban udara rata-r . ta 70 - 80 %, tipe iklirn m::murut Koppen

yaitu tipe hN dan tipe curah hujan xrenurut Schmidt & Fergusson yai­

tu tipe c.

Jenis tanah yang ada meliputi tanah aluvial kelabu, Aluvial

hidrarorf, dan Gleihtm.lS. Aluvial kelabu berasal dari bahan induk

endapan lerrpung di daerah dataran banjir sungai, dataran aluvial

dan larbah-lerrbah bekas sungai. Tanah aluvial hidrarorf dari bahan

Wuk endap:m lanpun:;J tel:dapat di dataran aluvial yang hanpir sela­

lu tergenang air sepanjang tahun. Kedalaman air tanah dangkal, ku­

rang dari 0, 5 m. Penyebaran di daerah daratan bcrawu dan dataran

rendah yang tergenang air, sekarang digunakan untuk 1ahan errpang.

Tanah Gleihunrus rerrlah ten:lapat di daerah dataran aluvial berawa

yang diturrbuhi rumput-rumput rawa, dan eli lerrbah-lerrbah bekas su­

ngai lana yang sebagian masih tergenang air seperti di daerah Pen­

tang dan Kasenan.

Dataran aluvial clilalui oleh sungai yaitu sungai Ci Banten dan

Ci Ujung, dan bc?berapa sungai kecil lainnya. Gradiermya scmgat ke­

cil bahkru1 rrcndckati 0%, dasar sungai sangat dangkal dun bany.::tk rrem­

bentuk liku-liku sungai, sehingga pada waktu musirn hujan sering ter­

jadi banjir. Beberapa daerah yang sering terkena bencana banjir ya:­

i tu di claerah Pontang, Karangantu dan Tirtayasa. Air tanahnya sanga t

dangkal yaitu berkisar antara 0,5 - 3 m. Di dataran aluvial dekat

Page 35: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

II .10

1ah selatan pusat kota Serang, yaitu di desa Sayabulu, dekat desa

Sempu. Banten Girang ter1etak 106°9 130!' BT, 6°5 130" IS pada 1itntan

yang re1" bh yang dila1ui o1eh Ci Banten. Diduga bahwa perahu-perahu

dapat rrencapai Banten Girang nelalui Ci Banten.

2. Ban ten .Abed ke 16 - 18

Banten Girang dipindahkan ke daerah pantai dengan a1asan agar

hubungan antara daerah pesisir utara Jawa dan pesisir Surratera 1ewat

Se1at Malaka dan Sa.m.rlera India nenjadi nu:lah (Mundarjito dkk, 1978: 1) •

Situasi ini berkaitan dengan situasi po1itik Asia Tenggara pada waktu

itu, tatkala Malaka jatuh ke tangan Portugis, sehingga pedagang-peda­

gang yang enggan berllubtmgan dengan Portugis nenga1ihkan perllatiarmya

ke Banten.

I<ota Banten sebagai ibukota kerajaan suiah nenpunyai pagar tem­

bok yang terbuat dari batubata sebagai pagar t:errbok ke1i1ing kota

(Rouffoer, 1929: 104-106). Peta voc tahun 1624 menggambarkan tembok

sekeliling kota. Di daerah yang dikeli1ingi tembok itu antara lain

terdapat Kraton SurOSCMan, Masjid At:Jtmg, Alun-A1un, dan pasar kecil.

Perkampungan Cina teroapat di sebelah bar at pagar teabok, dan pasar

besar terdapat di sebelah tinur laut pagar tenbaK, yai. tu di t:cpi

pantai.

'

Page 36: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.l

III. INTER?mTASI CITRA PENGINDERAAN JAIJI DAN' HASIL PENGUJIJ\N

MEDJ.\N

A. Banten Girang

Infornasi kepustakaan mengenai Banten Girang sangat kurang.

salah satu infornasi yang dapat digunakan untuk. dasar interpretasi

citra pengiOOeraan. jauh untuk kepurbakalaan Banten Girang adalah

laporan yang ditulis oleh Hasan Muarif Arrbary (1977) yang rrenyebut­

kan bahwa : "Banten Girang terletak 5 kil.areter ke arah selatan da­

ri kota SerClnJ, dan menurut Babad Banten merupakan tempat paro .. .1Jd.m.m

pert.am:.l yang menganut ajaran Islam; Banten Girang dilalui sungai

rrelingkar yarq dapat berfungsi sebagai pert:ahanan dan jalur kanuni­

kusi yang b:lik" • Atas dasar in.farnasi tersebut intcrprc tusi foto

udara ditujukan txtda daerah sepanjang Ci Ba.nten yang lcbih kurang

berjarak 5 km arah ke selatan kota Serang. Pada waktu dilakukan

interpretasi foto uda.ra ada beberapa tenpat yang diduga rrerup:lkan

situs Banten Girang, tetapi setelah diadakan perqujian rredan didu:Ja

bahwa situs kepurbakalaan Banten Girang terletak di sekitar aliran

Ci Banten lebih kurang berjarak 5 km dari kota Serang yaitu di dcsa

5ayabulu sebelah barat desa Sempu (lihat Peta 5) •

Keadaan lin;:Jkungan a lam dan fenarena kepurba.kalaan Ban ten Gi­

r4:l.O:J l.l)"-Hl (.]iuru.iJ<4ll1 berUa!.>l.lrJ"-tn intc . .:.rprel::<.l:c;i foto u.'br.1 <.kill J.ll'l1lJUj i­

an no:.bn. Lint]kUilCJun al4Un yang diuralkiln ncliputi l<utli~>Ul ))0ntuk­

lahan, batuan, ~' dan tata air, sedangkan urali1.n m.:m:Jemi feno­

nena kepurbakal.aan rreliputi : Gua di tebing sungai Banten, fon:lasi

dan artefak bcrwujud pecahan keramik di permukaan tanuh.

Page 37: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III .2

---·--------···--.. ·----------------------- ·-------- ---·--------------·----- --------.----------- -·- --------- --

PETA IKHTISAR KEPURSAKALAAN

BANTEN- GIRANG, SERANG

0 IS lUm '---- "'- ·: ..•. :&....-:..;.....::.·~-::..:.;.::J

u

L i CO £II II A

Jo ao n Ltc ,.J,

Jolon <Juu

l~fQI •wn~wl

~ Sung6.11 f.Uiftbf'l~ fo1G U0..10 \lo.U'G 1 ; :10.00\)

dlpet&,c~"' '""" don &lulo.~ '""u•~~ou

Page 38: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III .3

1. Keadaan Bentuklahan, Ba tuan, dan Tanah

Situs kepurbakalaan Banten Girang merupakan daerah antar sungai

Cantara Ci Banten dan anak sungainya) yang terletak pada daerah per­

bukitan rendah. Top:xJrafi bagian atas relatif datar, kemiringan

kurang dari 2%, dan ket:in:Jgiannya sekitar 40 m di atas petm.lkaan air

laut. Ci Banten pada situs Banten Girang mempunyai lerbah yang da­

lam, berdirrling terjal 1 . dan rnE!'Ipllnyai pola saluran ber liku-liku.

Hasil perhitungan di peta t.op:>grafi skala 1:50 000 nenunjukkan bahwa

gradien sungai Ci Banten adalah rendah, yaitu sebesar 0,45% 0 • Anak

sungai Ci Banten yang terdapat di situs Banten Girang rrenunjukkan ke­

nanpakan teras-teras sungai. Pada saat penelitian1 alur anal< sungai

tersebut diturrbuhi sejenis nipah. Jika turrbuhan tersebut m::mmg ni­

pah, maka berarti bahwa air anak sungai bersifat payau. D:mgan dani.­

kian t.iltbul suatu kenll.ll"¥:Jkinan bahNa pasang air laut dapat rrencapai

situs Banten Girang. Adanya teras-teras sungai pada anak sungai ter­

sebut Ill..Jn3kin diak.ibatkan oleh dua hal, yaitu (1) adanya pengangkat­

an, dan (2) pengikisan terlladap naterial yang tererrlapkan di sepan­

jang saluran anak sungai tersebut. Material yang terendapkan terse­

but nungkin rrerupakan eroapan volkanik hasil erupsi dari gunungapi

di se.belah selatarmya 1 yai tu gun~api Danau.

Dipandang dari scgi geolCXJi 1 d:lerah sckit.:lr situc; Hanten Giran<J

n'Crupak.:m baf:Jiilll dari struktur volkan. Batuannya tcrsusl.U1 duri cn­

d.:l£.ll11 volk.:mik yung lx!rupa tuff andesitik, lahar dan ,tuff agloncrat.

Tuff arrlesitik dan tuff aglarerat banyak. tersingkap puda tebing su-

ngai Ci Banten (Peta 2) •

Jenis tanah yang terdapat di situs Banten Girang adllah latosol

coklat. I.atosol ~rsebut rrempunyai sifat sebagai berikut: tanah su-

Page 39: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III .4

dah berkerrbang, sa1uran tanah agak tebal, tekstur geluh berlempung

(clay loam), struktur gunpal., kO'lSiStensi gatbur hingga teguh, dan

1ekat bila basah, pH berkisar antara 5,5 - 6 dan kesuburan sedang

hingga agak subur.

I Air slUlgai Ci Ban ten yang rrelalui situs Banten Girang rrengalir

sepanjang tahun. Air sungai be.twarna coklat kekuningan, yang rrenun­

jukkan bahwa mua~ suspensinya til:ggi. Surqai Banten lTS1lf:OllYai

gradien yang kecil, pola salurannya ber1iku-liku dan 1ebar slUlgai

1ebih kuran:J 10 m. Dengan keadaan slUlgai seperti itu naka dapat di­

perkirakan baffi.1a pada nasa silam sungai.-sungai itu dapat diperguna­

J<.an sebagai sarana lalu lintas air dan perlindungan atau pcrtahanan

terhadap serangan IIllSuh.

Berdasarkan keadaan lingkungan alam yang rreliputi bentuklahan,

batuan, tanah, dan tata air tersebut, naka situs Banten Girang rna­

nang nerungkinkan sebagai pusat panuldnan pada rrasa lanpau.

Hal ini disebabkan pada hal-hal sebagai berikut:

(1) teras sungai atas nerpinyai topografi &tar dan terdiri dari

naterial endapan volkanik yang relatif subur, yai tu terdiri da­

ri tanah latosol yang rrarpunyai kesuburan sedang hingga subur.

(2) terhindar dari bahaya banjir mengingat sungai yang nengalir di

daerah itu nanpunyai tebing yang terjal dan dalam.

(3) pcrsooiac:m air Jn.i.nwn yang cukup dan rmrl:lh dicl.:lpat.

2 • Kepurbakalaan

Peninggalan kcpurbakr1laan yang dijunpai. di Bantcn Girang ad:tlcll:

Gua di tebing sungai Ci Banten, fondasi di atas tcbing sungai dan

artefak (pecahan keramik) di daerah teras sungai atas.

Page 40: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.S

a. Gua eli tebing sungai

Gua ter1etak di tebing sungai 1ebih kurang 3 rreter di atas

dasar sungai sekarang. Pintu masuk gua Ire!\l)unyai bentuk dasar rata,

dindi.ng tegak dan bagian atas lengkUNJ. Ukuran pintu rrasuk 1ebih

kuran:J 60 an dan tinggi lebih kurang 150 em. Bentuk dan ukuran pin­

tu gua datat diperhatikan dari Foto 1. lwtmurut pmjelasan perd\.rluk

seterrp:it bentuk bagian · dalam gua bulat menanjang dan rcenjorck ke da­

larn s~i mancatai t:enpat di bawah fa1dasi. Gua i tu clibuat tada

batu pasir bertuff (tuffaceous sands tale) yang karpak.

Fungsi gua, berdasarkan diskusi di lapangan dengan Pinpinan

Proyek Penugaran dan Pe.ne1.iharaan Peninggal.an Sejarah dan Purbakala

Banten, ada beberapa dugaan yaitu (1) sehagai tempat p:mjagaan dan

J?ertahanan, (2) sebagai gu:iang t:el"lpat barang yang dip3rjual-belikan,

dan (3) sebagai tempat lewatnya raja atau J?ejabat kerajaan sewaktu

rrenjalankan perjalanan rrelalui sungai. Slrlah barang tentu dugaan

tersebut pe.rlu pengkajian lebih lanjut.

Selain di Banten Girang, gua di tebing sungai juga dijurrpai di

hu1u sungai Ci Ujung. Posisi gua terhadap sungai mirip defBan gua

di Banten Girang. Ada dua tipe bentuk pintu gua di tebing hulu su­

ngai Ci Ujung ini, yaitu errq;:at persegi dan lingkaran. M=nurut pc:nje­

lasan Pi.rrpinan Proyek Penugaran Banten Lama, gua ini dip;~rkirakan

sel.llll.lr dengan kerajaan Padjadjaran yang beragarra Hindu. Ini berarti

lebih tua jika dibandingkan dengan gua eli tebing sungai Ci Banten di

Ban ten Girang.

b. Ft>ndasi

Fondasi terletak lebih ku:rang 100 m arah ke hulu dari gua di te-

Page 41: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III .6

; : ..

- ---···--------···· --- ··--------·---------------- ------· - ..

Foto 1 : Gua di tebing sungai dengan pintu lengkung bagian atas di situs Ban ten Girang

Foto 2 : Fondasi di utas tebing sungai Ci Ban ten. pondasi tcrtutup rumput-rurrputan, tetapi nasih t.ruT1[Uk ulumya, tcrilip.:1t di situs Ban ten Girang

Page 42: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III. 7

bing smgai Ci Banten dan berac.a eli atas tebing sungai. Fondasi ter­

letak pada bagian atas dari gundukan tanah yang tingginya lebih ku­

rang 2 m di atas pernukaan tanah di sekitarnya. Fondasi terdiri dari

3 teras (trap) yang tersusun atas balok batu pasir bertuff (tuffaceous

sandstone) 1 dengan ukuran 15 x 30 x 37 em. ·Ukuran fondasi tingk.at

atas 1ebili kurang 4175 x 51 15 m1 sedangkan tingkat di bawahnya

5195 x 6135 m (G:mbar 11 Foto 2).

Garrbar 1 Fondasi eli atas tebing sungai Ci Banten yang tersusun atas batu tuff yang dibentuk 1 di situs Ban ten Girang.

Batuan penyusun fondasi sana dengan batuan pada gUa di tebing sungai,

yai tu batupasir bertuff. Berdasarkan lckasinya yang lebih tinggi

temadap daerah eli sekitamya 1 terletak di pinggir sungai, rrak.a ke-

mmgkinan fa1dasi tersebut rrerupakan bagian dari singgasana atau

tempat penjagaan. Kepastian fungsi fondasi tersebut perlu pengkajian

lebih lanjut.

Page 43: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.B

c. Artefak berupa e-.:.cahan keramik di daerah teras atas sungai --

Artefak yang L<.myak diketal1ukan eli ~aan tanah adalah pe­

cahan keram.ik. Kebanyakan pecahan kerarnik itu berasal dari Cina ja­

man Dinasti Onmg dan Ming yang m=ncapai 99%1 sedangkan yang 1% ber­

tipe Eropa (pendapat 1isan Ha1wany Midlrcb 1 Ketua Proyek Penugaran

dan Pene1iharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten) • Per1u

dijelaskan bahwa hasi1 :penggalian di Banten Girang (Hasan Maarif

Anbary1 1977: 23) m=nenuk.an keramik Cina dari Dinasti Clung 19%,

Ming 32%1 Annan 5%1 Sing 42%1 Yuan dan lima dinasti yang lain 0, 6%

c1:m tipe Eropa dan Jepang hanya 115% 1 tetapi 1akasi IS'lggaliannya

tidak. d.isebut:kan.

B. Dan ten Lama

Bantcn Lama t.cr1etak eli daerah pantai, berjarak 1ebih kurang

8 km arah ke utara dari kota Serang dan jarak dari garis pantai 1e-

bih kurang 3 Jan.

1. Keadaan Bentuk1ahan dan Tanah

Secara gearorfologi .Banten Lama terletak eli dataran pantai yang

tercliri dari (a) dataran a1uvia1 pantai tergenang air yang digunakan

untuk ta:nt>ak/e.n\)ang 1 (b) jalur beting pantai (hooch ridges) yung m:.m1-

punyai clcv.u.;i lcbih tinggi darip.xl.:t c1..LCrah di Eckitarny.:, diyLUl<.tk<.~n

untuk pusat-pusat pcmuk.iman, (c) datnrcm aluvial bek.:Ls lagoon yang

sebagian masih te:rgenang air ~tuk rcwa-rawa, dan sebagian yang

lain telah digunakan untuk persawahan1 dan (4) dataran banjir sungai

sebagian besar untuk persawahan dan jalur tanggul alam sungai yang

dipergunakan ll!ltuk pemukinan (Peta 3).

Page 44: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.9

Jenis-jenis tanah yang ada yaitu: (a) Aluvial hidrarorf terle­

tak di daerah dataran aluvial sepanjang pantai yang tergenang air

dan di daerah dataran rawa, (b) A«:Josiasi aluvial kelabp tua dan

GleihUitllS rendah di daerah dataran rawa bekas lagoon dan lerrbah-.

lenbah bekas aliran sungai1 (c) Aluvial kelabu terletak eli daerah

dataran aluvial pantai clan aluvial sungai (Peta 4) .

2. Keadaan Tata Air

Sungai yang rrengalir melewati Banten Lama yaitu Ci Banten1 dan '-

sungaf-sungai kecil yang lain. Sungai-sungai itu senukin nerx:lekati

muara senakin lebar. Disanping sungai -sungai yang masih nengalir­

kan air hingga sekarang di kota Banten Lama terdapat pula alur-alur

dan jalur-jalur aliran sungai 1arra. Jalur-jalur sungai (pari t) ini

tanpak jelas pada foto udara. Parit ini diduga dahulu rrerupakan

jalur transp:>rtasi air serrasa Banten Larra rrenjadi salah satu pusat

kerajaan Islam pada abad 16 - 19 (Peta 6 dan 7).

Air tanah Sangat dangkal 1 sai tU berkisar an tara Q 1 5 - 3 ffi1 bah­

kan beberapa daerah pada waktu nusirn hujan air tanah naik sarrpai

pennukaan tanah dan daerah tersebut tergenang air. Air tanah di da­

erah dataran pantai scjauh 3 krn nasih terpengaruh pasang air !aut,

sehingga bersifat payau.

3 . Kepurbakalaan

Dari hasil inte.rpretasi foto udara, hasil pengujian rredan, dan

rrerujuk. pcrla data sekunder 1 naka. dapat diuraikan beberapa fenmena

kepurbakalaan di situs Banten Larta, yaitu parit, bangunan sep2rti

bentuk. ikan pari di tamb: ·~, dennaga1 galangan perahu, jerrbatan ran­

tai, Tasikaroi1 kcrtpleks kraton Surasa.van, kmplek t-1asjid Agung,

Page 45: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III .10

koop1ek Masjid Pecinan Tinggi, kraton Kaibon, ncten9 Speelwijk clan

Kelenteng Cina. Penyebaran dari pminggalan kepurbakalaan tersebut

di atas ditunjukkru'l pada Peta 5.

a. Parit

Hasil interprctasi foto udara skala 1:7 500 dan 1:3 750 tahun

panotretan 1981 manunjukkan pola parit yang sangat jelas. Berbanding

dengan peta-peta Ban ten Lama yang te1ah ada seperti:

a. Peta VOC (Gehei.ne Atlas van de \UC, tahun 1624)

b. Peta Ikhtisar Ban ten Lana tahun 1900

c. Kaart van de Hoofd stad Vegorijen in Rnvirons van Bantan,

t.:mun 1826, po1a parit yang diperoleh dari hasi1 intetpretasi

foto u:lara jauh lebih lengkap. Meskipun sebagian parit itu eli la­

pangan pada waktu ini tidak lagi t;anpak, akan tetapi hasi1 interpre­

tasi foto udara rrenunjukkan bahwa di daerah itu pernah ada parit.

Pari t pada foto udara di.cirikan oleh rona gelap hingga abu-abu,

tekstur ha1us-sedang, pola 1urus, ukuran bervariasi dari senpit hing­

ga sedang. J:<enanpakan parit pada foto udara yang di.cirikan o1eh ro­

na gelap dan tekstur ha1us ada1ah pari t yang berair dan tanpa turrbuh­

an air. Sedangkan kenampakan parit pada foto u:lara yang dicirikan

o1eh rona abu-abu dan tekstur sedang adalah pari t yang tidak terisi

air, utitu tcrisi. air tct.."lpi ain1ya tcrla1u d~U1gkal <lm at:.1u keruh.

Parit yang ditl.Ulbuhi oleh t\.llbuhan air puda foto udara nanpak ber­

tckstur sedang.

Secara kese1uruhan parit di Banten Lama dapc1t cl.ibagi rrenjudi

3 kelCll\)Ok yaitu (a) f.al:J.t eli sebelah selatan kratan Suroso.van, (b)

parit di kanplek.s kraton SurOSONan, dan (c) parit eli kCXTpleks Beteng

Sr:eelwijk. Parit yang terletak di scbelah ~latc:m kraton Suroso.vun

Page 46: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.ll

marupakan saluran air yang nenghubungkan danau Tasikardi ke koopleks

kraton surosavan. Saluran ini merupakan saluran air untuk penyedi­

aan air minum di katpleks kraton Surosavan, dan mmgkin kanpleks yang

lain. Pada foto lrlara saluran ini berona abu-abu <:::~.:rah, berpola lu­

rus dan sepanjang saluran tersebut terdapat 3 penyaringan air. Pe­

nyaringan ini pada foto udara nanpak bercna abu-abu ceran, dan ber­

bentuk enpat persegi panjang dan nercpunyai bayangan dengan rona ge­

lap ( Garrbar 2' Foto 3) •

Parit di katpleks kraton Surosavan nerupakan suatu sistem parit

dengan intake pada sungai Ci Banten di sebelah selatan kraton, dan

outletnya di dekat muara sungai Ci Banten dan sungai di dekat De­

teng Speelwijk. Parit ini berpola lurus dan nengelilingi kraton

Surosavan. Parit yang nengelilingi kraton SurosCMan bagian selatan

dan bar at lebih lebar dibanding dengan pada bagian yang lain. Didu­

ga parit di karpleks kratc:n Surosavan ini berfungsi untuk ID2IrpCrta­

hankan suatu bangunan dari serangan musuh dan sebagai sarana trans-

portasi (Garrha.r 3, Foto 4). Parit c:lari kcnpleks kraton SurosONan ke

karpleks ~teng Speelwijk dihubungkan oleh parit paralel yang lebih

kur~ seara~ dengan garis pantai. . Sebagian besar dari p."l)~i t Y(ll1(]

ny.o...nghubuncJkan katpleks kraton Suroso.-mn clengan parit di kanplck~ Be­

teng Speelwijk pada saat ini tinggal nerupakan sisa parit saja (Gam­

bar 3, F'oto 5) •

Parit di kClllpleks bote.ng Spcehlijk ini juya berpola lurus clan

rrengelilingi beteng. Parit yeng rrengelilingi Beteng Speelwijk ini

pada foto ud.ara narrpak berona gelap dengan tekstur halus. Parit ini

pada bagian selatan berhubungan dengan parit yang herasal dari }~raton

Sura;o...ran dan pada. bagian utara dan barat berhubungan dengan Sl.lllyui

yang rennuara ke Teluk Banten (lihat Peta 6 dan 7) ·

Page 47: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten
Page 48: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

• ,_

III.l2

Garrbar 2 :

Foto udara saluran air (A} dan barigunan penjernihan air dari danau Tasikardi. (B) untuk pe­nyediaan air kraton SuroSOdan.

Foto 3 Bentangalam yang nenunjukkan jalur saluran air. · dari Tasikardi (A) dengan bangunan r.enjernihan (B)

Page 49: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.U

Garrbar 3 : Foto udara situs Banten Lama yang rrenunjukkan parit (A) yang mangelilingi kraton Surosa-~an (B)

Foto 4 Saluran air yang mengelilingi kraton Surosowan

Page 50: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

Foto 5 Lanjutan bekas sa1uran air yang m=ngeli1ingi kraton SurosONan, 1akasi di sebelah barat 1aut Masjid Banten

b) Bar1gunan seperti ikan pari di tarrbak

III .14

Dari foto udara skala 1:30 000 tahun perrotretan 1981 yang telah

diperlJesar rrenjadi skala 1:7 500 dan 1:3 750 dapat diketahui bahwa

di daerah tarrbak ada tanbak yang polanya m=nyerupai bentuk ik.an pari.

Bagian luar dari tanbak. yang nenyerupai iknn pari tersebut dikcli-

lingi oleh parit yang pc;¥:1a foto udara heron<' gclilp .:u.:m-ubu 9clup.

13agian dalam tanbak. tersebut rrenunjukkan pola sejajar berseliiDg-

seling antara parit yang be:rona gelap abu-abu gelap dan penawng­

pcmatang tanbak, berona abu-abu terang. Ternyata di daerah ini di­

ketemukan sisa bangunan yang bel:bentuk fcndasi bangunan. Fond:.-1.si

bangunan itu tersusun atas batu karang, batu batu dengan un.sur

Page 51: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III ,l S

pengikat kapur 1 pasir dan semm rrerah ( Ganbar 4 1 Poto 6) • Diduga

bangunan ini ke arah laut c:lihubungkan dengan dua .[Xtrit lurus dan se­

jajar dan diantara dua parit itu terisi oleh tanah urugan yang didu­

ga diarrbil dari te.npat lain. Tanah di daerah tanb.nk ini adalc:lh jc:­

nis tanah Aluvia1 Hid.rarorf dari endapan lenpung berdebu malunpur

be:rwarna kelabu. Sedangkan tanah yang di.anbi1 dari tenpat lain ya­

itu jenis tanah latosol1 dengan sifat warna ooklat kenerahan-1 teks­

tur geluh ber1empung dan sangat lekat bila basah. Tanah ini diarrbil

dari tempat lain y~ berl:>eda 1ingkungcin peni:)entukannya. Diduga ada

dua kemmgki.nan lokasi asal penganbi1an tanah tersebut1 yaitu: (1)

dari lercng bcwah gunungapi Gede 1 yang diangkut dengan perahu-perahu

malalu.i laut1 dan (2) dari daerah perbukitan di sebelah selatan kota

Serang sekarang1 yaitu lereng bcwah gunungapi Danau, dan diangkut "

pcrc:lhu nc lalu.i sun<.Jai a tau ~"lri t.

Berdasarkan gali coba yang d.ilak.sanakan oleh Proyek Pcmugaran

dan Perreliharaan Peninggalan Sejhah dan Pw:baka1a Banten pada situs

bangunan di tanbak. diketemukan (Ha1wany Michrob, 198 3) *:

a) l:xmerapa artefuk logam, clengan unit tungku, krak. 1 ko.vi (erosible) ,

bata bakar hi tam dan artefak logam be.rupa fragrren fUrang.

b) kerami.k using; Mi.ng 60%, Ching 10%, Htai 10~, dan loknl 20'L

c) batubata ada errpat tipe: bata kasar 1 bata scc1:mg, bata t.ipis, clan

bata potangan.

d) adukan forrlasi kapur dan pasir (belum ada penelitian luboratorium) •

Dercbsarkan tcnunn tersebut di u.tas situs l.Kmgl..lll.:ln di t.:.llrd.uk ydny

rrenyerupai ikan pari tersebut diduga bekas penruk.im.'ln, mungkin b.-:n.lp~

--------------------* I<anunikasi lisan di lapangan dan surat rrcnyurat.

Page 52: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.l 6

Garrbar 4 : Foto udara dataran pantai Banten Lana yang rnenunjukkan bangunan berbentuk ikan pari di daerah atpmg (A) dan (B) lol~si cliketemukan fondasi pada Foto 6.

f'oto 6 : pondasi yang terdapat di bekas bangunan yang berbentuk ikan pari di daerah empang ( lokasi B p;tda Garnbar 4) .

Page 53: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

-~----------~--------- ---·-----·-·----··

rrr.l7

pasar, darnuga atau bekas bangunan perbetengan. Untuk lc.bih 11"13111£)Cr­

jelas situs bangunan di tanbak tersebut perlu' diadakan penelitian

lebih lanjut.

c) De:rriaga

Kenarrq_:akan yarg diduga dernaga dari foto lrlara t.ampak sebagui

jalur yang menjarok ke arah barat dari sungai sekarang dan berona

gelap dan tekstur hal us. saluran yaiXJ berhubungan dengan sungai

yang sekarang selebar lebih kuran:; 8 rn; lebar saluran dernuga pada

bagian tengah 16 rn dan panjangnya lebih kuran:] 75 rn dari sungai se-

1cara:r¥J. Kenyataan yang dij\.ll"ll)ai di lapanJan adalah fondasi bangun­

an yang tersusun atas batubata del¥jan adukan kapur, pasir dan I1'1Llr¥]­

kin saren rrerah (Gal/rbar 5, Foto 7). Menurut perrllrluk seterrpat dan

seorang juru kurx::i pada saluran SUI¥Jai yang berdekatan dergan der­

rnaga tersebut pernah diketemukan sisa-sisa perahu.

d) Galangan perahu

Kenarrpa.kan yang diduga· gal.an3'an perahu terletak di sebelah ba­

rat dari I<elenteng Cina, dan sekararg rrerupakan tambak. Padu foto

udara kenampakan yang diduga galanJan tersebut narpunyai rona gd..:-1p,

tekstur halus, bentuk enpat persegi panjang dan kcrlu1ukannya le.bih

ncnjarok ke arah daratan dibandirx]kan dengan tarrb."''k di sckitr~.rnya.

Kedtrlukan ujl.lr¥:J galanJan lcbih kurang lurus ke ara.h barat dari jalur

yang nelintasi bag ian tengah ~teng Speelwijk. Pam daerah terse­

but terdapat "gap.rra" yang diduga n"CrUpakan pintu yancJ IrcnghubunglC4ln

galaa:.~an perahu dengan :EP.reng Speeh1ijk atau Kraton Suroso.-Jan (G<un-

bar 5, Foto 8) •

Page 54: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

·1'1' . •

Garrbar 5 : Kenarcp:lkan yang diperkirakan clentaga pada zarran Kerajaan Banten Iama (A), Galangan Perahu (B), Beteng Speelwijk (C) dan Kelenteng (D)

_________ "_" __ , ___ , _____ _ Foto 7 Forrlasi yang diketenukan "pada. bekas dernaga

(lokasi A pada. Garrbar 5)

III.18

Page 55: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III .19

Foto 8 Gapura yang diperkirclkan ~Jhubungkan Kraton Surosavan dengan galangan perahu

Di sebelah selatan "gapura" ini terdapa.t bekas karpleks ba.ngtm­

an yang foodasinya rrasih nampak jelas. Daerah tersebut kemungkinan

besar merupakan katpleks yang clisebut dengan Pcurarican, yaitu tern­

pat penggilingan mrica. Selain fondasi bekas bangunan lana yang

terdapa.t di Parrarican juga terdapat bekas gilingan mrica yang ter­

buat dari batu andesit. Bekas gilingan mrica tersebut berbentuk •

lingkaran dengan diarreter lebih kurang satu rreter dengan tebal batu

lebih kurang 7 ern. Jadi fungsi "gap..1ra" tadi selain di:pergunakan

untuk lintasan ke galangan juga dapat berfungsi sebagai pintu ger-

bang dari dernaga ke Parrarican.

Page 56: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III. 20

Di sebelah timur Karan:)antu terdapat ju:Ja kenarrplkan yang mirip de­

ngan kenampakan yang diduga gal.an;Jan :[:erahu tersebut. Temuan yang

dijunp:d di daerah yang diduga galan:Jan perahu di sebelah t...arat Ke-

1enteng Cina adalah artefak kerami.k dal.arn junlah yang relatif sedi­

kit. SedaJ'vaka.n t.emJan yanq dijwpd di daerah yang diduga galangan

di sebe1ah timur Karangantu adalah sisa-sisa fondasi kuno (Ha1wany

Michrob, 1983) •

e) Jenbatan Rantai

Jenbatan rantai dari foto \Dara skala 1:3 750 Ire.ripunyai rona

cerah abu-abu, pola 1urus, tekstur sedang, lokasinya melintang ter­

hadap pari t yang berona gelap - abu-abu gelap. Jembatan rantai ini

ter1etak di sebe1ah utara kraton SuroSCMan, arahnya 1urus ke arah

la~t. Jerrbatan rantai ini ITetFunyai ukuran panjang 35,40 m, 1ebar

4,4 m, tinggi jernbatan dari dasar saluran 1ebih kurang 2,5 m.

Konstruksi jembatan terbuat dari batukarang dan batubata, dan seba-

gai pengikat pasir, kapur dan m.mgkin seman Irerah. Jerrbatan terse-

but konon dapat diangkat sewaktu ada kapa1 1ewat dan di turunkan kem­

ba1i da1am keadaan no.rna1. Jadi dapat diduga bahwa fungsi jrobabn

rantai itu selain untuk la1ulintas darat juga agar tidak m=ngganggu

1a1u1intas air di oowahnya. Kapa1/perahu berukuran lebar nuksinum

9 m daput lcwat (C'.;:mhar 6 dan. C'.auix1r 7) •

f) 'J'.:a~ikardi

'rilSikardi dari foto udara nampuk dari bentuknya crnJ:Alt perscgi

' panjang; bagian sisi errq;:at parsegi panjang tcrsebut tranpunyni ron<l

abu-abu cerah, bagian tengah nempunyai rona abu-abu CJelap - abu-abu

Page 57: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

Gambar 6

Garrbar 7

III. 21

Foto udara yang Irenunjukkan lakasi Jembatan Rantai (A) ; Katpleks l-1asjid Agung Banten (B), Kanpleks Kraton (C) dan parit (D)

.SCl lu re1l"l

.3G.oc..,

Skets lapangan bentuk Jembatan Rantai di sebelah utara Masjid Agung Banten I..arra

Page 58: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.22

cerah, bagian tengah rnenpmyai rona abu-abu gelap - abu-abu cerah

dan pada bagian pusat dari bentuk en-pat persegi p:mjang tersebut

terda};at kenampakan empat persegi panjang yang ~ebih kecil dengan

rona abu-abu gelap dengan tekstur kasar. Di sekeli ling Tasikardi.

tersebut terdapat persawahan yang pada foto udara beronc~ abu-abu

cerah - abu-abu gelap, dengan :pola berpetak-petak., tekstur kasar

hingga J ~<:tlus. Pada sisi bagian se~tan dan utara tanpak . jalur lurus

yang berona abu-abu gelap.

Kenyataan eli lapa.ngan nenunjukkan bahwa 'lasil<ardi diba tasi oleh

terrbok yang terbuat dari batukarang dan batubata dengan perekat pa-

sir, kapur dan seman rrerah. Danau tersebut pada saat ini diturrbuhi

rurnput dan di tanpat tertentu terdapat genangan air. Pada bagian

pusa t Tasikardi terdapat ta.rran yang di b.mbuhi oleh pohon-pchonan dan

dilengkapi suatu bangunan.

Tasikru::di dibangun pada abad ke 16 oleh Sultan r1au1ana Yusuf.

Fungsi dari Tasika.rdi adalah sebagai reservoir air untuk: kepentingan

penyediaan air bersih kraton Suroscwan. Saluran air dari Tasikardi

ke katpleks Kraton surosowan tarrpak jelas dari foto u:iara; demik:ian

juga halnya dengan saluran air yang lrel'X}hubungkan Tasikarcli dengan

surrber airnya ( Gambar 8, Foto 9) •

g) K.cxnplcks Kraton SurosONtm

Interpretasi foto u:iara skala 1:3 750 rrenunjukkim bahv1.:1 di I3an­

ten Lama terdapat kcmpleks bangunan yang karakteristik fotonya adalah

sebagai berikut: :pola enpat persegi panjang dan pada ercpat suiutnya

berbentuk lancip keluar; pada bagian tengah dari sisi selatan terda­

pat bentuk: lengkung, rona pada sisi enpat persegi l_:anjang abu-abu

Page 59: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

--------------

III.23

Garrbar 8 :

Foto u::lara Tasikardi (A), Tamm eli tengah Tasikardi (B) 1 Saluran air yang masuk ke Tasikardi (C) 1

dan (D) saluran yang keluar dari Tasikardi

Foto 9 Danau Tasikardi dengan tarran di bagian tengah, Sebagian besar ditunbuhi .rllllplt rc:Ma, yang lain terganc-mg air.

Page 60: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III,24

cerah, pada bagian dalam rona terang abu-abu, tekstur sedang sam­

pai kasar; pada bagian tepi tampak bayangan den;Jan rona gelap; di

sek.elilin;J bentuk empat persegi panjang tersebut dikelilingi oleh

parit yang bemna gelap - abu-abu gelap. ·

Kenyataan di lapan:Jan rrenunjukkan bahwa bentuk anpat persegi

panjan:J tersebut adalah karpleks kraton Surosavan. Kanpleks terse­

but dikeli1in;Ji o1eh :':eteng tembok yang na!p.U'lyai U!-::uran tin:jgi 1e-

bih kuran:J 2 rn, 1ebar tanbok 1ebih kuran:J 8 rn. Pada ke atpat pojck

beteng tersebut dibuat bcm:]unan yang rrenonjo1 ke1uar dan 1ebih ting­

gi. Panjang beten:J lebih kurang 86 rn dan lebamya 27 4 rn. Konstruk­

si ~ tersebut dari batukaran; dan batubata. Pada bagian te­

ngah kraton SurOSCMan terdapat berbagai sisa f on::!asi kanar, sehin:jga

pada foto u:lara tarnpak bertekstur kasar. Beteng !:raton Surosavan

dike1i1ingi oleh parit. Diduga fUn;Jsi dari parit tersebut sebagai

pertahanan dan sarana transportasi (Gmtlar 6 (D), Foto 10).

Foto 10 Beten:J Yan:J rrengeli1.i.rl<ji kraton Surosavan yang tersusun atas batu:.:Jarnping yang dilientuk (A) dan batubata (B) (lo:Jr...asi lihat Garnbar 6).

Page 61: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III. 25

h) K?TJ?1eks t1asj:i,d Aguz:q

Kanp1eks Masjid Agung ter1etak di sebelah barat 1aut dari kan­

p1eks kraton Surosa.van. Kenampakan kanp1eks ini pada foto udara

menunjukkan rona cerah - abu-abu gelap; tekstur ha1us - kasar, bcm­

tuk empat persegi panjan:.J dan berpuncak; menunjukkan pola bangunan

dengan arah timur - barat, dan bayangan yang ditun.jukkan derY3an rona

gelap nanpak je1as ke arah barat.

Kenyataan eli 1apangan kahp1eks masjid ini terdiri dari bangunan

utama. masjid, seranbi, tinayah dan nenara. M:lsjid ini berdenn.:.1 an­

pat persegi panjang, berforoasi tinggi, beratap tUilpiDCJ dengan jum­

lah 1irra buah. Atap masjid yang be.rt:umpar¥;J 1irra ini dari foto u:iara

dapat dikena1 dari pc:)la para1e1 yang terdapat pada kenaztqJakan bangun­

an masjid. Ba~ tima:.'ilh dahulu berfungsi sebagai tanpat rrusyawa­

rah eli bida.n:J keagamaan. Ba~ :ini berarsitektur Erq,::a, dan seka­

rang dipergunakan untuk museum. Menara masjid ter1etak di sebelah

tenggara rrasj id. Menara ini berbentuk rrercusuar.

Pada katp1eks Masjid Agung tersebut terdapat makam raja dan ke-

1uarganya yaitu di Sera.rrbi masjid dan di sebelah timur laut nusjid.

Di sebelah selatan bangunan tirnayah terdapat dua bangunan tambahnn

yang berf~si sebagai kantor sebuah yayasan dan sebuah lagi scl)<lgai

museum sanentara. Kenampakan kanp1eks Masjid Agung ini dapat di1ihat

f.eda Garrbar 6 (B) dan Foto 11.

i) Masjid Pecinan Tinggi

Masjid Pecinan Tinggi terletak. di sebelah barat Masjid Agung dan

di sebe1ah selatan Beteng Speelwijk. Pada foto udara skala 1:3 750,

kanpleks na.sjid ini relatif sempit; bentuk kanpleks ini anpat persecJi

Page 62: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

Feto 11 Kanp1eks Masjid Agung Banten I.arra, pada fete ~ masjid (A} , seranbi rrasjid dan timayah (B) serta nenara (C) (1okasi 1ihat pada Ganbar 6} •

panjan:J; rona cerah - gelap; tekstur ha1us - menengah.

III. 26

Ban;}unan yang tersisa pada karp1eks masjid Pecinan Tinggi ini

adalah fondasi bangunan i.rrluk masjid, rn.i.hrab rrasjid serta nenara

ma.sjid. Sisa-sisa bangunan tersebut masih dapat diarrati dari feto

u1ara. Pada saat ini rrenara masjid Pecinan Tinggi ini sedang dipu-

gar (Ganbar 9 Feto 12} • Di sebelah tirour dari nusjid ini terdaput

sisa "gapura", yang juga tampak pada feto u::lara skala 1:3 750.

Fungsi gapura tersebut be1um diketahui.

j} Kat]?leks Kraton Kaibon

Kanpleks kraton Kai.bon terletak di sebelah tenggara kraton Suro­

so.van. Kenarrpakan pada fete udara ska1a 1:3 750 rrempunyai rona abu-

Page 63: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.27

Garrbar 9 :

Foto udara yang nemmjukkan lokasi masjid Pecinan Tinggi (A) ; (B) nenara, dan (C)

mihroo masj id.

Foto 12 : Bekas fOndasi, mihrcb dan rrenara masjid Pecinan Tinggi (I..okasi lihat Garrbar 9)

Page 64: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III. 28

abu gelap, tx>la lurus, tekstur halus - kasar, bayangan heron.:> hi­

tam. Di sebelah barat dan ten:Jgara kcn;>leks ini terdapat saluran

sungai Larta, saluran sun;Jai di sebelah tenggara n-erupakan sungai Ci

Banten Lana dan saluran sungai eli sebelah barat berhubungan den;an

sistem parit eli kcn;>leks kraton SurosONan.

Kenyataan di lap:mgan menunjukkan bahwa kCllpleks kraton T<aibon

ini hanya tinggal puing bangunan yang terbuat dari batubata. Bagian

yang agak utuh adalah deretan pintu gerbang di sisi barat, serta se­

buah gapura beJ::bentuk pasrraksa yang ada eli tengah kraton dan saat se­

sekarang sedang dipugar. ( Gambar 10 dan Foto 13) •

k) Betenq. Speelwijk

Beteng Speelwijk terletak di sebelah barat daya kraton Suroso­

\van, letaknya di muara sungai Ci Banten Barat. Kenampakan pada foto

udara skala 1:3 750 mempunyai rona abu-abu cerah - gelap, J;X>la bangun­

an segi empat dan pada J;X>jak selatan dan timur berbentuk lancip dan

Jrel'X)njol kelua.r, dikelilingi oleh parit yang mempunyai rona gelap;

eli bagian tengah terdapat tx>la lurus dan tarnpak adanya bayangan yang

bc.roJ~a gelap.

Kenyataan eli lapangan menunjukkan bahwa ~eteng Speeh;ijk terbu­

at dari terrbok yang tersustm atas batubata dan batukarang. 9eteng

tersebut dikelilingi oleh parit. Saat ini eli ten:Jah 'Jeteng ini eli­

lintasi ·jalan beraspal menuju ke Karangantu. Pada setiap pojok be­

teng terdapat teropat berjaga/rrengintai dengan ketinggian lebih kurang

3 m. Ketinggian heteng dari permukaan tanah l,ebih kurang 7 m. Ba­

gian dalarn benteng sebelah utara lebih tinggi dari bagian selatan.

Bagian barat ~teng berbatasan dengan saluran sungai Ci Banten I..arra

Barat (Ganbar 11 dan Foto 14) .

Page 65: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III. 29

--------~---~---------

Garrbar 10 : Foto trlara yang n~mmjukkan situs Kaibon (A) dan bekas saluran air yang bcrasal duri Ci 13antcn Lilllu (13)

Foto 13 Gapura dari bekas katpleks Kaibon. (Iokasi lih<lt Ganbar 10)

Page 66: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III.30

Gaitbar 11:

Foto mara yang rrenunjukkan Beteng Speelwijk (A), saluran air yang mengelilingi (B) dan Kelenteng Cina (C)

Foto 14 Beteng Speelwijk dengan gardu pengintai, dinding beteng tersusun oleh batuganping yang dibentuk ( lokasi lihat Ganbar 11)

Page 67: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III. 3 1

1) Kclenteng Cina

Kelenteng Cina terletak di sebelah barat Beteng Speel~jk.

Kenampakan l,Xlda foto udara netpmyai rona abu-abu - gelap; tekstur

halus - kasar; pola lurus dan berbentuk anpat persegi panjang, ba.­

yangan tampak jelas.

I<enampakan eli lapangan rrerupakan Kelenteng Cina dengan pagar

yang rrengelilingi koopleks tersebut. Katq:>leks Kelenteng Cina terse-·

but terdiri dari beberapa bangunan dan pada karpleks tersebut ju;a

tampak .pohon-pohon yang pada foto udara rrerrpmyai rona gelap. Ba­

ngunan kelenteng tersebut sudah terpetakan pada peta tahun 1827

{Garrbar 11} •

c. Tirtayasa

Tirtayasa terletak ci daerah dataran pantai eli sebelah timur

Banten Lana, dari kota Serang berjarak lebih kurang 22 km ke arah

t:.i.nrur laut, dan jarak dari pantai lebih kurang 3 km.

1. Keadaan Bentuklahan, dan Tanah

Keadaan bentuklahan dan tanah daerah Tirtayasa mirip dengan ke­

adaan bentuklahan dan tanah daerah Ban ten Lana, karena ter let.ak pada

satuan gearorfologi yang sana, yai tu &tar an IAmt.:li. Bcntuk l ahan

yang dij\.li'l'{)Crl di daerah Tirtayasa adalah a) dataran aluvial pantai,

yang saat sekarang tergenan.3' air dan digunakan untuk tanbak, b) ba­

ting pantai {beach ridges) , relatif lebih tinggi darip.:lda dacrah. sa­

ki tamya dan Ullli..ItU1ya digunakan sebagai perrruld.rnun dan persmv-c:lhun,

c) dataran aluvial bekas lagoon, relatif lebih ren::'iah daripada seki­

tarnya yang sebagian masih tergenang air rrembentuk rawa-rawa dan se-

Page 68: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III. 32

bagian besar digunakan untuk perS'a\-lahan, d) dataran bunjir 1 yang se­

bagian besar digunak'm untuk persaw£lhan, dan e) tanggul alam Sl.ll1(Jui

digunakan untuk J?Gllllk.inan. Di daerah Tirtayasa ini banytlk dijl.liTijXli

pula sisa sungai larm yang ditinggalkan.

Jenis tanah yang ada yaitu : a) Aluvial hidrCXTOrf terdap.:tt di

daerah dataran aluvial sepanjang pantai yang tergenang air dan di

dataran aluvial berrawa, b) Aluvial coklat yang terdiri dari endapan

pilsir pantai terdapat di daerah jalur beting pantai tua 1 c) Aluvial

kelabu terdapat di daerah dataran aluvial pantai dan aluvial sungai,

d) Asosiasi aluvial kelabu tua dan gleihurus mn::'iah ~ daerah datar­

an berawa dan lenbah bekas sungai lana yang di tumbuhi oleh rlJl'll)Ut

rawa dan nipah.

2. Keadaan Tata Air

Daerah Tirtayasa dilalui oleh sungal Ci Ujung dan sungai-sungai

kecil lainnya. Saluran sungai Ci Ujung trengalami pen:iangkalan yang

cep:1t sebagai akibat erosi yang terjadi di daerah hulu. Pada mus.im

penghujan sungai ini sering rrenilrbulkan banjir. Bekas jalur sungai

lama yang kebanyakan rrempunyai pola berliku-liku sebagian besar rra-

sih bcrair dan diturrbuhi oleh nlilplt rawa dan nipah. Di sarnping tcr­

dapat jalur sungai yang berliku-liku, terdapat juga beberapa jalur

lurus yang di~rkiraknn rrerupukan bckas jalur ~ungai buatan.

Air tanah sangat dangkal berkisar antara 0 1 5 m - 3 m di bawah ~nnu­

kaan. tanah. Di beberapa tempat pada nusim penghujan air tanah naik ,, .

sampai ke pennukaan tanal1.

Page 69: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III .33

3 Kepurbakalaan

Infornasi kepurbakalaan Tirtayasa sangat kurang, meskipun se­

jarah kepahlawanan Sultan Agung Tirtayasa sangat terkenal, se~rti

sejarah yang ditulis dalam Sultan Agung Tirtayasa Musuh Besar Kan­

peni BeJ.anda (Uka Tjandrasasrnita, 1967) • Hasil interpretasi foto

t.rlara yang IrerUjuk kepada data sekunder yang sangat kurang dan ha­

sil ~ngujian ll'edan, fenatena kepurbakalaan yang didapat adalah situs

Kaibon, dan Kanpleks Pemakam:m Tirtayasa (lihat Peta 8).

a) Kai.boo

Kai.bon terletak lebih kurang 2 krn arah ke timur dari Pontang.

Dari topc:nim I<aibcn berarti terrpat kaum iliu dan menurut ceri ta rak­

yat setenpat bahwa Ka.ihon tersebut pada waktu dulu merupakan tempat

tinggal kaum iliu pcrla zaman Sultan Tirtayasa (Halwany Michrcb, 1983).

Kenanpakan p:1da foto u:iara daerah I<a.i.bm rrerrpunyai rona abu-abu cerah

hingga abu-abu gelap, teks tur halus hingga kasar dan pola rrem:mjalY:J

aliran sungai. Secara geamrfolCXJis Kaibcn terletak pada tanggul

alam sungai Ci Ujung Tlla (Ganbar 12).

Peninggalan kepurbakalaan yang terdapat di daerah Kaibon sangat

sedikit. 'L'cmuan yang diperoleh adalah ternuan p:tda perrnukaan yang

herupa artefak lCXJam dan keramik lokal. Di sanping i tu di daerah

yun<J tcrycnung nir d.:m d.ikclilinyi pohon-pd100M c.U du<Jd J~crds <id<t­

nya bek.as bangunan lana. Untuk nellUStikc:m r:;eninggulun tcrscbut per­

lu diadakan pengkajian lebih lanjut.

b) Tirtayasa

Tirtayasa terletak lebih kurang 4 krn arah ke tinur dar i Pont:;mg.

Secara gecm:>rfologis terletak pada beting pantai. Kenanpakan pada

Page 70: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

_,..-...,/ /

L c c. r. u 0 ""

LD S•lu\. lirtoyo-.a

liJ Situ• Kronggon

[I] t(QIDIIO

b Saturan oir

Ci~ ,.o.,oh

cu·J 01'\C.

~ bel u~or

.,.c:::. Jolon ._:, ...........

~YO!;'Ii

III. 34

PETA 8

PETA IKHTISAR KEPURBAKALAAI~

BANiEN TIRTAYASA

0 ;t•n1 h. *'I E;;:j

u

~ f I ;tf/ ~

S"'lhbl'h I. fuiO WdOIQ tnffQ m.-roh •kOtO 1;,)0.00~ tohun lt*l

l K•r jn IO!>On!j

----- -·--· ---· ~~· --·-·· _....:.:..... __ .. ___ :..:..:._ -·-. ----- __ .;:;.;.;_;;,.:;;..· ...:;-::;:.··;.:.·..;·..;.·;;;.·..:.·...;....~=-=::.:.::..:;.;:.....:.:.====;;.;;;.;....:...:.___;c::_;;.:;:;,;;:;:.;;c.;.:.:;.;;•

Page 71: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

. ----------------------

III. 35

Garrbar 12 :

Foto udara yang m:munjukkan situs- Kaibon eli Banten Tir­tayasa (A) 1 dan jalan desa yang diperkirakan jalan luitu yang rrenghubungk.::m Pontang dan Tirtayasa (B).

foto 'OOa.ra daerah Tirtayasa ini nsrpunyai rona abu-a'bu cerah - abu­

abu gelap I tekstur hal us hingga sedang, pola menanjang aliran sungai.

Di lokasi ini terletak pemukirnan ·kuno, yang diduga nerupukan pusat

kcrajaan Banten scwaktu perrerintahan Sultan Tirtayasa (Ganrer 13) .

Fenorrena kepurbakalaan yang dijumpai crlalah karpleks pcnakanan Tir-

tayasa dan Krunggan.

1} Ka11pleks Pemakaman Tirtayasa

Di daerah ini banyak diketenukan artefak pecahan keramik dari

Dinasti Ming - Ching; artefak uang logam (coin) bertahun 1690, tnTl-

pal( tiang yang terbuat dari batuan andesi t yang dik13tenll1Y..un po.:;nduduk

dan sekarang disimpan oleh pendwuk set:.ezlFat (li.hat Foto 15) • Scl.:l.-

Page 72: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

Ill. 36

Gambar 13 :

Foto u:lara yang rrenunjuld~an situs Banten Tirtayasa (A) dan Kranggan (B).

Foto 15 Bekas l.ll11fXlk tiang bangunan yang dikctemukan di situs B~nten Tirtayasa.

Page 73: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

III. 37

in i tu juga diketenu.lJ~ jalur sisa fordasi lana yang terbuat dari

batubata dan batukarang. Jalur fondasi ini diduga marupakan be.kas

banguna.n lama. Pada pojok dari fondasi yang diperkirakan bekas ba­

ngunan lama tadi terdapat buki t kecil yang lebih tinggi dari daerah

sekitarnya yang sekarang diturbuhi pohm asam. Bukit kecil terse­

but diperkirakan sebagai terrpat pengintai.an.

2) Kranggan

Kranggan ter letak lebih kurang setengah kilaooter arah ke tirnur

dari Tirtayasa. TelTpat ini rrenpmyai elevasi lebih tinggi dari dae­

rah sekelilingnya dan diduga dikelilingi oleh jalur parit bekas !em­

bah sungai lama dan parit bua.tan. I<enanpakan pada foto udara Kcrnpleks

Kranggan ini manunjukkan rona abu-abu cerah - abu-abu gelap, tekstur

halus - menengah dan p:>la relingkar (Ganbar 13). Fenaoona di Krang­

gan tersebut diduga mer1.l}JC.lkan suatu pernukiman lana yang dikelilingi

oleh suatu parit atau jalut.: f-.ungai. Peninggalan ke:pJrbakalaan yang

sering dijl..mpai manurut ket.erangan penduduk seterrpat adalah pecahan

keris, tarbak, perhiasan mas.

Page 74: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

IV.l

IV. HASIL SURVAI ffiOUSTRIK DAN GE~IT PADA D.l\ERAH SAl<li?EL

A. Pengukuran Geolistr.ik

Pendut;aan geolistrik yang digunakan pada penelitian ini seperti

telah clije1askan pada Sub Bab I .0.2 .c. adalah c:a:ra Wenner. Pengu­

kuran geo1istrik di1ak.sanakan pada tiga 1okasi, yai tu:

1) di claerah sekitar MasjJd Pecinan Ti1, Jgi dengan tujuan W1tuk rre­

ngetahui bekas fondasi pagar taTbok kelili.ng J;;ota Banten Larra

dan peninggalan lain yang ~..ndam (Peta 7);

2) eli daerah sebe1ah t:imur Beteng Speelwijk, dengan tujuan W'ltuk

nengetahui bekas fondasi pagar terctx:k keliling kota Banten I.arra

di bag ian yang be.rbatasan dengan laut. (Peta 7) :

3) di daerah Tirtayasa, dengan tujuan W'ltuk nengetahui bekas fon::iasi

bangunan di Tirtayasa yang diduga ~pakan bekas kraton Sultan

.AgUng Tirtcyasa (Peta 8) •

Di daerah sekitar Masjid Pecinan dilakukan dua pengukuran geo­

listri.k dengan arah pengukuran masing-masing N 65° E. Uasil pengu­

kuran tersebut cligarrbarkan pada profil clistribusi taha.nan jenis sc­

perti tertera pada Ganbar 14 dan 15. Hasil pengukuran rrenW'ljukkan

bahwa tahanan jenis di daerah sekitar .Masjid Pecinan berkisar antara

13 - 36 Ohm-rreter pada 1okasi 1 dan 12 - 26 Ohm-rreter pada lokasi 2.

Pada kedua-dua ja1ur r;engukuran tersebut cliadakan ga1i cd)a, yai tu

pada ti ti.k-ti tik yang rrerrpW1yai tahanan jenis t.erendah, rrcnengah,

dan tertinggi yang secara berturutan sebesar 13, 20, dun 26 Ohm­

rreter. Hasil gali croa rrenW'ljukkan hal-hal berikut ini.

- Pada titik dengan tahanan jenis tereOOah 13 o~ter perlapiSaJI

tanahnya adalah sebagai berikut: paoa kedalam:m 0 - 25 ern tanah

Page 75: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

. ~ • •m ·: .,, • _::._ ._. )! s • '!P:_ 'f"'"' ~~~'~.~(~- j~~ :_: , _ -~ ~ -~~"~1':-~}:- J_":_~--~~-~--~ :~·:-· · -··. !

30

20_

1()

0_

-i . .. . ------ ------ - ---- -----------

------------------------------------------------- > {~~~-N--6S~E:~- ~ ~~:-, ~,_:_ ~:~::

. ----------- -------------

----- --- ---:-::-:--,-----~ -- -----

~

- ---. . . ---------------------------- _____ :_,_ ___ . _________ ~~---~· ---· ::·· ::...::i· :. ;· .::: --==-~:-~:::'::~:: .. :

---------------------- -- -----·--------·--------·-_;..··..;_ __ ;_ ____ _ .... -----. -- --""'- - - - -- ·-- ·---

--- -~---

4 Q_

----------

R

---------. ---. -----~----- ----------- ·-- -

10 __ 2Q- 3()-~-

= - - Jariik &lam- meter_:_=-:__:_: ------- ::· ---·!:.

Garr.t.ar 14. Profil distribusi tahar.an jenis eli lokasi 1 (sebe~-ut.ara J-asjid Pacir..in Tinggi)

--------------------------- . --------- --- ----- -- -----~------

(r.ara pen::u;aan t·!er.ner_ i = 2 r:-ete.r)

_..:.._;_ ______ .. : __ ---

-~- -~----- _-_

~ . ""

Page 76: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

.;

l ~ ~--- 30--5

~- -·

r 0 .. 20 ::! -· . [} ., ~

a a ],o_ 3 -1

0

---·-- .... ::-~- ~.:_.,:· _--.-:-:----~-~~~:-~-: "..:~ .. ..:...~--- :~--

·- ---,~:-7"----------. -.. --'----- --------------. - .. . ------- ---------- -----------. ..

. - - .. . -·--------------------------- -~----------------------------------

, -----

~--------

------- ----

-------.---:--.--.--.--.. -.-.------.. --:--:--.--:-:-:----.-.-.-·--:--.---::·----------. •·

-- . - ... - .. -------------------------·-----. --------- ·-· -------. - . .

--------:-----------------.---------· --------------------------~

_ _ . . ·~~~_N:6~~-·!• ~:·: .__._ . _ .. __ __ -- . . .. .. . . ··-· . ---- •· . .... .. - --· . ·- -- - . - .. . --- - --· ·----· ---- ---· ----- ---=~:.:_:_~_- --. ____:_·_- ;__: __________ .. ··---·· ! .

:·:. . .:::.... -·- :- =~ ··:. .. . .. ; :::-:::..:.. ;:···· .t .. . . .. . ... . . . ·-· ~------------··· •· . :

: _______ ----·- --· .... ----~----

---------------- -----------------------------------

. . . . . - . . . - .. . ------------------------------. ! . --------------------------- ----------- ---- ~-----·- ---+---- -- -------------·- -------- ----·---·----- -------- -· -----··- ·-. . . .. ..

. I. ! . -- ·- -- -- .. -;· ---tit-·-- ~:.... -· - --· -----.--

.. . ------------------ ---- ----·------~ -. •. -1-

-_in•. ·:to: -·- -- -:t -- ~.]~_-. ___ . ._. ------------

30__. .. -· __ ___._ ________ __

C'x:::ba.i--15: ... !?rc-fil distrib;.:sl -&~.a.-1 ·je:'ri.s c.l. la.~s{- 2 (se!::.elah utara !:C.Sjid re:.cinan Ti;·1ggi)

- - ...

(("':.r-a-per.i'\..."ga::Ut·- • :)'e..7£r - ~ -= 2 ~ter} - . . ·- ... - - ,__ .. ·---- -- -

40.'"

H < w

-50.:. -

Page 77: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

-·--·----------------------·

IV.4

lenpmgan benvarna kehitaman; kedalairan 25 ,... 45 an lerrpungan de­

ngan pecahan bata; kedalana.n 45 - 80 an 1enpungan berdebu; pada

keddlanan 80 an telah diketawkan air tanah; 80 - 200 en 1\:IT'fPUI'

kehitanan dengan pecahan bata dengan ukuran kecil. Daerah pada

titik dengan tahanan jenis terendah ini rn.mgkin rrerupakan bekas

saluran.

- Pada titik dengan tahanan jenis menengah (20 Ohm-Ireter) 1 perlapis­

an tanahnya adalah sebagai berikut: pada keda1arran 0 - 40 em ta­

nah 1enpungan bercanpur pecahan bata1 keealanan 40 - 70 an lem­

pung be.rdebu dan kedal.am:m 70 em- 150 em l.enpmg pekat berwama

put ih ke-abu-abuan. D. :crah ini nn.mgkin daerah a1uvial y<lng tertu­

tup atau ditirobuni oleh pecahan bata atau bekas pemukinan.

- Pada titik dengan tahana1 jenis tertinggi (26 OhnHreter) perlapis­

an tan.:thnya adalah se-Jagai berikut: pada keda1aman 20 - 40 em di­

kete-.111Ukan bekas foooasi bata dan bekas 1antai dengan tegel bata.

Apabila titik dengan tahanan jenis 26 Oh.rn-ireter pada ja1ur pengu­

kuran 1 dan 2 dihubl.ll1gl<an naka fa'ldasi-foooasi tersebut diduga

rrerupakan satu farlasi dengan arah N 0° E (Foto 16 dan 17) . Fcn­

dasi tersebut diperkirakan Dondasi pagar t.errbck keliling D<lnten

Lana. Hal ini didukurg o1eh faktor 1akasi 1 cli.na.na pada peta Ban­

ten Lama tahun 1624 yang dibuat \OC1 MasJid P~cinan terletak di

luar pagar tenbok kaliling1 yaitu di sebelah baratnya. Foodasi

yang diketanukan di padas ten'plt pengukuran geolistrik letaknya

di sebe1ah t:i.uur Masjid ·P&cinan Tinggi.

Page 78: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

,

Foto 16. Fondasi dan tegel bata yang diperkirakan pagar t.crrbok keliling. I-Iasil galian ccba yang lok.:l­sinya ditent~ln dengan pengukuran geolistrik p.xlu ~)rofi l l .

'I· ··I

IV.S

r·-oto 17. f'oncasi b.::tta y<mg diperkirakan paqar trnbok keliling. Jl.l!_;il (Jd1 i cob.:..t y<..ulq lok<l.sinya cU.u:~ntukLln dt....·nym pcngukur2.n yeo lis t.d.k pacl.:l prof il 2.

Page 79: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

lV.G

Di daerah sebelah timur Beteng Spee1wijk dilakukan dua pengu­

kuran geolistrik dengan arah ~uran N 0° E. Hasil pengukuran

memmjukkan bahwa tahanan jenis berkisar antara 0 1 11 - 12 1 33 Ohm­

meter pada 1okasi 3 dan 0168 - 2 101 Ohm-lreter pada lokasi 4 1 sefer­

ti digan"barkan o1eh Ganbar 16 dan 17. Pada lokasi pengukuran 3 di­

adakan ga1i c00a der¥;Jan bor tanah pada titik dengan tahan jenis

8196 Ohn-meter. Hasil perrix>ran nenunjukl<an bahwa pada keda.1aman

60 an diketenukan fcn:lasi dengan material karang, bata deD:Jan pen;i­

kat (spesi) • Pada arah N 75° E dari titik ~eboran tersebut 1 pada

jarak 25 meter diketemukan forms! yang terdiri dari susunan batu

karang Yar¥J dibentuk. Untuk mengetahui apakah fc:::rX!asi tersebut sa­

li.ng bersarrbungan1 diadakan pengeboran pada jarak 20 meter dari ti­

tik pengeboran pertama. Temyata pada kedalaman 60 an diketem.lkan

juga formsi yang terdiri dari susunan batu karang dengan pengikat.

Pada lokasi 4 tahanan jenis rendah karena terletak pada dataran

a1uvia1 pantai den;Jan tanah a1uvia1 dan air tanahnya sanga t dangkal.

Pada jarak 46 meter dari titik awal terdapat ta.han.."m jenis 1 1 07 Ohm­

meter yang relatif lebih besar daripada hasil pengukuran pada titik

pengukuran yang berdekatan. Temyata pmgebaran pada titik tersebut

man::lapatkan susunan batu karang dengan pengi.kat~ Hasil fX.mC.Jukuran

tahanan jenis dan pengujian nedan menunjukkan bahwa fondas:l yang di­

kct.uuukiln p;1da 1okasi 3 d.:m 4 adal..:lh fcn:lasi pag..tr tem!X)k kcliling

Banten Lana. fwa'lurut peta Banten !..ana yang di.buat o1eh \GC1 tahun

1624 1 pagar tattx:k keli1inq tersebut berpol.a siku-biku (zig-zag). / .

Pola pagar tembok keliling siku-biku ini pada beberapa tempat ITBSih

dapat dikena1i dari singkapan fondasi y .• ng terli.hat di permlkaan ta­

nah1 misalnya seperti yang terdapat pada lokasi 4 pengukuran geolis-

Page 80: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

~ ii

J r.

~ :220 Ill

·.-4

§ •I""\

110 ~-

G

~ Arah N 0°E-

!.!) -·- .. -- -----· -

30

.Jarak eal.ar.l :retJ:!t·_ ~------

G...~ar 16. P:::ofH distribusi t.aha.".en jer-.iS-di ld<asi-3_:. sebelah tir.T.Jr Beteng S:;eelwi.jk)

;c.ara f.e."X!".:.;aan ~ \-;en.-;er ;:. = 2 ::-cter)

40.

- : ... ::..__~ ... --,._,. .... -- ---~ .._ ..... _ ......... k ... ·---- .......... '-'·- .......... _____ ~--......,_ .... ~-------•-...-,;,;..... __ ,. ____ -· ., ......... .._ --

SO-

~ -..J

•oA._ ......... _ _.__,. •

Page 81: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

I I

I j

~...

0 0

z ,s;'

i'' ~

l

0 N

------·----- ..... __ •o o

Cl ·-4

0 (')

.~ ~ r: nl

d

·~l ~ti tJ ..-,

C>

"'

b ....

JV.H

.., -~

~ -a B ~· ;tj •;.)

:..: U) r'l

··:j ,\~ II ~ ·n .. ·~

......

~ ~. ~1 rd u. '• 'b

,, ~· .<lJ

·'-

··I jlJ ~~ c:

f.1 "I H " jl ( IJ· .. , -~ Jl ·;.! •rJ ;•;, .r.. :j :r~ Ill

'H W ~.

~-~·~ ,•q ~~ .

I.

~· ttl

·P: 3

Page 82: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

-- - .... ----·---·--· --····--·--·------·----- --····

IV.9

trik. Di lokasi 4 terscbut terdapat singkapan fondasi yang arahnya

berganti-ganti; fondasi pertana merrpunyai arah N 30° E, fondasi ke­

dua N 115° E, dan fondasi ketiga N 70° E. Panjang fondasi pert.arPa

3 m, panjang fondasi kcdua 7 m, dan fondasi kctiga se[XU'ljang 3 m.

Fondasi ketiga terpotong o1eh ja1ur 4 pengukuran geolistrik pada

titik ke 23 atau pa.da jarak 46 m dari titik awal pengukuran. Apabi-•

la pola siku-biku pagar ternbok keli1ing di lokasi tersebut digani::lar-

kan akan tanp:lk seperti pada Garrbar 18 •

22

Garrbar 18. Pola pagar tanbok keliling siku-biku (zig-zag) di sebe1ah timur Beteng Spee1wijk

1, 2, 3 = ja1ur fondasi pagar keliling

22, 23 , 24 = ti tik pengukuran g(.!()listrik

Atas dasar pengukuran geolistrik di daerah sekitar M:lsjid Paci-

nan Tinggi dan di sel::e1ah Timur Beteng Spee1wijk dapat dinyatakan

bi.ihwa forrlasi pagar terrbak kcliling Bantcn Lunu nusih d.:1put dilacak

kenba1i. Tentu saja: untuk m::rootakan forrlasi pagar terrbak keliling

tersebut secara 1engkap per1u penelitian lebih lanjut.

Di daerah Tirtayasa diadakan satu pengukuran geolistrik dengan

jalur pengukuran arah utara (N 0° E) • llasi1 penguk:uran menunjukkan

bahwa tahanan jenis terukur berkisar antara 1,46 - 3,61 Ohm-rooter

Page 83: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

IV.lO

(G<lfl"bar 19). Pada titik-titik pengukuran yang rrcropLmyai tahan je­

nis lebih besar dari ti tik yang lain diadakan perboran, yai tu pada

titik dengan tahanan jenis 3,61 dan 3,4 Ohm-neter. Hasil penboran

rrenunjukkan bahwa pada kedalam:m 0 - 40 an terdapat lapisan tanah

penutup; 40 - 120 em batu karang, batu bata, berselang-seling dan

Jrengandung pengikat; 120 - 130 em· terdapat pasir dan di bawahnya

lempung. Data hasil pengukuran geolistrik yang kem.Xiian diceh de­

ngan penboran ITSli:>uktikan bahwa pada titik tersebut rrerupakan bekas

fondasi. Di lapangan titik-titik yang mirip dengan titik yang diu-

kur tahanan jenis dan clibor tadi nerpunyai pola enq:at persegi pan­

jang. Hal ini dapat lebih rreyakinkan bahwa di Tirtayasa terdapat

bekas bangunan lana yang forrlasinya telah tertinbun. Bekas bangunan

tersebut diperkirakan rrerupakan bekas kraton Banten-Tirtayasa.

Untuk rnernbuktikannya perlu peneli tian yang lebih rrendalam.

B. Pengukuran Gecnagni t

Pengukuran gcarugnit dilakukan pada dua t:an[:ot, yaitu di scbc­

l.ah tenggara Kaibon dan di sebelah barat Beteng Speelwijk (lihat

Peta 7). Tujuan pengukuran geooagnit pada kedua tempat tersebut

adalah untuk rnenentukan fondasi pagar taTbok keliling Banten Lama.

Pengukuran geare.gnit di sebelah tenggara Kaibon banyak gangguan yang

dijlllll[:Oi karen .. , clt~kat clcnqan panukim:m p.:nduduk. c.:m<j(JU.:m itu lx.:ru-

pa pcnyi.mpc:mgan hasil p::!lllbacaan intensitas rnagnctik, kare.na rnagncto­

rreter proton (proton rnagnetareter) yang digunakan sangat sensitif

terhadap benda rmgnetik dan besi. Benda-benda rnagnetik dan besi

terscbut banyak digunak.an di daerah pemukirnan. Selain i tu lintasan

' p2ngukuran gearagnetik juga terhalang oleh rapatnya pcrurrahan.

Page 84: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

-------~----------·-- -- -----------------

141' (J

0

z

·~ AI;

f

j <) ________ ___;..._ ...... ~

d

"''

~

.. f~

0 ...

I

~ ~ ·~

] f. ~~ ''J

i

IV.ll

cd :Q

~· 11"1

' .....

~ 'i: .... jl i1 ~ ·~ N

&i II ·n ,.,

~ ~ J"' :~ 19 .... ·~ " ~ ~ !J ~)·

.I Ul 1·~ :a ..,

"· .... ··l n) .... ~J ,@ u

0'1 rl

~ ~ Ci

Page 85: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

l I

I

.. -·· -··- ---------------- ------- -----------------

IV.l2

Pcngukuran geamgni t di daerah sebelah tenggara Kaibon dilaku­

kan pada daerah yang berbentuk empat perscgi p.:mjang dengan ukuran

35 x 20 m, dengan jarak pengukuran setiap 5 m. Arah numnjang dari

anpat persegi panjang tersebut adalah N 70° E dan arah rrelebarnya

N 160° E. Perrbacaan .intensitas magnetik pada "proton magnetareter"

selalu dilakukan pada arah utara (N 0° E) • Hasil pengukuran m::mun­

jukk.an bahwa .intensitas magnetik di claerah sebelah tcnggara Kaibon

berkisar antara 442 - 774 gamna *). Hasil pengukuran pada titik-ti­

tik pengukuran diplot pada peta jaring-jaring titik pengukuran untuk

dibuat kontur intensitas magnetiknya (Garrbar 19) . Dari pcta kon-

tur intcnsitas magnetik tersebut kenu::lian dibuat profil nananjang

maupun rrelintang untuk m:mentukan ana1uli madan magnet. Profil rre-

nanjang yang dibuat rreliputi profil KL dan AM (Garrbar 20} dan profil

rrel.intang meliputi profil AB, CD, EF dan GH (Garrbar 2],) • Profil me-

manjang dan profil rrel.intang intensitas magnetik tersebut kcnudian

diinterpretasi secara kualitatif. Agar interpretasi profil intensi-

tas magnetik tersebut dapat lebih rrengenai sasarannya, rroka dicari

kesesuaian antara profil intensitas magnetik dengan keadaan lap:mgan.

Dcllrun hal ini profil intensitas magnetik yang dapat dipcrgllilc"l.Y.an sc-

bagai kunci adalah profil KL (Garrbar 20) • Profil ~re~mnjang KL yang

rrenunjukkan grafik yang naik dan cerrbung pada jarak 5 hingga 30 m

drri titik awal [X!n<Jukuran tcrny<:t~"l di 1;:1iXm<J.:l!t aLbl<.th bd~as p.:KJ .. u-

t.embok yang nusih jelas. Atas dasar kcsesuaian yang terjadi pada

profil KL tersebut diadakJn iriterpretasi untuk profil-profil yang

lu.in, yancJ hasil intcrprctasinya diganbark.:m di baw.:.~.h SLUtbu horison-

--------------*) gaimu : adalah sa tuan uJ:uran intensi tas rrcdan rregnetik ·

1 gaimB = 10-5 gauss.

Page 86: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

i

l I

l

i I

i l

·------·------~--- ---- --------------·- ---·--·--·----··

----------------------......

H

J

L

M

Skala 1 : 250

E c

E

c

Gombar 19. PETA KOTUR INTENSITAS MAGi~ETIK

Skotat:-zso

:::J _...-='!

..__ __ .... - -·· -· - . -- •...

1 Ooerah ubetah ten~garo Kaibon

'2 Oaerah sebetah barot Beteng Speelwijk

C.orili AB, CD: garis profit garili inten Iii to5 mogneti k

--· ________________ ___,

Page 87: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

'l ~:.I .LLO

i I ! ···T·;··-r·:··j

. I I . I : . I I

i

... -··-· .

...

Jll

.. ..,

-------M--------- --- --- " --------------------

llJ

·+·· ~ I i

lu

1or · · ui i

1V.l3

• I I

i I

j I

-·· .. l.. .

/lJ

l

I I

Page 88: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

..

~ !

IU ' i

''·

_.,,

•''

' . t••··--·; ..

I I I

f:, ~~ ~i.IU

~· ~ 5UO '"' H-. . a 6Ci0

+oi s: ~

·'~'

: ~\ .;~

~ :fi, SI,;O

, I J

"'

!

i I I

i i . 51',0 I i . 4 ) . ... , ... " , .. ,E. :.~21.JO:'~-.fo'--+-- }I l!J :!1 Ill ' · C \??717~ )7/))/i",Viz:!!:n""nN.""'m. ,__,.;;.:.;j I ' · 1 r · ~ 1 · ("'~·-·, 9

7()0 : ' ' : !

tiiW

640

Gro -

1 ·····:-·

600

.. ~ 540 .f;

u

IV.l4

Page 89: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

l ' i i

-- ·-·--·-·-----------··-----

IV.l5

tal pada masing-nasing profil. Pada profil AM (Ganbar 20) hasil

intcrpretasi 100nunjukkan pada jarak 5 - 12 1 5 m dan r::lada jm-ak 16 -

2715 m dari titik A terdapat fondasi. Hasil pengecekan lapangan ju­

ga manunjukkan ad.:mya fondasi. Pada profil Gt 1 EF 1 CD dan 1\B jug.:1

dapat diinterpretasikan adanya fcn:lasi. Pengecekan lapangan dilaku-

kan pada profil G-1 pada jarak. 5 m dari titik G pada kedalaman 5 em

di bawah pennukaan terdapat batu bata. Pada profil CD pada jarak

715 m dari titik C juga terdapat batu bata pada kcdalruran 5 em di

bawah pemukaan tanah.

Atas dasar pengukuran gearagni t dan pengecekan l.c.1panyan ternya-

til di daerah sebelah tenggara Kai.bon terdapat fondasi bekas dari su-

atu bangunan. Kapasitas tentang fungsi dari bangunan tersebut masih

rrerrerlukan pengkajian lebih lanjut.

Pengukuran gearagnit di sebelah h.cat Beteng Speelwijk dilaku-

kan pada daerah berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 30 x

20 m. Arah rrenanjang dari empat persegi panjang tersebut N 0° E

(ke arah utara) dan arah maranjang N 90° E (ke arah timur) . J.::trak

titik-titik pengukuran ke arah utara-selatan 5 m dan ke arah t.irrur-

barat 2 1 5 m. Perrbacaan int.ensitas magnetik pada "proton magnetare­

ter" selalu dilakukan pada arah utara (N 0° E) • Basil pengukuran

rrcnunjukk:an bahwa intcnsitas magnetik di daerah s~lah barat £3ctcng

Spcelwijk berkisar antara 429 - 501 garma. Basil pengukuran inten­

sitas rragnetik diplot pada peta jaring-jaring titik pengukuran untuk

d.ibuat kontur intensitas rregnet.iknya (lihat Garrbar 19) • Dari peta

kontur intensitas Il\3.gnetik dibuat profil rrananjang dan profil rrolin­

tang untuk rrenentukan ana. :li rredan rragnitnya.. Profil rrenanjang in­

tensitas rrcgnetik diliu.'lt nelalui N3 1 CD, EF dan Ql (Go:.l!lb.:u- 22), dan

Page 90: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

. -4J

... ~ H

i . . .. -···-.- --· ...

I'

!

.I I

I j

·i I i

i !

1(

W7?-r7~~~ . '· , ~ . ! ! . I I I

r j

i . 'I

' l

f'~·fon~c;i i . I : I ., '

. I i

i m .,. ..-t·-:·· I ... :

I i '

. ~~·~~,.r 221 · Profil ~lCSnlTJ1Ang! int.c;:ru;. ·i.t...u.~ liUQ~t.~ <il ' : · ~· 1 .sebelah: ba.r:·c Bc~g stn~l-~Hijk 1 ucl<jtlui .

1 : Aar · GD, r-.:.F, ~m qr; drm h·~'i.ii l int:.t~npr~.~t.:u•.l. I ' ' I ! I I

I

! . •.. .. . '. ·--·-- .. -- ··-·-.. ··· -··-······ . ~--· ..... . !

i .... --,.-··:-·· -·· ......

I

' .. i: '

I

Page 91: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

. ··- ---------------------------~-----------

IV. 17

. profil rrelintang rrelalui BJ, Ia.., r.N, 1:1? dan N:J (Ganbar 23) . Intcr­

pretasi kuantitatif terhadap profil intensitas nagnetik diganbarkan

di bawah garis surnbu hirisontal pada nasing-ma.sing profil. Penge­

cekan lapangan dilakukan sepanjang profil AB dan KL. Temyata pada

jarak 5 m, 15 m dan 25 m dari titik A terdapat fondasi bata pac1a ke­

dalanan 30 em di bcrwah pennukaan tanah. Pada profil KL juga dikete­

mukan fondasi pada jarak 10 m dari titik K.

Pen9ukuran geolistrik dan pengecek.an lapangan mmunjukkan bahwa

di da.erah sebelah barat Beteng Speelwijk diketern..lkan forrlasi batu

bata. Forrlasi batu bata di sebelah barat Beteng Speelwijk tersebut

juga tersingkap pada tebing sungai Ci Banten dengan pola biku-siku

(zig-zag). Fondasi tersebut diperkirakun bagian dari fondc.lsi pagar

ta1bok koliling &~ten Luma.

Hasil pengukuran geolistrik dan geanagnit rrenunjukkan bahwa

fondasi pagar terrbok keliling Banten Larra rrasih dapat dikcteJrukan.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk zoning situs Banten Lama.

Page 92: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

i

,,

I '• I

'"

It>

/U

I 1

i

I

I I i i

I

I ! I i I i i

I

!

...... i ............ .

~J

~ Jl. ::i ~·· N . ~ ~J

~

1: ~ ij, ~ +-'

. .:: ':'1

!I •

'" ...

~00

9VO

i60

110 5 20 4:0

r~nr, spu.~ i 1 i' .

I I

·~ I

4UO i

I I

' 4(iP.

1

440

2()

p

....... · ~·,-· ~ ......_ .............. _,, . . l.---._ i .. .., ' '

__ ..... -~ I l ' : f I ' '

. I ~'rodl "a:.:J .. ~nt:...~ng· illt:.us.:>~l.lb lfu<Jl~<:.!t.l··· r. di ::;.~ ..... )~1 b;u-,.tt ~t.I!II'J Sp.!~lwiJkl

~~~n~l~;.;; '"· ""f•.f<J; r ! :

IV.l8

."d

L

Page 93: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

V.l

V. RANGKUI>WJ

A. Banten Girang

Ocrdasarkan kcadaan lingkungan alam dari peninggalan kepurbuka

laan· yang ditemukan; maka situs Banten Girang nen:mg rrarungkinkan

sebagai pusat pernukirran pada mas a lampau.

Keadaan lingkungan alarn yang ~ukung adalah:

1) Lokasinya yang terletak pada teras atas sungai rrempunyai topo­

grafi datar, dan tersusun oleh material en:lapan volkanis yang

relatif subur.

2) Terhindar bahaya banjir wengingat sungai yang rrengalir di daerah

itu ncrnpunyui tcbiny t:crjal dan cblam.

3) C'..radicn sunyai rcndah, schingya. n-cJru.ngkink.:m tu1tuk ncn<J<Junakilll

sa.rana tra.nspxtasi air.

4) Persediaa.n air minum yang cukup dan nudah didapat.

Peninggalan kepw:bakalaan yang dijumpai di Banten Girang adalah:

Gua di tebing sungai Ci Banten, pondasi di atas tebing sungai dan ar­

tefak keramik. Gua di tebing sungai dan bekas pondasi oi atas te­

bing sungai tidak tarrpak dari foto trlara. Artefak pxahan keramik

yang banya.k dikctemuka.n eli fCrmukaa.n tanah juga tid.:lk ta.rrq:uk, t.ctapi

daera.h pcnyebarannya dapat diketahui dari foto trlara dengan lxllk.

~nginga t IXminggalan kepurbakalaan yang d:i.kct..c>.muk<m di n.:mt.Cn

Girang ini masih sedikit dan mas~ sanar-sarrar, rnaka penelitian lebih

lanjut perlu diadakan. Penelitian lanjutan yang diperlukan untuk rre­

nunjang hasil peneli tian ini adalah:

Page 94: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

V.2

- Gearetri gua dan penyebaran gua ke arah dalam beserta historis gua.

- Penggalian-penggalian di daerah sekitar bekas fOlldasi di atas te-

bing sungai dan pada tempa.t-tempa.t di teras sungai atas yang rrenun­

jukkan relief rnikro seperti relief pada bekas [XXldasi.

- Penggalian-penggalian pada teras-teras sungai di situs Banten Gi­

rang, untuk rrerrperoleh garrbaran yang lebih lengkap tentang artefak.

keramik dan artefak yang lain.

B. Banten I..ana

Banten I.arra terletak di dataran pantai Ya.D3' terdiri dari ben-

tuklahan: dataran allNial pantai, betir:g pantai, dataran aluvial be­

kas lagoon, dataran banjir sungai dan tanggul. alam s1..11¥:Jai. Di an­

tara bentuklahan tersebut yang banyak digunakan sebagai pusat perru­

kimm Banten L:ura pada masa l.anlJ;au adalah beting pantai dan tan:jgul

alam sungai. Hal ini terbukti oleh peninggalan-peninggalan Ya!B ter­

dapat pada beting pantai dan tanggul alam sungai, misalnya kraton

SurosONall terletak pada beting pantai, Kaibon terletak pada tanggul

a lam sungai.

Banten I..ana dilalui oleh sungai Ci Banten dan sungai kecil Yan:J

lain. Selain dilaltii oleh sungai alami, Banten I..arra. dilalui pula

oleh parit buatan. Sungai Ci Banten dengan sistcm paritnya diduga

merupakan jalur lintas air dan pertahana.n pada masa perrcrintah kera­

jaan Ban ten.

Peninggalan kepurbakalaan Yan:J terdapat di situs B nten I.rura

adal.ah: parit, bangunan seperti bentuk ikan pari di tambak, denraga,

galan:jan perahu, jembatan rantai, Tasi.kardi, kraton SurosONan, kcxn­

pleks Masjid Ag\.1IY3', kanpleks t-1asjid Pecinan Tinggi, kraton Kaibon,

Page 95: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

V.3

Beteng Speelwijk, Kclenteng Cina, ·dan pagar teni::x:>k keliling Banten

Lanu. Peninggalan tcrsebut tampak jelas pada foto udara skala

1:3 750, kecuali kat¥?leks Masjid Pecinan Tinggi, karena ukurannya

yang relatif kecil. Di antara peninggalan kepurbakalaan tersebut

yang belum tercatat atau terpetakan pada referensi yang tel<lh ada

ialah bangunan berbentuk i.kan pari di tarrbak, dan bangunan yang di­

perkirakan sebagai galangan p:!rahu. Pola parit yang diperoleh dari

hasil interpretasi foto ud:lra jauh lebih lengkap dibanding dengan

peta-~ta yang telah ada. Pagar te1Tbak keliling Ban ten Lama yang

dari foto udara kurang tampak jelas dengan pengukuran geolistrik

dan geamgnit dapat dilacak kerrbali pada beberapa daerah sarrpel.

Penclitian lebih lanjut yang diperlukan untuk ncnclukung peneli­

tian ini adalah: I;enclitian materi penyusun parit, pcnelitiiln pada

bangunan seperti ikan pari, bangunan yang diduga galangan r;erahu,

dan pagar te:rn}:x)k keliling Banten Lama. Penelitian pada bangunan

seperti ikan pari di tekunkan pada pola penyebaran fondasi, tanah

urugan dan artcfak yang dijumpai pa.da bagian d:llam bangunan dan p:l­

da saluran air yang nengelilinginya. i<elanjutan dctri jarbatan ran­

till. kc arah lu.ut juga {X!rlu ditcliti lebih lanjut. Selaln itu pu­

gur tembok keliling Banten Lama secara keseluruhan perlu dipetak.:.m

dan ditcliti 10bih lanjut.

C. TirL.'"lyasa

Keadaan lingkungan alam daerah Tirtayasa sarra dengan dacrah

Banten I..arl\:l, Bentukl.ahan yang dipergunakan sebagai pusat p:mukiroan

pada nasa larrpau dan juga masih tercerm.:i.n pada penl.lkinun saat seka­

rang ad:tlah ooting pantai dan tanggul a lam scpunjang saluran sungai.

Page 96: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

v. a

Sungai diperkirakan rrerupa.kan jalur lalulintas air yang penting pa-

da "Jtasa lampau. Disanping lalulintas rcelalui sungai, lalulintas da-

rat juga telah dikenal. Jalan desa yang diduga rrerupakan jalur da-

rat pada rnasa l.anpau, zanan Sultan Agung 'firtayasa terletak pada be-

ting pantai, yaitu yang m :1ghubungkan Tirtayasa dengan Pontang.

Peninggalan kepw:::bakalaan di daerah Tirtayasa yang diketahui

dari penelitian ini yang irendasarkan pada data kepustakaan, inter­

pretasi foto udara dan uji lapangan adal.ah situs Kaibon, kanpleks

~ak.:umn Tirtayasa dan Kranggan. Tetapi inforrrusi kepurbakaluan

yang diperoleh pada situs tersebut belum begitu jelas dan r:;erlu I

pengkajian lebih lanjut. Berdasarkan pengukuran ~"'listrik di Tir-

tayasa da[Xlt diketal1ui bahwa pada Tirtayasa diketcm.lk<.m fondasi yang

terpendam. Fondasi yang terperrlam tersebut diperkirakan ncrupakan

fondasi ci"lri Kraton Banten Tirtayasa. Peneli tian lcbih lanjut lcbih

di tekankan pada daerah-daerah yang dicurigai berdasarkan interpreta-

si foto udara, yaitu di Kaibon, Tirtayasa, Krahggan dan daerah dian-

tara Tirtayasa hingga Pulokencana.

Page 97: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

~~~--~--~------~~-.--~-·---~-----~.~----·------·- ~~···-·· -----------

REFERENSI

1. Bhattacharya P.K. ch HP. Patra. 1968. Direct CUrrent Geoelectric SolU1ding. Principles and Interpretation. Elsevier Publishing Canpany. Amsterdam. 'Ihe Netherlands.

2. Benne len R. W. van. 194 9 . 'Ihe Geology of Indonesia. The Hague: Goverrurent Printing Off ice.

3. Djajadiningrat, Husein. 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten. Jakarta: J enbatan.

4. Halwany Michrcb. 1982. Pemugaran dan Penelitian Arkeologi sebagai Sumban9an Data PE'.rkerrbangan Sejarah Banten. Seminar Majlis Ulama Jabar di Baooung.

5. Hasan Maarif Arrbary. 1977. A Preliminary Ref?9rt of the Excavation on the Urban Sites in Banten (West Java) . Jakarta: Pusat Pe­nel1han Purbakala dan Peninggalan Nasional. r.:epartena1 P dan p dan I<.

6. Kardono Danroyuwono. 1981. Penerapan Teknik Pengirrleraan Jauh lll1-

tuk Inventarisasi dan Penetaan Peninqqalan Purba.Y.ala Daerah Tro.vulan. Lap::>ran Hasil Penggunaan Foto Udara di TrONUlan. Jakarta: BAKCSURI'ANAL.

'f" 7. Lillesond, T.M. and Kieter, R.W. 1979. Perrote Sensing Inuge and Interpretation. New York: John Wiley & Sons. p.l66.

8. Mamik Harkatiningsih, .Maria 'Iheresia. 1981. Catatan Singkat ten­tang Masyarakat dan Kot:l Banten Lamil Abad ke 16 - 19. M:lja­lah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia Jilid X No. 1. JlU1i 198i7I'982. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

9. Ml.l11darjito, dkk. 1978. Laf.?ran Penelitian Arkcoloqi &mten 1976. Jakarta: Pusat Penel1tian Arkeologi Nasional.

1 ) 10. Pannekoek, A.J. 1949. An Outline of the Gearorphology of Javel . . ./ Tijdschr. Kon. Ned. Aardr. Gen. 66,3.

11. Parry. 1978. Ring ditch Fortification in the Rewa I.:elta Fiji: Archeology from Air Using Panchrrnutic, Infr.:::u-cd .:mel Color Photograp1ic. Procccdinqs of 'lwclfth Int.crn.:.t~lonal :iY11ll.JO!.ilum on lbtotc Scnsinq of Environncnt. Mid1ig<:m: EnvirOfutcntal Research Institute of l-lich1gan. p.l575.

· : 12. Reeves, R.G. 1939. People: Past and Present, Manlldl of Ibrote ./ Sensing Vol.II. Virginia: Arrerican Society of Phot(X.Jru.phy.

p.l999-2041.

Page 98: P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN ......Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000 Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten

13. Rouffaer, G.P. dan J.W. Ijzerrran. 1915. De F.:erste Schipvaart der Nederlanders naar Oost Indie on der Comelis de Hout:IPan 1595-7. D'eerste hoek van Wilem I..ode.vycksz. ~n Haag: 's Gravenhage Martinus Nijhoft.

~') 14. Sj;stedt Hilwig. 1975. Archaeological Photo Interpretation.~f Viking Age Near Stockholm. ITC Journal. 4 p.400 .

.3 15. Sukria'lo. 1963. Gecm:>.qilology and the Location of Criwidjaja.

.'·-1 16.

MIS!. Jilid I. No.I (April 1963) h.81.

___ • 1979. Sekali lagi tentang Id<asi Sriwidjaja. Pra SeJni­nar Pen3litian Sriwidjaja. Jakarta: P.T. Pcra Karya. h.75.

J!; 17. Sunarso Sinun. 1980. Penelitian Geolistrik di Bekas Kerajaan r-bjopahit TrCMUlan Jawa Tinur. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. • ·~

18. Ten Dam H. 1957. Verkeningen Rendon Padjadjaran Inoonesia.

19. Uka Tjandrasasmi ta. 1967. Su1 tan Agung Tir&®iasa Musuh Desar Katp:ni Be1anda. Jakarta: Yayasan Keb · yaan "Nusalarang".

tj) 20. Widya Nayati. 1982. Keletakan Bekas Kota P1ered di Kabupaten Ba.ntul Daerah IStlll\;...'"'Wa Yogy<;tkarta. Skripsi Sarjuna. Mu::la Fakultas Sastra Unhersitas Gadjah Mada.

\