PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI ... · berupa penggunaan kata berafiks...
Transcript of PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI ... · berupa penggunaan kata berafiks...
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Florentina Fibrianingtyas
NIM: 121224009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Florentina Fibrianingtyas
NIM: 121224009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
Oleh:
Florentina Fibrianingtyas
NIM: 121224009
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. B. Widharyanto, M.Pd. Tanggal, 24 Juli 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA KASUS: EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Florentina Fibrianingtyas
NIM: 121224009
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 7 Agustus 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Nama lengkap Tanda Tangan
Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ........................
Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ........................
Anggota 1 : Dr. B. Widharyanto, M.Pd. ........................
Anggota 2 : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ........................
Anggota 3 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ........................
Yogyakarta, 7 Agustus 2017
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Rohandi, Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberi berkat-Nya.
2. Bapak Ignatius sumidi dan Ibu Cicilia Sutini (alm) yang tak pernah lelah
berjuang memberi dorongan moral maupun finansial sampai saat ini dengan
penuh cinta kasih.
3. Kakakku Agustina Eri Susanti yang selalu memberi semangat dan doa.
4. Kekasihku Bonaventura Sukma Hanggara Putra yang selalu memberi
dukungan, semangat, serta doa.
5. Para sahabatku yang saling memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi
cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
(WS Rendra)
Ancaman terbesar bagi keberhasilan hidup kita bukan berasal dari
menggantungkan cita-cita setinggi langit hingga tak mampu mencapainya secara
penuh;namun berasal dari pematokan cita-cita terlalu datar hingga mudah
mencapainya.
(Michelangelo)
Sebesar apa sukses Anda diukur dari seberapa kuat keinginan Anda, seberapa
besar mimpi-mimpi Anda, bagaimana pula Anda mampu mengatasi kekecewaan
dalam hidup Anda.
(Robert T Kiyosaki)
Kecerdasan bukan untuk membuat semua hal tanpa kesalahan, namun untuk
mempercepat amatan bagaimana membuatnya menjadi bagus.
(Bertolt Brecht)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2017
Penulis
Florentina Fibrianingtyas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Florentina Fibrianingtyas
Nomor Induk Mahasiswa : 121224009
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PEMEROLEHAN AFIKS DAN JENIS KATA BAHASA
INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA: KASUS EDEN
PARAMA USIA DUA TAHUN
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Juli 2017
Yang menyatakan,
Florentina Fibrianingtyas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Fibrianingtyas, Florentina. 2017. Pemerolehan Afiks dan Jenis Kata Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Pertama Kasus: Eden Parama Usia Dua
Tahun. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas pemerolehan afiks dan jenis kata Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama pada kasus Eden anak usia dua tahun. Tujuan
penelitian ini adalah afiks dan jenis kata apa sajakah yang sudah dikuasai Eden
usia dua tahun. Teori tentang afiks dalam penelitian ini menggunakan teori
Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif oleh Prof. Drs. M. Ramlan (2012). Jenis kata
dalam penelitian ini menggunakan teori Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
edisi ketiga oleh Hasan Alwi, dkk (2010).
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber
data penelitian ini adalah tuturan Eden anak usia dua tahun. Data penelitian ini
berupa penggunaan kata berafiks dan penggunaan jenis kata.
Hasil penelitian ini sebagai berikut. Pertama, afiks yang sudah dikuasai
oleh Eden dalam usia dua tahun adalah prefiks, sufiks, dan simulfiks. Prefiks yang
dihasilkan meliputi: ter–, ber–, me–, pe–, di–, dan per–. Sufiks yang dihasilkan
meliputi: –i, –kan, dan –an. Simulfiks yang dihasilkan adalah ke–an. Kedua, jenis
kata yang sudah dikuasai Eden dalam usia dua tahun adalah nomina (kata benda),
verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), numeralia
(kata bilangan), konjungtor (kata sambung), pronomina (kata ganti), preposisi
(kata depan), dan interjeksi (kata seru). Verba (kata kerja) meliputi: verba asal dan
turunan. Adjektiva (kata sifat) meliputi: adjektiva dasar. Adverbia (kata
keterangan) meliputi: adverbia tunggal. Nomina (kata benda) meliputi: nomina
dasar dan nomina turunan. Pronomina (kata ganti) meliputi: ponomina penanya
dan pronomina pesona, dan penunjuk. Numeralia (kata bilangan) meliputi:
numeralia pokok. Preposisi (kata depan) meliputi: preposisi kata dasar.
Konjungtor (kata sambung) meliputi: konjungtor subordinatif. Interjeksi (kata
seru) meliputi: interjeksi keheranan dan interjeksi ajakan.
Implikasi dari hasil penelitian pemerolehan kata afiks dan jenis kata adalah
merujuk pada aktivitas yang dilakukan anak dalam menghasilkan bahasa secara
alami, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua untuk lebih
memperhatikan anaknya dalam perkembangan bahasanya. Saran penelitian ini
adalah pertama, peneliti lain dapat mengembangkan penelitian mengenai
pemerolehan bahasa anak dalam pembahasan kata yang berbeda. Kedua,orang tua
sebaiknya lebih memperhatikan perkembangan pemerolehan bahasa dan
perkembangan kosa kata yang dihasilkan supaya terstruktur dengan baik dan
benar. Ketiga, pemerolehan bahasa pertama menjadi pedoman bagi pendidik
dalam pembelajaran di sekolah. Bahasa pertama yang digunakan akan
mempengaruhi kemampuan belajar dan penguasaan kosa kata anak.
Kata kunci: Pemerolehan, Bahasa Pertama, dan Kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Fibrianingtyas, Florentina. 2017. The acquisition Affixes and Types of Word of
Indonesian Language as the First Language of the Case: Eden Parama
Age of TwoYears. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
The research discussed the acquisition of affixes and word types of
Indonesian Language as the first language in the case of Eden of the child two
years of age. The purpose of the research was to affixes and types of word what
are already controlled by Eden, two years old child. The theory about affixes in
the research used the theory of The morphology of a Descriptive overview by Prof.
Drs. M. Ramlan (2012). The word types in the research used the theory of
Standard Grammar of Indonesian Language third edition by Hasan Alwi, dkk
(2010).
The research is included in descriptive research qualitative. The data
source of the research is speech of Eden, two years old child. The research data is
in the form of the used of the word affixes and the use of the word types.
The results of the research as followed. First, affixes that are already
mastered by Eden in two years is prefix, suffix, and simulfiks. The prefixes that
are produced includes: ter–, ber–, me–, pe–, di–, and per–. The suffixes that are
produced includes: –i, –kan, and –an. The simulfiks that is produced is ke–an.
Second, the types of word that is already control of Eden in two year are: nominal
(noun), verb, adjective, adverb, numeralia, konjungtor, pronomina, preposition,
and interjection. Verb includes origin and derivative. Adjective includes the
adjective base. Adverb includes the adverb single. Noun includes the noun base
and the noun derivative. Pronomina includes life questioner and refers to people.
Numeralia includes the numeralia base. Preposition includes the preposition word
base. Konjungtor includes the konjungtor subordinative. Interjection includes the
interjection astonishment and interjection solicitation.
The implication results of the research acquisition word affixes and word
types refers to the activities that children do in produce natural language, are
expected to contribute for the parents to pay more attention to her child in his
language development. Suggestions of the research are: first, other researchers can
develop research on the language acquisition of children in the discussion of the
different words. Second, parents should pay more attention to the development of
language acquisition and the development of vocabulary that is produced to be
structured properly. Third, the first language acquisition becomes guidelines for
educators in teaching and learning in the school. The using of the first language
will affect the learning ability and mastery of the vocabulary of the child.
Keyword: The acquisition, first language, and word.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Pemerolehan Kata Afiks dan Jenis Kata Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pertama Kasus: Eden Parama Usia Dua Tahun ini dengan baik.
Sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP),
Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penyelesaian skripsi ini guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi
ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan perhatian
dan kesabaran, membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan
yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan,
bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah
sampai selesai.
5. Bapak Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSI yang selalu
sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam
menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Kedua orang tua, Bapak Ignatius Sumidi dan Ibu Cicilia Sutini (alm) yang
telah memberi cinta, doa, dan dukungan baik secara moral maupun material
bagi penulis selama menjalani masa kuliah sampai selesai ini.
7. Kakakku, Agustina Eri Susanti yang sudah memberikan dukungan, doa, dan
perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Maria Magdalena Damar Isti Nugraheni, Ana Afriyanti, Erichlina Susilawati,
Nur Putri Indah, Fandi Riwanto, Yohana Vita Desiani, Yonatan, Daniel
Bramantyo Adiyudho dan terkhusus untuk Bonaventura Sukma Hanggara
Putra yang selalu memberikan doa, semangat, dan perhatian kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI)
angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
dinamika belajar yang pernah kita lalui mulai dari awal perkuliahan sampai
penulis selesai menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak lainnya yang dengan berbagai
cara telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses
pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa
hormat kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan
satu per satu di dalam tulisan ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, segala bentuk kritik, saran, dan sumbangan ide yang membangun
dapat disampaikan kepada penulis demi peyempurnaan tulisan ini. Semoga karya
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi bagi
siapa pun yang mempunyai minat pada bidang kebahasaan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTO ...................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
E. Batasan Istilah ...................................................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….7
G. Sistematika Penyajian .......................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan...................................................... 9
B. Landasan Teori ..................................................................................... 10
1. Pemerolehan Bahasa Pertama ..................................................... 10
2. Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia .......................................... 15
a. Afiks ………………………………………………………… 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
b. Jenis Kata …………………………………………………… 22
3. Kerangka Berpikir …………………………………………….. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 37
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 37
B. Subjek Penelitian................................................................................ 38
C. Instrumen Penelitian .......................................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 40
E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 42
F. Triangulasi .......................................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 44
A. Deskripsi Data.................................................................................... 44
1. Penggunaan Afiks ......................................................................... 45
2. Penggunaan Jenis Kata .................................................................. 48
B. Analisis Data ..................................................................................... 53
1.Afiks ............................................................................................... 53
a. Prefiks ......................................................................................... 53
b. Infiks ......................................................................................... 64
c. Sufiks ......................................................................................... 64
d. Simulfiks ................................................................................... 70
2. Jenis Kata ...................................................................................... 71
a. Nomina (Kata Benda) ................................................................. 72
b. Verba (Kata Kerja) ..................................................................... 73
c. Adjektiva (Kata Sifat) ................................................................ 75
d. Adverbia (Kata Keterangan) ...................................................... 76
e. Numeralia (Kata Bilangan) ........................................................ 78
f. Konjungtor (Kata Sambung) ....................................................... 79
g. Pronomina (Kata Ganti) ............................................................. 80
h. Preposisi (Kata Depan) .............................................................. 82
i. Interjeksi (Kata Seru) ................................................................. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 84
1. Afiks .............................................................................................. 84
2. Jenis Kata ...................................................................................... 87
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 90
A. Kesimpulan ........................................................................................ 90
B. Implikasi Hasil Penelitian .................................................................. 91
C. Saran................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 94
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Contoh Morfem Terikat dan Morfem Berafiks ................................... 17
Tabel 2 Macam-macam Afiks .......................................................................... 18
Tabel 3 Kode Data Tuturan .............................................................................. 40
Tabel 4 Jumlah Penggunaan Afiks ................................................................... 45
Tabel 5 Jumlah Penggunaan Jenis kata ............................................................ 48
Tabel 6 Afiks yang Dikuasai dan Belum Dikuasai .......................................... 85
Tabel 7 Jenis Kata yang Dikuasai dan Belum Dikuasai .................................. 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Tuturan ................................................................................. 95
Lampiran 2 Hasil Triangulasi........................................................................... 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat utama dalam membangun relasi manusia sebagai
wujud dari komunikasi. Bahasa membuat manusia dapat melakukan berbagai
aktivitas dengan mudah. Namun, pada umumnya pengguna bahasa tidak
menyadari bahwa menguasai bahasa bukan hal yang mudah. Dardjowidjojo
(2005:16) bahasa merupakan suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai
oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Fungsi
bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep atau juga perasaan (Chaer, 2009: 33). Dalam hal ini, Wardhaugh
(1972 dalam Chaer, 2009: 33) seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan
bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.
Oleh karena itu, bahasa merupakan identitas baik individu maupun kelompok.
Bahasa pada umumnya sudah melekat pada diri seseorang yang dimulai sejak
bayi. Seorang bayi sudah mulai berbahasa meski tidak dapat dipahami oleh orang
dewasa. Chomsky (1959 dalam Chaer, 2009:108) mengatakan bahwa otak
manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Manusia telah dilengkapi
dengan struktur bahasa universal dan apa yang disebut language acquisition
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
device (LAD). Selain itu, Chomsky juga berpendapat bahwa tidak mungkin
seorang anak mampu menguasai bahasa ibunya dengan mudah yaitu tanpa diajar
dan begitu cepat dengan masukan yang sedikit tanpa adanya sturktur universal dan
LAD itu dalam otak secara genetik. Dalam proses pemerolehan bahasa, tugas
anak-anak dengan LAD yaitu menentukan bahasa masyarakat manakah masukan
kalimat-kalimat yang didengarnya itu akan dimasukkan. Struktur awal atau
sekema nurani yang dimilikinya semakin diperkaya setelah bertemu dengan
masukan dari bahasa masyarakatnya (bahasa ibunya) dan anak-anak membentuk
teori tata bahasanya berdasarkan itu.
Proses penguasaan bahasa dapat dipelajari melalui pemerolehan dan
belajar berbahasa. Dardjowidjojo (2005: 225) mengatakan pemerolehan dipakai
untuk padanan istilah Inggris acquisition, yaitu proses penguasaan bahasa yang
dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native
language). Dalam pengertian ini proses merupakan padanan dari istilah Inggris
learning. Proses itu dilakukan dalam tatanan yang formal, yaitu belajar di kelas
dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian, proses dari anak yang belajar
menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang yang
belajar di kelas adalah pembelajaran.
Ada pendapat bahwa bayi sejak lahir sampai usia sekitar satu tahun
dianggap belum punya bahasa atau belum berbahasa (Kaswanti 1989 via chaer,
2009:225). Meski dikatakan belum mempunyai bahasa, sebenarnya bayi tersebut
sudah mulai berkomunikasi. Bayi menangis merupakan salah satu cara
berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini pemerolehan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dapat dibagi menjadi dua yaitu bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2).
Bahasa pertama (B1) biasanya dipelajari secara tidak langsung atau tanpa sadar,
sedangkan bahasa kedua (B2) dipelajari secara langsung dan dengan penuh
kesadaran. Pemerolehan bahasa ibu pada zaman sekarang berkembang sangat
cepat dan beragam. Selain itu banyak konsep mengenai bahasa yang semakin
banyak dan universal.
Pemerolehan bahasa anak dewasa ini dapat dijadikan pedoman penting
bagi guru dalam pembelajaran di sekolah. Seluk-beluk bahasa yang digunakan
anak akan mempengaruhi kemampuan belajar bahasa anak dan proses
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru dapat belajar dan mengambil
langkah yang tepat dalam proses pembelajaran, supaya materi yang disampaikan
dapat dipahami oleh anak dengan baik. Selain itu, penggunaan bahasa pertama
juga memudahkan anak dalam belajar berinteraksi dengan sesama dan lingkungan
sekitarnya.
Dalam penelitian ini, peneliti memusatkan perhatian pada pemerolehan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama khususnya tentang pemerolehan afiks
dan jenis kata dengan subjek yang bernama Eden Parama. Eden merupakan salah
satu anak laki-laki di Indonesia yang masih berusia dua tahun. Eden lahir di
Klaten pada tanggal 28 April 2013. Eden merupakan anak pertama dari Ibu
Agustina Eri dan Bapak Anton. Bapak Eden berasal dari klaten dan Ibunya berasal
dari Wonogiri. Kedua orang tua Eden aktif berkomunikasi dengan bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia. Dalam keseharian orang tua Eden bekerja sebagai guru
salah satu sekolah swasta di Klaten. Eden tumbuh menjadi anak yang cerdas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
lincah, aktif, dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang-orang lingkungan
sekitarnya dengan sebaik mungkin meskipun ucapan yang diucapkan belum
sejelas dan selancar orang dewasa pada umumnya. Dalam usaha untuk
berkomunikasi, Eden menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan
idenya. Eden dapat berbahasa Indonesia karena dari awal sudah diajarkan
menggunakan bahasa Indonesia. Eden belajar bahasa melalui peniruan ucapan
kedua orang tua dan lingkungannya. Selain itu, Eden belajar berbahasa melalui
media sosial seperti film, musik, video di youtube dan media cetak seperti buku
cerita bergambar, dan buku mewarnai.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada
pemerolehan kata bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama pada anak yang
bernama Eden. Pemerolehan kata itu menarik peneliti untuk mengetahui lebih
dalam sejauh mana perkembangan bahasa tentang afiks dan jenis kata Bahasa
Indonesia yang sudah dikuasai oleh Eden anak usia dua tahun.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti menentukan dua
rumusan yang akan diteliti sebagai berikut ini.
1) Afiks Bahasa Indonesia apa sajakah yang sudah dikuasai oleh Eden pada usia
dua tahun?
2) Jenis kata apa sajakah yang sudah dikuasai Eden pada usia dua tahun?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan di atas, maka
terdapat dua tujuan dari penelitian yaitu:
1) Mendeskripsikan pemerolehan afiks oleh Eden anak usia dua tahun.
2) Mendeskripsikan pemerolehan jenis kata oleh Eden anak usia dua tahun.
C. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
a. Bagi perkembangan teori mengenai pemerolehan bahasa khususnya
perkembangan bahasa dalam kajian psikolinguistik.
b. Bagi ilmu mengenai perkembangan pemerolehan bahasa supaya lebih
beragam dan lebih terpadu.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua supaya lebih memperhatikan dan membimbing anak dalam
belajar dan mengasah kemampuan berbahasa anak-anak mereka dengan
lebih baik dan tentu disesuaikan dengan perkembangan fisik dan tingkat
usia.
b. Bagi peneliti supaya dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai sarana
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya
perkembangan pemerolehan bahasa anak di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
c. Bagi pembaca supaya penelitian ini dapat di manfaatkan secara benar
dalam menggali pengetahuan dan salah satu sumber belajar.
D. Batasan Istilah
Di bawah ini merupakan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian
ini:
1) Bahasa Pertama
Bahasa pertama adalah anak belum mengenal bahasa dan pertama kali
berkomunikasi secara alami melalui orang terdekat (ibunya). Namun, pada
umumnya bahasa anak akan terus berkembang secara kompleks. Pada usia
tertentu anak akan semakin mudah menguasai bahasa ibu seiring dengan
perkembangan otaknya.
2) Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia
Pemerolehan kata bahasa Indonesia adalah kata yang meliputi: kata
berafiks dan jenis kata. Kata berafiks terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
simulfiks. Jenis kata terdiri dari verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia
(kata keterangan), nomina (kata benda), pronominal (kata ganti), numeralia (kata
bilangan), dan kata tugas yang terdiri dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata
sambung), interjeksi (kata seru), artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.
Pemerolehan kata bahasa Indonesia ini akan diketahui melalui ujaran-ujaran anak
dalam aktivitas sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
E. Ruang Lingkup Penelitian
Anak akan belajar bahasa pertamanya ketika anak belum mengenal dan
belajar bahasa apapun dan baru pertama kali belajar bahasa. Anak akan terus
belajar bahasa pertamanya melalui orang di sekitarnya dan akan tetap belajar
sampai menginjak dewasa.
Anak akan banyak bertanya kepada orangtuanya mengenai hal-hal
disekitarnya. Kemudian anak menirukan ucapan atau kata-kata orangtuanya dan
lambat laun kata-kata tersebut akan bertambah banyak dan beragam maknanya.
Penelitian ini, menekankan pada pemerolehan kata berdasarkan kata berafiks dan
jenis kata. Peneliti membatasi penelitian ini pada kasus Eden usia dua tahun lebih
sepuluh bulan sampai usia dua tahun lebih sebelas bulan pada tahun 2016.
F. Sistematika Penyajian
Dalam mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka
dibuat sistematika sebagai berikut. Bab I berisi mengenai pendahuluan. Dalam
bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan istilah, ruang lingkup penelitian, dan sistematika
penyajian.
Bab II berisi mengenai landasan teori. Dalam bab ini diuraikan mengenai
tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dan landasan teori. Landasan
teori berisi mengenai konsep pemerolehan bahasa yang terdiri dari dua tahap yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BI dan B2, perkembangan pemerolehan kata bahasa Indonesia berdasarkan kata
berafiks dan jenis kata.
Bab III berisi mengenai metodologi penelitian. Dalam bab ini diuraikan
mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan triangulasi.
Bab IV berisi mengenai hasil analisis dan pembahasan. Dalam bab ini
diuraikan mengenai deskripsi data pemerolehan kata berdasarkan afiks dan jenis
kata pada subjek Eden, analisis data, dan perbandingan hasil penelitian.
Bab V berisi mengenai penutup. Dalam bab ini diuraikan kesimpulan dari
penemuan penelitian, implikasi penemuan bagi pembelajaran bahasa Indonesia
dan saran-saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian mengenai pemerolehan bahasa anak pernah dilakukan oleh
beberapa orang, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2000),
Desma (2008), dan Eka (2013). Dardjowidjojo mendeskripsikan penelitiannya
berdasarkan perkembangan bahasa dan proses manusia memproduksi ujaran.
Subjek penelitiannya yaitu Echa ketika berumur dua tahun. Dalam penelitiannya
Soenjono memaparkan bahwa Echa sudah mempunyai kemampuan berbahasa
yang baik khususnya di bidang sintaksis. Dalam bidang sintaksis Echa sudah
mampu menguasai kalimat pasif dan menyatakan bentuk negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Desma (2008) mengenai pemerolehan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama. Subjek penelitiannya adalah anak yang
bernama Raka dan berusia dua tahun. Penelitian tersebut ditulis dalam skripsi
yang berjudul Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama:
Kasus Raka Anak Usia Dua Tahun. Dalam penelitian ini Desma (2008)
memaparkan pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh anak
yang bernama Raka. Dalam penelitian ini mengkaji bahwa anak yang bernama
Raka sudah dapat menguasai klausa, kosa kata, dan kalimat. Dalam hal ini, orang
tua Raka mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
anaknya. Relasi orang tua dengan anak sangat penting dalam proses berbahasa
anak. Tanpa relasi dengan orang tua, perkembangan bahasa anak tidak akan
berjalan dengan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Eka (2013) mengenai pemerolehan kata
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Subjek penelitiannya adalah anak yang
bernama Kukuh dan berusia lima tahun. Penelitian ini ditulis dalam skripsi yang
berjudul Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama
Pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur Lima Tahun. Dalam penelitian ini
mengkaji bahwa anak yang bernama Kukuh sudah dapat menguasai kata ulang.
Dalam hal ini, peran orang tua dan lingkungan tempat Kukuh bersosialisasi sangat
berperan besar dalam perkembangan pemerolehan bahasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2002), Desma (2008), dan
Eka (2013) dianggap relevan karena terdapat kesamaan yaitu pemerolehan bahasa
anak sebagai bahasa pertama. Hal ini, menjadi acuan bagi peneliti sebagai dasar
untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan pada pemerolehan bahasa anak
dalam bidang Morfologi dan Sintaksis.
A. Landasan Teori
1. Pemerolehan Bahasa Pertama
Ngalimun dan Noor Alfulaila (2014:83) mengemukakan bahwa proses
anak mulai berkomunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan
pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (B 1) anak terjadi bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada
masa pemerolahan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi
daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan
mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang
bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.
Dalam pengertian ini, pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya
dengan perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan
ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi, tidaklah secara
otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang
bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh “kategori-
kategori kognitif ” yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa
alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kausalitas, dan sebagainya.
Dardjowidjojo (2005: 167) mengatakan bahwa ada dua proses yang terjadi
ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses
kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang
berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung
secara tidak sadar. Proses kompetensi menjadi syarat untk terjadinya proses
performansi yang terdiri dari dua proses yaitu proses pemahaman dan proses
penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman
melibatkan kemampuan mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-
kalimat yang didengar. Sedangkan penerbitan melibatkan kemampuan
mengeluarkan atau menerbitkan kalimat-kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
a. Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama
Meskipun dengan landasan filosofis yang berbeda-beda, pada umumnya
banyak ahli berpandangan bahwa anak dimanapun juga memperoleh bahasa
ibunya dengan mamakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi
oleh biologi dan neurologi manusia yang sama tetapi juga oleh pandangan
mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati
pada saat dilahirkan. Selain itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal
sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini.
Jadi bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input dari sekitarnya
(Dardjowidjojo 2005:243). Tahap pemerolehan bahasa sebagai berikut.
(1) Cooing atau Dekutan
Dardjowidjojo (2005:244) mengatakan Pada umur sekitar 6 minggu anak
mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal.
Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum
terdengar dengan jelas. Jadi anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang
belum jelas identitasnya.
(2) Celotehan
Dardjowidjojo (2005: 244) menyebutkan bahwa tahap celotehan terjadi
sekitar umur 6 bulan. Dalam hal ini anak mulai mencampur konsonan dengan
vokal sehingga membentuk kata yang disebut celotehan. Celotehan yang diulang
dapat memunculkan struktur seperti papapa mamama bababa. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
konsonan dan vokal berubah dan muncul kata-kata seperti dadi, dida, tita, dita,
mama, mami.
(3) Tahap Ujaran Satu Kata Satu Frase atau Holofrastik
Dardjowidjojo (2005:245) menyatakan tahap ini berlangsung ketika anak
berusia 1 tahun 6 bulan. Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal
diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari.
Anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna dan mulai
mengucapkan kata-kata yang pertama. Tahap ini juga dinamakan satu kata
dengan satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang diucapkan anak
itu merupakan satu konsep yang lengkap. Ujaran satu kata dipakai dalam kategori
sintaksis yaitu nomina, verba, adjektiva, dan mungkin juga ada adverbia. Contoh:
“Mam” (saya minta makan); “Pa” (saya mau papa di sini); “Ma” (Saya mau mama
ada di sini); “Bi" (saya mau mobil).
(4) Tahap Tahap dua kata, satu frasa
Dardjowidjojo (2005:248) menyatakan kira-kira usia 1 tahun 8 bulan,
seorang anak mulai mengucapkan ujaran-ujaran yang terdiri dari dua kata. Anak
mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu
terpisah. Dalam tahap ini anak itu menggunakan rangkaian dari ucapan satu kata
dengan intonasi seakan-akan ada dua ucapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Contoh: “Ani/mam,” yang artinya: “Ani minta makan”. Kemudian, ia mulai
menggunakan “kalimat-kalimat” yang terdiri atas dua kata yang ciri-ciri hubungan
antara dua kata itu jelas ada.
(5) Ujaran Telegrafis
Dardjowidjojo (2005:247) menyatakan Tahap “ menyerupai telegram”
Apabila seorang anak sudah mampu menggunakan lebih dari dua kata maka
jumlah kata yang dipakai dapat tiga, empat bahkan lebih. Pada usia kira-kira 2
tahun, anak itu sudah mulai menguasai “kalimat-kalimat” yang lebih lengkap.
Hubungan-hubungan sintaktik (grammatical relations) sudah mulai tampak jelas,
meskipun hingga usia ini yang menjadi topik pembicaraan ialah hal-hal yang
berkenaan dengan dirinya, yakni yang ada di tempat dan terjadi pada waktu itu.
Sejumlah ahli yang meneliti bahasa anak telah mengadakan penelitian-
penelitian mengenai ucapan-ucapan anak, khususnya berapa kata yang sudah
dapat diucapkan dalam satu “kalimat”. Mereka mengatakan bahwa tahapan
pemerolehan bahasa dalam hal jumlah kata setiap ujaran tidak diukur menurut
usia anak, tetapi menurut jumlah morfem yang sudah mampu diucapkan. Ada lagi
teori bahwa seorang anak belajar dengan penguatan (reinforcement), yakni teori
yang mengatakan bahwa kalau seorang anak belajar ujaran-ujaran yang benar,
maka ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian (bagus! Pandai!) dan kalau
ujaran-ujarannya salah, ia mendapat “penguatan negatif” (lagi, salah, tidak baik!).
pandangan ini berasumsi bahwa anak itu harus terus menerus diperbaiki
bahasanya kalau salah, dan dipuji. Yang benar ialah bahwa, seperti dikatakan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
atas, seorang anak membentuk aturan-aturan dan menyusun tata bahasa sendiri.
Tidak semua anak menunjukkan kemajuan-kemajuan yang sama.
2. Pemerolehan Kata Bahasa Indonesia
Dardjowidjojo (2005:225) mengemukakan bahwa pemerolehan (language
acquisition) adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara
natural pada waktu dia belajar bahasa ibu. Chaer, (2009:167) mengemukakan
bahwa Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung
di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa ibunya.
Ngalimun dan Noor Alfulaila (2014:82) mengemukakan bahwa pemerolehan
bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan
untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
komunikasi.
Chaer (2011:86) mengemukakan bahwa kata merupakan unsur yang paling
penting dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa karena kata
merupakan perwujudan bahasa. Setiap kata mengandung konsep makna dan
mempunyai peran di dalam pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran apa yang
dimiliki tergantung dari jenis atau macam-macam kata itu sendiri. Hasan Alwi
(2010:28) mengatakan bahwa kata adalah bentuk yang dapat dipotong-potong
menjadi bahasa yang lebih kecil kemudian yang dapat dipotong lagi menjadi
bentuk yang lebih kecil sampai dipotong lagi tidak mempunyai makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Keraf (1985: 21) mengatakan kata adalah suatu unit dalam bahasa yang
memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti memiliki
komposisi tertentu dan secara relatif memiliki distribusi bebas. Setidaknya ada
tiga sudut pandang yang digunakan untuk mendefinisikan kata. Pertama, dari
posisinya dalam satuan gramatikal, kata dapat dipahami sebagai satuan gramatikal
yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk
frasa atau kalimat. Kedua, dari sudut pandang bahasa lisan, kata dapat dipahami
sebagai deretan bunyi atau fonem yang mengandung arti yang diucapkan dalam
satu kecapan. Ketiga, dari sudut bahasa tulis, kata merupakan deretan huruf yang
mengandung arti yang penulisannya dalam kalimat dibatasi oleh spasi.
Chaer (2011: 25) kata terdiri atas tiga jenis yaitu morfem bebas, morfem
terikat, dan afiks. Morfem bebas/kata dasar adalah morfem yang tidak berkaitan
dengan morfem lain dan dapat langsung digunakan dalam pertuturan (morfem
dasar) contoh kata pulang ,merah, pergi dan sebagainya. Morfem terikat/kata
berimbuhan adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem
lain untuk dapat digunakan dalam tuturan. Dalam hal ini, termasuk semua afiks
bahasa Indonesia termasuk morfem terikat contoh kata henti, juang, geletak.
Ketiga morfem tersebut, harus diberikan afiks terlebih dahulu atau digabung
dengan morfem lain supaya dapat digunakan dalam tuturan. Contoh morfem
terikat yang sudah diberikan afiks terlebih dahulu dapat dilihat pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tabel 1. Contoh Morfem Terikat dan Morfem Berafiks
No. Morfem Terikat Morfem Berafiks
1. Juang berjuang, pejuang, dan daya juang.
2. Henti berhenti, perhentian, dan menghentikan.
3. Geletak Tergeletak dan menggeletak.
Dalam penelitian ini, akan dibahas secara mendalam mengenai afiks dan
jenis kata Bahasa Indonesia.
a. Afiks
Masnur (2014:13) mengatakan bahwa afiks atau imbuhan adalah bentuk
(atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata. Afiks yang
ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar disebut prefiks atau awalan.
Misalnya ber- dalam berjalan. Bila tempatnya di belakang kata, morfem ini
dinamakan sufiks atau akhiran. Contohnya –an pada kata pejalan. Dan bila
tempatnya di tengah kata, ia dinamakan sisipan atau infiks. Misalnya –er- dalam
gerigi atau –el- dalam geletar. Gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk
suatu kesatuan secara serentak dinamakan konfiks. Kata berdatangan dibentuk
dari datang dan konfiks ber-an dan bukan dari berdatang dan –an atau ber- dan
datangan. Kata berhalangan dibentuk dari ber- dan halangan dan bukan ber-an dan
halang. Maka dari itu, ber-an di situ bukanlah konfiks.
Praptomo (2011:40) mengatakan bahwa afiks atau kata berimbuhan adalah
pembentukan kata jadian dengan cara melekatkan imbuhan pada bentuk dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Jadi, afiks adalah bentuk dasar yang dilekati oleh kata imbuhan baik di
awal, tengah maupun akhir supaya dapat digunakan dalam tuturan. Zaenal dan
Junaiyah (2007:5) mengatakan bahwa afiks mempunyai peran yang sangat penting
sebab kehadiran imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk,
fungsi, kategori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.
Ramlan (2012:57) mengatakan bahwa afiks adalah suatu satuan gramatik
terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan
pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk
membentuk kata baru. Ramlan (2012:57) membagi afiks menjadi empat yaitu
prefiks (awalan), infiks (tengah) sufiks (akhir), dan simulfiks (terbelah). Tabel di
bawah ini merupakan afiks menurut Ramlan (2012).
Tabel 2. Macam-macam Afiks
Prefiks Infiks Sufiks Simulfiks
Me– –el– –kan Ke – an
Ber– –er– –an Pe – an
Di– –em– –i Ber – an
Ter– –wan Per – an
Pe– Se – nya
Se–
Per–
Ke–
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Berikut contoh afiks.
(1) Prefiks
Ramlan (2012:60) mengatakan prefiks terletak di lajur paling depan karena
selalu melekat di depan bentuk dasar.
(a) Prefiks ber–
bertelur, bekerja, bercita-cita, berlayar, berjalan, berdua, bersedih,
bergembira, bertinju.
(b) Prefiks me–
mencair, meninju, melaut, membantu, menggambar, menulis, menggali.
(c) Prefiks di–
dipukul, dilihat, disimpan, dibeli, dilipat, ditiru, dimasak, dimakan, dibawa.
(d) Prefiks ter–
tercantik, terbuka, terpandai, terpesona, terbangun, tertawa, terkecil, tertipu,
tersimpan.
(e) Prefiks pe–
petinju, penulis, pembeli, pemalas, penakut, pelaut.
(f) Prefiks se–
Sekelas, serumah, sedesa, setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(g) Prefiks ke–
kedua, ketua, kekasih, ketemu, kehendak.
(h) Prefiks per–
perokok, perjelas, persegi.
(2) Infiks
Ramlan (2012:60) mengatakan infiks terletak di lajur tengah karena selalu
melekat di tengah bentuk dasar.
(a) Infiks –el
telapak, telunjuk, gelembung, kelupas, geletar, geleser.
(b) Infiks –em
gemerlap, temali.
(c) Infiks –er
gerigi, seruling, geresek.
(3) Sufiks
Ramlan (2012:60) mengatakan sufiks terletak di lajur belakang karena
selalu melekat di belakang bentuk dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(a) Sufiks –kan
jalankan, sewakan, bacakan, datangkan, patahkan, dengarkan.
(b) Sufiks –an
catatan, awalan, makanan, bacaan, tembakan, timbangan, sayuran, daratan,
lautan, manisan, jualan.
(c) Sufiks –i
alami, warnai, sirami, lempari, pukuli, selimuti.
(d) Sufiks –wan
hartawan, dermawan, bangsawan, rupawan, seniman, ilmuwan, wartawan.
(4) Simulfiks
Ramlan (2012:60) mengatakan afiks terpisah atau simulfiks sebagian
terletak di lajur paling depan dan sebagian terletak di lajur paling belakang bentuk
dasar.
(a) Simulfiks ke–an
kelaparan, keracunan, keadaan, kekurangan, kesempitan, keadilan,
kemanusiaan, kedudukan, kediaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(b) Simulfiks ber–an
bepergian, berdatangan, berguguran, berpelukan, beralasan, berakhiran,
berpikiran.
(c) Simulfiks per–an
persetujuan, perdamaian, percakapan, perkelahian, perairan, peristirahatan.
(d) Simulfiks pe–an
Pendaftaran, pendapatan, penyelarasan.
(e) Simulfiks se–nya
sebaik-baiknya, sebesar-besarnya.
b. Jenis Kata
Kata merupakan unsur yang terpenting dalam bahasa. Setiap kata
mempunyai peran dan kosep dalam pelaksanaan bahasa dan tergantung pada jenis
atau macam-macam kata tersebut. Dalam KBBI jenis merupakan sifat, macam.
Jenis kata sama dengan kategori kata atau kelas kata atau klasifikasi kata
(misalnya kata benda, kata kerja dan sebagainya). Alwi, dkk (2010) dalam buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga menjelaskan secara rinci
mengenai jenis kata beserta contohnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(1) Verba (Kata Kerja)
Alwi, dkk (2010:91) mengatakan bahwa verba adalah kata yang
menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Verba
bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks. Pada umumnya verba tidak dapat
bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan seperti kata
agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali. Contoh: Adik menggambar
monyet, Siti membeli roti di pasar, pencuri itu lari, Mereka sedang belajar di
kamar, dan sebagainya. Berikut macam verba berdasarkan bentuknya.
(a) Verba asal
Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya afiks. Contoh
kata: ada,datang, mandi, tinggal, suka, tiba, turun, pergi.
(b) Verba turunan
Verba yang dibentuk melalui transposisi, pengafiksan, reduplikasi, dan
pemajemukan.
1). Dasar bebas, afiks wajib
Contoh: mendarat, melebar, mengering, membesar, berlayar, bertelur, dan
bersepeda.
2). Dasar bebas, afiks manasuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Contoh: (mem)baca, (mem)beli, (meng)ambil, (men)dengar, (be)kerja, (ber)karya,
dan (ber)jalan.
3). Dasar terikat, afiks wajib
Contoh: bertemu, bersua, membelalak, menganga, mengungsi, dan berjuang.
4). Berulang
Contoh: berjalan-jalan, memukul-mukul, dan makan-makan.
5). Majemuk
Contoh: naik haji, campur tangan, cuci muka, mempertanggungjawabkan.
(2) Adjektiva (Kata Sifat)
Alwi, dkk (2010:177) mengatakan bahwa adjektiva adalah kata yang
memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh
nomina dalam kalimat adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina
itu berfungsi atribut. Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau
keanggotaan dalam suatu golongan. Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan
dalam suatu golongan itu ialah kecil, berat, merah, bundar, gaib, dan ganda.
Contohnya seperti pada kata anak kecil, beban berat, baju merah, meja bundar,
alam gaib, pemain ganda.
Selajutnya adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat.
Fungsi predikat dan adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, basah, baik, dan sadar. Contoh
seperti pada kata agaknya dia sudah mabuk, orang itu sakit dan tidak tertolong
lagi, bajunya basah kena hujan, ia berhasil dengan baik, hal itu dikemukakan
secara sadar.
Adjektiva juga didirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat
kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan
tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat dan agak di
samping adjektiva. Contoh seperti pada kata anak itu sangat kuat, agak jauh juga
rumahnya. Tingkat bandingan juga dinyatakan antara lain oleh pemakaian kata
lebih dan paling di muka adjektiva. Contoh kata seperti saya lebih senang di sini
dari pada di sana, dan anaknya yang paling besar lulus kemarin. Jadi adjektiva
atau kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda atau kata yang dapat
diikuti dengan kata keterangan. Berikut macam-macam adjektiva berdasarkan
bentuknya.
(a) Adjektiva Dasar
Sebagian besar adjektiva dasar merupakan bentuk yang morfofonemis, meskipun
ada yang berbentuk perulangan semu. Contoh: besar, merah, sakit, bundar, pura-
pura, sia-sia, hati-hati, tiba-tiba.
(b) Adjektiva Turunan
Contoh: gemetar, gemuruh, kemilau, gemerlap, semerbak, gemilang.
(c) Adjektiva Majemuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Contoh: antarbangsa, antarkota, internasional, mahabesar, mahakuasa, baik
budi, baik hati, bebas tugas, lepas landas.
(3) Adverbia (Kata Keterangan)
Alwi, dkk (2010:203) mengatakan bahwa dalam tataran frasa, adverbia
merupakan kata yang menerangkan verba, adjektiva, atau adverbial lain.
Sementara itu, adverbia sering juga disebut kata keterangan. Kata keterangan
adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Berikut macam adverbia.
(a) Adverbia tunggal
1. Adverbia yang berupa kata dasar. Contoh: tidak, telah, sungguh, sudah,
senantiasa, selalu, saling, sangat, niscaya, mungkin, memang, masih, kerap,
hanya, agar, bukan, boleh, belum, barangkali, amat, alangkah.
2. Adverbia yang berupa kata berafiks. Contoh: rasanya, biasanya, agaknya,
secepatnya, sesungguhnya, sebenarnya, sebaiknya, sekali, terlampau, terlalu,
terkadang.
3. Adverbia yang berupa kata ulang. Contoh: mati-matian, kecil-kecilan, habis-
habisan, diam-diam, pelan-pelan, tengah-tengah, pagi-pagi, mula-mula,
malam-malam, akhir-akhir.
(b) Adverbia Gabungan. Contoh: lagi pula, hanya saja, hampir selalu.
(4) Nomina (Kata Benda)
Alwi, dkk (2010:221) mengatakan bahwa nomina atau kata benda adalah kata
yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Contohnya murid, burung, kursi, dan kemiskinan adalah nomina. Contoh nomina
yaitu seperti kata gambar, meja, rumah, malam, minggu, tahun, pisau, tongkat,
kesatria, dan hokum. Berikut macam nomina berdasarkan bentuknya.
(a) Dasar
Nomina dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem.
1). Nomina Dasar Umum
Contoh: gambar, meja, rumah, malam, minggu, tahun, pisau, tongkat, kesatria,
dan hukum.
2). Nomina Dasar Khusus
Contoh: adik, atas, batang, bawah, dalam, paman, muka, Pekalongan, Pontianak,
dan maret.
(b) Turunan
1). Afiksasi
Contoh: mendarat, daratan, bersatu, dan pengosongan.
2). Perulangan
Contoh: rumah-rumah, buku-buku, gunung-gunung, warna-warni, gerak-gerik,
main-mainan, dan batu-batuan.
3). Pemajemukan
Contoh: suka duka, ganti rugi, uang muka, tata tertib, peran serta, dan tata kota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
(5) Pronomina (Kata Ganti)
Alwi, dkk (2010:255) mengatakan bahwa pronomina atau kata ganti
adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina yang lain dan berfungsi
untuk menggantikan orang, benda, atau sesuatu yang dibendakan. Nomina
perawat dapat diacu dengan pronomina dia atau ia. Bentuk –nya pada meja itu
kakinya tiga, mengacu ke kata meja. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat
dikatakan bahwa pronominal menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh
nomina, seperti subjek, objek, predikat dan dalam macam kalimat tertentu.
Pronomina merupakan acuan yang dapat berpindah-pindah karena bergatung
kepada siapa yang menjadi pembicara, siapa yang menjadi pendengar, atau apa
yang dibicarakan. Pronomina terdiri dari:
(a) Pronomina pesona merupakan pronomina yang mengacu pada orang.
1). Pronomina Pesona Pertama (Kata Ganti Orang Pertama)
1). a. Pronomina orang pertama tunggal. Contoh: aku, saya, daku, ku,
1). b. Pronomina orang pertama jamak. Contoh: kami dan kita.
2). Pronomina Pesona Kedua (Kata Ganti Orang Kedua)
2). a. Pronomina orang kedua tunggal. Contoh: kamu, anda, engkau, kau-,
-mu, dikau.
2). b. Pronomina orang kedua jamak. Contoh: kalian, sekalian, dan kamu.
3). Pronomina Pesona Ketiga (Kata Ganti Orang Ketiga)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3). a. Pronomina orang ketiga tunggal. Contoh: ia, dia, beliau, -nya.
3). b. Pronomina orang ketiga jamak. Contoh: mereka.
(b) Pronomina Penunjuk (Demonstrative) adalah kata yang dipakai untuk
menunjuk atau menandai orang atau benda secara khusus.
1). Pronomina demonstrative umum. Contoh: itu dan ini.
2). Pronomina demonstratif tempat. Contoh: sini, situ, sana, di sini, dari situ,
dari sana, ke sini, yaitu, yakni, di sana.
3). Pronomina demonstrative ikhwal. Contoh: begini, begitu, berikut, sekalian,
sedemikian, sebegitu.
(c) Pronomina Penanya adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.
1). Pronomina penanya benda atau orang. Contoh: apa, siapa, mana, yang
mana.
2). Pronomina penanya waktu. Contoh: kapan, bilamana, apabila.
3). Pronomina penanya tempat. Contoh: di mana, dari mana, ke mana.
4). Pronomina penanya keadaan. Contoh: mengapa, bagaimana.
5). Pronomina penanya jumlah. Contoh: berapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(6) Numeralia (Kata Bilangan)
Alwi, dkk (2010:281) mengatakan bahwa numeralia atau kata bilangan
adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang,
atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima hari, setengah abad, orang ketiga,
dan beberapa masalah mengandung numeralia, yakni masing-masing lima,
setengah, ketiga dan beberapa. Numeralia terdiri dari:
(a) Numeralia Pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan
bilangan yang lain. Contohnya seperti pada kata satu, dua, sebelas, delapan belas,
seratus, seribu, dua ribu, sembilan ratus, ketiga, kedua, kesepuluh, berlima,
berdua, berenam, puluhan, ratusan, jutaan, lusin, meter, kilo, liter, gram, kodi,
dan sebagainya.
(b) Numeralia Tingkat adalah numeralia pokok yang diubah dengan
menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Contoh seperti pada kata
kesatu, kedua, ketiga, kelima, kesepuluh, dan sebagainya.
(7) Kata Tugas
Alwi, dkk (2010:293) mengatakan bahwa kata tugas hanya memiliki arti
gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas ditentukan bukan oleh kata
itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau
kalimat. Selain itu, hamper semua kata tugas tidak dapat menjadi dasar untuk
membentuk kata lain. Kata tugas diklasifikasikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(a) Preposisi (Kata Depan)
Alwi, dkk (2010:294) mengatakan bahwa preposisi menandai berbagai
hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan
konstituensi di belakangnya. Preposisi atau kata depan terdiri dari:
a. Preposisi Tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Preposisi
tunggal terdiri dari :
1. Preposisi Kata Dasar. Contoh: di, ke, dari, untuk, dalam, guna, pada, oleh,
dengan, tentang, karena, akan, antara, bagi, buat, demi, hingga, kecuali,
lepas, lewat, per, peri, sampai, sejak, seperti, serta, tanpa, dan tentang.
2. Preposisi Kata Berafiks. Contoh: bersama, beserta, menjelang, menuju,
menurut, seantero, sekeliling, sekitar, selama, sepanjang, seputar, seluruh,
terhadap, bagaikan melalui mengenai.
b. Preposisi gabungan.
1. Preposisi Berdampingan. Seperti pada kata daripada, kepada, oleh karena,
oleh sebab, sampai ke, selain dari, dan sampai dengan.
2. Preposisi Berkorelasi. Seperti pada kata antara…dengan…, antara…dan…,
dari…hingga…, dari…sampai dengan…, dari…sampai ke…, dari…ke…,
dari…sampai…, sejak…hingga…, sejak…sampai…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
(b) Konjungtor (Kata Sambung)
Alwi, dkk (2010:301) mengatakan bahwa konjungtor atau kata sambung
adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata
dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungtor terdiri
dari:
1. Konjungtor koordinatif yaitu menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama
pentingnya, atau memiliki status yang sama. Seperti pada kata dan, atau, tetapi,
serta, melainkan, padahal, dan sedangkan.
2. Kata penghubung subordinatif yaitu yang menghubungkan dua klausa atau
lebih yang memiliki hubungan bertingkat. Seperti pada kata sejak, sementara,
setelah, sesudah, sebelum, hingga, sampai, jika, kalau, jikalau, asalkan, bila,
manakala, andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya, agar, supaya, biar,
biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendatipun, seakan-akan,
seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih,
sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, sehingga, sampai, maka, dengan, tanpa,
bahwa, yang, sama…dengan…, lebih…daripada….
3. Kata penghubung korelatif yaitu kata penghubung yang menggabungkan dua
kata, klausa, atau frasa, dan hubungan kedua usur itu memiliki derajat yang sama.
Seperti pada kata baik…maupun…, tidak hanya…tetapi juga…, bukan
hanya…melainkan juga…, demikian…sehingga…, sedemikian rupa…sehingga…,
entah…entah…, jangankan…pun….
4. Konjungtor antar kalimat yaitu menghubungkan satu kalimat dengan kalimat.
Seperti pada kata walaupun demikian, meskipun demikian, biarpun demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
walaupun demukian, meskipun demikian, sungguhpun demikian, sekalipun
demikian, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, lagi pula, selain itu,
sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, bahkan, akan, tetapi, namun, kecuali itu,
dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebelum itu.
(c) Interjeksi (Kata Seru)
Alwi, dkk (2010:309) mengatakan bahwa interjeksi adalah kata tugas yang
mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa
kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu disamping kalimat
yang mengandung makna pokok yang dimaksud. Berikut macam-macam
interjeksi.
1). Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, ih, idih.
2). Interjeksi kekesalan: brengsek, sialan, buset, keparat.
3). Interjeksi kekaguman: aduhai, amboi, asyik.
4). Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulilah.
5). Interjeksi harapan: insya Allah.
6). Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.
7). Interjeksi kekagetan: astaga.
8). Interjeksi ajakan: ayo, mari.
9). Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
10). Interjeksi simpulan: nah.
(d) Artikula (Kata Sandang)
Alwi, dkk (2010:311) mengatakan bahwa artikula adalah kata tugas yang
membatasi kata nomina. Kata sandang terdiri dari:
a. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar. Contoh: si monyet, sang
pendekar, sang dewi, para guru.
b. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar
(nomina devebal). Contoh: si terdakwa, si pengamen, si perampok.
c. Kata sandang yang mendampingi kata ganti. Contoh: si dia, sang aku.
d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif. Contoh: kaum teraniaya,
kaum terpinggirkan.
(e) Partikel Penegas
Alwi, dkk (2010:313) mengatakan bahwa partikel penegas meliputi kata
yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan
unsur yang diiringinya. Ada empat partikel penegas yaitu –kah, -lah, -tah, dan –
pun. Tiga yang pertama berupa klitika, sedangkan yang keempat tidak.
Penelitian ini memfokuskan jenis kata berdasarkan teori Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Hasan Alwi, dkk (2010). Alasan Peneliti
menggunakan teori Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Hasan Alwi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dkk (2010) karena unsur terkecil bahasa adalah kata dan tata bahasa merupakan
pedoman yang lengkap dalam menjelaskan berbagai komponen bahasa secara
jelas dan terperinci pembahasannya.
3. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, terdapat dua tujuan yang pertama mendeskripsikan
kata yang dikuasai Eden anak usia dua tahun berdasarkan afiks, yang kedua
mendeskripsikan pemerolehan kata yang dikuasai Eden anak usia dua tahun
berdasarkan jenis kata.
Dalam menganalisis tuturan berdasarkan jenis kata dan afiks peneliti
berpedoman pada teori Ramlan (2012) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(2010). Afiks Ramlan (2012) meliputi prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Jenis
kata Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2010) meliputi verba (kata kerja),
adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda),
pronominal (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri
dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata seru),
artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.
Oleh karena itu, dalam menganalisis pemerolehan jenis kata dan afiks
peneliti juga mempertimbangkan pemerolehan kata dan analisis urutannya untuk
mengetahui sejauh mana dan apa saja kata yang sudah dikuasai anak pada usia
dua tahun. Berikut dipaparkan alur berpikir dalam penelitian ini melalui bagan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Ujaran Eden Usia Dua Tahun
Ujaran Berdasarkan Kata
Berafiks.
Ujaran Berdasarkan Jenis
Kata.
Prof. Drs. M. Ramlan tahun
2012 Hasan Alwi, dkk tahun 2010
Analisis Data
Hasil
Analisis
Kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut David Williams
(1995) (dalam Moleong 2014 : 174). penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena kata afiks dan jenis kata yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan , dan lain-
lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Pengertian deskriptif penelitian ini adalah data dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif. Jadi, penelitian ini berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
Dalam hal ini, peneliti merupakan instrumen kunci dalam pengumpulan
data dan menganalisis data. Peneliti berperan penting dalam memperoleh data
bersifat alamiah berupa tuturan atau ujaran yang dihasilkan Eden dalam aktivitas
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki yang bernama
Gildhas Eden Parama Ananta Wijaya yang biasa dipanggil Eden. Eden lahir di
Klaten dalam keadaan normal dan sehat, pada tanggal 28 April 2013. Penelitian
berlangsung selama dua bulan. Pada saat penelitian Eden berusia dua tahun lebih
sepuluh bulan sampai dua tahun lebih sebelas bulan. Eden adalah anak pertama
dari Ibu Agustina Eri dan Bapak Anton. Latar belakang bahasa kedua orang tua
eden menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sejak bayi
Eden sudah belajar berkomunikasi dengan menggunakan variasi bahasa
bilingualisme atau kedwibahasaaan. Dalam usia dua tahun Eden sudah mampu
menguasai Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Namun Eden lebih lancar
berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dan sedikit menggunakan Bahasa Jawa.
Eden termasuk anak yang aktif berkomunikasi dengan orang di sekitarnya,
suka bermain, dan rasa ingin tahunya yang tinggi. Eden selalu menanyakan hal-
hal baru di sekitarnya. Kemudian dalam hal kemampuan berkomunikasi Eden
sudah dapat menghasilkan tuturan yang cukup baik di usianya. Namun Eden
masih kesulitan dalam mengucapkan fonem /e/, /r/,/n/, /j/, /k/, dan /y/ secara jelas
dan lancar. Kesulitan pengucapan kata tertentu disebabkan oleh bunyi hambat
bilabial dan faktor pertumbuhan gigi yang belum sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Foto: Eden ketika mendapatkan angpao
B. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006:1630) instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya lebih
mudah dalam mengerjakan dan hasilnya lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga mudah diolah. Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya yaitu
peneliti sendiri melalui pengamatan langsung atau observasi langsung dengan
menyimak dan perekaman (handpone) terhadap subjek karena anak usia dua tahun
tidak memungkinkan untuk dilakukan tes atau wawancara. Setelah itu, peneliti
membuat transkrip dari hasil menyimak dan perekaman dalam lembar
pengamatan. Di bawah ini merupakan contoh dari lembar pengamatan yang
digunakan untuk mencatat hasil tuturan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 3. Kode Data Tuturan
No. Kode Data Tuturan Konteks Tuturan
1.(1) E: Keletanya melwati umah.
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden.
Situasi sore hari
sedang melihat film.
1.(2) E:Keletanya belhenti di umah.
I : Mana keretanya?
E: Ini keleta besal.
Situasi sore hari
sedang melihat film.
Keterangan:
No. Kode : banyaknya tuturan yang dihasilkan subjek.
Data Tuturan : ujaran yang dihasilkan subjek.
Konteks Tuturan : situasi yang berlangsung saat ujaran dihasilkan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Peneliti merupakan
instrumen kunci dalam pengumpulan data dan analisis data. Dalam hal ini, peneliti
berperan sebagai pengamat, mengobservasi dan berperan serta dalam aktivitas
keseharian Eden di lingkungan sosialnya. Alasan peneliti menggunakan metode
observasi atau pengamatan secara langsung yaitu pertama, anak usia prasekolah
tidak memungkinkan untuk dilakukan tes karena perkembangan kemampuan
otaknya yang masih tergolong sederhana belum mampu membaca dan menulis,
dan tidak dilakukan wawancara karena faktor indra pengucapan yang belum jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
yang disebabkan pertumbuhan gigi yang belum sempurna. Kedua, pengamatan
dan memberikan perhatian memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data
berupa ujaran yang dihasilkan Eden secara alamiah dan sejauh mana tuturan
dihasilkan, karena terlibat langsung dalam aktivitas sehari-hari dan berkomunikasi
untuk merangsang hasil tuturan dan penggunaan bahasa Eden ketika berumur dua
tahun.
Dalam mempertegas alasan penggunaan pengamatan ada tiga alasan yang
dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2014 : 174). Pertama,
teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung yang memungkinkan
melihat dan mengamati sendiri dan mencatat kejadian sebenarnya dan dapat
menjadikan alat yang ampuh dalam mengatasi situasi-situasi yang rumit. Kedua,
dalam mengumpulkan data peneliti mengajak subjek berkomunikasi untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan berkomunikasi dan menghasilkan tuturan
dengan cara perekaman untuk mempermudah memperoleh data. Ketiga, dalam
pengamatan langsung tersebut, peneliti memberikan rangsangan untuk
berkomunikasi supaya subjek mudah merespon dan menghasilkan tuturan secara
alami dengan cara perekaman. Selain alat perekam peneliti juga menggunakan
buku dan alat tulis sebagai catatan. Pengumpulan data dalam penelitian ini,
dilakukan dari bulan Februari 2016 sampai Maret 2016.
Setelah pengumpulan data peneliti memberikan kode pada tuturan untuk
mempermudah dalam menganalisis. Berikut cara pengkodean yang dilakukan
dalam penelitian ini. Kode I untuk data dari segi kata berafiks dan kode II untuk
data dari segi jenis kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kode 1 digunakan untuk menandai kata dari segi kata berimbuhan atau
kata berafiks. Subkode tersebut masih dirinci lagi menjadi subkode-subkode yang
berupa angka (1), (2), (3) yang diapit tanda jurung dan seterusnya untuk menandai
hasil ujaran yang diproduksi subjek. Jadi penyajian data secara utuh 1.(1) dibaca
“data pemerolehan kata berafiks yaitu terdapat pada ujaran pertama.
Kode 2 digunakan untuk menandai data dari segi jenis kata. Subkode
tersebut masih dirinci lagi menjadi subkode-subkode yang berupa angka (1), (2),
(3) yang diapit tanda jurung dan seterusnya untuk menandai hasil ujaran yang
diproduksi subjek. Jadi penyajian data secara untuh 2.(2) dapat dibaca “data
pemerolehan jenis kata yaitu terdapat pada ujaran pertama.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis
data kualitatif. Teknik ini, digunakan untuk menganalisis hasil tuturan Eden
Parama usia dua tahun. Langkah-langkah analisis kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Langkah pertama adalah mengklasifikasi data. Data tuturan yang dihasilkan
Eden diklasifikasi berdasarkan kata afiks dan jenis kata.
2. Langkah kedua adalah mengidentifikasi data. Setelah mengklasifikasi data
berdasarkan kata afiks dan jenis kata, peneliti mengidentifikasi tuturan yang
dihasilkan Eden, berdasarkan komponen dari kata afiks mencakup: prefiks,
infiks, sufiks, dan simulfiks. Komponen jenis kata mencakup: verba (kata
kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pronominal (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri
dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata seru),
artikula (kata sandang), dan pertikel penegas.
3. Langkah ketiga adalah mendeskripsikan data. Setelah mengidentifikasi data
dari komponen kata berafiks dan jenis katanya, peneliti mendeskripsikan data
dari setiap komponen diamati setiap penggunaannya dalam tuturan Eden.
E. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2012 : 330). Jenis triangulaasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah trisngulasi dengan metode. Pada
triangulasi dengan metode, Patton (Moleong, 2012:331) menjelaskan terdapat dua
strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Triangulasi dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan terhadap suatu
pengumpulan data dengan beberapa metode yang berbeda dan juga untuk
mengoreksi hasil temuan peneliti dari berbagai sumber dan metode yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri atas deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Pertama,
peneliti menjelaskan tentang deskripsi data penelitian. Kedua, peneliti
menjelaskan hasil temuan analisis data dari dua rumusan masalah, yaitu afiks
terdiri dari prefiks, infiks, sufiks dan simulfiks serta jenis kata terdiri dari verba
(kata kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata
benda), pronomina (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang
terdiri dari preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata
seru), artikula (kata sandang), dan partikel penegas yang ada dalam tuturan Eden
ketika berusia dua tahun. Ketiga, peneliti menjelaskan tentang pembahasan hasil-
hasil temuan dari analisis data.
A. Deskripsi Data
Sesuai langkah-langkah pada penelitian bab III, peneliti mendeskripsikan
data mengenai afiks dan jenis kata pada tuturan yang dikuasai Eden pada usia dua
tahun. Pengambilan data dilakukan ketika Eden berusia dua tahun. Data diambil
dengan perekaman dan pencatatan ketika Eden berusia dua tahun sepuluh bulan
(2;10) sampai dua tahun sebelas bulan (2;11). Eden termasuk anak yang aktif,
ceria, rasa ingin tahunya yang tinggi, dan selalu ingin berkomunikasi meskipun
pengucapan belum sejelas dan selancar orang dewasa. Pengucapan yang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
jelas tersebut disebabkan oleh faktor alat ucap yang belum sempurna seperti
pertumbuhan gigi dan bunyi hambat labial dan bilabial yang belum sepenuhnya
dikuasai oleh anak usia dua tahun. Data diperoleh melalui aktivitas keseharian
Eden secara alamiah ketika bermain, mandi, makan, belajar, bersantai, nonton
film, dan bercerita.
Kata berafiks yang dihasilkan meliputi prefiks, sufiks, dan simulfiks. Jenis
kata yang dihasilkan meliputi nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva
(kata sifat), preposisi (kata depan), adverbia (kata keterangan), numeralia (kata
bilangan), demonstratif (kata penunjuk), konjungtor (kata sambung), pronominal
(kata penunjuk), interjeksi (kata seru), dan partikel. Data terkumpul sebanyak 34
kata berafiks dalam 78 data tuturan. Jenis kata terkumpul 371 kata dalam 78 data
tuturan. Berikut dipaparkan penggunaan kata berafiks dan penggunaan jenis kata.
1. Penggunaan Afiks
Penggunaan afiks terjadi sebanyak 34 temuan. Afiks tersebut diuraikan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. Jumlah Penggunaan Afiks
No. Kata Berafiks Jumlah
1. Prefiks 25
a. ter– 2
b. ber– 3
c. me– 16
d. pe– 1
e. di– 2
f. per– 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Sufiks 11
a. –i 2
b. –an 7
c. –kan 2
3. Simulfiks 1
a. ke–an 1
Contoh penggunaan afiks dapat diperjelas pada bagian (1) sampai (3).
Bagian tersebut berdasarkan macam-macam afiks. Bagian (1) penggunaan afiks
sebagai awalan atau prefiks yang terdapat 6 macam prefiks dan jumlah
keseluruhan sebanyak 25 kata . Contoh kata dapat dicermati di bawah ini.
(1) A. Prefiks ter–
E: Keletanya lewat jembatan ini tatatuh aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
E: Tadi tatuh di jembatan. [1. (7)]
A. Prefiks ber–
E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari awal.
E: Ayo kawan kita belsama, mananam jagung di kebun kita. Ambil
cangkulmu kita belkeja tak jamu-jamu. Cangkul aku gembila
mananam jagung di kebun kita. selesai. [1. (23)]
B. Prefiks me–
E: Keletanya melwati umah.
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden. [1.(1)]
C. Prefiks pe–
E: keletanya mambawa penumpang banyak cekali ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
B: mau di bawa kemana itu?
E: oh ke pacal ini. [1.(6)]
D. Prefiks di–
E: Tilut-tilut keleta lewat duel nabak mobin.
T: Kenapa Eden?
E: Mobin ditabak keleta. [1.(18)]
E. Prefiks per–
E: Mau ini.
T: Ini namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat apa?
E: pelmainan ini bisa.
T: Ini ndak bisa permainan ini, batrainya habis. [1.(30)]
Kata berafiks tersebut terdapat pada kata “terjatuh”, “bekerja”,
“melewati”, “penumpang”, “diabrak”, dan “permainan”. Selain itu, kata berafiks
sebagai akhiran atau sufiks yang terdapat 3 macam dari jumlah keseluruhan
sebanyak 11 kata. Contoh kata ini dapat dicermati di bawah ini.
(2) A. Sufiks –i
I : Eden ibu berangkat kerja dulu ya?
E: Iya bawa buku mewalnai.
I : Buku mewarnai? Eden mau mewarnai?
E: Iya keleta. [1.(34)]
B. Sufiks –an
T: Eden kenapa kok sembunyi?
E: Ku takutan tokek-tokek.
T: eh kamu jangan takut sama tokek ya
E: Tokek-tokek di kebun. [1. (10)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
C. Sufiks –kan
E: Bapak bangun ikannya lapal.
B: Mana ikannya?
E: Ini tangan lepaskan.
B: iya. [1. (27)]
Kata berafiks tersebut terdapat pada kata “mewarnai”, “takutan”, dan
“lepaskan. Selain itu, kata berafiks sebagai awalan dan akhiran atau simulfiks
yang terdapat 1 macam dari jumlah keseluruhan sebanyak 1 kata. Contoh kata ini
dapat dicermati di bawah ini.
(3) Simulfiks ke–an
E: Ikannya makan kalapalan mau minta telut ini.
I : Yang minta telur Eden atau ikan ini?
E: Eden. [1.(26)]
Kata berafiks tersebut terdapat pada kata “kelaparan”.
2. Penggunaan Jenis Kata
Penggunaan jenis kata terdapat 371 temuan. Jenis kata dan contoh
tersebut, diperjelas dalam tabel berikut ini.
Tabel 5. Jumlah Penggunaan Jenis Kata
No. Jenis Kata Jumlah
1 Nomina (kata benda) 57
2 Verba (kata kerja) 58
3 Adjektiva (kata sifat) 22
4 Adverbia (kata keterangan) 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
5 Numeralia (kata bilangan) 11
6 Konjungtor (kata sambung) 3
7 Pronomina (kata ganti) 7
8 Preposisi (kata depan) 4
9 Interjeksi (kata seru) 3
Contoh penggunaan jenis kata dapat diperjelas pada bagian (1) sampai
(10). Bagian tersebut berdasarkan macam-macam jenis kata. Bagian (1)
penggunaan jenis kata nomina (kata benda) yang terdapat 57 kata. Bagian (2)
penggunaan jenis kata verba (kata kerja) yang terdapat 58 kata. Bagian (3)
penggunaan jenis kata adjektiva (kata sifat) yang terdapat 22 kata. Bagian (4)
penggunaan jenis kata adverbia (kata keterangan) yang terdapat 14 kata. Bagian
(5) penggunaan jenis kata numeralia (kata bilangan) yang terdapat 11 kata. Bagian
(6) penggunaan jenis kata konjungtor (kata sambung) yang terdapat 3 kata. Bagian
(7) penggunaan jenis kata pronomina (kata ganti) yang terdapat 7 kata. Bagian (8)
penggunaan jenis kata preposisi (kata depan) yang terdapat 4 kata.. Bagian (9)
penggunaan jenis kata interjeksi (kata seru) yang terdapat 3 kata.
Contoh kata ini dapat dicermati pada kutipan (4) sampai dengan (13).
Kutipan tersebut dibagi berdasarkan jenis kata. Kutipan (4) terdapat nomina (kata
benda) dengan kata sebanyak 57 temuan. Contoh temuan dapat dicermati di
bawah ini.
(4) E: Bapak mabawa penumpang banyak cekali.
B: mau d bawa kemana itu?
E: ke pacal. [2.(1)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Nomina (kata benda) yang terdapat pada kutipan (4) yaitu kata “Bapak”,
“penumpang”, dan kata “Pasar”. Selain itu, temuan lain mengenai jenis kata yaitu
verba (kata kerja) dengan kata sebanyak 58 temuan. Contoh temuan ini dapat
dicermati di bawah ini.
(5) E: Macet ini keleta tidak ke pacal.
I : kenapa?
E: Bocor di bengkel ini. [2.(2)]
Verba (kata kerja) terdapat pada kutipan (5) yaitu kata “macet” dan
“bocor”. Selain itu, temuan lain mengenai jenis kata yaitu Adjektiva (kata sifat)
dengan kata sebanyak 22 temuan. Contoh temuan itu dapat dicermati di bawah ini.
(6) E: Tadi keleta.
I : Iya keretanya berapa tadi?
E: Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh gebong
I : Iya banyak sekali ya.
E: Panjang. [2.(3)]
Adjektiva (kata sifat) terdapat pada kutipan (6) yaitu kaya “panjang”.
Selain itu, temuan lain mengenai jenis kata yaitu Adverbia (kata keterangan)
dengan kata sebanyak 14 temuan. Contoh temuan ini dapat dicermati di bawah ini.
(7) I : Eden mau melihat apa?
E: Itu pecawat dan keleta.
I : Iya bentar ya tak cari dulu. Sudah ini tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok mau beli ap?
E: Bis yang ada kasulnya. [2.(5)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Adverbia (kata keterangan) terdapat pada kutipan (7) yaitu kata “besok”.
Selain itu, temuan lain mengenai jenis kata yaitu numeralia (kata bilangan)
dengan kata sebanyak 11 temuan. Contoh temuan ini dapat dicermati di bawah ini.
(8) T: Ayo coba sekarang dihitung giginya.
E: Ini dua kilo.
T: Lho kok dua kilo kamu timbang po?
E: Di bengkel. [2.(11)]
Numeralia (kata bilangan) terdapat pada kutipan (8) yaitu kata “dua”.
Selain itu, temuan lain mengenai jenis kata yaitu konjungtor (kata sambung)
dengan kata sebanyak 3 temuan. Contoh temuan ini dapat di cermati di bawah ini.
(9) E: Ini pecawat dan keleta.
I : dimana lihatnya?
E: di sana di jalan. [2.(4)]
Konjungtor (kata sambung) terdapat pada kutipan (9) yaitu kata “dan”.
Selain itu, temuan lain mengenai jenis kata yaitu pronomina (kata ganti) dengan
kata sebanyak 4 temuan. Contoh temuan ini dapat dicermati di bawah ini.
(10) B: Sini Eden makan lagi biar gak sakit kalau jatuh.
E: makanan apa? mau lele.
B: Ini sayur bayam sama tempe, lelenya nanti lagi ya?
E: Iya. [2.(20)]
Pronomina (kata ganti) terdapat pada kutipan (10) yaitu kata “apa”. Selain
itu, temuan lain mengenai jenis kata yaitu preposisi (kata depan) dengan kata
sebanyak 4 temuan. Contoh temuan ini dapat dicermati di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
(11) E: Bapak mabawa penumpang banyak cekali.
B: mau di bawa kemana itu?
E: ke pacal. [2.(1)]
Preposisi (kata depan) terdapat pada kutipan (11) yaitu kata “ke”. Selain
itu, temuan lain mengenai jenis kata yaitu demonstratif (kata penunjuk) dengan
kata sebanyak 3 temuan. Contoh temuan ini dapat dicermati di bawah ini.
(12) E: Macet ini keleta tidak ke pacal.
I : kenapa?
E: Bocor di bengkel ini. [2.(2)]
Demonstratif (kata penunjuk) terdapat pada kutipan (12) yaitu kata “ini”.
Selain itu, temuan ini mengenai jenis kata yaitu interjeksi (kata seru) dengan kata
sebanyak 3 temuan. Contoh temuan ini dapat dicermati di bawah ini.
(13) E: Keletanya lewat jembatan ini tatatuh aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
E: Tadi tatuh di jembatan.
Interjeksi (kata seru) terdapat pada kutipan (13) yaitu kata “aduh”.
Kata atau ujaran yang dihasilkan oleh Eden ketika berusia dua tahun
terdapat jenis kata yang beragam. Data tuturan yang dihasilkan Eden ketika
berusia dua tahun berjumlah 78 buah, kata berafiks berjumlah 34 buah dan jenis
kata berjumlah 44 buah. Kata berafiks terdapat pada data tuturan dengan kode
1.(1) sampai dengan kode 1.(34). Jenis kata terdapat pada data tuturan dengan
kode 2.(1) sampai dengan 2.(44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
B. Analisis Data
Bagian ini membahas temuan afiks dan jenis kata pada data tuturan yang
dikuasai oleh Eden pada usia dua tahun, sesuai dengan pedoman teori Ramlan
tahun 2012 dan teori Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2010.
Analisis data tuturan Eden dikelompokkan berdasarkan afiks dan jenis kata. Hasil
yang diperoleh berupa jenis kata berafiks dan jenis kata apa saja yang sudah
dihasilkan Eden usia dua tahun.
Dalam menganalisis data tuturan, peneliti menemukan kata berafiks dan
jenis kata yang sama dalam satu data tuturan. Oleh karena itu, peneliti hanya
memberikan beberapa contoh untuk perwakilan dari setiap macam afiks dan
macam jenis kata. Keseluruhan data yang dianalisis telah dimuat dalam lampiran.
Berikut dipaparkan hasil analisis data penggunaan kata berafiks dan penggunaan
jenis kata.
1. Afiks
Afiks terdiri dari 4 jenis. Afiks pertama yaitu prefiks, kedua yaitu infiks,
ketiga yaitu sufiks dan keempat yaitu simulfiks. Berikut dapat dicermati di bawah
ini.
a. Prefiks
Kata yang mengandung prefiks terdapat 6 macam. Pertama prefiks ter–,
kedua prefiks ber–, ketiga prefiks me–, keempat prefiks pe–, kelima prefiks di–,
dan keenam prefiks per–. Analisis data disajikan dengan kode 1.(1) sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dengan 1.(34). Data tuturan Eden usia dua tahun di bawah ini, sudah sesuai
dengan kaidah karena hal tersebut sudah dijelaskan oleh Ramlan tahun 2012
halaman 60 yang berbunyi “afiks yang terletak di jalur paling depan disebut
prefiks karena selalu melekat di depan bentuk dasar.” Data tuturan dapat dicermati
di bawah ini.
(1) Prefiks ter–
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung prefiks ter– pada data tuturan
yang dihasilkan oleh Eden usia dua tahun terdapat 2 kata, disajikan dengan kode
1.(7) dan 1.(25).
E: Tadi tatuh di jembatan.
Kata berafiks tatatuh diinterpretasikan menjadi terjatuh; yang mendapat
afiks ter– dan kata dasar jatuh, seperti uraian berikut.
terjatuh
ter– jatuh
1.(25) T: Ini gambar apa?
E: Ini mobil bewalna hijau. Ini mobil teltawa giginya banyak.
T: Eden takut tidak sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini sudah ootok digi, holeee..
Kata berafiks teltawa diinterpretasikan menjadi tertawa; yang mendapat
afiks ter– dan kata dasar tawa, seperti uraian berikut.
1.(7) E: Keletanya lewat jembatan ini tatatuh aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
tertawa
ter– tawa
Prefiks ter– yang terdapat pada kode 1.(7) pada situasi pagi hari pada
konteks sedang makan. Kata “tatatuh” yang diinterpretasikan menjadi kata
“terjatuh”, karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan
fonem /e/ dan /r/ dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “terjatuh” mendapat
imbuhan/afiks ter– dengan dasar “jatuh”, jika diperinci yaitu ter– + jatuh =
terjatuh.
Prefiks ter– yang terdapat pada kode 1.(25) pada situasi sore hari pada
konteks belajar. Kata “taltawa” yang diinterpretasikan menjadi kata “tertawa”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /e/ dan
/r/ dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “tertawa” mendapat imbuhan/afiks
ter– dengan dasar “tawa”, jika diperinci yaitu ter– + tawa = tertawa.
(2) Prefiks ber–
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung prefiks ber– pada data tuturan
yang dihasilkan oleh Eden usia dua tahun terdapat 3 kata disajikan dengan kode
1.(2), 1.(23), dan 1.(24).
1.(2) E: Keletanya belhenti di umah.
I : Mana keretanya?
E: Ini keleta besal.
Kata berafiks belhenti diinterpretasikan menjadi berhenti; yang mendapat
afiks ber– dan kata dasar henti, seperti uraian berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
berhenti
ber– henti
1.(23) E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari awal.
E: Ayo kawan kita belsama, mananam jagung di kebun kita. Ambil
cangkulmu kita belkeja tak jamu-jamu. Cangkul aku gembila
mananam jagung di kebun kita. selesai.
Kata berafiks belkerja diinterpretasikan menjadi bekerja; yang mendapat
afiks ber– dan kata dasar kerja seperti uraian berikut.
bekerja
ber– kerja
1.(24) T: Ini gambar apa?
E: Ini mobin bewalna hijau.Ini mobin teltawa giginya banyak.
T: Eden takut tidak sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini sudah ootok digi, holeee…
Kata berafiks belwalna diinterpretasikan menjadi berwarna; yang
mendapat afiks ber– dan kata dasar warna, seperti uraian berikut.
berwarna
ber– warna
Prefiks ber– yang terdapat pada kode 1.(2) pada situasi sore hari pada
konteks melihat film. Kata “belhenti” yang diinterpretasikan menjadi kata
“berhenti”, karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan
fonem /r/ dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “berhenti” mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
imbuhan/afiks ber– dengan dasar “henti”, jika diperinci yaitu ber– + henti=
berhenti.
Prefiks ber– yang terdapat pada kode 1.(23) pada situasi sore hari pada
konteks bersantai. Kata “belkelja” yang diinterpretasikan menjadi kata “bekerja”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /r/
dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “bekerja” mendapat imbuhan/afiks ber–
dengan dasar “kerja”, jika diperinci yaitu ber– + kerja= bekerja.
Prefiks ber– yang terdapat pada kode 1.(24) pada situasi sore hari pada
konteks belajar. Kata “belwalna” yang diinterpretasikan menjadi kata “berwarna”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /r/
dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “berwarna” mendapat imbuhan/afiks
ber– dengan dasar “warna”, jika diperinci yaitu ber– + warna= berwarna.
(3) Prefiks me–
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung prefiks me– pada data tuturan
yang dihasilkan oleh Eden usia dua tahun disajikan dengan kode 1.(1), 1.(3), 1.(4),
1.(6) dan 1.(11).
1.(1) E: Keletanya melwati umah.
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden.
Kata berafiks melwati diinterpretasikan menjadi melewati; yang mendapat
afiks me– dan kata dasar lewati seperti uraian berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
melewati
me– lewati
1.(3) E: Dingin Eden mamaki ail nanas.
I : Makanya dibilangin ibu itu nurut, sebentar tunggu biar airnya
mendidih ya.
E: iya.
Kata berafiks mamaki diinterpretasikan menjadi memakai; yang mendapat
afiks me– dan kata dasar pakai, seperti uraian berikut.
memakai
me– pakai
1.(4) E: cudah mididih
I : hii bohong belum yaa
E: hahaha
Kata berafiks mididih diinterpretasikan menjadi mendidih; yang mendapat
afiks me– dan kata dasar didih, seperti uraian berikut.
mendidih
me– didih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
1.(6) E: keletanya mambawa penumpang banyak cekali ini.
B: mau di bawa kemana itu?
E: oh ke pacal ini.
Kata berafiks mambawa diinterpretasikan menjadi membawa; yang
mendapat afiks me– dan kata dasar bawa, seperti uraian berikut.
membawa
me– bawa
1.(11) T: Eden besok mau sekolah dimana?
E: Jauh di TK.
T Iya besok sekolah ya, disekolah Eden mau ngapain?
E: manani bintang kecil gitu.
Kata berafiks manani diinterpretasikan menjadi menyanyi; yang mendapat
afiks me– dan kata dasar nyanyi, seperti uraian berikut.
menyanyi
me– nyanyi
Prefiks me– yang terdapat pada kode 1.(1) pada situasi sore hari pada
konteks nonton film. Kata “melwati” yang diinterpretasikan menjadi kata
“melewati”, karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan
fonem /e/ dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “melewati” mendapat
imbuhan/afiks me– dengan dasar “lewati”, jika diperinci yaitu me– + lewati =
melewati.
Prefiks me– yang terdapat pada kode 1.(3) pada situasi sore hari pada
konteks mandi . Kata “mamaki” yang diinterpretasikan menjadi kata “memakai”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /e/
dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “memakai” mendapat imbuhan/afiks
me– dengan dasar “pakai”, jika diperinci yaitu me– + pakai = memakai.
Prefiks me– yang terdapat pada kode 1.(4) pada situasi sore hari pada
konteks sebelum mandi. Kata “mididih” yang diinterpretasikan menjadi kata
“mendidih”, karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan
fonem /e/ dan fonem /n/dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “mendidih”
mendapat imbuhan/afiks me– dengan dasar “didih”, jika diperinci yaitu me– +
didih = mendidih.
Prefiks me– yang terdapat pada kode 1.(6) pada situasi pagi hari pada
konteks makan . Kata “mambawa” yang diinterpretasikan menjadi kata
“membawa”, karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan
fonem /e/ dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “membawa” mendapat
imbuhan/afiks me– dengan dasar “bawa”, jika diperinci yaitu me– + bawa =
membawa.
Prefiks me– yang terdapat pada kode 1.(11) pada situasi siang hari pada
konteks santai . Kata “manani” yang diinterpretasikan menjadi kata “menyanyi”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /e/ dan
/y/ dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “menyanyi” mendapat
imbuhan/afiks me– dengan dasar “nyanyi”, jika diperinci yaitu me– + nyanyi =
menyanyi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Prefiks me– dihasilkan sebanyak 16 kata. Selain kutipan contoh diatas
pada kode 1.(1), 1.(3), 1.(4), 1.(6) dan 1.(11) juga terdapat pada kode 1.(9), 1.(12),
1.(13), 1.(14), 1.(15), 1.(16), 1.(17), 1.(19), 1.(22), 1.(31), 1.(34) yang tercantum
dalam lampiran.
(4) Prefiks pe–
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung prefiks pe– pada data tuturan
yang dihasilkan oleh Eden usia dua tahun terdapat 1 kata, disajikan dengan kode
1.(6).
1.(6) E: keletanya mambawa penumpang banyak cekali ini.
B: mau di bawa kemana itu?
E: oh ke pacal ini.
Kata berafiks penumpang yang mendapat afiks pe– dan kata dasar
tumpang, seperti uraian berikut.
penumpang
pe– tumpang
Prefiks pe– yang terdapat pada kode 1.(6) pada situasi pagi hari pada
konteks makan. Kata “penumpang” mendapat imbuhan/afiks pe– dengan dasar
“tumpang”, jika diperinci yaitu pe– + tumpang = penumpang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(5) Prefiks di–
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung prefiks di– pada data tuturan
yang dihasilkan oleh Eden usia dua tahun terdapat 2 kata, disajikan dengan kode
1.(18) dan 1.(20).
1.(18) E: Tilut-tilut keleta lewat duel nabak mobin.
T: Kenapa Eden?
E: Mobin ditabak keleta.
Kata berafiks ditabak diinterpretasikan menjadi ditabrak; yang mendapat
afiks di– dan kata dasar tabrak, seperti uraian berikut.
ditabrak
di– tabrak
1.(20) E: Mobin tidak bisa jalan.
T: Kenapa kok tidak bisa jalan?
E: Dilusak jayen.
T: Jayen yang mana?
E: Ya ini besar.
Kata berafiks dilusak diinterpretasikan menjadi dirusak; yang mendapat
afiks di– dan kata dasar rusak, seperti uraian berikut.
dirusak
di– rusak
Prefiks di– yang terdapat pada kode 1.(18) pada situasi sore hari pada
konteks bermain. Kata “ditabak” yang diinterpretasikan menjadi kata “ditabrak”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /r/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “ditabrak” mendapat imbuhan/afiks di–
dengan dasar “tabrak”, jika diperinci yaitu di– + tabrak = ditabrak.
Prefiks di– yang terdapat pada kode 1.(20) pada situasi malam hari pada
konteks santai. Kata “dilusak” yang diinterpretasikan menjadi kata “dirusak”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /r/
dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “dirusak” mendapat imbuhan/afiks di–
dengan dasar “rusak”, jika diperinci yaitu di– + rusak = dirusak.
(6) Prefiks per–
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung prefiks per– pada data tuturan
yang dihasilkan oleh Eden usia dua tahun terdapat 1 kata, disajikan dengan kode
1.(30).
1.(30) E: Mau ini.
T: Ini namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat apa?
E: pelmainan ini bisa.
T: Ini ndak bisa permainan ini, batrainya habis.
Kata berafiks pelmainan diinterpretasikan menjadi permainan; yang
mendapat afiks per– dan kata dasar mainan, seperti uraian berikut.
permainan
per– mainan
Prefiks per– yang terdapat pada kode 1.(30) pada situasi sore hari pada
konteks santai. Kata “pelmainan” yang diinterpretasikan menjadi kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
“permainan”, karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan
fonem /r/ dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “permainan” mendapat
imbuhan/afiks per– dengan dasar “mainan”, jika diperinci yaitu per– + mainan =
permainan.
b. Infiks
Kata yang mengandung infiks terdapat 3 macam. Pertama infiks –el–,
kedua infiks –em–, dan infiks –er–. Hasil analisis tidak ditemukan adanya infiks
dalam tuturan Eden usia dua tahun.
c. Sufiks
Kata yang mengandung sufiks terdapat 3 macam. Pertama sufiks –i, kedua
sufiks –an, ketiga sufiks –kan. Analisis data disajikan dengan kode 1.(1) sampai
dengan 1.(34). Data tuturan Eden usia dua tahun di bawah ini, sudah sesuai
dengan kaidah karena hal tersebut sudah dijelaskan oleh Ramlan tahun 2012
halaman 60 yang berbunyi “afiks yang terletak di jalur akhir disebut sufiks karena
selalu melekat di belakang bentuk dasar.” Data tuturan dapat dicermati di bawah
ini.
(1) Sufiks –i
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung sufiks –i pada data tuturan yang
dihasilkan oleh Eden usia dua tahun terdapat 2 kata, disajikan dengan kode 1.(1)
dan 1.(34).
1.(1) E: Keletanya melwati umah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden.
Kata berafiks melwati diinterpretasikan menjadi melewati; yang mendapat
afiks me– dan kata dasar lewat kemudian mendapat akhiran afiks –i , seperti
uraian berikut.
melewati
me– lewati
lewat –i
1.(34) I : Eden ibu berangkat kerja dulu ya?
E: Iya bawa buku mewalnai.
I : Buku mewarnai? Eden mau mewarnai?
E: Iya keleta.
Kata berafiks mewalnai diinterpretasikan menjadi mewarnai; yang
mendapat afiks me– dan kata dasar warna kemudian mendapat akhiran afiks –i ,
seperti uraian berikut.
mewarnai
me– warnai
warna –i
Sufiks –i yang terdapat pada kode 1.(1) pada situasi sore hari pada
konteks melihat film. Kata “lwati” yang diinterpretasikan menjadi kata “lewati”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /e/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “lewati” mendapat imbuhan/afiks –i
dengan dasar “lewat”, jika diperinci yaitu lewat + –i = lewati.
Sufiks –i yang terdapat pada kode 1.(34) pada situasi pagi hari pada
konteks santai. Kata “walnai” yang diinterpretasikan menjadi kata “warnai”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /r/
dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “warnai” mendapat imbuhan/afiks –i
dengan dasar “warna”, jika diperinci yaitu warna + –i = warnai.
(2) Sufiks –an
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung sufiks –i pada data tuturan yang
dihasilkan oleh Eden usia dua tahun disajikan dengan kode 1.(5), 1.(8), 1.(10),
1.(21), dan 1.(28).
1.(5) E: bica pakaian sendili.
I : Ya sudah dipakai sendiri celananya.
E: Ya catu-catu.
Kata berafiks pakaian yang mendapat afiks –an dan kata dasar pakai,
seperti uraian berikut.
pakaian
pakai –an
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
1.(8) B: Sini Eden makan lagi biar gak sakit kalau jatuh.
E: makanan apa? mau lele.
B: Ini sayur bayam sama tempe, lelenya nanti lagi ya?
E: Iya.
Kata berafiks makanan yang mendapat afiks –an dan kata dasar pakai,
seperti uraian berikut.
makanan
makan –an
1.(10) T: Eden kenapa kok sembunyi?
E: Ku takutan tokek-tokek.
T: eh kamu jangan takut sama tokek ya
E: Tokek-tokek di kebun.
Kata berafiks takutan yang mendapat afiks –an dan kata dasar takut,
seperti uraian berikut.
Takutan
takut –an
1.(21) E: Ini mobil balapan sama pecawat.
T: Mana pesawatnya?
E: Itu di atas sana.
E: Mobin kalah sama pecawat teeet tatuh gitu.
Kata berafiks balapan yang mendapat afiks –an dan kata dasar balap,
seperti uraian berikut.
balapan
balap –an
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
1.(28) E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli golengan.
T: Mana uangnya?
E: Ini dua libu.
Kata berafiks golengan diinterpretasikan menjadi gorengan; yang
mendapat afiks –an dan kata dasar goreng kemudian mendapat akhiran afiks –an,
seperti uraian berikut.
gorengan
goreng –an
Sufiks –an yang terdapat pada kode 1.(5) pada situasi sore hari pada
konteks sebelum mandi. Kata “pakaian” mendapat imbuhan/afiks –an dengan
dasar “pakai”, jika diperinci yaitu pakai + –an = pakaian.
Sufiks –an yang terdapat pada kode 1.(8) pada situasi pagi hari pada
konteks makan. Kata “makanan” mendapat imbuhan/afiks –an dengan dasar
“makan”, jika diperinci yaitu makan + –an = makanan.
Sufiks –an yang terdapat pada kode 1.(10) pada situasi malam hari pada
konteks menjelang tidur. Kata “takutan” mendapat imbuhan/afiks –an dengan
dasar “takut”, jika diperinci yaitu takut + –an = takutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sufiks –an yang terdapat pada kode 1.(21) pada situasi siang hari pada
konteks santai. Kata “balapan” mendapat imbuhan/afiks –an dengan dasar
“balap”, jika diperinci yaitu balap + –an = balapan.
Sufiks –an yang terdapat pada kode 1.(28) pada situasi pagi hari pada
konteks bersantai. Kata “gorengan” mendapat imbuhan/afiks –an dengan dasar
“goreng”, jika diperinci yaitu goreng + –an = gorengan.
Sufiks –an dihasilkan sebanyak 7 kata. Selain kutipan contoh diatas pada
kode 1.(5), 1.(8), 1.(10) dan 1.(21), 1.(28) juga terdapat pada kode 1.(29), 1.(30)
yang tercantum dalam lampiran.
(3) Sufiks –kan
Kata Bahasa Indonesia yang mengandung sufiks –kan pada data tuturan
yang dihasilkan oleh Eden usia dua tahun terdapat 2 kata, disajikan dengan kode
1.(27) dan 1.(32).
1.(27) E: Bapak bangun ikannya lapal.
B: Mana ikannya?
E: Ini tangan lepaskan.
B: iya.
Kata berafiks lepaskan yang mendapat afiks –kan dan kata dasar lepas,
seperti uraian berikut.
lepaskan
lepas –kan
1.(32) E: putalkan ini mucik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
T: Musik apa? Dilihat dulu?
E: Ya ini tomas.
T: Iya Eden ikut nyanyi juga ya?
E: Iya.
Kata berafiks putarkan yang mendapat afiks –kan dan kata dasar putar,
seperti uraian berikut.
putarkan
putar –kan
Sufiks –kan yang terdapat pada kode 1.(27) pada situasi pagi hari pada
konteks bangun tidur. Kata “lepaskan” mendapat imbuhan/afiks –kan dengan
dasar “lepas”, jika diperinci yaitu lepas + –kan = lepaskan.
Sufiks –kan yang terdapat pada kode 1.(32) pada situasi malam hari pada
konteks santai. Kata “putalkan” yang diinterpretasikan menjadi kata “putarkan”,
karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan fonem /r/
dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “putarkan” mendapat imbuhan/afiks –
kan dengan dasar “putar”, jika diperinci yaitu putar + –kan = putarkan.
d. Simulfiks
Kata yang mengandung sufiks terdapat 1 macam yaitu simulfiks ke–an.
Analisis data disajikan dengan kode 1.(26). Data tuturan Eden usia dua tahun di
bawah ini, sudah sesuai dengan kaidah karena hal tersebut sudah dijelaskan oleh
Ramlan tahun 2012 halaman 60 yang berbunyi “afiks yang sebagiannya terletak di
muka bentuk dasar dan sebagiannya terletak di belakang bentuk dasar disebut
afiks terpisah atau simulfiks.” Data tuturan dapat dicermati di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
1.(26) E: Ikannya makan kalapalan mau minta telut ini.
I : Yang minta telur Eden atau ikan ini?
E: Eden.
Kata berafiks kelapalan diinterpretasikan menjadi kelaparan; yang
mendapat afiks ke–an dan kata dasar lapar, seperti uraian berikut.
kelaparan
ke– lapar –an
Simulfiks ke–an yang terdapat pada kode 1.(26) pada situasi pagi hari
pada konteks melihat ikan. Kata “kelapalan” yang diinterpretasikan menjadi kata
“kelaparan”, karena Eden masih berusia dua tahun belum mampu mengucapkan
fonem /r/ dengan lancar dalam berkomunikasi. Kata “kelaparan” mendapat
imbuhan/afiks ke–an dengan dasar “lapar”, jika diperinci yaitu ke– + lapar + –an
= kelaparan.
2. Jenis Kata
Jenis kata terdiri dari 7 jenis yaitu verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat),
Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda), pronomina (kata ganti),
numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri dari preposisi (kata depan),
konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata seru), artikula (kata sandang), dan
partikel penegas. Atikula (kata sandang) dan partikel penegas tidak ditemukan
dalam data tuturan yang dihasilkan Eden usia dua tahun. Jenis kata Bahasa
Indonesia yang terdapat pada Tuturan Eden Usia dua tahun dapat dicermati
dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
a. Nomina (kata benda)
Nomina adalah jenis kata yang mengacu pada benda. Berikut ini, peneliti
menyajikan data tuturan yang mengandung jenis kata nomina.
(1) E: Bapak mabawa penumpang banyak cekali.
B: mau di bawa kemana itu?
E: ke pacal. [2.(1)]
(2) E: Macet ini keleta tidak ke pacal.
I : kenapa?
E: Bocor di bengkel ini. [2.(2)]
(3) E: Ini pecawat dan keleta.
I : dimana lihatnya?
E: di sana di jalan. [2.(4)]
(4) I : Eden mau melihat apa?
E: Itu pecawat dan keleta.
I : Iya bentar ya tak cari dulu. Sudah ini tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok mau beli ap?
E: Bis yang ada kasulnya. [2.(5)]
(5) E: Eden duduk di taciun.
T: Mau ngapain d stasiun?
E: Naik Keleta.
T: Eden mau kemana?
E: Ke Jogja. [2.(6)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata nomina dalam tuturan
Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (1) adalah kata “bapak” yang mengacu pada
manusia. Contoh kutipan (2) adalah kata “bengkel” yang mengacu pada tempat
untuk memperbaiki kerusakan kendaraan. Contoh kutipan (3) adalah kata
“pesawat” yang mengacu pada alat transportasi. Contoh kutipan (4) adalah kata
“bis” yang mengacu pada alat transportasi. Contoh kutipan (5) adalah kata “Eden”
yang mengacu pada manusia. Hal tersebut sesuai dengan kaidah karena dijelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010 halaman 221 yang
berbunyi “nomina yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari segi
semantis mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, benda, dan konsep atau pengertian”. Selain kutipan contoh di atas pada
kode 2.(1), 2.(2), 2.(3), 2.(4), 2.(5), 2.(6), 2.(7), 2.(8), 2.(9), 2.(10), 2.(11), 2.(12),
2.(13), 2.(14), 2.(15), 2.(17), 2.(18), 2.(19), 2.(20), 2.(21), 2.(22), 2.(23), 2.(24),
2.(25), 2.(26), 2.(27), 2.(28), 2.(29), 2.(30), 2.(31), 2.(32), 2.(33), 2.(34), 2.(35),
2.(36), 2.(37), 2.(38), 2.(39), 2.(40), 2.(41), 2.(42), 2.(43), 2.(44) yang tercantum
dalam lampiran.
b. Verba (kata kerja)
Verba adalah jenis kata yang mengacu pada kata yang bermakna sedang
melakukan kegiatan. Berikut ini, peneliti menyajikan data tuturan yang
mengandung jenis kata verba.
(6) E: Bapak mabawa penumpang banyak cekali.
B: mau d bawa kemana itu?
E: ke pacal.[2.(1)]
(7) E: Macet ini keleta tidak ke pacal.
I : kenapa?
E: Bocor di bengkel ini.[2.(2)]
(8) I : Eden mau melihat apa?
E: Itu pecawat dan keleta.
I : Iya bentar ya tak cari dulu. Sudah ini tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok mau beli ap?
E: Bis yang ada kasulnya.[2.(5)]
(9) E: Eden duduk di taciun.
T: Mau ngapain d stasiun?
E: Naik Keleta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
T: Eden mau kemana?
E: Ke Jogja. [2.(6)]
(10) E: Dengan campo mandi.
I : Besok saja shamponya nanti dingin.[2.(7)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata verba dalam tuturan
Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (6) adalah kata “membawa” yang mengacu
padatindakan memegang barang sambil berjalan dari tempat satu ke tempat lain.
Contoh kutipan (7) adalah kata “macet” yang mengacu pada tindakan terhenti
tidak dapat berfungsi dengan baik. Contoh lutipan (8) adalah kata “beli” yang
mengacu pada tindakan memperoleh sesuatu dengan membayar . Contoh kutipan
(9) adalah kata “duduk” yang mengacu pada tindakan sedang duduk. Contoh
kutipan (10) adalah kata “mandi” yang mengacu pada tindakan yang sedang
dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan kaidah karena dijelaskan dalam Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010 halaman 91 yang berbunyi “verba
adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau
keadaan”. Selain kutipan contoh di atas pada kode 2.(1), 2.(2), 2.(4), 2.(5), 2.(6),
2.(7), 2.(8), 2.(9), 2.(10), 2.(13), 2.(14), 2.(15), 2.(16), 2.(17), 2.(18), 2.(19),
2.(21), 2.(23), 2.(24), 2.(25), 2.(26), 2.(27), 2.(28), 2.(29), 2.(30), 2.(31), 2.(32),
2.(33), 2.(34), 2.(35), 2.(36), 2.(37), 2.(38), 2.(39), 2.(41), 2.(42), 2.(44) yang
tercantum dalam lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
c. Adjektiva (kata sifat)
Adjektiva adalah jenis kata yang mengacu pada kata yang menunjukkan
sifat khusus. Berikut ini, peneliti menyajikan data tuturan yang mengandung jenis
kata adjektiva.
(11) E: Bapak mabawa penumpang banyak cekali.
B: mau d bawa kemana itu?
E: ke pacal.[2.(1)]
(12) E: Tadi keleta.
I : Iya keretanya berapa tadi?
E: Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh gebong
I : Iya banyak sekali ya.
E: Panjang.[2.(3)]
(13) E: Dingin Eden mamaki ail nanas.
I : Makanya dibilangin ibu itu nurut, sebentar tunggu biar airnya
mendidih ya.
E: iya. [2.(15)]
(14) E: Keletanya lewat jembatan ini tatatuh aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
E: Tadi tatuh di jembatan. [2.(19)]
(15) E: Minggil. tuknya lawat minggil.
T: ya jangan lewat sini.
E: Ini belat mangangut pasil tilut-tilut minggil. [2.(21)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata adverbia dalam
tuturan Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (11) adalah kata “banyak” yang
mengacu pada keterangan yang lebih khusus berdasarkan besar jumlahnya dan
tidak sedikit. Contoh kutipan (12) adalah kata “panjang” yang mengacu pada
keterangan yang lebih khusus berdasarkan ukuran dari ujung ke ujung. Contoh
kutipan (13) adalah kata “dingin” yang mengacu pada keterangan yang lebih
khusus berdasarkan cuaca yang dirasakan. Contoh kutipan (14) adalah kata “sakit”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
yang mengacu pada keterangan yang lebih khusus berdasarkan rasa yang diderita.
Contoh kutipan (15) adalah kata “berat” yang mengacu pada keterangan yang
lebih khusus berdasarkan ukuran berat. Hal tersebut sesuai dengan kaidah karena
dijelaskan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010 halaman 177
yang berbunyi “adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih
khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat adjektiva
yang memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atribut. Keterangan
itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan”.
Selain kutipan contoh di atas pada kode 2.(1), 2.(14), 2.(15), 2.(17), 2.(19), 2.(21),
2.(23), 2.(24), 2.(27), 2.(30), 2.(31), 2.(32), 2.(33), 2.(34), 2.(35), 2.(43), yang
tercantum dalam lampiran.
d. Adverbia (kata keterangan)
Adverbia adalah jenis kata yang mengacu pada keterangan. Berikut ini,
peneliti menyajikan data tuturan yang mengandung jenis kata adverbia.
(16) E: Tadi keleta.
I : Iya keretanya berapa tadi?
E: Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh gebong
I : Iya banyak sekali ya.
E: Panjang. [2.(3)]
(17) E: Bapak mabawa penumpang banyak cekali.
B: mau d bawa kemana itu?
E: ke pacal. [2.(1)]
(18) I : Eden mau melihat apa?
E: Itu pecawat dan keleta.
I : Iya bentar ya tak cari dulu. Sudah ini tonton.
E: Besok beli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
I : Iya besok mau beli ap?
E: Bis yang ada kasulnya. [2.(5)]
(19) E: Mobin macet tidak jalan.
T: Kenapa kok tidak bisa jalan?
E: Diinjak jayen.
T: Jayen yang mana?
E: Ini besar. Mobin banyak. [2.(8)]
(20) E: Ibu itu nakal.
I : Yang nakal siapa?
E: Bapak.
I : Kenapa kok bapak nakal?
E: Tidak boleh main moto ini. [2.(9)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata adverbia dalam
tuturan Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (16) adalah kata “tadi” yang
mengacu pada yang memberikan penjelasan waktu yang sudah berlalu atau baru
saja terjadi. Contoh kutipan (17) adalah kata “sekali” yang mengacu pada kata
yang memberikan penjelasan pada kata “banyak”. Contoh kutipan (18) adalah
kata “ada” yang mengacu pada kata yang memberikan penjelasan pada kata “bis”.
Contoh kutipan (19) adalah kata “banyak” yang mengacu pada kata yang
menjelaskan kata “mobil”. Contoh kutipan (20) adalah kata “boleh” yang
mengacu pada kata untuk menjelaskan kata “tidak”. Hal tersebut sesuai dengan
kaidah karena dijelaskan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010
halaman 203 yang berbunyi “adverbia merupakan kata yang menerangkan verba,
adjektiva, atau adverbial lain. Sementara itu, adverbia sering juga disebut kata
keterangan. Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada kata
lainnya”. Selain kutipan contoh di atas pada kode 2.(1), 2.(2), 2.(3), 2.(5), 2.(8),
2.(9), 2.(10), 2.(12), 2.(15), 2.(17), 2.(18), 2.(19), 2.(20), 2.(22), 2.(24), 2.(25),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
2.(26), 2.(27), 2.(30), 2.(31), 2.(33), 2.(34), 2.(35), 2.(36), 2.(39), 2.(40), 2.(41),
2.(42), 2.(43), 2.(44) yang tercantum dalam lampiran.
e. Numeralia (kata bilangan)
Numeralia adalah jenis kata yang mengacu pada angka. Berikut ini,
peneliti menyajikan data tuturan yang mengandung jenis kata numeralia.
(21) E: Tadi keleta.
I : Iya keretanya berapa tadi?
E: Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh gebong
I : Iya banyak sekali ya.
E: Panjang. [2.(3)]
(22) T: Ayo coba sekarang dihitung giginya.
E: Ini dua kilo.
T: Lho kok dua kilo kamu timbang po?
E: Di bengkel sana. [2.(11)]
(23) E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli golengan.
T: Mana uangnya?
E: Ini dua libu. [2.(38)]
(24) E: Mulai belhitung satu, dua, tiga.
I : Yang dihitung apa?
E: Keleta di taciun.
I : Mau nonton sama siapa?
E: Itu sama Tate. [2.(43)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata numeralia dalam
tuturan Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (21) adalah kata “enam” yang
mengacu pada bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan lain. Contoh
kutipan (22) adalah kata “kilo” yang mengacu pada bilangan dasar yang menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
sumber dari bilangan lain. Contoh kutipan (23) adalah kata “dua” yang mengacu
pada bilangan dasar yang menjadi sumber dari bilangan lain. Contoh kutipan (24)
adalah kata “satu” yang mengacu pada bilangan dasar yang menjadi sumber dari
bilangan lain. Hal tersebut sesuai dengan kaidah karena dijelaskan dalam Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010 halaman 281 yang berbunyi
“numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep”. Selain kutipan
contoh di atas pada kode 2.(3), 2.(11), 2.(38), 2.(43) yang tercantum dalam
lampiran.
f. Konjungtor (kata sambung)
Konjungtor adalah jenis kata yang mengacu pada kata yang saling
berhubungan. Berikut ini, peneliti menyajikan data tuturan yang mengandung
jenis kata konjungtor.
(25) E: Ini pecawat dan keleta.
I : dimana lihatnya?
E: di sana di jalan. [2.(4)]
(26) I : Eden mau melihat apa?
E: Itu pecawat dan keleta.
I : Iya bentar ya tak cari dulu. Sudah ini tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok mau beli ap?
E: Bis yang ada kasulnya.[2.(5)]
(27) E: Dengan campoo mandi.
I : Besok saja shamponya nanti dingin.[2.(7)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
(28) T: Eden mau minum apa?
E: Es dan jeluk.
T: Mau yang manis tidak.
E: nanis. [2.(12)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata konjungtor dalam
tuturan Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (25) adalah kata “dan” yang
mengacu pada kata yang menghubungkan dua unsur dengan status sama. Contoh
kutipan (26) adalah kata “yang” yang mengacu pada kata yang saling
berhubungan pada kata “ada”. Contoh kutipan (27) adalah kata “dengan” yang
mengacu pada kata yang saling menghubungkan dan memberikan keterangan.
(28) adalah kata “dan” yang mengacu pada kata yang menghubungkan dua unsur
dengan status sama. Hal tersebut sesuai dengan kaidah karena dijelaskan dalam
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010 halaman 301 yang berbunyi
“konjungtor atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua
satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa
dengan klausa”. Selain kutipan contoh di atas pada kode 2.(4), 2.(5), 2.(7), 2.(12),
2.(24), 2.(28), yang tercantum dalam lampiran.
g. Pronomina (kata ganti)
Pronomina adalah jenis kata yang mengacu pada kata pengganti. Berikut
ini, peneliti menyajikan data tuturan yang mengandung jenis kata pronomina.
(29) B: Sini Eden makan lagi biar gak sakit kalau jatuh.
E: makanan apa? mau lele.
B: Ini sayur bayam sama tempe, lelenya nanti lagi ya?
E: Iya. [2.(20)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
(30) T: Eden kenapa kok sembunyi?
E: Ku takutan tokek-tokek.
T: eh kamu jangan takut sama tokek ya
E: Tokek-tokek di kebun. [2.(22)]
(31) E: Ini pecawat dan keleta.
I : dimana lihatnya?
E: di sana di jalan. [2.(4)]
(32) I : Eden mau melihat apa?
E: Itu pecawat dan keleta.
I : Iya bentar ya tak cari dulu. Sudah ini tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok mau beli ap?
E: Bis yang ada kasulnya. [2.(5)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata pronomina dalam
tuturan Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (29) adalah kata “apa” yang
mengacu pada kata pronomina penanya untuk menanyakan sesuatu. Contoh
kutipan (30) adalah kata “ku” yang mengacu pada kata pronomina pesona untuk
menggantikan orang. Hal tersebut sesuai dengan kaidah karena dijelaskan dalam
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010 halaman 255 yang berbunyi
“pronomina atau kata ganti adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina
yang lain dan berfungsi untuk menggantikan orang, benda, atau sesuatu yang
dibendakan”. Contoh kutipan (31) adalah kata “sana” yang mengacu pada orang
atau benda yang letaknya jauh. Contoh kutipan (32) adalah kata “itu” yang
mengacu pada tempat yang letaknya jauh. Hal tersebut sesuai dengan kaidah
karena dijelaskan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010 halaman
267 yang berbunyi “kata yang mengacu pada letaknya jauh atau dekat dengan
pembicara”. Selain kutipan contoh di atas pada kode 2.(2), 2.(4), 2.(5), 2.(8), 2.(9),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
2.(11), 2.(14), 2.(18), 2.(19), 2.(21), 2.(28), 2.(31), 2.(32), 2.(33), 2.(35), 2.(36),
2.(37), 2.(38), 2.(39), 2.(40), 2.(42), 2.(43), 2.(20), 2.(22), 2.(24), 2.(33), 2.(34),
yang tercantum dalam lampiran.
h. Preposisi (kata depan)
Preposisi adalah jenis kata yang mengacu pada kata depan. Berikut ini,
peneliti menyajikan data tuturan yang mengandung jenis kata preposisi.
(33) E: Bapak mabawa penumpang banyak cekali.
B: mau di bawa kemana itu?
E: ke pacal. [2.(1)]
(34) E: Ini pecawat dan keleta.
I : dimana lihatnya?
E: di sana di jalan. [2.(4)]
(35) E: Eden duduk di taciun.
T: Mau ngapain di stasiun?
E: Naik Keleta.
T: Eden mau kemana?
E: Ke Jogja. [2.(6)]
(36) T: Ayo coba sekarang dihitung giginya.
E: Ini dua kilo.
T: Lho kok dua kilo kamu timbang po?
E: Di bengkel sana. [2.(11)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata preposisi dalam
tuturan Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (33) adalah kata “ke” yang mengacu
pada kata yang digunakan di depan kata benda. Contoh kutipan (34), (35), (36)
adalah kata “buat” yang mengacu pada kata menjelaskan tujuan atau maksud yang
berhubungan pada kata “menggambar”. Hal tersebut sesuai dengan kaidah karena
dijelaskan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010 halaman 294
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
yang berbunyi “preposisi menandai berbagai hubungan makna antara konstituen
di depan preposisi tersebut dengan konstituensi di belakangnya”. Selain kutipan
contoh di atas pada kode 2.(1), 2.(2), 2.(3), 2.(4), 2.(6), 2.(11), 2.(14), 2.(18),
2.(19), 2.(22), 2.(23), 2.(24), 2.(25), 2.(28), 2.(30), 2.(32), 2.(34), 2.(38), 2.(39),
2.(43) yang tercantum dalam lampiran.
i. Interjeksi (kata seru)
Interjeksi adalah jenis kata yang mengacu pada kata untuk
mengungkapkan rasa. Berikut ini, peneliti menyajikan data tuturan yang
mengandung jenis kata interjeksi.
(37) E: keletanya mambawa penumpang banyak cekali ini.
B: mau di bawa kemana itu?
E: oh ke pacal ini. [2.(18)]
(38) E: Keletanya lewat jembatan ini tatatuh aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
E: Tadi tatuh di jembatan.[2.(19)]
(39) E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari awal.
E: Ayo kawan kita belsama, mananam jagung di kebun kita. Ambil
cangkulmu kita belkeja tak jamu-jamu. Cangkul aku gembila
mananam jagung di kebun kita. selesai. [2.(34)]
Contoh kutipan data di atas menunjukkan jenis kata interjeksi dalam
tuturan Eden usia dua tahun. Contoh kutipan (37) adalah kata “oh” yang mengacu
pada pengungkapan rasa keheranan. Contoh kutipan (38) adalah kata “aduh” yang
mengacu pada pengungkapan rasa keheranan. Contoh kutipan (39) adalah kata
“ayo” yang mengacu pada ajakan atau mengajak. Hal tersebut sesuai dengan
kaidah karena dijelaskan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
halaman 309 yang berbunyi “interjeksi adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih, heran,
dan jijik, orang memakai kata tertentu disamping kalimat yang mengandung
makna pokok yang dimaksud”. Selain kutipan contoh di atas pada kode 2.(18),
2.(19), 2.(34) yang tercantum dalam lampiran.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data, peneliti menemukan kata berafiks dan jenis kata
yang beragam pada tuturan Eden ketika berusia dua tahun. Hal itu terbukti dengan
ditemukannya 34 kata berafiks dan 371 jenis kata. Kata berafiks tersebut terdiri
dari prefiks, sufiks, dan simulfiks. Jenis kata terdiri dari verba (kata kerja),
adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda),
pronomina (kata ganti), numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri dari
preposisi (kata depan), konjungtor (kata sambung), interjeksi (kata seru). Jumlah
kata yang sudah dihasilkan Eden usia dua tahun dapat diketahui berdasarkan hasil
analisis data tuturan. Di bawah ini secara terperinci akan diuraikan hasil penelitian
yang sudah dilakukan.
1. Afiks
Berdasarkan penelitian yang berjudul Pemerolehan Afiks dan Jenis Kata
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Eden Parama Usia Dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tahun terdapat dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan pemerolehan afiks yang
dikuasai oleh Eden pada usia dua tahun. Kedua, mendeskripsikan pemerolehan
jenis kata yang dikuasai Eden pada usia dua tahun.
Setelah data tuturan dianalisis dengan menggunakan pedoman teori
Ramlan tahun 2012, peneliti menemukan ada tiga jenis afiks. Kata berafiks
ditemukan 34 kata dari 78 data tuturan Eden usia dua tahun. Tabel di bawah ini
akan menjelaskan secara terperinci hasil penelitian afiks yang sudah dikuasai dan
belum dikuasai Eden pada usia dua tahun.
Tabel 6. Afiks yang Dikuasai dan Belum Dikuasai
Macam Afiks Keterangan
Prefiks
me– √
ber– √
di– √
ter– √
pe– √
se– ─
per– √
ke– ─
Infiks
–el– ─
–er– ─
–em– ─
Sufiks
–kan √
–an √
–i √
–wan ─
Simulfiks
ke–an √
pe–an ─
ber–an ─
per–an ─
se–nya ─
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Afiks yang sudah dikuasai adalah prefiks, sufiks dan simulfiks. Prefiks
yang sudah dikuasai terdiri dari: ter–, ber–, me–, pe–, di–, dan per– dan yang
belum dikuasai terdiri dari: ke– dan se–. Sufiks yang sudah dikuasai terdiri dari –i,
–an, dan –kan dan yang belum dikuasai adalah –wan. Simulfiks yang sudah
dikuasai adalah ke–an dan yang belum dikuasai terdiri dari: pe–an, ber–an, per–
an, dan se–nya. Dalam menganalisis data tuturan kata berafiks, peneliti tidak
menemukan infiks. Pada dasarnya infiks masih sulit diproduksi oleh Eden pada
usia dua tahun.
Dalam temuan peneliti ini berbeda dengan penelitian Soenjono (2000),
Desma (2008), dan Eka (2013). Hasil penelitian Soenjono (2000) meneliti
perkembangan manusia memproduksi ujaran dimulai dari fonem, kata sampai
pada makna yang kompleks. Hasil penelitian Desma (2008) meneliti pemerolehan
sintaksis sebagai bahasa pertama yang meliputi kosa kata, klausa, dan kalimat.
Hasil penelitian Eka (2013) meneliti pemerolehan kata ulang sebagai bahasa
pertama meliputi kata ulang utuh, sebagian dan kata ulang salin suara. Dalam hal
ini, peneliti menemukan kesamaan dalam pemerolehan bahasa pertama dari segi
unsur Bahasa Indonesia, Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis. Oleh karena itu,
peneliti dalam penelitian ini melengkapi penelitian Soenjono (2000), Desma
(2008), dan Eka (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
2. Jenis Kata
Jenis kata dianalisis berdasarkan pedoman pada teori Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2010. Peneliti menemukan 371 data jenis kata
dari data tuturan Eden usia dua tahun sebanyak 78 buah. Tabel di bawah ini akan
menjelaskan secara terperinci hasil penelitian afiks yang sudah dikuasai dan
belum dikuasai Eden pada usia dua tahun.
Tabel 7. Jenis Kata yang Dikuasai dan Belum Dikuasai
Jenis Kata Keterangan
Nomina (kata benda)
Dasar √
Turunan √
Verba (kata kerja)
Asal √
Turunan √
Adjektiva (kata sifat)
Dasar √
Turunan ─
Majemuk ─
Adverbia (kata keterangan)
Tunggal √
Gabungan ─
Numeralia (kata bilangan)
Pokok √
Tingkat ─
Konjungtor (kata sambung)
Koordinatif ─
Subordinatif √
Korelatif ─
Antar Kalimat ─
Pronomina (kata ganti)
Pesona √
Penunjuk √
Penanya √
Preposisi (kata depan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Dasar √
Gabungan ─
Interjeksi (kata seru)
Kejijikan ─
Kekesalan ─
Kekaguman ─
Kesyukuran ─
Harapan ─
Keheranan √
Kekagetan ─
Ajakan √
Panggilan ─
Simpulan ─
Jenis kata yang sudah dikuasai adalah verba (kata kerja), adjektiva (kata
sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata benda), pronomina (kata ganti),
numeralia (kata bilangan), dan kata tugas yang terdiri dari preposisi (kata depan),
konjungtor (kata sambung), dan interjeksi (kata seru).
Verba (kata kerja) yang sudah dikuasai meliputi: verba asal dan turunan.
Adjektiva (kata sifat) yang sudah dikuasai adalah adjektiva dasar dan yang belum
dikuasai meliputi: turunan dan majemuk. Adverbia (kata keterangan) yang sudah
dikuasai adalah adverbia tunggal dan yang belum dikuasai adalah adverbia
gabungan. Nomina (kata benda) yang sudah dikuasai meliputi: nomina dasar dan
turunan. Pronomina (kata ganti) yang sudah dikuasai meliputi: ponomina penanya,
pronomina pesona dan penunjuk. Numeralia (kata bilangan) yang sudah dikuasai
meliputi: numeralia pokok (bilangan dasar) dan yang belum dikuasai adalah
numeralia tingkat. Preposisi (kata depan) yang sudah dikuasai meliputi: preposisi
kata dasar dan yang belum dikuasai adalah preposisi gabungan. Konjungtor (kata
sambung) yang sudah dikuasai adalah konjungtor subordinatif dan yang belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dikuasai meliputi: koordinatif, korelatif dan antar kalimat. Interjeksi (kata seru)
yang sudah dikuasai meliputi: interjeksi keheranan dan interjeksi ajakan serta
yang belum dikuasai meliputi: kejijikan, kekesalan, kekaguman, kesyukuran,
harapan, kekagetan, panggilan, dan simpulan. Jenis kata partikel penegas dan
artikula (kata sandang) belum mampu dikuasai oleh Eden pada usia dua tahun.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan melengkapi penelitian yang belum
diteliti pada penelitian sebelumnya. Selain itu, peneliti juga melengkapi dan
memperjelas teori yang ada bahwa seiring perkembangan teknologi dan
lingkungan dapat mempengaruhi pemerolehan bahasa dan kosa kata yang
dihasilkan oleh anak usia dua tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BAB V
PENUTUP
Bab ini menguraikan bagian penutup. Uraian bab ini meliputi: (A)
kesimpulan hasil penelitian, (B) implikasi hasil penelitian, (C) saran. Berikut
penjelasan peneliti dari masing-masing subbab.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang sudah dilakukan mengenai
penggunaan kata berafiks dan jenis kata dalam tuturan yang dihasilkan Eden usia
dua tahun dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, afiks yang sudah dikuasai
adalah prefiks, sufiks dan simulfiks. Prefiks yang sudah dikuasai terdiri dari: ter–,
ber–, me–, pe–, di–, dan per– dan yang belum dikuasai terdiri dari: ke– dan se–.
Sufiks yang sudah dikuasai terdiri dari –i, –an, dan –kan dan yang belum dikuasai
adalah –wan. Simulfiks yang sudah dikuasai adalah ke–an dan yang belum
dikuasai terdiri dari: pe–an, ber–an, per–an, dan se–nya. Infiks tidak ditemukan
dalam data tuturan Eden. Kedua, Jenis kata yang sudah dihasilkan adalah verba
(kata kerja), adjektiva (kata sifat), Adverbia (kata keterangan), nomina (kata
benda), pronomina (kata ganti), numeralia (kata bilangan), preposisi (kata depan),
konjungtor (kata sambung), dan interjeksi (kata seru). Verba (kata kerja) yang
sudah dikuasai meliputi: verba asal dan turunan. Adjektiva (kata sifat) yang sudah
dikuasai adalah adjektiva dasar dan yang belum dikuasai meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
turunan dan majemuk. Adverbia (kata keterangan) yang sudah dikuasai
adalah adverbia tunggal dan yang belum dikuasai adalah adverbia gabungan.
Nomina (kata benda) yang sudah dikuasai meliputi: nomina dasar dan turunan.
Pronomina (kata ganti) yang sudah dikuasai meliputi: ponomina penanya,
pronomina pesona dan penunjuk. Numeralia (kata bilangan) yang sudah dikuasai
meliputi: numeralia pokok (bilangan dasar) dan yang belum dikuasai adalah
numeralia tingkat. Preposisi (kata depan) yang sudah dikuasai meliputi: preposisi
kata dasar dan yang belum dikuasai adalah preposisi gabungan. Konjungtor (kata
sambung) yang sudah dikuasai adalah konjungtor subordinatif dan yang belum
dikuasai meliputi: koordinatif, korelatif dan antar kalimat. Interjeksi (kata seru)
yang sudah dikuasai meliputi: interjeksi keheranan dan interjeksi ajakan serta
yang belum dikuasai meliputi: kejijikan, kekesalan, kekaguman, kesyukuran,
harapan, kekagetan, panggilan, dan simpulan. Jenis kata partikel penegas dan
artikula (kata sandang) tidak ditemukan dalam tuturan Eden usia dua tahun.
A. Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi dari hasil penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Eden
memperoleh Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama ketika berusia dua tahun.
Penelitian ini berfokus pada pemerolehan kata berafiks dan jenis kata.
Pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu merupakan hal yang sangat penting
dalam perkembangan komunikasi anak. Pemerolehan merujuk pada aktivitas yang
dilakukan anak dalam menghasilkan bahasa secara alami dan melatih kemampuan
berkomunikasi dengan baik dan lancar. Pemerolehan bahasa Eden pada usia dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
tahun termasuk lancar meskipun banyak kosa kata dan topik yang diulang.
Kurangnya pengawasan orang tua yang sibuk bekerja membuat kosa kata yang
dihasilkan Eden sedikit terhambat dan hanya berbatas pada topik tertentu yang
sedang disukai.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua
untuk lebih memperhatikan anaknya terutama dalam hal perkembangan
bahasanya. Usia dini merupakan usia yang sangat penting dalam belajar berbahasa
karena akan lebih cepat memahami dari pada usia dewasa.
Dewasa ini orang tua banyak mengabaikan perkembangan anak karena
sibuk dengan aktivitas tuntutan pekerjaan yang padat. Oleh karena itu, orang tua
perlu memberi berbagai macam permainan, buku yang dapat menunjang
kemampuan berbicara dan berbahasa yang baik dan lebih percaya diri dalam
berkomunikasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, peneliti
memberikan saran yang ditujukan kepada peneliti lanjutan, kepada orang tua, dan
kepada pendidik. Berikut peneliti memberikan penjelasan mengenai saran.
1. Bagi Penelitian Lanjutan
Berdasarkan penelitian yang sudah diperoleh, peneliti lain dapat
mengembangkan penelitian mengenai pemerolehan bahasa anak dalam
pembahasan kata yang berbeda sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
a. Mendeskripsikan bunyi berdasarkan simbolisasi fonologi mengenai bunyi kata
apa saja yang belum mampu dihasilkan anak usia dua tahun.
b. Urutan pemerolehan kata afiks dan jenis kata yang sudah dihasilkan anak usia
dua tahun.
Selain itu, peneliti lain dapat mengambil subjek lain dengan tingkat usia dan
daerah yang berbeda, karena perkembangan zaman dan lingkungan berpengaruh
besar terhadap pemerolehan bahasa anak yang semakin kompleks.
2. Bagi Orang Tua
Lingkungan keluarga merupakan hal utama bagi anak dalam berbahasa.
Maka, orang tua sebaiknya lebih memperhatikan perkembangan pemerolehan
bahasa dan perkembangan kosa kata yang dihasilkan supaya terstruktur dengan
baik dan benar.
3. Bagi Pendidik
Pemerolehan bahasa pertama menjadi pedoman bagi pendidik dalam
pembelajaran di sekolah. Bahasa pertama yang digunakan akan mempengaruhi
kemampuan belajar dan penguasaan kosa kata anak. Oleh karena itu, pendidik
dapat mengambil langkah yang tepat supaya materi pembelajaran tersampaikan
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi.
Jakarta: PT Grasindo.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
___________. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono . 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
Margarita, Ekaristi. 2013. “Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pertama Pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Usia Lima
Tahun”. Skripsi Tidak Diterbitkan Yogyakarta PBSI. FKIP. Universitas
Sanata Dharma.
Muslich, Masnur. 2010. Garis-garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ngalimun dan Noor Alfulaila. 2014. Pembelajaran Ketrampilan Berbahasa
Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Praptomo, Baryadi. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Putu I Dewa Wijana dan Rohmadi Muhammad. 2011. Semantik Teori dan
Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Ramlan. 2012. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Wardani, Anastasia Desmana. 2008. “Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Pertama: Kasus Raka Anak Usia Dua Tahun”. Skripsi
Tidak Diterbitkan Yogyakarta PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
DATA TUTURAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
DATA PENELITIAN
Data Tuturan Kata Berafiks
No.
Kode
Data Tuturan Konteks Tuturan
1.(1) E: Keletanya melwati umah.
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden.
Situasi sore hari sedang
melihat film.
1.(2) E: Keletanya belhenti di umah.
I : Mana keretanya?
E: Ini keleta besal.
Situasi sore hari sedang
melihat film.
1.(3) E: Dingin Eden mamaki ail nanas.
I : Makanya dibilangin ibu itu nurut,
sebentar tunggu biar airnya
mendidih ya.
E: iya.
Situasi sore hari
sebelum mandi.
1.(4) E: cudah mididih
I : hii bohong belum yaa
E: hahaha
Situasi sore hari
sebelum mandi.
1.(5) E: bica pakaian sendili.
I : Ya sudah dipakai sendiri
celananya.
E: Ya catu-catu.
Situasi sore hari setelah
mandi.
1.(6) E: keletanya mambawa
penumpang banyak cekali ini.
B: mau di bawa kemana itu?
E: oh ke pacal ini.
Situasi pagi hari
sedang makan.
1.(7) E: Keletanya lewat jembatan ini
tatatuh aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
E: Tadi tatuh di jembatan.
Situasi pagi hari
sedang makan.
1.(8) B: Sini Eden makan lagi biar gak
sakit kalau jatuh.
E: makanan apa? mau lele.
B: Ini sayur bayam sama tempe,
lelenya nanti lagi ya?
E: Iya.
Situasi pagi hari
sedang makan.
1.(9) E: Minggil. tuknya lawat minggil.
T: ya jangan lewat sini.
E: Ini belat mangangut pasil tilut-
tilut minggil.
Situasi sore hari sedang
bermain.
1.(10) T: Eden kenapa kok sembunyi?
E: Ku takutan tokek-tokek.
T: eh kamu jangan takut sama tokek
Situasi malam hari
menjelang tidur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
ya
E: Tokek-tokek di kebun.
1.(11) T: Eden besok mau sekolah dimana?
E: Jauh di TK.
T Iya besok sekolah ya, disekolah
Eden mau ngapain?
E: manani bintang kecil gitu.
Situasi siang hari
sedang santai.
1.(12) E: Bintang kecil di lanit yang bilu
amat banyak menghias angkaca.
Aku ingin tebang menali jauh tinggi
tempat belada.
E: Sudah.
Situasi siang hari
sedang santai.
1.(13) E: Bintang kecil di lanit yang bilu
amat banyak menghias angkaca.
Aku ingin tebang menali jauh tinggi
tempat belada.
E: Sudah.
Situasi siang hari
sedang santai.
1.(14) E: Tilut-tilut tadi Eden miliat keleta
maju jaya.
I : Tadi melihat dimana?
E: Di taciun.
I : Di Stasiun mana tadi?
E: Di jogja.
I : O tadi Eden ke Jogja?
E: Belum.
Situasi sore hari sedang
santai.
1.(15) E: Eden buku.
B: Buat apa bukunya?
E: Buat mangambal mobin.
B: Iya, sini gambar sama bapak.
E: Tidak mau Eden bisa.
Situasi siang hari
sedang belajar.
1.(16) E: Ibu Eden mau
I : mau apa?
E: Eden mau mambali es kim
I : Mau yang rasa apa?
E: Cokat.
I : iya ambil uang dulu, sana minta
sama bapak.
Situasi sore hari sedang
santai.
1.(17) E: Montonton ini pecawat dan
keleta.
I : Dimana lihatnya?
E: Di jalan.
Situasi sore hari sedang
santai.
1.(18) E: Tilut-tilut
keleta lewat
duel nabak mobin.
T: Kenapa Eden?
E: Mobin ditabak keleta.
Situasi sore hari sedang
bermain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
1.(19) E: Naik di taciun.
T: Eden mau kemana?
E: Ke Jogja.
T: Ke Jogja ngapain?
E: Mau mangakat gajah besal.
Situasi sore hari sedang
santai..
1.(20) E: Mobin tidak bisa jalan.
T: Kenapa kok tidak bisa jalan?
E: Dilusak jayen.
T: Jayen yang mana?
E: Ya ini besar.
Situasi malam hari
sedang santai.
1.(21) E: Ini mobil balapan sama pecawat.
T: Mana pesawatnya?
E: Itu di atas sana.
E: Mobin kalah sama pecawat teeet
tatuh gitu.
Situasi siang hari
sedang santai.
1.(22) E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari awal.
E: Ayo kawan kita belsama,
mananam jagung di kebun kita.
Ambil cangkulmu kita belkeja tak
jamu-jamu. Cangkul aku gembila
mananam jagung di kebun kita.
selesai.
Situasi malam hari
sedang santai.
1.(23) E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari awal.
E: Ayo kawan kita belsama,
mananam jagung di kebun kita.
Ambil cangkulmu kita belkeja tak
jamu-jamu. Cangkul aku gembila
mananam jagung di kebun kita.
selesai.
Situasi malam hari
sedang santai.
1.(24) T: Ini gambar apa?
E: Ini mobin bewalna hijau.
Ini mobin teltawa giginya banyak.
T: Eden takut tidak sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini sudah ootok
digi, holeee…
Situasi sore hari sedang
belajar.
1.(25) T: Ini gambar apa?
E: Ini mobil bewalna hijau.
Ini mobil teltawa giginya banyak.
T: Eden takut tidak sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini sudah ootok
digi, holeee..
Situasi sore hari sedang
belajar.
1.(26) E: Ikannya makan
kalapalan mau minta telut ini.
I : Yang minta telur Eden atau ikan
Situasi pagi hari
sedang melihat ikan di
akuarium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
ini?
E: Eden.
1.(27) E: Bapak bangun
ikannya lapal.
B: Mana ikannya?
E: Ini tangan lepaskan.
B: iya.
Situasi pagi hari
sedang di kamar.
1.(28) E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli golengan.
T: Mana uangnya?
E: Ini dualibu.
Situasi pagi hari
sedang santai.
1.(29) E: Cepedaan ini.
I : Iya dikeluarin dulu
E: Mau dicana.
I : Ndak usah jauh-jauh di sini aja,
nanti ada mobil lewat d tabrak nanti.
E: Di cana dipinggil.
Situasi sore hari sedang
bermain.
1.(30) E: Mau ini.
T: Ini namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat apa?
E: pelmainan ini bisa.
T: Ini ndak bisa permainan ini,
batrainya habis.
Situasi sore hari sedang
santai.
1.(31) E: Nonton Doamon manangis
T: O yang itu doraemon yang
terakhir itu.
E: Iya.
T: Sebentar ya dicari dulu ya.
Situasi sore hari sedang
santai.
1.(32) E: putalkan ini mucik.
T: Musik apa? Dilihat dulu?
E: Ya ini tomas.
T: Iya Eden ikut nyanyi juga ya?
E: Iya.
Situasi malam hari
sedang santai.
1.(33) E: Mulai belhitung satu, dua, tiga.
I : Yang dihitung apa?
E: Keleta di taciun.
I : Mau nonton sama siapa?
E: Itu sama Tate.
Situasi pagi hari
sedang bermain.
1.(34) I : Eden ibu berangkat kerja dulu
ya?
E: Iya bawa buku mewalnai.
I : Buku mewarnai? Eden mau
mewarnai?
E: Iya keleta.
Situasi pagi hari
sedang duduk santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Data Tuturan Jenis Kata
No.
Kode
Data Tuturan
Konteks Tuturan
2.(1) E: Bapak mabawa penumpang
banyak cekali.
B: mau d bawa kemana itu?
E: ke pacal.
Situasi pagi hari sedang
makan.
2.(2) E: Macet ini keleta tidak ke pacal.
I : kenapa?
E: Bocor di bengkel ini.
Situasi sore hari sedang
bermain.
2.(3) E: Tadi keleta.
I : Iya keretanya berapa tadi?
E: Enam, tujuh, delapan, sembilan,
sepuluh gebong
I : Iya banyak sekali ya.
E: Panjang.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(4) E: Ini pecawat dan keleta.
I : dimana lihatnya?
E: di sana di jalan.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(5) I : Eden mau melihat apa?
E: Itu pecawat dan keleta.
I : Iya bentar ya tak cari dulu.
Sudah ini tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok mau beli ap?
E: Bis yang ada kasulnya.
Situasi malam hari
sedang melihat film.
2.(6) E: Eden duduk di taciun.
T: Mau ngapain d stasiun?
E: Naik Keleta.
T: Eden mau kemana?
E: Ke Jogja.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(7) E: Dengan campo mandi.
I : Besok saja shamponya nanti
dingin.
Situasi sore hari sedang
mandi.
2.(8) E: Mobin macet tidak jalan.
T: Kenapa kok tidak bisa jalan?
E: Diinjak jayen.
T: Jayen yang mana?
E: Ini besal. Mobin banyak.
Situasi sore hari sedang
bermain.
2.(9) E: Ibu itu nakal.
I : Yang nakal siapa?
E: Bapak.
I : Kenapa kok bapak nakal?
E: Tidak boleh main moto ini.
Situasi sore hari sedang
santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
2.(10) E: Sudah otok digi.
T: Kapan gosok giginya?
E: Tadi mandi.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(11) T: Ayo coba sekarang dihitung
giginya.
E: Ini dua kilo.
T: Lho kok dua kilo kamu timbang
po?
E: Di bengkel.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(12) T: Eden mau minum apa?
E: Es dan jeluk.
T: Mau yang manis tidak.
E: nanis.
Situasi siang hari
sedang menonton film.
2.(13) E: Keletanya melwati umah.
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden.
Situasi sore hari sedang
melihat film.
2.(14) E: Keletanya belhenti di umah.
I : Mana keretanya?
E: Ini keleta besal.
Situasi sore hari sedang
melihat film.
2.(15) E: Dingin Eden mamaki ail nanas.
I : Makanya dibilangin ibu itu
nurut, sebentar tunggu biar airnya
mendidih ya.
E: iya.
Situasi sore hari
sebelum mandi.
2.(16) E: cudah mididih
I : hii bohong belum yaa
E: hahaha
Situasi sore hari
sebelum mandi.
2.(17) E: bica pakaian sendili.
I : Ya sudah dipakai sendiri
celananya.
E: Ya catu-catu.
Situasi sore hari setelah
mandi.
2.(18) E: keletanya mambawa
penumpang banyak cekali ini.
B: mau di bawa kemana itu?
E: oh ke pacal ini.
Situasi pagi hari sedang
makan.
2.(19) E: Keletanya lewat jembatan ini
tatatuh aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
E: Tadi tatuh di jembatan.
Situasi pagi hari sedang
makan.
2.(20) B: Sini Eden makan lagi biar gak
sakit kalau jatuh.
E: makanan apa? mau lele.
B: Ini sayur bayam sama tempe,
lelenya nanti lagi ya?
E: Iya.
Situasi pagi hari sedang
makan.
2.(21) E: Minggil. tuknya lawat minggil. Situasi sore hari sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
T: ya jangan lewat sini.
E: Ini belat mangangut pasil tilut-
tilut minggil.
bermain.
2.(22) T: Eden kenapa kok sembunyi?
E: Ku takutan tokek-tokek.
T: eh kamu jangan takut sama
tokek ya
E: Tokek-tokek di kebun.
Situasi malam hari
menjelang tidur.
2.(23) T: Eden besok mau sekolah
dimana?
E: Jauh di TK.
T Iya besok sekolah ya, disekolah
Eden mau ngapain?
E: manani bintang kecil.
Situasi siang hari
sedang santai.
2.(24) E: Bintang kecil di lanit yang bilu
amat banyak menghias angkaca.
Aku ingin tebang menali jauh tinggi
tempat belada.
E: Sudah.
Situasi siang hari
sedang santai.
2.(25) E: Tilut-tilut tadi Eden miliat keleta
maju jaya.
I : Tadi melihat dimana?
E: Di taciun.
I : Di Stasiun mana tadi?
E: Di jogja.
I : O tadi Eden ke Jogja?
E: Belum.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(26) E: Eden buku.
B: Buat apa bukunya?
E: Buat mangambal mobin.
B: Iya, sini gambar sama bapak.
E: Tidak mau Eden bisa.
Situasi siang hari
sedang belajar.
2.(27) E: Ibu Eden mau
I : mau apa?
E: Eden mau mambali es kim
I : Mau yang rasa apa?
E: Cokat.
I : iya ambil uang dulu, sana minta
sama bapak.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(28) E: Montonton ini pecawat dan
keleta.
I : Dimana lihatnya?
E: Di jalan.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(29) E: Tilut-tilut
keleta lewat
Situasi sore hari sedang
bermain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
duel nabak mobin.
T: Kenapa Eden?
E: Mobin ditabak keleta.
2.(30) E: Naik di taciun.
T: Eden mau kemana?
E: Ke Jogja.
T: Ke Jogja ngapain?
E: Mau mangakat gajah besal.
Situasi sore hari sedang
santai..
2.(31) E: Mobin tidak bisa jalan.
T: Kenapa kok tidak bisa jalan?
E: Dilusak jayen.
T: Jayen yang mana?
E: Ya ini besar.
Situasi malam hari
sedang santai.
2.(32) E: Ini mobil balapan sama pecawat.
T: Mana pesawatnya?
E: Itu di atas sana.
E: Mobin kalah sama pecawat teeet
tatuh.
Situasi siang hari
sedang santai.
2.(33) E: Main hape ini.
I : Nanti dulu ini adeknya di dalam
perut ibu ini gerak-gerak bilang
dulu sama adeknya.
E: Adek balu apa? Adek mau
mainan hape ini. Adek muaa.
I : Besok kalau adek lahir di ajak
maen ya?
E: Iya mainan hape ini.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(34) E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari awal.
E: Ayo kawan kita belsama,
mananam jagung di kebun kita.
Ambil cangkulmu kita belkeja tak
jamu-jamu. Cangkul aku gembila
mananam jagung di kebun kita.
selesai.
Situasi malam hari
sedang santai.
2.(35) T: Ini gambar apa?
E: Ini mobin bewalna hijau.
Ini mobin teltawa giginya banyak.
T: Eden takut tidak sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini sudah ootok
digi, holeee…
Situasi sore hari sedang
belajar.
2.(36) E: Ikannya makan
kalapalan mau minta telut ini.
I : Yang minta telur Eden atau ikan
ini?
E: Eden.
Situasi pagi hari sedang
melihat ikan di
akuarium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
2.(37) E: Bapak bangun
ikannya lapal.
B: Mana ikannya?
E: Ini tangan lepaskan.
B: iya.
Situasi pagi hari sedang
di kamar.
2.(38) E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli golengan.
T: Mana uangnya?
E: Ini dualibu.
Situasi pagi hari sedang
santai.
2.(39) E: Cepedaan ini.
I : Iya dikeluarin dulu
E: Mau dicana.
I : Ndak usah jauh-jauh di sini aja,
nanti ada mobil lewat d tabrak
nanti.
E: Di cana dipinggil.
Situasi sore hari sedang
bermain.
2.(40) E: Mau ini.
T: Ini namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat apa?
E: pelmainan ini bisa.
T: Ini ndak bisa permainan ini,
batrainya habis.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(41) E: Nonton Doamon manangis
T: O yang itu doraemon yang
terakhir itu.
E: Iya.
T: Sebentar ya dicari dulu ya.
Situasi sore hari sedang
santai.
2.(42) E: putalkan ini mucik.
T: Musik apa? Dilihat dulu?
E: Ya ini tomas.
T: Iya Eden ikut nyanyi juga ya?
E: Iya.
Situasi malam hari
sedang santai.
2.(43) E: Mulai belhitung satu, dua, tiga.
I : Yang dihitung apa?
E: Keleta di taciun.
I : Mau nonton sama siapa?
E: Itu sama Tate.
Situasi pagi hari sedang
bermain.
2.(44) I : Eden ibu berangkat kerja dulu
ya?
E: Iya bawa buku mewalnai.
I : Buku mewarnai? Eden mau
mewarnai?
E: Iya keleta.
Situasi pagi hari sedang
duduk santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
HASIL TRIANGULASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
HASIL TRIANGULASI
Tabel 1.1 Hasil Triangulasi Kata Berafiks
No.
Kode
Data Analisis Kata Berafiks
Berdasarkan
Teori
Triangulator I Triangulator II
Apri Damai Sagita
Krissandi S.S., M.Pd.
Dr. Y. Karmin,
M. Pd.
1.(1) E: Keletanya melwati
umah.
I : Lewat rumah siapa?
E: Umah Eden.
Melwati diinterpretasikan menjadi melewati.
melewati
me– lewati
lewat –i
melewati =
berprefiks
me– dan
bersufiks –i.
Setuju Setuju
1.(2) E: Keletanya belhenti
di umah.
I : Mana keretanya?
E: Ini keleta besal.
Belhenti diinterpretasikan menjadi berhenti.
berhenti
ber– henti
berhenti =
berprefiks
ber–.
Setuju Setuju
1.(3) E: Dingin Eden
mamaki ail nanas.
I : Makanya dibilangin
ibu itu nurut, sebentar
tunggu biar airnya
mendidih ya.
Mamaki diinterpretasikan menjadi memakai.
memakai
memakai =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
E: iya.
me– pakai
1.(4) E: cudah mididih
I : hii bohong belum
yaa
E: hahaha
Mididih diinterpretasikan menjadi mendidih.
mendidih
me– didih
mendidih =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(5) E: bica pakaian
sendili.
I : Ya sudah dipakai
sendiri celananya.
E: Ya catu-catu.
pakaian
pakai –an
pakaian =
bersufiks –an.
Setuju Setuju
1.(6) E: keletanya
mambawa penumpang banyak
cekali ini.
B: mau di bawa
kemana itu?
E: oh ke pacal ini.
Mambawa diinterpretasikan menjadi
membawa. membawa
me– bawa
penumpang
pe– tumpang
membawa =
berprefiks
me– dan
penumpang =
berprefiks pe–
Setuju Setuju
1.(7) E: Keletanya lewat
jembatan ini tatatuh
aduhh cakit.
B: Kenapa kok sakit?
E: Tadi tatuh di
jembatan.
Tatatuh diinterpretasikan menjadi terjatuh.
terjatuh
ter– jatuh
terjatuh =
berprefiks ter–
.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
1.(8) B: Sini Eden makan
lagi biar gak sakit
kalau jatuh.
E: makanan apa? mau
lele.
B: Ini sayur bayam
sama tempe, lelenya
nanti lagi ya?
E: Iya.
makanan
makan –an
makanan =
bersufiks –an.
Setuju Setuju
1.(9) E: Minggil. tuknya
lawat minggil.
T: ya jangan lewat
sini.
E: Ini belat
mangangut pasil tilut-
tilut minggil.
Mangangut diinterpretasikan menjadi
mengangkut.
mengangkut
me– angkut
mengangkut =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(10) T: Eden kenapa kok
sembunyi?
E: Ku takutan tokek-
tokek.
T: eh kamu jangan
takut sama tokek ya
E: Tokek-tokek di
kebun.
Takutan
takut –an
takutan =
bersufiks –an.
Setuju Setuju
1.(11) T: Eden besok mau
sekolah dimana?
E: Jauh di TK.
T Iya besok sekolah
ya, disekolah Eden
mau ngapain?
E: manani bintang
Manani diinterpretasikan menjadi menyanyi.
menyanyi
me– nyanyi
menyanyi =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
kecil gitu.
1.(12) E: Bintang kecil di
lanit yang bilu amat
banyak menghias
angkaca. Aku ingin
tebang menali jauh
tinggi tempat belada.
E: Sudah.
menghias
me– hias
menghias =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(13) E: Bintang kecil di
lanit yang bilu amat
banyak menghias
angkaca. Aku ingin
tebang menali jauh
tinggi tempat belada.
E: Sudah.
Menali diinterpretasikan menjadi menari.
menari
me– tari
menari =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(14) E: Tilut-tilut tadi Eden
miliat keleta maju
jaya.
I : Tadi melihat
dimana?
E: Di taciun.
I : Di Stasiun mana
tadi?
E: Di jogja.
I : O tadi Eden ke
Jogja?
E: Belum.
Miliat diinterpretasikan menjadi melihat.
melihat
me– lihat
melihat =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(15) E: Eden buku.
B: Buat apa bukunya?
E: Buat mangambal
mobin.
Mangambal diinterpretasiakan menjadi
menggambar.
menggambar
menggambar
= berprefiks
me–.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
B: Iya, sini gambar
sama bapak.
E: Tidak mau Eden
bisa.
me– gambar
1.(16) E: Ibu Eden mau
I : mau apa?
E: Eden mau mambali
es kim
I : Mau yang rasa apa?
E: Cokat.
I : iya ambil uang
dulu, sana minta sama
bapak.
Mambali diinterpretasikan menjadi membeli.
membeli
me– beli
membeli =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(17) E: Montonton ini
pecawat dan keleta.
I : Dimana lihatnya?
E: Di jalan.
Montonton diinterpretasikan menjadi
menonton.
menonton
me– tonton
menonton =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(18) E: Tilut-tilut
keleta lewat
duel nabak mobin.
T: Kenapa Eden?
E: Mobin ditabak
keleta.
Ditabak diinterpretasikan menjadi ditabrak.
ditabrak
di– tabrak
ditabrak =
berprefiks di–.
Setuju Setuju
1.(19) E: Naik di taciun.
T: Eden mau kemana?
E: Ke Jogja.
T: Ke Jogja ngapain?
E: Mau mangakat
gajah besal.
Mangakat diinterpretasikan menjadi
mengangkat.
mengangkat
mengangkat =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
me– angkat
1.(20) E: Mobin tidak bisa
jalan.
T: Kenapa kok tidak
bisa jalan?
E: Dilusak jayen.
T: Jayen yang mana?
E: Ya ini besar.
Dilusak diinterpretasikan menjadi dirusak.
dirusak
di– rusak
dirusak =
berprefiks di–.
Setuju Setuju
1.(21) E: Ini mobil balapan
sama pecawat.
T: Mana pesawatnya?
E: Itu di atas sana.
E: Mobin kalah sama
pecawat teeet tatuh
gitu.
balapan
balap –an
balapan =
bersufiks –an.
Setuju Setuju
1.(22) E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari
awal.
E: Ayo kawan kita
belsama, mananam
jagung di kebun kita.
Ambil cangkulmu kita
belkeja tak jamu-jamu.
Cangkul aku gembila
mananam jagung di
kebun kita. selesai.
Mananam diinterpretasikan menjadi
menanam.
menanam
me– tanam
menanam =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(23) E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi dari
awal.
E: Ayo kawan kita
belsama, mananam
Bekelja diinterpretasikan menjadi bekerja.
bekerja
bekerja =
berprefiks
ber–.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
jagung di kebun kita.
Ambil cangkulmu kita
belkeja tak jamu-jamu.
Cangkul aku gembila
mananam jagung di
kebun kita. selesai.
ber– kerja
1.(24) T: Ini gambar apa?
E: Ini mobin bewalna
hijau.
Ini mobin teltawa
giginya banyak.
T: Eden takut tidak
sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini
sudah ootok digi,
holeee…
Belwalna diinterpretasikan menjadi
berwarna.
berwarna
ber– warna
berwarna =
berprefiks
ber–.
Setuju Setuju
1.(25) T: Ini gambar apa?
E: Ini mobil bewalna
hijau.
Ini mobil teltawa
giginya banyak.
T: Eden takut tidak
sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini
sudah ootok digi,
holeee…
Taltawa diinterpretasikan menjadi tertawa.
tertawa
ter– tawa
tertawa =
berprefiks ter–
.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
1.(26) E: Ikannya makan
kalapalan mau minta
telut ini.
I : Yang minta telur
Eden atau ikan ini?
E: Eden.
Kalapalan diinterpretasikan menjadi
kelaparan.
kelaparan
ke– lapar –an
kelaparan =
bersimulfiks
ke–an.
Setuju Setuju
1.(27) E: Bapak bangun
ikannya lapal.
B: Mana ikannya?
E: Ini tangan
lepaskan. B: iya.
lepaskan
lepas –kan
lepaskan =
bersufiks –
kan.
Setuju Setuju
1.(28) E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli golengan.
T: Mana uangnya?
E: Ini dualibu.
Golengan diinterpretasikan menjadi
gorengan.
gorengan
goreng –an
gorengan =
bersufiks –an.
Setuju Setuju
1.(29) E: Cepedaan ini.
I : Iya dikeluarin dulu
E: Mau dicana.
I : Ndak usah jauh-
jauh di sini aja, nanti
ada mobil lewat d
tabrak nanti.
E: Di cana dipinggil.
Cepedaan diinterpretasikan menjadi
sepedaan.
sepedaan
sepeda –an
Sepedaan =
bersufiks –an.
Setuju Setuju
1.(30) E: Mau ini.
T: Ini namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat apa?
Pelmainan diinterpretasikan menjadi
permainan.
permainan
Permainan =
berprefiks
per–dan
bersufiks –an.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
E: pelmainan ini bisa.
T: Ini ndak bisa
permainan ini,
batrainya habis.
per– mainan
main –an
1.(31) E: Nonton Doamon
manangis T: O yang itu
doraemon yang
terakhir itu.
E: Iya.
T: Sebentar ya dicari
dulu ya.
Manangis diinterpretasikan menjadi
menangis.
menangis
me– tangis
menangis =
berprefiks
me–.
Setuju Setuju
1.(32) E: putalkan ini
mucik.
T: Musik apa? Dilihat
dulu?
E: Ya ini tomas.
T: Iya Eden ikut
nyanyi juga ya?
E: Iya.
Putalkan diinterpretasikan menjadi putarkan.
putarkan
putar –kan
putarkan =
bersufiks –
kan.
Setuju Setuju
1.(33) E: Mulai belhitung
satu, dua, tiga.
I : Yang dihitung apa?
E: Keleta di taciun.
I : Mau nonton sama
siapa?
E: Itu sama Tate.
Belhitung diinterpretasikan menjadi
berhitung.
berhitung
ber– hitung
berhitung =
berprefiks
ber–.
Setuju Setuju
1.(34) I : Eden ibu berangkat
kerja dulu ya?
E: Iya bawa buku
Mewalnai diinterpretasikan menjadi
mewarnai.
mewarnai
mewarnai =
berprefiks
me– dan
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Tabel 1.2 Hasil Triangulasi Jenis Kata
No.
Kode
Data Tuturan
Konteks
Tuturan
Keterangan
(Data Jenis
Kata)
Jenis Kata Berdasarkan Teori Triangulator I Triangulator II
Analisis Apri Damai
Sagita Krissandi
S.S., M.Pd.
Dr. Y. Karmin,
M. Pd.
2.(1) E: Bapak
mabawa
penumpang
banyak cekali.
B: mau d bawa
kemana itu?
E: ke pacal.
Situasi
pagi
hari
sedang
makan.
Bapak,
membawa,
penumpang
, banyak,
sekali, ke,
pasar.
1. Bapak = nomina atau kata benda, mengacu
pada manusia.
2. Membawa = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan memegang barang
sambil berjalan dari tempat satu ke tempat
lain
3. Penumpang = nomina atau kata benda,
mengacu pada manusia.
4. Banyak = adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada keterangan yang lebih
khusus berdasarkan besar jumlahnya dan
tidak sedikit.
Setuju Setuju
mewalnai.
I : Buku mewarnai?
Eden mau mewarnai?
E: Iya keleta.
me– warnai
warna –i
bersufiks –i.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
5. Sekali = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “banyak”.
6. Ke = preposisi atau kata depan, mengacu
pada kata yang digunakan di depan kata
benda.
7. Pasar = nomina atau kata benda, mengacu
pada tempat orang berjualan.
2.(2) E: Macet ini
keleta tidak ke
pacal.
I : kenapa?
E: Bocor di
bengkel ini.
Situasi
sore hari
sedang
bermain
.
Macet, ini,
kereta,
tidak, ke,
pasar,
bocor, di,
bengkel,
ini.
1. Macet = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan terhenti tidak dapat
berfungsi dengan baik.
2. Ini = demonstratif atau pronomina
penunjuk, mengacu pada tempat yang
relatif dekat.
3. Kereta = nomina atau kata benda,
mengacu pada kendaraan atau alat
transportasi.
4. Tidak = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “ke pasar”.
5. Bocor = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan berlubang sehingga air atau
udara dapat keluar atau masuk.
6. Di = preposisi atau kata depan, mengacu
pada kata yang digunakan di depan kata
benda.
7. Bengkel = nomina atau kata benda,
mengacu pada tempat untuk memperbaiki
kerusakan kendaraan.
Setuju Setuju
2.(3) E: Tadi keleta.
I : Iya
Situasi
sore hari
Tadi,
kereta,
1. Tadi = adverbia atau keterangan, mengacu
pada kata yang memberikan penjelasan
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
keretanya
berapa tadi?
E: Enam, tujuh,
delapan,
sembilan,
sepuluh gebong
I : Iya banyak
sekali ya.
E: Panjang.
sedang
santai.
enam,
tujuh,
delapan,
Sembilan,
sepuluh,
gerbong,
panjang.
waktu yang sudah berlalu atau baru saja
terjadi.
2. Enam = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
3. Tujuh = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
4. Delapan = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
5. Sembilan = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
6. Sepuluh = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
7. Gerbong = nomina atau kata benda,
mengacu pada tempat atau ruang dalam
kereta untuk menempatkan orang maupun
barang.
8. Panjang = adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada keterangan yang lebih
khusus berdasarkan ukuran dari ujung ke
ujung.
2.(4) E: Ini pecawat
dan keleta.
I : dimana
lihatnya?
E: di sana di
jalan.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Ini,
pesawat,
dan,
kereta, di,
sana, di,
jalan.
1. Pesawat = nomina atau kata benda,
mengacu pada kendaraan atau alat
transportasi.
2. Dan = konjungtor atau kata sambung,
mengacu pada kata yang menghubungkan
dua unsur dengan status sama.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
3. Sana = demonstratif atau pronomina
penunjuk, mengacu pada orang atau benda
yang letaknya jauh.
4. Jalan = nomina atau kata benda, mengacu
pada perlintasan atau lalu lintas orang
maupun kendaraan.
2.(5) I : Eden mau
melihat apa?
E: Itu pecawat
dan keleta.
I : Iya bentar ya
tak cari dulu.
Sudah ini
tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok
mau beli ap?
E: Bis yang ada
kasulnya.
Situasi
malam
hari
sedang
melihat
film.
Itu,
pesawat,
dan,
kereta,
besok, beli,
bis, yang,
ada,
kasurnya.
1. Itu = demonstratif atau kata pronomina
penunjuk, mengacu pada tempat yang
letaknya jauh.
2. Besok = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “beli bis”.
3. Beli = verba atau kata kerja, mengacu pada
tindakan memperoleh sesuatu dengan
membayar.
4. Bis = nomina atau kata benda, mengacu
pada kendaraan atau alat transportasi.
5. Yang = konjungtor atau kata penghubung,
mengacu pada kata yang saling
berhubungan pada kata “ada”.
6. Ada = verba atau kata kerja, mengacu pada
tindakan hadir atau telah tersedia.
7. Kasurnya = nomina atau kata benda,
mengacu pada tempat atau alas untuk
tidur.
2.(6) E: Eden duduk
di taciun.
T: Mau
ngapain d
stasiun?
E: Naik Keleta.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Eden,
duduk, di,
stasiun,
naik,
kereta, ke,
Jogja.
1. Eden = nomina atau kata benda, mengacu
pada manusia.
2. Duduk = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
3. Stasiun = nomina atau kata benda,
mengacu pada tempat perhentian kereta
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
T: Eden mau
kemana?
E: Ke Jogja.
api.
4. Naik = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang bergerak ke tempat
yang lebih tinggi.
5. Jogja = nomina atau kata benda, mengacu
pada tempat atau daerah.
2.(7) E: Dengan
campo mandi.
I : Besok saja
shamponya
nanti dingin.
Situasi
sore hari
sedang
mandi.
Dengan,
sampo,
mandi.
1. Dengan = preposisi atau kata depan,
mengacu pada kata yang digunakan di
depan kata benda untuk menyatakan
hubungan maupun menjelaskan.
2. Sampo = nomina atau kata benda,
mengacu pada perlengkapan mandi
berupa cairan untuk mencuci rambut.
3. Mandi = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan membersihkan tubuh
dengan air dan sabun.
Setuju Setuju
2.(8) E: Mobin
macet tidak
jalan.
T: Kenapa kok
tidak bisa
jalan?
E: Diinjak
jayen.
T: Jayen yang
mana?
E: Ini besal.
Mobin banyak.
Situasi
sore hari
sedang
bermain
.
Mobil,
macet,
tidak,
jalan,
diinjak,
jayen, ini,
besar,
mobil,
banyak.
1. Mobil = nomina atau kata benda, mengacu
pada kendaraan atau alat transportasi.
2. Diinjak = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
3. Jayen = nomina atau kata benda, mengacu
pada manusia.
4. Besar = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan ukuran.
Setuju Setuju
2.(9) E: Ibu itu
nakal.
I : Yang nakal
Situasi
sore hari
sedang
Ibu, itu,
nakal,
bapak,
1. Ibu = nomina atau kata benda, mengacu
pada manusia.
2. Nakal = adjektiva atau kata sifat, mengacu
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
siapa?
E: Bapak.
I : Kenapa kok
bapak nakal?
E: Tidak boleh
main moto ini.
santai. tidak,
boleh,
main,
motor, ini.
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan perbuatan yang kurang baik.
3. Boleh = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “tidak”.
4. Main = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan menyenangkan atau
perbuatan bersenang-senang.
5. Motor = nomina atau kata benda, mengacu
pada kendaraan atau alat transportasi.
2.(10) E: Sudah otok
digi.
T: Kapan
gosok giginya?
E: Tadi mandi.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Sudah,
gosok, gigi,
tadi,
mandi.
1. Sudah = adverbia waktu atau kata
keterangan, mengacu pada kata yang
memberikan penjelasan telah terjadi atau
selesai.
2. Gosok = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan membersihkan
3. Gigi = nomina atau kata benda, mengacu
pada alat untuk mengunyah dan menggigit
makanan.
Setuju Setuju
2.(11) T: Ayo coba
sekarang
dihitung
giginya.
E: Ini dua kilo.
T: Lho kok dua
kilo kamu
timbang po?
E: Di bengkel.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Ini, dua,
kilo, di,
bengkel.
1. Dua = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
2. Kilo = nomina atau kata benda, mengacu
pada satuan berat.
Setuju Setuju
2.(12) T: Eden mau
minum apa?
E: Es dan jeluk.
Situasi
siang
hari
Es, dan,
jeruk,
manis.
1. Es = nomina atau kata benda, mengacu
pada air yang dibekukan dan terasa
dingin.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
T: Mau yang
manis tidak.
E: nanis.
sedang
menonto
n film.
2. Jeruk = nomina atau kata benda, mengacu
pada buah.
3. Manis = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan rasa pengecapan.
2.(13) E: Keletanya
melwati umah.
I : Lewat
rumah siapa?
E: Umah Eden.
Situasi
sore hari
sedang
melihat
film.
Keretanya,
melewati,
rumah,
rumah,
Eden.
1. Melewati = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan melalui atau menempuh.
2. Rumah = nomina atau kata benda,
mengacu pada orang berteduh atau
bertempat tinggal.
3. Eden = nomina atau kata benda, mengacu
pada manusia.
Setuju Setuju
2.(14) E: Keletanya
belhenti di
umah.
I : Mana
keretanya?
E: Ini keleta
besal.
Situasi
sore hari
sedang
melihat
film.
Keretanya,
berhenti,
di, rumah,
ini, kereta,
besar.
1. Berhenti = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan tidak bergerak atau
berakhir.
Setuju Setuju
2.(15) E: Dingin Eden
mamaki ail
nanas.
I : Makanya
dibilangin ibu
itu nurut,
sebentar tunggu
biar airnya
mendidih ya.
E: iya.
Situasi
sore hari
sebelum
mandi.
Dingin,
Eden,
memakai,
air, panas,
iya.
1. Dingin = adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada keterangan bersuhu rendah.
3. Memakai = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan menggunakan sesuatu.
4. Air = nomina atau kata benda, mengacu
pada cairan jernih yang di perlukan oleh
makhluk hidup.
5. Panas = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan atau memberikan
penjelasan pada kata “air”.
6. Iya = adverbia atau kata keterangan,
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
mengacu pada pemberian penjelasan atau
menyatakan persetujuan pada pernyataan
“Makanya dibilangin ibu itu nurut,
sebentar tunggu biar airnya mendidih ya”.
2.(16) E: cudah
mididih I : hii bohong
belum yaa
E: hahaha
Situasi
sore hari
sebelum
mandi.
Sudah,
mendidih.
1. Mendidih = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang sedang
dilakukan.
Setuju Setuju
2.(17) E: bica pakaian
sendili.
I : Ya sudah
dipakai sendiri
celananya.
E: Ya catu-
catu.
Situasi
sore hari
setelah
mandi.
Bisa,
pakaian,
sendiri, ya,
satu-satu.
1. Bisa = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
2. Pakaian = nomina atau kata benda,
mengacu pada celana dan kaos.
3. Sendiri = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “pakai”.
4. Satu- satu = numeralia atau kata bilangan ,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
Setuju Setuju
2.(18) E: keletanya
mambawa
penumpang banyak cekali
ini.
B: mau di bawa
kemana itu?
E: oh ke pacal
ini.
Situasi
pagi
hari
sedang
makan.
Keretanya,
membawa,
penumpang
, banyak,
sekali, ini,
oh, ke,
pasar, ini.
1. Oh = interjeksi atau kata seru, mengacu
pada pengungkapan rasa keheranan.
Setuju Setuju
2.(19) E: Keletanya
lewat jembatan
ini tatatuh
Situasi
pagi
hari
Keretanya,
lewat,
jembatan,
1. Lewat = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan melalui atau menempuh
2. Jembatan = nomina atau kata benda,
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
aduhh cakit.
B: Kenapa kok
sakit?
E: Tadi tatuh di
jembatan.
sedang
makan.
ini,
terjatuh,
aduh, sakit,
tadi, jatuh,
di,
jembatan.
mengacu pada jalan untuk
menghubungkan suatu wilayah.
3. Terjatuh = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan jatuh yang tidak sengaja
dilakukan .
4. Aduh = interjeksi atau kata seru, mengacu
pada pengungkapan rasa sakit.
5. Sakit = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan rasa tidak nyaman di tubuh
karena menderita sesuatu.
2.(20) B: Sini Eden
makan lagi biar
gak sakit kalau
jatuh.
E: makanan
apa? mau lele.
B: Ini sayur
bayam sama
tempe, lelenya
nanti lagi ya?
E: Iya.
Situasi
pagi
hari
sedang
makan.
Makanan,
apa, mau,
lele, iya.
1. Makanan = nomina atau kata benda,
mengacu pada jenis makanan atau segala
sesuatu yang dapat dimakan.
2. Apa = Pronomina penanya atau kata ganti,
mengacu pada menanyakan sesuatu.
3. Mau = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “makan”.
4. Lele = nomina atau kata benda, mengacu
pada hewan.
Setuju Setuju
2.(21) E: Minggil.
tuknya lawat
minggil.
T: ya jangan
lewat sini.
E: Ini belat
mangangut pasil tilut-tilut
minggil.
Situasi
sore hari
sedang
bermain
.
Minggir,
truknnya,
lewat,
minggir,
ini, berat,
mengangku
t, pasir,
minggir.
1. Minggir = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
2. Truknya = nomina atau kata benda,
mengacu pada kendaraan atau alat
transportasi.
3. Berat = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus.
4. Mengangkut = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang sedang
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
dilakukan.
5. Pasir = nomina atau kata benda, mengacu
pada butir batu yang halus sebagai bahan
bangunan.
2.(22) T: Eden kenapa
kok sembunyi?
E: Ku takutan
tokek-tokek.
T: eh kamu
jangan takut
sama tokek ya
E: Tokek-tokek
di kebun.
Situasi
malam
hari
menjela
ng tidur.
Ku,
takutan,
tokek-
tokek,
tokek-
tokek, di,
kebun.
1. Ku = Pronomina pesona atau kata ganti,
mengacu pada orang.
2. Takutan = Adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “tokek-tokek”.
3. Tokek –tokek = nomina atau kata benda,
mengacu pada hewan.
4. Kebun = nomina atau kata benda,
mengacu pada tempat atau sebidang tanah
yang ditanami pohon.
Setuju Setuju
2.(23) T: Eden besok
mau sekolah
dimana?
E: Jauh di TK.
T Iya besok
sekolah ya,
disekolah Eden
mau ngapain?
E: manani
bintang kecil.
Situasi
siang
hari
sedang
santai.
Jauh, di,
TK,
menyanyi,
bintang,
kecil.
1. Jauh = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan jaraknya.
2. Menyanyi = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang sedang
dilakukan.
3. Bintang = nomina atau kata benda,
mengacu pada planet bagian dari tata
surya.
4. Kecil = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan keadaan ukuran yang tidak
besar.
Setuju Setuju
2.(24) E: Bintang Situasi Bintang, 1. Langit = nomina atau kata benda, Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
kecil di lanit
yang bilu amat
banyak
menghias
angkaca. Aku
ingin tebang
menali jauh
tinggi tempat
belada.
E: Sudah.
siang
hari
sedang
santai.
kecil, di,
langit,
yang, biru,
amat,
banyak,
menghias,
angkasa,
aku, ingin,
terbang,
dan,
menari,
jauh,
tinggi,
tempat,
berada,
sudah.
mengacu pada ruang luas tempat
beradanya planet.
2. Biru =adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada kata yang memberikan penjelasan
pada kata “langit”.
3. Amat = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “banyak”.
4. Menghias = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang sedang
dilakukan.
5. Angkasa = nomina atau kata benda,
mengacu pada tempat
6. Ingin = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “terbang”.
7. Terbang = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan melayang di udara.
8. Menari = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan menggerakkan badan
dengan diiringi musik.
9. Jauh = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan jaraknya.
10. Tinggi = adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada keterangan yang lebih
khusus berdasarkan letaknya jauh ke atas.
11. Tempat = Adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “bintang”.
12. Berada = verba atau kata kerja, mengacu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
pada tindakan yang sedang dilakukan.
13. Sudah = adverbia waktu atau kata
keterangan, mengacu pada kata yang
memberikan penjelasan bahwa sudah
selesai atau berakhir.
2.(25) E: Tilut-tilut
tadi Eden
miliat keleta
maju jaya.
I : Tadi melihat
dimana?
E: Di taciun.
I : Di Stasiun
mana tadi?
E: Di jogja.
I : O tadi Eden
ke Jogja?
E: Belum.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Tadi, Eden,
melihat,
kereta,
maju, jaya,
di, stasiun,
di, Jogja,
belum.
1. Melihat = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan memperhatikan dengan
menggunakan mata.
2. Maju = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan bergerak ke depan.
3. Jaya = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan kesuksesan atau keberhasilan.
4. Jogja = nomina atau kata benda, mengacu
pada nama tempat atau daerah.
5. Belum = adverbia atau kata keterangan,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan dari pertanyaan“O tadi Eden ke
Jogja?”.
Setuju Setuju
2.(26) E: Eden buku.
B: Buat apa
bukunya?
E: Buat
mangambal
mobin.
B: Iya, sini
gambar sama
bapak.
E: Tidak mau
Eden bisa.
Situasi
siang
hari
sedang
belajar.
Eden,
buku, buat,
menggamb
ar, mobil,
tidak, mau,
Eden, bisa.
1. Buku = nomina atau kata benda, mengacu
kertas yang dijilid dan berisi tulisan
maupun kosong.
2. Buat = preposisi atau kata depan,
mengacu pada kata menjelaskan tujuan
atau maksud yang berhubungan pada kata
“menggambar”.
3. Menggambar = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan membuat gambar.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
2.(27) E: Ibu Eden
mau
I : mau apa?
E: Eden mau
mambali es
kim
I : Mau yang
rasa apa?
E: Cokat.
I : iya ambil
uang dulu, sana
minta sama
bapak.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Ibu, Eden,
mau, Eden,
mau
membeli,
es, krim,
coklat.
1. Ibu = nomina atau kata benda, mengacu
pada orang.
2. Membeli = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan memperoleh sesuatu
dengan membayar.
3. Coklat = Adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada kata yang memberikan
penjelasan pada kata “es krim”.
Setuju Setuju
2.(28) E: Montonton
ini pecawat dan
keleta.
I : Dimana
lihatnya?
E: Di jalan.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Menonton,
ini,
pesawat,
dan,
kereta, di,
jalan.
1. Menonton = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan melihat
pertunjukan gambar.
Setuju Setuju
2.(29) E: Tilut-tilut
keleta lewat
duel nabak
mobin.
T: Kenapa
Eden?
E: Mobin
ditabak keleta.
Situasi
sore hari
sedang
bermain
.
Kereta,
lewat,
nabrak,
mobil,
mobil,
ditabrak,
kereta.
1. Nabrak = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
Setuju Setuju
2.(30) E: Naik di
taciun.
T: Eden mau
kemana?
Situasi
sore hari
sedang
santai..
Naik, di,
stasiun, ke,
Jogja,
mengangka
1. Mengangkat = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan membawa ke atas.
2. Gajah = nomina atau kata benda, mengacu
pada hewan.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
E: Ke Jogja.
T: Ke Jogja
ngapain?
E: Mau
mangakat
gajah besal.
t, gajah,
besar.
2.(31) E: Mobin tidak
bisa jalan.
T: Kenapa kok
tidak bisa
jalan?
E: Dilusak
jayen.
T: Jayen yang
mana?
E: Ya ini besar.
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
Mobil,
tidak, bisa,
jalan,
dirusak,
jayen, ya,
ini, besar.
1. Dirusak = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
2. Jayen = nomina atau kata benda, mengacu
pada orang.
Setuju Setuju
2.(32) E: Ini mobil
balapan sama
pecawat.
T: Mana
pesawatnya?
E: Itu di atas
sana.
E: Mobin kalah
sama pecawat
teeet tatuh.
Situasi
siang
hari
sedang
santai.
Ini, mobil,
balapan,
sama,
pesawat,
itu, di,
atas, sana,
mobil,
kalah,
sama,
pesawat,
jatuh.
1. Balapan = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan bertanding.
2. Sama = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan memberikan penjelasan
pada kata “balapan”.
3. Atas = nomina atau kata benda, mengacu
pada bagian tempat yang lebih tinggi.
4. Kalah = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan tidak menang atau tidak
berhasil dalam pertandingan.
5. Jatuh = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan terlepas dari tempat
asalnya.
Setuju Setuju
2.(33) E: Main hape Situasi Main, 1. Hape (handpone) = nomina atau kata Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
ini.
I : Nanti dulu
ini adeknya di
dalam perut ibu
ini gerak-gerak
bilang dulu
sama adeknya.
E: Adek balu
apa? Adek mau
mainan hape
ini. Adek
muaa.
I : Besok kalau
adek lahir di
ajak maen ya?
E: Iya mainan
hape ini.
sore hari
sedang
santai.
hape, ini,
Adek, baru,
apa, Adek,
mau,
mainan,
hape, ini,
Adek.
benda, mengacu pada alat komunikasi
jarak jauh.
2. Adek= nomina atau kata benda, mengacu
pada orang.
3. Baru = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang lebih khusus
berdasarkan sesuatu yang belum pernah
dilihat sebelumnya.
4. Apa = Pronomina atau kata ganti,
mengacu pada kata untuk bertanya
sesuatu.
2.(34) E: Cangkul-
cangkul.
I : Iya ayo
nyanyi dari
awal.
E: Ayo kawan
kita belsama,
mananam jagung di
kebun kita.
Ambil
cangkulmu kita
belkeja tak
jamu-jamu.
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
Cangkul-
cangkul,
Ayo,
kawan,
kita,
bersama,
menanam,
jagung, di,
kebun,
kita,ambil,
cangkulmu,
kita,
bekerja,
tak, jemu-
1. Cangkul-cangkul = verba atau kata kerja,
mengacu pada pekerjaan yang dilakukan
untuk menggali tanah.
2. Ayo = interjeksi atau kata seru, mengacu
pada ajakan atau mengajak.
3. Kawan = nomina atau kata benda,
mengacu pada orang
4. Kita = Pronomina pesona jamak atau kata
ganti, mengacu pada orang yang berbicara
dan diajak berbicara.
5. Bersama = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
6. Menanam = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan menaruh bibit di
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Cangkul aku
gembila
mananam
jagung di
kebun kita.
selesai.
jemu,
cangkul,
aku,
gembira,
menanam,
jagung, di,
kebun, kita,
selesai.
dalam tanah supaya tumbuh.
7. Jagung = nomina atau kata benda,
mengacu pada tanaman.
8. Ambil = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
9. Bekerja = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan berbuat sesuatu dan
mendapat hasil.
10. Jemu-jemu = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang sedang
dilakukan.
11. Gembira = adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada keterangan yang lebih
khusus berdasarkan ungkapan rasa
senang.
12. Selesai = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan
sudah berakhir.
2.(35) T: Ini gambar
apa?
E: Ini mobin
bewalna hijau.
Ini mobin
teltawa giginya
banyak.
T: Eden takut
tidak sama
mobilnya?
E: Tidak ..
tidak ini sudah
ootok digi,
Situasi
sore hari
sedang
belajar.
Ini, mobil,
berwarna,
hijau, ini,
mobil,
tertawa,
giginya,
banyak,
tidak, ini,
sudah,
gosok, gigi.
1. Berwarna = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan memakai warna.
2. Hijau = Adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada keterangan yang memberikan
penjelasan pada kata “berwarna”.
3. Tertawa = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
4. Gigi = nomina atau kata benda, mengacu
pada tulang keras untuk mengunyah
makanan.
5. Gosok = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
holeee…
2.(36) E: Ikannya
makan
kalapalan mau
minta telut ini.
I : Yang minta
telur Eden atau
ikan ini?
E: Eden.
Situasi
pagi
hari
sedang
melihat
ikan di
akuariu
m.
Ikannya,
makan,
kelaparan,
mau,
minta,
telur, ini,
Eden.
1. Ikannya = nomina atau kata benda,
mengacu pada hewan.
2. Makan = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan memasukkan makanan ke
dalam mulut.
3. Kelaparan = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan menderita lapar
atau kekurangan makanan.
4. Minta = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan berkata- kata untuk
mendapatkan sesuatu.
5. Telur = nomina atau kata benda, mengacu
pada benda bercangkang yang dihasilkan
oleh unggas.
Setuju Setuju
2.(37) E: Bapak
bangun
ikannya lapal.
B: Mana
ikannya?
E: Ini tangan
lepaskan. B: iya.
Situasi
pagi
hari
sedang
di
kamar.
Bapak,
bangun,
ikannya,
lapar, ini,
tangan,
lepaskan.
1. Bangun = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
2. Lapar = adjektiva atau kata sifat, mengacu
pada kata yang memberikan penjelasan
khusus mengenai keinginan untuk makan
pada kata “ikan”.
3. Tangan = nomina atau kata benda,
mengacu pada salah satu anggota tubuh
manusia.
4. Lepaskan = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang sedang
dilakukan.
Setuju Setuju
2.(38) E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli
golengan.
Situasi
pagi
hari
sedang
Ke, sana,
beli,
gorengan,
ini, dua,
1. Gorengan = nomina atau kata benda,
mengacu pada makanan yang di goreng
seperti tempe, tahu.
2. Dua = numeralia atau kata bilangan,
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
T: Mana
uangnya?
E: Ini dualibu.
santai. ribu. mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
3. Ribu = nomina atau kata benda, mengacu
pada kata satuan bilangan.
2.(39) E: Cepedaan
ini.
I : Iya
dikeluarin dulu
E: Mau dicana.
I : Ndak usah
jauh-jauh di
sini aja, nanti
ada mobil
lewat d tabrak
nanti.
E: Di cana
dipinggil.
Situasi
sore hari
sedang
bermain
.
Sepedaan,
ini, mau,
di, sana, di,
sana, di,
pinggir.
1. Sepedaan = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang sedang
dilakukan.
2. Pinggir = nomina atau kata benda,
mengacu pada posisi di tepi atau sisi.
Setuju Setuju
2.(40) E: Mau ini.
T: Ini namanya
apa?
E: Hape.
T: Mau buat
apa?
E: pelmainan
ini bisa.
T: Ini ndak bisa
permainan ini,
batrainya habis.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Mau, ini,
hape,
permainan
, ini, bisa.
1. Permainan = nomina atau kata benda,
mengacu pada barang atau sesuatu yang
dipermainkan.
Setuju Setuju
2.(41) E: Nonton
Doamon
Situasi
sore hari
Nonton,
doraemon,
1. Doraemon = nomina atau kata benda,
mengacu pada orang (tokoh film kartun).
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
manangis T: O yang itu
doraemon yang
terakhir itu.
E: Iya.
T: Sebentar ya
dicari dulu ya.
sedang
santai.
menangis,
iya.
2. Menangis = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan mengeluarkan air
mata.
2.(42) E: putalkan ini
mucik.
T: Musik apa?
Dilihat dulu?
E: Ya ini
tomas.
T: Iya Eden
ikut nyanyi
juga ya?
E: Iya.
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
Putarkan,
ini, musik,
iya, ini,
tomas, iya.
1. Putarkan = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan yang sedang dilakukan.
2. Musik = nomina atau kata benda, mengacu
pada ilmu atau seni menyusun nada.
3. Tomas = nomina atau kata benda,
mengacu pada orang (tokoh film kartun).
Setuju Setuju
2.(43) E: Mulai
belhitung satu,
dua, tiga.
I : Yang
dihitung apa?
E: Keleta di
taciun.
I : Mau nonton
sama siapa?
E: Itu sama
Tate.
Situasi
pagi
hari
sedang
bermain
.
Mulai,
berhitung,
satu, dua,
tiga,
kereta, di,
stasiun, itu,
sama,
tante.
1. Mulai = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan mengawali atau berbuat
sesuatu yang baru.
2. Berhitung = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan mengerjakan
hitungan.
3. Satu = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
4. Dua = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan lain.
5. Tiga = numeralia atau kata bilangan,
mengacu pada bilangan dasar yang
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
menjadi sumber dari bilangan lain.
6. Tante = nomina atau kata benda, mengacu
pada sebutan untuk orang.
2.(44) I : Eden ibu
berangkat kerja
dulu ya?
E: Iya bawa
buku
mewalnai.
I : Buku
mewarnai?
Eden mau
mewarnai?
E: Iya keleta.
Situasi
pagi
hari
sedang
duduk
santai.
Iya, bawa,
buku,
mewarnai,
iya, kereta.
1. Bawa = verba atau kata kerja, mengacu
pada tindakan mengangkat atau
memindahkan barang ke tempat lain.
2. Mewarnai = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan memberikan
warna.
Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
ANALISIS DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
ANALISIS PEMEROLEHAN KATA DARI SEGI KATA BERAFIKS
Data Tuturan Konteks
Tuturan
Analisis Kata Berafiks
Berdasarkan Teori
No.
Kode
Jumlah
Kata Berafiks
Kolom Triangulator
Setuju Tidak
Setuju
Keterangan
E: Keletanya
melwati umah.
I : Lewat rumah
siapa?
E: Umah Eden.
Situasi sore
hari sedang
melihat film.
Melwati
diinterpretasikan
menjadi melewati.
melewati
me– lewati
lewat –i
melewati =
berprefiks me–
dan bersufiks –i.
1.(1) berprefiks
me– dan
bersufiks –i = 1
E: Keletanya
belhenti di umah.
I : Mana keretanya?
E: Ini keleta besal.
Situasi sore
hari sedang
melihat film.
Belhenti
diinterpretasikan
menjadi berhenti.
berhenti
ber– henti
berhenti =
berprefiks ber–.
1.(2) berprefiks
ber– = 1
E: Dingin Eden
mamaki ail nanas.
I : Makanya
dibilangin ibu itu
nurut, sebentar
tunggu biar airnya
mendidih ya.
E: iya.
Situasi sore
hari sebelum
mandi.
Mamaki
diinterpretasikan
menjadi memakai.
memakai
me– pakai
memakai =
berprefiks me–.
1.(3) berprefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
E: cudah mididih
I : hii bohong belum
yaa
E: hahaha
Situasi sore
hari sebelum
mandi.
Mididih diinterpretasikan
menjadi mendidih.
mendidih
me– didih
mendidih =
berprefiks me–.
1.(4) berprefiks
me– = 1
E: bica pakaian
sendili.
I : Ya sudah dipakai
sendiri celananya.
E: Ya catu-catu.
Situasi sore
hari setelah
mandi.
pakaian
pakai –an
pakaian =
bersufiks –an.
1.(5) Bersufiks
–an = 1
E: keletanya
mambawa penumpang banyak
cekali ini.
B: mau di bawa
kemana itu?
E: oh ke pacal ini.
Situasi pagi
hari sedang
makan.
Mambawa
diinterpretasikan
menjadi membawa.
membawa
me– bawa
penumpang
pe– tumpang
membawa =
berprefiks me–
dan penumpang =
berprefiks pe–
1.(6) berprefiks
me– dan pe– = 2
E: Keletanya lewat
jembatan ini tatatuh
aduhh cakit.
B: Kenapa kok
sakit?
E: Tadi tatuh di
jembatan.
Situasi pagi
hari sedang
makan.
Tatatuh diinterpretasikan
menjadi terjatuh.
terjatuh
ter– jatuh
terjatuh =
berprefiks ter–.
1.(7) berprefiks
ter– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
B: Sini Eden makan
lagi biar gak sakit
kalau jatuh.
E: makanan apa?
mau lele.
B: Ini sayur bayam
sama tempe, lelenya
nanti lagi ya?
E: Iya.
Situasi pagi
hari sedang
makan.
makanan
makan –an
makanan =
bersufiks –an.
1.(8) bersufiks –an = 1
E: Minggil. tuknya
lawat minggil.
T: ya jangan lewat
sini.
E: Ini belat
mangangut pasil
tilut-tilut minggil.
Situasi sore
hari sedang
bermain.
Mangangut
diinterpretasikan
menjadi mengangkut.
mengangkut
me– angkut
mengangkut =
berprefiks me–.
1.(9) berprefiks
me– = 1
T: Eden kenapa kok
sembunyi?
E: Ku takutan
tokek-tokek.
T: eh kamu jangan
takut sama tokek ya
E: Tokek-tokek di
kebun.
Situasi
malam hari
menjelang
tidur.
takutan
takut –an
takutan =
bersufiks –an.
1.(10) bersufiks
–an = 1
T: Eden besok mau
sekolah dimana?
E: Jauh di TK.
T Iya besok sekolah
ya, disekolah Eden
mau ngapain?
E: manani bintang
kecil gitu.
Situasi siang
hari sedang
santai.
Manani diinterpretasikan
menjadi menyanyi.
menyanyi
me– nyanyi
menyanyi =
berprefiks me–.
1.(11) berprefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
E: Bintang kecil di
lanit yang bilu amat
banyak menghias
angkaca. Aku ingin
tebang menali jauh
tinggi tempat
belada.
E: Sudah.
Situasi siang
hari sedang
santai.
menghias
me– hias
menghias =
berprefiks me–.
1.(12) beprefiks
me– = 1
E: Bintang kecil di
lanit yang bilu amat
banyak menghias
angkaca. Aku ingin
tebang menali jauh
tinggi tempat belada.
E: Sudah.
Situasi siang
hari sedang
santai.
Menali diinterpretasikan
menjadi menari.
menari
me– tari
menari =
berprefiks me–.
1.(13) berprefiks
me– = 1
E: Tilut-tilut tadi
Eden miliat keleta
maju jaya.
I : Tadi melihat
dimana?
E: Di taciun.
I : Di Stasiun mana
tadi?
E: Di jogja.
I : O tadi Eden ke
Jogja?
E: Belum.
Situasi sore
hari sedang
santai.
Miliat diinterpretasikan
menjadi melihat.
melihat
me– lihat
melihat =
berprefiks me–.
1.(14) berprefiks
me– = 1
E: Eden buku.
B: Buat apa
bukunya?
E: Buat mangambal
mobin.
B: Iya, sini gambar
sama bapak.
E: Tidak mau Eden
bisa.
Situasi siang
hari sedang
belajar.
Mangambal
diinterpretasiakan
menjadi menggambar.
menggambar
me– gambar
menggambar =
berprefiks me–.
1.(15) berprefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
E: Ibu Eden mau
I : mau apa?
E: Eden mau
mambali es kim
I : Mau yang rasa
apa?
E: Cokat.
I : iya ambil uang
dulu, sana minta
sama bapak.
Situasi sore
hari sedang
santai.
Mambali
diinterpretasikan
menjadi membeli.
membeli
me– beli
membeli =
berprefiks me–.
1.(16) berprefiks
me– = 1
E: Montonton ini
pecawat dan keleta.
I : Dimana lihatnya?
E: Di jalan.
Situasi sore
hari sedang
santai.
Montonton
diinterpretasikan
menjadi menonton.
menonton
me– tonton
menonton =
berprefiks me–.
1.(17) berprefiks
me– = 1
E: Tilut-tilut
keleta lewat
duel nabak mobin.
T: Kenapa Eden?
E: Mobin ditabak
keleta.
Situasi sore
hari sedang
bermain.
Ditabak
diinterpretasikan
menjadi ditabrak.
ditabrak
di– tabrak
ditabrak =
berprefiks di–.
1.(18) berprefiks di– = 1
E: Naik di taciun.
T: Eden mau
kemana?
E: Ke Jogja.
T: Ke Jogja
ngapain?
E: Mau mangakat
gajah besal.
Situasi sore
hari sedang
santai..
Mangakat
diinterpretasikan
menjadi mengangkat.
mengangkat
me– angkat
mengangkat =
berprefiks me–.
1.(19) berprefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
E: Mobin tidak bisa
jalan.
T: Kenapa kok tidak
bisa jalan?
E: Dilusak jayen.
T: Jayen yang
mana?
E: Ya ini besar.
Situasi
malam hari
sedang santai.
Dilusak diinterpretasikan
menjadi dirusak.
dirusak
di– rusak
dirusak =
berprefiks di–.
1.(20) berprefiks di– = 1
E: Ini mobil balapan
sama pecawat.
T: Mana
pesawatnya?
E: Itu di atas sana.
E: Mobin kalah
sama pecawat teeet
tatuh gitu.
Situasi siang
hari sedang
santai.
balapan
balap –an
balapan =
bersufiks –an.
1.(21) bersufiks –an = 1
E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi
dari awal.
E: Ayo kawan kita
belsama, mananam
jagung di kebun kita.
Ambil cangkulmu
kita belkeja tak
jamu-jamu. Cangkul
aku gembila
mananam jagung di
kebun kita. selesai.
Situasi
malam hari
sedang santai.
Mananam
diinterpretasikan
menjadi menanam.
menanam
me– tanam
menanam =
berprefiks me–.
1.(22) berprefiks
me– = 1
E: Cangkul-cangkul.
I : Iya ayo nyanyi
dari awal.
E: Ayo kawan kita
belsama, mananam
jagung di kebun kita.
Ambil cangkulmu
kita belkeja tak
Situasi
malam hari
sedang santai.
Bekelja diinterpretasikan
menjadi bekerja.
bekerja
ber– kerja
bekerja =
berprefiks ber–.
1.(23) berprefiks
ber– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
jamu-jamu. Cangkul
aku gembila
mananam jagung di
kebun kita. selesai.
T: Ini gambar apa?
E: Ini mobin
bewalna hijau.
Ini mobin teltawa
giginya banyak.
T: Eden takut tidak
sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini
sudah ootok digi,
holeee…
Situasi sore
hari sedang
belajar.
Belwalna
diinterpretasikan
menjadi berwarna.
berwarna
ber– warna
berwarna =
berprefiks ber–.
1.(24) beprefiks
ber– = 1
T: Ini gambar apa?
E: Ini mobil bewalna
hijau.
Ini mobil teltawa
giginya banyak.
T: Eden takut tidak
sama mobilnya?
E: Tidak .. tidak ini
sudah ootok digi,
holeee..
Situasi sore
hari sedang
belajar.
Taltawa
diinterpretasikan
menjadi tertawa.
tertawa
ter– tawa
tertawa =
berprefiks ter–.
1.(25) berprefiks
ter– = 1
E: Ikannya makan
kalapalan mau
minta telut ini.
I : Yang minta telur
Eden atau ikan ini?
E: Eden.
Situasi pagi
hari sedang
melihat ikan
di akuarium.
Kalapalan
diinterpretasikan
menjadi kelaparan.
kelaparan
ke– lapar –an
kelaparan =
bersimulfiks
ke–an.
1.(26) bersimulfiks
ke–an = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
E: Bapak bangun
ikannya lapal.
B: Mana ikannya?
E: Ini tangan
lepaskan. B: iya.
Situasi pagi
hari sedang di
kamar.
lepaskan
lepas –kan
lepaskan =
bersufiks –kan.
1.(27) bersufiks –kan = 1
E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli golengan.
T: Mana uangnya?
E: Ini dualibu.
Situasi pagi
hari sedang
santai.
Golengan
diinterpretasikan
menjadi gorengan.
gorengan
goreng –an
gorengan =
bersufiks –an.
1.(28) bersufiks –an = 1
E: Cepedaan ini.
I : Iya dikeluarin
dulu
E: Mau dicana.
I : Ndak usah jauh-
jauh di sini aja, nanti
ada mobil lewat d
tabrak nanti.
E: Di cana dipinggil.
Situasi sore
hari sedang
bermain.
Cepedaan
diinterpretasikan
menjadi sepedaan.
sepedaan
sepeda –an
Sepedaan =
bersufiks –an.
1.(29) bersufiks –an = 1
E: Mau ini.
T: Ini namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat apa?
E: pelmainan ini
bisa.
T: Ini ndak bisa
permainan ini,
batrainya habis.
Situasi sore
hari sedang
santai.
Pelmainan
diinterpretasikan
menjadi permainan.
permainan
per– mainan
main –an
Permainan =
berprefiks per–
dan bersufiks –an.
1.(30) berprefiks
per– dan
bersufiks –an = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
E: Nonton Doamon
manangis T: O yang itu
doraemon yang
terakhir itu.
E: Iya.
T: Sebentar ya dicari
dulu ya.
Situasi sore
hari sedang
santai.
Manangis
diinterpretasikan
menjadi menangis.
menangis
me– tangis
menangis =
berprefiks me–.
1.(31) berprefiks
me– = 1
E: putalkan ini
mucik.
T: Musik apa?
Dilihat dulu?
E: Ya ini tomas.
T: Iya Eden ikut
nyanyi juga ya?
E: Iya.
Situasi
malam hari
sedang santai.
Putalkan
diinterpretasikan
menjadi putarkan.
putarkan
putar –kan
putarkan =
bersufiks –kan.
1.(32) bersufiks –kan = 1
E: Mulai belhitung
satu, dua, tiga.
I : Yang dihitung
apa?
E: Keleta di taciun.
I : Mau nonton sama
siapa?
E: Itu sama Tate.
Situasi pagi
hari sedang
bermain.
Belhitung
diinterpretasikan
menjadi berhitung.
berhitung
ber– hitung
berhitung =
berprefiks ber–.
1.(33) berprefiks
ber– = 1
I : Eden ibu
berangkat kerja dulu
ya?
E: Iya bawa buku
mewalnai.
I : Buku mewarnai?
Eden mau
mewarnai?
E: Iya keleta.
Situasi pagi
hari sedang
duduk santai.
Mewalnai
diinterpretasikan
menjadi mewarnai.
mewarnai
me– warnai
warna –i
mewarnai =
berprefiks me–
dan bersufiks –i.
1.(34) berprefiks
me– dan
bersufiks –i = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
ANALISIS PEMEROLEHAN KATA DARI SEGI JENIS KATA
Data Tuturan
Konteks
Tuturan
Keterangan
(Data Jenis Kata)
Jenis Kata Berdasarkan Teori
No.
Kode
Jumlah Jenis
Kata
Kolom Triangulator
Analisis Setuju Tidak
Setuju
Keterangan
E: Bapak
mabawa
penumpang
banyak cekali.
B: mau d bawa
kemana itu?
E: ke pacal.
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
Bapak,
membawa,
penumpang,
banyak, sekali,
ke, pasar.
1. Bapak = nomina atau kata
benda, mengacu pada manusia.
2. Membawa = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
memegang barang sambil
berjalan dari tempat satu ke
tempat lain
3. Penumpang = nomina atau kata
benda, mengacu pada manusia.
4. Banyak = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan besar jumlahnya
dan tidak sedikit.
5. Sekali = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata
“banyak”.
6. Ke = preposisi atau kata depan,
mengacu pada kata yang
digunakan di depan kata
benda.
7. Pasar = nomina atau kata
benda, mengacu pada tempat
orang berjualan.
2.(1) nomina, verba,
adverbia,
adjektiva,
preposisi = 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
E: Macet ini
keleta tidak ke
pacal.
I : kenapa?
E: Bocor di
bengkel ini.
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
Macet, ini,
kereta, tidak, ke,
pasar, bocor, di,
bengkel, ini.
1. Macet = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
terhenti tidak dapat berfungsi
dengan baik.
2. Ini = demonstratif atau
pronomina penunjuk, mengacu
pada tempat yang relatif dekat.
3. Kereta = nomina atau kata
benda, mengacu pada
kendaraan atau alat
transportasi.
4. Tidak = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata “ke
pasar”.
5. Bocor = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
berlubang sehingga air atau
udara dapat keluar atau masuk.
6. Di = preposisi atau kata depan,
mengacu pada kata yang
digunakan di depan kata
benda.
7. Bengkel = nomina atau kata
benda, mengacu pada tempat
untuk memperbaiki kerusakan
kendaraan.
2.(2) nomina, verba,
demonstratif,
adverbia,
preposisi = 5
E: Tadi keleta.
I : Iya keretanya
berapa tadi?
E: Enam, tujuh,
delapan,
sembilan,
sepuluh gebong
I : Iya banyak
sekali ya.
E: Panjang.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Tadi, kereta,
enam, tujuh,
delapan,
Sembilan,
sepuluh,
gerbong,
panjang.
1. Tadi = adverbia atau
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan waktu yang sudah
berlalu atau baru saja terjadi.
2. Enam = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
3. Tujuh = numeralia atau kata
2.(3) adverbia,
nomina,
adjektiva,
numeralia = 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
4. Delapan = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
5. Sembilan = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
6. Sepuluh = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
7. Gerbong = nomina atau kata
benda, mengacu pada tempat
atau ruang dalam kereta untuk
menempatkan orang maupun
barang.
8. Panjang = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan ukuran dari ujung
ke ujung.
E: Ini pecawat
dan keleta.
I : dimana
lihatnya?
E: di sana di
jalan.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Ini, pesawat,
dan, kereta, di,
sana, di, jalan.
1. Pesawat = nomina atau kata
benda, mengacu pada
kendaraan atau alat
transportasi.
2. Dan = konjungtor atau kata
sambung, mengacu pada kata
yang menghubungkan dua
unsur dengan status sama.
3. Sana = demonstratif atau
pronomina penunjuk, mengacu
pada orang atau benda yang
letaknya jauh.
4. Jalan = nomina atau kata
2.(4) demonstratif,
nomina,
konjungtor = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
benda, mengacu pada
perlintasan atau lalu lintas
orang maupun kendaraan.
I : Eden mau
melihat apa?
E: Itu pecawat
dan keleta.
I : Iya bentar ya
tak cari dulu.
Sudah ini
tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok
mau beli ap?
E: Bis yang ada
kasulnya.
Situasi
malam
hari
sedang
melihat
film.
Itu, pesawat,
dan, kereta,
besok, beli, bis,
yang, ada,
kasurnya.
1. Itu = demonstratif atau kata
pronomina penunjuk, mengacu
pada tempat yang letaknya
jauh.
2. Besok = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata “beli
bis”.
3. Beli = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
memperoleh sesuatu dengan
membayar.
4. Bis = nomina atau kata benda,
mengacu pada kendaraan atau
alat transportasi.
5. Yang = konjungtor atau kata
penghubung, mengacu pada
kata yang saling berhubungan
pada kata “ada”.
6. Ada = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan hadir
atau telah tersedia.
7. Kasurnya = nomina atau kata
benda, mengacu pada tempat
atau alas untuk tidur.
2.(5) demonstratif,
nomina,
konjungtor,
adverbia, verba =
5
E: Eden duduk
di taciun.
T: Mau ngapain
d stasiun?
E: Naik Keleta.
T: Eden mau
kemana?
E: Ke Jogja.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Eden, duduk, di,
stasiun, naik,
kereta, ke, Jogja.
1. Eden = nomina atau kata
benda, mengacu pada manusia.
2. Duduk = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang
sedang dilakukan.
3. Stasiun = nomina atau kata
benda, mengacu pada tempat
perhentian kereta api.
2.(6) nomina, verba,
preposisi = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
4. Naik = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang
bergerak ke tempat yang lebih
tinggi.
5. Jogja = nomina atau kata
benda, mengacu pada tempat
atau daerah.
E: Dengan
campo mandi.
I : Besok saja
shamponya
nanti dingin.
Situasi
sore hari
sedang
mandi.
Dengan, sampo,
mandi.
1. Dengan = preposisi atau kata
depan, mengacu pada kata
yang digunakan di depan kata
benda untuk menyatakan
hubungan maupun
menjelaskan.
2. Sampo = nomina atau kata
benda, mengacu pada
perlengkapan mandi berupa
cairan untuk mencuci rambut.
3. Mandi = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
membersihkan tubuh dengan
air dan sabun.
2.(7) preposisi,
nomina, verba =
3
E: Mobin macet
tidak jalan.
T: Kenapa kok
tidak bisa jalan?
E: Diinjak
jayen.
T: Jayen yang
mana?
E: Ini besal.
Mobin banyak.
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
Mobil, macet,
tidak, jalan,
diinjak, jayen,
ini, besar, mobil,
banyak.
1. Mobil = nomina atau kata
benda, mengacu pada
kendaraan atau alat
transportasi.
2. Diinjak = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang
sedang dilakukan.
3. Jayen = nomina atau kata
benda, mengacu pada manusia.
4. Besar = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan ukuran.
2.(8) nomina,
adjektiva, verba
= 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
E: Ibu itu nakal.
I : Yang nakal
siapa?
E: Bapak.
I : Kenapa kok
bapak nakal?
E: Tidak boleh
main moto ini.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Ibu, itu, nakal,
bapak, tidak,
boleh, main,
motor, ini.
1. Ibu = nomina atau kata benda,
mengacu pada manusia.
2. Nakal = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan perbuatan yang
kurang baik.
3. Boleh = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata “tidak”.
4. Main = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
menyenangkan atau perbuatan
bersenang-senang.
5. Motor = nomina atau kata
benda, mengacu pada
kendaraan atau alat
transportasi.
2.(9) nomina,
adverbia,
adjektiva, verba
= 4
E: Sudah otok
digi.
T: Kapan gosok
giginya?
E: Tadi mandi.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Sudah, gosok,
gigi, tadi, mandi.
1. Sudah = adverbia waktu atau
kata keterangan, mengacu
pada kata yang memberikan
penjelasan telah terjadi atau
selesai.
2. Gosok = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
membersihkan
3. Gigi = nomina atau kata benda,
mengacu pada alat untuk
mengunyah dan menggigit
makanan.
2.(10) adverbia, verba,
nomina = 3
T: Ayo coba
sekarang
dihitung
giginya.
E: Ini dua kilo.
T: Lho kok dua
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Ini, dua, kilo, di,
bengkel.
1. Dua = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
2. Kilo = nomina atau kata benda,
mengacu pada satuan berat.
2.(11) numeralia,
nomina = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
kilo kamu
timbang po?
E: Di bengkel.
T: Eden mau
minum apa?
E: Es dan jeluk.
T: Mau yang
manis tidak.
E: nanis.
Situasi
siang hari
sedang
menonton
film.
Es, dan, jeruk,
manis.
1. Es = nomina atau kata benda,
mengacu pada air yang
dibekukan dan terasa dingin.
2. Jeruk = nomina atau kata
benda, mengacu pada buah.
3. Manis = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan rasa pengecapan.
2.(12) nomina,
konjungtor,
adjektiva = 3
E: Keletanya
melwati umah.
I : Lewat rumah
siapa?
E: Umah Eden.
Situasi
sore hari
sedang
melihat
film.
Keretanya,
melewati, rumah,
rumah, Eden.
1. Melewati = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
melalui atau menempuh.
2. Rumah = nomina atau kata
benda, mengacu pada orang
berteduh atau bertempat
tinggal.
3. Eden = nomina atau kata
benda, mengacu pada manusia.
2.(13) nomina dan
verba = 2
E: Keletanya
belhenti di
umah.
I : Mana
keretanya?
E: Ini keleta
besal.
Situasi
sore hari
sedang
melihat
film.
Keretanya,
berhenti, di,
rumah, ini,
kereta, besar.
1. Berhenti = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
tidak bergerak atau berakhir.
2.(14) verba = 1
E: Dingin Eden
mamaki ail
nanas.
I : Makanya
dibilangin ibu
itu nurut,
sebentar tunggu
Situasi
sore hari
sebelum
mandi.
Dingin, Eden,
memakai, air,
panas, iya.
1. Dingin = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan bersuhu rendah.
3. Memakai = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
menggunakan sesuatu.
4. Air = nomina atau kata benda,
2.(15) adjektiva,
nomina, verba,
partikel = 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
biar airnya
mendidih ya.
E: iya.
mengacu pada cairan jernih
yang di perlukan oleh makhluk
hidup.
5. Panas = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan atau memberikan
penjelasan pada kata “air”.
6. Iya = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
pemberian penjelasan atau
menyatakan persetujuan pada
pernyataan “Makanya
dibilangin ibu itu nurut,
sebentar tunggu biar airnya
mendidih ya”.
E: cudah
mididih I : hii bohong
belum yaa
E: hahaha
Situasi
sore hari
sebelum
mandi.
Sudah, mendidih. 1. Mendidih = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
2.(16) verba = 1
E: bica pakaian
sendili.
I : Ya sudah
dipakai sendiri
celananya.
E: Ya catu-catu.
Situasi
sore hari
setelah
mandi.
Bisa, pakaian,
sendiri, ya, satu-
satu.
1. Bisa = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang
sedang dilakukan.
2. Pakaian = nomina atau kata
benda, mengacu pada celana
dan kaos.
3. Sendiri = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata “pakai”.
4. Satu- satu = numeralia atau
kata bilangan , mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
2.(17) verba, nomina,
adverbia,
numeralia = 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
E: keletanya
mambawa
penumpang banyak cekali
ini.
B: mau di bawa
kemana itu?
E: oh ke pacal
ini.
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
Keretanya,
membawa,
penumpang,
banyak, sekali,
ini, oh, ke, pasar,
ini.
1. Oh = interjeksi atau kata seru,
mengacu pada pengungkapan
rasa keheranan.
2.(18) Interjeksi = 1
E: Keletanya
lewat jembatan
ini tatatuh
aduhh cakit.
B: Kenapa kok
sakit?
E: Tadi tatuh di
jembatan.
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
Keretanya, lewat,
jembatan, ini,
terjatuh, aduh,
sakit, tadi, jatuh,
di, jembatan.
1. Lewat = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
melalui atau menempuh
2. Jembatan = nomina atau kata
benda, mengacu pada jalan
untuk menghubungkan suatu
wilayah.
3. Terjatuh = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
jatuh yang tidak sengaja
dilakukan .
4. Aduh = interjeksi atau kata
seru, mengacu pada
pengungkapan rasa sakit.
5. Sakit = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan rasa tidak nyaman
di tubuh karena menderita
sesuatu.
2.(19) nomina, verba,
interjeksi,
adjektiva = 3
B: Sini Eden
makan lagi biar
gak sakit kalau
jatuh.
E: makanan
apa? mau lele.
B: Ini sayur
bayam sama
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
Makanan, apa,
mau, lele, iya.
1. Makanan = nomina atau kata
benda, mengacu pada jenis
makanan atau segala sesuatu
yang dapat dimakan.
2. Apa = Pronomina penanya atau
kata ganti, mengacu pada
menanyakan sesuatu.
3. Mau = adverbia atau kata
2.(20) nomina,
pronomina,
adverbia = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
tempe, lelenya
nanti lagi ya?
E: Iya.
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata “makan”.
4. Lele = nomina atau kata benda,
mengacu pada hewan.
E: Minggil.
tuknya lawat
minggil.
T: ya jangan
lewat sini.
E: Ini belat
mangangut pasil tilut-tilut
minggil.
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
Minggir,
truknnya, lewat,
minggir, ini,
berat,
mengangkut,
pasir, minggir.
1. Minggir = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
2. Truknya = nomina atau kata
benda, mengacu pada
kendaraan atau alat
transportasi.
3. Berat = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus.
4. Mengangkut = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
5. Pasir = nomina atau kata
benda, mengacu pada butir
batu yang halus sebagai bahan
bangunan.
2.(21) verba, nomina,
adjektiva = 3
T: Eden kenapa
kok sembunyi?
E: Ku takutan
tokek-tokek.
T: eh kamu
jangan takut
sama tokek ya
E: Tokek-tokek
di kebun.
Situasi
malam
hari
menjelang
tidur.
Ku, takutan,
tokek-tokek,
tokek- tokek, di,
kebun.
1. Ku = Pronomina pesona atau
kata ganti, mengacu pada
orang.
2. Takutan = Adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada kata yang
memberikan penjelasan pada
kata “tokek-tokek”.
3. Tokek –tokek = nomina atau
kata benda, mengacu pada
hewan.
4. Kebun = nomina atau kata
benda, mengacu pada tempat
atau sebidang tanah yang
ditanami pohon.
2.(22) pronomina,
adjektiva,
nomina = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
T: Eden besok
mau sekolah
dimana?
E: Jauh di TK.
T Iya besok
sekolah ya,
disekolah Eden
mau ngapain?
E: manani
bintang kecil.
Situasi
siang hari
sedang
santai.
Jauh, di, TK,
menyanyi,
bintang, kecil.
1. Jauh = adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada keterangan
yang lebih khusus berdasarkan
jaraknya.
2. Menyanyi = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
3. Bintang = nomina atau kata
benda, mengacu pada planet
bagian dari tata surya.
4. Kecil = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan keadaan ukuran
yang tidak besar.
2.(23) adjektiva,
nomina, verba =
3
E: Bintang kecil
di lanit yang
bilu amat
banyak
menghias
angkaca. Aku
ingin tebang
menali jauh
tinggi tempat
belada.
E: Sudah.
Situasi
siang hari
sedang
santai.
Bintang, kecil, di,
langit, yang,
biru, amat,
banyak,
menghias,
angkasa, aku,
ingin, terbang,
dan, menari,
jauh, tinggi,
tempat, berada,
sudah.
1. Langit = nomina atau kata
benda, mengacu pada ruang
luas tempat beradanya planet.
2. Biru =adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada kata yang
memberikan penjelasan pada
kata “langit”.
3. Amat = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata
“banyak”.
4. Menghias = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
5. Angkasa = nomina atau kata
benda, mengacu pada tempat
6. Ingin = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata
“terbang”.
7. Terbang = verba atau kata
2.(24) nomina,
adjektiva,
adverbia, verba =
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
kerja, mengacu pada tindakan
melayang di udara.
8. Menari = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
menggerakkan badan dengan
diiringi musik.
9. Jauh = adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada keterangan
yang lebih khusus berdasarkan
jaraknya.
10. Tinggi = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan letaknya jauh ke
atas.
11. Tempat = Adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan pada kata
“bintang”.
12. Berada = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
13. Sudah = adverbia waktu atau
kata keterangan, mengacu
pada kata yang memberikan
penjelasan bahwa sudah
selesai atau berakhir.
E: Tilut-tilut
tadi Eden miliat
keleta maju
jaya.
I : Tadi melihat
dimana?
E: Di taciun.
I : Di Stasiun
mana tadi?
E: Di jogja.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Tadi, Eden,
melihat, kereta,
maju, jaya, di,
stasiun, di, Jogja,
belum.
1. Melihat = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
memperhatikan dengan
menggunakan mata.
2. Maju = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
bergerak ke depan.
3. Jaya = adjektiva atau kata sifat,
mengacu pada keterangan
yang lebih khusus berdasarkan
2.(25) adverbia,
nomina, verba,
adjektiva = 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
I : O tadi Eden
ke Jogja?
E: Belum.
kesuksesan atau keberhasilan.
4. Jogja = nomina atau kata
benda, mengacu pada nama
tempat atau daerah.
5. Belum = adverbia atau kata
keterangan, mengacu pada
kata yang memberikan
penjelasan dari pertanyaan“O
tadi Eden ke Jogja?”.
E: Eden buku.
B: Buat apa
bukunya?
E: Buat
mangambal
mobin.
B: Iya, sini
gambar sama
bapak.
E: Tidak mau
Eden bisa.
Situasi
siang hari
sedang
belajar.
Eden, buku, buat,
menggambar,
mobil, tidak,
mau, Eden, bisa.
1. Buku = nomina atau kata
benda, mengacu kertas yang
dijilid dan berisi tulisan
maupun kosong.
2. Buat = preposisi atau kata
depan, mengacu pada kata
menjelaskan tujuan atau
maksud yang berhubungan
pada kata “menggambar”.
3. Menggambar = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
membuat gambar.
2.(26) nomina,
preposisi, verba
= 2
E: Ibu Eden
mau
I : mau apa?
E: Eden mau
mambali es kim
I : Mau yang
rasa apa?
E: Cokat.
I : iya ambil
uang dulu, sana
minta sama
bapak.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Ibu, Eden, mau,
Eden, mau
membeli, es,
krim, coklat.
1. Ibu = nomina atau kata benda,
mengacu pada orang.
2. Membeli = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
memperoleh sesuatu dengan
membayar.
3. Coklat = Adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada kata yang
memberikan penjelasan pada
kata “es krim”.
2.(27) nomina,
adverbia, verba =
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
E: Montonton
ini pecawat dan
keleta.
I : Dimana
lihatnya?
E: Di jalan.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Menonton, ini,
pesawat, dan,
kereta, di, jalan.
1. Menonton = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
melihat pertunjukan gambar.
2.(28) verba = 1
E: Tilut-tilut
keleta lewat
duel nabak
mobin.
T: Kenapa
Eden?
E: Mobin
ditabak keleta.
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
Kereta, lewat,
nabrak, mobil,
mobil, ditabrak,
kereta.
1. Nabrak = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang
sedang dilakukan.
2.(29) verba = 1
E: Naik di
taciun.
T: Eden mau
kemana?
E: Ke Jogja.
T: Ke Jogja
ngapain?
E: Mau
mangakat gajah
besal.
Situasi
sore hari
sedang
santai..
Naik, di, stasiun,
ke, Jogja,
mengangkat,
gajah, besar.
1. Mengangkat = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
membawa ke atas.
2. Gajah = nomina atau kata
benda, mengacu pada hewan.
2.(30) verba dan
nomina = 2
E: Mobin tidak
bisa jalan.
T: Kenapa kok
tidak bisa jalan?
E: Dilusak
jayen.
T: Jayen yang
mana?
E: Ya ini besar.
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
Mobil, tidak,
bisa, jalan,
dirusak, jayen,
ya, ini, besar.
1. Dirusak = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
2. Jayen = nomina atau kata
benda, mengacu pada orang.
2.(31) nomina dan
verba = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
E: Ini mobil
balapan sama
pecawat.
T: Mana
pesawatnya?
E: Itu di atas
sana.
E: Mobin kalah
sama pecawat
teeet tatuh.
Situasi
siang hari
sedang
santai.
Ini, mobil,
balapan, sama,
pesawat, itu, di,
atas, sana, mobil,
kalah, sama,
pesawat, jatuh.
1. Balapan = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
bertanding.
2. Sama = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan memberikan
penjelasan pada kata
“balapan”.
3. Atas = nomina atau kata benda,
mengacu pada bagian tempat
yang lebih tinggi.
4. Kalah = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan tidak
menang atau tidak berhasil
dalam pertandingan.
5. Jatuh = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
terlepas dari tempat asalnya.
2.(32) verba, adjektiva,
nomina = 3
E: Main hape
ini.
I : Nanti dulu
ini adeknya di
dalam perut ibu
ini gerak-gerak
bilang dulu
sama adeknya.
E: Adek balu
apa? Adek mau
mainan hape
ini. Adek muaa.
I : Besok kalau
adek lahir di
ajak maen ya?
E: Iya mainan
hape ini.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Main, hape, ini,
Adek, baru, apa,
Adek, mau,
mainan, hape,
ini, Adek.
1. Hape (handpone) = nomina
atau kata benda, mengacu pada
alat komunikasi jarak jauh.
2. Adek= nomina atau kata benda,
mengacu pada orang.
3. Baru = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan sesuatu yang
belum pernah dilihat
sebelumnya.
4. Apa = Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada kata
untuk bertanya sesuatu.
2.(33) nomina,
adjektiva,
pronomina =3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
E: Cangkul-
cangkul.
I : Iya ayo
nyanyi dari
awal.
E: Ayo kawan
kita belsama,
mananam jagung di kebun
kita. Ambil
cangkulmu kita
belkeja tak
jamu-jamu.
Cangkul aku
gembila
mananam
jagung di kebun
kita. selesai.
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
Cangkul-
cangkul, Ayo,
kawan, kita,
bersama,
menanam,
jagung, di,
kebun,
kita,ambil,
cangkulmu, kita,
bekerja, tak,
jemu-jemu,
cangkul, aku,
gembira,
menanam,
jagung, di,
kebun, kita,
selesai.
1. Cangkul-cangkul = verba atau
kata kerja, mengacu pada
pekerjaan yang dilakukan
untuk menggali tanah.
2. Ayo = interjeksi atau kata seru,
mengacu pada ajakan atau
mengajak.
3. Kawan = nomina atau kata
benda, mengacu pada orang
4. Kita = Pronomina pesona
jamak atau kata ganti,
mengacu pada orang yang
berbicara dan diajak berbicara.
5. Bersama = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
6. Menanam = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
menaruh bibit di dalam tanah
supaya tumbuh.
7. Jagung = nomina atau kata
benda, mengacu pada
tanaman.
8. Ambil = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang
sedang dilakukan.
9. Bekerja = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
berbuat sesuatu dan mendapat
hasil.
10. Jemu-jemu = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
11. Gembira = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang lebih khusus
berdasarkan ungkapan rasa
senang.
12. Selesai = verba atau kata
2.(34) nomina,
interjeksi,
pronomina,
verba, adjektiva
= 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan sudah
berakhir.
T: Ini gambar
apa?
E: Ini mobin
bewalna hijau.
Ini mobin
teltawa giginya
banyak.
T: Eden takut
tidak sama
mobilnya?
E: Tidak .. tidak
ini sudah ootok
digi, holeee…
Situasi
sore hari
sedang
belajar.
Ini, mobil,
berwarna, hijau,
ini, mobil,
tertawa, giginya,
banyak, tidak,
ini, sudah, gosok,
gigi.
1. Berwarna = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
memakai warna.
2. Hijau = Adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada
keterangan yang memberikan
penjelasan pada kata
“berwarna”.
3. Tertawa = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
4. Gigi = nomina atau kata benda,
mengacu pada tulang keras
untuk mengunyah makanan.
5. Gosok = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang
sedang dilakukan.
2.(35) Nomina, verba,
Adjektiva = 3
E: Ikannya
makan
kalapalan mau
minta telut ini.
I : Yang minta
telur Eden atau
ikan ini?
E: Eden.
Situasi
pagi hari
sedang
melihat
ikan di
akuarium.
Ikannya, makan,
kelaparan, mau,
minta, telur, ini,
Eden.
1. Ikannya = nomina atau kata
benda, mengacu pada hewan.
2. Makan = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
memasukkan makanan ke
dalam mulut.
3. Kelaparan = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
menderita lapar atau
kekurangan makanan.
4. Minta = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
berkata- kata untuk
mendapatkan sesuatu.
5. Telur = nomina atau kata
benda, mengacu pada benda
bercangkang yang dihasilkan
2.(36) nomina dan
verba = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
oleh unggas.
E: Bapak
bangun
ikannya lapal.
B: Mana
ikannya?
E: Ini tangan
lepaskan. B: iya.
Situasi
pagi hari
sedang di
kamar.
Bapak, bangun,
ikannya, lapar,
ini, tangan,
lepaskan.
1. Bangun = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan yang
sedang dilakukan.
2. Lapar = adjektiva atau kata
sifat, mengacu pada kata yang
memberikan penjelasan khusus
mengenai keinginan untuk
makan pada kata “ikan”.
3. Tangan = nomina atau kata
benda, mengacu pada salah
satu anggota tubuh manusia.
4. Lepaskan = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
2.(37) nomina dan
verba = 2
E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli
golengan. T: Mana
uangnya?
E: Ini dualibu.
Situasi
pagi hari
sedang
santai.
Ke, sana, beli,
gorengan, ini,
dua, ribu.
1. Gorengan = nomina atau kata
benda, mengacu pada makanan
yang di goreng seperti tempe,
tahu.
2. Dua = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
3. Ribu = nomina atau kata benda,
mengacu pada kata satuan
bilangan.
2.(38) Nomina,
numeralia,
adverbia = 3
E: Cepedaan
ini.
I : Iya
dikeluarin dulu
E: Mau dicana.
I : Ndak usah
jauh-jauh di sini
aja, nanti ada
mobil lewat d
tabrak nanti.
E: Di cana
dipinggil.
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
Sepedaan, ini,
mau, di, sana, di,
sana, di, pinggir.
1. Sepedaan = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
2. Pinggir = nomina atau kata
benda, mengacu pada posisi di
tepi atau sisi.
2.(39) verba dan
nomina = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
E: Mau ini.
T: Ini namanya
apa?
E: Hape.
T: Mau buat
apa?
E: pelmainan
ini bisa.
T: Ini ndak bisa
permainan ini,
batrainya habis.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Mau, ini, hape,
permainan , ini,
bisa.
1. Permainan = nomina atau kata
benda, mengacu pada barang
atau sesuatu yang
dipermainkan.
2.(40) nomina = 1
E: Nonton
Doamon
manangis T: O yang itu
doraemon yang
terakhir itu.
E: Iya.
T: Sebentar ya
dicari dulu ya.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
Nonton,
doraemon,
menangis, iya.
1. Doraemon = nomina atau kata
benda, mengacu pada orang
(tokoh film kartun).
2. Menangis = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
mengeluarkan air mata.
2.(41) verba dan
nomina = 2
E: putalkan ini
mucik.
T: Musik apa?
Dilihat dulu?
E: Ya ini tomas.
T: Iya Eden ikut
nyanyi juga ya?
E: Iya.
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
Putarkan, ini,
musik, iya, ini,
tomas, iya.
1. Putarkan = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
yang sedang dilakukan.
2. Musik = nomina atau kata
benda, mengacu pada ilmu
atau seni menyusun nada.
3. Tomas = nomina atau kata
benda, mengacu pada orang
(tokoh film kartun).
2.(42) Verba =1
Demonstratif =2
Nomina =2
Adverbia =2
E: Mulai
belhitung satu,
dua, tiga.
I : Yang
dihitung apa?
E: Keleta di
taciun.
Situasi
pagi hari
sedang
bermain.
Mulai, berhitung,
satu, dua, tiga,
kereta, di,
stasiun, itu,
sama, tante.
1. Mulai = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
mengawali atau berbuat
sesuatu yang baru.
2. Berhitung = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
mengerjakan hitungan.
2.(43) verba, numeralia,
nomina = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
I : Mau nonton
sama siapa?
E: Itu sama
Tate.
3. Satu = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
4. Dua = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
5. Tiga = numeralia atau kata
bilangan, mengacu pada
bilangan dasar yang menjadi
sumber dari bilangan lain.
6. Tante = nomina atau kata
benda, mengacu pada sebutan
untuk orang.
I : Eden ibu
berangkat kerja
dulu ya?
E: Iya bawa
buku mewalnai.
I : Buku
mewarnai?
Eden mau
mewarnai?
E: Iya keleta.
Situasi
pagi hari
sedang
duduk
santai.
Iya, bawa, buku,
mewarnai, iya,
kereta.
1. Bawa = verba atau kata kerja,
mengacu pada tindakan
mengangkat atau
memindahkan barang ke
tempat lain.
2. Mewarnai = verba atau kata
kerja, mengacu pada tindakan
memberikan warna.
2.(44) verba = 1
Triangulator
Dr. Y. Karmin, M. Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
ANALISIS PEMEROLEHAN KATA DARI SEGI KATA BERAFIKS
Data Tuturan Keterangan Konteks
Tuturan
Kata Berafiks Berdasarkan Teori
Ramlan (2012)
No.
Kode
Jumlah
Kata
Berafiks
Kolom Triangulator
Prefiks Infiks Sufiks Simulfiks Setuju Tidak
Setuju
Keterangan
E: Keletanya
melwati umah.
I : Lewat
rumah siapa?
E: Umah
Eden.
Melwati
diinterpretasikan
menjadi melewati
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
melewati
me– lewati
lewat –i
Situasi
sore hari
sedang
melihat
film.
√ √ 1.(1) prefiks
me– = 1
sufiks
– i = 1
E: Keletanya
belhenti di
umah.
I : Mana
keretanya?
E: Ini keleta
besal.
Belhenti
diinterpretasikan
menjadi berhenti
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
Situasi
sore hari
sedang
melihat
film.
√ 1.(2) prefiks
ber– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
berhenti
ber– henti
E: Dingin
Eden mamaki
ail nanas.
I : Makanya
dibilangin ibu
itu nurut,
sebentar
tunggu biar
airnya
mendidih ya.
E: iya.
Mamaki
diinterpretasikan
menjadi memakai
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ dan /a/ yang
belum dapat dihasilkan
dengan sempurna.
memakai
me– pakai
Situasi
sore hari
sebelum
mandi.
√ 1.(3) prefiks
me– = 1
E: cudah
mididih I : hii bohong
belum yaa
E: hahaha
Mididih
diinterpretasikan
menjadi mendidih
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ dan fonem /n/
yang belum dapat
dihasilkan dengan
sempurna.
mendidih
me– didih
Situasi
sore hari
sebelum
mandi.
√ 1.(4) prefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
E: bica
pakaian
sendili.
I : Ya sudah
dipakai
sendiri
celananya.
E: Ya catu-
catu.
pakaian
pakai –an
Situasi
sore hari
setelah
mandi.
√ 1.(5) sufiks
–an = 1
E: keletanya
mambawa penumpang
banyak cekali
ini.
B: mau di
bawa kemana
itu?
E: oh ke pacal
ini.
Mambawa
diinterpretasikan
menjadi membawa
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
membawa
me– bawa
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
√ 1.(6) prefiks
me– = 1
E: Keletanya
lewat
jembatan ini
tatatuh aduhh
cakit.
B: Kenapa
kok sakit?
E: Tadi tatuh
di jembatan.
Tatatuh
diinterpretasikan
menjadi terjatuh
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ dan fonem /j/
yang belum dapat
dihasilkan dengan
sempurna.
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
√ 1.(7) prefiks
ter– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
terjatuh
ter– jatuh
B: Sini Eden
makan lagi
biar gak sakit
kalau jatuh.
E: makanan
apa? mau lele.
B: Ini sayur
bayam sama
tempe,
lelenya nanti
lagi ya?
E: Iya.
makanan
makan –an
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
√ 1.(8) sufiks
–an = 1
E: Minggil.
tuknya lawat
minggil.
T: ya jangan
lewat sini.
E: Ini belat
mangangut pasil tilut-tilut
minggil.
Mangangut
diinterpretasikan
menjadi mengangkut
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ dan fonem /k/
yang belum dapat
dihasilkan dengan
sempurna.
mengangkut
me– angkut
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
√ 1.(9) prefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
T: Eden
kenapa kok
sembunyi?
E: Ku takutan
tokek-tokek.
T: eh kamu
jangan takut
sama tokek ya
E: Tokek-
tokek di
kebun.
takutan
takut –an
Situasi
malam
hari
menjelang
tidur.
√ 1.(10) simulfiks
ke–an = 1
T: Eden
besok mau
sekolah
dimana?
E: Jauh di
TK.
T Iya besok
sekolah ya,
disekolah
Eden mau
ngapain?
E: manani
bintang kecil
gitu.
Manani
diinterpretasikan
menjadi menyanyi
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /y/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
menyanyi
me– nyanyi
Situasi
siang hari
sedang
santai.
√ 1.(11) prefiks
me– = 1
E: Bintang
kecil di lanit
yang bilu
amat banyak
menghias
angkaca. Aku
ingin tebang
menali jauh
tinggi tempat
menghias
me– hias
Situasi
siang hari
sedang
santai.
√ 1.(12) prefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
belada.
E: Sudah.
E: Bintang
kecil di lanit
yang bilu
amat banyak
menghias
angkaca. Aku
ingin tebang
menali jauh
tinggi tempat
belada.
E: Sudah.
Menali
diinterpretasikan
menjadi menari karena
subyek berumur dua
tahun dan faktor indra
pengucapan fonem /r/
yang belum dapat
dihasilkan dengan
sempurna.
menari
me– tari
Situasi
siang hari
sedang
santai.
√ 1.(13) prefiks
me– = 1
E: Tilut-tilut
tadi Eden
miliat keleta
maju jaya.
I : Tadi
melihat
dimana?
E: Di taciun.
I : Di Stasiun
mana tadi?
E: Di jogja.
I : O tadi
Eden ke
Jogja?
E: Belum.
Miliat diinterpretasikan
menjadi melihat karena
subyek berumur dua
tahun dan faktor indra
pengucapan fonem /e/
dan fonem /h yang
belum dapat dihasilkan
dengan sempurna.
melihat
me– lihat
Situasi
sore hari
sedang
santai.
√ 1.(14) prefiks
me– = 1
E: Eden buku.
B: Buat apa
bukunya?
mangambal
diinterpretasiakan
menjadi menggambar
Situasi
siang hari
sedang
√ 1.(15) prefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
E: Buat
mangambal
mobin.
B: Iya, sini
gambar sama
bapak.
E: Tidak mau
Eden bisa.
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ dan /r/ yang
belum dapat dihasilkan
dengan sempurna.
menggambar
me– gambar
belajar.
E: Ibu Eden
mau
I : mau apa?
E: Eden mau
mambali es
kim
I : Mau yang
rasa apa?
E: Cokat.
I : iya ambil
uang dulu,
sana minta
sama bapak.
Mambali
diinterpretasikan
menjadi membeli
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
membeli
me– beli
Situasi
sore hari
sedang
santai.
√ 1.(16) prefiks
me– = 1
E: Montonton
ini pecawat
dan keleta.
I : Dimana
lihatnya?
E: Di jalan.
Montonton
diinterpretasikan
menjadi menonton
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
√ 1.(17) prefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
menonton
me– tonton
E: Tilut-tilut
keleta lewat
duel nabak
mobin.
T: Kenapa
Eden?
E: Mobin
ditabak keleta.
Ditabak
diinterpretasikan
menjadi ditabrak
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
ditabrak
di– tabrak
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
√ 1.(18) prefiks
di– = 1
E: Naik di
taciun.
T: Eden mau
kemana?
E: Ke Jogja.
T: Ke Jogja
ngapain?
E: Mau
mangakat
gajah besal.
Mangakat
diinterpretasikan
menjadi mengangkat
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
mengangkat
me– angkat
Situasi
sore hari
sedang
santai..
√ 1.(19) prefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
E: Mobin
tidak bisa
jalan.
T: Kenapa
kok tidak bisa
jalan?
E: Dilusak
jayen.
T: Jayen yang
mana?
E: Ya ini
besar.
Dilusak
diinterpretasikan
menjadi dirusak karena
subyek berumur dua
tahun dan faktor indra
pengucapan fonem /r/
yang belum dapat
dihasilkan dengan
sempurna.
dirusak
di– rusak
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
√ 1.(20) prefiks
di– = 1
E: Ini mobil
balapan sama
pecawat.
T: Mana
pesawatnya?
E: Itu di atas
sana.
E: Mobin
kalah sama
pecawat teeet
tatuh gitu.
balapan
balap –an
Situasi
siang hari
sedang
santai.
√ 1.(21) sufiks
–an = 1
E: Main hape
ini.
I : Nanti dulu
ini adeknya di
dalam perut
ibu ini gerak-
gerak bilang
dulu sama
adeknya.
E: Adek balu
mainan
main –an
Situasi
sore hari
sedang
santai.
√ 1.(22) sufiks
–an = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
apa? Adek
mau mainan
hape ini.
Adek muaa.
I : Besok
kalau adek
lahir di ajak
maen ya?
E: Iya mainan
hape ini.
E: Cangkul-
cangkul.
I : Iya ayo
nyanyi dari
awal.
E: Ayo kawan
kita belsama,
mananam jagung di
kebun kita.
Ambil
cangkulmu
kita belkeja
tak jamu-
jamu.
Cangkul aku
gembila
mananam
jagung di
kebun kita.
selesai.
Mananam
diinterpretasikan
menjadi menanam
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
menanam
me– tanam
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
√ 1.(23) prefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
E: Cangkul-
cangkul.
I : Iya ayo
nyanyi dari
awal.
E: Ayo kawan
kita belsama,
mananam
jagung di
kebun kita.
Ambil
cangkulmu
kita belkeja
tak jamu-
jamu.
Cangkul aku
gembila
mananam
jagung di
kebun kita.
selesai.
Bekelja
diinterpretasikan
menjadi bekerja karena
subyek berumur dua
tahun dan faktor indra
pengucapan fonem /r/
yang belum dapat
dihasilkan dengan
sempurna.
bekerja
ber– kerja
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
√ 1.(24) prefiks
ber– = 1
T: Ini gambar
apa?
E: Ini mobin
bewalna
hijau.
Ini mobin
teltawa
giginya
banyak.
T: Eden takut
tidak sama
mobilnya?
E: Tidak ..
Belwalna
diinterpretasikan
menjadi berwarna
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
Situasi
sore hari
sedang
belajar.
√ 1.(25) prefiks
ber– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
tidak ini
sudah ootok
digi, holeee…
berwarna
ber– warna
T: Ini gambar
apa?
E: Ini mobil
bewalna
hijau.
Ini mobil
teltawa
giginya
banyak.
T: Eden takut
tidak sama
mobilnya?
E: Tidak ..
tidak ini
sudah ootok
digi, holeee..
Taltawa
diinterpretasikan
menjadi tertawa karena
subyek berumur dua
tahun dan faktor indra
pengucapan fonem /e/
yang belum dapat
dihasilkan dengan
sempurna.
tertawa
ter– tawa
Situasi
sore hari
sedang
belajar.
√ 1.(26) prefiks
ter– = 1
E: Ikannya
makan
kalapalan mau minta
telut ini.
I : Yang
minta telur
Eden atau
ikan ini?
E: Eden.
Kalapalan
diinterpretasikan
menjadi kelaparan
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ dan /r/ yang
belum dapat dihasilkan
dengan sempurna.
kelaparan
ke– lapar –an
Situasi
pagi hari
sedang
melihat
ikan di
akuarium.
√ 1.(27) simulfiks
ke–an = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
E: Bapak
bangun
ikannya
lapal.
B: Mana
ikannya?
E: Ini tangan
lepaskan. B: iya.
lepaskan
lepas –kan
Situasi
pagi hari
sedang di
kamar.
√ 1.(28) sufiks
–kan = 1
E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli
golengan. T: Mana
uangnya?
E: Ini dualibu.
Golengan
diinterpretasikan
menjadi gorengan
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
gorengan
goreng –an
Situasi
pagi hari
sedang
santai.
√ 1.(29) sufiks
–an = 1
E: Cepedaan
ini.
I : Iya
dikeluarin
dulu
E: Mau
dicana.
I : Ndak usah
jauh-jauh di
sini aja, nanti
ada mobil
lewat d tabrak
Cepedaan
diinterpretasikan
menjadi sepedaan
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /s/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
√ 1.(30) sufiks
–an = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
nanti.
E: Di cana
dipinggil.
sepedaan
sepeda –an
E: Mau ini.
T: Ini
namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat
apa?
E: pelmainan
ini bisa.
T: Ini ndak
bisa
permainan
ini, batrainya
habis.
Pelmainan
diinterpretasikan
menjadi permainan
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
permainan
per– mainan
main –an
Situasi
sore hari
sedang
santai.
√ √ 1.(31) prefiks
per– = 1
sufiks
–an = 1
E: Nonton
Doamon
manangis T: O yang itu
doraemon
yang terakhir
itu.
E: Iya.
T: Sebentar
ya dicari dulu
ya.
Manangis
diinterpretasikan
menjadi menangis
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /e/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
menangis
me– tangis
Situasi
sore hari
sedang
santai.
√ 1.(32) prefiks
me– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
E: putalkan
ini mucik.
T: Musik
apa? Dilihat
dulu?
E: Ya ini
tomas.
T: Iya Eden
ikut nyanyi
juga ya?
E: Iya.
Putalkan
diinterpretasikan
menjadi putarkan
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
putarkan
putar –kan
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
√ 1.(33) sufiks
–kan = 1
E: Mulai
belhitung
satu, dua,
tiga.
I : Yang
dihitung apa?
E: Keleta di
taciun.
I : Mau
nonton sama
siapa?
E: Itu sama
Tate.
Belhitung
diinterpretasikan
menjadi berhitung
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
sempurna.
berhitung
ber– hitung
Situasi
pagi hari
sedang
bermain.
√ 1.(34) prefiks
ber– = 1
I : Eden ibu
berangkat
kerja dulu ya?
E: Iya bawa
buku
mewalnai.
I : Buku
mewarnai?
Mewalnai
diinterpretasikan
menjadi mewarnai
karena subyek berumur
dua tahun dan faktor
indra pengucapan
fonem /r/ yang belum
dapat dihasilkan dengan
Situasi
pagi hari
sedang
duduk
santai.
√ √ 1.(35) prefiks
ber– = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Eden mau
mewarnai?
E: Iya keleta.
sempurna.
mewarnai
me– warnai
warna –i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
ANALISIS PEMEROLEHAN KATA DARI SEGI JENIS KATA
Data Tuturan
Keterangan
(Data Jenis
Kata)
Konteks
Tuturan
Jenis Kata Berdasarkan Teori Tata Bahasa
Baku Hasan Alwi, dkk (2010)
No.
Kode
Jumlah Jenis
Kata
Kolom Triangulator
Nama Jenis Kata Penjelasan Setuju Tidak
Setuju
Keterangan
E: Bapak
mabawa
penumpang
banyak
cekali.
B: mau d
bawa kemana
itu?
E: ke pacal.
1.Bapak
2. Membawa
3. Penumpang
4. Banyak
5. Sekali
6. Ke
7. Pasar
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
1.Nomina
2.Verba
3.Nomina
4. Adjektiva
5. Adverbia
6. Preposisi
7. Nomina
1. Kata bapak mengacu
pada kata manusia.
2. Kata membawa
mengacu pada tindakan
memegang barang
sambil berjalan dari
tempat satu ke tempat
lain
3. Kata penumpang
mengacu pada kata
manusia.
4. Kata banyak mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus
berdasarkan besar
jumlahnya dan tidak
sedikit.
5. Kata sekali mengacu
pada kata yang
memberikan
penjelasan pada kata
“banyak”.
6. Kata ke merupakan
kata yang digunakan
di depan kata benda.
7. Kata pasar mengacu
pada tempat orang
2.(1) Nomina =3
Verba = 1
Adverbia =1
Adjektiva =1
Preposisi = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
berjualan.
E: Macet ini
keleta tidak
ke pacal.
I : kenapa?
E: Bocor di
bengkel ini.
1.Macet
2.Ini
3.Kereta
4.Tidak
5.Ke
6.Pasar
7.Bocor
8. Di
9.Bengkel
10. Ini
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
1.Nomina
2.Demonstratif
3.Nomina
4. Adverbia
5. Preposisi
6.Nomina
7.Nomina
8.Preposisi
9.Nomina
10.Demonstratif
1. Kata macet mengacu
pada benda atau konsep.
2. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
relatif dekat.
3. Kata kereta mengacu
pada benda.
4. Kata tidak merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
5. Kata ke digunakan di
depan kata benda.
6. Kata pasar mengacu
pada kata benda.
7.Kata bocor mengacu
pada kata benda.
8. Kata di digunakan di
depan kata benda.
9.Kata bengkel mengacu
pada kata benda.
10. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
2.(2) Nomina = 5
Demonstratif
= 2
Adverbia = 1
Preposisi = 2
E: Tadi
keleta.
I : Iya
keretanya
berapa tadi?
E: Enam,
tujuh,
delapan,
sembilan,
sepuluh
1.Tadi
2.Kereta
3.Enam
4.Tujuh
5. Delapan
6.Sembilan
7. Sepuluh
8. Gerbong
9. Panjang.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1.Adverbia
2.Nomina
3.Numeralia
4.Numeralia
5.Numeralia
6.Numeralia
7.Numeralia
8.Nomina
9.Adverbia
1. Kata tadi merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
3.Kata enam merupakan
bilangan dasar yang
menjadi sumber dari
bilangan lain.
4. Kata tujuh merupakan
2.(3) Adverbia = 2
Nomina = 2
Numeralia =
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
gebong
I : Iya banyak
sekali ya.
E: Panjang.
bilangan dasar yang
menjadi sumber dari
bilangan lain.
5. Kata delapan
merupakan bilangan dasar
yang menjadi sumber dari
bilangan lain.
6. Kata sembilan
merupakan bilangan dasar
yang menjadi sumber dari
bilangan lain.
7. Kata sepuluh
merupakan bilangan dasar
yang menjadi sumber dari
bilangan lain.
8. Kata gerbong mengacu
pada kata benda.
9. Kata panjang
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
E: Ini
pecawat dan
keleta.
I : dimana
lihatnya?
E: di sana di
jalan.
1.Ini
2.Pesawat
3. Dan
4. Kereta
5.Di
6. Sana
7. Di
8. Jalan
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1.Demonstratif
2.Nomina
3.Konjungtor
4.Nomina
5.Preposisi
6.Demonstratif
7.Preposisi
8.Verba
1. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
2. Kata pesawat mengacu
pada kata benda.
3. Kata dan
menghubungkan dua
unsur dengan status sama.
4. Kata Kereta mengacu
pada kata benda.
5. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
6. Kata sana menunjukkan
sesuatu tempat yang
2.(4) Demonstratif
= 2
Nomina = 2
Konjungtor =
1
Preposisi = 2
Verba = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
letaknya jauh.
7. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
8. Kata jalan merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
I : Eden mau
melihat apa?
E: Itu
pecawat dan
keleta.
I : Iya bentar
ya tak cari
dulu. Sudah
ini tonton.
E: Besok beli.
I : Iya besok
mau beli ap?
E: Bis yang
ada kasulnya.
1.Itu
2.Pesawat
3.Dan
4.Kereta
5. Besok
6.Beli
7. Bis
8.Yang
9.Ada
10.Kasurnya
Situasi
malam
hari
sedang
melihat
film.
1.Demonstratif
2. Nomina
3.Konjungtor
4.Nomina
5.Adverbia
6.Verba
7.Nomina
8.Konjungtor
9. Adverbia
10.Nomina
1. Kata itu menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya jauh.
2. Kata pesawat mengacu
pada kata benda.
3.Kata dan
menghubungkan dua
unsur dengan status sama.
4. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
5. Kata besok merupakan
kata yang memberikan
keterangan.
6. Kata beli merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
7. Kata bis mengacu pada
kata benda.
8.Kata yang
menghubungkan dua
klausa atau lebih status
bertingkat.
9. Kata ada merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
10. Kata kasurnya
mengacu pada kata benda.
2.(5) Demonstratif
= 1
Nomina = 4
Konjungtor =
2
Adverbia = 2
Verba = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
E: Eden
duduk di
taciun.
T: Mau
ngapain d
stasiun?
E: Naik
Keleta.
T: Eden mau
kemana?
E: Ke Jogja.
1.Eden
2.Duduk
3.di
4.Stasiun
5.Naik
6.Kereta
7.Ke
8.Jogja
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1.Nomina
2.Verba
3. Preposisi
4.Nomina
5.Verba
6.Nomina
7.Preposisi
8.Nomina
1. Kata eden mengacu
pada kata manusia.
2. Kata duduk merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
3. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
4. Kata stasiun mengacu
pada benda.
5. Kata naik merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
6. Kata kereta mengacu
pada kata manusia.
7. Kata ke merupakan
kata yang digunakan di
depan kata benda.
8. Kata jogja mengacu
pada kata penjelasan..
2.(6) Nomina = 4
Verba =2
Preposisi = 2
E: Dengan
campoo
mandi.
I : Besok saja
shamponya
nanti dingin.
1.Dengan
2.Sampo
3.Mandi
Situasi
sore hari
sedang
mandi.
1.Konjungtor
2.Nomina
3.Verba
1.Kata dengan
menghubungkan dua
klausa atau lebih status
bertingkat.
2. Kata sampo mengacu
pada kata benda.
3. Kata mandi yaitu kata
yang sedang merupakan
tindakan dilakukan.
2.(7) Konjungtor =
1
Nomina = 1
Verba = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
E: Mobin
macet tidak
jalan.
T: Kenapa
kok tidak bisa
jalan?
E: Diinjak
jayen.
T: Jayen yang
mana?
E: Ini besar.
Mobin
banyak.
1.Mobil
2.Macet
3.Tidak
4.Jalan
5.Diinjak
6.Jayen
7.Ini
8.Besar
9.Mobil
10.Banyak
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
1.Nomina
2.Nomina
3.Adverbia
4.Verba
5.Verba
6. Nomina
7.Demonstratif
8. Adverbia
9.Nomina
10. Adverbia
1. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
2. Kata macet mengacu
pada kata benda.
3. Kata tidak merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
4. Kata jalan merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
5. Kata diinjak merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
6. Kata Jayen mengacu
pada kata manusia.
7. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
8. Kata besar merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
9. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
10. Kata banyak
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
2.(8) Nomina = 4
Adverbia = 3
Verba = 2
Demonstratif
= 1
E: Ibu itu
nakal.
I : Yang nakal
siapa?
E: Bapak.
I : Kenapa
kok bapak
nakal?
E: Tidak
1.Ibu
2.Itu
3.Nakal
4.Bapak
5.Tidak
6.Boleh
7.Main
8.Motor
9.Ini
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1.Nomina
2.Demonstratif
3.Verba
4.Nomina
5.Adverbia
6.Adverbia
7.Verba
8.Nomina
9.Demonstratif
1. Kata ibu mengacu pada
kata manusia.
2. Kata itu menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya jauh.
3. Kata nakal merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
4. Kata bapak mengacu
2.(9) Nomina = 3
Demonstratif
= 2
Verba = 2
Adverbia = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
boleh main
moto ini.
pada kata manusia.
5. Kata tidak merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
6. Kata boleh merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
7. Kata main merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
8. Kata motor mengacu
pada kata benda.
9. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
E: Sudah otok
digi.
T: Kapan
gosok
giginya?
E: Tadi
mandi.
1.Sudah
2.Gosok
3.Gigi
4.Tadi
5.Mandi
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1.Adverbia
2.Verba
3.Nomina
4.Adverbia
5.Verba
1. Kata sudah merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2. Kata gosok merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
3. Kata gigi mengacu
pada kata benda.
4. Kata tadi merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
5. Kata mandi merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
2.(10) Adverbia = 2
Verba = 2
Nomina = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
T: Ayo coba
sekarang
dihitung
giginya.
E: Ini dua
kilo.
T: Lho kok
dua kilo kamu
timbang po?
E: Di bengkel
sana.
1.Ini
2.Dua
3.Kilo
4.Di
5.Bengkel
6.Sana
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1.Demonstratif
2.Numeralia
3.Numeralia
4.Preposisi
5.Nomina
6.Demonstratif
1. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
2. Kata dua merupakan
bilangan dasar yang
menjadi sumber dari
bilangan lain.
3. Kata kilo merupakan
bilangan dasar yang
menjadi sumber dari
bilangan lain.
4. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
5. Kata bengkel mengacu
pada kata benda.
6. Kata sana menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya jauh.
2.(11) Demonstratif
= 2
Numeralia =
2
Preposisi = 1
Nomina = 1
T: Eden mau
minum apa?
E: Es dan
jeluk.
T: Mau yang
manis tidak.
E: nanis.
1.Es
2.Dan
3.Jeruk
4. Manis
Situasi
siang
hari
sedang
menonto
n film.
1.Nomina
2.Konjungtor
3.Nomina
4.Adverbia
1. Kata es mengacu pada
kata benda.
2.Kata dan
menghubungkan dua
unsur atau lebih dengan
status sama.
3. Kata jeruk mengacu
pada kata benda.
4. Kata manis merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2.(12) Nomina = 2
Konjungtor =
1
Adverbia = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
E: Keletanya
melwati
umah.
I : Lewat
rumah siapa?
E: Umah
Eden.
1. Keretanya
2. Melewati
3. Rumah
4. Rumah
5. Eden
Situasi
sore hari
sedang
melihat
film.
1. Nomina
2. Verba
3. Nomina
4. Nomina
5. Nomina
1.Kata kereta mengacu
pada kata benda.
2. Kata melewati
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
3. Kata rumah mengacu
pada kata benda.
4. Kata rumah mengacu
pada kata benda.
5. Kata eden mengacu
pada manusia.
2.(13) Nomina = 4
Verba = 1
E: Keletanya
belhenti di
umah.
I : Mana
keretanya?
E: Ini keleta
besal.
1. Keretanya
2. Berhenti
3. Di
4. Rumah
5. Ini
6. Kereta
7. Besar
Situasi
sore hari
sedang
melihat
film.
1. Nomina
2.Verba
3. Preposisi
4. Nomina
5. Demonstratif
6. Nomina
7. Adjektiva
1. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
2. Kata berhenti
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
3. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
4. Kata rumah mengacu
pada kata benda.
5. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
6. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
7. Kata besar mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
2.(14) Nomina = 3
Verba = 1
Preposisi = 1
Demonstratif
= 1
Adjektiva = 1
E: Dingin
Eden mamaki
ail nanas.
I : Makanya
dibilangin ibu
1. Dingin
2. Eden
3. Memakai
4. Air
5. Panas
Situasi
sore hari
sebelum
mandi.
1. Adjektiva
2. Nomina
3. Verba
4. Nomina
5. Adjektiva
1. Kata dingin mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
2. Kata Eden mengacu
pada manusia.
2.(15) Adjektiva = 2
Nomina = 2
Verba = 1
Adverbia = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
itu nurut,
sebentar
tunggu biar
airnya
mendidih ya.
E: iya.
6. Iya 6. Adverbia 3. Kata memakai
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
4. Kata air mengacu pada
kata benda.
5. Kata panas mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
6. Kata iya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
E: cudah
mididih
I : hii bohong
belum yaa
E: hahaha
1. Sudah
2. Mendidih
Situasi
sore hari
sebelum
mandi.
1. Adverbia
2. Verba
1. Kata sudah merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2. Kata mendidih
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
2.(16) Adverbia = 1
Verba = 1
E: bica
pakaian
sendili.
I : Ya sudah
dipakai
sendiri
celananya.
E: Ya catu-
catu.
1. Bisa
2. Pakaian
3. Sendiri
4. Ya
5. Satu-satu
Situasi
sore hari
setelah
mandi.
1.Verba
2. Nomina
3. Adjektiva
4. Adverbia
5. Adverbia
1. Kata bisa merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
2. Kata pakaian mengacu
pada kata benda.
3. Kata sendiri mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
4. Kata ya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
5. Kata satu-satu
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
2.(17) Verba = 1
Nomina = 1
Adjektiva = 1
Adverbia = 2
E: keletanya
mambawa
1.Keretanya
2. Membawa
Situasi
pagi hari
1. Nomina
2. Verba
1. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
2.(18) Nomina = 3
Verba = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
penumpang
banyak cekali
ini.
B: mau di
bawa kemana
itu?
E: oh ke pacal
ini.
3. Penumpang
4. Banyak
5. Sekali
6. Ini
7. Oh
8. Ke
9. Pasar
10. Ini
sedang
makan.
3. Nomina
4. Adverbia
5. Adverbia
6. Demonstratif
7.Interjeksi
8. Preposisi
9. Nomina
10.Demonstratif
2. Kata membawa
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
3. Kata penumpang
mengacu pada kata benda.
4. Kata banyak
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
5. Kata sekali merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
6. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
7. kata oh mengacu pada
pengungkapan rasa
keheranan.
8. Kata ke merupakan
kata yang digunakan di
depan kata benda.
9. Kata pasar mengacu
pada kata benda.
10. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
Adverbia = 2
Demonstratif
= 2
Interjeksi = 1
Preposisi = 1
E: Keletanya
lewat
jembatan ini
tatatuh aduhh
cakit.
B: Kenapa
kok sakit?
E: Tadi tatuh
di jembatan.
1.Keretanya
2. Lewat
3. Jembatan
4. Ini
5. Terjatuh
6. Aduh
7. Sakit
8. Tadi
9. Jatuh
10. Di
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
1.Nomina
2. Verba
3. Nomina
4. Demonstratif
5. Verba
6. Interjeksi
7. Adjektiva
8. Adverbia
9. Verba
10. Preposisi
1. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
2. Kata lewat merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
3. Kata jembatan
mengacu pada kata benda.
4. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
2.(19) Nomina = 3
Verba = 3
Demonstratif
= 1
Interjeksi = 1
Adjektiva = 1
Adverbia = 1
Preposisi = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
11. Jembatan 11. Nomina 5. Kata terjatuh
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
6 Kata aduh mengacu
pada pengungkapan rasa
keheranan.
7. Kata sakit mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
8. Kata tadi merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
9. Kata jatuh merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
10. Kata di merupakan
kata yang digunakan di
depan kata benda.
11. Kata jembatan
mengacu pada kata benda.
B: Sini Eden
makan lagi
biar gak sakit
kalau jatuh.
E: makanan
apa? mau lele.
B: Ini sayur
bayam sama
tempe,
lelenya nanti
lagi ya?
E: Iya.
1.Makanan
2. Apa
3. Mau
4. Lele
5. Iya
Situasi
pagi hari
sedang
makan.
1. Nomina
2. Pronomina
3. Adverbia
4. Nomina
5. Adverbia
1. Kata makanan mengacu
pada kata benda.
2. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
pertanyaan.
3. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
4. Kata lele mengacu pada
kata benda.
5. Kata iya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2.(20) Nomina = 2
Pronomina =
1
Adverbia = 2
E: Minggil. 1.Minggir Situasi 1.Verba 1. Kata minggir 2.(21) Verba = 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
tuknya lawat
minggil.
T: ya jangan
lewat sini.
E: Ini belat
mangangut
pasil tilut-tilut
minggil.
2. Truknya
3. Lewat
4. Minggir
5. Ini
6. Berat
7. Mengangkut
8. Pasir
9. Minggir
sore hari
sedang
bermain.
2. Nomina
3. Verba
4. Verba
5. Demonstratif
6. Adjektiva
7. Verba
8. Nomina
9. Verba
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
2. Kata truk mengacu
pada kata benda.
3. Kata lewat merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
4. Kata minggir
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
5. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
6. Kata berat mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
7. Kata mengangkut
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
8. Kata pasir mengacu
pada kata benda.
9. Kata minggir
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
Nomina = 2
Demonstratif
= 1
Adjektiva = 1
T: Eden
kenapa kok
sembunyi?
E: Ku takutan
tokek-tokek.
T: eh kamu
jangan takut
sama tokek ya
E: Tokek-
tokek di
kebun.
1.Ku
2. Takutan
3. Tokek-tokek
4. Di
5. Kebun
Situasi
malam
hari
menjelan
g tidur.
1.Pronomina
2. Adverbia
3. Nomina
4. Preposisi
5. Nomina
1. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
orang.
2. Kata takutan
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
3. Kata tokek- tokek
mengacu pada kata benda.
4. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
2.(22) Pronomina =
1
Adverbia = 1
Nomina = 2
Preposisi = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
5. Kata kebun mengacu
pada kata benda.
T: Eden
besok mau
sekolah
dimana?
E: Jauh di
TK.
T Iya besok
sekolah ya,
disekolah
Eden mau
ngapain?
E: manani
bintang kecil.
1.Jauh
2. Di
3. TK
4. Menyanyi
5. Bintang
6. Kecil
Situasi
siang
hari
sedang
santai.
1. Adjektiva
2. Preposisi
3. Nomina
4. Verba
5. Nomina
6. Adjektiva
1. Kata jauh mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
2. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
3. Kata TK mengacu pada
kata benda.
4. Kata menyanyi
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
5. Kata bintang mengacu
pada kata benda.
6. Kata kecil mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
2.(23) Adjektiva = 2
Preposisi = 1
Nomina = 2
Verba = 1
E: Bintang
kecil di lanit
yang bilu
amat banyak
menghias
angkaca. Aku
ingin tebang
menali jauh
tinggi tempat
belada.
E: Sudah.
1.Bintang
2. Kecil
3. Di
4. Langit
5. Yang
6. Biru
7. Amat
8. Banyak
9. Menghias
10. Angkasa
11. Aku
12. Ingin
13. Terbang
14. Dan
15. Menari
16. Jauh
Situasi
siang
hari
sedang
santai.
1.Nomina
2. Adjektiva
3. Preposisi
4. Nomina
5. Konjungtor
6. Adjektiva
7. Adverbia
8. Adverbia
9. Verba
10. Nomina
11. Pronomina
12. Adverbia
13. Verba
14. Konjungtor
15. Verba
16. Adjektiva
1. Kata bintang mengacu
pada kata benda.
2. Kata kecil mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
3. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
4. Kata langit mengacu
pada kata benda.
5. Kata yang
menghubungkan dua
unsur atau lebih
memberikan penjelasan.
6. Kata biru mengacu
pada keterangan yang
2.(24) Nomina = 4
Adjektiva = 4
Preposisi = 1
Konjungtor =
2
Adverbia = 4
Verba = 4
Pronomina =
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
17. Tinggi
18. Tempat
19. Berada
20. Sudah
17. Adjektiva
18. Nomina
19. Verba
20. Adverbia
lebih khusus.
7. Kata amat merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
8. Kata banyak
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
9. Kata menghias
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
10. Kata angkasa
mengacu pada kata benda.
11. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
orang.
12. Kata ingin merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
13. Kata terbang
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
14. Kata dan
menghubungkan dua
unsur atau lebih dengan
status sama.
15. Kata menari
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
16. Kata jauh mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
17. Kata tinggi mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
18. Kata tempat mengacu
pada kata benda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
19. Kata berada
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
20. Kata sudah
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
E: Tilut-tilut
tadi Eden
miliat keleta
maju jaya.
I : Tadi
melihat
dimana?
E: Di taciun.
I : Di Stasiun
mana tadi?
E: Di jogja.
I : O tadi
Eden ke
Jogja?
E: Belum.
1. Tadi
2. Eden
3. Melihat
4. kereta
5. maju
6. jaya
7. di
8. stasiun
9. di
10. jogja
11. belum.
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1. Adverbia
2. Nomina
3. Verba
4. Nomina
5. Verba
6. Adverbia
7. Preposisi
8. Nomina
9. Preposisi
10. Nomina
11. Adverbia
1. Kata tadi merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2. Kata Eden mengacu
pada manusia.
3. Kata melihat
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
4. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
5. Kata maju merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
6. Kata jaya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
7. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
8. Kata stasiun mengacu
pada kata benda.
9. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
10. Kata Jogja mengacu
pada kata benda.
11. Kata belum
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
2.(25) Adverbia = 3
Nomina = 4
Verba = 2
Preposisi = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
E: Eden buku.
B: Buat apa
bukunya?
E: Buat
mangambal
mobin.
B: Iya, sini
gambar sama
bapak.
E: Tidak mau
Eden bisa.
1. Eden
2. buku
3. buat
4. menggambar
5. mobil
6. tidak
7. mau
8. eden
9. bisa
Situasi
siang
hari
sedang
belajar.
1. Nomina
2. Nomina
3. Verba
4. Verba
5. Nomina
6. Adverbia
7. Adverbia
8. Nomina
9. Verba
1. Kata Eden mengacu
pada manusia.
2. Kata buku mengacu
pada kata benda.
3. Kata buat merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
4. Kata menggambar
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
5. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
6. Kata tidak merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
7. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
8. Kata Eden mengacu
pada manusia.
9. Kata bisa merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
2.(26) Nomina = 4
Verba = 3
Adverbia = 2
E: Ibu Eden
mau
I : mau apa?
E: Eden mau
mambali es
kim
I : Mau yang
rasa apa?
E: Cokat.
I : iya ambil
uang dulu,
sana minta
1. ibu
2. eden
3. mau
4. eden
5. mau
6. membeli
7. es
8. krim
9. coklat
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1. Nomina
2. Nomina
3. Adverbia
4. Nomina
5. Adverbia
6. Verba
7. Nomina
8. Adverbia
9. Adjektiva
1. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
2. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
3. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
4. Kata Eden mengacu
pada manusia.
5. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2. (27) Nomina = 4
Adverbia = 3
Verba = 1
Adjektiva =
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
sama bapak. 6. Kata membeli
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
7. Kata es mengacu pada
kata benda.
8. Kata krim merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
9. Kata coklat mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
E: Montonton
ini pecawat
dan keleta.
I : Dimana
lihatnya?
E: Di jalan.
1. menonton
2. ini
3. pesawat
4. dan
5. kereta
6. di
7. jalan
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1. Verba
2. Demonstratif
3. Nomina
4. Konjungtor
5. Nomina
6. preposisi
7. Nomina
1. Kata menonton
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
2. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
3. Kata pesawat mengacu
pada kata benda.
4. Kata dan
menghubungkan dua
unsur atau lebih dengan
status sama.
5. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
6. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
7. Kata jalan mengacu
pada kata benda.
2. (28) Verba = 1
Demonstraif
= 1
Nomina = 3
Preposisi = 1
Konjungtor =
1
E: Tilut-tilut
keleta lewat
duel nabak
mobin.
T: Kenapa
Eden?
1. kereta
2. lewat
3. nabrak
4. mobil
5. mobil
6. ditabrak
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
1. Nomina
2. Verba
3. Verba
4. Nomina
5. Nomina
6. Verba
1. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
2. Kata lewat merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
3. Kata nabrak merupakan
2. (29) Nomina = 4
Verba = 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
E: Mobin
ditabak
keleta.
7. kereta 7. Nomina tindakan yang sedang
dilakukan.
4. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
5. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
6. Kata ditabrak
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
7. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
E: Naik di
taciun.
T: Eden mau
kemana?
E: Ke Jogja.
T: Ke Jogja
ngapain?
E: Mau
mangakat
gajah besal.
1.naik
2. di
3. stasiun
4. ke
5. jogja
6. mau
7. mengangkat
8. gajah
9. besar
Situasi
sore hari
sedang
santai..
1. Verba
2. Preposisi
3. Nomina
4. Preposisi
5. Nomina
6. Adverbia
7. Verba
8. Nomina
9. Adjektiva
1. Kata naik merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
2. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
3. Kata stasiun mengacu
pada kata benda.
4. Kata ke merupakan
kata yang digunakan di
depan kata benda.
5. Kata jogja mengacu
pada kata benda.
6. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
7. Kata mengangkat
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
8. Kata gajah mengacu
pada kata benda.
9. Kata besar mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
2. (30) Verba = 2
Preposisi = 2
Nomina = 3
Adverbia = 1
Adjektiva = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
E: Mobin
tidak bisa
jalan.
T: Kenapa
kok tidak bisa
jalan?
E: Dilusak
jayen.
T: Jayen yang
mana?
E: Ya ini
besar.
1. mobil
2. tidak
3. bisa
4. jalan
5. dirusak
6. jayen
7. ya
8. ini
9. besar
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
1. Nomina
2. Adverbia
3.Verba
4. Nomina
5. Verba
6. Nomina
7. Adverbia
8. Demonstratif
9. Adjektiva
1. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
2. Kata tidak merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
3. Kata bisa merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
4. Kata jalan mengacu
pada kata benda.
5. Kata dirusak
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
6. Kata jayen mengacu
pada manusia .
7. Kata ya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
8. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
9. Kata besar mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
2. (31) Nomina = 3
Adverbia = 2
Verba = 2
Demonstratif
=1
Adjektiva = 1
E: Ini mobil
balapan sama
pecawat.
T: Mana
pesawatnya?
E: Itu di atas
1. ini
2. mobil
3. balapan
4. sama
5. pesawat
6. itu
Situasi
siang
hari
sedang
santai.
1. Demonstratif
2. Nomina
3. Verba
4. Adjektiva
5. Nomina
6. Demonstratif
1. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
2. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
3. Kata balapan
2. (32) Demonstratif
= 3
Nomina = 5
Verba = 3
Adjektiva = 2
Preposisi = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
sana.
E: Mobin
kalah sama
pecawat teeet
tatuh.
7. di
8. atas
9. sana
10. mobil
11. kalah
12. sama
13. pesawat
14. jatuh
7. Preposisi
8. Nomina
9. Demonstratif
10. Nomina
11. Verba
12. Adjektiva
13. Nomina
14. Verba
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
4. Kata sama mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
5. Kata pesawat mengacu
pada kata benda.
6. Kata itu menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif jauh.
7. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
8. Kata atas mengacu
pada kata benda.
9. Kata sana menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif jauh.
10. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
11. Kata kalah merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
12. Kata sama mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
13. Kata pesawat
mengacu pada kata benda.
14. Kata jatuh merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
E: Main hape
ini.
I : Nanti dulu
ini adeknya di
1. main
2. hape
3. ini
4. adek
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1. Verba
2. Nomina
3. Demonstratif
4. Nomina
1. Kata main merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
2. Kata hape mengacu
2. (33) Verba = 2
Nomina = 5
Demonstratif
= 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
dalam perut
ibu ini gerak-
gerak bilang
dulu sama
adeknya.
E: Adek balu
apa? Adek
mau mainan
hape ini.
Adek muaa.
I : Besok
kalau adek
lahir di ajak
maen ya?
E: Iya mainan
hape ini.
5. baru
6. apa
7. adek
8. mau
9. mainan
10. hape
11. ini
12. adek
5. Adjektiva
6. Pronomina
7. Nomina
8. Adverbia
9. Verba
10. Nomina
11. Demonstratif
12. Nomina
pada kata benda.
3. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
4. Kata adek mengacu
pada manusia.
5. Kata baru mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
6. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
pertanyaan.
7. Kata adek mengacu
pada manusia.
8. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
9. Kata mainan
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
10. Kata hape mengacu
pada kata benda.
11. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
12. Kata adek mengacu
pada manusia.
Adjektiva = 1
Pronomina =
1
Adverbia = 1
E: Cangkul-
cangkul.
I : Iya ayo
nyanyi dari
awal.
E: Ayo kawan
kita belsama,
mananam
1.cangkul-
cangkul
2. ayo
3. kawan
4. kita
5. bersama
6. menanam
7. jagung
Situasi
malam
hari
sedang
santai.
1.Verba
2. Interjeksi
3. Nomina
4. Pronomina
5. Verba
6. Verba
7. Nomina
8. Preposisi
1. Kata cangkul-cangkul
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
2. Kata ayo mengacu
pada pengungkapan rasa
keheranan.
3. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
2. (34) Verba = 8
Pronomina =
5
Interjeksi =1
Nomina = 7
Preposisi = 2
Adverbia = 1
Adjektiva = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
jagung di
kebun kita.
Ambil
cangkulmu
kita belkeja
tak jamu-
jamu.
Cangkul aku
gembila
mananam
jagung di
kebun kita.
selesai.
8. di
9. kebun
10. kita
11. ambil
12 cangkulmu
13. kita
14. bekerja
15. tak
16. jemu-jemu
17. cangkul
18. aku
19. gembira
20. menanam
21. jagung
22. di
23. kebun
24. kita
25. selesai
9. Nomina
10. Pronomina
11. Verba
12. Nomina
13. Pronomina
14. Verba
15. Adverbia
16. Verba
17. Nomina
18. Pronomina
19. Adjektiva
20. Verba
21. Nomina
22. Preposisi
23. Nomina
24. Pronomina
25. Verba
4. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
orang.
5. Kata bersama
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
6. Kata menanam
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
7. Kata jagung mengacu
pada kata benda.
8. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
9. Kata kebun mengacu
pada kata benda.
10. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
orang.
11. Kata ambil merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
12. Kata cangkulmu
mengacu pada kata benda.
13. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
orang.
14. Kata bekerja
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
15. Kata tak merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
16. Kata jemu-jemu
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
17. Kata cangkul
mengacu pada kata benda.
18. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
orang.
19. Kata gembira
mengacu pada keterangan
yang lebih khusus.
20. Kata menanam
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
21. Kata jagung mengacu
pada kata benda.
22. Kata di merupakan
kata yang digunakan di
depan kata benda.
23. Kata kebun mengacu
pada kata benda.
24. Pronomina atau kata
ganti, mengacu pada
orang.
25. Kata selesai
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
T: Ini gambar
apa?
E: Ini mobin
bewalna
hijau.
Ini mobin
teltawa
giginya
banyak.
T: Eden takut
tidak sama
1.Ini
2. mobil
3. berwarna
4. hijau
5. ini
6. mobil
7. tertawa
8. giginya
9. banyak
10. tidak
11. ini
Situasi
sore hari
sedang
belajar.
1. Demonstratif
2. Nomina
3. Verba
4. Adjektiva
5. Demonstratif
6. Nomina
7. Verba
8. Nomina
9. Adjektiva
10. Adverbia
11. Demonstratif
1. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
2. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
3. Kata berwarna
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
4. Kata hijau mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
2. (35) Demonstratif
= 3
Nomina = 4
Verba = 3
Adjektiva = 2
Adverbia = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
mobilnya?
E: Tidak ..
tidak ini
sudah ootok
digi, holeee…
12. sudah
13. gosok
14. gigi
12. Adverbia
13. Verba
14. Nomina
5. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative dekat.
6. Kata mobil mengacu
pada kata benda.
7. Kata tertawa
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
8. Kata giginya mengacu
pada kata benda.
9. Kata banyak mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
10. Kata tidak merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
11. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
12. Kata sudah
merupakan kata yang
memberikan penjelasan.
13. Kata gosok
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
14. Kata gigi mengacu
pada kata benda.
E: Ikannya
makan
kalapalan
mau minta
telut ini.
I : Yang
minta telur
Eden atau
1. ikannya
2. makan
3. kelaparan
4. mau
5. minta
6. telur
7. ini
8. Eden
Situasi
pagi hari
sedang
melihat
ikan di
akuarium
.
1. Nomina
2. Verba
3. Verba
4. Adverbia
5. Verba
6. Nomina
7. Demonstratif
8. Nomina
1. Kata ikannya mengacu
pada kata benda.
2. Kata makan merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
3. Kata kelaparan
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
2.(36) Nomina = 3
Verba = 3
Adverbia = 1
Demonstratif
= 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
ikan ini?
E: Eden.
4. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
5. Kata minta merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
6. Kata telur mengacu
pada kata benda.
7. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
8. Kata Eden mengacu
pada manusia.
E: Bapak
bangun
ikannya
lapal.
B: Mana
ikannya?
E: Ini tangan
lepaskan.
B: iya.
1.bapak
2. bangun
3. ikannya
4. lapar
5. ini
6. tangan
7. lepaskan
Situasi
pagi hari
sedang di
kamar.
1. Nomina
2. Verba
3. Nomina
4. Verba
5. Demonstratif
6. Nomina
7. Verba
1. Kata bapak mengacu
pada manusia.
2. Kata bangun
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
3. Kata ikannya mengacu
pada kata benda.
4. Kata lapar merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
5. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
6. Kata tangan mengacu
pada kata benda.
7. Kata lepaskan
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
2.(37) Nomina = 3
Verba = 3
Demonstratif
= 1
E: Kesana?
T: Kemana?
E: Beli
1.ke
2. sana
3. beli
Situasi
pagi hari
sedang
1. Preposisi
2. Demonstratif
3. Verba
1. Kata ke merupakan
kata yang digunakan di
depan kata benda.
2.(38) Preposisi = 1
Demonstratif
= 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
golengan.
T: Mana
uangnya?
E: Ini dualibu.
4. gorengan
5. ini
6. dua
7. ribu
santai. 4. Nomina
5. Demonstratif
6. Numeralia
7. Nomina
2. Kata sana menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative jauh.
3. Kata beli merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
4. Kata gorengan
mengacu pada kata benda.
5. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
6. Kata dua merupakan
bilangan dasar yang
menjadi sumber dari
bilangan lain.
7. Kata ribu mengacu
pada kata benda.
Verba = 1
Nomina = 2
Numeralia =
1
E: Cepedaan
ini.
I : Iya
dikeluarin
dulu
E: Mau
dicana.
I : Ndak usah
jauh-jauh di
sini aja, nanti
ada mobil
lewat d tabrak
nanti.
E: Di cana
dipinggil.
1. sepedaan
2. ini
3. mau
4. di
5. sana
6. di
7. pinggir
Situasi
sore hari
sedang
bermain.
1. Verba
2. Demonstratif
3. Adverbia
4. Preposisi
5. Demonstratif
6. Preposisi
7. Nomina
1. Kata sepedaan
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
2. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
3. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
4. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
5. Kata sana menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif jauh.
6. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
2.(39) Verba = 1
Demonstratif
= 2
Adverbia = 1
Preposisi = 2
Nomina = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
7. Kata pinggir mengacu
pada kata benda.
E: Mau ini.
T: Ini
namanya apa?
E: Hape.
T: Mau buat
apa?
E: pelmainan
ini bisa.
T: Ini ndak
bisa
permainan
ini, batrainya
habis.
1. mau
2. ini
3. hape
4. permainan
5. ini
6. bisa
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1. Adverbia
2. Demonstratif
3. Nomina
4. Nomina
5. Demonstratif
6. Adverbia
1. Kata mau merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
3. Kata hape mengacu
pada kata benda.
4. Kata permainan
mengacu pada kata benda.
5. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
6. Kata bisa merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2.(40) Adverbia = 2
Demonstratif
= 2
Nomina = 2
E: Nonton
Doamon
manangis
T: O yang itu
doraemon
yang terakhir
itu.
E: Iya.
T: Sebentar
ya dicari dulu
ya.
1. nonton
2. doraemon
3.menangis
4. iya
Situasi
sore hari
sedang
santai.
1. Verba
2. Nomina
3. Verba
4. Adverbia
1. Kata nonton merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
2. Kata doraemon
mengacu pada tokoh
manusia.
3. Kata menangis
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
4. Kata iya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2.(41) Verba = 2
Nomina = 1
Adverbia = 1
E: putalkan
ini mucik.
T: Musik
1. putarkan
2. ini
3. musik
Situasi
malam
hari
1.Verba
2. Demonstratif
3. Nomina
1. Kata putarkan
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
2.(42) Verba = 1
Demonstratif
= 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
apa? Dilihat
dulu?
E: Ya ini
tomas.
T: Iya Eden
ikut nyanyi
juga ya?
E: Iya.
4. ya
5. ini
6. tomas
7. iya
sedang
santai.
4. Adverbia
5. Demonstratif
6. Nomina
7. Adverbia
2. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
3. Kata music mengacu
pada kata benda.
4. Kata ya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
5. Kata ini menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relatif dekat.
6. Kata tomas mengacu
pada tokoh manusia .
7. Kata iya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
Nomina = 2
Adverbia = 2
E: Mulai
belhitung
satu, dua,
tiga.
I : Yang
dihitung apa?
E: Keleta di
taciun.
I : Mau
nonton sama
siapa?
E: Itu sama
Tate.
1. mulai
2. berhitung
3. satu
4. dua
5. tiga
6. kereta
7. di
8. stasiun
9. itu
10. sama
11. tante
Situasi
pagi hari
sedang
bermain.
1. Verba
2. Verba
3. Numeralia
4. Numeralia
5. Numeralia
6. Nomina
7. Preposisi
8. Nomina
9. Demonstratif
10. Adjektiva
11. Nomina
1. Kata mulai merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
2. Kata berhitung
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
3. Kata satu merupakan
bilangan dasar yang
menjadi sumber dari
bilangan lain.
4. Kata dua merupakan
bilangan dasar yang
menjadi sumber dari
bilangan lain.
5. Kata tiga merupakan
bilangan dasar yang
menjadi sumber dari
bilangan lain.
6. Kata kereta mengacu
2.(43) Verba = 2
Numeralia =
3
Nomina = 3
Preposisi = 1
Demonstratif
= 1
Adjektiva = 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
pada kata benda.
7. Kata di merupakan kata
yang digunakan di depan
kata benda.
8. Kata stasiun mengacu
pada kata benda.
9. Kata itu menunjukkan
sesuatu tempat yang
letaknya relative jauh.
10. Kata sama mengacu
pada keterangan yang
lebih khusus.
11. Kata tante mengacu
pada manusia.
I : Eden ibu
berangkat
kerja dulu ya?
E: Iya bawa
buku
mewalnai.
I : Buku
mewarnai?
Eden mau
mewarnai?
E: Iya keleta.
1. iya
2. bawa
3. buku
4. mewarnai
5. iya
6. kereta
Situasi
pagi hari
sedang
duduk
santai.
1.Adverbia
2. Verba
3. Nomina
4. Verba
5. Adverbia
6. Nomina
1. Kata iya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
2. Kata bawa merupakan
tindakan yang sedang
dilakukan.
3. Kata buku mengacu
pada kata benda.
4. Kata mewarnai
merupakan tindakan yang
sedang dilakukan.
5. Kata iya merupakan
kata yang memberikan
penjelasan.
6. Kata kereta mengacu
pada kata benda.
2.(44) Adverbia = 2
Verba = 2
Nomina = 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
Triangulator
Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
BIODATA PENULIS
Florentina Fibrianingtyas lahir di Semarang pada tanggal 12
Februari 1994. Ia menempuh pendidikan di SD Kanisius
Giriwoyo, Wonogiri, lulus pada tahun 2006. Ia melanjutkan
pendidikan di SMP Pangudi Luhur Giriwoyo, Wonogiri dan
lulus pada tahun 2009. Ia menempuh pendidikan menengah
atas di SMA Pangudi Luhur Giriwoyo, Wonogiri, lulus pada tahun 2012. Setelah
itu, ia menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sebagai tugas akhir ia menulis skripsi dengan
judul “Pemerolehan Afiks dan Jenis Kata Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Pertama: kasus Eden Parama Usia Dua Tahun”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI